KISAH RASUL-RASUL
KATA PENGANTAR
Tentang isi dan maksud karangan ini umumnja
Mula-mula sebagai landjutan langsung dari "Indjil ketiga" karangan ini
beredar sebagai satu dengannja. Baru pada pertengahan abad kedua, ketika keempat
karangan Indjil digabungkan mendjadi satu buku, karangan ini dipisahkan dari
padanja dan diberi djudul tersendiri.
Djudul itu ialah: "Perbuatan-perbuatan Para Rasul", jang kemudian mendapat
bentuk "Kisah Rasul-rasul" djuga, seperti jang kita pakai. Tetapi hanja dua
Rasul jang dikisahkan "perbuatan-perbuatannja" dan itupun djauh dari lengkap.
Rasul-rasul jang lain hanja disebut namanja, atau seperti mengenai Joanes dan
Jakobus terdapat satu dua tjatatan sadja, sedangkan ada pembantu-pembantu Rasul-
rasul jang agak luas diberitakan peranannja.
Dalam bagian pertama bab 1-12, Petrus adalah tokoh utama dan dalam bagian
kedua, bab 13-28 Paulus. Dalam bagian kedua ini kita hanja satu kali lagi
bertemu dengan Petrus, jaitu dalam bab 15 sebagai ketua sidang Rasul-rasul di
Jerusalem.
Lukas bukan bermaksud menulis suatu riwajat hidup atau djasa-djasa kedua
Rasul itu, dan bukan pula suatu buku sedjarah jang agak lengkap, teliti dan
teratur, melainkan hanja sekedar menggambarkan perkembangan pesat umat Kristus
jang ia kenal dan jang perkembangannja sebagian disaksikannja sendiri. Umat
Kristus jang dikenalnja, ialah umat induk di Jerusalem dan sekitarnja, dan
terutama perkembangan diantara kaum penjembah dewa-dewa dikota Antiochia di
Siria, tempat asalnja, dan kearah Barat sampai ke Roma, jang mendjadi wilajah
kerdjanja sendiri. Dan untuk menggambarkan itu Lukas memilih dari bahan-bahan
jang tersedia baginja, hanja beberapa kedjadian dan kenjataan jang terasa
penting olehnja atau jang dialaminja sendiri. Kita berterima kasih kepada Lukas,
dan bersjukur kepada Rob Kudus jang mengilhaminja, atas pemilihan bahan itu dan
usaha menjusunnja. Biarpun gambarannja tidak utuh, tetapi tjukup bersisi sebagai
pokok perenungan bagi kita, sehingga dengan djalan penjelidikan dan perenungan,
kita dapat membentuk suatu pandangan jang lebih utuh bagi diri kita sendiri. Dan
itu dapat ditjapai lebih sempuma, kalau kita serentak dengan Kis. Ras. membatja
dan membahas surat-surat Paulus dan Rasul-rasul jang lain.
Kisah Rasul-rasul meriwajatkan tahap terachir dari djalan penjelamatan
Tahap terachir dari djalan penjelamatan, ialah perwudjudan keselamatan abadi
dalam seluruh umat manusia. Kis. Ras. memang hanja dapat memberitakan permulaan
perwudjudan itu, sebab sedjarah penjelamatan itu masih berdjalan dan akan
berdjalan sampai pada acbir zaman.
Perwudjudan itu tersendiri bagi seluruh umat manusia oleh Kurban Jesus
disalib. Oleh darah Jesus dosa pokok terhapus, perdamaian Allah dengan bangsa
manusia terpulih, djalan untuk mendekati Allah terbuka. Dengan Kurban Jesus
disalib itu dan kebangkitannja djalan penjelamatan sudah pada puntjaknja:
keselamatan abadi sudah terwudjud sampai semua manusia dapat memperoleh bagian
dalamnja. Tetapi untuk memperoleh bagian dalamnja, perlu tiap-tiap manusia
menempuh djalan penjelamatan sendiri. la harus memenuhi sjarat-sjarat tertentu
untuk mendapat pengampunan dosa dan untuk dianugerahi hidup abadi itu. Perlu
Pula ada orang Jang berwenang untuk menerangkan apakah arti dan hakekatnja hidup
abadi itu, dan menundjukkan djalan penjelamatan kepadanja, lagipun memimpinnja
pada djalan itu. Tugas memperkenalkan hidup abadi dan djalan kearahnja, serta
melaksanakan pemimpinan itu, lagi kuasa untuk menjampaikan hidup abadi itu,
diserahkan oleh Jesus kepada Para RasulNja dan kepada seluruh umat sebagaimana
tersimpul dalam amanat Jesus terachir :"KepadaKu diserahkan segala kuasa disurga
dan dibumi, maka pergilah kamu dan buatlah segala bangsa mendjadi muridku,
dengan mempermandikan mereka pada nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, dan
adjarkanlah mereka melaksanakan segala sesuatu jang telah Kuperintahkan kepada
kamu. Mt. 28:19-20.
Kisah Rasul-rasul meriwajatkan pelaksanaan amanat Jesus jang terachir kepada
para RasulNja
Buatlah segala bangsa mendjadi muridKu. Tentu sadja pertama-tama dengan
pemakluman Indjil. Tetapi untuk mentjapai "segala bangsa" sampai keudjung bumi
(Kis. Ras. 1:8), perlu organisasi jang luas sekali dan teratur rapih. Jesus
sendiri mendasarkannja dengan membentuk satu umat ketjil, terdiri dari
keduabelas Rasul dan sekelompok murid-murid, dengan Petrus sebagai pemimpinnja.
memang ketjil sebagai bidji sesawi, tetapi jang akan subur bertumbuh mendjadi
pohon jang dahan-dahan dan ranting-rantingnja menaungi seluruh dunia. Dan segera
sesudah Pentekosta umat ketjil mulai berkembang pesat, Rasul-rasul pergi
bertebaran kesegala djurusan; dan muntjul pengadjar-pengadjar Indjil dan nabi-
nabi, jang diilhami dan didorong oleh Roh Kudus, untuk pergi kemana-mana sebagai
pembantu-pembantu para Rasul. Selain kedjurusan Timur dan Selatan, jang tidak
diberitakan dalam karangan ini, dalam waktu 30 tahun, kearah Utara dan Barat,
Indjil telah tersebar disegala kota jang agak besar, diseluruh Asia-Ketjil,
Masedonia dan Achaja, sampai di Roma.
Dengan mempermandikan mereka. Baru dengan menerima Permandian para tjalon
mendjadi murid Jesus jang sedjati, jaitu dibersihkan dari dosa (Kis, Ras. 12:16;
lbr. 10:22; 1 Kor. 6:11; Rom. 6:1-14); lahir baru (Jo. 3:5), mendjadi anak Allah
dan menjerupai Kristus (Gal. 3:26-27), dipersatukan dengan Kristus (Rom. 6:3),
diresapi dengan Roh Kudus (I Kor. 12:13) dan dikuduskan (I Kor. 6:11; Ef. 5:26).
Dengan ringkas; didalam dan oleh Permandian, keselamatan abadi atau hidup abadi
itu diperwudjudkan dalam masing-masing manusia jang pertjaja. Lazim dikatakan
bahwa semua itu terdjadi setjara sakramentil. Artinja ada upatjara tertentu jang
pada pokoknja ditetapkan oleh Jesus sendiri dengan djaminan, bahwa ketika
upatjara itu dilangsungkan pada seorang jang pertjaja, dosanja dihapus dan hidup
abadi dianugerahkan kepadanja oleh Allah. Karena upatjara jang kelihatan itu,
berhubung dengan djaminan tersebut diatas, orang jang dipermandikan dapat
pertjaja dengan penuh kejakinan, bahwa mereka mempunjai keadaan jang baru itu.
Dan karena keadaan jang baru itu terdjamin, maka iapun diterima sebagai anggota
umat, jaitu masuk Keradjaan Allah jang kelihatan.
Dan adjarkanlah mereka melaksanakan segala sesuatu jang telah Kuperintahkan
kepadamu. "Murid-murid" Jesus jang baru dipermandikan belum segera adalah
pengikut Jesus jang sempurna. Hidup baru itu harus dipelihara dan bertumbuh,
pengetahuan akan adjaran-adjaran Jesus harus diperluas dan pengertian
diperdalam; mereka harus beladjar mewudjudkan tjita-tjita Indjil.
Pesan"adjarkanlah mereka" merangkum petugasan jang luas dan berat. Dapat
dikatakan tugas itu merupakan penggembalaan jang dimaksud Jesus dalam Jo. 21:15-
17. Menggembalakan berarti memimpin (mengadjar dan menundjuk djalan), melindungi
hidup terhadap segala musuh dan bahaja, dan teristimewa; membawa kawanan tiap
hari kelapangan rumput jang subur (perkumpulan-perkumpulan ibadat dan perajaan
Ekaristi). Perajaan Ekaristi itu disebut dalam umat purba "Pemetjahan Roti",
Dari 2:42,46 agak njata, bahwa mereka banjak merajakannja. Demikian djuga dari I
Kor. l1:7-34. Mereka tentu teguh pertjaja akan sabda Jesus ,Inilah tubuhku".
"Inilah darahku", dan ,siapa makan roti ini tak akan mati, melainkan mempunjai
hidup abadi"; ,siapa jang makan dagingku dan minum darahku, tetap tinggal
dalam Aku dan Aku dalam dia" (Jo. 6:48-58). Permandian dan Ekaristi kita namakan
Sakramen.
Ada upatjara-upatjara lain lagi jang berwudjud sakramentil. Dengan
penumpangan tangan alas orang jang telah dipermandikan, Rasul-rasul menurunkan
Roh Kudus atas mereka setjara njata. (8:17-19; 9:12,17; 19:6). Disini kita ingat
akan Sakramen Krisma (Penguat).
Dengan penumpangan tangannja pula, Rasul-rasul (atau pengganti mereka)
memberi kekuasaan jang tertentu kepada para "diakon" (6:6) dan orang tua-tua
(presbiter, episkopos): II Tim. 1:6; 1 Tim. 4:14; 5:22; Kis. Ras. 13:3. Apakah
penumpangan tangan ini merupakan Sakramen Imamat, tidak djelas. Tetapi djika
tidak, siapakah jang "Memetjahkan Roti" bagi umat-umat jang djarang sekali
dikundjungi seorang Rasul? Dari I Kor. 11:17-34 terang pula bahwa di Korintus
Ekaristi biasa dirajakan djuga kalau Paulus tidak ada.
Bahwa orang tua-tua mempunjai kuasa memberi Sakramen-sokramen tjukup njata
pula dari Jak. 5:14-16. Dan disitu terang djuga, bahwa dewasa itu Sakramen
urapan orang-orang sakit sudah lazim.
Supaja penggembalaan lantjar, Rasul-rasul mengatur pemimpinan umat-umat
dengan mengadakan suatu hirarki. Rasul-rasul tetap memegang putjuk pimpinan.
Petrus selalu bertindak dan diakui sebagai ketua Para Rasul dan kepala Geredja.
Dalam tiap-tiap umat, Rasul-rasul menentukan suatu badan pimpinan, jang anggota-
nggotanja disebut orang tua-tua, para presbiter atau episkopos. Terdapat Pula
pengadjar-pengadjar resmi dalam umat-umat. Ketudjuh "diakon" (6:6) kemudian
kita temui sebagai pengadjar.
Umat Kisah Rasul-rasul adalah umat Kristus
Rasul-rasul jang disebut namanja dalam 1:13 dan sedang menunggu kedatangan
Roh Kudus, lagi sesudah menerimaNja segera mulai memaklumkan Indjil, adalah jang
sama dengan mereka jang mula-mula dipilih oleh Jesus dan dua tiga tahun setjara
istimewa dididik olehnja. Inti pemakluman mereka tetap peri hal Jesus: bahwa la
sungguh Mesias sebab segala nubuat para nabi ditepati padanja, bahwa Ia
disalibkan dan dibangkitkan kembali menurut rentjana Allah jang njata dalam
Kitab Kudus, dan bahwa la satu-satunja penjelamat bagi semua orang. Dan jang
mereka kerdjakan tak lain selain memenuhi amanat Jesus, sebagaimana telah
dipaparkan diatas tadi. Mereka selalu insjaf bahwa mereka bekerdja melulu
sebagai petugas Jesus, memaklumkan Indjil Jesus Kristus (5:12; 8:5; 11:2 dll),
menjembuhkan orang-orang sakit dengan nama Jesus (3:6; 4:10), mempermandikan
orang masuk umat atas nama Jesus (2:38 dan lain-lain). Mereka dilarang mengadjar
,dengan" nama Jesus (4:18). Mereka gembira sebab didera demi nama Jesus (5:41).
Jesus kadang-kadang sendiri djuga bertindak seperti dalam peristiwa bertobatnja
Paulus dan dengan mengangkat dia mendjadi Rasul. Dan diluar Palestina Para
anggota umat oleh orang-orang Junani disebut "kristianoi", artinja penganut
Kristus.
Umat dipimpin oleh Roh Kudus
Umat tahu, bahwa Jesus jang duduk dalam kemuliaannja disebelah kanan Allah
tetap kepala umat, dan tetap ada serta dengan mereka (Mt. 28:20) sebagai
penjelenggara utama. Sebab itu mereka gemar menamakannja "Tuhan kita". Tetapi
umat tahu djuga bahwa Jesus telah menjerahkan pelaksanaan penjelenggaraan itu
kepada Roh Kudus, dan bahwa pelahsanaan itu didjalankan dalam kesatuan paham dan
kehendak jang sempurna dengan Jesus. Mereka mengetahui itu dari sabda Jesus
dalam Jo. 14:26 dan 15:26-27, dan kepentingan penjelenggaraan Roh Kudus, mereka
chususnja mengerti dari Jo. 16:7-15, dimana Jesus bersabda: Baik bagimu Aku
pergi, sebab kalau Aku tidak pergi, Penolong itu (Roh Kudus) tidak datang
kepadamu". Umat ketjil jang dibentuk Jesus sendiri disuruh menantikan kedatangan
Roh Kudus di Jerusalem. Sabda Jesus: Kamu akan menerima kekuatan Roh Kudus jang
akan turun atas kamu, supaja kamu akan memberi kesaksian tentang Aku di
Jerusalem, diseluruh Judea dan Samaria, dan sampai diudjung bumi" (Kis. Ras.
1:8).
Dan pada pagi hari Pentekosta Roh Kudus tiba-tiba turun atas mereka. la
menampakkan kedatangannja dengan tanda-tanda jang njata. Dengan njala-njala api
jang mela.mbangkan penerangan akal-budi, pemurnian hati dari unsur-unsur jang
tidak tulen, dan pengobaran semangat; lagi dengan deru badai jang hebat sebagai
lambang kekuatan, jang dirasakan tetapi tidak kelihatan. Dan semua jang duduk
dalam ruangan itu "dipenuhi" dengan Roh Kudus, jaitu dengan pengertian, kekuatan
dan semangat jang njata. Rasul-rasul bukan lagi murid jang ragu-ragu, melainkan
jang sudah dewasa dengan kedewasaan Kristus, penuh pengertian tentang hakekat
dan tudjuan Keradjaan Allah, insjaf akan tugas dan tanggung-djawabnja, penuh
semangat tanpa takut-takut dan berani mengurbankan dirinja. Adjaib Pula
bagaimana dalam waktu jang singkat sekali, tiga ribu orang mendapat pengertian
dan digerakkan hatinja sampai dapat dipermandikan. Segala jang terdjadi pada
hari Pentekosta itu kita namakan: Mukdjizat Pentekosta.
Dan mukdjizat Pentekosta itu dilandjutkan. Umumnja setjara batiniah. Terus-
menerus Roh Kudus memberi ilham, menggerakkan hati, memperkuat kehendak, memberi
pimpinan, terutama kepada Para Rasul dan pembantu-pembantu mereka, tetapi djuga
kepada para beriman pribadi. Tetapi supaja mereka lebih insjaf dan untuk
memperkuat kejakinannja, Roh Kudus sering bertindak setjara njata djuga. Kalau
dikatakan bahwa Petrus, Stefanus, Barnabas dan Paulus berbitjara "penuh dengan
Roh Kudus", hal itu berarti bahwa kepenuhan itu tampak dalam isi dan gaja
pembitjaraannja (4:8; 7:55; 11:22; 15:9). Demikian djuga dimana diberitakan,
bahwa umat sedang berkumpul dan berdoa tiba-tiba dipenuhi Roh Kudus
(14:31;10:44; 15:52). Roh Kudus memimpin setjara njata. Roh Kudus "berkata"
kepada Pilipus (8:29). Pilipus dilenjapkan oleh Roh Kudus (8:59). Agabus
didorong oleh Roh Kudus (11:28). Roh Kudus bersabda kepada Petrus (10:19). Roh
Kudus berkata: "Sendirikanlah Barnabas dan Saulus untuk tugas jang telah
Kutentukan baginja"(15:2). Mereka berangkat atas suruhan Roh Kudus (13:4).
Paulus dihalangi oleh Roh Kudus pergi ke Asia (16:6) dan tidak diizinkan ke
Bitinia (16:7). Keinsjafan akan peranan Roh Kudus jang mutlak itu terang pula,
dimana Petrus berkata kepada Ananias dan Safira, bahwa mereka bukan membohongi
dan mentjobai manusia melainkan Roh Kudus (5:3,9). Kesadaran akan kesatuan
kerdja antara Rasul-rasul dan Roh Kudus djelas Pula dalam utjapan 5:32 jakni:
"kami adalah saksi bersama dengan Roh Kudus". Lebih lagi dan setjara resmi,
dalam rumusan surat Sidang Rasul-rasul di Jerusalem kepada umat di Antiochia:
,Roh Kudus dan kami telah memutuskan...." (15:28).
Suatu kesimpulan
Kisah Rasul-rasul bersifat buku sedjarah, jang terlebih bermaksud
meriwajatkan dan menggambarkan perkembangan lahiriah umat dan berhubungan dengan
itu penjelenggaraan Roh Kudus jang njata. Tetapi didalam umat muda, dan terus
sampai pada hari ini, terdapat Pula penjelenggaraan Roh Kudus jang tidak njata,
dan lebih hakiki dan penting lagi, jaitu penjelenggaraan kehidupan Ilahi didalam
batin tiap-tiap anak Allah. Roh Kuduslah jang mentjiptakan kehidupan itu didalam
Para anak Allah, lalu tetap hidup didalam mereka. la memelihara, menumbuhkan,
memperkuat dan menjuburkan hidup itu dalam kerdja sama bersama anak Allah itu
sendiri. Demikian dihasilkan buah-buah untuk kehidupan abadi.
Penjelenggaraan Roh Kudus jang serba batiniah ini chususnja dinjatakan dan
dibitjarakan oleh Paulus dalam surat-suratnja. Dalam surat-surat Paulus itu kita
saksikan djuga perkembangan pengertian dan praktek hidup keagamaan, jaitu hidup
rohani dalam umat-umat, sebagai perwudjudan adjaran-adjaran Indjil. Sebab itu
Kisah Rasul-rasul dan surat-surat Paulus, beserta surat-surat Rasul-rasul jang
lain dan Wahju Joanes saling melengkapi, dan bersama-sama memberi gambaran jang
tjukup utuh dari perwudjudan dan perkembangan "Geredja" purba.
Nilai-nilai Kisah Rasul-rasul bagi kita pribadi
1. Bagi pembatja-pembatja surat-surat Paulus, Kis. Ras. penting sebagai
merupakan latar belakang surat-surat itu. Banjak bahagian didalam surat-surat
itu sukar dimengerti tanpa riwajat dan gambaran-gambaran jang terdapat dalam
karangan Lukas itu.
2. Kisah Rasul-rasul sanggup Pula meneguhkan kejakinan dan memperkuat serta
menghidupkan iman kita. Kita diperingatkan didalamnja, bagaimana djalan
penjelamatan jang mulai dengan terpanggilnja Abraham, lalu makin lama makin naik
tinggi sepandjang Perdjandjian Lama, dan mentjapai puntjaknja dalam Indjil dan
chususnja dalam Kurban Jesus disalib serta kebangkitannja, lalu pada tingkatan
itu langsung diteruskan dalam umat purba sampai dizaman kita. Dalam membatja
Kis. Ras. kita saksikan, bahwa Geredja kita benar-benar dibangunkan diatas
"dasar Rasul-rasul dan Para Nabi, sedangkan Jesus adalah batu sendinja". (Ef.
2:20)
Kita lihat djuga bahwa unsur-unsur hakiki agama kita, pokok hirarki dan
suasana keagamaan sebagai perwudjudan Indjil, jang sekarang kita hajati pada
taraf perkembangan jang lebih tinggi dan utuh, sudah ada dan hidup dalam umat
purba itu.
3. Dan jang paling penting ialah: Kisah Rasul-rasul sebagai karangan jang
diilhamkan oleh Roh Kudus dimaksudkan mendjadi buku renungan bagi Geredja
dikemudian hari, djuga bagi kita masing-masing, untuk menginsjafkan kita, bahwa
pengaruh Roh Kudus didalam Geredja Kudus dimasa ini masih ada djuga. Chususnja
kenjataan-kenjataan peristiwa Pentekosta, tetapi djuga seluruh penjelenggaraan
Roh Kudus jang njata dizaman Rasul-rasul, dapat dan harus mejakinkan kita, bahwa
dan bagaimana Roh Kudus memimpin dan mendjiwai Geredja sekarang djuga. Kita
mengerti, bahwa tanda-tanda jang njata perlu bagi umat muda untuk membina dan
meneguhkan iman, jang bukan segera mendjadi darah daging mereka; tetapi kemudian
tidak perlu lagi, sebab iman telah tjukup didasarkan pada pernjataan Kitab
Kudus, mengenai hal ini chususnja pada pernjataan-pernjataan Kisah Rasul-rasul
bersama surat-surat Paulus dan surat-surat para Rasul-rasul jang lain. Sebab
itu penting sekali kitapun memperteguhkan dan menghidupkan iman kita dengan
merenungkan apa jang ditulis bagi kita dalam Kisah Rasul-rasul dan Surat-surat
Rasul-rasul itu, sampai kita jakin dan isnjaf benar-benar akan pimpinan agung
Roh Kudus dalam Geredja, sehingga kita pertjaja akan kebenaran urusan-urusan dan
keputusan-keputusan resmi dari pimpinan Geredja dan menerimanja tanpa sjarat
serta melaksanakannja dengan rendah hati. Lagi pula supaja kita tetap insjaf,
bahwa Roh Kudus hidup dalam batin kita masing-masing sebagai pokok dan pentjipta
hidup atas kodrati (hidup abadi) kita. Kalau kita saksikan dan renungkan,
bagaimana Roh Kudus mendjiwai setjara njata orang-orang beriman dimasa purba,
maka dapat kita bajangkan bagaimana Roh Kudus djuga mendjiwai kita, setjara
tidak njata kepada pantjaindera, tetapi tjukup njata bagi mata kepertjajaan jang
berintuisi. Perenungan jang demikian tentu mempererat dan menghidupkan hubungan
kita dengan Roh Kudus dalam beribadat kepadanja dan berdoa meminta pengertian,
kekuatan hati dan pimpinan. Hal itu memang mahapenting bagi kita.