Teks -- Matius 18:1-11 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Mat 18:1 - SIAPAKAH YANG TERBESAR?
Nas : Mat 18:1
Lihat cat. --> Luk 22:24-30.
[atau ref. Luk 22:24-30]
Full Life: Mat 18:3 - JIKA KAMU TIDAK BERTOBAT.
Nas : Mat 18:3
Pertobatan atau perubahan yang dituntut oleh Yesus terdiri atas dua
bagian: berbalik sama sekali dari segala sesuatu yang berdosa, d...
Nas : Mat 18:3
Pertobatan atau perubahan yang dituntut oleh Yesus terdiri atas dua bagian: berbalik sama sekali dari segala sesuatu yang berdosa, dan berpaling kepada Allah serta melakukan perbuatan yang benar (yaitu, menghasilkan buah yang sepadan dengan pertobatan;
lihat cat. --> Mat 3:8).
[atau ref. Mat 3:8]
- 1) Pertobatan bukan sekedar suatu tindakan yang menunjukkan kesedihan
atau penyesalan, tetapi merupakan sikap hidup yang menyeluruh
(lihat cat. --> 2Kor 7:10).
[atau ref. 2Kor 7:10]
Hal ini perlu karena pada dasarnya kita mengikuti suatu cara hidup yang menjauh dari Allah dan menuju kematian kekal (Rom 1:18-32; Ef 2:2-3). Pertobatan adalah tanggapan manusia terhadap karunia keselamatan dari Allah, yang dikerjakan oleh kasih karunia dan kuasa Roh Kudus dan diterima oleh iman (Kis 11:18). - 2) Sebagai akibat dari hubungan kita yang baru dengan Allah, pertobatan membawa perubahan dalam hubungan antar sesama, kebiasaan, komitmen, kesenangan, dan seluruh pandangan hidup kita. Pertobatan merupakan bagian dari iman sejati yang menyelamatkan dan syarat mendasar untuk menerima keselamatan dan pengudusan (Kis 26:18).
Full Life: Mat 18:6 - BATU KILANGAN ... PADA LEHERNYA.
Nas : Mat 18:6
Ayat ini berarti bahwa siapa saja yang merusak kerohanian seorang
anak atau orang percaya yang masih polos akan membangkitkan murka ...
Nas : Mat 18:6
Ayat ini berarti bahwa siapa saja yang merusak kerohanian seorang anak atau orang percaya yang masih polos akan membangkitkan murka Kristus yang paling besar.
- 1) Para pendeta, pengajar, dan khususnya orang-tua harus secara khusus
memperhatikan perkataan Kristus ini. Tanggung jawab orang-tua ialah
mengajar anak-anak mereka dalam jalan Allah (lih. Ul 6:1-9; Ef 6:4;
1Tim 4:16;
lihat cat. --> Luk 1:17;
[atau ref. Luk 1:17]
lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANAK)
dan melindungi mereka dari pengaruh Iblis dan dunia (Tit 1:10-11; Tit 2:11-12; 1Yoh 2:15-17). - 2) Orang-tua Kristen sebaiknya tidak memperbolehkan anak mereka dipengaruhi oleh teman-teman yang tidak beriman. Mereka harus sangat berhati-hati mengenai pengaruh dunia yang dapat mempengaruhi pikiran dan hati anak mereka melalui pendidikan umum dan media hiburan (bd. Mazm 101:3; Ef 6:4; Kol 3:21).
Full Life: Mat 18:7 - CELAKALAH ORANG YANG MENGADAKANNYA.
Nas : Mat 18:7
Yesus mengingatkan bahwa orang yang ikut berperan dalam menyesatkan
orang lain, khususnya anak-anak akan menerima hukuman yang palin...
Nas : Mat 18:7
Yesus mengingatkan bahwa orang yang ikut berperan dalam menyesatkan orang lain, khususnya anak-anak akan menerima hukuman yang paling hebat (ayat Mat 18:2,5-7).
- 1) Menempatkan "hal-hal yang dapat menyebabkan orang berbuat dosa" di depan orang lain -- seperti hiburan duniawi, ajaran filsafat manusia, bacaan porno, narkotika, minuman keras, teladan yang jahat, ajaran sesat, dan teman-teman yang berdosa -- berarti bergabung dengan Iblis, si penggoda (bd. Mat 4:1; Kej 3:1-6; Yoh 8:44; Yak 1:12).
- 2) Orang saleh akan berusaha untuk membuang segala sesuatu yang dapat menjadi godaan dan menyebabkan orang berbuat dosa, dari kehidupan keluarga, rumah, gereja, dan diri sendiri (ayat Mat 18:7-9).
Full Life: Mat 18:10 - MALAIKAT.
Nas : Mat 18:10
Alkitab mengajarkan bahwa Allah sering memelihara umat-Nya melalui
malaikat. Malaikat ini sungguh-sungguh menaruh perhatian dan kas...
Nas : Mat 18:10
Alkitab mengajarkan bahwa Allah sering memelihara umat-Nya melalui malaikat. Malaikat ini sungguh-sungguh menaruh perhatian dan kasih terhadap anak-anak Tuhan (bd. Mazm 34:8; 91:11; Luk 15:10; 16:22; Ibr 1:14; Wahy 5:11-12;
lihat art. PARA MALAIKAT DAN MALAIKAT TUHAN).
Jerusalem: Mat 18:5 - seorang anak seperti ini Ialah seseorang yang kembali menjadi anak karena kesederhanaannya, bdk Mat 18:4.
Ialah seseorang yang kembali menjadi anak karena kesederhanaannya, bdk Mat 18:4.
Jerusalem: Mat 18:8 - menyesatkan engkau Harafiah: menjadi batu sandungan bagimu. Artinya menyebabkan orang berdosa, tersesat. Atas dasar kesamaan kata ini Mat 18:8-9 (sudah dipakai dalam Mat...
Harafiah: menjadi batu sandungan bagimu. Artinya menyebabkan orang berdosa, tersesat. Atas dasar kesamaan kata ini Mat 18:8-9 (sudah dipakai dalam Mat 5:29-30 juga) disisipkan di sini, meskipun kurang sesuai dengan konteks yang terganggu olehnya
Ialah hidup kekal.
Jerusalem: Mat 18:9 - api neraka Harafiah: gehenna (api). Ini sebuah ungkapan Ibrani, yakni: Gehinnom, nama sebuah ungkapan Ibrani, yakni: Gehinnom, nama sebuah lembah di dekat Yerusa...
Harafiah: gehenna (api). Ini sebuah ungkapan Ibrani, yakni: Gehinnom, nama sebuah ungkapan Ibrani, yakni: Gehinnom, nama sebuah lembah di dekat Yerusalem; dahulu lembah ini dicemarkan karena anak-anak dipersembahkan di sana sebagai korban, Ima 18:21. Karena itu kemudian nama itu menunjuk tempat terkutuk, di mana orang-orang jahat disiksa, jadi "neraka".
Jerusalem: Mat 18:10 - memandang wajah BapaKu Ini sebuah ungkapan alkitabiah mengenai hadirnya pegawai dan pejabat istana di hadapan rajanya, bdk 2Sa 14:24; 2Ra 25:19; Tob 12:15. Dalam ayat ini te...
jaitu kehidupan abadi.
Ende: Mat 18:10 - Senantiasa memandang wadjah BapaKu jang ada disurga Maksudnja: Selalu hidup
dihadirat Allah, erat berhubungan dengannja, dan seolah-olah bertugas
melaporkan segala kedjahatan jang dilakukan terhadap ana...
Maksudnja: Selalu hidup dihadirat Allah, erat berhubungan dengannja, dan seolah-olah bertugas melaporkan segala kedjahatan jang dilakukan terhadap anak-anak ketjil itu kepadaNja.
Ref. Silang FULL: Mat 18:3 - kecil ini // Kerajaan Sorga · kecil ini: Mat 19:14; 1Pet 2:2
· Kerajaan Sorga: Mat 3:2; Mat 3:2
Ref. Silang FULL: Mat 18:6 - barangsiapa menyesatkan // dalam laut · barangsiapa menyesatkan: Mat 5:29; Mat 5:29
· dalam laut: Mr 9:42; Luk 17:2
· yang mengadakannya: Luk 17:1
Ref. Silang FULL: Mat 18:9 - matamu menyesatkan // api neraka · matamu menyesatkan: Mat 5:29; Mat 5:29
· api neraka: Mat 5:22; Mat 5:22
Ref. Silang FULL: Mat 18:10 - Ada malaikat · Ada malaikat: Kej 48:16; Mazm 34:8; Kis 12:11,15; Ibr 1:14
· Ada malaikat: Kej 48:16; Mazm 34:8; Kis 12:11,15; Ibr 1:14
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 18:1-6; Mat 18:7-14
Matthew Henry: Mat 18:1-6 - Keutamaan mengenai Kerendahan Hati
Secara singkat, Injil adalah kumpulan-kumpulan catatan mengenai tindakan-tindakan dan ajaran-ajaran Yesus. Pada pasal sebelumnya kita membaca cata...
- Secara singkat, Injil adalah kumpulan-kumpulan catatan mengenai tindakan-tindakan dan ajaran-ajaran Yesus. Pada pasal sebelumnya kita membaca catatan mengenai tindakan-tindakan-Nya itu, sedangkan dalam pasal ini kita menemukan ajaran-ajaran-Nya yang kemungkinan disampaikan-Nya dalam beberapa kesempatan dan dalam waktu yang terpisah. Meskipun begitu, semuanya disatukan di sini, karena saling berkaitan. Kita temukan dalam pasal ini:
- I. Ajaran Yesus mengenai kerendahan hati (ay. 1-6).
- II. Kesesatan-kesesatan dosa secara umum (ay. 7), khususnya yang dilakukan oleh:
- . Diri kita terhadap diri kita sendiri (ay. 8-9).
- . Kita terhadap sesama kita (ay. 10-14).
- . Orang lain terhadap kita, yang terdiri atas dua macam, yaitu:
- (1) Dosa-dosa yang membawa kecemaran, sehingga harus ditegur (ay. 15-20).
- (2) Kesalahan-kesalahan pribadi, yang harus diampuni (ay. 21-35). Lihatlah, ajaran-ajaran Yesus selalu disertai dengan penerapan-penerapan yang nyata. Ia tidak hanya menyibak tabir mengenai hal-hal yang tersembunyi, tetapi juga mengenyahkan perbuatan-perbuatan yang terutama tidak berkenan bagi tubuh jasmani kita.
Keutamaan mengenai Kerendahan Hati (18:1-6)
- Tidak pernah ada teladan kerendahan hati dan guru yang sedemikian rendah hatinya seperti Kristus. Ia selalu memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengajarkan kerendahan hati kepada para murid dan pengikut-Nya serta mendorong mereka untuk melakukannya.
- I. Ajaran Yesus mengenai kerendahan hati di sini berawal dari adu pendapat yang tidak berguna di antara murid-murid-Nya mengenai siapa yang terbesar di antara mereka. Murid-murid Yesus datang kepada-Nya, sambil bertanya-tanya di antara mereka (karena mereka malu bertanya secara langsung kepada Yesus, Mrk. 9:34), "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Yang mereka maksudkan bukanlah siapa menurut tabiat (sehingga mereka dapat mengetahui apa sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan yang dituntut), tetapi siapa itu nama-nama orangnya. Mereka telah banyak menyimak dan memberikan kesaksian mengenai Kerajaan Sorga, Kerajaan Mesias, dan gereja-Nya di dunia ini, namun karena mereka belum mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai Kerajaan tersebut, mereka selalu mengimpi-impikannya sebagai sebuah kerajaan duniawi yang tampak megah dan hebat. Belum lama ini Yesus menubuatkan penderitaan-penderitaan yang akan dialami-Nya dan kemuliaan yang akan menyertai penderitaan-Nya itu, bahwa Ia akan dibangkitkan dari maut. Dari sinilah murid-murid berharap Kerajaan-Nya akan dimulai pada waktu itu. Sekarang mereka pikir sudah waktunya untuk menetapkan kedudukan mereka masing-masing di dalam kerajaan itu. Lebih dini lebih baik. Sudah beberapa kali ketika berbicara mengenai Kerajaan-Nya, perdebatan seperti ini juga terjadi (20:19-20; Luk. 22:22, 24). Yesus banyak berbicara mengenai penderitaan-penderitaan yang akan dialami-Nya, namun hanya sekali Ia berbicara mengenai kemuliaan-Nya. Akan tetapi, murid-murid-Nya selalu berkutat pada hal ini dan mengabaikan hal-hal yang lain. Bukannya bertanya mengenai bagaimana mereka dapat memperoleh anugerah dan kekuatan untuk dapat ikut mengambil bagian dalam penderitaan-Nya, mereka malah bertanya, "Siapa yang terbesar yang akan memerintah bersama-Nya." Perhatikanlah, banyak orang suka mendengar dan berbicara mengenai hak-hak istimewa dan kemuliaan Kerajaan Sorga, tetapi tidak bersedia untuk berusaha dan berkorban. Mereka menginginkan mahkota kerajaan, tetapi lupa akan kuk dan beban salib yang harus dipikul. Inilah yang ditunjukkan oleh murid-murid Yesus ketika mereka bertanya, "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
- . Murid-murid Yesus beranggapan bahwa semua yang mendapat tempat dalam Kerajaan Sorga adalah pribadi-pribadi yang besar, karena Kerajaan Sorga adalah Kerajaan para imam. Perhatikanlah, pribadi-pribadi yang sungguh-sungguh besar adalah mereka yang sungguh-sungguh baik. Pribadi-pribadi seperti inilah yang pada akhirnya akan diakui oleh Yesus, walaupun mereka dianggap sangat rendah dan tidak berharga di dunia.
- . Murid-murid Yesus beranggapan bahwa ada tingkatan-tingkatan tertentu dalam kebesaran seseorang. Semua orang kudus adalah pribadi-pribadi yang terhormat, tetapi tidak semuanya sama, Kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain. Tidak semua pejabat kerajaan dari Raja Daud sama menonjolnya, termasuk ketiga pejabatnya yang terbesar.
- . Murid-murid Yesus beranggapan bahwa beberapa dari antara mereka pasti akan diangkat oleh Yesus sebagai wakil-wakil raja dalam Kerajaan-Nya. Kepada siapa lagi Yesus Sang Raja akan memberikan kehormatan dalam Kerajaan-Nya, selain kepada mereka yang meninggalkan semua milik mereka untuk mengikuti-Nya, serta menjadi pengiring-pengiring-Nya yang sabar dan teguh dalam menghadapi cobaan?
- . Murid-murid Yesus selalu bertengkar mengenai hal tersebut. Masing-masing mempunyai tuntutannya sendiri-sendiri. Petrus selalu dipercaya menjadi juru bicara utama dan kepadanya telah diberikan kunci Kerajaan, sehingga ia berharap untuk dapat diangkat sebagai wakil atau penasihat utama dalam Kerajaan, dan dengan begitu menjadi yang terbesar. Yudas adalah pengurus keuangan, dan ia berharap dapat diangkat sebagai bendahara utama, sehingga dia akan menjadi yang terbesar walaupun sekarang ia dianggap yang terkecil. Simon dan Yudas memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan Kristus, sehingga mereka berharap untuk dapat diangkat sebagai pejabat-pejabat utama, sebagai pangeran karena hubungan darah. Yohanes adalah murid yang paling dikasihi oleh Yesus dan mendapat tempat yang khusus dalam hati-Nya, sehingga ia juga berharap agar dapat menjadi yang terbesar. Andreas adalah murid yang pertama kali dipanggil oleh Yesus, jadi mengapa bukan dia saja yang menjadi pilihan utama? Perhatikanlah, kita cenderung suka menghibur diri kita sendiri dengan khayalan-khayalan bodoh yang sama sekali tidak akan terbukti benar.
- II. Yesus dalam kejadian ini dengan tegas menegur pertanyaan tersebut: Siapakah yang terbesar? Kita melihat banyak bukti bahwa jika seandainya Kristus memang bermaksud untuk menjadikan Petrus dan para penggantinya untuk menjadi pemimpin gereja atau imam kepala-Nya di bumi, maka hal tersebut pasti sudah disampaikan oleh-Nya kepada murid-murid-Nya dalam berbagai kesempatan yang ada. Namun sebaliknya, sejauh ini jawaban yang diberikan-Nya justru melarang dan mengecam keinginan untuk menjadi yang terbesar itu. Yesus tidak akan memberikan kewenangan atau kedudukan yang tinggi seperti itu di dalam jemaat-Nya di mana pun. Mereka yang mengingini hal demikian adalah seorang perampok kekuasaan. Bukannya menempatkan salah satu dari murid-murid-Nya itu ke dalam kemuliaan ini, Yesus malah memperingatkan mereka untuk tidak mengejar hal tersebut.
- Kristus mengajari mereka untuk bersikap rendah hati:
- . Dengan menggunakan sebuah tanda (ay. 2), Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Kristus sering mengajar dengan memakai tanda-tanda atau hal-hal nyata yang bisa dirasakan (yang tampak pada mata), seperti yang dilakukan oleh nabi-nabi pada zaman dahulu. Perhatikanlah, ajaran mengenai kerendahan hati sangat sulit untuk dicerna sehingga diperlukan berbagai macam cara dan sarana untuk dipelajari. Oleh karena itu, sekali waktu bila melihat seorang anak kecil, pikirkanlah maksud pengajaran yang ingin disampaikan Kristus melalui anak kecil itu. Hal-hal nyata harus dimanfaatkan untuk mengajarkan hal-hal rohani. Yesus menempatkannya di tengah-tengah mereka, bukan agar mereka dapat bermain-main dengan anak kecil tersebut, namun agar mereka dapat memetik pelajaran darinya. Orang dewasa dan orang besar hendaknya tidak menganggap remeh keberadaan anak-anak kecil, apalagi sampai merendahkan mereka. Sebaliknya, berbincang-bincanglah atau ajarlah mereka, atau amatilah mereka dan tariklah pelajaran dari mereka. Kristus sendiri ketika masih kecil pernah berada di tengah-tengah alim ulama (Luk. 2:46).
- . Melalui tanda ini, Yesus ingin mengajar murid-murid-Nya dan kita semua mengenai:
- (1) Pentingnya kerendahan hati (ay. 3). Dia mendahului tanda ini dengan kata hikmat yang menuntut perhatian dan persetujuan kita, "Sesungguhnya Aku berkata, inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga."
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Apa yang dikehendaki dan dituntut oleh Kristus.
- Pertama, "Kamu harus bertobat, kamu harus berubah dalam akal budimu, dalam perilaku dan tabiatmu, pemikiranmu harus lain, baik mengenai dirimu sendiri maupun mengenai Kerajaan Sorga, jika kamu ingin mendapat tempat di dalamnya. Sifat angkuh, pengejaran akan keinginan yang berlebihan, dan haus akan kehormatan dan kekuasaan dalam dirimu harus dipertobatkan, dimatikan, dan diubahkan sepenuhnya, supaya kamu menjadi layak seutuhnya." Perhatikanlah, di samping pertobatan tahap pertama, yaitu dari sifat-sifat daging ke dalam sifat-sifat roh, masih ada pertobatan tahap selanjutnya, yaitu dari jalan-jalan sesat tertentu yang masih tertinggal, dan ini sama perlunya bagi keselamatan kita. Setiap langkah yang disesatkan oleh dosa harus ditebus dengan satu langkah kembali melalui pertobatan. Ketika Petrus bertobat karena menyangkali Gurunya, ia pun diubahkan.
- Kedua, kamu harus menjadi seperti anak kecil. Perhatikanlah, anugerah mengubah kita menjadi seperti seorang anak kecil, namun bukan menjadi kecil dalam pemikiran (1Kor. 14:20), atau mudah terombang-ambing (Ef. 4:14), atau pandai menarik perhatian (11:16), tetapi sebagai anak kecil, kita harus selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani (1Ptr. 2:2). Seperti anak kecil, kita harus menjalani hidup tanpa beban dan menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Bapa kita yang di sorga untuk mencukupkan segala sesuatunya bagi kita (6:31). Kita harus, seperti halnya anak kecil, polos dan cinta damai, bebas dari segala niat jahat (1Kor. 14:20), taat dan patuh (Gal. 4:2), dan yang terutama, kita harus rendah hati, tidak mencari pujian atau mengejar kekuasaan. Kita harus menjadi seorang anak bangsawan yang bisa bermain-main dengan anak pengemis (Rm. 12:16). Anak-anak yang berpakaian compang-camping akan bersyukur atas segala kecukupannya dan tidak akan merasa iri melihat anak yang memakai baju sutera. Anak-anak kecil tidak mempunyai keinginan besar untuk mengejar kedudukan tinggi. Mereka juga tidak berusaha untuk meninggikan diri di dunia ini. Mereka tidak mengejar hal-hal yang terlalu ajaib, sehingga kita juga harus meniru mereka dengan menenangkan dan mendiamkan jiwa kita (Mzm. 131:1-2). Seperti halnya anak-anak bertubuh kecil dan rendah (pendek), demikian juga kita harus menjadi kecil dan rendah dalam roh dan dalam pikiran mengenai diri kita. Inilah sifat yang akan menghasilkan tabiat-tabiat lain yang baik. Masa kanak-kanak adalah masa untuk belajar.
- [2] Apa yang ditekankan Kristus dengan hal ini. Tanpa ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Perhatikanlah, murid-murid Kristus perlu diperingatkan melalui ancaman, supaya mereka bisa gentar jika dianggap ketinggalan (Ibr. 4:1). Ketika murid-murid mengajukan pertanyaan tersebut (ay. 1), mereka merasa yakin bahwa mereka akan mendapat tempat dalam Kerajaan Sorga, tetapi Kristus menegur mereka supaya mereka sadar akan kesalahan mereka. Mereka terlalu mengharap-harapkan supaya menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Kristus berkata bahwa jika tabiat mereka tidak berubah menjadi lebih baik, maka mereka tidak akan pernah sampai ke sana. Perhatikanlah, banyak pemimpin-pemimpin jemaat terbukti tidak berbuat banyak, bahkan tidak berbuat apa-apa dalam gereja, sehingga mereka tidak mendapat bagian atau hak dalam perkara tersebut. Tuhan kita telah menunjukkan kepada kita di sini bahaya akan keangkuhan dan keinginan yang berlebihan akan kekuasaan, sehingga siapa pun yang membiarkan dosa-dosa ini mencemari diri mereka, tidak peduli seberapa baiknya pengakuan iman mereka, maka kemah suci dan bukit suci Allah akan tertutup bagi mereka. Keangkuhanlah yang telah melempar malaikat-malaikat berdosa keluar dari sorga, dan hal yang sama juga akan menjauhkah kita dari sorga jika kita tidak bertobat. Mereka yang ditinggikan oleh keangkuhan, akan kena hukuman Iblis. Untuk menghindari hal ini, kita harus menjadi seperti anak kecil, dan untuk itu, kita harus dilahirkan kembali dan mengenakan manusia baru, serta harus menjadi seperti Yesus, hamba yang kudus (KJV: "Yesus, anak kecil yang kudus"), sebagaimana Ia dipanggil bahkan setelah Ia naik ke sorga (Kis. 4:27).
- (2) Yesus menunjukkan kehormatan dan keuntungan yang menyertai kerendahan hati (ay. 4). Hal ini memberikan jawaban yang tegas dan tidak disangka-sangka oleh murid-murid-Nya. Mereka yang menunjukkan kerendahan hati seperti seorang anak kecil, walaupun diliputi rasa khawatir akan diejek sebagai orang yang tidak berhikmat, adalah mereka yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Perhatikanlah, orang Kristen yang sejati adalah mereka yang menunjukkan kerendahan hati. Merekalah yang sungguh serupa dengan Kristus dan akan mendapat tempat tertinggi menurut anugerah-Nya. Merekalah yang akan diserahi tugas untuk mewartakan kabar baik mengenai anugerah ilahi dan sangat layak melayani Allah di dunia ini dan menikmati kebersamaan dengan-Nya di dunia akan datang. Merekalah yang terbesar, karena Allah mencari orang-orang demikian di sorga dan di bumi. Merekalah yang pasti akan dihormati dan ditinggikan di dalam jemaat karena mereka rendah hati dan bisa menyangkali diri. Mereka layak mendapatkan Kerajaan Sorga, walaupun mereka tidak mengejar-ngejarnya.
- (3) Kristus menjaga pribadi-pribadi yang rendah hati. Ia mengawal jalan-jalan mereka, melindungi mereka, mendengarkan segala keluh-kesah mereka dan memastikan bahwa mereka diperlakukan dengan adil.
- Mereka yang merendahkan hatinya biasanya akan takut terhadap:
- [1] Mereka takut akan dikucilkan (ay. 5). Namun Yesus berkata, "Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Jika kita mengasihi salah satu dari hamba-hamba-Nya yang kecil, kita telah melakukannya untuk Kristus sendiri. Mereka yang dalam nama Kristus menerima dan menguatkan hamba-Nya yang kecil dan dengan rendah hati menjaga perasaannya, menerima dia dalam kasih dan persahabatan serta persekutuan, dan peduli terhadapnya serta berbuat baik bagi dia, berarti telah melayani Kristus sendiri. Mereka melakukan ini demi Dia, karena mereka menyandang citra Kristus, dan karena Dia sendiri telah menerima mereka lebih dulu. Perbuatan seperti ini akan diterima dan diperhitungkan sebagai suatu bentuk rasa hormat kepada Kristus. Perhatikanlah, walaupun kita melakukan hal-hal tersebut bagi salah satu dari hamba-hamba-Nya yang kecil saja, Kristus tetap berkenan terhadap perbuatan kita itu. Perhatikanlah, dengan kasih-Nya yang lembut Kristus memperhatikan jemaat-Nya, dan ini berlaku bagi setiap anggota di dalamnya, bahkan kepada mereka yang dianggap paling kecil. Kasih-Nya tidak hanya akan diberikan untuk setiap keluarga, tetapi juga untuk setiap anak dalam keluarga tersebut. Semakin kita mengasihi hamba-hamba yang kecil, semakin kita menunjukkan kesungguhan hati kita untuk melayani Kristus. Sebaliknya, semakin kita kurang peduli terhadap hamba-Nya yang kecil, semakin kita telah mencela-Nya, dan Ia akan memperhitungkannya demikian juga. Jika Kristus benar-benar ada di tengah-tengah kita, maka kita tidak akan pernah cukup dalam melayani-Nya, karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan mereka adalah orang-orang yang selalu berharap pada kebaikan-Nya (25:35-40).
- [2] Mereka takut akan dianiaya. Orang fasik suka menindas mereka yang rendah hati, vexat censura columbas -- orang yang cinta damai akan terus dikecam. Kristus memberi suatu peringatan (ay. 6), agar kita semua tidak menyakiti satu pun dari hamba-hamba-Nya yang kecil karena kita akan membayar akibat dari perbuatan kita dengan kebinasaan. Firman ini mengawal hamba-hamba-Nya yang kecil itu seperti dinding-dinding api di sekeliling mereka. Orang yang mengusik mereka seperti mengusik biji mata Allah.
- Perhatikanlah:
- Pertama, kefasikan yang dimaksud adalah menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada Kristus. Mereka yang beriman kepada Kristus, walaupun dianggap kecil, sudah bersatu dengan Dia, dan Dia peduli dengan kepentingan mereka. Ketika mereka mengambil bagian dalam penderitaan-Nya, maka Ia juga mengambil bagian dalam penderitaan mereka. Bahkan hamba-hamba terkecil yang beriman akan mendapat hak-hak istimewa yang sama dengan hamba-hamba-Nya yang besar, karena mereka semua telah memperoleh karunia iman yang sama mulianya. Ada orang-orang fasik yang mencoba untuk menyesatkan hamba-hamba yang kecil ini dengan menggoda mereka ke dalam perbuatan dosa (1Kor. 8:10-11), menganiaya dan menyesatkan jiwa-jiwa mereka yang benar, mengecilkan hati mereka, memanfaatkan kelembutan hati mereka untuk mencelakakan diri mereka, keluarga, harta benda, atau nama baik mereka. Jadi, begitulah orang-orang benar sering kali menghadapi perlakuan paling buruk dalam dunia ini.
- Kedua, hukuman atas kejahatan ini, seperti yang tersirat dalam perkataan, lebih baik jika mereka ditenggelamkan ke laut yang paling dalam. Dosa ini sangat besar dan kebinasaan yang diakibatkannya juga sangat hebat, sehingga mereka yang melakukannya layak mendapat hukuman terberat yang dapat membunuh tubuh mereka, sebagai pelaku kejahatan yang paling bejat.
- Perhatikanlah:
- . Neraka itu jauh lebih buruk daripada laut yang dalam, karena tempat itu seperti lubang tanpa dasar dengan lautan api yang menyala-nyala. Laut yang dalam hanya akan membunuh, tetapi neraka menyiksa. Kita tahu ada orang yang masih bisa merasa lega ketika berada di kedalaman laut, yaitu Yunus (Yun. 2:2, 4, 9), namun di neraka tidak akan ada kelegaan atau kenyamanan setitik pun, bahkan hingga selama-lamanya.
- . Kemurkaan yang pasti dan tak terhindari dari Sang Hakim Agung akan mengikat dengan lebih kuat dan menenggelamkan dengan lebih cepat daripada batu kilangan yang digantungkan di leher. Mereka akan dilemparkan ke dalam jurang yang tidak dapat diseberangi (Luk. 16:26). Penyesatan yang dilakukan terhadap hamba-hamba Kristus yang kecil, walaupun karena lalai, akan mendapat hukuman yang mengerikan tersebut, Enyahlah kamu orang-orang terkutuk. Inilah kebinasaan yang pada akhirnya akan menjadi bagian para penganiaya yang suka membangga-banggakan diri itu.
Matthew Henry: Mat 18:7-14 - Peringatan terhadap Penyesatan Peringatan terhadap Penyesatan (18:7-14)
Pada bagian ini, Juruselamat kita berbicara mengenai tindakan penyesatan atau kecemaran:
I. Secara umu...
Peringatan terhadap Penyesatan (18:7-14)
- Pada bagian ini, Juruselamat kita berbicara mengenai tindakan penyesatan atau kecemaran:
- I. Secara umum (ay. 7). Setelah memperingatkan kita untuk jangan sampai menyesatkan anak-anak kecil, Ia kemudian menjelaskan tindakan-tindakan penyesatan secara lebih umum. Penyesatan-penyesatan yang dimaksudkan di sini adalah:
- . Godaan-godaan dan hasrat-hasrat duniawi yang membawa kecemaran sehingga menyesatkan manusia dari kebaikan ke dalam kejahatan.
- . Perbuatan-perbuatan yang menyengsarakan jiwa orang-orang yang benar. Sekarang, mengenai penyesatan, Kristus mengajar murid-murid-Nya bahwa:
- (1) Hal-hal yang demikian memang ada; penyesatan harus ada. Ketika kita mengetahui dengan pasti bahwa sedang ada bahaya, kita akan lebih mawas diri. Bukan berarti bahwa Kristus menyuruh kita melakukan penyesatan, tetapi ini merupakan perkiraan yang dibuat-Nya berdasarkan alasan-alasan tertentu. Mengingat adanya tipu daya dan kelicikan Iblis, kelemahan dan kebejatan hati manusia serta kebebalan mereka, secara moral tidak mungkin penyesatan tidak terjadi. Allah telah memutuskan untuk membiarkan penyesatan-penyesatan demi maksud-maksud yang bijak dan suci, supaya akan menjadi nyata siapa hamba-hamba-Nya yang benar dan yang sesat (1Kor. 11:19; Dan. 11:35). Kita hendaknya selalu waspada karena Yesus telah memperingatkan jauh-jauh hari sebelumnya bahwa akan tiba saatnya ketika penghujat, penggoda, penganiaya dan pelaku kefasikan lain akan muncul (Mat. 24:24; Kis. 20:29-30).
- (2) Akan datang banyak celaka yang membawa kebinasaan.
- Inilah dua celaka yang disebabkan oleh penyesatan-penyesatan tersebut:
- [1] Celakalah mereka yang lalai dan tidak mawas diri ketika penyesatan itu datang. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya. Tantangan-tantangan dan cobaan-cobaan terhadap iman dan kekudusan di segala tempat akan membawa celaka dan bencana bagi umat manusia dan mendatangkan kebinasaan bagi ribuan orang. Dunia sekarang ini adalah dunia yang jahat, penuh dengan penyesatan, dosa, perangkap, dan dukacita. Dunia sekarang ini seperti sebuah jalan berbahaya yang tengah kita lalui, penuh dengan batu-batu sandungan, lereng-lereng yang curam, dan petunjuk-petunjuk yang menyesatkan. Celakalah dunia ini! Akan tetapi, orang-orang yang telah dipilih dan dipanggil keluar serta dibebaskan dari dunia ini oleh Allah, mereka akan dipelihara oleh kuasa-Nya, sehingga mereka akan terhindar dari godaan-godaan yang menyesatkan dan akan dituntun untuk melewati semua batu sandungan itu. Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka (Mzm. 119:165).
- [2] Celakalah orang fasik yang sengaja melakukan penyesatan. Celakalah orang yang mengadakannya. Walaupun haruslah demikian, bahwa penyesatan itu akan datang juga; namun bagi orang-orang yang mengadakannya, tidak akan ada pengampunan. Perhatikanlah, walaupun Allah menggunakan dosa-dosa para pendosa untuk maksud-Nya, mereka yang mengadakannya tidak akan lolos dari murka-Nya. Hukuman yang lebih besar akan ditimpakan kepada mereka yang mengadakan penyesatan, walaupun mereka juga menjadi korban dari penyesatan yang dilakukan oleh orang lain. Perhatikanlah, mereka yang dengan cara apa saja menghalangi keselamatan orang lain akan mendapat penghukuman yang lebih berat lagi, seperti Yerobeam, yang berdosa dan mengakibatkan orang Israel berdosa pula. Celaka ini juga menjadi landasan keadilan dalam hukum Taurat (Kel. 21:33, 21:34-22:6), bahwa mereka yang menggali lubang dan memicu api harus menanggung segala akibat kerusakan yang ditimbulkannya. Generasi yang anti-Kristus, yang membuat penyesatan besar terjadi melalui mereka, akan tertimpa celaka ini, karena mereka terus-menerus tidak mau percaya (2Tes. 2:11-12) dan menganiaya orang-orang kudus (Why. 17:1-2, 6). Allah Yang Mahabenar akan berurusan dengan orang-orang yang menghancurkan kepentingan keselamatan jiwa-jiwa berharga milik-Nya. Ia juga akan menangani mereka yang menghalangi pekerjaan orang-orang kudus yang mulia itu di dunia ini, karena berharga di mata Tuhan jiwa dan darah orang-orang kudus. Karena itu, manusia akan diadili bukan saja atas segala perbuatan mereka, melainkan juga atas buah dari segala perbuatan mereka itu, yaitu kejahatan yang diperbuat mereka.
- II. Secara khusus, Kristus di sini berbicara mengenai penyesatan yang dilakukan:
- . Oleh kita kepada diri kita sendiri, yang diumpamakan dengan tangan dan kaki yang harus dipenggal karena menyesatkan kita (ay. 8-9). Kristus pernah menyinggung hal ini sebelumnya, di mana Ia secara khusus mengacu kepada dosa-dosa terhadap perintah yang ketujuh dari Sepuluh Perintah (5:29-30), namun di sini Ia berbicara secara lebih umum. Perhatikanlah, perkataan-perkataan Kristus yang keras itu, yang tidak mengenakkan bagi tubuh dan darah, perlu diulangi terus-menerus supaya kita semakin memahaminya.
- Sekarang, perhatikanlah:
- (1) Apa yang dituntut di sini. Kita harus menyingkirkan mata, atau tangan, atau kaki, atau apa pun yang sangat berharga bagi kita jika hal-hal tersebut terbukti menyesatkan kita ke dalam dosa.
- Perhatikanlah:
- [1] Godaan untuk melakukan dosa umumnya berasal dari diri kita sendiri, seperti halnya mata atau tangan kita sendirilah yang menyesatkan kita ke dalam dosa. Walaupun kita tidak disesatkan oleh Iblis, sering kali kita disesatkan oleh nafsu-nafsu duniawi kita sendiri. Begitulah, tubuh kita yang pada hakikatnya baik dan seharusnya digunakan sebagai alat-alat yang baik, sering kali justru terbukti menjadi jerat bagi kita karena kejahatan hati kita, dan menyebabkan kita selalu ingin berbuat dosa dan menghalangi kita berbuat baik.
- [2] Oleh karena itu, jika kita ingin sungguh-sungguh taat terhadap perintah Allah, maka kita harus menyingkirkan hal-hal yang dapat menjerat kita ke dalam dosa.
- Pertama, hawa nafsu dalam diri kita harus dimatikan walaupun hal itu sangat berharga seperti mata atau tangan kita. Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya harus disalibkan (Gal. 5:24). Tubuh dosa kita harus dihilangkan kuasanya, segala kecenderungan dan keinginan hati yang jahat harus dihentikan dan disalibkan, dan hawa nafsu tercinta yang dikulum bagaikan manisan harus dihentikan sebagai suatu kejijikan.
- Kedua, godaan-godaan duniawi yang menyesatkan harus dihindari meskipun hal itu berarti bahwa kita harus menyakiti tubuh kita sendiri seperti memenggal tangan atau mencungkil mata kita. Pemotongan tangan yang tepat dalam menghindari godaan dosa adalah seperti Abraham yang meninggalkan negeri tempat kelahirannya karena takut terjerat pemujaan berhala, atau Musa yang meninggalkan istana Firaun karena takut akan jatuh ke dalam godaan kenikmatan daging. Kita harus rela memotong tangan kita agar jiwa kita tidak tercemar.
- (2) Dasar yang melandasi tuntutan ini. Lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Alasan ini memakai keadaan yang akan terjadi kelak, yakni mengenai sorga dan neraka, supaya kita menjauhkan diri dari dosa. Alasan yang sama juga dipakai oleh Rasul Paulus (Rm. 8:13).
- [1] Sebab jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; dengan tubuh yang utuh dan tidak bercacat, dengan nafsu-nafsu yang tidak pernah terpuaskan seperti Adonia, kita akan dicampakkan ke dalam api kekal.
- [2] Namun, jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup, tetapi hal itu berarti bahwa masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang karena bagian tubuh yang menyesatkan akan dipotong, karena lebih baik jika hal itu dilakukan selagi kita masih hidup di dunia ini. Jika tangan kanan seseorang dipotong dan mata kanannya dicungkil, kekuatan utamanya memang dipatahkan, dan itu baik. Akan tetapi, masih ada mata dan tangan yang lain, yang masih bergumul dengan dosa. Mereka yang menjadi milik Kristus telah menyalibkan daging pada salib, tetapi daging itu sendiri belumlah mati. Daging itu memang masih hidup, tetapi kekuasaannya sudah dicabut (Dan. 7:12), dan luka-luka yang diakibatkannya tidak akan sembuh.
- . Sesuai dengan firman-Nya, kita harus selalu waspada agar kita jangan sampai menjadi sumber kesesatan bagi orang lain, terutama hamba-hamba Kristus yang kecil (ay. 6).
- Perhatikanlah:
- (1) Peringatan yang diberikan Yesus kepada murid-murid-Nya di sini, Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Kristus membenci orang-orang yang memusuhi dan melakukan kejahatan kepada jemaat-Nya serta memperlakukan jemaat-Nya, terutama anggota-anggota jemaat yang paling kecil. Demikian halnya, Ia juga tidak berkenan dengan anggota-anggota jemaat yang besar, jika mereka memandang rendah mereka yang kecil. "Kalian yang selalu bertengkar untuk menjadi yang terbesar, waspadalah agar jangan sampai dalam pertengkaranmu itu kalian merendahkan orang (anak) yang kecil ini." Anak-anak kecil di sini dapat dipahami secara harfiah sebagai anak-anak kecil yang Yesus bicarakan dalam ayat 2 dan 4. Anak-anak dari jemaat yang percaya juga merupakan bagian dari keluarga besar-Nya sehingga mereka tidak boleh direndahkan. Secara kiasan, anak-anak kecil yang dimaksudkan di sini adalah orang-orang percaya yang lemah, jiwa mereka masih kecil seperti seorang anak, seperti anak-anak domba dalam kawanan yang digembalakan Kristus.
- [1] Kita tidak boleh merendahkan orang-orang percaya yang kecil, tidak boleh berpikiran picik terhadap mereka, seperti anak domba yang hina (Ayb. 12:5). Kita tidak boleh mengejek kelemahan-kelemahan mereka, memandang rendah mereka, menjauhi atau acuh tak acuh terhadap mereka dan berkata, "Apa urusan kita jika mereka dianiaya, menderita, dan tersandung?" Begitu juga kita tidak dibenarkan melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyesatkan atau membingungkan orang-orang percaya yang kecil ini. Hal inilah yang diperingatkan kepada kita untuk berhati-hati (Rm. 14:3, 10, 15, 20, 21). Kita tidak boleh mempermainkan perasaan dan hati nurani mereka atau membuat mereka menjadi sasaran olok-olok seperti orang-orang yang mengatakan sujudlah supaya kami dapat melangkahi engkau. Pribadi-pribadi yang terhormat adalah mereka yang bertindak dengan bijak sesuai dengan hati nurani.
- [2] Kita harus waspada agar kita tidak merendahkan hamba-hamba-Nya yang kecil. Kita harus takut terhadap dosa tersebut, dengan selalu menjaga setiap ucapan dan tindakan kita agar jangan sampai kita menyesatkan mereka atau merendahkan mereka tanpa kita sadari. Ada orang-orang yang membenci dan mengusir hamba-hamba-Nya yang kecil itu, namun tetap berkata, "Dimuliakanlah nama Tuhan." Kita hendaknya gentar terhadap hukuman atas hal tersebut, "Waspadalah agar kamu jangan sampai merendahkan hamba-hamba-Ku yang kecil, karena kamu akan menanggung akibatnya."
- (2) Alasan-alasan mengapa kita harus waspada dan jangan sampai merendahkan anak-anak Allah yang kecil adalah karena mereka sangat berharga di mata Allah. Dunia tidak boleh merendahkan mereka yang dihargai di sorga. Kita harus menghargai mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah. Untuk membuktikan bahwa anak-anak-Nya yang kecil, namun beriman kepada Yesus, patut dihormati, pikirkanlah:
- [1] Malaikat Allah diperintahkan untuk menjaga anak-anak-Nya yang kecil. Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. Ini dikatakan oleh Kristus, dan kita boleh percaya akan perkataan-Nya, karena Dia datang dari sorga untuk memberitahukan kepada kita apa yang dilakukan di dunia malaikat di sana. Ada dua hal yang disampaikan Yesus mengenai para malaikat di sini:
- Pertama, malaikat-malaikat Allah adalah malaikat-malaikat pelindung dari anak-anak-Nya yang kecil. Malaikat-malaikat Allah adalah malaikat mereka juga, karena sesungguhnya segala yang menjadi milik Allah adalah juga milik kita, jika kita menjadi milik Kristus (1Kor. 3:22). Malaikat-malaikat Allah adalah milik orang-orang percaya, karena para malaikat itu ditugaskan untuk menjaga keselamatan mereka, menjaga tenda-tenda mereka dan melindungi mereka (Ibr. 1:14). Sebagian orang berpikir bahwa setiap orang kudus mempunyai malaikat pelindung. Tetapi, kita tidak perlu menduga-duga hal ini, karena kita yakin bahwa setiap orang kudus pasti akan selalu dilindungi oleh malaikat-malaikat Allah. Hal ini secara khusus terjadi dengan anak-anak-Nya yang kecil, karena merekalah yang paling lemah dan sering direndahkan. Walaupun tidak banyak yang mereka miliki di dunia ini, mereka dapat selalu berharap dalam iman kepada para penghuni sorga dan menganggap mereka sebagai milik mereka sendiri. Jika orang-orang besar di dunia berlindung pada orang-orang terhormat, maka anak-anak yang kecil ini dapat berlindung pada malaikat-malaikat sorga yang agung. Malaikat-malaikat ini tidak hanya akan menunjukkan kebesaran mereka, namun juga akan membawa kebinasaan bagi mereka yang merendahkan dan menganiaya anak-anak yang kecil ini. Celakalah mereka yang memusuhi orang-orang yang dilindungi oleh malaikat Allah, dan berbahagialah kita yang memiliki Allah sebagai pelindung, sehingga malaikat-malaikat-Nya juga menjadi milik kita.
- Kedua, malaikat-malaikat selalu memandang wajah Bapa-Ku di sorga.
- Hal ini menggambarkan:
- . Rasa hormat dan kesetiaan yang tiada akhir dari malaikat-malaikat kepada Allah. Sukacita sorgawi terpancar ketika mereka menatap Allah, ketika mereka melihat Dia muka dengan muka. Mereka memandang keindahan-Nya. Tiada henti-hentinya mereka menatap Dia. Bahkan saat melayani kita di bumi pun, mereka tetap memandang wajah Allah di sorga dengan penuh hikmat, karena mereka penuh dengan mata. Ketika malaikat Gabriel berbicara dengan Zakharia, ia tetap berdiri di hadirat Allah (Why. 4:8; Luk. 1:19). Gambaran ini menunjukkan, seperti anggapan sebagian orang, keagungan dan kebesaran malaikat-malaikat milik anak-anak-Nya yang kecil. Kalau para perdana menteri mendapat hak istimewa untuk selalu memandang wajah raja (Est. 1:14), maka para malaikat perkasa mendapat tugas mengawal orang-orang kudus yang terlemah.
- . Hal ini menunjukkan kesetiaan malaikat-malaikat Allah untuk selalu melayani orang-orang kudus-Nya. Mereka ini selalu memandang wajah Allah untuk menantikan penugasan dari-Nya untuk menjaga orang-orang kudus-Nya. Seperti halnya mata seorang hamba yang selalu memandang kepada tangan tuannya, siap datang dan pergi melakukan perintah tuannya itu, demikian pula mata para malaikat selalu memandang kepada wajah Allah, menantikan perintah yang menjadi kehendak-Nya. Para pembawa pesan bersayap ini dengan cepat terbang menunaikan tugas mereka. Mereka terbang ke sana ke mari seperti kilat (Yeh. 1:14). Jika kita ingin memandang wajah Allah dalam kemuliaan-Nya di kehidupan yang akan datang seperti yang dilakukan para malaikat (Luk. 20:36), maka kita harus memandang wajah-Nya mulai dari sekarang, dengan selalu siap melaksanakan perintah-perintah-Nya, seperti halnya para malaikat (Kis. 9:6).
- [2] Rencana Yesus yang penuh anugerah terhadap anak-anak-Nya yang kecil (ay. 11), Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.
- Inilah alasan:
- Pertama, mengapa malaikat Allah ditugaskan untuk menjaga dan melindungi anak-anak-Nya yang kecil. Hal ini adalah bagian dari rencana Yesus untuk menyelamatkan mereka. Perhatikanlah, penugasan para malaikat dilakukan melalui perantaraan Yesus, karena hanya melalui Dialah malaikat-malaikat dipersatukan dengan kita. Ketika para malaikat merayakan kehendak baik Allah terhadap manusia, mereka juga mengambil bagian dalam sukacita di dalamnya.
- Kedua, anak-anak-Nya yang kecil tidak boleh direndahkan karena Yesus datang untuk menyelamatkan mereka, menyelamatkan mereka yang sesat, yaitu anak-anak kecil yang tersesat di jalan mereka sendiri (Yes. 66:2), atau lebih tepat lagi, anak-anak manusia.
- Perhatikanlah:
- . Kita pada dasarnya adalah jiwa-jiwa yang tersesat, seperti seorang pengelana yang kehilangan arahnya atau seorang penjahat yang dipenjarakan karena sesat. Allah kehilangan pelayanan dari orang-orang yang tersesat, serta penyembahan yang seharusnya Ia terima dari mereka.
- . Tugas Kristus datang ke dunia adalah untuk menyelamatkan mereka yang tersesat, memulihkan ketaatan kita, mengembalikan kegairahan kita dalam melakukan pekerjaan Allah, memulihkan hak-hak istimewa kita, mengembalikan kita ke jalan yang benar menuju hidup kekal, serta menyelamatkan jiwa-jiwa supaya tidak tersesat secara rohani untuk selama-lamanya.
- . Ini adalah alasan mengapa orang-orang percaya yang paling kecil dan lemah tidak boleh direndahkan dan dianiaya. Jika Kristus sendiri sangat menghargai mereka, maka kita juga tidak boleh merendahkan mereka. Jika Kristus sendiri mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan anak-anak-Nya yang kecil, maka kita juga harus berusaha untuk memberikan penguatan dan penghiburan kepada mereka. Lihatlah bagaimana maksud ini kembali ditegaskan (Rm. 14:15; 1Kor. 8:11-12). Begitulah, jika Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang tersesat dan mencurahkan seluruh hati-Nya pada pekerjaan tersebut, maka Ia akan sangat murka kepada mereka yang mencoba menghalangi dan menggagalkan rencana besar-Nya dengan menghalang-halangi jalan orang-orang yang sedang mengarahkan pandangannya ke sorga.
- [3] Perhatian lembut Bapa di sorga terhadap anak-anak-Nya yang kecil dan kepedulian-Nya terhadap keselamatan mereka. Hal ini digambarkan dalam suatu perbandingan (ay. 12-14). Amatilah bagaimana pernyataannya ditegaskan secara bertingkat: Malaikat Tuhan adalah pelayan mereka, Anak Allah adalah penyelamat mereka, dan untuk melengkapi kehormatan mereka, Allah sendiri adalah sahabat mereka. Tidak ada seorang pun yang boleh merebut mereka dari tangan Bapa-Ku (Yoh. 10:28).
- Pertama, kita lihat perumpamaan yang digunakan di sini (ay. 12-13). Seorang gembala yang kehilangan satu dari seratus ekor dombanya tidak akan tinggal diam, sebaliknya, dengan gigih ia akan mencarinya, dan ia akan sangat bersukacita ketika menemukannya. Sesungguhnya, kasihnya kepada seekor yang tersesat itu lebih besar daripada kepada kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak tersesat. Rasa takut akan kehilangan domba yang satu itu dan kejutan ketika menemukannya kembali, membuat dia sangat bersuka hati.
- Hal ini dapat diterapkan pada:
- . Keadaan manusia yang telah terjatuh ke dalam dosa secara umum. Kita seperti seekor domba yang tersesat. Malaikat-malaikat yang tidak terjatuh dalam dosa adalah seperti sembilan puluh sembilan domba lain yang tidak pernah tersesat. Kristus akan mencari orang-orang yang tersesat sampai ke atas gunung-gunung dan tetap mendaki untuk mencarinya walaupun sangat lelah. Ketika sudah ditemukan, Kristus akan sangat bersukacita. Akan ada lebih banyak sukacita di sorga untuk pendosa yang bertobat daripada malaikat-malaikat yang tidak pernah tersesat.
- . Orang-orang yang percaya, yang akan jatuh oleh batu sandungan yang diletakkan di tengah-tengah jalan oleh kelicikan orang-orang yang menyesatkan mereka dari jalan yang benar. Meskipun hanya satu dari seratus domba yang tersesat (karena domba sering kali mudah tersesat), namun satu yang tersesat itu akan dicari dengan segala upaya, dan akan ada kesukaan besar ketika yang tersesat itu sudah ditemukan. Oleh karena itu, orang yang menyebabkan kesesatan itu pasti akan mendapat penghukuman yang hebat. Jika ada sukacita di sorga atas kembalinya salah satu dari hamba-hamba yang kecil ini, maka juga akan ada murka di sorga terhadap orang-orang fasik yang menyesatkan mereka. Perhatikanlah, kasih dan perhatian Allah tidak hanya akan diberikan kepada kawanan domba-Nya secara umum, namun juga kepada setiap domba dan anak domba yang terhitung dalam kawanan tersebut. Walaupun jumlahnya banyak, Ia sangat cepat merasa rindu dengan setiap dari mereka, karena Ia adalah Sang Gembala Agung, namun juga, tidaklah mudah bagi seekor dari mereka untuk hilang, karena Ia adalah Sang Gembala yang Baik. Ia sangat mengenal kawanan domba-Nya lebih dari siapa pun juga, karena Ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya (Yoh. 10:3). Lihatlah gambaran lengkap perumpamaan ini dalam Yehezkiel 34:2, 10, 16, 19.
- Kedua, inti dari perumpamaan ini (ay. 14) adalah bahwa Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang. Lebih banyak yang tersirat daripada yang tersurat. Bukan keinginan Allah bahwa satu pun dari domba-domba-Nya akan binasa, namun:
- . Adalah kehendak-Nya bahwa anak-anak-Nya yang kecil ini akan selamat karena hal ini adalah bagian dari rencana dan sukacita-Nya. Allah telah merencanakan dan mencurahkan perhatian-Nya dan pasti akan melaksanakannya. Adalah kehendak perintah-Nya agar kita semua melakukan semampu kita untuk menunjang maksud-Nya ini dan tidak menghalang-halanginya.
- . Perhatian-Nya mencakup setiap anggota dalam kawaan tersebut, bahkan yang terhina sekali pun. Kita sering berpikir, bukanlah masalah yang besar jika hanya satu atau dua domba tersesat atau terperangkap. Itu tidak menjadi masalah. Namun, kasih dan perhatian Allah melampaui pikiran kita.
- . Di sini tersirat bahwa mereka yang menyesatkan anak-anak-Nya yang kecil ini ke dalam kebinasaan telah menentang kehendak Allah dan telah membangkitkan murka-Nya, sehingga walaupun mereka jatuh ke dalam kebinasaan, hukuman akan diperhitungkan kepada mereka yang menyebabkannya, karena Ia adalah Allah yang cemburu dan tidak rela jika kemuliaan-Nya diinjak-injak (Yes. 3:15). Mengapa kamu menyiksa umat-Ku dan menganiaya orang-orang yang tertindas? (Mzm. 76:9-10).
- Perhatikanlah, Kristus memanggil Allah (ay. 19) sebagai Bapa-Ku yang di sorga dan Bapamu yang di sorga (ay. 14). Hal ini menyiratkan bahwa Ia tidak merasa malu untuk menyebut murid-murid-Nya yang miskin sebagai saudara-saudara-Nya, karena bukankah Ia dan mereka mempunyai satu Bapa? Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu (Yoh. 20:17). Oleh karena itu, apa yang menjadi milik kita adalah karena itu telah menjadi milik-Nya. Hal ini memberikan dasar jaminan keselamatan bagi anak-anak-Nya yang kecil, karena Bapa di sorga adalah juga Bapa mereka, dan oleh karena itu, Ia akan selalu ada untuk melindungi mereka. Seorang ayah akan menjaga semua anak-anaknya, tetapi terutama ia sangat lembut terhadap yang kecil (Kej. 33:13). Allah adalah Bapa yang berdiam di sorga bagi hamba-hamba-Nya yang kecil. Ia berdiam di tempat yang mahatinggi, sehingga Ia bisa melihat segala penderitaan yang menimpa mereka. Ia berdiam di tempat yang mahakuasa, sehingga Ia bisa mengadakan pembalasan atas nama mereka. Ini adalah sumber sukacita bagi anak-anak-Nya yang kecil, karena Allah adalah Saksi (Ayb. 16:19) dan Pelindung mereka di sorga (Mzm. 68:6).
SH: Mat 17:24--18:5 - Mengikuti aturan. (Rabu, 18 Maret 1998) Mengikuti aturan.
Untuk pemeliharaan Bait Allah, diatur pemungutan bea: dua dirham tiap orang. Sebenarnya sebagai Putra Allah, Dialah pemilik sah Bai...
Mengikuti aturan.
Untuk pemeliharaan Bait Allah, diatur pemungutan bea: dua dirham tiap orang. Sebenarnya sebagai Putra Allah, Dialah pemilik sah Bait Allah. Ia tidak perlu membayar bea. Namun agar tidak menjadi batu sandungan, melalui mukjizat, Yesus membayar bea. Sebenarnya tak ada keharusan di pihak Yesus untuk berkorban bagi manusia, namun Ia melakukan itu juga demi kepentingan orang-orang yang dikasihi-Nya.
Besar menurut Yesus. Rupanya para murid mengikut Yesus tidak dengan motivasi murni. Mereka menduga bahwa suatu saat kelak, Yesus akan menjadi Mesias politis yang menjanjikan kekuasaan. Ambisi menjadi besar begitu menguasai pikiran mereka. Menurut Yesus menjadi besar dalam Kerajaan-Nya berarti bersedia menjadi kecil, mengakui ketakberdayaan, bertobat dari dosa dan hidup yang bersumber dari ambisi dan keinginan pribadi. Semua orang percaya adalah yang menjalani panggilan hidup menjadi kecil, menjadi hamba, dan menyangkal diri.
Renungkan: Menjadi anggota Kerajaan Allah adalah sukacita besar bagi setiap umat Tuhan. Hanya mereka yang sadar akan kekecilan dirinya, namun percaya dan mengandalkan Allah yang akan menjadi besar dalam kerajaan-Nya!
SH: Mat 18:1-11 - Standar dunia tidak berlaku (Selasa, 20 Februari 2001) Standar dunia tidak berlaku
Persaingan menjadi yang
terbesar sudah merupakan iklim dunia, apalagi di
negara yang sedang berkembang. Kecenderungan
...
Standar dunia tidak berlaku
Persaingan menjadi yang terbesar sudah merupakan iklim dunia, apalagi di negara yang sedang berkembang. Kecenderungan manusia ingin dihargai, dipandang, ditinggikan, dan dipuji, menjadikan iklim ini semakin mendarah daging hampir ke semua lapisan masyarakat. Beberapa perikop yang kita baca hari ini, memperlihatkan bagaimana Yesus mengkontraskan pengajarannya dengan standar dunia.
Ketika murid-murid-Nya memakai standar dunia dalam konsep Kerajaan Allah, Yesus tidak segera menanggapi, tetapi Ia memanggil seorang anak kecil dalam rangka mengajarkan konsep yang benar. Anak kecil selalu di posisi tidak penting, lemah tak berdaya, tidak dapat memimpin, dan tidak memiliki ambisi menumpuk kekayaan atau kedudukan. Peragaan Yesus tidak berarti bahwa para murid-Nya harus menjadi anak-anak, tetapi agar mereka memiliki sikap seperti anak kecil. Menjadi anak kecil berarti rela menjadi tak berarti, berani mengakui ketidakberdayaan, dan bertobat dari dosa dan hidup yang berporos ambisi. Seperti inilah sikap seorang yang menyambut Yesus dan memiliki Kerajaan Sorga, yang bukan dengan kebenaran dan kemampuan diri sendiri, sehingga tidak lagi muncul ambisi bersaing menjadi yang terbesar.
Dalam Kerajaan Sorga juga tidak berlaku standar dunia tentang kesempurnaan fisik sebagai keindahan. Oleh karena itu Yesus memperingatkan para murid-Nya bila ada anggota tubuh yang menyebabkannya berdosa, ia harus memenggal anggota tubuh tersebut, sehingga tidak menghalangi pertobatannya. Dapat dikatakan bahwa sia-sia memuaskan diri dengan segala keinginan dunia bila rohani kita tidak mendapatkan kebahagiaan sejati dalam Kerajaan Sorga. Keinginan duniawi akan membawa kita kepada kebinasaan (ayat 8). Janganlah kita terhitung sebagai penyesat karena tidak rela menanggalkan segala keinginan yang membawa kepada kebinasaan. Mungkin bukan hanya kita yang binasa, tetapi juga anak-anak Tuhan yang lain. Yesus memberikan peringatan keras bagi para penyesat, apabila menyesatkan anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya, karena anak-anak paling mudah disesatkan.
Renungkan: Merendahkan diri menjadi seperti anak kecil berarti rela menanggalkan segala keakuan, kemampuan, kedudukan, harga diri, dan ambisi, demi Kerajaan Surga yang bernilai kekal.
SH: Mat 18:1-14 - Terbesar vs terkecil (Selasa, 15 Februari 2005) Terbesar vs terkecil
Kalau bisa kita ingin menjadi yang terbesar dalam jabatan,
harta, prestasi, kehormatan, kepintaran, dlsb, namun menghindari...
Terbesar vs terkecil
Kalau bisa kita ingin menjadi yang terbesar dalam jabatan, harta, prestasi, kehormatan, kepintaran, dlsb, namun menghindari menjadi yang terkecil. Murid-murid Tuhan pun tidak luput dari ambisi ingin posisi tertinggi dalam Kerajaan Surga.
Mereka menganggap Kerajaan Surga suatu kerajaan yang dipimpin oleh Tuhan Yesus sebagai raja. Maka sebagai pengikut-Nya, murid-murid pasti mendapat jabatan (ayat 1). Pertanyaan tentang siapakah murid Tuhan yang akan menduduki posisi tertinggi di antara mereka memenuhi pikiran mereka. Jawaban Tuhan Yesus di luar dugaan. Ia menjadikan seorang anak kecil sebagai contoh. Apa syarat yang Tuhan ajukan bagi murid yang mau jadi yang terbesar? Pertama, harus mengalami pertobatan sejati (ayat 3). Pertobatan sejati adalah syarat utama untuk memasuki Kerajaan Surga. Tanpanya, seseorang tidak mampu mengerti kebenaran ilahi. Itu membuktikan ia belum mengalami kelahiran kembali dalam Roh (lih. Yoh. 3:3).
Kedua, harus bersedia merendahkan diri (ayat 4). Merendahkan diri guna memberitakan Injil hendaknya dijadikan dasar pelayanan. Artinya, menanggalkan prinsip "Siapa kamu? Siapa aku?" Tidak mungkin menjangkau "mereka yang terhilang" tanpa penanggalan kesombongan diri. Kerelaan pergi memberitakan Injil kepada "mereka yang terhilang" ini diumpamakan Tuhan dengan mencari satu domba yang tersesat (ayat 12-14). Hanya orang yang sedia menjadi "kecil" saja yang tahu menghargai arti satu jiwa tersesat dibandingkan sembilan puluh sembilan yang tidak. Ketiga, orang yang sudah diterima Tuhan apa adanya harus menerima "mereka yang terhilang" (ayat 5, 10-11). Hendaklah kita mengulurkan tangan dan menyambut dengan tulus setiap orang agar mereka datang ke persekutuan umat Tuhan tanpa membeda-bedakan status sosial, kekayaan, dan kemampuannya.
Ingatlah: Orang besar adalah orang yang rela menjadi kecil dan tajam melihat arti dari hal-hal kecil.
SH: Mat 18:1-14 - Rendah hati dan menjaga diri (Minggu, 21 Februari 2010) Rendah hati dan menjaga diri
Sikap apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang anggota Kerajaan
Sorga? Sikap rendah hati dan menjaga diri agar hi...
Rendah hati dan menjaga diri
Sikap apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang anggota Kerajaan Sorga? Sikap rendah hati dan menjaga diri agar hidup sesuai dengan sifat Kerajaan Sorga, yaitu kedaulatan Allah sebagai Raja di atas segala-galanya!
Mengapa Yesus memakai contoh anak kecil untuk mengajarkan sikap rendah hati seorang murid? Karena anak kecil memiliki sikap yang terbuka untuk diajar, dibentuk, dan diatur. Sikap demikianlah yang sesuai dengan sifat Kerajaan Surga. Anggota Kerajaan Surga bukan terdiri dari orang-orang sombong, yang merasa diri pantas bahkan berjasa untuk mendapatkan kewarganegaraan surga. Justru mereka sadar bahwa hanya oleh anugerah mereka boleh menjadi anggota Kerajaan Surga. Mereka adalah orang-orang yang taat, tunduk, dan sedia diatur oleh Sang Raja. Di hadapan Sang Raja, mereka yang terbesar. Anak kecil adalah contoh kepolosan yang mudah dibentuk.
Namun terlalu polos juga ada bahayanya, yaitu mudah ditipu. Yesus mengingatkan bahaya penyesatan terhadap anak-anak. Mungkin maksud-Nya adalah mereka yang baru bertobat. Dunia pasti tidak senang bila anggotanya menyeberang masuk ke Kerajaan Surga. Dunia pasti berupaya merebut kembali. Syukur kepada Tuhan, Dia tahu menjaga milik-Nya (ayat 10), dan tahu pula menghukum para penyesat (ayat 6-7). Namun jangan sampai hal itu membuat kita lupa bahwa kita bertanggung jawab menjaga diri agar tidak disesatkan (ayat 8-9). Sebaliknya kita harus seperti gembala yang baik, yang rela berkorban untuk mencari mereka yang tersesat, baik karena ajaran sesat maupun pengaruh dunia. Lalu memimpin mereka datang kembali kepada Kristus karena Bapa tidak menghendaki seorang pun binasa. Penemuan kembali mereka yang tersesat akan mendatangkan sukacita besar, di bumi maupun di surga.
Tugas kita sebagai anggota Kerajaan Surga adalah taat pada Sang Raja. Kita harus siap diutus untuk mencari yang hilang, merebut kembali mereka yang disesatkan dunia, dan saling menjaga agar tidak ditipu oleh dunia ini!
SH: Mat 18:1-11 - Seperti anak kecil (Rabu, 20 Februari 2013) Seperti anak kecil
Di dalam budaya Indonesia, dianggap seperti anak kecil adalah hal yang memalukan. Sebab anak kecil biasanya diasosiasikan dengan s...
Seperti anak kecil
Di dalam budaya Indonesia, dianggap seperti anak kecil adalah hal yang memalukan. Sebab anak kecil biasanya diasosiasikan dengan sifat yang dipersepsi negatif: cengeng, maunya yang mudah, manja, lemah, tidak independen, dan banyak lagi. Persepsi ini berlaku di semua bidang kehidupan, mulai dari pekerjaan, keluarga, bahkan gereja dan pelayanan.
Berdasarkan konteks ini, mestinya kita heran dengan kata-kata Tuhan Yesus: "... sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (3-4). Apa maksudnya?
Bacaan hari ini mengaitkan arti kemuridan dengan sosok anak kecil. Para murid mesti menjadi seperti anak kecil dalam arti "merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini" (4). Yang digarisbawahi di sini bukanlah sifat manja ataupun cengeng khas anak kecil, tetapi posisinya yang rendah dan lemah. Tidak seperti raja-raja dunia yang berkuasa memungut pajak dan bea dari orang-orang di bawah kekuasaannya (Mat. 17:25), para murid dipanggil untuk bertindak seperti anak kecil yang tidak memiliki kuasa, sehingga hidup sebagai orang yang berserah dan hanya mengandalkan Allah. Para murid juga diperingatkan agar tidak menyesatkan ataupun menganggap rendah anak-anak kecil (5-11), baik secara harfiah maupun secara khusus sebagai simbol bagi sesama murid. Nasihat di ayat 8-9 memang mengulangi pengajaran Yesus sebelumnya (Mat. 5:29-30), tetapi di sini nasihat tersebut ditempatkan di dalam konteks berbeda: agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi saudara kita, kita mesti siap mengurbankan apa pun yang membuat diri kita tersesat.
Maka nas ini bertanya kepada kita: adakah kekuasaan atau apa pun selain Allah yang menjadi andalan hidup? Jangan sampai hal itu membuat kita tidak taat kepada Allah, bahkan membuat orang lain di sekitar kita tersesat. Jika itu terjadi, kita harus membuangnya. Mari kita minta kekuatan dari Allah supaya bisa menjadi anak kecil, seperti yang Dia inginkan.
SH: Mat 18:1-11 - Anak Kecil dan Kerajaan Allah (Rabu, 1 Maret 2017) Anak Kecil dan Kerajaan Allah
Dosa telah membelokkan hati manusia tidak hidup takut akan Allah, melainkan mencari kekuasaan untuk memuliakan diri.
P...
Anak Kecil dan Kerajaan Allah
Dosa telah membelokkan hati manusia tidak hidup takut akan Allah, melainkan mencari kekuasaan untuk memuliakan diri.
Perdebatan para murid Yesus tentang siapakah yang terbesar menjadi diskusi sengit (1; bdk. Mrk. 9:33-34; Luk. 9:46). Pemikiran itu muncul karena kegelisahan para murid mengenai kelangsungan misi Kerajaan Allah andaikata Yesus binasa di Yerusalem. Sebab itu, mereka mencoba mencari jalan keluar "pengganti" guru-Nya. Yesus sama sekali tidak marah karena Ia memaklumi pikiran mereka. Ia mengambil anak kecil sebagai jawaban atas perdebatan mereka (2; bdk. Mrk. 9:36; Luk. 9:47). Dengan memakai contoh anak kecil, Yesus ingin memperlihatkan bahwa menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Allah tidak gampang.
Ada beberapa syarat utama yang harus dipenuhi untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Allah, antara lain: Pertama, pertobatan sejati (3). Pertobatan menunjukkan perubahan pola hidup, pikir, dan perilaku dari manusia lama ke manusia baru (Ef. 4:22-32). Kedua, kerendahan hati (4). Rendah hati berarti tidak mendahulukan ego diri, menjadi terkecil, dan pelayan dalam Kerajaan Surga (bdk. Mrk. 9:35; Luk. 9:48). Ketiga, menjunjung tinggi martabat manusia sebagai gambar-rupa Allah (4-5). Dalam masyarakat mana pun, anak kecil sering diremehkan dan ditipu karena kepolosannya. Mereka hanya menjadi objek manipulasi orang dewasa. Karena itu, Yesus mengecam mereka yang berupaya menghasut dan menanamkan nilai-nilai kejahatan dalam pola pikir anak kecil (6-9). Walaupun mereka belum memahami banyak tentang baik buruknya kehidupan, setidaknya mereka adalah ciptaan Allah yang mulia (10-11).
Hidup dalam Kerajaan Allah tidak berbicara tentang kekuasaan, melainkan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Artinya, hidup memercayai janji-janji Allah dan menyandarkan diri sepenuhnya dalam pemeliharaan-Nya.
Sebagai warga Kerajaan Allah, sudahkah Anda berpadanan dengan kehendak-Nya? Jika belum, akuilah kesalahan Anda di hadapan-Nya. [TG]
SH: Mat 18:1-11 - Bertobat dan Merendahkan Diri (Kamis, 9 September 2021) Bertobat dan Merendahkan Diri
Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?" Pertanyaan ini menjadi begitu penting di antara para murid Yesus pada wak...
Bertobat dan Merendahkan Diri
Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?" Pertanyaan ini menjadi begitu penting di antara para murid Yesus pada waktu itu, sehingga sampai menjadi perdebatan di antara mereka. Bukan hanya mereka, siapa pun juga hari ini ingin menjadi yang terbesar di antara yang lain.
Yesus tidak kehabisan cara untuk mengajar para murid-Nya bahkan dengan sedikit "menyentil". Yesus memakai anak-anak sebagai contoh dari karakteristik orang yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga, bahkan menjadi yang terbesar di dalam-Nya (3-4). Langkah pertama adalah bertobat, lalu merendahkan diri, seperti layaknya seorang anak kecil. Pertobatan adalah satu hal mutlak yang harus dilakukan dan dialami oleh orang yang mau masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sebab, tempat itu adalah tempat yang kudus sehingga hanya orang-orang yang telah menyesali dosanya dan berbalik kepada Allah saja yang akan masuk. Sementara, untuk menjadi yang terbesar, seseorang harus benar-benar merendahkan diri layaknya anak kecil di hadapan Tuhan.
Yesus juga menunjukkan cinta kasih-Nya yang besar kepada anak-anak yang percaya kepada-Nya. Anak kecil dengan karakternya yang polos akan sangat mudah disesatkan oleh dunia yang penuh penyesatan ini. Karena itu, Yesus memberi peringatan yang sangat keras akan hal ini (6-7).
Allah menuntut dengan sangat serius agar setiap orang Kristen menaati Allah untuk hidup kudus dan menjauhi segala dosa.
Renungan hari ini menekankan pertobatan dan merendahkan diri sebagai ciri-ciri hidup anak-anak Allah yang menjadi pewaris Kerajaan Surga. Apakah ada sikap dan ambisi-ambisi yang salah dalam kehidupan Anda yang memerlukan pertobatan? Allah menginginkan setiap orang Kristen memelihara kualitas iman dan kehidupan yang kudus dalam seluruh aspek hidupnya. Allah memanggil kita untuk hidup dalam pertobatan setiap hari sebab setiap orang rentan terhadap dosa tiap hari. Jangan menyia-nyiakan keselamatan yang telah dikerjakan dan diberikan Yesus Kristus. [RBS]
SH: Mat 18:6-20 - Jangan menjadi penyesat. (Kamis, 19 Maret 1998) Jangan menjadi penyesat.
Orang yang menjerumuskan anak kecil ke dalam dosa, disebut Yesus penyesat. Tuhan membenci penyesat-penyesat yang merusak jiw...
Jangan menjadi penyesat.
Orang yang menjerumuskan anak kecil ke dalam dosa, disebut Yesus penyesat. Tuhan membenci penyesat-penyesat yang merusak jiwa anak kecil. Tuhan mengajarkan bahwa hanya dengan hidup menjadi seperti anak kecil, pengikut-Nya dapat merasakan hidup sebagai anggota Kerajaan Allah. Pengaruh dunia yang menggerogoti iman, yang mengakibatkan kegagalan satu anggota tubuh, sebaiknya tidak perlu melunturkan iman kita untuk percaya dan mengandalkan Tuhan. Kita patut belajar untuk senantiasa beriman dan hidup mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Allah dalam segala kesulitan hidup ini.
Mencari yang sesat. Anak kecil dikasihi Tuhan. Ada malaikat yang ditugaskan-Nya untuk melindungi mereka. Ia tidak akan membiarkan yang hilang dan tersesat. Ia mengasihi yang tersesat. Ia sendiri akan bertindak sebagai gembala dan terus mencari yang sesat sampai kembali ke pemiliknya. Jika Bapa di sorga tidak menginginkan anak-anak kecil disesatkan, apa seharusnya tindakan orang Kristen terhadap pelecehan seksual dan perusakan moral terhadap anak-anak?
Renungkan: Bukan saja orang dewasa yang melakukan kejahatan, tetapi anak-anak pun telah dilibatkan dalam pengedaran narkotika, pelacuran, dlsb. Bangkit dan buatlah sesuatu hai Kristen!
Topik Teologia: Mat 18:3 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Allah
Yesus Mengklaim Otoritas All...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Maim Yesus alas Keilahian
- Klaim yang Berkaitan dengan Allah
- Yesus Mengklaim Otoritas Allah
- Penyataan Khusus
- Mat 5:18-20 Mat 5:21-22 Mat 5:26 Mat 5:27-28 Mat 5:31-32 Mat 5:33-35 Mat 5:38-39 Mat 5:43-44 Mat 6:2 Mat 6:25 Mat 6:29 Mat 7:22-23 Mat 8:11-12 Mat 10:15 Mat 10:23 Mat 10:42 Mat 12:6 Mat 12:36 Mat 13:17 Mat 17:12 Mat 17:20 Mat 18:3 Mat 18:13 Mat 18:18-20 Mat 19:9 Mat 19:23-24 Mat 21:31 Mat 21:43 Mat 23:36 Mat 24:2-3,34-35 Mat 25:12 Mat 25:40 Mar 3:28-29 Mar 5:41 Mar 8:12 Mar 9:1 Mar 9:41 Mar 10:15 Mar 10:29-31 Mar 11:23-25 Mar 12:43 Mar 13:30-32,37 Mar 14:9 Mar 14:18 Mar 14:25 Mar 14:30 Luk 4:24-27 Luk 6:27-28 Luk 7:28 Luk 7:47 Luk 10:24 Luk 1:19 Luk 12:4-5 Luk 12:8 Luk 12:37 Luk 12:43 Luk 13:23-24 Luk 13:35 Luk 16:9 Luk 23:43 Yoh 1:51 Yoh 3:3,5 Yoh 3:11 Yoh 5:19,24-25 Yoh 6:26 Yoh 6:32 Yoh 6:47 Yoh 6:53 Yoh 8:34 Yoh 8:51 Yoh 8:58 Yoh 10:1,7 Yoh 12:24-25 Yoh 13:16 Yoh 13:20 Yoh 13:21 Yoh 13:38 Yoh 14:12 Yoh 16:20,23 Yoh 21:18
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Keselamatan
- Pertobatan
- Peringatan untuk Pertobatan
- Peringatan Bagi yang Tidak Menyesal
- 2Ra 17:13-14,20 Maz 7:13-14 Maz 50:22 Ams 1:22-32 Yer 4:3-4 Yer 5:3-6 Yer 8:5-7,10 Yer 15:7 Yer 18:11-12 Yer 23:14-15 Yer 25:4-11 Yer 35:15 Yer 44:4-6 Yeh 3:18-19 Yeh 13:22-23 Dan 9:13-14 Hos 7:10-16 Hos 11:5 Amo 4:6-12 Zak 1:4-6 Mat 11:20-24 Mat 18:3 Mat 21:31-32 Luk 11:32 Luk 16:30-31 Wah 2:5 Wah 2:16 Wah 2:21-22 Wah 3:3 Wah 9:20-21 Wah 16:9
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
Topik Teologia: Mat 18:6 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Natur dan Kehidupan Kerajaan
- Dosa
- Dosa Menyebabkan Pencobaan kepada Orang Lain untuk Berdosa
- Kej 3:1-6 1Ra 16:2 1Ra 21:25 Ams 1:10-14 Ams 16:29 Ams 28:10 Pengk 7:26 Mat 5:19 Mat 18:6-7 Mar 13:21-22 Luk 4:1-13 Rom 14:13 1Ko 8:9-13 Efe 6:11 1Te 3:5 2Ti 3:6-9 Yak 4:7 1Pe 5:8-9 2Pe 2:18 2Pe 3:17 1Yo 2:16,26
- Mencobai Orang Lain untuk Berdosa
Topik Teologia: Mat 18:8 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Natur dan Kehidupan Kerajaan
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Dosa
- Dosa Menyebabkan Kutukan Kekal
- Yeh 18:4,20 Dan 12:2 Mal 4:1 Mat 10:28 Mat 18:8-9 Mat 25:41 Mar 3:29 Luk 3:17 2Te 1:8-9 Ibr 10:28-31 Wah 14:9-11 Wah 20:10-15
- Mencobai Orang Lain untuk Berdosa
- Eskatologi
- Dijanjikan Kepada Mereka yang Mati Terhadap Dosa
- Mat 18:8-9 Rom 6:8-11 2Ti 2:11
- Neraka
Topik Teologia: Mat 18:9 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Natur dan Kehidupan Kerajaan
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Bagian dari Tubuh Manusia sebagai Aspek Moral Kemanusiaan
- Dosa
- Dosa Menyebabkan Kutukan Kekal
- Yeh 18:4,20 Dan 12:2 Mal 4:1 Mat 10:28 Mat 18:8-9 Mat 25:41 Mar 3:29 Luk 3:17 2Te 1:8-9 Ibr 10:28-31 Wah 14:9-11 Wah 20:10-15
- Mencobai Orang Lain untuk Berdosa
- Eskatologi
- Dijanjikan Kepada Mereka yang Mati Terhadap Dosa
Topik Teologia: Mat 18:10 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Emosi Manusia
Yesus Merasakan Hal-hal yang Menyenangkan
Dia Mem...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Kristus Memiliki Natur Emosi Manusia
- Yesus Merasakan Hal-hal yang Menyenangkan
- Dia Memperlihatkan Kasih Sayang
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
TFTWMS: Mat 18:1-4 - Yang Terbesar Dalam Kerajaan: Kerendahan Hati1 YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN: KERENDAHAN HATI1(Matius 18:1-4)
1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah ya...
YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN: KERENDAHAN HATI1(Matius 18:1-4)
1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" 2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka 3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga."
Ayat 1. Ungkapan Pada waktu itu, yang membuka pasal ini, menunjukkan hubungan yang erat dengan pelbagai peristiwa sebelumnya di Kapernaum (17:24-27). Injil Markus menegaskan bahwa diskusi ini berlangsung di sana (Mrk. 9:33). Seperti yang telah sering mereka lakukan, datanglah murid-murid itu kepada Yesus2dengan pertanyaan.
Narasi dalam Matius tampil ringkas jika dibandingkan dengan catatan padanannya dalam Markus. Murid-murid itu sedang berdiskusi tentang siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga ketika mereka "mulai melewati Galilea" bersama Yesus (Mrk. 9:30). Setelah tiba di Kapernaum, mereka masuk ke rumah tempat mereka akan tinggal, mungkin rumahnya Petrus. Lalu Yesus bertanya tentang isi pembicaraan murid-murid itu selama perjalanan (Mrk. 9:33). Ia tidak diragukan lagi tahu apa yang telah mereka bicarakan, namun Ia tetap menanya mereka tentang percakapan mereka. Mungkin Ia melakukan itu untuk membuat mereka berpikir hati-hati tentang apa yang telah dikatakan. Dalam percakapan ini, mereka bertanya, "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
Jelas sekali, murid-murid itu masih punya konsep yang salah tentang Kerajaan Allah. Tidak lama sebelum diskusi ini, Yesus telah meramalkan penderitaan-Nya secara rinci untuk kedua kalinya (17:22, 23). Ia menggambarkan diri-Nya sebagai Hamba Yang Menderita, namun murid-murid-Nya masih dikuasai oleh keinginan duniawi berupa jabatan dan kemuliaan. Markus 9:35 mengatakan bahwa Yesus memberitahu murid-murid itu, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."
Ayat 2. Yesus sering menggunakan pertanyaan murid-murid itu sebagai kesempatan untuk memperkenalkan ajaran baru (13:10, 36; 18:21; 24:3). Pada kesempatan ini, Ia membopong seorang anak kecil untuk menggambarkan kebenaran yang ingin Ia sampaikan kepada mereka. Kata Yunani untuk "anak" (paidi÷on, paidion) dapat mengacu kepada seorang anak yang sangat muda, bahkan bayi. Anak khusus ini mungkin seorang balita, karena Yesus memanggil anak itu untuk datang kepada Dia. Tidak disebutkan tentang adanya bantuan orangtua. Beberapa orang berpendapat bahwa anak itu adalah anggota keluarga Petrus jika mereka berada di rumahnya itu.
Ketika anak itu datang kepada Yesus, Ia menempatkannya di tengah-tengah murid-murid itu. Anak itu mungkin terlihat tidak penting di tengah-tengah orang-orang dewasa. Dalam dunia kuno anak-anak tidak dihargai setinggi orang dewasa. Anak laki-laki lebih disukai ketimbang anak perempuan karena mereka akhirnya akan tumbuh menjadi pekerja dan prajurit. Dalam masyarakat Yunani-Romawi, kaum perempuan kadang-kadang ditinggalkan, bersama dengan bayi laki-laki yang sakit. Bayi-bayi itu diaborsi. Meski orang-orang Yahudi memiliki pandangan yang lebih mulia tentang anak-anak, menganggap mereka sebagai bagian dari ciptaan Allah yang menakjubkan, namun anak-anak kecil seperti itu masih dianggap lebih rendah dibandingkan orang dewasa (19:13, 14). Pertimbangan atas latar belakang ini mengungkapkan betapa radikalnya tindakan Tuhan itu sesungguhnya. Sudah umum bagi para guru untuk menunjukkan contoh-contoh ajaran moral dan kehidupan heroik untuk ditiru oleh para siswa mereka. Yesus sebaliknya malah menempatkan seorang anak di tengah-tengah mereka.3
Ayat 3. Yesus menjawab pertanyaan mereka tentang siapa yang terbesar dalam kerajaan sorga dengan menggunakan anak ini sebagai obyek pelajaran. Ia menjelaskan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." Murid-murid itu saling bertengkar untuk posisi dalam kerajaan itu, karena merasa yakin bahwa mereka akan menjadi bagian utama kerajaan itu. Yesus memperingatkan mereka bahwa jika mereka tetap dalam kesombongan dan keegoisan mereka, mereka bahkan tidak akan masuk ke dalam kerajaan itu sama sekali. "Tidak" adalah terjemahan dari negatif ganda yang tegas (ouj mh, ou mē). Itu bisa diterjemahkan "tentu tidak" atau "tidak pernah" (NIV; NRSV).
Murid-murid itu harus "bertobat" (stre÷fw, strephō); mereka harus melakukan "perputaran" Lukas memiliki kata yang mirip (e˙pistre÷fw, epistrepho), diterjemahkan "kembali," bertobat," ketika melaporkan khotbah kedua Petrus (Kisah 3:19, 26). Murid-murid itu harus berbalik dari ego mereka yang membusung dan menjadi rendah hati seperti anak kecil. Sifat seperti anak kecil menjadi bagian penting dari semua orang yang bertobat. Anak-anak memiliki iman yang mutlak, tidak punya kesombongan, dan kecenderungan untuk mudah mengampuni.4Ini adalah beberapa persyaratan bagi siapa saja yang ingin masuk sorga.
Ungkapan "kerajaan sorga" digunakan 32 kali dalam Matius dan tempat lainnya dalam Kitab Suci. Istilah itu identik dengan "Kerajaan Allah" dalam Markus 9:1. Ini adalah kerajaan yang telah dijanjikan (Daniel 2:44). Sebelum kenaikan Yesus ke sorga dari Bukit Zaitun, para rasul menanya Dia, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" (Kisah 1:6). Mereka masih bingung tentang sifat sebenarnya kerajaan itu. Yesus memberitahu mereka, Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kisah 1:7, 8).
Nubuatan ini digenapi pada hari Pentakosta (Kisah 2). Pada hari itu para rasul menerima Roh Kudus dan kuasa, dan Kerajaan Allah datang ke dalam dunia (Kisah 2:4, 32-36). Manusia memasuki kerajaan itu dengan iman, pertobatan, dan baptisan (Kisah 2:37, 38). Hal ini sesuai dengan instruksi Yesus bahwa orang harus "dilahirkan kembali"—yaitu, "dilahirkan dari air dan Roh"—untuk "masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Yoh. 3:3, 5).
Ayat 4. Pelajaran singkat ini mengakhiri jawaban Yesus terhadap pertanyaan murid-murid itu dalam ayat 1: "Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." Untuk menjadi besar di hadapan Tuhan adalah dengan merendahkan diri dan bersedia melayani orang lain. Yesus berkata bahwa Ia bahkan "bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (20:28). Ia memberi rasul-rasul itu contoh melayani ketika Ia membasuh kaki mereka di perjamuan Paskah (Yoh. 13:5-16). J. W. McGarvey mengulas, "Yang paling rendah hati akan menjadi yang terbesar karena mereka akan hidup secara paling tidak mementingkan diri sendiri dan menjadi paling seperti Yesus."5Seseorang berkata, "Orang yang ingin naik, harus terlebih dahulu turun-dengan lututnya."
TFTWMS: Mat 18:5-9 - Peringatan Jangan Menjadi Batu Sandungan: Tanggung Jawab PERINGATAN JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN: TANGGUNG JAWAB (Matius 18:5-9)
5"Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia ...
PERINGATAN JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN: TANGGUNG JAWAB (Matius 18:5-9)
5"Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." 6"Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. 7 Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. 8 Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. 9 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.
Yesus selanjutnya beralih kepada perlakuan terhadap orang-orang percaya. Orang percaya ini harus diterima (18:5) dan harus jangan dibuat tersandung (18:6). Mereka yang menyebabkan orang lain tersandung akan dihakimi dengan keras (18:7). Selain itu, orang harus selalu berjaga-jaga supaya ia sendiri tidak tersandung (18:8, 9).
Ayat 5. Seorang anak seperti ini mengacu kepada anak yang Yesus bopong (Mrk. 9:36). Ia menggunakan anak ini untuk menggambarkan prinsip menyambut orang percaya. Secara umum, kata menerima (de÷comai, dechomai) berarti "dengan sengaja dan siap mengambil sesuatu atau seseorang untuk diri sendiri." Sebelumnya dalam Matius, istilah itu secara lebih spesifik digunakan untuk menunjukkan keramahtamahan dalam mendukung pekerjaan misi para rasul (lihat komentar tentang 10:40-42). Nas yang sejajar dalam Markus mungkin menyarankan arti itu di sini, karena nas itu juga menyinggung tentang orang lain yang memberi rasul-rasul itu "secangkir air minum oleh karena nama [mereka] sebagai pengikut Kristus" (Mrk. 9:41; NASB). Dalam nas-nas lain juga dechomai menunjukkan keramahtamahan kepada misionaris (2 Kor 7:15; Gal. 4:14; Kol. 4:10; lihat Kisah 21:17).
Maksud Yesus adalah bahwa cara orang-orang itu memperlakukan anak Allah— termasuk orang-orang dari kalangan sosial bawah—adalah cara mereka akan memperlakukan Yesus itu sendiri (lihat 25:40, 45). Orang tidak harus bersusah payah untuk melihat dunia sering melayani orang yang besar dan populer. Yesus meminta murid-murid-Nya untuk melayani orang yang lemah dan tidak dikenal.6
Ayat 6. Yesus juga menggunakan anak itu sebagai ilustrasi untuk memperingatkan mereka agar jangan menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya. Sekali lagi, acuannya adalah kepada anak-anak rohani Allah. Kata kerja yang diterjemahkan menyebabkan … tersandung (skandali÷zw, skandalizō) muncul lebih sering dalam Matius daripada dalam kitab lain mana saja di Perjanjian Baru.7Dalam pasal ini, kata kerja itu muncul dalam ayat 6, 8, dan 9, di mana kata itu mengacu kepada orang yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat dosa.
Untuk orang yang menyebabkan orang lain tersandung, Yesus berkata bahwa lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Maksudnya adalah bahwa orang itu lebih baik mati secara mengerikan daripada harus menghadap penghakiman Allah karena menyebabkan orang percaya tersandung. Ditenggelamkan di laut akan menjadi nasib yang lebih baik daripada yang diterima oleh orang yang menyebabkan orang lain berbuat dosa (Luk. 17:2).8
Meski ini bukan bentuk paling umum untuk menimbulkan kematian di dunia kuno, namun penenggelaman secara sengaja kadang-kadang memang terjadi.9Dalam bayangan Yesus, orang yang dibuang ke laut dengan batu kilangan berat yang diikatkan pada lehernya tidak punya harapan untuk bertahan hidup. Tubuhnya akan tenggelam ke dasar laut, di mana mustahil ditemukan kembali. Dalam hal ini, mayat itu tidak akan menerima penguburan yang layak. Karena murid-murid itu masih di Kapernaum (Mrk. 9:33), laut yang akan segera terlintas dalam pikiran mereka adalah Danau Galilea.
Di mana Alkitab NASB menulis "sebuah batu kilangan yang berat," teks Yunaninya secara harfiah mengatakan "sebuah batu kilangan [dari seekor] keledai" (mu÷loß ojniko÷ß, mulos onikos). Ini adalah batu bagian atas dari sebuah kilangan milik komunitas, yang dengan sebuah galah dikaitkan pada seekor keledai atau lembu.10
Binatang itu akan berjalan berkeliling, memutar batu kilangan itu untuk menggiling biji gandum dengan batu kilangan bagian bawahnya. Batu kilangan yang berat ini harus dibedakan dari kilangan tangan yang jauh lebih kecil yang digunakan oleh kaum perempuan di rumah (24:41). Sekarang ini, batu kilangan basal dengan berbagai ukuran dapat dilihat di situs kuno Kapernaum.
Ayat 7. Yesus melanjutkan, "Celakalah dunia dengan segala penyesatannya." Meski istilah "celaka" mencerminkan kemarahan yang benar, namun penggunaan ungkapan itu oleh Tuhan bercampur dengan kesedihan dan rasa kasihan yang mendalam (lihat komentar tentang 11:21). Pernyataan-Nya di sini tampaknya bersifat umum. Pernyataan itu menyoroti fakta bahwa dunia ini merosot, karena telah rusak oleh dosa. Mereka yang mengikut Yesus pasti akan menemukan banyak hambatan yang harus mereka lompati. Namun begitu, mereka harus jangan bersalah meempatkan batu sandungan pada jalan orang lain (Rom. 14:13; 1 Kor. 8:9-13; lihat Ima. 19:14).
Yesus kemudian berkata, "celakalah orang yang mengadakannya." Bahasanya mungkin menunjuk kepada kesalahan umum semua orang yang menyebabkan orang lain berbuat dosa. Perkataan itu secara menyolok mirip dengan celaan Tuhan mengenai pengkhianatan Yudas dalam 26:24: "celakalah orang yang mengkhianati Anak Manusia! Akan lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan" (26:24; NIV).
Ayat 8, 9. Yesus menggunakan hiperbola—gaya bahasa berlebihan untuk efek— untuk menyerukan penolakan dan pengabaian terhadap kejahatan sepenuhnya. Ia mengatakan bahwa jika tangan, kaki, atau mata menyebabkan orang berbuat dosa, itu harus dilenyapkan dan dibuang. Ayat-ayat ini mengulangi apa yang Ia sudah ajarkan sebelumnya dalam Khotbah di Bukit, meski kata "kaki" ditambahkan dalam konteks ini (lihat komentar tentang 5:29, 30).
Memutilasi diri sendiri dianggap menjijikkan bagi orang Yahudi, membuat pernyataan hiperbolik Yesus itu sepenuhnya makin kuat. Beberapa orang yang menganut bentuk ekstrem tertentu dalam devosi keagamaan percaya dan mempraktikkan mutilasi diri (1 Raja 18:25-29). Penyambukan yang dilakukan dalam beberapa agama adalah contohnya. Yang lainnya menyayat diri mereka dengan pisau, karena percaya bahwa hal tersebut dapat mencegah tubuh untuk berbuat dosa. Bahkan beberapa pertapa Kristen mula-mula melakukan praktik serupa (lihat Kol. 2:23). Namun demikian, Yesus membuat jelas hal itu di tempat lain bahwa masalah sebenarnya kemurnian rohani melibatkan manusia batiniah (15:18, 19; lihat 2 Kor. 10:5).
Tuhan menekankan bahwa masuk sorga dengan keadaan kudung adalah lebih baik daripada dicampakkan ke dalam api kekal dengan semua anggota tubuh utuh. Kata Yunani "kekal" (ai˙w¿nioß, aiōnios) menunjukkan durasi hukuman orang fasik dan upah orang benar (25:46). Istilah itu harus memiliki definisi yang sama dalam kedua kasus itu.
"Api kekal" dalam ayat 8 adalah identik dengan api neraka dalam ayat 9. Kata Yunani untuk "neraka" adalah ge÷enna (gehenna), yang diambil dari Lembah Hinnom di sisi selatan Yerusalem. Dalam Perjanjian Lama, situs ini dikenal atas kebobrokan yang sangat menjijikan, dan tempat itu belakangan menjadi tempat pembuangan sampah di mana api menyala terus menerus (lihat komentar tentang 5:22). Yesus menggambarkan neraka sebagai memiliki "api yang tak terpadamkan," "di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam" (Mrk. 9:43, 48).
TFTWMS: Mat 18:10-14 - Perumpamaan Domba Yang Hilang: Perhatian Individu PERUMPAMAAN DOMBA YANG HILANG: PERHATIAN INDIVIDU (Matius 18:10-14)
10 "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Kar...
PERUMPAMAAN DOMBA YANG HILANG: PERHATIAN INDIVIDU (Matius 18:10-14)
10 "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. 11(Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.)" 12"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 13 Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. 14 Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."
Setelah menekankan pentingnya kerendahan hati (18:1-4) dan tidak menyebabkan orang lain tersandung (18:5-9), Yesus kemudian mengajar murid-murid-Nya tentang nilai setiap orang percaya di mata Allah. Ia menggambarkan pelajaran itu dengan perumpamaan singkat yang melibatkan domba (18:10-14).
Ayat 10. Anak kecil yang berfungsi sebagai obyek pelajaran (18:2, 4, 5) kemungkinan besar masih berdiri di tengah-tengah mereka ketika Yesus melanjutkan mengajar. Seperti dalam ayat 6, istilah anak-anak kecil mungkin berlaku kepada semua murid. Tidak boleh ada murid Yesus yang harus pernah dipandang rendah (Rom. 12:16; Flp. 2:3, 4). Kata Yunani dipandang rendah (katafrone÷w, kataphroneō) bisa juga diterjemahkan "dipandang hina" atau "disepelekan." Itu berarti menganggap orang lain lebih rendah daripada diri sendiri dan menghina dia.
Yesus melanjutkan, "Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." Pernyataan ini telah menyebabkan timbulnya pandangan bahwa orang Kristen memiliki malaikat pelindung (lihat NEB)—baik malaikat individu yang mengawasi setiap orang Kristen atau satu malaikat yang mengawasi banyak orang Kristen. Penulis kitab Ibrani menggambarkan malaikat sebagai "roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan?" (Ibr. 1:14). Namun begitu, tidak ada dukungan yang jelas dalam Perjanjian Baru bagi gagasan setiap orang Kristen memiliki malaikat pelindung (lihat Beragam Pelajaran: Malaikat Pelindung [18:10], halaman 90, 91).
Para malaikat yang disebut di sini memiliki akses ke takhta Allah (lihat Luk. 1:19).
"Memandang wajah" adalah ungkapan yang mengacu kepada orang yang punya tempat terhormat di istana zaman dulu dan punya hak istimewa untuk berada di hadapan raja (1 Raja 10:8; 2 Raja 25:19; Ester 1:14; Yer. 52:25).11Sama seperti para malai-kat selalu berada di hadirat Allah, Ia selalu mengawasi anak-anak-Nya di bumi. Yesus sedang menggunakan bahasa yang sangat jelas untuk menegaskan bahwa "Allah di sorga mengetahui bahkan situasi umat-Nya yang paling hina di bumi sini."12Jika salah satu "anak-anak kecil" milik Allah itu dianiaya, hal itu tidak akan luput dari perhatian-Nya.
Ayat 11. (Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.)" Naskah-naskah Yunani yang paling awal tidak memiliki ayat ini. Alkitab NASB dan TB menempatkan ayat itu dalam tanda kurung, sedangkan sebagian besar versi modern dialihkan sebagai catatan kaki (NEB; TEV; NIV; NRSV; NJB; NCV; CEV; NLT). Bruce M. Metzger menyatakan bahwa ayat itu disalin dari Lukas untuk memberikan transisi yang lebih halus dari ayat 10 sampai ayat 12.13Dengan penambahan kata "mencari," pernyataan yang sama terdapat dalam Lukas 19:10: "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Ayat yang muncul untuk dimasukkan dalam injil Matius tentunya mengajarkan kebenaran. Yesus memang datang untuk menyelamatkan yang hilang, dan perumpamaan yang menyusul dalam ayat 12 sampai 14 menggambarkan fakta ini.
Ayat 12. Yesus memulai perumpamaan-Nya dengan bertanya, "Bagaimana pendapatmu?" Ia melakukan ini supaya mendapat perhatian dari para murid itu dan merangsang pemikiran mereka (lihat 17:25; 21:28; 22:42).
Dalam Matius perumpamaan ini berdiri sendiri, tetapi dalam Lukas itu adalah salah satu dari tiga perumpamaan tentang barang yang hilang (Luk. 15). Dua perumpamaan lainnya adalah tentang dirham yang hilang dan anak yang hilang, yang terakhir ini paling sering disebut "Perumpamaan Anak Pemboros." Perumpamaan tentang domba yang hilang rupanya disajikan pada dua kesempatan terpisah. Dalam Matius perumpamaan itu diarahkan kepada murid-murid Yesus (18:1), sedangkan dalam Lukas itu ditujukan kepada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat (Luk. 15:2, 3). Ini menjelaskan pelbagai perbedaan kecil dalam rincian dua kisah itu.
Gambaran umat Allah sebagai domba adalah lazim baik dalam Perjanjian Lama dan Baru (lihat komentar tentang 9:36; 10:5, 6). Penggunaan bilangan sembilan puluh >sembilan dan satu dalam pelbagai ilustrasi adalah lazim juga dalam Yudaisme.14Menurut Keener, seratus ekor domba adalah ukuran rata-rata bagi suatu kawanan; jumlah itu dapat dengan mudah dipelihara oleh satu orang gembala.15Bekerja di tengah-tengah jumlah domba ini, gembala dalam perumpamaan itu dapat melihat bahwa salah satu dari domba-domba itu hilang. Yesus mengatakan bahwa seorang gembala yang baik mengenal dengan intim domba-dombanya, dengan menyebut nama mereka masing-masing (Yoh. 10:1-18). Meski sembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat itu tidak kalah pentingnya, namun satu ekor yang tersesat itu berada dalam bahaya yang serius dari segala arah. Oleh karena itu menemukan domba yang hilang adalah tugas yang mendesak bagi gembala itu. Penggunaan kata negatif tegas oujci (ouchi) dalam kalimat tidakkah ia akan meninggalkan menunjukkan bahwa pertanyaan itu mengantisipasi jawaban afirmatif; tentu saja, gembala itu akan mencari domba yang hilang itu.
Ayat 13. Yesus melanjutkan, "Jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat." Kata "jika" mengakui bahwa kadang-kadang domba yang sesat itu tidak dapat ditemukan; mungkin ia pergi terlalu jauh atau telah dibunuh oleh binatang liar. Namun, jika domba yang hilang itu ditemukan oleh gembala itu, maka akan ada sukacita besar. Dalam perumpamaan versi Lukas, Yesus menambahkan, "Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira" (Luk. 15:5). Gembala itu akan memenuhi kebutuhan domba itu dan mengembalikannya kepada kawanannya, dan kemudian merayakannya dengan teman-temannya dan para tetangganya karena domba itu telah ditemukan (Luk. 15:6). Denngan menerapkan perumpamaan itu, Yesus mengatakan bahwa "akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan" (Luk. 15:7).
Ayat 14. Tujuan perumpamaan itu adalah untuk menunjukkan keinginan Allah yang tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang. Ia tidak ingin siapa saja terpisah dari Dia selamanya (Yoh. 3:16; 2 Pet. 3:9; lihat 2 Tes. 1:6-10). Ia telah mengutus Anak-Nya, Gembala Yang Baik, ke dalam dunia untuk mencari domba yang hilang. Perumpamaan itu menekankan pentingnya setiap orang dan mengingatkan kita bahwa minat Yesus kepada manusia adalah sangat pribadi dan perorangan.16
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pengajaran SANG RAJA Tentang Hubungan 18:1-35
Hubungan Dalam Kerajaan
Matius 18 terdiri dari empat atau lima bagian pengajaran dalam kitab M...
Matius: Pengajaran SANG RAJA Tentang Hubungan 18:1-35
Hubungan Dalam Kerajaan
Matius 18 terdiri dari empat atau lima bagian pengajaran dalam kitab Matius, masing-masing bagian itu disusul dengan kata-kata penutup "Setelah Yesus mengakhiri perkataan ini" (7:28; 11:1; 13:53, 19:1; 26:1). Bagian keempat ini berisi ajaran yang disajikan ketika Tuhan masih di Kapernaum, sesaat sebelum perjalanan-Nya ke Yudea dan Yerusalem (19:1; 21:1).
Pada titik ini, fokus ajaran Yesus adalah hubungan dalam komunitas iman yang baru, gereja, yang Ia akan dirikan (16:18). Pasal ini bergerak dari topik ke topik dan dibagi ke dalam lima bagian: (1) yang terbesar dalam kerajaan (18:1-4), (2) peringatan jangan menjadi batu sandungan (18:5-9), (3) perumpamaan domba yang hilang (18:10-14), (4) mengatasi konflik (18:15-20), dan (5) perumpamaan hamba yang tak mau mengampuni (18:21-35).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) YANG terBESAR DALAM KERAJAAN SORGA (Matius 18:1-4)
Yesus mengajarkan bahwa jalan untuk menuju besar hanya bisa diakses melalui gerbang kerendahan hat...
YANG terBESAR DALAM KERAJAAN SORGA (Matius 18:1-4)
Yesus mengajarkan bahwa jalan untuk menuju besar hanya bisa diakses melalui gerbang kerendahan hati dan pelayanan. Orang Kristen harus terus-menerus menolak pola pikir duniawi berupa kesombongan dan dominasi (20:25; 1 Pet. 5:3; 3 Yoh. 9, 10). Menjadi besar bukanlah tentang memanjat tangga kesuksesan, dengan menginjak siapa saja yang mungkin menghalangi jalan kita. Sebaliknya, itu berasal dari pelayanan yang rendah hati—menjadi berkat bagi kehidupan orang lain (20:26-28; Yoh. 13:1-17).
David Stewart
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Poin-poin utama ini disadur dari pelbagai kualitas yang dicantumkan oleh William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 2, 2d ed., T...
Catatan Akhir:
- 1 Poin-poin utama ini disadur dari pelbagai kualitas yang dicantumkan oleh William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 2, 2d ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1958), 190-92.
- 2 Lihat Mat. 5:1; 13:10, 36; 14:15; 15:12, 23; 17:19; 24:1, 3; 26:17.
- 3 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 447.
- 4 Namun begitu, sifat kekanak-kanakan kadang-kadang digunakan secara negatif dalam Perjanjian Baru untuk mencerminkan ketidakdewasaan rohani (11:16, 17; 1 Kor. 13:11; 14:20; Efe. 4:14; Ibr. 5:13, 14).
- 5 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 156.
- 6 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 461.
- 7 Lihat Mat. 5:29, 30; 11:6; 13:21, 57; 15:12; 16:23; 17:27; 18:6, 8, 9; 24:10; 26:31, 33.
- 8 1 Clement 46.8.
- 9 Josephus melaporkan bahwa orang-orang Galilea memberontak, menciduk orang-orang dari kelompok Herodes dan menenggelamkan mereka dalam danau. (Josephus Antiquities 14.15.10.) Suetonius mengatakan bahwa Augustus pernah menenggelamkan beberapa orang ke dalam sungai dengan pemberat diikatkan pada leher mereka. (Suetonius Lives of the Caesars: Augustus 2.67.)
- 10 Untuk informasi lebih banyak, bersama dengan beberapa foto, lihat Carl G. Rasmussen, "Mill; Millstone," in The International Standard Bible Encyclopedia , rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1986), 3:355-56.
- 11 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 56. Dalam bahasa Ibrani, semua teks yang dikutip menyebut "wajah" raja.
- 12 Morris, 465.
- 13 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 36.
- 14 Mishnah Peah 4.2; Jerusalem Talmud Shabbath 14.3.
- 15 Keener, 452.
- 16 Lewis, 57.
- 17 Metzger, 36.
- 18 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 697-98.
- 19 H. L. Mansel, The Bible Commentary, vol. 7, Matthew to Luke (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 95.
- 20 Sebelumnya dalam Matius, tanggung jawab untuk memulai perdamaian ditempatkan pada si pelanggar (lihat komentar tentang 5:23, 24).
- 21 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 275.
- 22 Community Rule 5.24-6.1; Damascus Rule 9.2-4.
- 23 Mishnah Makkoth 3.1, 2.
- 24 Keener, 454.
- 25 Josephus Wars 1.5.2.
- 26 Talmud Berakoth 6a; lihat Mishnah Aboth 3.2, 3.
- 27 Talmud Yoma 86b.
- 28 Lihat Coy D. Roper, Exodus, Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2008), 612.
- 29 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 538.
- 30 Josephus Antiquities 17.11.4.Josephus menyinggung tentang penawaran pemungutan pajak sebesar delapan ribu talenta untuk Palestina dalam periode sebelumnya. (Lihat juga 12.4.4.)
- 31 Adolf Deissmann, Light from the Ancient East, rev. ed., trans. Lionel R. M. Strachan (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1978), 331.
- 32 Livy 26.34.3.
- 33 Morris, 475.
- 34 Demikian pula, Mishnah menggambarkan orang yang mencekik leher seorang penghutang di pasar. (Mishnah Baba Bathra 10.8.)
- 35 Lewis, 62.
- 36 Tobit 5:21, 22; 12:11-22; 1 Enoch 100.5; Jubilees 35.17; Testament of Levi 5.6; Testament of Jacob 2.5, 6; Pseudo-Philo 11.12; 15:5; 59.4; Genesis Rabbah 44.3; 60.15; Song Rabbah 3.6.3.
- 37 Lihat Origen Homilies on Luke 12.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGGEMBALAKAN DOMBA TUHAN (Matius 18:10-35)
Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya, Ia memberi mereka pelajaran penting yang harus diterapkan oleh pa...
MENGGEMBALAKAN DOMBA TUHAN (Matius 18:10-35)
Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya, Ia memberi mereka pelajaran penting yang harus diterapkan oleh para pengikut-Nya sekarang ini (18:10-35).
Orang Kristen harus cukup peduli untuk mengawasi anak-anak kecil itu (18:10-14). Kita harus jangan memandang orang lain sebagai lebih rendah. Allah mengasihi mereka, para malaikat mengawasi mereka (18:10; lihat Ibr. 1:14), dan Yesus datang untuk menyelamatkan mereka (18:11). Setiap orang adalah penting bagi Allah (18:12-14).
Orang Kristen harus cukup peduli untuk mendisiplinkan mereka yang berdosa dan tidak mau bertobat (18:15-20). Gereja punya tanggung jawab untuk menjaga dirinya murni, seperti yang Paulus instruksikan kepada jemaat di Korintus (1 Kor. 5:4-11). Jika dosa diperbolehkan hidup secara terbuka di gereja, kepentingan Kristus merugi. Disiplin dimaksudkan untuk membawa orang berdosa kembali kepada Allah.
Orang Kristen harus cukup peduli untuk mengampuni (18:21-35). Marilah kita dengan hati-hati mempertimbangkan pertanyaan Petrus, jawaban Tuhan, dan perumpamaan pengampunan.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MALAIKAT PELINDUNG (Matius 18:10)
Dalam Matius 18:10, Yesus berkata "jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini," karena &qu...
MALAIKAT PELINDUNG (Matius 18:10)
Dalam Matius 18:10, Yesus berkata "jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini," karena "malaikat mereka di sorga … selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." Ungkapan "malaikat mereka" telah ditafsirkan oleh beberapa orang sebagai acuan kepada "malaikat pelindung."Alkitab tidak menggunakan istilah ini, tapi nas-nas lain yang kurang jelas bisa saja memberi kesan bahwa malaikat seperti itu memang ada (Kej. 48:16; Maz. 34:7; 91:11, 12; Dan. 4:13; 10:13, 21; 12:1; Kisah 12:13-15). Selain itu, berbagai sumber di luar-Alkitab mendukung gagasan ini.36
Bagian utama dari keyakinan modern tentang malaikat-malaikat khusus seperti itu telah dihasilkan dalam pikiran manusia dan tidak berasal dari Firman Allah. Beberapa orang percaya bahwa setiap jiwa diberi malaikat pelindung sesaat sebelum atau pada saat kelahiran. Yang lainnya percaya bahwa hanya orang Kristen yang memiliki perlindungan ini dan itu berlanjut terus hanya selama orang itu tetap setia kepada Allah. Satu teori menduga bahwa tujuan adanya malaikat pelindung adalah untuk melindungi orang dari celaka atau bahaya. Dalam peran tersebut, malaikat itu menuntun orang itu ke jalan yang aman dan menjauhkan dia dari bahaya apa saja. Teori lainnya adalah bahwa fungsi para malaikat pelindung itu adalah serupa dengan peran hati nurani. Sebagian besar dari kita pernah melihat gambar seseorang dengan malaikat yang baik pada satu bahunya dan malaikat jahat di bahunya yang lain, mencoba mengarahkan orang itu ke arah yang berlawanan.37
Jika semua orang Kristen memiliki malaikat pelindung yang melindungi mereka, siapakah yang salah ketika kemalangan menimpa salah satu dari kita? Apakah malaikat pelindung itu gagal? Apakah orang Kristen sekedar diberi malaikat yang tidak baik atau lalai? Gagasan tentang adanya malaikat pelindung perorangan memang bisa mendatangkan kenyamanan bagi beberapa orang percaya, tapi bukti-bukti untuk itu tidak ada di dalam Kitab Suci. Alkitab mengajar kita bahwa sekarang ini malaikat tetap bekerja, tapi belum tentu sebagai malaikat pelindung perorangan. Mereka bekerja sebagai agen Allah ilahi (Ibr. 1:14). Orang harus jangan disibukkan dengan para malaikat atau menyembah mereka (Kol. 2:18; Why. 22:8, 9), karena mereka juga adalah makhluk ciptaan (Maz. 148:1-6). Fokus kita harus pada Kristus (Ibr. 1:5, 6).
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi