Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ref. Silang FULL -> Yak 1:22
· pelaku firman: Mat 7:21; [Lihat FULL. Mat 7:21]; Yak 2:14-20
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yak 1:19-27
Matthew Henry: Yak 1:19-27 - Menekan Sifat-sifat yang Bobrok; Kewajiban Pendengar; Ibadah dalam Perbuatan Nyata Menekan Sifat-sifat yang Bobrok; Kewajiban Pendengar; Ibadah dalam Perbuatan Nyata (1:19-27)
Dalam bagian pasal ini kita dituntut,
I. Untuk ...
Menekan Sifat-sifat yang Bobrok; Kewajiban Pendengar; Ibadah dalam Perbuatan Nyata (1:19-27)
- Dalam bagian pasal ini kita dituntut,
- I. Untuk menahan bekerjanya amarah. Kita harus mempelajari hal ini dalam penderitaan. Dan kita akan belajar jika kita sungguh-sungguh dilahirkan kembali oleh firman kebenaran. Sebab memang demikianlah hubungannya – roh yang mudah marah cepat terpancing melakukan hal-hal jahat karena penderitaan, dan berbagai kesalahan serta pemikiran yang buruk akan merajai dengan bekerjanya sifat-sifat kita sendiri yang keji dan hina. Tetapi anugerah Allah yang memperbaharui dan firman Injil mengajar kita untuk menaklukkan semuanya ini: Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah (ay. 19). Perkataan ini bisa merujuk,
- 1. Pada firman kebenaran yang dibicarakan dalam ayat sebelumnya (ay. 18). Jadi kita dapat mencermati, bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk mendengarkan firman Allah, dan mengerahkan pikiran untuk memahaminya, daripada berbicara menuruti khayalan kita sendiri atau pendapat-pendapat orang lain, lalu menjadi panas dan marah karenanya. Janganlah kesalahan-kesalahan seperti pemikiran bahwa Allahlah yang menyebabkan dosa, engkau sebutkan dengan tergesa-gesa, apalagi dengan marah (begitu pula dengan kesalahan-kesalahan lain). Tetapi bersiaplah untuk mendengar dan mempertimbangkan apa yang diajarkan firman Allah dalam semua hal itu.
- 2. Perkataan ini dapat diterapkan pada penderitaan dan cobaan yang dibicarakan pada awal pasal ini. Maka kita dapat mencermati, bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk mendengarkan bagaimana Allah menjelaskan pemeliharaan-pemeliharaan-Nya, dan apa yang Ia maksudkan dengannya, daripada berkata seperti Daud dengan tergesa-gesa, aku binasa. Atau seperti yang dikatakan Yunus dalam amarahnya, pantas saja aku marah. Daripada mencela Allah dalam cobaan-cobaan kita, marilah kita membuka telinga dan hati untuk mendengarkan apa yang ingin Ia katakan kepada kita.
- 3. Perkataan ini dapat dipandang merujuk pada perselisihan dan perbedaan yang terjadi di antara orang-orang Kristen sendiri, di masa-masa pencobaan pada waktu itu. Dengan demikian, bagian pasal ini dapat dipandang tidak mempunyai hubungan apa pun dengan apa yang dikatakan sebelumnya. Di sini kita dapat mencermati bahwa, setiap kali muncul perbedaan di antara orang-orang Kristen, tiap-tiap pihak harus bersedia mendengarkan pihak lain. Sering kali orang memegang pendapat mereka sendiri dengan kaku karena mereka tidak mau mendengar apa yang dikatakan orang lain untuk melawan mereka. Sementara kita harus cepat untuk mendengar alasan dan kebenaran dari semua sisi, dan lambat untuk mengatakan apa saja yang dapat menghalang-halanginya. Dan, apabila memang kita harus berbicara, janganlah ada amarah dalam kata-kata kita, sebab jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman. Karena surat ini dimaksudkan untuk memperbaiki berbagai macam kekacauan yang terjadi di antara orang-orang Kristen, maka perkataan ini, cepat untuk mendengar, lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah, dapat ditafsirkan dengan sangat baik menurut penjelasan yang terakhir ini. Dan lebih jauh lagi kita dapat mencermati dari perkataan itu bahwa, jika orang mengekang lidah, mereka juga harus menahan amarah. Ketika Musa pahit hati, ia teledor dengan kata-katanya. Jika kita lambat untuk berkata-kata, kita juga harus lambat untuk marah.
- II. Diberikan alasan yang sangat baik untuk menahan amarah: Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah (ay. 20). Seolah-olah Rasul Yakobus berkata, “Sementara orang sering kali mengaku berapi-api demi Allah dan kemuliaanNya, dalam amarah mereka, hendaklah mereka sadar bahwa Allah tidak membutuhkan amarah siapa pun. Kepentingan-Nya terlayani dengan lebih baik oleh kelemahlembutan daripada oleh amarah dan kegeraman.” Salomo berkata, perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh (Pkh. 9:17). Dr. Manton di sini berbicara tentang beberapa anggota sidang jemaat, “Jika kita cepat untuk mendengar sesigap ketika kita hendak berbicara, maka akan ada lebih sedikit kemarahan, dan lebih banyak manfaat dalam pertemuan-pertemuan kita. Saya ingat ketika seorang pengikut Manikhea berdebat dengan Augustinus, dengan suara ribut dan tidak sabar orang itu berteriak-teriak, Dengar aku! dengar aku! Sang bapa gereja menjawab dengan biasa-biasa saja, Nec ego te, nec tu me, sed ambo audiamus apostolum – bukan aku yang harus mendengar engkau, bukan pula engkau yang harus mendengar aku, tetapi marilah kita berdua mendengarkan Rasul Yakobus.” Hal terburuk yang bisa kita bawa ke dalam perdebatan agama adalah amarah. Amarah, sekalipun memakai alasan bahwa itu demi keadilan dan kebenaran, tidak boleh dipercaya. Amarah merupakan sifat manusia, dan amarah manusia bertentangan dengan kebenaran Allah. Orang yang mengaku-ngaku memajukan kepentingan Allah dengan cara ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengenal Allah ataupun kepentinganNya. Amarah ini harus terutama kita jaga apabila kita sedang mendengarkan firman Allah. Lihat 1-2.
- III. Kita dipanggil untuk menekan sifat-sifat lain yang bobrok, selain sifat cepat marah: Buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu (ay. 21). Kata yang di sini diterjemahkan dengan segala sesuatu yang kotor itu berarti nafsu-nafsu yang paling keji dan cemar. Sementara kata yang diartikan sebagai kejahatan yang begitu banyak itu dapat dipahami sebagai kebencian atau kefasikan rohani lain yang melimpah ruah. Dengan ini kita, sebagai orang Kristen, diajar untuk waspada, dan menyingkirkan bukan hanya kecenderungan hati dan sifat yang lebih kotor dan bersifat kedagingan yang membuat orang dikatakan kotor, melainkan juga semua kekacauan dalam hati yang bobrok, yang akan mencondongkannya melawan firman dan jalan-jalan Allah. Amatilah,
- 1. Dosa adalah sesuatu yang mencemarkan. Dosa disebut sebagai kekotoran itu sendiri.
- 2. Ada sangat banyak kejahatan dalam diri kita, yang harus kita waspadai. Ada kejahatan yang begitu banyak.
- 3. Menahan sifat-sifat jahat saja tidak cukup, kita juga harus membuangnya, atau menyingkirkannya dari diri kita. Engkau akan membuangnya seperti kain cemar sambil berkata kepadanya: “Keluar!” (Yes. 30:22).
- 4. Hal ini harus kita lakukan bukan hanya untuk dosa-dosa lahiriah, dan kekejian-kekejian yang lebih besar, melainkan juga untuk semua dosa pikiran dan perasaan, dan juga dosa perkataan dan perbuatan. Pasan rhyparian – segala sesuatu yang kotor, segala sesuatu yang bobrok dan berdosa.
- 5. Perhatikanlah, dari bagian-bagian sebelumnya dalam pasal ini, menyingkirkan segala sesuatu yang kotor merupakan apa yang dituntut dalam masa pencobaan dan penderitaan, dan hal yang penting untuk menghindari kesalahan, serta untuk menerima dan memanfaatkan firman kebenaran dengan benar. Sebab,
- IV. Di sini kita diajar secara penuh, walaupun singkat, tentang mendengarkan firman Allah.
- 1. Kita diminta untuk mempersiapkan diri dalam mendengarkan firman Allah (ay. 21), untuk menjauhkan diri dari segala sifat dan perasaan bobrok, segala kecenderungan dan keinginan merusak, dan untuk menyingkirkan dosa-dosa yang membuat kita tidak bisa menilai dengan benar dan membutakan pikiran. Segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu, yang dijelaskan sebelumnya, harus terutama ditundukkan dan dibuang, oleh siapa saja yang mendengarkan sabda Injil.
- 2. Kita diarahkan bagaimana mendengarkan firman Allah: Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
- (1) Ketika mendengarkan firman Allah, kita harus menerimanya, menyetujui kebenaran-kebenarannya, dan mengikuti hukum-hukumnya. Kita harus menerimanya seperti batang menerima cangkokan, sehingga buah yang dihasilkan bukan mengikuti sifat batang yang asam, tetapi mengikuti sabda Injil yang tertanam dalam jiwa kita.
- (2) Oleh sebab itu, kita harus menyerahkan diri kepada firman Allah, dengan tunduk sepenuhnya, rendah hati, dan taat: inilah yang dimaksudkan dengan menerimanya dengan lemah lembut. Kita harus bersedia mendengar kesalahan-kesalahan kita, dan menerimanya bukan hanya dengan sabar, melainkan juga dengan penuh syukur, sambil menginginkan untuk diarahkan dan dibentuk oleh ajaran dan sabda Injil.
- (3) Setiap kali kita mendengar, kita harus menjadikan keselamatan jiwa kita sebagai tujuan. Adalah maksud firman Allah untuk memberi kita hikmat dan menuntun kita kepada keselamatan. Barangsiapa memiliki maksud-maksud yang lebih hina atau rendah dari pada itu ketika mendengarkan firman Allah, maka ia menghina Injil dan mengecewakan jiwanya sendiri. Kita harus mendatangi firman Allah (baik untuk membaca maupun mendengarkannya) seperti orang yang mengetahui bahwa firman Allah itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Rm. 1:16).
- 3. Kita diajarkan tentang apa yang harus dilakukan setelah mendengar (ay. 22): Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Perhatikanlah di sini,
- (1) Kita mendengar supaya melakukan. Sering mendengarkan firman Allah atau mendengarkan dengan penuh perhatian tidak akan bermanfaat bagi kita jika tidak disertai dengan melakukannya. Sekalipun kita mendengar khotbah setiap hari dalam seminggu, dan malaikat dari sorga adalah pengkhotbahnya, namun jika kita berhenti hanya pada mendengar, itu tidak akan pernah membawa kita ke sorga. Oleh sebab itu, Rasul Yakobus sangat menegaskan hal ini (dan, tanpa diragukan lagi, adalah hal yang penting tanpa bisa ditawar-tawar lagi) bahwa kita harus melakukan apa yang kita dengar. “Harus ada pengamalan di dalam batin dengan merenung, dan pengamalan dalam bentuk perbuatan yang bisa dilihat bila kita memang sungguh-sungguh mau taat kepada firman” (Baxter). Tidak cukup hanya mengingat apa yang kita dengar dan bisa mengulanginya, memberikan kesaksian untuknya, memujinya, menuliskannya, dan memelihara apa yang kita tulis. Yang membuat semuanya ini lengkap, dan yang akan memahkotainya, adalah bahwa kita juga harus menjadi pelaku firman. Amatilah,
- (2) Orang yang hanya mendengar berarti menipu diri sendiri. Dalam bahasa aslinya, paralogizomenoi, yang berarti orang yang mencari-cari alasan bagi dirinya sendiri. Jalan pikiran mereka jelas-jelas menipu dan keliru, apabila mereka menyangka bahwa satu bagian dari pekerjaan mereka membuat mereka terlepas dari kewajiban yang harus mereka lakukan untuk bagian yang lain. Atau apabila mereka meyakinkan diri sendiri bahwa mengisi kepala dengan gagasan-gagasan itu sudah cukup, meskipun hati mereka kosong dari perasaan-perasaan dan tekad yang baik, dan hidup mereka tidak membuahkan perbuatan-perbuatan baik. Menipu diri pada akhirnya akan didapati sebagai tipuan terburuk.
- 4. Rasul Yakobus menunjukkan bagaimana semestinya memanfaatkan firman Allah, seperti apa itu orang yang tidak memanfaatkannya seperti seharusnya, dan seperti apa itu orang yang memang memanfaatkannya dengan benar (ay. 23-25). Mari kita lihat masing-masing secara bergantian.
- (1) Bagaimana semestinya memanfaatkan firman Allah dapat dipelajari dengan membandingkannya dengan cermin, di mana orang bisa mengamati-amati mukanya yang sebenarnya. Seperti cermin menunjukkan kepada kita noda-noda dan kotoran yang melekat pada wajah kita, supaya bisa diobati dan dibersihkan, demikian pula firman Allah menunjukkan kepada kita dosa-dosa kita, supaya kita bertobat darinya dan mendapat pengampunan. Firman Allah menunjukkan kepada kita apa yang salah, supaya bisa diperbaiki. Ada cermin yang hanya akan menyanjung orang. Tetapi apa yang betul-betul merupakan firman Allah bukanlah cermin yang menyanjung. Jika engkau menyanjung diri, itu salahmu sendiri. Kebenaran, yang nyata dalam Yesus, tidak menyanjung siapa-siapa. Hendaklah firman kebenaran diperhatikan betul-betul, maka firman itu akan menunjukkan kepadamu kebobrokan sifatmu, kekacauan hati dan hidupmu. Firman itu akan memberi tahu engkau dengan jelas siapa engkau. Rasul Paulus menggambarkan dirinya tidak peka terhadap kebobrokan sifatnya sampai ia melihat dirinya dalam cermin hukum Taurat (Rm. 7:9): “Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Yaitu, aku menganggap diriku benar, dan memandang diriku bukan hanya bersih, melainkan juga indah, dibandingkan dengan dunia pada umumnya. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, ketika cermin hukum dihadapkan padaku, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati. Maka aku melihat noda dan cela, dan menemukan apa yang salah dalam diriku yang tidak aku sadari sebelumnya. Demikianlah kuasa hukum, dan dosa, sehingga aku melihat diriku dalam keadaan mati dan terkutuk.” Dengan demikian, apabila kita memperhatikan firman Allah, sehingga dapat melihat diri kita sendiri, keadaan dan kondisi kita yang sebenarnya, dapat memperbaiki apa yang salah, dan memperbaharui diri kita melalui cermin firman Allah, inilah yang dimaksud dengan memanfaatkan firman Allah dengan benar.
- (2) Di sini kita mendapati uraian tentang orang-orang yang tidak memanfaatkan cermin firman ini sebagaimana mestinya: Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya (ay. 24). Ini adalah gambaran sebenarnya tentang orang yang mendengar firman Allah tetapi tidak melaksanakannya. Betapa ada banyak orang yang, ketika duduk mendengarkan firman, terjamah dan menyadari keberdosaan mereka, kesengsaraan mereka, dan bahaya yang mengintai diri mereka, mengakui jahatnya dosa, dan kebutuhan mereka akan Kristus. Namun demikian, setelah mereka mendengar, semuanya terlupakan, semua rasa insaf menghilang, perasaan-perasaan yang baik lenyap, dan berlalu seperti air banjir: ia segera lupa. “Firman Allah (seperti yang dikatakan Dr. Manton) menyingkapkan bagaimana kita dapat menyingkirkan dosa-dosa kita, dan menghiasi serta memakaikan kebenaran Yesus Kristus pada jiwa kita. Maculæ sunt peccata, quæ ostendit lex; aqua est sanguis Christi, quem ostendit evangelium – Dosa-dosa kita adalah noda-noda yang disingkapkan oleh hukum Taurat. Darah Kristus adalah bejana pembasuh yang ditunjukkan Injil.” Tetapi sia-sialah kita mendengarkan firman Allah, dan melihat di depan cermin Injil, jika kita segera pergi, lalu melupakan noda-noda kita, dan bukannya membasuhnya. Sia-sialah juga jika kita melupakan obat penawar kita, dan bukannya malah menggunakannya. Inilah contoh orang yang tidak mendengarkan firman sebagaimana mestinya.
- (3) Digambarkan juga, dan dinyatakan sebagai berbahagia, orang yang mendengar dengan benar, dan yang memanfaatkan cermin firman Allah seperti seharusnya (ay. 25): Barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, dst. Amatilah di sini,
- [1] Injil adalah hukum yang memerdekakan, atau seperti Tuan Baxter mengungkapkannya, hukum yang membebaskan, yang memerdekakan kita dari hukum Yahudi, dan dari dosa dan kebersalahan, dari murka dan maut. Hukum keupacaraan adalah kuk perbudakan, sedangkan Injil Kristus adalah hukum yang memerdekakan.
- [2] Injil adalah hukum yang sempurna. Tidak bisa ditambah-tambahi lagi dengan apa pun.
- [3] Dalam mendengarkan firman, kita meneliti hukum yang sempurna ini. Kita mencari nasihat dan bimbingan darinya. Kita meneliti, supaya dari situ kita dapat menilai diri sendiri.
- [4] Kita baru dikatakan meneliti hukum yang memerdekakan seperti seharusnya apabila kita bertekun di dalamnya, yaitu “apabila kita tinggal terus mempelajarinya, sampai hukum itu mewujud dalam kehidupan rohani, tertanam dan tercerna dalam diri kita” (Baxter). Ini artinya apabila kita tidak melupakannya, tetapi melaksanakannya sebagai pekerjaan dan urusan kita, selalu menempatkannya di hadapan kita, dan menjadikannya pedoman bagi perilaku kita senantiasa, dan membiarkannya membentuk sikap pikiran kita.
- [5] Orang yang berbuat demikian, dan bertekun di dalam hukum dan firman Allah, sudah dan akan berbahagia oleh perbuatannya. Diberkati dalam segala jalannya, menurut Mazmur pertama, yang menurut sebagian orang dirujuk Rasul Yakobus di sini. Orang yang merenungkan Taurat Allah, dan berjalan menurutinya, kata sang pemazmur, apa saja yang dibuatnya berhasil. Dan orang yang bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukan pekerjaan yang ditetapkan untuknya oleh firman Allah, kata Rasul Yakobus, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Ada sebagian orang yang berdalih bahwa di sini jelas ada bagian Kitab Suci yang membuktikan bahwa kita diberkati karena perbuatan-perbuatan baik kita. Akan tetapi Dr. Manton, untuk menanggapi dalih tersebut, meminta pembaca untuk memperhatikan ketepatan ungkapan Kitab Suci. Rasul Yakobus tidak berkata, karena perbuatannyalah orang diberkati, melainkan dalam perbuatannya (KJV). Perbuatan baik adalah jalan di mana kita pasti akan menemukan diri dalam keadaan diberkati, tetapi perbuatan itu bukan penyebab keadaan itu. Keterberkatan ini tidak diperoleh dalam mengetahui, melainkan dalam melaksanakan kehendak Allah. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya (Yoh. 13:17). Bukan berbicara, melainkan berjalan, itulah yang akan membawa kita ke sorga.
- V. Selanjutnya Rasul Yakobus memberi tahu kita bagaimana kita dapat membedakan antara ibadah yang sia-sia dan apa yang murni dan berkenan kepada Allah. Sungguh besar dan panas perdebatan-perdebatan yang ada di dunia mengenai masalah ini: ibadah apa yang palsu dan sia-sia, dan apa yang benar dan murni. Saya berharap orang mau membiarkan Kitab Suci dalam hal ini menentukan masalahnya. Dan di sini dengan jelas dan tegas dinyatakan,
- 1. Apa itu ibadah yang sia-sia: Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. Di sini ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
- (1) Dalam ibadah yang sia-sia ada banyak hal yang dipamerkan, dan orang bertingkah sedemikian rupa supaya tampak saleh di mata orang lain. Hal ini, menurut saya, disebutkan sedemikian rupa supaya kita memusatkan perhatian pada kata tampak. Apabila orang lebih peduli untuk tampak saleh daripada yang sebenarnya, itu pertanda bahwa ibadah mereka hanyalah sia-sia. Bukan berarti bahwa ibadah dengan sendirinya merupakan hal yang sia-sia (orang berbuat sangat tidak adil terhadap ibadah jika mereka berkata, adalah sia-sia beribadah kepada Allah). Tetapi bisa saja orang menjadikan ibadah itu sebagai hal yang sia-sia, jika mereka hanya tampak saleh dari luar, tetapi tidak memiliki kuasanya.
- (2) Dalam ibadah yang sia-sia ada banyak celaan, cercaan, dan perbuatan mengecilkan orang lain. Yang terutama dimaksud dengan tidak mengekang lidah di sini adalah tidak menahan diri dari kejahatan-kejahatan lidah ini. Apabila kita mendengar orang mudah membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain, atau mengecam mereka sebagai terlibat dalam aib-aib tertentu, atau merendahkan hikmat dan kesalehan orang-orang di sekitar mereka, supaya mereka sendiri bisa tampak lebih bijak dan lebih baik, ini pertanda bahwa ibadah mereka hanyalah sia-sia. Orang yang lidahnya suka merendahkan pasti tidak memiliki kerendahan dan kemurahan hati. Orang yang senang menyakiti sesamanya sia-sia saja mengaku mengasihi Allah. Oleh sebab itu, lidah yang suka mencerca akan membuktikan bahwa ia orang munafik. Mencela adalah dosa yang menyenangkan, suatu penyakit yang sangat alami, dan karena itu menunjukkan orang dalam keadaannya yang alami. Dosa-Dosa lidah ini adalah dosa besar di zaman ketika Rasul Yakobus menulis suratnya ini (seperti yang ditunjukkan dalam bagian-bagian lain dari surat ini), dan merupakan pertanda kuat dari ibadah yang sia-sia (tegas Dr. Manton) jika ibadah itu bisa terbawa-bawa oleh kejahatan zaman. Ini sudah menjadi dosa terkemuka dari orang-orang munafik, bahwa semakin kuat keinginan mereka untuk menampakkan diri sebagai orang baik, semakin leluasa mereka mencela dan mempergunjingkan orang lain. Ada hubungan yang begitu cepat antara lidah dan hati sehingga hati bisa diketahui dari lidah, dan begitu pula sebaliknya. Atas dasar inilah Rasul Yakobus menjadikan perbuatan tidak mengekang lidah sebagai bukti yang pasti dan tidak diragukan lagi dari ibadah yang sia-sia. Tidak ada kekuatan atau kuasa di dalam ibadah yang tidak mampu membuat orang mengekang lidahnya.
- (3) Dalam ibadah yang sia-sia orang menipu hatinya sendiri. Ia terus saja mengecilkan orang lain, dan menjadikan dirinya tampak seperti orang hebat, sehingga pada akhirnya kesia-siaan ibadahnya mencapai puncak dengan tertipunya jiwanya sendiri. Apabila ibadah sudah menjadi hal yang sia-sia, betapa besarnya kesia-siaan itu!
- 2. Di sini dengan jelas dan tegas dinyatakan agama itu menyangkut hal-hal apa saja: Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah (ay. 27). Cermatilah,
- (1) Merupakan kemuliaan dari ibadah bahwa ia murni dan tidak bercacat, tidak bercampur baur dengan temuan-temuan manusia atau kebobrokan dunia. Ibadah-ibadah palsu dapat diketahui dari ketidakmurniannya dan perbuatannya yang tanpa kasih. Menurut pengertian Rasul Yohanes, setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya (1Yoh. 3:10). Sebaliknya, hidup yang kudus dan hati yang penuh kasih menunjukkan ibadah yang benar. Ibadah kita (tegas Dr. Manton) tidak dihiasi dengan upacara-upacara, melainkan kemurnian dan kasih. Dan beliau memberikan pengamatan yang baik bahwa ibadah yang murni harus tetap dijaga supaya tidak tercemar.
- (2) Ibadah itu murni dan tidak bercacat apabila memang demikian di hadapan Allah Bapa. Apa yang benar adalah yang benar di mata Allah, dan yang terutama mencari perkenanan-Nya. Agama yang benar mengajar kita untuk melakukan segala sesuatu seperti kita melakukannya di hadapan Allah, dan untuk mencari perkenanan-Nya, serta berusaha menyenangkan-Nya dalam segala tindakan kita.
- (3) Belas kasihan dan amal kepada orang miskin dan orang susah membentuk satu bagian yang amat besar dan penting dari ibadah yang benar: Mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. Mengunjungi di sini berarti segala macam bantuan yang dapat kita berikan kepada orang lain. Yatim piatu dan janda-janda disebutkan secara khusus di sini, karena pada umumnya mereka sangat mudah diabaikan atau ditindas. Tetapi yang harus kita pahami dengan mereka ini adalah semua orang yang pantas diberi amal, semua orang yang sedang kesusahan. Sungguh menakjubkan bahwa jika ibadah secara keseluruhan bisa dirangkum dalam dua butir, maka inilah jadinya: mengasihi dan melegakan orang yang menderita. Perhatikanlah,
- (4) Hidup yang tidak tercemar pasti mendampingi kasih dan amal yang tulus: Menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. Dunia mudah mencemarkan dan menodai jiwa, dan sulit untuk hidup di dalamnya, berurusan dengannya, dan tetap tidak bercela. Namun ini harus senantiasa kita usahakan. Dalam hal inilah terdapat ibadah yang murni dan tak bercacat. Perkara-perkara duniawi yang terlalu berlebihan akan menodai roh kita, jika kita banyak terlibat dengannya. Tetapi terlebih lagi dosa-dosa dan nafsu dunia akan mengotori dan menajiskan roh kita dengan sangat terkutuk. Rasul Yohanes merangkum semua yang ada di dalam dunia, yang tidak boleh kita cintai, dalam tiga hal berikut ini: keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Menjaga supaya tidak tercemar oleh kesemuanya ini berarti menjaga diri untuk tidak tercemar oleh dunia. Semoga Allah dengan anugerah-Nya menjaga baik hati maupun hidup kita supaya tetap bersih dari cinta terhadap dunia, dan dari godaan-godaan manusia duniawi dan fasik.
SH: Yak 1:22 - Pelaku firman (Sabtu, 17 Juli 2010) Pelaku firman
Apa yang layak terjadi dalam diri orang yang menyambut firman Allah? Hal konkret apa saja yang akan tercermin dalam kehidupan yang di d...
Pelaku firman
Apa yang layak terjadi dalam diri orang yang menyambut firman Allah? Hal konkret apa saja yang akan tercermin dalam kehidupan yang di dalamnya firman Allah diam dan beroperasi?
Menerima, menyambut, dan membuka diri bagi Firman yang Mahamulia itu tidak sama seperti orang menerima gagasan bagus filsuf, pujangga, atau cerdik cendekia! Orang bisa saja terkagum-kagum dengan ide hebat para pemikir, tetapi tak mengalami perubahan apa pun! Tidak mungkin itu terjadi pada orang yang di dalam hatinya "firman tertanam" dan menyelamatkan hidupnya (21). Apabila tidak berdampak ke dalam perbuatan, bila tidak terlihat pengaruh yang menyelamatkan, mengubah, menguduskan, dan menyerasikan dengan Allah, maka dalam sorotan perumpamaan benih dari Yesus, benih fir-man itu telah tidak diterima dengan benar. Tidak berakar dalam! Tidak sungguh tertanam!
Menerima dan memberlakukan firman Allah tidak sama dengan perjuangan para moralis! Kehidupan Kristen bukan sekadar berubah menjadi lebih baik dengan berjuang mematutkan hidup sesuai dengan tolok ukur Ilahi! Bukan! Jika selama ini Anda berpikiran dan berkelakuan demikian, Anda lebih mendekati para ahli Taurat dan orang Farisi daripada sungguh mengimani Yesus! Di dalam Injil Yesus Kristus yaitu firman yang diberitakan, dibaca, dan diam di dalam kita itu terkandung kuasa dahsyat Kristus yang siap beroperasi mewujudkan yang Ia kehendaki di dalam hidup kita! Firman itu mengubah hati dan budi kita; firman Kristus mendobrak kekerasan hati dan menumbuhkan kelembutan untuk dibentuk, untuk taat, untuk berubah dalam kuasa-Nya yang mengubahkan.
Beberapa dampak dahsyat perubahan oleh firman dipaparkan Yakobus dengan indah. Pertama, kita akan diubah jadi cepat mendengarkan firman, tetapi lambat mencelotehkan pikiran sendiri. Firman mengubah hasrat dan norma kita tak lagi egois. Kedua, firman memperkenalkan kita dengan kondisi diri kita secara jujur. Salah dan noda dibongkarnya tanpa kompromi. Namun kebenaran dan kemuliaan-Nya Dia ukirkan ke dalam kita, dengan menghasilkan kemauan dan usaha. Itu sebabnya kita harus menjadi pelaku firman!
SH: Yak 1:19-27 - Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya (Senin, 4 Juni 2001) Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya
"Jika padaku
ditanyakan apa akan kusampaikan dalam dunia yang penuh
dengan cobaan. Aku bersaksi dengan ...
Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya
"Jika padaku ditanyakan apa akan kusampaikan dalam dunia yang penuh dengan cobaan. Aku bersaksi dengan kata, tapi juga dengan karya menyampaikan kasih Allah yang sejati”. Syair lagu yang dimuat dalam Kidung Jemaat 432 ini mengingatkan tentang hal yang sesungguhnya harus Kristen lakukan, yaitu menjadi pendengar sekaligus pelaku firman Tuhan. Yakobus memberi penjelasan penting lainnya tentang arti berbahagia yang sesungguhnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua Kristen "berbahagia" mendengar penjelasan ini.
Ketidakbahagiaan ini lebih disebabkan oleh sikap penolakan diri untuk menjadi pelaku firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Penolakan ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuan melakukan tetapi karena ketidakmauan! Orang-orang yang seperti ini lebih senang menuruti kehendak hati dan kebenaran dalam persepsi diri sendiri daripada menuruti kehendak dan kebenaran Allah.
Menjadi pendengar atau pelaku bukanlah merupakan pilihan bagi Kristen dan hal ini tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yakni firman Tuhan. Jadi dapat dipastikan bahwa pernyataan dan peringatan Yakobus ini berhubungan erat dengan tema: “Kristen dan Firman-Nya”. Bagaimana Kristen tahu kebenaran dan prinsip-prinsip hidup Kristen yang sesuai dengan firman-Nya, selain dari membaca dan mendengar firman-Nya. Namun apa gunanya pengetahuan tanpa aplikasi? Tidak ada! Jika demikian pengetahuan tentang kebenaran ini seharusnya nyata dalam tindakan-tindakan dan perilaku yang bercermin dan mencerminkan firman-Nya. Kedua proses ini tidak berlaku sebaliknya atau dapat dipisahkan. Mendengar tanpa berbuat seperti orang yang bercermin tapi kemudian lupa apa yang dilihatnya. Sebaliknya tanpa membaca dan mendengar firman-Nya, orang tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menjadi pendengar dan pelaku firman akan membongkar sifat lama dan dosa yang masih menempel, dan menggantinya dengan sifat baru dan buah Roh.
Renungkan: Bagaimana kehidupan kekristenan Anda, berapa kali Anda bercermin kepada kebenaran firman-Nya namun kemudian melupakannya. Firman yang Anda baca, renungkan, dan gali setiap hari, sampai dimanakah fungsi kebenaran- Nya? Respons ketaatan yang akan membuka kesempatan agar kuasa firman-Nya menyempurnakan kita.
SH: Yak 1:19-27 - Kerohanian utuh (Selasa, 31 Juli 2007) Kerohanian utuh
Dampak pembaruan dan pengaruh operasi firman dalam kehidupan orang
Kristen harus menyangkut segala segi kehidupan. Tidak cukup
...
Kerohanian utuh
Dampak pembaruan dan pengaruh operasi firman dalam kehidupan orang Kristen harus menyangkut segala segi kehidupan. Tidak cukup mengakui diri beriman, sudah lahir baru, atau rajin mempelajari Alkitab. Itu semua harus diiringi oleh perilaku dan sikap sepadan.
Seorang Kristen menurut Yakobus adalah orang yang di dalam dirinya tertanam firman (1Ptr. 1:23). Firman Injil memperbarui hidup sehingga bukan hanya jadi pengetahuan, tetapi penghayatan kebenaran yang mewujud dalam perilaku sehari-hari. Misalnya dalam penggunaan lidah, firman menghendaki orang untuk lambat berbicara namun cepat mendengar (19). Kata-kata bisa jadi berkat, bisa juga mencelakakan. Perkataan yang tumpah ruah tidak akan berbuahkan kebenaran. Berkata-kata dengan benar adalah bentuk ibadah sejati (26). Pengendalian dalam berbicara terjadi bila orang tidak mengikuti emosi, khususnya amarah (20). Menaati firman juga mengakibatkan pertobatan yang terus menerus (21). Membuang segala dosa dan memberlakukan kebenaran harus terjadi sepanjang hidup orang beriman (21).
Oleh Yakobus firman disebut "hukum", maka firman perlu menguasai hidup orang percaya (25). Maksudnya, orang bukan sekadar tahu tetapi menjadikan firman sebagai prinsip hidup, norma mutlak yang sepenuhnya ditaati (23-25). Firman akan mendorong orang percaya melakukan ibadah yang murni, yaitu melayani yatim piatu dan para janda (27). Kelompok itu harus diperhatikan dalam rangka kesaksian kepada sekitar. Semua itu adalah ibadah yang murni dalam kehidupan yang mengalami pembaruan terus menerus.
Kesungguhan kita beriman kepada Kristus tercitra saat firman-Nya menjadi nyata dalam kehidupan: saat tingkah laku kita menjadi berkat bagi sesama dan pelayanan kita menjangkau orang yang memerlukan kasih Allah. Semuanya itu tak boleh tererosi meskipun keadaan tidak memihak kita. Juga bukan dengan alasan yang menguntungkan pribadi, melainkan karena kita telah mengalami penebusan-Nya.
SH: Yak 1:19-27 - Apa Arti Mendengar? (Sabtu, 14 Agustus 2021) Apa Arti Mendengar?
Kepada kita diajarkan bahwa mendengarkan dan melakukan itu berbeda. Banyak orang mengatakan, "Percuma kamu kalau cuma mendengarka...
Apa Arti Mendengar?
Kepada kita diajarkan bahwa mendengarkan dan melakukan itu berbeda. Banyak orang mengatakan, "Percuma kamu kalau cuma mendengarkan, tapi nggak melakukan." Selain itu, ada juga yang membedakan antara ucapan dan perbuatan. Lalu, muncul istilah NATO (No Action Talk Only). Apakah Alkitab juga membedakan keduanya?
Yakobus mengajak jemaat cepat mendengar, dan lambat untuk marah (19), serta mengerjakan kebenaran. Jemaat diajak untuk menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja (22). Orang yang mendengar, tetapi tidak melakukan, menipu dirinya sendiri. Ia seperti orang yang lupa wajahnya sendiri setelah bercermin (24). Akan tetapi, orang yang meneliti hukum yang memerdekakan, bertekun di dalamnya, dan sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia (25). Ketika melakukan firman, orang berproses untuk mengenali dirinya secara benar.
Bangsa Israel melihat Torah seperti cermin yang dapat menunjukkan perbuatan jahat seseorang. Salah satu bentuk ketaatan akan Torah adalah menjaga perkataan. Namun, perbuatan yang sangat jahat adalah mengucapkan perkataan jahat, yang dalam bahasa Ibrani disebut lashon hara. Dalam konteks ajakan Yakobus terdapat anjuran perbuatan untuk menjaga kemurnian kita, yaitu memerhatikan janda dan yatim piatu.
Pesan firman Tuhan hari ini adalah supaya kita menjadi pelaku firman. Tuhan menghendaki kita taat. Ketaatan dinyatakan lewat sikap hati-hati dalam berkata-kata dan berbuat. Dia juga menghendaki supaya kita menjaga kemurnian dengan tindakan aktif memerhatikan janda dan anak yatim piatu.
Menjaga diri supaya tidak mengucapkan perkataan jahat memang tidak mudah. Kadang kita tak sadar melakukannya. Sebaiknya kita perlu bertanya kepada teman dekat kita, perkataan apa saja yang pernah melukainya? Kita perlu berlatih untuk tidak melukai teman kita dengan perkataan jahat.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk dapat mengekang lidah kita dari mengeluarkan perkataan jahat yang melukai orang lain. [JHN]
Baca Gali Alkitab 7
Perkataan "cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (19) merefleksikan belas kasihan Allah dalam relasi kita dengan orang lain. Yakobus menegaskan pentingnya menjadi "pelaku firman" (22-25). Kepedulian terhadap orang-orang yang membutuhkan ditunjukkan secara positif dengan tindakan memberi pertolongan (27).
Dari Yakobus kita belajar memahami tentang dunia. Kata dunia selain sering muncul dalam surat Yakobus, juga sering muncul dalam Injil Yohanes dan surat 1 Yohanes. Bagi Yakobus, dunia adalah kata yang negatif. Kata dunia menunjuk bukan kepada ciptaan Allah, melainkan kepada sistem nilai dari manusia yang menolak Allah.
Selain itu, Yakobus mempunyai pendapat yang menarik bagi orang-orang miskin. Ia berpendapat bahwa orang miskinlah yang paling dekat dengan hati Allah. Namun di balik itu, pesan yang hendak disampaikan Yakobus adalah panggilan untuk kemurnian hati dan kesetiaan yang tidak terbagi terhadap kehendak Allah.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa nasihat Yakobus supaya jiwa orang percaya diselamatkan? (19-21)
2. Gaya hidup seperti apakah yang dianjurkan Yakobus kepada orang percaya? (22-25)
3. Bagaimana pandangan Yakobus tentang ibadah sejati? (26-27)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Larangan apa saja yang disampaikan oleh Rasul Yakobus?
2. Perintah apa saja yang diberikan oleh Rasul Yakobus?
Apa respons Anda?
1. Bagaimana seharusnya orang percaya bersikap terhadap kekayaan dan kemiskinan?
2. Bagaimana semestinya kita bersikap terhadap perbedaan status sosial warga jemaat, atau orang lain?
Pokok Doa:
Memohon Tuhan mengajar dan menguatkan kita bersabar dalam mengasihi sesama yang membutuhkan pertolongan.
Galilah -> Yak 1:22-25
Galilah: Yak 1:22-25 - Jadilah pelaku Firman Yakobus 1:22-25 Sub Tema: Jadilah pelaku Firman
Tetapi jadilah pelaku firman dan bukan hanya pendengar, yang menipu diri sendiri. Sebab jika seorang...
Yakobus 1:22-25 Sub Tema: Jadilah pelaku Firman
Tetapi jadilah pelaku firman dan bukan hanya pendengar, yang menipu diri sendiri. Sebab jika seorang adalah pendengar firman dan bukan pelaku, dia seperti orang yang mengamati mukanya yang sebenarnya di cermin, karena dia melihat dirinya, keluar dan langsung lupa rupanya. Tetapi orang yang meneliti hukum kemerdekaan yang sempurna, dan tetap melakukannya –bukan sebagai pendengar yang lupa, melainkan sebagai pelaku yang bertindak - orang ini akan berbahagia dalam perbuatannya.
ay. 22 Jadilah – Perintah ini bersifat terus menerus, yaitu mendorong mereka untuk makin lama, makin menjadi pelaku firman.78
Yang menipu diri sendiri – Menipu di sini bersifat terus menerus,79 yaitu terus menipu diri sendiri.
ay. 23 Adalah –Kata eimi (adalah) di sini bersifat terus menerus,80 terikat pada kata pendengar dan juga pelaku. Jadi disimpulkan bahwa ayat ini bicara mengenai kebiasaan. Yakobus sangat jelas di 3:2 bahwa orang tidak selalu mentaati firman, tetapi di ay. 23 ini, kita melihat orang yang terus saja tidak peduli mengenai kehendak Allah.
Dia seperti orang yang mengamati mukanya yang sebenarnya di cermin – Bagian ini bicara secara umum mengenai orang yang mengamati mukanya. Baru di ayat berikut kita melihat masalahnya.
ay. 24 Melihat– Kata katanoeo berarti mengamati, melihat.81 Imbuhan dari kata ini boleh memberi kesan bahwa orang ini tidak lama melihat dirinya, atau tidak terlalu mementingkan hal itu. Jadi boleh diterjemahkan melihat sedetik/sekilas.82 Walaupun demikian, bukan hal itu yang ditekankan, melainkan bahwa orang ini langsung lupa, karena dia hanya melihat saja. Hal ini dibedakan dengan orang yang melihat DAN mempraktekkan di bawah83
Dirinya – Kata homoios berarti rupa/jenis84 dan bersifat kata ganti orang, yaitu genis/sifat orang. Kata kerja eimi (adalah) bersifat terus menerus,85 Jadi orang ini lupa dirinya seperti apa.
ay. 25 Meneliti – Kata parakypto berarti tunduk untuk melihat, dan mempunyai makna melihat dengan teliti.
Hukum kemerdekaan yang sempurna – Ada cukup banyak pembahasan mengenai arti dari frase ini, tetapi kalau kita melihat di Yak 2:12, lalu membaca di atasnya, sangat jelas bahwa Hukum Tauratlah yang dimaksudkan. Ingat bahwa surat Yakobus adalah surat yang pertama di seluruh Perjanjian Baru, jadi kalau dia bicara mengenai Firman Tuhan, tentu maksudnya adalah Perjanjian Lama.
Kalau demikian, kita harus mengerti dengan jelas apa peran dari Hukum Taurat di dalam kehidupan orang percaya. Sangat jelas bahwa orang TIDAK menjadi selamat karena mentaati Hukum Taurat (Lihat Gal 2:16-21). Tetapi jelas juga bahwa orang percaya diselamatkan supaya mereka berbuat baik (Efe 2:10, 2 Kor 5:15). Kita melihat di ay. 21 bahwa Firman Tuhan dapat membebaskan orang percaya dari kuasa dosa dan dengan demikian tepat istilah firman kemerdekaan. Kita melihat hal ini di Yoh 17:17 juga, di mana firman menguduskan orang yang sudah percaya. Jadi kesimpulan kita adalah Hukum Taurat merupakan kabar buruk bagi orang yang belum percaya, karena fungsinya adalah untuk menyatakan dosa. Akan tetapi, bagi orang yang sudah percaya, fungsinya tersebut menjadi kabar baik, karena kita rindu diubahkan/dikuduskan dan dosa yang dinyatakan bisa langsung diakui, ditanggalkan dan diampuni. Dengan demikian kita menjadi makin lama, makin merdeka dari dosa. Proses ini harus berlangsung dalam keyakinan bahwa kita sudah sempurna di hadapan Allah karena pengorbanan Kristus.
Nah, dengan mengerti semuanya itu, ada gunanya kalau kita memikirkan sedikit mengenai Hukum Taurat dan apa maksudnya Yesus di Matius 5:17-20 di mana dari satu sisi Dia mengatakan bahwa Dia menggenapi Hukum tersebut, tetapi dari sisi lain mengatakan bahwa Hukum Taurat tidak akan berlalu dan harus diajarkan semuanya. Kalau kita membaca Perjanjian Lama, kita melihat tiga macam hukum:
(1) Hukum Bait Allah, (2) Hukum Negeri, dan (3) Hukum Moral. Hukum Bait Allah menyangkut Imamat, pengorbanan, dll. Hukum Negeri menyangkut sistem legal, kebersihan, gaya pakaian, pembalasan dll. Hukum Moral menyangkut Kesepuluh Hukum, kehidupan bersama, kekudusan dll.
Melalui pengorbanan Kristus mengganti kita, dia memenuhi sepenuhnya Hukum Bait Allah dan menggantikan Imamat dengan jalan menjadi Imam kita yang satu-satunya, sekaligus korban sekali untuk selama-lamanya. Dia juga memulakan lembaga baru, yang tidak identik dengan Negara Israel, yaitu Gereja, yang, antara lain, Dia sebut sebagai Tubuh-Nya dan Mempelai-Nya. Lembaga baru ini bukan Negara, sehingga tidak perlu ada hukum mengenai pembalasan kalau orang dirugikan, hukuman mati, peraturan pakaian, dll.
Nah, bagaimana kalau hukum moral? Seperti kita lihat, Kristus mati sebagai korban bagi setiap dosa kita, sehingga jalan keselamatan hanya menuntut iman kepada Kristus saja, bukan ketaatan pada Hukum Taurat (Gal 2:16) – Hukum Taurat menyatakan dosa kita sehingga kita berseru kepada Allah untuk mendapatkan pengampunan melalui Kristus. Tetapi kita lihat di dalam Yakobus bahwa, bagi orang percaya, Hukum Moral adalah indah, yaitu alat yang menyatakan dosa supaya kita dapat mengerti dan menanggalkan perilaku yang menyinggung hati Allah. Dalam konteks itulah, Paulus, yang begitu kuat menyampaikan Injil anugerah, juga mengatakan “Semuayang tertulis dalam Alkitab,diilhami oleh Allah dan bergunauntuk mengajarkan yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah, dan untuk mengajar manusia supaya hidup menurut kemauan Allah.” (2 Tim 3:16 BIS)
Dan tetap melakukannya – Kata parameno berarti tetap/tinggal. Jadi gaya hidup orang ini adalah menghargai Firman Tuhan sehingga tetap memperhatikannya. Sifat ini yang dibandingkan dengan orang yang memandang diri di cermin, lalu langsung lupa.
Pendengar…lupa – Secara literal: Pendengar yang menjadi pelupa. Kata-kata ini adalah kata benda, bukan kata kerja.
Menjadi –Imbuhan menekankan bahwa mereka sendiri menjadi…86 Orang lain tidak boleh dipersalahkan.
Melainkan – Kata alla membawa arti sebaliknya atau melainkan.
Pelaku yang bertindak –Lit: Pelaku tindakan – Kata-kata ini adalah kata benda, membawa arti orang yang bertindak, yaitu tidak pasif. Cara yang paling tepat untuk kita menunjukkan bahwa kita menghargai Firman Tuhan adalah dengan mentaatinya.
Orang ini berbahagia dalam perbuatannya –Ketaatan pada Firman Tuhan tidak menyelamatkan, kecuali kepada Injil, tetapi orang yang mentaati Firman akan diberkati Allah sehingga dia berbahagia.
- Apakah ada yang sudah mendengar banyak dari Firman Tuhan, sehingga mereka mempunyai pengetahuan, tetapi belum terlalu serius mentaatinya?
- Apakah ada orang yang percaya bahwa ketaatan pada Hukum Taurat yang menyelamatkan, atau membuat mereka tetap selamat?
- Apakah orang mencari kebahagiaan dengan kompromi terhadap kebenaran Firman Tuhan?
- Mudah untuk kita berkata bahwa kita menjunjung tinggi Firman Tuhan, tetapi itu hanya omong kosong, bahkan bohong, kalau kita tidak rela mentaatinya.
Topik Teologia -> Yak 1:22
Topik Teologia: Yak 1:22 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Pengudusan
Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
Sasaran Pengudusan
Kehidupan yang Penuh Perbuatan-per...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Sasaran Pengudusan
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan-perbuatan Baik
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan Baik Telah Diperintahkan
- Yakobus Memerintahkan untuk Hidup Berbuat Kebaikan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yakobus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-su...
Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya dialamatkan kepada suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada kedua belas suku di perantauan" (Yak 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yak 2:19,21) menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kis 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kis 11:19). Hal ini menerangkan
- (1) mengapa pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita pencobaan yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yak 1:2-12),
- (2) pengetahuan pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan
- (3) nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem, Yakobus sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.
Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya "Yakobus" (Yak 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam sidang di Yerusalem (Kis 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di bagian lain dalam PB (mis. Kis 12:17; Kis 21:18; Gal 1:19; Gal 2:9,12; 1Kor 15:7) sangat cocok dengan apa yang diketahui mengenai penulis surat ini. Sangat mungkin Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk penulisan surat ini ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagoge untuk menunjuk tempat pertemuan orang Kristen (Yak 2:2). Menurut keterangan sejarawan Yahudi, Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.
Tujuan
Yakobus menulis
- (1) untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,
- (2) untuk memperbaiki berbagai pengertian yang salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan, dan
- (3) untuk menasihatkan dan membina pembacanya mengenai hasil-hasil praktis iman mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.
Survai
Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya untuk menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yak 1:2-11); melawan godaan (Yak 1:12-18); menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar (Yak 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif dan bukan pengakuan yang kosong (Yak 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-sungguh mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yak 3:1-12; Yak 4:11-12), hikmat duniawi (Yak 3:13-16), kelakuan berdosa (Yak 4:1-10), kehidupan yang congkak (Yak 4:13-17) dan kekayaan yang mementingkan diri sendiri (Yak 5:1-6). Yakobus menutup dengan menekankan kesabaran, doa, dan memulihkan mereka yang sudah mundur (Yak 5:7-20).
Sepanjang kelima pasal ini, hubungan di antara iman yang benar dan kehidupan yang saleh ditekankan. Iman yang sejati adalah: - iman yang teruji (Yak 1:2-16), - aktif (Yak 1:19-27), - mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yak 2:1-13), - menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yak 2:14-26), - menguasai lidah dengan benar (Yak 3:1-12), - mencari hikmat Allah (Yak 3:13-18), - tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yak 4:1-12), - mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yak 4:13-17), - tidak mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yak 5:1-6), - sabar dalam penderitaan (Yak 5:7-12), dan - tekun dalam doa (Yak 5:13-20).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.
- (2) Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada Khotbah di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.
- (3) Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.
- (4) Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena
- (a) penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan Kristen yang sejati dan
- (b) ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat dan analogi yang hidup.
- (5) Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat manusia berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk menyingkapkan tabiat manusia berdosa (mis. Yak 3:1-12).
- (6) Surat ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada kitab PB lainnya (khususnya: Yak 2:14-16).
- (7) Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat membahas persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.
Full Life: Yakobus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Yak 1:1)
I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya
(Yak 1:2-18)
A. Menerimanya Se...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Yak 1:1) - I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya
(Yak 1:2-18) - A. Menerimanya Sebagai Sarana Pertumbuhan
(Yak 1:2-4) - B. Memohon Hikmat untuk Mengatasinya
(Yak 1:5-8) - C. Bersukacita Dalam Tindakan Penyamarataannya
(Yak 1:9-12) - D. Mengetahui Bedanya Pengujian dan Pencobaan
(Yak 1:13-18) - II. Mendengarkan Firman Allah dan Melakukannya
(Yak 1:19-27) - III.Tidak Pilih Kasih dan Menunjukkannya
(Yak 2:1-13) - IV. Mengaku Beriman dan Membuktikannya
(Yak 2:14-26) - V. Menyadari Jebakan-Jebakan dan Mengelakkannya
(Yak 3:1-5:6) - A. Lidah yang Sukar Dikendalikan
(Yak 3:1-12) - B. Hikmat yang Tidak Rohani
(Yak 3:13-18) - C. Kelakuan Berdosa
(Yak 4:1-10) - D. Memfitnah Saudara Seiman
(Yak 4:11-12) - E. Hidup dengan Congkak
(Yak 4:13-17) - F. Kekayaan yang Mementingkan Diri Sendiri
(Yak 5:1-6) - VI. Kebajikan dan Kehidupan Kristen
(Yak 5:7-20) - A. Kesabaran dan Ketekunan
(Yak 5:7-11) - B. Kejujuran yang Polos
(Yak 5:12) - C. Doa Tak Berkeputusan untuk Orang Sakit
(Yak 5:13-18) - D. Memulihkan yang Terhilang
(Yak 5:19-20)
Matthew Henry: Yakobus (Pendahuluan Kitab)
Penulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, karena ia dihukum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup berhasil ditanamkan di antar...
- Penulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, karena ia dihukum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup berhasil ditanamkan di antara orang-orang Yahudi yang ada di perantauan, seperti yang tersirat di sini. Tetapi dia adalah Yakobus lain, anak Alfeus, yang merupakan saudara sepupu Kristus, dan salah seorang dari kedua belas rasul (Mat. 10:3). Ia disebut sebagai sokoguru jemaat (Gal. 2:9), dan surat ini adalah tulisannya tidak dapat dibantah, tanpa melonggarkan satu batu dasar dalam bangunan jemaat. Surat ini disebut sebagai surat umum, karena (seperti menurut sebagian orang) tidak ditujukan kepada seseorang atau jemaat tertentu, tetapi merupakan semacam surat yang kita sebut sebagai surat edaran. Sebagian orang lain lagi berpendapat bahwa surat itu disebut umum, atau am, untuk membedakannya dari surat-surat Ignatius, Barnabas, Polikarpus dan lain-lain yang dikenal orang pada zaman mula-mula, tetapi yang pada umumnya tidak diterima di dalam jemaat. Karena alasan itu, surat-surat tersebut tidak termasuk kanon Kitab Suci, seperti surat ini. Eusebius (sejarawan gereja abad ketiga – pen.) mengatakan bahwa surat ini “pada umumnya dibacakan di dalam jemaat-jemaat bersama surat-surat am yang lain” (Eccles. hlm. 53. Ed. Val. 1678). Yakobus, penulis kita, disebut orang benar, karena kesalehannya yang tinggi. Ia merupakan contoh terkemuka dari karunia-karunia yang ditekankannya kepada orang lain. Ia begitu sangat disegani karena keadilannya, kebersahajaannya, dan pengabdiannya sehingga Yosefus, seorang sejarawan Yahudi, mencatat sebagai salah satu penyebab kehancuran Yerusalem “bahwa Rasul Yakobus menjadi martir di sana.” Hal ini disebutkan dengan harapan bahwa kita akan memberikan perhatian lebih besar pada apa yang ditulis oleh orang yang begitu suci dan luhur ini. Waktu penulisan surat ini tidaklah pasti. Maksud dan tujuannya adalah untuk menegur orang-orang Kristen atas kemerosotan mereka yang besar baik dalam iman maupun perilaku, dan untuk mencegah penyebaran ajaran-ajaran yang menolak agama, yang mengancam kehancuran segala tindakan kesalehan. Juga menjadi niat khusus dari penulis surat ini untuk menggugah bangsa Yahudi supaya sadar akan kedahsyatan dan sudah mendekatnya penghakiman-penghakiman yang akan menimpa mereka. Serta untuk mendukung semua orang Kristen yang sungguh-sungguh di jalan kewajiban mereka, di bawah segala malapetaka dan penganiayaan yang mungkin akan mereka jumpai. Kebenaran-Kebenaran yang dipaparkan di sini sangatlah penting, dan perlu dijaga. Dan pedoman-pedoman untuk bertindak, seperti yang dinyatakan di sini, adalah sedemikian rupa sehingga harus dijalankan di zaman kita seperti juga di zaman-zaman sebelumnya.
Galilah: Yakobus (Garis Besar)
Bibliografi
Bird, Anthony. Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009.
Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Gree...
Bibliografi
Bird, Anthony. Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009.
Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Greek text, Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1982.
Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000.
Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament. Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985.
Loh, I.-J., & Hatton, H. A handbook on the Letter from James. New York: United Bible Societies. 1997.
Luther’s Works, Jil. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress, 1960)
MacArthur, John. The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997.
Moo, D. J. The letter of James. Pillar Commentary Series. Grand Rapids, MI; Leicester, England: Eerdmans; Apollos. 2000.
Moo, D. J. James: An Introduction and Commentary. (Tyndale) Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1985.
Newman Jr. Barclay M. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012.
Osborne, Grant. James, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008.
Richardson, Jr. Kurt A. New American Standard Commentary Jil 36, James, Broadman Press Nashville, Tennessee. 1997.
Robertson. A. T. Word Pictures of the New Testament, Broadman Press, Nashville, 1930.
Tasker, R. V. G. James, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester. 1983.
Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1965.
Zodhiates, Spiros. Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, AMG, 1993.
Apendiks
Pentingnya Bahasa Yunani
Sebagai bahasa sumber dari Perjanjian Baru, Bahasa Yunani penting dimengerti bagi seseorang yang ingin menangani Firman Tuhan dengan baik. Tidak berarti kita harus menjadi mampu membaca bahasa ini, tetapi sangat membantu kalau kita mengerti arti kata-kata dan juga tata bahasa yang menentukan arti dari kalimat, paragraf dan wacana. Bahasa ini bukan bahasa ajaib, atau luar biasa – Itu hanya bahasa – Jadi kita tidak mencari pengetahuan yang tersembunyi, melainkan hanya pengertian akan fungsinya bahasa ini dalam kaitannya dengan terjemahan-terjemahan yang ada pada kita. Diusulkan supaya Anda jarang membacakan kata Yunani dalam khotbah/pengajaran, kecuali menolong pengertian orang.
Ejaan yang Digunakan di Tafsiran ini
Huruf-huruf Yunani tidak selalu ada yang mirip dalam Bahasa Indonesia, sehingga ejaan yang dipakai di tafsiran ini berfokus pada ucapan yang mirip, bukan pada kesempurnaan. Jadi huruf η dan ε menjadi e saja dan huruf ο dan ω menjadi o saja. Huruf χ dieja kh dan tafsiran ini mengikuti kebiasaan modern untuk mengeja υ sebagai y, seperti dalam kata hyper, kecuali dipakai bersama huruf vokal lain.
Istilah- istilah tata bahasa ini terdapat di Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru.301 Biasanya ada penjelasan singkat sesudah istilah disebut, tetapi kalau saudara mau melihat logika yang mendasarinya, lihatlah lagi penjelasan berikut.
Person/Orang
Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat spesifik tentang pembicara dan pendengar – Ada dijelaskan juga gender daripada orang.
Singular/Tunggal
- 1. Aku/Saya
- 2. Kau/Kamu/Anda
- 3. Dia
Plural/Jamak
- 1. Kita/Kami
- 2. Kalian
- 3. Mereka
Tens
Tens menyangkut waktu dan sifat daripada kegiatan/peristiwa.
Past/Masa Lalu – Ada empat macam yang biasanya dipakai:
Aoris = Masa lalu yang sederhana yang menekankan apa yang terjadi. Mis: Kemarin dia belajar.
Imperfek = Menjelaskan sesuatu yang terus-menerus, atau sedang terjadi di masa lalu. Mis: Kemarin, sementara dia sedang belajar…
Perfek (Sempurna) = Menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi dan sudah selesai/berhasil dengan juga menyangkut apa akibat/dampak daripada peristiwa tersebut. Mis.: Dia sudah belajar (yaitu, sudah punya kualifikasi untuk melakukan pekerjaannya)
Pluperfek = Hampir sama dengan Perfek, tetapi akibat/dampak kurang pasti.
Present/Masa Kini = Sesuatu yang terus-menerus terjadi di masa kini. Mis: Dia sedang belajar.
Future/Masa Depan = Sesuatu yang terjadi di masa depan. Mis: Dia akan/mau belajar.
Suara
Suara Menjelaskan siapa/apa yang berlaku.
Aktif = Fokus ada pada pelaku. Mis: Saya mengasihi Yesus.
Pasif = Fokus ada pada penerima/penderita. Mis: Saya dikasihi oleh Yesus.
Medium = Suara ini mirip yang Aktif tetapi lebih menekankan kelakuan pelaku. Mis: Saya yang selalu mencuci piring!
Modus
Modus menjelaskan sifat daripada kata kerja.
Indikatif menyampaikan fakta-fakta dan apa yang akan terjadi. Mis: Saya akan makan.
Imperatif adalah perintah atau permintaan. Mis: Makan!
Subjunktif menyampaikan kemauan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sering dipakai dengan kata hina(supaya) menyatakan tujuan. Mis: Saya memasak supaya kamu bisamakan.
Optatif (Jarang dipakai) sangat mirip Subjunktif tetapi lebih diragu-ragukan. Sering digunakan dalam pemberkatan. Mis: Saya berdoa, kiranya kamu bisa makan.
Infinitif adalah kata kerja yang bersifat seperti kata benda dan bicara secara umum saja. Mis: Makan, itu baik.
Partisip
Partisip adalah kata kerja yang bersifat kata sifat benda, yaitu nomor, gender dan kasus (tidak dijelaskan di sini) sama dengan subyeknya. Pada dasarnya Partisip adalah kata kerja dan bisa diterjemahkan demikian.
Artikel
Artikel tidak ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi artinya mirip dengan ini/itu, di mana sesuatu yang tertentu dimaksudkan. Misalnya di Kis 2 disebut dua kali bahwa orang percaya memecahkan roti, tetapi yang di ayat 42 mempunyai artikel, yang menandai pemecahan roti yang tertentu (perjamuan kudus) dan yang di ayat 46, tanpa artikel, bicara secara umum saja (makan bersama di rumah). Ada banyak contoh lain, jadi hal ini cukup penting dimengerti.
Berikut ada beberapa kombinasi tens, modus, suara yang dipakai di Perjanjian Baru.
Present Aktif Indikatif
Mis: Dia sedang menulis surat.
Present Medium Indikatif
Mis: Dia yang menulis surat itu.
Present Aktif Partisip
Mis: Dia sedang menulis…
Present Pasif Indikatif
Mis: Surat itu sedang ditulis.
Present Aktif Subjunktif
Mis: Dia memberi kertas supaya kamu boleh menulis surat. (Menyangkut harapan)
Aoris Aktif Indikatif
Mis: Tadi dia menulis surat
Perfek Aktif Indikatif
Mis: Dia sudah menulis surat itu. (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Imperfek Aktif Indikatif
Mis: Kemarin, ketika dia sedang menulis surat…
Aoris Pasif Indikatif
Mis: Itu sudah ditulis
Perfek Pasif Indikatif
Mis: Ada tertulis… (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Present Aktif Imperatif
Mis: Tolong tuliskan terus surat-surat itu. (kebiasaan yang diharapkan)
Aoris Aktif Imperatif
Mis: Tulis surat itu! (Kegiatannya penting, atau urgen)
Footnote
1 1. Luther’s Works, Jil. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress, 1960), Hal. 395–397.
2 Grant Osborne, James, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008. Hal. 2387.
3 Aoris Imperatif.
4 Lihat contoh di Yak 2:1-7.
5 Contoh di 4:4, yang diterjemahkan “hai orang-orang yang tidak setia” oleh TB, secara literal berbunyi “Pezina!”
6 Loh, I.-J., & Hatton, H. A handbook on the Letter from James. New York: United Bible Societies. 1997. Hal 79.
7 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000, Jil 4, Hal. 406.
8 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 188.
9 Aoris Medium Imperatif
10 A. T. Robertson. Word Pictures of the New Testament, Broadman Press, Nashville, 1930. Lihat penelitian di 1:2.
11 Kurt A. Richardson, Jr. New American Standard Commentary Jil 36, James, Broadman Press Nashville, Tennessee. 1997. Hal. 58.
12 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 309.
13 Present Aktif Partisip.
14 Present Medium Indikatif.
15 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 392.
16 Present Aktif Imperatif.
17 Present Aktif Subjunktif.
18 Loh dan Hatton, Hal. 14.
19 Present Pasif Indikatif.
20 Loh dan Hatton, Hal. 15.
21 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 352.
22 Present Aktif Imperatif.
23 Present Aktif Partisip.
24 Ibid, Hal. 282.
25 Present Aktif Partisip.
26 Future Pasif Indikatif.
27 Present Aktif Imperative.
28 Present Medium Partisip.
29 Perfek Aktif Indikatif.
30 Moo, D. J. The letter of James. Grand Rapids, MI; Leicester, England: Eerdmans; Apollos. 2000. (Pillar) Hal. 62.
31 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 279.
32 Present Medium Imperatif.
33 Osborne, Hal. 2391.
34 Richardson, Hal. 68-69.
35 Robertson, penjelasan di 1:6.
36 Loh dan Hatton, Hal. 19-20.
37 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 374.
38 Present Medium Imperatif.
39 Richardson, Hal. 73.
40 Future Medium Indikatif.
41 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 323.
42 Ibid. Hal. 253.
43 Ibid. Hal. 252.
44 Present Aktif Indikatif.
45 Ibid, Hal. 119.
46 Ibid, Hal. 356.
47 John MacArthur, The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997. Hal. 1927.
48 Present Aktif Partisip.
49 Present Aktif Imperatif.
50 Present Aktif Indikatif.
51 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 164.
52 Tasker, R. V. G. James, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester. 1983. Hal. 46.
53 Present Pasif Indikatif.
54 Robertson. Lihat penelitian di 1:14.
55 Richardson, Hal. 83.
56 Present Pasif Imperatif.
57 MacArthur, Hal. 1927.
58 Present Aktif Indikatif
59 Present Aktif Partisip.
60 Loh dan Hatton. Hal. 36.
61 Osborne, Hal. 2392.
62 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 93.
63 Aoris Pasif Partisip.
64 Ibid, Hal. 68.
65 Kasus Datif sering menyangkut obyek tidak langsung dan penggunaan di ayat 18 disebut sebagai instrumental, yaitu menyangkut sarana. Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1965. Hal. 46.
66 Lihat Moo, di tafsiran Pillar, Davids, di tafsiran NIGT dan Richardson di tafsiran NAC. Ketiga tafsiran ini sangat berbobot.
67 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 277.
68 Perfek Aktif Imperatif.
69 Present Aktif Imperatif.
70 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 171.
71 Present Medium Indikatif.
72 Moo (Pillar), Hal. 83-84.
73 Aoris Medium Partisip. Attendant Circumstance Participle.
74 Suara Medium.
75 Aoris Medium Imperatif.
76 THEOLOGICAL DICTIONARY OF THE NEW TESTAMENTedited by Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich translated by Geoffrey W. Bromiley.William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids. Lihat kata prautes
77 Present Pasif Partisip.
78 Present Medium Imperatif.
79 Present Medium Partisip.
80 Present Aktif Indikatif.
81 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 220.
82 Aoris Aktif Indikatif.
83 Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Greek text, Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1982. Hal. 98.
84 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 283.
85 Imperfek Aktif Indikatif.
86 Aoris Medium Partisip.
87 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 199.
88 Present Aktif Partisip.
89 Present Aktif Partisip.
90 Ibid. Hal. 254.
91 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 166.
92 Present Aktif Infinitif.
93 Present Aktif Imperatif.
94 Moo, D. J. James: An Introduction and Commentary. (Tyndale) Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1985. Jil. 16, Hal. 91.
95 A. T. Robertson. Lihat penjelasan di 2:2.
96 Present Aktif Indikatif.
97 Richardson, Hal. 109.
98 Aoris Aktif Subjunktif.
99 Moo (Pillar), Hal. 103.
100 Loh dan Hatton, Hal. 61.
101 Ibid, Hal. 61-62.
102 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 343.
103 Ibid, Hal. 162.
104 Loh dan Hatton, Hal. 63.
105 Berdiribersifat Aoris Aktif Imperatif. Tegas!
106 Moo (Pillar), Hal. 103.
107 Davids, Hal. 110.
108 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 110.
109 Aoris Aktif Imperatif.
110 Aoris Medium Indikatif.
111 Aoris Medium Indikatif.
112 Present Aktif Partisip.
113 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 217.
114 Present Aktif Indikatif.
115 Present Aktif Indikatif.
116 Present Aktif Indikatif.
117 Loh dan Hatton. Hal. 71
118 Aoris Pasif Partisip.
119 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 377.
120 Present Aktif Indikatif.
121 Richardson, Hal. 119-120.
122 Present Aktif Indikatif.
123 Present Aktif Indikatif.
124 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 171.
125 Present Medium Indikatif.
126 Ibid, Hal. 142.
127 Present Pasif Partisip.
128 Aoris Aktif Subjunktif.
129 Ibid, Hal. 379.
130 Ibid, Hal. 338.
131 Perfek Aktif Indikatif.
132 Lihat penjelasan di Apendiks
133 Perfek Aktif Indikatif.
134 Present Aktif Imperatif.
135 Present Aktif Partisip.
136 Ditolak (TB), sebenarnya berarti diskualifikasidan menyangkut pelayanan, jadi dia tidak takut masuk neraka, melainkan takut didapati tidak melayani sesuai persyaratan, sehingga dia kehilangan upah.
137 Richardson, Hal. 125.
138 Aoris Aktif Partisip.
139 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 218.
140 Present Medium Indikatif.
141 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 289.
142 Present Aktif Subjunktif.
143 Present Aktif Subjunktif.
144 A. T. Robertson. Lihat penjelasan di 2:14.
145 Present Aktif Subjunktif.
146 Present Medium Imperatif.
147 Present Aktif Subjunktif.
148 Present Aktif Indikatif.
149 Future Aktif Indikatif.
150 Present Aktif Indikatif.
151 Aoris Aktif Imperatif.
152 Future Aktif Indikatif.
153 Moo (Pillar), Hal. 130.
154 Present Aktif Indikatif.
155 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 228.
156 Present Aktif Indikatif.
157 Osborne, Hal. 2394.
158 Present Aktif Indikatif.
159 Imperfek Aktif Indikatif.
160 Ibid, Hal. 2394-2395.
161 Present Aktif Indikatif.
162 Richardson, Hal. 143.
163 Present Medium Imperatif.
164 Robertson. Lihat penjelasan di 3:1.
165 Davids, Hal. 136.
166 Perfek Aktif Partisip.
167 Future Medium Indikatif.
168 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 255-256.
169 Present Aktif Indikatif.
170 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 260.
171 Tasker, Hal. 74-75.
172 Richardson, Hal. 153.
173 Present Aktif Partisip.
174 Present Aktif Partisip.
175 Ibid, Hal 153.
176 Present Pasif Partisip.
177 Moo (Pillar), Hal. 160.
178 Present Aktif Indikatif.
179 Robertson. Penjelasan di 3:11.
180 Robertson, Lihat 3:13.
181 Terjemahan-terjemahan tidak menggunakan istilah yang persis sama, tetapi di LXX memang kata-kata ini yang dipakai.
182 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 353.
183 Ibid, Hal. 167.
184 Aoris Aktif Imperatif.
185 Ibid, Hal. 105.
186 Loh dan Hatton, Hal. 121.
187 Moo, Hal. 170.
188 Present Aktif Indikatif.
189 Davids, Hal. 151.
190 Present Medium Imperatif.
191 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 218.
192 Ibid, Hal. 414.
193 Ibid, Hal. 40.
194 Loh dan Hatton, Hal. 126.
195 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 33.
196 Kittel, Hal. 243.
197 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 180.
198 Ibid, Hal. 215-216.
199 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 321.
200 MacArthur, Hal. 1932.
201 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 189.
202 Present Medium Partisip.
203 Ibid, Hal. 257.
204 Present Aktif Indikatif.
205 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 185.
206 Present Aktif Indikatif.
207 Richardson, Hal. 178.
208 Perfek Aktif Indikatif.
209 Moo (Pillar), Hal. 187.
210 Present Aktif Indikatif.
211 Present Pasif Indikatif.
212 Present Aktif Indikatif.
213 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 166.
214 Moo (Pillar), Hal. 190.
215 Present Aktif Indikatif.
216 Present Medium Indikatif.
217 Kata eleeo yang biasanya diterjemahkan rahmat/belas kasihan. Kharis menyangkut pemberian/anugerah/kasih karunia.
218 Lihat penjelasan di Apendiks
219 Aoris Pasif Imperatif.
220 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 56.
221 Aoris Aktif Imperatif.
222 Ibid, Hal. 398.
223 Future Medium Indikatif.
224 Aoris Aktif Imperatif.
225 Moo, Hal. 193.
226 Tasker, Hal. 93-94
227 Future Aktif Indikatif.
228 Richardson, Hal. 186.
229 Aoris Aktif Imperatif.
230 Aoris Pasif Imperatif.
231 Aoris Pasif Imperatif.
232 Future Aktif Indikatif.
233 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 219.
234 Ibid, Hal. 273.
235 Present Pasif Partisip.
236 Tasker, Hal. 101.
237 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 33-34.
238 Present Aktif Partisip.
239 Lihat penjelasan di Apendiks
240 Present Medium Indikatif.
241 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 42.
242 Present Aktif Indikatif.
243 Perfek Aktif Partisip.
244 Present Aktif Partisip.
245 Aoris Aktif Indikatif.
246 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 280.
247 Present Aktif Partisip.
248 Present Medium Partisip.
249 Loh dan Hatton, Hal. 166-167.
250 Lihat penjelasan di Apendiks
251 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 205.
252 Spiros Zodhiates, Th.D. The CompleteWord StudyDictionaryNew Testament, AMG, 1993. Lihat kata Idou.
253 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 71.
254 Lihat penjelasan di Apendiks
255 Perfek Aktif Indikatif.
256 Richardson, Hal. 211.
257 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 353.
258 Richardson, Hal. 212-213.
259 Robertson. Penjelasan di 5:6.
260 Present Medium Indikatif.
261 Aoris Aktif Imperatif.
262 Richardson, Hal. 218.
263 Present Medium Indikatif.
264 Present Aktif Partisip.
265 Robertson. Lihat penjelasan di 5:7.
266 Aoris Aktif Imperatif.
267 Perfek Aktif Indikatif.
268 Present Aktif Imperatif.
269 Perfek Aktif Indikatif.
270 Aoris Aktif Imperatif.
271 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 213.
272 Ibid, Hal. 252.
273 Ibid, Hal. 322.
274 Aliran pembahasan terdapat di: Anthony Bird, Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009. Hal 200.
275 Bird, Hal 202. Lihat juga Robertson, penjelasan di 5:12.
276 Present Aktif Imperatif.
277 Present Aktif Imperatif.
278 Present Aktif Indikatif.
279 Present Medium Imperatif.
280 Present Aktif Imperatif.
281 Osbourne, Hal. 2399.
282 Aoris Medium Imperatif.
283 Aoris Medium Imperatif.
284 Aoris Aktif Partisip.
285 Future Aktif Indikatif.
286 Future Aktif Indikatif.
287 Present Aktif Subjunktif.
288 Perfek Aktif Partisip.
289 Future Pasif Indikatif.
290 Present Medium Imperatif.
291 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 182.
292 Present Medium Imperatif.
293 Ibid, Hal. 201.
294 Aoris Pasif Subjunktif.
295 Present Medium Partisip.
296 Aoris Pasif Subjunktif.
297 Present Aktif Imperatif.
298 MacArthur, Hal. 1935.
299 Lihat penjelasan di Apendiks
300 Richardson, Hal. 198.
301 Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012. Hal. Ix-x.