Teks -- Matius 15:28 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 15:28
Full Life: Mat 15:28 - BESAR IMANMU.
Nas : Mat 15:28
Bertekun di dalam iman yang benar berarti percaya kepada Allah dalam
segala keadaan dan tetap setia kepada-Nya, bahkan ketika dalam...
Nas : Mat 15:28
Bertekun di dalam iman yang benar berarti percaya kepada Allah dalam segala keadaan dan tetap setia kepada-Nya, bahkan ketika dalam kesulitan yang besar dan tampaknya bahwa Tuhan tidak memperhatikan. Inilah "ujian iman" (Luk 18:1-7; 1Pet 1:7;
lihat cat. --> Mr 7:27).
[atau ref. Mr 7:27]
Ref. Silang FULL -> Mat 15:28
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 15:21-28
Matthew Henry: Mat 15:21-28 - Anak Perempuan Wanita Kanaan Disembuhkan Anak Perempuan Wanita Kanaan Disembuhkan (15:21-28)
Dalam perikop ini diceritakan tentang kisah terkenal mengenai Kristus yang mengusir setan dari ...
Anak Perempuan Wanita Kanaan Disembuhkan (15:21-28)
- Dalam perikop ini diceritakan tentang kisah terkenal mengenai Kristus yang mengusir setan dari anak perempuan seorang wanita Kanaan. Kisah ini unik dan sangat mengejutkan. Di dalamnya orang-orang bukan-Yahudi juga mendapat perhatian dan ada belas kasihan sungguh yang disimpan Kristus bagi mereka. Inilah secercah terang yang akan menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain (Luk. 2:32). Kristus datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya, malah banyak dari antara mereka yang berselisih dengan-Nya dan tersandung karena-Nya. Sekarang lihatlah apa yang terjadi selanjutnya (ay. 21).
- I. Yesus pergi dari situ. Perhatikanlah, dengan adil terang diambil dari orang-orang yang mempermainkannya atau yang memberontak melawannya. Ketika Kristus dan murid-murid-Nya tidak bisa lagi diam di antara mereka, Ia meninggalkan mereka, dan dengan demikian Ia memberikan teladan bagi peraturan yang diberikan-Nya sendiri (10:14), kebaskanlah debunya dari kakimu. Walaupun Kristus sangat tekun menanggung banyak hal, Ia tidak akan selamanya tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa. Ia sudah berkata sebelumnya (ay. 14), "Biarkanlah mereka itu," dan Ia pun berbuat demikian. Perhatikanlah, prasangka-prasangka yang sengaja dibuat untuk menentang Injil dan bantahan-bantahan terhadapnya sering kali membuat Kristus menarik diri dan mengambil kaki dian dari tempatnya (Kis. 13:46, 51).
- II. Ketika Kristus pergi dari sana, Ia menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon (KJV: "pesisir Tirus dan Sidon"). Ia tidak pergi ke kota Tirus dan Sidon (kedua kota itu tidak mendapat bagian untuk melihat mujizat-mujizat Kristus, 11:21-22), melainkan ke bagian wilayah Israel yang terletak di sekitar daerah itu. Ke sanalah Ia pergi, seperti Elia yang pergi ke Sarfat di tanah Sidon (Luk. 4:26), untuk mencari wanita malang ini, yang untuknya Ia menyediakan belas kasihan-Nya. Sewaktu Ia berkeliling untuk berbuat baik, Ia tidak pernah menyimpang dari jalan-Nya. Tempat-tempat yang gelap dan terpencil di ujung-ujung daerah itu pun akan mendapat bagian untuk melihat perbuatan-perbuatan-Nya yang penuh dengan kebaikan dan kelembutan hati. Kalau sekarang baru ujung daerah yang melihat keselamatan dari pada-Nya, maka nanti keselamatan itu bahkan akan sampai ke ujung bumi (Yes. 49:6). Di tempat inilah mujizat itu diadakan, dan dalam kisah ini kita bisa melihat:
- . Permohonan wanita Kanaan itu kepada Kristus (ay. 22). Wanita ini bukan orang Yahudi, ia seorang asing yang tidak termasuk kewargaan Israel. Ia mungkin keturunan dari salah satu bangsa yang dikutuk, seturut perkataan yang ada dalam Alkitab, "Terkutuklah Kanaan." Perhatikanlah, kutukan terhadap suatu bangsa sebagai sebuah badan politik tidaklah selalu berlaku pada setiap orang yang tinggal di dalamnya. Allah akan memanggil sisa-sisa umat-Nya dari segala bangsa, dan Ia akan mengumpulkan bejana-bejana yang terpilih dari semua wilayah pantai, bahkan bejana yang tampak paling tidak memungkinkan untuk dipilih, dan wanita ini datang dari salah satu wilayah pantai itu. Seandainya Kristus pada saat itu tidak berkunjung ke daerah pantai ini, mungkin wanita itu tidak akan pernah datang kepada-Nya, walaupun belas kasihan-Nya layak dicari kendati harus menempuh perjalanan yang jauh. Perhatikanlah, iman dan semangat yang tidak aktif, sering kali akan bangkit kembali ketika diberi kesempatan di depan mata untuk lebih mengenal Kristus dan berada dekat dengan Sang Firman.
- Permintaannya sangatlah mendesak. Ia berseru dengan sungguh-sungguh kepada Kristus. Ia berseru, agak jauh dari Kristus, dan tidak berani menghampiri-Nya terlalu dekat, sebab ia seorang Kanaan, takut jangan sampai membuat marah orang lain.
- Dalam permohonannya ini:
- (1) Ia mengungkapkan kesengsaraannya, "Anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita, kakōs daimonizetai -- dia dikuasai atau dirasuki setan." Ada berbagai macam tingkatan dalam kesengsaraan itu, dan ini adalah tingkat yang paling buruk. Masalah seperti ini sering terjadi pada waktu itu, dan sangat menyengsarakan. Perhatikanlah, kesengsaraan anak-anak adalah kesusahan orangtua, dan tidak ada yang sungguh lebih menyusahkan lagi bila anak-anak mereka dikuasai Iblis. Orangtua yang lemah lembut sungguh cepat merasakan penderitaan anak-anak mereka, yang merupakan darah daging mereka sendiri. "Meskipun ia kerasukan setan, ia tetap anak perempuanku." Penderitaan-penderitaan yang dialami oleh sanak saudara kita tidak membuat kita lepas dari kewajiban untuk menolong mereka, dan karena itu tidak boleh membuat kita tidak lagi sayang kepada mereka. Kesengsaraan dan kesusahan keluarganyalah yang kini membawa wanita itu datang kepada Kristus. Ia datang kepada Kristus bukan untuk mendapat pengajaran, melainkan untuk mendapat kesembuhan. Namun demikian, karena ia datang dengan iman, Kristus tidak menolaknya. Walaupun kita biasa datang kepada Kristus karena kebutuhan, kita tidak akan diusir oleh-Nya. Penderitaan anak perempuannyalah yang memberi wanita ini kesempatan untuk datang memohon kepada Kristus. Turut merasakan penderitaan orang lain merupakan hal yang baik, apalagi jika kita sendiri bisa mendapat keuntungan dan manfaat darinya.
- (2) Ia meminta belas kasihan, "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud." Ia mengakui-Nya sebagai Mesias, dan inilah hal terbesar yang harus dipegang oleh iman. Iman perlu pengakuan ini supaya mendapat penghiburan. Dari Tuhan kita bisa mengharapkan perbuatan-perbuatan yang penuh kuasa, sebab Ia dapat memerintahkan kelepasan bagi kita. Dari Anak Daud kita bisa mengharapkan segala belas kasihan dan anugerah yang telah dinubuatkan tentang Dia. Meskipun bukan orang Yahudi, wanita Kanaan ini mengakui janji yang dibuat kepada nenek moyang orang Yahudi dan kemuliaan yang dijanjikan bagi keturunan Daud. Orang-orang bukan-Yahudi harus menerima Kekristenan bukan hanya sebagai perbaikan terhadap agama asli mereka, melainkan juga sebagai penyempurnaan terhadap agama Yahudi, dengan pandangan yang tertuju kepada Perjanjian Lama.
- Ia memohon, "Kasihanilah aku." Ia tidak membatasi Kristus untuk memberi belas kasihan khusus untuk ini atau itu, melainkan hanya meminta belas kasihan dan belas kasihan saja. Ia tidak meminta kebaikan, melainkan hanya bergantung pada belas kasihan, "Kasihanilah aku." Belas kasihan kepada anak-anak adalah juga belas kasihan kepada orangtua. Kebaikan yang diperlihatkan kepada milik kita adalah juga kebaikan kepada kita, dan kita harus memandangnya demikian. Perhatikanlah, orangtua wajib berdoa bagi anak-anak mereka dengan sungguh-sungguh, terutama bagi jiwa mereka. "Aku mempunyai anak laki-laki, atau anak perempuan, yang sangat menderita karena kehendak hati yang sombong, atau karena roh najis atau roh jahat. Mereka diperbudak oleh roh itu untuk menuruti hawa nafsunya. Tuhan, tolonglah mereka." Masalah seperti ini jauh lebih menyusahkan daripada masalah kerasukan tubuh. Bawalah mereka dalam iman dan doa kepada Kristus, sebab hanya Dialah satu-satunya yang mampu menyembuhkan mereka. Jika orangtua melihat kuasa Iblis dihancurkan dalam jiwa anak-anak mereka, maka mereka juga harus memandangnya sebagai belas kasihan yang besar kepada diri mereka sendiri.
- . Tanggapan yang ia terima untuk permohonannya ini sungguh dapat mematahkan semangat. Dalam semua kisah pelayanan Kristus, kita tidak pernah menjumpai tanggapan yang seperti ini. Biasanya Ia mendukung dan memberikan semangat kepada semua orang yang datang kepada-Nya, entah dengan menjawab sebelum mereka memanggil atau mendengar sewaktu mereka masih berbicara. Namun dalam kisah ini kita melihat seorang wanita yang diperlakukan sebaliknya, dan apakah alasannya?
- (1) Sebagian orang berpendapat bahwa Kristus berpaling dan tidak mau mengabulkan permintaan wanita yang malang itu sebab Ia tidak mau menyinggung perasaan orang-orang Yahudi dengan berbuat baik sebebas-bebasnya dan seterang-terangnya kepada orang-orang bukan-Yahudi seperti yang dilakukan-Nya kepada mereka sendiri. Sebelumnya Ia memerintahkan murid-murid-Nya untuk tidak menyimpang ke jalan bangsa lain (10:5), dan karena itu Ia sendiri tidak mau terlihat begitu condong kepada bangsa-bangasa lain itu seperti halnya kepada orang-orang Yahudi. Dalam hal ini Ia lebih menahan-nahan keinginan-Nya untuk itu. Atau mungkin lebih tepat,
- (2) Kristus memperlakukannya demikian untuk menguji dia. Ia mengetahui apa yang ada dalam hatinya, mengetahui kekuatan imannya, dan seberapa mampu ia, dengan anugerah-Nya, untuk mengatasi keadaan-keadaan yang dapat mematahkan semangat ini. Oleh karena itu, Ia memberinya tanggapan seperti ini, supaya kemurnian imannya membawa puji-pujian, kehormatan, dan kemuliaan (1Ptr. 1:6-7). Ini sama seperti Allah yang menguji Abraham (Kej. 22:1), seperti malaikat yang bergulat dengan Yakub untuk membuat Yakub bergulat (Kej. 32:24). Inti dari kisah tentang wanita Kanaan ini dapat memperjelas banyak cara Kristus yang tidak dimengerti dan sangat membingungkan dalam memelihara umat-Nya, terutama dalam memberikan anugerah kepada mereka. Untuk itulah kisah ini dicatat dalam Injil, yaitu untuk mengajar kita bahwa di balik hal-hal yang mengecewakan masih ada kasih yang terpancar dari wajah-Nya, dan ini untuk mendorong kita bahwa sekalipun Ia hendak membunuh kita, kita tetap bisa mempercayai Dia (KJV).
- Perhatikanlah hal-hal yang bisa mengecewakan wanita ini:
- [1] Ketika wanita itu berseru kepada Yesus. Ia sama sekali tidak menjawab dia (ay. 23). Selama ini telinga-Nya selalu terbuka dan selalu memerhatikan seruan-seruan orang yang memohon kepada-Nya, dan bibir-Nya, yang berbicara manis seperti madu, selalu siap memberikan jawaban damai sejahtera. Namun kepada wanita yang malang ini, Ia sama sekali menutup telinga-Nya; dan kendati wanita itu memohon, dia tidak memperoleh derma atau jawaban apa-apa. Sungguh mengherankan mengapa wanita itu tidak langsung pergi saja sambil marah-marah dan berkata, "Inikah Dia yang begitu terkenal akan belas kasihan dan kelembutan-Nya itu? Benarkah perkataan orang bahwa sudah ada begitu banyak orang yang permohonannya didengar dan dijawab oleh-Nya? Masakan akulah pemohon pertama yang ditolak-Nya? Seandainya benar bahwa Ia rela membungkukkan diri-Nya bagi banyak orang, mengapa sekarang Ia begitu jauh dariku?" Namun Kristus tahu apa yang dilakukan-Nya, dan karena itu Ia tidak menjawab, supaya wanita itu lebih sungguh-sungguh lagi memohon kepada-Nya. Ia mendengarkannya, dan berkenan kepadanya, dan menambah kekuatan dalam jiwanya untuk menyampaikan permohonannya (Mzm. 138:3; Ayb. 23:6), meskipun Ia tidak langsung memberikan jawaban seperti yang diharapkan wanita itu. Meskipun seolah-olah menahan belas kasihan yang diinginkan wanita itu, Ia sebenarnya menariknya untuk lebih bersungguh-sungguh lagi dalam meminta belas kasihan. Perhatikanlah, doa yang diterima tidaklah selalu berarti bahwa doa itu langsung dijawab. Kadang-kadang Allah tampak tidak menghiraukan doa-doa umat-Nya, seperti orang yang tertidur atau orang yang bingung (Mzm. 44:24; Yer. 14:9; Mzm. 22:2-3), atau malah seperti orang yang sedang marah kepada mereka (Mzm. 80:5; Rat. 3:8, 44). Namun hal itu dilakukan-Nya untuk membuktikan, dan dengan demikian untuk memperbaiki, iman mereka, supaya ketika Ia nantinya menampakkan diri-Nya kepada mereka, semuanya akan mendatangkan banyak kemuliaan bagi diri-Nya dan mereka pun akan lebih menyambut-Nya. Sebab penglihatan pada akhirnya akan meneguhkan dan tidak akan mengecewakan (Ibr. 2:3; Ayb. 35:14).
- [2] Ketika murid-murid mengatakan sesuatu untuk menolong wanita itu, Kristus memberikan alasan mengapa Ia menolaknya, dan ini lebih mematahkan semangat lagi.
- Pertama, agak sedikit melegakan bahwa murid-murid bersedia memohon atas namanya. Mereka berkata, "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." Memberikan perhatian kepada doa-doa orang saleh itu baik, dan kita harus berkeinginan untuk memiliki perhatian seperti itu. Tetapi murid-murid, walaupun berharap agar wanita itu bisa memperoleh apa yang dia inginkan, mereka malah lebih memikirkan kenyamanan mereka sendiri daripada kepuasan wanita yang malang itu. "Suruhlah ia pergi dengan kesembuhan, sebab ia berteriak-teriak, dan memohon dengan sungguh-sungguh. Ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak, itu mengganggu dan mempermalukan kita." Jika kita terus memaksakan kehendak kita kepada orang lain, bahkan kepada orang yang baik sekalipun, maka ini akan membuat mereka tidak nyaman. Namun tidak demikian dengan Kristus, Ia senang jika orang berseru-seru kepada-Nya.
- Kedua, jawaban Kristus kepada murid-murid-Nya menghancurkan segala harapan wanita itu, "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Engkau tahu bahwa Aku hanya diutus kepada mereka, dan wanita itu bukan salah satu dari mereka. Maukah kamu supaya Aku berbuat sesuatu di luar tugas-Ku?" Sebuah desakan jarang dapat menaklukkan akal budi orang bijak yang kukuh; penolakan mereka mengatup mulut, karena didukung dengan alasan yang sangat kuat. Ia tidak hanya menjawab wanita itu, tetapi juga menantangnya, dan menyumbat mulutnya dengan alasan kuat. Benar bahwa wanita itu adalah domba yang hilang, dan seperti halnya orang lain, ia membutuhkan perhatian Kristus, tetapi ia bukan dari umat Israel, yang kepada mereka Kristus pertama-tama diutus (Kis. 3:26), dan karena itu ia tidak bisa mendapat bagian di dalam tugas Kristus atau berhak mendapatkan sesuatu dari tugas-Nya itu. Kristus adalah Pelayan orang-orang bersunat (Rm. 15:8), dan walaupun Ia dimaksudkan untuk menjadi Terang bagi bangsa-bangsa, namun kepenuhan waktu untuk itu belum tiba, tabir belum terbelah, dan tembok pemisah belum diruntuhkan. Pelayanan Kristus secara pribadi dimaksudkan untuk menjadi kemuliaan bagi umat-Nya, Israel. "Jika Aku hanya diutus kepada mereka, apa urusan-Ku dengan orang-orang yang tidak termasuk dalam bilangan mereka." Perhatikanlah, sungguh merupakan pencobaan yang sangat berat apabila kita mengalami suatu peristiwa yang membuat kita bertanya-tanya apakah Kristus juga diutus kepada kita. Akan tetapi, syukur kepada Allah, tidak ada lagi ruang yang tersedia untuk keraguan itu. Pembedaan antara orang Yahudi dan orang bukan-Yahudi sudah dihapus, dan kita yakin bahwa Ia memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, dan jika bagi banyak orang, mengapa tidak bagiku juga?
- Ketiga, ketika wanita itu terus memaksa, Kristus tetap pada pendirian-Nya bahwa tidaklah pantas bagi-Nya untuk melakukan seperti yang dia minta, dan Kristus bukan hanya menolaknya, melainkan juga tampak menegurnya (ay. 26), "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Perkataan ini sungguh dapat memupuskan segala harapannya dan membuatnya putus asa seandainya dia tidak mempunyai iman yang benar-benar kuat. Anugerah Injil dan mujizat-mujizat kesembuhan (yang menyertainya) adalah roti yang disediakan bagi anak-anak. Semuanya itu milik mereka yang telah diangkat menjadi anak (Rm. 9:4), dan ini tidak sama dengan hujan dari langit dan musim-musim buah yang diberikan Allah kepada bangsa-bangsa yang dibiarkan-Nya menuruti jalannya masing-masing (Kis. 14:16-17). Bukan, ini merupakan kebaikan-kebaikan khusus, yang disediakan bagi orang-orang tertentu, yang hidup di dalam kebun yang dipagari. Kristus pernah memberitakan Injil kepada orang-orang Samaria (Yoh. 4:41), tetapi kita tidak pernah membaca mengenai adanya kesembuhan yang diadakan-Nya di antara mereka. Keselamatan datang dari bangsa Yahudi, karena itu tidaklah pantas mencabut hak-hak mereka. Bangsa-bangsa lain dipandang hina oleh orang-orang Yahudi, mereka disebut dan dianggap sebagai anjing jika dibandingkan dengan umat Israel yang begitu luhur dan terhormat, dan Kristus tampak mendukung hal tersebut di sini. Oleh karena itu, Ia memandang bahwa tidaklah pantas bagi orang bukan-Yahudi untuk turut ambil bagian dalam kebaikan-kebaikan yang hanya ditujukan kepada orang-orang Yahudi. Akan tetapi, lihatlah bagaimana meja-meja semuanya dijungkirbalikkan sekarang. Kini, setelah bangsa-bangsa bukan-Yahudi dibawa ke dalam gereja, orang-orang Yahudi yang berapi-api menjalankan hukum Taurat yang kini disebut anjing (Flp. 3:2).
- Nah, inilah yang ditekankan Kristus kepada wanita Kanaan itu, "Bagaimana bisa dia berharap makan roti yang disediakan untuk anak-anak, sedangkan dia bukan anggota keluarga?"
- Perhatikanlah:
- . Orang yang akan dipermuliakan Kristus, terlebih dulu akan direndahkan-Nya dan dibuat-Nya sadar akan kehinaan dan ketidaklayakan mereka sendiri. Kita harus terlebih dulu melihat diri kita sebagai anjing, yang paling tidak layak mendapatkan belas kasihan Allah, sebelum kita pantas diberi kehormatan dan hak istimewa untuk mendapatkan belas kasihan itu.
- . Kristus suka menguji iman yang besar dengan pencobaan yang besar pula, dan kadang-kadang Ia menyimpan pencobaan yang paling perih pada saat-saat akhir, supaya sesudah diuji, kita akan timbul seperti emas. Aturan yang umum ini berlaku juga dalam usaha untuk mendapatkan petunjuk, walaupun di sini hanya digunakan untuk mencobai. Ketetapan-ketetapan khusus dan hak-hak istimewa sebagai anggota gereja adalah roti yang disediakan bagi anak-anak, dan tidak boleh diberikan sembarangan kepada orang yang cemar dan tidak tahu apa-apa mengenai perkara rohani. Perbuatan kasih yang umum harus dibagi-bagikan kepada semua orang, namun kehormatan-kehormatan rohani hanya layak bagi kaum yang beriman. Karena itu, jika kehormatan-kehormatan tersebut sembarangan diberikan begitu saja tanpa peduli dengan keadaan orang, maka ini sama saja dengan membuang-buang roti yang disediakan bagi anak-anak, dan memberikan barang yang kudus kepada anjing (7:6). Procul hinc, procul inde, profani -- Menjauhlah daripadaku, orang cemar!
- . Berikut ini kita akan melihat kekuatan iman dan tekadnya dalam melalui segala yang mengecilkan hati ini. Seandainya hal ini terjadi pada banyak orang, mereka pasti akan diam tergagap atau meledak karena emosi. "Penghiburan macam apa ini," begitu mungkin kata mereka, "bagi manusia malang yang sedang kesusahan seperti aku. Mungkin lebih baik aku tinggal di rumah saja daripada datang ke sini hanya untuk dicemooh dan dihina seperti ini. Bukan saja masalah yang menyedihkan ini disepelekan, malah juga dipanggil anjing!" Hati yang angkuh dan tidak rendah hati tidak akan dapat menanggung ini. Bangsa Israel pada waktu itu tidak mempunyai nama baik di mata dunia, dan hinaan kepada orang bukan-Yahudi seperti ini dapat dibalas dengan pedas jika wanita yang malang itu memang sangat tersinggung. Kejadian ini bisa saja membuatnya berpikir-pikir mengenai Kristus dan menggoncangkan pikiran baiknya akan nama baik Kristus yang selama ini sudah dimilikinya. Kita cenderung menghakimi orang sebagaimana kita melihat mereka dalam kehidupan nyata, dan kita berpikir bahwa diri mereka yang sebenarnya adalah seperti pandangan kita terhadap mereka. "Inikah Anak Daud?" (begitu mungkin katanya), "Inikah Dia yang terkenal dengan kebaikan, kelemahlembutan, dan belas kasihan-Nya? Aku tidak mempunyai satu alasan pun untuk menggambarkan Dia dengan sifat-sifat seperti itu, sebab belum pernah aku diperlakukan dengan kasar seperti ini selama hidupku. Seharusnya Ia memperlakukan aku sebaik yang dilakukan-Nya kepada orang lain. Atau kalau tidak, kan tidak seharusnya Ia menempatkanku bersama-sama dengan anjing penjaga kambing domba-Nya. Aku bukan anjing, aku seorang wanita, wanita yang jujur, yang sedang menderita, dan aku yakin tidak sepantasnya aku dipanggil anjing." Namun tidak ada satu pun perkataan seperti ini yang keluar dari mulutnya. Perhatikanlah, orang percaya yang rendah hati dan yang benar-benar mengasihi Kristus hanya akan mengambil sesuatu yang baik dari semua hal yang dikatakan dan diperbuat Kristus, dan ia akan membuatnya menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat.
- Ia menerobos segala yang mengecilkan hati ini:
- (1) Dengan keinginan yang kudus dan sungguh-sungguh dalam menyampaikan permohonannya. Ini tampak dalam tanggapannya terhadap penolakan yang pertama (ay. 25). Perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata, "Tuhan, tolonglah aku."
- [1] Ia terus memohon. Perkataan Kristus membuat murid-murid terdiam, kita tidak lagi mendengar mengenai mereka. Mereka menerima jawaban itu, namun tidak demikian dengan wanita itu. Perhatikanlah, semakin berat beban yang kita rasakan, semakin teguh kita harus berdoa untuk meminta kelepasan darinya. Adalah kehendak Allah supaya kita bertekun dalam doa dengan tidak putus-putusnya, terus-menerus, dan jangan menyerah.
- [2] Ia menjadi lebih baik dalam permohonannya ini. Bukannya mempersalahkan Kristus, atau menuduh-Nya yang bukan-bukan, ia malah tampak lebih mempertanyakan dan mempersalahkan dirinya sendiri. Ia takut jangan-jangan waktu pertama kali memohon ia tidak cukup rendah hati dan bersikap hormat, dan karena itu kini ia mendekat dan menyembah Dia, dan bersikap lebih hormat terhadap-Nya daripada sebelumnya. Atau, ia takut kalau sebelumnya ia tidak cukup sungguh-sungguh, dan karena itu ia kini berseru, "Tuhan, tolonglah aku." Perhatikanlah, apabila jawaban bagi doa-doa kita ditunda, Allah dengan demikian ingin mengajar kita untuk berdoa lebih banyak dan lebih baik lagi. Saat itulah waktunya bagi kita untuk bertanya-tanya apa yang kurang dari diri kita dalam doa-doa sebelumnya, supaya apa yang dulu salah dapat diperbaiki nanti. Berbagai kekecewaan yang kita rasakan atas tidak terkabulnya suatu doa seharusnya lebih menyukakan hati kita lagi untuk semakin setia berdoa lagi. Kristus dalam kesengsaraan-Nya makin lebih sungguh-sungguh berdoa.
- [3] Wanita itu bertanya apakah ia termasuk di antara orang-orang yang mendapat bagian dalam tugas perutusan Kristus atau tidak. Ia tidak mau berbantah mengenai hal ini dengan-Nya, walaupun mungkin saja dia bisa mengaku mempunyai suatu hubungan keluarga dengan orang Israel. Akan tetapi, "Tidak peduli orang Israel atau bukan, aku datang kepada Anak Daud untuk memohon belas kasihan, dan aku tidak akan membiarkan-Nya pergi jika Ia tidak memberkati aku." Orang-orang Kristen yang lemah banyak membingungkan diri mereka sendiri dengan berbagai pertanyaan dan keraguan tentang keterpilihan mereka sebagai umat Allah, apakah mereka termasuk ke dalam umat Israel atau tidak. Orang-orang seperti itu lebih baik memikirkan tugas apa yang harus mereka kerjakan bagi Allah, dengan terus-menerus berdoa memohon belas kasihan dan anugerah. Mereka lebih baik bersimpuh dalam iman pada kaki Kristus dan berkata, "Kalau terpaksa mati, biarlah aku mati di sini." Dengan begitu, barulah masalah yang mereka hadapi itu akan perlahan-lahan menjadi jernih dengan sendirinya. Jika kita tidak dapat mengatasi ketidakpercayaan dengan akal budi, marilah kita mengatasinya dengan doa. Doa "Tuhan, tolonglah aku," yang diucapkan dengan sungguh-sungguh dan penuh perasaan, akan membantu kita mengatasi berbagai kekecewaan yang kadang-kadang siap menjatuhkan kita dan membuat kita kewalahan.
- [4] Permohonannya sangat singkat, tetapi mencakup semuanya dan disampaikan dengan penuh perasaan, "Tuhan, tolonglah aku." Kita bisa memandang hal ini,
- Pertama, sebagai ratapannya atas masalah yang dia hadapi. "Jika Mesias hanya diutus kepada umat Israel, Tuhan tolonglah, apa jadinya aku dan keluargaku nanti?" Perhatikanlah, tidaklah sia-sia bagi hati yang hancur untuk meratapi diri sendiri, sebab mata Allah memandang mereka (Yer. 31:18).
- Atau, kedua, sebagai permohonannya untuk diberi anugerah agar ia dapat bertahan dalam masa pencobaan ini. Ia merasa sulit mempertahankan imannya ketika dihantam sedemikian rupa seperti ini, dan karena itu ia berdoa, "Tuhan, tolonglah aku. Tuhan, kuatkan imanku sekarang. Tuhan, biarlah tangan kanan-Mu menopang aku sementara jiwaku melekat kepada-Mu" (Mzm. 63:9).
- Atau, ketiga, sebagai peneguhan terhadap permohonannya yang semula, "Tuhan, tolonglah aku. Tuhan, berikanlah kepadaku apa yang aku minta." Ia percaya bahwa Kristus dapat dan akan menolongnya, meskipun ia bukan dari umat Israel, karena kalau tidak demikian, ia pasti sudah membatalkan permohonannya. Kendati dengan semuanya itu, ia tetap berpikiran baik tentang Kristus, dan tidak mau melepaskan pegangannya. "Tuhan, tolonglah aku," adalah doa yang baik, jika dipanjatkan dengan benar. Sayang sekali bahwa doa ini dijadikan semacam suatu ejekan, dan biasanya kita menyebut nama Allah dengan sembarangan ketika kita mengucapkannya.
- (2) Dengan kecerdikan yang timbul dari iman yang kudus, wanita itu menyampaikan suatu permohonan yang mengejutkan. Kristus menempatkan orang-orang Yahudi sebagai anak-anak, seperti tunas pohon zaitun sekeliling meja Allah, dan menempatkan orang-orang bukan-Yahudi sebagai anjing-anjing di bawah meja. Akan tetapi, wanita ini tidak menyangkal kecocokan perbandingan itu. Perhatikanlah, tidak ada gunanya menentang perkataan Kristus, sekalipun perkataan itu sangat keras bagi kita. Namun wanita yang malang ini, karena tidak dapat menentang perkataan itu, bertekad memanfaatkannya menjadi sesuatu yang baik (ay. 27). "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Nah, mari kita lihat:
- [1] Ia mengakuinya dengan sangat rendah hati, "Benar Tuhan." Perhatikanlah, kita tidak bisa merendahkan atau menghina orang percaya yang rendah hati, sebab ia sendirilah yang akan berbicara dengan merendah tentang dirinya sendiri. Ada sebagian orang yang sewaktu berbicara tampak mencela dan mencemooh diri mereka sendiri, tetapi mereka akan tersinggung jika orang lain berbuat demikian kepada mereka. Namun orang yang benar-benar rendah hati akan menerima ucapan-ucapan yang paling menghina sekalipun, dan ia tidak akan menganggapnya sebagai suatu penghinaan. "Benar Tuhan, aku tidak dapat menyangkalnya. Aku memang anjing, dan tidak berhak memakan roti yang disediakan bagi anak-anak." "Daud, perbuatanmu itu bodoh, sangat bodoh." "Benar, Tuhan." "Asaf, perbuatanmu itu seperti binatang di mata Allah." "Benar, Tuhan." "Agur, engkau ini lebih bodoh daripada orang lain." "Benar, Tuhan." "Paulus, engkau dulunya adalah orang yang paling berdosa, paling hina dari semua orang kudus, bahkan tidak layak disebut rasul." "Benar, Tuhan."
- [2] Caranya dalam memanfaatkan perkataan ini menjadi suatu permohonan sungguh cerdik, "Namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Dengan sebuah kecerdasan yang unik, dan kecekatan serta kepandaian rohani, ia mampu memahami masalah inti yang dapat digunakan sebagai balasan terhadap apa yang tampak sebagai penghinaan. Perhatikanlah, iman yang hidup dan bekerja akan sanggup membuat apa yang melawan kita menjadi berbalik mendukung kita. Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan. Karena ketidakpercayaan, kita sering kali keliru mengira kawan sebagai lawan, dan menyimpulkan sesuatu yang buruk bahkan dari perkataan yang menghibur (Hak. 13:22-23), namun dengan iman kita dapat menemukan semangat bahkan dalam keadaan yang mengecilkan hati sekalipun, kita bisa semakin mendekat kepada Allah dengan berpegang pada tangan yang bahkan terjulur untuk menjatuhkan kita. Alangkah baiknya jika kesenangan kita adalah takut akan Tuhan (Yes. 11:3)
- Ia memohon, "Namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Benar, bahwa makanan utuh dan teratur hanya disediakan untuk anak-anak, tetapi remah-remah yang sedikit, yang tidak berarti, dan yang biasanya diabaikan saja dibiarkan untuk dimakan anjing. Dan anjing yang menunggu di bawah meja dan berharap akan remah-remah itu tidak akan dipersalahkan karenanya. Kita orang-orang bukan-Yahudi yang malang ini tidak dapat berharap akan pelayanan dan mujizat-mujizat Anak Daud yang diadakan hanya untuk orang-orang Yahudi. Tetapi sekarang mereka sudah mulai bosan dengan makanan mereka itu, dan bermain-main dengannya, mereka mencari-cari suatu kesalahan di dalamnya, dan membuang remah-remahnya. Pastilah, sebagian dari makanan yang sudah hancur itu jatuh ke orang-orang bukan-Yahudi yang malang. "Aku memohon kesembuhan yang sambil lalu saja sifatnya, hanya remah-remahnya saja. Walaupun jatuhnya dari potongan roti berharga yang sama, tetapi itu hanyalah secuil yang tidak bernilai dibandingkan berpotong-potong roti yang dimiliki anak-anak itu." Perhatikanlah, apabila kita sudah mulai kekenyangan dengan roti yang disediakan bagi anak-anak, kita harus ingat akan banyak orang yang akan senang bila memakan remah-remahnya. Kalau makanan kita, yang berupa hak-hak istimewa rohani kita, dibagi-bagi, itu akan menjadi makanan pesta bagi banyak jiwa (Kis. 13:42). Lihatlah di sini:
- Pertama, kerendahan hati dan kebutuhan membuat wanita itu senang makan remah-remah itu. Orang-orang yang sadar bahwa mereka tidak pantas mendapat apa-apa akan bersyukur untuk apa saja yang bisa mereka terima. Kita siap menerima belas kasihan Allah yang terbesar hanya jika kita melihat diri kita tidak layak mendapatkan belas kasihan-Nya yang terkecil sekalipun. Yang paling kecil dari Kristus sangatlah berharga bagi orang percaya, sekalipun itu hanya berupa remah-remah roti kehidupan.
- Kedua, imannya mendorong dia untuk mengharapkan remah-remah itu. Jika pada meja seorang pembesar saja ada anjing-anjing yang diberi makan di bawahnya seperti layaknya anak-anak, masakan pada meja Kristus tidak bisa ada anjing juga? Perhatikanlah, ia menyebut meja itu meja tuannya. Karena itu, jika dia seekor anjing, maka dia adalah anjing-Nya. Bukanlah sesuatu yang buruk bagi kita untuk berada dalam hubungan yang paling rendah dengan Kristus. "Walaupun tidak layak disebut anak, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan-Mu. Malah kalau bisa, tempatkanlah aku bersama anjing-anjing di luar rumah, sebab di rumah Bapaku ada banyak makanan yang berlimpah-limpah" (Luk. 15:17-19). Berdiam di rumah Allah itu indah, meskipun hanya di ambang pintunya saja.
- . Keberhasilan dan akhir yang membahagiakan dari kisah ini. Ia keluar dari perjuangan itu dengan pujian dan penghiburan. Dan, walaupun ia seorang wanita Kanaan, ia membuktikan dirinya sebagai seorang putri Israel sejati, yang seperti raja, bergumul dengan Allah, dan menang. Sebelumnya Kristus menyembunyikan wajah-Nya dari dia, tetapi sekarang Ia mengasihinya dengan kasih setia abadi (ay. 28). Maka Yesus berkata, "Hai ibu, besarlah imanmu." Ini seperti Yusuf yang menunjukkan dirinya kepada saudara-saudaranya, "Aku Yusuf," dan dengan demikian juga di sini Yesus berkata, "Aku Yesus." Sekarang Ia mulai berbicara seperti diri-Nya sendiri dan menunjukkan wajah-Nya yang sebenarnya. Tidak selamanya Ia akan berbantah.
- (1) Ia memuji imannya. "Hai ibu, besar imanmu."
- Perhatikanlah:
- [1] Imannyalah yang dipuji Kristus. Ada kebaikan-kebaikan lain yang bersinar terang dalam tingkah lakunya, yakni hikmat, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan ketekunan dalam berdoa atau memohon. Namun, semuanya ini merupakan buah dari imannya, dan hal terpuji inilah yang sungguh menjadi pusat perhatian Kristus. Sebab, dari semua kebaikan, imanlah yang paling memuliakan Kristus, maka oleh sebab itu, dari semua kebaikan, Kristus paling memuliakan iman.
- [2] Betapa besar iman wanita ini.
- Perhatikanlah:
- Pertama, walaupun iman semua orang kudus sama berharganya, namun tidak semua orang mempunyai iman yang sama kuat. Orang-orang percaya tidak mempunyai ukuran dan postur tubuh yang sama.
- Kedua, kebesaran iman banyak terletak pada keteguhan kepercayaan kita kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang maha mencukupi, sekalipun dalam keadaan yang mengecilkan hati. Kebesaran iman juga tergantung pada kegigihan kita untuk mengasihi dan memercayai-Nya sebagai Teman, bahkan ketika Ia tampak sedang menentang kita sebagai Musuh. Inilah iman yang sungguh hebat!
- Ketiga, iman yang lemah, jika benar, tidak akan ditolak, tetapi iman yang besar pasti akan dipuji dan akan sangat menyenangkan hati Kristus, sebab di antara orang-orang yang percayalah Ia paling dipuja. Karena itulah Kristus memuji iman si perwira (lihat ps. 8), yang juga bukan orang Yahudi, sebab ia mempunyai iman yang kuat akan kuasa Kristus. Demikianlah, wanita ini juga dipuji Kristus, karena ia mempunyai iman yang besar akan kehendak baik Kristus. Kedua orang ini diterima-Nya.
- (2) Ia menyembuhkan anak perempuannya, "Jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki. Aku tidak bisa menolak memberikan apa-apa kepadamu, ambillah apa yang kau cari." Perhatikanlah, orang-orang yang sungguh-sungguh percaya dapat memperoleh apa yang mereka minta. Apabila kehendak kita sesuai dengan kehendak firman Kristus, maka kehendak-Nya akan serupa dengan keinginan kita. Orang-orang yang tidak menolak Kristus akan mendapati bahwa Ia tidak akan menolak mereka pada akhirnya, meskipun untuk sementara waktu Ia tampak menyembunyikan wajah-Nya dari mereka. "Engkau ingin agar dosa-dosamu diampuni, kejahatan-kejahatanmu disingkirkan, dan sifat-sifatmu dikuduskan, jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki. Dan apa lagi yang kau inginkan?" Apabila kita datang kepada Kristus, seperti halnya wanita yang malang ini, untuk berdoa melawan Iblis dan kerajaannya, dan kita sehati sejiwa dengan doa-doa Kristus sebagai Sang Pengantara, maka akan terjadilah seperti yang kita kehendaki. Walaupun Iblis dapat menampi Petrus dan menggocoh Paulus, namun melalui doa Kristus dan anugerah-Nya yang mencukupi, kita akan lebih dari pada orang-orang yang menang (Luk. 22:31-32; 2Kor. 12:7-9; Rm. 16:20).
- Maka terjadilah peristiwa itu menurut perkataan Kristus. Seketika itu juga anaknya sembuh. Mulai dari saat itu ia tidak pernah lagi menderita kerasukan setan. Iman sang ibu berhasil membawa kesembuhan bagi sang anak. Meskipun orang yang sakit itu berada jauh dari Kristus, hal ini tidaklah menjadi halangan bagi keberhasilan perkataan-Nya. Dia berfirman, maka terjadilah.
SH: Mat 15:21-39 - Kecil berbeda dengan kerdil. (Jumat, 13 Maret 1998) Kecil berbeda dengan kerdil.
Meskipun perempuan Siro-Fenesia ini tidak termasuk kategori umat Tuhan yaitu orang Yahudi di zaman Yesus, namun ia memil...
Kecil berbeda dengan kerdil.
Meskipun perempuan Siro-Fenesia ini tidak termasuk kategori umat Tuhan yaitu orang Yahudi di zaman Yesus, namun ia memiliki keyakinan bahwa Tuhan Yesus mampu melakukan mukjizat bagi anaknya. Beriman saja tanpa pernah meminta tidak sejalan dengan makna iman itu sendiri. Kristen yang mengaku beriman kepada Tuhan seharusnya memiliki iman yang lebih besar dari perempuan Siro-Fenesia ini. Kristen memiliki hak-hak istimewa sebagai anak-anak Allah untuk meminta. Bagi yang tidak mau meminta, tidak merasakan bagaimana indahnya menjadi anak Allah.
Pemimpin yang berbelas kasihan. Tujuan Tuhan Yesus datang ke dunia bukanlah untuk melakukan mukjizat (bdk.
Doa: Supaya para pemimpin Bangsa kami tahu arti kepemimpinannya.
SH: Mat 15:21-31 - Alamat yang tepat (Senin, 12 Februari 2001) Alamat yang tepat
Seorang yang sedang mengalami
depresi tidak akan mendapatkan solusi yang tepat
bila ia datang kepada seorang dokter umum atau
do...
Alamat yang tepat
Seorang yang sedang mengalami depresi tidak akan mendapatkan solusi yang tepat bila ia datang kepada seorang dokter umum atau dokter ahli penyakit dalam, karena mereka tidak menguasai ilmu kejiwaan. Inilah akibatnya bila seorang datang pada alamat yang salah. Tidak sama halnya dengan perempuan Kanaan yang tahu bahwa ia datang kepada Yesus, alamat yang tepat, sehingga ia mendapatkan jawaban bagi pergumulannya.
Ketika Yesus sedang menyingkir ke Tirus dan Sidon, seorang perempuan Kanaan dari daerah itu datang menemui-Nya dan berseru memohon belas kasihan. Apa yang dapat kita teladani dari perempuan ini? (ayat 1) Ia datang kepada 'Tuhan' dan 'Anak Daud', suatu sebutan yang berarti Mesias yang dinantikan. Kepada-Nya ia menceritakan pergumulannya. (ayat 2) Ia tetap beriman memohon walaupun sepertinya Yesus sama sekali tidak mempedulikan teriakannya. Murid- murid-Nya pun meminta-Nya untuk mengusirnya karena tidak tahan mendengar teriakan perempuan ini yang mungkin berkali-kali dilakukannya sambil mengikuti mereka. (ayat 3) Sikap rendah hati karena menyadari siapa dirinya di hadapan Yesus. Ia sepertinya tidak mempedulikan pernyataan Yesus bahwa Ia diutus hanya kepada domba-domba Israel yang hilang, maka dengan sikap menyembah ia menyatakan bahwa ia sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan-Nya. (ayat 4) Ketika Yesus kembali menekankan bahwa status perempuan ini berbeda dengan orang Israel, sepertinya perempuan ini tidak layak menerima belas kasihan-Nya; ia mengatakan bahwa ia tidak meminta apa yang diperuntukkan bagi orang Israel tetapi ia hanya meminta yang layak ia dapatkan, yakni remah- remahnya. Di sini kita melihat bagaimana imannya, karena ia tidak memaksakan kehendaknya tetapi ia benar-benar memfokuskan permohonnya kepada belas kasihan-Nya. Ia tetap menganggap suatu anugerah bila ia pun hanya mendapatkan remah-remah, sesuatu yang tidak lagi dihargai orang lain.
Yesus menyembuhkan banyak orang tetapi tidak semuanya memiliki iman seperti perempuan Kanaan ini. Perempuan ini telah datang pada alamat yang tepat, memiliki sikap yang benar, dan mendapatkan anugerah-Nya.
Renungkan: Anugerah-Nya nyata bagi orang yang mau datang kepada-Nya dan menghargai setiap anugerah yang dinyatakan-Nya.
SH: Mat 15:21-39 - Pelayanan lintas budaya (Rabu, 9 Februari 2005) Pelayanan lintas budaya
Biasanya kita sulit untuk menganggap orang yang berbeda ras,
bahasa, suku, dan status sosial sebagai sesama yang patut
...
Pelayanan lintas budaya
Biasanya kita sulit untuk menganggap orang yang berbeda ras, bahasa, suku, dan status sosial sebagai sesama yang patut dihargai. Sayangnya, sikap salah ini telah merambah masuk juga dalam kehidupan gereja tertentu. Bagaimana sikap Tuhan dalam nas ini?
Tuhan Yesus menyembuhkan anak perempuan seorang perempuan Kanaan. Tindakan ini menunjukkan bahwa kepedulian-Nya tidak dibatasi hanya kepada suku-Nya sendiri. Percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Kanaan pada ay. 24 seakan-akan menyiratkan pelayanan Tuhan Yesus sempit. Padahal di balik perkataan-Nya itu, Ia mengoreksi pandangan "sempit" para murid. Mereka beranggapan bahwa Tuhan Yesus hanya diutus kepada orang Yahudi.
Kepedulian Tuhan Yesus terhadap bangsa nonyahudi juga ditunjukkan-Nya dengan mengunjungi wilayah utara Galilea ke desa-desa orang-orang kafir (ayat 29). Di sana Ia menyembuhkan berbagai penyakit (ayat 30-31). Dan pada puncak peduli-Nya Ia memberi makan empat ribu orang yang telah mengikuti rombongan Tuhan Yesus selama tiga hari (ayat 32-39). Perbuatan mukjizat yang pernah dibuat-Nya terhadap umat Yahudi kini dilakukan-Nya kepada orang-orang nonyahudi. Bagi Tuhan Yesus mereka pun domba-domba hilang yang perlu ditemukan, dihantar pulang, dan diselamatkan.
Setiap orang, tidak peduli suku, ras, bahasa, dan bangsa memerlukan Tuhan Yesus. Hari ini kita bisa menjadi bagian dari umat Tuhan karena ada orang yang mau mengabarkan Injil ke semua bangsa, termasuk ke Indonesia. Mereka rela menyeberang lautan, melintas daratan, dan meninggalkan segala sesuatu untuk menjangkau kita. Sekarang, kita pun dipercayakan Tuhan Yesus untuk menjangkau suku-suku di seluruh Indonesia yang belum mendengar Injil.
Renungkan: Tuhan ingin kita membagikan kasih penyelamatan-Nya kepada orang-orang yang kita temui. Mulailah dengan mendoakan tetangga, pembantu, dan orang-orang di sekitar kita.
SH: Mat 15:21-39 - Yesus berkuasa (Minggu, 14 Februari 2010) Yesus berkuasa
Kita semua tahu bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa, tetapi
sejauh mana kita mengamini dan mengalami kuasa itu di dalam
h...
Yesus berkuasa
Kita semua tahu bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa, tetapi sejauh mana kita mengamini dan mengalami kuasa itu di dalam hidup kita. Misal ketika kita sedang menghadapi pencobaan, kesulitan, atau masalah lain. Jangan-jangan kita malah meragukan penyertaan dan campur tangan Tuhan di dalam kehidupan kita pada saat demikian.
Bacaan hari ini memperlihatkan tiga mukjizat yang menyatakan kuasa Yesus atas segala sesuatu. Pertama, Yesus berkuasa atas setan. Kuasa Yesus ini dinyatakan melalui iman seorang perempuan Kanaan. Ia adalah orang kafir yang belum mengenal Allah. Maka Yesus terlebih dulu menguji apakah ia sungguh-sungguh memiliki iman. Dimulai dengan tidak mempedulikan dan bahkan murid-murid ingin mengusirnya (ayat 23). Lalu Yesus menekankan tujuan misi-Nya (ayat 24), dan membandingkan perempuan itu dengan `anjing'. Namun perempuan itu tidak putus asa (ayat 22, 25) dan tidak marah. Sebaliknya dengan rendah hati ia merespons perkataan Yesus secara positif (ayat 27) serta mengimani Yesus sebagai Tuhan (ayat 27), bukan lagi anak Daud (ayat 22). Kedua, Yesus berkuasa atas segala penyakit (ayat 29-31). Kita dapat menyerahkan masalah penyakit kepada-Nya. Ia akan menolong dan menyembuhkan kita menurut kehendak-Nya. Ketiga, Yesus berkuasa atas kuantitas. Belas kasihan-Nya terhadap kebutuhan fisik orang banyak telah mendorong Yesus menyatakan kuasa-Nya dengan memperbanyak jumlah (kuantitas) dari hanya tujuh roti dan beberapa ikan sehingga mampu memberi makan empat ribu laki-laki (diperkirakan seluruhnya berjumlah sepuluh ribu lebih orang) dan masih tersisa tujuh bakul penuh.
Tuhan memang berkuasa, marilah kita memercayai dan menyerahkan seluruh kesulitan, penderitaan, dan permasalahan hidup kita kepada-Nya. Ia akan memberikan jalan keluar dan menolong kita karena tidak ada yang mustahil bagi Dia. Kita tidak perlu kuatir atas hidup kita. Datanglah ke hadapan Tuhan dalam doa yang tidak jemu-jemu dan penuh iman.
SH: Mat 15:21-31 - Tuhan mengasihi semua orang (Senin, 11 Februari 2013) Tuhan mengasihi semua orang
Ada sebuah nyanyian anak Sekolah Minggu berbunyi demikian, "Tuhan cinta segala bangsa, segala bangsa di dunia ...." Kita ...
Tuhan mengasihi semua orang
Ada sebuah nyanyian anak Sekolah Minggu berbunyi demikian, "Tuhan cinta segala bangsa, segala bangsa di dunia ...." Kita sendiri juga mungkin menyanyikannya, tetapi apakah kita sungguh-sungguh mengasihi dan merindukan keselamatan mereka yang berbeda suku?
Kita belajar meneladani Yesus melalui nas hari ini. Yesus kembali ingin menenangkan diri di tempat yang sunyi. Namun kedatangan-Nya ke wilayah nonYahudi ini diketahui oleh seorang perempuan Kanaan yang anaknya kerasukan setan. Berbeda dengan para rabi dan pemimpin Yahudi yang umumnya akan menolak melayani perempuan, terlebih lagi perempuan asing, Yesus bersedia melakukannya.
Mengapa Yesus 'menyindir' perempuan Kanaan itu sebagai "anjing"? Semua itu bertujuan untuk menguji dan memproses iman perempuan itu yang bukan umat Allah agar ia percaya dan imannya semakin bertumbuh. Kata "anjing" yang Yesus pergunakan bukan anjing liar, tetapi anjing peliharaan yang manis. Perempuan itu berhasil melewati semua ujian tersebut. Ia tidak putus asa, kecewa, dan menyerah, tetapi terus memohon kepada Yesus dan rela merendahkan diri sebagai anjing peliharaan yang tetap mendapat berkat dari tuannya. Imannya semakin bertumbuh dari hanya sekadar mengenal Yesus sebagai Anak Daud (24) menjadi sebagai Tuhan (25, 27). Yesus mengabulkan permohonannya (28).
Kasih Yesus juga ditunjukkan kepada mereka yang tinggal di sekitar danau Galilea, di Dekapolis (Mrk. 7:31). Di sana Ia juga menyembuhkan mereka yang mengalami berbagai penyakit. Hasilnya mereka semua memuliakan Allah Israel.
Bukankah Yesus juga telah mengasihi dan mati di kayu salib menebus dosa kita, orang nonYahudi, sehingga mendapat keselamatan dan hidup kekal. Oleh karena itu, mari kita merespons kasih Yesus dengan percaya dan menjalankan misi lintas budaya menjangkau segala suku bangsa di dunia bagi Kristus. Di samping itu, bila kita ada masalah dan kesulitan, mari datang memohon kepada Yesus dengan penuh iman dan tidak jemu-jemu, maka Ia akan menjawab doa dan mengatasi masalah kita.
SH: Mat 15:21-31 - Beriman itu Aktif (Sabtu, 18 Februari 2017) Beriman itu Aktif
Perempuan Kanaan yang memohon belas kasihan Yesus bagi anak-Nya mendapat pujian dari Yesus, "Hai, Ibu, besar imanmu, ...", demikian...
Beriman itu Aktif
Perempuan Kanaan yang memohon belas kasihan Yesus bagi anak-Nya mendapat pujian dari Yesus, "Hai, Ibu, besar imanmu, ...", demikian kata-kata Yesus. Karena iman, ibu itu berani memohon kepada Yesus, bahkan bersoal jawab dengan-Nya mengenai haknya terhadap karya Yesus. Orang banyak yang berbondong-bondong dibawa kepada Yesus di atas bukit juga disembuhkan karena iman. Karena beriman, mereka datang dan dibawa kepada Yesus.
Bukan hal mudah untuk berada di depan umum bersoal jawab dengan orang terkemuka. Namun, Si Ibu dari Kanaan itu berani melakukannya demi anaknya. Semua dilakukannya karena imannya bahwa Yesus berkuasa menyembuhkan anak-Nya. Bukan perkara yang gampang untuk membawa orang lumpuh, timpang, buta, bisu, dan sakit penyakit lainnya ke atas sebuah bukit. Kenyataannya, mereka tetap melakukannya karena yakin bahwa Yesus berkuasa menyembuhkan mereka. Mereka beriman dengan aktif. Mereka tidak menunggu Yesus datang untuk menyembuhkan mereka. Mereka bergerak, mencari, dan mendekat kepada Yesus. Demikian seharusnya iman itu.
Iman bukan sesuatu yang pasif, diam lalu percaya bahwa sesuatu akan terjadi. Iman itu aktif, giat bertindak demi mewujudkan hal yang diharapkan. Iman itu memohon sekaligus berusaha. Iman membuat seorang pemuda yang belum mendapatkan pekerjaan tak hentinya berdoa, tetapi juga tak jemu mengirimkan lamaran pekerjaan atau berusaha memulai sebuah usaha. Iman membuat orangtua tak jemu berdoa supaya anaknya lulus sekolah, tetapi juga bertindak menyediakan sarana dan suasana yang mendukung sehingga anaknya bisa belajar dengan baik dan tenang. Beriman berarti aktif bertindak.
Mari kita bersyukur kalau Tuhan mengizinkan adanya tantangan di tengah kehidupan kita! Karena tantangan itu dapat membuat kita teruji: seberapa jauh kita beriman kepada Tuhan? Seberapa aktif kita mewujudkan iman yang konkret? Tak bisa hanya berdiam diri. Berdoa dan bertindak adalah perwujudan iman itu sendiri.[THIE]
Baca Gali Alkitab 7
Pelayanan Yesus tidak hanya dibatasi pada bangsa Yahudi. Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan seluruh manusia dari keberdosaan mereka. Pelayanan kesembuhan yang dilakukan-Nya membuktikan bahwa Allah datang melawat umat-Nya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Ke manakah Yesus pergi (21)?
2. Siapa yang meminta pertolongan kepada Yesus (22)?
3. Apa reaksi Yesus terhadap perempuan itu (23)?
4. Apa jawaban Yesus kepada perempuan itu (24, 26)?
5. Apa jawabab perempuan itu kepada Yesus (25, 27)?
6. Apa yang terjadi pada perempuan itu (28)?
7. Apa yang Yesus lakukan selelah meninggalkan tempat itu (29)?
8. Apa yang dilakukan oleh orang banyak saat mendengar Yesus ada di sana (30)?
9. Apa reaksi orang banyak melihat mukjizat Yesus (31)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa dalam pelayanan Yesus selalu disertai tanda mukjizat?
2. Apa pentingnya mukjizat bagi manusia dan Allah?
Apa respons Anda?
1. Allah itu Mahakuasa. Ia sanggup menyembuhkan segala penyakit, tetapi Allah juga menghargai ilmu kedokteran yang dipakai oleh para dokter saat mendiagnosis suatu penyakit. Karena itu, saat Anda membutuhkan pertolongan, apa yang Anda pinta kepada Allah dan melalui sarana apa?
Pokok Doa:
Mengucap syukur atas kebaikan dan pemeliharaan Allah atas hidup kita.
SH: Mat 15:21-31 - Pendosa yang Beriman (Rabu, 1 September 2021) Pendosa yang Beriman
Barangkali Yesus terkesan sangat kasar terhadap perempuan non-Yahudi dalam perikop ini. Yesus memakai analogi anak-anak dan anji...
Pendosa yang Beriman
Barangkali Yesus terkesan sangat kasar terhadap perempuan non-Yahudi dalam perikop ini. Yesus memakai analogi anak-anak dan anjing saat merespons perempuan itu (26). Tetapi, kalau kita melihat perikop sebelumnya, Yesus juga mengecam orang-orang Farisi yang mengutamakan adat istiadat dan menganggap diri layak di hadapan Allah (7).
Pada masa itu orang Yahudi menganggap orang Kanaan najis sama seperti anjing. Jadi, saat itu Yesus tidak sedang bersikap kasar, tetapi hanya mengucapkan kalimat yang umum diucapkan orang Yahudi kepada orang non-Yahudi. Reaksi perempuan itu justru menunjukkan iman yang bertolak belakang dengan orang Farisi. Imannya itu tidak bergantung pada pandangan orang Yahudi kepadanya, tetapi pada Yesus yang ada di hadapan-Nya. Iman perempuan itulah yang mendatangkan kesembuhan atas anaknya (28).
Penulis Injil Matius kemudian melanjutkan narasinya tentang orang banyak yang berbondong-bondong datang karena iman mereka kepada Yesus (30). Orang banyak mengalami mukjizat dan memuliakan Allah (31). Jadi, kita melihat kontras antara orang Farisi yang merasa diri layak di hadapan Allah dengan orang yang dianggap tidak layak oleh masyarakat Yahudi, tetapi justru memiliki iman kepada Yesus.
Kita bisa terjebak menjadi orang Kristen dengan sikap take it for granted atau merasa layak di hadapan Allah seperti orang-orang Farisi. Padahal kita hanya mengutamakan perilaku keagamaan yang tampak di luar saja. Kita merasa layak di hadapan Tuhan karena kita sudah memberi persembahan, melakukan berbagai pelayanan atau kegiatan ibadah, dan menjadi aktivis gereja. Lalu, kita merasa lebih benar dibandingkan orang lain dan lebih layak di hadapan Tuhan.
Seperti perempuan Kanaan dan orang banyak yang beriman kepada Yesus, hendaknya kita juga memiliki iman yang lahir dari kesadaran akan kondisi kita yang berdosa di hadapan Allah, dan mengingat akan anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Iman seperti itu akan membuat kita senantiasa memuji dan memuliakan Allah di dalam hidup kita. [RGD]
Topik Teologia -> Mat 15:28
Topik Teologia: Mat 15:28 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Mujizat-mujizat sebagai Pemeliharaan Khusus dari Allah
Contoh Mujizat-mujizat
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Mujizat-mujizat sebagai Pemeliharaan Khusus dari Allah
- Contoh Mujizat-mujizat
- Mujizat-mujizat Penyembuhan Keselamatan dan Restorasi
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita dan Peranannya Dalam Agama
- Wanita Dalam Pelayanan Yesus
- Wanita-wanita sebagai Teladan Iman
- Wanita Kanaan
TFTWMS -> Mat 15:21-28
TFTWMS: Mat 15:21-28 - Iman Perempuan Kanaan IMAN PEREMPUAN KANAAN (Matius 15:21-28)
21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 22 Maka datanglah seorang perempuan K...
IMAN PEREMPUAN KANAAN (Matius 15:21-28)
21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." 23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." 24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." 25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." 26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." 28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Ayat 21. Agaknya, Yesus meninggalkan Genesaret (14:34) dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Kata Yunani "menyingkir" (ajnacwre÷w, anachōreō) dapat memiliki gagasan "berlindung." Ia mungkin dengan sengaja meninggalkan Galilea untuk sementara waktu, membiarkan sikap permusuhan itu mereda (lihat komentar tentang 12:15; 14:13). Tirus dan Sidon adalah kota-kota orang non-Yahudi yang terletak di apa yang dulunya adalah kerajaan kuno Fenisia, di pantai timur Laut Tengah. Fenisia memiliki reputasi agama yang keji, dan mereka telah dikecam keras oleh nabi-nabi Allah (lihat komentar tentang 11:21).
Ayat 22. Sesudah Yesus menemukan penginapan di sebuah rumah (Mrk. 7:24), Ia dihampiri oleh seorang perempuan Kanaan dari daerah itu. Markus menggambarkan dia sebagai orang "Siro-Fenisia" bagi pendengar Romawinya (Mrk. 7:26), sedangkan Matius menggunakan istilah lama "Kanaan "untuk para pembaca Yahudinya. Orang Kanaan mendirikan Sidon (Kej. 10:15, 19), dan bangsa Fenisia adalah keturunan mereka. Perempuan ini adalah bagian dari orang-orang yang dipandang rendah oleh orang Yahudi—kaum yang dalam Ulangan 7:1, 2 Allah perintahkan kepada Yosua untuk dilenyapkan. Ada pendapat bahwa kata Yunani untuk "Kanaan" (Cananaivoß, Chananaios) digunakan secara khusus oleh orang-orang Yahudi abad pertama untuk menunjukkan orang Fenisia.3
Perempuan ini, yang mungkin saja seorang penyembah berhala, dengan rendah hati datang menghadap Yesus, seorang guru dan penyembuh Yahudi. Ia sangat membutuhkan pertolongan Yesus karena anak[nya] perempuan kerasukan setan dan sangat menderita. Perempuan itu berseru dengan keras kepada Yesus, tetapi dengan hormat, mengacukan Dia sebagai Tuhan dan menggunakan julukan mesianik Anak Daud (lihat 1:1; 9:27; 12:23; 20:30, 31; 21:9, 15; 22:42). Kata-katanya itu tampak luar biasa, mengingat latar belakangnya yang kafir. Namun begitu, perkataan itu mungkin hanya menunjukkan popularitas Yesus yang tersebar luas, serta keakraban orang-orang non-Yahudi itu terhadap pengharapan mesianik Yahudi—terutama di provinsi Siria (lihat 4:24, 25).
Ayat 23. Awalnya, Yesus tampaknya mengabaikan perempuan itu: Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Ibu ini tidak membiarkan kebisuan Yesus mendorong dia untuk pergi menjauh. Ia butuh sesuatu yang Ia tahu hanya Yesus yang bisa berikan. Murid-murid ingin Yesus menyuruh dia pergi, tapi ibu itu tidak mau berkecil hati. Ia pertama kali diabaikan dan kemudian ditolak. Perkataan itu mengandung arti ia terus menerus berseru, bahkan setelah murid-murid itu mencoba untuk mengusir dia.
Ayat 24. Yesus akhirnya merespon dengan mengatakan, "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Baik kebisuan-Nya dalam ayat 23 maupun perkataan-Nya dalam ayat 24 dimaksudkan untuk mengembangkan iman perempuan itu (lihat Yoh. 2:3 , 4; 6:5, 6).
Meski Yesus telah menyingkir ke wilayah non-Yahudi Tirus dan Sidon, misinya masih terfokus pada umat Allah, Israel. Pengabdian Kristus kepada orang-orang Yahudi mengungkapkan keterlibatan-Nya dalam menggenapi janji-janji Allah kepada bangsa pilihan itu.4Sebelumnya dalam Matius, Yesus menaruh belas kasihan kepada orang-orang Israel, yang Ia gambarkan sebagai "lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala" (9: 36). Ketika Yesus mengutus kedua belas murid pada penugasan terbatas, Ia memberitahu mereka untuk tidak pergi ke kota-kota orang non-Yahudi atau orang Samaria. Mereka harus menyampaikan injil kepada "domba-domba yang hilang dari umat Israel" (10:5, 6). Meski benar bahwa Yesus secara khusus diutus kepada bangsa Israel, namun kadang-kadang Ia juga melayani orang-orang non-Yahudi dan orang-orang Samaria (8:5-13; Yoh. 4:1-42). Kesetiaan Allah kepada Israel seperti yang diungkapkan dalam pelayanan Yesus akan menghasilkan pelbagai berkat bagi bangsa-bangsa lain juga (Roma 15:8-12).
Ayat 25. Meski Yesus telah berkata demikian, perempuan itu tetap mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." Kata "menyembah" (proskune÷w, proskuneō) menunjukkan tindakan kerendahan hati, dan dalam hampir semua kasus, menyiratkan penyembahan. Istilah "Tuhan" (ku÷rioß, kurios) digunakan untuk menyapa tuan insani dan ilahi. Tidak selalu mudah untuk menentukan apa yang secara tepat dimaksudkan dengan kata ini. Namun demikian, jelas terlihat bahwa ibu ini dengan kerendahan hati, dengan penuh hormat, serta dengan menyembah nekat datang ke hadapan Yesus, sebab sadar bahwa Ia berkuasa membantu dia.
Kegigihan perempuan ini memang luar biasa. Ia tidak mau membiarkan apa saja merampas berkat yang ia butuhkan dari Tuhan. Ia mengerti bahwa, jika ia berpaling dari Yesus, ia tidak punya tempat lain untuk dituju (lihat Yoh. 6:66-69).
Ayat 26. Dengan melanjutkan menguji iman ibu itu, Yesus kembali menjawab, "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tema "roti" (a¡rtoß, artos) muncul di seluruh pasal 15. Konflik orang-orangFarisi dengan Yesus berpusat di sekitar murid-murid-Nya yang makan roti dengan tangan yang belum dibasuh secara seremonial. Murid-murid ini bisa juga dianggap najis melalui kontak dengan bangsa-bangsa non-Yahudi (15:2). Dalam konteks ini, Yesus berkata bahwa roti anak-anak (Yahudi) itu tidak boleh dilempar kepada anjing (orang-orang non-Yahudi) (15:26). Di akhir pasal itu, Yesus menggunakan roti murid-murid itu untuk memberi makan empat ribu orang, yang kemungkinan besar adalah orang non-Yahudi (15:33, 34, 36).
Pernyataan Yesus dalam ayat 26 telah dianggap sebagai keluar dari karakter mesianik-Nya dan menyakitkan perempuan itu. Ketika menafsirkan ayat ini, kita harus mempertimbangkan setidaknya tiga hal. Pertama, Yesus sedang menguji perempuan itu, yang kadang-kadang butuh sejumlah ketegasan tertentu. Kedua, teks itu tidak mengungkapkan nada perkataan Yesus atau ekspresi wajah-Nya—dua aspek penting komunikasi. William Barclay mengatakan, "Nada dan raut muka yang dengannya sesuatu dikatakan membuat perbedaan sepenuhnya. Sesuatu yang bahkan tampaknya sulit dapat dikatakan dengan senyum yang menawan."5Ketiga, kata Yunani untuk "anjing (kuna÷rion, kunarion) dapat berarti "anjing peliharaan atau anjing kesayangan."6
Itu kemungkinan adalah seekor ku÷wn (kuōn) kecil, kata yang mengacu kepada anjing yang berkeliaran di jalanan. Tentu saja, diperbandingkan dengan anjing kesayangan tidak akan sesakit jika diperbandingkan dengan anjing jalanan.
Orang-orang Yahudi mengacukan orang-orang non-Yahudi sebagai "anjing" dalam artian menghina (lihat komentar tentang 7:6). Orang non-Yahudi tidak mengikuti hukum-hukum makanan Yahudi, mereka makan apa saja yang mereka inginkan. Oleh karena itu, mereka itu seperti anjing-anjing geladak yang kotor dan mengais-ngais yang berkeliaran di jalanan sambil makan sampah dan bangkai. Di samping itu, orang-orang non-Yahudi adalah seperti anjing liar oleh karena percabulan mereka. Secara umum, orang Yahudi memandang orang non-Yahudi sebagai berada di tingkat yang lebih rendah karena mereka bukan umat perjanjian Allah.
Ayat 27. Bukannya tersinggung, perempuan yang cerdik itu malah membalik analogi itu untuk keuntungannya sendiri. Dengan mengulangi kata "anjing" (kunarion) yang Yesus gunakan, ia menjawab, "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Satu terjemahan bisa dibaca, "Kami orang non-Yahudi mungkin tidak bisa duduk semeja dengan orang Yahudi dan makan roti mereka, tapi bahkan anjing-anjing yang di bawah meja bisa makan remah-remah-nya."
Ibu yang penuh kasih ini percaya bahwa Yesus punya kuasa yang sedemikian besar sehingga penyembuhan putrinya tidak akan mengurangi kemampuan-Nya untuk melayani umat-Nya sendiri. Sebelumnya ia sudah mengakui Yesus sebagai "Anak Daud," Mesias Israel (15:22). Responnya di sini menyiratkan bahwa ia sedang mengatakan bahwa Yesus juga adalah Tuhan segala bangsa. Sesungguhnya, janji Allah kepada Abraham mencakup berkat bagi semua bangsa melalui keturunannya, Kristus (Kej. 12:3; 22:18, 26:4; Gal. 3:6-18).
Ayat 28. Setelah perempuan itu mengakui prioritas Israel dalam skema ilahi, Yesus bersedia menolong dia. Meski jawaban perempuan itu mungkin adalah jawaban yang Yesus inginkan dari dia, namun Tuhan tetap saja tersentuh oleh responnya itu. Ia berseru, "Hai ibu, besar imanmu." Istilah "perempuan" bukanlah bentuk sapaan yang dingin atau kasar. Istilah itu digunakan di tempat lain di Perjanjian Baru (Luk. 13:12; 22:57; Yoh. 4:21; 8:10; 20:13, 15), termasuk percakapan Yesus dengan ibu-Nya sendiri (Yoh 2:4; 19:26).
Karena perempuan itu pantang menyerah, maka ia menerima berkat yang ia cari. Yesus sangat memuji dia karena memiliki iman yang "besar." Hanya dua kali Yesus memuji orang berdasarkan iman orang itu, dan dalam kedua kasus itu mereka itu adalah orang non-Yahudi. Salah satunya adalah seorang perwira Romawi yang hambanya Ia sembuhkan (8:5-13), dan yang lainnya adalah ibu Kanaan ini.
Yesus hanya perlu mengatakan "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki," dan seketika itu juga anaknya sembuh. Seperti hamba perwira itu, Yesus tidak harus hadir untuk menyembuhkan gadis ini. Ia tidak perlu meletakkan tangan-Nya di atas dia. Karena tahu Yesus adalah Tuhan kehidupan, maka roh-roh jahat itu menaati suara-Nya.
PENERIMAAN DI TENGAH-TENGAH ORANG NON-YAHUDI (15:29-39) Yesus Menyembuhkan Orang Banyak (Matius 15:29-31).
29 Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. 30 Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 31 Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.
Ayat 29. Matius mencatat untuk kita bahwa Yesus meninggalkan daerah itu, dan menyusur pantai danau Galilea. Markus secara lebih khusus mengatakan bahwa "Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis"(Mrk. 7:31). Dekapolis adalah konfederasi sepuluh kota yang didominasi oleh penduduk non-Yahudi (lihat komentar tentang 4:25). Di sana, di sisi timur danau itu, Yesus naik ke atas bukit (o¡roß, oros) atau "gunung." Fakta bahwa Ia duduk di situ menunjukkan bahwa Ia siap mengajar (lihat komentar tentang 5:1, 2). Kristus tidak diragukan lagi mengajar banyak orang, karena Ia berada di sana selama "tiga hari" (15:32). Namun begitu, penekanan dalam ayat-ayat berikut ini adalah tentng penyembuhan.
Ayat 30. Pada kesempatan ini, catatan Markus melaporkan bahwa Yesus menyembuhkan orang "yang tuli dan yang gagap" (Mrk. 7:32-37). Pada saat penyembuhan itu, Yesus memisahkan dia dari kerumunan orang yang sedang berkumpul. Meski Yesus meminta dia untuk jangan memberitahukan siapa saja, namun teman-teman atau keluarga orang itu segera memberitakannya secara luas. Kabar tentang kehadiran sang Tuan pasti telah menyebar dengan cepat, sebab banyak orang datang kepada Dia, dengan membawa banyak orang yang mengidap berbagai macam penyakit dan kelemahan. Beberapa dari mereka itu lumpuh, timpang, buta, atau bisu. Banyak lagi yang lain menderita pelbagai kelemahan lainnya. Teman-teman dan para anggota keluarga meletakkan mereka pada kaki-Nya. Sesuai dengan kebutuhan mereka, Yesus dengan penuh kasih menyembuhkan mereka (lihat 4:23-25; 9:35; 11:5; 12:15).
Ayat 31. Ketika orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, mereka takjub. Mereka kagum atas kuasa Kristus. Mereka mengakui itu sebagai kuasa mujizatiah, dan mereka memuliakan Allah Israel. Ungkapan "Allah Israel" mungkin mencakup populasi non-Yahudi daerah itu. Jika orang Yahudi adalah satu-satunya orang yang ditolong, teks itu mungkin akan sudah terbaca, "mereka memuliakan Allah." Reaksi positif orang-orang non-Yahudi ini tampak sangat berbeda dengan reaksi negatif beberapa orang dari kaum Yesus sendiri, terutama para pemimpin Yahudi (11:20-24; 12:14, 24, 38).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Iman (Matius 15:28)
Apakah Alkitab mengajarkan bahwa kita diselamatkan oleh iman saja? Tidak. faktanya, Alkitab mengajarkan sebaliknya (Yak. 2:24). K...
Iman (Matius 15:28)
Apakah Alkitab mengajarkan bahwa kita diselamatkan oleh iman saja? Tidak. faktanya, Alkitab mengajarkan sebaliknya (Yak. 2:24). Kita diselamatkan oleh "kasih karunia … melalui iman "(Efe. 2:8, 9). Kasih karunia adalah bagian keselamatan kita yang dari Allah, dan iman yang taat adalah bagian kita. Hendaklah kita jangan pernah mengecilkan pentingnya iman. Iman membersihkan hati kita (Kisah 15:9), membayar dosa kita (Kisah 10:43), membenarkan kita (Rom. 5:1), menyelamatkan kita (1 Pet. 1:9), dan menguduskan kita (Kisah 26:18 ). Iman kita mengalahkan dunia (1 Yoh. 5:4), dan dengan iman kita memiliki hidup yang kekal (1 Yoh. 5:11-13). Bagaimanakah iman menyelamatkan kita? Kita diselamatkan bukan oleh perbuatan, tetapi oleh iman yang bekerja (Gal. 5:6; Ibr. 11).
Firman Allah menggambarkan pelbagai tingkatan iman. Ada iman yang besar (15:28), tetapi juga ada iman yang kecil (14:31). Ada iman yang kuat (Rom. 4:20), tetapi ada juga iman yang lemah (Mrk. 9:24). Kita membaca tentang iman yang penuh (Kisah 11:24), iman yang teguh (Kol. 2:5), iman yang bertambah (Luk. 17:5), iman yang bertumbuh (2 Tes. 1:3), dan bahkan tingkatan iman yang sangat tidak efektif sehingga disebut "iman yang mati" (Yak. 2:26). Iman yang mati tidak akan menyelamatkan. Dibutuhkan iman yang hidup, aktif, bekerja untuk menyelamatkan.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pelayanan SANG RAJA 15:21-39
Iman Besar & Iman Kecil
Sekarang adegan beralih dari konfrontasi Yesus dengan orang-orang Farisi di Galilea...
Matius: Pelayanan SANG RAJA 15:21-39
Iman Besar & Iman Kecil
Sekarang adegan beralih dari konfrontasi Yesus dengan orang-orang Farisi di Galilea kepada pertemuan-Nya dengan seorang perempuan non-Yahudi di Fenisia. Setelah menangani masalah tradisi Yahudi tentang ritual pembasuhan tangan yang najis, Yesus harus menangani beberapa tabu mereka tentang orang-orang yang najis. Yang dianggap nasjis bukan hanya orang-orang non-Yahudi itu sendiri, tapi juga wilayah di mana mereka tinggal.
Pertemuan Yesus dengan perempuan non-Yahudi yang ditempatkan segera setelah diskusi tentang kemurnian mungkin menunjukkan bahwa orang non-Yahudi pada akhirnya tidak akan lagi terpisah dari Israel (lihat Kisah 10:15, 28; 11:9-18).1Narasi itu mengungkapkan perbedaan ironis antara iman besar dari orang non-Yahudi tertentu dengan iman lemah dari orang pilihan Allah, bahkan dari para pengikut Yesus.
Para pengecam menuduh Tuhan bersikap tanpa perasaan, tidak peduli, dan fanatik terhadap perempuan non-Yahudi yang mendekati Dia. Bagaimanapun, Yesus sering digambarkan dalam kitab-kitab Injil sebagai orang yang menyanyangi orang yang terluka dan lapar. Namun begitu, haruslah diakui bahwa, setiap kali Ia tampaknya bertindak dengan cara yang sedikit tak berperasaan, Ia selalu punya alasan yang baik untuk apa yang Ia katakan atau lakukan (lihat 8:22; 10:9, 10). Warren W. Wiersbe menulis bahwa "Tuhan kita merespon perempuan ini seperti yang Ia lakukan, bukan untuk menghancurkan imannya, tetapi untuk mengembangkan iman itu."2
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 414.
2 Warre...
Catatan Akhir:
- 1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 414.
- 2 Warren W. Wiersbe, Be Loyal (Wheaton, Ill.: Victor Books, SP Publications, 1980), 103.
- 3 Lihat David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 253; Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 401, n. 48; and W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 187.
- 4 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 178.
- 5 William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 2, 2d ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1958), 134-35.
- 6 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 575.
- 7 Morris, 409.
- 8 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 154.
- 9 Alfred Edersheim, The Life and Times of Jesus the Messiah, updated ed. (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1993), 517.
- 10 James Burton Coffman, Commentary on Matthew (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1977), 235-36.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) HAMBATAN MENUJU SORGA (Matius 15)
Kita harus menghindari pola pikir dunia saat ini dan menghindari hambatan yang dapat mencegah kita untuk mencapai s...
HAMBATAN MENUJU SORGA (Matius 15)
Kita harus menghindari pola pikir dunia saat ini dan menghindari hambatan yang dapat mencegah kita untuk mencapai sorga. Marilah kita memeriksa beberapanya.
- 1. Tradisi manusia (15:1-9). Kita harus menolak tradisi manusia yang tidak selaras dengan kehendak Allah. Satu-satunya otoritas bagi praktik kita dalam ibadah dan dalam melayani Allah adalah Firman-Nya ("Allah berfirman …"). Yesus memberitahu orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, "Tetapi kamu berkata …" (15:4, 5). Mereka menyatakan "firman Allah … tidak berlaku demi adat istiadat [mereka] sendiri" (15:6). Dengan menggunakan perkataan Yesaya, Yesus menyatakan, "Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (15:9).
- 2. Guru-guru palsu (15:12-14). Yesus berkata, "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya" (15:13). Ia juga berbicara tentang "orang buta menuntun orang buta" (15:14). Kita harus jangan meninggalkan doktrin Alkitab agar bisa cocok dengan keyakinan populer yang tidak memiliki dasar kitab suci.
- 3. Kehidupan yang cemar (15:10, 11, 17-20). Yesus mengajarkan, "Yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (15:11); "Apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang" (15:18). Lalu Ia menyantumkan dosa-dosa yang menajiskan yang keluar dari hati yang buruk: "segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat" (15:19).
- 4. Kurangnya iman (15:21-28). Perempuan Kanaan menerima berkat yang besar saat ia bertahan karena iman dan kasihnya untuk putrinya. Ia dipuji karena "iman besar" yang ia miliki (15:28). Sebaliknya, banyak orang Yahudi menolak ajaran Yesus dan pelbagai mujizat-Nya. Kadang-kadang, murid-murid-Nya sendiri bahkan ditegur karena mereka "kurang iman" (6:30; 8:26; 14:31; 16:8; 17:20).
- 5. Cara hidup kita yang rumit (15:32-39). Orang banyak itu berfokus pada Yesus selagi mereka tetap bersama Dia selama tiga hari tanpa memperhatikan makanan atau keadaan nyaman. Mereka lapar dan haus akan makanan rohani. Apakah yang bisa menjauhkan kita dari mengikuti Yesus? Kita dapat dengan mudah terganggu oleh pelbagai tujuan dan kepentingan yang berpusat pada dunia ini.
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi