Teks -- Lukas 13:1-8 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Luk 13:6-9
Full Life: Luk 13:6-9 - POHON ARA ... TEBANGLAH DIA!
Nas : Luk 13:6-9
Perumpamaan pohon ara terutama menunjuk kepada Israel (bd.
Luk 3:9; Hos 9:10; Yoel 1:7). Namun, kebenarannya dapat diterapkan pula...
Nas : Luk 13:6-9
Perumpamaan pohon ara terutama menunjuk kepada Israel (bd. Luk 3:9; Hos 9:10; Yoel 1:7). Namun, kebenarannya dapat diterapkan pula kepada semua yang mengaku percaya kepada Yesus, tetapi tidak berpaling dari dosa. Walaupun Allah memberi kesempatan secukupnya kepada setiap orang untuk bertobat, Ia tidak akan selama-lamanya membiarkan dosa. Saatnya akan datang ketika kasih karunia Allah akan ditarik dan orang yang tidak mau bertobat akan dihukum tanpa belas kasihan (bd. Luk 20:16; 21:20-24).
Jerusalem: Luk 9:51--18:14 - -- Dari Luk 9:51 sampai Luk 18:14 Lukas menyimpang dari kisah Markus. Dalam rangka sebuah perjalanan Yesus, sebagaimana disarankan oleh Mar 10:1, naik ke...
Dari Luk 9:51 sampai Luk 18:14 Lukas menyimpang dari kisah Markus. Dalam rangka sebuah perjalanan Yesus, sebagaimana disarankan oleh Mar 10:1, naik ke Yerusalem, Luk 9:53,57; 10:1; 13:22,33; 17:11; bdk Luk 2:38+, Lukas mengumpulkan bahan-bahan yang diambil dari sebuah kumpulan (cerita dan perkataan Yesus), yang juga dimanfaatkan oleh Matius, dan dari sumber-sumber lain yang dapat digunakan Lukas. Bahan kumpulan tersebut oleh Matius disebarkan dalam seluruh injilnya, sedangkan Lukas menyajikannya berkelompok-kelompok justru dalam bagian injilnya ini, Luk 9:51-8:14, yang kebanyakan bahannya diambil dari kumpulan itu.
Jerusalem: Luk 13:1 - -- Tidak ada berita lain tentang kejadian ini, dan demikianpun halnya dengan apa yang disebut dalam Luk 13:4. Tetapi maksud Luk 13:1-5 jelas: Tidak ada h...
Tidak ada berita lain tentang kejadian ini, dan demikianpun halnya dengan apa yang disebut dalam Luk 13:4. Tetapi maksud Luk 13:1-5 jelas: Tidak ada hubungan langsung antara celaka dengan dosa (lihat Yoh 9:3); tetapi malapetaka yang menimpa bangsa dimaksudkan oleh Allah sebagai ajakan supaya orang bertobat.
Jerusalem: Luk 13:6-9 - -- Cerita tentang pohon ara yang terkutuk, Mat 21:18-22 dsj, adalah sebuah tindakan kekerasan. Lukas mengganti cerita itu dengan perumpamaan ini yang men...
Cerita tentang pohon ara yang terkutuk, Mat 21:18-22 dsj, adalah sebuah tindakan kekerasan. Lukas mengganti cerita itu dengan perumpamaan ini yang menggambarkan kesabaran hati Allah.
Jerusalem: Luk 13:7 - tiga tahun Ini barangkali menyindir jangka waktu Yesus berkarya, sebagaimana dapat digali dari injil keempat.
Ini barangkali menyindir jangka waktu Yesus berkarya, sebagaimana dapat digali dari injil keempat.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Luk 13:1-5; Luk 13:6-9
Matthew Henry: Luk 13:1-5 - Orang-orang Galilea yang Dibunuh
Dalam pasal ini diceritakan tentang:
I. Kristus memanfaatkan sebuah kabar yang disampaikan kepada-Nya tentang orang-orang Galilea, yang belum ...
- Dalam pasal ini diceritakan tentang:
- I. Kristus memanfaatkan sebuah kabar yang disampaikan kepada-Nya tentang orang-orang Galilea, yang belum lama ini dibantai oleh Pilatus pada saat mereka mempersembahkan korban di bait Allah di Yerusalem (ay. 1-5).
- II. Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah, yang dengannya kita diperingatkan untuk menghasilkan buah sebagai wujud dari pertobatan yang diperintahkan-Nya kepada kita dalam perkataan sebelumnya (ay. 6-9).
- III. Penyembuhan Kristus atas seorang perempuan yang sakit dan menderita pada hari Sabat, dan pembenaran-Nya atas perbuatan-Nya itu (ay. 11-17).
- IV. Pengulangan dari perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi (ay. 18-22).
- V. Jawaban-Nya terhadap pertanyaan mengenai berapa banyak orang yang diselamatkan (ay. 23-30).
- VI. Teguran Kristus terhadap kejahatan dan kekejaman Herodes, dan penghakiman atas Yerusalem (ay. 31-35).
Orang-orang Galilea yang Dibunuh (13:1-5)
- Di sini kita mendapati:
- I. Kabar yang dibawa kepada Kristus tentang kematian beberapa orang Galilea baru-baru ini, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan (ay. 1).
- Marilah kita cermati:
- . Apa cerita tragis yang disampaikan ini. Cerita itu hanya digambarkan sedikit dalam perikop ini, dan juga tidak disinggung oleh para sejarawan pada masa itu. Josephus memang menyebut-nyebut pembunuhan yang dilakukan Pilatus terhadap beberapa orang Samaria, yang atas perintah seorang pemimpin dari sebuah golongan, lari berhamburan ke gunung Gerizim, di mana terdapat tempat ibadah orang Samaria. Namun kita sama sekali tidak bisa menganggap bahwa kisah ini sama dengan kisah yang sedang diceritakan di sini. Sebagian orang berpikir bahwa orang-orang Galilea ini adalah para pengikut kelompok Yudas Gaulonita, yang juga disebut Yudas, seorang Galilea (Kis. 5:37), yang tidak mengakui wewenang kaisar dan menolak membayar upeti kepadanya. Atau mungkin mereka ini, karena merupakan orang Galilea, dicurigai begitu saja oleh Pilatus sebagai para pengikut Yudas Gaulonita, dan mereka dibunuh secara biadab karena para pengikut Yudas yang sebenarnya tidak bisa ia tangkap. Karena orang-orang Galilea merupakan warga Herodes, kebiadaban yang dilampiaskan kepada mereka oleh Pilatus ini mungkin menimbulkan perselisihan antara Herodes dan Pilatus, seperti yang kita baca dalam pasal 23:12. Kita tidak diberi tahu berapa banyak orang yang menderita akibat perasaan tersinggung Pilatus ini, mungkin hanya sedikit saja (dan karena itu kisah ini diabaikan oleh Josephus), namun kejadian yang dilaporkan di sini adalah bahwa ia mencampurkan darah mereka dengan darah korban yang mereka persembahkan di pelataran Bait Allah. Walaupun orang-orang Galilea ini mungkin takut terhadap kekejian Pilatus, namun mereka tidak mau, hanya karena ketakutan itu, menjauh dari Yerusalem, sebab hukum Taurat mewajibkan mereka pergi ke sana untuk mempersembahkan korban mereka. Dr. Lightfoot berpendapat bahwa mereka kemungkinan membunuh korban-korban persembahan mereka sendiri (dan ini diperbolehkan, karena menurut mereka pekerjaan imam baru dimulai pada saat pemercikan darah), dan bahwa para serdadu Pilatus datang secara tiba-tiba tepat pada saat mereka lengah (sebab pada umumnya orang-orang Galilea sangat berani, dan mereka biasanya bepergian dengan bersenjata lengkap), dan ia mencampur darah pemberi korban dengan darah korban yang dipersembahkan, seolah-olah keduanya sama-sama berkenan kepada Allah. Kekudusan suatu tempat ataupun suatu ibadah tidak dapat melindungi seseorang dari amukan hakim yang tidak adil, yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Mezbah, yang biasanya merupakan tempat kudus dan tempat perlindungan, kini menjadi jerat dan jebakan, tempat berbahaya dan tempat pembantaian.
- . Mengapa cerita ini disampaikan kepada Yesus Tuhan kita pada waktu itu.
- (1) Mungkin hanya sebagai berita, yang mereka pikir belum didengar oleh-Nya, dan sebagai sesuatu yang mereka ratapi, dan berpikir bahwa Dia pun akan merasakan hal yang sama; sebab orang-orang Galilea adalah orang-orang sekampung mereka. Perhatikanlah, segala peristiwa yang menyedihkan yang terjadi di dalam pemeliharaan Allah haruslah kita perhatikan dan kita sampaikan kepada orang lain, supaya mereka juga dapat tersentuh olehnya dan mengambil pelajaran yang bermanfaat darinya.
- (2) Mungkin hal itu dimaksudkan sebagai pembenaran atas apa yang sudah dikatakan Kristus pada bagian penutup dalam pasal sebelumnya mengenai pentingnya kita berdamai dengan Allah selama masih ada waktu, sebelum kita diserahkan kepada pembantu hakim, yaitu kepada kematian, lalu dilemparkan ke dalam penjara, dan dengan demikian akan sudah terlambat bagi kita untuk berdamai. "Nah," kata mereka, "Guru, ini ada contoh yang baru saja terjadi, tentang sebagian orang yang dengan tiba-tiba diserahkan kepada pembantu hakim, yang dijemput maut pada saat yang paling tidak mereka duga, dan oleh karena itu kita semua harus siap menghadapinya." Perhatikanlah, akan bermanfaat bagi kita jika kita menjelaskan firman Allah dan meneguhkannya bagi diri kita sendiri dengan cara mengamati segala peristiwa yang diizinkan terjadi di dalam pemeliharaan Allah.
- (3) Mungkin mereka sedang berusaha menggugah hati-Nya supaya Ia mencari suatu cara untuk membalas dendam atas kematian orang-orang Galilea ini kepada Herodes, sebab Dia sendiri berasal dari Galilea, dan juga merupakan seorang Nabi, dan Dia adalah orang yang sangat memperhatikan daerah-Nya. Jika mereka mempunyai pikiran-pikiran seperti itu, maka sungguh kelirulah mereka, sebab Kristus sebentar lagi akan pergi ke Yerusalem, untuk diserahkan ke tangan Pilatus, dan membiarkan darah-Nya, bukan untuk dicampur dengan korban yang dipersembahkan-Nya, melainkan untuk dijadikan sebagai persembahan itu sendiri.
- (4) Mungkin cerita ini disampaikan kepada Kristus untuk mencegah-Nya pergi beribadah ke Yerusalem (ay. 22), jangan sampai Pilatus juga akan berbuat hal yang sama terhadap-Nya seperti yang sudah diperbuatnya terhadap orang-orang Galilea itu, dan membujuk orang banyak untuk melawan-Nya, seperti yang mungkin telah dilakukannya terhadap orang-orang Galilea itu, untuk membenarkan kekejamannya dengan menuduh mereka datang memberikan persembahan seperti Absalom, dengan maksud untuk menghasut, dengan berpura-pura membawa korban persembahan, padahal sebenarnya ingin menyulut pemberontakan. Nah, supaya Pilatus, ketika masih menangani masalah ini, tidak bertindak lebih jauh lagi, mereka berpikir bahwa Kristus sebaiknya menghindar dulu untuk sementara waktu.
- (5) Jawaban Kristus kepada mereka menunjukkan bahwa mereka memberitahukan kabar ini kepada-Nya dengan suatu maksud yang jahat untuk menyindir, bahwa walaupun Pilatus berbuat tidak adil dengan membunuh orang-orang ini, namun sebenarnya mereka ini adalah orang-orang yang jahat, sebab kalau tidak, Allah pasti tidak akan mengizinkan Pilatus membunuh mereka dengan cara yang biadab seperti itu. Tindakan murid-murid itu sungguh dilandasi dengan rasa iri. Bukannya memandang orang-orang Galilea itu sebagai martir, padahal mereka mati sewaktu memberikan korban persembahan, dan mungkin menderita karena ibadah mereka, murid-murid malah, tanpa bukti sedikit pun, menganggap mereka sebagai penjahat, dan ini mungkin tiada lain dipicu oleh karena murid-murid tidak segolongan atau sealiran dengan mereka, mungkin ada suatu perbedaan tertentu di antara mereka. Nasib mereka ini, yang bukan hanya dapat kita tafsirkan sebagai sesuatu yang terpuji, melainkan juga sebagai sesuatu yang terhormat, dapat disebut sebagai penghakiman yang adil dari Allah terhadap mereka, walaupun mereka tidak tahu untuk apa.
- II. Tanggapan Kristus terhadap laporan ini, yang di dalamnya:
- . Ia menyokong cerita itu dengan cerita lain lagi, yang seperti cerita tentang orang-orang Galilea itu. Cerita itu juga berkisah mengenai orang-orang yang dijemput maut dengan tiba-tiba. Tidak lama sebelumnya, menara dekat Siloam roboh, dan ada delapan belas orang yang mati dan terkubur di tengah-tengah reruntuhannya. Dr. Lightfoot menduga menara ini berdampingan dengan kolam Siloam, yang juga disebut kolam Betesda, dan bahwa menara itu terletak di serambi-serambi di dekat kolam itu, dan di situlah orang-orang yang sakit berbaring sambil menantikan goncangan air di kolam itu (Yoh. 5:3), dan bahwa orang-orang yang terbunuh adalah sebagian dari mereka, atau sebagian orang yang biasa membersihkan diri di kolam itu sebelum beribadah di Bait Allah, sebab kolam itu memang dekat dengan Bait Allah. Siapa pun mereka, kisah ini sungguh menyedihkan. Namun demikian, kecelakaan-kecelakaan yang mengerikan seperti itu sudah sering kita dengar, sebab seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba (Pkh. 9:12). Menara, yang dibangun untuk keamanan, sering kali justru membawa kehancuran bagi manusia.
- . Ia memperingatkan para pendengar-Nya untuk tidak mereka-reka sesuatu yang buruk dari kejadian ini atau dari kejadian-kejadian semacamnya, dan juga untuk tidak memanfaatkan kejadian ini untuk mencela orang-orang yang sangat menderita, seolah-olah karena penderitaan itulah mereka harus dipandang sebagai pendosa-pendosa besar. "Sangkamu orang-orang Galilea ini, yang terbunuh sewaktu memberikan korban persembahan, lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak, kata-Ku kepadamu" (ay. 2-3). Mungkin yang memberitahukan Dia tentang kabar orang-orang Galilea ini adalah orang-orang Yahudi. Orang-orang ini senang dengan hal-hal apa saja yang dapat dijadikan perenungan tentang orang-orang Galilea. Karena itulah Kristus membalas mereka dengan cerita tentang orang-orang Yerusalem, yang juga menemui ajal secara tidak terduga, sebab ukuran yang kita pakai untuk mengukur akan diukurkan kepada kita. "Nah, sangkamu kedelapan belas orang yang menemui ajal mereka di menara Siloam itu, sewaktu mereka mungkin sedang menunggu kesembuhan dari kolam Siloam, harus membayar keadilan ilahi jauh melebihi semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! Kata-Ku kepadamu." Tidak peduli apakah kejadian ini membenarkan atau menuduh diri kita, kita harus menaati aturan ini, yaitu bahwa kita tidak bisa menghakimi dosa orang lain dengan melihat penderitaan mereka di dunia ini, sebab ada banyak orang dilemparkan ke perapian seperti emas yang hendak dimurnikan, bukan seperti kotoran atau sekam yang hendak dibakar. Oleh karena itu kita tidak boleh keras mencela orang-orang yang lebih menderita daripada sesamanya, seperti teman-teman Ayub yang mencelanya, supaya jangan sampai kita justru mengutuk angkatan yang benar (Mzm. 14:5). Jika kita ingin menghakimi, cukuplah untuk menghakimi diri sendiri saja. Kita juga tidak mengetahui apa pun yang ada di hadapan kita, baik kasih maupun kebencian, sebab segala sesuatu sama bagi sekalian (Pkh. 9:1-2). Karena itu, pantaslah bagi kita untuk beranggapan bahwa para penganiaya, termasuk Pilatus, yang mempunyai kuasa dan keberhasilan, adalah orang-orang yang paling kudus. Sama halnya juga, wajarlah bagi kita untuk bisa saja beranggapan bahwa orang-orang yang dianiaya, termasuk orang-orang Galilea itu, yang sedang bersimbah air mata dan tidak mendapat penghiburan sekalipun dari imam-imam dan orang-orang Lewi yang melayani mezbah, adalah orang-orang yang paling berdosa. Dalam menghakimi orang lain, marilah kita melakukannya dengan cara seperti yang kita juga ingin orang lain melakukannya terhadap kita, sebab sebagaimana kita berbuat kepada orang lain, demikian pula akan diperbuat oleh orang lain kepada kita. Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi (Mat. 7:1).
- . Dengan cerita-cerita ini Kristus menyerukan seruan pertobatan. Ia mengakhiri setiap cerita ini dengan perkataan untuk menggugah hati, "Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian" (ay. 3-5).
- (1) Ini menunjukkan bahwa kita semua pantas binasa seperti mereka, dan seandainya kita diperlakukan menurut dosa-dosa kita, menurut segala kesalahan (yang kita lakukan) terhadap segala yang dikuduskan, maka pastilah atas keadilan Allah darah kita sudah dicampurkan dengan darah korban yang kita persembahkan. Kita harus bersikap lunak dalam mengecam orang lain, karena kita harus ingat, bahwa kita ini bukan hanya pendosa, tetapi juga sama-sama sangat berdosa seperti halnya mereka, dan kita juga harus bertobat dari banyak dosa-dosa kita seperti halnya mereka.
- (2) Oleh karena itu kita semua harus bertobat, menyesali kesalahan yang telah kita perbuat, dan berusaha untuk tidak melakukannya lagi. Penghakiman Allah atas orang lain merupakan suatu peringatan keras bagi kita untuk bertobat. Lihatlah bagaimana Kristus memanfaatkan segala sesuatu untuk menekankan kewajiban besar itu, yang untuk itulah Ia datang, yaitu supaya kita memperoleh kesempatan dan harapan untuk bertobat.
- (3) Bahwa pertobatan adalah cara yang pasti, dan tidak ada cara lain lagi untuk menghindarkan diri kita dari kebinasaan, supaya kesalahan itu jangan menjadi batu sandungan atau kebinasaan bagimu.
- (4) Bahwa jika tidak bertobat, kita pasti akan binasa, seperti yang sudah terjadi pada orang-orang lain yang mendahului kita. Sebagian orang memberikan penekanan terhadap kata atas cara demikian, dan menerapkannya pada kehancuran yang kemudian menimpa orang-orang Yahudi, khususnya kota Yerusalem, yang dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada waktu mereka merayakan paskah, dan dengan demikian, seperti orang-orang Galilea, darah mereka dicampur dengan darah korban yang mereka persembahkan; dan juga, ketika itu, banyak dari antara mereka, baik di Yerusalem maupun di tempat-tempat lain, hancur luluh tertimpa dinding-dinding dan bangunan-bangunan yang diruntuhkan, mirip dengan orang-orang yang mati tertimpa menara Siloam itu. Namun demikian, perkataan "atas cara demikian" ini punya maksud lebih jauh daripada hal-hal ini saja, yakni, jika kita tidak bertobat, kita akan binasa untuk selama-lamanya, seperti mereka semuanya tadi, yang habis binasa dari dunia ini. Yesus yang sama yang memanggil kita untuk bertobat sebab Kerajaan Sorga sudah dekat, menyuruh kita untuk bertobat sebab, kalau tidak, kita akan binasa. Dengan demikian, Ia telah menyodorkan ke hadapan kita kehidupan dan kematian, kebaikan dan kejahatan, dan menyerahkan kepada kita sendiri untuk memilih.
- (5) Orang-orang yang menghakimi orang lain dengan keras dan kejam, tetapi mereka sendiri tidak mau bertobat, mereka ini akan mengalami kebinasaan yang lebih mengerikan lagi.
Matthew Henry: Luk 13:6-9 - Pohon Ara yang Tidak Berbuah Pohon Ara yang Tidak Berbuah (13:6-9)
Perumpamaan ini dimaksudkan untuk memperkuat peringatan yang diberikan Kristus sebelumnya, "Jikalau kamu tida...
Pohon Ara yang Tidak Berbuah (13:6-9)
- Perumpamaan ini dimaksudkan untuk memperkuat peringatan yang diberikan Kristus sebelumnya, "Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Jikalau kamu tidak diperbaharui, kamu akan dihancurkan, seperti pohon ara yang tidak berbuah. Jikalau pohon itu tidak berbuah, ia akan ditebang."
- I. Perumpamaan ini terutama merujuk pada bangsa dan umat Yahudi. Allah memilih mereka sebagai milik kepunyaan-Nya, menjadikan mereka umat yang dekat dengan-Nya, memberi mereka segala keistimewaan untuk mengenal dan melayani-Nya melebihi bangsa-bangsa lain, dan mengharapkan mereka membalasnya dengan melakukan kewajiban dan ketaatan mereka terhadap-Nya, yang mendatangkan pujian dan hormat bagi-Nya; semuanya ini diperhitungkan-Nya sebagai buah. Namun mereka mengecewakan harapan-harapan-Nya: mereka tidak melakukan kewajiban mereka; mereka mendatangkan celaan, dan bukannya pujian, bagi pengakuan iman mereka. Oleh karena itu, Ia dengan adil berketetapan untuk meninggalkan mereka, memutuskan mereka, melucuti segala hak istimewa mereka, dan meniadakan mereka sebagai suatu bangsa dan umat. Namun demikian, melalui pengantaraan Kristus, seperti pada waktu dulu melalui pengantaraan Musa, Ia dengan murah hati memberi mereka lebih banyak waktu dan belas kasihan. Seakan-akan Ia menguji mereka setahun lagi, dengan mengutus para rasul-Nya kepada mereka untuk mengajak mereka bertobat dan menawarkan pengampunan kepada mereka dalam nama Kristus ketika bertobat. Di dalam sebagian mereka pertobatan dikerjakan, lalu mereka berbuah, dan bagi mereka ini semuanya menjadi baik. Namun sebagai bangsa mereka tetap tidak mau bertobat dan tidak berbuah, dan oleh karena itu kehancuran menimpa mereka tanpa ampun sekitar empat puluh tahun kemudian (setelah masa kehidupan Yesus di tengah-tengah mereka -- pen.), dan dibuang ke dalam api, tepat seperti yang dikatakan Yohanes Pembaptis kepada mereka (Mat. 3:10), yang dijabarkan dengan lebih luas lagi dalam perumpamaan ini.
- II. Perumpamaan mengenai buah ini, tidak diragukan lagi, juga merujuk kepada hal yang lebih jauh lagi, dan dirancang untuk menggugah semua orang yang menikmati sarana anugerah dan segala hak-hak istimewa gerejawi di dunia yang kelihatan ini. Orang-orang seperti ini harus melihat apakah sikap pikiran dan arah hidup mereka sudah sesuai dengan iman pengakuan mereka dan dengan kesempatan yang tersedia bagi mereka. Inilah buah yang diminta dari mereka.
- Sekarang amatilah di sini:
- . Keuntungan-keuntungan yang dimiliki pohon ara ini. Pohon ara itu tumbuh di kebun anggur, di tanah yang baik, di mana ia bisa lebih dirawat dan dijaga dibandingkan dengan pohon-pohon ara yang lain, yang biasanya tumbuh bukan di kebun anggur (yang memang khusus untuk anggur), melainkan di dekat jalan (Mat. 21:19). Pohon ara itu milik seseorang, yang mengurus dan merawatnya. Perhatikanlah, jemaat Allah adalah kebun anggur-Nya, berbeda dari tanah biasa, dan dipagari di sekelilingnya (Yes. 5:1-2). Kita adalah pohon ara yang ditanam di kebun anggur-Nya melalui baptisan. Kita mempunyai tempat dan nama di dalam gereja di dunia ini, dan inilah yang menjadi hak istimewa dan kebahagiaan kita. Ini suatu anugerah yang istimewa, karena Dia tidak melakukan yang demikian dengan bangsa-bangsa lain.
- . Harapan si pemilik kebun anggur untuk pohon ara itu: ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, dan ia berhak mengharapkannya. Ia tidak menyuruh orang lain, melainkan datang sendiri, yang menunjukkan keinginannya untuk mendapatkan buah. Kristus datang ke dunia ini, datang kepada milik kepunyaan-Nya, kepada orang-orang Yahudi, untuk mencari buah. Perhatikanlah, Allah di sorga menginginkan dan mengharapkan buah dari orang-orang yang bertempat tinggal di kebun anggur-Nya. Mata-nya tertuju kepada orang-orang yang menikmati Injil, untuk melihat apakah mereka sudah hidup sesuai dengannya. Ia mencari bukti-bukti apakah mereka menjadi baik dengan sarana anugerah yang mereka nikmati. Daun saja tidak cukup, seperti orang yang hanya berseru, Tuhan, Tuhan. Bunga juga tidak cukup, seperti orang yang memulai dengan baik dan hanya menjanjikan hal yang indah-indah saja. Harus ada buah. Segala pikiran, perkataan, dan perbuatan kita harus sesuai dengan Injil, terang dan kasih.
- . Kekecewaannya terhadap apa yang ia temukan: ia tidak menemukan apa-apa, tidak ada sama sekali, tidak satu buah ara pun. Perhatikanlah, sungguh menyedihkan melihat berapa banyak orang yang menikmati hak-hak istimewa Injil namun tidak melakukan apa pun untuk kemuliaan Allah, tidak memenuhi maksud dan tujuan-Nya dalam memberikan mereka segala keistimewaan Injil itu. Ini sungguh mengecewakan Dia dan mendukakan Roh anugerah-Nya.
- (1) Ia mengeluh kepada pengurus kebun: "Aku datang untuk mencari buah, tetapi aku kecewa, sebab aku tidak menemukannya. Aku mencari anggur, tetapi yang kulihat hanyalah anggur liar. Ia berduka dengan angkatan seperti itu.
- (2) Bagi-Nya, hal ini sungguh keterlaluan, karena dua alasan:
- [1] Bahwa ia sudah lama menunggu, dan akhirnya dikecewakan. Karena ia tidak mengharapkan yang tinggi-tinggi, hanya mengharapkan buah, bukan banyak buah, maka ia juga tidak terburu-buru. Ia terus mendatanginya selama tiga tahun, tahun demi tahun. Dengan menerapkan pernyataan ini kepada orang Yahudi, Ia datang pada satu waktu sebelum masa pembuangan, satu waktu lagi sesudahnya, dan satu waktu lagi saat Yohanes Pembaptis dan Kristus sendiri memberitakan Injil. Atau pernyataan ini mungkin merujuk pada tiga tahun pelayanan Kristus kepada orang banyak, yang pada waktu itu akan segera berakhir. Secara umum, pernyataan ini hendak mengajar kita bahwa kesabaran Allah itu sangatlah panjang bagi banyak orang yang menikmati Injil namun masih tidak menghasilkan buah-buahnya juga, dan bahwa kesabaran-Nya ini sungguh teramat dilecehkan sehingga membuat Allah benar-benar sangat murka. Sudah berapa kali tiga tahun Allah mendatangi banyak dari antara kita untuk mencari buah, namun tidak menemukan apa-apa, atau hampir tidak menemukan apa-apa, atau justru lebih buruk lagi daripada tidak ada apa-apa!
- [2] Bahwa pohon ara ini bukan hanya tidak menghasilkan buah, tetapi juga menyakiti. Pohon itu hidup di tanah dengan percuma, mengambil tempat pohon yang berbuah, dan menyakiti semua yang ada di sekelilingnya. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak berbuat baik biasanya menyakiti orang lain dengan pengaruh dari contoh buruk mereka. Mereka mendukakan dan mengecewakan orang-orang yang baik; mereka mengeraskan dan membesarkan hati orang-orang yang jahat. Semakin besar kesakitan yang ditimbulkannya, semakin terbebanlah tanah itu, jika pohon itu tinggi, besar, dan melebar, atau jika pohon itu tua dan berdiri dalam waktu yang lama.
- . Hukuman yang menimpanya: "Tebanglah pohon ini!" Ia mengatakannya kepada pengurus kebun anggur, kepada Kristus, yang diberi segala kuasa untuk menghakimi, kepada hamba-hamba yang dalam nama-Nya menyatakan penghukuman ini. Perhatikanlah, tidak ada lagi yang dapat diharapkan dari pohon yang tidak berbuah selain harus ditebang. Seperti halnya kebun anggur yang tidak berbuah akan dibongkar, dan diinjak-injak (Yes. 5:5-6), begitu pula pohon yang tidak berbuah di kebun anggur akan dicabut dari kebun itu, dan akan menjadi layu (Yoh. 15:6). Pohon itu ditebang oleh penghakiman-penghakiman Allah, terutama penghakiman-penghakiman rohani, seperti yang ditimpakan ke atas orang-orang Yahudi yang tidak percaya (Yes. 6:9-10). Pohon itu ditebang oleh kematian, dan dilemparkan ke dalam api neraka, dan ini dilakukan karena alasan yang baik, sebab mengapa pohon itu hidup di tanah dengan percuma? Untuk apa pohon itu harus diberi tempat di kebun anggur kalau tidak mendatangkan manfaat apa-apa?
- . Bagaimana si pengurus kebun anggur menengahi dan menjadi pengantara bagi pohon ara itu. Kristus adalah Sang Pengantara agung. Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. Hamba-hamba Tuhan adalah para pengantara; orang-orang yang mengurus kebun anggur harus menjadi pengantara bagi kebun anggur itu. Orang-orang yang kita kabari Injil haruslah kita doakan, sebab kita harus memberi diri untuk firman Allah dan untuk berdoa.
- Sekarang perhatikanlah:
- (1) Apa yang diminta si pengurus kebun anggur itu. Yang dimintanya adalah penundaan waktu: "Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi." Ia tidak berkata, "Tuan, pohon itu jangan ditebang," melainkan, "Tuan, jangan sekarang. Tuan, jangan usir pengurus kebun anggur, jangan halang-halangi embun yang menetes, dan jangan cabut pohon itu."
- Perhatikanlah:
- [1] Pohon yang tidak berbuah memang sebaiknya diberi kesempatan selama beberapa waktu lagi untuk berbuah. Sebagian orang belum diberi anugerah untuk bertobat, jadi mereka yang diberi kesempatan untuk bertobat berarti beroleh kemurahan, seperti yang pernah terjadi pada bumi di zaman dulu, dengan diberikannya waktu selama seratus dua puluh tahun untuk berdamai dengan Allah.
- [2] Kita berutang kepada Kristus, Sang Pengantara agung, sehingga pohon-pohon yang tidak berbuah tidak langsung ditebang. Seandainya bukan karena pengantaraan-Nya, seluruh dunia pasti sudah dibabat habis karena dosa Adam. Tetapi Kristus berkata, "Tuan, biarkanlah dia," dan Dialah yang menopang segala sesuatu.
- [3] Kita didorong untuk berdoa kepada Allah agar Ia berbelas kasihan untuk memberikan lebih banyak kesempatan lagi kepada pohon-pohon yang tidak berbuah: "Tuan, biarkanlah mereka, biarkanlah mereka sedikit lebih lama lagi dalam masa ujian mereka. Bersabarlah dengan mereka sebentar lagi, dan bermurah hatilah kepada mereka." Demikianlah kita harus menengahi suatu masalah untuk menghilangkan murka.
- [4] Penundaan hukuman karena belas kasihan itu hanyalah untuk sementara. Biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, waktu yang singkat, tetapi cukup untuk mencoba. Apabila Allah sudah lama bersabar, kita boleh saja berharap bahwa Dia akan bersabar sebentar lagi, tetapi kita tidak bisa berharap bahwa Ia akan selalu bersabar.
- [5] Penundaan waktu dapat diberikan melalui doa-doa orang lain bagi kita, tetapi tidak pengampunan. Kita sendirilah yang harus menunjukkan iman, pertobatan, dan doa-doa, sebab kalau tidak, maka tidak akan ada pengampunan.
- (2) Bagaimana ia berjanji untuk memanfaatkan kesempatan ini, jika itu diberikan: "Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya."
- Perhatikanlah:
- [1] Secara umum, doa-doa kita harus selalu disertai dengan usaha. Pengurus kebun anggur itu tampaknya berkata, "Tuan, mungkin aku tidak melakukan apa yang seharusnya kulakukan. Tetapi biarkanlah pohon itu untuk tahun ini, dan aku akan melakukan lebih daripada yang sudah kulakukan untuk membuat pohon itu berbuah." Demikianlah, dalam semua doa kita, kita harus memohon anugerah Allah, sambil dengan rendah hati berketetapan untuk melakukan kewajiban kita, sebab kalau tidak, kita hanya mengolok-olok Allah, dan menunjukkan bahwa kita tidak menghargai dengan benar semua belas kasihan yang kita minta.
- [2] Secara khusus, ketika kita meminta kepada Allah anugerah untuk diri kita sendiri atau untuk orang lain, kita harus tekun menindaklanjuti doa-doa kita dengan menggunakan sarana anugerah. Pengurus kebun anggur itu berjanji melakukan bagiannya, dan ini mengajarkan agar hamba-hamba Tuhan melakukan apa yang menjadi bagian mereka. Ia akan mencangkul tanah di sekeliling pohon itu dan akan memberinya pupuk. Orang-orang Kristen yang tidak berbuah harus disentakkan dengan ancaman-ancaman hukum, yang membuka tanah baru, dan setelah itu didorong dengan janji-janji Injil, yang menghangatkan dan menyuburkan, seperti pupuk bagi pohon. Kedua cara ini harus dicoba, cara yang satu merupakan persiapan bagi cara yang lain, dan keduanya saling melengkapi.
- (3) Sampai mana pengurus kebun anggur itu menempatkan permasalahannya: "Mari kita coba, mari kita coba lakukan sebisanya dengan pohon itu satu tahun lagi, dan jika ia berbuah, itu baik (ay. 9). Mungkin saja, bahkan ada harapan, bahwa pohon itu akan berbuah." Dalam harapan ini, si pemilik kebun anggur akan bersabar dengannya, dan si pengurus akan berusaha merawatnya, dan jika pohon itu berbuah seperti yang diharapkan, maka baik si pemilik maupun si pengurus akan senang bahwa pohon itu tidak ditebang. Perkataan "itu baik" [yang ada dalam terjemahan KJV -- pen.] tidak ada dalam bahasa aslinya, tetapi ekspresinya menjadi terpotong: jika pohon itu berbuah! -- di sini kita bisa menambahkan seruan sukacita apa saja untuk mengungkapkan betapa luar biasa gembiranya sang pemilik maupun pengurus kebun anggur itu. Jika pohon itu berbuah, maka akan ada alasan untuk bersukacita, karena kita memiliki apa yang ingin kita miliki. Jadi, tepatlah untuk mengatakan: itu baik. Perhatikanlah, orang-orang percaya yang tidak kunjung-kunjung berbuah, tetapi kemudian bertobat, memperbaiki kelakuan, dan berbuah, akan mendapati bahwa segala sesuatunya baik. Allah akan senang, sebab Ia akan dipuji. Tangan hamba-hamba Tuhan akan dikuatkan, dan orang-orang yang bertobat itu akan menjadi sukacita bagi mereka pada masa sekarang ini, dan akan menjadi mahkota bagi mereka tidak lama lagi. Tidak itu saja, bahkan akan ada sukacita di sorga untuk pertobatan ini. Tanah tidak akan terbebani lagi, melainkan menjadi lebih subur, kebun anggur akan dibuat lebih indah, dan pohon-pohon yang baik di dalamnya akan dibuat menjadi lebih baik lagi. Keadaan ini pun baik bagi pohon itu sendiri. Ia bukan hanya tidak ditebang, melainkan juga akan menerima berkat dari Allah (Ibr. 6:7). Pohon itu akan dibersihkan, dan akan lebih banyak berbuah, sebab Bapalah pengusahanya (Yoh. 15:2), dan ia pada akhirnya akan dicangkokkan dari kebun anggur di bumi ke sorga di atas.
- Tetapi, kemudian si pengurus kebun anggur itu juga menambahkan, "Jika tidak, tebanglah dia."
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Bahwa, walaupun Allah panjang sabar, Ia tidak akan selalu bersabar dengan orang-orang percaya yang tidak berbuah. Kesabaran-Nya ada batasnya, dan jika kesabaran itu dilecehkan, maka ini akan membuka jalan bagi murka yang tiada akhir. Pohon-pohon yang tidak berbuah pada akhirnya pasti akan ditebang, dan dilemparkan ke dalam api.
- [2] Semakin lama Allah menunggu, dan semakin besar harga yang harus Ia bayar untuk mereka, maka semakin besarlah kehancuran yang akan mereka alami. Ditebang sesudah semuanya itu, sesudah segala pengharapan diharapkan darinya, segala perundingan dibuat untuknya, dan segala kepedulian ditujukan terhadapnya, memang akan sangat menyedihkan, dan akan memperberat hukuman yang diterimanya.
- [3] Menebang, walaupun harus dilakukan, adalah pekerjaan yang sebenarnya tidak disenangi Allah, karena, si pemilik itu menyuruh pengurus kebun anggur, "Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" "Tidak," kata si pengurus itu kemudian, "jika itu pada akhirnya harus dilakukan, engkau sendirilah yang harus menebangnya, aku tidak mau ikut campur tangan dalam hal ini."
- [4] Orang-orang yang sekarang menjadi pengantara bagi pohon-pohon yang tidak berbuah dan bersusah payah mengurusnya, jika pohon itu tetap tidak berbuah, malah akan merasa puas melihat pohon-pohon itu ditebang, dan tidak akan mengatakan apa-apa lagi untuk membelanya. Sahabat-sahabatnya akan menerima, bahkan akan menyetujui dan menyambut dengan senang hati penghakiman Allah yang benar itu, pada hari penghakiman itu dinyatakan (Why. 15:3-4).
SH: Luk 12:54--13:9 - Bukan performa tetapi buah (Minggu, 29 Februari 2004) Bukan performa tetapi buah
Apa yang menjadi tanda meyakinkan bahwa seseorang itu milik
Tuhan? Gaya hidupnya atau buahnya?
Yesus menegur orang...
Bukan performa tetapi buah
Apa yang menjadi tanda meyakinkan bahwa seseorang itu milik Tuhan? Gaya hidupnya atau buahnya?
Yesus menegur orang banyak yang menyangka asal sudah menampilkan ‘gaya saleh’ hidupnya pun sudah saleh. Ia menyebut mereka orang-orang munafik, yang hanya tahu membedakan musim, tetapi tidak mengerti kebenaran, apalagi mengerti kalau kebenaran itu sudah diselewengkan (ayat 54-56). Yesus menegur kemunafikan mereka lebih lanjut dengan menunjukkan betapa mereka tidak memiliki kebenaran. Perlunya pemerintah ikut mengadili membuktikan bahwa mereka tidak memiliki kebenaran (ayat 57-59).
Ada lagi orang yang berpendapat bahwa orang yang mati karena korban kekerasan pastilah bukan orang benar. Yesus menjawab bahwa bukan cara kematiannya yang membuktikan seseorang berdosa atau tidak. Setiap orang yang tetap tinggal di dalam dosa akan mengalami hukuman kematian (ayat 13:1-5).
Rangkaian pengajaran ini ditutup dengan perumpamaan pohon ara yang sudah dipelihara namun tidak kunjung berbuah. Maka, pohon ara itu memang pantas untuk ditebang (ayat 13:6-9). Perumpamaan ini menyimpulkan pentingnya menghasilkan buah dan bukan sekadar performa.
Renungkan: Orang bisa menampilkan diri sebagai orang benar, saleh tetapi buah-buah perbuatannyalah yang pada akhirnya membuktikan siapa dia!
SH: Luk 13:1-21 - Lima menit terlalu lama bagi Allah. (Senin, 27 Maret 2000) Lima menit terlalu lama bagi Allah.
Orang Yahudi mempunyai pemahaman bahwa orang yang mengalami malapetaka dan bencana
  adalah orang yang dosanya...
Lima menit terlalu lama bagi Allah.
Orang Yahudi mempunyai pemahaman bahwa orang yang mengalami malapetaka dan bencana   adalah orang yang dosanya lebih besar dari orang yang tidak   mengalami bencana. Pemahaman ini salah! Sekalipun bencana dan   malapetaka diizinkan Allah menimpa orang atau bangsa tertentu   sebagai hukuman dosa mereka, tetapi semua itu tidak harus   dilihat sebagai hukuman  Allah.
Untuk mendapatkan pemahaman yang benar, kita harus beranjak   dari konsep dasar yang benar yaitu bahwa kita semua adalah orang   berdosa. Membanding-bandingkan dosa satu dengan yang lainnya   hanya akan membawa pada kesimpulan bahwa dosa ada tingkatannya.   Namun demikian hal ini tidak mengurangi fakta bahwa kita adalah   orang-orang berdosa yang harus dimurkai Allah. Yang mengherankan   bukanlah mengapa hanya beberapa orang menderita malapetaka dan   bencana, tetapi  mengapa tidak ada seorang pun yang akan luput   dari hukuman, walaupun tidak harus selalu berbentuk bencana dan   malapetaka. Sekalipun demikian Yesus menegaskan bahwa mereka   akan luput jika bertobat.
Menurut ajaran perumpaman pohon ara, manusia masih diberikan   perpanjangan waktu untuk bertobat (ayat 6-9). Dengan kata lain   manusia pasti akan mengalami hukuman, jika tidak bertobat. Allah   dapat menyelamatkannya kapan saja, tanpa menunda-nunda lagi dan   tidak membutuhkan waktu yang lama jika manusia mau percaya   kepada-Nya dan bertobat. Kebenaran ini digambarkan secara jelas   dalam peristiwa penyembuhan perempuan yang sudah dirasuk setan   selama 18 tahun pada hari Sabat (ayat 10-17). Bila kita mengamati   peristiwa penyembuhan nampaknya hanya peristiwa kecil. Perempuan   itu bukan orang yang terkenal. Namun, sesungguhnya hal ini   mengandung kebenaran yang  dalam dan indah, yang dibutuhkan   seluruh umat manusia dan nantinya memberikan pengaruh yang   sangat besar bagi seluruh kehidupan umat manusia. Hal ini   digambarkan oleh Yesus dalam perumpamaan biji sesawi dan ragi.
Renungkan: Bersyukurlah kepada Allah yang selalu siap dan akan   segera menyelamatkan manusia kapan saja jika kita mau memberikan   respons terhadap anugerah-Nya. Inilah yang dibutuhkan oleh semua   manusia di dunia ini yang hidup dalam waktu pinjaman.
SH: Luk 13:1-9 - Kesempatan kesekian kali (Senin, 12 Februari 2007) Kesempatan kesekian kali
Tuhan Yesus diperhadapkan dengan pandangan umum orang Yahudi bahwa
orang yang mati dalam suatu bencana pasti disebabkan...
Kesempatan kesekian kali
Tuhan Yesus diperhadapkan dengan pandangan umum orang Yahudi bahwa orang yang mati dalam suatu bencana pasti disebabkan oleh dosanya yang besar.
Kita akan melihat respons Yesus terhadap beberapa peristiwa. Pertama, tentang pembantaian yang dilakukan Pilatus kepada orang Galilea saat mereka akan mempersembahkan korban (1). Respons Yesus mengisyaratkan dengan jelas bahwa orang yang mati dibantai belum tentu karena dosanya yang besar (2). Peristiwa kedua adalah orang-orang yang mati tertimpa menara Siloam. Yesus memberikan respons yang sama mengenai dosa mereka (4). Menarik untuk diperhatikan adalah respons Yesus yang diulang sampai dua kali pada ayat 3 dan 5. Penekanan utamanya adalah pertobatan. Dosa tidak menentukan cara kematian seseorang, tetapi dosa akan menentukan apa yang terjadi setelah kematiannya. Pertobatanlah yang akan menjadi kunci utamanya. Jika seseorang tidak bertobat dalam hidupnya, maka ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Melalui perumpamaan tentang pohon ara, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kesempatan untuk bertobat masih diberikan. Pohon ara yang tumbuh selama tiga tahun ternyata tidak menghasilkan apa-apa (6). Permintaan untuk menebang pohon tersebut menunjukkan batas kesabaran si pemilik kebun yang telah menanti selama tiga tahun (7). Namun pengurus kebun masih memohon kepada tuannya untuk bersabar menantikan pohon tersebut berbuah. Penggunaan kata "mungkin" di ay. 9 menunjukkan harapan dan kesempatan lagi. Ini menunjukkan pentingnya pertobatan.
Mari kita bertanya pada diri sendiri: sudahkah kita bertobat? Kristus masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat, yang mungkin merupakan kesempatan kesekian kali yang diberikan pada kita. Oleh karena itu, jangan tunda lagi. Sebab jika kita masih menutup rapat pintu hati kita untuk pertobatan maka mungkin Tuhan akan mencampakkan kita ke dalam api.
SH: Luk 13:1-9 - Sekarang! Bukan nanti! (Selasa, 1 Maret 2011) Sekarang! Bukan nanti!
Musibah seyogyanya menghasilkan rasa iba. Namun ternyata tidak selalu demikian. Musibah bisa saja menghasilkan prasangka buruk...
Sekarang! Bukan nanti!
Musibah seyogyanya menghasilkan rasa iba. Namun ternyata tidak selalu demikian. Musibah bisa saja menghasilkan prasangka buruk. Bagi orang Yahudi, musibah yang menimpa seseorang erat hubungannya dengan dosa-dosanya. Makin besar dosa seseorang semakin hebat pula musibah yang akan menimpa dia. Jadi, musibah seolah semacam hukuman yang diberikan oleh Allah, tergantung seberapa besar dosa-dosa yang telah diperbuat seseorang. Prasangka buruk seperti inilah yang hendak diluruskan oleh Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus menegaskan bahwa prasangka seperti itu bukan saja sempit, tetapi mutlak salah. Jenis atau bentuk musibah bukanlah cerminan besar atau kecilnya dosa seseorang. Sebaliknya, Tuhan Yesus mengajak mereka yang tidak kena musibah untuk menilik diri sendiri. Sebab di hadapan Tuhan yang kudus, orang-orang yang tak kena musibah pun sebenarnya orang berdosa juga dan berpotensi mengalami penghukuman yang sama (3, 5). Musibah yang menimpa seseorang bisa dijadikan peringatan bagi mereka yang terluput, agar tidak mengeraskan hati dan tetap tinggal dalam keberdosaan tersebut. Maka yang terpenting bukanlah membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang yang mengalami musibah, tetapi meresponsnya dengan memeriksa diri dan bila perlu bertobat. Gunakanlah kesempatan yang masih ada untuk segera bertobat karena belum tentu kesempatan itu terulang.
Pikirkanlah kesempatan terakhir yang diberikan kepada pohon ara (9). Itulah lukisan yang tepat mengenai kesempatan yang diberikan Allah kepada manusia untuk segera bertobat. Seluruh waktu yang masih diberikan sesungguhnya merupakan kesempatan yang terakhir, tidak akan ditambah lagi! Ini adalah demonstrasi kesabaran Allah yang paling akhir. Setelah itu pintu kesempatan akan ditutup selama-lamanya. Oleh karena itu, jangan tunda! Saat Roh Kudus menegur kita lewat musibah orang lain, jangan keraskan hati melainkan responslah kesabaran hati-Nya dengan bertobat. Sekarang dan bukan nanti!
SH: Luk 13:1-9 - Hukuman pasti setimpal (Selasa, 24 Februari 2015) Hukuman pasti setimpal
Kadang kita menganggap kalau seseorang mati secara tidak wajar, pastilah itu dikarenakan semasa hidupnya ia jahat. Padahal, as...
Hukuman pasti setimpal
Kadang kita menganggap kalau seseorang mati secara tidak wajar, pastilah itu dikarenakan semasa hidupnya ia jahat. Padahal, asumsi seperti itu menyesatkan. Bagaimana cara kematian seseorang tidak berhubungan dengan baik-jahatnya kehidupan orang tersebut. Apakah beberapa misionaris yang mati dibunuh bahkan dimakan oleh suku yang dilayaninya, atau yang teraniaya sampai mati oleh para fanatik agama tertentu itu orang-orang jahat? Bagi mereka menderita dan mati bagi Kristus merupakan kehormatan dari Allah.
Yesus menegaskan bahwa orang yang mengeraskan hati untuk tidak bertobat akan mengalami kematian yang mengerikan. Tentu, yang dimaksud Yesus, bukan cara kematian secara fisik. Kengerian kematian seseorang yang tidak bertobat ialah penderitaan kekal yang harus dihadapi orang tersebut. Intinya, Yesus mengingatkan kita bahwa hukuman Allah adil. Penolakan akan anugerah Tuhan membuat seseorang hidup di luar anugerah. Hidup di luar anugerah, berarti tertutupnya jalan kehidupan. Betapa mengerikan.
Yesus memakai ilustrasi untuk menegaskan maksud-Nya. Pemilik kebun anggur tentu tidak mengharapkan pohon ara tumbuh di dalamnya. Bagaimana pun panen buah anggur lebih berharga daripada panen buah ara. Jadi bagi pohon ara dibiarkan tumbuh di kebun anggur, dan mendapatkan perhatian ekstra (8), merupakan anugerah. Akan tetapi, kalau pada akhirnya pohon ara itu tetap tidak menghasilkan apa-apa, bukankah hal ini sangat keterlaluan? Apa gunanya lagi, selain dipotong dan dibuang.
Tidak seorang pun layak di hadapan Tuhan. Anda dan saya sama-sama orang berdosa yang pantasnya mati masuk neraka. Namun, ibarat pohon ara, kita mendapatkan anugerah dan kesempatan untuk menghasilkan buah. Hal itu dimulai dengan bertobat, dan menghasllkan buah pertobatan. Sudahkah Anda bertobat dan menghasilkan buah pertobatan? Ingatlah, jangan sampai hukuman Allah setimpal menimpa Anda!
SH: Luk 13:1-5 - Dosa dan Petaka (Sabtu, 28 September 2019) Dosa dan Petaka
Tanggapan Yesus terhadap kabar kematian orang-orang Galilea yang dibunuh Pilatus seperti ini: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih...
Dosa dan Petaka
Tanggapan Yesus terhadap kabar kematian orang-orang Galilea yang dibunuh Pilatus seperti ini: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?" (Luk. 13:2).
Ada beberapa orang Galilea yang dibunuh tentara, berdasarkan perintah Pilatus, sewaktu mempersembahkan kurban di Bait Allah. Tak hanya dibunuh, darah korban dicampur dengan darah kurban yang hendak dipersembahkan di Bait Allah. Para sejarawan menduga, orang-orang itu adalah pejuang Zelot yang bermarkas di Galilea. Siapa pun mereka, kematian mereka mengenaskan dan membuat orang bertanya: "Mengapa?"
Pilatus, menurut Stefans Leks, senang menghina bangsa Yahudi pada setiap kesempatan, merampas milik mereka, memperlakukan orang Yahudi seenaknya, dan membunuh tanpa perasaan. Sang Gubernur akhirnya dipecat Kaisar karena membantai sejumlah orang Samaria di Gunung Gerizim.
Masyarakat Yahudi, juga masyarakat Indonesia, beranggapan bahwa petaka adalah hukuman Allah. Kematian tak wajar juga dianggap sebagai hukuman Allah. Akan tetapi, Yesus memerintahkan para muridnya untuk tidak begitu saja menilai setiap kejadian mengerikan itu sebagai hukuman Allah. Yesus juga menegaskan bahwa 18 orang yang mati tertimpa menara dekat Siloam belum tentu lebih jahat ketimbang yang masih hidup (4). Itu namanya penghakiman dan pasti ketidakadilan. Sudah jadi korban, kenapa masih harus dihakimi!
Mungkin memang ada kaitannya. Allah bisa saja menjadikan sebuah peristiwa naas sebagai hukuman atas dosa. Akan tetapi, kita dilarang menilai seluruh petaka sebagai hukuman Allah.
Namun demikian, itu tidak berarti kita boleh hidup seenaknya. Tuhan mendorong kita untuk bertobat dan terus memperbarui diri. Sebab jika tidak, kita pun akan mengalami nasib yang sama!
Doa: Tuhan tolong kami untuk senaniasa menjaga hati, pikiran, dan tubuh kami! [YM]
Baca Gali Alkitab 4
Nas Alkitab hari ini sedang mengajarkan kita tentang kekhawatiran dan bagaimana cara menghadapinya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa nasihat Yesus tentang kekhawatiran (22-23)?
2. Dengan perumpamaan apa Yesus melukiskan tentang pemeliharaan Allah (24, 27)?
3. Menurut Yesus, mengapa kita tidak perlu khawatir (25-26)?
4. Mengapa Yesus menyebut orang yang khawatir sebagai orang yang kurang percaya (27-28)?
5. Apa yang harus kita lakukan untuk menghindari kekhawatiran (29-31)?
6. Apa yang dimaksud dengan "di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (32-34)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa Yesus melarang kita untuk khawatir?
2. Bagaimana Anda memahami perumpamaan Yesus tentang burung dan bunga bakung? Coba Anda jelaskan!
3. Apakah ada faedah dari kekhawatiran?
4. Pernahkah Anda merasa tidak percaya kepada pemeliharaan Tuhan?
5. Apa yang paling penting untuk kita cari? Harta atau Kerajaan Allah?
Apa respons Anda?
1. Setelah mempelajari bagian ini, masihkah Anda khawatir dalam menjalani kehidupan ini? Jika ya, bagaimana Anda mengatasinya?
2. Sadarkah Anda bahwa kekhawatiran adalah sebentuk rasa tidak percaya kepada pemeliharaan Tuhan?
3. Sudahkah Anda bersyukur atas pertolongan yang Tuhan berikan?
Pokok Doa:
Mohon agar Tuhan menjauhkan kita dari rasa khawatir dan memelihara hidup kita senantiasa.
SH: Luk 13:6-9 - Beriman dan Berbuah (Minggu, 29 September 2019) Beriman dan Berbuah
Tentunya, kita berharap muncul rasa enak dari setiap buah yang kita makan. Hampir bisa dipastikan, tidak ada di antara kita yang ...
Beriman dan Berbuah
Tentunya, kita berharap muncul rasa enak dari setiap buah yang kita makan. Hampir bisa dipastikan, tidak ada di antara kita yang ingin memakan buah yang rasanya getir atau pahit. Inilah yang menjadi perhatian kita dari renungan di dalam nas ini. Kita diminta untuk berbuah. Akan tetapi, tidak berhenti di situ, buah yang kita hasilkan pun harus enak rasanya. Buah tersebut adalah esensi iman kekristenan kita yang berbeda dari agama lain.
Kehidupan kekristenan tampaknya mempunyai tuntutan yang sama dengan pohon ara dalam nas ini. Setelah dilahirkan kembali, iman orang-orang Kristen (denominasi apa pun) terus dituntun untuk bertumbuh dalam Yesus. Sama halnya dalam pertumbuhan jasmani, iman yang tidak bertumbuh pun tidak elok dipandang. Inilah siklus pertumbuhan pada umumnya.
Namun, Yesus meminta orang Kristen tidak hanya bertumbuh, tetapi juga berbuah. Pertanyaannya berbuah apa? Menarik untuk dicermati bahwa buah dalam kekristenan tentu banyak. Jika merujuk kepada tulisan Paulus (Gal.5:19), ada sembilan aspek dari buah Roh. Buah itu diberikan kepada orang yang hidupnya dituntun oleh Roh Kudus. Sembilan buah ini bukan pilihan, namun satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Sembilan buah Roh ini harus berkembang bersamaan. Kita jangan hanya memupuk kualitas salah satu buah Roh, kemudian melupakan dimensi yang lain. Misalnya, kita hidup dalam kesabaran, namun tetap hidup dalam keserakahan dan kedengkian. Ironisnya, kita mungkin membela diri jika gagal mengembangkan buah yang lain. Pembelaan kita, "Kan saya masih manusia!"
Iman dari murid Yesus yang benar bukan saja diminta untuk bertumbuh. Sekali lagi, kita juga wajib untuk berbuah. Buah yang dihasilkan pun harus bermanfaat bagi orang lain. Buah yang memberi kenikmatan, rasa damai, sukacita, dan kenyamanan. Dari buah itu, orang lain akan dipandu menuju pengenalan kepada Allah yang benar di dalam Yesus, Sang Juru Selamat.
Doa: Tuhan, tolong kami bertumbuh dan berbuah seperti yang Engkau inginkan. [ER]
Topik Teologia -> Luk 13:6
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Lukas (Pendahuluan Kitab) Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas...
Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.
Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini terdiri atas dua bagian:
- (1) kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil Lukas), dan
- (2) pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh PB.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang saudara "yang kekasih ... seorang dokter" (Kol 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang setia (2Tim 4:11; File 1:24; bd. perikop-perikop "kami" di Kisah Para Rasul, lihat "PENDAHULUAN KISAH PARA RASUL" 08177). Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. Luk 1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari asal mulanya" (Luk 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kis 21:17; Kis 23:23--26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kis 28:16).
Tujuan
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai _kepada Adam_ (Luk 3:23-38) dan tidak hanya _sampai Abraham_ seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.
Survai
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5--2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
- (1) pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14--9:50),
- (2) pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27), dan
- (3) minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28--24:43).
Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
- (1) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
- (2) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
- (3) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
- (4) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat;
- (5) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
- (6) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia".
- (7) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya.
- (8) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).
Full Life: Lukas (Garis Besar) Garis Besar
I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4)
II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52)
A. Pem...
Garis Besar
- I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4) - II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52) - A. Pemberitahuan Kelahiran Yohanes
(Luk 1:5-25) - B. Pemberitahuan Kelahiran Yesus
(Luk 1:26-56) - C. Kelahiran Yohanes Pembaptis
(Luk 1:57-80) - D. Kelahiran Yesus
(Luk 2:1-20) - E. Yesus di Bait Allah Sebagai Seorang Bayi
(Luk 2:21-39) - F. Kunjungan Yesus ke Bait Allah Sebagai Seorang Anak
(Luk 2:40-52) - III.Persiapan bagi Pelayanan Juruselamat
(Luk 3:1-4:13) - A. Pemberitaan Yohanes Pembaptis
(Luk 3:1-20) - B. Pembaptisan Yesus
(Luk 3:21-22) - C. Silsilah Yesus
(Luk 3:23-38) - D. Pencobaan Yesus
(Luk 4:1-13) - IV. Pelayanan di Galilea
(Luk 4:14-9:50) - A. Permulaan Pelayanan Yesus dan Penolakan di Nazaret
(Luk 4:14-30) - B. Kapernaum: Wibawa Ilahi Yesus Dinyatakan
(Luk 4:31-44) - C. Penangkapan Ikan yang Ajaib
(Luk 5:1-11) - D. Penyembuhan Orang yang Sakit Kusta
(Luk 5:12-16) - E. Wewenang Yesus Ditantang
(Luk 5:17-26) - F. Juruselamat Orang-Orang Berdosa
(Luk 5:27-32) - G. Peresmian Tatanan Baru
(Luk 5:33-6:49) - H. Demonstrasi Kuasa Ilahi
(Luk 7:1-8:56) - I. Yesus Memberikan Kuasa kepada Murid-Murid-Nya
(Luk 9:1-6) - J. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Luk 9:7-9) - K. Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Luk 9:10-17) - L. Pengakuan Petrus dan Tanggapan Yesus
(Luk 9:18-27) - M. Kemuliaan Juruselamat Dinyatakan
(Luk 9:28-50) - V. Pelayanan Selama Perjalanan Terakhir ke Yerusalem
(Luk 9:51-19:28) - A. Misi Penebusan Juruselamat
(Luk 9:51-10:37) - B. Petunjuk Khusus Yesus Mengenai Pelayanan dan Doa
(Luk 10:38-11:13) - C. Peringatan Yesus kepada Para Musuh dan Para Pengikut
(Luk 11:14-14:35) - D. Perumpamaan-Perumpamaan tentang yang Terhilang dan Ditemukan Kembali
(Luk 15:1-32) - E. Perintah-Perintah Kristus kepada Para Pengikut-Nya
(Luk 16:1-17:10) - F. Sembilan Orang Kusta yang Disembuhkan Namun Tak Berterima Kasih
(Luk 17:11-19) - G. Kedatangan Kembali Kristus Secara Mendadak Dinubuatkan
(Luk 17:20-18:14) - H. Juruselamat, Anak-Anak Kecil dan Seorang Pemimpin yang Kaya
(Luk 18:15-30) - I. Menjelang Akhir Perjalanan
(Luk 18:31-19:28) - VI. Minggu Penderitaan
(Luk 19:29-23:56) - A. Yesus Memasuki Yerusalem
(Luk 19:29-48) - B. Yesus Mengajar Setiap Hari di Bait Allah
(Luk 20:1-21:4) - C. Yesus Bernubuat tentang Kebinasaan Bait Allah dan Kedatangan-Nya
Kembali (Luk 21:5-38) - D. Persiapan-Persiapan Terakhir dan Perjamuan Malam
(Luk 22:1-38) - E. Getsemani dan Pengkhianatan
(Luk 22:39-53) - F. Pengadilan Yahudi
(Luk 22:54-71) - G. Pengadilan Romawi
(Luk 23:1-25) - H. Penyaliban
(Luk 23:26-49) - I. Penguburan
(Luk 23:50-56) - VII.Kebangkitan Sampai Kenaikan
(Luk 24:1-53) - A. Pagi Kebangkitan
(Luk 24:1-12) - B. Penampakan Diri Tuhan yang Sudah Bangkit
(Luk 24:13-43) - C. Pesan-Pesan Perpisahan
(Luk 24:44-53)
Matthew Henry: Lukas (Pendahuluan Kitab) Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut...
Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut penuturan Bapa Gereja Jerome, Lukas lahir di Antiokhia. Sebagian orang menduga dia satu-satunya penulis Kitab Suci yang bukan berasal dari benih keturunan Israel. Ia merupakan seorang pemeluk baru agama Yahudi, dan kemudian, seperti dugaan beberapa orang, beralih kepada Kekristenan melalui pelayanan Rasul Paulus di Antiokhia, dan setelah kedatangannya di Makedonia (Kis. 16:10), ia menjadi kawan pendamping tetap Paulus. Ia belajar dan mempraktikkan ilmu kedokteran; oleh karena itu, Paulus menyebutnya Tabib Lukas yang kekasih (Kol. 4:14). Beberapa orang yang mengaku-ngaku diri sebagai sejarawan kuno mengatakan bahwa dia seorang pelukis dan yang melukis gambar Perawan Maria. Tetapi menurut gerejawan Dr. Whitby, hal ini tidaklah pasti, dan karena itu, dia mungkin salah satu dari ketujuh puluh murid dan menjadi seorang pengikut Kristus ketika Ia masih melayani di atas muka bumi ini. Bila memang demikian halnya, maka dia seorang keturunan Israel asli. Saya tidak berkeberatan dengan pendapat ini, kecuali dengan beberapa tradisi kuno yang tidak memiliki kepastian dan tentunya tidak dapat digunakan sebagai dasar apa pun. Selain itu, Origen dan Epiphanius, penulis-penulis Kristen kuno, juga memberi kesaksian bahwa Lukas adalah salah satu dari ketujuh puluh murid itu. Lukas dianggap telah menulis Kitab Injil ini ketika menemani Paulus dalam berbagai perjalanannya, dan di bawah arahannya. Beberapa orang berpikir bahwa dialah yang dimaksud oleh Paulus sebagai saudara kita 2Kor. 8:18), yang terpuji di semua jemaat karena pekerjaannya dalam pemberitaan Injil; yang seakan berarti, ia dipuji di semua jemaat karena menulis Injil ini; dan inilah yang dimaksudkan Rasul Paulus ketika ia sekali waktu berbicara tentang Injil-nya (Rm. 2:16). Namun, tidak ada dasar sama sekali untuk membenarkan hal ini. Dr. Cave memperhatikan bahwa cara dan gaya menulisnya sangat akurat dan tepat; gayanya sopan dan anggun, luhur dan mulia, namun jelas; dan ia mengekspresikan dirinya dalam aliran yang lebih murni Yunani daripada yang bisa ditemukan pada para penulis Kitab Suci lainnya. Oleh karena itu, ia mampu menghubungkan berbagai hal jauh lebih banyak dan mendalam dibandingkan dengan para penulis Injil lainnya; dan karena itu juga, ia mengkhususkan diri untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan imamat Kristus. Tidaklah pasti bilamana atau pada waktu apa Injil ini ditulis. Beberapa orang menduga bahwa Injil ini ditulis di Akhaya, tujuh belas tahun (dua puluh dua tahun, menurut sebagian orang) setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, semasa ia menemani Rasul Paulus dalam perjalanannya. Ada juga yang mengatakan bahwa Injil ini ditulis di kota Roma, tidak lama sebelum ia menulis Kisah Para Rasul (yang merupakan lanjutan kitab ini), ketika ia berada di sana bersama Paulus yang saat itu menjadi orang tahanan dan berkhotbah di dalam rumah yang disewanya sendiri. Ini seperti yang diriwayatkan dalam bagian akhir Kitab Kisah Para Rasul; dan Paulus kemudian mengatakan bahwa hanya Lukas yang tinggal dengan aku (2Tim. 4:11). Ketika ia secara sukarela menemani Paulus dalam rumah tahanan tersebut, ia punya banyak waktu untuk menyusun dua riwayat ini (dan banyak tulisan istimewa lainnya yang membuat jemaat merasa berutang atas peristiwa pemenjaraan ini). Bila memang demikian halnya, maka kitab ini ditulis sekitar dua puluh tujuh tahun setelah kenaikan Kristus, dan sekitar tahun keempat pemerintahan Kaisar Nero. Jerome mengatakan bahwa Lukas meninggal dunia pada usia delapan puluh empat tahun, dan tidak pernah menikah. Beberapa orang menulis bahwa ia mati sebagai martir; namun bila memang demikian halnya, tidak ada kejelasan di mana dan bilamana hal itu terjadi. Sungguh, penghargaan yang diberikan kepada tradisi Kristiani dalam hal memperlakukan para penulis Perjanjian Baru tidak lebih besar daripada penghargaan yang diberikan kepada tradisi Yahudi dalam memperlakukan para penulis Perjanjian Lama.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-man...
Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-mana nampak jelas. Lukas adalah seorang penulis berbakat yang hatinya sangat halus lembut. Ia menggubah karyanya dengan cara yang asli benar, sementara juga berjerih-payah untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, Luk 1:3. Tentu saja ini tidak berarti bahwa Lukas berhasil memberikan pada bahan yang diterimanya dari tradisi suatu susunan dan urutan yang lebih "historis" dari pada dalam Mat atau Mrk. Rasa hormat Lukas terhadap sumber-sumbernya dan metode yang hanya menderetkan bahan tradisi tentu tidak memungkinkan urutan historis semacam itu. Rangka Luk pada umumnya menuruti garis-garis besar Mrk, meskipun disana-sini Lukas meninggalkan atau memindahkan apa yang terdapat dalam Mrk. Memang ada bagian-bagian yang dipindahkan, Luk 3:19-20; 4:16-30; 5:1-11; 6:12-29; 22:31-34;
dll. Lukas berbuat demikian baik demi jelasnya kisah atau logikanya, maupun karena terpengaruh tradisi-tradisi lain, khususnya tradisi-tradisi yang juga tampil dalam injil keempat. Ada juga bagian- bagian yang ditinggalkan saja, baik oleh karena kurang berguna untuk sidang pembaca bekas kafir, Mrk 9:11-13, atau oleh karena bagian-bagian itu sudah tercantum dalam Kumpulan Pelengkap yang dipakai Lukas, Mrk 12:28-34; bdk Luk 10:25-28, maupun oleh karena bagian tertentu, terutama Mrk 6:45-8:26 yang seluruhnya ditinggalkan Lukas tidak tercantum dalam naskah Mrk yang dipakai Lukas, Atau barangkali oleh Lukas dianggap sebagai pengulangan, meskipun tercantum dalam naskah Mrk yang dimiliki Lukas. Perbedaan paling menyolok antara Luk dan Mat, serta Mrk ialah tambahan besar yang terdapat dalam Luk 9:51 - Mrk 18:14. Di muka sudah dikatakan bahwa ini kirany diambil Lukas dari Kumpulan Pelengkap ditambah beberapa informasi pribadi. Bagian tengah Luk tersebut disajikan berupa kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem, sebagaimana berulang kali dicatat, Luk 9:51; 13:22; 17:11. Catatan-catatan itu mengembangkan apa yang dikatakan Mrk 10:1, sehingga Luk kiranya tidak bermaksud menggabungkan beberapa perjalanan sesungguhnya, melainkan menekankan sebuah gagasan teologis yang digemari Lukas, yaitu : di kota sucilah keselamatan harus diujudkan, Luk 9:31, 13:33; 18:31; 19:11; di sana telah mulailah Injil, Luk 1:5 dll, dan di sana harus diselesaikan Luk 24:52 dst, melalui penampakan- penampakan dan pembicaraan- pembicaraan yang tidak terjadi di Galilea, Luk 24:13-51; dan bdk Luk 24:6 dengan Mrk 16:7; Mat 28:7, 16:20; dan dari sanalah Injil bertolak lagi untuk diwartakan kepada dunia semesta, Mat 24:47; Kis 1:8.
Kalau perbandingan terperinci antara Luk dan sumber-sumbernya diteruskan, baik sumber yang paling dikenal ialah Mrk maupun sumber-sumber yang juga tampil dalam bagian-bagian Mat yang sejalan dengan Luk, maka orang seolah-olah dapat melihat bagaimana bekerjanya seorang penulis yang dengan saksama menyadur, meninggalkan atau menambah dengan maksud menyajikan bahan-bahannya dengan caranya sendiri, sementara menghindarkan atau memperlunak apa yang menusuk hatinya sendiri atau barangkali dapat menyakiti hati sidang pembaca (8:43 dibandingkan dengan Mrk 5:26; ditinggalkan Mrk 9:43-48; 13:32; dll) atau juga kurang dapat dipahami oleh mereka (ditinggalkan Mrk 4:13; 8:32 dst 14:50) atau memaafkan (Luk 9:45; 18:34; 22:45) para rasul dan menjelaskan istilah yang kurang terang (Luk 6:15) atau lebih jauh menentukan tempat terjadinya hal tertentu, Luk 4:31; 19:28 dst, Luk 37; 23:51, dll. Berkat penyaduran-penyaduran banyak dan halus tersebut dan terutama berkat tembahan-tambahan hasil penyelidikannya sendiri Lukas memperlihatkan reaksi- reaksi dan kecenderungan pribadinya. Tegasnya melalui alat terpilih, ialah Lukas, Roh Kudus menyajikan kepada kita kabar injili dengan cara yang asli benar dan yang berisikan ajaran yang sangat bernilai. Memang halnya bukan pokok-pokok teologis yang amat menyolok (gagasan-gagasan utama sama saja dalam Luk, Mat dan Mrk), melainkan suatu mentalita keagamaan. Dalam mentalita yang dengan halusnya terpengaruh oleh guru Lukas, yaitu Paulus, itu diketemukan kecenderungan hati yang merupakan ciri khas watak Lukas. Sebagai "Penulis kelembutan hati Tuhan" (Dante) Lukas suka menonjolkan belaskasihan Kristus kepada kaum berdosa, Luk 15:1 dst, Luk 7, 10; 15:11-32; 19:1-10; 23:34, 39-43. Dengan senang hati Lukas memperlihatkan kelembutan hati Yesus terhadap orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, Luk 1:51-53; 6:20-26; 12:13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, 1:51-53; 6:20-26; 12::13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang bertobat dan menyangkal dirinya. Dan di sini hati Lukas yang lemah lembut ternyata hati jantan. Lukas sudah mengulang tuntutan penyangkalan diri yang mutlak dan pantang mundur, 14:25-34, khususnya tuntutan meninggalkan kekayaan, 6:34 dst; 12:33; 14:12-14; 16:9-13. Perlu diperhatikan juga bagian- bagian yang tercantum dalam injil ketiga : mengenai perlunya berdoa, 11:5-8; 18:1-8, dan teladan Yesus di bidang itu, 3:21; 5:16; 6:12; 9:28. Akhirnya sama seperti dalam Kis dan surat-surat Paulus, demikianpun dalam Luk Roh Kudus berperanan besar yang suka ditonjolkan oleh Lukas dalam 1:15, 35, 41, 67; 2:25- 27; 4:1, 14, 18; 10:21; 11:13; 24:49. Unsur ini bersama dengan suasana rasa syukur karena anugerah yang diterima dari Allah dan kegembiraan rohani yang meresap ke dalam seluruh injil ketiga itu, 2:14; 5:26; 10:17; 13:17; 18:43; 19:37; 24:51 dst, memberikan kepada karya Lukas ciri kemesraan yang mengesan di hati menghangatkan batin.
Gaya bahasa Mrk agak kasar sedikit, penuh dengan kata dan ungkapan yang berbau bahasa Aram, dan kerap kali kurang tepat bahkan salah. Tetapi gaya bahasanya juga segar bugar dan populer, sehingga toh memikat hati. Gaya bahasa Mat masih juga berbau bahasa Aram, tetapi bahasa Yunaninya lebih halus, kurang konkrit tapi lebih tepat. Gaya bahasa Luk sesungguhnya agak majemuk: bahasa Yunaninya adalah bermutu, kalau Lukas sendiri menulis; bahasa kurang bermutu diterima Lukas begitu saja untuk menghormati sumber-sumbernya, yang kekurangan dalam bahasa kadang-kadang dipertahankan oleh Lukas meskipun berusaha memperbaikinya. Lukas juga dengan sengaja dan mahir meniru gaya bahasa alkitabiah yang terdapat dalam Septuaginta.
Ende: Lukas (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasu...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasul- rasul. Menurut riwajat lisan ia berasai dari Antiochia, ibu kota propinsi Siria, dan bangsa Siria, djadi bekas penjembah dewa-dewa.
Tentang asal mula umat di Antiochia dapat kita batja dalam Kis. Ras.
Lukas dalam karangan-karangannja tak pernah menjatakan sesuatu tentang dirinja. Hanja dalam Kis. Ras. ia sering menulis sebagai penjaksi mata. Kalau ia bertjeritera dengan memakai kata-djamak"kami", sudah tentu bahwa ia sendiri turut menjaksikan dan mengalami apa jang diberitakannja. Dari itu kita tahu tjukup pasti, bahwa ia mengiring Paulus pada perdjalanan kerasulan Paulus jang kedua, mulai dari Troas sampai ke Pilipi di Masedonia (Kis. Ras. 16:11-40). Dan waktu Paulus terpaksa meninggalkan kota Pilipi itu, Lukas tinggal disitu. Pada achirnja perdjalanan Paulus jang ketiga (Kis. Ras. 20:5-21:18) Lukas mengikuti Paulus pula dari Pilipi ke Jerusalem. Dan selama Paulus dalam tahanan di Sesarea, dua tahun lamanja, Lukaspun rupanja tinggal di Palestina. Sesudah itu iapun menemani Paulus pada pelajaran sebagai tahanan ke Roma, dan tinggal disitu bersama dengan Paulus selama tahanan itu; kemudian dalam tahanan kedua djuga. Batjalah Kis. Ras. bab 27 dan 28, Pilemon 24, lagi 11 Tim. 4:11. Menurut dugaan jang sangat umum Lukas menulis kedua karangan di Roma.
Tudjuan "Indjil ketiga"
Dalam kata pembukaan (1:1-4) Lukas mempersembahkan karangannja kepada seorang jang dinamakannja "Teofilus jang Mulia", dan ia menerangkan bahwa maksud tulisannja ialah meneguhkan dan memperdalam kejakinan Teofilus itu akan kebenaran adjaran-adjaran jang telah diadjarkan kepadanja. Tetapi tentu sadja tudjuan Lukas tidak terbatas pada seorang perseorangan. Dapat kita bajangkan, bahwa dengan "Teofilus" itu dimaksudkari tiap-tiap "Pentjinta Allah" (kata "teofilus" berarti pentjinta Allah), jaitu tiap-tiap orang beriman, jang ingin memperluas pengetahuan dan memperdalam pengertiannja ahan Indjil, guna menjempurnakan diri menurut tjita-tjita Indjil.
Tentang sumber-sumber jang digunakan Lukas
Dari tjatatan-tjatatan dalam fasal pertama kata-pengantar ini, sudah terang bahwa mengenai karangan Indjilnja Lukas bukan penjaksi mata. Menurut perkataannja dalam kata-pembukaan dapat diduga bahwa digunakannja pelbagai sumber dan djuga sumber-sumber tertulis. Para ahli tafsir dewasa irli umumnja berpendapat, bahwa Lukas sangat bergantung pada karangan Markus, mengenai susunan seluruhnja, tetapi djuga isi dan bentuk banjak tjeritera. Tetapi ia tidak mendjiplak sadja, melainkan merigolah segalanja menurut bakat dan selera serta penjelidikannja sendiri. Tetapi ada lain-lain sumber tertulis lagi jang digunahannja.
Tetapi sumber utama bagi Lukas ialah tradisi jang hidup dalam kerugma dan katechese. Dan dalam "menjelidiki segalanja dengan teliti" (1:3) ia mendapat banjak kesempatan untuk berbitjara dengan penjaksi-penjaksi mata seperti murid- murid Jesus, chususnja sepandjang dua tahun tahanan Paulus di Sesarea. Ada jang beranggapan, dan memang ada kemungkinan, bahwa waktu itu ia djuga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Ibu Jesus dan kaum keluarga Joanes Pemandi, atau imam-imam dari kalangan mereka, untuh berwawantjara dengan mereka tentang masa ke-kanak-kanak-an Jesus. Tetapi sebab kedua bab pertama dari Indjil ini sangat bertjorak lbrani, lain sekali dari karangan selandjutnja, maka agah terang bahwa Lukas mengambil bahannja dari sumber-sumber tertulis dalam bahasa Ibrani djuga. Itu chususnja mengenai madah-madah jang terdapat dalam kedua bab itu. Barangkali Lukas segan mengolah bahan-bahan itu dalam bahasa Junani jang murni, supaja djangan kiranja kehilangan suasana asli jang penuh kegembiraan halus dan sutji atas fadjar keselamatan jang mulai menjingsing.
Jesus dalam Indjil ketiga tidak berbeda dengan Jesus seperti Ia digambarkan dalam karangan-karangan jang lain; hanja ada segi-segi jang istimewa berkesan pada Lukas dan sebab itu ditondjolkannja. Misalnja sikap Jesus terhadap orang- orang ketjil, jang menderita, jang bertjatjat atau dalam kesusahan manapun djuga. Ia bukan menolong mereka sadja, melainkan melakukan itu dengan perasaan tjinta jang sungguh-sungguh dan halus, penuh penghargaan dan hormat. Betapa mengharukan misalnja iba-kasihan Jesus terhadap wanita djanda jang kematian putera-tunggalnja, di Naim (7:11-17).
Jang chususnja ditondjolkan Lukas lagi, ialah kemurahan, penghargaan dan hormat Jesus kepada orang-orang berdosa. la tahu bahwa kebanjakan mereka pada dasar hati orang baik, jang dapat diinsjafkan akan dosanja, sehingga bertobat. Lukas satu-satunja jang menurunkan kepada kita beberapa tjeritera dan perumpamaan pertobatan orang-orang berdosa, jang merawankan dan memurnikan hati tiap-tiap pembatja jang luhur hati, dan sanggup memulihkan penghargaan diri dan memberikan harapan tiap-tiap orang jang merasa dirinja berdosa, termasuk kita sendiri. Batjalah dan renungkanlah tjeritera wanita djalang (7:36-58); anak hilang (15:11-52); pemungut bea (18:9-14); Zacheus (19:1-10). Dan dimana sadja terdapat suatu kesempatan, Lukas gemay menundjukkan, bahwa usaha penjelamatan Jesus dan tjinta kemanusiaannja meliputi seluruh bangsa manusia. Meskipun ia pernah berkata, bahwa tugasnja terbatas pada bangsa Israel (dalam arti bahwa ia harus mendasarkan Keradjaan Allah jang baru diantara mereka), namun Ia baik hati, penuh penghargaan dan hormat djuga kepada tiap orang "kafir" jang bertemu dengannja, dan Ia menolong tiap-tiap mereka jang minta ditolong.
Suatu kechususan Lukas lagi ialah minatnja terhadap wanita-wanita sutji jang herperanan dalam Indjil. Memang setjara istimewa kepada Bunda Maria, tetapi bagaimana pula ia dengan satu dua kata tahu memudji keluhuran Elisabet, Anna, Marta dan saudarinja Maria, wanita-wanita jang mengikuti Jesus dari Galilea dan melajaniNja, Maria Magdalena jang mengikuti Jesus sampai dikaki salib, wanita Jerusalem jang menangisi Jesus jang sedailg memikul salibnja, dan wanita-wanita jang memandang dari djauh.
Lukas pula lebih dari Mateus dan Markus merasa tertarik kepada hidup kebatinan Jesus, jaitu hubunganNja dengan BapaNja dalam berdoa, dan peranan Roh Kudus dalam hidupNja. Mengenai pergaulan dengan BapaNja, baiklah kita batja dan merenungkan misalnja 3:21; 5:16; 6:12; 9:18; 9:28, dan mengenai hubunganNja dengan Roh Kudus 1:15,55,41,67; 2:25-27; 4:1,14,18; 10:21; 11:15; 14:49. Dan Lukas pula jang sangat menekankan adjaran dan adjakan Jesus, supaja kitapun asjik berdoa dengan penuh pengharapan. Batjalah 11:1-13; 18:1-5; 18:10-14.
Suatu tjiri karangan Lukas jang menjolok lagi, ialah kehalusan perasaannja.
Kalau dibandingkan dengan Mateus dan Markus, Lukas sering sekali meninggalkan
segala bahan, segi-segi peristiwa atau ungkapan-ungkapan, jang mungkin
menjinggung perasaan pembatja-pembatja chususnja jang bukan Jahudi, ataupun
jang inunakin merendahkan adjaran-adjaran Indjil dan tokoh-tokoh sutji dalam
mata mereka. Kalau misalnja ia mengambil alih dari Markus, ia bukan sadja sering
memperbaiki babasanja, melainkan djuga memperhalus gaja bahasanja. Lukas lebih
suka memudji dari pada mengeritik. la nampak segan mengambil alih tjatatan-
tjatatan tentang kurang pengertian dan kelemahan watak rasul-rasul sebelum
Pentekosta, jang djustru ditondjolkan dalam Markus, tentu sadja berdasarkan
tjeritera-tjeritera Petrus. Demikian pula ia mengbindarkan utjapan atau lukisan
segi-segi sikap Jesus, jang barangkali dapat dianggap sebagai suatu kelemahan
pada pribadi Jesus. Bandingkanlah misalnja Mk. 1:45 dengan Lk. 5:14; Mk. 3:5
dengan Lk. 6:10; MI. 9:56 lagi 10:16 dengan Lk. 9:47-48 lagi 18:16; Mk. 14:53-34
dengan Lk. 22:40-41. Tetapi betapapun halus perikemanusiaan Lukas, namun
sedikitpun tidak ia melemahkan sabda Jesus mengenai tuntutan dan sjarat-sjarat
jang harus dipenuhi murid-murid Jesus, jaitu segala penganutnja. Kata
penjalahannja terhadap para pentjinta mamon lebih keras dari pada ungkapan
Mateus terhadap mereka. Djuga menurut Lukas tuntutan dasar dari Keradjan Allah,
ialah roh kemiskinan, apa djuga berarti sikap rendah hati. Lih.
BIS: Lukas (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang
dijanjikan Allah untuk I
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah untuk Israel dan untuk seluruh umat manusia. Dalam bukunya ini Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Tuhan untuk menyiarkan Kabar Baik dari Allah kepada orang miskin. Kabar Baik ini penuh dengan perhatian terhadap orang-orang dengan berbagai-bagai kebutuhan. Nampak pula suatu nada sukacita dalam buku Lukas ini, terutama pada pasal-pasal pertama mengenai kedatangan Yesus, kemudian pada bagian penutupnya juga mengenai terangkatnya Yesus naik ke surga. Kisah tentang tumbuhnya dan tersebarnya agama Kristen setelah Yesus naik ke surga diceritakan juga oleh penulis buku ini di dalam buku Kisah Rasul-rasul.
Bagian 2 dan 6 (lihat Isi buku di bawah ini) berisi banyak unsur cerita yang hanya terdapat dalam buku Kabar Baik ini. Misalnya, cerita tentang nyanyian para malaikat serta kunjungan para gembala pada saat kelahiran Yesus, Yesus di Rumah Tuhan ketika masih anak-anak, dan juga perumpa maan tentang Orang Samaria yang baik hati dan Anak yang hilang. Buku ini sangat menekankan juga hal doa, Roh Allah, peranan wanita dalam pelayanan Yesus dan pengampunan dosa oleh Allah.
Isi
- Pendahuluan
Luk 1:1-4 - Kelahiran dan masa kanak-kanak dari Yohanes Pembaptis dan Yesus
Luk 1:5-2:52 - Pelayanan Yohanes Pembaptis
Luk 3:1-20 - Baptisan Yesus dan cobaan terhadap diri-Nya
Luk 3:21-4:13 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Luk 4:14-9:50 - Dari Galilea ke Yerusalem
Luk 9:51-19:27 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Luk 19:28-23:56 - Kebangkitan Yesus dari kematian, penampakan diri-Nya
dan terangkat-Nya ke surga
Luk 24:1-53
Ajaran: Lukas (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah
kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelah
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelahiran-Nya sampai kepada kematian-Nya. Dan mengenal akan kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia yang sejati dan suci, penuh kesederhanaan dan ketulusan hati, sebagai teladan mereka dalam hidup kekristenan.
Pendahuluan
Penulis : Lukas.
Tahun : Sekitar tahun 62 SM.
Penerima : Theofilus (artinya sahabat Allah) Dan juga kepada orang-orang yang percaya pada Yesus.
Isi Kitab: Injil Lukas terdiri atas 24 pasal. Isi Injil ini menjelaskan kasih karunia Allah bagi segala bangsa. Orang-orang yang dipandang rendah oleh dunia, tidak dipandang rendah oleh Allah, seperti kaum wanita dan juga orang-orang miskin. Di dalam Injil ini juga nampak kesucian, kesederhanaan, dan keluhuran budi Tuhan Yesus sebagai manusia sejati. Bagi orang Kristen Tuhan Yesus adalah satu-satunya teladan sempurna. Karena itu, orang Kristen dipanggil untuk hidup seperti Yesus hidup.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Lukas
_Bagian Pertama_
Pengajaran tentang Yesus Kristus sebagai anak manusia, yang dibuktikan dengan perasaan dan sikap yang diperlihatkannya terhadap orang-orang yang dianggap rendah oleh masyarakat
Pendalaman
- Bacalah pasal Luk 7:13. Nats ini menceritakan tentang seorang janda yang kematian anaknya. Tuhan Yesus yang melihat kesedihan janda itu, merasa kasihan sehingga ia menghidupkan anak yang sudah mati itu. Hal ini membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah manusia sejati dan juga Allah sejati. Selain itu ayat ini juga mengajarkan setiap orang percaya untuk mengasihi orang lain. _Tanyakan_: pernahkah saudara mengasihi orang lain?
- Bacalah pasal Luk 7:37-50. Tuhan Yesus memperhatikan dan mengampuni wanita berdosa yang bertobat.
- Bacalah pasal Luk 10:25-37. Bagian ini menjelaskan perumpamaan Tuhan Yesus, tentang seorang Samaria yang lebih baik hati dari para imam Yahudi. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang Kristen untuk mengasihi dengan tidak memandang suku bangsa, atau kaya miskin. Sudahkah saudara menolong orang lain?
- Bacalah pasal Luk 15:1-7. Tuhan Yesus bergaul dengan para pemungut cukai, karena mereka mau mendengarkan perkataan Tuhan Yesus dan bertobat dari perbuatan pemerasan yang mereka lakukan.
- Bacalah pasal Luk 16:20-21. Bagian ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus mengasihi semua manusia, sampai kepada para pengemis. Bagaimanakah dengan kasih saudara? Apakah saudara mengasihi orang-orang yang dapat memberikan sesuatu kepada saudara saja?
- Bacalah pasal Luk 17:12. Bagian ini menjelaskan bahwa Tuhan Yesus mengasihi dan memperhatikan orang-orang sakit. Apakah yang saudara lakukan terhadap seorang saudara/anggota/jemaat yang sedang sakit lagi miskin?
- Bacalah pasal Luk 23:40-43. Tuhan Yesus memperhatikan seorang penjahat dan juga mengampuni dosanya, karena ia mau bertobat.
_Bagian Kedua_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, memberikan teladan dalam kehidupan doa, khususnya berhubungan dengan peristiwa/kegiatan penting
Pendalaman
- Ia berdoa di saat pembaptisan (Luk 3:21).
- Ia berdoa sesudah mujizat-mujizat dilaksanakan (Luk 5:15-16).
- Ia berdoa sebelum memilih murid-murid-Nya (Luk 6:12).
- Ia berdoa sebelum memberikan nubuat pertama tentan penderitaan-Nya (Luk 9:18-22).
- Ia berdoa pada saat permuliaan-Nya di bukit (Luk 9:29).
- Ia berdoa di saat ketujuh puluh murid-Nya kembal (Luk 10:17-21).
- Ia berdoa sebelum mengajar murid-murid-Nya tentang car berdoa (Luk 11:1).
- Ia berdoa di Taman Getsemani menjelang penderitaan-Ny (Luk 22:39-46).
- Ia berdoa di atas salib (Luk 23:34,46).
Tuhan Yesus selalu berdoa dalam setiap keadaan dan keperluan, maka apakah yang saudara lakukan pada saat-saat menghadapi keperluan/kepentingan dalam hidup?
_Bagian Ketiga_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, mengasihi semua manusia di dunia
Pendalaman
Bacalah pasal Luk 3:6; 24:46-53. Bagian ini menjelaskan, bahwa keselamatan adalah untuk setiap manusia yang percaya pada Tuhan Yesus. Dengan demikian setiap orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, haruslah juga memberitakan keselamatan itu kepada orang lain. Berdasarkan pasal Luk 24:47-48, siapakah yang bertugas untuk meneruskan berita pengampunan dosa ini kepada semua manusia? Sudahkah saudara menginjili?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Lukas jelaslah kita lihat bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Manusia sejati, yang dibuktikan melalui kehidupan-Nya sehari-hari.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Lukas?
- Apakah pokok pengajaran Injil Lukas?
- Buktikanlah bahwa Yesus Kristus adalah anak manusia?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dari mempelajari Injil Lukas?
Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan se
Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?
Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan sekerja rasul Paulus (Kol 4:14; File 24 dan 2Tim 4:11). Lukas sendiri bukanlah seorang saksi mata dari kehidupan Yesus (Luk 1:1-4). Tradisi mengatakan bahwa ia seorang bukan Yahudi, berstatus bujangan dan hidup sampai usia delapan puluh empat tahun.
MENGAPA INJIL INI DITULIS?
Lukas mempunyai beberapa tujuan:
1. Ia ingin menulis kisah kehidupan Yesus secara teratur yang berdasarkan bukti dari saksi mata yang benar (Luk 1:1-4).
2. Ia ingin mencatat permulaan dan perkembangan Kekristenan, yang dikerjakannya dalam dua bagian. Kisah para Rasul merupakan buku kedua. Lukas menunjukkan bagaimana Allah bekerja di sepanjang sejarah dan khususnya mengenai cara bagaimana para pengikut Yesus dengan cepat tersebar dari Galilea ke Roma.
3. Ia ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat bagi semua golongan manusia dan bukan hanya bagi sekelompok orang.
4. Ia ingin menunjukkan kepada para penguasa Romawi bahwa Kekristenan bukanlah ancaman bagi tatanan politik yang baik.
SIAPA SAJA PEMBACA INJIL LUKAS?
1. Lukas menujukan Injilnya kepada Teofilus (Luk 1:3), yang boleh jadi adalah seorang bukan Yahudi dari golongan menengah atas yang sudah bertobat dan menjadi Kristen. Namanya berarti 'dikasihi Allah', tetapi selain itu tidak ada lagi yang kita ketahui tentang dia.
2. Disamping itu Lukas berharap mendapatkan sidang pembaca yang lebih luas, yang mencakup orang-orang bukan Yahudi lainnya dan mungkin khususnya para aparat pemerintahan Romawi.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Cara Lukas bercerita tak ada bandingannya. Kemampuannya menyusun kata-kata tampak dalam gaya bahasa Yunaninya yang sangat baik.
2. Lukas juga lebih tertarik dengan kehidupan manusiawi Yesus dan lebih banyak bercerita mengenai awal hidup dan masa kanak-kanak Yesus dibanding dengan Injil-injil lainnya.
3. Dalam hal-hal lain, Injil Lukas juga lebih lengkap mencatat lebih banyak perumpamaan, kisah tentang banyak orang, serta kebangkitan Yesus dibanding dengan Injil lainnya.
4. Lukas lebih menunjukkan perhatiannya kepada pribadi-pribadi, khususnya anak-anak dan orang-orang yang tersingkir dari masyarakat, daripada para penulis Injil lainnya.
5. Lukas juga mempunyai perhatian khusus lainnya, sebagai contoh tentang: doa, Roh Kudus dan tema sukacita.
Pesan
1. Kabar baIk tentang keselamatan.Berita dari Lukas ialah bahwa Allah telah datang untuk menyelamatkan manusia
dari dosa dan keadaan mereka.
o Allah adalah Juruselamat. Luk 1:47
o Kristus dilahirkan untuk menyelamatkan. Luk 2:11, 30; 3:6
o Dia datang untuk menyelamatkan yang hilang. Luk 19:9, 10
o Keselamatan datang oleh iman. Luk 7:50;8:12
o Keselamatan berarti kehilangan nyawa sekarang. Luk 9:24
o Keselamatan dimungkinkan karena Kristus tidak menyelamatkan diri-Nya sendiri. Luk 23:35-43
o Keselamatan tersedia saat ini. Luk 4:21; 19:9
2. Kabar baik tentang Kerajaan Allah.
Bagian pusat Injil Lukas (Luk 9:51-19:44) banyak
berbicara mengenai Kerajaan Allah yang menjadi pusat dari khotbah Yesus. Luk 4:43; 8:1
o Kerajaan Allah itu kekal. Luk 1:33
o Kerajaan Allah milik orang yang miskin. Luk 6:20
o Murid-murid-Nya harus memberitakan
o Kerajaan Allah. Luk 9:2, 11
o Kepentingan Kerajaan Allah harus didahulukan. Luk 9:60-62; 12:31
o Umat harus berdoa untuk Kerajaan Allah. Luk 11:2
o Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah. Luk 12:32; 22:29
o Kerajaan Allah seperti... Luk 13:18-30
o Orang kaya sukar untuk masuk. Luk 18:18-30
o Kerajaan Allah sudah dekat sekarang. Luk 10:9, 11; 11:20; 17:20, 21
o Tetapi, Kerajaan Allah juga akan datang. Luk 24:31
3. Kabar baik terlIhat dalam diri Yesus.
Kabar baik bukanlah suatu dongeng atau cerita anak-anak tetapi didukung oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus.
o Sejarah itu penting. Luk 1:1-4
o Allah telah merencanakannya sejak dahulu kala. Luk 3:23-38
o Allah bekerja di dalam kehidupan Yesus.
Banyak saksi mata melihatnya:
- pada saat kelahiran-Nya. Luk 2:30
- pada saat Yesus dibaptis. Luk 3:22
- dalam mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya. Luk 4:36; 7:16
- dalam kematian-Nya. 23:39-49
- dalam kebangkitan-Nya. Luk 24:1-49 Yesus masih bekerja melalui murid-murid-Nya. Luk 24:48
Yesus sedang bekerja di seluruh dunia. Yerusalem hanyalah permulaan saja. Luk 24:47
Penerapan
Berita Injil Lukas dapat diterapkan kepada dua golongan utama:1. Kepada mereka yang tidak percaya kepada Yesus.
Percaya kepada Yesus berarti:
o mempercayai kesaksian sejarah
o mengenaI pengampunan Allah
o mampu untuk hidup baru
o ikut ambil bagian dalam Kerajaan Allah
o tidak menuntut segala yang terbaik atau terhormat
o dituntut untuk rendah hati dan mau mengorbankan segalanya bagi Yesus
o mendapat anugerah besar pada masa yang akan datang
2. Kepada mereka yang percaya sungguh-sungguh kepada Yesus. Iman kepada Yesus
berarti Anda harus:
o bersukacita dan bersyukur dalam kehidupan
o meneladani kasih Yesus kepada semua orang
o ikut ambil bagian dalam penyebaran kabar baik tentang Kerajaan Allah.
o "mematikan" diri sendiri setiap hari
o berdoa seperti yang diajarkan Yesus
o menjadikan Kerajaan Allah prioritas Anda yang jelas
o percaya bahwa Allah mengendalikan dunia
Tema-tema Kunci
Inilah sebagian dari ajaran-ajaran penting dalam Injil Lukas: 1. Doa. Lukas sering berbicara tentang kehidupan doa Yesus: Luk 3:21; 5:16; 6:12; 9:18-22, 29; 10:17-21; 11:1; 22:39-46; 23:34, 46. Ia juga mencatat perumpamaan-perumpamaan Yesus tentang doa: Luk 11:5-13; 18:1-8. Apa yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat tersebut tentang kapan Anda harus berdoa, bagaimana berdoa dan apa yang didoakan?
2. Roh Kudus. Lukas menekankan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan Yesus. Tulislah saat-saat dalam kehidupan Yesus ketika Roh Kudus disebut: contoh Luk 1:35; 4:1, 14, 18; 10:21, 22; 24:49. Apa yang diajarkan dalam ayat-ayat ini mengenai Roh Kudus?
3. Pujian dan sukacita. Injil Lukas diawali dengan sejumlah lagu pujian: Luk 1:46-55, 68-79; 2:14; dan Luk 2:29- 32. Sebutkan bagian-bagian lain dalam Injil yang berbicara tentang sukacita. 4. Pengampunan. Pada dasarnya kabar baik berisi berita tentang pengampunan dosa. Mengapa pengajaran Yesus mengenai pengampunan menimbulkan perubahan secara besar-besaran? Pelajarilah dengan saksama apa yang Yesus katakan mengenai pengampunan dalam: Luk 5:17-25; 6:37; 7:36-50; 11:4; 17:3-4; 23:34; 24:47.
5. Uang. Lukas lebih banyak berbicara mengenai uang dibandingkan dengan Injil-injil lainnya dan menempatkan masalah orang miskin secara khusus. Lagi-lagi pesannya sangat revolusioner. Carilah ajaran tersebut dalam ayat-ayat berikut: Luk 1:53; 4:18; 6:20; 12:13-34; 15.8-10; 16:1-15, 19-31; 18:1-14; 19:1-27; 20:19-26.
6. Wanita dan anak-anak. Catatlah mengenai beberapa wanita yang terdapat dalam Injil Lukas. Masyarakat pada zaman Yesus biasanya tidak menganggap bahwa wanita layak mendapat banyak perhatian. Tetapi, Lukas menekankan mengenai kasih Allah terhadap semua orang bahkan terhadap wanita, orang-orang yang tersingkir dan anak-anak. Pelajarilah ayat-ayat tentang anak-anak berikut ini dan buatlah ringkasan dari ajaran yang terdapat di dalamnya: Luk 8:40-56; 9:37-43, 46-48; 18:15-17.
Garis Besar Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis
Luk 1:26-
[1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 1:26-38 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus |
Luk 1:39-56 | Kunjungan Maria ke rumah Elizabet |
Luk 1:57-80 | Kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 2:1-38 | Kelahiran Yesus |
Luk 2:39-52 | Masa kanak-kanak Yesus |
Luk 3:1-22 | Khotbah Yohanes Pembaptis |
Luk 3:23-38 | Silsilah Yesus |
Luk 4:1-13 | Pencobaan Yesus |
[3] SANG JURUSELAMAT DI GALILEA Luk 4:14-9:50
Luk 4:14-30 | Yesus memulai pelayanan-Nya |
Luk 4:31-44 | Yesus menyembuhkan di Kapernaum |
Luk 5:1-26 | Yesus melakukan mukjizat |
Luk 5:27-39 | Panggilan dan di rumah perjamuan |
Luk 6:1-11 | Lewi Perdebatan mengenai hari Sabat |
Luk 6:12-16 | Yesus memilih murid-murid-Nya |
Luk 6:17-49 | Yesus berkhotbah di depan orang banyak |
Luk 7:1-17 | Mukjizat kesembuhan dan kebangkitan orang mati |
Luk 7:18-35 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes terjawab |
Luk 7:36-50 | Seorang pelacur menyembah Yesus |
Luk 8:1-21 | Mengajar firman Allah |
Luk 8:22-56 | Tiga mukjizat lagi |
Luk 9:1-6 | Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk misi penginjilan |
Luk 9:7-9 | Reaksi Herodes terhadap Yesus |
Luk 9:10-17 | Pemberian makan kepada lima ribu orang |
Luk 9:18-27 | Yesus menanyakan pertanyaan yang penting |
Luk 9:28-36 | Transfigurasi (perubahan rupa) Yesus |
Luk 9:37-50 | Yesus berbicara dengan murid-murid-Nya |
[4] SANG JURUSELAMAT PERGI KE YERUSALEM Luk 9:51-19:44
Luk 9:51-62 | Harga yang harus dibayar untuk mengikut Yesus |
Luk 10:1-24 | Pengutusan tujuh puluh murid |
Luk 10:25-37 | Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik |
Luk 10:38-42 | Maria dan Marta |
Luk 11:1-13 | Ajaran tentang doa |
Luk 11:14-36 | Ajaran tentang roh-roh dan tanda-tanda |
Luk 11:37-54 | Kecaman terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat |
Luk 12:1-59 | Mengajar orang banyak |
Luk 13:1-9 | Kecuali jika engkau bertobat... |
Luk 13:10-17 | Seorang wanita cacat disembuhkan |
Luk 13:18-30 | Kerajaan Allah itu seperti... |
Luk 13:31-35 | Yerusalem dan para nabi |
Luk 14:1-24 | Makan malam bersama seorang Farisi |
Luk 14:25-35 | Harga yang harus dibayar untuk menjadi seorang murid |
Luk 15:1-32 | Tiga kisah tentang yang hilang |
Luk 6:1-31 | Ajaran tentang uang |
Luk 17:1-10 | Ajaran tentang pelayanan |
Luk 17:11-19 | Penyembuhan sepuluh orang kusta |
Luk 17:20-37 | Kedatangan Kerajaan Allah |
Luk 18:1-17 | Ajaran mengenai keadilan dan kerendahan hati |
Luk 18:18-34 | Yesus bertemu dengan seorang penguasa muda yang kaya-raya |
Luk 18:35-43 | Mata seorang pengemis dicelikkan |
Luk 19:1-10 | Yesus bertemu Zakheus |
Luk 19:11-27 | Perumpamaan tentang uang mina |
Luk 19:28-44 | Masuk ke Yerusalem |
[5] JURUSELAMAT DI YERUSALEM Luk 9:45-24:53
Luk 19:45-21:4 | Yesus mengajar di Bait Allah |
Luk 21:5-38 | Yesus berbicara mengenai akhir zaman |
Luk 22:1-38 | Perjamuan Malam Terakhir |
Luk 22:39-53 | Kejadian di taman Getsemani |
Luk 22:54-62 | Penyangkalan Petrus |
Luk 22:63-23:25 | Pengadilan atas Yesus |
Luk 23:26-56 | Penyaliban dan penguburan |
Luk 24:1-49 | Kebangkitan |
Luk 24:50-53 | Kenaikan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi