Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ef 3:16-19
Full Life: Ef 3:16-19 - MENEGUHKAN ... BATINMU.
Nas : Ef 3:16-19
"Batin" yang diteguhkan Roh Kudus berarti semua perasaan, pikiran,
dan maksud kita makin lama makin tunduk kepada pengaruh dan pen...
Nas : Ef 3:16-19
"Batin" yang diteguhkan Roh Kudus berarti semua perasaan, pikiran, dan maksud kita makin lama makin tunduk kepada pengaruh dan pengarahan-Nya sehingga Roh dapat menyatakan kuasa-Nya melalui kita dalam cara yang lebih besar. Peneguhan ini mempunyai empat tujuan:
- (1) supaya Kristus dapat memantapkan kehadiran-Nya di dalam hati kita (ayat Ef 3:16-17; bd. Rom 8:9-10);
- (2) supaya kita berakar di dalam kasih yang sungguh-sungguh kepada Allah, Kristus, dan sesama manusia;
- (3) supaya kita dapat memahami di dalam pikiran dan mengalami di dalam hidup, kasih Kristus kepada kita (ayat Ef 3:18-19);
- (4) supaya kita dipenuhi dengan "seluruh kepenuhan Allah" (ayat Ef 3:19), yaitu supaya kehadiran Allah sedemikian memenuhi kita sehingga kita mencerminkan dari batin kita kodrat dan sifat yang dimiliki Tuhan Yesus Kristus (bd. Ef 4:13,15,22-24).
Ref. Silang FULL -> Ef 3:16
Ref. Silang FULL: Ef 3:16 - menurut kekayaan // kemuliaan-Nya, menguatkan // dalam batinmu · menurut kekayaan: Ef 3:8; Rom 2:4; Rom 2:4
· kemuliaan-Nya, menguatkan: Fili 4:13; Fili 4:13
· dalam batinmu: Rom 7:22
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ef 3:14-21
Matthew Henry: Ef 3:14-21 - Doa Rasul Paulus Doa Rasul Paulus (3:14-21)
Kini kita sampai di bagian kedua pasal ini, yang memuat doa Paulus yang penuh kesalehan dan kasih sayang kepada Allah b...
Doa Rasul Paulus (3:14-21)
- Kini kita sampai di bagian kedua pasal ini, yang memuat doa Paulus yang penuh kesalehan dan kasih sayang kepada Allah bagi jemaat Efesus yang dikasihinya. Itulah sebabnya. Ungkapan ini bisa saja merujuk ke ayat sebelumnya, supaya kamu jangan tawar hati, dst., atau lebih tepat lagi, di sini Rasul Paulus melanjutkan apa yang telah dimulainya di ayat pertama, sebab setelah itu ia teralihkan oleh hal-hal lainnya. Perhatikanlah,
- I. Kepada siapa ia berdoa, yaitu kepada Allah, sebagai Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang mengenai ini lihat pasal 1:3.
- II. Sikap tubuhnya dalam doa, yang merendahkan diri dan penuh hormat: Aku sujud. Perhatikan, ketika kita mendekatkan diri kepada Allah, kita harus menghormati-Nya di dalam hati kita dan mengungkapkan rasa hormat itu melalui perilaku dan sikap tubuh yang paling layak. Di sini, setelah menyebut-nyebut Kristus, dia tidak bisa melewatkan kesempatan untuk mengungkapkan pujian penuh kasihnya (ay. 15). Seluruh jemaat bergantung kepada Tuhan Yesus Kristus: yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Umat Yahudi terbiasa menyombongkan Abraham sebagai bapa mereka, tetapi kini umat Yahudi dan bukan Yahudi keduanya memperoleh namanya dari Kristus (begitulah yang diartikan beberapa orang), sementara yang lainnya mengartikannya sebagai para orang kudus di sorga, yang mengenakan mahkota kemuliaan, dan para orang kudus di dunia ini, yang meneruskan pekerjaan kasih karunia di sini. Keduanya membentuk sebuah keluarga, sebuah rumah tangga, dan dari-Nyalah mereka dinamakan Kristen, sebab mereka memang mengakui ketergantungan dan hubungan mereka dengan Kristus.
- III. Apa yang dimintakan Rasul Paulus dari Allah bagi kawan-kawannya ini, yaitu berkat-berkat rohani, yang merupakan berkat terbaik, dan yang harus sungguh-sungguh dicari dan didoakan oleh setiap dari kita, baik bagi kita sendiri maupun bagi kawan-kawan kita.
- 1. Kekuatan rohani bagi pekerjaan dan tugas yang untuknya mereka dipanggil dan yang mereka kerjakan: supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan, dst. Batin manusia adalah hati atau jiwa. Dikuatkan dan diteguhkan berarti diperkokoh lebih-lebih lagi daripada keadaan mereka saat itu. Supaya dikaruniai dengan kasih karunia yang melimpah dan berbagai kecakapan rohani untuk menunaikan tugas mereka, menahan godaan, menanggung penganiayaan, dst. Dan Rasul Paulus berdoa supaya hal itu terjadi menurut kekayaan kemuliaan-Nya, atau menurut kekayaan-Nya yang mulia, sesuai dengan kelimpahan kasih karunia, belas kasihan, dan kuasa, yang ada di dalam Allah dan merupakan kemuliaan-Nya. Dan semuanya ini terjadi oleh Roh-Nya, yang mengerjakan langsung kasih karunia di dalam jiwa-jiwa umat Allah. Perhatikanlah dari hal-hal ini, bahwa kekuatan dari Roh Allah dalam batin manusia adalah kekuatan yang terbaik dan yang paling diinginkan, kekuatan dalam jiwa, kekuatan dalam iman dan kasih karunia lainnya. Kekuatan itu juga merupakan kekuatan untuk melayani Allah dan melaksanakan tugas kita, serta untuk bertekun dalam cara hidup kristiani kita dengan keteguhan dan sukacita. Lalu, marilah kita cermati lebih lanjut bahwa sebagaimana pekerjaan kasih karunia telah dimulai, maka pekerjaan itu juga terus dilanjutkan dan dilaksanakan oleh Roh Allah yang terberkati.
- 2. Supaya Kristus diam dalam hati mereka (ay. 17). Kristus dikatakan berdiam dalam umat-Nya, dan Dia selalu ada bersama mereka melalui campur tangan dan karya-Nya yang penuh kasih karunia. Perhatikanlah, memiliki Kristus yang diam dalam hati kita amatlah menyenangkan, dan jika hukum Kristus memang terukir di sana dan kasih Kristus melimpah di sana, maka berarti Kristus berdiam di sana. Kristus adalah penghuni jiwa setiap orang Kristen yang saleh. Di mana Roh-Nya tinggal, di sanalah Dia pun tinggal. Dan Dia berdiam di hati manusia melalui iman, melalui penerapan iman yang terusmenerus terhadap Dia. Iman membuka pintu jiwa untuk dapat menerima Kristus. Iman menyambut-Nya dan berserah pada-Nya. Melalui iman, kita dipersatukan dengan Kristus dan memiliki kepentingan di dalam-Nya.
- 3. Pembaharuan kasih sayang yang saleh dalam jiwa: Sehingga kamu berakar serta berdasar di dalam kasih, diteguhkan dalam kasihmu terhadap Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, dan terhadap seluruh orang kudus, yang dikasihi oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Banyak orang mengasihi Allah dan para pelayan-Nya, namun dengan kasih yang seperti kilat, seperti suara gemerisik duri-duri tanaman di bawah pot, bunyinya nyaring tetapi segera hilang. Kita harus benar-benar menginginkan supaya kasih sayang tertanam dalam diri kita, sehingga kita berakar dan berdasar dalam kasih. Beberapa orang memahaminya sebagai keadaan di mana mereka mantap merasakan kasih Allah terhadap mereka, yang akan mengobarkan kasih suci mereka kepada-Nya dan terhadap satu sama lain. Betapa menyenangkannya memiliki perasaan mantap mengenai kasih Allah dan Kristus terhadap jiwa kita, sehingga kita dapat berkata bersama-sama Rasul Paulus setiap waktu, Dia mengasihiku! Nah, cara terbaik untuk mempertahankannya adalah dengan berhati-hati menjaga kasih yang menyala-nyala terhadap Allah dalam jiwa kita. Ini akan menjadi bukti kasih Allah kepada kita. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Untuk tujuan ini Paulus berdoa,
- 4. Supaya mereka mengenal kasih Yesus Kristus. Semakin dalam pengenalan kita mengenai kasih Kristus terhadap kita, maka semakin dalam pula kasih yang kita limpahkan bagi-Nya dan bagi orang-orang milik-Nya, demi kepentingan-Nya: supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, dst (ay. 18-19), yaitu, lebih jelas untuk mengerti dan teguh percaya kasih Kristus yang ajaib kepada umat-Nya, yang juga sedikit banyak dimengerti dan dipercayai oleh para orang kudus, dan akan lebih-lebih lagi dimengerti dan dipercayai nantinya. Orang-orang Kristen tidak boleh berambisi mengerti lebih banyak daripada segala orang kudus, tetapi berpuas diri dengan apa yang dibukakan Allah kepada mereka sebagaimana yang biasa Ia lakukan terhadap orang-orang yang mengasihi-Nya dan takut akan nama-Nya. Kita harus rindu untuk mengerti bersama-sama dengan segala orang kudus, mengetahui sama banyaknya seperti yang diperbolehkan kepada para orang kudus di dunia ini. Kita harus bergiat untuk mendapatkan berkat-berkat rohani itu, tetapi janganlah berniat untuk melebihi jabatan orang-orang kudus lain. Jelas terlihat betapa Rasul Paulus begitu mengagungkan kasih Kristus. Betapa hebatnya ukuran kasih penebusan itu: lebarnya, dan panjangnya, dan dalamnya, dan tingginya. Dengan menyebutkan ukuran-ukuran ini, Rasul Paulus ingin menggambarkan kebesaran kasih Kristus, kekayaan kasih-Nya yang tidak terduga itu, yang tingginya seperti langit, dalamnya melebihi dunia orang mati, lebih panjang dari pada bumi, dan lebih luas dari pada samudera (Ayb. 11:8-9). Beberapa orang menggambarkan keistimewaan-keistimewaan tersebut demikian: luasnya bisa kita pahami sebagai jangkauannya ke segala zaman, bangsa, dan kedudukan manusia. Panjangnya adalah keberlangsungannya yang kekal. Dalamnya sampai mencapai keadaan yang paling rendah, yang ditujukan untuk menyelamatkan orang-orang yang sudah terjerumus ke kedalaman dosa dan sengsara. Tingginya adalah kesanggupan kasih itu untuk mengangkat kita ke atas dan menganugerahi kita dengan kebahagiaan dan kemuliaan sorgawi. Kita harus rindu untuk memahami kasih ini, sebab sudah menjadi ciri seluruh orang kudus untuk menerapkan kasih ini, karena mereka semua memiliki kepuasan dan iman dalam kasih Kristus: dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan (ay. 19). Jika kasih itu melampaui segala pengetahuan, bagaimana kita bisa mengenalnya? Kita harus berdoa dan berusaha mengenalnya, sekalipun usaha-usaha yang terbaik tidak akan dapat membuat seorang pun mampu memahaminya secara penuh. Kasih itu, dengan segenap kepenuhannya, melampaui segala pengetahuan. Meski kasih Kristus dapat dirasakan dan dikenal oleh orang-orang Kristen lebih daripada kaum awam, tetap saja kasih itu tidak dapat dipahami secara penuh di bumi ini.
- 5. Paulus berdoa supaya mereka dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Doa ini merupakan ungkapan yang sangat tinggi: kita tidak boleh lancang memakainya jika saja kita tidak menemukannya di Kitab Suci. Bunyinya mirip dengan ungkapan-ungkapan lain, seperti mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan menjadi sempurna seperti Bapa kita yang di sorga adalah sempurna. Kita tidak boleh memahaminya sebagai kepenuhan Allah dalam diri-Nya sendiri, melainkan kepenuhan-Nya sebagai Allah dalam perjanjian-Nya dengan kita, sebagai Allah bagi umat-Nya. Kepenuhan seperti inilah yang hendak dianugerahkan Allah kepada siapa pun yang bersedia menerimanya sebanyak yang mereka bisa, disertai dengan segala talenta dan kasih karunia yang dipandang-Nya perlu. Orang-orang yang menerima kasih karunia demi kasih karunia dari kepenuhan Kristus boleh dibilang sudah dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah, berdasarkan kemampuan mereka, yang semuanya ditujukan supaya mereka dapat mencapai tingkat tertinggi dari pengetahuan dan kenikmatan Allah, dan menjadi benar-benar serupa dengan-Nya. Rasul Paulus menutup pasal ini dengan doksologi (ay. 20-21). Menutup doa-doa kita dengan puji-pujian adalah tindakan yang layak. Juruselamat kita yang terberkati telah mengajari kita untuk berbuat demikian. Perhatikanlah bagaimana Rasul Paulus menggambarkan Allah, dan bagaimana dia menaikkan kemuliaan bagi-Nya. Dia menggambarkan-Nya sebagai Allah yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan. Kepenuhan kasih karunia dan belas kasihan Allah itu tidak ada habis-habisnya, tidak dapat ditimba sampai kering oleh doa-doa segala orang kudus. Apa pun yang kita minta, atau terpikir untuk meminta, Allah masih tetap bisa melakukan lebih, jauh lebih lagi, dan jauh lebih dan lebih lagi dengan melimpah. Buka mulutmu selebar mungkin, Dia tetap akan memenuhinya. Perhatikanlah, saat berseru memohon kepada Allah kita harus mendorong iman kita dengan mengingat-ingat kuasa-Nya yang mahamencukupi dan dahsyat. Seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita. Seolah-olah dia berkata, kita sudah memiliki bukti kuasa Allah ini, yaitu dalam segala yang telah dikerjakan-Nya di dalam dan bagi kita, setelah menggerakkan kita oleh kasih karunia-Nya dan mengembalikan kita kepada-Nya. Kuasa yang masih bekerja bagi para orang kudus itu sesuai dengan kuasa yang telah bekerja di dalam mereka. Di mana pun Allah mengaruniakan kepenuhan-Nya, Dia memberikannya supaya mereka mengalami kuasa-Nya. Setelah menggambarkan Allah seperti itu, Rasul Paulus lalu memanjatkan kemuliaan kepada-Nya. Saat kita datang untuk meminta kasih karunia dari Allah, kita harus memberi-Nya kemuliaan. Bagi Dialah kemuliaan dalam jemaat Kristus Yesus. Ketika menaikkan kemuliaan bagi Allah, kita mengakui seluruh kehebatan dan kesempurnaan-Nya, sebab kemuliaan merupakan kemilau dan hasil dari kedua hal itu. Perhatikanlah, singgasana pujian bagi Allah ada di dalam jemaat. Sedikit pujian yang diterima Allah dari dunia ini berasal dari jemaat, kumpulan suci yang dibentuk bagi kemuliaan Allah, yang setiap anggotanya, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, bersama-sama menunaikan tugas memuji Allah ini. Sang Pengantara puji-pujian ini adalah Yesus Kristus. Semua karunia Allah disalurkan kepada kita melalui tangan Kristus, dan semua puji-pujian kita sampai kepada Allah melalui tangan yang sama. Dan dengan begitu Allah harus dan akan dipuji turun-temurun sampai selama-lamanya, sebab Dia akan selalu memiliki jemaat yang memuji-Nya dan akan selalu menerima penghormatan itu dari jemaat-Nya. Amin. Jadilah demikian, dan memang akan terjadi demikian.
SH: Ef 3:16-17 - Dipenuhi Roh Kudus (Sabtu, 29 Mei 2010) Dipenuhi Roh Kudus
Jika hidup orang yang di dalam Yesus Kristus telah didiami Roh, mengapa masih harus dipenuhi oleh Roh? Apa berkat yang akan Anda p...
Dipenuhi Roh Kudus
Jika hidup orang yang di dalam Yesus Kristus telah didiami Roh, mengapa masih harus dipenuhi oleh Roh? Apa berkat yang akan Anda peroleh bila "penuh Roh"? Apakah tandanya orang yang dipenuhi Roh Kudus?
Apakah Anda menangkap suatu persamaan kontras tentang isu "kepenuhan Roh Kudus" ini? Pada hari pencurahan Roh Kudus para murid dituduh mabuk anggur. Itu sebabnya di awal khotbahnya, Petrus menjernihkan bahwa tuduhan itu tidak logis. Mereka bukan mabuk anggur tetapi sedang penuh dengan Roh! Dalam anjuran Paulus agar orang Kristen penuh Roh, ia lebih dulu mengingatkan mereka agar jangan mabuk anggur. Apakah ini suatu kebetulan saja, atau memang ada sesuatu dari kepenuh-an Roh yang bisa dikontraskan dengan mabuk/penuh anggur ini?
Ada dua persamaan kontras antara penuh/mabuk anggur dengan penuh Roh. Pertama, penuh oleh sesuatu berarti dikuasai oleh sesuatu. Penuh anggur, dikuasai oleh anggur, maka timbullah gejala mabuk. Penuh benci, dikuasai hasrat benci yang menggelegak walau tak usah membunuh secara jasmani pun dalam hati orang telah meniadakan orang yang tidak disukainya. Sebaliknya orang yang penuh oleh Roh akan dikuasai oleh Roh sehingga menghasilkan hal-hal yang serasi dengan sifat Roh. Hasilnya adalah buah Roh yaitu pancaran keindahan dan kemuliaan sifat Allah dalam sembilan fasetnya. Agar dapat memancarkan keindahan buah Roh itu, kita harus dikendalikan penuh oleh Roh!
Yang kedua, kontras. Orang yang penuh anggur akan meledak-ledak dengan ungkapan sia-sia. Misalnya, berteriak tanpa kontrol, tertawa tanpa malu, dlsb. Pada hari Pentakosta para murid pun meledak-ledak, mereka berbicara dalam berbagai bahasa yang sebelumnya tidak mereka kuasai. Orang yang tidak tahu sebabnya menuduh mereka telah mabuk anggur. Padahal sesungguhnya Roh di dalam merekalah yang telah melahirkan daya dahsyat itu sehingga ucapan mereka efektif menjangkau para pendengar dari berbagai konteks bahasa berbeda.
Jika ingin memanifestasikan kemuliaan-Nya dan berdaya besar dalam pelayanan, penuhlah oleh Roh Kudus!
SH: Ef 3:14-21 - Doa seorang pemberita Injil (Sabtu, 12 Oktober 2002) Doa seorang pemberita Injil
Bagi Paulus memberitakan Injil berjalan seiring dengan berdoa. Doa merupakan sumber kekuatan dalam memberitakan Injil dan...
Doa seorang pemberita Injil
Bagi Paulus memberitakan Injil berjalan seiring dengan berdoa. Doa merupakan sumber kekuatan dalam memberitakan Injil dan untuk penerima Injil. Apa isi doa Paulus? Ada empat hal yang didoakannya.
1. Paulus berdoa agar Allah menguatkan jemaat (ayat 16). Roh Kudus menguatkan batin orang percaya, dan Kristus tinggal dalam batin orang percaya. Bagi kita yang percaya Yesus, Roh Kudus dan Yesus tinggal dalam hati kita. Paulus mendoakan agar orang percaya semakin dalam memiliki relasi dengan Kristus melalui Roh Kudus.
2. Pauus berdoa agar orang percaya berakar dan berdasar dalam kash, serta menguasai semua aspek kehidupan (ayat 17). Paulus memakai metafora tumbuhan (akar) dan bangunan (fondasi).
3. Paulus berdoa agar jemaat memahami kasih Kristus (ayat 18). Paulus juga berdoa agar makin mengenal kasih Kristus. Dengan semakin mempraktikkan kasih, kasih semakin dikenal dan dihayati. Kasih Kristus seperti apa?
Lebar, panjang, tinggi dan dalam. John Stott memberi komentar yang menarik tentang hal ini: “Kasih Kristus demikian lebar sehingga meliputi semua etnis manusia, demikian panjang sehingga bertahan hingga kekekalan, demikian dalam sehingga menjangkau orang yang paling berdosa, demikian tinggi sehingga meninggikannya ke surga”.
Akhirnya, Paulus berdoa agar orang percaya dipenuhi kepenuhan Allah (ayat 19). Kepenuhan Allah berarti kelimpahan anugerah-Nya yang dicurahkan memenuhi manusia. Kepenuhan Allah dapat juga berarti kepenuhan yang memenuhi Allah sendiri yakni kesempurnaan-Nya. Arti kedua lebih dekat dengan yang Paulus maksudkan. Orang Kristen akan menjadi sempurna sama seperti Bapa adalah sempurna. Inilah keadaan orang Kristen seperti yang juga Tuhan Yesus perintahkan dalam Matius 5:48. Inilah doa Paulus kepada Allah (ayat 14). Dan Paulus percaya bahwa Allah tidak hanya mendengar doanya, juga mampu mengerjakannya (ayat 20-22).
Renungkan: Hendaknya doa-doa kita berorientasi bukan pada kebutuhan dan keinginan kita, tetapi pada maksud-maksud baik Allah yang kekal dalam Yesus Kristus.
SH: Ef 3:14-21 - Doa syafaat umat (Kamis, 6 November 2003) Doa syafaat umat
Bagi Paulus, keberadaannya sebagai narapidana bukanlah halangan
untuk berkomunikasi dengan Allah, Sang Bapa yang berkuasa baik
...
Doa syafaat umat
Bagi Paulus, keberadaannya sebagai narapidana bukanlah halangan untuk berkomunikasi dengan Allah, Sang Bapa yang berkuasa baik di bumi maupun di surga (ayat 14-15). Sikap optimis Paulus ini menunjukkan kepada kita bahwa kebergantungan dirinya kepada Allah bukanlah formalitas tetapi sudah merupakan bagian dari hidupnya. Di dalam doa ini Paulus memohon hal-hal hakiki agar setiap orang percaya dapat menghayati segala yang Allah sediakan, dan menjadikan itu sebagai bagian yang penting dari kehidupan. Ada tiga pokok penting yang Paulus sampaikan kepada Allah Bapa di surga. Pertama, doa agar jemaat Tuhan memperoleh kekuatan dan peneguhan Roh Allah (ayat 16-17). Kehadiran Roh Kudus dalam hidup seseorang tidak hanya bukti keselamatan, tetapi juga memberikan kesanggupan dan kekuatan untuk menjalankan kehidupan Kristen. Hal inilah yang Paulus inginkan agar diketahui jemaat saat itu dan kita di zaman ini. Kedua, doa supaya jemaat memperoleh pemahaman dan pengenalan terhadap kasih Kristus (ayat 18). Walaupun pada kenyataannya kasih Kristus melampaui segala pengetahuan, Paulus tetap menginginkan agar jemaat memahami lebar, panjang, dalam dan tinggi kasih itu. Tentu parameter yang dipakai bukan secara fisik. Ia ingin agar kita, secara pribadi, mengenal kasih Kristus yang melampaui segala sesuatu itu. Ketiga, doa untuk kepenuhan Allah (ayat 19). Allah menginginkan agar kita mengalami kepenuhan Allah, dan ukuran kepenuhan kita adalah Allah sendiri. Paulus tidak menginginkan jemaat memiliki standar ukuran yang salah dalam menguji kehidupan mereka sendiri. Standar yang benar dalam hal ini adalah Yesus Kritus sendiri.
Renungkan: Telusuri butir-butir permohonan doa Paulus ini! Masih relevankah bila itu kita doakan bagi kita, Kristen di Indonesia masa kini? Apa doa Anda bagi Kristen di Indonesia?
SH: Ef 3:14-21 - Landasan doa (Sabtu, 5 November 2011) Landasan doa
Pada umumnya orang berdoa untuk mencari kehendak Allah, dan itu dilakukan dalam kaitan dengan rencana masa depannya. Ini tidak salah. Na...
Landasan doa
Pada umumnya orang berdoa untuk mencari kehendak Allah, dan itu dilakukan dalam kaitan dengan rencana masa depannya. Ini tidak salah. Namun mari kita lihat dimensi lain, yaitu menjadikan kehendak Allah sebagai landasan doa.
Kemarin kita melihat pemahaman Paulus mengenai kehendak Allah bagi orang percaya yaitu bahwa seluruh bangsa, baik Yahudi maupun nonYahudi, menjadi satu di dalam Kristus. Rancangan Allah yang mulia inilah yang mendasari doa Paulus dalam bacaan hari ini (14). Paulus berdoa agar jemaat Efesus dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh Allah berdasarkan kekayaan kemuliaan-Nya (16-17). Inilah kebutuhan mendasar orang beriman, yaitu kehadiran kuasa Allah di dalam hidup. Dan itu bisa terjadi bila Kristus berdiam di dalam hati mereka yang beriman kepada Dia (bdk. Yoh. 14:23). Dengan Kristus berdiam di dalam hati dan Roh Kudus menguatkan maka jemaat Efesus akan hidup seturut ajaran Kristus. Hidup yang seperti ini akan mengalami perubahan dari hari ke hari, bertumbuh dan semakin serupa dengan Kristus. Paulus juga berdoa agar orang-orang Kristen nonYahudi memahami dimensi penuh dari kasih Kristus, sebagaimana anggota dalam keluarga Allah (18). Umat yang telah mengalami kasih Kristus niscaya akan memahami kasih itu serta mau hidup dan berakar serta berdasar di dalamnya. Tujuannya, agar jemaat Efesus dipenuhi oleh kepenuhan Allah.
Doksologi di akhir doa Paulus memperlihatkan keyakinan Paulus akan kebesaran Allah. Ia memahami bahwa kuasa Allah yang melampaui segala sesuatu bekerja juga di dalam diri orang yang percaya kepada Dia, baik Yahudi maupun nonYahudi.
Doa Paulus ini dapat dilihat sebagai refleksi kebutuhan utama umat Tuhan. Jemaat akan mengalami hidup yang dinamis bila Kristus berdiam di dalam hati mereka. Hidup mereka akan efektif karena memiliki kualitas yang lahir dari kuasa Roh Kudus, pemahaman akan kasih Kristus, serta dipenuhi oleh kepenuhan Allah.Inilah yang akan menolong jemaat memahami panggilan mereka sebagai umat Tuhan di dunia ini.
SH: Ef 3:14-21 - Doa yang Memberi Berkat (Selasa, 17 Desember 2019) Doa yang Memberi Berkat
Doa merupakan kunci hidup iman dari sebuah spiritualitas. Doa bukan sekadar ritual, tetapi juga sebuah relasi yang tak terlep...
Doa yang Memberi Berkat
Doa merupakan kunci hidup iman dari sebuah spiritualitas. Doa bukan sekadar ritual, tetapi juga sebuah relasi yang tak terlepaskan dari iman. Di tengah zaman yang sibuk, doa tidak lagi menjadi prioritas. Namun, di tengah kesibukannya, Paulus senantiasa berdoa.
Paulus berdoa karena ia percaya sepenuhnya kepada kuasa Allah dan menghargai kepercayaan berita Injil yang sangat bernilai (3:1-13). Dalam doanya, Rasul Paulus memohon supaya Allah senantiasa memelihara setiap warga jemaat Efesus dalam segala pergumulan mereka.
Paulus berdoa untuk dua hal, yakni: Pertama, jemaat dikuatkan dan diteguhkan imannya (16) agar hidup mereka semakin berakar dalam kasih Kristus (17). Tanpa dikuatkan Allah dan berakar dalam Kristus, iman seseorang akan runtuh. Kedua, jemaat mengerti rencana keselamatan yang telah dirancangkan Allah, meski rancangan keselamatan itu sangat lebar, panjang, tinggi, dan dalam, yang melampaui pengetahuan manusia (18-19). Dalam doanya, Paulus rindu supaya jemaat takjub akan pengenalan ini sehingga hidup mereka semakin indah dan diperkenan Allah. Kepenuhan Allah boleh memenuhi mereka dengan pengenalan yang benar (19). Akhirnya, sebagaimana biasa doa Paulus, ia menaikkan kemuliaan bagi Allah. Ia adalah seorang rasul yang sangat memahami bahwa hidup Kristen adalah doksologi (20-21). Ia percaya bahwa Allah akan melanjutkan karya-Nya lebih dari yang dapat ia pikirkan.
Doa merupakan kekuatan umat percaya yang menyatukan. Dalam doa, ada kuasa yang besar. Karena itu, Paulus berdoa. Banyak kebutuhan akan doa dan terlalu banyak hal untuk didoakan. Sehingga, kita tidak dapat berkata bahwa kita bingung apa yang harus didoakan. Kita dapat berdoa untuk gereja yang kesulitan dalam izin beribadah di berbagai tempat. Kita juga dapat mendukung dalam doa bagi bangsa dan negara, pekerjaan Tuhan dan misi, para hamba Tuhan, seminari, pertumbuhan gereja, dan sebagainya. Doa-doa itu diperkenan-Nya.
Doa: Tuhan, ajar kami berdoa dengan benar. [MT]
Utley -> Ef 3:14-19
Utley: Ef 3:14-19 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 3:14-1914 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, 15 yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi me...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 3:14-19
14 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, 15 yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. 16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, 17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. 18 Aku berdoa, supaya kamu bersama- sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, 19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Ef 3:14 "Itulah sebabnya" Paulus kembali ke tujuan awal nya (lih. ay. Ef 3:1).
□ "aku sujud" Berdiri, bukan membungkuk, adalah posisi umum untuk doa Yahudi. Ini menunjukkan intensitas Paulus (lih. Mat 6:5; Mr 11:25, Luk 18:11,12; 22:41, Kis 7:60; Fili 2:10).
Ef 3:14-15 "Bapa… turunan" Ini adalah sebuah permainan pada istilah Yunani pater dan patria. Allah Tritunggal adalah paradigma untuk semua keluarga yang setia dan penuh kasih.
Ef 3:14-17 "Bapa. . . Roh. . . Kristus" Perhatikan karya Trinitas seperti dalam Ef 1:3-14,17; 2:18; 4:4-6. Terjemahan KJV menambahkan "Bapa Tuhan kita Yesus Kristus," tetapi frase ini tidak ada dalam manuskrip Yunani kuno P46,
□ , A, B, C, maupun naskah Yunani yang digunakan oleh Jerome dan Agustinus. Tambahan ini terdapat dalam manuskrip berhuruf besar □ c, D, G, K, dan naskah Yunani yang digunakan oleh Chrysostom.
Memang benar bahwa istilah "Trinitas" tidak digunakan dalam PB. Namun demikian, ada banyak perikop dimana tiga pribadi Illahi tersebut disebutkan dalam suatu konteks kesatuan (lih. Mat 3:16-17; 28:19, Yoh 14:26; Kis 2:33-34,38-39; Rom 1:4-5; 5:15; 8:9-10; 1Kor 12:4-6; 2Kor 1:21-22; 13:14; Gal 4:4-6; Ef 1:3-14,17; 2:18;
Ef 3:14-17; 4:4-6; 2Tes 2:13; Tit 3:4-6; 1Pet 1:2; Yud ay. Ef 3:20-21).
Konsep dari tiga pribadi Illahi dengan satu hakikat Illahi (yaitu, monoteisme) adalah sulit untuk dipahami. Namun, jika Yesus adalah Tuhan dan Roh adalah suatu pribadi, maka orang yang percaya Alkitab dipaksa untuk menegaskan suatu kesatuan Tritunggal. Lihat Topik Khusus pada Ef 1:3.
Ef 3:15 "di surga dan di bumi" Ini menunjuk pada orang-orang percaya hidup dan mati (lih. Fili 2:10).
Ef 3:16-19 Doa Paulus dapat diuraikan menggunakan dua fitur ketatabahasaan.
- 1. Tiga anak kalimat tujuan (hina)
- a. ay. Ef 3:16, Tuhan akan memberikan ( AORIST SUBJUNCTIVE)
- b. ay. Ef 3:18, Tuhan sepenuhnya akan memungkinkan ( AORIST SUBJUNCTIVE)
- c. ay. Ef 3:19b, Allah akan mengisi ( AORIST SUBJUNCTIVE)
- 2. Empat AORIST INFINITIVE
Paragraf ini mencerminkan doa Paulus bagi orang percaya di dalam semua gereja-gereja ini supaya mereka stabil dan berdiri oleh kuasa Allah melalui tindakan Kristus dan pemberdayaan Roh Kudus untuk menolak (1) guru- guru palsu dan (2) penganiayaan dari dunia yang jatuh.
Ef 3:16 "menurut kekayaan kemuliaan-Nya" "Kekayaan" adalah salah satu istilah favorit Paulus untuk menggambarkan kasih karunia Allah dalam Kristus (lih. Ef 1:7,18; 2:4,7; 3:8,16). Sifat Tuhan adalah kunci kekuatan dan pembekalan Allah.
□ "di dalam batinmu" Pertumbuhan rohani bersifat internal, tetapi dirangsang oleh tekanan eksternal. Paulus sering menggunakan kontras antara manusia batiniah dan manusia lahiriah. Batin manusia adalah aspek rohaninya, sementara manusia lahiriah adalah aspek fisiknya. Manusia batiniah sudah menjadi bagian dari Zaman Baru, Kerajaan Allah, tetapi manusia lahiriah masih sekarat dan berjuang dengan zaman lama, sifat kejatuhan yang lama, dan sistem dunia yang jatuh (lih. Ef 2:1-3).
Ef 3:17 "oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE INFINITIVE yang mengarah ke suatu tindakan iman tertentu. Ada fluiditas dalam PB antara berdiamnya Anak dan Roh. Tugas Roh adalah untuk
- 1. mengungkapkan kebutuhan akan Yesus (yaitu, dosa manusia)
- 2. menyatakan Yesus (yaitu, Injil)
- 3. menarik kepada Yesus
- 4. membaptis ke dalam Yesus (lih. 1Kor 12:13)
- 5. membentuk Yesus di dalam orang percaya (yaitu, keserupaan dengan Kristus), lihat Topik Khusus: Hati di Kol 2:2
Lihat Topik Khusus: Yesus dan Roh di Kol 1:26.
□ "dan kamu berakar" Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE PARTICIPLE yang dapat diterjemahkan "telah dan terus berakar oleh Allah." Paulus menggunakan metafora pertanian ini hanya di sini dan dalam Kol 2:7. Kedua PERFECT PASSIVE PARTICIPLES ini adalah suatu cara untuk menunjukkan rasa percaya dirinya dalam orang percaya dan gereja-gereja ini.
□ "serta berdasar" Ini adalah PERFECT PASSIVE PARTICIPLE yang kedua. Ini adalah metafora konstruksi. Pencampuran metafora pertanian dan konstruksi yang sama ini ditemukan dalam Ef 2:20-22 dan 1Kor 3:9.
Ef 3:18-19 "dapat memahami… mengenal" Kedua kata ini adalah AORIST INFINITIF (yaitu, ada empat AORIST INFINITIVE dalam doa ini, ay. 16-19). Penekanan pada pengenalan menetralkan klaim intelektual eksklusif dari guru- guru palsu Gnostik. Ini mungkin merujuk pada rahasia Allah yang baru terungkap, yaitu menyatukan orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi di dalam Kristus (lih. ay. Ef 3:9).
Ef 3:18 "dapat" Ini adalah ANAK KALIMAT TUJUAN yang kedua. Paulus berdoa bahwa semua orang percaya dikuatkan dan dimampukan untuk memahami Injil (yaitu, "memahami" dan "mengenal").
□ "dengan segala orang kudus" Istilah ini selalu berbentuk JAMAK, kecuali dalam Fili 4:21, yang juga memiliki konteks kebersamaan. Menjadi seorang Kristen adalah berada dalam masyarakat. Juga, perhatikan bahwa kehendak Allah adalah kedewasaan dari semua orang percaya (lih. Ef 4:13). Lihat Topik Khusus: Orang Kudus di Kol 1:2.
Ef 3:19 "melampaui" Huperballō . Lihat Topik Khusus: Penggunaan Paulus akan Majemuk Huper pada Ef 1:19. Kata ini digunakan dalam Ef 1:19; 2:7; 3:19. Majemuk huper lain digunakan dalam Ef 3:20 (huperekperissou ), yang juga digunakan dalam 1Tes 3:10; 5:13.
□ "dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah" Ini adalah ANAK KALIMAT TUJUAN yang ketiga dalam doa ini. Ini tidak merujuk kepada Kristus atau Roh yang berdiam, ay. Ef 3:17, tetapi merupakan permainan pada ajaran-ajaran palsu dari Gnostik, yang menekankan kepenuhan (plēroma) sebagai pengetahuan khusus yang memampukan seseorang untuk melewati semua bidang kemalaikatan (aeon) menuju ke surga. Kristus adalah "kepenuhan Allah" yang sejati (lih. Ef 1:23; Kol 2:9).
Topik Teologia -> Ef 3:16
Topik Teologia: Ef 3:16 - -- Allah yang Berpribadi
Allah sebagai Tritunggal
Ketritunggalan Allah
Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
Mat 3...
- Allah yang Berpribadi
- Allah sebagai Tritunggal
- Ketritunggalan Allah
- Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
- Mat 3:16-17 Mat 12:18 Mat 12:28 Mat 22:43-44 Mat 28:19 Luk 1:35 Luk 3:21-22 Luk 24:49 Yoh 1:33-34 Yoh 3:34-35 Yoh 14:11-26 Yoh 15:26 Yoh 16:7-15 Yoh 20:21-22 Kis 2:32-33,38-39 Kis 10:36-38 Rom 8:9-11,26-27 Rom 15:16 1Ko 6:15,19 1Ko 12:4-6 2Ko 1:20-22 2Ko 13:13 Gal 4:4,6 Efe 2:13,18,22 Efe 3:14-19 Efe 4:4-6 2Te 2:13-14 Tit 3:4-6 Ibr 9:14 1Pe 1:2 1Pe 3:18 1Yo 4:2,13-14 Yud 1:20-21
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
- Yesus Disejajarkan dengan Allah
- Allah dan Kristus Tinggal di dalam Kita
- Roh Kudus
- Pribadi Roh Kudus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Kasih akan Allah adalah Berdoa untuk Sesuatu
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Saling Mendoakan
TFTWMS -> Ef 3:16-17; Ef 3:14-21
TFTWMS: Ef 3:16-17 - Meminta Kuasa Roh Dan Kristus MEMINTA KUASA ROH DAN KRISTUS (Efesus 3:16, 17a)
16 Supaya Ia berkenan mengabulkan kamu, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, untuk dikuatkan dengan kuasa...
MEMINTA KUASA ROH DAN KRISTUS (Efesus 3:16, 17a)
16 Supaya Ia berkenan mengabulkan kamu, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, untuk dikuatkan dengan kuasa melalui Roh-Nya di dalam manusia batiniah, 17asupaya Kristus boleh menetap di dalam hatimu melalui iman (NASB).
Ayat 16, 17a. Paulus membuat tiga permohonan untuk jemaat Efesus. Setiap permohonan itu dimulai dengan kata sambung iºna (hina, supaya), yang menyiratkan "tujuan, rancangan, dan hasil."2Doa Paulus memiliki tiga tujuan atau rancangan, yang disiratkan oleh permohonannya. Ia memulai dengan mengatakan bahwa ia memohon Allah untuk mengabulkan permohonan tersebut menurut kekayaan kemuliaan-Nya.
Kata-kata ini mengingatkan kepada doa sebelumnya di 1:17, 18, di mana Paulus berdoa semoga "Bapa yang mulia" berkenan "memberikan" jemaat Efesus pelbagai berkat tertentu. Di dalam nas di hadapan kita, Paulus menggunakan kata "mengabulkan" ketimbang "memberikan"; tetapi di dalam kedua kata itu ia menggunakan "kemuliaan." "Kekayaan kemuliaan-Nya" adalah cara Paulus mengacukan kelimpahan kuasa Allah. Ungkapan-ungkapan yang sama ditemukan di dalam Roma 9:23, Filipi 4:19, dan Kolose 1:27. Di dalam Roma 6:4, ia menggunakan "kemuliaan" untuk menun- jukkan "kekuatan" ketika ia berkata, "Kristus dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa." Di dalam Efesus 1:19, 20, ia berkata bahwa Kristus dibangkitkan oleh kuasa Allah.
Paulus berdoa semoga kuasa Allah yang tak terbatas akan dicurahkan melalui Roh-Nya untuk menguatkan jemaat Efesus secara batiniah, agar mereka bisa memenuhi misi yang diumumkan di ayat 10 dan 11. Penguatan yang Paulus doakan itu harus diberikan oleh Roh-Nya, Roh Kudus Allah yang telah memeteraikan jemaat Efesus sebagai jaminan atas warisan penuh yang akan menjadi milik mereka di zaman yang akan datang (1:13, 14). Roh adalah sarana yang dengannya Allah hadir di dalam gereja (2:22). Manusia batiniah mengidentifikasi bagian dari orang Kristen yang memiliki hubungan dengan Allah. Itu adalah bagian dari manusia yang membolehkan kita untuk "menyukai hukum Allah" (Roma 7:22; NIV.) Dan "diubah oleh pembaharuan" pikiran (Roma 12:2), yaitu "dibaharui dari sehari ke sehari"(2 Korintus 4:16). "Batinmu" itu "dibaharui di dalam roh" pikiran sebagai ciptaan baru Allah di dalam Kristus (Efesus 4:23, 24; lihat 2 Korintus 5:17). Yang bertumbuh menurut gambar Allah adalah rohani kita (Kolose 3:10) dan perlu penguatan untuk memenuhi tujuan yang Allah telah tetapkan bagi gereja.
Paulus melanjutkan permohonan pertama itu: Ia memohon agar jemaat Efesus dikuatkan dengan kuasa melalui Roh Allah di dalam manusia batiniah mereka, sehingga Kristus [boleh] menetap di dalam hati [mereka]. Kata "menetap," katoike÷w (katoikeō), adalah kata majemuk yang terdiri dari oike÷w (oikeō, "hidup sebagai rumah tangga") dan kata (kata, "bawah"), memberikan pengertian "untuk menetap dan berada di rumah."3Paulus bicara tentang Roh sebagai "di dalam manusia batiniah" dan tentang Kristus sebagai "di dalam hatimu." Hati adalah pusat dari bagian "perasaan, pikiran, kemauan"4manusia dan melambangkan "manusia batiniah." Sebagaimana Roh menetap di dalam "manusia batiniah" orang Kristen, begitu juga Kristus menetap di dalam "hati" orang Kristen. Bila Roh menetap Kristus juga menetap. Paulus sebelumnya mengacukan gereja sebagai "tempat tinggal Allah dalam Roh" (2:22). Oleh karena itu, gereja, yang terdiri dari umat Allah, adalah tempat di mana Allah, Kristus, dan Roh menetap. Paulus berdoa semoga kuasa Roh yang menetap akan menyebabkan karakter Kristus menjadi ciri khas kehidupan setiap orang Kristen.5
Menetapnya Kristus di dalam hati adalah melalui iman. Bagaimanakah orang Kristen tahu bahwa ia dikuatkan oleh Roh di dalam manusia batiniah dan Kristus menetap di dalam hatinya? Ia tahu melalui iman. Ia menerima kebenaran ini karena Allah yang mengatakannya dan membolehkan itu terjadi. Itu adalah melalui iman. Iman adalah unsur penting dalam penerimaan keselamatan oleh jemaat Efesus (2:8) dan dalam jalan masuk mereka kepada Allah (3:12). Iman juga merupakan jalan yang dengannya kemenetapan Kristus di dalam hati mereka tetap merupakan kenyataan bagi mereka. Agar gereja berhasil dalam memenuhi misinya, para anggota harus menerima dengan iman bahwa kemenetapan Roh dan kemenetapan Kristus akan menyediakan kekuatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas itu.
TFTWMS: Ef 3:14-21 - Kekuatan Untuk Mengasihi KEKUATAN UNTUK MENGASIHI (Efesus 3:14-21)
Apakah Anda suka meminta hal-hal yang besar dalam doa Anda? E.M. Bound pernah mengetengahkan pemikiran ini ...
KEKUATAN UNTUK MENGASIHI (Efesus 3:14-21)
Apakah Anda suka meminta hal-hal yang besar dalam doa Anda? E.M. Bound pernah mengetengahkan pemikiran ini tentang doa. "Di atas bumi ini atau di dalam sorga tidak ada satu pun, sekarang dan selama-lamanya, yang Anak Allah tidak bisa dapatkan untuk kita … Allah memerintahkan kita untuk 'dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia.' Dengan meminta hal-hal yang besar Allah dimuliakan dan Kristus dihormati." 1Apakah keluarga gereja lokal Anda memuliakan Allah dan menghormati Kristus dengan "meminta hal-hal yang besar"?
Paulus sudah tahu seperti apakah berdoa pada skala besar. Dalam 3:14-21, ia berdoa untuk gereja lokal, tubuh Kristus di Efesus. Doa apa lagikah yang lebih baik untuk dipanjatkan atas nama gereja lokal selain doa ini? Dengan "meminta hal-hal yang besar" doa itu memuliakan Allah dan menghormati Kristus.
Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin (3:14-21).
Kita akan mempelajari tiga pelajaran penting seraya kita meneliti doa ini.
ALLAH MEMBERI KEKUATAN UNTUK MENGASIHI ORANG LAIN
Paulus memikirkan tubuh Kristus. Ia ingin sekali melihat tubuh Kristus itu sepenuhnya menjadi seperti yang Allah kehendaki. Ia memimpikan gereja lokal yang kuat, bersatu, dan saling mengasihi.
Apa sajakah yang diperlukan supaya keinginan itu tercapai? Diperlukan kuasa Allah, begitu jugalah dengan doa Paulus. Ayat 16 berkata, "Supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu .…" (3:16, 17).
Apakah kebutuhan terbesar gereja lokal? Apakah yang jemaat lebih perlukan dibandingkan hal lain apa saja?
Seseorang mungkin menjawab, "Yang kami perlukan gedung baru." Yang lain mungkin berkata, "Kami memerlukan lebih banyak orang yang mau terlibat di dalam pelayanan kami." Yang lain lagi masih berkata, "Kami memerlukan berkurangnya gerutuan dan keluhan."
Paulus ingin orang Kristen melihat apa yang kita perlukan di atas segala hal lainnya—memasukkan kuasa, kekuatan, dan tenaga Allah. Kuasa ini dalam hidup kita berawal dengan doa. Bagi setiap gereja lokal yang ingin menyukakan Tuhan, gereja itu memerlukan kuasa ilahi, yang datang melalui doa. Paulus sudah mengetahui hal itu, sehingga ia berdoa untuk itu dengan intensitas yang secara harfiah membuat dia berlutut.
Kuasa berawal dengan doa, namun dimanakah kuasa ini bekerja? Ayat 16 berkata bahwa tempat dimana kuasa Allah itu bekerja adalah "di dalam batin [manusia]." "Batin manusia" itu sama dengan ruang kontrol bagi segala pikiran, tindakan, motif, dan perasaan orang Kristen. Untuk menjalankan ruang kontrol ini secara benar diperlukan tenaga ilahi.
Saya punya komputer laptop. Komputer ini bekerja dengan tenaga baterai, setidaknya untuk beberapa saat. Namun begitu, pada suatu saat cahaya kecil warna hijau akan mati, dan terdengar suara peringatan. Artinya tenaga komputer itu hampir habis. Jika saya ingin terus memakai komputer itu, saya tidak punya pilihan lain selain memberi komputer itu tenaga tambahan dari tempat lain.
Anda tidak bekerja dengan tenaga baterai rohani, namun tenaga batin yang Anda memiliki tidak besar. Bisa jadi keadaan Anda baik-baik saja ketika membaca ini; cahaya warna hijau mungkin bersinar terang dalam hidup Anda. Anda mungkin memiliki banyak pasokan tenaga batin. Pada sisi lainnya, Anda mungkin berada pada titik yang rendah, nyaris kehabisan tenaga rohani. Anda mungkin merasa sulit memiliki tenaga guna menopang diri Anda sendiri, apalagi untuk memikirkan kebutuhan atau kepentingan orang lain.
Selama hari-hari kelam pertempuran pribadinya melawan penyakit kanker, Randy Becton hidup dengan tenaga yang lemah—bukan hanya tenaga jasmani, tetapi juga tenaga mental dan rohani. Ia menemukan sumber tenaga di dalam Allah. Ia menjelaskan hal itu dalam puisi ini yang berjudul "So Help Me, God (Jadi Tolonglah Aku, Ya Allah)."
Rasa sakit ini sekarang sudah di luar Apa yang bisa kutanggung Tanpa Engkau. Keletihan dan ketakutan Lebih kuat daripada yang bisa kukalahkan Tanpa Engkau. Penglihatanku seperti kelipan Lilin, Dan memang gelap Tanpa Engkau. Aku mengaku: Aku takut setengah mati Tanpa Engkau. Aku tidak memiliki lagi sumber iman Tanpa Engkau. Jadi tolonglah aku, ya Allah, Untuk berjalan selangkah demi selangkah Bersama Engkau. Engkaulah satu-satunya harapanku!2
Tempat dimana kita memerlukan kekuatan Allah adalah "di dalam batin" kita.
Simaklah hal lain dari doa Paulus itu. Tujuan Allah memberi kita kekuatan-Nya terdapat dalam ayat 17: "Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu .…" Ada dua kata Yunani yang bisa diterjemahkan sebagai kata kerja "diam/tinggal/menetap." Yang satu artinya tinggal di suatu tempat untuk sementara waktu. Kata Yunani yang lainnya lagi artinya "menetap selamanya." Perbedaannya adalah antara kamar motel dengan sebuah rumah. Kita mungkin tinggal di suatu tempat untuk sementara; namun rumah adalah tempat dimana kita benar-benar tinggal. Dalam nas ini Paulus memakai kata yang kedua (Yun.: katoikeo). Yang ada dalam pikirannya adalah tempat tinggal yang permanen.
Paulus berdoa kepada Allah agar mencurahkan kuasa-Nya ke atas semua jemaat gereja Tuhan sehingga Yesus berkenan untuk membuat rumah-Nya di dalam hati kita. Yesus tidak ingin menjadi tamu di dalam hati kita. Ia tidak mau didaftar dalam buku tamu hidup kita. Yang ada dalam pikiran-Nya adalah tempat tinggal yang permanen.
Bagaimanakah kita tahu bahwa Yesus menetap dalam hidup kita? Pengujian apakah yang bisa menunjukkan bahwa Ia menetap dalam diri kita dan mendiami jemaat lokal?
Paulus berkata bahwa ketika kuasa Allah benar-benar hadir dalam suatu jemaat, kasih yang dalam akan terwujud di antara orang Kristen di situ. Kita akan "berakar serta berdasar di dalam kasih." Kasih dalam gereja menunjukkan kehadiran Tuhan. Prinsip ini patut diulang kembali: Kasih dalam gereja menunjukkan kehadiran Tuhan.
Saudara Willard Tate menekankan pentingnya kasih dalam gereja lokal:
Saya ingat suatu saat sedang mengendarai mobil menuju sebuah kota kecil di utara Dallas untuk menyampaikan seminar … dan saya tidak tahu persis dimanakah letak gedung gerejanya. Jadi saya berhenti di toko 7-11 yang, belakangan baru saya tahu, terletak hanya sepelemparan batu jaraknya dari gedung gereja. Saya kemudian menghampiri pelayan pompa bensin dan bertanya apakah ia tahu dimana letak gedung gereja. "Tidak, saya tidak yakin saya tahu," jawabnya. Lalu saya masuk ke dalam dan bicara dengan pemiliknya. Ia juga tidak tahu letak gedung gereja itu. Kami harus mencarinya dalam buku telepon! Nah, orang-orang itu bukannya bermusuhan dengan gereja. Mereka hanya tidak tahu ada gereja di sekitar itu!… Sayangnya, saya memiliki pengalaman seperti itu lebih dari satu kali. Namun Anda tentunya sudah tahu apakah yang ingin sudah saya dengar? Saya ingin orang-orang itu memberitahu saya, "Ada kumpulan orang yang berhimpun tepat di balik bukit itu. Saya tidak tahu kelompok apakah mereka itu atau bagaimana mereka menyebut diri mereka, namun mereka itu merupakan kumpulan orang yang paling saling mengasihi yang pernah Anda lihat dalam hidup Anda. Mereka itu saling menjaga, dan mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan orang lain juga. Anda bisa meneliti mereka dan melihat siapa mereka itu sesungguhnya."3
ALLAH MEMBERI KEKUATAN UNTUK MEMAHAMI KASIH YESUS
Paulus ingin orang Kristen memahami luasnya kasih Kristus yang agung itu:
… dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan .…(3:17b-19a).
Pernahkah Anda berdiri di garis pantai laut? Pernahkah Anda ke Grand Canyon? Bayangkanlah berapa lama diperlukan untuk mengukur luasnya Lautan Pasifik dengan penggaris plastik—penggaris yang anak-anak gunakan di sekolahan. Berapa lamakah dibutuhkan untuk mengukur Grand Canyon sentimeter demi sentimeter? Berapapun lamanya, pengukuran itu bahkan bukan awal yang baik untuk menggambarkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk mengukur kasih yang Yesus miliki untuk Anda.
Sebuah lagu anak-anak berbunyi, "Yesus cinta saya! Itu saya tahu." Kita benar-benar tidak bisa tahu berapa besarkah Yesus mengasihi kita kecuali Allah memberi kita kuasa untuk memahaminya.
Diperlukan kuasa dari Allah untuk memahami lebarnya kasih Kristus. Kasih-Nya itu mencakup seluruh ras manusia—setiap pria, wanita, anak-anak laki-laki, dan perempuan di seluruh dunia. Ia mengetahui nama Anda. Begitulah Ia dari semula. Ia mengenal wajah Anda. Yesus bisa mengenali suara tawa Anda. Ia akan segera mengenali suara Anda. Ia tahu segala luka hati yang Anda sembunyikan dari orang lain. Anda tidak perlu kuatir untuk membuat Dia terkesan. Anda tidak perlu tidak bisa tidur untuk mengetahui apakah Ia menyukai Anda atau tidak. Yesus mengasihi Anda.
Diperlukan kuasa dari Allah untuk memahami panjangnya kasih Kristus. Kasih-Nya menggapai dari kekekalan sampai kekekalan. Ia sudah mengasihi Anda sebelum Anda dilahirkan. Sekarang ini Ia mengasihi Anda lebih dari apa yang orang lain bisa lakukan, dan Ia akan terus mengasihi Anda selama-lamanya. Bahkan ketika Anda memilih untuk bertindak seakan-akan Anda tidak memiliki kasih bagi Dia, Ia masih mengasihi Anda. Tidak ada apapun juga yang bisa membuat Yesus berhenti mengasihi Anda.
Dunia kita membuat kita sulit memahami kasih yang tidak pernah berakhir, kasih yang tanpa pamrih. Kita sudah terbiasa dengan kasih "jika"—kasih bersyarat. Kita semua tahu tentang kasih "selama": Orang umumnya akan mengasihi kita hanya selama kita memenuhi pelbagai harapan mereka. Namun begitu, Yesus mengasihi kita dengan kasih yang tak bersyarat, "kasih yang tidak pernah berhenti."
Diperlukan kuasa dari Allah untuk memahami tingginya kasih Kristus. Ia berada di sorga bersama Bapa dan itulah tempat dimana Ia ingin kita berada. Kasih-Nya itu menggapai begitu tinggi sehingga Ia tidak ingin kita merasa puas dengan apa yang kurang daripada itu. Namun Iblis ingin kita puas. Ia ingin kita terlibat penuh dalam masalah pakaian, mobil, pekerjaan, permainan, dan diri sendiri sehingga kita kehilangan apa yang Yesus ingin berikan kepada kita. Yesus ingin memberi kita sorga, hidup kekal, sukacita yang sempurna, kedamaian, dan sebuah rumah yang dibuat hanya untuk kita, bersama dengan hak istimewa untuk tinggal bersama dengan Bapa sorgawi kita selama-lamanya.
Diperlukan kuasa dari Allah untuk memahami dalamnya kasih Kristus. Begitu dalamnya kasih itu sehingga Yesus meninggalkan sorga untuk turun ke dunia dan dilahirkan dalam sebuah gudang, begitu dalamnya kasih itu sehingga Yesus rela mati di kayu salib, begitu dalamnya kasih itu sehingga Yesus menanggung segala dosa kita dalam tubuh-Nya di kayu salib, begitu dalamnya kasih itu sehingga Yesus keluar dari lubang kubur—dalam keadaan hidup— untuk menjadi Juruselamat, Tuhan, dan Sahabat kita.
Inilah teori saya: Ketika para pengikut Kristus dibanjiri dan dibuat kagum oleh kenyataan kasih-Nya untuk kita, hidup kita akan berubah. Kita tidak bisa memahami sepenuhnya kasih Kristus dan terus-menerus menyakiti orang lain. Kita tidak bisa memahami kasih Kristus dan terus-menerus menahannya untuk diri sendiri. Kasih itu harus mengalir kepada orang lain. Kita tidak bisa memahami kasih Kristus dan bersikap jahat kepada seseorang atau menghancurkan hidup seseorang, sebab kita tahu betapa besarnya Yesus mengasihi orang itu.
Kita tidak bisa memahami kasih Kristus tanpa ingin menyembah dan memuji Dia. Kita tidak bisa memahami kasih Kristus tanpa ingin melayani dan menghormati Dia dalam segala cara sebisa kita.
Kita harus ingat bahwa kuasa untuk memahami kasih Kristus tidak datang dari dalam diri kita. Kita harus berlutut dan memintanya dalam doa. Hanya Allah saja yang bisa memberi kita kuasa untuk memahami kasih itu. Berdoalah minta kuasa Allah untuk mengalir ke dalam jemaat lokal Anda. Berdoalah semoga saudara dan saudari Anda dalam Kristus akan memiliki kekuatan untuk saling mengasihi sebagaimana yang Allah inginkan. Berdoalah untuk diri Anda sendiri dan untuk jemaat Anda agar memiliki kuasa yang belum pernah Anda miliki sebelumnya untuk memahami kasih Kristus yang menakjubkan. Luangkanlah waktu sejenak dan berdoalah secara khusus untuk satu orang di dalam gereja. Berdoalah minta kuasa Allah turun ke atas kehidupannya. Setelah itu, biarlah orang itu mengetahui. Beritahu dia tentang doa Anda untuk dia.
ALLAH MEMBERI KITA KEKUATAN UNTUK DIPENUHI KEPENUHAN ALLAH
Paulus berdoa untuk jemaat lokal supaya "mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan." Mengapa? Ayat 19 memberi alasannya: yaitu "supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah."
J. Wilbur Chapman suka berkisah tentang seorang laki-laki yang selama bertahun-tahun sengaja pergi meninggalkan keluarganya. Cara hidup yang ia pilih menghancurkan hidupnya. Ia menggelandang dengan pakaian compang-camping, mengemis untuk bertahan hidup. Suatu hari, orang ini sedang meminta sedekah dekat stasiun kereta. Ketika seorang penumpang turun dari kereka, pengemis itu menepuk punggungnya.
"Tuan, sudikah tuan memberi saya seratus perak? Hanya seratus perak saja?"
Penumpang itu membalikkan tubuhnya, dan pengemis itu menyodorkan tangannya. Pengemis itu memandang wajah penumpang itu … dan ketika ia melihatnya, wajahnya menjadi pucat-pasi. Penumpang itu adalah bapaknya. Sudah bertahun-tahun ia tidak melihat wajahnya.
"Bapak, tahukah bapak siapa saya?" katanya. Bapak itu merangkul anaknya.
Air mata membasahi pipinya. "Nak, akhirnya aku menemukanmu. Setelah bertahun-tahun, akhirnya aku menemukanmu. Engkau minta seratus perak? Semua milikku adalah milikmu."4
Berapa banyakkah dari kita yang seperti laki-laki pengemis itu? Kita mengemis seratus perak, sementara Bapa sorgawi kita ingin mencurahkan seluruh kekayaan sorgawi ke atas kita. Kita pikir kita sudah menemukan kehidupan ketika nonton filem pada Jumat malam, ketika kita masuk ke toko dan membeli beberapa lembar pakaian baru untuk sekolah, atau ketika kita akhirnya mendapat kenaikan pangkat dalam pekerjaan. Kita mengira makan malam di restoran atau di suatu pesta bersama kawan-kawan adalah kehidupan yang terbaik yang kita dapatkan. Kita bekerja selama empat puluh tahun supaya kita bisa pensiun dan melakukan apa yang kita inginkan untuk beberapa tahun kemudian. Kita puas dengan seratus perak, sementara Bapa kita ingin kita "dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah."
Apakah artinya "dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah"? Artinya menjadi seperti Yesus—memiliki pikiran-Nya; memiliki pemikiran-Nya; bertindak seperti Ia bertindak; memiliki kebaikan-Nya, kasih-Nya, komitmen-Nya kepada kehendak Allah. Artinya memiliki kepercayaan-Nya kepada Bapa, semangat hidup-Nya, sukacita-Nya, dan kebaikan-Nya. Artinya memiliki kapasitas Yesus untuk memuji dan menghormati Bapa. Itulah kehidupan yang sebenarnya!
KESIMPULAN
Allah ingin sekali melihat setiap gereja lokal mengalami kuasa-Nya. Ia ingin semua jemaat memiliki kuasa yang menguatkan orang Kristen untuk saling mengasihi, untuk memahami kasih yang Yesus miliki untuk kita, dan kuasa untuk menjadi seperti Yesus. Jika Anda bergumul bersama orang-orang yang mengasihi, atau Anda mengalami kesulitan dengan gagasan tentang berapa besarkah Yesus mengasihi Anda, doa adalah tempat untuk memulainya. Jika Anda mendapatkan diri Anda jatuh-bangun sambil Anda berusaha untuk menjadi seperti Yesus, inilah waktunya untuk berdoa. Allah akan membuat Anda takjub dengan jawaban-Nya terhadap doa semacam itu.
Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin (3:20-21).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Efesus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu pu...
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).
Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
- (1) bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan
- (2) bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.
Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.
- (1) Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).
- (2) Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
- (1) Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4), "menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
- (2) Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.
- (3) Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef 6:10-20).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
- (2) "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam Kristus".
- (3) Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
- (4) Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
- (5) Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).
Full Life: Efesus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Ef 1:1-2)
I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21)
A. Keuta...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Ef 1:1-2) - I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21) - A. Keutamaan Kristus dalam Penebusan
(Ef 1:3-14) - 1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa
(Ef 1:3-6) - 2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya
(Ef 1:7-12) - 3. Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus
(Ef 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani
(Ef 1:15-23) - B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus
(Ef 2:1-3:21) - 1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru
di Dalam Kristus
(Ef 2:1-10) - 2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan
(Ef 2:11-15) - 3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga
(Ef 2:16-22) - 4. Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja
(Ef 3:1-13)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani
(Ef 3:14-21) - II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya
(Ef 4:1-6:20) - A. Hidup Baru Orang Percaya
(Ef 4:1-5:21) - 1. Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja
(Ef 4:1-16) - 2. Hidup Baru yang Kudus
(Ef 4:17-5:7) - 3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang
(Ef 5:8-14) - 4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh
(Ef 5:15-21) - B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya
(Ef 5:22-6:9) - 1. Suami dan Istri
(Ef 5:22-33) - 2. Anak-Anak dan Orang-Tua
(Ef 6:1-4) - 3. Hamba dan Tuan
(Ef 6:5-9) - C. Peperangan Rohani Orang Percaya
(Ef 6:10-20) - 1. Sekutu Kita -- Allah
(Ef 6:10-11a) - 2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya
(Ef 6:11-12) - 3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah
(Ef 6:13-20) - Penutup
(Ef 6:21-24)
Matthew Henry: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan kar...
- Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan karena suatu hal salinan yang dikirimkan kepada jemaat Efesus diambil untuk dimasukkan ke dalam kanon, dan karena itu surat ini akhirnya dipandang sebagai suatu tulisan khusus. Pendapat ini dibuat berdasarkan kesimpulan bahwa surat ini merupakan satu-satunya surat dari semua surat kerasulan Paulus yang tidak menyinggung secara khusus keadaan atau masalah yang terjadi di jemaat Efesus. Sebaliknya, surat ini banyak memuat kepentingan yang bersifat umum bagi semua orang Kristen, khususnya bagi semua orang yang dahulu berasal dari bangsa-bangsa lain dan kemudian bertobat memeluk agama Kristen. Namun, di lain pihak, dapat pula diamati bahwa dalam surat kerasulan ini tertulis dengan jelas, kepada orang-orang kudus di Efesus (1:1), dan di bagian penutupnya, Rasul Paulus memberi tahu orang-orang kudus tersebut bahwa ia telah mengutus Tikhikus kepada mereka, yang dikatakan di dalam surat 2 Timotius 4:12, bahwa ia telah mengutusnya ke Efesus. Surat ini adalah sepucuk surat kerasulan yang ditulis dari dalam penjara. Beberapa orang memperhatikan bahwa apa yang ditulis oleh Rasul Paulus dari dalam penjara ketika ia masih menjadi orang tahanan ini mengandung perasaan senang dan sukacita dalam perkara-perkara Allah. Ketika kesesakannya bertambah-tambah, penghiburannya pun lebih melimpah lagi. Dari situ kita dapat mengamati bahwa cobaan-cobaan yang dialami umat Allah, dan khususnya oleh para pelayan-Nya, sering kali malah mendatangkan kebaikan bagi orang lain, di samping bagi kebaikan mereka sendiri. Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini adalah untuk membangun kehidupan anggota jemaat di Efesus di dalam kebenaran, dan untuk itu, membawa mereka mengenal rahasia Injil lebih jauh. Di bagian awal surat ini, ia menunjukkan hak istimewa agung yang dimiliki oleh para anggota jemaat di Efesus, yaitu mereka yang di masa lampau adalah penyembah-penyembah berhala, namun sekarang mereka telah memeluk Kekristenan dan diterima dalam kovenan bersama Allah. Hal ini ia gambarkan dari sudut pandang keadaan kehidupan mereka yang tercela sebelum pertobatan mereka (pasal 1-3). Di bagian terakhir (yang dapat kita baca di dalam pasal keempat, kelima, dan keenam), ia mengajarkan kewajiban-kewajiban utama beribadah, baik yang sifatnya pribadi maupun keluarga. Ia juga menasihati dan menyemangati mereka supaya menjalankan kewajiban-kewajiban itu dengan setia. Zanchy (tokoh reformasi abad keenam belas dari Italia – pen.), mengamati bahwa di dalam surat ini kita memiliki sebuah ringkasan dari seluruh ajaran Kristen, serta dari hampir semua pokokpokok utama mengenai keilahian.
Jerusalem: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini
di Geredja purba, te...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini di Geredja purba, tetapi tidak terdapat pada segala surat naskah tertua jang ditemukan. Menilik isi dan tjoraknja sangat disangsikan bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada umat itu. Ia lebih bersifat surat edaran umum, bagi umat-umat muda jang baru-baru bertobat dan tidak didirikan oleh Paulus sendiri, seperti umat Kolose. Ada sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa surat inilah dimaksudkan dalam Kol. 4:16, sebagai "surat dari Laodisea" jang harus dibatjakan di Kolose djuga. Bagaimanapun djuga, soal itu bagi kita tidak begitu penting untuk dibitjarakan lebih landjut disini.
Kesamaan surat ini dengan surat kepada umat Kolose menjolok, baik mengenai atjara pokok, isi umum, maupun gajanja. Kita beroleh kesan-kesan bahwa ia merupakan suatu landjutan dan pelengkapan dari surat kepada orang-orang Kolose itu. la rupanja ditulis dalam waktu jang hampir sama, lagi diantar oleh tokoh jang sama, ialah Tichikus. Atjara pokok kedua surat ialah Misteri Kristus dan misteri rentjana penjelamatan seluruh bangsa manusia dalam Kristus. Surat kepada umat Kolose lebih menggambarkan dan menondjolhan martabat dan kedudukan Kristus diatas segala machluk, termasuk para Malaekat, sebagai Putera Allah jang setara dengan Allah dalam segalanja, turut mentjiptakan segala machluk dan berkuasa mutlak atasnja. Pernjataan-pernjataan itu merupakan dasar segala uraian dalam Ef. djuga, tetapi tidak diuraikan lagi, harus disentuh dan itu sering dengan memperlihatkan segi-segi baru jang indah dan penting. Chususnja ia membitjarakan misteri penjelamatan kita, jang disorotinja dari pelbagai sudut dan puntjaknja ialah adjaran tentang umat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Kedua surat mulai dengan madah-pudjian jang padat dan dalam isinja, indah gajanja dan bernada tinggi. Nada tinggi itu dipertahankan sepandjang seluruh surat, djuga dalam bagian jang merupakan peringatan-peringatan jang agak sungguh-sungguh, malah sampai bertjorak tuduhan. Kol. jang berlandasan pada salah paham dan bahaja- bahaja jang mengantjam dalam umat, masih bertjorak surat perdjuangan, tetapi Ef. semata-mata bersuasana kegembiraan atas kerahiman dan tjinta Allah, dalam merentjanakan dan melaksanakan penjelamatan segala bangsa manusia dalam Kristus. Mengenai alasan untuk menulis surat ini kita mendapat kesan-kesan atau dapat kita bajangkan, bahwa Paulus sesudah menjelesaikan suratnja kepada umat Kolose tidak merasa puas. Barangkali ia hemudian teringat bahwa umat Kolose dan umat- umat lainpun jang belum pernah dikundjunginja, tentu belum mendapat peladjaran jang agak luas dan mendalam tentang adjaran-adjaran jang hanja dengan ringkas diuraikan ataupun disentuhnja sadja dalam surat pendek kepada orang-orang Kolose itu. Sedangkan djustru adjaran-adjaran itu merupakan adjaran-adjaran dasar dan inti hakekat Indjil, mengenai tudjuannja dan kemuliaan martabat para beriman serta hubungan erat-mesra mereka dengan Kristus. Kalau itu benar djalan pemikiran Paulus, maka kita dapat mengerti bagaimana perasaan tak puas mendorongnja untuk memberi pengadjaran tulisan jang lebih luas kepada umat-umat tersebut. Dan karena kegembiraan hatinja, bahwa umat-umat itu dipanggil oleh Allah dan menerima Indjil, dan telah dipenuhi dengan segala rahmat dan berkat surgawi (Ef. 1:3-6), dan kepertjajaan umat-umat serta tjinta kasihnja dapat dipudji (1:15), maka seluruh surat diliputi suasana kegembiraan berdasarkan sjukur dan pudjian kepada Allah.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) Doa Untuk Kuasa, Pemahaman, Dan Kepenuhan (Efesus 3:14-21)
Ketika Paulus memikirkan pelayanannya kepada orang non-Yahudi, peran gereja dalam memenuhi...
Doa Untuk Kuasa, Pemahaman, Dan Kepenuhan (Efesus 3:14-21)
Ketika Paulus memikirkan pelayanannya kepada orang non-Yahudi, peran gereja dalam memenuhi maksud Allah, dan jalan masuk kepada Allah yang dinikmati oleh mereka yang mendengar dan menerima pesan Kristus, ia memohon kepada Allah.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) MELEPASKAN KUASA ALLAH (3:14-21)
Paulus adalah manusia pendoa. Melalui surat-suratnya ia membolehkan kita untuk mendengarkan dia dalam ruang doanya, ...
MELEPASKAN KUASA ALLAH (3:14-21)
Paulus adalah manusia pendoa. Melalui surat-suratnya ia membolehkan kita untuk mendengarkan dia dalam ruang doanya, dan kita belajar sesuatu tentang kehidupan doanya yang sangat dalam.
Seraya kita tiba di penutupan pasal 3, untuk kedua kalinya didalam surat ini Paulus memberitahukan pelbagai kebutuhan yang ia mintakan dalam doa. Di dalam 1:15-23, ia memikirkan tentang pengertian; di sini tentang pemanfaatan. Sebelumnya, ia berdoa agar jemaat Efesus memahami posisi mereka di hadapan Allah. Sekarang dia berdoa semoga mereka akan mengalami kuasa yang berasal dari posisi itu.
Paulus ingin Allah menghidupkan kuasa rohani di dalam kehidupan setiap orang Kristen, dan ia ingin kuasa itu diberikan secara sebanding dengan (harfiahnya, "sesuai dengan," bukan "dari") kekayaan Allah. Seberapa kayakah Allah? Lebih kaya daripada yang Anda pernah butuhkan! Allah memiliki jumlah kuasa rohani yang tidak terbatas untuk kita, hanya menunggu untuk dilepaskan!
Bagaimanakah kita bisa bekerja sama dengan Allah dalam mendapatkan tingkat penuh kuasa-Nya yang dilepaskan di dalam kehidupan kita? Beberapa karakteristik harus ada di dalam kehidupan orang Kristen agar doa Paulus dijawab.
Kekuatan Batin Untuk Menghadapi Konflik (3:16). Di sini Paulus tidak sedang berdoa minta kuasa agar melayani. Kuasa itu datang belakangan. Sebaliknya, doa Paulus adalah supaya orang-orang Kristen ini punya kekuatan batin untuk menghadapi konflik. Sebelum terjadi di luar, pertempuran nyata dalam kehidupan rohani terjadi di dalam.
Paulus mengetahui masalah ini secara langsung (lihat Roma 7). Ia ingin melakukan apa yang benar dalam manusia batiniahnya, tapi sebaliknya ia malah melakukan kejahatan yang ia tidak ingin lakukan. Ia memiliki keinginan yang benar tetapi tidak memiliki kekuatan batin untuk melakukan keinginan itu. Ia berseru di Roma 7:24, 25a, "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita."
Di dalam Roma 8, ia memberikan alasan bagi ucapan syukur itu. Ia telah mengetahui rahasia bagaimana Roh Kudus bekerja di dalam kehidupan orang Kristen: "supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh" (ay. 4).
Kita bisa ke sana ke mari dengan keadaan batin kita yang kalah sampai kita berserah kepada Roh Allah dan hidup dalam kekuatan keperkasaan-Nya. Ketika kita dilahirkan kembali, kita diberi Roh Allah (Kisah 2:38) dan tubuh kita menjadi bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19). Meski Ia hidup di dalam diri kita, Ia tidak akan memberi kita kekuatan yang lebih besar daripada tingkat keberserahan kita kepada Dia.
Bagaimanakah kita secara sadar memberikan kontrol hidup kita kepada Roh? Pikiran kita harus diisi dengan Firman-Nya, petunjuk operasi dari Roh. Kolose 3:16 mengatakan, "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu…." Kita harus memenuhi jiwa kita dengan itu. Daud mengatakan, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau" (Mazmur 119:11).
Hubungan Yang Lebih Dalam Dengan Kristus (3:17). Paulus mendoakan orang Kristen untuk mengalami kekuatan batin sehingga kenyataan lain bisa dialami dalam hidup mereka.
Tentu saja, Kristus sudah berada di dalam hati orang-orang ini, Paulus telah menyebut mereka sebagai "orang-orang kudus" (1:1). Ia ingin mereka punya hubungan yang lebih dalam dengan Kristus. Ia ingin mereka memiliki persekutuan dengan Yesus yang akan membolehkan Dia menetap di singgasana hati mereka.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia"(Yohanes 14:23; huruf miring ditambahkan). Ketaatan adalah kunci bagi menetapnya Yesus di dalam hati kita. Di mana Raja bersemayam dengan kokohnya di atas takhta-Nya, Ia bebas menjalankan kuasa-Nya sepenuhnya di dalam kehidupan rakyat-Nya.
Kasih Terhadap Orang lain (3:17-19). Ciri khas karakter Allah adalah kasih. Ketika Kristus menetap di dalam hati kita untuk mengarahkan hidup kita, maka kita akan menunjukkan kasih-Nya terhadap orang lain. Kasihlah yang membuat kita ingin mengatakan kebenaran kepada sesama kita. Kasihlah yang menuntun pencuri tidak mencuri lagi dari orang lain. Kasih menyebabkan orang Kristen menghentikan percabulannya. Kasihlah yang mendorong istri tunduk kepada suaminya, dan kasihlah yang mendorong suami merawat istrinya seperti merawat tubuhnya sendiri.
Jika kita mengaku sebagai orang Kristen tapi kasih tidak menjadi dasar bagi gaya hidup kita, maka Kristus tidak menetap di dalam hati kita. Galatia 5:22, 23 mengatakan bahwa ketika kita hidup dalam Roh, Ia akan menghasilkan buah tertentu dalam hidup kita—dan buah yang pertama kali disebut adalah kasih. Seraya Yesus merasa betah menetap di dalam hati kita, maka kasih-Nya akan mulai menampakkan dirinya dalam pikiran, tindakan, dan kata-kata kita.
Hanya ketika kita berakar dan berdasar dalam kasih kita dapat mulai memahami betapa luasnya kasih Kristus. Seberapa lebarkah kasih Kristus? Cukup lebar untuk merangkul semua orang dan menjadikan mereka satu. Seberapa panjangkah kasih-Nya? Kasih itu dimulai dari kekekalan masa lalu dan menuju kepada kekekalan di masa depan; kasih itu tidak pernah berhenti. Seberapa dalamkah kasih-Nya? Cukup dalam untuk mengangkat pendosa paling nista keluar dari jurang dosa paling mengerikan. Seberapa tinggikah kasihNya? Cukup tinggi untuk mengangkat kita ke sorga untuk duduk bersama Kristus itu sendiri di sebelah tangan kanan Allah.
Tidak ada satu orang pun yang berada di luar jangkauan kasih Kristus. Ketika kita mulai merasakan kasih semacam itu, maka kita semua berada di jalan yang benar menuju kuasa ilahi yang dilepaskan di dalam hidup kita!
Dipenuhi Oleh Allah (3:19). Betapa kata-kata yang luar biasa! Allah yang memenuhi semua dan semua ingin memenuhi kita.… Ia ingin datang dan menetap di dalam diri kita! Ia ingin atribut-Nya, karakter-Nya, pribadi-Nya memenuhi diri kita.
Ketika kita dipenuhi dengan Yesus, semua kepenuhan Allah yang sempurna ada di dalam diri kita. Karena Allah adalah kasih, maka orang Kristen yang dipenuhi dengan kepenuhan Allah akan mengungkapkan kasih. Karena Allah itu penuh belas kasihan, maka orang Kristen yang mengalami kepenuhan Allah akan menunjukkan belas kasihan terhadap orang lain. Karena Allah itu kudus, orang Kristen yang telah dipenuhi oleh Allah akan menampilkan kekudusan ilahi dalam kehidupan sehari-hari.
Mengalami kepenuhan Allah yang sempurna berarti kita memiliki sifat-sifat Allah di dalam diri kita, pada takaran yang lebih kecil, sehingga sebagai bagian dari tubuh Kristus kita dapat merefleksikan kepada dunia seperti apakah Allah itu. Seraya kita mencerminkan gambar Yesus di hadapan masyarakat yang fasik, Allah melepaskan kuasa ilahi-Nya melalui kita.
Kuasa Untuk Hidup Kita (3:20). Paulus tampaknya hampir kehabisan kata-kata untuk menggambarkan Allah dan kuasa yang Ia miliki yang tersedia bagi setiap orang Kristen.
Sekarang bagi Dia yang dapat melakukan.…
Sekarang bagi Dia yang dapat melakukan.… [apa] yang kita minta.…
Sekarang bagi Dia yang dapat melakukan.… [apa] yang kita minta atau pikirkan.…
Sekarang bagi Dia yang dapat melakukan.… melampaui semua yang kita minta atau pikirkan.…
Sekarang bagi Dia yang dapat melakukan jauh lebih banyak melampaui semua yang kita minta atau pikirkan.… sesuai dengan kuasa yang bekerja di dalam diri kita.
Allah tidak meminta kita untuk hidup dengan kekuatan dan kuasa kita sendiri. Ia yang telah memilih kita dan menebus kita dan memeteraikan kita, Ia yang telah membangkitkan kita dari kematian rohani dan mendudukkan kita di sebelah tangan kanan-Nya mengomplitkan apa yang Ia telah mulai dengan memberi kita kuasa yang kita butuhkan untuk menghadapi kehidupan. Tidak ada batasannya! Kuasa-Nya bagi hidup kita tidak ada habis-habisnya.
Kesimpulan. Mengapakah Ia menempatkan kuasa-Nya yang tak ada habis-habisnya dalam hidup kita? "Bagi Dialah kemuliaan di dalam gereja dan di dalam Kristus Yesus bagi semua generasi selama-lamanya. Amin" (3:21). Allah ingin dimuliakan. Ia ingin manusia melihat betapa baik dan agung Ia sesungguhnya. Kemuliaan itu akan menjadi milik-Nya ketika kuasa-Nya terlihat bekerja dalam kehidupan gereja.
Chris Bullard
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament (London: Samuel Bagster and Sons...
Catatan Akhir:
- 1 Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament (London: Samuel Bagster and Sons, n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, Regency Reference Library, 1975), 836.
- 2 Ibid., 769.
- 3 Kenneth S. Wuest, Wuest's Word Studies from the Greek New Testament for the English Reader: Ephesians and Colossians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1953), 88.
- 4 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 3:314.
- 5 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 206.
- 6 Bullinger, 347.
- 7 Ibid., 175.
- 8 Lincoln, 208-14.
- 9 Bullinger, 436.
- 10 Lincoln, 214.
- 11 Wuest, 90.
- 12 Lincoln, 213.
- 13 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1992), 907.
- 14 Lincoln, 216.
- 15 R. C. H. Lenski, The Interpretation of St. Paul's Epistles to the Galatians, to the Ephesians and to the Philippians (Columbus, Ohio: Wartburg Press, 1946; reprint, Minneapolis: Augsburg Publishing House, 1961), 500.
- 16 Zodhiates, 907.
- 17 Lincoln, 218.
Pengarang: Jay Lockhart
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 E. M. Bounds, quoted in Jack Taylor, Prayer: Life's Limitless Reach (Nashville, Tenn.: Broadman Press, 1977), 15.
2 Randy ...
Catatan Akhir:
- 1 E. M. Bounds, quoted in Jack Taylor, Prayer: Life's Limitless Reach (Nashville, Tenn.: Broadman Press, 1977), 15.
- 2 Randy Becton, Coming to Grips With God (Abilene, Tex.: Randy Becton, 1977), 111.
- 3 Willard Tate, Learning to Love (Nashville, Tenn.: Gospel Advocate Co., 1988), 77.
- 4 Adapted from Max Anders, The Good Life: Living With Meaning in a "Never-Enough" World (Dallas: Word Publishing, 1993), 78-79.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) MISTERI DIUNGKAPKAN (Efesus 3)
Efesus 3 berisi tentang pengungkapan suatu misteri. Allah selalu punya rencana. Rencana itu adalah misteri karena baik...
MISTERI DIUNGKAPKAN (Efesus 3)
Efesus 3 berisi tentang pengungkapan suatu misteri. Allah selalu punya rencana. Rencana itu adalah misteri karena baik manusia maupun malaikat tidak tahu apa-apa tentang rencana itu sampai Allah mengungkapkannya. Setelah rencana itu diungkapkan, rencana itu bukan lagi "misteri" tapi sudah menjadi "wahyu."
Rencana Allah (3:3-5). Rencana abadi Allah merupakan misteri karena "pada zaman angkatan-angkatan lainnya tidak diberitahukan kepada anak-anak manusia" (3:5). Nabi-nabi Perjanjian Lama tidak tahu arti rencana Allah itu meski mereka menuliskan rencana untuk masa depan itu (lihat 1 Petrus 1:10-12). Para malaikat juga tidak memahami rencana Allah meski mereka ingin mengetahui rencana itu (lihat 1 Petrus 1:12).
Rencana Allah Diungkapkan (3:6-9). Paulus menegaskan bahwa rencana Allah tidak lagi menjadi misteri ketika sudah diungkapkan. Paulus mengatakan ia adalah pelayan bagi rencana Allah yang penuh kemurahan hati sebab rencana itu telah diungkapkan kepada dia, bersama dengan para rasul lainnya dan para nabi, oleh Roh Kudus. Misteri yang sudah diungkapkan itu mencakup rencana Allah di dalam Kristus, fungsi gereja, dan fakta bahwa orang non-Yahudi tercakup di dalamnya.
Rencana Allah dan Gereja (3:10-21). "Hikmat Allah"(3:10) adalah rencana Allah yang tersembunyi yang kini diungkapkan. "Hikmat," Allah yang adalah "maksud abadi"-Nya (3:11), mencakup fakta bahwa gereja harus memberitahukan hal itu ke seluruh dunia. Ini berarti gereja sudah selalu ada di dalam pikiran Allah.
Supaya gereja berhasil menjalankan misi yang Allah berikan, gereja memerlukan pelbagai berkat Allah. Paulus berdoa agar Allah memberi gereja kemampuan (3:14-19). Pertama, ia berdoa agar Allah berkenan menguatkan gereja untuk melaksanakan tugasnya. Kedua, ia berdoa agar Kristus berkenan menentap di hati para anggota gereja sehingga mereka bisa lebih memahami dan dimotivasi oleh kasih. Ketiga, ia berdoa agar mereka dipenuhiampai mendapatkan kepenuhan Allah.
Paulus merasa yakin doanya akan dijawab karena Allah punya kuasa untuk melakukan lebih daripada yang bisa "kita minta atau pikirkan." Karena Allah akan memberi gereja kuasa untuk memenuhi misinya, maka Paulus ingin gereja memuliakan Allah selama-mananya (3:20, 21 ).
Allah selalu memiliki rencana, dan rencana itu mencakup kita masing-masing. Rencana itu adalah "misteri" sampai Allah "dengan wahyu" mengungkapkannya. Wahyu Allah mencakup segala hal untuk kita yang ada di dalam pikiran-Nya melalui pengorbanan Kristus dan pembentukan gereja. Kita adalah penerima wahyu Allah dan segala berkat yang wahyu itu bawa; kita harus termotivasi untuk menjadi apa saja yang Allah inginkan.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) BERJALAN DI JALAN YANG BENAR (2:1-10; 4:1, 17; 5:2, 8, 15)
"Berjalan" adalah kiasan bagi hidup. Sebagai orang Kristen, kita harus berhati-h...
BERJALAN DI JALAN YANG BENAR (2:1-10; 4:1, 17; 5:2, 8, 15)
"Berjalan" adalah kiasan bagi hidup. Sebagai orang Kristen, kita harus berhati-hati bagaimana kita berjalan dan dengan siapa kita berjalan.
Kita harus jangan berjalan menurut dunia (2:2a). Mereka yang berjalan menurut dunia adalah sesat; mereka menjadi milik dunia yang sementara ini, dunia yang terasing dari Allah. Mereka adalah bagian dari kerajaan yang menentang Kerajaan Allah.
Kita harus jangan berjalan menurut Iblis (2:2b). Jiwa-jiwa yang sesat sejalan dengan Iblis, "penguasa kekuatan udara" dan "roh yang sekarang sedang bekerja di antara anak-anak ketidaktaatan" Kehidupan mereka diperintah oleh pemberontakan.
Kita harus jangan berjalan menurut hawa nafsu daging (2:3a). Mereka yang sesat hidup menurut hawa nafsu mereka sendiri, ketimbang menurut cara yang Allah ingin mereka hidup dengannya.
Kita harus jangan berjalan sebagai anak-anak yang dimurkai (2:3b). Mereka yang sesat hidup menurut sifat Adam, "sifat manusia" yang berdosa dan menjadi sasaran murka Allah. Roma 1:18 memperingatkan, "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman."
Kita harus berjalan dengan cara yang sepadan (4:1). Paulus mendesak orang Kristen untuk hidup sesuai "dengan panggilan yang dengannya [kita] telah dipanggil." Kita telah menerima panggilan Allah yang kudus untuk hidup sesuai dengan kasih karunia dan kemuliaan-Nya (lihat 1 Tesalonika 2:12; 2 Timotius 1:9). Kita harus jangan hidup dengan pikiran yang sia-sia (4:17). Orang sesat hidup tanpa arah rohani. Kristus hidup dengan tujuan, dan kita akan diberkati jika kita mengikuti teladan-Nya (lihat 1 Petrus 2:21; 3:9).
Kita harus berjalan dalam kasih (5:2). Allah adalah kasih (1Yohanes 4), dan tujuan terbesar kita adalah mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran kita. Selain itu, kita harus mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri (lihat Matius 22:37-39).
Kita harus berjalan seperti anak-anak terang (5:8). Kita tidak lagi berjalan di dalam "kegelapan," sebab kita sekarang adalah "Terang di dalam Tuhan."
Kita harus berjalan seperti orang berhikmat (5:15, 16). Kita harus menghabiskan hari-hari kita dengan melayani Allah, selagi kita mampu melakukannya (lihat Yohanes 9:4).
KEHIDUPAN YANG DIPENUHI DENGAN ROH (5:18-21)
Di dalam Perjanjian Lama, Allah memiliki bait suci untuk umat-Nya; di dalam Perjanjian Baru, Allah memiliki umat untuk bait suci-Nya. Pada saat lahir barunya (baptisan), setiap orang Kristen menjadi bait suci Allah yang hidup. Pada hari Pentakosta, Petrus berkata, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kita akan menerima karunia Roh Kudus"(Kisah 2:38). Jika kita telah dilahirkan kembali, maka kita menampung satu Pribadi—Roh Kudus Allah. Proses ilahi ini hanya dimulai saat pembaptisan; orang Kristen hidup sehari-hari dengan Roh Allah.
Paulus menasihati jemaat Efesus untuk "dipenuhi dengan Roh" (5:18). Ini bukan pilihan; itu adalah perintah. Dipenuhi dengan Roh bukan sesuatu yang kita lakukan jika kita ingin menjadi super-rohani; itu adalah tanggung jawab setiap anak Allah yang sudah dilahirkan kembali. Kita harus dipenuhi dengan Roh.
Bagaimanakah kita bisa tahu jika kita sedang melaksanakan kewajiban ilahi ini? Apakah tanda-tanda mereka yang secara progresif sedang dipenuhi dengan Roh? Ayat 18 memberi kita perintah, dan ayat-ayat selanjutnya memberi kita tiga ciri-ciri yang mengidentifikasi orang percaya yang dipenuhi dengan Roh. Di dalam teks asli Yunani mereka diperlihatkan sebagai partisip, kata-kata yang menunjukkan tindakan yang berkelanjutan.
Apa sajakah tiga tanda petunjuk tentang kehidupan yang dipenuhi dengan Roh?
"Berkata-kata" Seorang Kepada Yang Lain Dengan Memuja. "Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani, bernyanyi dan membuat melodi dengan hatimu kepada Tuhan"(5:19).
Nyanyian kita mencerminkan kasih kita untuk Tuhan Allah; itu adalah ungkapan pemujaan kita. Itu adalah bagian dari ibadah yang penuh sukacita. Sukacita kita akan meluap dalam pujian kepada Allah. Jiwa kita ingin berseru keras dalam pemujaan dan ucapan syukur kepada Allah, Penebus kita.
Paulus mengatakan "berkata-kata" ini akan dilakukan dalam "mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani." Kita harus jangan menekan terlalu jauh perbedaan dalam istilah-istilah itu, namun pasti ada perbedaan tertentu. "Mazmur" adalah mazmur dari Perjanjian Lama, satu-satunya kitab nyanyian gereja mula-mula. Perintah Paulus adalah memuji Allah dengan kitab pujian-Nya sendiri yang terilham. Apapun suasana hati kita, apapun kesedihan atau sukacita kita, apapun masalah kita, kita dapat menemukan mazmur untuk mengungkapkan perasaan kita.
"Kidung pujian" adalah lagu pujian yang diarahkan kepada Allah. Kidung pujian adalah produksi khas Kristen, sedangkan mazmur masuk ke dalam gereja dari agama Yahudi.
"Lagu-lagu rohani" mungkin lagu-lagu yang kurang formal yang mengungkapkan kepercayaan, sukacita, dan ucapan syukur kita. Ini jauh lebih bersifat pribadi dibandingkan kidung pujian dan mazmur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Kita harus menyanyi dan membuat melodi dengan hati kita kepada Tuhan. Kata Yunani yang diterjemahkan "membuat melodi" sebenarnya berarti menyentuh akord hati ketika kita menyembah. Hati kita adalah sarana untuk memberikan pujian yang murni kepada Allah.
Motif kita untuk ibadah terlihat di dalam kata-kata "kepada Tuhan." Menyanyi bukan untuk meninggikan diri kita sendiri atau untuk melihat bagaimana indahnya kita dapat menyatukan bersama suara kita. Motif utama kita dalam berkata-kata dalam mazmur, kidung pujian, dan lagu-lagu rohani adalah untuk mendatangkan sikap hormat yang murni dan pujian kepada Penebus kita.
"Mengucap Syukur" Kepada Allah Dalam Penghargaan. "Selalulah mengucap syukur untuk segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah, yaitu Bapa" (5:20).
Sebagaimana menyanyi menunjukkan bagaimana kita berhubungan dengan Allah, ucapan syukur mencerminkan bagaimana kita berhubungan dengan keadaan kita. Ketika kita dipenuhi dengan Roh, kita akan bersyukur dalam segala hal.
Jenis ucapan syukur apakah ini? Ini adalah ucapan terima kasih yang arahnya benar: "Mengucap syukur … kepada Allah, yaitu Bapa." Meski beberapa orang berkata, "Saya beruntung hari ini," kita harus memberi pujian kepada Allah. Kita harus bersyukur, "selalu mengucap syukur . . . ."
Paulus melanjutkan, " … untuk segala sesuatu." Kita dapat dengan mudah berterima kasih kepada Allah untuk hal-hal yang baik yang terjadi dalam hidup kita. Bagaimana dengan kesulitan hidup? Kita mungkin tidak mengerti mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi seperti itu, tapi kita masih bisa percaya bahwa entah bagaimana kebaikan dapat timbul dari mereka.
Tundukkanlah Dirimu Seorang Kepada Yang Lain Dalam Hormat. "Tundukkanlah dirimu seorang kepada yang lain dalam hormat untuk Kristus" (5:21; NIV).
"Tunduk" melibatkan hubungan kita dengan satu sama lain. Ketika Paulus menulis, "tunduk" digunakan sebagai istilah militer. Secara harfiah itu berarti orang yang sederajat menempatkan dirinya di bawah orang lain yang sederajat. Itu tidak mengandung konotasi lebih rendah. Allah Anak tunduk kepada Allah Bapa. Ia sepenuhnya sama dengan Allah Bapa, tetapi Ia secara sukarela tunduk.
Para istri harus tunduk kepada suami mereka—tapi itu hanya tampilan luar dari prinsip itu. Mereka bukan satu-satunya yang diajarkan untuk mempraktikkan ketundukan. Ketundukan adalah untuk setiap orang Kristen. Pada tingkatan di mana kita dengan rendah hati tunduk kepada saudara-saudari kita di dalam Kristus, itu adalah tingkatan yang sama yang untuk itu kita dipenuhi dengan Roh. Beberapa saudara goyah dalam kehidupan Kristen mereka karena mereka menuntut hak-hak mereka. Selama seseorang menuntut hak-haknya sendiri, ia tidak dapat berserah kepada kendali Roh. Kita telah mati terhadap diri sendiri (lihat Galatia 2:20). Hak apakah yang orang mati miliki?
Mengapakah orang Kristen bersedia menempatkan dirinya di bawah kuasa orang Kristen lainnya? Untuk melayani dia. Beberapa orang ingin dirinya dipenuhi dengan Roh tetapi tidak ingin mengalami kesulitan dalam membantu orang lain dalam nama Yesus. Paulus berkata, "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (2 Korintus 4:5). Kita harus saling melayani satu sama lain dalam kasih.
Paulus berkata, "Tundukanlah dirimu seorang kepada yang lain dalam hormat untuk Kristus" (NIV). Kita saling menundukkan diri oleh karena Yesus. Ia melayani orang lain; Ia menetapkan pola. Dipenuhi dengan Roh-Nya adalah sama dengan menjadi seperti Dia.
Kesimpulan. Ketika kita dipenuhi dengan Roh, dunia melihat siapa yang yang mendominasi dan menguasai kita. Kita bisa membiarkan mereka melihat ini melalui perkataan, ucapan syukur, dan ketundukan kita.
Chris Bullard
BIS: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah
agar "Seluruh alam, baik
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (Ef 1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Allah supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Allah itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Allah Bapa telah memilih umat-Nya, bagaimana Allah melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Allah itu dijamin oleh Roh Allah. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun agar kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Allah sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang istri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Allah melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.
Isi
- Pendahuluan
Ef 1:1-2 - Kristus dengan gereja-Nya
Ef 1:3-3:21 - Kehidupan yang baru sebagai orang Kristen
Ef 4:1-6:20 - Penutup
Ef 6:21-24
Ajaran: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh
Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah orang-orang pilihan Allah, atau kelompok orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Efesus. (Dan juga jemaat-jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Efesus terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian tentang arti Gereja yang benar.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Efesus
Pasal 1-3 (Ef 1:1-3:21).
Pengajaran tentang keselamatan orang-orang percaya
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa keselamatan orang-orang percaya sudah berada dalam rencana Allah, yaitu terhadap orang-orang yang dipilih-Nya dan orang-orang yang mau menerima anugerah-Nya di dalam Kristus dengan iman.
Pendalaman
Pasal 4-6 (Ef 4:6-6:9).
Pengajaran tentang kesatuan orang percaya dan cara-cara kehidupan sebagai orang percaya
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa setiap orang percaya sudah menjadi saudara karena dipersatukan di dalam Tuhan Yesus. Juga Paulus menjelaskan bagaimana orang-orang Kristen harus hidup di dalam gereja, keluarga dan masyarakat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ef 4:2-3,25-26,28-29,31-32. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan oleh orang percaya menurut nats ini?
- Bacalah pasal Ef 5:8-21. _Tanyakan_: Apakah yang membuktikan bahwa saudara anak-anak terang?
Pasal 6 (Ef 6:10-24). Pengajaran tentang perlengkapan rohani orang Kristen dalam mengikut Yesus
Pendalaman
- Mengapakah orang Kristen perlu menggunakan perlengkapan rohani yan Allah berikan?
- Siapakah musuh-musuh orang Kristen?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Efesus, jelaslah kita lihat bahwa orang-orang percaya adalah Gereja yang disebut juga Tubuh Kristus. Dan melalui Kitab ini juga dijelaskan tentang cara-cara kehidupan Gereja itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab Efesus?
- Siapakah yang dikatakan sebagai orang-orang percaya?
- Mengapakah orang (manusia) tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan usah atau perbuatannya?
Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untu
Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?
Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untuk gereja di Efesus saja. Surat ini mungkin semacam surat edaran yang ditulis untuk digunakan oleh berbagai kelompok Kristen di daerah Efesus dan sekitamya. Apa yang ditulis Paulus dalam surat ini dapat diterapkan oleh umat Allah pada umumnya dan tidak ditujukan untuk suatu gereja tertentu. Tidak ada salam pribadi. Mungkin surat ini sebenarnya yang dimaksud oleh Rasul Paulus dalam Kolose 4:16 sebagai 'surat dari Laodikia'. Tikhikus dipercayakan untuk menyampaikan surat ini kepada alamat yang dituju. (Efe 6:21, 22). Surat ini, seperti surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dan Kolose, ditulis dari dalam penjara dan tema utamanya ialah sifat, ciri-ciri dan tujuan dari gereja Kristen, yaitu terciptanya apa yang disebut 'masyarakat Allah yang baru'.
GEREJA DI EFESUS.
Paulus tinggal di Efesus selama 3 tahun (Kis 19:8, 10; 20:31). Efesus merupakan suatu kota yang banyak menyediakan sarana untuk penyembahan berhala. Kuil Dewi Diana (Artemis) terletak di kota itu. Di sana banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan ilmu sihir. Namun, waktu kita membaca surat ini kita tidak perlu mengetahui latar belakang gereja yang menjadi tujuan surat ini, karena isinya bersifat umum.
PESAN.
Surat ini tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang khusus, tetapi tujuannya adalah untuk meninggikan nama Yesus Kristus dan untuk menunjukkan pentingnya gereja Kristen sebagai alat Allah di dunia ini. Seperti halnya dengan surat-surat Paulus lainnya, doktrin yang diberikan disusul dengan penerapan praktis. Iman Kristen dan kehidupan Kristen harus berjalan secara seimbang. Surat ini ditutup dengan peringatan bahwa Kristen selalu berada dalam konflik yang terus-menerus dengan setan dan kuasa kejahatan, tetapi Allah telah memberikan senjata yang diperlukan untuk memampukan Kristen bertahan dalam menghadapi semua serangan musuh.
Pesan
1. Warisan kekayaan untuk dinikmati.o Tiga Pribadi Keallahan yang berperan dalam penyelamatan kita:
- Allah Bapa. Efe 1:4-6
- Allah Putra. Efe 1:7-12
- Allah Roh Kudus. 1: 13, 14
o Perhatikan permohonan doa Paulus bagi orang-orang Efesus
- untuk penerangan guna mengetahui sampai seberapa luas warisan kita. Efe 1:17-19
- untuk kuasa guna mengetahui sampai seberapa besar keagungan Allah. Efe 1:19-21
2. Kasih karunia dan damai sejahtera untuk dialami.
o Dari keadaan apa kita diselamatkan. Efe 2:1-3, 11, 12
o Oleh siapa kita diselamatkan. Efe 2:4-9, 13-18
o Untuk apa kita diselamatkan. 2:10, 19-22
3. Sumber-sumber rohani untuk dijajaki.
o Kekayaan yang tidak dapat dicari. Efe 3:8-13
o Kekuatan Ilahi. Efe 3:14-21
4. Persatuan rohani yang harus dipelihara.
o Sikap yang benar itu penting. Efe 4:1-3
o Dasar yang sama itu penting. Efe 4:4-6
o Persatuan dalam keanekaragaman harus dihadapi. 4:11
o Kedewasaan Kristen diharapkan. 4:13
5. Hubungan harmonis yang harus diusahakan.
o Terang sebagai ganti kegelapan. Efe 5:3-6
o Hikmat sebagai ganti kebodohan. Efe 5:15-17
o Kerohanian sebagai ganti hawa nafsu.Efe 5:18-20
o Kepatuhan sebagai ganti perdebatan.Efe 5:21-33
6. Senjata rohani untuk dipakai.
o Musuh yang kita hadapi. Efe 6:10-12
o Perlengkapan senjata yang kita punyai.Efe 6:13-20
Penerapan
Efesus mengajar kita tentang:
1. Betapa murah hati Allah
o dalam memberi kita seorang Penyelamat
o dalam mengirim kepada kita Roh Kudus
o dalam memberi jaminan kepada kita rumah surgawi
2. Betapa besar hak kita
untuk menjadi anggota keluarga Allah untuk mendapat bagian dalam Kerajaan Allah
3. Betapa kita perlu tenggang rasa
o dalam sikap kita terhadap orang lain
o dalam hubungan kita dengan orang lain
4. Betapa praktisnya kekristenan dalam hal
o perkawinan
o kedudukan sebagai orang-tua
o pekerjaan
5. Betapa nyatanya setan dalam
o pengaruhnya
o kegiatannya
6. Bagaimana kita perlu bersiap-siap
o dengan perlengkapan senjata Allah
o dengan doa
Tema-tema Kunci
1. Kasih karunia.
Kasih karunia merupakan kata kunci dalam Alkitab, sebab hal itu memperlihatkan sifat Allah yang memungkinkan adanya keselamatan bagi kita. Oleh karena dosa manusia, jika tidak ada kasih karunia, tidak akan ada pengharapan. Kasih karunia berarti hadiah yang diberikan cuma-cuma. Respons manusia terhadap kasih karunia ialah iman, tetapi ini pun diberikan oleh Allah kepada kita. Lihatlah khususnya Efe 2:1-10. Perhatikan bahwa kasih karunia selalu dipertentangkan dengan hukum Taurat (Rom 6:14). Pembenaran dimungkinkan oleh dua alasan, yaitu kasih karunia Allah (Rom 3:24) dan kematian Kristus (Rom 5:9).
2. Keesaan.
Paulus telah menjelaskan bahwa umat Allah di bawah perjanjian baru mengikutsertakan baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, dan sekarang ia menekankan perlunya kita memelihara keesaan sejati ini. Sebagai Kristen kita tidak dapat menciptakan keesaan oleh karena hal ini adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi kita diminta untuk memeliharanya. Kesatuan yang kita punyai tidaklah sama dengan keseragaman. Ada keanekaragaman karunia di antara umat Allah, tetapi hanya ada satu dasar kesatuan. Lihat juga pada perikop lain yang terbaik yang menekankan pentingnya kesatuan - Yohanes pasal 17.
3. Hubungan.
Kita tidak hidup di dalam suatu ruangan hampa, tetapi di dalam serentetan hubungan - di dalam rumah, dalam pekerjaan, di dalam gereja dan di dalam masyarakat pada umumnya. Iman Kristen kita terutama menyangkut hubungan-hubungan tersebut. Kita sering menemukan bahwa pada suatu saat, standar kehidupan menurut ajaran Alkitab bertentangan dengan standar kehidupan yang sementara ini diterima dalam masyarakat. Dalam kasus seperti itu kita harus lebih menaati Allah daripada manusia. Bandingkan perikop dalam Efesus tentang masalah ini dengan ayat-ayat yang serupa dalam Kolose. Juga perhatikan bagaimana dalam memilih pemimpin Kristen, masalah hubungan kekeluargaan sangat mendapat perhatian (1Tim 3:1-5; Tit 1:6-8).
4. Konflik.
Paulus menyebut seorang Kristen sebagai prajurit (2 Tim. 2:3, 4). Baginya selalu berlangsung peperangan, dan Kristen benar-benar terlibat di dalamnya. Alkitab tidak pernah meragukan keberadaan setan. Setan begitu nyata dalam pengalaman Tuhan Yesus,dan nyata juga bagi para murid.Dalam Efesus Paulus mengingatkan kita tentang kecerdikan musuh itu.Kita tidak dapat menghadapinya tanpa senjata atau tanpa perlindungan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan Iblis yang ditunjukkan oleh Kristus - Matius 4:1-11; 12:24; 13:39; 25:41; Lukas 8:12; 10:18; Yohanes 8:44.
Garis Besar Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) [1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2
[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:
[1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:22
Efe 1:3-6 | Dipilih untuk suatu maksud |
Efe 1:7-14 | Diselamatkan untuk suatu maksud |
Efe 1:15-23 | Diterangi untuk suatu maksud |
Efe 2:1-10 | Dihidupkan untuk suatu maksud |
Efe 2:11-22 | Didamaikan untuk suatu maksud |
[3] SUATU MISTERI YANG DISINGKAPKAN Efe 3:1-21
Efe 3:1-6 | Orang-orang yang bukan Yahudi juga diikutsertakan |
Efe 3:7-12 | Pelayanan Paulus yang strategis |
Efe 3:13-21 | Pengertian penuh sangat penting |
[4] SIFAT GEREJA Efe 4:1-32
Efe 4:1-6 | Dipersatukan di dalam Roh |
Efe 4:7-12 | Diberkati dengan karunia-karunia Roh |
Efe 4:13-16 | Diperlengkapi untuk bertumbuh |
Efe 4:17-24 | Diperbarui ciri-cirinya |
Efe 4:25-32 | Diubahkan penampilannya |
[5] CIRI-CIRI, TINGKAH LAKU DAN KONFLIK KRISTEN Efe 5:1-6:24
Efe 5:1-20 | Mengikut Kristus |
Efe 5:21-6:9 | Hidup dengan sesama |
Efe 6:10-24 | Menghadapi musuh |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi