Teks -- Matius 6:31-34 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 5:1--8:28; Mat 6:33
Full Life: Mat 5:1--8:28 - KHOTBAH DI BUKIT.
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di
Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan...
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Gal 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita (Rom 8:2-14; Gal 5:16-25). Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam Khotbah Kristus
(lihat cat. --> Mat 5:6).
[atau ref. Mat 5:6]
Full Life: Mat 6:33 - CARILAH ... KERAJAAN ALLAH ... KEBENARANNYA.
Nas : Mat 6:33
Mereka yang mengikut Kristus dihimbau untuk mendahulukan Kerajaan
Allah dan kebenaran-Nya atas segala hal lain. Kata kerja "mencari"...
Nas : Mat 6:33
Mereka yang mengikut Kristus dihimbau untuk mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya atas segala hal lain. Kata kerja "mencari" menunjuk terjadinya keasyikan terus-menerus ketika mencari sesuatu, atau berusaha dengan sungguh-sungguh dan tekun untuk memperoleh sesuatu (bd. Mat 13:45). Kristus menyebutkan dua hal yang harus kita cari:
- 1) "Kerajaan Allah" -- kita harus berusaha sungguh-sungguh agar
kepemimpinan dan kuasa Allah dinyatakan melalui kehidupan dan kebaktian
kita. Kita harus berdoa agar Kerajaan Allah akan datang dengan kuasa
yang luar biasa dari Roh Kudus untuk menyelamatkan orang berdosa,
menghancurkan kuasa setan, menyembuhkan orang sakit, dan meninggikan
nama Tuhan Yesus
(lihat art. KERAJAAN ALLAH).
- 2) "Kebenaran-Nya" -- melalui Roh Kudus kita harus berusaha untuk menaati perintah Kristus, memiliki kebenaran Kristus, tetap terpisah dari dunia, dan menunjukkan kasih Kristus terhadap semua orang (bd. Fili 2:12-13).
Jerusalem -> Mat 5:1--7:29
Jerusalem: Mat 5:1--7:29 - -- Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (L...
Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (Luk 6:20-49) disajikan dengan bentuk yang berbeda-beda. Lukas meninggalkan apa yang kurang menarik perhatian sidang pembacanya, ialah segala sesuatu yang mengenai adat-istiadat dan hukum Yahudi, Mat 5:17-6:18. Sebaliknya Matius memasukkan ke dalam wejangan itu beberapa perkataan Yesus diucapkan di waktu dan tempat lain (bdk bagian-bagian yang sejalan dengan Lukas), dengan maksud menyusun sebuah piagam yang lebih lengkap. Dalam wejangan majemuk yang terbentuk dengan jalan tersebut ada lima pokok utama:
1) semangat manakah harus menjiwai anggota-anggota Kerajaan Allah, Mat 5:3-48.
2) dengan semangat manakah mereka harus "menggenapi" hukum dan adat-istiadat Yahudi,
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 6:25-34
Matthew Henry: Mat 6:25-34 - Teguran terhadap Kekhawatiran Teguran terhadap Kekhawatiran (6:25-34)
Nyaris tidak ada satu pun dosa yang diperingatkan Yesus Tuhan kita kepada murid-murid-Nya dengan lebih panj...
Teguran terhadap Kekhawatiran (6:25-34)
- Nyaris tidak ada satu pun dosa yang diperingatkan Yesus Tuhan kita kepada murid-murid-Nya dengan lebih panjang lebar dan lebih sungguh-sungguh, atau yang untuknya Ia mempersenjatai mereka dengan penjelasan-penjelasan yang lebih beragam, daripada dosa mengkhawatirkan kebutuhan-kebutuhan hidup yang membuat gelisah, bingung, dan waswas. Sikap seperti ini merupakan pertanda buruk bahwa baik harta maupun hati berada di bumi, dan oleh sebab itu Ia sangat menekankan masalah ini. Berikut ini kita melihat:
- I. Larangan yang ditetapkan. Tuhan Yesus memberikan nasihat dan perintah agar kita jangan khawatir tentang hal-hal di dunia ini. Aku berkata kepadamu. Dia mengatakannya sebagai seorang Pemberi Hukum dan Yang Berdaulat atas hati kita; Dia mengatakannya sebagai Penghibur dan Penolong yang menyukakan hati kita. Apakah yang dikatakan-Nya itu? Inilah yang dikatakan-Nya, dan siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar: "Janganlah kuatir akan hidupmu, janganlah kuatir pula akan tubuhmu" (ay. 25), "Janganlah kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan?" (ay. 31), dan lagi (ay. 34), "Janganlah kamu kuatir, mē merimnate -- Janganlah kamu cemas." Sama seperti terhadap kemunafikan, demikian pula terhadap kekhawatiran tentang kepentingan-kepentingan duniawi ini, peringatannya diulang sampai tiga kali, namun ini bukanlah pengulangan yang bertele-tele sebab ajaran demi ajaran, dan perkataan demi perkataan harus terus disampaikan, untuk mencapai tujuan yang sama, dan semua itu harus dapat mencukupi. Ini adalah dosa yang begitu merintangi kita. Hal ini menunjukkan betapa menyenangkannya bagi Kristus, dan betapa pentingnya bagi kita, bahwa kita harus hidup tanpa kekhawatiran. Tuhan Yesus memerintahkan berulang kali kepada murid-murid-Nya agar mereka tidak membagi-membagi perhatian mereka dan menyiksa pikiran mereka dengan kekhawatiran akan hal-hal dunia ini. Memang ada kekhawatiran berkenaan dengan hal-hal dalam kehidupan ini, yang bukan saja diperbolehkan, melainkan juga bahkan diwajibkan, seperti yang dipuji dalam perilaku perempuan yang saleh (Ams. 27:23). Kata "kekhawatiran" ini digunakan berkenaan dengan kepedulian Paulus akan keadaan jemaat-jemaat, dan kepedulian Timotius akan keadaan jiwa-jiwa (2Kor. 11:28; Flp. 2:20).
- Namun, kekhawatiran yang dilarang di sini adalah:
- . Kekhawatiran yang membuat gelisah dan menyiksa, yang membuat pikiran kacau-balau dan membuatnya tergantung di awang-awang, yang mengganggu sukacita di dalam Allah, dan mengaburkan pengharapan kita di dalam-Nya, yang mengganggu tidur, dan menghalangi kita untuk menikmati diri kita sendiri, teman-teman kita, dan semua yang sudah diberikan Allah kepada kita.
- . Kekhawatiran yang membuat ragu-ragu dan tidak percaya. Allah telah berjanji untuk menyediakan bagi umat kepunyaan-Nya segala hal yang diperlukan bagi kehidupan dan kesalehan, yakni bagi kehidupan sekarang ini; Ia menyediakan makanan dan pakaian, bukan yang lezat dan mewah, melainkan yang diperlukan. Ia tidak pernah berkata, "Mereka akan dijamu dengan pesta pora," melainkan, "Sesungguhnya mereka akan diberi makan." Nah, kekhawatiran yang berlebihan akan masa depan, dan ketakutan akan kekurangan bahan-bahan persediaan yang dibutuhkan, bersumber dari ketidakpercayaan akan janji-janji ini, dan akan hikmat serta kebaikan pemeliharaan ilahi; inilah letak kejahatan kekhawatiran itu. Mengenai makanan untuk saat ini, kita boleh dan harus menggunakan cara yang halal untuk memperolehnya, supaya kita tidak mencobai Allah. Kita harus rajin bekerja, bijaksana dalam menyesuaikan pengeluaran kita dengan apa yang kita miliki, dan kita harus berdoa untuk diberi makanan hari demi hari. Jika semua usaha kita tidak berhasil, kita boleh dan bahkan harus meminta bantuan dari orang-orang yang mampu memberikannya. Orang yang berkata, "Mengemis aku malu" (Luk. 16:3), sama sekali bukanlah orang yang baik; ia sama seperti orang yang ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja (Luk. 16:21). Tetapi untuk masa depan, kita harus menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya, dan janganlah cemas, sebab dengan bersikap demikian sepertinya kita iri terhadap Allah, yang tahu bagaimana memberikan apa yang kita inginkan sementara kita tidak tahu bagaimana mendapatkannya. Biarlah jiwa kita berdiam dengan tenteram di dalam Dia! Ketidakkhawatiran yang menyenangkan ini sama dengan tidur nyenyak yang diberikan Allah kepada orang yang dikasihi-Nya, berlawanan dengan orang dunia yang terus sibuk bekerja (Mzm. 127:2). Perhatikanlah peringatan-peringatan yang diberikan di sini:
- (1) Janganlah kuatir akan hidupmu. Hidup adalah hal yang paling menuntut keprihatinan kita di dunia ini. Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya, namun demikian, janganlah kita mengkhawatirkannya.
- [1] Jangan khawatir akan keberlangsungannya. Serahkanlah kepada Allah untuk memperpanjang atau memperpendeknya sesuai kehendak-Nya. Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, ada dalam tangan yang baik.
- [2] Jangan khawatir akan kenyamanan hidup ini. Serahkanlah kepada Allah untuk membuatnya pahit atau manis sesuai kehendak-Nya. Kita tidak boleh cemas, bahkan untuk hal yang sangat diperlukan untuk menopang hidup ini, yaitu makanan dan pakaian. Allah telah menjanjikan hal-hal ini, dan oleh sebab itu kita boleh mengharapkannya dengan lebih yakin lagi. Janganlah berkata, "Apakah yang akan kami makan?" Ini perkataan orang yang sedang kebingungan dan nyaris putus asa, padahal, meskipun banyak orang baik yang hanya mempunyai sedikit makanan untuk hari-hari ke depan, cuma sedikit orang yang tidak mempunyai makanan yang dibutuhkan pada saat ini.
- (2) Janganlah kamu kuatir akan hari besok, akan masa yang akan datang. Janganlah cemas akan masa depan, bagaimana engkau akan hidup tahun depan, atau ketika engkau sudah tua, atau apa yang akan kautinggalkan nanti. Sama seperti kita tidak boleh bermegah akan hari esok, begitu pula kita tidak boleh kuatir akan hari esok, atau apa yang bakal terjadi nanti.
- II. Alasan-alasan dan penjelasan-penjelasan untuk memperkuat larangan ini. Kita mungkin berpikir bahwa perintah Kristus saja sebenarnya sudah cukup untuk mencegah kita melakukan dosa yang bodoh ini, yang membuat kita gelisah dan waswas, yang sama sekali tidak menenteramkan jiwa kita, dan yang sangat memprihatinkan. Namun demikian, untuk menunjukkan betapa besarnya perhatian Kristus akan hal ini, dan betapa senangnya Ia terhadap orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya, perintah itu didukung dengan penjelasan-penjelasan yang sangat kuat. Jika saja kita dituntun oleh akal sehat, tentu kita akan terlepas dari duri-duri yang menusuk ini. Untuk membebaskan kita dari pikiran-pikiran yang cemas dan untuk membuangnya jauh-jauh, Kristus di sini menawarkan kepada kita pikiran-pikiran yang menghibur, agar kita dipenuhi dengannya. Sungguh bermanfaat untuk menyerang hati kita sendiri, untuk beradu pendapat tentang segala kekhawatirannya yang membuat gelisah, dan untuk membuat kita merasa malu karena memiliki kekhawatiran-kekhawatiran semacam itu. Kekhawatiran ini mungkin dapat dilemahkan dengan akal budi, namun hanya dengan iman yang hiduplah kekhawatiran itu dapat diatasi. Karena itu pikirkanlah:
- . Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (ay. 25). Benar, tidak diragukan lagi. Begitulah yang dikatakan Dia yang memiliki akal budi untuk memahami nilai yang sejati dari hal-hal yang ada sekarang ini, sebab Dialah yang menciptakan semua itu, Dialah yang menopangnya, dan menopang kita dengannya, dan hal ini terbukti dengan sendirinya. Perhatikanlah:
- (1) Hidup kita merupakan berkat yang lebih besar daripada sandang pangan kita. Memang benar bahwa hidup tidak dapat bertahan tanpa nafkah, tetapi makanan dan pakaian yang di sini dipandang tidak lebih tinggi nilainya daripada hidup dan tubuh itu sendiri hanyalah merupakan hiasan dan kesenangan saja; dan karena hal-hal inilah kita cenderung menjadi cemas. Makanan dan pakaian diperlukan untuk hidup, tetapi tujuan dari hidup itu sendiri lebih mulia dan lebih istimewa daripada sarananya. Makanan yang paling lezat dan pakaian yang paling mewah berasal dari bumi, tetapi hidup berasal dari nafas Allah. Hidup adalah terang manusia. Makanan hanyalah minyak yang menyalakan terang itu, sehingga dengan demikian perbedaan antara orang kaya dan orang miskin sangat tidak berarti, karena dalam hal-hal yang terpenting mereka berdiri setingkat, dan hanya berbeda dalam hal-hal yang kurang penting.
- (2) Ini merupakan suatu dorongan bagi kita untuk memercayai Allah dalam hal makanan dan pakaian, sehingga kita bisa terlepas dari segala kekhawatiran yang membingungkan tentangnya. Allah telah memberi kita hidup, dan juga memberi kita tubuh. Ini merupakan suatu tindakan kekuasaan, tindakan kebaikan, yang dilakukan tanpa kekhawatiran kita. Apa yang tidak dapat dilakukan oleh Dia yang sanggup melakukan itu semua? Apa yang tidak akan dilakukan-Nya? Jika kita memerhatikan jiwa dan kehidupan kekal kita, yang lebih penting daripada tubuh dan kehidupannya, maka kita dapat berserah kepada Allah untuk menyediakan makanan dan pakaian bagi kita, yang kurang penting sifatnya. Allah telah memelihara kehidupan kita sampai saat ini, dan kalau pun adakalanya hanya dengan denyut nadi dan air, namun itu sudah cukup untuk memenuhi tujuan. Dia telah melindungi kita dan membuat kita tetap hidup. Dia yang melindungi kita dari segala kejahatan yang menganga di hadapan kita, Dia juga akan melengkapi kita dengan segala hal baik yang kita butuhkan. Seandainya Dia memang ingin membunuh kita dan membiarkan kita mati kelaparan, Dia tidak akan sesering itu memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk menjagai kita.
- . Pandanglah burung-burung di langit, dan perhatikanlah bunga bakung di ladang. Ini adalah penjelasan yang diambil dari contoh pemeliharaan Allah yang biasa terhadap makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lebih rendah, dan kebergantungan mereka, sesuai kemampuan masing-masing, pada pemeliharaan itu. Sungguh rendah tempat yang dihuni manusia yang jatuh kini, sampai-sampai ia harus belajar dari burung-burung di udara, dan burung-burung harus mengajari mereka! (Ayb. 12:7-8).
- (1) Pandanglah burung-burung, dan belajarlah untuk percaya kepada Allah dalam hal makanan (ay. 26), dan janganlah membuat dirimu gelisah dengan memikirkan apa yang hendak kamu makan.
- [1] Amatilah pemeliharaan Allah terhadap burung-burung itu. Pandanglah mereka, dan belajarlah dari mereka. Ada berbagai macam burung, jumlahnya sangat banyak, dan sebagian dari antaranya sangat rakus, namun semuanya diberi makan, dan diberi makan dengan makanan yang cocok bagi mereka. Jarang ada yang mati kelaparan, bahkan di musim dingin, jadi pasti tersedia banyak makanan bagi burung-burung itu sepanjang tahun. Karena burung hanya sedikit memberikan manfaat bagi manusia, jadi manusia pun kurang memerhatikan makhluk ini. Manusia sering memakan burung, tetapi jarang memberinya makan. Namun demikian burung-burung diberi makan, entah bagaimana, dan sebagian di antaranya bahkan diberi sangat banyak makanan pada musim yang paling keras, dan Bapamu yang di sorgalah yang memberi mereka makan. Ia kenal segala burung liar di udara lebih baik daripada engkau mengenal yang jinak di pintu lumbungmu (Mzm. 50:11). Tidak seekor pun burung pipit dapat hinggap di tanah untuk mematuk sebutir jagung, kecuali karena pemeliharaan Allah, yang menjangkau hingga makhluk-makhluk yang paling rendah sekalipun. Namun yang khusus diamati di sini adalah bahwa burung-burung itu diberi makan tanpa harus peduli atau bekerja sendiri. Burung-burung itu tidak menabur dan tidak menuai, dan tidak mengumpulkan bekal ke dalam lumbung. Semut dan lebah memang melakukannya, dan karena itu kedua jenis serangga ini dijadikan teladan kebijaksanaan dan ketekunan bagi kita. Tetapi burung-burung di udara tidak berbuat seperti itu, mereka tidak menyimpan bekal untuk hari depan, namun demikian, setiap hari, segera setelah hari itu tiba, makanan telah disediakan bagi mereka, dan mata mereka memandang Allah, Sang Pengurus rumah yang agung dan baik itu, yang menyediakan makanan bagi segala yang hidup.
- [2] Biarlah hal ini mendorongmu untuk percaya kepada Allah. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Ya, tentu saja. Perhatikanlah, para ahli waris sorga jauh lebih berharga daripada burung-burung di langit. Para ahli waris itu adalah ciptaan yang lebih mulia dan unggul, dan dengan iman, mereka akan terbang membubung lebih tinggi. Mereka memiliki sifat dan didikan yang lebih baik, dan lebih berhikmat melebihi burung di udara (Ayb. 35:11). Meskipun anak-anak dunia ini, yang tidak mengetahui hukum TUHAN, tidak sebijaksana burung ranggung, burung layang-layang, dan burung bangau (Yer. 8:7), engkau lebih berharga dan lebih dekat dengan Allah, sekalipun burung-burung itu terbang di langit yang luas dan bebas. Dialah Tuan dan Tuhanmu, Pemilik dan Majikanmu; dan yang lebih terutama lagi, Dia adalah Bapamu, dan di mata-Nya kamu jauh melebihi burung-burung itu. Kamu adalah anak-anak-Nya, anak sulung-Nya. Nah, Dia yang memberi makan burung-burung-Nya tentu tidak akan membiarkan bayi-bayi-Nya mati kelaparan. Burung-burung itu percaya kepada pemeliharaan Bapamu, dan tidakkah kamu mau memercayainya juga? Dengan ketergantungan itu, mereka tidak mengkhawatirkan hari esok, dan karena itu, mereka menjalani hidup yang paling gembira dari antara semua makhluk lain, mereka bersiul dari antara daun-daunan (Mzm. 104:12), dan dengan sekuat tenaga mereka memuji Pencipta mereka. Jika kita, dengan iman, sanggup untuk tidak mencemaskan hari esok seperti burung-burung itu, maka pasti kita akan bernyanyi dengan riang gembira seperti mereka. Karena kekhawatiran duniawilah yang merusak kegembiraan kita, meredupkan sukacita kita, dan membungkam puji-pujian kita, dan banyak hal-hal lainnya.
- (2) Pandanglah bunga bakung, dan belajarlah untuk percaya kepada Allah dalam hal pakaian. Ini adalah kekhawatiran kita yang lain, apakah yang akan kita pakai, untuk kesopanan, untuk penutup tubuh, untuk perlindungan, dan untuk penghangat badan, dan, bagi banyak orang, untuk harga diri dan perhiasan agar mereka tampak hebat dan menarik. Mereka begitu peduli dengan semarak dan ragam busana mereka, sehingga mereka sering mengkhawatirkan hal ini hampir sama seringnya dengan mengkhawatirkan makanan sehari-hari. Nah, untuk melepaskan diri dari kekhawatiran semacam ini, marilah kita memerhatikan bunga bakung di ladang, bukan sekadar memandangnya (setiap mata akan senang melakukannya), melainkan memerhatikannya. Perhatikanlah, ada begitu banyak hal yang dapat kita pelajari dari apa yang kita lihat sehari-hari, asal kita mau memerhatikannya baik-baik (Ams. 6:6; 24:32).
- [1] Perhatikanlah betapa ringkihnya bunga bakung itu, ia adalah rumput di padang. Bunga bakung, meskipun dapat dibedakan karena warnanya, tetap saja hanya rumput. Demikianlah seluruh umat manusia adalah seperti rumput, meskipun sebagian di antaranya dalam anugerah tubuh dan pikiran sama seperti bunga bakung, sangat dikagumi, tetap saja mereka rumput, rumput di padang dalam hakikatnya dan dalam sifatnya. Mereka berdiri setara dengan sesama mereka yang lain. Umur hidup manusia, sepanjang-panjangnya, hanyalah seperti rumput, seperti bunga rumput (1Ptr. 1:24). Rumput yang hari ini ada, besok dibuang ke dalam api. Dalam waktu singkat, tempat yang mengenal kita, akan tidak mengenal kita lagi. Kuburan adalah tungku perapian yang ke dalamnya kita akan dibuang, dan yang di dalamnya kita akan hancur seperti rumput di dalam api (Mzm. 49:15). Hal ini menunjukkan alasan mengapa kita tidak boleh mengkhawatirkan hari esok, apa yang akan kita pakai, sebab boleh jadi, pada hari esok kita harus mengenakan pakaian kematian kita.
- [2] Perhatikanlah betapa bebasnya bunga bakung dari kekhawatiran. Ia tidak bekerja seperti manusia, untuk mendapatkan pakaian, atau seperti seorang hamba, untuk mendapatkan seragamnya. Ia juga tidak memintal, seperti kaum perempuan, untuk membuat pakaian. Ini bukan lalu berarti bahwa dengan demikian kita boleh lalai, atau ceroboh dalam menjalankan pekerjaan yang harus kita lakukan dalam hidup ini. Istri yang cakap dipuji karena tangannya ditaruhnya pada jentera lalu membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya (Ams. 31:19, 24). Kemalasan itu mencobai Allah, bukannya memercayai-Nya. Sebaliknya, Dia yang menyediakan kebutuhan bagi makhluk-makhluk yang lebih rendah, tanpa mereka harus bekerja, pasti akan terlebih lagi menyediakan kebutuhan bagi kita, dengan memberkati jerih payah kita, yang telah dibuat-Nya sebagai kewajiban bagi kita. Dan jika kita karena sakit tidak mampu bekerja dan memintal, Allah pasti sanggup melengkapi kita dengan apa yang kita perlukan.
- [3] Perhatikanlah betapa cantik dan betapa indahnya bunga-bunga bakung itu, bagaimana bunga-bunga ini tumbuh, dan dari mana tumbuhnya. Akar bunga bakung atau bunga tulip, sama seperti akar-akar umbi yang lain, pada musim dingin lenyap dan terkubur di bawah tanah. Namun demikian, saat musim semi tiba, akar itu muncul kembali, dan tumbuh dalam waktu yang singkat. Karena itulah dijanjikan kepada umat Israel Allah bahwa mereka akan tumbuh seperti bunga bakung (Hos. 14:6). Perhatikanlah seperti apa akar itu bertumbuh. Dalam beberapa minggu, dari dalam tanah yang gelap itu, akar itu tumbuh menjadi bunga dengan warna-warni yang begitu ceria, sehingga bahkan Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Pakaian Salomo sangatlah indah dan megah. Dia yang memiliki harta yang istimewa dari para raja dan penguasa, dan yang dengan cermat menampilkan kemegahan dan keperkasaannya, pasti memiliki pakaian-pakaian yang paling mewah, yang terbaik buatannya, dari semua pakaian yang bisa diperoleh, terutama saat dia tampil dalam kemuliaannya pada hari-hari penting. Namun demikian, seindah apa pun dia berpakaian, keindahannya masih kalah jauh daripada bunga-bunga bakung; setaman bunga tulip lebih cemerlang daripadanya. Oleh sebab itu, marilah kita mendambakan hikmat Salomo, yang tidak terkalahkan oleh siapa pun (hikmat untuk melakukan kewajiban kita di tempat kita berada), daripada kemuliaan Salomo, yang dikalahkan oleh bunga-bunga bakung. Pengetahuan dan anugerahlah yang menyempurnakan manusia, bukan keindahan, apalagi pakaian yang bagus-bagus. Nah, di sini dikatakan bahwa demikianlah Allah mendandani rumput di ladang. Perhatikanlah, semua keindahan dan keunggulan ciptaan mengalir dari Allah, Sumber dan Mata Air dari semuanya itu. Dialah yang memberikan tenaga kepada kuda dan keindahan kepada bunga bakung. Setiap makhluk, termasuk kita semua, ada sesuai dengan maksud Allah dalam menciptakannya.
- [4] Perhatikanlah betapa banyak kita dapat mengambil pelajaran dari semuanya ini (ay. 30).
- Pertama, mengenai pakaian yang indah. Hal ini mengajar kita untuk tidak mengkhawatirkannya sama sekali, untuk tidak mendambakannya, ataupun membanggakannya, untuk tidak membuat pakaian yang indah-indah sebagai perhiasan kita, sebab setelah bersusah payah mencemaskan semuanya ini pun, kita masih kalah jauh dari bunga-bunga bakung. Kita tidak dapat berpakaian seindah bunga-bunga itu, jadi mengapa kita berusaha menyainginya? Keindahan bunga-bunga bakung akan segera lenyap, begitu pula dengan keindahan kita. Keindahan bunga-bunga itu akan pudar -- hari ini ada dan besok dibuang, seperti sampah, ke dalam tungku perapian. Pakaian-pakaian yang kita banggakan akan lapuk, kemilaunya akan segera hilang, warnanya akan memudar, bentuknya akan ketinggalan zaman, atau sebentar lagi kainnya sendiri akan menjadi usang. Demikianlah manusia dengan segala kemegahannya (Yes. 40:6-7), terutama orang kaya (Yak. 1:10), di tengah-tengah usahanya ia akan lenyap.
- Kedua, mengenai pakaian yang diperlukan. Hal ini mengajar kita untuk menyerahkannya kepada Allah -- Jehovah Jireh. Percayakanlah kepada Dia, yang mendandani bunga-bunga bakung, untuk menyediakan bagimu apa yang hendak kamu pakai. Jika rumput saja Ia dandani dengan pakaian yang begitu indah, maka terlebih lagi Ia akan menyediakan pakaian yang pantas bagi anak-anak-Nya sendiri. Pakaian yang akan menghangatkan mereka, bukan hanya ketika Ia mendiamkan bumi dengan panasnya angin selatan, melainkan juga ketika Ia mengguncangnya dengan angin utara (Ayb. 37:17). Ia akan terlebih lagi mendandanimu, sebab kamu adalah ciptaan yang lebih mulia dan yang lebih unggul. Jadi, bila Ia mendandani rumput yang singkat umurnya dengan sedemikian rupa, terlebih lagi Ia akan mendandani engkau yang diciptakan untuk hidup yang kekal. Bahkan anak-anak Ninewe lebih disayangi-Nya daripada pohon jarak (Yun. 4:10-11), terlebih lagi putra-putra Sion, yang terikat perjanjian dengan Allah. Perhatikanlah sebutan apa yang diberikan-Nya kepada mereka (ay. 30), "Hai orang yang kurang percaya." Hal ini bisa dipandang:
- . Sebagai dorongan untuk mempunyai iman yang sejati, meski lemah sekalipun. Iman memberi kita hak untuk mendapat pemeliharaan ilahi dan janji atas persediaan yang cukup. Iman yang besar akan dipuji dan akan menghasilkan perkara-perkara besar, tetapi iman yang kecil pun tidak akan ditolak, karena bahkan iman seperti ini dapat menghasilkan makanan dan pakaian. Orang percaya yang sehat akan dipelihara, meskipun mereka tidak kuat dalam iman. Bayi dalam keluarga diberi makanan dan pakaian, sama seperti anak-anak yang sudah dewasa, bahkan dengan perhatian khusus dan penuh kelembutan. Janganlah berkata, aku cuma anak kecil, cuma pohon kering (Yes. 56:3, 5), sebab meskipun sengsara dan miskin, tetapi Tuhan memperhatikanmu. Atau,
- . Ucapan itu lebih merupakan teguran terhadap iman yang lemah, meskipun iman itu benar (14:31). Hal ini menunjukkan apa yang mendasari semua kecemasan dan kekhawatiran kita. Ini semua karena lemahnya iman kita dan sisa-sisa ketidakpercayaan yang tinggal dalam diri kita. Kalau saja kita memiliki iman yang lebih besar, kita tentu akan mempunyai kekhawatiran yang lebih sedikit.
- . Siapakah di antara kamu, yang paling berhikmat dan yang paling kuat, yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (ay. 27, KJV: pada tingginya). Ukuran sehasta menunjukkan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah perawakan, sedangkan umur sepanjang-panjangnya hanyalah sejengkal (Mzm. 39:6). Mari kita perhatikan:
- (1) Kita tidak berada dalam keadaan perawakan kita sekarang dengan kekhawatiran dan kecemasan kita sendiri, melainkan dengan pemeliharaan Allah. Seorang bayi yang tadinya hanya sejengkal panjangnya kini telah tumbuh menjadi seorang pria setinggi satu meter delapan puluh, dan bagaimanakah hasta demi hasta telah ditambahkan pada perawakannya itu? Ini tidak terjadi karena perkiraan atau penemuannya sendiri. Ia tumbuh tanpa mengetahui bagaimana terjadinya, tetapi ini terjadi oleh kuasa dan kebaikan Allah. Nah, Ia yang telah menciptakan tubuh kita, dan menciptakannya dalam suatu ukuran tertentu, pasti juga akan mengurus dan menyediakan kebutuhannya. Perhatikanlah, Allah patut diberi penghargaan dan rasa syukur atas bertambahnya kekuatan dan perawakan tubuh kita. Ia bisa diandalkan untuk memenuhi semua hal yang kita perlukan, sebab Ia telah menyatakan bahwa Ia peduli terhadap tubuh kita. Masa pertumbuhan adalah masa tanpa kekhawatiran dan kecemasan, namun demikian, kita tetap bertumbuh. Jadi, bukankah Dia yang telah membesarkan kita sampai seperti ini juga akan menyediakan kebutuhan kita setelah kini kita dewasa?
- (2) Kita tidak dapat mengubah perawakan kita, itu pun jika kita mau. Betapa bodoh dan konyolnya jika seseorang yang mempunyai perawakan pendek merisaukan dirinya sendiri sehingga ia sulit tidur dan terus memusingkan masalah itu, dan senantiasa memikirkan bagaimana ia bisa tumbuh satu hasta lebih tinggi lagi, padahal sebenarnya ia tahu bahwa ia tidak dapat mencapainya, dan oleh karena itu lebih baik bila ia puas dan menerima dirinya sebagaimana adanya! Ukuran tubuh kita tidak semuanya sama, namun perbedaan dalam perawakan antara yang satu dengan yang lain tidaklah penting atau sangat berpengaruh. Jika seseorang dengan perawakan kecil berharap untuk setinggi orang lain dan mendapati bahwa ini tidak ada gunanya, maka sebaiknya dia melakukan yang terbaik dengan keadaannya itu. Nah, sama seperti apa yang harus kita lakukan terhadap perawakan kita, demikian pula kita harus berbuat terhadap harta duniawi kita.
- [1] Janganlah kita mendambakan kelimpahan kekayaan dunia ini, sama seperti kita tidak boleh mendambakan sehasta lebih tinggi pada tubuh kita, yang merupakan ukuran yang sangat besar bagi tinggi badan manusia. Cukuplah bila tubuh kita bertumbuh satu senti demi satu senti. Pertumbuhan sekaligus sebanyak itu justru hanya akan menyusahkan dan membebani orang.
- [2] Kita harus menerima keadaan kita, sama seperti kita harus menerima perawakan kita. Kita harus menggunakan kesempatan yang ada dalam keadaan kita, sehingga apa yang sulit dapat menjadi sesuatu yang baik. Apa yang tidak dapat diperbaiki harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Kita tidak dapat mengubah apa yang diberikan Allah dalam pemeliharaan-Nya, dan oleh karena itu kita harus menerimanya tanpa membantah, menyesuaikan diri dengannya, dan melepaskan diri sedapat mungkin dari segala sesuatu yang menyusahkan, seperti Zakheus yang melawan ketidaknyamanan perawakannya dengan cara memanjat pohon.
- . Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (ay. 32). Kekhawatiran akan hal-hal duniawi merupakan dosa bangsa yang tidak mengenal Allah dan sangat tidak Kristiani. Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah mencari semua itu, sebab mereka tidak mengenal hal-hal yang lebih baik. Mereka mendambakan dunia ini, sebab mereka adalah orang asing bagi dunia yang lebih baik. Mereka mencari hal-hal ini dengan rasa khawatir dan cemas, sebab mereka hidup tanpa Allah di dalam dunia dan tidak memahami pemeliharaan-Nya. Mereka takut dan menyembah ilah-ilah mereka, tetapi mereka tidak tahu apakah bisa memercayai berhala-berhala itu untuk menolong mereka dan menyediakan kebutuhan mereka, dan karena itu, mereka menjadi sangat khawatir. Tetapi sungguh memalukan bila ini dilakukan oleh orang-orang Kristen, yang membangun di atas dasar-dasar yang lebih mulia, orang Kristen yang memeluk agama yang mengajari mereka bahwa bukan saja ada pemeliharaan Allah, melainkan juga ada janji-janji-Nya untuk memberikan hidup yang sejahtera di dunia sekarang ini. Oleh sebab itu, mereka diajar untuk percaya kepada Allah saja dan membenci dunia, karena ada alasan-alasan yang benar untuk ini. Sungguh memalukan bila mereka berjalan seperti bangsa yang tidak mengenal Allah, dan memenuhi pikiran serta hati mereka dengan berbagai kekhawatiran ini.
- . Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu, hal-hal yang perlu ini, yaitu makanan dan pakaian. Dia lebih mengetahui keperluan-keperluan kita daripada kita sendiri. Meskipun Ia berada di sorga dan anak-anak-Nya di bumi, Ia memerhatikan apa yang sedang diperlukan oleh orang-orang yang paling kecil dan miskin dari antara mereka (Why. 2:9), "Aku tahu kemiskinanmu." Pikirkan itu, jika ada seorang sahabat yang sedemikian baiknya seperti ini, yang mengetahui kebutuhan dan kesukaranmu, maka pasti engkau akan merasa lega. Begitulah, Allahmu tahu semua ini, dan Dia adalah Bapamu yang mengasihi dan menyayangimu, Ia siap menolongmu. Bapamu yang di sorga memiliki segala persediaan di sana untuk memenuhi segala kebutuhanmu. Oleh sebab itu, buanglah semua kekhawatiran dan kecemasanmu itu, dan datanglah kepada Bapamu. Katakanlah kepada-Nya bahwa Dia tentu saja tahu bahwa kamu memerlukan ini dan itu. Dia bertanya kepadamu, "Hai, anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" (Yoh. 21:5). Katakanlah kepada-Nya apakah kamu mempunyainya atau tidak. Meskipun Ia tahu keperluan-keperluan kita, Ia ingin mengetahuinya dari mulut kita sendiri, dan setelah kita menyampaikan semua keperluan kita kepada-Nya, marilah kita dengan sukacita berserah diri kepada hikmat, kuasa, dan kebaikan-Nya untuk menyediakan segala keperluan kita. Oleh sebab itu, kita harus melepaskan diri dari beban kekhawatiran, dengan menyerahkannya kepada Allah, sebab Ialah yang memelihara kita (1Ptr. 5:7). Jadi mengapa bersusah-susah? Jika Ia peduli terhadap kita, mengapa kita harus khawatir?
- . Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (ay. 33). Ini merupakan bantahan berganda melawan dosa kekhawatiran. Janganlah khawatir akan hidupmu, hidup tubuhmu, sebab
- (1) Ada hal-hal yang lebih penting dan yang lebih baik untuk kaupikirkan, yaitu hidup jiwamu dan kebahagiaan kekalmu. Itulah satu hal yang perlu (Luk. 10:42), yang harus terus kaupikirkan, dan yang pada umumnya diabaikan hati orang yang sudah dipenuhi oleh pikiran-pikiran duniawi. Seandainya saja kita lebih ingin menyenangkan hati Allah dan mengerjakan keselamatan kita, kita tentunya tidak akan begitu cemas ingin menyenangkan diri kita sendiri dan mengusahakan harta kekayaan di dunia. Kekhawatiran akan jiwa kita adalah obat yang paling manjur untuk menyembuhkan kekhawatiran akan dunia ini.
- (2) Engkau memiliki cara yang lebih pasti, lebih mudah, lebih aman, dan lebih ringkas untuk memperoleh keperluan-keperluan hidup ini daripada terus meributkan, mencemaskan, dan menggerutu tentang keperluan-keperluan itu. Cara itu adalah dengan mencari dahulu Kerajaan Allah, dan menjadikan agama sebagai usahamu. Janganlah berkata bahwa ini adalah cara untuk mati kelaparan. Tidak, ini adalah cara untuk diberi persediaan dengan baik, sekalipun di dunia ini. Perhatikanlah di sini:
- [1] Kewajiban besar yang disyaratkan. Ini merupakan keseluruhan dan inti dari seluruh kewajiban kita: "Carilah dahulu Kerajaan Allah, jadikanlah agama sebagai hal yang sangat engkau pikirkan dan utamakan." Kewajiban kita adalah mencari, merindukan, mengejar, dan mengarah kepada hal-hal ini. Kata "mencari" di sini mencakup banyak kesepakatan dalam kovenan baru yang menguntungkan kita. Meskipun kita belum berhasil, melainkan dalam banyak hal selalu gagal dan kekurangan, namun jika kita mencari dengan sungguh-sungguh (jika kita benar-benar peduli dan berusaha keras), maka kita akan diterima. Sekarang perhatikanlah,
- pertama, hal yang harus dicari: Kerajaan Allah dan kebenarannya. Kita harus ingat bahwa sorga adalah tujuan akhir kita dan kekudusan adalah jalannya. "Carilah penghiburan yang berasal dari kerajaan anugerah dan kemuliaannya sebagai satu-satunya yang membawa kebahagiaan bagimu. Arahkanlah tujuanmu ke Kerajaan Sorga, berjuanglah untuk menggapainya, bertekunlah sampai hatimu yakin, dan teguhkanlah hatimu supaya kamu tidak gagal. Carilah kemuliaan, kehormatan, dan kekekalan ini. Pilihlah sorga dan berkat-berkat sorgawi melebihi dunia dan kesenangan-kesenangan duniawi." Kehidupan beragama kita tidak akan ada gunanya bila kita tidak menghasilkan sorga darinya. Kemudian, dengan kebahagiaan dari Kerajaan ini, carilah kebenarannya, yaitu kebenaran Allah, kebenaran yang dikehendaki-Nya untuk dikerjakan dalam diri kita, dan dikerjakan oleh kita dengan sedemikian rupa supaya kebenaran kita itu melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Kita harus mengejar perdamaian dan kekudusan (Ibr. 12:14).
- Kedua, urutannya. Carilah dahulu Kerajaan Allah. Biarlah kekhawatiran akan jiwamu dan akan dunia yang akan datang menggantikan semua kekhawatiran lainnya, dan biarlah semua perkara dalam kehidupan ini ditempatkan di bawah perkara-perkara mengenai kehidupan yang akan datang. Kita harus lebih mencari perkara-perkara Kristus daripada perkara-perkara kita sendiri; dan apabila keduanya bersaing, kita harus ingat yang mana yang harus kita dahulukan. "Carilah dahulu hal-hal ini, yang pertama-tama dalam setiap hari-harimu. Biarlah pagi masa mudamu dipersembahkan kepada Allah. Hikmat harus dicari sejak dini; dini hari adalah waktu yang baik untuk memulai hidup saleh. Carilah hal yang terutama setiap hari, biarlah pada waktu pertama kali kita terjaga, pikiran-pikiran kita tertuju kepada Allah." Biarlah ini menjadi prinsip hidup kita yang utama, yaitu melakukan apa yang paling diperlukan terlebih dulu, dan biarlah Dia Yang Pertama mendapatkan yang pertama pula.
- [2] Janji mulia ditambahkan; semuanya itu, kebutuhan-kebutuhan hidup yang perlu, akan ditambahkan kepadamu, akan diberikan dengan berlimpah. Demikianlah yang diberikan sebagai tambahan. Engkau akan mendapatkan apa yang kaucari, Kerajaan Allah dan kebenarannya, sebab tidak pernah ada orang yang mencarinya dengan sia-sia jika dia mencari dengan sungguh. Di samping itu, engkau akan mendapatkan makanan dan pakaian, dengan berlebih, seperti orang yang membeli barang mendapatkan kertas dan tali pembungkusnya sekaligus. Ibadah itu mengandung janji untuk hidup sekarang ini (1Tim. 4:8). Salomo meminta hikmat, dan dia mendapatkannya disertai dengan hal-hal lain yang ditambahkan kepadanya (2Taw. 1:11-12). Oh, sungguh perubahan yang sangat indah yang akan terjadi dalam hati dan hidup kita kalau kita percaya dengan teguh akan kebenaran ini, bahwa cara terbaik agar kita menjadi sejahtera di dunia ini adalah dengan menekuni perkara-perkara dunia lain! Dengan demikian, kita mengawali pekerjaan kita dengan benar bila kita mengawalinya dengan Allah. Jika kita bertekun sampai kita memiliki Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka untuk segala hal lainnya dari kehidupan ini, biarlah Jehovah-Jireh -- Tuhan akan menyediakan sebanyak yang dianggap-Nya baik bagi kita, dan kita tidak akan menginginkan yang lebih dari itu lagi. Kalau kita sudah memercayai-Nya untuk bagian warisan kita pada akhir hidup kita nanti, bukankah kita juga akan memercayai-Nya untuk bagian piala kita sementara kita sekarang berjalan menuju warisan itu? Umat Israel Allah bukan saja dibawa masuk ke Kanaan pada akhirnya, melainkan juga kebutuhan-kebutuhan mereka ditanggung selama melewati padang gurun. Oh, kiranya kita lebih memikirkan perkara-perkara yang tidak kelihatan, yang kekal, dan kiranya kita semakin tidak merasa khawatir dan haruslah kita semakin tidak khawatir, mengenai hal-hal yang kelihatan, yang hanya sementara saja! Janganlah kamu merasa sayang meninggalkan barang-barangmu (Kej. 45:20, 23).
- . Hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (ay. 34). Janganlah kita merisaukan secara berlebihan kejadian-kejadian yang akan datang, sebab setiap hari membawa beban kekhawatiran dan kesedihannya sendiri. Pandanglah sekitar kita, dan jangan biarkan rasa takut meraup pertolongan yang ditawarkan oleh anugerah dan akal budi; kalau kita melakukan ini, kita akan memperoleh kekuatan dan persediaan yang diperlukan. Jadi, di sini kita diberi tahu:
- (1) Bahwa kekhawatiran akan hari esok tidaklah perlu, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kalau kebutuhan dan masalah selalu baru setiap hari, maka demikian pula halnya dengan pertolongan dan penyediaan; rahmat selalu baru tiap pagi (Rat. 3:22-23). Orang-orang kudus memiliki seorang Sahabat yang menjadi Penolong bagi mereka setiap pagi, Dia menyediakan keperluan mereka, baru setiap hari (Yes. 33:2), sesuai dengan peraturan, yakni setiap hari menurut yang ditetapkan untuk hari itu (Ezr. 3:4). Dengan demikian, Ia menjaga agar umat-Nya senantiasa bergantung pada-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita biarkan kekuatan hari esok untuk melakukan pekerjaan hari esok dan memikul beban hari esok. Hari esok, dan segala perkara di dalamnya, akan disediakan tanpa sepengetahuan kita, jadi untuk apa kita begitu mencemaskan apa yang telah diurus dengan demikian bijaksana? Ini bukan berarti kita tidak boleh membuat suatu rencana dan persiapan untuk masa depan. Tidak, kita hanya mau menghindari kecemasan yang menggelisahkan dan bayang-bayang akan segala kesulitan dan musibah yang mungkin tidak akan pernah terjadi, atau kalaupun terjadi, kita dapat menanggungnya dengan mudah dan keburukan yang ditimbulkannya dapat dihindari. Ini hanya berarti bahwa kita harus memikirkan kewajiban saat ini, dan menyerahkan segala peristiwanya kepada Allah; lakukanlah apa yang harus dikerjakan untuk hari ini pada hari ini, dan biarkan hari esok dengan pekerjaannya sendiri pada hari esok.
- (2) Kekhawatiran akan hari esok merupakan salah satu dari berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan (1Tim. 6:9). Banyak orang kaya terjerat di dalamnya dan menderita karena mereka menyiksa diri mereka sendiri dengan berbagai duka ini. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Hari ini sudah mempunyai cukup banyak masalah yang menyertainya, kita tidak perlu menumpuk beban-beban dengan memikir-mikirkan masalah kita atau menambahkan berbagai kesusahan dari kejahatan hari esok ke dalam hari ini. Kita tidak tahu kesusahan-kesusahan apa yang bakal kita alami besok, tetapi apa pun kesusahan itu, masih ada cukup banyak waktu nanti untuk memikirkannya saat itu benar-benar terjadi. Betapa bodohnya kalau kita mau memikul masalah itu pada hari ini dengan segala kekhawatiran dan ketakutan mengenainya, padahal itu bukan merupakan masalah hari ini. Bukankah masalah itu tidak akan menjadi ringan sekalipun kita terus memikirkannya pada hari ini? Janganlah kita menarik semuanya sekaligus ke atas kita, kalau hal-hal itu telah diatur oleh Pemeliharaan Allah untuk dipikul bagian demi bagian. Dengan demikian, kesimpulan dari semuanya ini adalah bahwa Tuhan Yesus menghendaki dan memerintahkan murid-murid-Nya untuk tidak menyiksa diri mereka sendiri, atau membuat perjalanan mereka di dunia ini menjadi lebih gelap dan lebih sengsara dengan mencemaskan berbagai masalah yang melebihi apa yang dikehendaki Allah dalam masalah itu sendiri. Melalui doa kita setiap hari, kita dapat memperoleh kekuatan untuk menopang kita dalam mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari, dan untuk mempersenjatai kita melawan godaan-godaan yang menyertainya, dan jangan biarkan hal-hal ini menggoyahkan kita.
SH: Mat 6:25-34 - Khawatir vs iman (Selasa, 12 Januari 2010) Khawatir vs iman
Apa beda berjalan dengan mata dan dengan iman? Berjalan dengan mata
mengandalkan diri sendiri, kekuatan, hikmat, dan kejelian
...
Khawatir vs iman
Apa beda berjalan dengan mata dan dengan iman? Berjalan dengan mata mengandalkan diri sendiri, kekuatan, hikmat, dan kejelian melihat. Berjalan dengan iman berarti memercayakan hidup pada pimpinan Tuhan sepenuhnya.
Kekhawatiran akan hidup terjadi karena kita lebih banyak menggunakan mata jasmani daripada mata iman kita. Memang apa yang kita lihat di dunia ini: gempa dan bencana alam yang terjadi di mana-mana, kerusakan bumi yang menjadi-jadi, perang dan terorisme di berbagai tempat, ekonomi global dan lokal yang tidak bertambah baik, membuat kekhawatiran menjadi hal yang sangat wajar. Tidak heran, kalau akhirnya kita berupaya untuk mengamankan diri kita dari apa yang kita khawatirkan. Padahal seberapa daya kita? Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kekhawatiran kita tidak bisa menolong kita menyelesaikan masalah (ayat 27). Malah kekhawatiran bisa melumpuhkan kita, membuat kita semakin tenggelam, bahkan meragukan Tuhan. Justru Tuhan mengingatkan kita bahwa Dia Maha Kuasa dan sangat peduli dengan hidup kita, jauh melampaui kepedulian-Nya atas ciptaan yang lain (ayat 30). Karena Dia peduli atas hidup kita, maka kita tidak perlu khawatir lagi!
Dengan kacamata iman kita bisa melihat hal-hal utama yang perlu dipikirkan dan dikerjakan dalam hidup ini, yaitu mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (ayat 33). Mencari kerajaan Allah adalah menerima dan tunduk pada kedaulatan Allah sebagai Raja. Berarti mau taat melakukan kehendak Allah. Pada saat kita fokus untuk melakukan kehendak-Nya, Dia pasti mencukupkan apa yang kita butuhkan (ayat 33b; lih. 2Tim. 2:4).
Apa yang sedang Anda khawatirkan? Serahkan pada Tuhan dan percaya bahwa Dia akan mencukupkan Anda untuk segala hal yang Anda perlukan. Sekarang buat tekad! Lakukan pekerjaan pelayanan yang Tuhan percayakan kepada Anda. Lihat bagaimana Ia memelihara Anda, dan sekaligus menjadikan Anda berkat untuk orang lain.
SH: Mat 6:25-34 - Khawatir akan Kerajaan Allah (Selasa, 17 Januari 2017) Khawatir akan Kerajaan Allah
Harapan dan doa saya adalah agar semua yang menggunakan bahan Santapan Harian ini tidak pernah mengalami kekhawatiran ak...
Khawatir akan Kerajaan Allah
Harapan dan doa saya adalah agar semua yang menggunakan bahan Santapan Harian ini tidak pernah mengalami kekhawatiran akan kebutuhan makanan atau pakaian untuk hari ini.
Situasi kehidupan pada zaman Yesus berkarya di Palestina sangat jauh dari keadaan berkecukupan untuk hal makan dan pakaian. Hidup sebagai bangsa yang dijajah penguasa Romawi dan penguasa setempat yang tidak mengupayakan kesejahteraan rakyat membuat kehidupan rakyat biasa sangat sulit. Dalam situasi kekurangan ini, Tuhan Yesus dengan berani menantang para pendengarnya: Jangan kamu kuatir akan hidupmu, apa yang kau makan, apa yang kau pakai (25).
Kehidupan adalah karunia Tuhan yang sangat berharga. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (34). Situasi keterbatasan dalam kemiskinan dan kekurangan bukan dijadikan alasan tidak mengutamakan Kerajaan dan kebenaran Allah terlebih dahulu. Yang harus dikhawatirkan tentang hari esok adalah Kerajaan Allah yang sudah dekat, sudah datang, dan hadir dalam dunia ini dengan kebenaran-Nya. Kekhawatiran akan kecukupan kebutuhan hidup sehari-hari merupakan tanda ketidakpercayaan kepada janji Allah. Sedangkan perasaan khawatir akan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya adalah kekhawatiran yang benar. Karena hal itu menunjukkan tanda bahwa kita adalah orang beriman.
Mencari Kerajaan Allah berarti mengupayakan perwujudan kebenaran, keadilan, dan damai sejahtera Allah dalam dunia ini. Selama 25 tahun melayani sebagai pendeta di gereja desa di Jawa, saya pernah mendengar kisah dari seorang warga jemaat bahwa bangsa Indonesia pernah memiliki pengalaman kondisi sulit dan kelaparan. Peristiwa itu terjadi pada masa penjajahan Jepang dan pascakemerdekaan. Tiga tahun berturut-turut (1963-1965) Indonesia mengalami kekeringan, hama, dan gagal panen. Meski saat ini politik pangan dan pembangunan ekonomi sudah berhasil, tetapi kebenaran, keadilan dan damai sejahtera dalam Kerajaan Allah selalu menagih jerih dan juang kita. [YTP]
SH: Mat 6:19-34 - Harta yang sejati. (Rabu, 7 Januari 1998) Harta yang sejati.
Adalah wajar, manusia perlu harta dan tertarik menyimpan barang yang indah, menarik, tahan lama. Namun benda dan harta hanya memen...
Harta yang sejati.
Adalah wajar, manusia perlu harta dan tertarik menyimpan barang yang indah, menarik, tahan lama. Namun benda dan harta hanya memenuhi sebagian kebutuhan segi jasmani manusia sebab sifatnya fana, terbatas, bisa dimakan karat dan ngengat. Yesus mengemukakan bahwa harta sejati yang harus dikejar tiap orang adalah Tuhan sendiri dan berbagai bentuk pelayanan kemanusiaan yang mempertegas sifat murah hati.
Berpikir dan melihat yang tepat. Mata gunanya untuk melihat. Penglihatan mempengaruhi pikiran. Apa yang terlihat dan terpikir akan menggerakkan manusia untuk bertindak dan mengambil keputusan dan bertindak konkrit. Salah pikir dan salah pandang sesuatu akan berakibat fatal. Mata yang kabur tidak dapat melihat benda dengan jelas, demikian juga kalau mata rohani kita kabur akan berakibat fatal. Tuhan Yesus realistik sekali. Ia tahu banyak orang kuatir tentang apa yang akan dimakan dan dipakai esok. Kekuatiran seolah wajar, namun tidak perlu dan tidak boleh menjadi ciri orang beriman. Orang beriman melihat jelas bahwa Tuhan setia dan pemurah memenuhi kebutuhan semua makhluk ciptaan-Nya, apalagi manusia!
Renungkan: Tuhan akan memperlakukan kita lebih daripada kita memperlakukan hal yang paling berharga untuk kita.
SH: Mat 6:19-34 - Harta dan manusia (Rabu, 17 Januari 2001) Harta dan manusia
Tarif listrik, PAM, dan harga BBM
yang naik, bahkan baru-baru ini harga gas naik
hingga 40%, menambah beban masyarakat yang masih...
Harta dan manusia
Tarif listrik, PAM, dan harga BBM yang naik, bahkan baru-baru ini harga gas naik hingga 40%, menambah beban masyarakat yang masih dalam perjuangan mengatasi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dalam kondisi demikian, respons wajar yang muncul adalah kuatir dan bekerja mati- matian, sampai menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya. Bagaimana Kristen harus bereaksi dalam situasi seperti ini?
Dalam kondisi seperti sekarang ini ajaran Yesus sangat relevan (ayat 19-20) sebab banyak orang menjadi egois dan memberikan nilai mutlak kepada uang dan harta. Yesus mengingatkan bahwa tujuan Kristen adalah mengumpulkan harta yang jauh lebih mulia dan bernilai kekal, yaitu harta surgawi. Harta ini dapat berupa apa pun yang bermakna mulia dan kekal, yang dihasilkan karena berbagi dengan yang kekurangan, memaafkan sesama, menderita bagi Kristus, berbuat kebaikan, dlsb. Itulah harta yang terindah yang harus dikumpulkan oleh Kristen dengan segenap hati (ayat 21). Namun melakukan itu tidaklah mudah sebab hidup pada hakikatnya adalah masalah perspektif (ayat 22-23). Kristen harus waspada agar tidak mudah tergiur dengan apa yang ia lihat. Kristen juga harus sadar bahwa dalam hubungannya dengan harta, Kristen dituntut untuk bersikap tegas antara diperhamba dan memperhamba. Ketika ia memperhamba harta berarti ia diperhamba oleh Allah, demikian pula sebaliknya (ayat 24).
Lalu bagaimana dengan kekuatiran? Apakah dalam situasi ekonomi yang sulit Kristen tidak boleh kuatir akan masa depan keluarga dan anak-anaknya? Yesus tidak pernah mengatakan bahwa menguatirkan pemenuhan kebutuhan dasar tidaklah salah. Yesus hanya mengatakan reaksi itu tidak perlu. Banyak orang dicekam kekuatiran karena mereka menghadapi masa depan yang tidak pasti. Kristen yang mempunyai hubungan pribadi dengan Allah, bergantung kepada Allah yang tidak hanya mengetahui namun juga mengontrol masa depan.
Renungkan: Ketika kita menyadari betapa Allah mengasihi kita, kita tidak lagi merasakan tekanan untuk mengejar-ngejar harta. Hal ini yang akan membebaskan kita untuk menetapkan prioritas kita yaitu mencari dahulu kerajaan-Nya dan kebenaran- Nya. Karena itu betapa bersukacitanya Kristen sebab ia tidak perlu menguatirkan apa pun kecuali hidup untuk menyenangkan Allah.
SH: Mat 6:19-34 - Menyikapi kebutuhan materiil (Rabu, 12 Januari 2005) Menyikapi kebutuhan materiil
Para murid Yesus harus mengambil keputusan yang benar tentang
bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materiil. Jika ...
Menyikapi kebutuhan materiil
Para murid Yesus harus mengambil keputusan yang benar tentang bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materiil. Jika tidak, beberapa ancaman terhadap kesetiaan kita kepada Tuhan akan terjadi.
Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar. Yang harus diprioritaskan adalah harta surgawi, bukan harta duniawi (ayat 19-20). Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomorduakan yang sementara. Kedua, Yesus realistis sekali. Jika harta duniawi prioritas kita, hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (ayat 21). Harta harus ditempatkan sebagai hamba dan alat. Jika tidak, ia akan "melonjak" menjadi tuan, dan kita di "kudeta"nya ke kedudukan budak (ayat 24). Ketiga, salah prioritas dalam soal harta akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekuatiran tentang kebutuhan sehari-hari (ayat 25-31). Kehidupan Kristen seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (ayat 32).
Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi. Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dalam hidup tidak sama dengan kehidupan itu sendiri. Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta adalah penunjang kehidupan. Yang lebih penting untuk kita perhatikan dan yang menjadi kepentingan utama perhatian Tuhan adalah kehidupan kita. Kita diajak Yesus untuk menghargai hidup berdasarkan kasih dan perhatian-Nya, bukan berdasarkan apa yang kita makan, pakai, dan miliki.
Firman Tuhan ini menuntut kita membuat komitmen mutlak hanya kepada Tuhan saja. Dengan menempatkan Allah sungguh sebagai Tuhan, kita perlu belajar dari hari ke hari menundukkan perhatian kita kepada harta, makanan, dan pakaian ke bawah pemeliharaan dan pemerintahan Allah. Inti prinsip inilah maksud Tuhan: mendahulukan Kerajaan Allah dan memercayai bahwa Dia yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi kita (ayat 33).
Renungkan: Tuhan hartaku, atau Harta tuhanku?
SH: Mat 6:19-34 - Standar pencapaian (Selasa, 15 Januari 2013) Standar pencapaian
Orang dunia mengukur keberhasilan hidup sehari-hari berdasarkan pencapaiannya. Ukuran pencapaian itu selalu berhubungan dengan har...
Standar pencapaian
Orang dunia mengukur keberhasilan hidup sehari-hari berdasarkan pencapaiannya. Ukuran pencapaian itu selalu berhubungan dengan harta atau uang yang dimiliki. Pencapaian dimulai dari hati (21) dan sejauh mana tubuh seseorang digerakkan oleh keinginan mata (22-23). Ironisnya, orang dunia tidak menyadari bahwa semua hartanya suatu hari kelak akan lenyap (19) sementara dirinya terus mencari untuk menimbunnya, walaupun harus melakukan berbagai kejahatan.
Orang Kristen, sebaliknya. Matius melanjutkan pengajaran Yesus dengan frasa "karena itu". Tujuannya untuk mengontraskan sikap Kristen seharusnya dengan kenyataan dunia. Pengajaran Yesus ini justru menunjukkan betapa banyak orang Kristen yang terjebak dalam menerapkan standar duniawi, yaitu mengukur hidup dari harta yang dimiliki. Justru hal tersebut mendatangkan kekhawatiran (25, 31-32). Seharusnya orang Kristen memakai standar pencapaian yang diukur oleh iman. Hidup itu tidak bergantung pada apa yang akan kita makan, minum atau pakai, tetapi pada Tuhan. Iman berarti mengenal dan memercayai Allah sebagai Bapa yang mengetahui kebutuhan hidup kita dan akan mencukupkan kita. Malahan, seharusnya ukuran pencapaian dalam kerajaan Allah adalah "carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya" (33). Keberhasilan kita diukur dari ketundukan kita pada Allah sebagai Raja, dan bagaimana kita memberlakukan kebenaran di dalam kerajaan-Nya. Hal ini konsisten dengan karakteristik kebahagiaan yang dialami oleh orang yang lapar dan haus akan kebenaran (bdk. Mat. 5:6).
Sebagai anak-anak Tuhan yang sudah menerima anugerah keselamatan dan sedang mengembangkan karakter surgawi, kita perlu belajar terus apa artinya beriman. Beriman berarti percaya penuh kepada Tuhan dan memercayakan diri sepenuhnya pada cara Tuhan mengelola hidup kita. Jangan kacaukan cara Tuhan dengan cara dunia. Cara dunia, sekali lagi mencadangkan dan menginvestasikan harta dunia. Cara Tuhan, tunduk penuh pada kedaulatan-Nya dan menginvestasikan harta surgawi (20)!
SH: Mat 6:19-34 - Fokus ke Atas (Sabtu, 9 Januari 2021) Fokus ke Atas
Salah satu hal yang menjadi penggerak bagi manusia dalam melakukan suatu tindakan adalah fokus perhatiannya. Jika ia berfokus pada kekh...
Fokus ke Atas
Salah satu hal yang menjadi penggerak bagi manusia dalam melakukan suatu tindakan adalah fokus perhatiannya. Jika ia berfokus pada kekhawatiran yang dialaminya di dunia ini, sedapat mungkin ia akan mengarahkan seluruh perhatiannya pada kekhawatiran itu dan berusaha keras menghilangkannya.
Sifat manusia yang disoroti oleh Yesus dalam Khotbah di Bukit kali ini adalah khawatir atau takut. Manusia cenderung takut dan khawatir mengenai hari depan dan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup yang dimaksudkan adalah kebutuhan akan pangan dan pakaian (25-34).
Kekhawatiran terhadap kebutuhan-kebutuhan hari esok ini membuat manusia hanya berfokus mencari uang sebanyak-banyaknya agar kebutuhannya dapat terpenuhi (19-21). Harta yang dikejar dan dikumpulkan oleh manusia itu bersifat sementara saja, karena dapat rusak atau hilang. Rusak karena lapuk atau membusuk, dan dapat hilang karena dicuri orang (19). Tuhan Yesus mengatakan bahwa bukan harta dunia yang harus dikumpulkan, melainkan harta di surga yang tidak dapat rusak atau hilang karena dicuri.
Mengejar harta juga telah membuat mata manusia gelap dan jahat, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Mata adalah indera yang dapat menarik hati manusia ketika melihat gemerlapnya harta dunia. Tuhan Yesus menghubungkan antara mengejar harta dengan melakukan penyembahan, bahwa tidak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan sekaligus.
Janganlah khawatir akan hari esok, jangan juga mengejar kekayaan dunia, tetapi berfokuslah ke atas. Artinya, kita percaya kepada Allah dan menyerahkan kekhawatiran serta ketakutan kita kepada-Nya. Ia sanggup memenuhi kebutuhan hidup kita.
Allah tahu apa yang kita perlukan. Allah mencukupkan semuanya dan memelihara kita sebagaimana Ia memelihara burung di udara dan bunga bakung di padang. Kita bersyukur atas penyertaan-Nya di dalam hidup kita. Berfokuslah ke atas dan selalu pandanglah Allah. [IVT]
Baca Gali Alkitab 2
Pasal ini merupakan kelanjutan pengajaran Tuhan Yesus tentang penggenapan hukum Taurat. Penggenapan hukum Taurat itu ditunjukkan melalui praktik kesalehan yang dipahami oleh kebanyakan orang Yahudi. Tuhan Yesus menunjukkan tiga kewajiban yang terutama, yaitu bersedekah, berdoa, dan berpuasa.
Dalam hal bersedekah, kita tidak boleh melakukannya seperti orang munafik. Artinya, kita tidak boleh berpura-pura ketika melakukan kebaikan. Dalam hal berdoa, kita tidak boleh membuat orang lain terkesan dengan kesalehan pribadi. Artinya, kita benar-benar menyerahkan segala permasalahan kepada Tuhan dan mengarahkan semua perhatian kita kepada-Nya. Ketika kita berpuasa, kita tidak boleh menunjukkan kepada orang lain secara terang-terangan. Artinya, kita melakukan puasa secara tersembunyi. Intinya adalah Tuhan Yesus menghendaki ketulusan dari setiap orang yang mengikuti-Nya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Bagaimana seharusnya melakukan kewajiban agama kita? (1)
2. Bagaimana seharusnya kita bersedekah yang benar? (2-4)
3. Bagaimana seharusnya kita berdoa? (5-13)
4. Apa pesan Tuhan Yesus tentang pengampunan? (14-15)
5. Bagaimana seharusnya kita berpuasa? (16-18)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Kesalehan seperti apakah yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus dari diri Anda? Jelaskanlah!
2. Apakah kesalehan Anda berdampak terhadap diri sendiri dan orang lain? Jelaskanlah!
Apa respons Anda?
1. Bagaimana persiapan dan rencana Anda untuk melakukan sedekah, doa, dan puasa?
2. Bagaimana Anda mengasah kepekaan Anda untuk merasakan kehadiran Allah?
Pokok Doa:
Permohonan untuk makin dekat dengan Allah dan peduli terhadap sesama menurut cara-cara yang dikehendaki-Nya.
Topik Teologia: Mat 6:31 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Natur dan Kehidupan Kerajaan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menikmati Allah
- Memperoleh Perhentian dalam Allah
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Umum yang Dihadapi Semua Orang
- Kekhawatiran
Topik Teologia: Mat 6:32 - -- Allah yang Berpribadi
Allah sebagai Bapa Orang-orang Percaya
Maz 89:27 Maz 103:13 Yes 43:6-7 Mat 6:8-9 Mat 6:14-15,17-18 Mat 6:...
- Allah yang Berpribadi
- Allah sebagai Bapa Orang-orang Percaya
- Maz 89:27 Maz 103:13 Yes 43:6-7 Mat 6:8-9 Mat 6:14-15,17-18 Mat 6:26,32 Mat 7:11 Yoh 1:12-13 Rom 1:7 Rom 8:15-17 1Ko 1:3 2Ko 1:3 Gal 3:26 Gal 4:6 2Te 2:16 Yak 1:27 Yak 3:9 1Pe 1:17 1Yo 1:3 1Yo 2:1 1Yo 3:1
- Allah itu Mahatahu
- Kej 6:5 Kel 3:7 1Ra 8:39 2Ra 19:27 2Ta 16:9 Ayu 9:4 Ayu 12:13 Ayu 28:12-28 Ayu 37:16 Maz 7:10 Maz 33:13-15 Maz 94:11 Maz 104:24 Maz 139:1-10 Maz 147:4-5 Ams 3:19-20 Ams 5:21 Ams 15:3,11 Yes 31:2 Yes 40:28 Yes 44:7-10,24-28 Yes 46:9-11 Yer 10:7,12 Yer 17:10 Yeh 11:5 Dan 2:20-22 Mat 6:8,32 Mat 10:29-30 Kis 1:24 Kis 2:23 Kis 15:8 Kis 15:17 Rom 11:33 Rom 16:25-27 1Ko 1:18,21,24-25 1Ko 2:7 Efe 1:7-8 Efe 3:10 Ibr 4:13 Yak 1:5 Yak 3:17 1Yo 3:19-20 Wah 7:12
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Natur dan Kehidupan Kerajaan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menikmati Allah
- Memperoleh Perhentian dalam Allah
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Umum yang Dihadapi Semua Orang
- Kekhawatiran
Topik Teologia: Mat 6:33 - -- Yesus Kristus
Yesus Mendirikan Kerajaan Allah
Mat 4:23 Mat 6:33 Mat 7:21 Mat 12:28 Mat 21:31 Mat 25:34 Mar 1:14-15 Luk ...
- Yesus Kristus
- Yesus Mendirikan Kerajaan Allah
- Dia Prihatin terhadap Nasib Kekal Manusia
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Natur dan Kehidupan Kerajaan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Pencarian dan Penyerahan Kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berdoalah karena Kerinduan akan Hal-hal Rohani
- Seluruh Umat Manusia Diperintahkan Mencari Dia
- Memperoleh Perhentian dalam Allah
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Umum yang Dihadapi Semua Orang
- Kekhawatiran
Topik Teologia: Mat 6:34 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Menikmati Allah
Memperoleh Perhentian dalam Allah
Maz 55:23 Maz 62:2-3,6 Maz 91:...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menikmati Allah
- Memperoleh Perhentian dalam Allah
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Umum yang Dihadapi Semua Orang
- Kekhawatiran
TFTWMS -> Mat 6:25-34
TFTWMS: Mat 6:25-34 - Mengatasi Kekuatiran MENGATASI KEKUATIRAN (Matius 6:25-34)
25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau m...
MENGATASI KEKUATIRAN (Matius 6:25-34)
25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? 28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? 31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Orang yang sepenuh hati mengabdi kepada Allah tidak akan menjadi budak kekayaan, mengumpulkan harta di bumi. Sebaliknya, ia akan bermurah hati, membantu orang lain untuk mengenal Kristus dan membantu mereka yang kekurangan (6:19-24). Orang ini percaya bahwa Allah akan memelihara dia ketika ia mengutamakan kerajaan Allah dalam hidupnya (6:25-34).
Yesus memulai dengan nasihat untuk jangan kuatir (6:25) dan kemudian mengilustrasikan prinsip itu dari alam, dengan menggunakan "burung" (6:26, 27) dan "bunga bakung" (6:28-30). Ia mengulangi nasihat itu, dengan meminta murid-murid-Nya untuk berhenti kuatir dan memulai memburu kerajaan itu (6:31-34).
Ayat 25. Dalam mengatakan, "Karena itu," Yesus sedang mengacu kepada apa yang sebelumnya Ia katakan. Jika orang melayani Allah sebagai Tuannya, maka ia tidak punya alasan untuk kuatir; karena Allah akan menyediakan apa yang dibutuhkan oleh pelayanannya. Kata Yunani untuk "kuatir" (merimna¿w, merimnaō) berarti "memiliki kecemasan" atau "kuatir berlebihan." Rasa kuatir menguras tenaga orang yang seharusnya dikeluarkan untuk melayani Tuannya. Perasaan itu sia-sia; dan, dengan demikian dilarang. Paulus menulis, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Flp. 4:6; lihat 1 Pet. 5:7).
Kata Yunani untuk hidup (yuch/, psuchē) digunakan dalam beragam cara dalam Perjanjian Baru. Kata itu dapat mencakup sisi mental, emosi, jasmani, dan rohani diri kita. Dalam ayat ini, "hidup" tampaknya mengacu kepada "prinsip tubuh yang hidup"10dan membentuk paralelisme dengan tubuh (swvma sōma). Manusia harus punya makanan, minuman, dan pakaian untuk bertahan hidup secara fisik. Michael J. Wilkins menunjukkan, "Yesus sedang berbicara kepada orang-orang yang akrab dengan pergumulan hidup sehari-hari. Banyak dari rutinitas sehari-hari mereka diha- biskan dengan usaha untuk memperoleh cukup persediaan bagi keberadaan sehari-hari."11Namun begitu, hidup memiliki makna yang jauh lebih besar dan tujuan yang lebih mulia daripada penyelamatan fisik semata.
Ayat 26. Dalam ilustrasi pertama-Nya, Yesus memberi jaminan bahwa Allah menyediakan makanan bagi burung-burung di udara. Tidak seperti manusia, mereka tidak menabur, atau menuai atau menyimpan dalam lumbung. Dari pernyataan ini, orang harus jangan menyimpulkan bahwa burung tidak melakukan apa-apa untuk makanan mereka. Mereka dapat dilihat di pagi hari, mengumpulkan cacing tanah untuk sarapan. Tetap saja, makhluk-makhluk ini tidak melakukan apa-apa terhadap bahan makanan untuk mereka makan, melainkan disediakan oleh Allah. Mereka hanya melakukan upaya untuk menerima apa yang Allah telah sediakan untuk mereka. Yesus, dalam ilustrasi ini, sedang menggunakan argumentasi yang lebih kecil kepada yang lebih besar. Jika Allah memelihara burung yang tidak penting, tentunya Ia akan menyediakan makanan bagi manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya (Kej. 1:27). Sesungguhnya, manusia jauh lebih berharga daripada burung (lihat Maz. 8:3-8).
Ayat 27. Untuk menunjukkan kesia-siaan perasaan kuatir, Yesus bertanya, "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" Jawaban untuk pertanyaan yang tak perlu dijawab ini adalah "tidak ada."
Alih-alih "menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya," Alkitab KJV menulis "menambahkan sehasta kepada perawakannya." Kata Yunani untuk "hasta" (phvcuß, pēchus) aslinya berarti "lengan" dan belakangan mengacu kepada satuan ukuran (sekitar empat puluh lima sentimeter). Namun begitu, ukuran jarak kadang-kadang digunakan untuk menandakan sebagian waktu (Maz. 39:5). Kata "perawakan" (hJliki/a, hēlikia) dapat juga mengacu kepada "usia" seseorang (Yoh. 9:21; Ibr 11:11). Karena Yesus sedang mengacu kepada "hal yang sangat sedikit" (Luk. 12:25, 26; NASB), versi-versi yang paling moderen menerjemahkan kata-kata ini dengan cara menambahkan periode singkat rentang umur seseorang. Alasan untuk menggunakan terjemahan ini adalah bahwa alternatif itu—menambahkan sehasta kepada perawakan seseorang—akan menjadi pencapaian yang luar biasa! Oleh karena itu, ungkapan dalam NASB tampaknya benar.
Ayat 28, 29. Dalam ilustrasi-Nya yang kedua, Yesus berfokus pada pakaian. Sekali lagi, Ia membandingkannya dengan alam, dengan menggunakan bunga bakung di ladang. Apakah yang setangkai bunga lakukan untuk layak mendapat keindahannya? Bunga itu tidak kerja keras atau memintal, namun kumpulan warna muncul bersama-sama menciptakan pakaian indah yang mereka kenakan. Ragam, warna, bentuk, dan keharuman bunga-bunga sungguh menakjubkan.
Dalam kaitannya dengan bunga bakung, Yesus berkata bahwa Salomo dalam segala kemegahannya—pakaian bagus yang ia kenakan pada dirinya—tidak bisa dibandingkan dengan salah satu dari bunga-bunga ini. Raja Salomo adalah kiasan bukan hanya untuk hikmatnya yang besar, tetapi juga untuk kekayaannya yang besar (1 Raja 3:12, 13; 10:1-29; 2 Taw 9:1-28), namun begitu jubah kemegahannya yang terbaik memucat dibandingkan dengan bunga-bunga yang Allah dandani dengan keindahan-Nya. Bisa jadi tidak ada jenis bunga khusus dalam pikiran Yesus pada waktu itu. Namun begitu, bunga anemon ungu pernah disarankan, mungkin untuk mempertinggi perbandingan dengan jubah Salomo (lihat Hak. 8:26). Wilkins menulis, "Bahkan sekarang ini, bunga anemon (anemon coronaria) merah dan ungu yang memahkotai tangkai setinggi sepuluh inci, bersama dengan bunga iris biru, tumbuh liar di lereng bukit di atas Danau Galilea."12
Ayat 30. Allah menyediakan bunga-bunga yang indah itu sebagai pakaian untuk rumput di ladang. Namun begitu, rumput ini hanya sementara: "Matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya" (Yak. 1:11; lihat 1 Pet. 1:24). Rumput itu hidup hari ini, tapi besok dibuang ke dalam tungku pembakaran. Orang miskin akan mengambil bunga-bunga yang layu itu dan menggunakannya sebagai bahan bakar untuk api. Sekali lagi, argumentasi Yesus adalah dari yang lebih kecil kepada yang lebih besar. Jika Allah mendandani seperti itu tanaman yang tidak penting, tentunya Ia akan mendandani umat-Nya.
Ungkapan " hai orang yang kurang percaya" muncul beberapa kali dalam Matius (8:26; 14:31; 16:8; 17:20). Talmud mengatakan, "Barangsiapa memiliki sepotong roti dalam keranjangnya dan berkata, 'Apakah yang harus aku makan besok?' termasuk ke dalam orang-orang yang kurang percaya."13
Ayat 31, 32. Di tempat ini, Yesus mengulangi peringatan-Nya yang pertama untuk jangan kuatir tentang apa yang orang harus makan, minum, atau pakai (lihat 6:25). Allah tahu bahwa kita punya kebutuhan tertentu, dan Ia akan menyediakan semua ini untuk kita ketika kita mengerjakan bagian kita. Sikap kuatir tidak akan menyediakan kita makanan, pakaian, atau tempat tinggal, dan tidak akan juga menambah satu menit umur siapa saja. Jika kita punya makanan, pakaian, dan tempat untuk meletakkan kepala kita di malam hari, apa lagikah yang kita butuhkan? Kekuatiran tidak membawa manfaat. Paulus menulis, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah"(1 Tim. 6:6-8).
Yesus berkata semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Dengan kata lain, berjuang keras untuk memperoleh makanan, minuman, dan pakaian membuat seseorang seperti orang kafir yang tidak mengenal Allah (lihat Efe. 2:11, 12). Robert H. Mounce berkata, "Sikap kuatir adalah praktik ateisme dan penghinaan terhadap Allah."14Perbandingan dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah pastinya akan mengejutkan para pendengar Yesus, memaksa mereka untuk mempertimbangkan kata-kata-Nya dengan hati-hati. Ini adalah acuan ketiga kepada "bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah" dalam Khotbah di Bukit (lihat komentar tentang 5:47; 6:7).
Ayat 33. Ketimbang mencari kebutuhan hidup lahiriah, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Kata "kerajaan" (basilei÷a, basileia) dan "kebenaran" (dikaiosu÷nh, dikaiosunē) sering muncul di seluruh Khotbah di Bukit (5:3, 6, 10, 19, 20; 6:1, 10, 13, 33; 7:21).
"Kerajaan-Nya" mengacu kepada kekuasaan atau wilayah Allah yang mengambil bentuk dalam pembentukan gereja Kristus (lihat komentar tentang 6:10). Belakangan dalam Matius, istilah "kerajaan" (basileia) dan "gereja" (ejkklhsi÷a, ekklēsia) digunakan hampir secara bergantian (16:18, 19). "Kebenaran-Nya" mengacu kepada standar hidup dari Allah, yang meminta kita mengikuti segala perintah-Nya dari hati (lihat komentar tentang 5:6, 20). Di masa lalu, dekrit kebenaran Allah diungkapkan melalui hukum Musa. Namun begitu, Kristus datang untuk mengadakan perjanjian baru. Mereka yang menjadi peserta dalam wasiat ini harus setuju untuk menerima semua ajaran Kristus, tanpa melakukan ketaatan yang dipilih-pilih.
Allah ingin manusia "mencari" Dia (lihat Kisah 17:26, 27; Ibr. 11:6). Kata Yunani yang diterjemahkan "mencari" (zhte÷w, zēteō) muncul berkali-kali dalam Perjanjian Baru. Di sini, kata itu berbentuk present imperative yang menunjukkan pencarian yang terus-menerus dan bukan peristiwa satu kali. Prioritas kehidupan manusia haruslah mencari "Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya." Hasilnya, dalam perkataan Paulus, akan berupa "kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus" (Rom. 14:17). Mengutamakan kerajaan Allah dan kebenaran-Nya bisa menghilangkan kekuatiran yang tidak masuk akal mengenai kepedulian terhadap materi. Tuhan kita berjanji bahwa, jika anak-anak Allah melakukan hal ini, semua ini (kebutuhan hidup) akan tersedia untuk kita (lihat Flp. 4:11-13).
Ayat 34. Yesus menyimpulkan, "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Murid Yesus harus jangan terlalu cemas tentang hari esok, tapi harus hidup sehari demi sehari. Ia harus menghadapi masalah nyata hari ini ketimbang dikuasai oleh banyak kemungkinan persoalan masa depan.
Kuatir tentang masa depan sebenarnya melumpuhkan kemampuan seseorang untuk mengatasi masa kini, dan bisa mempersingkat umurnya. Dalam Apokrifas, Kitab Sirakh mengatakan bahwa "kecemasan membuat orang lebih cepat tua."15Selanjutnya, banyak hal yang orang kuatirkan tidak pernah terjadi; situasi hidup berubah terus (Ams. 27:1; Yak. 4:13-17). Talmud mengatakan, "Jangan menguatirkan masalah besok, sebab kamu tidak tahu apa yang akan muncul di suatu hari, dan besok ia mungkin sudah lenyap, dan dengan demikian ia akan kedapatan berduka atas dunia yang bukan miliknya."16Itu juga menyatakan, "Ada cukup kesulitan dalam satu jam."17
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) KUATIR (Matius 6:25-34)
Kata bahasa Inggris "worry [Ind.: kuatir]" berasal dari kata Jerman tua yang berarti "mencekik." Itulah y...
KUATIR (Matius 6:25-34)
Kata bahasa Inggris "worry [Ind.: kuatir]" berasal dari kata Jerman tua yang berarti "mencekik." Itulah yang kekuatiran lakukan: Ia menyendak kesenangan dari kehidupan dan meninggalkan kita dengan komplikasi yang lebih banyak. Karena kekuatiran mereka, banyak orang menggigiti kuku mereka, jalan mondar-mandir, atau tidak bisa tidur di malam hari karna bergulat dengan pikiran mereka. Beberapa orang mengembangkan kecanduan terhadap rokok, alkohol, dan obat-obatan yang membentuk kebiasaan buruk. Perasaan kuatir pastinya bisa merampok kita dari menjalani kehidupan yang berkelimpahan.
Remaja dan orang dewasa muda sering kuatir tentang banyak hal, termasuk teman-teman, hubungan kencan, pelajaran, dan masa depan mereka. Beberapa menguatirkan pakaian mereka; mereka berpikir bahwa mereka harus memakai mode terbaru dan merek terbaik. Orang tua kuatir tentang penampilan lebih muda dan hidup lebih lama. Beberapa upaya untuk tetap "muda" mungkin memberikan kualitas hidup yang lebih baik, tetapi menguatirkan hal-hal tersebut benar-benar dapat mempersingkat hidup kita. Banyak penelitian telah mengidentifikasi perasaan kuatir sebagai penyumbang terhadap masalah kesehatan yang serius. Dr. Charles H. Mayo, yang bersama saudaranya mendirikan Mayo Clinic, menulis, "Perasaan kuatir mempengaruhi sirkulasi [darah], jantung, pelbagai kelenjar, seluruh sistem saraf. Saya belum pernah mengetahui ada orang yang meninggal akibat kebanyakan kerja, namun banyak yang meninggal karena keragu-raguan."18
David Stewart
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Khotbah Di Bukit 6:19-34
Hidup Dengan Aman
Dalam 6:19-34, Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk jangan menimbun kekayaan tapi sebaliknya...
Matius: Khotbah Di Bukit 6:19-34
Hidup Dengan Aman
Dalam 6:19-34, Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk jangan menimbun kekayaan tapi sebaliknya percaya kepada Allah. Tema utama-Nya itu menekankan bahwa keasyikan dengan harta duniawi mengkhianati kesetiaan sehingga terbagi, serta kurangnya iman kepada penyediaan Allah.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Tobit 4:9, 10; 4 Ezra 6.5; Testament of Levi 13.5; Psalms of Solomon 9.5; Mishnah Peah 1.1.
2 Sirach 29:10, 11 (NRSV).
3 Talmu...
Catatan Akhir:
- 1 Tobit 4:9, 10; 4 Ezra 6.5; Testament of Levi 13.5; Psalms of Solomon 9.5; Mishnah Peah 1.1.
- 2 Sirach 29:10, 11 (NRSV).
- 3 Talmud Baba Bathra 11a.
- 4 J. C. Ryle, Ryle's Expository Thoughts on the Gospels: Matthew-Mark (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, n.d.), 56.
- 5 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 138-39.
- 6 Lihat Sirach 14:9.
- 7 Testament of Joseph 14.2; Mishnah Pesahim 8.1.
- 8 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 107.
- 9 Ibid.
- 10 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 349, n. 334.
- 11 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 48.
- 12 Ibid., 49.
- 13 Talmud Sotah 48b.
- 14 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 61.
- 15 Sirach 30:24 (NRSV).
- 16 Talmud Sanhedrin 100b.
- 17 Talmud Berakoth 9b.
- 18 Dikutip dalam Worries: Webster's Quotations, Facts and Phrases (San Diego: Icon Group International, 2008), 8.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi