Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Luk 4:16-30
Jerusalem: Luk 4:16-30 - -- Jalannya cerita ini terganggu: tidak jelas mengapa "semua orang" yang keheranan mengagumi Yesus, Luk 4:22, lalu kesal hati, Luk 4:22,28-29. Gangguan i...
Jalannya cerita ini terganggu: tidak jelas mengapa "semua orang" yang keheranan mengagumi Yesus, Luk 4:22, lalu kesal hati, Luk 4:22,28-29. Gangguan itu disebabkan oleh susunan cerita itu. Mula-mula ada sebuah cerita tentang Yesus yang mengunjungi rumah ibadat di Nazaret, bdk Mat 4:13, atau Nazara, Luk 4:16 (Yunaninya) dan yang khotbahnya diterima dengan baik. Ini terjadi waktu Yesus baru mulai berkarya, bdk Mar 1:21-22. Kemudian cerita itu disadur dengan ditambah dan ditempatkan pada waktu lain dalam hidup Yesus, Mat 13:53-58; Mar 6:1-6, untuk menampung kenyataan bahwa Yesus yang mula-mula diterima baik kemudian tidak dimengerti lagi dan ditolak oleh rakyat. Cerita yang majemuk itu disadur oleh Lukas menjadi sebuah kisah yang mengesankan. Lukas tetap menempatkannya pada awal karya Yesus sebagai pendahuluan dan lamban karya Yesus yang penuh kasih-karunia tetapi ditolak oleh bangsaNya sendiri.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Luk 4:14-30
Matthew Henry: Luk 4:14-30 - Kristus di Rumah Ibadat di Nazaret; Kristus Dihalau dari Nazaret Kristus di Rumah Ibadat di Nazaret; Kristus Dihalau dari Nazaret (4:14-30)
Setelah Kristus menaklukkan roh jahat, Ia menunjukkan bahwa Ia sepenuhny...
Kristus di Rumah Ibadat di Nazaret; Kristus Dihalau dari Nazaret (4:14-30)
- Setelah Kristus menaklukkan roh jahat, Ia menunjukkan bahwa Ia sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus, yaitu Roh yang baik. Dan setelah mempertahankan diri terhadap serangan Iblis, sekarang Yesus bertindak dengan giat melakukan serangan gencar, dengan menyerang Iblis melalui pengajaran dan mujizat-mujizat-Nya yang tidak dapat dilawan atau ditangkis oleh Iblis.
- Perhatikanlah:
- I. Apa yang dikatakan secara umum di sini tentang pengajaran-Nya dan sambutan yang diperoleh atas pengajaran itu di daerah Galilea, daerah yang terpencil di negeri Israel itu, jauh dari Yerusalem. Pelayanan yang dimulai di sana merupakan salah satu bagian dari tindakan perendahan diri Kristus.
- Tetapi:
- . Ia datang ke sana dalam kuasa Roh. Roh yang sama yang membuat Ia memenuhi syarat untuk menjalankan jabatan kenabian-Nya itu dengan kuat mendorong-Nya ke tempat itu. Ia tidak perlu menunggu panggilan dari orang lain, karena Ia memiliki terang dan hidup dalam diri-Nya sendiri.
- . Di sana Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat mereka, tempat ibadat untuk umum, tempat orang banyak bertemu. Ibadah di sini bukanlah seperti ibadah yang dilakukan orang di Bait Allah yang sarat dengan upacara. Sebaliknya, yang dilakukan di sini adalah kegiatan-kegiatan beribadah, seperti membaca firman Allah, menguraikannya secara terperinci dan menerapkan firman itu dalam doa dan puji-pujian, serta juga untuk mendisiplin jemaat. Kegiatan seperti ini lebih sering dilakukan sejak bangsa ini ditawan dan diasingkan, ketika masa bagi ibadat yang bersifat upacara hampir berakhir.
- . Dengan melakukan kegiatan ini, Yesus menjadi sangat terkenal. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu (ay. 14). Kabar tentang Dia itu adalah kabar tentang hal-hal yang baik mengenai diri-Nya, karena dikatakan, semua orang memuji Dia (ay. 15). Semua orang mengagumi Dia, menyanjung-Nya, dan belum pernah mereka mendengar pengajaran seperti itu seumur hidup mereka. Sekarang perhatikanlah. Pada awalnya Ia tidak menerima penghinaan atau perlawanan. Semua orang memuji Dia, tidak ada seorang pun yang menjelek-jelekkan Dia.
- II. Tentang pengajaran Yesus di Nazaret, kota tempat Ia dibesarkan, dan sambutan yang Dia dapatkan di sana. Di sini diceritakan kepada kita bagaimana Ia mengajar di sana dan bagaimana Ia dianiaya.
- . Bagaimana Ia mengajar di sana.
- Mengenai ini perhatikanlah:
- (1) Kesempatan yang Ia dapatkan untuk mengajar: Ia datang ke Nazaret ketika Ia telah menjadi terkenal di tempat-tempat lain, dengan harapan supaya setidaknya sikap suka merendahkan dan prasangka orang-orang sekampung-Nya terhadap Dia akan berkurang. Di sanalah Ia mengambil kesempatan untuk mengajar:
- [1] di rumah ibadat, tempat yang tepat, tempat yang biasa Ia kunjungi pada hari Sabat sesuai dengan kebiasaan-Nya dulu sebagai orang kebanyakan (ay. 16). Jika kita memiliki kesempatan, seharusnya kita juga rajin menghadiri pertemuan ibadah. Tetapi sekarang, karena Ia telah memasuki masa pelayanan kepada orang banyak, di sanalah Ia mengajar. Di mana ada banyak ikan, ke sanalah Nelayan yang arif ini akan menebarkan jala-Nya.
- [2] Pada hari Sabat, hari yang pantas yang dilalui oleh orang-orang Yahudi yang saleh, bukan sekadar untuk beristirahat dari pekerjaan sehari-hari, tetapi untuk beribadah kepada Allah, seperti yang sudah lama mereka lakukan dengan sering menghadiri sekolah nabi pada bulan-bulan baru atau hari-hari Sabat. Perhatikanlah, sungguh baik sekali untuk memelihara hari-hari Sabat dengan melakukan ibadah jemaat dengan penuh kesungguhan.
- (2) Tugas yang diberikan kepada-Nya:
- [1] Ia berdiri hendak membaca dari Alkitab. Dalam rumah ibadat orang Yahudi biasanya ada tujuh pembaca pada setiap hari Sabat. Yang pertama adalah seorang imam, yang kedua seorang Lewi, dan lima orang lainnya adalah orang-orang Israel yang merupakan bagian dari rumah ibadat setempat itu. Kita sering mendapati Kristus mengajar di rumah-rumah ibadat lain, tetapi kita tidak pernah menemukan Ia membaca Kitab Suci selain di rumah ibadat yang ada di Nazaret ini, tempat Ia dahulu menjadi anggota jemaat selama bertahun-tahun. Sekarang Ia diminta melakukan tugas pelayanan seperti yang mungkin dahulu telah sering Ia lakukan. Ia membaca salah satu pelajaran yang diambil dari kitab nabi-nabi (Kis. 13:15). Perhatikanlah, pembacaan Kitab Suci adalah kegiatan yang sangat layak dilakukan dalam setiap perhimpunan jemaat. Kristus sendiri tidak menganggap hal itu sebagai pekerjaan yang rendah untuk dilakukan.
- [2] Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya, yang mungkin diberikan oleh kepala rumah ibadat itu atau oleh petugas yang ditunjuk (ay. 20). Jadi, jelaslah Ia bukan seorang penyelundup yang menyerobot masuk ke dalam pertemuan jemaat. Sebaliknya, Ia diberi tugas secara resmi pro hac vice -- pada kesempatan ini. Pelajaran kedua untuk hari itu ada di dalam nubuat Nabi Yesaya dan mereka memberikan bagian itu kepada-Nya untuk dibaca.
- (3) Ayat yang Ia ajarkan. Ia berdiri hendak membaca, untuk mengajarkan kita suatu sikap hormat yang harus diberikan ketika membaca dan mendengar Firman Allah. Ketika Ezra membuka kitab hukum, semua orang berdiri (Neh. 8:5). Begitu juga sikap yang ditunjukkan Kristus di sini ketika Ia membaca kitab nabi-nabi. Nah, ketika kitab itu diberikan kepada-Nya:
- [1] Ia membukanya. Kitab Perjanjian Lama tetap termeterai sampai Kristus membuka kitab itu (Yes. 29:11). Layaklah Anak Domba yang telah disembelih menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya, sebab Ia bukan hanya dapat membuka kitab itu saja, tetapi juga artinya.
- [2] Yesus menemukan tempat ayat yang telah ditentukan untuk dibaca pada hari itu sesuai urutannya. Ia tidak perlu diarahkan lagi, Ia segera menemukan ayat itu dan membacanya serta menjadikan ayat itu sebagai bahan pengajaran-Nya. Sekarang, pengajaran-Nya diambil dari Yesaya 61:1-2, yang sebagian besar dikutip di sini (ay. 18-19). Terdapat campur tangan ilahi di dalamnya, sehingga bagian Kitab Suci itu yang harus dibaca pada hari itu. Ayat tersebut berbicara begitu jelas tentang Sang Mesias, sehingga mereka yang tidak mengenal Dia sungguh tidak dapat dimaafkan. Setiap hari Sabat mereka ini mendengar perkataan para nabi yang bersaksi tentang Dia, tetapi masih tidak tahu juga bahwa Dia adalah Sang Mesias itu (Kis. 13:27). Ayat-ayat ini memberikan keterangan penuh tentang pekerjaan Kristus dan tujuan-Nya datang ke dunia ini.
- Perhatikanlah:
- Pertama, bagaimana Ia diperlengkapi sehingga layak untuk pekerjaan ini: Roh Tuhan ada pada-Ku. Semua karunia dan anugerah Roh Kudus dilimpahkan ke atas-Nya, tidak dalam jumlah terbatas seperti yang diterima oleh para nabi, tetapi dalam jumlah yang tidak terbatas (Yoh. 3:34). Sekarang Ia datang dalam kuasa Roh (ay. 14).
- Kedua, bagaimana Ia diutus: Sebab Ia telah mengurapi Aku dan mengutus Aku. Persyaratan yang dimiliki-Nya sungguh luar biasa memenuhi syarat untuk melaksanakan suatu tugas. Urapan yang diterima-Nya menunjukkan bahwa Ia layak untuk melaksanakan tugas dan panggilan itu. Orang-orang yang ditunjuk Allah untuk melaksanakan tugas pelayanan tertentu akan diurapi oleh Allah, "Karena Ia telah mengutus Aku, Ia telah mengirimkan Roh-Nya untuk menyertai Aku."
- Ketiga, apa yang menjadi pekerjaan-Nya. Ia dilengkapi dengan segala kemampuan dan diutus,
- . Untuk menjadi seorang Nabi Agung. Ia diurapi untuk mengajar. Hal itu diulang sampai tiga kali di sini, karena inilah pekerjaan yang sekarang sedang dimulai-Nya.
- Perhatikanlah:
- (1) Kepada siapa Ia mengajar. Kepada orang-orang miskin, yaitu mereka yang miskin di dunia ini, yang diremehkan oleh ahli-ahli Taurat sebagai tidak pantas untuk menerima pengajaran, dan yang selalu dihina. Kepada mereka yang miskin rohani, kepada orang-orang yang lemah lembut dan rendah hati, dan kepada orang-orang yang sungguh-sungguh berduka atas dosa. Orang-orang seperti inilah yang akan menyambut Injil dan anugerah yang menyertainya, dan mereka akan menerimanya (Mat. 11:5).
- (2) Apa yang Ia hendak ajarkan. Secara umum Ia harus memberitakan Injil. Ia diutus euangelizesthai -- untuk menginjili mereka. Bukan sekadar memberitakan Injil kepada mereka, tetapi untuk membuat pemberitaan itu berhasil. Menyampaikan berita itu, bukan hanya bagi telinga mereka, tetapi terutama bagi hati mereka, untuk membentuk hati mereka menurut Kabar Baik itu.
- Ada tiga hal yang akan Ia ajarkan:
- [1] Pembebasan kepada orang-orang tawanan. Injil adalah pernyataan akan adanya kebebasan, seperti pernyataan kebebasan bangsa Israel dari negeri Mesir dan Babel. Berkat jasa Kristus, orang-orang berdosa dilepaskan dari ikatan dosa, dan oleh Roh serta anugerah-Nya mereka dibebaskan dari perhambaan yang merusak. Itu adalah pembebasan dari perbudakan yang paling buruk, dan mereka yang telah dibebaskan itu akan bersedia menjadikan Kristus sebagai Pemimpin mereka, dan bersedia diperintah oleh-Nya.
- [2] Penglihatan bagi orang-orang buta. Ia datang bukan hanya dengan berita Injil-Nya yang membawa terang bagi mereka yang diam di negeri kekelaman, tetapi juga dengan kuasa anugerah-Nya untuk memberikan penglihatan bagi mereka yang buta. Bukan saja bagi dunia bangsa-bangsa bukan Yahudi, tetapi juga bagi setiap jiwa yang tidak menunjukkan pertobatan. Bukan saja bagi mereka yang dalam perhambaan, tetapi juga bagi mereka yang ada dalam kebutaan, seperti Simson dan Zedekia. Kristus datang untuk memberi tahu kita bahwa Ia membawa pelumas mata bagi kita, yang dapat kita peroleh dengan memintanya. Artinya, jika doa kita adalah, Tuhan supaya mata kami dapat melihat, maka jawaban-Nya adalah, "Melihatlah engkau."
- [3] Kedatangan tahun rahmat Tuhan (ay. 19). Ia datang untuk memberi tahu dunia bahwa Allah yang telah mereka sakiti bersedia berdamai dengan mereka dan mau menerima mereka dengan persyaratan baru. Bahwa telah terbuka jalan untuk membuat ibadah-ibadah mereka dapat diterima Allah. Bahwa sekarang adalah masa di mana Allah berkenan kepada manusia. Tahun rahmat Tuhan ini menunjuk pada tahun penghapusan utang, atau tahun Yobel yang menjadi tahun rahmat bagi para hamba yang akan dibebaskan. Orang-orang yang berutang akan memperoleh penghapusan atas kewajiban-kewajiban mereka. Orang-orang yang menggadaikan tanah mereka akan mendapatkan tanah mereka kembali. Kristus datang untuk memperdengarkan bunyi sangkakala Yobel, dan berbahagialah segala umat yang mendengar bunyi nafiri itu (Mzm. 89:16, TL). Itulah tahun rahmat, karena hari itu membawa keselamatan.
- . Kristus datang untuk menjadi seorang Tabib agung. Karena Ia diutus untuk menyembuhkan orang yang hancur hati (ay. 18, KJV), untuk menghibur dan menyembuhkan hati nurani yang menderita, memberi kedamaian bagi orang-orang yang berduka dan merendahkan diri atas dosa-dosanya. Dia datang untuk orang-orang yang berada di bawah tekanan rasa takut akan murka Allah terhadap mereka, dan untuk membawa perhentian dan kelegaan bagi yang lelah dan bertanggungan berat di bawah beban rasa bersalah dan kecemaran.
- . Untuk menjadi seorang Penebus Agung. Ia tidak hanya memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, seperti yang dilakukan Koresh kepada orang Yahudi di Babel (Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, biarlah ia berangkat pulang), tetapi juga membebaskan mereka yang terluka. Ia melakukan itu dengan Roh-Nya yang mencondongkan hati mereka dan menguatkan mereka untuk menggunakan kebebasan yang dianugerahkan, karena tidak seorang pun akan melakukannya selain orang yang hatinya digerakkan Allah (Ezr. 1:5). Ia datang dalam nama Allah untuk membebaskan orang-orang berdosa yang malang, yang telah menjadi orang-orang berutang dan tawanan dari peradilan ilahi. Para nabi hanya dapat memberitakan kebebasan tetapi Kristus yang memiliki kuasa dan wewenang untuk mengampuni dosa di dunia ini, datang untuk mengadakan pembebasan. Itulah sebabnya perkataan mengenai pembebasan itu ditambahkan dalam pembacaan ini. Dr. Lightfoot (seorang theolog Inggris abad ketujuh belas -- pen.) berpendapat bahwa sesuai dengan kebebasan yang diperbolehkan orang Yahudi kepada para pembaca untuk membandingkan suatu ayat Kitab Suci dengan ayat lainnya dalam pembacaan mereka, maka untuk memperjelas bagian itu Kristus menambahkan dengan kutipan dari Yesaya 58:6, yang menekankan kewajiban untuk memerdekakan orang yang teraniaya pada tahun rahmat Tuhan. Ungkapan yang digunakan dalam Septuaginta juga sama dengan ungkapan yang tersurat di sini.
- (4) Inilah penerapan yang dilakukan Kristus atas bacaan tersebut kepada diri-Nya sendiri (ay. 21). Setelah selesai membaca, Ia menutup gulungan kitab itu dan memberikannya kepada pejabat atau petugas di situ, lalu duduk sesuai dengan adat guru-guru Yahudi. Dalam Matius 26:55 dikatakan bahwa Ia duduk mengajar tiap-tiap hari di Bait Allah. Nah, Ia mulai mengajar demikian, "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya. Nas yang ditulis Yesaya melalui nubuat, sekarang telah Kubaca di hadapanmu melalui sejarah." Nubuat itu sekarang mulai digenapi dengan masuknya Kristus ke dalam pelayanan umum. Sekarang, melalui laporan yang mereka dengar tentang pengajaran dan mujizat-mujizat yang dibuat-Nya di tempat lain. Sekarang, melalui pengajaran-Nya kepada mereka di rumah ibadat mereka sendiri. Besar kemungkinan Kristus melanjutkan pemberitaan itu dan menunjukkan secara khusus bagaimana ayat itu digenapi di dalam pengajaran yang Ia beritakan tentang Kerajaan Sorga yang sudah dekat, yang memberitakan pembebasan, memberikan penglihatan, kesembuhan, dan semua berkat dari tahun rahmat Tuhan. Ada banyak perkataan berkat yang diucapkan-Nya, dan yang diucapkan-Nya sekarang ini barulah permulaannya. Kristus sering memberitakan pengajaran yang panjang, tetapi laporan yang kita dapatkan hanya singkat saja. Namun ini cukup untuk memperkenalkan sesuatu yang sangat besar: Pada hari ini genaplah nas ini.
- Perhatikanlah:
- [1] Semua ayat dalam Perjanjian Lama yang akan tergenapi di dalam Sang Mesias telah digenapi sepenuhnya di dalam Tuhan Yesus, yang dengan demikian telah membuktikan dengan sepenuh-penuhnya bahwa inilah Dia yang akan datang.
- [2] Sangatlah baik bagi kita untuk mengamati penggenapan ayat-ayat Kitab Suci berdasarkan pengamatan kita terhadap setiap tindakan pemeliharaan Allah. Karya-karya Allah bukan saja merupakan penggenapan atas Firman-Nya yang rahasia, tetapi juga pengungkapan Firman-Nya yang dinyatakan. Kita bisa dibantu untuk memahami ayat-ayat Kitab Suci dan pemeliharaan Allah bila kita saling membandingkan keduanya.
- (5) Inilah perhatian dan kekaguman orang-orang yang mendengarkan Dia.
- [1] Perhatian mereka (ay. 20). Mata semua orang dalam rumah ibadat itu (yang mungkin jumlahnya cukup banyak) tertuju kepada-Nya, terbuka lebar menantikan apa yang akan Ia katakan, setelah akhir-akhir ini mereka banyak mendengar tentang Dia. Perhatikanlah, ketika sedang mendengarkan firman Allah, baiklah bila kita menjaga mata kita tertuju kepada pelayan firman yang sedang dipakai Allah untuk berbicara kepada kita. Karena, sama seperti mata mempengaruhi hati, begitu juga biasanya hati akan mengikuti mata mengembara ke mana-mana sesuai pandangan mata. Atau lebih tepatnya, marilah kita mengarahkan mata kita hanya kepada Kristus yang berbicara kepada kita di dalam atau melalui sang pelayan firman itu. Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?
- [2] Kekaguman mereka (ay. 22). Semua orang itu membenarkan Dia, bahwa perkataan-Nya sangat mengagumkan dan berarti. Mereka semua memuji-Nya dan merasa heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh apa yang terjadi berikutnya, sesungguhnya mereka tidak percaya kepada-Nya. Perhatikanlah, sangatlah mungkin bahwa orang-orang yang menjadi pengagum seorang pelayan Tuhan dan mengagumi pengajarannya yang baik, bukanlah orang-orang Kristen yang sejati. Perhatikanlah,
- Pertama, apa yang sebenarnya mereka kagumi: Kata-kata indah yang diucapkan Yesus. Kata-kata anugerah adalah kata-kata indah yang diucapkan dengan cara yang meyakinkan dan menarik hati. Perhatikanlah, perkataan-perkataan Kristus adalah perkataan anugerah, karena kemurahan tercurah pada bibir-Nya (Mzm. 45:3), kata-kata anugerah itu tercurah dari bibir-Nya itu. Kata-kata anugerah ini hendaklah dikagumi. Nama yang diberikan kepada Kristus adalah Penasihat Ajaib. Nama-Nya memang sungguh Ajaib dalam anugerah-Nya, dalam perkataan anugerah-Nya dan kuasa yang menyertainya. Kita pun terkagum-kagum bahwa Ia bersedia mengucapkan kata-kata anugerah seperti itu kepada orang-orang celaka hina seperti kita-kita ini.
- Kedua, apa yang membuat mereka bertambah kagum lagi, dan itu adalah pertimbangan mereka tentang asal-usul-Nya Bukankah Ia ini anak Yusuf, bukankah Ia dari keturunan yang sederhana saja, dan pendidikan-Nya juga rendah? Mungkin dengan alasan ini sebagian orang semakin mengagumi kata-kata-Nya yang indah, dan menyimpulkan bahwa Ia tentunya telah diajar oleh Allah sendiri, sebab mereka tidak mengenal siapa pun yang telah mengajar Dia. Sementara sebagian lainnya mungkin dengan melihat alasan ini malah batal mengagumi kata-kata-Nya yang indah, dan menyimpulkan bahwa tidak ada apa pun yang dapat dikagumi dalam kata-kata-Nya itu, betapapun indahnya kata-kata itu, karena Dia adalah anak Yusuf. Dapatkah sesuatu yang besar atau yang layak untuk diperhatikan berasal dari seorang yang begitu hina?
- (6) Kristus mengetahui sebelumnya pasti ada keberatan timbul di dalam benak sebagian besar pendengar-Nya.
- Perhatikanlah:
- [1] Apa keberatan mereka itu (ay. 23): "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku, hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Karena kamu tahu bahwa Aku adalah Anak Yusuf, tetanggamu, kamu pasti berharap bahwa Aku harus bisa membuat banyak mujizat di antara kamu, seperti yang telah aku kerjakan di tempat-tempat lain; seperti yang diharapkan orang dari seorang tabib, bahwa jika ia memang mampu, ia harus bisa menyembuhkan bukan hanya dirinya sendiri, tetapi juga sanak saudara dan sahabat-sahabatnya." Sebagian besar mujizat Kristus adalah mujizat kesembuhan. "Nah, mengapa orang-orang sakit di kotamu sendiri tidak disembuhkan seperti orang-orang di kota lain?" Penyembuhan-penyembuhan tersebut dirancang untuk menyembuhkan orang dari ketidakpercayaan mereka. "Nah, kalau begitu mengapa penyakit ketidakpercayaan, kalau itu memang suatu penyakit, tidak disembuhkan di kota-Mu sendiri seperti yang terjadi di kota-kota lain? Segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum, yang begitu banyak dibicarakan orang, perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu juga." Mereka merasa senang dengan kata-kata Kristus yang indah, hanya karena mereka berharap kata-kata itu akan mengawali pekerjaan-pekerjaan ajaib-Nya nanti. Selanjutnya mereka ingin supaya orang-orang lumpuh, buta, sakit, dan kusta disembuhkan dan ditolong, sehingga beban kota itu menjadi ringan. Itulah hal utama yang mereka harapkan. Mereka berpendapat bahwa kota mereka sama layaknya untuk dijadikan panggung mujizat seperti kota-kota lainnya. Bukankah sudah seharusnya Ia menarik kelompok pengikut-Nya dari kota itu daripada dari kota-kota lainnya? Mengapa para tetangga dan kenalan-Nya tidak memperoleh keuntungan dari pengajaran dan mujizat-mujizat-Nya? Mengapa justru orang lain?
- [2] Bagaimana Ia menjawab keberatan terhadap langkah yang Ia ambil ini.
- Pertama, dengan menggunakan alasan yang gamblang dan tegas mengapa Ia tidak menjadikan Nazaret sebagai markas besar-Nya (ay. 24), karena benarlah yang sudah umum diketahui orang, bahwa tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Pengalaman membuktikan hal ini, bahwa setidaknya mereka kurang begitu dihargai dan hampir tidak ada kesempatan untuk berbuat baik seperti di tempat-tempat lain. Ketika para nabi diutus membawakan pesan mujizat belas kasihan, hanya sedikit orang setempat, yang mengenal garis keturunan dan pendidikan para nabi itu, yang mau menerima mereka. Begitulah menurut Dr. Hammond (theolog Inggris abad ketujuh belas -- pen.). Keakraban dapat melahirkan celaan. Kita mudah memandang rendah orang-orang yang perilakunya telah biasa kita ketahui, dan mereka yang kehidupannya sebagai orang biasa sudah dikenal akrab, jarang memperoleh penghormatan sebagai nabi. Yang paling dihargai adalah sesuatu yang sulit didapat dan mahal harganya, jauh di atas sesuatu yang dapat dibuat sendiri, meskipun yang dibuat sendiri itu sebenarnya lebih unggul. Hal seperti ini juga muncul karena rasa iri hati yang umum terjadi di antara para tetangga atau sahabat. Mereka tidak tahan melihat orang lebih unggul daripada mereka, sementara beberapa waktu yang lalu orang ini lebih rendah dari mereka. Karena alasan inilah Kristus urung membuat mujizat atau melakukan sesuatu yang luar biasa di Nazaret, karena prasangka orang-orang di sana yang telah berurat akar terhadap Dia.
- Kedua, dengan memberikan contoh yang berkaitan tentang dua nabi paling terkenal dari Perjanjian Lama yang lebih memilih bekerja di antara bangsa asing daripada bekerja di antara orang sebangsanya, dan tidak diragukan lagi bahwa mereka melakukan semua ini di bawah bimbingan ilahi.
- . Elia mencukupi kebutuhan hidup seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon, seorang asing bagi bangsa Israel, ketika terjadi bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri (ay. 25-26). Kisah ini dapat kita baca selengkapnya di dalam 1 Raja-raja 17:9 dst. Dikatakan di sana bahwa langit tertutup selama tiga tahun enam bulan, sedangkan di dalam 1 Raja-raja 18:1 dikatakan bahwa pada tahun ketiga Elia menunjukkan diri kepada Ahab, dan turunlah hujan di sana. Namun, itu bukan tahun ketiga masa kekeringan, tetapi tahun ketiga Elia tinggal bersama perempuan janda di Sarfat itu. Sama seperti Allah di sini ingin menyatakan diri-Nya sebagai Bapa dari anak yatim dan Pelindung bagi para janda, begitu pula Ia hendak menunjukkan bahwa Ia kaya di dalam rahmat kepada semua orang, bahkan juga kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi (ay. 27).
- . Elisa menyembuhkan Naaman, orang Siria (atau Aram -- pen.) itu, dari penyakit kustanya, sekalipun ia orang Siria, yang bukan saja orang asing, tetapi juga musuh bagi Israel (ay. 27). Pada zaman nabi Elisa, ada banyak orang kusta di Israel, khususnya empat orang, membawa kabar tentang orang Aram yang mengepung Samaria dan kemudian melarikan diri tunggang langgang meninggalkan begitu saja barang-barang rampasan di dalam kemah-kemah mereka untuk memperkaya Samaria. Ketika itu Elisa sendiri sedang berada di dalam kota yang terkepung itu, dan yang sedang terjadi ini adalah penggenapan dari nubuatnya juga (2Raj. 7:1, 3 dst.). Namun, kita tidak menemukan di sana bahwa Elisa mentahirkan orang-orang kusta itu sebagai imbalan atas pelayanan mereka atau pun atas kabar baik yang disampaikan mereka. Sebaliknya, Ia hanya mentahirkan si orang Siria itu, karena tidak seorang pun dari antara mereka memiliki iman untuk menghadap nabi itu supaya disembuhkan. Kristus sering menjumpai iman yang lebih besar di antara orang bukan-Yahudi daripada di antara orang Israel. Dan di sini Ia menyebutkan kedua contoh ini untuk menunjukkan bahwa mujizat-mujizat yang dibuat-Nya tidak tergantung pada kehendak pribadi, tetapi sesuai dengan penetapan Allah yang bijaksana. Mungkin saja orang-orang Israel juga berseru kepada Elia atau Elisa seperti yang diperbuat orang-orang Nazaret kepada Kristus, ‘Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri.’ Padahal Kristus telah mengadakan mujizat-mujizat di antara orang Israel sendiri, walaupun bukan di antara orang-orang sekampung-Nya, sementara kedua nabi besar ini membuat mujizat mereka di antara bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Inilah contoh-contoh dari orang-orang kudus, yang meskipun tidak mau mengubah perbuatan jahat menjadi baik, namun bersedia membantu membebaskan suatu perbuatan baik dari kecaman orang-orang tertentu.
- . Bagaimana Ia dianiaya di Nazaret.
- (1) Yang menyulut amarah mereka adalah perkataan-Nya yang menunjukkan belas kasihan Allah kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi melalui contoh Nabi Elia dan Elisa. Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu (ay. 28). Semua orang bersikap seperti itu. Sungguh sebuah perubahan sikap yang besar dibandingkan dengan ayat 22, ketika mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya. Begitu tidak pastinya pendapat dan kasih sayang orang banyak itu, begitu mudahnya berubah-ubah. Jika saja mereka menggabungkan iman dengan kata-kata indah yang diucapkan Kristus yang mereka kagumi itu, mereka tentunya akan disadarkan oleh kata-kata-Nya yang terakhir tentang peringatan-Nya agar tidak melakukan dosa dengan membuang-buang kesempatan. Mereka hanya menyenangkan telinga, tidak lebih dari itu. Oleh karenanya, kata-kata terakhir itu menyakiti telinga mereka, sehingga menyulut tabiat buruk mereka. Mereka marah karena Ia yang mereka kenal sebagai anak Yusuf, menyamakan diri-Nya dengan nabi-nabi besar itu dan menyamakan mereka dengan orang-orang dari zaman yang jahat itu, ketika semua orang bertekuk lutut menyembah Baal. Tetapi yang terutama menggusarkan mereka adalah bahwa Yesus menunjukkan sejumlah kemurahan yang disediakan Allah kepada orang-orang bukan-Yahudi, sesuatu yang membuat mereka tidak tahan untuk memikirkannya (Kis. 22:21). Nenek moyang mereka yang saleh menyukakan hati mereka sendiri dengan harapan dapat membawa orang-orang bukan-Yahudi itu ke dalam jemaat mereka (banyak kesaksian tentang ini terdapat di dalam Mazmur Daud dan nubuat Nabi Yesaya). Tetapi bangsa yang semakin merosot akibat meninggalkan sendiri wasiat yang telah diberikan kepada mereka itu sangat membenci setiap pemikiran yang mengatakan bahwa bangsa lain akan mengambil alih wasiat itu.
- (2) Mereka tersulut sedemikian hebat, sehingga berusaha membunuh Yesus. Ini adalah ujian yang berat pada saat Ia baru memulai pelayanan-Nya, dan merupakan contoh nyata dari sesuatu yang terjadi ketika Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
- [1] Mereka bangkit berhamburan menyerang Dia dan menghentikan pembicaraan-Nya serta ibadah mereka sendiri, sebab mereka tidak dapat menunggu sampai kebaktian dalam rumah ibadat itu usai.
- [2] Mereka menghalau Yesus ke luar kota, sebagai orang yang tidak pantas menjadi penduduk negeri itu bersama-sama mereka, meskipun Ia sudah begitu lama bermukim di sana. Mereka menghalau Sang Juruselamat dari diri mereka sendiri dan keselamatan mereka sendiri, seolah-olah Ia orang buangan dan sampah masyarakat. Betapa pantasnya seandainya Dia menyuruh api turun dari langit ke atas mereka! Tetapi inilah saatnya Ia harus menunjukkan kesabaran-Nya.
- [3] Mereka membawa Dia ke tebing gunung, dengan maksud melemparkan Dia dari tebing itu, seperti orang yang tidak pantas lagi untuk hidup. Mereka tahu selama ini Ia hidup baik-baik di antara mereka bertahun-tahun lamanya. Mereka juga tahu betapa cemerlangnya perilaku-Nya. Mereka telah mendengar ketenaran-Nya dan baru saja merasa takjub akan kata-kata-Nya yang indah. Dan untuk adilnya seharusnya Ia diperbolehkan memberikan keterangan dan kebebasan untuk menjelaskan perihal diri-Nya sendiri. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, mereka menghalau-Nya dengan kegeraman yang hebat, atau lebih tepatnya dengan kegilaan yang dahsyat, untuk membunuh Dia dengan cara yang paling biadab. Adakalanya mereka siap melempari Dia dengan batu atas perbuatan baik yang Ia lakukan (Yoh. 10:32), tetapi di sini Ia mau dibunuh karena tidak mau melakukan perbuatan baik yang mereka harapkan dari Dia. Sampai sejauh itu jadinya kejahatan yang ditimbulkan oleh kekerasan yang melonjak.
- (3) Tetapi Ia berhasil meloloskan diri, karena saat-Nya belum tiba. Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka tanpa terluka. Mungkin Allah membutakan mata mereka seperti yang pernah Ia lakukan terhadap orang Sodom dan Aram, atau Ia mengikat tangan mereka atau memenuhi mereka dengan kebingungan, sehingga mereka tidak dapat melakukan apa yang telah mereka rencanakan. Semua ini dapat terjadi karena pekerjaan-Nya belum selesai, baru saja dimulai. Saat-Nya belum tiba, ketika saat itu tiba, Ia akan menyerahkan diri dengan sukarela. Mereka menghalau Dia dari mereka, dan Ia pergi menempuh jalan-Nya sendiri. Ia ingin mengumpulkan Nazaret, tetapi mereka tidak mau, itulah sebabnya rumah mereka akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Hal ini menambah celaan atas keberadaan-Nya sebagai Yesus dari Nazaret, sebuah tempat yang bukan saja tidak mungkin memberikan sesuatu yang baik, tetapi juga tempat yang jahat, kasar, dan begitu bengis terhadap-Nya. Namun, ada pengaturan Allah di dalamnya supaya Ia tidak terlampau dihormati oleh orang-orang Nazaret itu, sehingga tidak akan tampak bahwa ia mengadakan persekongkolan dengan kerabat dan kenalan lama-Nya. Tetapi sekarang, meskipun mereka tidak menerima Dia, masih ada orang-orang yang mau menerima-Nya.
SH: Luk 4:21-30 - Ketidakpercayaan mengakibatkan penolakan (Rabu, 7 Januari 2004) Ketidakpercayaan mengakibatkan penolakan
Krisis kepercayaan masyarakat dalam maupun luar negeri terhadap
para pemimpin dan keadaan Indonesia sek...
Ketidakpercayaan mengakibatkan penolakan
Krisis kepercayaan masyarakat dalam maupun luar negeri terhadap para pemimpin dan keadaan Indonesia sekarang ini nampaknya berkepanjangan. Masyarakat bergolak mulai dari menolak kebijakan-kebijakan yang pemerintah buat sampai kepada menuntut agar para pemimpin itu “lengser”. Di luar negeri, banyak perusahaan yang ragu-ragu untuk berinvestasi karena tidak percaya akan sistem keamanan negara kita.
Yesus pun mengalami “krisis” penolakan di Nazaret. Alasannya adalah karena penduduk Nazaret tidak dapat percaya bahwa Yesus, yang terdaftar sebagai penduduk kota itu, yang ayahnya seorang tukang kayu, ternyata adalah Mesias yang dinubuatkan oleh Yesaya. Padahal ada banyak hal yang bisa ditunjukkan untuk membuktikan kebenaran bahwa Yesus adalah Mesias.
Yesus memaklumi penolakan ini bahkan secara sadar Yesus mengatakan bahwa seorang nabi memang tidak pernah dihormati di tempat asalnya. Yesus memperkuat pernyataan-Nya tersebut dengan mengungkapkan sikap nenek moyang mereka (Israel) terhadap nabi-nabi Allah, seperti Elia dan Elisa. Orang-orang Israel tidak memikirkan dampak dari penolakan tersebut terhadap generasi selanjutnya di hadapan Allah. Kabar baik yang dibawa oleh nabi-nabi itu yang seharusnya untuk mereka dengar karena berhubungan dengan masa depan mereka sebagai umat, akhirnya diberikan kepada orang-orang non Yahudi, janda di Sarfat dan Naaman, orang Siria (ayat 24-27).
Reaksi orang banyak terhadap komentar Yesus adalah kemarahan yang hebat sehingga mereka mau membinasakan Yesus. Reaksi itu membuktikan kata-kata Yesus benar. Penolakan terhadap misi Yesus berakar dari ketidakpercayaan mereka.
Renungkan: Kepercayaan kepada Yesus akan membawa kepada penerimaan dan penyembahan yang sejati. Apakah Anda sudah percaya dan menerima Dia dalam hidup Anda?
SH: Luk 4:22-30 - Jangan anggap enteng (Minggu, 2 Januari 2000) Jangan anggap enteng
Sikap menganggap enteng memang bukan sikap yang bijaksana.
Betapa banyak orang yang akhirnya mengalami cacat fisik atau
...
Jangan anggap enteng
Sikap menganggap enteng memang bukan sikap yang bijaksana. Betapa banyak orang yang akhirnya mengalami cacat fisik atau mati, karena menganggap enteng luka kecil di kaki atau tangan.
Sikap ini mewarnai sikap orang-orang Nazaret dalam meresponi berita yang dibawa Yesus. Mereka kagum atas pengajaran Yesus, namun meragukannya, sehingga berakibat menjadi benci dan timbul nafsu untuk melenyapkan Yesus ketika membeberkan kebenaran dari peristiwa janda Sarfat dan Naaman. Makna kepergian Yesus adalah bahwa penghakiman sudah dijatuhkan ke atas mereka karena penolakannya terhadap Yesus. Sejak itu Yesus tidak pernah ke Nazaret lagi.
Mereka menolak untuk disamakan dengan janda Sarfat yang adalah orang kafir, miskin, dan tak berpengharapan. Apalagi disamakan dengan Naaman yang kafir dan berpenyakit kusta --- dikutuk Allah. Orang Nazaret adalah bangsa pilihan Allah, hidup beribadah, berpenghidupan layak, dan tidak sedang di bawah kutukan Allah. Karena itulah mereka tidak membutuhkan Yesus dan Injil-Nya.
Mereka merasa bahwa dosa mereka tidak begitu serius/ menjijikkan, sehingga perlu pertolongan dari Allah. Mereka memandang remeh dosa, sehingga meremehkan Yesus dan misi-Nya. Hal ini berakibat fatal bagi mereka. Kecenderungan menganggap remeh dosa terjadi di mana-mana juga saat ini. Salah satu bentuknya adalah memperhalus penyebutan perbuatan dosa yang menjijikkan supaya enak didengar. Misalnya, homoseksual/ lesbian disebut penyimpangan hormon, heteroseksual disebut penyimpangan seksual, kesalahan bertindak hingga menewaskan orang lain atau manipulasi uang negara disebut salah prosedur.
Renungkan: Betapa berbahayanya sikap demikian, karena masyarakat makin lama akan mempunyai konsep meremehkan dosa dan tidak lagi menghiraukan akibatnya. Kalau sudah demikian mereka tidak membutuhkan Yesus. Ke mana mereka akan pergi nantinya?
SH: Luk 4:22-30 - Mukjizat atau Pembuat mukjizat? (Kamis, 8 Januari 2015) Mukjizat atau Pembuat mukjizat?
Nubuat nabi Yesaya mengenai Mesias yang dibacakan oleh Tuhan Yesus yang disertai pernyataan bahwa nubuat itu digenapi...
Mukjizat atau Pembuat mukjizat?
Nubuat nabi Yesaya mengenai Mesias yang dibacakan oleh Tuhan Yesus yang disertai pernyataan bahwa nubuat itu digenapi pada saat itu, membuat orang-orang yang berada di rumah ibadat takjub (22). Mereka begitu terkesan akan pengajaran Yesus. Namun mereka mengenal Dia dan tahu asal usul-Nya. Maka mungkin saja muncul pertanyaan, "Bagaimana mungkin Ia adalah Mesias, yang dijanjikan Allah?"
Lalu Yesus merespons. Pertama, Ia mengutip perkataan yang mengindikasikan bahwa mereka ingin agar Yesus membuktikan kemesiasan-Nya melalui mukjizat-mukjizat yang telah Yesus lakukan di Kapernaum (23). Kedua, Yesus mengutip perkataaan bahwa seorang nabi tidak dihargai di tempat asalnya sendiri (24). Yesus tahu bahwa berulang kali hamba-hamba Tuhan ditolak oleh umat. Ketiga, Yesus memakai kisah di zaman Elia dan Elisa (1Raj. 17-18; 2Raj. 5:1-14). Pada masa itu, umat tidak setia kepada Allah dan penyembahan berhala merajalela. Maka Allah mencurahkan anugerah-Nya kepada mereka yang tidak terhitung sebagai umat-Nya, seperti janda di Sarfat dan Naaman dari Siria (25-27). Kisah itu memperhadapkan mereka pada pilihan: menerima fakta bahwa Yesus adalah Mesias atau jika tidak, mereka akan menerima konsekuensinya. Maka kisah "peralihan anugerah" ini membuat para pendengar Yesus marah, dan kemudian berbuntut pada keinginan untuk menghabisi Yesus (28-29).
Mukjizat memang merupakan salah satu bukti otoritas Yesus. Sebagai manusia yang begitu terbatas, kita membutuhkan mukjizat Tuhan. Namun bila terlalu fokus pada mukjizat itu sendiri, orang bisa kehilangan maknanya. Bisa saja orang hanya berkeinginan menyaksikan dan mengalami mukjizat tanpa memiliki kerinduan untuk datang kepada Yesus (bdk. Luk. 16:31). Maka, yang terutama harus dilakukan orang adalah mendengar firman Tuhan dan menaklukkan diri di bawah kebenaran-Nya. Firmanlah yang membuat orang memahami dan mengagumi Tuhan. Teruslah membaca firman dan bertumbuhlah dalam pengenalan akan Dia.
SH: Luk 4:14-30 - Mesias dan kaum tersingkir (Sabtu, 6 Januari 2007) Mesias dan kaum tersingkir
Perikop ini memuat tema utama Injil Lukas, yakni misi pelayanan Yesus
untuk "menyampaikan kabar baik kepada orang mis...
Mesias dan kaum tersingkir
Perikop ini memuat tema utama Injil Lukas, yakni misi pelayanan Yesus untuk "menyampaikan kabar baik kepada orang miskin" sebagai penggenapan dari Yes. 61:1-2 (18-21). Tema utama ini melandasi seluruh tindakan dan ajaran Yesus yang Lukas tuturkan di dalam Injilnya.
Yesus adalah Mesias, yang diurapi dan diutus Allah untuk melaksanakan misi penyelamatan Allah. Dengan tegas Ia memproklamirkan diri ketika menyatakan bahwa, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Ia telah mengutus Aku." Tugas "menyampaikan kabar baik" terdiri atas empat kegiatan (18-19), yang sekaligus menjelaskan siapa yang dimaksud dengan "orang miskin", yakni mereka yang "tertawan, buta, dan tertindas". Dalam masyarakat zaman itu, yang termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang tersisih, terkucil, tanpa status sosial, dan tanpa kuasa.
Yesus memberitakan "pembebasan" kepada yang tertawan dan tertindas, (19 a, c). Dalam konteks Injil Lukas pembebasan selain arti rohani (pengampunan dari dosa), juga bermakna sosial. Ia menghadirkan "tahun rahmat Tuhan" (19 d). Ungkapan ini sering dipakai untuk tahun Yobel (Im. 25:10), yakni tahun pembebasan bagi kaum miskin yang ditindas oleh sebab utang-utang mereka. Kepada yang buta, Yesus membawa penyembuhan (19 b), baik dari kebutaan fisik (bdk. Luk. 18:35-43) maupun kebutaan rohani. Mereka yang buta rohani akan melihat "terang keselamatan dari Tuhan" di dalam Yesus (Luk. 1:78-79; 2:29-32; 3:6). Yesus membawa kabar baik Kerajaan Allah, tidak terbatas untuk orang Yahudi saja, tetapi juga untuk orang bukan Yahudi, seperti yang telah dirintis oleh nabi Elia dan Elisa (25-27).
Hidup dan tindakan Yesus adalah kepedulian dan campur tangan Allah menyelesaikan masalah-masalah manusia.
Renungkan: Yesus, Sang Juruselamat, menganugerahkan pengampunan dosa dan kesembuhan bagi semua orang.
SH: Luk 4:14-30 - Menerima Tuhan secara utuh (Sabtu, 8 Januari 2011) Menerima Tuhan secara utuh
Pernahkah Anda menantikan sesuatu begitu lama? Misal, seorang ibu yang menantikan kelahiran bayi atau seorang mahasiswa ya...
Menerima Tuhan secara utuh
Pernahkah Anda menantikan sesuatu begitu lama? Misal, seorang ibu yang menantikan kelahiran bayi atau seorang mahasiswa yang menantikan masa wisuda. Orang yang menantikan sesuatu biasanya akan melakukan berbagai persiapan untuk menyambut tergenapinya penantian itu.
Allah telah lama berjanji akan menyatakan keselamatan-Nya bagi umat-Nya. Namun saat itu Yesus menyatakan bahwa pengharapan Israel akan keselamatan Allah telah terealisasi. Pelayanan Yesus akan membawa restorasi total karena manusia akan mengalami pengampunan dosa dan pemulihan hubungan dengan Allah. Ia menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan kepada tawanan, membebaskan orang-orang yang tertindas, dan memberitakan bahwa rahmat Tuhan telah datang (18-19). Ini mengherankan orang banyak. Mereka tahu siapa Yesus, mereka mengenal keluarganya. Bagaimana mungkin Ia menyebut diri sebagai penggenapan janji Allah?
Yesus pun mengungkapkan peristiwa pada zaman nabi Elia dan nabi Elisa saat Allah memulihkan kehidupan seorang janda di Sarfat, juga Naaman, orang Siria (25-27). Dalam pandangan orang Israel, keduanya tidak termasuk sebagai orang yang diperhitungkan Allah karena mereka tidak termasuk dalam bilangan orang pilihan Allah. Namun Allah berbelas kasihan juga atas mereka dan kemudian membebaskan mereka.
Pemaparan Yesus tidak membuat para pendengar-Nya jadi memahami Dia dan karya-Nya. Yang muncul adalah penolakan. Mereka malah marah dan menghalau Tuhan Yesus ke luar kota itu (29). Hati mereka masih tertutup rapat, tidak dapat menerima Allah di dalam Kristus.
Mendengar firman Tuhan ternyata tidak lantas membuat orang jadi mengerti dan percaya. Memang dibutuhkan hati yang terbuka untuk melihat siapa Yesus sebenarnya dan kemudian mengalami kuasa dan kasih-Nya. Mungkin kita telah pernah menerima Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita, tetapi apakah kita telah membuka tiap area dalam kehidupan kita secara utuh kepada Tuhan?
SH: Luk 4:14-44 - Baca Gali Alkitab 1 (Rabu, 7 Januari 2015) Baca Gali Alkitab 1
Apa saja yang Anda baca?
1. Bandingkan ayat 1, 14, dan 18. Unsur apa yang muncul di setiap ayat? Apa yang dinyatakan ayat-ayat t...
Baca Gali Alkitab 1
1. Bandingkan ayat 1, 14, dan 18. Unsur apa yang muncul di setiap ayat? Apa yang dinyatakan ayat-ayat tersebut mengenai sumber kuasa Yesus?
2. Berdasarkan uraian nabi Yesaya, apa misi yang Yesus sandang? Bagaimana Ia menggenapinya? (18-19)
3. Setelah mendengar pernyataan Yesus tentang diri-Nya, menurut Anda pengharapan apa yang muncul dalam diri orang-orang yang berada di rumah ibadat sehingga mereka bertanya demikian (21-22)?
4. Apa yang Yesus ingin sampaikan di ayat 23-24 dan melalui kisah Elia dan Elisa di ayat 25-27?
5. Apa yang membuat orang banyak terkesan akan pengajaran Yesus (31-36)? Mengapa?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa keheranan orang di rumah ibadat (22) berubah menjadi kemarahan (28-29)?
2. Bagaimana kisah di ayat 31-36 berkaitan dengan Lukas 4:18-19?
3. Mengapa Yesus merasa perlu untuk pergi ke suatu tempat yang sunyi (42)? Apa yang menjadi prioritas-Nya?
4. Pelajaran apa yang Anda dapatkan mengenai Kerajaan Allah dari Lukas 4:14-44 ini?
Apa respons Anda?
1. Adakah pengalaman mengenai kuasa Yesus yang mengesankan Anda secara pribadi? Apakah itu?
2. Dalam hal apa, otoritas Yesus memerdekakan Anda?
Pokok Doa:
Agar umat Tuhan mengalami kuasa Yesus dalam hidup sehari-hari dan semakin menyadari bahwa Dialah Tuhan.
SH: Luk 4:14-30 - Mengenal Yesus Lebih Dalam (Selasa, 1 Januari 2019) Mengenal Yesus Lebih Dalam
Setelah masa persiapan di padang gurun, Yesus kembali ke kampung halaman-Nya, Nazaret. Berita tentang pelayanan-Nya sudah ...
Mengenal Yesus Lebih Dalam
Setelah masa persiapan di padang gurun, Yesus kembali ke kampung halaman-Nya, Nazaret. Berita tentang pelayanan-Nya sudah terdengar ke seantero penjuru di Galilea (14, 15). Dia pun ke rumah ibadat dan mengajar di sana. Pada momen itu Yesus menegaskan identitas-Nya sebagai Mesias. Predikat ini sesuai dengan nubuat Nabi Yesaya ratusan tahun sebelumnya (17-19, 21).
Sebenarnya, para pendengarnya menyadari kuasa Yesus dalam setiap perkataan dan pengajaran-Nya. Namun, mereka meragukan kemesiasan-Nya. Alasannya, mereka mengetahui bahwa Yesus adalah anak Yusuf. Itulah sebabnya mereka menuntut Yesus melakukan perbuatan hebat agar keraguan itu sirna (22-23).
Bukannya memenuhi harapan mereka, Yesus malah mengeluarkan teguran. Bagi Yesus, mereka sama seperti orang Israel pada zaman Elia dan Elisa yang penuh keraguan. Yesus membandingkan keraguan mereka dengan janda Sarfat dan Naaman, orang-orang kafir yang beriman kepada Allah (25-27).
Akibatnya, mereka pun marah karena teguran itu dan hendak membunuh-Nya (28-30). Benarlah kata Yesus, "...sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya" (24). Dalam catatan Alkitab, inilah kali terakhir Yesus pulang ke kampung halaman-Nya.
Orang-orang sekampung-Nya enggan mengakui Yesus sebagai Mesias. Pasalnya, pengenalan mereka terhadap Yesus sangat dangkal, yaitu hanya sebagai anak Yusuf. Meskipun mereka menyadari kuasa Yesus, tetapi mereka mengabaikannya. Bahkan, mereka ingin mendikte Yesus agar melakukan seperti apa yang mereka mau.
Terkadang kita juga berlaku demikian, bukan? Kita menjadikan Yesus sesuai kehendak dan imajinasi kita. Kita mau mengenal-Nya hanya sebatas keinginan. Kita bertindak seolah-olah lebih besar daripada Dia. Jika saat ini kita bersikap demikian, mari bertobat! Mari kita merendahkan diri di hadapan Sang Mesias.
Doa: Tuhan, kami ingin mengenal Engkau sebagaimana adanya diri-Mu. [JH]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Lukas (Pendahuluan Kitab) Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas...
Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.
Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini terdiri atas dua bagian:
- (1) kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil Lukas), dan
- (2) pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh PB.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang saudara "yang kekasih ... seorang dokter" (Kol 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang setia (2Tim 4:11; File 1:24; bd. perikop-perikop "kami" di Kisah Para Rasul, lihat "PENDAHULUAN KISAH PARA RASUL" 08177). Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. Luk 1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari asal mulanya" (Luk 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kis 21:17; Kis 23:23--26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kis 28:16).
Tujuan
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai _kepada Adam_ (Luk 3:23-38) dan tidak hanya _sampai Abraham_ seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.
Survai
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5--2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
- (1) pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14--9:50),
- (2) pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27), dan
- (3) minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28--24:43).
Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
- (1) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
- (2) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
- (3) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
- (4) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat;
- (5) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
- (6) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia".
- (7) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya.
- (8) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).
Full Life: Lukas (Garis Besar) Garis Besar
I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4)
II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52)
A. Pem...
Garis Besar
- I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4) - II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52) - A. Pemberitahuan Kelahiran Yohanes
(Luk 1:5-25) - B. Pemberitahuan Kelahiran Yesus
(Luk 1:26-56) - C. Kelahiran Yohanes Pembaptis
(Luk 1:57-80) - D. Kelahiran Yesus
(Luk 2:1-20) - E. Yesus di Bait Allah Sebagai Seorang Bayi
(Luk 2:21-39) - F. Kunjungan Yesus ke Bait Allah Sebagai Seorang Anak
(Luk 2:40-52) - III.Persiapan bagi Pelayanan Juruselamat
(Luk 3:1-4:13) - A. Pemberitaan Yohanes Pembaptis
(Luk 3:1-20) - B. Pembaptisan Yesus
(Luk 3:21-22) - C. Silsilah Yesus
(Luk 3:23-38) - D. Pencobaan Yesus
(Luk 4:1-13) - IV. Pelayanan di Galilea
(Luk 4:14-9:50) - A. Permulaan Pelayanan Yesus dan Penolakan di Nazaret
(Luk 4:14-30) - B. Kapernaum: Wibawa Ilahi Yesus Dinyatakan
(Luk 4:31-44) - C. Penangkapan Ikan yang Ajaib
(Luk 5:1-11) - D. Penyembuhan Orang yang Sakit Kusta
(Luk 5:12-16) - E. Wewenang Yesus Ditantang
(Luk 5:17-26) - F. Juruselamat Orang-Orang Berdosa
(Luk 5:27-32) - G. Peresmian Tatanan Baru
(Luk 5:33-6:49) - H. Demonstrasi Kuasa Ilahi
(Luk 7:1-8:56) - I. Yesus Memberikan Kuasa kepada Murid-Murid-Nya
(Luk 9:1-6) - J. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Luk 9:7-9) - K. Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Luk 9:10-17) - L. Pengakuan Petrus dan Tanggapan Yesus
(Luk 9:18-27) - M. Kemuliaan Juruselamat Dinyatakan
(Luk 9:28-50) - V. Pelayanan Selama Perjalanan Terakhir ke Yerusalem
(Luk 9:51-19:28) - A. Misi Penebusan Juruselamat
(Luk 9:51-10:37) - B. Petunjuk Khusus Yesus Mengenai Pelayanan dan Doa
(Luk 10:38-11:13) - C. Peringatan Yesus kepada Para Musuh dan Para Pengikut
(Luk 11:14-14:35) - D. Perumpamaan-Perumpamaan tentang yang Terhilang dan Ditemukan Kembali
(Luk 15:1-32) - E. Perintah-Perintah Kristus kepada Para Pengikut-Nya
(Luk 16:1-17:10) - F. Sembilan Orang Kusta yang Disembuhkan Namun Tak Berterima Kasih
(Luk 17:11-19) - G. Kedatangan Kembali Kristus Secara Mendadak Dinubuatkan
(Luk 17:20-18:14) - H. Juruselamat, Anak-Anak Kecil dan Seorang Pemimpin yang Kaya
(Luk 18:15-30) - I. Menjelang Akhir Perjalanan
(Luk 18:31-19:28) - VI. Minggu Penderitaan
(Luk 19:29-23:56) - A. Yesus Memasuki Yerusalem
(Luk 19:29-48) - B. Yesus Mengajar Setiap Hari di Bait Allah
(Luk 20:1-21:4) - C. Yesus Bernubuat tentang Kebinasaan Bait Allah dan Kedatangan-Nya
Kembali (Luk 21:5-38) - D. Persiapan-Persiapan Terakhir dan Perjamuan Malam
(Luk 22:1-38) - E. Getsemani dan Pengkhianatan
(Luk 22:39-53) - F. Pengadilan Yahudi
(Luk 22:54-71) - G. Pengadilan Romawi
(Luk 23:1-25) - H. Penyaliban
(Luk 23:26-49) - I. Penguburan
(Luk 23:50-56) - VII.Kebangkitan Sampai Kenaikan
(Luk 24:1-53) - A. Pagi Kebangkitan
(Luk 24:1-12) - B. Penampakan Diri Tuhan yang Sudah Bangkit
(Luk 24:13-43) - C. Pesan-Pesan Perpisahan
(Luk 24:44-53)
Matthew Henry: Lukas (Pendahuluan Kitab) Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut...
Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut penuturan Bapa Gereja Jerome, Lukas lahir di Antiokhia. Sebagian orang menduga dia satu-satunya penulis Kitab Suci yang bukan berasal dari benih keturunan Israel. Ia merupakan seorang pemeluk baru agama Yahudi, dan kemudian, seperti dugaan beberapa orang, beralih kepada Kekristenan melalui pelayanan Rasul Paulus di Antiokhia, dan setelah kedatangannya di Makedonia (Kis. 16:10), ia menjadi kawan pendamping tetap Paulus. Ia belajar dan mempraktikkan ilmu kedokteran; oleh karena itu, Paulus menyebutnya Tabib Lukas yang kekasih (Kol. 4:14). Beberapa orang yang mengaku-ngaku diri sebagai sejarawan kuno mengatakan bahwa dia seorang pelukis dan yang melukis gambar Perawan Maria. Tetapi menurut gerejawan Dr. Whitby, hal ini tidaklah pasti, dan karena itu, dia mungkin salah satu dari ketujuh puluh murid dan menjadi seorang pengikut Kristus ketika Ia masih melayani di atas muka bumi ini. Bila memang demikian halnya, maka dia seorang keturunan Israel asli. Saya tidak berkeberatan dengan pendapat ini, kecuali dengan beberapa tradisi kuno yang tidak memiliki kepastian dan tentunya tidak dapat digunakan sebagai dasar apa pun. Selain itu, Origen dan Epiphanius, penulis-penulis Kristen kuno, juga memberi kesaksian bahwa Lukas adalah salah satu dari ketujuh puluh murid itu. Lukas dianggap telah menulis Kitab Injil ini ketika menemani Paulus dalam berbagai perjalanannya, dan di bawah arahannya. Beberapa orang berpikir bahwa dialah yang dimaksud oleh Paulus sebagai saudara kita 2Kor. 8:18), yang terpuji di semua jemaat karena pekerjaannya dalam pemberitaan Injil; yang seakan berarti, ia dipuji di semua jemaat karena menulis Injil ini; dan inilah yang dimaksudkan Rasul Paulus ketika ia sekali waktu berbicara tentang Injil-nya (Rm. 2:16). Namun, tidak ada dasar sama sekali untuk membenarkan hal ini. Dr. Cave memperhatikan bahwa cara dan gaya menulisnya sangat akurat dan tepat; gayanya sopan dan anggun, luhur dan mulia, namun jelas; dan ia mengekspresikan dirinya dalam aliran yang lebih murni Yunani daripada yang bisa ditemukan pada para penulis Kitab Suci lainnya. Oleh karena itu, ia mampu menghubungkan berbagai hal jauh lebih banyak dan mendalam dibandingkan dengan para penulis Injil lainnya; dan karena itu juga, ia mengkhususkan diri untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan imamat Kristus. Tidaklah pasti bilamana atau pada waktu apa Injil ini ditulis. Beberapa orang menduga bahwa Injil ini ditulis di Akhaya, tujuh belas tahun (dua puluh dua tahun, menurut sebagian orang) setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, semasa ia menemani Rasul Paulus dalam perjalanannya. Ada juga yang mengatakan bahwa Injil ini ditulis di kota Roma, tidak lama sebelum ia menulis Kisah Para Rasul (yang merupakan lanjutan kitab ini), ketika ia berada di sana bersama Paulus yang saat itu menjadi orang tahanan dan berkhotbah di dalam rumah yang disewanya sendiri. Ini seperti yang diriwayatkan dalam bagian akhir Kitab Kisah Para Rasul; dan Paulus kemudian mengatakan bahwa hanya Lukas yang tinggal dengan aku (2Tim. 4:11). Ketika ia secara sukarela menemani Paulus dalam rumah tahanan tersebut, ia punya banyak waktu untuk menyusun dua riwayat ini (dan banyak tulisan istimewa lainnya yang membuat jemaat merasa berutang atas peristiwa pemenjaraan ini). Bila memang demikian halnya, maka kitab ini ditulis sekitar dua puluh tujuh tahun setelah kenaikan Kristus, dan sekitar tahun keempat pemerintahan Kaisar Nero. Jerome mengatakan bahwa Lukas meninggal dunia pada usia delapan puluh empat tahun, dan tidak pernah menikah. Beberapa orang menulis bahwa ia mati sebagai martir; namun bila memang demikian halnya, tidak ada kejelasan di mana dan bilamana hal itu terjadi. Sungguh, penghargaan yang diberikan kepada tradisi Kristiani dalam hal memperlakukan para penulis Perjanjian Baru tidak lebih besar daripada penghargaan yang diberikan kepada tradisi Yahudi dalam memperlakukan para penulis Perjanjian Lama.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-man...
Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-mana nampak jelas. Lukas adalah seorang penulis berbakat yang hatinya sangat halus lembut. Ia menggubah karyanya dengan cara yang asli benar, sementara juga berjerih-payah untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, Luk 1:3. Tentu saja ini tidak berarti bahwa Lukas berhasil memberikan pada bahan yang diterimanya dari tradisi suatu susunan dan urutan yang lebih "historis" dari pada dalam Mat atau Mrk. Rasa hormat Lukas terhadap sumber-sumbernya dan metode yang hanya menderetkan bahan tradisi tentu tidak memungkinkan urutan historis semacam itu. Rangka Luk pada umumnya menuruti garis-garis besar Mrk, meskipun disana-sini Lukas meninggalkan atau memindahkan apa yang terdapat dalam Mrk. Memang ada bagian-bagian yang dipindahkan, Luk 3:19-20; 4:16-30; 5:1-11; 6:12-29; 22:31-34;
dll. Lukas berbuat demikian baik demi jelasnya kisah atau logikanya, maupun karena terpengaruh tradisi-tradisi lain, khususnya tradisi-tradisi yang juga tampil dalam injil keempat. Ada juga bagian- bagian yang ditinggalkan saja, baik oleh karena kurang berguna untuk sidang pembaca bekas kafir, Mrk 9:11-13, atau oleh karena bagian-bagian itu sudah tercantum dalam Kumpulan Pelengkap yang dipakai Lukas, Mrk 12:28-34; bdk Luk 10:25-28, maupun oleh karena bagian tertentu, terutama Mrk 6:45-8:26 yang seluruhnya ditinggalkan Lukas tidak tercantum dalam naskah Mrk yang dipakai Lukas, Atau barangkali oleh Lukas dianggap sebagai pengulangan, meskipun tercantum dalam naskah Mrk yang dimiliki Lukas. Perbedaan paling menyolok antara Luk dan Mat, serta Mrk ialah tambahan besar yang terdapat dalam Luk 9:51 - Mrk 18:14. Di muka sudah dikatakan bahwa ini kirany diambil Lukas dari Kumpulan Pelengkap ditambah beberapa informasi pribadi. Bagian tengah Luk tersebut disajikan berupa kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem, sebagaimana berulang kali dicatat, Luk 9:51; 13:22; 17:11. Catatan-catatan itu mengembangkan apa yang dikatakan Mrk 10:1, sehingga Luk kiranya tidak bermaksud menggabungkan beberapa perjalanan sesungguhnya, melainkan menekankan sebuah gagasan teologis yang digemari Lukas, yaitu : di kota sucilah keselamatan harus diujudkan, Luk 9:31, 13:33; 18:31; 19:11; di sana telah mulailah Injil, Luk 1:5 dll, dan di sana harus diselesaikan Luk 24:52 dst, melalui penampakan- penampakan dan pembicaraan- pembicaraan yang tidak terjadi di Galilea, Luk 24:13-51; dan bdk Luk 24:6 dengan Mrk 16:7; Mat 28:7, 16:20; dan dari sanalah Injil bertolak lagi untuk diwartakan kepada dunia semesta, Mat 24:47; Kis 1:8.
Kalau perbandingan terperinci antara Luk dan sumber-sumbernya diteruskan, baik sumber yang paling dikenal ialah Mrk maupun sumber-sumber yang juga tampil dalam bagian-bagian Mat yang sejalan dengan Luk, maka orang seolah-olah dapat melihat bagaimana bekerjanya seorang penulis yang dengan saksama menyadur, meninggalkan atau menambah dengan maksud menyajikan bahan-bahannya dengan caranya sendiri, sementara menghindarkan atau memperlunak apa yang menusuk hatinya sendiri atau barangkali dapat menyakiti hati sidang pembaca (8:43 dibandingkan dengan Mrk 5:26; ditinggalkan Mrk 9:43-48; 13:32; dll) atau juga kurang dapat dipahami oleh mereka (ditinggalkan Mrk 4:13; 8:32 dst 14:50) atau memaafkan (Luk 9:45; 18:34; 22:45) para rasul dan menjelaskan istilah yang kurang terang (Luk 6:15) atau lebih jauh menentukan tempat terjadinya hal tertentu, Luk 4:31; 19:28 dst, Luk 37; 23:51, dll. Berkat penyaduran-penyaduran banyak dan halus tersebut dan terutama berkat tembahan-tambahan hasil penyelidikannya sendiri Lukas memperlihatkan reaksi- reaksi dan kecenderungan pribadinya. Tegasnya melalui alat terpilih, ialah Lukas, Roh Kudus menyajikan kepada kita kabar injili dengan cara yang asli benar dan yang berisikan ajaran yang sangat bernilai. Memang halnya bukan pokok-pokok teologis yang amat menyolok (gagasan-gagasan utama sama saja dalam Luk, Mat dan Mrk), melainkan suatu mentalita keagamaan. Dalam mentalita yang dengan halusnya terpengaruh oleh guru Lukas, yaitu Paulus, itu diketemukan kecenderungan hati yang merupakan ciri khas watak Lukas. Sebagai "Penulis kelembutan hati Tuhan" (Dante) Lukas suka menonjolkan belaskasihan Kristus kepada kaum berdosa, Luk 15:1 dst, Luk 7, 10; 15:11-32; 19:1-10; 23:34, 39-43. Dengan senang hati Lukas memperlihatkan kelembutan hati Yesus terhadap orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, Luk 1:51-53; 6:20-26; 12:13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, 1:51-53; 6:20-26; 12::13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang bertobat dan menyangkal dirinya. Dan di sini hati Lukas yang lemah lembut ternyata hati jantan. Lukas sudah mengulang tuntutan penyangkalan diri yang mutlak dan pantang mundur, 14:25-34, khususnya tuntutan meninggalkan kekayaan, 6:34 dst; 12:33; 14:12-14; 16:9-13. Perlu diperhatikan juga bagian- bagian yang tercantum dalam injil ketiga : mengenai perlunya berdoa, 11:5-8; 18:1-8, dan teladan Yesus di bidang itu, 3:21; 5:16; 6:12; 9:28. Akhirnya sama seperti dalam Kis dan surat-surat Paulus, demikianpun dalam Luk Roh Kudus berperanan besar yang suka ditonjolkan oleh Lukas dalam 1:15, 35, 41, 67; 2:25- 27; 4:1, 14, 18; 10:21; 11:13; 24:49. Unsur ini bersama dengan suasana rasa syukur karena anugerah yang diterima dari Allah dan kegembiraan rohani yang meresap ke dalam seluruh injil ketiga itu, 2:14; 5:26; 10:17; 13:17; 18:43; 19:37; 24:51 dst, memberikan kepada karya Lukas ciri kemesraan yang mengesan di hati menghangatkan batin.
Gaya bahasa Mrk agak kasar sedikit, penuh dengan kata dan ungkapan yang berbau bahasa Aram, dan kerap kali kurang tepat bahkan salah. Tetapi gaya bahasanya juga segar bugar dan populer, sehingga toh memikat hati. Gaya bahasa Mat masih juga berbau bahasa Aram, tetapi bahasa Yunaninya lebih halus, kurang konkrit tapi lebih tepat. Gaya bahasa Luk sesungguhnya agak majemuk: bahasa Yunaninya adalah bermutu, kalau Lukas sendiri menulis; bahasa kurang bermutu diterima Lukas begitu saja untuk menghormati sumber-sumbernya, yang kekurangan dalam bahasa kadang-kadang dipertahankan oleh Lukas meskipun berusaha memperbaikinya. Lukas juga dengan sengaja dan mahir meniru gaya bahasa alkitabiah yang terdapat dalam Septuaginta.
Ende: Lukas (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasu...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasul- rasul. Menurut riwajat lisan ia berasai dari Antiochia, ibu kota propinsi Siria, dan bangsa Siria, djadi bekas penjembah dewa-dewa.
Tentang asal mula umat di Antiochia dapat kita batja dalam Kis. Ras.
Lukas dalam karangan-karangannja tak pernah menjatakan sesuatu tentang dirinja. Hanja dalam Kis. Ras. ia sering menulis sebagai penjaksi mata. Kalau ia bertjeritera dengan memakai kata-djamak"kami", sudah tentu bahwa ia sendiri turut menjaksikan dan mengalami apa jang diberitakannja. Dari itu kita tahu tjukup pasti, bahwa ia mengiring Paulus pada perdjalanan kerasulan Paulus jang kedua, mulai dari Troas sampai ke Pilipi di Masedonia (Kis. Ras. 16:11-40). Dan waktu Paulus terpaksa meninggalkan kota Pilipi itu, Lukas tinggal disitu. Pada achirnja perdjalanan Paulus jang ketiga (Kis. Ras. 20:5-21:18) Lukas mengikuti Paulus pula dari Pilipi ke Jerusalem. Dan selama Paulus dalam tahanan di Sesarea, dua tahun lamanja, Lukaspun rupanja tinggal di Palestina. Sesudah itu iapun menemani Paulus pada pelajaran sebagai tahanan ke Roma, dan tinggal disitu bersama dengan Paulus selama tahanan itu; kemudian dalam tahanan kedua djuga. Batjalah Kis. Ras. bab 27 dan 28, Pilemon 24, lagi 11 Tim. 4:11. Menurut dugaan jang sangat umum Lukas menulis kedua karangan di Roma.
Tudjuan "Indjil ketiga"
Dalam kata pembukaan (1:1-4) Lukas mempersembahkan karangannja kepada seorang jang dinamakannja "Teofilus jang Mulia", dan ia menerangkan bahwa maksud tulisannja ialah meneguhkan dan memperdalam kejakinan Teofilus itu akan kebenaran adjaran-adjaran jang telah diadjarkan kepadanja. Tetapi tentu sadja tudjuan Lukas tidak terbatas pada seorang perseorangan. Dapat kita bajangkan, bahwa dengan "Teofilus" itu dimaksudkari tiap-tiap "Pentjinta Allah" (kata "teofilus" berarti pentjinta Allah), jaitu tiap-tiap orang beriman, jang ingin memperluas pengetahuan dan memperdalam pengertiannja ahan Indjil, guna menjempurnakan diri menurut tjita-tjita Indjil.
Tentang sumber-sumber jang digunakan Lukas
Dari tjatatan-tjatatan dalam fasal pertama kata-pengantar ini, sudah terang bahwa mengenai karangan Indjilnja Lukas bukan penjaksi mata. Menurut perkataannja dalam kata-pembukaan dapat diduga bahwa digunakannja pelbagai sumber dan djuga sumber-sumber tertulis. Para ahli tafsir dewasa irli umumnja berpendapat, bahwa Lukas sangat bergantung pada karangan Markus, mengenai susunan seluruhnja, tetapi djuga isi dan bentuk banjak tjeritera. Tetapi ia tidak mendjiplak sadja, melainkan merigolah segalanja menurut bakat dan selera serta penjelidikannja sendiri. Tetapi ada lain-lain sumber tertulis lagi jang digunahannja.
Tetapi sumber utama bagi Lukas ialah tradisi jang hidup dalam kerugma dan katechese. Dan dalam "menjelidiki segalanja dengan teliti" (1:3) ia mendapat banjak kesempatan untuk berbitjara dengan penjaksi-penjaksi mata seperti murid- murid Jesus, chususnja sepandjang dua tahun tahanan Paulus di Sesarea. Ada jang beranggapan, dan memang ada kemungkinan, bahwa waktu itu ia djuga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Ibu Jesus dan kaum keluarga Joanes Pemandi, atau imam-imam dari kalangan mereka, untuh berwawantjara dengan mereka tentang masa ke-kanak-kanak-an Jesus. Tetapi sebab kedua bab pertama dari Indjil ini sangat bertjorak lbrani, lain sekali dari karangan selandjutnja, maka agah terang bahwa Lukas mengambil bahannja dari sumber-sumber tertulis dalam bahasa Ibrani djuga. Itu chususnja mengenai madah-madah jang terdapat dalam kedua bab itu. Barangkali Lukas segan mengolah bahan-bahan itu dalam bahasa Junani jang murni, supaja djangan kiranja kehilangan suasana asli jang penuh kegembiraan halus dan sutji atas fadjar keselamatan jang mulai menjingsing.
Jesus dalam Indjil ketiga tidak berbeda dengan Jesus seperti Ia digambarkan dalam karangan-karangan jang lain; hanja ada segi-segi jang istimewa berkesan pada Lukas dan sebab itu ditondjolkannja. Misalnja sikap Jesus terhadap orang- orang ketjil, jang menderita, jang bertjatjat atau dalam kesusahan manapun djuga. Ia bukan menolong mereka sadja, melainkan melakukan itu dengan perasaan tjinta jang sungguh-sungguh dan halus, penuh penghargaan dan hormat. Betapa mengharukan misalnja iba-kasihan Jesus terhadap wanita djanda jang kematian putera-tunggalnja, di Naim (7:11-17).
Jang chususnja ditondjolkan Lukas lagi, ialah kemurahan, penghargaan dan hormat Jesus kepada orang-orang berdosa. la tahu bahwa kebanjakan mereka pada dasar hati orang baik, jang dapat diinsjafkan akan dosanja, sehingga bertobat. Lukas satu-satunja jang menurunkan kepada kita beberapa tjeritera dan perumpamaan pertobatan orang-orang berdosa, jang merawankan dan memurnikan hati tiap-tiap pembatja jang luhur hati, dan sanggup memulihkan penghargaan diri dan memberikan harapan tiap-tiap orang jang merasa dirinja berdosa, termasuk kita sendiri. Batjalah dan renungkanlah tjeritera wanita djalang (7:36-58); anak hilang (15:11-52); pemungut bea (18:9-14); Zacheus (19:1-10). Dan dimana sadja terdapat suatu kesempatan, Lukas gemay menundjukkan, bahwa usaha penjelamatan Jesus dan tjinta kemanusiaannja meliputi seluruh bangsa manusia. Meskipun ia pernah berkata, bahwa tugasnja terbatas pada bangsa Israel (dalam arti bahwa ia harus mendasarkan Keradjaan Allah jang baru diantara mereka), namun Ia baik hati, penuh penghargaan dan hormat djuga kepada tiap orang "kafir" jang bertemu dengannja, dan Ia menolong tiap-tiap mereka jang minta ditolong.
Suatu kechususan Lukas lagi ialah minatnja terhadap wanita-wanita sutji jang herperanan dalam Indjil. Memang setjara istimewa kepada Bunda Maria, tetapi bagaimana pula ia dengan satu dua kata tahu memudji keluhuran Elisabet, Anna, Marta dan saudarinja Maria, wanita-wanita jang mengikuti Jesus dari Galilea dan melajaniNja, Maria Magdalena jang mengikuti Jesus sampai dikaki salib, wanita Jerusalem jang menangisi Jesus jang sedailg memikul salibnja, dan wanita-wanita jang memandang dari djauh.
Lukas pula lebih dari Mateus dan Markus merasa tertarik kepada hidup kebatinan Jesus, jaitu hubunganNja dengan BapaNja dalam berdoa, dan peranan Roh Kudus dalam hidupNja. Mengenai pergaulan dengan BapaNja, baiklah kita batja dan merenungkan misalnja 3:21; 5:16; 6:12; 9:18; 9:28, dan mengenai hubunganNja dengan Roh Kudus 1:15,55,41,67; 2:25-27; 4:1,14,18; 10:21; 11:15; 14:49. Dan Lukas pula jang sangat menekankan adjaran dan adjakan Jesus, supaja kitapun asjik berdoa dengan penuh pengharapan. Batjalah 11:1-13; 18:1-5; 18:10-14.
Suatu tjiri karangan Lukas jang menjolok lagi, ialah kehalusan perasaannja.
Kalau dibandingkan dengan Mateus dan Markus, Lukas sering sekali meninggalkan
segala bahan, segi-segi peristiwa atau ungkapan-ungkapan, jang mungkin
menjinggung perasaan pembatja-pembatja chususnja jang bukan Jahudi, ataupun
jang inunakin merendahkan adjaran-adjaran Indjil dan tokoh-tokoh sutji dalam
mata mereka. Kalau misalnja ia mengambil alih dari Markus, ia bukan sadja sering
memperbaiki babasanja, melainkan djuga memperhalus gaja bahasanja. Lukas lebih
suka memudji dari pada mengeritik. la nampak segan mengambil alih tjatatan-
tjatatan tentang kurang pengertian dan kelemahan watak rasul-rasul sebelum
Pentekosta, jang djustru ditondjolkan dalam Markus, tentu sadja berdasarkan
tjeritera-tjeritera Petrus. Demikian pula ia mengbindarkan utjapan atau lukisan
segi-segi sikap Jesus, jang barangkali dapat dianggap sebagai suatu kelemahan
pada pribadi Jesus. Bandingkanlah misalnja Mk. 1:45 dengan Lk. 5:14; Mk. 3:5
dengan Lk. 6:10; MI. 9:56 lagi 10:16 dengan Lk. 9:47-48 lagi 18:16; Mk. 14:53-34
dengan Lk. 22:40-41. Tetapi betapapun halus perikemanusiaan Lukas, namun
sedikitpun tidak ia melemahkan sabda Jesus mengenai tuntutan dan sjarat-sjarat
jang harus dipenuhi murid-murid Jesus, jaitu segala penganutnja. Kata
penjalahannja terhadap para pentjinta mamon lebih keras dari pada ungkapan
Mateus terhadap mereka. Djuga menurut Lukas tuntutan dasar dari Keradjan Allah,
ialah roh kemiskinan, apa djuga berarti sikap rendah hati. Lih.
BIS: Lukas (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang
dijanjikan Allah untuk I
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah untuk Israel dan untuk seluruh umat manusia. Dalam bukunya ini Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Tuhan untuk menyiarkan Kabar Baik dari Allah kepada orang miskin. Kabar Baik ini penuh dengan perhatian terhadap orang-orang dengan berbagai-bagai kebutuhan. Nampak pula suatu nada sukacita dalam buku Lukas ini, terutama pada pasal-pasal pertama mengenai kedatangan Yesus, kemudian pada bagian penutupnya juga mengenai terangkatnya Yesus naik ke surga. Kisah tentang tumbuhnya dan tersebarnya agama Kristen setelah Yesus naik ke surga diceritakan juga oleh penulis buku ini di dalam buku Kisah Rasul-rasul.
Bagian 2 dan 6 (lihat Isi buku di bawah ini) berisi banyak unsur cerita yang hanya terdapat dalam buku Kabar Baik ini. Misalnya, cerita tentang nyanyian para malaikat serta kunjungan para gembala pada saat kelahiran Yesus, Yesus di Rumah Tuhan ketika masih anak-anak, dan juga perumpa maan tentang Orang Samaria yang baik hati dan Anak yang hilang. Buku ini sangat menekankan juga hal doa, Roh Allah, peranan wanita dalam pelayanan Yesus dan pengampunan dosa oleh Allah.
Isi
- Pendahuluan
Luk 1:1-4 - Kelahiran dan masa kanak-kanak dari Yohanes Pembaptis dan Yesus
Luk 1:5-2:52 - Pelayanan Yohanes Pembaptis
Luk 3:1-20 - Baptisan Yesus dan cobaan terhadap diri-Nya
Luk 3:21-4:13 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Luk 4:14-9:50 - Dari Galilea ke Yerusalem
Luk 9:51-19:27 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Luk 19:28-23:56 - Kebangkitan Yesus dari kematian, penampakan diri-Nya
dan terangkat-Nya ke surga
Luk 24:1-53
Ajaran: Lukas (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah
kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelah
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelahiran-Nya sampai kepada kematian-Nya. Dan mengenal akan kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia yang sejati dan suci, penuh kesederhanaan dan ketulusan hati, sebagai teladan mereka dalam hidup kekristenan.
Pendahuluan
Penulis : Lukas.
Tahun : Sekitar tahun 62 SM.
Penerima : Theofilus (artinya sahabat Allah) Dan juga kepada orang-orang yang percaya pada Yesus.
Isi Kitab: Injil Lukas terdiri atas 24 pasal. Isi Injil ini menjelaskan kasih karunia Allah bagi segala bangsa. Orang-orang yang dipandang rendah oleh dunia, tidak dipandang rendah oleh Allah, seperti kaum wanita dan juga orang-orang miskin. Di dalam Injil ini juga nampak kesucian, kesederhanaan, dan keluhuran budi Tuhan Yesus sebagai manusia sejati. Bagi orang Kristen Tuhan Yesus adalah satu-satunya teladan sempurna. Karena itu, orang Kristen dipanggil untuk hidup seperti Yesus hidup.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Lukas
_Bagian Pertama_
Pengajaran tentang Yesus Kristus sebagai anak manusia, yang dibuktikan dengan perasaan dan sikap yang diperlihatkannya terhadap orang-orang yang dianggap rendah oleh masyarakat
Pendalaman
- Bacalah pasal Luk 7:13. Nats ini menceritakan tentang seorang janda yang kematian anaknya. Tuhan Yesus yang melihat kesedihan janda itu, merasa kasihan sehingga ia menghidupkan anak yang sudah mati itu. Hal ini membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah manusia sejati dan juga Allah sejati. Selain itu ayat ini juga mengajarkan setiap orang percaya untuk mengasihi orang lain. _Tanyakan_: pernahkah saudara mengasihi orang lain?
- Bacalah pasal Luk 7:37-50. Tuhan Yesus memperhatikan dan mengampuni wanita berdosa yang bertobat.
- Bacalah pasal Luk 10:25-37. Bagian ini menjelaskan perumpamaan Tuhan Yesus, tentang seorang Samaria yang lebih baik hati dari para imam Yahudi. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang Kristen untuk mengasihi dengan tidak memandang suku bangsa, atau kaya miskin. Sudahkah saudara menolong orang lain?
- Bacalah pasal Luk 15:1-7. Tuhan Yesus bergaul dengan para pemungut cukai, karena mereka mau mendengarkan perkataan Tuhan Yesus dan bertobat dari perbuatan pemerasan yang mereka lakukan.
- Bacalah pasal Luk 16:20-21. Bagian ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus mengasihi semua manusia, sampai kepada para pengemis. Bagaimanakah dengan kasih saudara? Apakah saudara mengasihi orang-orang yang dapat memberikan sesuatu kepada saudara saja?
- Bacalah pasal Luk 17:12. Bagian ini menjelaskan bahwa Tuhan Yesus mengasihi dan memperhatikan orang-orang sakit. Apakah yang saudara lakukan terhadap seorang saudara/anggota/jemaat yang sedang sakit lagi miskin?
- Bacalah pasal Luk 23:40-43. Tuhan Yesus memperhatikan seorang penjahat dan juga mengampuni dosanya, karena ia mau bertobat.
_Bagian Kedua_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, memberikan teladan dalam kehidupan doa, khususnya berhubungan dengan peristiwa/kegiatan penting
Pendalaman
- Ia berdoa di saat pembaptisan (Luk 3:21).
- Ia berdoa sesudah mujizat-mujizat dilaksanakan (Luk 5:15-16).
- Ia berdoa sebelum memilih murid-murid-Nya (Luk 6:12).
- Ia berdoa sebelum memberikan nubuat pertama tentan penderitaan-Nya (Luk 9:18-22).
- Ia berdoa pada saat permuliaan-Nya di bukit (Luk 9:29).
- Ia berdoa di saat ketujuh puluh murid-Nya kembal (Luk 10:17-21).
- Ia berdoa sebelum mengajar murid-murid-Nya tentang car berdoa (Luk 11:1).
- Ia berdoa di Taman Getsemani menjelang penderitaan-Ny (Luk 22:39-46).
- Ia berdoa di atas salib (Luk 23:34,46).
Tuhan Yesus selalu berdoa dalam setiap keadaan dan keperluan, maka apakah yang saudara lakukan pada saat-saat menghadapi keperluan/kepentingan dalam hidup?
_Bagian Ketiga_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, mengasihi semua manusia di dunia
Pendalaman
Bacalah pasal Luk 3:6; 24:46-53. Bagian ini menjelaskan, bahwa keselamatan adalah untuk setiap manusia yang percaya pada Tuhan Yesus. Dengan demikian setiap orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, haruslah juga memberitakan keselamatan itu kepada orang lain. Berdasarkan pasal Luk 24:47-48, siapakah yang bertugas untuk meneruskan berita pengampunan dosa ini kepada semua manusia? Sudahkah saudara menginjili?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Lukas jelaslah kita lihat bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Manusia sejati, yang dibuktikan melalui kehidupan-Nya sehari-hari.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Lukas?
- Apakah pokok pengajaran Injil Lukas?
- Buktikanlah bahwa Yesus Kristus adalah anak manusia?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dari mempelajari Injil Lukas?
Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan se
Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?
Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan sekerja rasul Paulus (Kol 4:14; File 24 dan 2Tim 4:11). Lukas sendiri bukanlah seorang saksi mata dari kehidupan Yesus (Luk 1:1-4). Tradisi mengatakan bahwa ia seorang bukan Yahudi, berstatus bujangan dan hidup sampai usia delapan puluh empat tahun.
MENGAPA INJIL INI DITULIS?
Lukas mempunyai beberapa tujuan:
1. Ia ingin menulis kisah kehidupan Yesus secara teratur yang berdasarkan bukti dari saksi mata yang benar (Luk 1:1-4).
2. Ia ingin mencatat permulaan dan perkembangan Kekristenan, yang dikerjakannya dalam dua bagian. Kisah para Rasul merupakan buku kedua. Lukas menunjukkan bagaimana Allah bekerja di sepanjang sejarah dan khususnya mengenai cara bagaimana para pengikut Yesus dengan cepat tersebar dari Galilea ke Roma.
3. Ia ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat bagi semua golongan manusia dan bukan hanya bagi sekelompok orang.
4. Ia ingin menunjukkan kepada para penguasa Romawi bahwa Kekristenan bukanlah ancaman bagi tatanan politik yang baik.
SIAPA SAJA PEMBACA INJIL LUKAS?
1. Lukas menujukan Injilnya kepada Teofilus (Luk 1:3), yang boleh jadi adalah seorang bukan Yahudi dari golongan menengah atas yang sudah bertobat dan menjadi Kristen. Namanya berarti 'dikasihi Allah', tetapi selain itu tidak ada lagi yang kita ketahui tentang dia.
2. Disamping itu Lukas berharap mendapatkan sidang pembaca yang lebih luas, yang mencakup orang-orang bukan Yahudi lainnya dan mungkin khususnya para aparat pemerintahan Romawi.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Cara Lukas bercerita tak ada bandingannya. Kemampuannya menyusun kata-kata tampak dalam gaya bahasa Yunaninya yang sangat baik.
2. Lukas juga lebih tertarik dengan kehidupan manusiawi Yesus dan lebih banyak bercerita mengenai awal hidup dan masa kanak-kanak Yesus dibanding dengan Injil-injil lainnya.
3. Dalam hal-hal lain, Injil Lukas juga lebih lengkap mencatat lebih banyak perumpamaan, kisah tentang banyak orang, serta kebangkitan Yesus dibanding dengan Injil lainnya.
4. Lukas lebih menunjukkan perhatiannya kepada pribadi-pribadi, khususnya anak-anak dan orang-orang yang tersingkir dari masyarakat, daripada para penulis Injil lainnya.
5. Lukas juga mempunyai perhatian khusus lainnya, sebagai contoh tentang: doa, Roh Kudus dan tema sukacita.
Pesan
1. Kabar baIk tentang keselamatan.Berita dari Lukas ialah bahwa Allah telah datang untuk menyelamatkan manusia
dari dosa dan keadaan mereka.
o Allah adalah Juruselamat. Luk 1:47
o Kristus dilahirkan untuk menyelamatkan. Luk 2:11, 30; 3:6
o Dia datang untuk menyelamatkan yang hilang. Luk 19:9, 10
o Keselamatan datang oleh iman. Luk 7:50;8:12
o Keselamatan berarti kehilangan nyawa sekarang. Luk 9:24
o Keselamatan dimungkinkan karena Kristus tidak menyelamatkan diri-Nya sendiri. Luk 23:35-43
o Keselamatan tersedia saat ini. Luk 4:21; 19:9
2. Kabar baik tentang Kerajaan Allah.
Bagian pusat Injil Lukas (Luk 9:51-19:44) banyak
berbicara mengenai Kerajaan Allah yang menjadi pusat dari khotbah Yesus. Luk 4:43; 8:1
o Kerajaan Allah itu kekal. Luk 1:33
o Kerajaan Allah milik orang yang miskin. Luk 6:20
o Murid-murid-Nya harus memberitakan
o Kerajaan Allah. Luk 9:2, 11
o Kepentingan Kerajaan Allah harus didahulukan. Luk 9:60-62; 12:31
o Umat harus berdoa untuk Kerajaan Allah. Luk 11:2
o Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah. Luk 12:32; 22:29
o Kerajaan Allah seperti... Luk 13:18-30
o Orang kaya sukar untuk masuk. Luk 18:18-30
o Kerajaan Allah sudah dekat sekarang. Luk 10:9, 11; 11:20; 17:20, 21
o Tetapi, Kerajaan Allah juga akan datang. Luk 24:31
3. Kabar baik terlIhat dalam diri Yesus.
Kabar baik bukanlah suatu dongeng atau cerita anak-anak tetapi didukung oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus.
o Sejarah itu penting. Luk 1:1-4
o Allah telah merencanakannya sejak dahulu kala. Luk 3:23-38
o Allah bekerja di dalam kehidupan Yesus.
Banyak saksi mata melihatnya:
- pada saat kelahiran-Nya. Luk 2:30
- pada saat Yesus dibaptis. Luk 3:22
- dalam mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya. Luk 4:36; 7:16
- dalam kematian-Nya. 23:39-49
- dalam kebangkitan-Nya. Luk 24:1-49 Yesus masih bekerja melalui murid-murid-Nya. Luk 24:48
Yesus sedang bekerja di seluruh dunia. Yerusalem hanyalah permulaan saja. Luk 24:47
Penerapan
Berita Injil Lukas dapat diterapkan kepada dua golongan utama:1. Kepada mereka yang tidak percaya kepada Yesus.
Percaya kepada Yesus berarti:
o mempercayai kesaksian sejarah
o mengenaI pengampunan Allah
o mampu untuk hidup baru
o ikut ambil bagian dalam Kerajaan Allah
o tidak menuntut segala yang terbaik atau terhormat
o dituntut untuk rendah hati dan mau mengorbankan segalanya bagi Yesus
o mendapat anugerah besar pada masa yang akan datang
2. Kepada mereka yang percaya sungguh-sungguh kepada Yesus. Iman kepada Yesus
berarti Anda harus:
o bersukacita dan bersyukur dalam kehidupan
o meneladani kasih Yesus kepada semua orang
o ikut ambil bagian dalam penyebaran kabar baik tentang Kerajaan Allah.
o "mematikan" diri sendiri setiap hari
o berdoa seperti yang diajarkan Yesus
o menjadikan Kerajaan Allah prioritas Anda yang jelas
o percaya bahwa Allah mengendalikan dunia
Tema-tema Kunci
Inilah sebagian dari ajaran-ajaran penting dalam Injil Lukas: 1. Doa. Lukas sering berbicara tentang kehidupan doa Yesus: Luk 3:21; 5:16; 6:12; 9:18-22, 29; 10:17-21; 11:1; 22:39-46; 23:34, 46. Ia juga mencatat perumpamaan-perumpamaan Yesus tentang doa: Luk 11:5-13; 18:1-8. Apa yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat tersebut tentang kapan Anda harus berdoa, bagaimana berdoa dan apa yang didoakan?
2. Roh Kudus. Lukas menekankan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan Yesus. Tulislah saat-saat dalam kehidupan Yesus ketika Roh Kudus disebut: contoh Luk 1:35; 4:1, 14, 18; 10:21, 22; 24:49. Apa yang diajarkan dalam ayat-ayat ini mengenai Roh Kudus?
3. Pujian dan sukacita. Injil Lukas diawali dengan sejumlah lagu pujian: Luk 1:46-55, 68-79; 2:14; dan Luk 2:29- 32. Sebutkan bagian-bagian lain dalam Injil yang berbicara tentang sukacita. 4. Pengampunan. Pada dasarnya kabar baik berisi berita tentang pengampunan dosa. Mengapa pengajaran Yesus mengenai pengampunan menimbulkan perubahan secara besar-besaran? Pelajarilah dengan saksama apa yang Yesus katakan mengenai pengampunan dalam: Luk 5:17-25; 6:37; 7:36-50; 11:4; 17:3-4; 23:34; 24:47.
5. Uang. Lukas lebih banyak berbicara mengenai uang dibandingkan dengan Injil-injil lainnya dan menempatkan masalah orang miskin secara khusus. Lagi-lagi pesannya sangat revolusioner. Carilah ajaran tersebut dalam ayat-ayat berikut: Luk 1:53; 4:18; 6:20; 12:13-34; 15.8-10; 16:1-15, 19-31; 18:1-14; 19:1-27; 20:19-26.
6. Wanita dan anak-anak. Catatlah mengenai beberapa wanita yang terdapat dalam Injil Lukas. Masyarakat pada zaman Yesus biasanya tidak menganggap bahwa wanita layak mendapat banyak perhatian. Tetapi, Lukas menekankan mengenai kasih Allah terhadap semua orang bahkan terhadap wanita, orang-orang yang tersingkir dan anak-anak. Pelajarilah ayat-ayat tentang anak-anak berikut ini dan buatlah ringkasan dari ajaran yang terdapat di dalamnya: Luk 8:40-56; 9:37-43, 46-48; 18:15-17.
Garis Besar Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis
Luk 1:26-
[1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 1:26-38 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus |
Luk 1:39-56 | Kunjungan Maria ke rumah Elizabet |
Luk 1:57-80 | Kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 2:1-38 | Kelahiran Yesus |
Luk 2:39-52 | Masa kanak-kanak Yesus |
Luk 3:1-22 | Khotbah Yohanes Pembaptis |
Luk 3:23-38 | Silsilah Yesus |
Luk 4:1-13 | Pencobaan Yesus |
[3] SANG JURUSELAMAT DI GALILEA Luk 4:14-9:50
Luk 4:14-30 | Yesus memulai pelayanan-Nya |
Luk 4:31-44 | Yesus menyembuhkan di Kapernaum |
Luk 5:1-26 | Yesus melakukan mukjizat |
Luk 5:27-39 | Panggilan dan di rumah perjamuan |
Luk 6:1-11 | Lewi Perdebatan mengenai hari Sabat |
Luk 6:12-16 | Yesus memilih murid-murid-Nya |
Luk 6:17-49 | Yesus berkhotbah di depan orang banyak |
Luk 7:1-17 | Mukjizat kesembuhan dan kebangkitan orang mati |
Luk 7:18-35 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes terjawab |
Luk 7:36-50 | Seorang pelacur menyembah Yesus |
Luk 8:1-21 | Mengajar firman Allah |
Luk 8:22-56 | Tiga mukjizat lagi |
Luk 9:1-6 | Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk misi penginjilan |
Luk 9:7-9 | Reaksi Herodes terhadap Yesus |
Luk 9:10-17 | Pemberian makan kepada lima ribu orang |
Luk 9:18-27 | Yesus menanyakan pertanyaan yang penting |
Luk 9:28-36 | Transfigurasi (perubahan rupa) Yesus |
Luk 9:37-50 | Yesus berbicara dengan murid-murid-Nya |
[4] SANG JURUSELAMAT PERGI KE YERUSALEM Luk 9:51-19:44
Luk 9:51-62 | Harga yang harus dibayar untuk mengikut Yesus |
Luk 10:1-24 | Pengutusan tujuh puluh murid |
Luk 10:25-37 | Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik |
Luk 10:38-42 | Maria dan Marta |
Luk 11:1-13 | Ajaran tentang doa |
Luk 11:14-36 | Ajaran tentang roh-roh dan tanda-tanda |
Luk 11:37-54 | Kecaman terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat |
Luk 12:1-59 | Mengajar orang banyak |
Luk 13:1-9 | Kecuali jika engkau bertobat... |
Luk 13:10-17 | Seorang wanita cacat disembuhkan |
Luk 13:18-30 | Kerajaan Allah itu seperti... |
Luk 13:31-35 | Yerusalem dan para nabi |
Luk 14:1-24 | Makan malam bersama seorang Farisi |
Luk 14:25-35 | Harga yang harus dibayar untuk menjadi seorang murid |
Luk 15:1-32 | Tiga kisah tentang yang hilang |
Luk 6:1-31 | Ajaran tentang uang |
Luk 17:1-10 | Ajaran tentang pelayanan |
Luk 17:11-19 | Penyembuhan sepuluh orang kusta |
Luk 17:20-37 | Kedatangan Kerajaan Allah |
Luk 18:1-17 | Ajaran mengenai keadilan dan kerendahan hati |
Luk 18:18-34 | Yesus bertemu dengan seorang penguasa muda yang kaya-raya |
Luk 18:35-43 | Mata seorang pengemis dicelikkan |
Luk 19:1-10 | Yesus bertemu Zakheus |
Luk 19:11-27 | Perumpamaan tentang uang mina |
Luk 19:28-44 | Masuk ke Yerusalem |
[5] JURUSELAMAT DI YERUSALEM Luk 9:45-24:53
Luk 19:45-21:4 | Yesus mengajar di Bait Allah |
Luk 21:5-38 | Yesus berbicara mengenai akhir zaman |
Luk 22:1-38 | Perjamuan Malam Terakhir |
Luk 22:39-53 | Kejadian di taman Getsemani |
Luk 22:54-62 | Penyangkalan Petrus |
Luk 22:63-23:25 | Pengadilan atas Yesus |
Luk 23:26-56 | Penyaliban dan penguburan |
Luk 24:1-49 | Kebangkitan |
Luk 24:50-53 | Kenaikan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi