Teks -- Matius 19:21 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 19:21
Full Life: Mat 19:21 - PERGILAH, JUALLAH SEGALA MILIKMU.
Nas : Mat 19:21
Yesus menguji pemuda yang kaya itu pada titik terlemah dalam
dirinya, yaitu kekayaannya. Ia tidak bersedia untuk mengutamakan Krist...
Nas : Mat 19:21
Yesus menguji pemuda yang kaya itu pada titik terlemah dalam dirinya, yaitu kekayaannya. Ia tidak bersedia untuk mengutamakan Kristus lebih daripada hartanya. Apakah pernyataan Kristus berarti bahwa semua orang Kristen harus menjual semua miliknya? Tidak, karena kita juga harus memenuhi kebutuhan keluarga kita dan orang lain. Sekalipun demikian, kita harus bersedia untuk menyerahkan apa saja yang diminta oleh Kristus.
Jerusalem -> Mat 19:21
Jerusalem: Mat 19:21 - Jikalau engkau hendak sempurna Yesus tidak menciptakan suatu golongan "orang sempurna" yang khusus, yang lebih baik dari orang Kristen "biasa". Kesempurnaan yang dimaksudkan ialah k...
Yesus tidak menciptakan suatu golongan "orang sempurna" yang khusus, yang lebih baik dari orang Kristen "biasa". Kesempurnaan yang dimaksudkan ialah kesempurnaan tata penyelamatan yang baru yang melebihi dan menggenapi tata penyelamatan yang lama, bdk Mat 5:17+. Semua orang dipanggil kepada tata penyelamatan baru itu, bdk Mat 5:48. tetapi hendak menegakkan Kerajaan Allah Yesus memerlukan pembantu-pembantu yang secara khusus merelakan diri. Dari mereka itulah Yesus menuntut meninggal suka duka hidup berkeluarga, Mat 18:12, dan kekayaan, Mat 8:19-20.
Ref. Silang FULL -> Mat 19:21
Ref. Silang FULL: Mat 19:21 - hendak sempurna // orang-orang miskin // di sorga · hendak sempurna: Mat 5:48
· orang-orang miskin: Kis 2:45; Kis 2:45
· di sorga: Mat 6:20; Mat 6:20
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 19:16-22
Matthew Henry: Mat 19:16-22 - Pertanyaan Seorang Pemimpin Muda yang Kaya; Kekecewaan Pemimpin Muda yang Kaya Pertanyaan Seorang Pemimpin Muda yang Kaya; Kekecewaan Pemimpin Muda yang Kaya (19:16-22)
Di sini diceritakan mengenai apa yang terjadi di antara K...
Pertanyaan Seorang Pemimpin Muda yang Kaya; Kekecewaan Pemimpin Muda yang Kaya (19:16-22)
- Di sini diceritakan mengenai apa yang terjadi di antara Kristus dan seorang tuan muda yang datang menemui-Nya dengan kepentingan yang mendesak. Di sini disebutkan bahwa ia adalah orang muda (ay. 20), tetapi saya menyebutnya seorang tuan muda, bukan hanya karena ia memiliki harta yang sangat banyak, tetapi karena ia adalah seorang pemimpin atau penguasa (Luk. 18:18), seorang hakim wilayah di negerinya. Mungkin ia memiliki kemampuan yang melebihi usianya, karena kalau tidak, usianya tidak memungkinkan dia menjadi seorang hakim.
- Mengenai tuan muda ini, kita diberi tahu bahwa dia mencari sorga dan gagal.
- I. Betapa mulianya niatnya mencari sorga, dan betapa baik dan lembutnya Kristus memperlakukannya, demi awal yang baik.
- Inilah:
- . Pertanyaan yang sungguh-sungguh dari si tuan muda itu kepada Yesus Kristus (ay. 16), "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Pertanyaan yang benar-benar patut dipuji dan berhikmat.
- (1) Tuan muda itu memanggil Kristus dengan gelar yang terhormat, Guru (Tuan) yang baik -- Didaskale agathe. Sebutan ini berarti Guru yang mengajar, bukan Guru yang memerintah. Dengan memanggil-Nya Guru, ia menunjukkan ketundukannya dan kesediaan untuk diajar. Dengan memanggil-Nya Guru yang baik, ia menunjukkan perasaan dan hormat yang khusus kepada Sang Guru, seperti halnya Nikodemus, Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah. Kita tidak pernah membaca mengenai orang yang menyapa dengan sedemikian hormatnya kepada-Nya seperti yang dilakukan oleh sang pengajar Israel dan pemimpin muda ini. Adalah hal yang baik jika kualitas dan martabat seseorang menjadikannya semakin sopan dan berbudi pekerti. Pemberian gelar yang terhormat kepada Kristus ini, tanpa melihat penampilan-Nya yang sederhana, menunjukkan sifat seorang yang terhormat, seorang yang berbudi. Bukanlah hal yang lazim di antara orang Yahudi untuk menyebut guru-guru mereka dengan gelar "baik," sehingga hal ini menunjukkan bahwa orang muda ini memiliki rasa hormat yang luar biasa terhadap Kristus. Perhatikanlah, Yesus Kristus adalah Guru yang baik, guru dari segala guru, tidak ada yang mengajar seperti Dia. Ia istimewa karena Ia memiliki kasih, karena Ia dapat mengerti orang-orang yang jahil; Ia lemah lembut dan rendah hati.
- (2) Tuan muda itu datang kepada Kristus dengan kepentingan yang mendesak (tidak ada yang lebih penting dari ini), dan ia datang bukan untuk mencobai-Nya, melainkan dengan tulus ingin diajar oleh-Nya. Pertanyaan yang diajukannya adalah, "Perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
- Hal ini menunjukkan:
- [1] Bahwa ia sangat percaya akan adanya hidup yang kekal. Ia bukan kaum Saduki. Ia yakin bahwa ada sukacita di dunia yang lain yang disediakan bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk hal tersebut di dunia ini.
- [2] Bahwa ia peduli untuk memastikan bahwa ia sendiri akan memperoleh hidup yang kekal. Ia menginginkan hidup kekal lebih dari kenikmatan apa pun yang terdapat di dunia ini. Sangat jarang orang dalam usia seperti dia dan mempunyai kemampuan seperti dirinya mau peduli dengan kehidupan di dunia lain. Orang kaya cenderung berpikir bahwa mereka terlalu tinggi untuk bertanya mengenai hal seperti itu, dan orang-orang muda berpikir bahwa belum saatnya mereka bertanya akan hal tersebut. Akan tetapi, di sini kita mendapati seorang yang muda dan kaya, namun sangat ingin tahu mengenai jiwa dan kekekalannya.
- [3] Bahwa ia sadar ada sesuatu yang harus dilaksanakan, sesuatu yang baik, untuk memperoleh sukacita ini. Hanya dengan tekun berbuat baik, kita akan memperoleh hidup kekal (Rm. 2:7). Kita harus melakukan apa yang baik, dan benar-benar melakukannya. Darah Kristus merupakan satu-satunya tebusan untuk hidup kekal (Ia telah mewariskannya bagi kita), namun ketaatan kepada Kristuslah jalan yang ditetapkan untuk menuju ke sana (Ibr. 5:9).
- [4] Bahwa ia siap, atau setidaknya berpikir bahwa dirinya siap, untuk melakukan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan hidup kekal ini. Mereka yang mengetahui apa artinya memperoleh hidup kekal, dan apa jadinya kalau sampai tidak memperolehnya, akan senang menerimanya dengan syarat apa pun. Inilah kelancangan kudus yang diizinkan oleh Kerajaan Sorga. Perhatikanlah, walaupun banyak orang berkata, "Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?", pertanyaan kita yang utama seharusnya, "Apakah yang harus kita perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh sukacita abadi, sukacita di dunia yang lain? Karena di dalam dunia ini tidak ada hal yang dapat membuat kita bersukacita.
- . Dorongan yang diberikan Yesus Kristus sehubungan dengan pertanyaan ini. Bukanlah sifat-Nya untuk membiarkan mereka yang datang kepada-Nya dengan tujuan seperti itu pergi tanpa memperoleh jawaban, karena selain ini, tidak ada hal lain lagi yang lebih membuat-Nya bersukacita (ay. 17).
- Dalam jawaban-Nya:
- (1) Ia dengan lembut membantu menjaga iman orang terhormat itu, karena tidak diragukan lagi bahwa Ia tidak bermaksud memberikan teguran ketika berkata, "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik?" Kristus tampaknya melihat ada iman yang terkandung dalam apa yang dikatakan si orang terhormat itu, ketika ia memanggil-Nya Guru yang baik, yang mungkin tidak disadarinya sendiri. Ia hanya sekadar ingin mengakui dan menghormati Yesus sebagai seorang yang baik, namun Kristus hendak menuntun dia untuk mengakui dan menghormati-Nya sebagai Allah yang baik; karena tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Perhatikanlah, jika Kristus melalui anugerah-Nya siap memanfaatkan perkataan dan perbuatan yang tidak tepat, maka Ia juga siap memanfaatkan perkataan dan perbuatan yang tepat. Apa yang diperbuat-Nya dengan perkataan dan perbuatan kita sering kali lebih baik daripada apa yang kita maksudkan dengan perkataan dan perbuatan kita itu, seperti dalam hal, "Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; walaupun engkau tidak menyadari bahwa makanan yang engkau berikan itu adalah untukku." Yesus hendak membuat orang muda ini menyadari bahwa Ia adalah Allah, atau ia tidak usah memanggil-Nya baik. Dengan cara ini, Kristus mengajarkan kepada kita agar mengalihkan segala puji-pujian yang kita terima setiap saat kepada Allah. Apakah ada orang yang menyebut kita baik? Marilah kita beri tahu mereka bahwa segala kebaikan bersumber dari Allah, dan karena itu segala kemuliaan adalah bagi Dia, bukan bagi kita. Segala mahkota kemuliaan harus tunduk di depan takhta-Nya. Perhatikanlah, hanya Allah saja yang baik, dan tidak ada yang sungguh-sungguh murni baik dengan kebaikan yang tidak berubah-ubah, selain Allah sendiri. Kebaikan-Nya adalah dari dan berasal dari Dia sendiri, dan segala kebaikan makhluk ciptaan bersumber dari-Nya. Ia adalah Mata Air kebaikan, dan ke mana pun alirannya, segala mata air ada di dalam-Nya (Yak. 1:17). Ia adalah Pola dan Teladan yang agung dari kebaikan. Melalui-Nya semua kebaikan akan diukur, sehingga apa yang baik adalah apa yang seperti diri-Nya dan berkenan dalam pandangan-Nya. Kita menyebut-Nya Allah dalam bahasa kita karena Ia baik. Dalam hal ini, seperti dalam hal-hal yang lain, Tuhan kita Yesus adalah Cahaya kemuliaan Allah (dan kebaikan-Nya adalah kemuliaan-Nya), dan gambar wujud Allah, sehingga tepatlah Ia disebut Guru yang baik.
- (2) Ia dengan sederhana dan jelas mengarahkan tindakan orang muda itu dalam menjawab pertanyaannya. Ia mulai dengan menanamkan pikiran bahwa Ia baik, dan oleh karena itu Ia adalah Allah sendiri. Namun, Ia tidak terus bercokol dalam hal tersebut, karena kalau tidak, Ia akan terkesan menyimpang dan akhirnya keluar dari pokok masalah yang sedang dibicarakan, seperti yang dilakukan kebanyakan orang dalam perdebatan dan adu mulut yang tidak berguna. Jawaban Kristus secara singkat adalah, "Jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
- [1] Tujuan yang ditawarkan adalah masuk ke dalam hidup kekal. Orang muda tersebut, dalam pertanyaannya, berbicara mengenai hidup kekal. Kristus, dalam jawaban-Nya, berbicara mengenai hidup, untuk mengajarkan kepada kita bahwa hidup kekal adalah satu-satunya kehidupan yang sejati. Firman mengenai hal tersebut adalah firman mengenai hidup itu (Kis. 5:20). Hidup yang sekarang hampir tidak layak disebut hidup, karena di tengah kehidupan tersebut kita ada dalam maut. Kristus berbicara mengenai masuk ke dalam hidup, yaitu kehidupan rohaniah yang merupakan awal dan hakikat dari hidup kekal. Orang muda itu ingin mengetahui bagaimana ia dapat memperoleh hidup kekal, dan Kristus memberi tahu dia bagaimana dia dapat masuk ke dalam hidup itu. Kita memperoleh hidup kekal melalui pengorbanan Kristus, tetapi saat itu hal tersebut belum sepenuhnya terungkap, jadi Kristus tidak membicarakannya dengan orang muda itu. Sebaliknya, Ia menekankan cara untuk dapat masuk ke dalam hidup itu, yaitu melalui ketaatan. Kristus mengarahkan kita untuk melakukan hal tersebut. Melalui penebusan, kita mendapatkan hak atas hidup kekal, dan melalui ketaatan, yakni melalui bukti yang kita berikan, kita membuktikan kepemilikan atas hak itu, yaitu dengan menambahkan kepada imanmu kebajikan, sehingga kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal (2Ptr. 1:5, 11). Kristus, yang merupakan Sumber Hidup kita, adalah Jalan kepada Bapa, yang membawa kita untuk bisa memandang Dia dan menikmati sukacita-Nya. Ia adalah satu-satunya Jalan, namun kewajiban dan ketaatan dalam iman merupakan jalan kepada Kristus. Pada saat kematian, pada hari penghakiman, akan terbuka pintu menuju hidup, pintu yang terbuka lebar, dan hanya mereka yang melaksanakan kewajiban mereka yang akan masuk ke dalam hidup. Hanya hamba yang rajin dan setia yang akan masuk ke dalam sukacita Tuannya, dan sukacita tersebut adalah hidup kekal baginya. Ada pintu menuju hidup kekal sekarang. Kita yang beriman akan masuk ke tempat perhentian (Ibr. 4:3). Sementara kita menantikan kemuliaan yang akan diungkapkan kepada kita kelak, kita akan dihibur dengan damai sejahtera, kelegaan, dan sukacita. Namun, untuk memperoleh semuanya ini, ketaatan yang tulus merupakan keharusan yang tidak dapat diabaikan.
- [2] Jalan yang dianjurkan adalah menaati perintah-perintah Allah. Perhatikanlah, menaati perintah-perintah Allah, sesuai dengan yang telah disingkapkan dan disampaikan kepada kita, merupakan satu-satunya jalan untuk menuju hidup dan keselamatan. Ketulusan kita hanya diterima apabila dilakukan melalui Kristus yang merupakan kesempurnaan Injil kita, karena melalui Dia pengampunan disediakan bagi kita ketika kita bertobat. Tanpa Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa. Melalui Kristus, kita diluputkan dari kutuk kuasa hukum Taurat. Tetapi, kuasa memerintah yang ada dalam hukum Taurat itu sudah diserahkan ke dalam tangan Sang Pengantara, namun di bawah hukum tersebut, di bawah tangan tersebut, kita masih hidup di bawah hukum Kristus (1Kor. 9:21). Kita hidup di bawah hukum Kristus yang berlaku sebagai suatu peraturan, walaupun bukan sebagai perjanjian. Turutilah perintah Allah merupakan bagian dari iman kepada Yesus Kristus, karena ini adalah perintah yang terbesar (1Yoh. 3:23), dan merupakan salah satu dari hukum Musa, bahwa ketika Nabi Agung akan dibangkitkan, mereka akan mendengar mengenai-Nya. Perhatikanlah, demi sukacita kita sekarang dan selamanya, belum cukuplah bagi kita untuk hanya mengetahui perintah-perintah Allah, tetapi kita juga harus menuruti perintah-perintah tersebut. Kita harus menurutinya sebagai jalan kita, menurutinya sebagai aturan kita, menurutinya seperti menjaga harta kita, dengan penuh perhatian seperti kita menjaga biji mata kita sendiri.
- [3] Ketika memberikan contoh dan perintah lebih lanjut, Kristus menyebutkan beberapa perintah khusus yang harus dituruti orang muda tersebut (ay. 18-19), Kata orang itu kepada-Nya: Perintah yang mana? Perhatikanlah, mereka yang ingin melakukan perintah-perintah Allah harus mencarinya dengan tekun, dan bertanya-tanya apa saja perintah-perintah tersebut. Ezra sendiri bertekad untuk meneliti hukum Taurat dan melakukannya (Ezr. 7:10). "Ada banyak perintah dalam hukum Musa. Guru yang baik, beri tahukanlah kepadaku yang mana saja dari hukum-hukum tersebut yang dibutuhkan untuk memperoleh keselamatan."
- Sebagai jawaban atas pertanyaan ini, Kristus menyebutkan secara khusus beberapa perintah, khususnya perintah-perintah dalam loh batu yang kedua.
- Pertama, yang berkaitan dengan kehidupan kita dan sesama kita, Jangan membunuh.
- Kedua, mengenai kesucian diri kita sendiri dan sesama kita, yang hendaknya sama berharganya dengan hidup itu sendiri, yaitu jangan berzinah.
- Ketiga, kekayaan dan harta milik kita sendiri dan sesama kita yang kelihatan, seperti yang dilindungi dalam aturan mengenai harta milik, yaitu jangan mencuri.
- Keempat, yang berhubungan dengan kebenaran dan nama baik kita sendiri dan sesama kita, yaitu jangan mengucapkan saksi dusta, baik untuk membela dirimu sendiri maupun untuk melawan sesamamu.
- Kelima, yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban dalam hubungan-hubungan tertentu, yaitu hormatilah ayahmu dan ibumu.
- Keenam, hukum cinta kasih yang merangkum semuanya, yang merupakan sumber dan inti sari dari semua kewajiban-kewajiban yang disebutkan di sini, yang darinya semua akan mengalir, yang menjadi dasar dari semuanya, yang di dalamnya semua akan dipenuhi, yaitu kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Gal. 5:14; Rm. 13:9). Inilah hukum utama (Yak. 2:8). Beberapa orang beranggapan bahwa perintah ini dikemukakan di sini bukan sebagai inti sari dari loh yang kedua, tetapi berhubungan dengan perintah yang kesepuluh, jangan mengingini, yang menurut Markus, jangan mengurangi hak orang. Ini menyiratkan bahwa tidaklah benar bagi saya untuk merencanakan keuntungan untuk diri sendiri di atas kehilangan atau kerugian orang lain, karena hal ini sama saja dengan mengasihi diri sendiri lebih dari orang lain, yang seharusnya kita kasihi dan perlakukan seperti diri kita sendiri.
- Juruselamat kita dalam hal ini hanya menyebutkan secara khusus kewajiban-kewajiban dalam loh batu yang kedua. Namun, ini tidaklah berarti bahwa loh yang pertama seakan-akan kurang penting. Hal ini dilakukan-Nya:
- . Karena mereka yang sekarang duduk di kursi Musa (yaitu para ahli Taurat -- pen.) benar-benar telah mengabaikan atau mencemari hukum-hukum ini dalam ajaran mereka. Ketika mereka lebih menekankan persepuluhan atas selasih, adas manis dan jintan, mereka mengabaikan keadilan, dan belas kasih dan iman, yang merupakan intisari dari loh batu yang kedua (23:23). Ajaran mereka hanya berkutat seputar tata cara ibadah dan tidak mengajarkan apa pun mengenai budi pekerti. Oleh karena itu, Kristus sangat menekankan hal yang paling tidak mereka tekankan. Halnya seperti kebenaran dan kewajiban tidak boleh saling meniadakan, melainkan masing-masing harus mengetahui tempatnya sendiri-sendiri, dan tetap berada di dalamnya. Keseimbangan di antara keduanya sangat diperlukan, tetapi justru keseimbangan inilah yang ada dalam bahaya akan disingkirkan. Itulah kebenaran sekarang yang menjadi panggilan kita untuk memberikan kesaksian bukan hanya terhadap apa yang ditentang, melainkan juga terhadap apa yang diabaikan.
- . Karena Kristus akan mengajarkan tuan muda tersebut, dan kita semua, bahwa kejujuran budi pekerti adalah sifat yang penting dari Kekristenan yang sejati, sehingga harus dicamkan. Jika orang yang bertingkah laku baik saja dapat gagal menjadi pengikut Kristus yang utuh, lebih-lebih lagi orang yang berperilaku buruk, ia pastilah bukan seorang pengikut Kristus yang sejati, karena anugerah Allah mengajarkan kita untuk hidup dengan penuh hikmat dan adil, benar serta saleh. Begitulah, walaupun kewajiban-kewajiban pada loh yang pertama lebih banyak merupakan hakiki atau pokok ibadah, namun kewajiban-kewajiban pada loh kedua lebih banyak memberikan pembuktian mengenainya. Terang kita berkobar-kobar ketika kita mengasihi Allah, namun sinarnya menyinari sesama bila kita memang benar-benar mengasihi sesama kita itu.
- II. Lihatlah di sini bagaimana tuan muda tersebut gagal, walaupun ia telah berlaku sangat baik. Ada dua hal di mana ia gagal, yaitu:
- . Oleh kesombongan dan sikap tinggi hatinya mengenai sifat baik dan kekuatan diri sendiri. Inilah yang menjadi sumber keruntuhan bagi banyak orang, yaitu mereka yang membuat diri mereka terus sengsara dengan berangan-angan bahwa mereka sedang berbahagia. Ketika Kristus memberitahukan dia mengenai perintah-perintah yang harus ia pegang, ia menjawabnya dengan cemoohan, Semuanya itu telah kuturuti (ay. 20).
- Dalam hal ini:
- (1) Berdasarkan apa yang dipahaminya mengenai hukum, yaitu ia menjauhi perbuatan-perbuatan dosa yang lahiriah, saya cenderung berpikir bahwa tuan muda ini berkata benar mengenai perbuatannya, dan Kristus mengetahuinya, karena Ia tidak menyanggahnya. Bahkan, dikatakan dalam Markus, Kristus menaruh kasih kepadanya. Apa yang ia lakukan selama ini baik dan berkenan kepada Kristus. Rasul Paulus menganggap perbuatan seperti ini istimewa, tidak ada cacatnya. Namun, bagi Paulus, semua ini dianggap rugi bila dibandingkan dengan Kristus, walaupun dalam menaati hukum Taurat, aku tidak bercacat (Flp. 3:6). Segenap perintah ini telah dilakukannya dengan cermat. Semuanya itu telah kuturuti, sejak awal dan tidak pernah luput, sejak masa mudaku. Perhatikanlah, seseorang mungkin dapat luput dari dosa yang keji, namun gagal dalam hal anugerah dan kemuliaan. Tangannya mungkin bersih dari kecemaran-kecemaran di luar, namun ia dapat binasa selamanya karena kebusukan hatinya. Dan bagaimana pula menurut kita, mengenai mereka yang gagal dalam hal ini, yang kecurangan dan ketidakadilan, kemabukan dan kenistaan jelas-jelas bersaksi melawan mereka, yang telah melakukan semua pelanggaran ini sejak masa mudanya walaupun mereka telah menyebut nama Kristus? Ya, sungguh disayangkan, kalau kita bahkan gagal menyamai orang-orang yang sebenarnya gagal menuju sorga.
- Hal yang juga layak dipuji dari tuan muda itu adalah bahwa ia ingin mengetahui lebih jauh apa yang menjadi kewajibannya, Apa lagi yang masih kurang? Ia yakin bahwa masih ada hal yang dituntut demi memenuhi pekerjaan-pekerjaannya di hadapan Allah, sehingga ia sangat ingin mengetahuinya, karena jika apa yang ia yakini adalah benar, ia siap untuk melakukannya. Oleh karena ia belum berhasil dalam hal ini, ia kelihatannya bertanya dengan semangat. Ia mendekatkan dirinya kepada Kristus, yang ajaran-ajaran-Nya diharapkan dapat memperbaiki dan menyempurnakan hukum Musa. Ia sangat ingin tahu apa yang menjadi pokok dari ajaran-Nya, sehingga melaluinya ia dapat diperlengkapi untuk menyenangkan hati-Nya dan menggapai-Nya. Siapa yang dapat melakukan yang lebih baik daripada ini? Akan tetapi,
- (2) Bahkan dalam apa yang dikatakannya di sini, ia menemukan ketidakacuhannya dan kebodohannya.
- [1] Jika hukum dipahami secara rohaniah, seperti yang diperjelas oleh Kristus, tidak diragukan lagi bahwa dalam banyak hal, ia telah melanggar semua perintah-perintah ini. Jika saja ia telah mendapat penjelasan sebelumnya mengenai maksud dan arti rohaniah dari hukum tersebut, maka sebaliknya, daripada berkata, "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?", ia akan berkata, dengan malu dan sedih, "Semua ini telah aku langgar, apa yang harus kulakukan supaya dosa-dosaku diampuni?"
- [2] Terserah bagaimana orang memahaminya, tetapi apa yang dikatakannya dipenuhi dengan kesombongan dan kemuliaan yang semu, dan terlalu banyak bualan di dalamnya yang tidak berkenan kepada hukum iman (Rm. 3:27), dan tidak dapat dibenarkan (Luk. 18:11, 14). Ia terlalu tinggi menilai dirinya sendiri, seperti halnya kaum Farisi, yang suka mengatakan hal-hal yang muluk-muluk di hadapan orang, dan bangga akan hal tersebut, sehingga tindakan mereka tidak diterima. Kata-katanya, Apa lagi yang masih kurang? mungkin lebih merupakan tuntutan supaya dipuji atas kesempurnaan yang ia bangga-banggakan dan tantangan kepada Kristus sendiri untuk menunjukkan kepadanya satu contoh saja mengenai hal-hal yang masih kurang. Sesungguhnya ia tidak ingin untuk mendapatkan arahan lebih lanjut dari Kristus.
- . Orang muda itu gagal karena cintanya yang berlebihan terhadap dunia ini dan kesenangan yang ia nikmati di dalamnya. Inilah yang menjadi batu sandungan yang menjatuhkannya.
- Perhatikanlah:
- (1) Bagaimana ia dicobai dalam hal ini (ay. 21), Kata Yesus kepadanya, Jika engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu. Kristus tidak mau ambil pusing dengan tindakannya yang membangga-banggakan diri mengenai ketaatannya pada hukum. Ia tidak mau berdebat dengan anak muda ini mengenai maksud hukum itu. Ia lebih memilih untuk menyingkapkan siapa sebenarnya anak muda ini. "Mari," kata Kristus, "jika kamu ingin menjadi sempurna, jika kamu ingin menunjukkan bahwa dirimu tulus dalam ketaatanmu" (karena ketulusan merupakan kesempurnaan Injil), "jika kamu ingin berhasil dalam apa yang telah Kristus tambahkan ke dalam Hukum Musa, jika kamu ingin menjadi sempurna, jika kamu ingin masuk ke dalam hidup, dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna." Apa yang Kristus tetapkan di sini bukanlah suatu hal yang terlalu berlebihan. Dia tidak menuntut bahwa kita harus sempurna. Inti dan maksud yang utama di sini adalah ada kewajiban penting yang harus kita lakukan. Apa yang Kristus katakan kepadanya juga dikatakan-Nya kepada kita semua, yaitu bahwa jika kita ingin membuktikan diri sebagai pengikut-pengikut Kristus dan mau memperoleh hidup kekal kelak, kita harus melakukan dua hal di bawah ini.
- [1] Dalam hidup sehari-hari kita harus lebih memilih harta sorgawi di atas segala kemakmuran dan kekayaan duniawi. Kemuliaan tersebut harus menjadi pertimbangan kita yang utama dalam mengambil keputusan dan lebih dihargai daripada kemuliaan duniawi. Tentu saja kita akan lebih memilih sorga daripada neraka, orang yang paling fasik di dunia ini pun akan senang memilih Yerusalem ini sebagai tempat pelarian mereka ketika dunia ini tidak bisa ditempatinya lagi; ia pasti senang memiliki sorga sebagai tempat tinggal cadangannya. Namun, menjadikan sorga sebuah pilihan dan lebih memilihnya daripada dunia ini -- itu sudah menjadi keharusan seorang Kristen. Nah, sebagai bukti atas hal ini, kita harus:
- Pertama, menyingkirkan apa yang kita miliki di dunia, demi kemuliaan Allah, untuk melayani-Nya, "Juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin. Jika melakukan tindakan amal sangatlah diperlukan, juallah milikmu sehingga kamu dapat memberikannya kepada mereka yang membutuhkannya, sebagaimana yang dilakukan oleh jemaat Kristen mula-mula dalam ketaatan terhadap perintah ini (Kis. 4:34). Juallah apa yang dapat kamu sisihkan untuk kepentingan-kepentingan rohani, segala milikmu yang berlebih. Jika kamu tidak dapat memanfaatkan milik kepunyaanmu itu dengan baik, juallah. Jangan terikat dengan semuanya itu, dan bersedialah untuk berpisah dengannya demi kemuliaan Allah dan untuk menolong yang miskin." Memandang rendah dunia ini dan mengasihi mereka yang miskin dan menderita di dalamnya, merupakan syarat-syarat penting untuk memperoleh keselamatan. Bagi mereka yang memiliki harta, memberikan sumbangan adalah bukti yang penting untuk menunjukkan bahwa mereka memandang rendah dunia dan mengasihi sesama. Inilah yang akan menjadi ujian bagi kita pada hari penghakiman (25:35). Banyak orang menyebut diri mereka pengikut Kristus, namun tidak bertindak sesuai dengan apa yang mereka imani. Ketika kita merangkul Kristus, maka kita harus melepaskan dunia ini, karena kita tidak dapat menyembah Tuhan dan mamon sekaligus. Kristus mengetahui bahwa keserakahan akan harta adalah dosa yang paling mudah mengganggu pikiran orang muda ini, sehingga walaupun apa yang dimilikinya diperolehnya dengan jujur, ia tidak dapat berpisah dengan hartanya dengan hati yang lapang, sehingga dalam hal ini ia terbukti tidak tulus. Perintah ini sama seperti panggilan kepada Abraham, Pergilah dari negerimu, ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Seperti halnya Allah menguji orang-orang percaya melalui sifat-sifat terbaik mereka, begitu juga Ia menguji orang-orang munafik melalui kecemaran-kecemaran terburuk mereka.
- Kedua, kita harus mengandalkan apa yang kita harapkan di dunia yang lain itu sebagai ganti rugi yang berlimpah atas semua yang telah kita tinggalkan atau atas segala kehilangan yang kita derita, atau atas apa yang telah kita singkirkan di dunia ini demi Allah, Engkau akan beroleh harta di sorga. Kita harus, sesuai dengan kewajiban yang diperintahkan kepada kita, percaya kepada Allah atas sukacita yang tidak kelihatan, yang secara berlimpah akan menggantikan segala pengorbanan kita dalam melayani Allah. Perintah ini kedengarannya keras dan kejam, "Juallah semua yang kamu miliki dan berikanlah kepada sesamamu." Orang tentu bisa merasa keberatan dengan perintah "amal dimulai dari rumah" ini, dan karena itulah Kristus segera mengaitkan perintah tersebut dengan jaminan harta di sorga. Perhatikanlah, janji Kristus membuat perintah-Nya mudah, dan kuk-Nya bukan hanya masuk akal, namun juga menyenangkan, manis, dan sangat nyaman. Meskipun demikian, janji ini juga menjadi ujian yang berat bagi iman orang muda ini, sama beratnya seperti perintah untuk berbuat amal dan memandang rendah dunia ini.
- [2] Kita harus tunduk sepenuhnya kepada tuntunan dan perintah Yesus Tuhan kita, Mari, dan ikutlah Aku. Kelihatannya yang dimaksudkan-Nya di sini adalah mengikuti Dia secara dekat dan tetap, seperti misalnya dengan orang muda itu, untuk menjual segala sesuatu yang dimilikinya di dunia ini, atau seperti murid-murid lain yang meninggalkan panggilan hidup mereka. Kita dituntut untuk mengikuti Kristus, kita harus benar-benar taat terhadap penetapan-penetapan-Nya, benar-benar bertindak sesuai dengan pola-pola-Nya, dengan senang hati tunduk terhadap penugasan-Nya, dengan ketaatan yang teguh dan tidak pandang bulu menaati hukum-hukum-Nya. Semuanya ini harus kita lakukan dengan dasar kasih kita kepada-Nya, dan kebergantungan kita terhadap-Nya, serta memandang rendah semua hal lain selain diri-Nya. Segala yang bersaing dengan diri-Nya harus disingkirkan. Inilah yang dimaksudkan dengan mengikuti Kristus sepenuhnya. Menjual semua harta dan memberikannya kepada orang miskin tidak akan berguna jika kita tidak datang dan mengikuti Kristus. Jika aku memberikan semua harta bendaku untuk memberi makan orang-orang miskin, namun tidak memiliki kasih, maka hal itu tidak ada gunanya. Jadi, hanya melalui syarat-syarat inilah, tidak lebih tidak kurang, keselamatan dapat diperoleh. Semua ini merupakan syarat-syarat yang sangat mudah dan masuk akal, dan akan dirasakan begitu bagi mereka yang bersedia menerimanya dengan syarat-syarat apa pun.
- (2) Lihatlah bagaimana ia terbukti tidak tulus. Perintah amal itu menyentuh hatinya (ay. 22). Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
- [1] Ia seorang yang kaya, dan mencintai kekayaannya, karena itu ia beranjak pergi. Ia tidak menginginkan hidup kekal jika ini adalah syarat-syaratnya.
- Perhatikanlah:
- Pertama, mereka yang memiliki banyak harta di dunia berada dalam godaan yang sangat kuat untuk mencintai hartanya, sehingga membuat hati mereka terpaut padanya. Inilah sifat menggoda dari harta duniawi, sampai-sampai orang yang tidak mengingininya pun sangat merindukannya. Ketika kekayaan bertambah, begitu juga bahaya yang membuat hati terpincut dengannya (Mzm. 62:11). Jika saja si orang muda itu hanya memiliki uang dua peser di dunia ini dan diperintahkan untuk memberikannya kepada orang miskin, atau hanya punya segenggam tepung dalam tempayan, dan sedikit minyak dalam buli-buli dan disuruh untuk membuat kue dari bahan-bahan tersebut untuk seorang nabi yang miskin, maka orang bisa berpikir bahwa ujian tersebut benar-benar terlalu berat. Akan tetapi, ujian-ujian seperti ini pun telah diatasi (Luk. 21:4 dan 1Raj. 17:14). Apa yang terjadi dengan orang muda ini menunjukkan bahwa cinta terhadap dunia lebih kuat tarikannya daripada kebutuhan-kebutuhan yang mendesak sekalipun.
- Kedua, cinta akan dunia ini sangat menguasai banyak orang sehingga membuat mereka menjauh dari Kristus, sekalipun tampaknya mereka mempunyai kerinduan untuk mengikuti Dia. Bagi orang-orang yang memperolehnya, harta yang banyak merupakan suatu pencapaian yang besar, namun bila orang sampai terbelit di dalamnya, harta itu malah akan menjadi penghalang terbesar yang merintangi jalannya untuk ke sorga.
- Akan tetapi, ada suatu kejujuran yang tampak dalam diri orang muda tersebut, yaitu bahwa ketika ia tidak menyukai syarat-syaratnya, ia beranjak pergi dan tidak mau berpura-pura. Lebih baik demikian daripada seperti yang dilakukan Demas, yang pernah mengenal Jalan Kebenaran, namun setelah itu berbalik arah karena kecintaannya akan dunia ini, sehingga membawa lebih banyak kecemaran terhadap pengakuan imannya. Orang muda ini tidak ingin menjadi orang yang munafik karena ia tidak mampu menjadi pengikut Kristus yang utuh.
- [2] Pada dasarnya si tuan muda ini memang seorang yang penuh pertimbangan dan punya keinginan yang baik, dan karena itulah ia pergi dengan sedih. Sebenarnya hatinya condong kepada Kristus dan enggan berpisah dengan-Nya. Perhatikanlah, banyak orang dihancurkan oleh dosa yang enggan dilakukannya dan meninggalkan Kristus dengan sedih hati, namun, mereka tidak pernah menyesal telah meninggalkan Dia, karena jika mereka menyesal, mereka akan kembali kepada-Nya. Jadi, kekayaan orang muda ini sangat membuat hatinya gundah, dan terus menjadi cobaan baginya. Seperti apa nantinya rupa kesedihannya, ketika semua miliknya musnah dan semua harapan untuk hidup kekal juga ikut sirna?
SH: Mat 19:13-30 - Bagaimana masuk sorga? (Minggu, 22 Maret 1998) Bagaimana masuk sorga?
Masuk sorga itu berat syaratnya. Hanya seorang yang menjadi seperti anak kecil yang memiliki Kerajaan Sorga. Apa artinya? Sepe...
Bagaimana masuk sorga?
Masuk sorga itu berat syaratnya. Hanya seorang yang menjadi seperti anak kecil yang memiliki Kerajaan Sorga. Apa artinya? Seperti seorang anak kecil yang tidak punya apa-apa untuk diandalkan melainkan sepenuhnya bergantung pada kasih sayang orangtua atau orang dewasa lain, demikianlah orang yang ingin masuk sorga harus sepenuhnya bergantung pada kemurahan Allah saja. Perbuatan baik dan kekayaan bisa membuat orang memiliki keyakinan diri yang kuat, rasa terhormat. Sampai di situ tidak salah. Tetapi bila kebaikan dan kekayaan dijadikan modal untuk menuntut hak masuk sorga, jelas salah besar!
Melepas segala sesuatu. Di dalam dunia ini banyak hal dapat diatur atau diperoleh dengan uang. Bahkan kebenaran dan keadilan pun dapat diputarbalikkan hanya karena uang. Kenyataan seperti itu bisa menggoda orang berpikir bahwa keselamatan dan Kerajaan Sorga pun dapat diperoleh dengan uang, atau Tuhan dapat disogok dengan uang. Ketika Tuhan menuntut orang muda yang kaya itu untuk memberikan semua hartanya kepada orang miskin, tidak berarti bahwa sorga dapat dibeli dengan perbuatan baik. Tidak juga berarti bahwa sorga hanya untuk orang miskin. Perintah itu bertujuan menyadarkan dan melepaskan orang itu dati keterikatannya akan harta.
Bukan memperoleh isi dunia. Tiga kali para murid Yesus dikejutkan, dicengangkan Yesus. Masuk sorga adalah mustahil bagi manusia, tetapi tidak bagi karunia Allah. Jika untuk mengikut Yesus dan masuk sorga orang harus kehilangan segala sesuatu, bukankah itu berarti rugi besar? Tidak! Sebaliknya, orang yang menerima karunia hidup kekal dari Tuhan Yesus akan mengalami berkat-berkat dunia ini dalam perspektif dan nilai yang kekal.
Renungkan: Tuntutan Injil sedemikian berat karena Tuhan ingin memberi kita harta dan kebahagiaan sejati di dalam Dia saja.
Doa: Aku ingin beserah penuh padaMu, Tuhan. Ajarku rela melepas segala hal demi Kau menjadi segalanya bagiku.
SH: Mat 19:13-30 - Motivasi mengikut Yesus (Jumat, 18 Februari 2005) Motivasi mengikut Yesus
Pada umumnya, orang datang ke gereja dengan kerinduan ingin
bertemu Tuhan. Namun, ada juga mereka yang mengikut Tuhan ka...
Motivasi mengikut Yesus
Pada umumnya, orang datang ke gereja dengan kerinduan ingin bertemu Tuhan. Namun, ada juga mereka yang mengikut Tuhan karena kepentingan tertentu.
Terdapat tiga motivasi mengikut Yesus yang tampil di nas ini. Pertama, menganggap diri paling layak mengikut Tuhan, yang diwakili oleh sikap para murid Yesus. Mereka menganggap diri sebagai pengikut-Nya yang paling baik, paling tinggi rohaninya, paling berkuasa, sampai-sampai merasa berhak menentukan siapa yang boleh mendekati Yesus (ayat 13-15). Kedua, menganggap diri paling baik. Ini diwakili oleh seorang muda yang kaya. Pemuda ini merasa dirinya telah menjalankan semua perintah Allah dan mengikuti tata peraturan agama (ayat 16, 18, 20). Oleh karena itu, ia ini yakin bahwa dia pasti masuk surga. Pertanyaannya kepada Yesus bukan lahir dari ketulusan melainkan pameran kebaikan di hadapan orang lain. Ketiga, merasa paling banyak berkorban, diwakili Petrus. Bukankah harga sudah dibayar, tentu hasil melimpah harus diraup dan dinikmati (ayat 27).
Terhadap motivasi keliru ini Yesus menjawab tegas bahwa Dia melihat hati! Dia mengetahui siapa yang tulus hati seperti anak kecil sehingga beroleh anugerah Kerajaan Surga (ayat 14). Orang yang rendah hati, tidak terikat pada kekayaan adalah orang yang dikaruniai Kerajaan Surga (ayat 21). Sedangkan orang yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, akan mendapatkan dirinya diperkaya dengan keluarga besar Allah (ayat 28-29). Sebaliknya mereka yang bertahan dalam motivasi keliru, kehilangan semuanya (ayat 30).
Gereja banyak berisikan orang-orang yang bermotivasi keliru dalam mengikut Yesus. Yang dicari bukan kemuliaan Tuhan, tetapi nama, kehormatan, dan keuntungan pribadi. Tuhan mengenal hati setiap anak-Nya. Hanya mereka yang tulus di hadapan-Nya akan menerima kasih karunia menikmati Kerajaan Surga.
Yang kulakukan: Menjaga motivasi diri tetap murni mengikut Tuhan.
SH: Mat 19:16-30 - Kekayaan dapat membawa duka (Jumat, 23 Februari 2001) Kekayaan dapat membawa duka
Kekayaan seringkali
menjadi dambaan insan demi kebahagiaan. Namun
seringkali pula realita berbicara sebaliknya,
bahwa ...
Kekayaan dapat membawa duka
Kekayaan seringkali menjadi dambaan insan demi kebahagiaan. Namun seringkali pula realita berbicara sebaliknya, bahwa kekayaan membawa duka: ketidakharmonisan, retaknya persahabatan, rela menjual kejujuran dan ketulusan, dan kehancuran diri. Terlebih lagi bila kekayaan telah menjadi dewa dalam kehidupan seseorang, sehingga segala sesuatu diukur dengan kekayaan. Inilah yang terjadi dalam diri sang pemuda kaya yang malang.
Strategi pemuda kaya dalam mengajukan pertanyaan (ayat 16) menunjukkan bahwa sesungguhnya ia tidak sedang bertanya, tetapi memamerkan kesalehannya (ayat 20). Ketika ia menganggap bahwa semua yang baik telah dilakukannya, Yesus menegaskan bahwa hanya Satu yang baik (ayat 17), yakni Tuhan. Bagaimana pun baiknya manusia tetaplah manusia berdosa, yang tidak mungkin mencapai standar kebaikan Allah. Maka Yesus mengatakan bahwa untuk memperoleh hidup kekal, manusia harus datang kepada Allah (ayat 17), dan tidak mungkin dengan usaha atau perbuatan baik manusia. Namun pemuda tersebut menilai kehidupan kekal hanya sejauh usaha manusia (ayat 20). Mungkinkah seorang dapat melakukan semua perintah Allah dengan sempurna, bukan dengan standar manusia tetapi dengan standar Allah?! Bila benar bahwa pemuda tersebut telah melakukan semuanya demi kasihnya kepada Allah, maka ketika Yesus menyuruhnya menjual segala miliknya dan membagikan kepada orang miskin, tidak akan membuatnya sedih, tetapi dengan sepenuh hati ia akan melakukannya. Namun ia gagal karena kekayaan telah menjeratnya.
Ketidakmengertian murid-murid, menyebabkan Yesus harus menjelaskan bahwa orang kaya sulit masuk surga, bukan karena kekayaannya, tetapi karena pemahaman yang salah, sehingga tidak menyadari bahwa keselamatan adalah anugerah, yang sesungguhnya tidak dapat diukur dan diupayakan dengan materi. Demikian pula pemahaman mereka tentang apa yang didapatkan sebagai balasan dari kerelaan meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus (ayat 27). Mereka pun mengukur segala sesuatu dengan neraca untung-rugi. Bagi mereka kehidupan kekal masih merupakan sesuatu yang abstrak, maka titik tolak pembicaraan mereka berkisar hal materi.
Renungkan: Kekayaan manakah yang lebih berarti, yang bersifat sementara ataukah yang bersifat kekal walau tak nampak wujudnya kini?
SH: Mat 19:16-26 - Bukan karena perbuatan baik (Kamis, 25 Februari 2010) Bukan karena perbuatan baik
Banyak orang tidak merasa perlu percaya kepada Yesus, karena merasa
sudah banyak berbuat baik dan "tidak pernah" mel...
Bukan karena perbuatan baik
Banyak orang tidak merasa perlu percaya kepada Yesus, karena merasa sudah banyak berbuat baik dan "tidak pernah" melakukan dosa dan kejahatan. Mereka menganggap perbuatan baik atau amal akan menyelamatkan mereka dari hukuman dan membawa mereka masuk ke sorga.
Hal ini juga diterima dan dipahami oleh seorang muda yang kaya, yang menanyakan pada Yesus tentang perbuatan baik yang harus ia lakukan agar mendapatkan hidup kekal. Yesus pertama-tama memperbaiki pandangannya yang salah dengan mengajarkan bahwa hanya ada Satu yang baik yaitu Allah saja (Mrk. 10:18). Setiap perbuatan baik yang manusia lakukan tidak dapat memenuhi tuntutan atau standar Allah. Perbuatan baik berdasarkan standar Allah adalah hidup sesuai dengan Taurat yang dirangkum dalam hukum mengasihi sesama manusia. Pemuda itu dengan angkuh tetapi juga keliru, berkata bahwa ia sudah melakukan seluruh tuntutan Taurat. Ternyata ia belum memahami esensi Taurat, yaitu hidup dalam anugerah. Buktinya ia menolak ajakan Yesus untuk menjual hartanya dan memberikan semuanya kepada orang miskin agar dapat mengikut Yesus. Taurat bagi anak muda itu sekadar alat untuk mendapatkan pembenaran, bukan otoritas Allah untuk ditaati dengan hati bersyukur.
Kisah orang muda itu dijadikan Yesus sebagai pelajaran yang berharga bagi murid-murid-Nya agar mereka jangan dikuasai oleh harta. Fokus hidup orang yang dikuasai oleh harta bukanlah Allah dan kehendak-Nya, tetapi harta itu sendiri sebagai penjamin hidup mereka (Mat. 6:24). Tanpa mengakui berdosa diperbudak harta serta bertobat, mustahil seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sebaliknya itu adalah anugerah Allah yang diterima, disadari, dan direspons dengan ucapan syukur.
Perbuatan baik dan punya harta banyak tidak membuat Anda menjadi anak Tuhan. Hanya anugerah semata yang menyelamatkan. Namun orang yang sudah diselamatkan pasti senang berbuat baik dan suka berbagi kepada sesama.
SH: Mat 19:16-30 - Sukar masuk Kerajaan Allah? (Senin, 25 Februari 2013) Sukar masuk Kerajaan Allah?
Apa itu kaya? Menurut kamus, kaya itu "mempunyai banyak harta". Kalau dulu kekayaan ditandai dengan jumlah hewan ternak d...
Sukar masuk Kerajaan Allah?
Apa itu kaya? Menurut kamus, kaya itu "mempunyai banyak harta". Kalau dulu kekayaan ditandai dengan jumlah hewan ternak dan perhiasan emas yang dimiliki, kini orang lebih mengapresiasi saldo rekening pribadi yang jumlahnya sembilan digit ke atas dan berbagai gadget tercanggih. Mungkinkah orang seperti itu masuk ke dalam Kerajaan Allah (atau, dalam istilah khas Matius, "Kerajaan Sorga)?
Nas ini menegaskan satu hal penting: orang kaya hanya bisa "masuk Kerajaan Allah" melalui cara dan kehendak Allah yang berotoritas, dan bukan caranya sendiri. Ia takkan bisa bergabung ke dalam komunitas umat Allah yang diselamatkan dan dipanggil untuk menyatakan kehendak-Nya di bumi, jika cara masuk itu dipikirkan oleh dirinya sendiri, dan ia menolak cara yang dikehendaki Allah.
Interaksi antara Yesus dengan seorang muda di ayat 16-22 menggarisbawahi hal ini. Orang muda itu memang taat karena telah menuruti kesepuluh firman Allah (20). Namun ketika panggilan Yesus datang kepadanya secara pribadi di ayat 21, ia justru mundur dan "pergi ... dengan sedih, sebab banyak hartanya" (22). Ketika Allah menghendaki dia menjual hartanya dan mengikut Yesus, suatu panggilan khusus yang belum tentu diterima pengikut Yesus lainnya (bdk. Yusuf dari Arimatea; Mat. 27:57), ia justru menolak. Pengajaran Yesus di bagian berikutnya menggarisbawahi hal ini. Orang kaya memang "sukar sekali" untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tetapi bukan tidak mungkin. Mengapa? Karena "bagi Allah segala sesuatu mungkin" (26). Yaitu dengan cara Allah sendiri, yang diwujudnyatakan melalui kuasa penebusan Kristus dan pembaruan Roh Kudus. Bahkan, yang penting di dalam Kerajaan Allah bukan lagi soal kaya atau miskin, tetapi soal mengikut Kristus dan mengorbankan apa pun yang mesti dkorbankan demi mengikut Dia (27-30).
Nas ini menantang kita untuk menjawab: apa panggilan Allah kepada kita yang mesti kita taati? Sebagai murid Kristus, kita tak hanya dipanggil untuk percaya, tetapi juga taat kepada-Nya. Jika Allah menghendaki kita mengorbankan bahkan harta, kita mesti siap untuk taat.
SH: Mat 19:16-26 - Orang Kaya dan Kerajaan Allah (Senin, 6 Maret 2017) Orang Kaya dan Kerajaan Allah
Mengapa manusia mencintai uang? Uang dapat memberikan pelbagai kenyamanan hidup. Dengan uang, manusia dapat membeli dan...
Orang Kaya dan Kerajaan Allah
Mengapa manusia mencintai uang? Uang dapat memberikan pelbagai kenyamanan hidup. Dengan uang, manusia dapat membeli dan menikmati apa pun yang diinginkannya. Uang tidak lagi dilihat sebagai sarana untuk berbuat kebaikan, melainkan candu yang membuat orang mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin.
Tidak diketahui dengan pasti apa motif orang kaya itu bertanya kepada Yesus. Ia menyapa Yesus sebagai guru yang baik dengan harapan mendapat petunjuk soal kehidupan kekal (16-17). Selama ini, orang tersebut beranggapan bahwa upaya manusia dalam menjalankan hukum Taurat dapat menjamin kehidupan kekal (18-20). Ia tidak memahami bahwa hukum Taurat tidak menyelamatkan, hanya membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih baik. Lagi pula, kehidupan kekal tidak dapat dibeli dengan uang maupun perbuatan baik, melainkan anugerah Allah.
Dengan berterus terang Yesus menawarkan solusi, yaitu: Pertama, menjual dan membagi-bagikan kekayaannya kepada orang miskin (21a-c). Yesus mengajar orang itu agar memiliki harta abadi daripada harta dunia. Kekayaan duniawi hanya memenjarakan hati seseorang berpijak di atas dua perahu (bdk. Luk. 16:13), sedangkan harta surgawi membebaskan orang dari kemelekatan (bdk. Luk. 12:33-34). Kedua, mengikut Yesus (21d). Artinya, mengabdi dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah dan Kerajaan-Nya. Yang terjadi adalah orang kaya itu lebih mencintai hartanya daripada Kerajaan Surga (22-23). Jadi, kehidupan kekal tidak berbicara soal kemampuan manusia untuk berbuat baik, melainkan karya Allah dalam diri orang yang merespons anugerah-Nya dalam Kristus (25-26).
Allah tidak melarang umat-Nya memiliki kekayaan dan hidup makmur. Namun, ada risiko yang perlu diwaspadai, yaitu mencintai harta lebih dari diri Allah sama artinya perzinaan rohani dan pemberhalaan.
Harta yang melimpah tidak menyelamatkan. Berdoalah agar Allah menerangi hati dan pikiran kita untuk memahami bahwa harta abadi adalah Kristus! [TG]
SH: Mat 19:16-30 - Upah (Senin, 13 September 2021) Upah
Bagi setiap manusia, bekerja adalah keniscayaan. Orang hidup untuk bekerja. Ketika orang bekerja, maka mereka akan menerima upahnya. Tentu saja,...
Upah
Bagi setiap manusia, bekerja adalah keniscayaan. Orang hidup untuk bekerja. Ketika orang bekerja, maka mereka akan menerima upahnya. Tentu saja, setiap pekerja berharap untuk mendapatkan upah yang sebesar-besarnya. Namun, pemikiran tentang upah tak hanya muncul dalam kaitan dengan pekerjaan, melainkan juga dalam kaitan dengan kehidupan setelah kematian.
Nas hari ini menunjukkan hal tersebut. Dari pertanyaan seorang muda yang kaya itu (16), jelas bahwa baginya, dan mungkin bagi kebanyakan orang, surga adalah upah yang akan mereka terima bila mereka melakukan suatu pekerjaan tertentu. Hal yang menarik adalah cara Yesus menjawab pertanyaan tersebut. Alih-alih memberikan jawaban yang bersifat hitam putih, Yesus justru mengajak orang muda tersebut untuk memeriksa ulang apa yang menjadi pemahamannya.
Yesus mulai dengan mempertanyakan konsep "baik" (17) dengan menyodorkan konsep perintah yang baik (18-19, 21). Bagi Yesus, jelas bahwa melakukan perbuatan baik adalah keniscayaan, bukan demi mendapatkan upah. Ternyata, pemikiran seperti yang ada pada orang muda itu, juga ada di dalam pikiran para murid (25, 27). Bagi mereka, masuk surga-mendapatkan hidup yang kekal-adalah upah. Mereka berpikir bahwa perbuatan atau pekerjaan yang mereka anggap baik cukup untuk membuat mereka mendapatkan upah yang besar, yaitu hidup kekal. Yesus menunjukkan bahwa hidup kekal dalam surga bukanlah upah. Tidak ada perbuatan baik manusia sekecil atau sebesar apa pun yang dapat membawanya sampai ke sana.
Hidup kekal adalah anugerah Allah, bukan upah yang diterima manusia karena melakukan sesuatu yang baik. Kita melakukan pekerjaan baik bukan agar kita masuk surga. Melakukan pekerjaan baik adalah panggilan bagi setiap orang dan secara khusus bagi siapa pun yang mengikut Kristus.
Jadi, mari kita mengerjakan semua yang baik bukan agar mendapatkan upah; sebaliknya, kita melakukan pekerjaan baik karena kita sudah mendapat anugerah-Nya. [JCP]
TFTWMS -> Mat 19:16-22
TFTWMS: Mat 19:16-22 - Pertanyaan Orang Muda Yang Kaya PERTANYAAN ORANG MUDA YANG KAYA (Matius 19:16-22)
16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuper...
PERTANYAAN ORANG MUDA YANG KAYA (Matius 19:16-22)
16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." 18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" 21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Ayat 16. Dalam semua tiga Injil Sinoptik, kisah ini terjadi setelah Yesus memberkati anak-anak (19:16-22; Mrk. 10:17-22; Luk. 18:18-23). Tidak bisa dipastikan berapa lama waktu telah berlalu antara adegan pemberkatan dan wawancara Yesus dengan orang yang digambarkan di sini. Markus 10:17 membuka kisah ini dengan menyatakan, "Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan … bertelut di hadapan-Nya." Catatan Matius kurang deskriptif: Ada seorang datang kepada Yesus. Orang dalam kisah ini secara tradisional diacukan sebagai "pemimpin muda yang kaya." Gambaran ini merupakan gabungan berbagai rincian dalam tiga Injil Sinoptik.
Orang itu kaya. Matius dan Markus sama-sama menunjukkan bahwa laki-laki ini "banyak hartanya" (19:22; Mrk. 10:22). Injil Lukas berbunyi "ia sangat kaya" (Luk. 18:23). Bagaimana ia memperoleh uangnya tidaklah diketahui; kemungkinan uang itu adalah uang warisan. Namun begitu, cara ia memperoleh hartanya tidaklah sepenting sikapnya terhadap hartanya itu.
Orang itu juga muda. Dalam Matius dua kali ia disebut "orang muda" (neani÷skoß, neaniskos) (19:20, 22). Dengan mengutip Hippocrates, filsuf Yahudi Philo berkata bahwa periode muda ini merentang dari usia 22 sampai 28 tahun. Ia menempatkan kelompok usia dalam kelipatan tujuh: "Ia adalah seorang pemuda sampai pertumbuhan seluruh tubuhnya selesai, yang bertepatan dengan [periode] tujuh tahunan yang keempat."1
Dengan mengutip Pythagoras, penulis biografi Yunani Diogenes Laertius berkata bahwa "pemuda" (neaniskos) adalah antara usia 20 dan 40.2Dalam hal ini, orang bisa mengatakan bahwa kedewasaan orang dalam kisah ini masih muda.
Di samping itu, ia adalah seorang pemimpin. Hanya Lukas yang mengacukan orang ini dengan istilah "pemimpin" (a¡rcwn, archōn) (Luk. 18:18). Bisa jadi ia adalah seorang politisi setempat atau mungkin seorang pejabat wilayah. Kemungkinan yang lebih mendekati adalah bawah ia adalah seorang pemimpin atas sebuah sinagoga lokal (lihat komentar tentang 9:18). Apapun posisinya, adalah jelas bahwa jabatannya tidak ia peroleh lewat suap atau tipu daya. Ia adalah laki-laki bermoral baik yang telah menuruti perintah Allah (19:17-20).
Orang yang baik ini datang kepada Yesus dan bertanya, "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Beberapa orang yang menghampiri Yesus menyapa Dia sebagai" Guru "(lihat komentar tentang 8:19). Beberapa naskah yang menambahkan kata "baik" sebelum kata "Guru" mungkin meminjam kata itu dari kisah yang paralel (lihat Mrk. 10:17; Luk. 18:18).3Matius mencadangkan kata "baik" untuk menggambarkan "hal" yang orang itu sedang tanyakan.
Pertanyaan orang itu mungkin menyiratkan suatu keyakinan bahwa, jika ia melakukan "hal baik" tertentu ia bisa mendapatkan atau layak menerima hidup kekal. J. W. McGarvey mendukung pandangan ini: "Orang itu jelas mengira bahwa ada satu amal tertentu yang sangat ditinggikan sehingga dengan melakukan amal itu ia akan memperoleh hidup yang kekal."4Ia mungkin sekedar percaya bahwa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya dan ingin memastikan nasib kekalnya. Terlepas dari motivasi di balik pertanyaannya itu, orang itu tertarik kepada hal-hal rohani dan tidak ingin kehilangan upah kekal-Nya.
Pertanyaan serupa ditemukan di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Orang banyak, termasuk para pemungut cukai dan para prajurit, menghampiri Yohanes Pembaptis dan menanya dia, "[Guru], apakah yang harus kami perbuat?" (Luk. 3:10, 12, 14). Pada hari Pentakosta, mereka yang percaya kepada pesan injil menanya Petrus dan para rasul lainnya, "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" (Kisah 2:37). Penjaga penjara menanya Paulus dan Silas, "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (Kisah 16:30).
Dalam Talmud, murid-murid Eliezer berkata, "Guru, ajarkan kami jalan kehidupan sehingga melalui jalan itu kami bisa memenangkan kehidupan dunia masa depan."5Dalam ayat ini, kita melihat penampilan pertama ungkapan "hidup kekal" dalam Matius (lihat 19:29; 25:46). Belakangan, istilah ini secara khusus digunakan dalam Yohanes.
Ayat 17. Beberapa naskah berbunyi, "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain Allah saja" (lihat Mrk. 10:18; Luk. 18:19).6Namun, Alkitab NASB mempertahankan bacaan aslinya: "Mengapa engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya ada Satu yang baik; tetapi jika engkau ingin masuk ke dalam kehidupan, patuhilah segala perintah." Dalam bahasa Yunani, kata ganti "ku" berada dalam posisi yang tegas. Dengan pertanyaan-Nya, Yesus pasti sedang menguji pandangan orang muda itu tentang diri-Nya. Pemimpin itu adalah seorang Yahudi yang berpendidikan dan tentunya tahu apa yang hukum Taurat minta. Dengan mengingatkan dia bahwa hanya Satu—Allah sendiri—yang benar-benar "baik," Yesus sedang mengarahkan pemimpin muda itu kepada sumber kebaikan.7Allah kita yang baik telah mengungkapkan dalam Firman-Nya apa yang dibutuhkan dari orang yang ingin masuk sorga. Untuk menjelaskan apa yang sudah Ia katakan, Yesus memberitahu orang muda itu untuk "turutilah segala perintah Allah."
Ayat 18, 19. Pemimpin itu bertanya, "Perintah yang mana?" Ia tidak sedang menyiratkan bahwa beberapa perintah harus diabaikan; ia sedang berasumsi bahwa beberapa perintah lebih berat daripada yang lainnya (lihat 23:23).8
Yesus menjelaskan dengan mengacu kepada lima dari Sepuluh Perintah yang berkaitan dengan hubungan: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (lihat Kel. 20:12-16; Ula. 5:16-20). Yesus menyantumkan perintah positif "hormatilah ayahmu dan ibumu" setelah perintah-perintah negatif, dan bukan sebelumnya, seperti dalam Sepuluh Hukum. Perintah terakhir yang Ia berikan, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri," dikutip dari Imamat 19:18 dan digunakan oleh Yesus sebagai pernyataan ringkasan. David Hill menyatakan bahwa kutipan-kutipan dari paruh akhir Sepuluh Perintah itu digabungkan dengan Imamat 19:18 dalam pengajaran orang Yahudi untuk anak-anak atau para mualaf baru (lihat Rom. 13:9).9
Ayat 20. Pemimpin itu menyatakan, " Semuanya itu telah kuturuti." Beberapa manuskrip menambahkan kalimat "dari masa mudaku" atau "dari muda" (lihat Markus 10:20; Luk. 18:21).10Pada satu sisi, klaim orang mudah itu dapat dilihat sebagai sah (lihat Flp. 3:6); tetapi di sisi lain, ia tidak bisa menuruti segala perintah itu seperti yang dijabarkan oleh Khotbah di Bukit.11Tentunya kita harus memuji sikap anak muda ini. Meskipun ia percaya sudah menuruti dengan sempurna segala perintah ini, ia tahu bahwa ia masih kurang sesuatu.
Ayat 21. Meski pemimpin muda itu tulus dan sopan, Tuhan tahu kekayaannya sudah menjadi penghalang bagi pelayanannya kepada Tuhan. Yesus mengasihi orng itu (Mrk. 10:21) dan menjawab, "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Apakah menjual harta menjadi syarat bagi setiap orang yang ingin mengikut Yesus? Tidak. Jika orang ini mau mengikut Yesus dan murid-murid-Nya seraya mereka pergi ke semua kota kecil dan kota-kota besar Palestina, ia perlu membuat komitmen penuh. Yesus menggunakan kata te/leioß (teleios), kata yang berarti "lengkap" atau "dewasa" (1 Kor. 2:6; 14:20; Efe. 4:13; Flp. 3:15; Kol. 1:28; 4:12; Ibr. 5:14).12Yesus memberitahu dia untuk memberikan respon yang lengkap dan jelas. Meski Ia tidak mengikat persyaratan itu kepada kita, menjual harta kita mungkin diperlukan dalam situasi dimana harta itu menjadi batu sandungan untuk menjadi pengikut yang setia.
Tidak cukup bagi orang muda itu untuk menjual hartanya dan memberikan hasil penjualannya kepada orang miskin (lihat 1 Kor. 13:3). Ia harus "mengikut" Yesus, yang berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh. 14:6). "Ikutlah Aku" sering digunakan oleh Yesus sebagai undangan kepada pemuridan (lihat 8:22; 10:38, 39; 16:24-26). Ia mengucapkan kata-kata yang serupa ketika memanggil empat nelayan (4:19) dan Matius si pemungut cukai (9:9), dan mereka melakukan apa yang Yesus minta untuk dilakukan oleh pemimpin muda ini.
Ayat 22. "Orang muda itu … pergi … dengan sedih, sebab banyak hartanya. Orang ini datang sambil berlari-lari (Mrk. 10:17) kepada Yesus dengan sukacita, tapi ia pergi dengan sedih karena Tuhan memberitahu dia bahwa ia harus menyerahkan kekayaannya. Lukas menulis "ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya" (Luk. 18:23). "Kekayaan"nya (kthvma, ktēma) mungkin mencakup tanah, rumah, dan perabot rumah tangga.13Para rasul telah menyerahkan beberapa dari kekayaan itu untuk mengikuti Yesus (lihat komentar tentang 19:29).14
Dalam kasus orang muda ini, harta dunia harus ditinggalkan untuk menerima harta di sorga. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus berkata, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (6:21), dan "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (6:24). Dalam salah satu perumpamaan Yesus, seseorang dengan sukacita menjual segala miliknya untuk mendapatkan harta karun, yaitu, kerajaan Allah (13:44). Daripada memilih berpegang erat kepada Yesus, pemimpin muda yang kaya ini memilih berpegang erat pada harta kekayaannya. Douglas R. A. Hare memberikan penilaian ini tentang keputusan pemimpin muda itu:
Ia bisa saja karena dipermalukan memberi jauh lebih banyak dari sebagian besar pendapatannya kepada orang miskin. Yang merupakan keberatan baginya adalah melepaskan makna kekayaan itu yaitu: hak istimewa, status, dan kekuatan ekonomi. Ia tidak siap melepaskan dunianya yang nyaman dan aman demi dunia yang tak dikenal, menakutkan yang ke dalamnya Yesus memanggil dia. Ia diidentifikasi oleh kekayaannya; ia tidak menemukan identitas baru. Ia tahu "harga" dirinya dalam dunianya, dan dengan standar itu Yesus dan murid-muridnya tidak "berharga" sama sekali.15
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: PENGAJARAN SANG RAJA Tentang Mengikut Dia 19:16-30
Ajaran Tentang Kekayaan Dan Pemuridan
Setelah ajaran Yesus tentang perkawinan dan percera...
Matius: PENGAJARAN SANG RAJA Tentang Mengikut Dia 19:16-30
Ajaran Tentang Kekayaan Dan Pemuridan
Setelah ajaran Yesus tentang perkawinan dan perceraian dan berkat-Nya kepada anak-anak, topik pelayanan Yesus berubah kepada peran kekayaan dalam kehidupan seorang murid (19:16-30). Kesamaan dalam tiga episode itu adalah rumah tangga, karena perkawinan, anak-anak, dan kekayaan semuanya berhubungan dengan rumah tangga.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Yesus Dan Orang Kaya (Matius 19:16-30)
Kepercayaan bahwa Yesus menentang orang kaya adalah kesalahpahaman. Ia sesungguhnya tidak membedakan orang. Di...
Yesus Dan Orang Kaya (Matius 19:16-30)
Kepercayaan bahwa Yesus menentang orang kaya adalah kesalahpahaman. Ia sesungguhnya tidak membedakan orang. Di antara murid-murid-Nya ada Zakheus, Yusuf dari Arimatea, dan Nikodemus (Luk. 19:1-10; Mat. 27:57; Yoh. 3:1, 2; 19:38, 39). Orang kaya harus menggunakan uang mereka untuk memberkati orang lain dan memajukan Kerajaan Allah (1 Tim. 6:17-19) Tentu saja, mereka bisa menyukakan Allah dengan melakukan hal demikian. Masalah pemimpin muda yang kaya bukanlah uang, tetapi cinta uang (1 Tim. 6:10). Yesus tidak menyalahkan orang kaya.
Yesus tidak meminta dari setiap orang pengorbanan yang sama yang Ia tuntut dari orang muda ini. Ia memberikan instruksi ini karena Ia tahu apa masalah orang ini. Meskipun kita tidak diharuskan untuk menjual semua yang kita miliki untuk mengikut Kristus, tapi harta materi kita harus menjadi nomor dua bagi komitmen kita untuk mengikut Dia (Flp. 3:7-11). Jika kekayaan materi menjadi ilah kita, kita tidak punya ruang untuk satu-satunya Allah sejati (6:24). Kita tidak dapat melayani keduanya.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Philo On the Creation 36.
2 Diogenes Laertius Lives of Imminent Philosophers 8.7.
3 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on ...
Catatan Akhir:
- 1 Philo On the Creation 36.
- 2 Diogenes Laertius Lives of Imminent Philosophers 8.7.
- 3 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 39; lihat NKJV.
- 4 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 167.
- 5 Talmud Berakoth 28b.
- 6 Metzger, 39-40; see KJV; NKJV.
- 7 Mazmur sering merayakan kebaikan Allah (Maz. 16:2; 25:8; 34:8; 86:5; 100:5; 106:1; 107:1; 118:1, 29; 135:3; 136:1; 145:9) Mishnah juga mendorong orang-orang untuk memuliakan Allah atas kebaikan-Nya: "Berbahagialah ia, orang baik dan pelaku kebaikan" (Mishnah Berakoth 9.2).
- 8 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 225.
- 9 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century 14 Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 283.
- 10 Metzger, 40; lihat KJV; NKJV.
- 11 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 558.
- 12 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 70-71.
- 13 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 572. Bauer mencatat dua kisah yang paralel dari literatur kuno: Seorang pemuda yang kaya mengikut Diogenes, dan seorang senator melepaskan semua hartanya untuk menjadi murid Cynic (Diogenes Epistles 38.5; Porphyry Life of Plotinus 7.)
- 14 Menariknya, melepaskan semua kekayaan seseorang bertentangan dengan ajaran rabi. Salah nas dalam Talmud mendorong para pembaca untuk tidak menghabiskan lebih dari seperlima kekayaannya. (Talmud Ketuboth 50a.)
- 15 Hare, 227.
- 16 Metzger, 90; see KJV; NKJV.
- 17 Talmud Berakoth 55b (penekanan ditambahkan).
- 18 Talmud Baba Metzia 38b (penekanan ditambahkan).
- 19 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 120.
- 20 William Kirk Hobart, The Medical Language of St. Luke (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 61.
- 21 Untuk foto tentang dua jarum yang ditemukan di Yerusalem dari periode Romawi, lihat Wilkins, 120.
- 22 Metzger , 40. Metzger menjelaskan bahwa "dua kata Yunani itu akhirnya dilafalkan sama." Para ahli kitab akan dengan mudahnya mengacaukan dua kata itu, terutama mereka yang mendengarkan seorang pembaca.
- 23 John J. Hughes, "Needle," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1986), 3:510.
- 24 Ada keyakinan bawah orang dapat mempertahankan kekayaannya dengan mengikut Allah, yang merupakan sumber segala berkat. (Letter of Aristeas 204, 205.)
- 25 Hare, 228.
- 26 Ibid.
- 27 Lihat Kej. 18:14; Ayub 42:2; Zak. 8:6; Mrk. 9:23; Luk. 1:37; 2 Kor. 9:8; Fil. 4:13.
- 28 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 233.
- 29 Philo Life of Moses 2.12.
- 30 Josephus Antiquities 11.3.9.
- 31 Beberapa orang mencoba untuk menyocokkan ayat ini dengan ajaran premilenial mereka, tetapi konsep mereka tentang pemerintahan Kristus selama seribu tahun di bumi secara harfiah didasarkan pada dalil Kitab Suci yang dibuat-buat.
- 32 James Burton Coffman, Commentary on the Gospel of Matthew (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1968), 298-99.
- 33 H. Leo Boles, A Commentary on the Gospel According to Matthew (Nashville: Gospel Advocate Co., 1936), 396.
- 34 Lewis, Matthew, 73.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi