Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ende -> Mat 21:1
Ende: Mat 21:1 - -- Menurut keterangan Joanes Jesus telah mengundjungi Jerusalem lebih dahulu djuga
sampai tiga kali. Harus disinipun kita perhatikan, bahwa Mt. tidak men...
Menurut keterangan Joanes Jesus telah mengundjungi Jerusalem lebih dahulu djuga sampai tiga kali. Harus disinipun kita perhatikan, bahwa Mt. tidak mengindahkan waktu atau urutan waktu, melainkan isi adjaran sadja.
Ref. Silang FULL -> Mat 21:1
Ref. Silang FULL: Mat 21:1 - Bukit Zaitun · Bukit Zaitun: Mat 24:3; 26:30; Mr 14:26; Luk 19:37; 21:37; 22:39; Yoh 8:1; Kis 1:12
· Bukit Zaitun: Mat 24:3; 26:30; Mr 14:26; Luk 19:37; 21:37; 22:39; Yoh 8:1; Kis 1:12
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 21:1-11
Matthew Henry: Mat 21:1-11 - Yesus Dielu-elukan di Yerusalem
Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan dua faktor utama yang membukakan pintu keselamatan. Tujuan-Nya datang ke dunia ini adalah untuk m...
- Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan dua faktor utama yang membukakan pintu keselamatan. Tujuan-Nya datang ke dunia ini adalah untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan, seperti yang telah Dia beri tahukan sebelumnya (20:28). Oleh karena itu, semua penulis Injil mencatat kisah penderitaan dan kematian hingga kebangkitan-Nya secara lebih khusus dibandingkan dengan kisah hidup-Nya yang lain. Matius pun bergegas membahas hal tersebut. Karena itulah pasal ini diawali dengan apa yang disebut sebagai minggu penderitaan. Kristus telah beberapa kali memberi tahu para murid-Nya untuk bersiap pergi ke Yerusalem, di mana Anak Manusia akan diserahkan. Dalam perjalanan-Nya ke sana Dia banyak berbuat baik, dan kini Ia akhirnya sampai juga di Yerusalem. Di sini diceritakan tentang:
- I. Bagaimana Ia masuk ke Yerusalem secara terang-terangan, pada hari pertama di minggu penderitaan itu (ay. 1-11).
- II. Kuasa yang Ia tunjukkan di sana, sewaktu Ia menyucikan Bait Allah dengan mengusir semua orang yang berjual beli di sana (ay. 12-16).
- III. Pohon ara yang tidak berbuah, serta percakapan Yesus dengan para murid-Nya mengenai hal itu (ay. 17-22).
- IV. Bagaimana Ia membenarkan wewenang yang Ia miliki, dengan membandingkannya dengan baptisan yang dilakukan Yohanes (ay. 23-28).
- V. Bagaimana Dia mempermalukan imam-imam kepala dan para tua-tua karena ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, dengan menceritakan pertobatan para pemungut cukai yang digambarkan melalui perumpamaan tentang dua orang anak (ay. 29-32).
- VI. Bagaimana Dia menyerukan bencana yang akan menimpa umat Yahudi karena hidup mereka tidak menghasilkan buah, dengan memakai perumpamaan tentang kebun anggur yang disewakan kepada para penggarap yang tidak setia (ay. 33-46).
Yesus Dielu-elukan di Yerusalem (21:1-11)
- Keempat penulis Injil mencatat dengan cermat perikop yang menggambarkan bagaimana Yesus dielu-elukan saat memasuki kota Yerusalem dengan mengendarai keledai, lima hari sebelum kematian-Nya. Hari Paskah jatuh pada hari keempat belas di bulan itu, sedangkan waktu itu baru hari kesepuluh, yaitu saat untuk mengambil domba Paskah dan memisahkan domba itu untuk dikorbankan, seperti yang telah ditetapkan dalam hukum Taurat (Kel. 12:3). Oleh karena itu, Kristus, Domba Paskah yang akan dikorbankan bagi kita, dipertunjukkan di hadapan khalayak ramai hari itu juga. Dengan demikian, peristiwa itu menjadi titik awal penderitaan-Nya. Sebetulnya, sejak beberapa waktu sebelumnya, Dia telah menetap di Betania, yaitu sebuah desa yang tak jauh dari Yerusalem, tempat di mana Maria mengurapi kaki-Nya pada waktu mereka sedang makan malam bersama sehari sebelumnya (Yoh. 12:3). Namun, sebagaimana yang biasanya dilakukan oleh para utusan, Ia tidak menampakkan diri-Nya kepada orang banyak segera setelah ia datang, melainkan menundanya selama beberapa waktu. Tuhan kita Yesus banyak berkeliling, dan Dia menunjukkan kerendahan hati dan kerja keras-Nya dengan membiasakan diri berjalan kaki dari Galilea ke Yerusalem, berpuluh-puluh kilometer jauhnya. Betapa banyak langkah yang harus Ia ambil untuk berkeliling melakukan banyak kebaikan, yang mengakibatkan kaki-Nya menjadi kotor dan lelah. Jadi, betapa tidak layaknya jika orang-orang Kristen menuntut banyak kenyamanan dan kehormatan di dalam hidup ini, sementara Guru mereka sendiri saja tidak banyak menikmati kedua hal itu! Namun kini, untuk sekali ini saja dalam hidup-Nya, Dia dielu-elukan, dan itu terjadi saat Dia memasuki kota Yerusalem, untuk menderita dan mati, seolah-olah kesenangan dan penghormatan seperti itulah yang dikejar-kejar-Nya dan kini membuatnya berbangga diri.
- Di sini diceritakan tentang:
- I. Perlengkapan yang disediakan bagi upacara penyambutan-Nya sangatlah sederhana dan biasa-biasa saja, yang menunjukkan bahwa Kerajaan-Nya bukanlah berasal dari dunia ini. Tidak ada warta yang disiarkan atau suara sangkakala yang dikumandangkan untuk mengiringi Dia. Tidak ada kereta kuda ataupun jubah kebesaran, sebab hal itu tidaklah sesuai dengan keadaan diri-Nya yang hina. Akan tetapi, semuanya nanti akan jauh lebih hebat bila Ia datang untuk yang kedua kalinya, dalam segenap keagungan yang saat ini masih disimpan untuk diperlihatkan pada saat itu, yaitu waktu sangkakala terakhir dibunyikan, dan para malaikat yang mulia menjadi pewarta dan pengiring-Nya, dan awan-awan pun menjadi kereta kebesaran-Nya. Akan tetapi, saat ini Dia menampakkan diri di hadapan orang banyak itu dengan:
- . Persiapan yang begitu mendadak dan terburu-buru. Persiapan yang baik telah dilakukan bagi kemuliaan-Nya di tempat yang lain, dan juga bagi kemuliaan kita bersama-Nya, bahkan sebelum dunia ini dijadikan, karena itulah kemuliaan yang diidam-idamkan hati-Nya. Kemuliaan di dunia ini tidak berarti apa-apa bagi Dia, dan karena itulah, sekalipun Dia telah mengetahui hal itu, Dia tidak menyiapkannya sedari awal, tetapi membiarkannya mengalir begitu saja. Mereka hampir sampai di Betfage, daerah pinggiran Yerusalem yang jalannya panjang terhampar menuju Bukit Zaitun, yang dalam segala hal dipandang seperti kota Yerusalem sendiri (menurut alim ulama Yahudi). Saat Dia memasuki kota itu, Dia menyuruh dua orang murid-Nya (sebagian orang berpendapat bahwa dua orang murid itu adalah Petrus dan Yohanes) untuk mengambil seekor keledai bagi-Nya, sebab Dia tidak memiliki seekor keledai pun yang siap untuk ditunggangi-Nya saat itu.
- . Persiapan yang sangat sederhana. Dia hanya menyuruh murid-Nya mengambil seekor keledai dan anaknya (ay. 2). Di daerah itu, keledai memang lebih umum dipakai untuk bepergian, sedangkan kuda hanya dimiliki oleh para pembesar, atau disimpan untuk berperang. Kristus bisa saja mengendarai kerub (Mzm. 18:11). Namun, sekalipun Dia itu Allah dan melayang di atas langit sebagai Yahweh, saat ini Ia adalah Yesus, Imanuel, Allah beserta kita, yang ada di dalam keadaan-Nya yang hina, dan karena itu, Ia pun mengendarai seekor keledai. Tetapi, sebagian orang beranggapan bahwa Dia melakukan itu untuk menghormati kebiasaan para hakim di Israel yang biasanya menunggang keledai putih (Hak. 5:10), sedangkan anak-anak mereka menaiki anak keledai (Hak. 12:14). Kristus memang akan datang kembali, bukan sebagai seorang penguasa, namun sebagai hakim umat Israel, yang akan datang untuk menghakimi dunia ini.
- . Keledai itu bahkan bukan milik-Nya sendiri, melainkan dipinjam dari orang lain. Meski Dia tidak pernah memiliki rumah sendiri, namun orang bisa saja menyangka bahwa setidaknya Ia punya seekor keledai untuk dipakai berkeliling, seperti para pengembara yang hidup dari bantuan kawan-kawannya. Namun, demi kita, Ia rela menjadi miskin dalam segala hal (2Kor. 8:9). Ada pepatah yang mengatakan, "Orang yang hidup dengan meminjam adalah orang yang hidup dalam kesengsaraan." Dalam hal ini, juga dalam segala hal lainnya, Kristus adalah seseorang yang penuh dengan kesengsaraan. Dia tidak memiliki suatu benda apa pun di dunia ini, kecuali yang diberikan atau dipinjamkan pada-Nya.
- Murid-murid yang disuruh meminjam keledai itu dipesankan supaya berkata, "Tuhan memerlukannya." Orang yang membutuhkan sesuatu tidak boleh malu mengakui kebutuhannya, dan tidak boleh berkata seperti si bendahara yang tidak jujur, "Mengemis aku malu" (Luk. 16:3). Akan tetapi, di sisi lain, tidak ada seorang pun yang boleh memanfaatkan kebaikan teman-teman mereka dengan pergi meminta atau meminjam sesuatu saat mereka tidak membutuhkannya. Melalui peristiwa meminjam keledai tersebut:
- (1) Kita bisa menyaksikan kemahatahuan Kristus. Meskipun segala sesuatu tidak direncanakan, Kristus tetap dapat memberi tahu murid-murid-Nya tempat yang tepat di mana mereka akan menemukan seekor keledai dan anaknya. Kemahatahuan-Nya itu bahkan mencakup hal-hal mengenai makhluk ciptaan-Nya yang terendah sekalipun, yaitu keledai dan anaknya, dan dalam keadaan apa mereka akan ditemukan, apakah sedang terikat ataupun bebas. Lembukah yang Allah perhatikan? (1Kor. 9:9) Tentu saja begitu, Dia bahkan tidak membiarkan keledai Bileam disakiti. Dia mengenal semua ciptaan-Nya, sehingga Dia pun dapat memakai mereka semua untuk menggenapi tujuan-Nya.
- (2) Kita bisa menyaksikan kuasa-Nya atas roh manusia. Hati orang yang paling hina, bahkan sampai hati para raja, semua ada dalam genggaman tangan Tuhan. Kristus menegaskan hak-Nya untuk memakai keledai itu, saat Ia menyuruh mereka membawa binatang itu pada-Nya. Segenap bumi dan isinya adalah milik Tuhan Yesus Kristus. Akan tetapi, Ia juga sudah memperhitungkan hambatan yang mungkin akan dihadapi para murid saat melakukan tugas mereka. Mereka tidak boleh mengambilnya clam et secreto -- secara diam-diam, apalagi vi et armi -- secara paksa, tetapi harus mengambilnya dengan sepengetahuan dan persetujuan pemiliknya, dan mereka pasti akan memperolehnya, karena Kristus menjamin hal ini. Jikalau ada orang yang menegor kamu, katakanlah, Tuhan memerlukannya. Perhatikan, Kristus akan menolong kita untuk menunaikan apa pun yang telah Ia perintahkan kepada kita, dan Ia memperlengkapi kita dengan jawaban yang tepat bagi keberatan yang mungkin akan diajukan kepada kita, sehingga membuat tugas itu dapat terlaksana. Seperti yang terjadi dalam peristiwa ini, Ia menyediakan jawaban bahwa Ia akan segera mengembalikan keledai yang dipinjam itu. Dengan menyuruh murid-murid-Nya pergi mengambil keledai yang akan dipakai-Nya, Ia menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan dari segala ciptaan, dan dengan melembutkan hati pemilik keledai untuk membiarkan keledainya diambil tanpa jaminan, Ia menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah dari roh segala makhluk, yang mampu menundukkan hati mereka.
- (3) Kita bisa melihat keadilan dan kejujuran di sini, karena keledai itu tidak dipakai tanpa persetujuan dari pemiliknya, walaupun keledai itu hanya akan dipakai sebentar saja, yaitu untuk ditunggangi melintasi satu atau dua jalan saja. Sikap adil ini lebih nyata bila kita memperhatikan pendapat sebagian orang yang mengartikan anak kalimat terakhir sebagai berikut, "Katakanlah, Tuhan memerlukannya, dan Dia (yaitu Tuhan) akan segera mengembalikannya padamu, dan memastikan bahwa keledai itu diantarkan dengan selamat ke tangan pemiliknya, segera setelah Dia tidak lagi membutuhkannya." Perhatikan, apa pun yang kita pinjam harus dikembalikan tepat waktu dan dalam kondisi yang baik, sebab, hanya orang fasik yang meminjam dan tidak membayarnya kembali. Kita harus berhati-hati dengan barang pinjaman supaya barang itu jangan sampai rusak. Wahai tuanku! Itu barang pinjaman!
- II. Nubuat firman yang digenapi melalui kejadian ini (ay. 4-5). Dalam segala hal yang diperbuat dan diderita-Nya, Tuhan kita Yesus selalu memperhatikan supaya firman yang disampaikan boleh digenapi. Sama seperti para nabi (yang merupakan saksi-saksi-Nya itu) menanti-nantikan dan memperhatikan kedatangan-Nya, demikian pula Ia sungguh memperhatikan apa yang mereka katakan, supaya segala sesuatu yang dituliskan tentang Sang Mesias tergenapi dengan sempurna di dalam diri-Nya. Nubuat dalam Kitab Zakaria 9:9 secara khusus menceritakan Dia, dan di dalamnya terdapat nubuat yang penting mengenai Kerajaan Mesias yang harus digenapi, yaitu, Katakanlah kepada puteri Sion. Lihat, Rajamu datang kepadamu.
- Nah, perhatikanlah di sini:
- . Bagaimana kedatangan Kristus telah dinubuatkan sebelumnya, Katakanlah kepada puteri Sion, umat Allah, gunung yang kudus, Lihat, Rajamu datang kepadamu.
- Perhatikan:
- (1) Yesus Kristus adalah Raja atas umat-Nya, seorang yang dipilih dari tengah-tengah saudara-saudara kita sendiri, sesuai dengan peraturan dalam Kerajaan-Nya (Ul. 17:15). Dialah yang dilantik sebagai Raja atas gereja (Mzm. 2:6). Dia diterima sebagai Raja oleh gereja, dan putri Sion pun menyatakan sumpah setianya (Hos. 1:11).
- (2) Kristus, Sang Raja dari jemaat-Nya, mendatangi mereka bahkan sampai turun ke dunia ini. Ia datang kepadamu, untuk memerintah atas kamu, memerintah di dalam kamu dan untuk kamu sekalian. Dia adalah Kepala dari segala yang ada dalam jemaat. Dia datang ke Sion (Rm. 11:26), supaya dari Sion keluar pengajaran, sebab jemaat dan kepentingan mereka adalah segalanya bagi Sang Penebus.
- (3) Pemberitahuan mengenai kedatangan Sang Raja telah disampaikan terlebih dahulu kepada jemaat, Katakanlah kepada putri Sion. Perhatikan, Kristus akan memastikan bahwa kedatangan-Nya sudah ditunggu-tunggu oleh para pengikut-Nya dengan sebuah pengharapan yang besar, Katakanlah kepada putri Sion bahwa mereka boleh keluar untuk menengok Raja Salomo (Kid. 3:11). Pemberitahuan mengenai kedatangan Kristus biasanya diawali dengan kata Lihat, yaitu sebuah kata perintah untuk memperhatikan sekaligus mengagumi. Lihat, Rajamu datang, pandanglah dan kagumilah Dia, tengoklah dan sambutlah Dia. Inilah kunjungan seorang pembesar yang sungguh-sungguh menakjubkan. Pilatus, seperti juga Kayafas, tidak tahu apa yang mereka katakan sewaktu mengucapkan kalimat yang agung itu (Yoh. 19: 14), Inilah Rajamu.
- . Gambaran keadaan sewaktu Dia datang. Ketika seorang raja datang, biasanya orang berharap akan melihat sesuatu yang luar biasa hebat dan menakjubkan, terutama bila dia datang untuk memerintah atas kerajaannya. Sang Raja, Tuhan semesta alam, tampak duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang (Yes. 6:1), tetapi saat itu tidak demikian adanya, melainkan, Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. Saat Kristus hendak menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya, Dia melakukan-Nya dalam kelemahlembutan-Nya, dan bukan dalam kebesaran-Nya.
- (1) Perangai-Nya begitu lembut. Dia tidak datang dengan murka dendam, tetapi dengan belas kasihan, untuk mengerjakan karya keselamatan. Dia lemah lembut dalam menanggung penderitaan dan hinaan yang begitu besar demi Sion, serta sabar dalam menghadapi kebebalan dan kejahatan keturunan Sion. Dia begitu mudah dijangkau, dan mudah dimintai pertolongan. Ia lemah lembut bukan hanya sebagai seorang Guru, tetapi juga sebagai seorang Penguasa. Ia memerintah dengan kasih. Pemerintahan yang dijalankan-Nya lemah lembut dan penuh kasih, dan hukum-Nya tidak menuntut darah para pengikut-Nya, melainkan darah-Nya sendiri. Kuk yang dipasang-Nya pun ringan.
- (2) Hal itu dibuktikan dengan penampakan-Nya dalam keadaan yang sederhana, yaitu duduk di atas keledai beban, hewan yang tidak diciptakan untuk menunjukkan status, melainkan untuk pekerjaan berat. Binatang itu juga bukan diciptakan untuk peperangan, melainkan untuk sekedar memikul beban. Keledai bergerak dengan perlahan namun pasti, aman dan stabil. Hal tersebut telah lama dinubuatkan, dan usaha untuk menggenapinya telah dilakukan dengan hati-hati sehingga maknanya yang besar dapat ditekankan, supaya orang-orang miskin boleh berbesar hati untuk mendekati Kristus. Raja Sion tidak datang dengan menunggang kuda yang berjingkrak-jingkrak yang membuat rakyat kecil takut mendekat. Bukan juga dengan seekor kuda yang berlari kencang dan tidak dapat diimbangi oleh orang yang tidak bisa bergerak cepat. Sebaliknya, Ia hanya menunggangi seekor keledai lamban, sehingga pengikut-Nya yang termiskin sekalipun tidak akan terhalang untuk mendekati-Nya. Dalam nubuat itu, disebutkan juga mengenai seekor keledai beban yang muda dan oleh karena itulah, Kristus menyuruh murid-murid-Nya untuk membawa anak keledai beserta dengan induknya, sehingga firman Allah boleh digenapi.
- III. Arak-arakan yang berlangsung tanpa dihiasi kebesaran duniawi, sesuai dengan persiapannya yang sederhana. Meski begitu, persiapan dan arak-arakannya diiringi dengan kuasa rohani.
- Perhatikanlah:
- . Perlengkapan-Nya, Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka (ay. 6). Mereka pergi untuk mengambil keledai betina dan anaknya, dengan keyakinan bahwa pemiliknya pasti akan meminjamkan kedua binatang itu kepada mereka. Perhatikanlah, perintah Kristus tidak boleh dibantah, melainkan harus ditaati. Mereka yang taat pada perintah-Nya dengan sepenuh hati tidak akan dikecewakan atau tersandung dalam melakukannya. Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya. Keadaan hina hewan yang ditunggangi Kristus itu bisa saja ditutupi dengan pakaian kuda yang mewah, namun hal ini pun tidak terjadi, melainkan berlangsung seperti yang diceritakan kemudian. Mereka bahkan tidak punya sehelai pelana pun untuk keledai itu, sehingga para murid mengalasinya dengan pakaian mereka sendiri, dan hal itu dianggap cukup untuk menutupi kekurangan tersebut. Perhatikanlah, kita tidak boleh terlalu mementingkan kenyamanan luar, atau terlalu menuntutnya. Ketidakpedulian atau ketidakacuhan yang kudus menunjukkan bahwa hati kita tidaklah berpusat pada hal tersebut, dan bahwa kita telah meneladani peraturan Rasul Paulus dalam Roma 12:16, untuk berpuas diri dalam hal-hal yang sederhana. Apa pun bisa berguna bagi para pelancong, dan ada sebuah keindahan yang bahkan bisa dihasilkan dari ketidakacuhan atau ketidakpedulian tulus semacam itu. Sekalipun demikian, para murid memperlengkapi-Nya dengan yang terbaik yang mereka miliki. Mereka bahkan tidak keberatan mengorbankan pakaian mereka saat Tuhan memerlukannya. Perhatikanlah, kita tidak boleh menganggap pakaian kita terlalu berharga untuk dikorbankan demi melayani Kristus, untuk diberikan kepada para pengikut-Nya yang miskin dan menderita. Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian (25:36). Kristus sendiri membiarkan diri-Nya dilucuti bagi kita.
- . Pengiring-Nya, tidak ada satu pun yang agung ataupun hebat dalam hal ini. Raja Sion datang ke Sion, dan putri Sion sudah lama diberi tahu mengenai kedatangan-Nya itu. Akan tetapi, Dia tidaklah disambut oleh para pembesar negeri, atau dijumpai oleh para penguasa kota secara resmi, seperti yang mungkin dikira orang. Seharusnya mereka memberi Dia kunci kota itu, dan dengan hormat mempersilakan-Nya naik ke kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga Raja Daud. Namun, tak satu pun dari hal itu yang terjadi pada-Nya. Meskipun demikian, ada pula yang menanti-nantikan-Nya, yaitu orang banyak yang sangat besar jumlahnya. Mereka adalah masyarakat awam, rakyat jelata yang lebih pantas kita sebut sebagai gerombolan orang, satu-satunya yang menandai kekhidmatan dalam kemenangan Kristus ini. Di kemudian hari, imam-imam kepala dan tua-tua menggabungkan diri mereka dengan orang banyak yang menyiksa Kristus di kayu salib, namun tak seorang pun dari mereka yang terlihat batang hidungnya saat ini ketika orang banyak itu menyanjung-nyanjung Dia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang yang menantikan Kristus, melainkan yang bodoh dan yang hina bagi dunia (1Kor. 1:26, 28). Perhatikan, Kristus lebih dipermuliakan oleh orang banyak itu daripada oleh kehebatan para pengikut-Nya, sebab Dia menilai manusia berdasarkan jiwa mereka, dan bukan karena pangkat, jabatan, atau nama besar mereka.
- Nah, mengenai orang banyak yang jumlahnya besar itu, diceritakan tentang:
- (1) Apa yang mereka perbuat. Mereka berusaha menghormati Kristus dengan segenap kemampuan mereka.
- [1] Mereka menghamparkan pakaiannya di jalan, supaya Kristus dapat menunggang keledai di atasnya. Saat Yehu dinobatkan sebagai raja, para panglima meletakkan jubah mereka di bawahnya sebagai tanda kesetiaan mereka padanya. Perhatikanlah, orang-orang yang menjadikan Kristus Raja mereka harus meletakkan segala yang mereka punyai di bawah kaki-Nya, yaitu pakaian, sebagai lambang penyerahan hati, sebab saat Kristus datang (tetapi tidak boleh dilakukan bila orang lain yang datang), haruslah dikatakan kepada setiap jiwa, tunduklah, supaya Dia bisa lewat. Sebagian orang berpendapat bahwa pakaian itu dihamparkan bukan di atas tanah, melainkan di atas pagar atau tembok untuk menghiasi jalanan, sebagaimana permadani yang digantung di atas balkon untuk menyambut arak-arakan. Penyambutan seperti itu sederhana sekali, namun Kristus menghargai maksud baik mereka, dan di sini kita diajarkan untuk selalu berusaha sedapat mungkin menyambut Kristus, yaitu diri-Nya dan anugerah-Nya, serta Kabar Baik-Nya, di dalam hati dan rumah kita. Apa yang seharusnya kita perbuat untuk menyatakan penghormatan kita pada Kristus? Penghormatan dan pengagungan seperti apa yang layak kita berikan kepada-Nya?
- [2] Ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan, seperti yang biasanya mereka lakukan di Hari Raya Pondok Daun, yang melambangkan kemerdekaan, kemenangan, dan sukacita, sebab misteri hari raya itu diceritakan secara khusus untuk menggambarkan zaman sewaktu Injil dikabarkan (Za. 14:16).
- (2) Apa yang mereka katakan. Orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang, mereka sehati dan sepikiran. Mereka adalah orang-orang yang mewartakan kedatangan-Nya dan yang mengiringi Dia dengan sorak-sorai, dan berseru, katanya, "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" (ay. 9). Mereka memang biasa menyerukan hosana saat membawa-bawa ranting di Hari Raya Pondok Daun. Karena itulah, mereka kemudian menyebut kumpulan ranting itu sebagai hosana. Hosana berarti, Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! yang mengacu kepada Mazmur 118:25-26, di mana Mesias dinubuatkan sebagai batu penjuru, meskipun tukang-tukang bangunan telah membuang-Nya. Segenap pengikut setia-Nya dibawa serta dalam kemenangan-Nya, dan mereka pun mengiringi Dia dengan penuh pengharapan akan kemakmuran dalam Kerajaan-Nya. Hosana bagi Anak Daud juga berarti, "Kami melakukan ini untuk menghormati Anak Daud."
- Sorakan hosana yang menyambut Kristus itu melambangkan dua hal:
- [1] Penyambutan mereka terhadap Kerajaan-Nya. Hosana sama artinya dengan, Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan. Nubuat telah mengatakan mengenai Anak Daud ini bahwa segala bangsa akan menyebut dia berbahagia (KJV: "diberkati," Mzm. 72:17), dan saat itulah nubuat tersebut mulai digenapi, semua orang yang percaya di segala zaman setuju dan menyebut-Nya terberkati. Inilah bahasa iman yang sejati.
- Perhatikanlah:
- Pertama, Yesus Kristus datang dalam nama Tuhan. Dia telah dikuduskan dan diutus ke dunia ini sebagai Sang Pengantara, sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan memeterai-Nya.
- Kedua, kedatangan Kristus dalam nama Tuhan patut diterima sepenuhnya, dan kita semua harus mengatakan, Diberkatilah Ia yang datang, untuk memuji Dia dan bersuka di dalam Dia. Biarlah kedatangan-Nya dalam nama Tuhan itu diucapkan dengan penuh penghayatan sebagai penghiburan bagi kita, dan juga dengan seruan yang penuh sukacita bagi kemuliaan-Nya. Jadi, kita juga bisa mengatakan, "Diberkatilah Ia, sebab karena Dialah kita diberkati." Jadi, marilah kita mengikuti Dia dengan puji-pujian kita, karena Dia telah mencurahkan segala berkat-Nya kepada kita.
- [2] Harapan baik mereka bagi kesejahteraan Kerajaan-Nya, seperti yang tersirat dalam seruan hosana itu. Mereka sungguh-sungguh berharap supaya kemakmuran dan kegemilangan mengiringi Kerajaan-Nya, sehingga Kerajaan itu menjadi Kerajaan yang penuh dengan kemenangan. "Kirimkanlah kemakmuran bagi Kerajaan itu." Jikalau mereka menganggap Kerajaan itu sebagai Kerajaan biasa yang bersifat sementara, maka itu adalah kesalahan mereka sendiri, yang sebentar lagi akan diperbaiki. Tetapi, bagaimanapun juga, niat baik mereka tetap diterima oleh Kristus. Perhatikanlah, kita wajib untuk benar-benar menghendaki dan mendoakan kemakmuran dan keberhasilan Kerajaan Kristus di dunia ini. Jadi, kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari (Mzm. 72:15), supaya segenap kebahagiaan akan mengiringi kepentingan-Nya di dunia ini, dan supaya Dia akan terus maju dalam semarak-Nya, demi perikemanusiaan (Mzm. 45:5), meskipun kini Dia hanya mengendarai seekor keledai beban. Inilah yang kita maksudkan saat kita berdoa dengan berkata, "Datanglah Kerajaan-Mu." Mereka juga menambahkan Hosana di tempat yang mahatinggi, yang berarti, Biarlah kemakmuran tertinggi mengiringi Dia, biarlah nama-Nya ada di atas segala nama, takhta-Nya di atas segala takhta. Marilah kita puji Dia setinggi-tingginya, biarlah jemaat-Nya naik ke sorga, ke tempat yang mahatinggi, dan mendapatkan kedamaian serta keselamatan dari tempat itu. Lihat Mazmur 20:7, Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus.
- . Di sini kita melihat penyambutan yang diterima-Nya di Yerusalem (ay. 10). Ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu. Semua orang memperhatikan-Nya, sebagian merasa takjub dengan hal baru seperti ini, yang lainnya menertawakan kesederhanaannya, dan mungkin sebagian lainnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel, dipenuhi dengan sukacita. Yang lain lagi, dari kelompok Farisi, gempar karena rasa dengki dan amarah. Bermacam-macam pergolakan jiwa manusia yang ditimbulkan karena mendekatnya Kerajaan Kristus!
- Mengenai kekisruhan ini, dijelaskan lebih lanjut:
- (1) Apa yang dikatakan oleh orang-orang itu, "Siapakah orang ini?"
- [1] Sepertinya mereka tidak tahu-menahu mengenai Kristus. Meskipun Dia adalah Kemuliaan dari umat-Nya Israel, namun Israel tidak mengenal-Nya. Meskipun Dia telah menampilkan diri-Nya melalui banyak mujizat di antara mereka, namun putri-putri Yerusalem tidak mengenali-Nya dari antara kekasih yang lain (Kid. 5:9). Masakan Dia yang mahakudus tidak dikenal di kota kudus-Nya! Memang di tempat-tempat di mana ada cahaya bersinar paling terang dan paling banyak orang mengaku-ngaku beragama, di situ biasanya ada lebih banyak orang yang masa bodoh dibandingkan dengan di tempat lain.
- [2] Meski begitu, mereka sangat penasaran mengenai Dia. Siapakah gerangan orang ini hingga Ia begitu menyedot perhatian dan dielu-elukan seperti itu? Siapakah itu Raja Kemuliaan, yang hendak masuk ke dalam hati kita? (Mzm. 24:8; Yes. 63:1).
- (2) Bagaimana orang banyak menjawab pertanyaan itu, "Inilah Yesus" (ay. 11). Dibanding orang-orang besar lainnya, orang banyak itu lebih mengenal Kristus. Vox populi -- suara rakyat memang terkadang mewakili Vox Dei -- suara Tuhan. Nah, dalam jawaban yang mereka katakan mengenai Dia:
- [1] Mereka benar dalam menyebut-Nya sebagai Sang Nabi, Nabi yang besar itu. Hingga saat itu, Dia memang telah dikenal sebagai seorang Nabi, yang mengajar dan melakukan mujizat. Tetapi kini, mereka menyaksikan-Nya sebagai Raja. Tugas Kristus sebagai Imam adalah yang terakhir terkuak di antara ketiga tugas yang diemban-Nya.
- [2] Namun begitu, mereka keliru ketika berkata bahwa Dia berasal dari Nazaret, dan hal itu menegaskan beberapa prasangka yang mereka miliki terhadap Dia. Perhatikanlah, ada sebagian orang yang bersedia menghormati Kristus dan memberikan kesaksian bagi Dia, namun mereka melakukannya dengan anggapan yang keliru mengenai Dia, yang sebenarnya tidak perlu terjadi seandainya mereka mau berusaha lebih keras untuk mengenal Dia dengan lebih baik.
SH: Mat 21:1-11 - Arti penyambutan Yesus (Selasa, 22 Februari 2005) Arti penyambutan Yesus
Suatu peristiwa yang luar biasa terjadi di nas ini yaitu
sambutan dan sorak-sorai orang banyak ketika Yesus memasuki
...
Arti penyambutan Yesus
Suatu peristiwa yang luar biasa terjadi di nas ini yaitu sambutan dan sorak-sorai orang banyak ketika Yesus memasuki Yerusalem (ayat 1-11). Apa yang mendorong mereka menyambut Yesus? Kalau biasanya rakyat menyambut seorang panglima perang yang pulang setelah mengalahkan beribu musuh yang tidak mereka lihat sendiri, dalam bacaan ini mereka menyanjung riang Yesus sebagai seorang yang kebaikan-Nya telah mereka alami.
Bagi mereka kedatangan Yesus yang mengendarai keledai muda mengisyaratkan kerendahhatian dan kelemahlembutan (ayat 5). Hal ini berbeda dari kedatangan pahlawan perang dalam `kendaraan agung' berupa kuda dengan persenjataan lengkap yang mengisyaratkan keperkasaan. Penerimaan orang banyak terhadap Yesus saat itu bukan suatu upacara formalitas, melainkan peristiwa spontan yang timbul dari hati. Pujian yang mengelu-elukan Yesus langsung merujuk kepada pemuliaan nama-Nya sebagai Mesias (ayat 9).
Spontanitas seperti orang banyak yang menyambut Yesus, apakah masih ada dalam pujian kita saat ini? Banyak anak Tuhan yang menaikkan pujian dengan sembarangan, tidak lagi menghormati kehadiran Tuhan. Memuji Tuhan tidak lagi lahir dari hati yang sungguh bersyukur atas anugerah-Nya. Melainkan pujian dilakukan karena tugas pelayanan, ingin dilihat orang lain sebagai anak Tuhan yang saleh, motivasi ingin menunjukkan kemampuan bernyanyi, ingin terhibur, dlsb. Mereka tidak menyadari bahwa Tuhan memperhatikan. Seharusnya kita mengetahui bahwa Tuhan bertakhta atas pujian umat-Nya. Tuhan ingin kita menyambut-Nya dengan hati yang memuji. Apakah kita sudah memuji Tuhan dengan cara dan motivasi yang benar? Jika belum, bertobatlah dan pujilah Dia dengan sikap dan motivasi benar!
Tekadku: Aku akan menyambut Tuhan sebagai Raja dalam hidupku. Mulai dari sekarang aku akan memuji-Nya dengan cara dan motivasi yang benar dimulai dari tidak bersikap sembarangan di gereja.
SH: Mat 21:1-11 - Raja Damai (Rabu, 3 Maret 2010) Raja Damai
Mengapa orang banyak menyambut Yesus masuk ke Yerusalem dengan
begitu gempar (ayat 8-10)? Apakah karena ikut-ikutan orang lain
d...
Raja Damai
Mengapa orang banyak menyambut Yesus masuk ke Yerusalem dengan begitu gempar (ayat 8-10)? Apakah karena ikut-ikutan orang lain dalam mengelu-elukan Sang Mesias, walau tidak mengerti apa-apa?
Dari perspektif orang banyak sepertinya ya. Mereka tidak beda dengan
kedua orang buta di perikop sebelum ini, yang menyebut Yesus
sebagai Anak Daud (ayat 9, Mat. 20:30,31). Kutipan dari
Namun dari perspektif Tuhan Yesus, jelas Dia sengaja mendemonstrasikan Diri-Nya sebagai Mesias dengan karakter dan tujuan yang berbeda. Perhatikan, Yesus menunggang seekor keledai muda. Ini sesuai dengan nubuat dari Nabi Zakharia (Za. 9:9). Keledai merupakan simbol perdamaian juga kesederhanaan, kelemahlembutan, dan kerendahhatian. Yesus tidak menunggang seekor kuda yang adalah lambang kekuatan dan kuasa. Bahkan Yesus tidak menunggangi sang induk keledai, melainkan anaknya (ayat 7). Demonstrasi Yesus ini hendak menegaskan kemesiasan-Nya yang bersifat rohani. Ia datang sebagai Raja damai untuk membebaskan umat manusia dari belenggu perbudakan dosa dan dari konsekuensi hukuman Allah.
Kenalkah Anda sungguh-sungguh akan Yesus? Atau selama ini Anda hanya ikut-ikutan ke gereja, berdoa, terlibat dalam berbagai kegiatan ibadah gerejani tanpa memahami siapa yang Anda sembah? Sudahkah Anda percaya dan menerima Yesus sebagai Raja damai dalam hidup Anda? Sudahkah Anda berdamai dengan Allah?
SH: Mat 21:1-11 - Sambutan untuk Raja yang Lembut (Sabtu, 11 Maret 2017) Sambutan untuk Raja yang Lembut
Kedatangan pembesar selalu disertai rangkaian protokoler yang sering kali rumit dan menyusahkan. Kedatangan Yesus ke ...
Sambutan untuk Raja yang Lembut
Kedatangan pembesar selalu disertai rangkaian protokoler yang sering kali rumit dan menyusahkan. Kedatangan Yesus ke Yerusalem jauh dari rangkaian protokoler, namun orang banyak menyambut dengan segala kemeriahan.
Dari desa Betfage, di Gunung Zaitun, sudah terlihat kota Yerusalem terhampar. Ke sana Tuhan Yesus menuntaskan panggilan-Nya. Hari-hari terakhir karya-Nya sudah semakin mendekat. Kuasa dan pengajaran Yesus sudah menumbuhkan semangat hidup di antara bangsa. Apa pun yang dilakukan dengan mengatasnamakan Yesus langsung mendulang dukungan.
Masuk ke Yerusalem untuk kunjungan yang terakhir bersama murid-murid, Yesus memilih naik keledai untuk menggenapi nubuat nabi Zakaria (4-5). Raja biasa mengendarai kereta kuda atau menunggang kuda. Yesus dan para murid biasa berjalan kaki ke mana saja, sekarang Yesus menunggang keledai yang lebih kecil dan lemah lembut, dibanding kuda yang adalah simbol kekuatan, kecepatan, dan kegagahan. Kedatangan Yesus ke Yerusalem adalah proklamasi bahwa Dia adalah Raja yang lemah lembut, sebagaimana nubuat Nabi.
Perhatikan kesediaan pemilik keledai yang spontan memberikan keledainya kepada Yesus, dan sambutan orang banyak sepanjang jalan yang dilalui-Nya! Kuasa dan kewibawaan nama Yesus sudah langsung menjadi penggerak bagi orang banyak untuk datang, menyambut, dan berseru-seru mengelu-elukan, "Hosana!" Seruan dalam bahasa Ibrani yang menyatakan pujian, harapan, kekaguman, dan kegembiraan. Hosana, Yesus Raja yang datang!
Sambutan dan reaksi spontan dari khalayak terhadap Yesus merupakan cerminan harapan dan kepercayaan yang tulus. Itu bukan hasil pencitraan apalagi kampanye. Karena Yesus tetap setia pada misi-Nya, mengerjakan kehendak Allah, bukan mengikut suara orang banyak yang menginginkan-Nya menjadi raja dunia mengganti Herodes dan melawan penjajah Romawi. Bagaimana kita mengikuti teladan-Nya pada zaman ini? [YTP]
Baca Gali Alkitab 2
Misi penyelamatan Allah yang diemban Yesus semakin dekat. Dengan keledai betina, Yesus memasuki Yerusalem. Ia disambut orang banyak sebagai seorang pahlawan bangsa yang akan membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang Yesus katakan kepada para murid-Nya saat tiba di Betfage (1-3)?
2. Apa yang dikatakan dalam nubuat para nabi mengenai Yesus (4-5)?
3. Apa yang dilakukan oleh para murid-Nya (6-7)?
4. Siapakah yang menyambut Yesus dan apa yang mereka lakukan (8-9)?
5. Apa yang terjadi saat Yesus memasuki Yerusalem (10-11)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Adakah kaitan Yerusalem dengan Yesus?
2. Mengapa Yesus disebut nabi dari Nazaret dan apa yang dimaksud oleh orang-orang Yahudi?
Apa respons Anda?
1. Saat Allah menyapa hidup Anda, apa yang Anda lakukan untuk membalas kasih-Nya?
2. Keselamatan yang Anda terima dalam Kristus adalah anugerah termahal dari Allah. Untuk membalas kemurahan-Nya, apa tekad Anda?
Pokok Doa:
Bersyukur kepada Allah bahwa kematian Kristus telah meredakan murka Allah atas hidup kita.
SH: Mat 20:29--21:11 - Kasih Tuhan. (Rabu, 25 Maret 1998) Kasih Tuhan.
Sebelum masuk Yerusalem, sudah terlihat kedaulatan Tuhan. Orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Dua orang buta itu memanggilnya Anak D...
Kasih Tuhan.
Sebelum masuk Yerusalem, sudah terlihat kedaulatan Tuhan. Orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Dua orang buta itu memanggilnya Anak Daud, suatu sebutan yang menempatkan Yesus sebagai Mesias yang diharapkan datang dengan kuasa kerajaan untuk meninggikan takhta Daud. Namun meski disambut dan diagungkan orang banyak, Yesus berbelas kasih kepada dua orang buta yang tak berdaya. Seperti halnya Ia tidak menolak anak-anak lemah (ayat
Raja Damai. Yerusalem adalah kota syalom atau kota damai. Kini Tuhan Yesus memasuki kota damai dengan menggunakan keledai. Sejak dari cara Tuhan menyuruh orang mencari binatang tunggangan sampai cara Ia memasuki kota itu, terlihat bahwa Ia bertindak dengan sikap penuh wibawa. Itulah yang membuat orang mengakui dan menyambut Dia dengan gembira sebagai Anak Daud. Namun Tuhan datang bukan sebagai raja yang mengobarkan semangat perang tetapi sebagai raja yang memberi kedamaian.
Renungkan: Sebelum kita melepas damai semu, kita tak mungkin mengalami damai sejati dari Yesus.
SH: Mat 20:29--21:11 - Semarak menghantar jalan salib (Senin, 26 Februari 2001) Semarak menghantar jalan salib
Ada saat pujian
datang, ada pula saat kecaman datang; demikianlah
yang dialami Yesus. Ia tahu bahwa sudah tiba saat-...
Semarak menghantar jalan salib
Ada saat pujian datang, ada pula saat kecaman datang; demikianlah yang dialami Yesus. Ia tahu bahwa sudah tiba saat- Nya Ia harus ke Yerusalem untuk menempuh jalan salib, tetapi sesuai dengan nubuatan nabi, Yesus mengalami suasana semarak pujian orang banyak yang mengikuti-Nya. Namun sayangnya mereka hanya mengenal-Nya sebagai nabi dari Nazaret. Mengapa demikian?
Sebelum tiba di Yerusalem, ketika Yesus keluar dari Yerikho, dua orang buta berseru kepada-Nya. Mereka memanggil Yesus sebagai Anak Daud, suatu sebutan yang berkaitan dengan Kemesiasan-Nya. Berbeda dengan respons orang banyak yang sangat tidak bersimpati melihat orang buta yang membutuhkan pertolongan, Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan untuk menolong mereka. Walaupun Ia sudah tahu kebutuhan mereka, tetapi Ia bertanya lebih dahulu apa yang mereka kehendaki dari Yesus. Mereka mengatakan suatu kebutuhan utama, yakni supaya Ia mencelikkan mata mereka. Respons Yesus (ayat 34) semata-mata bukan karena teriakan mereka, tetapi karena kehendak-Nya untuk menjamah mereka dan menyembuhkan. Kemesiasan-Nya sungguh nyata melalui kuasa-Nya mencelikkan mereka.
Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya menuju Yerusalem. Tiba di Betfage, suatu desa di Bukit Zaitun, Ia menyuruh 2 murid-Nya untuk meminjam keledai betina dengan anaknya. Kemudian Ia menunggangi keledai tersebut. Segala sesuatunya terjadi di dalam rencana dan pengaturan-Nya sesuai nubuatan nabi (ayat 2-5). Sejumlah besar orang menyambut-Nya dan menyebut-Nya: Anak Daud dan Dia yang datang dalam nama Tuhan (ayat 9). Kedua sebutan ini sesungguhnya menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, namun ternyata sebutan ini hanya keluar dari bibir mereka tanpa pemahaman yang selaras dengan pengakuan. Ia menerima segala perlakuan mereka karena Ia datang sebagai penggenap nubuatan nabi, walaupun Ia tahu bahwa mereka menyambut-Nya hanya sebagai nabi besar dan bukan seorang Mesias (ayat 11).
Renungkan: Mungkin Kristen sering terlalu mudah menyanyikan pujian atau menyerukan haleluya sebagai respons atas kebenaran firman Tuhan, tanpa didasari pemahaman dan pengenalan yang benar, yang selaras dengan pengakuan melalui bibir.
SH: Mat 20:29--21:11 - Siapakah orang ini? (Kamis, 28 Februari 2013) Siapakah orang ini?
Bisa dikatakan, zaman ini adalah zaman pencitraan sebab yang terpenting dari seorang tokoh bukan lagi apa yang sebenarnya dia ker...
Siapakah orang ini?
Bisa dikatakan, zaman ini adalah zaman pencitraan sebab yang terpenting dari seorang tokoh bukan lagi apa yang sebenarnya dia kerjakan, tetapi bagaimana persepsi orang lain tentang apa yang dia kerjakan. Seseorang bisa saja sejatinya raja tega kelas paus, tetapi jika ia berhasil membangun persepsi bahwa dirinya dermawan, biarpun semua kebaikan itu formalitas belaka, tetapi efeknya bisa menutupi segala kejahatannya. Maka jika ada tokoh yang tak butuh pencitraan karena semua tindakannya menyatakan integritasnya, maka tokoh itu bagaikan air menyegarkan yang memuaskan dahaga di zaman pencitraan ini.
Sang Mesias tak butuh pencitraan. Yesus yang sejak awal dinyatakan datang untuk "menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (1:21, 23) ditunjukkan menepati semua nubuat tentang diri-Nya. Seruan kedua orang buta, "Kasihanilah kami, Tuhan" dijawab dengan belas kasihan dan mukjizat penyembuhan yang merestorasi penglihatan mereka, merupakan salah satu buktinya. Namun Yesus tak hanya berhenti di situ. Di titik yang menentukan di dalam narasi Injil Matius, di mana perjalanan Yesus dari Galilea usai dan kini Ia secara sadar memasuki Yerusalem untuk menjalani kehendak Sang Bapa, Ia pun secara sadar menggenapi nubuat PL di Za. 9:9. Tak seperti para raja dan penguasa di Mat. 20:25, Ia justru menonjolkan kerendahan hati-Nya: datang bukan sebagai raja gagah perkasa yang menunggangi kuda jantan, tetapi bagai hamba yang menunggangi keledai. Ketaatan dan kerendahan sebagai hamba kemudian didemonstrasikan-Nya dengan mati di kayu salib.
Sepatutnya respons kita sejalan dengan respons orang Yerusalem di ayat 8-9. Kita mempersiapkan kedatangan-Nya dan mengarahkan orang untuk bertanya-tanya siapa Dia, karena melihat kesaksian yang meneladani belas kasihan dan kerendahan hati-Nya. Orang Kristen tak butuh kekuasaan politis, apalagi pencitraan ala politisi, karena kita cukup mengandalkan Kristus. Tugas kita adalah memperkenalkan Yesus kepada semua orang, jangan sampai mereka tidak pernah mendengar kabar baik tentang Sang Juruselamat.
SH: Mat 20:29--21:11 - Hosana! (Kamis, 16 September 2021) Hosana!
Dalam kehidupan bergereja dikenal ungkapan "Hosana!". Kata ini umumnya diucapkan atau dinyanyikan di sepanjang hari raya Paskah. Secara seder...
Hosana!
Dalam kehidupan bergereja dikenal ungkapan "Hosana!". Kata ini umumnya diucapkan atau dinyanyikan di sepanjang hari raya Paskah. Secara sederhana, "Hosana!" berarti: "Ya Tuhan, selamatkanlah kami."
Ada orang yang berpikir bahwa keselamatan itu adalah perkara nanti di sana. Padahal, keselamatan itu juga soal sekarang di sini. Kisah dua orang buta dalam bacaan kita hari ini adalah contoh yang paling gamblang dari kebutuhan akan keselamatan sekarang dan di sini (29-34).
Pada masa itu, orang buta dipandang sebagai orang berdosa. Mereka harus tinggal di luar kota, terasing dari yang lain. Oleh karena itu, dapat melihat (33) bukan sekadar masalah teknis, melainkan soal prinsip: dibebaskan dari dosa dan selamat! Itu dibutuhkan sekarang, bukan nanti.
Yesus tak hanya menjadikan kedua orang buta itu melihat, namun Ia juga masuk ke Yerusalem untuk menegaskan posisi-Nya sebagai Mesias (1-3). Ia masuk ke Yerusalem bukan dengan mengendarai kuda-simbol kekuasaan seorang raja-melainkan dengan mengendarai seekor keledai betina. Yesus datang bukan dengan kekuatan yang menakutkan, melainkan dengan kelembutan. Yesus menampilkan gambaran Mesias yang menyelamatkan, bukan yang menghancurkan.
Dengan demikian, tepatlah seruan "Hosana!" yang diserukan oleh orang banyak. Ia datang dalam nama Tuhan untuk menyelamatkan. Dari bacaan ini, kita diingatkan bahwa keselamatan yang diberikan oleh Yesus kepada setiap orang bukan saja baru akan berlaku nanti, di seberang sana, melainkan mulai sekarang, di sini, di dunia ini.
Keselamatan yang dapat kita terima saat ini sudah pasti membawa konsekuensi. Kita bukan saja dipanggil untuk terus memuji dan membesarkan nama Tuhan yang sudah menyelamatkan, namun juga untuk menyatakan keselamatan itu dalam keseharian dengan melakukan kebaikan bagi sebanyak mungkin orang. Dan, kebaikan yang kita lakukan bukanlah agar kita selamat, melainkan karena kita sudah diselamatkan.
Hosana! [JCP]
TFTWMS -> Mat 21:1-7
TFTWMS: Mat 21:1-7 - Persiapan PERSIAPAN (Matius 21:1-7)
1 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh ...
PERSIAPAN (Matius 21:1-7)
1 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya 2 dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. 3 Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya." 4 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: 5 "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." 6 Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka. 7 Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesuspun naik ke atasnya.
Ayat 1. Yesus dan para pengikut-Nya sudah meninggalkan Yerikho (20:29) dan tiba di Betania di mana mereka menginap di sana (Yoh. 12:1). Betania, yang namanya berarti "rumah buah ara," adalah rumah Lazarus dan dua saudara perempuannya, Maria dan Marta (Yohanes 11:1, 12:1). Tempat itu terletak di lereng timur Bukit Zaitun, sekitar tiga kilometer sebelah timur Yerusalem (Yoh. 11:18).
Pada keesokan harinya, Yesus dan kelompok-Nya bertolak menuju Yerusalem. Hingga kini dalam Matius, kota suci itu hanya disebut beberapa kali. Orang majus pernah pergi ke sana untuk mencari informasi yang akan menuntun mereka kepada bayi Kristus (2:1). Mereka yang berasal dari Yerusalem pergi ke luar untuk melihat Yohanes Pembaptis di padang gurun (3:5) dan, belakangan, Yesus di Galilea (4:25). Para pemimpin Yahudi telah berjalan dari Yerusalem untuk mendiskreditkan Dia (15:1, 2). Namun begitu, Matius tidak menunjukkan bahwa Yesus pernah mengunjungi kota ini sebelum waktu ini. (Orang harus membaca Injil Yohanes untuk mendapat catatan tentang kunjungan-Nya ke kota itu.) Namun demikian, Yerusalem disebut oleh Yesus dalam ramalan sengsara-Nya (16:21; 20:17, 18). Kedatangan Yesus ke kota suci itu adalah untuk menggenapi nubuatan-Nya sendiri.
Setelah meninggalkan Betania, Yesus dan para pengikut-Nya tiba di Betfage, sebuah nama yan artinya "rumah buah ara yang mentah [atau muda]." Meski lokasi tepatnya tidak diketahui, kemungkinan besar terletak antara Betania dan Yerusalem.
Bukit Zaitun adalah nama yang diberikan kepada puncak yang menjulang setinggi 850 meter (pada titik tertingginya) di atas permukaan laut, sekitar 80 meter di atas bukit bait suci di sisi timur Yerusalem. Dari puncak gunung ini, orang bisa menikmati pandangan sekilas pertamanya atas kota yang megah ini (Luk. 19:41). Gunung itu panjangnya sekitar tiga kilometer dari utara ke selatan, terdiri dari empat puncak, yang dikenal sebagai Karem, Kenaikan, Gunung Para Nabi, dan Gunung Penyinggungan.
Puncak yang kedua dan ketiga, yang hanya dipisahkan oleh lembah yang dangkal, sering digabung dan disebut "Bukit Zaitun Unggul."6Jalan antara Yerusalem dan Betania berkelok-kelok di sekitar pertengahan antara puncak-puncak ini.
Ayat 2. Ketika rombongan itu mendekati Betfage, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya melakukan misi, dengan memberitahu mereka, "Pergilah ke kampung yang di seberangmu itu" (NASB). Perintah itu bisa juga diterjemahkan, "Pergilah ke kampung yang di depanmu" (TB; NRSV; JNT). Tidak pasti apakah yang terlihat itu Betfage atau tempat lain.
Kemudian Yesus berkata, "Dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku." Markus dan Lukas hanya menyebut "keledai muda" (Mrk 11:2; Luk 19:30). Penghilangan ini pastinya karena keledai muda itu adalah hewan yang Yesus tunggangi ke dalam kota. Mereka memberitahukan bahwa keledai itu belum pernah ditunggai sebelumnya (Mrk. 11:2; Luk. 19:30). Kehadiran induknya akan menjadi kekuatan yang menenangkan di tengah-tengah kerumunan orang yang bising.
Ayat 3. Yesus memerintahkan dua murid itu apa yang harus dikatakan jika ada orang yang menanya mereka. Bagaimanapun, akan aneh bagi orang asing untuk masuk ke sebuah desa dan mengambil keledai seseorang tanpa konfrontasi.7Murid-murid itu diberitahu untuk berkata, "Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya." Mengapa pemilik keledai itu (Luk 19:33) dengan sangat mudahnya menyerahkan hewannya kepada orang-orang ini tidaklah dijelaskan. Mereka sepertinya mengenal Yesus dan bisa jadi sudah menjadi murid-Nya —sebagaimana disiratkan oleh acuan "Tuhan memerlukannya." Keinginan Kristus untuk menggunakan hewan ini pastinya sudah diatur sebelumnya. Leon Morris berpendapat bahwa perkataan Yesus itu mungkin merupakan "kata sandi yang sudah diatur sebelumnya."8
Ayat 4. Tampaknya simbolisme menyelimuti peristiwa masuknya Yesus ke dalam Yerusalem. Orang-orang Yahudi biasanya mengaitkan keledai dengan kerajaan. Para raja dan para penakluk mereka menunggang keledai atau bagal (Mrk. 11:2; Luk. 19:30). Menunggang keledai, sebagai kebalikan dari menunggang kuda, juga merupakan petunjuk bahwa seorang raja datang dalam damai (lihat Hak. 5:10; 1 Raja 1:33). Alasan yang jelas bagi Yesus memasuki Yerusalem dengan cara seperti itu adalah untuk mengesankan kaum itu, dan semua keturunannya, mengenai sifat rohani kerajaan-Nya. Yesus memang datang sebagai "Raja Damai" (Yes. 9:6).
Ketika Yesus Raja masuk dengan lembut ke dalam Yerusalem, dengan menunggang seekor keledai, Ia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama. Kebenaran ini ditekankan dalam Matius dengan sebutan umum: Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: (lihat 11:22; 2:15, 17, 23; 4:14; 8:17; 12:17; 13:35; 26:56; 27:9). "Nabi" itu tidak diidentifikasi di sini. Namun begitu, beberapa saksi kuno menulis "Zakharia," sementara yang lain mengatakan "Yesaya."9
Ayat 5. Kutipan di sini adalah gabungan dari Yesaya 62:11 dan Zakharia 9:9: "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."
Sudah menjadi kebiasaan orang Yahudi untuk mengambil dua nubuatan dengan tema yang sama dan menggabungkan keduanya.10"Katakanlah kepada puteri Sion" berasal dari Yesaya 62:11. Kata-kata yang serupa muncul dalam Zakharia 9:9, yang dimulai dengan, "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion." Kutipan lainnya tentang kedatangan Raja berasal dari nubuatan yang belakangan ini.
Ungkapan "puteri Sion" sering digunakan dalam Perjanjian Lama untuk mengacukan Yerusalem (Maz. 9:14; Yes. 37:22; Yer. 4:31; Lam. 1:6). Kata itu bisa juga mengacu kepada penduduk kota. Aslinya, Sion mengacu kepada benteng orang Yebus yang direbut oleh Daud dan menjadi terkenal sebagai "kota Daud" (2 Sam. 5:7). Itu adalah tempat istananya (2 Sam. 5:11). Itu adalah tempat Daud meletakkan tabut perjanjian ketika ia membawanya ke Yerusalem (2 Sam. 6:12). Belakangan, setelah Salomo mendirikan bait suci di sebelah utara kota Daud, tabut itu dibawa ke sana (1 Raja 8:1). Nama "Sion" kemudian dikaitkan dengan bukit bait suci (Maz. 74:2). Akhirnya istilah itu digunakan untuk seluruh kota (Maz. 48).
Nubuatan Zakharia 9:9 meramalkan seorang Raja yang akan datang ke Yerusalem. Ia digambarkan sebagai orang yang "tenang" (prauoe֧, praus) atau "lemah lembut" (lihat komentar tentang 5:5; 11:29). Cara masuk-Nya yang penuh damai terlihat sangat beda dengan kereta kuda, kuda perang, dan busur perang (Zak. 9:10). Meski tidak dimuat dalam Matius, nubuatan itu juga menggambarkan Dia sebagai "adil dan dianugrahi dengan keselamatan" (NASB).
Ayat 6. Meski mereka tidak memahami pentingnya hal-hal ini sampai setelah Yesus dimuliakan (Yoh. 12:16), namun pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka. Mereka menghadapi perlawanan awal dari "beberapa orang yang ada di situ"(Mrk. 11:5), yang dalam Lukas 19:33 diidentifikasi sebagai "empunya" keledai muda itu. Ketika para murid itu memberitahu si pemilik, "Tuhan memerlukannya" (21:3) mereka dengan sukarela mengizinkan hewan itu digunakan (Mrk. 11:6; Luk. 19:34).
Ayat 7. Murid-murid itu membawa keledai betina itu bersama anaknya kepada Yesus. Biasanya keledai betina tidak dipisahkan dari anaknya.11Karena keledai itu tidak punya pelana, maka para murid itu mengalasinya dengan pakaian mereka. Kata Yunani iJma÷tion (himation), ketika dalam bentuk jamak, bisa berarti "pakaian" pada umumnya. Namun begitu, istilah itu sering mengacu kepada "jubah." Kelihatannya, para murid itu mengalasi keledai bentina dan anaknya itu dengan pakaian luar mereka.
Setelah ini, Yesus naik ke atasnya. Teks Yunani itu secara harfiah mengatakan bahwa Yesus duduk di atas "mereka." Haruskan ini diartikan untuk berarti bahwa Ia menunggangi kedua hewan itu? Beberapa orang berpikir begitu. Mereka menduga Matius menafsirkan Zakharia 9:9 untuk mengatakan "mengendarai seekor keledai, dan seekor keledai beban yang muda." Dengan cara ini, pernah dikatakan, Matius berusaha untuk menunjukkan bahwa Yesus menggenapi sepenuhnya nubuatan itu.
Namun begitu, penafsiran seperti itu tidak perlu. Bahasa itu tidak mengharuskan Yesus menunggangi kedua hewan itu. Ia akan duduk di atas keledai muda itu dengan induknya berada di sisi kananya.12Baik alam dan akal sehat menuntut Yesus hanya menunggang keledai muda itu.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:1-11
Masuk Penuh Kemenangan
Dengan pasal ini Matius memulai apa yang secara tradisional disebut "Minggu Se...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:1-11
Masuk Penuh Kemenangan
Dengan pasal ini Matius memulai apa yang secara tradisional disebut "Minggu Sengsara," seminggu penuh kehidupan Kristus yang terakhir yang berpuncak pada penyaliban-Nya.1Julukan ini berasal dari istilah Latin passio, yang berarti "penderitaan." Kata itu sering digunakan untuk menunjukkan penderitaan para martir. Ketika Perjanjian Baru diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, istilah passio adalah istilah yang digunakan untuk mengacukan penderitaan Yesus dan pelbagai peristiwa yang menyertainya.2Pentingnya minggu ini dalam kehidupan Yesus terlihat dalam ruang yang dipersembahkan oleh para penulis Injil untuk itu. Dari 25 sampai 48 persen isi Injil diberikan untuk minggu itu.3
Pasal ini menandai transisi kepada pelayanan Yesus di Yerusalem. Dimulai dengan masuk penuh kemenangan (21:1-11), pasal itu menyoroti kuasa Yesus sebagai Mesias. Ia menyucikan bait suci (21:12, 13) dan menyembuhkan orang buta dan lumpuh (21:14-17). Untuk menunjukkan penghakiman Allah atas orang-orang Yahudi, Ia membuat pohon ara yang tidak berbuah menjadi layu (21:18-22). Para pemimpin Yahudi, yang mencari cara apa saja untuk mendakwa Yesus, mempertanyakan sumber kuasa-Nya itu (21:23-27). Sebagai tanggapan, Ia menyampaikan dua perumpamaan yang menentang mereka: perumpamaan dua anak dan kebun anggur (21:28-32) dan perumpamaan pemilik kebun dan kebun anggur (21:33-46).
Pada hari pertama minggu itu, hari Minggu, Raja Kemuliaan datang ke Yerusalem. Ia mendekati kota itu, dengan rendah hati, dengan menunggang seekor keledai. Ia sudah tiba di Betania enam hari sebelum Paskah, pada hari kedelapan bulan Nisan (Yoh. 12:1), dan Ia masuk ke dalam kota itu keesoakan harinya. Pada waktu ini, lebih dari dua juta orang mungkin telah memadati Yerusalem dan sekitarnya.4
Meski sebelumnya Yesus telah menyerukan tutup mulut tentang identitas-Nya sebagai Mesias (12:16; 16:20; 17:9), Ia kini tidak lagi butuh kerahasiaan itu. Ini adalah kesempatan yang pertama dan satu-satunya Yesus merencanakan dan mempromosikan penampilan terbuka yang mengarahkan perhatian kepada diri-Nya sendiri. Pengaturan yang Ia buat untuk masuk ke dalam kota ini menggenapi nubuatan dan memaksa para pemimpin Yahudi menjalankan rencana mereka terhadap Dia.
Kisah masuknya Yesus yang penuh kemenangan bercampur dengan kebenaran dan penolakan. Meski awalnya Yesus disambut baik di Yerusalem sebagai Anak Daud, Mesias Israel, belakangan Ia ditolak sebagai Mesias oleh orang-orang itu. Mereka mengharapkan penaklukkan militer yang akan menggulingkan musuh mereka. Ketika Yesus tidak sesuai dengan harapan mereka, mereka berhenti mendukung Dia. Mereka berseru kepada Dia untuk menyelamatkan mereka dari orang-orang Romawi, tetapi belakangan, bersama dengan para pemimpin agama, mereka meminta orang-orang Romawi menyalibkan Dia. Dengan pujian dan penolakannya, masuk penuh kemenangan itu berfungsi sebagai "awal menuju sengsara."5
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MASUK PENUH KEMENANGAN (Matius 21:1-11)
Masuknya Yesus ke Yerusalem dengan penuh kemenangan mengilustrasikan beberapa pelajaran penting tentang Dia.
...
MASUK PENUH KEMENANGAN (Matius 21:1-11)
Masuknya Yesus ke Yerusalem dengan penuh kemenangan mengilustrasikan beberapa pelajaran penting tentang Dia.
- 1. Kemahatahuan Yesus (21:1-3). Meski meminjam keledai mungkin saja sudah diatur sebelumnya, bisa jadi Yesus sudah secara supernatural mengetahui tentang keledai itu. Jika demikian, kisah itu menambahkan kepada banyak episode yang mencerminkan pengetahuan mujizatiah-Nya, yang membuktikan keilahian-Nya.
- 2. Penggenapan nubuatan oleh Yesus (21:4, 5). Ketika Tuhan menunggang seekor keledai ke Yerusalem, Ia sedang menggenapi isi Kitab Suci (Zak. 9:9). Matius berulang kali menekankan bahwa Perjanjian Lama menemukan penggenapannya dalam Kristus.
- 3. Kerendahan hati Yesus (21:6, 7). Tuhan tidak masuk ke dalam Yerusalem di atas kuda putih dengan menghunus pedang—meskipun Ia bisa melakukan itu (Why. 19:11-16). Ia datang dengan rendah hati dengan mengendarai seekor keledai muda. Alih-alih menjadi mesias militer, Ia datang sebagai Hamba Yang Menderita (Yes. 53).
- 4. Kelayakan Yesus (21:8-11). Beberapa orang di antara kerumunan itu melepaskan pakaian luar mereka dan menghamparkannya di jalan untuk dilalui oleh keledai-Nya. Yang lainnya memotong ranting-ranting dari pohon-pohon, meletakkannya di jalan itu juga. Pada intinya, mereka itu menggelar karpet merah untuk sang Raja. Mereka berseru, "Hosana bagi Anak Daud," memberkati Yesus dalam nama Tuhan. Yesus memang layak menerima semua pujian dan hormat (Why. 5:9-14).
- 5. Sikap plin-plan kaum itu terhadap Yesus. Meskipun banyak yang memuji Dia, hanya beberapa hari kemudian mereka berbalik melawan Dia. Dihasut oleh para pemimpin Yahudi, mereka berseru kepada Pilatus menuntut kematian-Nya, dengan berteriak, "Salibkan Dia!" (27:22, 23).
Masuk penuh kemenangan adalah pertanda bagi penobatan Yesus yang hanya beberapa minggu kemudian. Setelah kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya selama empat puluh hari (Kisah 1:3). Kemudian Ia naik ke sorga (Kisah 1:9-11), ditinggikan di sebelah tangan kanan Bapa. Di sana Ia memerintah sebagai Tuhan dan Kristus atas kerajaan-Nya (Kisah 2:33-36). Ia sekarang dihormati oleh orang Kristen yang setia di seluruh dunia.
David Stewart Minggu Palem (21:1-11)
Minggu Palem, seminggu sebelum hari Minggu yang dirayakan oleh banyak orang sebagai Paskah, mendapatkan namanya itu dari insiden yang dicatat dalam Matius 21, Markus 11, Lukas 19, dan Yohanes 12. Kitab Suci tidak menyebut hari ini seperti itu, tetapi hari itu adalah salah satu dari sekian banyak tradisi manusia yang dikaitkan dengan kehidupan Kristus. Meski kita tidak diminta untuk merayakan hari itu, namun mengingat apa yang dilambangkan oleh hari itu ada juga gunanya.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Meski beberapa sarjana mencoba untuk memberi tanggal masuk penuh kemenangan itu kepada periode sebelumnya (Hari Raya Pondok Daun a...
Catatan Akhir:
- 1 Meski beberapa sarjana mencoba untuk memberi tanggal masuk penuh kemenangan itu kepada periode sebelumnya (Hari Raya Pondok Daun atau Hari Raya Pentahbisan), Injil Yohanes jelas menempatkan peristiwa itu dalam Minggu Sengsara (Yoh. 12:1, 12).
- 2 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 126. In some English versions (KJV; ASV; RSV; NJB), Kisah 1:3 berisi ungkapan "setelah penderitaan-Nya" yang mengacu kepada penderitaan dan kematian Yesus.
- 3 Ibid.
- 4 Josephus, meski mungkin saja ia membesar-besarkannya, memperkirakan 2.700.200 orang berpartisipasi dalam Paskah itu sekitar empat puluh tahun kemudian, pada hari-hari menjelang kehancuran Yerusalem (70 Masehi). Ia mendasarkan perkiraannya pada jumlah anak domba yang disembelih pada waktu itu, dengan menduga bahwa rata-rata sepuluh orang menyembelih seekor domba. (Josephus Wars 6.9.3.) Pada kesempatan lain, pada 65 Masehi, ia memeprkirakan sekitar tiga juta orang menghadiri Paskah. (Josephus 2.14.3.)
- 5 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 591.
- 6 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 762-63.
- 7 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 519.
- 8 Ibid.
- 9 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 44.
- 10 Contoh lain adalah Markus 1:2, 3, yang menggabungkan Maleakhi 3:1 dan Yesaya 40:3 berdasarkan kalimat umum "mempersiapkan jalan."
- 11 Mishnah Baba Bathra 5.3.
- 12 Hagner, 595.
- 13 1 Maccabees 13:51; 2 Maccabees 10:7.
- 14 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 494.
- 15 Hagner 596. Ungkapan "Ia yang datang" berfungsi sebagai gelar mesias (lihat komentar tentang 3:11; 11:3).
- 16 Hampir di awal Matius, kota Yerusalem dibuat "bermasalah" oleh pencarian orang-orang Majus (2:3). Kata kerja Yunani dalam nas itu (tara÷ssw, tarassō) juga memiliki arti "membangkitkan" atau "menggoyang bersama-sama."
- 17 Keener, 493.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi