Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 3:17
Full Life: Mat 3:17 - CONTOH TENTANG TRINITAS.
Nas : Mat 3:17
Baptisan Yesus merupakan perwujudan yang sangat baik untuk
menunjukkan kebenaran tentang Trinitas.
1) Yesus Kristus, yang dinya...
Nas : Mat 3:17
Baptisan Yesus merupakan perwujudan yang sangat baik untuk menunjukkan kebenaran tentang Trinitas.
- 1) Yesus Kristus, yang dinyatakan setara dengan Allah (Yoh 10:30), dibaptis di Sungai Yordan.
- 2) Roh Kudus, yang juga setara dengan Bapa (Kis 5:3-4) turun ke atas Yesus sebagai burung merpati.
- 3) Bapa menyatakan bahwa Ia sangat berkenan kepada Yesus. Jadi, kita
mempunyai tiga oknum ilahi yang setara; adalah bertentangan dengan
seluruh Alkitab bila kita menafsirkan peristiwa ini dengan cara yang
lain. Menurut doktrin Trinitas ketiga oknum ilahi ini demikian bersatu
hakikatnya sehingga mereka merupakan Allah yang Esa
(lihat cat. --> Mr 1:11
[atau ref. Mr 1:11]
mengenai Trinitas; bd. Mat 28:19; Yoh 15:26; 1Kor 12:4-13; Ef 2:18; 1Pet 1:2).
Jerusalem -> Mat 3:17
Jerusalem: Mat 3:17 - Inilah Anak yang Kukasihi Seharusnya: Inilah Anakku...perkataan ilahi ini pertama-tama menunjuk Yesus sebagai "Hamba Tuhan" yang sejati, sebagaimana dinubuatkan oleh Yesaya. te...
Seharusnya: Inilah Anakku...perkataan ilahi ini pertama-tama menunjuk Yesus sebagai "Hamba Tuhan" yang sejati, sebagaimana dinubuatkan oleh Yesaya. tetapi sebutan "Hamba" diganti dengan sebutan "Anak" (karena kata Yunani "pais" berarti baik Hamba maupun Anak) untuk menonjolkan Yesus sebagai Mesias dan hubungannya dengan Bapa sebagai Anak sesungguhnya, bdk Mat 4:3+.
Ref. Silang FULL -> Mat 3:17
Ref. Silang FULL: Mat 3:17 - dari sorga // Inilah Anak-Ku // Aku berkenan · dari sorga: Ul 4:12; Mat 17:5; Yoh 12:28
· Inilah Anak-Ku: Mazm 2:7; Kis 13:33; Ibr 1:1-5; 5:5; 2Pet 1:17,18
· Aku berkenan: Ye...
· dari sorga: Ul 4:12; Mat 17:5; Yoh 12:28
· Inilah Anak-Ku: Mazm 2:7; Kis 13:33; Ibr 1:1-5; 5:5; 2Pet 1:17,18
· Aku berkenan: Yes 42:1; Mat 12:18; 17:5; Mr 1:11; 9:7; Luk 3:22; 9:35; 2Pet 1:17
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 3:13-17
Matthew Henry: Mat 3:13-17 - Yesus Dibaptis Yesus Dibaptis (3:13-17)
Sejak masa kecilnya sampai saat ini ketika usia-Nya hampir tiga puluh tahun, Tuhan kita Yesus Kristus tinggal di Galilea t...
Yesus Dibaptis (3:13-17)
- Sejak masa kecilnya sampai saat ini ketika usia-Nya hampir tiga puluh tahun, Tuhan kita Yesus Kristus tinggal di Galilea tanpa ada hal yang menonjol padanya, seakan ia terkubur hidup-hidup. Namun sekarang, sesudah malam yang gelap dan panjang, lihatlah, akan terbit surya kebenaran dalam kemuliaan. Kegenapan waktu itu telah tiba bagi Kristus untuk masuk ke dalam pelayanan-Nya yang telah dinubuatkan, dan Ia memilih untuk melakukannya bukan di Yerusalem (walaupun mungkin saja Ia datang ke sana untuk menghadiri tiga hari raya tahunan seperti orang lain), melainkan di tempat Yohanes sedang membaptis, karena kepadanyalah berbondong-bondong orang-orang yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan kepadanyalah mereka akan datang untuk menyambut Dia. Usia Yohanes Pembaptis enam bulan lebih tua daripada Juruselamat kita, dan diduga bahwa ia mulai berkhotbah dan membaptis sekitar enam bulan sebelum Kristus muncul. Selama itu ia sibuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, di seluruh daerah sekitar Yordan. Selama enam bulan ini, lebih banyak yang dilakukan dalam menyiapkan jalan bagi Kristus daripada yang telah dilakukan selama beberapa abad sebelumnya. Kedatangan Kristus dari Galilea ke Yordan untuk dibaptis, mengajarkan kepada kita agar tidak takut terhadap penderitaan dan kerja keras, agar kita memperoleh kesempatan untuk menghampiri Allah sesuai perintah-Nya. Lebih baik kita bersedia untuk pergi jauh daripada kehilangan hubungan dengan Allah. Siapa yang mau mendapat harus mencari.
- Dalam kisah tentang baptisan Kristus ini kita bisa mengamati:
- I. Betapa dengan susah payah Yohanes harus dibujuk agar ia mau membaptis Kristus (ay. 14-15). Ini merupakan contoh sikap yang sangat rendah hati dari Kristus, sampai Ia memberi diri untuk dibaptis oleh Yohanes, supaya Dia yang tidak mengenal dosa tunduk kepada baptisan pertobatan. Perhatikanlah, begitu Kristus mulai berkhotbah, Ia menyampaikan tentang kerendahan hati, melalui teladan-Nya sendiri, kepada semua orang, terutama para hamba Tuhan yang masih muda. Kristus telah ditentukan sebelumnya untuk menerima penghormatan tertinggi, namun dalam langkah pertama-Nya justru Ia merendahkan diri. Perhatikanlah, mereka yang mau menanjak ke atas harus memulai dari bawah. Kerendahan hati mendahului kehormatan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi Yohanes bila Kristus datang kepadanya seperti itu, dan ini merupakan upah yang dikembalikan-Nya atas jasa yang diberikan Yohanes bagi-Nya, yaitu memberitakan kedatangan-Nya. Perhatikanlah, mereka yang menghormati Allah akan dihormati oleh-Nya. Sekarang kita lihat selanjutnya:
- . Keberatan Yohanes untuk membaptis Yesus (ay. 14). Yohanes mencegah Dia, sama seperti yang dilakukan Petrus ketika Kristus hendak membasuh kakinya (Yoh. 13: 6-8). Perhatikanlah, sikap Kristus yang merendahkan diri itu sangat mengejutkan sehingga penampilan-Nya yang pertama kali ini tampak sangat tidak masuk akal bagi orang percaya yang paling bersungguh-sungguh; begitu dalam dan misterius, sampai-sampai mereka yang mengenal jalan pikiran-Nya dengan sangat baik tidak bisa langsung memahami artinya, sehingga, karena ketidaktahuan, mulai membuat keberatan terhadap kehendak Kristus. Kesederhanaan Yohanes membuatnya berpikir bahwa ini kehormatan yang terlampau besar baginya, dan ia mengutarakannya kepada Kristus sama seperti yang dilakukan ibunya terhadap ibu Kristus (Luk. 1:43), Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Pada saat ini Yohanes sudah mendapat nama besar dan dihormati di mana-mana, namun lihatlah betapa ia tetap merendah! Perhatikanlah, Allah menyediakan kehormatan yang lebih lagi bagi mereka yang memiliki roh yang tetap rendah hati pada saat nama mereka sedang meningkat.
- (1) Yohanes merasa bahwa dialah yang perlu dibaptis oleh Kristus, Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu dengan baptisan Roh Kudus, dan dengan api, sebab itulah baptisan Kristus (ay. 11).
- [1] Meskipun Yohanes penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya (Luk. 1:15), ia masih mengakui bahwa ia perlu dibaptis dengan baptisan itu. Perhatikanlah, orang-orang yang penuh dengan Roh Allah melihat bahwa sementara berada dalam keadaan tidak sempurna ini mereka tetap memerlukan lebih banyak lagi kepenuhan Roh Kudus, dan perlu menyerahkan diri kepada Kristus agar memperolehnya.
- [2] Yohanes merasa perlu dibaptis, meskipun dia yang terbesar di antara yang lahir dari perempuan. Namun, karena dilahirkan dari seorang perempuan, ia telah tercemari dosa, sama seperti benih Adam yang lain, dan oleh sebab itu ia mengaku bahwa ia perlu disucikan. Perhatikanlah, jiwa-jiwa yang paling murni justru adalah yang paling peka terhadap kekotoran mereka sendiri yang masih ada, dan mencari penyucian roh dengan sepenuh hati.
- [3] Dia merasa perlu dibaptis oleh Kristus, yang mampu melakukan itu bagi kita dan tidak ada orang lain yang mampu melakukannya. Hal ini harus dilakukan bagi kita, bila tidak, kita akan binasa. Perhatikanlah, orang-orang yang paling baik dan suci sekalipun memerlukan Kristus, dan semakin baik diri mereka, semakin mereka menyadari kebutuhan itu.
- [4] Hal ini diucapkan di hadapan orang banyak yang sangat menghormati Yohanes, yang siap menerimanya sebagai sang Mesias. Meskipun demikian, ia mengakui di depan umum bahwa ia perlu dibaptis oleh Kristus. Perhatikanlah, bukanlah merupakan suatu penghinaan bagi orang-orang besar kalau mereka mengakui bahwa tanpa Kristus dan anugerah-Nya mereka akan binasa.
- [5] Yohanes adalah pendahulu Kristus, namun demikian, ia mengakui bahwa ia perlu dibaptis oleh-Nya. Perhatikanlah, mereka yang lahir sebelum Kristus pun justru bergantung pada-Nya, menerima dari-Nya, dan mengarahkan mata mereka kepada-Nya.
- [6] Sementara Yohanes melayani jiwa orang lain, amatilah, betapa ia dengan sepenuh hati berbicara juga tentang jiwanya sendiri, "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu." Perhatikanlah, para hamba Tuhan, yang berkhotbah kepada orang lain dan membaptis mereka, perlu memastikan bahwa mereka juga berkhotbah kepada diri sendiri dan dibaptis dengan Roh Kudus. Awasilah dirimu sendiri terlebih dulu, selamatkan dirimu (1Tim. 4:16).
- (2) Oleh sebab itu Yohanes beranggapan betapa tidak masuk akalnya bila Kristus harus dibaptis olehnya. Engkau yang datang kepadaku? Apakah Yesus yang suci, terpisah dari orang-orang berdosa, datang untuk dibaptis oleh seorang berdosa, sebagai seseorang yang berdosa, dan di antara orang-orang berdosa? Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Atau penjelasan apa yang bisa kita berikan mengenai hal ini? Perhatikanlah, kesediaan Kristus untuk datang kepada kita mungkin saja membuat orang bertanya-tanya.
- . Penolakan atas keberatan ini (ay. 15). Kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi." Kristus menerima kerendahan hati Yohanes, namun menolak keberatannya. Ia harus melaksanakan baptisan itu, dan sudah sepantasnyalah Kristus menggunakan cara-Nya sendiri, meskipun kita tidak memahaminya atau bisa menjelaskan alasannya. Lihatlah:
- (1) Bagaimana Kristus bersikeras, "Biarlah hal itu terjadi." Dia tidak menyangkali bahwa Yohanes perlu dibaptis oleh-Nya, namun sekarang ini Ia ingin dibaptis oleh Yohanes. Aphes arti -- Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya. Perhatikanlah, segala sesuatu itu indah pada waktunya. Tetapi mengapa sekarang? Mengapa demikian?
- [1] Kristus sekarang dalam keadaan hina. Ia telah menghampakan diri-Nya sendiri (TL), atau mengosongkan diri-Nya (TB). Dia bukan saja dalam keadaan sebagai manusia, namun dibuat serupa dengan daging yang dikuasai dosa, dan oleh sebab itu Ia sekarang membiarkan diri dibaptis oleh Yohanes, seakan-akan Ia perlu disucikan meskipun sesungguhnya Ia kudus tanpa cacat. Dengan demikian Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita.
- [2] Saat itu baptisan Yohanes sedang terkenal dan dipakai Allah untuk melaksanakan pekerjaan-Nya. Itulah cara kerja Allah pada saat itu, dan karena itu Yesus juga perlu dibaptis dengan air. Namun, baptisan Roh Kudus yang akan dilakukan-Nya masih akan terjadi nanti setelah itu, tidak lama lagi (Kis. 1:5). Baptisan Yohanes yang berlaku sekarang, dan oleh sebab itu baptisannya ini harus dihormati sekarang juga, dan orang-orang harus didorong untuk mengikuti baptisan itu. Perhatikanlah, mereka yang telah menerima karunia dan anugerah paling banyak harus memberikan kesaksian bagi berbagai sakramen yang telah ditetapkan dengan cara melakukannya dengan rendah hati dan tekun, agar mereka bisa memberikan teladan yang baik kepada orang lain. Apa yang diakui oleh Allah, bila kita menyaksikannya, harus kita akui juga. Saat ini Yohanes sedang ditinggikan, dan itu memang harus demikianlah jadinya. Tetapi, tidak lama lagi ia akan surut, dan keadaan akan berubah.
- [3] Hal itu harus terjadi sekarang juga (KJV), sebab inilah saatnya Yesus harus tampil di depan umum, dan inilah kesempatan yang baik untuk itu (Yoh. 1:31-34). Dengan cara demikianlah Ia harus dinyatakan kepada Israel, dan disertai dengan tanda-tanda ajaib dari sorga melalui tindakan-Nya sendiri, yang teramat merendahkan diri dan hina.
- (2) Alasan yang diberikan-Nya untuk pembaptisan-Nya itu, "Karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Perhatikanlah:
- [1] Segala yang dilakukan Kristus bagi kita adalah pantas, semuanya penuh dengan anugerah (Ibr. 2:10; 7:26). Karena itu, kita harus belajar untuk tidak hanya melakukan hal yang patut bagi kita, melainkan juga yang benar-benar sesuai bagi kita; bukan hanya sesuatu yang sangat diperlukan, melainkan juga semua yang manis, yang sedap didengar.
- [2] Bagi Tuhan Yesus, sudah selayaknyalah untuk menggenapi seluruh kebenaran, yaitu (seperti yang dijelaskan Dr. Whitby), untuk mengakui ketetapan ilahi, dan bersedia untuk melaksanakan semua titah Allah yang benar. Karena demikianlah sepatutnya Ia membenarkan Allah dan mengakui hikmat-Nya dalam mengutus Yohanes untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya melalui baptisan pertobatan itu. Karena itu, sepatutnyalah kita juga harus menyetujui dan mendukung segala sesuatu yang baik melalui teladan dan ketaatan terhadap titah. Kristus sering kali menyebut Yohanes dan baptisannya dengan penuh hormat, dan untuk melakukannya dengan lebih baik lagi, Ia sendiri turut dibaptis. Demikianlah Yesus mulai dengan menjadi orang yang pertama-tama melakukan, baru kemudian mengajar, dan para hamba-Nya juga harus menggunakan cara yang sama. Demikianlah Kristus memenuhi kebenaran hukum yang berupa upacara itu, yang terdiri dari upacara pembasuhan. Dengan demikian, Ia menganjurkan dilakukannya baptisan sebagai suatu sakramen Injil bagi gereja-Nya, dan menaruh hormat atasnya, serta menunjukkan kebajikan yang telah dirancang-Nya dalam upacara baptisan itu. Sungguh sesuai bagi Kristus untuk tunduk kepada pembasuhan Yohanes dengan air, sebab ini adalah suatu ketetapan ilahi. Namun, Ia menolak pembasuhan dengan air yang dilakukan orang-orang Farisi, sebab itu hanyalah ciptaan manusia dan sifatnya hanya memaksa, dan Ia membenarkan murid-murid-Nya untuk tidak memberi diri dibasuh dengan cara itu.
- Dengan perkenan Kristus, dan karena alasan ini, Yohanes sangat puas, dan ia pun menuruti-Nya. Dengan sikap rendah hati yang sama, yang semula membuatnya menolak kehormatan yang dipersembahkan Kristus kepadanya, ia melaksanakan pelayanan yang diberikan Kristus kepadanya. Perhatikanlah, jangan sampai kerendahan hati yang semu membuat kita menolak tugas.
- II. Betapa bersukacitanya sorga hingga menganugerahkan kepada baptisan yang dijalani Kristus itu suatu penyibakan kemuliaan yang istimewa (ay. 16-17). Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air. Orang lain yang dibaptis tetap berada dalam air sejenak untuk mengaku dosa mereka (ay. 6), namun Kristus, karena tidak mempunyai dosa untuk diakui, segera keluar dari dalam air, demikianlah yang kita baca. Namun sebenarnya hal ini kurang tepat, sebab yang benar adalah, apo tou hydatos -- dari air, dari tepi sungai, ke mana ia turun untuk dibasuh dengan air, yaitu, agar kepala atau muka-Nya dibasuh (Yoh. 13:9); sebab di sini tidak disebutkan mengenai pakaian-Nya yang ditanggalkan atau dikenakan kembali, yang pasti tidak akan dilewatkan seandainya Ia dibaptis dalam keadaan telanjang. Yesus segera keluar dari air, sebagai orang yang memasuki pelayanan dengan segala sukacita dan ketetapan hati. Dia tidak mau kehilangan waktu sedikit pun. Betapa susah hati-Nya sebelum hal itu berlangsung!
- Sekarang, ketika Ia keluar dari air, dan semua orang yang hadir memandang-Nya:
- . Lihatlah, langit terbuka (bagi Dia), dan tampaklah sesuatu di atas dan melampaui langit, setidaknya bagi pemandangan-Nya. Ini adalah
- (1) Untuk memberikan dorongan kepada-Nya untuk melanjutkan tugas pelayanan, dengan pengharapan akan menerima kemuliaan dan sukacita yang disediakan bagi Dia. Langit terbuka untuk menerima-Nya nanti setelah Ia merampungkan tugas pelayanan yang sekarang dimasuki-Nya.
- (2) Untuk mendorong kita agar menerima-Nya dan menyerahkan diri kepada-Nya. Perhatikanlah, di dalam dan melalui Yesus Kristus, langit terbuka bagi anak-anak manusia. Dosa telah menutup jalan ke sorga dan memutuskan hubungan manis di antara Allah dan manusia; namun sekarang Kristus telah membuka Kerajaan Sorga bagi semua orang percaya. Cahaya dan kasih ilahi dicurahkan ke atas anak-anak manusia, dan kita sekarang dengan penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus. Kita memiliki tanda terima belas kasihan dari Allah, kita membalas budi kepada Allah, dan semua ini berkat Yesus Kristus, yang menjadi tangga yang kakinya tertancap di bumi sedangkan ujungnya ada di sorga. Hanya melalui Dialah kita bisa memiliki hubungan yang akrab dengan Allah, atau segala pengharapan untuk masuk sorga kelak. Langit terbuka ketika Kristus dibaptis, untuk mengajar kita bahwa bila kita dengan taat menjalankan sakramen-sakramen Allah, kita boleh mengharapkan persekutuan dengan-Nya dan hubungan timbal balik dari-Nya.
- . Ia melihat Roh Allah seperti, atau sebagai, burung merpati turun atau melayang-layang di atas-Nya. Kristus melihatnya (Mrk. 1:10) dan Yohanes melihatnya (Yoh. 1:33-34), dan ada kemungkinan semua orang yang hadir juga melihatnya, sebab peristiwa ini memang dimaksudkan menjadi pelantikan-Nya di hadapan publik. Perhatikanlah:
- (1) Ia melihat Roh Allah turun dan melayang-layang di atas-Nya. Pada awal kejadian bumi, Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (Kej. 1:2), bagaikan burung di atas sarangnya. Jadi di sini, pada awal kejadian dunia baru ini, Kristus, sebagai Allah, sebenarnya tidak perlu menerima Roh Kudus, namun sudah dinubuatkan sebelumnya bahwa Roh TUHAN akan ada padanya (Yes. 11:2; 61:1), dan di sini hal itu memang terjadi; sebab
- [1] Dia harus menjadi Nabi, dan para nabi selalu berbicara melalui Roh Allah, yang turun ke atas mereka. Kristus harus melaksanakan pelayanan sebagai nabi, bukan melalui sifat ilahi-Nya (menurut Dr. Whitby), melainkan melalui ilham dari Roh Kudus.
- [2] Ia harus menjadi Kepala Gereja, dan Roh Allah turun ke atas-Nya, dan melalui Dia, semua orang percaya dapat memperoleh berbagai karunia, anugerah, dan penghiburan. Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke leher jubahnya, demikian juga Kristus menerima karunia-karunia untuk manusia, agar Ia bisa memberikan karunia kepada manusia.
- (2) Roh Allah turun ke atas-Nya seperti burung merpati. Tidak jelas apakah ini seekor burung merpati yang sesungguhnya, yang hidup, ataukah hanya gambaran seekor merpati saja seperti yang biasa terjadi dalam peristiwa penglihatan. Bila memang harus merupakan suatu rupa jasmani (Luk. 3:22), tentunya itu tidak boleh dalam bentuk manusia, sebab yang terlihat dalam keadaan sebagai manusia hanya diperuntukkan bagi Pribadi Kedua. Oleh sebab itu tidak ada bentuk yang lebih sesuai daripada salah satu unggas sorgawi (mengingat sorga sekarang sedang terbuka), dan dari semua jenis unggas, tidak ada yang lebih berarti daripada merpati.
- [1] Roh Kristus mirip dengan merpati; bukan seperti merpati tolol, tidak berakal (Hos. 7:11), melainkan seperti merpati tanpa noda, tanpa cacat. Roh Allah turun, bukan dalam bentuk seekor burung rajawali, yang meskipun termasuk burung bangsawan, juga termasuk burung pemangsa. Ia turun dalam rupa burung merpati, yaitu makhluk yang paling tidak berbahaya dan tidak pernah menyerang. Seperti itulah Roh Kristus, Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak. Seperti itulah seharusnya orang Kristen bersikap, tulus seperti merpati. Hal yang luar biasa pada burung merpati adalah matanya. Kita mendapati bahwa mata Kristus (Kid. 5:12), dan mata Gereja (Kid. 1:15; 4:1), dikiaskan seperti mata merpati, sebab keduanya memiliki roh yang sama. Burung merpati sering berduka (Yes. 38:14). Kristus sering menangis. Jiwa-jiwa yang penuh penyesalan tampak bagaikan burung merpati di lembah-lembah.
- [2] Burung merpati merupakan satu-satunya unggas yang dipersembahkan untuk korban bakaran (Im. 1:14). Begitu pula, Kristus, oleh Roh, yaitu Roh yang kekal, mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat.
- [3] Kabar gembira tentang surutnya banjir disampaikan kepada Nuh oleh seekor burung merpati, yang membawa selembar daun zaitun pada mulutnya. Oleh sebab itu, berita sukacita mengenai pendamaian dengan Allah disampaikan Roh Kudus dalam bentuk burung merpati. Hal ini berbicara tentang maksud baik Allah terhadap manusia, bahwa pikiran-Nya terhadap kita mengandung rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan. Parafrasa Aram mengartikan perkataan bunyi tekukur terdengar di tanah kita (Kid. 2:12) sebagai suara Roh Kudus. Sungguh suatu berita sukacita, bahwa dalam Kristus, Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya, dan berita itu disampaikan kepada kita di atas sayap, sayap-sayap merpati.
- . Untuk menjelaskan dan melengkapi peristiwa yang khidmat ini, terdengarlah suara dari sorga, yang patut kita duga, terdengar oleh semua orang yang hadir pada saat itu. Roh Kudus menyatakan diri dalam rupa seekor burung merpati, tetapi Allah Bapa menyatakan diri melalui suara; sebab ketika hukum itu disampaikan, suatu rupa tidak mereka lihat, hanya ada suara (Ul. 4:12). Begitulah Injil ini datang, dan itu sungguh merupakan kabar baik, kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke bumi, sebab berita itu berbicara dengan jelas dan sepenuhnya mengenai perkenan Allah terhadap Kristus, dan kepada kita melalui diri-Nya.
- (1) Lihatlah di sini bagaimana Allah mengakui Yesus Tuhan kita, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi." Perhatikanlah:
- [1] Hubungan Allah dengan-Nya, "Dialah Anak-Ku." Yesus Kristus adalah Anak Allah, melalui peranakan kekal, karena Ia diperanakkan oleh Bapa sebelum dunia ini dijadikan (Kol. 1:15; Ibr. 1:3), dan dikandung melalui proses supernatural. Karena itulah Ia disebut Anak Allah, karena Ia dikandung dari Roh Kudus (Luk. 1:35). Namun, ini belumlah semuanya. Dia adalah Anak Allah melalui penunjukan khusus untuk melakukan pekerjaan dan pelayanan sebagai Juruselamat dunia. Ia dikuduskan, dimeteraikan, dan diutus untuk tugas itu, sebagai anak kesayangan Sang Bapa (Ams. 8:30). Dia juga ditunjukkan untuk tugas ini, Aku akan mengangkat dia menjadi anak sulung (Mzm. 89:28).
- [2] Kasih sayang Bapa terhadap-Nya. Dialah Anak yang kekasih; Anak-Nya yang kekasih (Kol. 1:13); sejak kekekalan Dia ada di pangkuan Bapa-Nya (Yoh. 1:18); setiap hari menjadi kesenangannya (Ams. 8:30). Tetapi terutama sebagai Pengantara, dalam melaksanakan karya penebusan manusia, Dia adalah Anak Bapa yang kekasih. Dia adalah orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan (Yes. 42:1). Karena Ia menyetujui kovenan penebusan dan bersuka untuk melakukan kehendak Allah, maka Bapa mengasihi Dia (Yoh. 10:17; 3:35). Lihatlah, dan takjublah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, hingga Ia menyerahkan Dia yang adalah Anak-Nya yang kekasih itu untuk menderita dan mati bagi mereka yang adalah keturunan yang dimurkai-Nya. Dan, sungguh itulah juga yang membuat Bapa mengasihi Sang Anak, sebab Sang Anak memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya! Sekarang tahulah kita bahwa Bapa mengasihi kita, karena Ia tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, Anak-Nya yang tunggal, Ishak yang dikasihi-Nya, tetapi menyerahkan-Nya supaya menjadi korban persembahan bagi dosa-dosa kita.
- (2) Lihatlah di sini betapa rindu-Nya Ia menjadikan kita milik-Nya: Dialah Anak-Ku yang Kukasihi, bukan saja dengan-Nya, tetapi juga kepada Dia, Aku berkenan. Allah berkenan dengan semua orang yang berada di dalam Dia, dan yang dipersatukan dengan Dia melalui iman. Sampai pada saat itu Allah tidak berkenan dengan anak-anak manusia, tetapi sekarang murka-Nya telah dialihkan, dan Ia telah membuat kita diterima di dalam Dia yang dikasihi-Nya (Ef. 1:6). Biarlah seluruh dunia memperhatikan, bahwa inilah Sang Pembawa Damai, Wasit yang dinanti-nantikan itu, yang telah memegang kedua belah pihak dan bahwa tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Dia sebagai Pengantara (Yoh. 14:6). Di dalam Dia, korban rohani kita berkenan kepada-Nya, karena Dialah Mezbah Persembahan yang menyucikan segala persembahan (1Ptr. 2:5). Di luar Kristus, Allah bagaikan api yang menghanguskan, tetapi di dalam Dia, Allah menjadi Bapa yang diperdamaikan. Inilah ringkasan seluruh Injil. Ini adalah perkataan yang benar dan patut diterima sepenuhnya, yaitu bahwa Allah telah menyatakan, melalui suara dari sorga, bahwa Yesus Kristus adalah Anak yang dikasihi-Nya, dan kepada-Nyalah Ia berkenan, dan kita harus menerima kebenaran ini dengan iman serta dengan sukacita berkata bahwa Dialah Juruselamat kita yang terkasih, dan kepada-Nyalah kita berkenan.
SH: Mat 3:13-17 - Menjadi serupa walaupun tidak sama (Minggu, 28 Desember 1997) Menjadi serupa walaupun tidak sama
Yohanes baru saja menjelaskan bahwa baptisan yang Yesus akan berikan jauh lebih besar dari baptisan yang ia layank...
Menjadi serupa walaupun tidak sama
Yohanes baru saja menjelaskan bahwa baptisan yang Yesus akan berikan jauh lebih besar dari baptisan yang ia layankan (ayat 11). Tiba-tiba justru sesudah itu Yesus minta dibaptis olehnya. Kalau Dia tidak berdosa (berarti tidak perlu bertobat seperti yang disimbolkan dalam baptisan), mengapa Dia harus dibaptis? Dia dibaptis untuk "menggenapkan seluruh kehendak Allah" (ayat 15). Dia jelas tidak berdosa, tetapi mengambil bagian dalam hal yang seharusnya dijalani dan dilakukan orang berdosa. Tindakan-Nya itu konsekuen dan serasi dengan tindakan-Nya menjelma menjadi manusia. Dia menjadi serupa dengan manusia dalam segala hal, walau Dia tetap adalah Yang Suci tanpa dosa!
Mewakili manusia. Tindakan yang Yesus lakukan itu secara terbatas telah juga dilakukan oleh para hamba Tuhan, nabi-nabi Perjanjian Lama. Tatkala Musa, Nehemia, Ezra, Daniel berdoa bagi umat Allah yang berdosa, mereka berdiri di hadapan Allah mewakili umat Israel. Mereka berdoa mengakui dosa-dosa umat. Hal yang sama dilakukan juga oleh para imam. Tentu saja ketika mereka mengakui dosa tersebut, mereka bukan saja mewakili umat mengakui dosa publik. Sebagai orang berdosa pun mereka sendiri bertobat dan mengakui dosa-dosa pribadi mereka. Itulah bedanya Yesus sang Hamba Allah dari hamba-hamba Allah lainnya. Ia mewakili manusia dalam kekudusan dan kesempurnaan-Nya. Ia dibaptiskan bukan karena perlu tetapi karena rela. Ia mengambil tempat manusia yang berdosa supaya ketidakberdosaan-Nya dapat memberikan kebebasan bagi manusia dari dosa.
Renungkan: Orang yang merasa diri benar hanya bisa melakukan tindakan agama yang seremonial saja. Tuhan Yesus yang sungguh benar tanpa dosa, sanggup membenarkan kita dari lubuk hati terdalam.
Doa: Agar sungguh menghayati arti baptisan yang kita terima dalam Yesus Kristus.
SH: Mat 3:13-17 - Makna Pembaptisan Yesus (Jumat, 29 Desember 2000) Makna Pembaptisan Yesus
Yesus meninggalkan Galilea menuju sungai Yordan untuk dibaptis oleh
Yohanes. Yohanes menolak membaptis Yesus, sebab Ia ...
Makna Pembaptisan Yesus
Yesus meninggalkan Galilea menuju sungai Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes. Yohanes menolak membaptis Yesus, sebab Ia tidak membutuhkan ritual baptisan yang akan berlanjut pada tuntutan pertobatan sejati. Namun Yesus menegaskan bahwa Ia harus dibaptis untuk menggenapi kehendak-Nya dan mengidentifikasikan diri-Nya dengan berita yang dibawa oleh Yohanes. Setelah dibaptis, Roh Kudus dalam bentuk burung merpati turun ke atas-Nya lalu terdengar suara dari surga yang mengatakan `Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.' Kebenaran apa yang dapat kita pelajari dari peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus?
Kepergian Yesus secara khusus ke sungai Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes menunjukkan tekad dan kesungguhan-Nya menuruti kehendak Allah sejak semula, yaitu menjadi sama dengan manusia tanpa kecuali. Sebab ketika Yohanes mengatakan bahwa ia yang membutuhkan baptisan, Yesus menjawab bahwa pembaptisan atas diri- Nya bukan masalah kebutuhan tapi masalah ketaatan-Nya untuk menggenapi kehendak-Nya. Di dalam proses pembaptisan-Nya juga ada indikasi kesegeraan-Nya tanpa ditunda-tunda lagi. Perhatikan ketika Ia datang kepada Yohanes - Yohanes enggan membaptis - Yesus menjawab - dan Yohanes membaptis-Nya. Kesegeraan-Nya ini merupakan model bagi baptisan Kristen yaitu bahwa orang yang sudah bertobat jangan menunda - segera melangkah ke dalam tahap pertama dari pembenaran oleh Allah (Mat. 28:19). Ketetapan Yesus untuk dibaptis juga memanifestasikan kerendahan hati-Nya yang merupakan teladan bagi orang percaya. Ia tidak butuh dibaptis sebab Ia bukan Manusia berdosa, sebab itu tanpa mengaku dosa dan sesudah dibaptis Yesus segera keluar dari air. Roh Kudus yang turun atas-Nya dan Allah yang berbicara langsung dari surga merupakan proklamasi dari Allah bahwa Yesuslah yang Diurapi dan Raja. Pembaptisan Yesus juga merupakan tanda awal Allah akan bekerja dan masa anugerah dimulai sebab sudah lebih dari 400 tahun Allah diam sejak akhir dari masa Perjanjian Lama.
Renungkan: Betapa dalam dan indahnya makna baptisan bagi pelayanan Yesus. Biarlah kita yang saat ini melayani-Nya tidak melakukan suatu pelayanan sebelum waktu Allah tiba atau melakukan pelayanan tanpa persetujuan dari-Nya ataupun tanpa pengurapan dari Allah.
SH: Mat 3:13-17 - Diteguhkan melalui baptisan (Rabu, 29 Desember 2004) Diteguhkan melalui baptisan
Apa makna sakramen baptisan dalam tradisi orang Yahudi zaman
Yesus? Zaman itu, menerima baptisan adalah tanda orang ...
Diteguhkan melalui baptisan
Apa makna sakramen baptisan dalam tradisi orang Yahudi zaman Yesus? Zaman itu, menerima baptisan adalah tanda orang bersedia meninggalkan dosa-dosanya dan bertobat kepada Tuhan.
Untuk apa Tuhan Yesus dibaptis? Yohanes merasa tidak pantas membaptis Yesus. Yesus tidak berdosa. Ia tidak memerlukan pertobatan. Bahkan, sebelumnya Yohanes sudah memberitakan bahwa baptisan air yang ia lakukan itu menunjuk kepada baptisan Roh Kudus yang akan Yesus berikan kepada orang yang sungguh bertobat (ayat 11).
Mengapa Yesus meminta Yohanes membaptis diri-Nya? Pertama, sebagai tanda pengidentifikasian-Nya dengan orang berdosa. Yesus tidak berdosa tetapi Ia datang untuk menjadi Juruselamat orang berdosa. Untuk itu Ia perlu menempatkan diri-Nya di posisi orang berdosa. Ia dibaptis untuk mewakili orang berdosa (ayat 15). Sebagai bukti bahwa Ia telah menjadi sama dengan manusia lainnya, kita melihat perikop sesudah ini Yesus bisa dicobai (ayat 4:1-11). Kedua, pembaptisan Yesus merupakan peneguhan diri-Nya dari Allah Tritunggal bahwa Dialah Yang Diperkenan Bapa, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (ayat 16b). Dialah Yang Diurapi Roh untuk melaksanakan misi penebusan (ayat 16a). Bagi Tuhan Yesus peneguhan itu penting karena Ia sadar pelayanan-Nya sebagai Juruselamat manusia bukan pelayanan biasa. Pelayanan itu adalah pelayanan yang menuntut pengorbanan hidup-Nya. Ia harus mati agar umat manusia memperoleh hidup. Oleh sebab itu perkenan Allah dan pengurapan Roh menjadi kekuatan bagi Yesus memulai pelayanan-Nya.
Melalui baptisan Tuhan Yesus, kita beroleh jaminan sekaligus teladan. Jaminan bahwa Yesus sungguh datang dari Allah dan telah menyetarakan diri dengan manusia agar dapat menjadi Juruselamat yang sejati. Teladan bahwa kita memiliki Tuhan yang taat kepada Allah dan karena itu kita pun harus taat.
Renungkan: Tuhan tidak membiarkan anak-anak-Nya melayani sendirian. Dia menyertai dan Roh-Nya mengurapi kita supaya kita kuat, setia, dan berhasil.
SH: Mat 3:13-17 - Pelajaran dari Yohanes Pembaptis (Senin, 28 Desember 2009) Pelajaran dari Yohanes Pembaptis
Yohanes Pembaptis memang menyerukan agar orang bertobat dan dibaptis.
Namun ia sungguh tidak mengira bila Yesus...
Pelajaran dari Yohanes Pembaptis
Yohanes Pembaptis memang menyerukan agar orang bertobat dan dibaptis. Namun ia sungguh tidak mengira bila Yesus datang dan minta dibaptis. Sebab itulah Yohanes menolak pada awalnya. Bagi Yohanes Pembaptis, Yesus bukanlah orang yang perlu bertobat dan dibaptis. Apalagi dibaptis oleh dia! Ia tahu bahwa Yesus lebih berkuasa dibanding dirinya. Ia hanya membaptis dengan air, tetapi Yesus Kristus membaptis dengan Roh Kudus (Mat. 3:11). Seharusnya dirinyalah yang dibaptis oleh Yesus. Yohanes tidak tahu bahwa baptisan Yesus tidak seperti baptisan orang lain, yaitu untuk menyatakan pertobatan. Yesus tidak berdosa maka pembaptisan-Nya bukan menyatakan pertobatan diri-Nya. Yesus menyerahkan diri untuk dibaptis karena Ia ingin memenuhi kehendak Allah (ayat 15). Dalam hal ini Ia datang untuk menebus manusia dari dosa, karena itu Ia harus merendahkan diri-Nya dan mengidentifikasikan diri sama seperti manusia yang berdosa. Ini jelas berbeda dari pembaptisan orang percaya yang merupakan deklarasi pertobatan. Maka pembaptisan orang percaya merupakan identifikasi diri dengan Kristus dalam kematian dan ke-bangkitan-Nya. Selain itu juga mengindikasikan kerinduan untuk mengikuti Kristus dan menaati perintah-Nya.
Kemudian Allah menyatakan perkenan-Nya atas Yesus dengan suara yang terdengar dari sorga (ayat 17). Pernyataan Bapa mengenai identitas Yesus menegaskan bahwa Dia bukan manusia biasa yang menerima baptisan dengan makna yang sama seperti yang lain. Yesus juga bukan nabi, justru Dialah inti berita yang disampaikan para nabi. Penegasan bahwa Yesus adalah Anak Allah menyatakan betapa pentingnya Yesus bagi Allah. Itu berarti orang yang menerima Yesus diperkenan Allah, sebaliknya orang yang menolak Yesus tidak menyenangkan hati Allah. Kiranya melalui pernyataan Bapa tersebut keyakinan kita akan ke-Ilahi-an Yesus makin kokoh sehingga tiap aspek hidup kita hanya berpusat kepada Dia.
SH: Mat 3:13-17 - "Inilah Anak yang Kukasihi" (Sabtu, 5 Januari 2013) "Inilah Anak yang Kukasihi"
Baptisan Yohanes merupakan tanda pertobatan (Yoh. 3:11). Namun Yesus datang menemui Yohanes untuk dibaptis (13). Ini meni...
"Inilah Anak yang Kukasihi"
Baptisan Yohanes merupakan tanda pertobatan (Yoh. 3:11). Namun Yesus datang menemui Yohanes untuk dibaptis (13). Ini menimbulkan pertanyaan, "Apakah Yesus berdosa sehingga Dia minta dibaptis? Atau jika Yesus tidak berdosa, mengapa Dia memberi diri dibaptis oleh Yohanes?"
Yesus memberi diri dibaptis sebagai tanda bahwa Dia tunduk pada kehendak Allah. Jadi kedatangan Yesus kepada Yohanes bukan sebagai orang berdosa yang perlu bertobat. Yesus tidak berdosa sehingga tidak ada satu dosa pun yang darinya Yesus harus bertobat. Mulanya, Yohanes juga merasa tidak layak untuk membaptis Yesus, karena seharusnya Yesuslah yang membaptis dirinya. Namun bagi Yesus, baik diri-Nya maupun Yohanes harus melakukan apa yang menjadi kehendak Allah (14-15).
Apa kehendak Allah bagi Yesus di dunia ini? Untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Mat. 18:11; Luk. 19:10). Dengan memberi diri dibaptis, Yesus menempatkan diri-Nya dalam posisi orang berdosa. Di sisi lain, tampilnya Yesus pertama kali di depan publik pada saat itu menandai awal dari masa pelayanan-Nya.
Pembaptisan Yesus oleh Yohanes kemudian mengundang penyataan Allah Bapa dari langit yang terbuka. Terlihat bahwa Allah Bapa ingin menyatakan secara terbuka kepada semua orang bahwa pembaptisan Yesus tidaklah sama dengan pembaptisan manusia lain. Pembaptisan Yesus bukan merupakan sebuah tanda pertobatan, melainkan sebuah tindakan identifikasi diri dengan para pendosa, yang didorong oleh kasih dan keinginan untuk menyenangkan hati Bapa. Maka ketika Allah Bapa berbicara dari surga, setiap orang akan tahu bahwa Yesus berbeda dengan manusia lain, karena Dia adalah Anak yang diperkenan Bapa!
Pemahaman itu kita miliki juga oleh karena kasih karunia Allah pada kita. Namun apakah pemahaman itu mendorong kita untuk bersikap seperti sikap Yohanes terhadap Kristus? Sudahkah kita menyadari benar ke-Allah-an Kristus sehingga membiarkan Dia menguasai hidup kita sepenuhnya? Periksalah sisi hidup yang masih belum Dia kuasai.
SH: Mat 3:13-17 - Identitas dan Misi Menyatu (Senin, 2 Januari 2017) Identitas dan Misi Menyatu
Puncak pelayanan Yohanes Pembaptis dan awal pelayanan Yesus terjadi pada peristiwa pembaptisan Yesus. Ada dua alasan dibal...
Identitas dan Misi Menyatu
Puncak pelayanan Yohanes Pembaptis dan awal pelayanan Yesus terjadi pada peristiwa pembaptisan Yesus. Ada dua alasan dibalik sikap Yohanes menolak membaptis Yesus (14), yaitu: Pertama, dia sadar dirinya berdosa, sedangkan Yesus tidak. Kedua, sekali pun Yohanes belum terlalu mengenal identitas kemesiasan Yesus, namun Yohanes melihat dirinya lebih berdosa dibanding Yesus. Karena itu, lebih pantas Yesus yang membaptis dirinya dan bukan sebaliknya.
Baptisan Yohanes merupakan tanda pertobatan (6). Ketika Yesus meminta dibaptis (13), bukan karena Dia hendak bertobat dan mengakui dosa-Nya. Tujuan Yesus meminta Yohanes membaptis-Nya adalah untuk menggenapi seluruh kebenaran atau kehendak Allah (15), sekaligus menegaskan bahwa Allah yang telah menetapkan pelayanan Yohanes. Dengan demikian, baptisan yang Yesus terima sangat penting bagi pelayanan Yesus maupun Yohanes sendiri.
Setelah pembaptisan-Nya, manifestasi Roh Allah yang terlihat seperti burung merpati turun atas diri Yesus (16) dan suara penegasan dari surga (17; bdk. Mzm. 2:7 dan Yes. 42:1), menandakan bahwa Allah berkenan kepada Yesus sebagai Anak Allah (identitas-Nya) dan Allah berkenan mengurapi pelayanan kemesiasan-Nya (misi-Nya).
Ketika melayani di bumi, identitas dan misi Yesus menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Sebagai orang Kristen yang telah mengalami keselamatan dalam Kristus, kita semua memiliki identitas khusus. Kita adalah warga Kerajaan Allah dan murid-murid Kristus.
Karena itu, identitas dan misi kita juga merupakan satu kesatuan. Marilah kita mengevaluasi diri sendiri: Apakah misi hidup kita berkaitan dengan keberadaan kita sebagai warga Kerajaan Allah dan murid-murid Kristus? Sudahkah identitas kita tercermin dalam menjalani kehidupan dan pelayanan kita? Apakah pelayanan kita sudah sesuai dengan kehendak Allah dan keunikan kita? Apakah misi hidup kita semata-mata berpusat kepada Kristus dan demi kepentingan Kerajaan Allah? [RH]
SH: Mat 3:13-17 - Taat dan Rendah Hati walau Tak Nyaman (Kamis, 31 Desember 2020) Taat dan Rendah Hati walau Tak Nyaman
Dalam dunia periklanan, semua produk barang maupun jasa yang ditawarkan selalu dipromosikan sebagai akan member...
Taat dan Rendah Hati walau Tak Nyaman
Dalam dunia periklanan, semua produk barang maupun jasa yang ditawarkan selalu dipromosikan sebagai akan memberi kenyamanan kepada konsumen. Demikian juga dunia ini menawarkan kenyamanan kepada manusia, walaupun kenyamanan yang ditawarkan itu tidak selalu baik.
Yohanes tahu betul bahwa Yesus adalah Pribadi yang istimewa dan mulia. Ia dengan jujur menyatakan bahwa dirinya tidaklah pantas membaptis Yesus (14). Namun, pembaptisan Yohanes atas Yesus adalah penggenapan kehendak Allah, sehingga mau atau tidak, ia harus melakukannya. Kalau Yohanes seorang nabi yang taat, ia akan membaptis Yesus, meskipun sangat sulit bagi dirinya.
Sungguh satu bentuk kerendahan hati ketika dalam ketidaklayakannya, Yohanes mau melakukan apa yang Allah perintahkan, sekalipun hal itu tidak nyaman bagi dirinya, dan menurut pendapatnya tidak tepat. Pada momen ini, Yohanes dengan rendah hati menaruh kenyamanan dan pengetahuannya di bawah ketaatan kepada Allah.
Dalam kisah ini, Yesus pun harus menaati kehendak Bapa. Yesus dalam kerendahan hatinya rela dibaptis oleh Yohanes, orang yang mengaku tidak layak membuka tali kasut-Nya. Ketaatan dan kerendahan hati Yesus dan Yohanes ini memimpin dan meneguhkan kepada penyataan Allah selanjutnya atas karya keselamatan-Nya melalui pribadi Yesus (17).
Dalam kenyataan hidup sehari-hari, kita kerap kali berhadapan dengan kondisi yang tidak kita sukai atau tidak membuat kita nyaman. Sejatinya, kenyamanan kita terbentuk melalui beragam keyakinan budaya dan masyarakat di mana kita hidup. Hal yang harus kita sadari adalah dalam banyak hal kehendak Allah bisa mengoyak kenyamanan kita.
Allah justru sering membawa kita keluar dari zona nyaman yang tidak berdampak baik bagi pertumbuhan iman kita. Apakah kita berani melepaskan kenyamanan itu demi ketaatan kepada Allah? Ingatlah bahwa ketidaknyamanan yang diizinkan oleh Allah justru memberi kebaikan kepada kita. [JHN]
Topik Teologia -> Mat 3:17
Topik Teologia: Mat 3:17 - -- Allah yang Berpribadi
Allah sebagai Bapa Yesus Kristus
Mat 3:17 Mat 11:27 Mar 9:7 Mar 14:36 Luk 2:49 Luk 23:46 Yoh 1:14 Yoh 5:1...
- Allah yang Berpribadi
- Allah sebagai Bapa Yesus Kristus
- Mat 3:17 Mat 11:27 Mar 9:7 Mar 14:36 Luk 2:49 Luk 23:46 Yoh 1:14 Yoh 5:17-23 Yoh 8:28 Yoh 10:25 Yoh 14:6-13 Yoh 14:20-21 Yoh 20:17 2Ko 11:31 Efe 1:3 Kol 1:3 Ibr 1:5
- Allah Aktif dalam Kehidupan Yesus
- Mat 1:23 Mat 3:17 Yoh 3:16-17 Yoh 4:34 Yoh 5:19-23,30 Yoh 6:27 Yoh 8:42 Yoh 10:17-18 Yoh 13:3 Yoh 16:27 Yoh 17:11 Kis 2:22-24,36 Kis 10:36-40,42 Kis 17:31 Rom 3:25-26 1Ko 15:15 2Ko 5:19,21 Gal 4:4 Efe 1:4-5,9-10 Efe 3:11 Fili 2:9-11 Ibr 1:8-9
- Allah itu Kasih
- Kel 34:6-7 Ula 7:6-8,13 Ula 10:15,18 Ula 23:5 1Ta 16:34 Ayu 7:12 Maz 32:10 Maz 36:8 Maz 42:9 Maz 59:18 Maz 63:4 Maz 86:5 Maz 103:17 Maz 106:1 Maz 107:1,8,43 Maz 136:1-5,26 Maz 138:2,8 Maz 145:8,17 Maz 146:8 Yes 38:17 Yer 31:3 Yer 33:11 Yoe 2:13 Yun 4:2 Mal 1:2 Mat 3:17 Yoh 3:16 Yoh 5:20 Yoh 14:23 Yoh 16:27 Yoh 17:24 Rom 5:8 Rom 8:38-39 2Ko 13:11 Efe 2:4-5 Tit 3:4-5 Ibr 12:6 1Yo 3:1 1Yo 4:7-11 Yud 1:21
- Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
- Mat 3:16-17 Mat 12:18 Mat 12:28 Mat 22:43-44 Mat 28:19 Luk 1:35 Luk 3:21-22 Luk 24:49 Yoh 1:33-34 Yoh 3:34-35 Yoh 14:11-26 Yoh 15:26 Yoh 16:7-15 Yoh 20:21-22 Kis 2:32-33,38-39 Kis 10:36-38 Rom 8:9-11,26-27 Rom 15:16 1Ko 6:15,19 1Ko 12:4-6 2Ko 1:20-22 2Ko 13:13 Gal 4:4,6 Efe 2:13,18,22 Efe 3:14-19 Efe 4:4-6 2Te 2:13-14 Tit 3:4-6 Ibr 9:14 1Pe 1:2 1Pe 3:18 1Yo 4:2,13-14 Yud 1:20-21
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Roh Kudus
- Pribadi Roh Kudus
- Roh yang Dibedakan di Antara Oknum Ilahi
- Roh yang Dibedakan di Antara Tritunggal
- Wahyu Allah
- Mode atau Cara Wahyu
- Wahyu Melalui Pembicaraan Langsung
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Kasih Bapa Terhadap Anak
- Yesus Menaati Allah
- Gereja
- Sakramen / Ketetapan Gereja
- Ketetapan Baptisan
- Contoh-contoh Baptisan
- Yesus Dibaptis
TFTWMS -> Mat 3:16-17
TFTWMS: Mat 3:16-17 - Kesaksian Ilahi KESAKSIAN ILAHI (Matius 3:16, 17)
16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah s...
KESAKSIAN ILAHI (Matius 3:16, 17)
16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Ayat 16.
16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air. Dari pernyataan itu, secara nalar disiratkan bahwa Ia sepenuhnya diselamkan, yang merupakan arti kata "baptis" (lihat Kisah 8:38, 39). Pada saat itu, langit terbuka. Bahasa ini merupakan tanda umum untuk mengalami perwahyuan Allah (Yes. 64:1; Yeh. 1:1; Yoh. 1:51; Kis. 7:56; 10:11; Why. 4:1). Apakah peristiwa setelahnya merupakan suatu pengalaman penglihatan atau realitas lahiriah masih bisa diperdebatkan. Satu pertanyaan terkait adalah apakah setiap orang hadir atau hanya Yohanes dan Yesus saja yang menyaksikan turunnya Roh Kudus dan suara Allah itu (lihat Yoh. 5:37).
Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Perbandingan Roh dengan burung merpati bisa dipahami sebagai berkaitan dengan cara Roh itu turun. Namun begitu, perbandingan Lukas itu secara pasti berkaitan dengan tampilan lahiriah: "Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya" (Luk. 3:22). Merpati adalah simbol kelembutan dan kepolosan (10:16). Selain itu, dalam Yudaisme selama periode ini Roh Kudus kemungkinan dikaitkan dengan merpati. G. F. Hasel menjelaskan, Rabbi Ben Zoma, angkatan yang lebih muda dari pada para rasul, mengutip tradisi para rabi bahwa "Roh Allah sedang mengeram di permukaan air [Kej. 1:2] seperti burung merpati yang mengerami anak-anaknya yang lebih muda tetapi tidak menyentuh mereka" [Talmud Hagigah 15a].4
Merpati adalah tanda yang diberikan kepada Yohanes untuk mengidentifikasi Orang yang jalannya sedang ia persiapkan. Meski Yohanes pikir Yesus adalah Mesias— yang menjelaskan keengganannya untuk membaptis Dia—namun ia tidak tahu dengan pasti sampai Roh Kudus itu turun ke atas Yesus (Yoh. 1:29-34). Merpati itu berfungsi sebagai bukti empiris bahwa Yesus adalah Mesias.
Kejadian ini juga menggenapi pelbagai nubuatan yang dinubuatkan oleh Yesaya: "Roh TUHAN akan ada padanya"(Yes 11:2); "Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya" (Yes. 42:1); dan "Roh Tuhan ALLAH ada padaku"(Yes 61:1). Ini adalah Roh Kudus, yang sedang mengurapi Kristus untuk menjadi Raja atas Kerajaan Allah. Selain itu, ketika Yesus meninggalkan tempat ini, Ia pergi dalam kuasa Roh Kudus, menyembuhkan segala macam penyakit dan mengusir roh-roh jahat—menggulingkan kekuatan jahat yang memusuhi kerajaan-Nya (12:28; Kisah 10:38).
Ayat 17. Bapa menyatakan, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Ini adalah yang pertama dari tiga kali kesempatan ketika Allah menyatakan ke-ilahian Putra-Nya (lihat 17:5; Yoh. 12:28). Kata-kata ini bukan kutipan langsung dari Perjanjian Lama, tetapi perkataan itu mengingatkan tentang tema-tema tertentu. Yesus adalah Anak ilahi, Tuhan yang diurapi (Mzm. 2:7; lihat Kisah 13:33; Ibr 1:5; 5:5). Ia dikasihi oleh Allah dan menyukakan Dia—"orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan" (Yes. 42:1). Bahasa ini juga mirip dengan gambaran Ishak, putra perjanjian tercinta Abraham yang diminta darinya untuk dikorbankan (Kej. 22:2).
Semua tiga anggota ke-Allahan5hadir pada waktu pembaptisan Yesus. Kristus berada di air bersama Yohanes. Roh Kudus turun dalam bentuk burung merpati dan hinggap pada Yesus. Pada waktu hal-hal ini sedang terjadi, Allah berbicara dari sorga untuk menyatakan keberkenaan-Nya terhadap Anak-Nya. Kehadiran semua tiga anggota Ilah pada pembaptisan Yesus itu merupakan masalah yang tidak dapat diatasi oleh siapa saja yang menyangkal Trinitas. Meski Alkitab tidak pernah menggunakan kata "Trinitas," namun banyak isi Kitab Suci meneguhkan konsep itu sebagai sah (28:19; Yoh. 1:1-3, 14; 17:1-26; 2 Kor. 13:14; Yudas 20, 21; lihat Mrk. 12:29). Yesus adalah Allah tetapi menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1:1, 14).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Injil Kerajaan 3:13-17
PEMBAPTISAN YESUS
Banyak orang menganggap pembaptisan Yesus sulit dimengerti. Yesus tidak butuh pengampunan. Bagian ...
Matius: Injil Kerajaan 3:13-17
PEMBAPTISAN YESUS
Banyak orang menganggap pembaptisan Yesus sulit dimengerti. Yesus tidak butuh pengampunan. Bagian Kitab Suci ini penuh kuasa karena Yesus "menggenapkan seluruh kehendak Allah" dengan memberi diri dibaptis.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PEMBAPTISAN Yesus (Matius 3:13-17)
Sebuah pelajaran tentang pembaptisan Yesus dapat dikembangkan bersama hal-hal berikut ini:
1. Keputusan Ilahi ...
PEMBAPTISAN Yesus (Matius 3:13-17)
Sebuah pelajaran tentang pembaptisan Yesus dapat dikembangkan bersama hal-hal berikut ini:
- 1. Keputusan Ilahi (3:13, 14);
- 2. Maksud Ilahi (3:15);
- 3. Kesaksian Ilahi (3:16);
- 4. Kehadiran Ilahi (3:17).
Baptisan Yesus dan Baptisan Kita (3:13-17)
Kadang-kadang dikatakan bahwa Yesus, dalam baptisan-Nya, berfungsi sebagai model untuk kita sekarang ini. Meskipun ada beberapa kebenaran terhadap gagasan ini, perbandingan itu sangat rumit dan harus dievaluasi secara kritis.
Kita bisa melihat beberapa kesamaan antara baptisan Yesus dan baptisan sekarang ini. Baptisan, seperti yang didefinisikan oleh Perjanjian Baru, masih berupa penyelaman dalam air dan dilakukan oleh orang lain (sebagai kebalikan dari dilakukan sendiri). Selanjutnya, orang harus punya keinginan yang tulus untuk menaati Allah, seperti yang Yesus lakukan. Di luar ini, ketika seseorang menjalani baptisan Perjanjian Baru sekarang ini, ia menerima karunia Roh Kudus (Kisah 2:38)—meskipun non-mujizatiah dalam takarannya—dan dinyatakan sebagai anak Allah (Gal. 3:26, 27).6Yesus sendiri diurapi oleh Roh dan ditegaskan oleh Bapa sebagai Anak-Nya. Baptisan Yesus dan baptisan Perjanjian Baru dapat dilihat sebagai titik awal servis (pelayanan) kepada Allah.
Sebagaimana ada banyak kesamaan, ada juga banyak perbedaan. Yesus dibaptis oleh Yohanes, yang baptisan pendahuluannya sudah tidak berlaku lagi (Kisah 19:1-7). Sementara itu Kristus telah mati di kayu salib, menetapkan perjanjian baru. Karena itu, baptisan Perjanjian Baru melibatkan iman kepada Tuhan yang disalibkan dan dibangkitkan (Mrk. 16:16). Baptisan ini juga membutuhkan pertobatan, sesuatu yang tidak diperintahkan kepada Kristus karena Ia tidak berdosa. Orang percaya yang benar-benar bertobat tunduk kepada baptisan Perjanjian Baru supaya dosa-dosanya diampuni—dibasuh oleh darah Kristus (Kisah 2:38; 22:16; lihat Why. 1:5). Dalam tindakannya itu, ia menggambarkan kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 6:3, 4). Ia menjadi ciptaan baru dalam Kristus (Roma 6) dan ditambahkan kepada kerajaan (Gereja) oleh Kristus (Kisah 2:47; Lihat 1 Kor. 12:13).
Sementara setiap orang harus meniru ketundukan Kristus dengan cara dibaptis, ia juga harus diajar tentang arti tersendiri baptisan Perjanjian Baru. Baptisan Yesus dan baptisan Perjanjian Baru tidaklah sama.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 55.
2 Douglas R. A. Hare, Matthew...
Catatan Akhir:
- 1 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 55.
- 2 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 20.
- 3 Mandaisme masih dipraktikkan di Irak modern dan Iran. Ini adalah agama gnostik kuno yang bertanggal sekitar abad kedua. Kaum Mandean menolak agama Kristen tradisional dan Yudaisme, tapi meninggikan Yohanes Pembaptis sebagai salah satu nabi-nabi mereka. Agama mereka ditandai dengan mitos, dualisme, dan ritual-ritual yang rumit.
- 4 G. F. Hasel, "Dove," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1979), 1:988.5
- 5 Tiga kata Yunani diterjemahkan "ke-Allahan" oleh Alkitab KJV (Kisah 17:29;. Rom 1:20; Kol 2:9).
- 6 Anthony Lee Ash, The Gospel According to Luke, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1972), 77.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) RIWAYAT SINGKAT YOHANES PEMBAPTIS (Matius 3:1-17)
Ketika pengkhotbah sedang dipertimbangkan untuk dipekerjakan, ia sering diminta untuk menyerahkan r...
RIWAYAT SINGKAT YOHANES PEMBAPTIS (Matius 3:1-17)
Ketika pengkhotbah sedang dipertimbangkan untuk dipekerjakan, ia sering diminta untuk menyerahkan riwayat singkat dirinya. Kemungkinan, saudara-saudara seiman dapat mengetahui sesuatu tentang apa yang diharapkan mengenai jenis pekerjaan yang akan pemohon itu lakukan jika ia dipekerjakan. Pasal ini mengetengahkan fakta-fakta berikut ini yang Yohanes Pembaptis bisa akui tentang dirinya.
Nama: Yohanes. Saya sekarang dikenal sebagai Yohanes Pembaptis (3:1) karena saya telah memberitakan tentang baptisan untuk pengampunan dosa dan telah membaptis banyak orang.
Orangtua: Zakharia, seorang imam, dari rombongan Abia, dan Elisabet, dari anak-anak perempuan Harun (Luk. 1:5).
Tempat tinggal terlama: Padang gurun Yudea, di mana saya hidup dengan memakan belalang dan madu liar (3:1, 4).
Tanggung jawab utama khotbah: Berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan pengetahuan keselamatan kepada umat-Nya lewat pengampunan dosa (Luk. 1:76, 77).
Tugas khotbah terbaru: Sayalah suara orang yang berseru-seru di padang gurun (3:3), memberitahu semua orang untuk bertobat, karena kerajaan itu sudah dekat.
Dalam khotbah saya …
Saya tidak meremehkan dosa (3:1, 2).
Saya tidak membiarkan kesenangan dan kenyamanan pribadi mencegah saya untuk memberitakan pesan itu (3:1, 3, 4).
Saya berbicara tentang beberapa topik yang tidak populer, menyapa para pendengar yang tidak mau menerima sepenuhnya (3:5-9).
Saya mengagungkan Yesus (3:11, 12).
Saya memperingatkan bahwa orang bisa tersesat (3:10-12).
Saya mengajarkan bahwa orang dapat diselamatkan (3:12).38
Sasaran: Saya telah mencapai sebagian besar sasaran saya dan sudah memiliki beberapa pengalaman yang unik (3:13-17).
Hal Terbaru: Saat ini, saya sedang dipenjarakan karena menegur Raja Herodes (Lukas 3:19, 20). Meskipun saya berada di bawah kekuasaan Raja Herodes, saya masih bebas melalui kuasa Tuhan saya.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PELAJARAN DARI YOHANES DAN YESUS (Matius 3:1-17)
Yohanes Pembaptis (disebut demikian karena ia membaptis orang) memecahkan kebisuan Allah selama lebi...
PELAJARAN DARI YOHANES DAN YESUS (Matius 3:1-17)
Yohanes Pembaptis (disebut demikian karena ia membaptis orang) memecahkan kebisuan Allah selama lebih dari empat ratus tahun ketika ia mulai berkhotbah di padang gurun Yudea dan menyerukan kepada orang-orang untuk bertobat. Ia menarik perhatian orang banyak terlepas dari pakaiannya yang aneh dan pemberitaannya yang keras. Pada waktu itu, Yesus memecahkan delapan belas tahun kebisuan-Nya sendiri. Sejauh yang kita tahu, terakhir kali Ia terdengar adalah pada usia dua belas tahun, dan saat ini Ia berumur sekitar tiga puluh (Luk. 2:42; 3:23). Cerita ini mengetengahkan beberapa pelajaran bagi kita:
- 1. Persiapan merupakan prasyarat untuk pelayanan kepada Allah (3:1-3).
- 2. Pentingnya pesan tidak harus dinilai berdasarkan penampilan luar si pembawa pesan (3:4-6).
- 3. Baptisan tanpa pertobatan dan pengakuan yang tulus tidaklah efektif untuk tujuannya (3:5-9).
- 4. Tidak seorangpun bebas dari ketaatan kepada Allah (3:13-15).
- 5. Diakui sebagai anak Allah merupakan kebutuhan utama dari semua orang yang mencari sorga (3:16, 17).39
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi