Teks -- Roma 14:5 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rm 14:5
Full Life: Rm 14:5 - MENGANGGAP HARI YANG SATU LEBIH PENTING DARI PADA HARI YANG LAIN.
Nas : Rom 14:5
Hal ini mungkin menunjuk kepada hari-hari raya khusus dalam upacara
hukum PL. Beberapa orang Kristen rupanya masih memandang hari-ha...
Nas : Rom 14:5
Hal ini mungkin menunjuk kepada hari-hari raya khusus dalam upacara hukum PL. Beberapa orang Kristen rupanya masih memandang hari-hari khusus itu sebagai memiliki kegunaan abadi sedangkan orang lain mengabaikannya. Dalam jawabannya, Paulus tidak berusaha untuk membatalkan prinsip Allah untuk memisahkan satu hari dalam sepekan sebagai hari khusus untuk beristirahat dan menyembah Dia
(lihat cat. --> Mat 12:1).
[atau ref. Mat 12:1]
Allah sendiri memisahkan satu hari antara tujuh untuk beristirahat (Kej 2:2-3; bd. Kel 20:11; 31:17; Yes 58:13-14). Dalam PB hari pertama dalam setiap minggu diakui memiliki arti khusus karena kebangkitan Yesus (Kis 20:7; 1Kor 16:2; Wahy 1:10).
Ende -> Rm 14:5
Ende: Rm 14:5 - Menganggap hari-hari tertentu lebih utama Hari-hari itu agaknja hari-hari
sabat dan hari-hari raja orang Jahudi lainnja, atau barangkali hari-hari puasa
dll. Bdl. Kol 2:16 dan Kol 4:9. Semua i...
Ref. Silang FULL -> Rm 14:5
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Rm 14:5 - -- 14:5 Yang seorang menganggap822 hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Biarlah set...
14:5 Yang seorang menganggap822 hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Biarlah setiap orang, dalam hatinya823 sendiri, penuh dengan keyakinan.824
Selain contoh makanan, contoh hari-hari istimewa dikemukakan. Orang-orang tertentu masih memelihara hari Sabat, sedangkan bagi mayoritas jemaat semua hari sama saja. Tekanan ayat ini adalah bahwa hal-hal seperti ini bukan merupakan urusan orang lain. Paulus tidak mengatakan bahwa mereka yang benar harus meyakinkan orang lain. Sebaliknya dia mengatakan bahwa setiap anggota jemaat diharapkan untuk memegang pendapat/pengertian untuk dirinya sendiri, dan tidak menghakimi atau meremehkan teman.
Hagelberg: Rm 14:1-12 - -- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi \"yang Lemah\" 14:1-12
Dalam bagian ini mereka yang lemah imannya ditantang untuk menjaga hubungan mereka d...
a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi \"yang Lemah\" 14:1-12
Dalam bagian ini mereka yang lemah imannya ditantang untuk menjaga hubungan mereka dengan mereka yang tidak sependapat dengan mereka. Yang "lemah" tidak boleh menghakimi mereka yang "kuat", karena hanya ada satu Hakim, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Hagelberg: Rm 14:5 - -- 14:5 Yang seorang menganggap822 hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Biarlah set...
14:5 Yang seorang menganggap822 hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Biarlah setiap orang, dalam hatinya823 sendiri, penuh dengan keyakinan.824
Selain contoh makanan, contoh hari-hari istimewa dikemukakan. Orang-orang tertentu masih memelihara hari Sabat, sedangkan bagi mayoritas jemaat semua hari sama saja. Tekanan ayat ini adalah bahwa hal-hal seperti ini bukan merupakan urusan orang lain. Paulus tidak mengatakan bahwa mereka yang benar harus meyakinkan orang lain. Sebaliknya dia mengatakan bahwa setiap anggota jemaat diharapkan untuk memegang pendapat/pengertian untuk dirinya sendiri, dan tidak menghakimi atau meremehkan teman.
Hagelberg: Rm 14:1--15:13 - -- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
Setiap orang, apa dia lemah ataupun kuat dalam iman, harus memikul bagiannya supaya seluruh...
2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
Setiap orang, apa dia lemah ataupun kuat dalam iman, harus memikul bagiannya supaya seluruh jemaat, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, dapat memuji Tuhan bersama-sama.
Masalah tafsiran yang paling besar dalam bagian ini adalah identitas mereka yang "lemah imannya" dan mereka yang "kuat". Dalam bagian ini mereka yang "kuat" lebih ditegur daripada mereka yang "lemah", dan ada kesan bahwa mayoritas dari jemaat disebut "kuat", sedangkan minoritas dari jemaat disebut "lemah". Dunn810 mengamati bahwa Paulus menganggap dirinya sebagai orang yang kuat imannya dalam pasal 14:14, 20, dan 15:1.
Cranfield membahas masalah identitas mereka.811 Menurut dia enam kemungkinan layak dipertimbangkan, tetapi setelah bahasan yang cukup panjang dia mengatakan bahwa mereka yang "lemah imannya" adalah orang Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus tetapi masih menuruti peraturan-peraturan hukum Taurat dan adat-istiadat Yahudi, bukan sebagai cara untuk dibenarkan di hadapan Allah, tetapi hanya karena mereka betah dengan peraturan lama tersebut.
Dunn812 mendukung dan mengembangkan pengertian Cranfield mengenai identitas mereka. Ternyata pada tahun 49 orang-orang Yahudi dikeluarkan dari Roma karena titah Kaisar Claudius. Pada tahun 54 Claudius meninggal, dan titahnya tidak berlaku lagi, sehingga orang-orang Yahudi, baik yang tidak percaya kepada Yesus maupun yang percaya kepadaNya, mulai kembali ke kota Roma untuk hidup di sana. Jadi selama beberapa tahun tidak ada orang Yahudi di dalam jemaat-jemaat di Roma, tetapi pada waktu Surat Roma dikirim sudah ada minoritas jemaat yang berlatar belakang Yahudi. Sebagian dari mereka tidak berani melepaskan diri mereka dari peraturan-peraturan hukum Taurat tertentu karena iman mereka kurang kuat. Kita harus mengingat bahwa identitas mereka sebagai orang Yahudi sangat penting bagi pribadi mereka, dan identitas tersebut berkaitan dengan kebiasaan mereka mengenai pantang makan jenis makanan tertentu dan hari raya mereka, sehingga pembahasan Paulus menyentuh masalah yang amat peka dan penting bagi orang Yahudi di Roma yang percaya kepada Tuhan Yesus.
Sebaiknya kita mengingat bahwa pengertian mengenai identitas mereka yang lemah imannya tidak sepenting pengertian mengenai prinsip-prinsip yang diuraikan Paulus dalam pasal 14-15. Dengan kata lain, mudah-mudahan kita dapat menentukan identitas mereka, tetapi kita harus mengerti dan menerapkan pola pikiran Paulus dalam bagian ini.
Dari pasal 1:16 sampai pasal 13:14 apa yang dikatakan tidak berkaitan dengan keadaan orang percaya di Roma secara khusus, tetapi nampaknya bagian ini, pasal 14:1-15:13, berhubungan erat dengan suatu masalah atau kecerderungan di Roma. Rupanya bagi Rasul Paulus masalah tersebut sungguh perlu dibereskan, maka dia mempergunakan begitu banyak kata untuk mengatasinya. Sikap menghina dan menghakimi yang dibahas sungguh bertentangan dengan kasih karunia Allah yang diuraikan dalam Surat Roma. Selama orang yang telah dibenarkan oleh karena kasih karunia Allah mengambil sikap menghina dan menghakimi, maka pengertian mereka mengenai kasih karunia masih dangkal. Sikap tersebut sangat berbahaya, maka Paulus memperingatkan kita dengan satu nats yang sangat panjang.
Hagelberg: Rm 12:1--15:13 - -- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
Oleh karena orang yang dibenarkan karena iman mau melakukan kehendak Allah, maka langkah-lang...
D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
Oleh karena orang yang dibenarkan karena iman mau melakukan kehendak Allah, maka langkah-langkah kehendak Allah diuraikan secara khusus.
Dalam pasal 11:32 kita membaca bahwa tujuan Allah adalah "supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua". Maka "kemurahan" tersebut menjadi batu loncatan bagi Paulus supaya dia dapat menguraikan bagaimana orang percaya dapat melaksanakan kehendak Allah. Dalam pasal 6-8 prinsip-prinsip kehidupan yang sesuai dengan Aiwn/Aion Baru dan kehadiran Roh Allah diuraikan. Dalam bagian ini prinsip-prinsip tersebut diterapkan secara khusus dalam hidup kita. Jadi, bagian ini menguraikan secara nyata arti dari karya Roh Allah yang baru dikemukakan dalam pasal 8.
Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rm 14:1-23
Matthew Henry: Rm 14:1-23 - Seruan Supaya Tetap Murni; Kekuasaan Kristus
Pada pasal sebelumnya, Rasul Paulus memberi arahan kepada kita bagaimana kita harus berperilaku seorang terhadap yang lain dalam urusan kemasyarak...
- Pada pasal sebelumnya, Rasul Paulus memberi arahan kepada kita bagaimana kita harus berperilaku seorang terhadap yang lain dalam urusan kemasyarakatan. Ia juga menggariskan kepada kita hukum mengenai keadilan, kerukunan, dan ketertiban, untuk kita taati sebagai anggota masyarakat. Sekarang dalam pasal ini dan sebagian dari pasal berikutnya ini, dengan cara serupa Paulus mengarahkan perilaku kita satu sama lain dalam hal-hal kudus, yang lebih berkaitan langsung dengan hati nurani dan agama, yang harus kita jalani sebagai anggota jemaat. Secara khusus, Paulus memberikan ketetapan mengenai cara mengatasi perbedaan di dalam hal-hal sepele. Tampaknya di kalangan orang Kristen Roma waktu itu, yaitu yang kepada mereka Paulus menulis surat ini, ada sesuatu tidak beres, sehingga di sini dia berusaha mengaturnya. Namun semua peraturan tersebut bersifat umum, dan selalu dipakai di jemaat, untuk memelihara kasih Kristen yang telah ditekankannya sedemikian rupa dalam pasal-pasal sebelumnya sebagai kegenapan hukum Taurat. Jelas bahwa tidak ada hal yang dapat lebih mengancam, atau bahkan lebih sering mematikan, masyarakat Kristen, daripada pertengkaran dan perpecahan di antara mereka. Gara-gara luka semacam ini, kehidupan dan jiwa ibadah mati. Sekarang dalam pasal ini, kita diberi balsam Gilead yang manjur. Rasul Paulus yang terkasih ini memberikan anjuran bak seorang tabib yang ulung. “Mengapakah belum sembuh juga luka puteri bangsaku,” jika bukan karena petunjuk yang diberikannya tidak diikuti? Jika pasal ini dipahami, digunakan, dan ditaati dengan benar, maka akan menjadikan segala sesuatu benar, serta menyembuhkan kita semua.
Seruan Supaya Tetap Murni; Kekuasaan Kristus (Roma 14:1-23)
- Di pasal ini diceritakan,
- I. Adanya pertengkaran yang menyusahkan hati yang merebak di tengah jemaat Kristen. Guru kita sudah berkata sebelumnya bahwa penyesatan akan terjadi, dan agaknya memang demikian, akibat kurangnya hikmat dan kasih yang dapat mencegah pertengkaran dan menjaga persatuan di antara mereka.
- 1. Ada pertentangan di antara mereka mengenai makanan dan hari. Dua hal ini disebutkan secara khusus. Mungkin masih ada pertentangan lain yang muncul, tetapi kedua hal inilah yang paling diributkan, dan paling banyak menarik perhatian. Persoalannya adalah sebagai berikut. Sebagian anggota jemaat Kristen di Roma berasal dari kalangan orang bukan Yahudi, dan sebagian lain lagi orang Yahudi. Kita menemukan orang-orang Yahudi di Roma yang percaya Tuhan dalam Kisah Para Rasul 28:24. Nah, mereka yang tadinya orang-orang Yahudi itu sebelumnya telah dilatih untuk menaati segala ketetapan upacara yang berkaitan dengan makanan dan hari-hari. semua itu sudah mendarah daging di dalam diri mereka, sehingga sulit dihilangkan dari hidup mereka sekalipun sudah menjadi Kristen. Khususnya beberapa orang dari mereka yang tidak mudah melepaskan diri dari apa yang sudah mereka ikuti sejak lama. Mereka tidak diajari dengan baik bahwa hukum upacara telah dibatalkan oleh kematian Kristus, sehingga masih memegang ketetapan hukum Taurat dan melakukannya. Sementara itu, orang Kristen lain yang lebih mengerti, dan paham tentang kemerdekaan mereka dalam Kristus, tidak mengenal perbedaan-perbedaan demikian mengenai
- (1) Makanan (ay. 2). Yang seorang yakin, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan. Ia sangat yakin bahwa pembagian makanan menurut hukum Taurat ke dalam kelompok haram dan tidak haram sudah tidak berlaku lagi. Ia tahu setiap ciptaan Allah itu baik, dan tidak perlu dijauhi. Tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri (ay. 14). Inilah yang diyakininya, bukan hanya berdasarkan pengertian umum dan maksud Injil, tetapi khususnya berdasarkan pewahyuan yang diterima oleh Petrus tentang hal ini (Kis. 10:15, 28). Petrus adalah rasul bagi orang yang bersunat (karenanya, jauh lebih peduli pada persoalan itu). Ini yang dipahami dengan jelas oleh orang Kristen yang kuat. Ia bertindak sesuai keyakinannya, yaitu memakan apa yang dihidangkan kepadanya, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani (1Kor. 10:27). Di sisi lain, orang yang lemah imannya tidak memiliki keyakinan di dalam hal ini, tidak mengerti akan kemerdekaan Kristen yang dipunyainya, tetapi justru cenderung mengira bahwa makanan yang diharamkan oleh hukum Taurat masih tetap najis. Karena itu, ia tetap menjauhi makanan tersebut, tidak mau makan daging sama sekali, melainkan hanya makan sayur-sayuran saja, mencukupkan diri hanya dengan tumbuh-tumbuhan. Perhatikan, hati nurani yang peka akan rela mati dan menyangkal diri sampai begitu rupa. Tidak seorang pun, selain yang mengalaminya sendiri, yang tahu betapa besar kekuatan yang dimiliki oleh hati nurani untuk mencegah dan menahan sesuatu.
- (2) Hari (ay. 5). Mereka yang mengira bahwa diri mereka masih diwajibkan untuk menaati hukum upacara menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain. Mereka tetap menghormati masa Paskah, Pentakosta, bulan baru, dan hari raya Pondok Daun. Mereka menganggap hari-hari ini lebih baik daripada semua hari yang lain, dan merayakannya dengan upacara-upacara, menetapkan diri untuk libur dan beribadah pada hari-hari tersebut. Orang Kristen yang tahu bahwa semua ini sudah dihapuskan dan dibatalkan melalui kedatangan Kristus, menganggap semua hari sama saja. Kita harus memahaminya dengan mengecualikan hari Tuhan, yang harus dihormati oleh semua orang Kristen tanpa memandang bulu. Orang-orang Kristen demikian tidak memperhitungkan ataupun memperhatikan hari-hari raya orang Yahudi zaman dahulu. Di sini, Rasul Paulus membicarakan perbedaan pendapat mengenai makanan dan hari sebagai persoalan yang sepele. Persoalan tersebut tidak lebih dari sekadar pendapat dan kebiasaan yang dijalani oleh beberapa orang tertentu, yang telah diajar seumur hidup untuk menaatinya, sehingga dapat dimaklumi jika mereka sulit melepaskan diri dari kebiasaan tersebut. Di dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus menghadapi jemaat yang berasal dari kalangan bukanYahudi yang dipengaruhi oleh beberapa pengajar Yahudi. Mereka dipengaruhi bukan hanya supaya percaya akan perbedaan demikian dan melaksanakannya, melainkan juga ditekankan kepada mereka bahwa perbedaan itu adalah syarat bagi keselamatan mereka. Mereka diwajibkan melaksanakan hari-hari raya Yahudi. Jadi di sini perkaranya berbeda. Jemaat ditegur karena berbalik dari rancangan Injil, dan hidup di luar kasih karunia (Gal. 4:9-11). Jemaat Roma berbuat demikian karena lemah iman, tetapi orang Galatia melakukannya dengan sengaja dan niat jahat. Karena itu, Rasul Paulus menghadapi mereka dengan cara yang berbeda. Surat ini diduga ditulis beberapa waktu sebelum surat kepada Jemaat Galatia ditulis. Tampaknya Paulus ingin supaya hukum upacara ditinggalkan perlahan-lahan, sampai akhirnya mati secara terhormat. Nah, apabila kelihatannya jemaat Roma yang lemah ini hanya mengantarkan kepergiannya ke dalam kubur sambil menangis, maka jemaat Galatia justru mengeruknya keluar dari dalam abu.
- 2. Yang menimbulkan persoalan bukanlah perbedaan itu sendiri, melainkan kekeliruan dalam cara menangani perbedaan tersebut, sehingga perbedaan itu menjadi pokok perselisihan.
- (1) Anggota-anggota jemaat yang kuat dan mengetahui kemerdekaan Kristen yang mereka miliki serta menggunakannya, mencemooh anggota-anggota yang lemah, yang tidak tahu tentang kemerdekaan Kristen mereka. Seharusnya mereka mengasihani golongan yang lemah itu dan menolong mereka, serta menuntun mereka dengan lemah lembut dan ramah. Namun, mereka justru menginjak-injak jemaat yang lemah itu dengan menghina mereka tolol, menggelikan dan percaya takhayul saja, karena meragukan berbagai hal yang sebenarnya halal. Begitulah, orang-orang yang berpengetahuan cenderung menjadi besar kepala, dan mencemooh serta meremehkan sesamanya.
- (2) Anggota jemaat yang lemah dan tidak berani menggunakan kemerdekaan Kristen yang mereka miliki, menghakimi dan mengecam mereka yang kuat. Mereka yang kuat itu dipandang seakan-akan sebagai orang Kristen yang suka-suka hati, orang-orang percaya yang dikuasai kedagingan, berbuat sembarangan, nekat, dan tidak berpegang pada hukum. Jemaat yang lemah itu menghakimi yang kuat itu sebagai para pelanggar aturan, penghina ketetapan Allah, dan sebagainya. Kecaman semacam ini memperlihatkan betapa mereka sungguh ceroboh dan tidak bermurah hati, yang pada akhirnya jelas akan mengakibatkan hilangnya rasa kasih sayang. Inilah penyakitnya, dan sampai hari ini pun kita masih tetap melihatnya di dalam jemaat. Perbedaan-perbedaan lain yang serupa, bila salah urus, masih mengusik ketenteraman jemaat sekarang ini. Namun,
- II. Kepada kita diberitahukan petunjuk dan saran untuk meredakan pertengkaran ini, untuk mencegah akibat buruk yang ditimbulkannya. Rasul Paulus, seperti seorang dokter yang bijak, memberikan resep yang manjur untuk penyakit ini, yang mengandung berbagai peraturan dan penjelasan. Cara yang lembut seperti itulah yang digunakan Paulus. Dengan tali kesetiaan ia menarik mereka berkumpul bersama, bukan dengan cara mengucilkan dari persekutuan, melarang, atau membungkam salah satu pihak. Paulus melakukannya dengan membujuk kedua pihak supaya sabar satu dengan yang lain. Dan seperti wasit yang adil ia memegang mereka berdua, menasihati yang kuat supaya jangan suka menghina, sedangkan yang lemah dinasihatinya supaya jangan suka mengecam. Jika kedua pihak yang berseteru mau ditengahi, masing-masing melunakkan sikapnya, mengesampingkan perbedaan dan mengedepankan kemurahan hati, maka segalanya akan segera menjadi baik. Mari kita perhatikan aturan-aturan yang diberikan Paulus, sebagian kepada yang kuat dan sebagian kepada yang lemah, dan beberapa untuk mereka berdua, karena mereka saling terkait. Ia menjelaskan alasan-alasan yang sesuai bagi aturan-aturan itu.
- 1. Mereka yang lemah harus diterima, tanpa mempercakapkan pendapatnya (ay. 1). Peganglah ini sebagai aturan umum. Gunakan semangatmu untuk hal-hal yang telah disepakati olehmu dan seluruh umat Allah, dan janganlah berbantah mengenai hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan. Terimalah dia, proslambavesthe – bawalah dia kepadamu, sambutlah dia, terimalah dia dengan penuh kasih sayang dan kelemah-lembutan. Porrigite manum (demikianlah menurut teks berbahasa Aram): ulurkanlah tanganmu kepadanya, untuk menolongnya, untuk membawanya kepadamu, dan menguatkan dia. Terimalah dia ke dalam persekutuanmu, dan bergaul, bersekutu dan jamulah dia dengan sepenuh hati. Perlakukan dia dengan sebaik-baiknya. Terimalah dia, jangan bertengkar dengannya, atau beradu mulut mengenai hal-hal yang diperdebatkan. Karena itu hanya akan membuatnya bingung, memenuhi benaknya dengan omong kosong, menyesatkannya, serta menggoyahkan imannya. Janganlah persekutuan dan persahabatan Kristen yang kaubangun terusik oleh pertengkaran dan adu mulut yang tidak berguna seperti itu. Tanpa menghakimi pemikirannya yang ragu (demikian artinya secara longgar), “tanpa membuat dia mengeluarkan pendapatnya yang lemah mengenai hal-hal yang diragukannya sendiri, sehingga engkau dapat mengecam dan menyalahkan dia.” Terimalah dia, bukan supaya kamu bisa mempermalukannya, melainkan untuk mengajari dan menguatkannya. Lihat 1 Korintus 1:10, Filipi 3:15-16.
- 2. Mereka yang kuat tidak boleh menghina yang lemah. Begitu pula, yang lemah tidak boleh menghakimi yang kuat (ay. 3). Hal ini disampaikan secara langsung terhadap kesalahan yang dilakukan oleh kedua pihak. Jarang sekali ada pertengkaran yang tidak disebabkan oleh adanya kesalahan pada kedua belah pihak, jadi karena itu keduanya harus berdamai. Paulus menegur keduanya sekaligus, kita tidak boleh menghina ataupun menghakimi saudara-saudara kita. Mengapa?
- (1) Karena Allah sudah menerima mereka. Jika kita menolak mereka yang sudah diterima-Nya, artinya kita juga menolak Dia. Allah tidak pernah membuang siapa saja yang telah memperoleh kasih karunia yang sejati, meskipun orang itu lemah dalam menggunakan kasih karunia itu. Dia tidak pernah memutuskan buluh yang patah terkulai. Orang percaya, baik yang kuat maupun yang lemah, yang makan maupun yang tidak makan, jika mereka sungguh-sungguh menjadi orang percaya, maka mereka diterima oleh Allah. Saat kita tergoda untuk menghina saudara-saudara kita, mencemooh dan mengecam mereka, ada baiknya jika kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Bukankah mereka milik Allah? Dan jka memang demikian, masakan aku berani menolak mereka?” “Malahan, bukan saja Allah telah menerimanya, tetapi juga menjaga dia terus berdiri (ay. 4). Kamu mengira barangsiapa makan akan jatuh karena kenekatannya, atau barangsiapa tidak makan akan tertimpa rasa takut dan keraguannya sendiri. Tetapi jika mereka memiliki iman sejati, dan mengarahkan pandangan pada Allah, maka orang yang menggunakan kemerdekaan Kristennya dengan baik ataupun orang yang hati-hati menahan diri, mereka akan dijaga supaya terus berdiri, yang satu di dalam kesungguhannya, sedangkan yang lain di dalam kebebasannya. Pengharapan ini dibangun di atas dasar kuasa Tuhan, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri. Dan karena mampu, maka tidak diragukan lagi Dia bersedia mengerjakan kuasa-Nya untuk menjaga milik-Nya.” Di dalam bahaya dan persoalan-persoalan rohani (yang dialami oleh kita ataupun orang lain), sebagian besar pengharapan dan perlindungan kita didasarkan pada kuasa ilahi (1Ptr. 1:5; Yud. 24).
- (2) Karena mereka adalah hamba milik tuan mereka (ay. 4).Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Kita menganggap itu urusan kecil saja yang tidak ada salahnya jika kita mengurusi hamba orang lain, mencari kesalahan mereka dan menegur mereka. Orang-orang Kristen yang lemah maupun yang kuat adalah sungguh-sungguh saudara kita, tetapi mereka bukan hamba kita. Sikap suka menghakimi sembarangan ini dicela (Yak. 3:1), di mana disebutkan mengenai banyaknya orang yang mau menjadi guru (KJV: menjadi tuan). Kita menjadikan diri kita sebagai tuan bagi saudara-saudara kita, dan pada intinya sama dengan merebut takhta Allah, ketika kita mengambil alih untuk menghakimi mereka, khususnya untuk menghakimi pikiran dan maksud mereka, yang berbeda dengan cara pikir kita. Juga, kita tidak bisa menghakimi penampilan dan keadaan mereka, mengingat hal-hal ini sulit dinilai karena berada di luar pemahaman kita. Allah tidak melihat sebagaimana manusia melihat. Lagi pula, Dialah yang menjadi tuan mereka, bukan kita. Ketika kita menghakimi dan mencela saudara-saudara kita, artinya kita sedang mencampuri sesuatu yang bukan urusan kita. Urusan kita sendiri sudah banyak, dan seandainya memang kita perlu menghakimi, marilah melakukannya terhadap hati dan jalan kita sendiri. Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Maksudnya, nasibnya tergantung pada keputusan tuannya, bukan tergantung pada kita. Sungguh untung bahwa kita tidak berdiri atau jatuh menurut penghakiman orang lain, tetapi oleh penghakiman Allah yang adil dan tidak pernah salah, yang dibuat berdasarkan kebenaran! “Ketika engkau menghakimi perkara saudaramu, maka perkara itu coram non judice – ada di hadapan seorang yang bukan hakim. Pengadilan sorga adalah pengadilan yang benar, di situ, dan hanya di situ, keputusan yang dikeluarkan adalah tetap dan tidak dapat digugat. Karena itu, jika hati seseorang lurus, maka dengan tenang ia dapat meminta perlindungan kepadanya dari tuduhanmu yang semena-mena.”
- (3) Karena baik yang satu maupun yang lain, jika mereka sungguh-sungguh adalah orang percaya dan benar sebenar-benarnya, maka mereka mengarahkan pandangan kepada Allah dan hanya mencari pembenaran dari-Nya dalam apa yang mereka lakukan (ay. 6). Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu – yang taat melaksanakan hari-hari raya dan puasa orang Yahudi, tidak memaksakannya kepada orang lain atau mewajibkan hal itu, tetapi rela melakukannya karena keyakinannya sendiri, dan merasa tidak ada salahnya beristirahat dari pekerjaan duniawi, dan beribadah kepada Allah pada hari-hari itu – maka itu diperbolehkan. Dalam hal ini kita boleh yakin bahwa, karena di dalam segala hal yang lain ia bersikap sebagaimana orang Kristen yang baik, maka di dalam hal ini pula ia juga tidak mendua, dan melakukannya untuk Tuhan. Dan Allah bersedia menerima maksudnya yang jujur, meskipun ia keliru karena menaati hari-hari itu. Karena hati yang tulus dan benar tidak pernah ditolak, meskipun pikiran lemah dan bimbang. Betapa baiknya Tuan yang kita layani ini! Di sisi lain, ia yang tidak berpegang pada suatu hari yang tertentu – yang tidak membeda-bedakan satu hari dengan hari yang lain, tidak menyebut satu hari kudus sedangkan yang lainnya najis, satu hari menguntungkan sedangkan yang lain tidak menguntungkan, tetapi menganggap bahwa semua hari sama, janganlah ia melakukannya karena ingin menentang, melawan, atau menghina saudaranya. Jika dia adalah seorang Kristen yang baik, maka ia tidak akan, dan tidak akan berani, melakukannya berdasarkan pemikiran semacam itu. Oleh karena itu dengan sukacita kita dapat menyimpulkan bahwa untuk Tuhanlah ia tidak memandang hari-hari itu demikian. Orang tersebut tidak membeda-bedakan hari karena tahu Allah juga tidak membeda-bedakannya. Karena itu pula ia bermaksud menunjukkan rasa hormatnya dengan menguduskan semua hari bagi Tuhan. Begitu juga dengan contoh yang lain. Siapa makan apa pun yang dihidangkan kepadanya, entah itu darah, entah itu daging babi, jika ia dapat memakannya, maka ia melakukannya untuk Tuhan. Ia memahami kebebasan yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, dan menggunakannya untuk memuliakan Allah, dengan memerhatikan hikmat dan kebaikan Allah dalam memperluas kebebasan kita yang sekarang di bawah Injil, dan melepaskan kuk Taurat yang penuh larangan. Ia mengucap syukur kepada Allah atas beraneka macam makanan yang diterimanya, dan bahwa ia bebas memakannya, dan bahwa di dalam semua itu hati nuraninya tidak terbelenggu. Di sisi lain, siapa tidak makan makanan yang dilarang oleh hukum Taurat, ia melakukannya untuk Tuhan. Itu dilakukannya untuk Tuhan, karena ia takut menentang Allah dengan memakan sesuatu yang diyakininya pernah dilarang. Dan ia juga mengucap syukur kepada Allah karena selain yang dilarang, masih cukup banyak makanan yang lain. Jika ia menyangkal diri terhadap sesuatu yang diyakininya sebagai buah terlarang, ia mengucap syukur kepada Allah karena pepohonan lain di dalam taman masih boleh dimakan buahnya. Jadi, jika keduanya mengarahkan pandangan kepada Allah dalam setiap perbuatan mereka, dan melakukannya untuk Dia berdasarkan kesungguhan mereka, lalu mengapa salah satu dari mereka harus dihakimi atau dihina? Perhatikan, entah kita makan daging, atau makan sayur, itu merupakan ucapan syukur kepada Allah, yang menciptakan dan memberikan segala rahmat bagi kita, yang menguduskan dan menjadikannya indah. Uskup Sanderson, dalam khotbahnya yang ke-34, berdasarkan 1 Timotius 4:4, dengan tepat membuat pengamatan ini: Tampak dengan ini bahwa mengucap syukur (yang biasa kita sebut demikian, mungkin diambil dari 1 Kor. 10:30) sebelum dan sesudah makan sudah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan jemaat, di antara semua golongan Kristen, lemah ataupun kuat. Ini merupakan suatu kebiasaan Kristen zaman dahulu, yang dipelihara, sesuai ajaran para rasul, dan diturunkan oleh teladan Kristus hingga sepanjang zaman sejarah gereja (Mat. 14:19; 15:36; Luk. 9:16; Yoh. 6:11; Mat. 26:26-27; Kis. 27:35). Baik memberkati makhluk hidup dalam nama Tuhan sebelum kita memakannya, maupun memuliakan nama Allah setelah memakannya, kedua hal itu termasuk di dalamnya, karena eulogein dan eucharistein digunakan secara bergantian. Untuk menjernihkan perdebatan mengenai sikap saling menghakimi dan menghina, Paulus menunjukkan betapa pentingnya bagi orang Kristen yang sungguh-sungguh untuk melakukan sesuatu bagi Allah dan bukan bagi diri kita sendiri. Artinya, kita harus menganggap benar segala hal sepele yang bertentangan dengan keyakinan kita, kecuali terbukti sebaliknya. Perhatikan gambaran Paulus mengenai orang Kristen sejati, dilihat dari tujuan dan sasarannya (ay. 7-8), serta dasarnya (ay. 9).
- [1] Tujuan dan sasaran kita: bukan diri kita sendiri, melainkan Tuhan. Seperti halnya tujuan menentukan tindakan yang diambil, demikian pula ruang lingkup dan kecenderungan secara umum menentukan keadaan. Jika kita ingin tahu jalan mana yang sedang kita lalui, maka kita harus mencari tahu ke mana kita menuju.
- Pertama, bukan untuk diri kita sendiri. Kita telah belajar untuk menyangkal diri. Inilah pelajaran pertama kita: Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri. Ini adalah suatu hal yang disepakati oleh seluruh umat Allah, meskipun mereka berbeda dalam hal-hal yang lain. Meskipun beberapa di antara mereka lemah sedangkan yang lain kuat, namun keduanya sepakat dalam hal ini, yaitu tidak hidup bagi diri mereka sendiri. Tidak seorang pun yang telah menyerahkan diri kepada Kristus boleh hidup untuk memuaskan dirinya sendiri. Itu bertentangan dengan dasar Kekristenan sejati. Kita tidak boleh hidup ataupun mati untuk diri kita sendiri. Kita bukan tuan atas diri kita sendiri, juga bukan pemilik. Kita tidak dapat menentukan nasib kita. Tugas kita di dalam kehidupan ini bukan untuk menyenangkan diri sendiri, melainkan untuk menyenangkan hati Allah. Tujuan kematian, sesuatu yang setiap hari kita temui dan kita hadapi, bukan supaya kita dibicarakan orang. Ketika kita mati setiap hari, itu bukan untuk mencari kemuliaan yang sia-sia. Ketika akhirnya kita sungguh-sungguh mati, itu juga bukan untuk diri kita sendiri. Kematian bukan semata-mata menanggalkan dan melepaskan beban duniawi, tetapi untuk Tuhan, supaya kita dapat pergi dan berada bersama-sama dengan Kristus, dan hidup bersama Tuhan.
- Kedua, tetapi untuk Tuhan (ay. 8), untuk Kristus Tuhan, yang diserahkan segala kuasa dan penghakiman, dan di dalam nama-Nya kita sebagai orang Kristen diajar untuk melakukan segala sesuatu (Kol. 3:17), dengan mata tertuju pada kehendak Kristus sebagai peraturan kita, dan pada kemuliaan Kristus sebagai tujuan kita (Fil. 1:21). Kristus adalah keuntungan yang hendak kita tuju, baik hidup maupun mati. Kita hidup untuk memuliakan Dia di dalam segala tindakan dan peristiwa di dalam hidup kita. Kita mati, entah secara alami atau tiba-tiba, untuk memuliakan Dia, dan pergi supaya dimuliakan bersama Dia. Kristus adalah pusat, di mana di dalam Dia seluruh garis hidup dan mati bertemu. Inilah Kekristenan sejati, yang menjadikan Kristus segala-galanya. Dengan demikian, baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan, mengabdi kepada-Nya, bergantung pada-Nya, dirancang dan merancang untuk Dia. Meskipun beberapa orang Kristen lemah sedangkan yang lain kuat, meskipun di dalam berbagai hal sepele ada perbedaan ukuran, kemampuan, cara, dan kebiasaan, namun mereka semua adalah milik Tuhan. Semuanya memandang, melayani, dan melakukan segala se suatu bagi Kristus. Karena itu mereka sama-sama diakui dan diterima oleh-Nya. Jika begitu, maka berhakkah kita menghakimi atau menghina mereka, seolah-olah kita adalah tuan mereka, dan mereka melakukan segala sesuatu untuk menyenangkan hati kita, dan kitalah yang menetapkan mereka untuk berdiri atau jatuh?
- [2] Dasar dari pernyataan ini (ay. 9). Ini didasarkan pada kekuasaan dan kedaulatan Kristus yang mutlak, yang merupakan hasil dan tujuan dari kematian dan kebangkitan-Nya. Untuk itulah Kristus telah mati, bangkit dan hidup kembali (setelah bangkit, Dia menjalani kehidupan di sorga, yaitu kemuliaan yang telah dimiliki-Nya sebelumnya) supaya Ia menjadi Tuhan atas orang-orang mati maupun atas orang-orang hidup, supaya Ia menjadi raja atas segalanya, Tuhan dari semuanya (Kis. 10:36), baik segala makhluk yang hidup maupun tidak hidup. Karena Dia adalah kepala atas segala sesuatu bagi jemaat. Ia adalah Tuhan atas semua yang hidup untuk memerintah mereka, dan Tuhan atas semua yang mati untuk menerima dan membangkitkan mereka. Inilah nama di atas segala nama yang dikaruniakan Allah kepada-Nya sebagai upah karena telah rela merendahkan diri-Nya (Fil. 2:8-9). Setelah mati dan bangkit, Dia berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa” (Mat. 28:18), dan segera Dia memperlihatkan kuasa itu dengan memberikan amanat agung kepada kita (ay. 19-20). Nah, jika Kristus sudah membayar begitu mahal untuk dapat menguasai jiwa dan hati nurani, dan sangat berhak untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, maka kita sama sekali tidak boleh melanggar atau menentang kekuasaan tersebut, dengan menghakimi hati nurani saudara-saudara kita, dan mengadili mereka sendiri. Ketika kita hendak mengecam dan menghina nama dan kenangan dari orang-orang yang telah mati dan pergi, serta mempersalahkan mereka (yang lebih senang dilakukan oleh beberapa orang karena kecaman terhadap orang mati kemungkinan besar tidak bisa dilarang atau ditentang), kita harus mengingat bahwa Kristus juga Tuhan atas orang mati, tidak hanya atas orang hidup. Jika mereka mati, artinya mereka sudah mempertanggungjawabkan hidup mereka, dan itu sudah cukup. Dan ini mengantarkan kita pada alasan lain supaya jangan suka menghakimi dan menghina,
- (4) Karena baik yang satu maupun yang lain harus segera memberikan pertanggungjawaban (ay. 10-12). Keyakinan akan adanya penghakiman pada hari yang besar itu akan membungkam semua main hakim yang semena-mena ini: Tetapi engkau, mengapakah engkau yang lemah menghakimi saudaramu yang kuat? Atau mengapakah engkau yang kuat menghina saudaramu yang lemah? Mengapa terjadi segala pertentangan, bentrokan, dan saling mengecam, di antara orang-orang Kristen? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus (2Kor. 5:10). Kristus akan menjadi hakimnya, dan Dia berkuasa serta sanggup menetapkan nasib manusia di dalam kekekalan berdasarkan pekerjaan mereka. Dan di hadapan-Nya kita harus berdiri satu demi satu untuk diadili dan memberikan pertanggungjawaban, dan menantikan keputusan akhir-Nya mengenai nasib kita, yang tidak dapat diubah lagi selama-lamanya. Untuk menggambarkan hal ini (ay. 11), Paulus mengutip satu ayat dari Perjanjian Lama, yang berbicara tentang kedaulatan dan kekuasaan Kristus akan segala sesuatu, dan yang dinyatakan melalui sumpah: Demi Aku hidup (demikianlah firman Tuhan), semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku. Ini dikutip dari Yesaya 45:23. Di sana dikatakan, Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, di sini dikatakan, Demi Aku hidup. Karena itu, setiap kali Allah berkata demi Aku hidup, itu harus diartikan sebagai sumpah demi diri-Nya. Karena Allah memiliki hak istimewa untuk memiliki hidup di dalam diri-Nya sendiri. Di dalam Yesaya terdapat pembenaran yang lebih jauh mengenai hal itu, dari mulut-Ku telah keluar perkataan ini. Secara umum, itu merupakan suatu nubuatan mengenai kekuasaan Kristus, dan di sini sepenuhnya dimaksudkan tentang penghakiman di hari yang besar itu, yang akan menjadi pernyataan yang paling luar biasa dan hebat akan kekuasaan Kristus tersebut. Ini merupakan bukti akan ke-Allah-an Kristus. Dia adalah Tuhan dan Dia adalah Allah, sama denganBapa. Penghormatan ilahi layak diberikan kepada-Nya, dan kita harus memberikannya. Penghormatan diberikan kepada Allah melalui Dia sebagai Perantara. Allah akan menghakimi dunia melalui Dia (Kis. 17:31). Lutut yang menyembah dan lidah yang memuliakan Dia hanya merupakan ungkapan lahiriah dari pengagungan dan puji-pujian yang ada di dalam hati. Setiap lutut dan setiap lidah akan melakukannya, baik secara sukarela maupun terpaksa.
- [1] Semua sahabat Allah melakukannya dengan sukarela, dan dijadikan rela pada hari kuasa-Nya. Berbahagialah orang yang tunduk kepada Yesus Kristus dengan gembira, penuh pengabdian, dan sepenuh hati.
- Pertama, Bertekuk lutut di hadapan-Nya, yaitu pikiran bertekuk lutut pada kebenaran-Nya, kehendak pada hukum-hukum-Nya, dan manusia seutuhnya pada kekuasaan-Nya. Dan ini diungkapkan dengan menekuk lutut, yaitu suatu sikap mengagungkan dan berdoa. Sikap itu yang ditunjukkan di hadapan Yusuf, “Hormat!” (Kej. 41:43, KJV: Berlutut!). Meskipun latihan badani saja terbatas gunanya, namun karena hal itu dilakukan dengan rasa takut dan hormat batiniah, maka sikap itu diterima.
- Kedua, memuliakan Dia (KJV: mengaku kepada-Nya – pen.), yaitu mengakui kemuliaan, keindahan, dan kebesaran-Nya. Mengakui betapa rendah dan buruknya kita, dengan mengakui dosa-dosa kita kepada-Nya. Demikianlah menurut beberapa orang.
- [2] Semua musuh-Nya akan dipaksa untuk melakukannya, entah mereka bersedia atau tidak. Saat Ia datang dengan awan-awan, dan setiap mata akan melihat Dia, maka, dan tidak sebelum itu terjadi, semua janji yang berbicara tentang kemenangan-Nya atas musuh-musuh-Nya dan bahwa mereka akan tunduk kepada-Nya akan digenapi secara penuh dan sempurna. Pada saat itu, musuh-musuh-Nya menjadi tumpuan kaki-Nya, dan musuh-musuh-Nya menjilat debu. Sampai di sini Paulus menyimpulkan (ay. 12), demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah. Kita tidak boleh bertanggung jawab untuk orang lain, begitu juga sebaliknya. Tetapi setiap orang harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Kita harus mempertanggungjawabkan bagaimana cara kita menghabiskan waktu, bagaimana kita memanfaatkan kesempatan kita, apa yang telah kita lakukan dan bagaimana kita melakukannya. Dan karena itu,
- Pertama, kita tidak berhak menghakimi orang lain, karena mereka tidak bertanggung jawab kepada kita, demikian pula kita kepada mereka (Gal. 2:6). Bagaimana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak memandang muka. Siapa pun mereka, dan apa pun yang mereka perbuat, mereka harus mempertanggungjawabkannya kepada tuan mereka sendiri, dan bukan kepada kita. Jika kita dapat menolong mereka entah di dalam suatu hal, itu baik, tetapi kita tidak berkuasa atas iman mereka. Dan,
- Kedua, kita lebih perlu menghakimi diri sendiri. Kita punya hal-hal yang harus diurus sendiri, dan itu sudah cukup bagi kita. Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri(Gal. 6:4), menyatakan pertanggungjawabannya sendiri, menyelidiki hati dan hidupnya sendiri. Baiklah semua hal ini mengisi pikirannya. Orang yang selalu menghakimi dan merendahkan diri sendiri tidak akan cepat menghakimi dan menghina saudaranya. Baiklah semua perbedaan ini ditengahi oleh Kristus pada hari yang besar itu.
- (5) Karena pokok Kekristenan tidak terletak pada hal-hal ini. Tidak pula semuanya itu yang sungguh-sungguh penting di dalam ibadah, untuk pihak mana pun. Inilah alasan yang disampaikan Paulus (ay. 17-18), yang dapat dirangkum menjadi nasihat berikut. Mengapa kamu harus menghabiskan tenaga demi mengikuti atau menentang perkara-perkara yang sangat remeh dan tidak penting untuk ibadah? Beberapa orang menjadikan pernyataan ini sebagai alasan mengapa kita harus membatasi diri dalam menggunakan kemerdekaan Kristen kita, seandainya ada yang membantah. Namun agaknya pernyataan ini ditujukan secara umum terhadap gejolak yang timbul tentang berbagai per soalan ini, yang dilihat Paulus pada kedua belah pihak. Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan, dst. Perhatikan di sini,
- [1] Apa itu Kekristenan sejati: di sini disebutkan, Kerajaan Allah. Kekristenan merupakan suatu agama yang dimaksudkan untuk memerintah kita. Kekristenan itu sebuah kerajaan. Kekristenan tunduk secara tulus dan sepenuh hati pada kuasa dan kekuasaan Allah. Masa Injil secara khusus disebut kerajaan Allah, untuk membedakannya dengan masa hukum Taurat (Mat. 3:2; 4:17).
- Pertama, Kekristenan bukanlah soal makanan dan minuman. Kekristenan tidak terdiri dari boleh atau pantang memakan makanan dan minuman yang ini atau itu. Kekristenan tidak memberikan peraturan tentang hal itu, dalam cara yang mana pun. Agama Yahudi memiliki banyak peraturan mengenai makanan dan minuman (Ibr. 9:10), melarang beberapa jenis makanan secara agamawi (Im. 11:2), memakan makanan yang lain secara agamawi, seperti yang ada pada beberapa persembahan korban, di mana ada bagian-bagian yang harus dimakan di hadapan Tuhan. Namun semua ketetapan ini telah dibatalkan dan sudah tidak ada lagi (Kol. 2:21-22). Sudah tidak ada larangan di dalam hal ini. Semua yang diciptakan Allah itu baik (1Tim. 4:4). Jadi, sebagaimana hal yang lain, bersunat atau tidak bersunat (Gal. 5:6; 6:15; 1Kor. 7:19), memihak golongan tertentu, atau menganut keyakinan ini atau itu di dalam perkara sepele, tidak menentukan apakah kita berkenan di hadapan Allah atau tidak. Pada akhir zaman tidak akan ada pertanyaan, “Siapa yang makan daging, dan siapa yang makan sayur?” “Siapa yang merayakan hari-hari yang kudus, dan siapa yang tidak?” Juga tidak akan ditanyakan, “Siapa yang menuruti peraturan dan siapa yang tidak menuruti peraturan?” Namun yang ditanyakan adalah, “Siapa yang takut akan Allah dan mengerjakan kebenaran, dan siapa yang tidak?” Tidak ada yang dapat lebih menghancurkan Kekristenan sejati selain menempatkannya ke dalam bentuk, posisi dan keadaan tertentu, yang justru akan meniadakan apa yang penting.
- Kedua, Kekristenan adalah soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Ini merupakan sebagian dari pokok-pokok Kekristenan, hal-hal yang disepakati oleh seluruh umat Allah. Kita harus mengerahkan tenaga kita untuk mengejar semuanya ini, dan harus selalu memperhatikannya dengan segala kepedulian. Kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita merupakan perkataan yang sangat luas maknanya. Masing-masing mengandung banyak hal yang membentuk dasar maupun bagian atas dari bangunan agama. Jika saya boleh membatasi makna dari hal-hal tersebut, maka jadinya akan seperti ini: Terhadap Allah, yang paling penting bagi kita adalah kebenaran,yaitu tampil di hadapan-Nya dalam keadaan dibenarkan melalui jasa kematian Kristus, dan dikuduskan oleh Roh anugerah-Nya. Sebab, Tuhan yang benar itu mencintai kebenaran. Sedangkan terhadap saudara-saudara kita, yang paling penting adalah damai sejahtera,yaitu hidup di dalam damai dan kasih, serta saling menolong dengan mereka, kemudian berusaha untuk hidup damai dengan semua orang. Karena Kristus datang ke dunia untuk menjadi sang pembawa damai. Terhadap diri kita sendiri, yang paling penting adalah sukacita oleh Roh Kudus,yaitu sukacita rohani yang dikerjakan oleh Roh yang terkasih itu di dalam hati orang percaya, yang menghormati Allah sebagai bapa yang telah diperdamaikan dengan mereka, dan sorga sebagai rumah yang akan datang. Selain penundukan diri terhadap Allah, dalam menjalani kehidupan beragama kita harus memiliki kepuasan di dalam Dia. Kita harus selalu bersuka di dalam Tuhan. Jelaslah bahwa kita melayani Tuan yang baik, karena Dia menjadikan damai sejahtera dan sukacita sebagai sesuatu yang sangat penting di dalam ibadah kita. Kita dapat mengharapkan damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus hanya, dan hanya, setelah dasar diletakkan di atas kebenaran (Yes. 32:17).
- Ketiga, dalam semuanya ini melayani Kristus(ay. 18), melakukan semua ini karena menghormati Kristus sendiri sebagai Tuan kita. Juga, menghormati kehendak-Nya sebagai peraturan yang harus kita taati dan menjadikan kemuliaan-Nya sebagai tujuan kita. Yang membuat semua pekerjaan baik kita diterima adalah karena kita melakukannya untuk Kristus. Kita harus melayani segala kepentingan dan rancangan-Nya di dunia, yang harus didahulukan jika kita ingin diperdamaikan satu sama lain. Apa arti Kekristenan selain untuk melayani Kristus? Dengan demikian kita akan mampu melayani Dia yang sebelumnya telah mengambil rupa sebagai hamba demi kita serta keselamatan kita.
- [2] Keuntungannya. Orang yang sungguh-sungguh memperhatikan dan melakukan hal-hal ini,
- Pertama, ia berkenan pada Allah. Allah sangat senang dengan orang yang demikian, meskipun ia tidak sempurna dalam segala sesuatu. Ia mendapatkan kasih dan perkenan Allah. Dirinya dan perbuatannya diterima oleh Allah, dan kita sudah tidak memerlukan apa pun yang lain untuk membahagiakan diri kita. Jika Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu, makanlah rotimu dengan sukaria. Orang-orang yang paling menyenangkan hati Allah adalah orang yang paling mendapat perkenanan-Nya. Dan mereka adalah orang-orang yang paling berkelimpahan dalam damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
- Kedua, ia diakui oleh manusia, oleh semua orang yang bijaksana dan baik, sedangkan pendapat orang lainnya tidak perlu diperhatikan. Orang dan hal-hal yang berkenan kepada Allah harus kita akui pula. Tidakkah seharusnya kita senang dengan apa yang disenangi Allah? Untuk apa sesuatu dikuduskan, jika bukan karena dihargai oleh Allah? Perhatikan, pujian manusia tidak boleh diabaikan, karena kita harus jujur di hadapan semua orang, dan memikirkan hal-hal yang manis dan sedap didengar. Namun kita harus mengutamakan dan mengejar perkenan Allah terlebih dahulu, karena cepat atau lambat, Allah akan menjadikan seluruh dunia sepakat dengan Dia.
- 3. Peraturan lain yang diberikan di sini adalah, bahwa mengenai hal-hal yang meragukan ini, setiap orang tidak hanya boleh, tetapi juga harus, bertindak menurut terang yang telah diberikan Allah kepadanya. Ini disampaikan (ay. 5), hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. Artinya, “Perbuatlah sesuai dengan penilaianmu di dalam hal-hal ini, dan biarkan orang lain berbuat serupa. Jangan mengecam apa yang dilakukan orang lain, biarlah mereka melakukan apa yang mereka yakini. Jika mereka yakin di dalam pikiran mereka sendiri untuk berbuat begini dan begitu, jangan mengecam mereka. Namun apabila engkau sungguh-sungguh meyakini sebaliknya, maka jangan menjadikan apa yang mereka lakukan itu sebagai peraturan bagimu, dan juga jangan memaksakan apa yang kamu lakukan sebagai peraturan bagi mereka. Waspadalah supaya engkau jangan bertindak menentang hati nurani yang ragu. Yakinlah terlebih dahulu bahwa apa yang engkau lakukan itu boleh, sebelum engkau melakukannya.” Mengenai hal-hal yang meragukan, lebih baik kita mencari aman. Jika seorang Kristen yang lemah tidak yakin apakah ia boleh makan daging, maka selama masih ragu-ragu sebaiknya ia menahan diri, sampai sudah benar-benar yakin. Kita tidak boleh memaksakan keyakinan kita kepada siapa saja, atau mewajibkan kebiasaan orang lain untuk kita sendiri. Sebaliknya, perbuatlah sesuai pengertian kita sendiri. Untuk ini Paulus menyatakan pendapatnya (ay. 14 dan 23), dengan dua ayat yang menjelaskannya, dan memberikan peraturan kepada kita supaya jangan bertindak melawan,
- (1) Hati nurani yang keliru (ay. 14). Jika ada sesuatu yang sebenarnya sepele, yang sebenarnya bukan dosa jika dilakukan, namun kita menganggapnya dosa jika melakukannya, maka itu menjadi dosa bagi kita – meskipun tidak demikian bagi orang lain – karena kita bertindak melawan hati nurani kita sendiri, meskipun hati nurani kita sebenarnya keliru. Paulus menjelaskan perkara ini, mengenai perbedaan dalam hal makanan. Perhatikanlah,
- [1] Keyakinan Paulus sendiri di dalam perkara ini. “Aku tahu dan yakin. Aku sangat yakin, aku mengenal kemerdekaan Kristen yang kumiliki, dan benar-benar percaya, tanpa sedikit pun keraguan atau keberatan, bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri. Maksudnya, tidak ada makanan yang dinyatakan haram menurut hukum Taurat, atau tidak boleh dimakan, jika itu adalah makanan yang layak dimakan oleh manusia.” Beberapa makanan tertentu diharamkan bagi orang Yahudi, supaya dengan demikian, sebagaimana dalam beberapa hal yang lain, mereka menjadi umat yang khusus (Im. 11:44; Ul. 14:2-3). Dosa telah mendatangkan kutuk ke atas semua makhluk. Terkutuklah tanah karena engkau. Manusia tidak boleh lagi memakan binatang dan tidak lagi berkuasa atas mereka, sehingga bagi manusia, mereka semua dinyatakan najis (Tit. 1:15). Sebagai tanda untuk itu, melalui hukum Taurat Allah melarang beberapa jenis binatang untuk dimakan, untuk menunjukkan apa yang dapat dilakukan-Nya mengenai semua ciptaan. Namun sekarang setelah Kristus menghapuskan semua kutuk, larangan tersebut dibatalkan. Karena itu, Paulus mengatakan bahwa ia yakin dalam Tuhan Yesus, bukan hanya karena Dialah yang telah meyakinkannya, melainkan juga karena Dialah dasar dari keyakinan itu. Keyakinan Paulus didirikan di atas dasar kuasa kematian Kristus, yang menghapuskan kutuk, membatalkan larangan, dan memulihkan hak kita untuk memakan makhluk hidup pada umumnya, dan pada akhirnya mengakhiri larangan tersebut. Jadi, karena tidak ada apa pun yang najis dari dirinya sendiri, maka setiap ciptaan Allah adalah baik, dan tidak ada yang haram, begitulah tafsirannya, ouden koinon. Apa yang najis untuk dimakan bagi orang lain, orang-orang yang taat beribadah tidak dilarang memakannya. Tidak ada yang kotor. Dalam artian inilah orang Yahudi menggunakan istilah haram. Ini diperjelas dengan pemakaian kata akatharton (Kis. 10:14), bahwa tidak ada yang haram atau tidak tahir. Bukan hanya oleh karena pewahyuan yang disingkapkan kepada Petrus mengenai persoalan ini, tetapi juga dari tujuan dan arah dari seluruh isi Injil, serta dari tujuan kematian Kristus secara umum, maka Paulus belajar untuk tidak menyebut sesuatu sebagai haram atau tidak tahir. Ini merupakan keyakinan Paulus sendiri, dan ia berbuat sesuai dengan apa yang diyakininya.
- [2] Namun di sini Paulus memperingatkan orang-orang yang tidak memiliki keyakinan tentang hal itu, seperti yang dipunyainya. Bagi orang yang beranggapan, bahwa sesuatu adalah najis, meskipun anggapan itu keliru, maka bagi orang itulah sesuatu itu najis. Ketetapan mengenai perkara yang sangat khusus ini mengandung suatu aturan umum, yaitu barangsiapa melakukan sesuatu yang begitu diyakininya sebagai sesuatu yang haram, entah apa pun hal itu, maka itu merupakan dosa baginya. Peraturan ini lahir dari hukum penciptaan kita, yang menyatakan bahwa kehendak kita, beserta semua pilihan, tindakan, dan arah yang diambilnya, harus taat pada pengertian kita. Ini merupakan ketetapan alam, yang akan menjadi rusak jika pengertian kita (meskipun pengertian tersebut keliru) berkata bahwa hal semacam itu adalah dosa, tetapi kita tetap melakukannya. Ini adalah kehendak untuk berbuat jahat. Karena jika kita menganggap sesuatu sebagai dosa, dan tetap melakukannya, artinya dalam kehendak kita terdapat kebobrokan dan kejahatan yang sama dengan seandainya hal tersebut memang benar-benar merupakan dosa. Oleh karena itu sebaiknya kita tidak melakukannya. Bukan berarti pikiran manusia berkuasa untuk mengubah sifat dari tindakan itu sendiri, tetapi terhadap dirinya sendiri. Dengan aturan yang sama, kita juga harus mengerti bahwa penilaian dan pendapat manusia dapat menjadikan sesuatu yang baik dari hal itu sendiri menjadi buruk bagi mereka, tetapi manusia tidak bisa membuat sesuatu yang jahat menjadi baik, entah baik di dalam hal itu sendiri maupun bagi diri mereka. Jika seseorang merasa sangat yakin (contoh dalam khotbah Dr. Sanderson, mengenai Kis. 14:23) bahwa meminta berkat ke pada ayahnya merupakan perbuatan yang jahat, maka pemikiran yang keliru itu akan menjadikan tindakan tersebut jahat baginya. Namun jika seseorang merasa sangat yakin bahwa mengutuki ayahnya merupakan suatu perbuatan baik, maka itu tidak menjadikan perbuatan tersebut sebagai sesuatu yang baik. Orang Farisi mengajarkan supaya orang membenarkan hati nuraninya, ketika mereka menjadikan korban persembahan sebagai alasan supaya tidak perlu menghormati orangtua (Mat. 15:5-6). Tindakan ini sama sekali tidak lebih benar daripada kekeliruan nurani Paulus yang membenarkan kebenciannya terhadap Kekristenan pada masa dulu (Kis. 26:9), atau kebencian orang Yahudi (Yoh. 16:2).
- (2) Kita juga tidak boleh bertindak melawan hati nurani yang ragu-ragu. Dalam perkara-perkara yang kurang penting, yang kita yakini bukan sebagai dosa jika tidak dilakukan, tetapi masih belum yakin apakah boleh melakukannya, kita tidak boleh melakukannya selama kita masih merasa bimbang. Karena barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum (ay. 23). Maksudnya, tindakan tersebut menjadi dosa baginya. Ia dihukum, katakekritai – ia terkutuk oleh hati nuraninya sendiri, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman, dan melakukan apa yang tidak yakin boleh dilakukannya. Contohnya, seseorang belum pasti apakah ia boleh makan daging babi atau tidak. Tetapi, meskipun ragu-ragu, ia tertarik untuk melakukannya, karena melihat yang lain juga makan. Alasannya karena dia ingin memuaskan hawa nafsunya dengan makanan tersebut, atau supaya tidak dicela karena hanya dia yang berbeda sendiri. Dalam hal ini, mau tidak mau hatinya akan menghukum dirinya sendiri karena telah melakukan pelanggaran. Peraturannya yaitu kita harus berjalan sejauh tingkat pengertian yang telah kita capai, dan tidak lebih dari itu (Fil. 3:15-16). Karena segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa. Secara umum, ini sama dengan yang dikatakan dalam Surat Ibrani (Ibr. 11:6), tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Apa pun yang kita kerjakan sebagai bagian dari ibadah, itu tidak akan dianggap sebagai sesuatu yang baik, kecuali kita melakukannya berdasarkan prinsip iman, dengan menjadikan kehendak Kristus sebagai peraturan bagi kita, kemuliaan Kristus sebagai tujuan kita, dan kebenaran Kristus untuk membenarkan kita. Di sini, pernyataan itu lebih tegas. Apa saja yang tidak berdasarkan iman (maksudnya, apa pun yang dilakukan, sementara kita tidak sepenuhnya yakin bahwa kita boleh atau tidak melakukannya), adalah dosa karena menentang hati nurani. Barangsiapa yang dengan sengaja hendak melakukan sesuatu yang menurut hati nuraninya tidak boleh dilakukan, meskipun sesungguhnya hal itu bukan dosa, akan tergoda sama seperti ketika ia hendak melawan hati nuraninya mengenai sesuatu yang memang benar-benar tidak boleh dilakukan. Roh manusia adalah pelita Tuhan, dan sangat berbahaya jika kita menodai dan menekan hati nurani, meskipun hal yang diyakininya itu keliru. Tampaknya inilah makna pepatah ini, yang terdengar agak keliru (ay. 22), Berbahagialah dia, yang tidak menghukum dirinya sendiri dalam apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Acap kali seseorang menganggap baik untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya menurut hati nurani dan penilaiannya sendiri tidak baik. Ia menganggapnya baik karena hal itu menyenangkan atau menguntungkan baginya, atau demi menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang berlaku. Namun ketika ia sedang melakukannya, dan membenarkan diri, hatinya menipu dirinya sendiri, dan batinnya mengutukinya karena telah berbuat demikian. Nah, berbahagialah orang yang mengendalikan perilakunya sedemikian rupa supaya tidak melakukan sesuatu yang mendatangkan kecaman dan celaan dari batinnya sendiri. Berbahagialah dia yang tidak menjadikan hatinya sendiri sebagai musuh, gara-gara melakukan apa yang tidak diyakininya boleh dilakukannya. Berbahagialah dia, yang batinnya merasa damai dan tenteram, karena kesaksian batin sangat penting di masa sukar. Meskipun orang menuduh kita, cukuplah jika hati kita sendiri tidak menuduh kita (1Yoh. 3:21).
- 4. Peraturan lain yang disampaikan di sini adalah bagi mereka yang yakin mengenai hal ini, dan mengetahui kemerdekaan Kristen yang mereka miliki, namun harus berhati-hati meng gunakannya supaya tidak menyinggung saudaranya yang lemah. Di sini disebutkan (ay. 13), janganlah kita saling menghakimi lagi. “Cukup sampai di sini saja kamu melakukan perbuatan yang tidak baik ini, dan jangan melakukannya lagi.” Untuk semakin menekankan imbauan ini, Paulus juga melibatkan dirinya, dengan berkata “janganlah kita.” Seolah-olah ia mengatakan, “Itulah keputusan yang telah kubuat, karena itu kamu juga harus meninggalkannya. Lebih baik kamu menganut pandangan ini, daripada mencela perbuatan orang lain, marilah kita melihat perbuatan kita sendiri, supaya jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung,” – proskomma, e skandalon. Kita harus berhati-hati supaya tidak mengatakan atau melakukan hal-hal yang dapat membuat saudara kita tersandung atau terjatuh. Membuat tersandung itu tidak terlalu buruk, sedangkan membuat jatuh lebih buruk lagi, dan dapat mendatangkan,
- (1) Duka bagi saudara kita, “Orang yang lemah dan menganggap bahwa makanan ini atau itu adalah haram, akan sakit hati juga melihatmu memakannya, karena ia menghormati hukum yang disangkanya memberikan larangan itu. Dan ia juga merasa kasihan pada jiwamu karena mengira jiwamu telah disesatkan oleh perbuatanmu itu, khususnya ketika kamu melakukannya dengan sengaja dan tampak yakin dengan itu, serta tidak peduli dan tidak berusaha meyakinkan saudaramu yang lemah supaya bisa memahamimu.” Orang Kristen harus berhati-hati supaya tidak saling mendukakan, dan menyedihkan hati anak-anak Kristus. Lihat Matius 18:6, 10.
- (2) Kesalahan pada saudara kita. Membuat tersandung mendatangkan saudara kita itu menjadi goyah, terhalang dan kecil hati, dan ini bisa membuat orang terjatuh. “Jika saudaramu yang lemah, sungguh-sungguh karena mencontoh dan terpengaruh olehmu, tanpa menjadi yakin akan kemerdekaan Kristen yang dimilikinya, tertarik untuk bertindak melawan hati nuraninya dan mengambil langkah yang bertolak belakang dengan terang yang ada padanya, sehingga menjadikan jiwanya bersalah, meskipun hal itu tidak haram bagimu, namun tidak demikian baginya (karena ia belum mencapai tingkat pengertian sejauh itu), maka engkau bersalah karena menjadikannya demikian.” Perhatikan bagaimana Paulus menjalaskan perkara ini (1Kor. 8:9-11). Untuk itu pula (ay. 21), Paulus menasihatkan supaya kita tidak menyinggung siapa pun gara-gara memakan makanan yang halal. Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, semua ini memang tidak diharamkan, lagi pula enak rasanya, tetapi bukan kebutuhan pokok untuk menunjang kehidupan manusia. Karena itu, kita bisa, dan harus, menahan diri di dalam hal-hal tersebut, supaya tidak menyinggung. Baiklah engkau, yang baik di mata Allah, menguntungkan bagi saudara kita, dan tidak membahayakan diri kita sendiri. Daniel dan teman-temannya lebih disukai meskipun hanya makan sayur dan air, dibandingkan orang-orang yang makan dari santapan raja. Itu merupakan suatu bentuk penyangkalan diri yang luar biasa, dan kita memiliki teladan Paulus dalam hal ini (1Kor. 8:13). Apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku. Paulus tidak berkata, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan lagi, karena itu berarti membinasakan dirinya sendiri, tetapi aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, maksudnya untuk menahan diri. Makna dari pernyataan ini harus diperluas hingga ke semua perkara sepele yang dapat menyebabkan saudaramu tersandung, atau tersinggung, atau terlibat dalam dosa ataupun masalah: atau menjadi lemah, maksudnya anugerah yang diterimanya melemah, penghiburannya melemah, dan keteguhan hatinya juga melemah. Menjadi lemah, artinya, menunjukkan kelemahannya melalui kecaman dan kebingungannya. Kita tidak boleh melemahkan orang-orang yang sudah lemah. Itu sama dengan memadamkan sumbu yang pudar nyalanya dan memutuskan buluh yang patah terkulai. Perhatikan alasan-alasan yang dipakai Paulus untuk mendukung peringatan ini.
- [1] Dengan mempertimbangkan hukum kasih Kristen, yang dilanggar dalam hal ini (ay. 15). Jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, yaitu jika hatinya terusik karena melihatmu memakan sesuatu yang dilarang oleh hukum Musa, meskipun engkau boleh melakukannya. Mungkin engkau akan segera berkata, “Perkataannya tolol dan tidak berdasar, dan ada artinya.” Ketika menghadapi persoalan semacam itu, kita cenderung menimpakan semua kesalahan pada orang lain. Namun di sini teguran ditujukan kepada orang Kristen yang lebih kuat dan lebih tahu: “Engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih.” Dengan demikian Paulus berpihak kepada golongan yang lebih lemah, dan ia lebih mengecam pihak yang kekurangan kasih dibandingkan pihak yang kurang berpengetahuan. Ini seiring dengan prinsip yang dikemukakan Paulus di tempat-tempat lain, bahwa jalan kasih adalah jalan yang lebih utama (1Kor. 12:31). Pengetahuan membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun (1Kor. 8:1-3). Engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Kasih terhadap saudara-saudara kita merupakan kasih yang paling tinggi. Kasih sejati akan menjadikan kita peduli dengan kedamaian dan kemurnian mereka, dan penuh perhatian terhadap nurani mereka seperti terhadap nurani sendiri. Kristus menghadapi orang-orang yang memperoleh anugerah sejati dengan lembut, meskipun mereka lemah.
- [2] Dengan mempertimbangkan tujuan kematian Kristus: Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia (ay. 15).
- Pertama, menarik jiwa kepada dosa akan membahayakan jiwa tersebut. Dengan menggoncang imannya, membangkitkan gairahnya, dan menggodanya untuk melawan hati nuraninya sendiri, engkau telah sedemikian rupa membinasakannya, dan memberinya alasan untuk kembali pada ajaran agama Yahudi. Me apollye. Istilah tersebut menggambarkan suatu kehancuran total. Permulaan dosa adalah seperti membiarkan air mengalir. Kita tidak tahu di mana ia akan berhenti mengalir di sisi seberang kebinasaan kekal.
- Kedua, merenungkan kasih Kristus yang telah mati bagi jiwa-jiwa seharusnya membuat kita sungguh-sungguh peduli pada kebahagiaan dan keselamatan jiwa-jiwa, dan berhati-hati supaya tidak melakukan sesuatu yang dapat menghalangi dan menghambat kebahagiaan dan keselamatan mereka. Bukankah Kristus telah merelakan nyawa-Nya bagi jiwa-jiwa, nyawa yang begitu berharga, jadi tidakkah seharusnya kita merelakan sepotong daging demi mereka? Akankah kita menghina mereka, yang begitu dihargai oleh Kristus sedemikian rupa? Bukankah Dia menganggap layak untuk menyangkal diri-Nya begitu rupa sampai mati bagi mereka, jadi tidakkah seharusnya kita juga menganggap layak untuk sedikit saja menyangkal diri demi mereka, dengan menjauhi daging? Dengan makananmu. Kamu berkilah bahwa itu adalah makananmu sendiri, sehingga kamu boleh melakukan apa pun yang kau mau dengan makanan itu. Tetapi ingat bahwa, meskipun makanan itu adalah milikmu, saudaramu yang engkau singgung itu adalah milik Kristus, dan telah dibeli oleh-Nya. Ketika kamu membinasakan saudaramu berarti kamu membantu melaksanakan rancangan Iblis, karena dialah sang pembinasa keji. Dan dengan demikian pula, kamu menentang rancangan Kristus, karena Dia adalah sang Juruselamat yang luar biasa. Karena itu, kamu bukan hanya menyinggung saudaramu, tetapi juga menyinggung Kristus. Sebab, pekerjaan keselamatanlah yang paling utama bagi-Nya. Namun, adakah orang-orang yang untuk mereka Kristus mati menjadi binasa? Jika kita memahaminya dari sudut pandang kegenapan dan tujuan umum dari kematian Kristus, yang menurut Injil adalah untuk menyelamatkan semua orang, tidak diragukan lagi bahwa ada banyak yang binasa. Jika kita melihatnya dari sudut pandang pemilihan menurut kuasa kematian-Nya, maka, meskipun tidak ada yang telah diberikan kepada Kristus yang akan binasa (Yoh. 6:39), namun engkau bisa, sejauh engkau mampu, membinasakan mereka. Seandainya mereka tidak dibinasakan, maka itu bukan karena engkau. Dengan melakukan sesuatu yang condong untuk membinasakan mereka, maka engkau sudah menunjukkan perlawanan besar terhadap Kristus. Bahkan engkau dapat membinasakan sebagian orang yang pengakuan imannya tampak sekali menunjukkan bahwa Kristus telah mati bagi mereka. Bandingkan ini dengan 1 Korintus 8:10-11.
- [3] Dengan mempertimbangkan pekerjaan Allah (ay. 20). “Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan, yaitu pekerjaan anugerah, khususnya pekerjaan iman di dalam jiwa saudaramu.” Pekerjaan damai sejahtera dan penghiburan akan hancur dengan kecaman, karena itu berhati-hatilah. Jangan membatalkan apa yang telah diperbuat Allah. Kamu harus bekerja sama dengan Allah, jangan menentang pekerjaan-Nya.
- Pertama, pekerjaan anugerah dan damai sejahtera adalah pekerjaan Allah. Itu dilakukan oleh Dia, dan untuk Dia. Itu merupakan pekerjaan baik yang dimulai oleh-Nya (Fil. 1:6). Perhatikan, orang-orang yang untuk mereka Kristus telah mati (ay. 15), di sini disebut sebagai karya atau pekerjaan Allah. Selain pekerjaan yang dikerjakan bagi kita, ada pekerjaan yang harus dikerjakan di dalam diri kita, supaya kita diselamatkan. Setiap orang kudus adalah hasil karya dari pekerjaan Allah, ladang Allah, bangunan Allah (Ef. 2:10; 1Kor. 3:9).
- Kedua, kita harus sangat berhati-hati supaya tidak melakukan apa yang cenderung akan merusakkan pekerjaan ini, baik di dalam diri kita sendiri maupun orang lain. Kita harus menyangkal diri dalam nafsu dan kecenderungan kita, serta dalam menggunakan kemerdekaan Kristen yang kita miliki, dan bukannya menghalangi serta menghakimi anugerah dan damai sejahtera kita sendiri atau orang lain. Banyak orang yang demi makanan dan minuman merusakkan pekerjaan Allah di dalam diri mereka (tidak ada yang dapat mendatangkan kebinasaan bagi jiwa lebih daripada memuaskan dan menyenangkan daging, serta memenuhi nafsunya). Demikian pula dengan menyinggung orang lain dalam hal yang sama, mereka merusak pekerjaan Allah di dalam diri orang lain. Pikirkan apa yang engkau rusakkan, yaitu pekerjaan Allah, yang terhormat dan mulia. Pikirkan untuk apa engkau merusakkannya, yaitu untuk makanan, yang hanya untuk perut, sedangkan perut untuk makanan. semuanya ini difitnah atau dijelek-jelekkan. Memang benar kita tidak bisa mencegah lidah yang liar dan tidak terkendali untuk menjelek-jelekkan kita, dan memfitnah kebaikan yang kita miliki. Namun jika kita mampu, kita tidak boleh memberi kesempatan kepada mereka untuk melakukannya. Jangan sampai kecaman timbul gara-gara kesalahan kita seperti dikatakan dalam 1 Timotius 4:12, jangan seorang pun menganggap engkau rendah, maksudnya, jangan menjadikan dirimu sebagai orang yang pantas dihina. Begitu pula di sini, jangan menggunakan pengetahuan dan kekuatanmu sebegitu rupa sehingga orang dapat menyebutnya sebagai perbuatan yang ceroboh dan seenaknya sendiri, tidak tunduk pada hukum Allah. Kita harus menyangkal diri di dalam berbagai hal supaya nama baik dan kehormatan kita terjaga. Kita juga mesti menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang baik, yang kita yakini halal, jika itu dapat mencoreng nama baik kita. Begitu pula ketika hal tersebut mencurigakan dan kelihatan jahat, atau ketika hal tersebut itu dipermasalahkan di antara orang-orang baik, atau sudah dicap tertentu. Dalam keadaan seperti itu, lebih baik kita menahan diri daripada mempermalukan diri sendiri. Meskipun hanya sedikit kebodohan, itu bisa menjadi seperti lalat mati, yang berpengaruh buruk terhadap orang yang dikenal bijak dan terhormat sekalipun (Pkh. 10:1). Kita dapat menerapkan hal ini lebih luas. Kita harus mengurus semua kewajiban kita yang baik sedemikian rupa supaya tidak dijelek-jelekkan orang. Sesuatu yang pada dasarnya baik dan sulit dicari keburukannya, terkadang karena dilakukan secara keliru dapat mendatangkan banyak celaan dan tuduhan. Doa, khotbah, atau kata-kata yang baik, sering kali karena kurang tepat waktunya, cara penyampaiannya, atau karena hal-hal lain, dapat dikata-katai orang. Memang mereka sendirilah yang berdosa, jika memfitnah sesuatu yang baik hanya karena keadaan yang tidak baik. Namun, kita sendirilah yang bodoh jika menimbulkan kesempatan bagi orang lain untuk berbuat demikian. Bila kita menghargai nama baik dari apa yang kita akui dan kita lakukan, maka marilah kita mengaturnya sedemikian rupa sehingga tidak mendatangkan perkataan buruk mengenainya.
- Kedua, Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah.(ay. 22). Ini tidak dimaksudkan untuk membenarkan keyakinan (yang tidak boleh disembunyikan, tetapi harus ditunjukkan melalui pekerjaan kita), tetapi untuk dilihat dari sisi pengetahuan dan keyakinan tentang kemerdekaan Kristen kita mengenai hal-hal yang diperdebatkan. “Apakah engkau yakin dalam perkara tersebut? Apakah engkau yakin bahwa engkau boleh memakan segala macam makanan, dan menganggap semua hari (kecuali hari Tuhan) sama saja? Bagi dirimu sendiri,artinya, nikmatilah itu sendiri, dan jangan mengusik orang lain dengan menggunakan keyakinanmu itu secara sembarangan sehingga menyinggung saudaramu yang lemah dan menyebabkan dia tersandung dan jatuh.” Dalam berbagai perkara yang sepele ini, meskipun kita tidak boleh menentang keyakinan kita sendiri, terkadang kita dapat menutupinya, jika dengan mengakuinya kita justru lebih banyak melukai orang lain daripada membawa kebaikan bagi mereka. Bagi dirimu sendiri,ini suatu peraturan bagi dirimu sendiri (bukan untuk dipaksakan kepada orang lain, atau dijadikan peraturan bagi mereka), atau suatu kebahagiaan bagi dirimu sendiri. Keyakinan mengenai perkara-perkara yang meragukan sangat membantu kita dalam menjalani hidup yang tenang, karena kita terbebas dari keberatan, kecemburuan, dan rasa curiga, yang selalu mengikat orang-orang yang tidak memiliki keyakinan seperti itu. Bandingkan Galatia 6:4, Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri, yaitu, mengujinya dengan firman sampai ia yakin terhadap apa yang dilakukannya. Dengan berlaku demikianlah maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Paulus memiliki keyakinan di dalam hal-hal ini, yaitu aku yakin bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri. Namun ia meyakininya bagi dirinya sendiri, supaya kemerdekaan Kristennya tidak menyinggung orang lain. Betapa membahagiakannya bagi jemaat jika orang-orang yang memiliki keyakinan mengenai hal-hal yang masih diperdebatkan cukup meyakininya bagi diri mereka sendiri di hadapan Allah, dan tidak memaksakannya kepada orang lain. Serta juga menjadikannya sebagai syarat bagi persekutuan mereka, karena tidak ada yang lebih bertentangan dengan kemerdekaan Kristen, atau lebih merusak kedamaian jemaat ataupun kedamaian batin daripada hal itu. Cara mengobati tidaklah merupakan hal yang sepele. Dalam hal-hal yang penting, baiklah ada kesatuan, dalam hal-hal yang tidak penting baiklah ada kebebasan, dan di dalam keduanya baiklah ada kemurahan, supaya dengan begitu segala sesuatu akan segera menjadi baik. Bagi dirimu sendiri di hadapan Allah. Tujuan dari pengetahuan yang seperti ini adalah supaya setelah yakin dengan kemerdekaan kita, hati nurani kita tidak menyinggung Allah, dan kita merasa puas. Itulah penghiburan sejati yang kita miliki di hadapan Allah. Orang yang sungguh-sungguh benar adalah dia yang benar di mata Allah.
- 5. Ada satu lagi aturan yang diberikan di sini dan bersifat umum: Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (ay. 19). Di bawah ini adalah ringkasan dari tugas kita terhadap orang-orang seiman kita.
- (1) Kita harus mengusahakan kedamaian bersama. Banyak orang berharap ada damai dan banyak bicara tentang hal tersebut tetapi tidak melakukan hal-hal yang mendatangkan damai malah yang sebaliknya. Kebebasan terhadap hal-hal yang tidak penting, melindungi orang-orang yang lemah dan rapuh, memiliki semangat yang kuat bagi hal-hal besar dari Allah, semua ini kita semua setuju dan semua itu adalah hal-hal yang mendatangkan damai. Kelemahlembutan, kerendah-hatian, penyangkalan diri, kasih dan kegiatan-kegiatan damai, semua itu yang membentuk damai kita. Kita tidak selalu mendapatkan damai karena banyak yang suka perang tetapi Allah Sang Damai akan menerima kita jika kita mengusahakan hal-hal yang mendatangkan damai, yaitu, jika kita melakukan bagian usaha kita.
- (2) Kita harus mengusahakan sikap saling membangun. Mengusahakan damai membuka jalan bagi sikap saling membangun. Kita tidak bisa saling membangun satu sama lain jika kita saling bertengkar dan berbantahan. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk saling membangun, jika kita benar-benar serius terhadap hal ini, yaitu dengan nasihat, teguran, petunjuk dan teladan yang baik, yang tidak hanya membangun diri sendiri tetapi juga satu sama lain dalam iman kita yang paling kudus. Kita adalah bangunan Allah, bait Allah, dan perlu dibangun. Oleh karena itu kita harus terus mengusahakan pertumbuhan rohani satu sama lain. Tidak ada orang yang begitu kuat atau begitu lemah sehingga mereka tidak bisa dibangunkan dan ketika kita membangun orang lain, kita mendatangkan keuntungan bagi diri kita sendiri.
SH: Rm 14:1-12 - Tidak harus sama. (Kamis, 30 Juli 1998) Tidak harus sama.
Selalu akan ada perbedaan, karena berbeda latar belakang pendidikan, lama menjadi orang beriman, kepercayaan yang dianut pada masa ...
Tidak harus sama.
Selalu akan ada perbedaan, karena berbeda latar belakang pendidikan, lama menjadi orang beriman, kepercayaan yang dianut pada masa lalu. Tak heran bila kemudian dijumpai sikap, penekanan, penafsiran dan kemantapan yang berbeda satu dengan yang lain, mengenai ajaran Tuhan. Perbedaan itu berkisar pada hal-hal yang tidak mendasar, misalnya mengenai makanan dan hari (ayat 2, 5).
Jangan menghina atau menghakimi. Kadang yang merasa lebih kuat imannya menghina yang lemah; sebaliknya yang lemah imannya menghakimi yang kuat imannya, sehingga terjadilah perpecahan di dalam jemaat Tuhan. Ada kelompok 'lemah iman' dan kelompok 'kuat iman'. Saling menghina dan menghakimi hanya menimbulkan kebencian, yang berakibat buruk pada kesatuan kita dalam Kristus.
Peran pembinaan. Kedewasaan iman tidak terjadi dalam sekejap mata, perlu proses dan tahapan. Inilah pentingnya peran pembinaan. Pembinaan yang baik bukanlah pembinaan yang membuat orang lain meniru pendapat dan gaya hidup sang pembina, tetapi menempatkan Kristus sebagai Tuhan, dan firman-Nya sebagai standar bagi semua orang. Di dalam keyakinan bahwa Kristus sedang membentuk hidup orang dan akan menghakimi tiap orang, mari kita belajar saling menerima perbedaan yang tidak prinsipil dalam kasih.
SH: Rm 14:1-13 - Jangan menghakimi (Selasa, 29 Agustus 2006) Jangan menghakimi
Seorang hakim bertugas menyatakan siapa yang benar dan siapa yang
salah. Untuk menjadi hakim yang baik, seseorang perlu memenuhi...
Jangan menghakimi
Seorang hakim bertugas menyatakan siapa yang benar dan siapa yang salah. Untuk menjadi hakim yang baik, seseorang perlu memenuhi persyaratan tertentu. Kenyataan yang memprihatinkan adalah banyak orang yang senang menjadi hakim atas hidup orang lain.
Kekristenan pada mulanya sulit dibedakan dari agama Yahudi. Peranan Taurat dalam kehidupan orang Kristen abad pertama diperdebatkan. Bagi sebagian orang, tidak semua daging boleh dimakan dan ada hari-hari yang dianggap sak-ral (2, 5). Secara sosial, golongan yang terikat dengan Taurat disebut lemah. Sebaliknya, mereka yang terbebas dari ikatan Taurat disebut kuat. Terjadi perselisihan antara kedua golongan ini. Yang kuat merasa diri benar dan menghakimi yang lemah (1, 3, 4a, 13). Padahal keduanya telah ditebus dan menjadi milik Kristus (9).
Untuk mengatasi konflik ini, Paulus menjelaskan prinsip yang tidak boleh dikompromikan orang Kristen. Pertama, setiap orang percaya adalah milik Tuhan Yesus (4, 7-8). Hidup dan matinya dipersembahkan hanya kepada Tuhan. Kedua, setiap orang percaya telah ditebus oleh darah Kristus yang mulia (9). Barangsiapa percaya kepada Dia, Sang Juruselamat, pasti diselamatkan. Ketiga, semua manusia akan dihakimi dan mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan (10, 12). Oleh karena itu, hanya Tuhan yang memiliki otoritas untuk menghakimi kehidupan manusia.
Hidup orang Kristen harus selalu dipusatkan kepada Kristus, sebagai Tuhan, Juruselamat, dan Hakim yang agung, bukan kepada pandangan dan penilaian manusia yang subjektif. Prinsip ini mengandung dua konsekuensi moral. Kita harus dapat saling menerima, meskipun terdapat perbedaan yang tidak prinsip (1). Kita dilarang menghina, menganggap rendah, dan menghakimi orang yang berbeda dengan kita (3). Kristuslah Hakim bagi semua manusia.
Doa: Tuhan, ampunilah aku, jika aku sering menilai dan menghakimi orang lain menurut selera pribadiku.
SH: Rm 14:1-12 - Jangan jadi Tuhan! (Minggu, 25 April 2010) Jangan jadi Tuhan!
Ssst! Tahukah Anda siapa-siapa saja di gereja atau persekutuan yang
tidak rohani? Coba perhatikan cara berpakaian mereka, car...
Jangan jadi Tuhan!
Ssst! Tahukah Anda siapa-siapa saja di gereja atau persekutuan yang tidak rohani? Coba perhatikan cara berpakaian mereka, cara doa mereka, apa saja yang mereka makan. Psst! Kelompok persekutuan atau gereja mana saja yang tidak rohani? Tradisi ibadah apa saja yang tidak mereka turuti?
Ada berbagai isu yang oleh Alkitab tidak diberikan garis jelas, yang menyebabkan orang Kristen saling menghakimi. Dalam perikop ini Paulus mengacu pada dua isu, soal makanan (ayat 2) dan hari-hari khusus (ayat 5). Perbedaan pendapat muncul karena perbedaan latar belakang kelompok Kristen Yahudi dan bukan Yahudi. Daging yang dijual di tempat umum di kota-kota Romawi-Yunani dianggap tidak halal oleh orang Yahudi. Mungkin karena sudah dipersembahkan di kuil-kuil kafir. Maka orang Kristen Yahudi memiliki keberatan nurani untuk memakan daging. Terjadilah saling tuduh, yang makan daging merasa lebih kuat iman, yang tidak makan merasa lebih rohani. Pertikaian lain adalah di sekitar hari-hari raya. Meski sudah Kristen, orang asal Yahudi masih merayakan hari raya sesuai tradisi keyahudian mereka. Yang tidak berasal dari tradisi sama merasa tidak relevan merayakan hari raya tersebut. Maka terjadi lagi saling tuding. Kalau dibiarkan tentu tak baik bagi keutuhan gereja dan kesaksiannya!
Tentang hal-hal yang Alkitab tidak bicarakan dengan jelas, orang Kristen tak perlu saling menilai. Baik tentang makanan, hari raya, atau isu lain yang seringkali kita tidak sepakat sebab Alkitab tidak menyatakan dengan jelas. Kita harus berlapang dada untuk saling menerima. Bagaimana mempraktikkan sikap toleran ini. Pertama, masing-masing harus melakukan dengan hati yang yakin bukan dalam keraguan. Kedua, masing-masing melakukan dengan mengucap syukur kepada Tuhan. Apa pun perbuatan kita bukan untuk menyenangkan orang lain, tetapi untuk mensyukuri Allah. Ketiga, prinsip terpenting, semua orang harus hidup dalam tanggungjawab kepada Allah (ayat 12). Kita tidak berhak menilai! Jika kita menghakimi, kita mengambil posisi dan hak Allah!
SH: Rm 14:1-12 - Jangan saling menghakimi (Senin, 8 April 2013) Jangan saling menghakimi
Salah satu strategi ampuh yang Iblis pakai untuk merusak gereja adalah dengan menyebabkan perpecahan dalam tubuh Kristus. Pe...
Jangan saling menghakimi
Salah satu strategi ampuh yang Iblis pakai untuk merusak gereja adalah dengan menyebabkan perpecahan dalam tubuh Kristus. Perpecahan terjadi dalam jemaat Roma karena adanya pihak yang "kuat" (15:1) dan yang "lemah" (14:1; 15:1). Pihak yang "kuat" adalah mayoritas, yaitu orang-orang Kristen nonYahudi yang merasa bebas dari hukum Musa, sedangkan pihak yang "lemah" adalah orang-orang Kristen Yahudi yang masih terikat tradisi sesuai hukum Musa (2, 5). Pihak yang "kuat" seringkali menghakimi pihak yang "lemah" dalam hal praktik-praktik tentang makanan dan hari-hari khusus.
Paulus menasihati agar kedua pihak itu saling menerima meskipun terdapat perbedaan (1). Menerima bukan sekadar mengakui keberadaan pihak lain, melainkan memperlakukannya sebagai saudara. Inilah ciri khas umat Allah. Namun ini sulit terjadi jika pihak yang "kuat" memaksakan kehendak kepada pihak yang "lemah."
Alasan penting mengapa anggota tubuh Kristus harus saling menerima satu sama lain, adalah karena "Allah telah menerima orang itu" (3; 15:7). Maka siapakah kita sehingga merasa berhak menolak dan menghakimi orang yang telah diterima Allah? Karya Kristus yang telah memperdamaikan manusia dengan Allah janganlah dinodai dengan penolakan anggota tubuh Kristus satu sama lain. Kristus telah mati dan membuktikan diri-Nya sebagai Tuhan (9). Sebagai Tuhan, Dia berhak menghakimi dan kepada-Nya setiap orang akan memberi pertanggungjawaban (10-12).
Dalam perspektif pengadilan Allah, tidak ada seorang pun yang lebih berhak untuk menghakimi orang lain.
Seringkali masalah-masalah remeh dalam gereja menjadi penyebab perpecahan. Ada kelompok yang merasa lebih benar dibanding yang lain, ada yang merasa berkarya lebih banyak. Paulus mengingatkan bahwa dalam hal-hal yang tidak hakiki, yang paling penting bukan masalah siapa yang benar atau salah, melainkan bagaimana agar anggota tubuh Kristus dapat hidup sebagai sesama saudara yang telah menerima karya Kristus dan yang akan bersama-sama menghadapi pengadilan Kristus.
SH: Rm 14:1-12 - Dilarang Menghakimi (Kamis, 17 November 2016) Dilarang Menghakimi
Dalam hidup bermasyarakat betapa mudahnya bagi manusia menjadi hakim atas orang lain. Mengapa? Sebab, ketika menghakimi orang lai...
Dilarang Menghakimi
Dalam hidup bermasyarakat betapa mudahnya bagi manusia menjadi hakim atas orang lain. Mengapa? Sebab, ketika menghakimi orang lain, maka akan terlihat bahwa dia ternyata lebih baik ketimbang orang yang dihakiminya. Sewaktu seseorang menyatakan orang lain bersalah, maka pada saat itu juga sebenarnya dia sedang menyatakan bahwa dirinya benar, dan itu berarti lebih baik dari orang lain.
Gereja, dahulu maupun sekarang, juga tak lepas dari soal penghakiman ini. Kepada warga jemaat di Roma, Paulus menyatakan: "Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya" (1). Yang dimaksudkan di sini adalah orang-orang tidak dapat membedakan mana yang pokok dan yang bukan dalam iman yang menyelamatkan. Dan Paulus menasihati untuk tidak mengecam orang-orang yang berpendirian seperti itu.
Pada masa itu, dalam jemaat ada orang-orang yang menikmati kebebasan dari peraturan Yahudi dengan makan segala sesuatu berdasarkan Mazmur 24:1. Sedangkan yang lainnya berpegang pada asas hanya boleh memakan sayur-sayuran karena mereka takut melanggar larangan makan darah hewan atau menjadi najis karena menyentuh makanan yang telah dipersembahkan kepada para dewa. Paulus dengan tegas mengatakan agar kedua kelompok ini tidak saling menghakimi karena keduanya adalah hamba Tuhan. Menghakimi hamba Tuhan sama dengan menghakimi Tuhan.
Sedangkan persoalan lainnya berkenaan dengan hari. Ada yang mementingkan hari-hari tertentu, namun ada pula yang berpikir bahwa semua hari adalah sama. Untuk hal ini pun, Paulus bersikap sama: "Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan" (6). Hal yang sama juga berlaku bagi orang yang menganggap semua hari sama.
Yang penting bagi Paulus: "Jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan." (8). Nah, jika setiap orang memegang keyakinan ini, maka menghina orang lain karena keyakinan akan iman yang dipeluknya tidak relevan lagi. [CC]
SH: Rm 14:1-12 - Ingat, Jangan Menghakimi! (Minggu, 17 Juli 2022) Ingat, Jangan Menghakimi!
Mari kita menjawab dengan cepat: Apa respons Anda jika melihat pengemis meminta di jalanan padahal ia masih muda? Apa respo...
Ingat, Jangan Menghakimi!
Mari kita menjawab dengan cepat: Apa respons Anda jika melihat pengemis meminta di jalanan padahal ia masih muda? Apa respons Anda jika melihat teman tidak pergi ke gereja? Apa pula respons Anda ketika mendengar perceraian teman yang aktif pelayanan di gereja?
Tentu, kita punya pendapat masing-masing dalam menilai orang yang agaknya melakukan hal-hal yang berbeda dari kita. Penilaian kita tentu subjektif. Cara pandang kita dipengaruhi oleh pengetahuan yang kita terima, pengalaman yang kita jalani, pergaulan, tuntutan profesi, ataupun latar belakang keluarga. Bahkan, kita mudah sekali menghakimi sesama yang tak sesuai dengan pola pikir kita.
Dalam perikop hari ini, kita diminta bertumbuh dalam kasih sehingga memiliki kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani seseorang dilihat dari bagaimana memperlakukan orang lain. Salah satunya adalah tak mudah menghakimi, menerima orang yang lemah iman tanpa mempercakapkan pendapatnya (1). Hal itu secara serius dibahas oleh Paulus dalam membangun komunitas orang percaya.
Ada banyak alasan orang menjadi lemah iman. Mungkin, ia adalah petobat baru yang masih memiliki sedikit pemahaman. Mungkin pula ia lemah karena kurangnya pengajaran atau sedang mengalami banyak penderitaan. Kebutuhan orang yang lemah iman adalah penguatan. Kita dipanggil untuk memberikan penguatan bagi saudara kita yang mengalami lemah iman.
Kita sering kali terjebak dalam melihat perbedaan dan cenderung mudah menghakimi orang yang berbeda dari kita. Seperti halnya makanan (2-3) , kejatuhan seseorang (4), ataupun hari-hari yang penting dan hari-hari yang tidak penting (5-6). Padahal, Allah sendiri menerima setiap orang apa adanya. Kristus datang bukan untuk menghakimi, melainkan menjadikan orang-orang berdosa sebagai sahabat dan membawa mereka kepada kehidupan baru. Kristus telah hadir menjadi Tuhan atas semua orang.
Ingat, jangan menghakimi! Sebab, kita semua kelak harus menghadap pengadilan Allah. [SLM]
Utley -> Rm 14:5-9
Utley: Rm 14:5-9 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 14:5-95 Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua ha...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 14:5-9
5 Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. 6 Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah. 7 Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. 8 Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. 9 Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.
Rom 14:5 "seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain" Banyak orang masih sangat menjaga kalender yang menyangkut agama. (lih. Gal 4:10; Kol 2:16-17). Semua hari bagi Allah setara.Tidak ada hari yang khusus. Tidak ada hari "sekuler" atau "keramat/kudus". Semuanya kudus!
□ "Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE. Inilah kunci perdamaian dalam bidang ini. Keyakinan pribadi orang-orang percaya adalah prioritasbagi tindakan mereka (lih. ay. Rom 14:23), namun tidak bagi semua orang percaya yang lain. Allah tidak hidup dalam kotak teologia saya. Teologia saya tidak otomatis Teologia Allah!
Rom 14:6 "untuk Tuhan" Frasa DATIVE ini digunakan tiga kali dalam ay. Rom 14:6 dan dua kali dalam ay. Rom 14:8. Semua pilihan gaya hidup oleh orang percaya yang sungguh-sungguh perlu dilakukan seperti "untuk Tuhan" (lih. Ef 6:7 dan Kol 3:23), bukan hanya kesukaan pribadi.
Rom 14:7 "7 Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri" Tak satu orang Kristenpun adalah sebuah pulau. Orang Kristen hidup pertama-tama dan terutama bagi Kristus (lih. ay. Rom 14:8). Tindakan orang percaya mempengaruhi orang lain. Mereka adalah bagian dari suatu keluarga besar rohani. Oleh karena itu, mereka harus membatasi kemerdekaan pribadi mereka dalam kasih (lih. 1Kor 10:24,27-33). Mereka harus mengijinkan orang lain untuk bertumbuh dalam kemerdekaan pribadi. Legalisme membawa kepada keseragaman kebenaran-diri yang bukan dari Allah. Kata-kata dan kutukan Yesus yang paling keras ditujukan pada orang Farisi yang merasa benar-diri.
Rom 14:8 "jika. . .jika" Ini adalah dua KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang artinya kemungkinan tindakan di masa depan. Orang percaya melayani Tuhan dalam semua dan setiap kemungkinan yang memungkinkan (lih. Ef 6:7; Kol 3:23)!
Rom 14:9 "Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup" Ini adalah suatu pengurutan istilah yang tidak umum. Urutan ini bisa jadi mencerminkan kematian dan kebangkitan Yesus. Ia kini berKedaulatan atas dua alam tersebut.
Hal ini membentuk alasan teologis mengapa orang Kristen harus hidup tidak bagi diri mereka sendiri, namun juga untuk sesama orang percaya. Mereka bukan milik mereka sendiri; mereka telah dibeli dengan harga mahal. Mereka adalah hamba-hamba Yesus, yang telah mati bagi dosa-dosa mereka sehingga mereka bisa tidak lagi menjadi budak dari dosa, namu kepada Allah (lih. Rom 6). Orang-orang percaya harus berusaha setidaknya menyamai pelayanan Yesus yang mengasihi kehidupan dengan mati bagi nafsu-nafsu mereka yang memusatkan pada diri pada diri sendiri (lih. 2Kor 5:14-15; Gal 2:20; 1Yoh 3:16).
Topik Teologia -> Rm 14:5
Topik Teologia: Rm 14:5 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Mereka Memiliki Pengendalian Diri
Rom 2:14-15 Rom 14:5,20,23 1Ko 8:4-13 1Ko 10:23-30 1Ti 4:7-8 2Ti 4:...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Mereka Memiliki Pengendalian Diri
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Kebencian
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Sabar dengan Orang Lain
TFTWMS -> Rm 14:5-9
TFTWMS: Rm 14:5-9 - Mengenai Hari-hari Penting Mengenai Hari-Hari Penting (Roma 14:5-9)
5 Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap...
Mengenai Hari-Hari Penting (Roma 14:5-9)
5 Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. 6 Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah. 7 Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. 8 Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. 9 Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.
Ayat 5. Dalam ayat 2 dan 3, Paulus memperkenalkan masalah tentang makan daging atau tidak makan daging. Dalam ayat 5, ia menyebutkan contoh kedua tentang perbedaan opini. Pemikiran itu dimulai, Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Secara umum diasumsikan bahwa mereka yang menganggap "satu hari lebih penting daripada hari yang lain" adalah orang Kristen Yahudi yang telah dibesarkan untuk memelihara hari Sabat dan hari-hari suci lainnya. Namun begitu, bangsa-bangsa lain juga memiliki hari-hari penting. Untuk membantu penjelasan dan penerapannya, contoh seorang Kristen Yahudi dan hari Sabat akan digunakan, namun perlu diingat bahwa kita tidak dapat memastikan siapa (Yahudi atau bukan Yahudi) yang Paulus maksudkan.
Bayangkan diri Anda sendiri sebagai orang Yahudi yang telah menyucikan hari Sabat sepanjang hidup Anda. Anda telah sungguh-sungguh melaksanakan banyaknya hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam hukum dan tradisi Yahudi mengenai hari ketujuh itu. Lalu Anda menjadi orang Kristen. Meski Anda sekarang beribadah dengan sesama Anda orang Kristen pada hari Minggu, bukankah akan sulit untuk menghilangkan penyucian Sabat yang sudah puluhan tahun Anda lakukan? Bagaimana kira-kira perasaan Anda ketika Anda terbangun pada hari Minggu? Akankah Anda menganggap hari itu sebagai "sekedar hari lain"? Memang mudah untuk melihat bagaimana orang Kristen Yahudi mungkin menganggap "hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain."
Yang lain menganggap "setiap hari adalah sama." Mereka mengerti bahwa upacara dan ritual perjanjian lama telah dihapuskan, telah "[dipakukan] pada kayu salib" (Kol 2:14; lihat Efe. 2:15). Tidak satu orang pun harus dihakimi (dihukum) karena tidak memelihara hari Sabat (Kol 2:16).
Dalam Roma 14, Paulus tidak mencap satu posisi pada masalah khusus ini sebagai saudara yang "lemah" dan yang lainnya sebagai saudara yang "kuat," tetapi dalam Galatia 4:9-11 ia menegur beberapa orang karena memelihara hari-hari. Oleh karena itu kita mungkin berasumsi bahwa, mengenai pertanyaan ini, orang yang memelihar hari-hari adalah saudara yang "lemah" sementara orang yang tidak memelihara hari-hari adalah saudara yang "kuat."
Beberapa orang bertanya-tanya mengapa Paulus bicara sangat keras terhadap umat Kristen Galatia yang memelihara hari-hari sementara ia memberitahu umat Kristen di Roma untuk menerima orang yang memelihara hari-hari. Di Galatia, mereka diajarkan bahwa memelihara hukum Musa (termasuk hari-hari suci Yahudi) adalah prasyarat bagi keselamatan (Gal. 5:1-4; lihat Kisah 15:1). Mungkin hari-hari yang dipelihara oleh beberapa orang di Roma sebagai masalah keyakinan pribadi, tanpa upaya untuk memaksakan praktik itu kepada orang lain.
Satu atau dua kata harus dikatakan tentang posisi saudara yang "kuat" mengenai hal ini. Alkitab NASB mengatakan bahwa ia menganggap "setiap hari adalah sama." Perkataan ini mungkin meninggalkan kesan bahwa ia menganggap setiap hari sebagai biasa, sehingga ia menganggap tidak ada hari penting. Mungkin ini akan membantu pemahaman kita jika kita menghilangkan kata "sama," yang ditambahkan oleh penerjemah. Itu memberi kita "menganggap setiap hari." "Menganggap" adalah dari krinō, yang dalam hal ini berarti "menyetujui, menjunjung"18Makna dalam Roma 14:5 adalah bahwa "setiap hari … dianggap sebagai suci."19
Seseorang mungkin berkata, "Tapi saya pikir hari pertama dalam minggu adalah hari suci orang Kristen." Memang benar bahwa Allah menyisihkan hari pertama dalam minggu sebagai hari khusus untuk ibadah;20yaitu hari di mana kita berkumpul untuk "memecahkan roti" (Kisah 20:7) ketika kita mengambil Perjamuan Tuhan.21Namun demikian, kita harus jangan menganggap hari pertama sebagai satu-satunya hari suci dalam minggu itu. Setiap hari harus disucikan (dipisahkan) untuk Tuhan. Jika Senin sampai Sabtu bukan "hari suci" bagi kita, maka hari Minggu diragukan akan menjadi hari suci.
Itu membawa kita kepada pernyataan penting mengenai masalah opini. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. "Benar-benar yakin" adalah dari kata majemuk, plhrofore÷w (plērophoreō), yang berarti "dalam ukuran penuh." Kata itu menggabungkan plh÷rhß (plērēs, "penuh") dengan fe÷rw (pherō, "membawa"). Dalam Roma 4:21, kata itu diterjemahkan "dengan penuh keyakinan." Dalam 14:5, Alkitab KJV menulis "sepenuhnya yakin." Alkitan NIRV mengatakan, "Setiap orang harus benar-benar yakin dalam pikirannya sendiri."
Beberapa orang beranggapan bahwa, jika disepakati secara umum bahwa masalah tertentu masuk dalam wilayah opini, maka mereka tidak perlu khawatir tentang hal itu. Paulus menunjukkan bahwa ini tidak benar. Mengenai masalah apa pun, kita perlu berpikir, belajar, berdoa, dan membuat keputusan. Kita harus "sepenuhnya yakin" tentang kehendak Allah bagi kita dalam hal ini. Jika itu berada dalam wilayah opini, maka kita harus jangan mengikatkan kesimpulan kita kepada orang lain. Namun demikian, keyakinan pribadi adalah sangat penting untuk menjalani kehidupan yang dipersembahkan untuk menghormati Allah.
Ayat 6. Pada saat yang sama, kita tidak boleh menghakimi atau menghukum orang yang sungguh-sungguh tidak sepakat dengan kita mengenai masalah opini. Mengapa? Ayat 6 memberi kita satu alasan bahwa kita harus jangan menghakimi seorang saudara: karena kita berdua sama-sama berusaha untuk memuliakan Tuhan. Paulus berkata, Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dengan kata lain, saudara itu sedang melakukannya untuk kepentingan Tuhan, bukan kepentingannya sendiri. Alkitab JB mengatakan bahwa ia "melakukannya untuk menghormati Tuhan." Ini mengasumsikan bahwa orang yang memelihara hari memiliki motif yang saleh dalam pikirannya. Itu mungkin tidak selalu benar, tapi kasih selalu mencoba untuk berasumsi yang terbaik.22
Teks Yunani tidak menyebutkan orang yang tidak memelihara hari; sebaliknya, Paulus beralih kepada contoh utamanya tentang makan atau tidak makan daging. Bagaimanapun, kita dapat mengumpulkan dari konteksnya bahwa orang yang tidak memelihara hari tertentu juga sudah memilih untuk melakukan apa yang ia lakukan "untuk Tuhan."23
Pada bagian akhir ayat 6, Paulus kembali kepada contoh yang diperkenalkan pada awal pasal ini. Ia terus menggunakan ilustrasi ini untuk sisa diskusinya (lihat 14:15, 17, 20, 21, 23): Dan siapa makan [daging], ia melakukannya untuk Tuhan [untuk menghormati Dia], sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan [daging],24ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah. Dengan kata lain, seorang saudara mungkin makan hidangan daging untuk makan malam sementara yang lainnya hanya makan sayuran, tetapi keduanya mengucap syukur kepada Allah untuk makanan mereka. Keduanya memuliakan Allah, dan keduanya berusaha untuk menghormati Allah. Mengapa, kemudian, harus salah satu dari mereka menghakimi yang lain?
Kata kunci dalam ayat 6 adalah "Tuhan"; istilah itu muncul tiga kali dalam ayat ini. Fokus kita perlu ditujukan kepada Tuhan. Memuliakan Dia, menghormati Dia, dan menyukakan Dia adalah jauh lebih penting daripada opini tentang apa yang kita dapat atau tidak dapat makan.
Ayat 7, 8. Alasan lain untuk tidak menghakimi orang Kristen lainnya ditemukan dalam beberapa ayat berikutnya. Kita harus jangan saling menghakimi satu sama lain karena kita semua adalah milik Tuhan.
Ayat 7 dikenal baik oleh banyak orang: Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. Alkitab KJV menulis "Sebab tidak ada seorangpun dari kita hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri." Ungkapan Alkitab KJV sudah sering digunakan untuk mengajarkan bahwa kita tidak dapat mengisolasi diri kita dari umat manusia lainnya, yaitu—untuk baik atau buruk— kita saling mempengaruhi satu sama lain.25Itu adalah pernyataan yang benar, tapi itu mungkin bukan pemikiran utama yang Paulus ingin sampaikan. "Pemikirannya adalah bahwa baik dalam hidup maupun dalam mati kita tidak dapat melarikan diri dari fakta bahwa apa yang kita lakukan dan siapa diri kita, kita lakukan dan kita berada di hadapan Allah."26
Lihatlah kembali ayat 7 dan bagaimana ayat itu terkait dengan ayat 8.27"Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk28dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri;" Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. Alkitab AB memperluas ayat 7 seperti ini: "Tak satu pun dari kita yang hidup untuk dirinya sendiri (tapi untuk Tuhan), dan tidak satu pun dari kita mati untuk dirinya sendiri (tapi untuk Tuhan …)." "Kita" berarti "kita orang Kristen." Dalam ayat 7 dan ayat 8, maksud Paulus adalah bahwa orang Kristen bukan lagi miliknya sendiri; tapi, ia adalah "milik Tuhan."
Acuan Paulus kepada hidup dan mati mungkin dimaksudkan untuk mencakup seluruh eksistensi seseorang. Alkitab Phillips menerjemahkan ayat 8 seperti ini: "Pada setiap kesempatan kehidupan mengaitkan kita dengan Allah, dan ketika kita mati kita berhadapan muka dengan Dia. Dalam hidup atau mati kita berada dalam tangan Allah." Ayat 9. Paulus melanjutkan kiasannya tentang hidup dan mati: Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup. Alkitab MSG menulis "Itu sebabnya Yesus hidup dan mati dan kemudian hidup lagi: sehingga Ia dapat menjadi Tuan kita di seluruh rentang hidup dan mati ".
Seperti ayat 6, ayat 7 sampai 9 menekankan bahwa Yesus adalah "Tuhan." Banyak penerapan dapat dibuat dari ayat-ayat ini. Karena kita adalah milik Tuhan, maka kita harus jangan hidup untuk menyukakan diri kita sendiri, tetapi untuk menyukakan Dia; apakah kita hidup atau mati, pikiran kita harus berpusat pada Dia (lihat Flp. 1:21-23). Namun begitu, fokus Paulus masih tentang mengapa kita harus jangan saling menghakimi satu sama lain. Alkitab JB mengaitkan ayat 7, 8, dan 9 kepada teguran yang mengikuti: "Ini [apa yang baru saja dikatakan] adalah juga mengapa engkau harus jangan pernah menghakimi seorang saudara" (14:10; NASB; huruf miring ditambahkan).
Fakta bahwa orang Kristen adalah milik Tuhan seharusnya mendorong timbulnya pertanyaan seperti ini: "Karena Tuhan telah menerima seorang saudara sebagai milik-Nya sendiri, mengapa kita menghakimi dia?"; "Mengapa kita juga tidak menerima dia?"
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Alasan Untuk Tidak Menghakimi (Roma 14:5-13)
Dalam 14:5-12, dapat ditemukan empat alasan yang menjelaskan mengapa kita harus "jangan saling meng...
Alasan Untuk Tidak Menghakimi (Roma 14:5-13)
Dalam 14:5-12, dapat ditemukan empat alasan yang menjelaskan mengapa kita harus "jangan saling menghakimi lagi" (14:13) dalam masalah pendapat:
Karena kita semua berusaha untuk memuliakan Allah (14:5, 6). Karena kita semua adalah milik Tuhan (14:7-9).
Karena kita adalah saudara dan saudari dalam Kristus (14:10a). Karena kita semua akan dihakimi oleh Tuhan (14:10b-12).
Yang mana saja dari empat alasan itu seharusnya cukup untuk memotivasi kita untuk saling menerima dan berhenti bersikap menghakimi. Empat alasan itu tidak memberi kita dalih.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) "Yakin Dalam Hatinya Sendiri" (Roma 14:5)
Mengenai masalah pendapat, Paulus mengatakan bahwa "setiap orang benar-benar yakin dalam hat...
"Yakin Dalam Hatinya Sendiri" (Roma 14:5)
Mengenai masalah pendapat, Paulus mengatakan bahwa "setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri" (14:5). Sebuah ilustrasi tentang prinsip ini adalah masalah tentang boleh atau tidak orang Kristen menjadi polisi atau tentara. Di banyak tempat hal ini dianggap berada dalam ranah pendapat,94tetapi ini tidak berarti masalah itu tidak penting atau apa yang Anda percayai tentang masalah itu tidak ada gunanya. Jangan menerima begitu saja pendapat yang berlaku di mana saja Anda tinggal. Sebaliknya, pelajarilah semua nas di dalam Perjanjian Baru yang Anda anggap ada kaitannya. Pelajari dan berdoalah sampai Anda "yakin sepenuhnya" dalam pikiran Anda sendiri. Lalu tetaplah setia kepada keyakinan Anda itu.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) PASAL 14
MENERIMA SATU SAMA LAIN
Damai dan harmonis adalah menyenangkan. Sungguh indah jika setiap orang dapat sejalan dengan orang lain, jika semua...
PASAL 14
MENERIMA SATU SAMA LAIN
Damai dan harmonis adalah menyenangkan. Sungguh indah jika setiap orang dapat sejalan dengan orang lain, jika semua orang dapat dan mau hidup damai bersama-sama. Namun begitu, ini adalah keinginan yang tidak realistis. Di mana manusia berada, ketidaksepakatan akan timbul. Itu tidak hanya benar di dalam dunia; itu juga benar di dalam gereja. Pertanyaannya bukan "Apa yang harus kita lakukan jika kita tidak sepakat?" Tapi "Apa yang harus kita lakukan ketika kita tidak sepakat?" Bagaimana seharusnya kita bersikap ketika kita beda pendapat?
Paulus membahas masalah itu panjang lebar dalam Roma 14:1-15:13. Mulai di Roma 12:1, rasul Paulus meliput berbagai topik, biasanya hanya menyita beberapa ayat pada setiap topik. Namun begitu, ia menyita lebih dari satu pasal—tiga puluh enam ayat—untuk membahas pertanyaan tentang bagaimana kita seharusnya bertindak terhadap orang Kristen lainnya ketika kita tidak sepakat.
Panjangnya diskusi ini telah menyebabkan beberapa komentator menarik kesimpulan bahwa ada masalah besar antara orang Kristen Yahudi dan Kristen bukan Yahudi1dan itu adalah alasan utama Paulus menulis kitab Roma.2Paulus memiliki sejumlah kenalan di Roma (16:3-15), jadi ia mungkin telah menyadari adanya konflik itu jika memang ada. Bagaimanapun, itu hanya suatu kemungkinan, bahwa dalam perjalanan Paulus, ia menemui di banyak tempat jenis ketegangan yang digambarkan dalam teks kita. Oleh karena itu, dengan dipimpin oleh Roh ia memasukkan instruksi ini untuk mencegah pelbagai masalah yang mungkin dapat timbul.
Sebelum kita mulai mempelajari teks kita, kita perlu memahami beberapa tantangan yang akan kita hadapi. Tantangan besar pertama adalah bahwa kita tidak dapat memastikan situasi pasti yang mendorong diskusi Paulus. Situasinya jelas bagi Paulus dan mungkin juga jelas bagi para pembacanya di Roma, tetapi tidak jelas untuk kita. Itu melibatkan makan daging (14:2, 21), perayaan hari-hari khusus (14:5), dan juga tentang minum anggur (14:21)—tapi tidak ada kesepakatan tentang apa yang tepatnya Paulus maksudkan. Berkaitan dengan ini adalah adanya ketidaksepakatan tentang siapakah tepatnya saudara yang "kuat" (15:1) dan siapakah saudara yang "lemah" (14:1, 2; 15:1).
Banyak orang yakin bahwa, dalam semua contoh dalam Roma 14, saudara yang "lemah" adalah orang Kristen Yahudi yang masih menempel pada sisa-sisa hukum Perjanjian Lama. Mengenai hari-hari, mereka masih mengikuti kalender Yahudi. Mengenai makan daging, dalam masyarakat pagan seperti Roma, mereka tidak dapat memastikan bahwa setiap daging yang dibeli di pasar adalah halal/kosher.3Supaya aman, mereka telah menjadi vegetarian.4Menurut pendekatan ini, saudara yang "kuat" adalah orang-orang Kristen bukan Yahudi—plus beberapa orang Kristen Yahudi yang tercerahkan seperti Paulus.
Mereka yang menganut pandangan ini berkeras bahwa ada sedikit, jika ada, kaitan antara Roma 14 dan diskusi serupa dalam 1 Korintus 8-10 yang ada kaitannya dengan makan daging yang dipersembahkan kepada berhala. Meski mengakui bahwa ada beberapa kesamaan antara dua nas itu, mereka mencatat beberapa perbedaan penting.
Pendekatan yang baru saja digambarkan mungkin saja benar, tapi saya tidak nyaman dengan kesimpulan bahwa, pada titik ini dalam suratnya, Paulus mencap orang Kristen Yahudi sebagai kelompok yang "lemah" dan orang Kristen bukan Yahudi sebagai kelompok "yang kuat." Selanjutnya, saya beranggapan kemungkinan adanya kaitan dengan 1 Korintus 8-10 terlalu cepat dihilangkan. Bagaimanapun, Paulus sedang menulis dari Korintus, di mana ia akan terus-menerus diingatkan tentang pelbagai masalah yang muncul mengenai umat Kristen makan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala.
Orang Yahudi yang setia yang mengikuti aturan makan Perjanjian Lama tidak bergantung pada pasar daging orang bukan Yahudi untuk daging yang halal. Sebaliknya, mereka menyembelih dan menyiapkan daging mereka sendiri sesuai dengan ketentuan dalam hukum Taurat dan tradisi mereka. Oleh karena itu mungkin mereka yang tidak mau makan daging adalah orang Kristen bukan Yahudi yang sangat menya- dari bahwa beberapa daging yang tersedia di pasar telah lebih dulu menjadi bagian dari korban yang dipersembahkan kepada berhala.
Tidak ada bukti yang memaksa kita untuk menyimpulkan bahwa Paulus mencap satu kelompok "kuat" terhadap semua masalah yang disebutkan dan kelompok lainnya "lemah." Ia mungkin dengan sengaja telah memilih satu topik yang tentangnya orang Kristen Yahudi lebih mungkin merupakan saudara yang "lemah" (memelihara hari-hari) dan satu topik yang tentangnya orang Kristen bukan Yahudi lebih mungkin merupakan saudara yang "lemah" (tidak makan daging). Pendekatan seperti itu akan meredakan pemikiran "Kami lebih kuat secara rohani daripada engkau." (Jika kita jujur dengan diri kita sendiri, kebanyakan dari kita harus mengakui bahwa meski kita mungkin "kuat" pada beberapa masalah, tapi kita mungkin "lemah" pada masalah lain.)
Kita tidak dapat bersikap dogmatik tentang situasi tepat yang Paulus pikirkan dalam Roma 14:1-15:13. Richard A. Batey mengatakan, "Untungnya, pemahaman yang wajar atas ajaran Paulus dalam bagian ini tidak memerlukan identifikasi yang tepat tentang siapa orang Kristen yang ada dalam pikirannya."5Seraya kita membedah teks itu, saya akan membahas pelbagai kemungkinan, tapi kita harus hati-hati untuk tidak menarik kesimpulan berdasarkan asumsi yang tidak beralasan.
Pertanyaan lain muncul: Penerapan apakah, jika ada, yang dapat kita buat di zaman kini? Apapun kemungkinan kesulitan dalam Roma 14 dan 15, Paulus sedang menangani masalah abad pertama yang tampaknya jauh dari apa pun yang kita hadapi saat ini. Apakah ada pesan di sini untuk kita? Ya. Roh Kudus tidak akan melestarikan nas ini jika tidak ada pesan untuk segala zaman. Berupa apakah pesan untuk abad kedua puluh satu?
Selama bertahun-tahun, Roma 14 telah digunakan untuk membenarkan berbagai kegiatan dan keyakinan yang berjangkauan luas. Sebagai contoh, beberapa orang menegaskan bahwa Roma 14:1 memiliki arti kita harus menerima siapa saja yang percaya kepada Kristus, terlepas dari apa yang ia percayai atau praktikkan. Lebih sering, nas itu telah digunakan untuk membenarkan pelbagai praktik moral yang pada bentuk terbaiknya pun tetap dipertanyakan. Di masa lalu, kata-kata dari ayat 21 dalam KJV ( "tersinggung") digunakan seperti ini: "Saya tidak suka apa yang engkau sedang lakukan. Itu menyinggung saya; jadi, menurut ajaran Paulus, engkau harus berhenti melakukannya!" Kita akan menangani beberapa penerapan meragukan ini ketika kita menelusuri teks itu.
Mungkin hal paling penting yang dapat dikatakan mengenai penerapan adalah bahwa nas itu menangani masalah bagaimana bersikap mengenai perbedaan pendapat. Hal ini ditunjukkan dalam pembukaan pasal 14 dalam Alkitab NASB: "Sekarang terimalah orang yang lemah imannya, tetapi bukan untuk menghakimi pendapatnya" (14:1; huruf miring ditambahkan).6Ungkapan "pendapatnya" diterjemahkan dari kata Yunani yang, dalam ayat ini, menunjukkan "khawatir tentang hal-hal sepele."7Para penulis menggunakan berbagai kata dan ungkapan untuk mengungkapkan gagasan yang nas itu bahas mengenai masalah pendapat—termasuk "hal-hal sepele," "hal-hal yang tidak penting," "hal-hal sekunder," "hal-hal remeh," dan "masalah ketidakpedulian."
Mereka yang berkomitmen terhadap pemulihan Kristen Perjanjian Baru sudah selalu mengakui perbedaan antara "masalah iman" (hal yang secara jelas diajarkan dalam Kitab Suci) dan "masalah opini" (hal yang Kitab Suci tidak perintahkan secara khusus). Motto yang terdengar di masa lalu adalah "Dalam masalah iman, kesatuan; dalam masalah pendapat, kebebasan; dan dalam segala hal, kemurahan hati [atau kasih]."8Paulus menjelaskan dalam Roma 16:17 bagaimana kita harus menangani ketidaksepakatan atas masalah iman. Teks kita sekarang ini berkaitan dengan bagaimana kita harus bersikap dalam masalah pendapat.
Para komentator umumnya sepakat bahwa penerapan Roma 14:1-15:13 harus dibatasi pada masalah opini. Misalnya, Douglas J. Moo menulis bahwa "kita tidak dapat memperluas toleransi yang Paulus minta di sini kepada semua masalah.… Kita harus … berhati-hati menerapkan toleransi dari Roma 14:1-15:13 kepada masalah yang sama dengan masalah yang Paulus tangani di sini."9Pada saat yang sama, sebagian besar penulis tidak dapat menolak untuk memasukkan daftar masalah doktrin dan moral milik mereka sendiri yang mereka anggap sebagai masalah opini. Daftar mereka termasuk masalah doktrin seperti apakah baptisan harus diselamkan atau tidak dan masalah moral seperti judi.
Dalam menerapkan Roma 14, sudah menjadi praktik umum bagi individu-individu untuk mengasumsikan apa yang mereka perlu buktikan. Artinya, mereka berasumsi bahwa masalah ini atau itu adalah masalah pendapat dan kemudian menerapkan Roma 14 untuk itu. Sebelum prinsip-prinsip Roma 14 dapat diterapkan secara ketat ke atas setiap masalah, terlebih dahulu harus ditetapkan bahwa masalah ini masuk ke dalam kategori masalah opini. Ini tidak mudah. Banyak masalah dianggap masalah iman oleh beberapa orang Kristen, sementara orang Kristen lainnya sama-sama yakin bahwa masalah itu adalah masalah opini.
Apakah ini berarti Roma 14:1-15:13 punya sedikit hal untuk dikatakan kepada kita di zaman kini? Tidak sama sekali. Di gereja, kita kadang-kadang tidak sepakat atas isu-isu yang melibatkan masalah iman, tetapi kita sering tidak sepakat pada masalah yang sebagian besar peserta harus (dengan enggan) akui berada dalam wilayah opini. Selama hidup saya, saya telah melihat beberapa masalah doktrin yang memecah belah gereja. Selama periode yang sama, sudah ratusan kali saya melihat keharmonisan jemaat dihancurkan oleh masalah opini.
Setelah mengatakan itu, saya percaya bahwa kita dapat menarik beberapa prinsip umum dari nas yang akan memberi kita pedoman kapan saja kita tidak sepakat dengan seorang saudara, apakah kita menganggap itu masalah opini atau pertanyaan tentang iman. Bahkan ada prinsip-prinsip yang dapat membantu kita kapan saja kita tidak sepakat dengan orang lain, apa pun situasinya. Prinsip-prinsip yang ditemukan di sini tidak hanya membantu gereja; mereka juga dapat membantu perkawinan, keluarga, dan masyarakat.
Tema Roma 14:1-15:13 adalah "menerima satu sama lain." Nas itu dimulai, "Terimalah orang yang lemah imannya" (14:1; huruf miring ditambahkan). Belakangan, di penghujung nas itu, dikatakan, "Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah" (15:7; huruf miring ditambahkan). Teks ini akan dibahas dalam empat judul utama tentang penerimaan: "dalam kebebasan" (14:1-12), "dalam kasih" (14:13-18), "dalam damai" (14:19-23), dan "dalam kesatuan" (15:1-13).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Berbeda Pendapat Tanpa Menghancurkan (Roma 14)
Masalah Pendapat 1. Di dalam Gereja. Orang-orang di dalam gereja selalu berbeda pendapat, dan mereka a...
Berbeda Pendapat Tanpa Menghancurkan (Roma 14)
Masalah Pendapat 1. Di dalam Gereja. Orang-orang di dalam gereja selalu berbeda pendapat, dan mereka akan selalu begitu. Beberapa dari perbedaan pendapat ini bersifat doktrin. Mengenai hal itu, Yudas menulis, "Supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yudas 3). Namun begitu, masalah pendapat memiliki persentase yang tinggi dalam menganggu jemaat. Dalam Roma 14, Paulus memberitahukan bagaimana orang Kristen harus bersikap ketika mereka tidak sependapat atas persoalan yang bukan masalah iman. Sebagai saudara dan saudari dalam Kristus, kita dapat belajar untuk berbeda pendapat tanpa menimbulkan kehancuran pada gereja.80
2. Di dalam Masyarakat. Keprihatinan Paulus adalah tentang ketidakharmonisan di dalam gereja, tetapi ajaran yang diuraikan dapat membantu dalam situasi apa saja di mana orang-orang tidak dapat akur.81Prinsip menerima orang lain, membangun orang lain, dan menyukakan orang lain (ketimbang menyukakan diri sendiri) akan memberi manfaat kepada perkawinan dan keluarga mana saja. Konsep ini dapat meredakan ketegangan dalam bisnis dan masyarakat, dan bahkan dalam arena politik. Jim McGuiggan berpendapat bahwa "mendesak tanpa kompromi untuk memakai cara kita … mencetuskan masalah bagi orang tua/anak; masalah suami/istri yang mengakibatkan perceraian; [dan] masalah nasional dan internasional yang menimbulkan kerusuhan dan perang."82
Masalah Iman?
Sebelum Roma 14 dapat secara ketat diterapkan kepada perbedaan pendapat, haruslah ditetapkan bahwa persoalan itu adalah masalah pendapat. Saya, bagaimanapun, percaya bahwa dari nas itu kita dapat secara sah menarik beberapa prinsip umum yang akan menolong kapan saja kita berbeda pendapat dengan seorang saudara—bahkan jika yang sedang dibahas adalah perbedaan doktrin. Di bawah ini adalah beberapa contoh; Anda mungkin dapat menemukan contoh lebih banyak lagi. (Saya butuh pengingat ini, Anda mungkin butuh juga.)
1. Bersikaplah Yakin Dan Konsisten.83Pertama, kita perlu mempelajari Firman Allah secara menyeluruh dan berdoa dengan sungguh-sungguh bahwa Allah akan membantu kita untuk memahami kehendak-Nya dalam masalah ini. Kita harus secara pribadi yakin (14:5); dan kita harus berusaha untuk konsisten dalam keyakinan, ajaran, dan tindakan kita (14:23).
2. Bersikaplah Pengasih Dan Perhatian. Jika seseorang tidak sependapat dengan kesimpulan kita, mari kita tetapkan untuk hidup dengan dia menurut tuntutan kasih (14:15a). Bagaimanapun, ia adalah orang yang "Kristus telah mati untuk dia" (14:15b). Jika kita mengasihi saudara-saudari kita dalam Kristus, kita akan memperlakukan mereka dengan hormat (14:10b). Ketimbang bersikap menghakimi (14:10a), kita akan menafsirkan sebaik mungkin semua yang mereka katakan dan lakukan.
Kita akan masuk ke dalam pembahasan apa saja dengan percaya bahwa individu-individu lain itu adalah sama jujurnya seperti kita dan bahwa mereka juga, sedang berusa keras untuk hidup untuk Tuhan (14:8). Kita akan melakukan yang terbaik untuk memahami sudut pandang orang lain dan bersedia untuk mengakui kekuatan apa saja dalam posisi itu.
3. Bersikaplah Perhatian dan Peduli. Dalam semua hal yang kita lakukan, kita harus berusaha untuk jangan pernah menyakiti atau mengecilkan hati saudara kita (14:20, 21). Selain itu, mari kita hindari diri kita bertanggung jawab mempromosikan perpecahan dalam suatu jemaat atau menyebabkan gereja Tuhan "difitnah" (14:16). Dengan bantuan Tuhan, mari kita selalu "mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun" (14:19).
Kesimpulan. Dalam 12:18, Paulus mengatakan, "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" Meski kita sudah berusaha sebaik-baiknya, kadang-kadang mustahil untuk berdamai dengan seorang saudara. Kadang-kadang, bahkan mungkin perlu untuk "menghindari" "mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima" (16:17). Namun begitu, kesempatan kita untuk menerapkan prinsip-prinsip umum dari Roma 14 ketika kita berbeda pendapat dengan seorang saudara adalah tidak banyak dan jarang terjadi. Coy Roper menulis, Satu hal tampaknya pasti [dari pelajaran kita tentang Roma 14]: Kita harus sangat enggan untuk memutus tali persekutuan antara diri kita dan saudara-saudara kita.
Kita harus secara alami dan penuh kasih cenderung menerima bahkan saudara-saudara yang tidak sependapat dengan kita. Jika pada akhirnya kita terpaksa menyimpulkan bahwa kita tidak dapat lagi menerima seorang saudara oleh karena sifat dari kesalahan yang ia telah lakukan, [langkah] itu harus dilakukan hanya dengan sikap yang sangat enggan sekali, dengan kesedihan dan air mata.84
Haruskah Anda Membiarkan Hati Nurani Anda Menjadi Pandu Anda? (Pasal 14)
Kita sering mendengar ungkapan "Biarkan hati nuranimu menjadi pandumu." Umumnya ada keyakinan yang dianut dalam agama bahwa selama seseorang hidup menurut apa kata hati nuraninya, maka segalanya akan baik-baik saja. Dalam bagian ini kita bertanya, "Haruskah Anda membiarkan hati nurani Anda menjadi pandu Anda?" Jawaban saya bisa jadi akan terdengar seperti jawaban para politisi—sebab jawaban saya adalah "Ya" dan "Tidak." Saya harap Anda akan mendengarkan saya sampai tuntas sehingga Anda akan mengerti apa yang saya maksudkan. Mari kita mulai dengan jawaban "Tidak."
"Tidak": Hati nurani saja bukan pandu yang memadai dalam masalah keagamaan. Alkitab menegaskan bahwa hati nurani bukanlah pandu yang aman dalam agama. Pertimbangkanlah contoh Paulus. Paulus selalu hidup sesuai dengan hati nuraninya. Ia memberitahu Mahkamah Yahudi, "Hai saudarasaudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah" (Kisah 23:1). Ia memberitahu Raja Agripa, "Aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret" (26:9). Ketika ia menyurati Timotius, ia bicara tentang "Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni" (2 Tim. 1:3).
Meski hati nurani Paulus selalu menyetujui segala tindakannya, sebelum ia menjadi orang Kristen ia melakukan banyak hal yang tidak berkenan kepada Allah— termasuk menolak Yesus, menganiaya umat Kristen, dan membunuh kaum pria dan wanita yang tak bersalah. Ia menjelaskan hal itu kepada Agripa:
... Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing (Kisah 26:10, 11).
Ia memberitahu Timotius bahwa "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa" (1Tim. 1:15).
Dalam 1Korintus 4:4 Paulus berkata, "Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan." Ungkapan "Aku [tidak] sadar" merupakan terjemahan bentuk kata kerja Yunani untuk "hati nurani." Secara tidak langsung Paulus berkata, "Meskipun hati nuraniku tidak menghukumku, itu saja bukan berarti aku benar; hanya Allah yang bisa memutuskan apakah aku benar atau salah."
Bukti bahwa hati nurani bukan pandu yang aman dalam agama bisa berlipat ganda—dari Alkitab dan dari setiap pengalaman manusia. Dalam Alkitab, manusia sering secara sadar menganggap pelbagai gagasan adalah benar ketika sebenarnya tidak benar. Sebagai contoh, ketika Yakub melihat jubah Yusuf yang ternoda darah, dengan tulus ia percaya bahwa anak laki-lakinya sudah dibunuh oleh binatang buas (Kej. 37:31-35).
Orang bisa salah secara jujur dan khilaf secara tulus. "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut" (Amsal 14:12; lihat juga 16:25). Adalah mungkin untuk mempercayai kebohongan dan menjadi sesat (2Tes. 2:10-12). Hanya kebenaran yang dapat memerdekakan manusia (Yoh. 8:32).
Hati nurani saja bukanlah pandu yang memadai dalam alam kehidupan apa saja:85
Hati nurani bukan pandu yang selalu benar dalam perjalanan; saya pernah dengan sungguh-sungguh percaya sedang berada di jalan yang benar ketika nyatanya saya sedang menjauhi tujuan saya. Hati nurani bukan pandu yang aman dalam kesehatan; pernah ada dokter yang dengan sungguh-sungguh mengobati para pasien mereka atas pelbagai penyakit tertentu, namun belakangan mereka sadar bahwa mereka telah mengobati para pasien itu untuk penyakit yang salah. Hati nurani bukan pandu yang memadai dalam bisnis; banyak orang memasuki dunia bisnis dengan hati nurani yang baik, hanya untuk kehilangan semua harta yang mereka miliki. Hati nurani bukan pandu yang aman dalam perkawinan; orang-orang yang dengan jujur percaya bahwa mereka telah mengenal baik teman hidup pilihan mereka, belakangan sadar bahwa mereka tidak mengenal sama sekali teman hidup mereka itu. (Yakub bahkan percaya dengan sungguh-sungguh bahwa ia sedang menikahi Rahel ketika nyatanya ia sedang menikahi Lea [Kej. 29:21-30]!)
Mengapakah hati nurani saja bukan pandu yang memadai dalam agama? Alasan utamanya adalah bahwa hati nurani dibatasi oleh pengetahuan yang tersedia baginya.
Setiap orang diperlengkapi dengan hati nurani. Secara naluri orang tahu bahwa beberapa perbuatan adalah benar dan beberapa lagi adalah salah. Selanjutnya, sebagian besar orang mengakui bahwa beberapa perbuatan tertentu adalah benar dan beberapa lagi tidak benar. (Contoh, kebanyakan orang akan menghukum perlakukan Hitler atas bangsa Yahudi.)
Namun begitu, di luar masalah penting seperti itu, apa yang dianggap benar atau salah oleh hati nurani seseorang tergantung pada apa yang sudah diajarkan kepada dia. Banyak orang menyembah berhala, melakukan poligami, atau memiliki budak; namun hati nurani mereka tidak menghukum mereka sebab begitulah cara mereka diajar. Ketika pelbagai budaya dengan beragam latar belakang bertemu, maka terjadilah konflik hati nurani. Ketika Inggris menguasai India sebagai bagian dari kerajaan mereka, mereka berkeyakinan bahwa beberapa perilaku yang sudah lama dianut teguh harus dilenyapkan. Salah satunya adalah kebiasaan membakar janda yang ditinggal mati suaminya di atas kayu bakar penguburan. Inggris mengeluarkan peraturan yang melarang praktik itu. Seorang pemimpin agama India mendatangi seorang pejabat Inggris dan memprotes: "Hati nurani kami memberitahu kami bahwa janda itu harus dibakar." Pejabat itu menjawab, "Dan hati nurani kami memberitahu kami bahwa jika kamu membakarnya, kami akan menggantungmu!"
Hati nurani dapat dibandingkan dengan hakim, saksi, juri, dan algojo yang bergabung menjadi satu. Namun begitu, fungsi hakim, saksi, juri, atau algojo bukanlah untuk membuat hukum. Sebaliknya, tujuan mereka adalah untuk menegakkan hukum. Begitu juga halnya, hati nurani merupakan sebuah dewan yudikatif dan eksekutif, bukan dewan legislatif. Hati nurani hanya bisa menegakkan hukum rohani dan moral yang tersedia baginya.
Simaklah penjabaran hati nurani yang "kuat" dan "lemah" dalam 1Korintus 8 sampai 10 dan Roma 14 dan 15. Orang yang berhati nurani "kuat" (Roma 15:1) adalah orang yang memiliki pengetahuan yang benar tentang makan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala:
Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa (1 Kor. 8:4; huruf miring ditambahkan).
Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai pengetahuan, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena pengetahuanmu (1Kor. 8:10, 11; huruf miring ditambahkan).
Pada sisi lainnya, orang yang berhati nurani "lemah" (Roma 15:1) tidak memiliki pengetahuan itu: "Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya" (1Kor. 8:7; huruf miring ditambahkan).86
Seseorang pernah berkata bahwa "hati nurani menyandarkan dirinya kepada pedoman tertinggi yang orang itu ketahui." Kata yang berlaku adalah kata "tahu." Pengetahuan yang matang (yaitu pengetahuan akan Firman) memampukan orang untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat (Ibr. 5:13, 14).
Oleh sebab itu, pertanyaan pentingnya bukanlah "Apakah yang dikatakan benar oleh hati nuraniku?" tetapi "Apakah yang dikatakan benar oleh Firman Allah?" Kita baca, "Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan" (2Kor. 10:18).
Secara bijak pernah dikatakan "hati nurani adalah pandu yang aman hanya sejauh hati nurani itu dipandu dengan aman"—yaitu, "dipandu dengan aman oleh pengajaran Firman." Pertanyaannya bukanlah "Apakah orang-orang itu bersungguh-sungguh?" ketika kita melihat mereka melakukan "pembaptisan" bayi, mengambil Perjamuan Tuhan di hari apa saja selain daripada hari Minggu, atau memakai peralatan musik dalam ibadah. Sebaliknya, pertanyaannya haruslah "Apakah yang Alkitab ajarkan tentang pelbagai hal itu?"
Demikianlah, hati nurani bukanlah pandu yang aman dalam beragama sebab ia dibatasi oleh pengetahuan yang tersedia baginya. Ada juga alasan kedua mengapa kita tidak bisa selalu bersandar pada hati nurani untuk memandu kita dengan benar:
Beberapa orang sudah begitu menyalahgunakan hati nurani mereka sehingga hati nurani mereka itu bukan lagi pandu yang aman dalam hal apa saja. Supaya hati nurani tetap kuat, hati nurani itu perlu dilatih (Kisah 24:16; KJV).
Ketika orang mengabaikan hati nuraninya, maka hati nurani itu menjadi najis (Tit. 1:15) dan hangus (1 Tim. 4:2). Hati nurani yang najis dan hangus bisa dibandingkan dengan kaca jendela yang begitu kotor sehingga fungsinya tidak berjalan. Dalam Matius 6 Yesus memakai ilustrasi serupa:
Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; namun jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika satu-satunya terang yang ada padamu benar-benar gelap, maka engkau akan mengalami kegelapan yang amat sangat (Mat. 6:22, 23; NCV).
Yesus memakai kata "mata" untuk mengacu kepada kemampuan untuk melihat pelbagai masalah rohani. Jika mata jasmani buta, seluruh tubuh jadi gelap. Begitu juga halnya, jika kemampuan untuk melihat yang baik dan yang jahat dihancurkan, orang akan hancur ke dalam kegelapan rohani.
Melalui informasi yang salah dan penyalahgunaan, sistem penilaian hati nurani bisa terbalik. Yesaya bicara tentang mereka "yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan" (Yes. 5:20). Paulus menulis tentang mereka yang "kemuliaan mereka ialah aib mereka" (Flp. 3:19).
Pelbagai acuan terhadap penyalahgunaan hati nurani ini mengilustrasikan perlunya jawaban kedua saya atas pertanyaan "Haruskah Anda membiarkan hati nurani Anda menjadi pandu Anda?":
"Ya": Kita harus tidak mengabaikan perkataan hati nurani—khususnya dalam masalah penilaian. Setelah menyimak bahwa hati nurani saja bukan pandu yang aman dalam agama, kita bisa menyimpulkan bahwa hati nurani tidaklah penting; namun tak ada yang bisa lari lebih jauh dari kebenaran. Dalam Roma, Paulus dengan jelas berkata bahwa ketika kita melanggar hati nurani kita, kita berdosa:
Aku tahu dan yakin dalam Tuhan Yesus, bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri. Hanya bagi orang yang beranggapan, bahwa sesuatu adalah najis, bagi orang itulah sesuatu itu najis (14:14).
Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa (14:23).
Kata "iman" di sini tidak mengacu kepada iman yang berasal dari Firman Allah (Roma 10:17), namun sebaliknya mengacu kepada apa yang orang itu yakini benar atau salah, sistem nilai orang itu sendiri. Jika seseorang melawan apa yang ia yakini benar atau salah (dengan kata lain melanggar hati nuraninya), Paulus katakan bahwa orang itu berdosa dan bersalah.87
Mengapakah melanggar hati nurani adalah dosa? Sebab setiap kali orang menentang hati nuraninya, ia membuat hati nuraninya kurang efektif. Ia menghancurkan perlindungan yang Allah berikan. Dalam pelajaran kita sebelumnya, saya membandingkan hati nurani dengan sistem syaraf. Jika saya mengabaikan peringatan dari sistem saraf saya untuk menjauhi nyala api, maka tidak lama kemudian sistem saraf saya akan hancur (bersama dengan saya juga!).
Seorang pemudi membandingkan hati nurani dengan sebuah roda yang memiliki ujung-ujung yang runcing yang berputar di dalam diri kita. "Ketika kita melakukan yang seharusnya tidak dilakukan, ujung-ujung yang runcing itu akan menyakiti kita!" katanya. Ia lalu menambahkan, "Namun jika kita terus melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan, maka ujung-ujung yang runcing itu akan rusak sehingga tidak lagi begitu menyakiti." Kita bisa menambahkan: "Dan jika kita bersikeras melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan, ujung-ujung yang runcing itu akhirnya akan tumpul semuanya dan tidak akan menyakiti sama sekali."
Saya pernah membaca kisah yang menggambarkan bahayanya mengabaikan hati nurani. Sebuah pelampung yang dilengkapi dengan sebuah bel dipasang di lepas pantai tertentu yang berbahaya di Skotlandia. Lalu seorang kapten laut menjadi marah sekali terhadap penduduk yang tinggal di daerah itu. Dalam kemarahan yang menggila, ia balas dendam kepada mereka dengan memutuskan bel itu dari pelampung itu. Belakangan, kapal kapten itu terjebak dalam badai di lepas pantai itu. Ia mencari suara bel yang akan membimbing dia kepada keselamatan, namun ia tidak mendengar apa-apa. Ia dan seluruh orang di dalam kapal itu tewas sebab kebodohannya. Kisah itu ditutup dengan pesan moral ini: Jika seseorang membungkam hati nuraninya, hati nuraninya itu tidak akan ada pada saat ia membutuhkannya.
Paulus memakai ilustrasi kelautan yang berbeda dalam 1Timotius 1:19: "Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka." Sebuah hati nurani yang "ditolak" bisa dibandingkan dengan kompas kapal yang sudah tidak tepat lagi dan oleh sebab itu menyebabkan kapal itu kandas.
Alkitab memakai banyak istilah yang hidup untuk menolong kita memahami apa yang terjadi terhadap hati nurani yang terus-menerus ditolak. Kita sudah simak bahwa hati nurani yang ditolak sama seperti ujung-ujung saraf yang terbakar sehingga tidak lagi berfungsi (1 Tim. 4:2). Namun demikian, perbandingan yang paling menakjubkan saya adalah ilustrasi yang Yesus pakai dalam Matius 6:22, 23, ketika Ia bicara tentang mata yang digelapkan. Bagaimana jika kita tahu bahwa setiap kali kita berdosa, kita akan kehilangan beberapa daya lihat kita? Tidakkah hal itu akan mendorong sebagian besar dari kita untuk tidak berbuat dosa? Yesus ingin kita mengetahui bahwa meskipun kita tidak kehilangan daya lihat fisik kita ketika melanggar hati nurani kita, namun kita tetap akan kehilangan daya lihat rohani kita. Ini seharusnya menjadi alat pencegah yang bahkan lebih kuat lagi untuk tidak berbuat dosa.
Alkitab berisi ilustrasi yang banyak sekali tentang kaum pria dan wanita yang melanggar hati nurani mereka dan dengan cara itulah hati nurani mereka dibungkam. Saya ingat Raja Saul, yang memulai pemerintahannya dengan begitu banyak janji namun kemudian mengalah kepada godaan kekuasaan. Akhirnya, pikiran dan hatinya menjadi begitu keras sehingga Tuhan menarik Roh-Nya dari dia (1 Sam. 16:14).
Salah satu contoh yang paling menakjubkan adalah penerus Saul, Daud. Biasanya ia adalah orang yang berhati nurani lembut, namun ia menumpuk dosa demi dosa, selama beberapa minggu ia berhasil menindas hati nuraninya. Seandainya ia tidak punya seorang teman yang membangunkan hati nuraninya (2 Sam. 2:1-14), ia akan sudah dilaknat selamanya.
Jika hati nurani seseorang diberi informasi yang salah, hati nurani itu perlu dididik ulang. Sementara itu—sampai hati nurani itu dididik ulang—orang itu tidak boleh mengabaikan perkataan hati nuraninya. Sebagai ilustrasi, marilah kita bayangkan bahwa seseorang sudah diajar selama hidupnya bahwa Allah tidak membolehkan dia makan daging di bawah keadaan tertentu. Alkitab mengajarkan bahwa tidak ada yang salah dengan makan daging jika orang menghendakinya (1 Tim. 4:1-5). Namun begitu, sampai orang itu mempelajari kebenaran alkitabiah itu, ia harus terus pantang makan daging seperti yang ia lakukan sebelumnya. Prinsip ini bisa dibandingkan dengan menyeberangi sebuah jembatan yang kita anggap tidak aman. Selama kita percaya jembatan itu tidak aman, kita harus menjauhi jembatan itu. Ketika akhirnya kita yakin bahwa jembatan itu sanggup menahan berat tubuh kita, kita lalu bisa menyeberanginya—namun jangan sebelumnya.
Proses mendidik ulang hati nurani bersifat berkelanjutan. Bagaimanakah kita melakukannya? Pertama, kita harus dengan rajin dan tetap mempelajari Alkitab, secara konstan berusaha mendapat pengertian yang lebih baik tentang kehendak Allah bagi hidup kita. Kedua, kita harus punya pikiran terbuka yang tidak takut untuk menguji keyakinan kita dalam terang Firman Allah.
Sementara itu, sampai kita diyakinkan oleh Kitab Suci bahwa keyakinan yang sudah lama kita anut adalah salah, marilah kita melakukan apa yang dikatakan hati nurani kita untuk kita lakukan. Ketika Martin Luther, Pembaharu terkenal, sedang diadili, ia membuat pernyataan klasik ini:
Kecuali aku diyakinkan oleh Kitab Suci dan alasan yang jelas—aku tidak akan menerima otoritas para paus dan konsili, sebab mereka saling bertentangan—hati nuraniku ditawan oleh Firman Allah. Aku tidak bisa dan aku tidak akan menarik kembali pengakuan apa saja, sebab melawan hati nurani adalah tidak benar dan tidak aman. Allah akan menolongku. Amin.88
Kesimpulan. Saya harap Anda sekarang mengerti jawaban "Ya/Tidak" saya yang kelihatannya mendua terhadap pertanyaan "Haruskah Anda membiarkan hati nurani Anda menjadi pandu Anda?" Dalam masalah keagamaan, hati nurani Anda harus tidak boleh menjadi pandu Anda. Pada sisi lainnya, kita harus mematuhi perkataan hati nurani kita untuk tidak membosankan perlindungan yang Allah pasang ini. Kita harus selalu dalam proses mendidik hati nurani kita dan menyaring pelbagai konsep kita tentang apa yang benar dan apa yang salah.
Marilah kita mengingat 1 Petrus 3:21. Dalam nas itu, Petrus menekankan bahwa "kamu sekarang diselamatkan oleh ... baptisan ... oleh kebangkitan Yesus Kristus." Namun begitu, ia menunjukkan bahwa baptisan "bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah." Dengan kata lain, satu alasan untuk dibaptis adalah bahwa kita tidak akan lagi punya hati nurani yang bersalah.
Firman Allah berkata bahwa Anda perlu percaya (yakin) kepada Yesus (Yoh. 3:16), bertobat dari dosa-dosa Anda (Kisah 17:30), mengakui iman Anda yang ada dalam hati Anda (Roma 10:9, 10), dibaptis (diselamkan ke dalam air) untuk pengampunan dosa Anda (Kisah 2:38), dan tetap setia sampai mati (Wahyu 2:10). Jika hati nurani Anda diterangi, hati nurani itu akan mengakui bahwa pengajaran-pengajaran ini adalah benar. Jika hati nurani Anda efektif, hati nurani itu akan berkata bahwa Anda seharusnya melakukan hal-hal itu. Kini Anda perlu melatih hati nurani Anda dengan melakukan apa yang Anda tahu dan perlu lakukan. Biarkanlah hati nurani Anda menjawab "Ya" kepada Allah sekarang juga!
Hidup Rukun (Pasal 14)
Prinsip-prinsip dalam Roma 14 dapat membantu kapan saja orang-orang tidak sependapat. Evertt Huffard menggunakan nas itu ketika ia bicara kepada pasangan tentang hidup rukun dalam perkawinan. Satu prinsip yang ia tarik dari pasal ini adalah: "Tidak apa-apa kalah berargumen bahkan jika engkau benar."89Pernyataan itu tampaknya mungkin aneh bagi sebagian dari kita. Kita ingin menjadi benar. Henry Clay (1777-1852), negarawan Amerika, tercatat mengatakan, "Saya lebih suka menjadi benar daripada menjadi presiden."90Bahkan yang lebih penting daripada menjadi benar, kita ingin orang yang tidak sependapat dengan kita mengakui bahwa kita benar.
Diskusi Paulus dalam Roma 14 berkisar di sekitar kontroversi makan daging di dalam gereja abad pertama. Ia tidak menimbulkan keraguan mengenai siapa yang benar tentang masalah itu. Ia mengatakan bahwa orang yang makan "sayur-sayuran saja" adalah saudara yang "lemah" (14:2).91Ia mengatakan bahwa "tidak ada sesuatu [tidak ada makanan, termasuk daging] yang najis dari dirinya sendiri" (14:14) dan mengidentifikasi ini sebagai pendapat yang "kuat" (lihat 15:1). Namun begitu, Paulus membuat jelas bahwa ada beberapa hal yang lebih penting daripada menjadi benar tentang masalah itu.
Apakah yang mungkin dapat lebih penting daripada menjadi benar? Dalam Roma 14:13-23, Paulus mencatat ada beberapa hal yang jauh lebih penting.92Dalam ayat 13 sampai 18, Paulus menekankan bahwa tidak menyakiti seorang saudara adalah lebih penting daripada menjadi benar dalam masalah pendapat (lihat 14:13, 15). Ayat 19 sampai 23 melanjutkan penekanan tentang perlunya untuk tidak menyakiti sesama orang Kristen, namun ada pokok pikiran tambahan yang diperkenalkan. Kita mungkin dapat memenuhi perintah Paulus untuk tidak menyakiti seorang saudara dengan tidak berbuat apa-apa, hanya dengan membiarkan dia sendirian. Namun begitu, teks itu mengandung penekanan positif, perlunya melakukan sesuatu. Pada dasarnya Paulus berkata bahwa menolong seorang saudara adalah lebih penting daripada menjadi benar (lihat 14:19).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) "Terimalah Satu Sama Lain" (Roma 14:1; 15:7)
Saudara yang "kuat" diberitahu untuk menerima saudara yang "lemah" dan tid...
"Terimalah Satu Sama Lain" (Roma 14:1; 15:7)
Saudara yang "kuat" diberitahu untuk menerima saudara yang "lemah" dan tidak boleh memandang rendah dia. Paulus juga menunjukkan bahwa saudara yang "lemah" harus menerima saudara yang "kuat" (lihat 15:7) dan harus jangan menghakimi saudara-saudara mereka. Seseorang mungkin bertanya, "Bagaimanakah saya tahu bahwa saya adalah saudara yang kuat atau yang lemah?" Sebagian besar orang yang berpikiran kuat menganggap diri mereka sebagai saudara "yang kuat." (Saya hanya ingat satu kesempatan ketika saya mendengar seorang Kristen menyebut dirinya sebagai "saudara yang lemah.") Mengenai sikap saling menerima, pada sebagian besar masalah hal itu tidak begitu penting apakah Anda adalah saudara yang "kuat" atau yang "lemah." (Jika Anda berkeras bahwa Anda adalah saudara yang "kuat," itu tidak apa-apa. Pada kenyataannya, saudara yang "kuat" memiliki tanggung jawab yang lebih besar.) Apakah "kuat" atau "lemah," pesan untuk setiap orang Kristen adalah sama: "Terimalah satu sama lain" (15:7)!
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Menerima Saudara Yang Lemah (Roma 14:1, 15)
Roma 14:1 berkata, "Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya." Mari ...
Menerima Saudara Yang Lemah (Roma 14:1, 15)
Roma 14:1 berkata, "Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya." Mari kita perhatikan ilustrasi tentang prinsip ini: Bayangkanlah sebuah kelompok keagamaan yang mengajarkan bahwa makan daging pada hari Jumat adalah salah. Bayangkanlah bahwa Anda mengajar dan menobatkan orang yang dibesarkan dalam agama itu. Ketika orang itu keluar dari air baptisan, haruskah Anda menarik dia ke suatu tempat untuk menceramahi dia tentang kebodohan dalam menolak makan daging pada hari Jumat? Tentu saja tidak. Ia adalah seorang bayi yang rapuh di dalam Kristus yang membutuhkan pelukan sambutan yang hangat, bukan tamparan lisan pada wajahnya. Setelah beberapa waktu, ia akan memperoleh pengertian rohani tentang masalah itu, tapi hal pertama yang ia butuhkan adalah penerimaan.
Menambahkan ilustrasi ini, Anda juga harus jangan mengundang orang Kristen baru itu untuk bergabung dengan Anda untuk makan malam pada hari Jumat berikutnya dengan menyajikan steak. Melakukan hal itu akan mendorong dia untuk melanggar hati nuraninya dan berdosa. Roma 14:15 mengajarkan, "Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia."
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Karena Roma 14 tidak menyebutkan orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi, orang mungkin bertanya-tanya mengapa sebagian besar orang me...
Catatan Akhir:
- 1 Karena Roma 14 tidak menyebutkan orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi, orang mungkin bertanya-tanya mengapa sebagian besar orang melihat masalah itu sebagai orang Yahudi versus orang bukan Yahudi. Baru di akhir diskusi itu dalam pasal berikutnya Paulus berhenti mengacu kepada saudara yang "lemah" dan saudara yang "kuat" dan bicara tentang orang Yahudi dan bukan Yahudi (15:8-12).
- 2 Mereka yang menganut posisi ini mengacu kepada 14:13, di mana Paulus mengatakan untuk jangan "saling menghakimi lagi." Mereka menyimpulkan bahwa terminologi ini menunjukkan pengetahuan Paulus bahwa orang Kristen di Roma telah bersalah dalam menghakimi di masa lalu. Bagaimanapun, perhatikanlah bahwa Paulus memasukkan dirinya dalam nasihat itu ("janganlah kita saling menghakimi lagi!"), yang menunjukkan bahwa perintah itu bersifat umum.
- 3 "Kosher [Ind.: halal]" adalah transliterasi dari rv@k, kata Ibrani untuk "tepat." Itu digunakan untuk mengacu kepada makanan yang disiapkan sesuai dengan hukum Yahudi.
- 4 Sebuah istilah yang kadang-kadang terdengar sekarang ini adalah "vegan": orang yang tidak makan daging, produk susu, atau telur. Istilah yang lebih familiar adalah "vegetarian."
- 5 Richard A. Batey, The Letter of Paul to the Romans, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 165.
- 6 Sejumlah terjemahan dan tafsiran menggunakan kata "opini" atau "opini-opini" dalam Roma 14. Misalnya, dalam ayat 5 Alkitab JB menulis "masing-masing harus dibiarkan bebas untuk memiliki pendapatnya sendiri."
- 7 G. Schrenk, "dialogismós," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich, trans. and abr. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 156.
- 8 Motto ini sering dikaitkan dengan Thomas Campbell, dan sentimen motto itu diungkapkan dalam karyanya Declaration and Address (1809). Campbell tampaknya menyadur motto itu dari Reformasi Protestan. Slogan-slogan serupa muncul pada awal abad ketujuh belas.
- 9 Douglas J. Moo, Romans, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 2000), 45
- 10 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 511 (huruf miring ditambahkan).
- 11 Sejumlah terjemahan dan tafsiran menggunakan kata "hati nurani" belakangan dalam pasal 14. Misalnya, terjemahan NEB menulis "hati nurani" dalam ayat 22; terjemahan AB, dalam ayat 20, 21, dan 23; dan terjemahan Phillips, dalam ayat 20 dan 23.
- 12 Vine, 163.
- 13 Seperti ditulis dalam paragraph ini, ayat-ayat lain dalam Roma 14 memiliki bentuk kri÷nw (krinō, "hakim") dalam teks Yunaninya, meski tidak diterjemahkan "hakim" dalam Alkitab NASB.
- 14 Vine, 336.
- 15 Jimmy Allen, Romans, The Clearest Gospel of All (Searcy, Ark.: By the author, 2005), 287.
- 16 Vine, 562.
- 17 ini tidak meniadakan apa yang Paulus ajarkan di tempat lain: Kita kadang-kadang harus melakukan penghakiman tentang kesalahan doktrin (16:17) dan kemesuman (1 Kor 5).
- 18 Terjemahan McCord menulis "percaya setiap hari berharga."
- 19 Vine, 207 (huruf miring ditambahkan).
- 20 Dalam 1 Korintus 16:1, 2, Paulus berasumsi bahwa orang-orang Kristen di Korintus akan berhimpun bersama-sama pada setiap hari pertama pada minggu itu untuk ibadah. (Ketika mereka melakukannya, Paulus memberitahu mereka untuk melakukan kolekte khusus.)
- 21 Beberapa orang telah menggunakan Roma 14:5 sebagai alasan untuk mengadakan Perjamuan Tuhan pada hari tertentu selain hari Minggu. Tidak ada kuasa Alkitab untuk mengambil bagian dalam komuni pada hari apa saja selain pada hari Minggu.
- 22 Beberapa orang berpikir bahwa ini adalah salah satu implikasi dalam ungkapan "percaya segala sesuatu" dalam 1 Korintus 13:7.
- 23 Karena beberapa naskah Yunani menyebut tentang non-pemelihara, maka Alkitab KJV menambahkan, "Dan siapa yang tidak menganggap hari itu, kepada Tuhan ia tidak menganggap hari itu" (lihat NKJV).
- 24 Beberapa orang berpikir bahwa "tidak makan" mengacu kepada puasa (hidup tanpa makanan), tetapi konteksnya menunjukkan bahwa "tidak makan" mengacu kepada menahan diri dari makan daging.
- 25 Bersama dengan banyak guru dan pengkhotbah lainnya, saya telah menggunakan ayat itu seperti ini. Dalam Roma 14:7, Alkitab JB terbaca, "Hidup dan mati masing-masing dari kita memiliki pengaruhnya pada orang lain" (huruf miring ditambahkan).
- 26 Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 481.
- 27 Teks Yunani yang digunakan oleh KJV memiliki titik pada akhir ayat 7. Teks Yunani yang digunakan oleh terjemahan-terjemahan yang lebih baru memiliki titik koma di akhir ayat itu, mengikat ayat 7 dan 8 bersama-sama.
- 28 Alkitab KJV menulis "kepada" ketimbang "untuk." Preposisi ini dipasok oleh penerjemah untuk sejalan dengan serangkaian kata-kata dalam dative case. "Untuk" tampaknya lebih sesuai dengan konteksnya daripada "kepada."
- 29 Paulus memperluas pemikiran ini dalam ayat 13 dan 15.
- 30 Charles R. Swindoll, The Grace Awakening (Anaheim, Calif.: Insight for Living, 1990), 158 (huruf miring ditambahkan).
- 31 Dalam ayat 4, "berdiri" berarti "tidak akan jatuh" (yaitu, akan diterima oleh Allah), dan itu mungkin memiliki arti yang sama di sini. Namun begitu, dalam terang konteks setelah ayat 10, itu lebih mungkin hanya mengacu kepada berada di hadapan seorang hakim yang akan menjatuhkan hukuman.
- 32 Vine, 337-38.
- 33 Kata-kata pembuka kutipan ini mungkin berasal dari Yesaya 49:18.
- 34 Larry Deason, "The Righteousness of God": An In-depth Study of Romans, rev. ed. (Clifton Park, N.Y.: Life Communications, 1989), 308.
- 35 William Barclay, The Letter to the Romans, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 193.
- 36 Kita harus ingat bahwa Roma 14 adalah tentang masalah opini.
- 37 Dikutip dalam Halford E. Luccock, Preaching Values in the Epistles of Paul, vol. 1, Romans and First Corinthians (New York: Harper & Brothers, 1959), 102.
- 38 Ibid.
- 39 Swindoll, The Grace Awakening, 49-50.
- 40 Alkitab NEB menulis "Mari kita … berhenti menghakimi satu sama lain, sebaliknya buatlah keputusan sederhana ini" (huruf miring ditambahkan).
- 41 Dua kata itu dicantumkan di bawah judul yang sama dalam Vine, 441. Kata-kata itu yang sangat mirip dalam artinya sehingga, sementara Alkitab NASB menulis "hambatan" lebih dulu dan "batu sandungan" kedua, banyak terjemahan membalik urutannya.
- 42 Jim McGuiggan berkomentar, "Perilaku mereka yang tanpa perasaan melangkah dengan kasar atas jiwa jiwa yang lemah adalah skandal!" (Jim McGuiggan, The Book of Romans, Looking Into The Bible Series [Lubbock, Tex.: Montex Publishing Co., 1982], 401).
- 43 R. C. H. Lenski, The Interpretation of St. Paul's Epistle to the Romans (Minneapolis: Augsburg Publishing House, 1936), 832.
- 44 Vine, 441.
- 45 Allen, 285.
- 46 Semua kemungkinan ini dan lebih lagi tercermin dalam pelbagai terjemahan yang berbeda.
- 47 Vine, 113, 649.
- 48 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1994), 365.
- 49 Batey, 171.
- 50 Morris, 487.
- 51 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 604.
- 52 Moo, 460.
- 53 "Berjalan" adalah salah satu ungkapan favorit Paulus untuk "hidup."
- 54 Morris, 487.
- 55 Fritz Ridenour, ed., How to Be a Christian Without Being Religious (Glendale, Calif.: Regal Books, G/LPublications, 1967), 124.
- 56 Vine, 164.
- 57 Stott, 365.
- 58 Kita tidak yakin mengapa Paulus memperkenalkan "minum" di sini kecuali ia sekedar sedang mengacu kepada makanan pada umumnya; makan dan minum merupakan bagian integral dari suatu makanan (lihat komentar tentang 14:21).
- 59 Istilah "gereja" dan "kerajaan" digunakan secara dapat dipertukarkan dalam Matius 16:18, 19. Paulus jarang menggunakan istilah "kerajaan" (ini adalah satu-satunya kesempatan kata itu muncul dalam Roma); ia biasanya mengacu kepada "gereja." Mungkin ia menggunakan kata itu di sini untuk menekankan bahwa pemerintahan Tuhan lebih penting daripada hak-hak individu.
- 60 "Kebenaran dan damai sejahtera dan sukacita" dapat mengacu kepada apa yang Allah telah lakukan dan sedang lakukan bagi kita, tetapi konteksnya tampaknya berfokus pada apa yang kita perlu lakukan.
- 61 Ini dapat berarti disetujui oleh saudara-saudara yang "lemah,"tapi tampaknya diperlukan penerapan yang lebih luas.
- 62 Oikodomē diterjemahkan "membangun" dalam 15:2.
- 63 Vine, 194.
- 64 Allen, 288.
- 65 Dalam teks Yunani, "demi makanan" ditempatkan pertama dalam kalimat itu untuk memberi penekanan pada kalimat itu.
- 66 Vine, 164.
- 67 Fokus Paulus adalah pada kenyataan bahwa apa yang kita lakukan mempengaruhi saudara kita: Kita harus membangun "satu sama lain" (14:19); kita harus jangan "membinasakan … dia yang Kristus telah mati untuk dia" (14:15).
- 68 "Sandungan" adalah dari proskomma (lihat komentar tentang 14:13).
- 69 Ayat 21 menggunakan kata umum untuk "anggur," oi™noß (oinos). Minuman meja yang umum pada masa itu adalah anggur dicampur dengan air. Beberapa orang berspekulasi bahwa salah satu alasan untuk ini adalah bahwa air murni tidak selalu tersedia. Lampiran tentang oinos disertakan dalam McGuiggan, 485-94.
- 70 Morris, 491.
- 71 C. F. Keil, The Book of Daniel, trans. M. G. Easton, Biblical Commentary on the Old Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 80.
- 72 Diadaptasi dari Richard Rogers, Paid in Full: A Commentary on Romans (Lubbock, Tex.: Sunset Institute Press, 2002), 192.
- 73 Alih-alih "milikilah sebagai keyakinanmu," teks Yunani hanya berarti "milikilah sendiri."
- 74 Beberapa orang percaya bahwa bagian terakhir dari Roma 14:22 harus ditafsirkan seperti ini: "Berbahagialah orang yang hidupnya sesuai dengan hati nuraninya."
- 75 Morris, 492.
- 76 Coy Roper, "How Christians Can Disagree Without the Church Disintegrating," Truth for Today 10, no. 1 (June 1989): 39.
- 77 Stott, 368. Karena tidak selalu jelas siapa yang saudara yang "kuat" dan yang "lemah" pada setiap masalah, maka kita masing-masing harus terus-menerus membandingkan keyakinannya dengan Firman Allah dan berusaha keras untuk membawa keyakinan itu lebih dekat kepada kehendak Allah.
- 78 Allen, 289.
- 79 Vine, 336.
- 80 Kalimat ini, juga digunakan dalam judul, didasarkan pada Coy Roper, 35-39.
- 81 Seraya Paulus melanjutkan pembahasan itu, ia menggunakan kata "sesama" (15:2), mungkin menunjukkan bahwa penerapan yang lebih luas dapat dibuat.
- 82 McGuiggan, 403.
- 83 Poin-poin yang digunakan dalam bagian pelajaran ini diadaptasi dari Deason, 312; and Charles R. Swindoll, Relating to Others in Love: A Study of Romans 12 -16 (Fullerton, Calif.: Insight for Living, 1985), 40.
- 84 Coy Roper, 37.
- 85 Ilustrasi-ilustrasi ini diusulkan oleh A. G. Hobbs, Jr., in his tract "Is Conscience a Safe Guide?" (Fort Worth, Tex.: By the Author, n.d.), 1-5.
- 86 "Kuat" tidak berarti mengetahui segala hal, melainkan hanya dalam hal yang sedang dibahas. Adalah mungkin untuk memiliki "hati nurani (pengetahuan) yang kuat" dalam satu hal dan "hati nurani (kebodohan) yang lemah" dalam hal lain. Ini mungkin menjadi alasan mengapa dua topik itu digunakan sebagai ilustrasi dalam Roma 14; 15: Orang Kristen Yahudi memiliki hati nurani yang kuat dalam hal makan daging yang dipersembahkan kepada berhala, tapi memiliki hati nurani yang lemah mengenai perayaan hari-hari raya khusus orang Yahudi. Di sisi lain, orang Kristen bukan Yahudi memiliki hati nurani yang lemah dalam hal makan daging yang dipersembahkan kepada berhala, tapi memiliki hati nurani yang kuat mengenai perayaan hari-hari raya khusus orang Yahudi.
- 87 Bacalah teks itu dengan hati-hati: Jika Saya percaya tindakan tertentu adalah salah, itu belum tentu salah bagi orang lain, tetapi itu secara otomatis salah bagi saya.
- 88 Roland H. Bainton, Here I Stand: A Life of Martin Luther (Nashville: Abingdon Press, 1950), 144.
- 89 Evertt Huffard, "Life Maturity and the Family," class taught at Eastside church of Christ, Midwest City, Oklahoma, 25 April 2004.
- 90 Henry Clay, pidato di Senat (1850); dikutip dalam John Bartlett, Bartlett's Familiar Quotations, 16th ed., ed. Justin Kaplan (Boston: Little, Brown, and Co., 1992), 389.
- 91 Ingatlah bahwa kita tidak sedang bicara tentang makan "sayuran saja" sebagai pilihan makanan.
- 92 Jangan lupa bahwa yang sedang dibahas adalah masalah pendapat. Tentu saja, dalam masalah iman menjadi benar adalah paling penting.
- 93 Saya mendengar Batsell Barrett Baxter menceritakan ini dalam sebuah kuliah di Abilene Christian College sekitar 1955.
- 94 Di beberapa bagian dunia, polisi dan tentara mungkin sangat korup sehingga kebanyakan orang Kristen percaya bahwa mereka tidak dapat menjadi bagian dari keduanya tanpa mengorbankan iman mereka.
- 95 Diadaptasi dari Jim Townsend, Romans: Let Justice Roll Down (Elgin, Ill.: David C. Cook Publishing Co., 1988), 93.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2016 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi