Intisari Alkitab
Bagaimana Allah dapat memakai orang jahat?
NABI YANG TIDAK DIKENAL
Selain dari satu petunjuk yang singkat, kita samma sekali tidak tahu tentang Habakuk atau kapan ia berkhotbah. Beberapa orang berpendapat bahwa karena pasal Hab 3 ditulis seperti Mazmur lainnya, yaitu untuk penyembahan umum -- lengkap dengan petunjuk-petunjuk untuk musiknya (Hab 3:1,3,9,13,19) -- ia boleh jadi seorang Lewi yang bekerja di dalam Rumah Tuhan di Yerusalemm dan juga seorang nabi. Petunjuk yang kita punyai mengacu kepada orang Kasdim atau orang babel. (Hab 1:6), dan ada yang memperdebatkan apakah Habakuk meramalkan kebangkitan kekuasaan mereka atau hanya menggambarkan apa yang terjadi pada masa hidupnya. Kedua asumsi menempatkan Habakuk pada akhir abad ketujuh S.M. Pada waktu itulah kerajaan Asyur menyerah kepada bangsa Babel (612 S.M). Pada waktu itulah kerajaan Asyur menyerah kepada bangsa Babel (612 S.M). Setelah mereka mengalahkan Mesir dalam perang Karkemis (605 S.M), mereka terus menggempur Palestina. Pada tahun 597 S.M mereka merebut Yerusalem, dan sepuluh tahun kemudian mereka menghancurkannya. Bangsa Babel menutup satu era dalam sejarah orang Yahudi.
APA YANG HARUS DIBERITAKANNYA?
Beberapa orang berpendapat bahwa kitab yang sekarang kita punyai ini terdiri bermacam-macam tulisan, tetapi rupanya hanya ada satu tema. Kembali tema itu mengenai masalah penderitaan, dilihat baik dalam masyarakat maupun pada skala yang lebih luas dalam politik internasional. Sementara nabi Habakuk yakin bahwa Allah itu berdaulat, dan bhwa segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendaknya, ia juga tahu bahwa Allah itu kudus dan benar. Bagaimana mungkin Allah memakai tangan-tangan orang jahat tanpa mengerti mengotori tanganNya sendiri? Bagian pertama dari kitab ini merupakan suatu percakapan yang didalamnya nabi itu mengeluh kepada Allah dan memaksa diberikannya suatu jawaban, walaupun jalan keluar yang sebenarnya terhadap masalah itu tidak diberikan. Menghadapi tidak adanya rasa perikemanusiaan manusia terhadap manusia lain, kita hanya boleh percaya bahwa Allah akan meluruskan yang salah menurut kehendak dan waktuNya.
Pesan
1. Dunia penuh penderitaan
Di mana-mana dalam masyarakat nabi melihat adanya penderitaan, dan yang lebih buruk lagi ialah bahwa hal itu sering sebagai akibat dari ketidakadilan. Oleh karena orang jahat rupanya bebas melakukan kejahatan, dan doa-doanya memohon keadilan tidak dijawab, Habakuk dihadapkan pada dilema yang tidak enak: 'Jika Tuhan itu adil, mengapa Ia membiarkan ketidakadilan berlangsung terus?' Hab 1:2-4 Bukannya membuat masalah menjadi lebih mudah untuk diterima, Tuhan malah memberikan kepadanya suatu visi yang jauh lebih buruk. Bangsa Babel yang hampir tidak mempedulikan hidup manusia atau hak-hak mereka, akan mengalahkan negeri itu. Hab 1:5-11 Lebih menyeramkan lagi ialah bahwa para penakluk itu tidak mempunyai waktu untuk Tuhan. Mereka mempunyai rasa percaya diri yang luar biasa. Hab 1:7,11,15,16
2. Allah berkuasa
Habakuk percaya bahwa Allahnya adalah Tuhan atas seluruh muka bumi, dan oleh karena itu, Dia rupanya telah membiarkan semua ini terjadi. Dia melihat bahwa Tuhan memakai kekuasaan jahat untuk mencapai maksudNya. Hab 1:5,6; 2:20; 3:19 Ia juga sadar bahwa Tuhan itu adil, dan bahwa Ia akan menghakimi ketidakadilan dan kejahatan. Musuh-musush yang bertubi-tubi merupakan takdir mereka. Hab 1:12; 2:6-20; 3:3-15. Masih ada masalah yang belum terjawab, yaitu bagaimana Allah sampai terlibat, mengingat bahwa Ia suci dan benar. Hab 1:13
3. Pesan tentang kepercayaan
Walaupun Habakuk mengeluh kepada Allah dan menunggu suatu jawaban, Allah tidak benar-benar memberikannya. Hab 2:1 Sebaliknya, kebenaran yang diungkapkan-Nya -- dan perintah yang harus ditulis dengan sederhana sehingga semua orang dapat membacanya dengan mudah -- ialah bahwa orang benar akan dipelihara melalui semua itu, karena kesetiaannya kepada Allah. Hab 2:2-4 Habakuk diberi sekilas pemandangan mengenai masa depan, yaitu waktu semua orang akan mengakui Allah dan hukumNya. Dengan mempercayai siapa Allah dan apa yang akan dilakukanNya, ia mendapati bahwa mungkin saja tidak hanya dapat bertahan melalui masa-masa yang sulit, tetapi sebenarnya juga dapat bersukacita. Hab 2:14; 3:17-19
Penerapan
1. Dunia ini adalah tempat yang penuh dosa
Kita harus realistis tentang manusia, baik dalam masyarakat maupun dalam dunia internasional. Manusia, laki-laki dan perempuan tidak lagi mempedulikan Tuhan dan hukum-Nya. Jika diberi kesempatan mereka dapat menginjak-injak orang lain demi untuk mendapatkan harta, rasa aman, kuasa dan kenikmatan.
2. Tidak salah untuk meminta
Pertanyaan-pertanyaan Habakuk bukan merupakan dosa keragu-raguan, tetapi didorong oleh rasa bingung. Kita juga harus berpikir melalui iman kita, menghadapi pertanyaan-pertanyaan sukar yang dilemparkan kehidupan kepada kita, walaupun mungkin kita tidak mempunyai jalan keluarnya.
3. Kita dapat bergantung kepada Allah juga
Walaupun kita tidak dapat mengerti apa yang Tuhan kerjakan, kita boleh percaya bahwa Ia menyelesaikan segala sesuatu dengan cara dan waktuNya sendiri. Kita juga dapat belajar untuk bersukacita, bukan di dalam keadaan kita, tetapi di dalam Dia, di dalam kenyataan siapa Dia dan apa yang akan dilakukanNya.
4. Sejarah menuntut penghakiman
Sangat banyak kejahatan manusia yang tidak mendapatkan hukuman dalam hidup ini atau dalam dunia ini. Jika Allah itu adil, harus ada penghakiman di kemudian hari. Masalah penderitaan membawa kita keluar dari hidup ini menuju ke kehidupan berikutnya.
Tema-tema Kunci
1. Allah
Masalah Habakuk timbul karena ia mempunyai gambaran yang jelas tentang siapa Allah. Perhatikan cara ia menggambarkan-Nya sebagai Tuhan yang suci (Hab 1:12,13; 3:3), adil (Hab 1:12), berdaulat (Hab 2:20; 3:19), tidak berubah (Hab 1:12; 3:6, penuh belas kasihan (Hab 3:2), menyelamatkan (Hab 3:13,18), menghakimi (Hab 2:13,16; 3:3-15), dan mengungkapkan kebenaran (Hab 2:2).
2. Kesetiaan
Jawaban Allah atas pertanyaan nabi adalah 'orang yang benar akan hidup karena iman percayanya (atau kesetiaannya)' Hab 2:4, yaitu kesetiaannya kepada Allah di tengah-tengah orang lain yang tidak mengenal Allah. Para pembaca surat Ibrani diperintahkan untuk bertahan dengan cara yang sama (Hab 10:35-39), sementara itu Paulus memakai ayat ini untuk membuat ilustrasi mengenai pengertiannya tentang 'pembenaran karena iman' Roma 1:17; Galatia 3:11). Bagi Allah, kesetiaan berarti tindakan ketaatan. Oleh karenanya, sementara dalam Habakuk dikatakan bahwa orang yang benar adalah orang yang setia kepada Tuhan, dalam tulisan-tulisan Paulus pendapat ini bertolak belakang. Hanya orang yang sedah menyerahkan diri kepada Kristus saja yang benar.
Artikel yang terkait dengan Habakuk: