JEREMIAH
PENDAHULUAN
Didjaman terachir dari sedjarah umat Allah sebelum api penjutjian jang berupa
pembuangannja ke Babel dalam th.587, karunia kenabian se-akan2 memuntjak.
Tampillah kedepan tokoh2 seperti Sefanja, Habakuk, Nahum dan Jeheskiel. Tetapi
paling tjotjok dengan masa jang dramatis itu ialah tokoh tragis jang mendjulang
tinggi diantara jang lain, jakni Jeremia, jang giat bekerdja dari th. 626 hingga
sekitar 585. Sebagaimana pendidikan ilahi dalam th. 587 rupa2nja menemui
kegagalan, demikianpun pekerdjaan "mulut Jahwe", Jeremia, nampaknja pertjuma dan
sia2 sadja.
Dari antara semua nabi Jeremialah jang hal-ikwal dan riwajat hidup pribadinja
paling baik diketahui. Dan itupun se-mata2 berkat kitab jang dibubuhi dengan
namanja. Dalam kitab Radja2 dan Tawarich jang mengisahkan djaman itu tidak ada
keterangan satupun mengenai nabi ini. Tetapi kitabnja mendjandjikan banjak
bahan, tidak hanja mengenai karjanja, tetapi djuga tentang diri nabi sendiri.
Nabi2 lain se-olah2 hilang dibelakang tugasnja, tetapi diri Jeremia menembusi
kegiatannja untuk tampil sendiri didepan mata pembatja. Sudah barang tentu suatu
"Riwajat Hidup Nabi Jeremia" tidak dapat dikarang. Sebab baik masa mudanja
maupun wafatnja menghilang dalam kegelapan sedjarah. Pun pula tidak gampang
semua keterangan jang termuat dalam kitabnja disusun setjara sistematis, hingga
muntjullah suatu keseluruhan jang utuh-lengkap. Namun demikian djalan hidupnja
dapat digambarkan dengan agak terperintji.
Dalam tahun ketigabelas pemerintahan radja Josjijahu Jeremia dipanggil mendjadi
nabi (1,2), djadi dalam th. 627'626 seb.Mas. Tempat tinggalnja ialah 'Anatot
(1,1), kota ketjil didekat Jerusjalem, l.k 5 km. Ajahnja, Hilkijahu, termasuk
para imam di Anatot, dan mungkin sekali ia turunan imam Ebjatar dari keluarga
'Eli, jang menganut Dawud, tetapi kemudian oleh Sulaiman dibuang ke 'Anatot (I
Rdj.2,26-27). Meskipun Jeremia (arti nama itu kurang djelas, entah: Jahwe
meninggikan, entah: Jahwe meneguhkan, menetapkan) termasuk kalangan imam, namun
rupa-rupanja ia tidak pernah menunaikan tugas keimaman dalam Bait Allah di
Jerusjalem. Disitu kan turunan Sadok memegang djabatan itu dan kiranja ada
ketegangan antara turunan Ebjatar dan turunan Sadok. Keluarga Hilkijahu agaknja
tjukup berada, oleh karena memiliki tanah di 'Anatot. Sebab kemudian saudara
sepupu Jeremia, Hanameel, anak pamannja Sjalum, mendjual sebidang ladang kepada
nabi (32,7-9). Karena asal-usulnja Jeremia bukan orang kota, seperti Jesaja,
melainkan orang pedalaman; bahkan ia bukan orang Juda,melainkan dari suku
Binjamin (1,1), seperti Sjaul dari Tarsus. Asal-usulnja itu meninggalkan
bekasnja dalam karya sasteranja. Ia ternjata suka akan gambaran dan kiasan jang
diambil dari hidup kaum tani dan desa (31,12-13;25,10;2,13;8,7;12,9;2,21.23-
27;9,1.9). Sungguhpun Jerusjalem dihormati Jeremia sebagai kota sutji dan wangsa
Dawud diterimanja, tetapi perhatiannja tidak berpusatkan pada Jerusjalem dan
Juda, seperti halnja dengan Jesaja dan Jeheskiel, dan satu dua kali sadja ia
menghubungkan harapannja akan masa depan dengan wangsa Dawud (23,5). Tetapi,
meskipun orang pedalaman, Jeremia bukan "orang kampung", seperti amos, jang
tidak tahu-menahu tentang kehidupan kota ramai. 'Anatot amat dekat ke ibu kota
dan dengan berdjalan kaki satu djam sadja pemuda Jeremia dapat sampai disitu dan
menjaksikan keramaiannja. Tetapi ternjatalah watak bawaan nabi tidak tjondong
kepada atau suka akan keributan kota. Ia lebih tjenderung kepada kehidupan
dipedalaman. Beberapa lama setelah dipanggil mendjadi nabi, barulah ia pindah
dan menetap di Jerusjalem. Sebab dalam th. 622 ia belum ada situ. Radja Jojijahu
tidak minta nasehat Jeremia, melainkan mentjari keterangan dari nabiah Hulda (II
Rdj. 22,14). Jeremia mempunjai hati lemah-lembut jang selalu takut-takut akan
huru-hara dan keributan (15,10;20,8). Ia mendapat pendidikan keigamaan jangbaik.
Kitabnja tjukup memberi bukti tentang hal itu. Ia njata dipengaruhi oleh nabi2
lain, terutama oleh Hosea dan Jesaja. Demi untuk tugas kenabiannja Jeremia tidak
beristeri dan tidak beranak (16,1-2)dan keadaan itu amat berat rasanja bagi nabi
jang memerlukan kemesraan dan kekariban (15,17). Dengan demikian Jeremia
mendjadi satu dari segelintjir tokoh Perdjandjian Lama jang karena panggilannja
jang chas tidak kawin.
Apa jang dapat dilihat Jeremia dimasa mudanja dalam kota Jerusjalem tidak
menjenangkan melainkan mengerikan hatinja jang saleh. Sudah setengah abad lebih
bersimaharadjalela siditu kekafiran jang tak kenal malu, jakni didjaman radja
Menasje (687-642) dan Amon (642-640). Kedua radja itu adalah taklukkan keradjaan
Asyriah, jang diperintahkan Asarhadon (680-669), pengganti Sanherib (704-681),
dan Asurbanipal (668-621). Setelah pemberontakan radja HIzkia dalam th. 701
gagal, keradjaan kerdil Juda tidak dapat tidak tunduk sadja. Radja Juda harus
berterimakasih, bahwa madjikannja di Ninive memperkenankan dia terus menduduki
tachta leluhurnja, apalagi setelah raksasa Asyriah tidak lagi mempunjai saingan
jang sepadan. Asarhadon mengalahkan dan menduduki Mesir dalam th. 671 dan
penggantinja Asurbanipal sampai dua kali menghantjurkan kekuasaan Fare'o (th.
666,663). Mendjadi taklukan dibidang politik bagi Menasje dan Amon berarti pula
taklukkan dibidang politik bagi Menasje dan Amon berarti pula taklukkan dibidang
keigamaan. Maka dari itu agama Jahwe jang baru sadja dipulihkan oleh Hizkia,
segera merosot mendjadi sinkretisme belaka. Kekafiran Kana'an jang lama dengan
ibadahnja jang mesum subur berkembang (2,20) dan disamping pemudjaan dewata
Asyriah, jaitu perbintangan, dimasukkan djuga (bdk. 44,17;7,16-18). Bahkan
sekali lagi umat Jahwe sampai mempersembahkan anak-anak sebagai kurban kepada
dewata kafir (7,31). Dalam hal itu radja Menasje sendiri mempelopori rakjat (II
Rdj. 21,6) dan setjara konsekwen dan terus-terang ia mendukung dan mengandjurkan
kekafiran. Orang jang berani melawan istana dilikwidir dan dibunuh sadja (bdk.II
Rdj. 21,3-16). Kemerosotan agama memang dibarengi dengan kemerosotan tatasusila
sampai didalam ibadah Jahwe sendiri (bdk. II Rdj. 23,7). Kesemuanja itu mesti
disaksikan Jeremia dan masih terdengar rasa ngeri jang menusuk hatinja jang
halus dalam nubuat-nubuat jang kemudian dibawanja (2,20-24;5,1-5.7-14.26-29),
terutama oleh karena para pemimpin dan nabi gadungan, jang seharusnja mengekang
kemerosotan itu malah sesungguhnja memadjukannja (5,30-31;23,9-11). Tetapi oleh
karena Asyriah tidak ada saingan, keadaan tjukup tenang di Juda, jangkarenanja
mengalami masa damai jang tjukup lama, sehingga kesedjahteraan dan kemakmuran
ekonomis lumajan.
Setjara mendalam keadaan tsb. berubah dimasa pemerintahan Josjijahu (640-609).
Setelah radja amon mati terbunuh, Josjijahu jang masih ketjil diangkat mendjadi
radja. Dan beberapa lama sesudahnja kalangan rekasi merebut kekuasaan. Josjijahu
njata seorang saleh dan setia kepada Jahwe. Pada permulaan pemerintahannja
sendiri politik Menasje dan Amon mulai ditentang (bdk. II.Twr. 43,3), meski
dengan hati-hati sekalipun. Dalam th. 627/626 Jeremia dipanggil mendjadi."mulut
Jahwe" (15,16). Ia sendiri mentjeritakan pangalaman itu (1,4-19). Ternjatalah,
bahwa sedjak dahulu ia berhubungan dengan Allah setjara mesra, sehingga
kedjadian baru itu tidaklah aneh baginja. Ia mempunjai watak seorang mystikus.
Namun demikian panggilan jang sedemikian itu sekali-kali tidak dinantikannja.
Sebaliknja. Sebaliknjalah. Tugas berat, jangang akan membuat dia mendjadi orang
jang harus tampil kedepan umum, turun tangan dalam urusan kenegaraan itu,
dirasakannja sebagai sesuatu jang bertentangan dengn segenap ketjenderungannja
jang suka damai sadja, takut-takut kepada segala matjam tentangan dan
perlawanan. Orang jang tjondong kepada kontemplasi sekarang mau dipaksa kepada
aksi. Karenanja ia mentjoba menolak panggilan itu karena rasa takutnja (1,4-6),
seperti Musa dahulu. Sepandjang seluruh umur hidupnja tugas itu merupakan beban
terberat jang dipikul pada pundaknja. Namun demikian ia tampil kedepan umum.
Mula-mula kiranja hanja kadang-kadang sadjalah ia pergi ke Jerusjalem untuk
menjerukan kabarnja. Sabda Jahwe itu ialah suatu teguran pedas atas kemerosotan
agama dan tatasusila dan suatu seruan hangat untuk bertobat (bdk. 2,1-37; 3,1-
5.19-23;4,1-4.14-22;5,1-13.20-31;6,9-21). Jeremia mengantjamkn kepada para
pemimpin serta rakjat hukuman Jahwe jang berupa penjerbuan "musuh dari sebelah
utara". Siapa musuh itu belum djuga diketahui nabi sendiri dan nubuat-nubuatnja
masih agak kabur (bdk. 1,13-15;4,5-13.27-31.27;5,15-17;6,1-8.22-26). Tetapi
dimasa itu Jeremia sendiri hampir-hampir tidak dapat pertjaja, bahwa keadaan
sungguh-sungguh demikian buruknja, sehingga hukumannja tak terelakan lagi (bdk.
3,21-23;4,1-4). Antjaman Jeremia dikuatkan oleh bentjana alam jang kiranja
dimasa itu terdjadi, jaitu kekeringan hebat jang berbarengan dengan patjeklik
(bdk. 14,2-6).
Dalam th. 622 terdjadi sesuatu jang memberi hati kepada Jeremia. Dalam Bait
Allah jang tengah diperbaiki atas perintah Josjijahu diketemukanlah suatu kitab
jang berisikan antjaman ilahi (bdk.II Rdj.22), jang amat mengesankan radja jang
saleh itu. Terdukung oleh kitab itu dan golongan agama, maka Josjijahu
menghematkan tindakan-tindakannja untuk memulihkan agama Jahwe jang murni dan
sedjati. Seluruh negeri Juda disapu bersih dari segala rupa kekafiran dan
sinkretisme keigamaan (bdk.II Rdj. 22-23). Waktu itu Jeremia kiranja tidak ada
di Jerusjalem dan tidak langsung turun tangan. Tetapi pastilah sudah ia
mendukung radja dan usahanja itu dengan sebulat hati. Mungkin sekali 11,1-14
menjindir pembaharuan agama oleh Josjijahu itu. Namun demikian orang mendapat
kesan, bahwa dimasa itu Jeremia tidak amat aktip, melainkan mengundurkan diri.
Adakah ia berpendapat, bahwa tugasnja sudah selesai oleh karena umat Jahwe sudah
bertobat dan dengan demikian meluputkan diri dari hukuman jang mengantjam?
Tindakan-tindakan Josjijahu diberi angin oleh keadaan politik internasional jang
mengalami perubahan radikal. Kekuasaan Asyriah mulai menghilang. Fare'o
Prametiko I (663-609) berhasil mengusir tentara Asyriah dari Mesir diwaktu
pemerintahan Asurbanipal (650). Sesudahnja kesulitan-kesulitan Asyriah bertambah
banjak dan besar. Disebelah utara keradjaan Media berkembang mendjadi antjaman
bagi Ninive. Setelah Asurbanipal meninggal (626) Nabopolasar (Nabu-apla-usur)
mengangkat dirinja mendjadi radja di Babel lepas dari kekuasan Asyriah.
Pengganti Asurbanipal, jakni Asur-etil-ilani (625-621) tidak mampu menghadapi
semua musuh sekaligus; Media disebelah utara, Babel disebelah selatan,
penjerbuan dari suku-suku bangsa Skutos jang membandjiri wilajahnja, dan
dikedjauhan Mesir. Penjerbuan orang-orang Skutos jang ganas mungkin
menginspirasi Jeremia dalam melukiskan serangan dari "musuh dari sebelah utara"
(4-5). Karena keadaan tsb. keradjaan Juda praktis mendjadi merdeka kembali dan
radja Josjijahu malah meluaskan wilajahnja dengan menduduki daerah-daerah bekas
keradjaan Israil. Sekedar th. 620 ia ada di Betel sebagai orang jang berkuasa
disitu (II Rjd. 23,15-19). Kedjadian itu membesarkan hati nabi Jeremia, jang
kiranja pada kesempatan itulah merumuskan harapannja akan pertobatan dan
pemulihan rakjat dan negeri Israil (30,1-31,22;3,2-13).
Akan tetapi keadaan bagus serta harapan jang berdasarkan padanja itu hanja
sebentar sadja berlangsung. Dengan tjepatnja keradjaan Aryriah roboh sama
sekali. Radja Nabopolasar dari Babel (625-605) tidak berhenti merongrong
kekuasaan Asyriah jang lemah dibawah pemerintahan Sin-sja-isjkun I (620-612).
Dalam th. 616 ia menjerbu dan merebut sebuah kota. Sementara itu Mesir mulai
takut-takut akan kekuasaan jang baru itu dan lebih suka raksasa Asyriah jang
lemah teus berdiri tegak. Maka dari itu musuh-musuh kawakan itu mendjadi sahabat
dan Fare'o Psametiko I bersekutu dengan Ninive lawan Babel. Ia mengirim
balabantuannja. Namun demikian Asyriah-Mesir tidak berhasil mengusir Nabopolasar
lagi. Dalam th. 614 orang-orang Media turun tangan dan memihak kepada Babel.
Mereka menggempur dan merebut kota Asjur, lalu bergabung dengan tentara Babel
untuk bersama-sama merebut Ninive serta seluruh keradjaannja. Dalam th. 612
Ninive diruntuhkan mereka. Djatuhnja musuh itu menimbulkan kegembiraan besar di
Juda, sebagaimana jang dinjatakan nubuat nabi Nahum. Sisa tentara Asyriah jang
dipimpin Asjur-u-balit (611-606) sebagai pengganti Sir-sjar-isjkun jang gugur,
melarikan diri ke Haran. Tetapi ia dikedjar dan Haran direbut (609). Fare'o
Nekao dari Mesir (609-593) masih mentjoba menolong, tetapi terlambat.
Pertolongan jang gagal itu meruntuhkan Juda. Josjijahu sama sekali tidak suka
musuh kawakannja, Asyriah, terus berdiri tegak berkat dukungan dari Mesir.
Mungkin pulalah ia ada firasat, bahwa Babel akan berkuasa, sehingga lebih baik
mulai sekarang sadja ia bersahabat dengannja. Bagaimanapun djua dengan tentara
ketjilnja ia berani menghadapi angkatan perang Mesir jang melewati negerinja.
Tetapi sebagaimana dapat difirasatkan, ia dihantjurkan balatentara Mesir di
Megido (609) dan tjelaka jang terbesar ialah tewasnja radja jang saleh itu (II
Twr. 35,20-25; II Rdj. 23,29-30). Gugurnja Josjijahu sebentar disindir oleh
Jeremia (22,10). Fare'o tidak mendapat kesempatan untuk sekarang ini memetik
hasil kemenangan, melainkan bergegas-gegas melandjutkan perlawatannja ke Haran.
Rakjat Juda lalu melantik putera kedua Josjijahu, jakni Sjalum, mendjadi radja.
Sjalum merobah namanja mendjadi Joahaz. Tetapi beberapa bulan berselang Nekao
kembali dari perlawatannja jang gagal dan kini turun tangan. Ia menurunkan
Joahaz serta membuangnja ke Mesir (bdk. 22,10-11), lalu mengangkat putera sulung
Josjijahu, jaitu Eljakim, dan merobah namanja mendjadi Jojakim (II Rdj.23,33-
34).
Dengan radja baru itu runtuhlah segala sesuatu jang dengan susah-pajah direbut
Josjijahu dibidang agama. Pembaharuan agama itu dipaksakan oleh pemerintah serta
politisnja,sehingga tidak dimana-mana berakar dalam. Selain dari pada itu ibadah
kenegaraan memang mudah merosot mendjadi formalisme belada. Mungkin nabi
Jeremia, jang amat menekan batiniah, sudah lama menjaksikan dan menjesalkan
perkembangan jang berbahaja itu (bdk.6,20;7,21-28). Tetapi sudah barang tentu
jang tersembunji itu muntjul kepermukaan setelah Josjijahu mangkat. Formalisme
agamaiah bersimaharadjalela dan ibadah kafir kembali subur berkembang dengan
persetudjuan dan dukungan istana. Sekarang Jeremia tidak boleh dan tidak dapat
berdiam diri. Maka dari itu ia tampil kedepan dan mulai membawakan nubuat-
nubuatnja di Jerusjalem dan dalam Bait Allah sendiri untuk mengetjam keburukan
jang baru itu (bdk. 7,1-15;26;11,9-14).
Dengan radja Jojakim (609-598) mulailah tahapan baru dan paling pedih dalam
kehidupan nabi Jeremia. Ia mati-matian berdjuang untuk membendung arus
kekafiran, tetapi pertjuma sadja, dan ia terbentur terutama kepada ketegaran
hati danskeptisisme radja serta para pemimpin. Jojakim, jang memang mendjadi
taklukan Fare'o denga membajar upeti besar-besaran (II Rdj. 23,33.35), adalah
seorang sinikus jang dalam keradjaan kerdilnja berlagak radja besar dan mewah,
sebagai diktator mutlak. Rasa keigamaannja, sekiranja masih ada, amat dangkal
(bdk.22,1-5.13-17). Baru sadja Jeremia tampil kedepan lagi, maka sudah
berbentrok dengan pegawai-pegawai negeri. Alasannja ialah nubuat kedjam jang
dibawahnja dalam Bait Allah (7,1-5). Jeremia ditangkap oleh para imam dan nabi
(palsu) dan mau dibunuh. Njaris sadja ia terluput berkat turun tangan pegawai-
pegawai istana jang kiranja dari djaman Josjijahu (26,1-19.24). Radja Jojakim
pasti tidak berkeberatan, djika pengganggu itu dilenyapkan sadja (bdk.26,20-23).
Mungin dimasa itulah Jeremia berbentrokkan dengan kaum kerabatnja di 'Anatot,
jang kurang senang dengan seorang nabi jang serupa itu dari kalangan mereka
(11,18-22). Kesemuanja itu mengedjutkan Jeremia jang lemah-lembut dan suka damai
serta tidak dapat mengerti sikap lawan-lawannja (bdk.12,1-6;11,19). Tetapi
perlawanan selandjutnja tidak berkurang, melainkan meningkat sadja. Sahabat-
sahabatnja diistana tidak mampu lagi melindunginja. Sekali lagi ia ditangkap
dalam Bait Allah, dipukuli dan satu malam lamanja ditahan dalam pasungan (19,1-
20,6). Berulang-ulang kitabnja berbitjara tentang tipu-muslihat, antjaman,
bentji dan tjatji-maki dari pihak lawan-lawan nabi (15,15;17,15;18,18;20,7-10).
Ia malah dilarang masuk Bait Allah (36,5). Dengan djiwa-raga Jeremia harus
menderita demi untuk tugasnja.Ia tinggal sendirian sadja, terkutjil dari
pergaulan dan sampai mendjadi ragu-ragu akan Allahnja. Hatinja hantjur-lebur
tertekan oleh beban tugas kenabiannja. Dalam keadaan itu keluarlah dari mulut
nabi jang begitu tjinta kepada bangsanja doa berapi-api jang mengutuk segala
lawannja (11,10;12,3;15,15;17,18;18.21-23); seperti Ijob ia melaknati hari
kelahirannja (20,14-16;15,20). Tetapi Ijob adalah tjiptaan seni sastera,
sedangkan Jeremia orang berdarah-daging. Ia sampai menuduh Allah sendiri sebagai
pembudjuk dan penipu (15,18;20,7). Tentu sadja tiap-tipa kali ia achirnja tunduk
djuga (15,16;17,17;20,9.11), tetapi tidak tanpa susah-pajah dan tidak pula tanpa
rebah didjalan (15,19-20). Diri Jeremia sungguh harus bergumul denganAllahnja
serta tugas kenabiannja dan Allahpun harus bergulat dengan nabiNja. Beban jang
dipikulkan kepadanja kadang-kadang tak tertanggung lagi (20,9), dan Jeremia
digodai untuk melarikan diri (9,1).
Dalam pada itu kedjadian-kedjadian politik makin lama makin njata membenarkan
antjaman nabi. Hukuman Jahwe mendekat. "Musuh dari sebelah utara," jang sudah
lama dinubuatkan Jeremia, mendapat wudjud jang njata dalam diri Nebukadnezar.
Sebagai panglima tentara ajahnja, Nebopolasar, ia telah menghantjurkan angkatan
perang Mesir di Karkemisj, ditepi sungai Efrata, dalam th. 605 (bdk. 46,2).
Sungguhnja disamping Jr. 46,2 tidak ada berita satupun tentang pertempuran itu.
Karenanja ada beberapa ahli jang berpendapat, bahwa pertempuran jang sedemikian
itu tak pernah terdjadi dan Jeremiapun tidak menjinggung pertempuran itu. Akan
tetapi kebanjakan ahli terus mempertahankan pertempuran jang memutuskan itu.
Dengan pertempuran itu kekuasaan Mesir setjara definitif disingkirkan dan sisa
terachir dari keradjaan Asriah terhapus sudah. Kekuasaan dan hak Mesir atas
Syriah dan Palestina pindah tangan, jakni keradjaan Babel, Nebukadnezar jang
sementara itu mengganti ajahnja (604-562). Tetapi untuk sementara waktu hak itu
nominal sadja, sebab tidak dapat dipakai Nebukadnezar; ia terdahulu harus
membereskan perkara penggantian di Babel. Karenanja penggeseran kekuasaan tidak
amat dirasakan di Palestina, bahkan JOjakim merasa lega karena lenjapnja Mesir
dari negerinja. Tetapi Jeremia tidak ikut serta dalam perasaan itu. Ia jakin,
bahwa Nebukadnezar dipilih Jahwe untuk menimpakan hukumannja atas umatNja dan
menguasai semua bangsa (25,1-14.15-29). Nabipun berusaha mejakinkan radja dan
rakjat (13,1-11.20-27;16,1-13.16-18;17,1-4), tetapi sia-sia sadja. Untuk
menguatkan desakannja nabi menjuruh tulis nubuat-nubuat jang telah dibawakannja
dan banjakan dalam Bait Allah didepan rakjat. Oleh karena ia sendiri tidak boleh
lagi masuk Bait Allah, tugas itu diserahkannja kepada penulisnja jang setiawan
jakni,Baruch. Kemudian dibatjakan pula didepan radja Jojakim. Tetapi radja tidak
takut-takut sedikitpun dan dengan maksud menghina menjuruh bakar sadja. Lalu
nubuat-nubuat itu dituliskan kembali seraja ditambahkan padanja antjaman-
antjaman jang baru (bdk.36). Radja dan rakjat kiranja merasa diri tjukup aman,
oleh karena Nebukadnezar tidak bertindak, dan mereka pertjaja pada bangsa-bangsa
tetangga. Untuk menggotjangkan kepertjajaan itu Jeremia menubuatkan kebinasaan
bangsa-bangsa itu oleh Nebukadnezar (47;48;49,1-6.7-22.28-33). Baru sekitar th.
601 Nebukadnezar menuntut dari bangsa-bangsa di Pelestina dan Syriah suatu tanda
penaklukan dan terpaksa Jojakim ikut menaklukkan di ri (II Rdj. 25,1;bdk.II Twr.
36,6). Tetapi tiga tahun kemudian ia memberikan diri untuk berontak, sekitar th.
598. Sementara waktu Nebukatnezar puas dengan menjuruh beberapa gerombolan dari
bangsa-bangsa tetangga merampoki Juda (II Rdj. 24,2), tetapi tindakan itu memang
tidak sampai sungguh-sungguh menundjukkan Jojakim, meskipun negerinja mendapat
kerugian (bdk. 12,7-17).Jojakim kiranja berbesar hati, karena hasil
pemberontakannja (bdk. 13,12-17;21,13-14). Tetapi dalam th. 598 itu djua
Nebukadnezar sendiri turun tangan hendak membereskan perkaranja diperbatasan
barat keradjaannja. Sudah barang tentu kerdjaan kerdil Juda tidaklah mampu
menentang angkatanperang Nebukadnezar jang unggul itu (bdk. 13,20-27) Sementara
balatara Babel mendekati Jerusjalem mangkatlah Jojakim dan puteranja Jojakin
mendjadi radja (598). Ia mengerti, bahwa tidak ada gunanja mentjoba
mempertahankan diri terhadap Nebukadnezar. Maka dari itu ia menjerahkan
Jerusjalem kepada radja Babel. Jojakin, Ibu Surja dan para pemuka, diantaranja
kiranja nabi Jeheskiel, diangkut ke Babel, th. 598 (II Rdj. 24,10-
17;bdk.Jr.13,18-19,22,20-23.24-30). Sementara tentara itu masih mengepung kota,
Jeremia terus membawakan antjamannja dan marga Rekab, jang mengungsi ke
Jerusjalem dihadapan lasjkar Babel, ditundjukkan sebagai teladan kesetiaan, jang
pertjuma ditjari pada umat Jahwe (35,1-19). Perebutan Jerusjalem dan pembuangan
sebagai rakjatnja sepenuh-penuhnja membenarkan nubuat-nubuat Jeremia, namun nabi
jang tjinta akan bangsanja tidak senang hati karenanja, melainkan sedih hati
(bdk.8,13-25).
Nebukadnezar menempatkan diatas tachta di Jerusjalem (37,1) seorang jang
dianggapnja taklukan setiawan jakni, Sedekia, putera Josjijahu jang dahulu
disingkirkan (598-587). Dalam pemerintahan radja itulah drama umat Jahwe akan
berakhir dan nabi Jeremia mendjalani tahapan penghabisan hidup dan
pekerdjaannja, jang rupa-rupanja gagal pula. Memang radja Sedekia bukan seorang
adikara dan sinis seperti Jojakim. Ia sekali-kali tidak bentji kepada nabi
Jeremia dan ia sendiri malah tjondong mendengarkan perkataannja (bdk.
37,3.17;38,8-10.14). Tetapi Sedekia bukan orang kuat, sebagaimana jang
dibutuhkan masa jang genting itu. Ia mendjadi permainan golongan pemuka di
Jerusjalem, jang suka melepaskan diri dari Babel dengan bantuan Mesir. Dari
peristiwa th. 598 orang-orang itu tidak mengambil peladjaran sedikitpun.
Sebaliknjalah! Oleh karena mereka tidak diangkut ke Babel, maka mereka
menganggap dirinja sebagai orang pilihan Jahwe, jang boleh pertjaja pada
pertolonganNja jang adjaib. Selain itu mereka didukung oleh segerombolan nabi-
nabi gadungan jang malah bekerdja diantara kaum buangan di Babel djuga (28,8-
9.15.21-32;29,1-17). Tetapi Jeremia mempunjai anggapan jang berlainan sekali.
Djustru kaum buanganlah orang pilihan, jang akan mendjadi permulaan umat Jahwe
jang baru, pada hal jang tertinggal di Juda dan Jerusjalem akan mengalami
hukuman Allah sampai penghabisan (29,1-8). Jeremia menulis seputjuk surat kepada
kaum buangan di Babel hendak menghibur mereka danmemberikan nasehat-nasehat jang
amat praktis dan riil (29,1-14). Pendapat jang sama siwaktu itupun disiarkan
diatara kaum buangan di Babel oleh nabi Jeheskiel. Dengan tegas Jeremia
menentang nabi-nabi palsu jang terus menelah keselamatan dan pembebasan dari
Babel (23,9-32;27,16-22;28,1-17). Para pemuka jang menghasut Sedekia untuk
mendurhakai radja Babel digugatnja pula (23,1-6). Jeremia hebat-hebat menentang
usaha sedemikian bukannja oleh karena suka akan Babel-jang keruntuhannja
dinubuatkannja (bdk.51,59-64)-,melainkan oleh sebab Babel adalah alat ditangan
jahwe, meski kekuasaannja berbatas sekalipun (27,7;29,10). Karenanja Sedekia,
Juda dan bangsa-bangsa lain harus menaklukkan diri (27,1-15). Orang-orang jang
merentjanakan atau mengusahakan pemberontakan itu bukanlah seluruh rakjat,
melainkan golongan tertentu sadja. Sedekianpun mula-mula menjatakan diri
taklukan jang setia (bdk. 29,3) dan menurut teks Hibrani ia sendiripun pernah
pergi ke Babel (51,59).
Tetapi achirnja Sedekia terbudjuk djuga dan dalam th. 589 mendurhaka. Suasana
politik internasional rupa-rupanja menguntungkan. Di Mesir radja baru naik
tachta, jakni Fare'o Hofra (588-566) dan ia bermaksud memulihkan kewibawaan
Mesir di Paestina dan Syriah. Hofra mengirim armadanja ke Tyrus dan menduduki
daerah-daerah dipantai, djuga sebagai pangkalan bagi gerakan sekandjutnja.
Negara-negara ketjil di Palestina mengingat suatu persekutuan jang padat
bertumpu pada kekuatan militer Mesir. Di Jerusjalem meledaklah pemberontakan.
Nabukadnezar jang tahu baik-baik siapa dalangnja tidak menunda waktu, melainkan
segera membalas. Balatentaranja madju perang, memasuki wilajah Palestina jang
seluruhnja diduduki, ketjuali Lakisj, Azeka dan Jerusjalem (34,7).
Markasbesarnja dipasang di Ribla (52-9). Jerusjalem dikepung (588). Jeremia
mengadjak radja Sedekia untuk menaklukkan diri dan demikian menjelamatkan
hidupnja. Jerusjalem tidak dapat terluput lagi (34,1-6). Tetapi para pemimpin
tidak mau mendengarkan nasehat maupun antjaman. Radja sendiri rupa-rupanja
sedikit ragu-ragu. Diam-diam ia mengutus pesuruh kepada nabi; tetapi dia itu
mengulang sadja apa jang telah dikatakannja, meski dengan lebih tegas sekalipun.
Rakjat diadjaknja untuk berbelot dan dengan demikian menjelamatkan njawa (21,1-
10). Partai jang gila perang menafsirkan sikap Jeremia itu sebagai pengchianatan
belaka. Orang-orang itu masih djuga menaruh harapannja pada bantuan dari pihak
Mesir. Untuk menguatkan pasukan pembela kota, para pemuka memerdekakan budak-
budak Hibrani (34,8-11) dan itupun dapat didasarkan pada Taurat Musa. Tetapi
kiranja bukan itulah jang mendorong mereka, seperti terbukti setelah bahaja
rupa-rupanja mereda. Sebab Hofra sungguh mengirim balabantuan untuk melepaskan
Jerusjsalem, jang sudah satu tahun lamanja dikepung. Terpaksa Nebukadnezar lalu
menghentikan pengepungan itu untuk menghadapi Fare'o (37,5.11). Penduduk
Jerusjalem bersorak-gembira. Mereka mengira terulanglah apa jang terdjadi dimasa
Hizkia dan nabi Jesaja dengan tentara Sanherib (bdk.II Rdj. 19,35-36). Dalam
pada itu mereka membatalkan pembebasan para budak, jang lalu diambilnja kembali.
Dengan pesadnja mereka ditegur Jeremia (35,12-22). Nabi itu tidak dapat
memainkan peranan gemilang Jesaja dengan menubuatkan kalahnja musuh. Sebaliknja!
Ia harus mengatakan, bahwa tentara Babel akan segera kembali dan merebut
sertamembinasakan kota sutji Jahwe (34,22), sama seperti jangdikatakan nabi.
Jeheskiel di Babel. Sedekia tanggung-tanggung dan sekali lagi mentjari nasehat
Jeremia. Tetapi nabi mengulang nasihat itu-itu djuga (37,1-9) Sekali peristiwa
nabi mau keluar kota untuk mengurus perkara warisan di Anatot. Tetapi ia ditahan
oleh pengawal pintugerbang dan atas tuduhan bahwa ia mau membelot kepada musuh,
ia dipukuli dan didjebloskan kedalam pendjara darurat. Disitu ia diperlakukan
dengan sangat keras. Radja tetap ragu-ragu dan sekali lagi minta keterangan dari
Jeremia. Nabi tidak dapat tidak mempertahankan pendapatnja jang dahulu. Tetapi
kesempatan itu dipergunakannjauntuk dengan hangat dan rendah hati bermohon
kepada radja, supaja tahanan di hentikan atau setidak-tidaknja diringankan.
Radja tidak memarahi nabi karena nasehatnja dan mengabulkan permohonannja itu,
sehingga selandjutnja nabi ditahan ditempat lain dandiberi seada-adanja (37,11-
21). Tetapi radja melarang Jeremia berbitjara dengan siapapun djuga tentang
pembitjaraan rahasia itu. Sedemikian besarnja ketakutan radja kepada para pemuka
(38,24-28). Dalam tahanan baru itu Jeremia tidak berhenti menegaskan, bahwa
tentara Babel akan kembali dan mengadjak rakjat dan lasjkar untuk membelot
(21,8-10). Dan sesungguhnja, beberapa bulan sesudahnja balatentara Babel kembali
muntjul didepan tembok Jerusjalem, setelah tentara Mesir entah mundur sendiri
entah dikalahkan. Sekarang segenap harapan lenjaplah sudah. Jeremialah jang
njata benar. Anehnja ialah: djustru dalam keadaan itulah nabi mendjadikan
keselamatan dimasa depan-sekiranja nubuat-nubuat itu boleh ditanggalkan dikala
itu; kepastian tidak ada; mungkin harus ditanggalkan sesudah
keruntuhanJerusjalem. Pada suatu hari nabi dikundjungi dalam tahanan oleh
seorang saudara sepupunja dari ' Anatot, jang menawarkan sebidang ladang
kepadanja. Atas perintah Allah ia membelinja djuga. Nabi sendiri tidak sampai
mengerti tindakan jang ada maknanja dalam keadaan jang njata itu. Tetapi djual-
beli itu merupakan lambang keselamatan kelak. beberapa nubuat keselamatan lain
lagi dibawakan Jeremia (33,1-13) mungkin: 31,23-40;5,18-19), jang kiranja djuga
tidak dimengerti nabi. Tetapi nubuat-nubuat itu mengenai hanja masa depan sadja.
Untuk masa kini Jeremia menelan kebinasan Jerusjalem dan pembuangan penduduknja,
sambil terus mengadjak orang untuk melarikan diri. Sikap defaitistis itu memang
mendjengkelkan kaum militer, jang sungguhpun mengerti, bahwa harapan tidak ada
lagi, namun mata gelap sama sekali. Jeremia dilemparkan kedalam perigi jang
berlumpur, supaja mati lemas disitu. Tetapi ia diselamatkan oleh seorang pegawai
istana jang bukan Jahudi dengan diketahui dan disetudjui radja Sedekia (38,1-
13;39,15-18). Sekali lagi radja menanjai nabi dan mendapat djawaban jang sama
(38,14-23). Radja tidak sampai menuruti Jeremia untuk menjelamatkan hidup. Pada
hari Jerusjalem dimasuki tentara Babel ia masih mentjoba meloloskan diri, tetapi
tertangkap dan dibawa ke Nebukadnezar di Ribla. Disitu keluarganja digorok
dihadapan matanja, lalu ia ditjungkil matanja dan diangkut ke Babel (II Rdj.
25,3-7;Jr.39,1-8).
Dengan demikian berachirlah sedjarah Juda dan Jerusjalem. Satu bulan lamanja
laskar Nebukadnezar sesuka hati mengganas, merampok dan memperkosa. Tetapi
Jeremia dilepaskan dari tahanannja oleh orang Babel jang tahu akan sikap jang
diambil nabi selama pengepungan, bersama denganorang tahanan politik lainnja
(39,11-14). Dengan segala hormat ia diperlakukan. Satu bulan sesudahnja
Jerusjalem setjara sistematis dibakar habis, sedangkan lapisan-atas masjarakat
ditawan serta dikumpulkan di Ribla untuk digiring ke Babel. Adapun Jeremia jang
telah dilepaskan itu ikut tertangkap pula dalam huru-hara (40,1). Tetapi tatkala
diketahui panglima Babel segera dibebaskan lagi dan ditawarkan kepadanja untuk
sebagai orang terhormat ikut serta ke babel atau tinggal di Palestina sadja.
Jang terachir ini dipilih Jeremia, lalu menggabungkan diri denganGodaljahu,
orang Jahudi jang diangkat mendjadi gubernur didaerah jang baru direbut (49,1-
6). Dengan demikian terbuktilah sudah, bahwa Jeremia bukan pengchianat atau
pembelot jang mentjari keuntungan sendiri sadja. Sikapnja dahulu didjiwai hanja
oleh tjinta kepada bangsanja serta pahamnja akan kepentingan-kepentingan jang
sebebarnja.
Tetapi belum djuga selesai djalan salib Jeremia. Beberapa minggu sesudahnja
sahabatnja Godaljahu mati terbunuh setjara kotor dan begis oleh seorang
fanatikus jang didalangi oleh radja 'Amon (41,1-10). Si pembunuh dapat
meloloskan diri (41,11-15)dan pemimpin2 Jahudi jang takut2 akan tindakan balasan
dari pihak Babel mau melarikan diri ke Mesir (41,16-18). Jeremia dan penulisnja
Baruch dibawa lari djuga, meskipun nabi mengadjak mereka atas firman Tuhan untuk
tinggal tanpa kuatir (42,1-34,3). Jeremia malah dituduh sebagai penipu jang
diasut Baruch (43,2-3). Di Mesirpun kurnia kenabian Jeremia belum padam djuga.
Kaum pelari di Mesir tidak beladjar apa2, sehingga mereka memudja dewa2 kafir
lagi, oleh sebab terbuktilah kiranja, bahwa dewata itu lebih kuat dari pada
Jahwe. Maka dari itu sekali lagi, sekitar th. 585, pada achir hidupnja, Jeremia
masih djuga harus mengantjamkan hukuman Jahwe (44). Dan pelaksana hukuman itu
ialah radja Nebukadnezar, jang akan merebut Mesir (44,30;43,8-13). Berita lain
tentang Jeremia dan wafatnja tidak ada. Kiranja ia meninggal dinegeri asing,
tempat dewata dipudja, dan dikuburkan disitu.
Tragis betul riwajat hidup tokoh jang besar itu. Tidaklah tanpa alasan ia
dianggap pralambang djitu Jesus jang bersengsara, meski doa jang bernafaskan
balas dendam tidak dapat dibanjangkan dalam mulut Jesus. Pada penghabisan
hidupnja Jeremia masih harus menentang kekafiran jang diperanginja pada awal
mula. Kehidupannja rupa2nja gagal sama sekali. Namun demikian sampai dengan hari
ini nabi dari 'Anatot itu msih mempengaruhi pikiran djutaan orang serta
mengharukan hatinja. "Kalau bidji gandum tidak djatuh kedalam tanah dan mati, ia
tinggal sendiri, tetapi kalau ia mati, ia akan menghasilkan buah banjak".
Adapun kitab Jeremia sebagaimana sekarang ada tjukup susunannja apabila dilihat
dengan sepintas lalu sadja. Pasal 1-39 mengutarakan nubuat2 dan peristiwa2 jang
terdjadi sebelum Jerusjalem direbut, dengankata pendahuluannja dalam 1,1-3.
Pasal 40-45 mentjeritakan apa jang terdjadi sesudahnja dan djudulnja ialah 40,1.
Dibawah ini akan didjelaskan, bahwa pasal 46-51 harus digandingkan dengan pasal
25. Pasal terachir, 52, njata suatu tambahan.
Seluruh kita boleh dibagi atas empat bagian besar dengan kata pendahuluan dan
kata penutup, jaitu sbb:
Pendahuluan (1,1-19) mentjeritakan panggilan nabi Jeremia, jang tentu sadja pada
tempatnja sebagai pembukaan kitab.
Bagian pertama (2,1-25,14) memuat nubuat2 mengenai hukuman jang akan ditimpakan
pada Juda dan Jerusjalem. Terketjuali hanja 3,12-18;23,4-6, jang merupakan
nubuat keselamatan bagi kerdjaan Israil dan wangsa Dawud. Umumnja nubuat2 tsb.
tersusun urutannja dalam waktu. Pasal (1) 2 sampai denganpasal 6 merangkum
djaman radja Josjijahu, pasal 7-20 mengenai masa radja Jojakim dan pasal 21-24
membitjarakan djaman sesudahnja, jakni pemerintahan Sedekia. 25,1-14 merupakan
suatu ringksan bagian pertama itu.
Bagian kedua, jakni sedjumlah nubuat tentang bangsa2 kafir, dalam naskah Hibrani
jang sekarang ada terpetjah dan terpisah, jakni 25,15-38 dan 46-51. Tetapi dalam
terdjemahan Junani (Septuaginta) masih ada pada tempatnja (25,15-31). Dalam
bagian ini terkumpul nubuat mengenai Mesir (46), Felesjet (47), Moab (48),'Amon
(49,1-6), Edom (49,7-22), Damsjek (49,23-27), Kedar (49,28-33),'Elam(49,34-39)
dan Babel (50-51).
Bagian ketiga menjandjikan sedjumlah nubuat tentang keselamatan, pemulihan dan
kebahagiaan dimasa depan (26-35): Bagi kaum buangan dari keradjaan Juda (27-29),
kaum buangan dari Israil (30-31) dan negeri Palestina (32-33). Pasal 34,1-7
merupakan nubuat bersjarat mengenai keselamatan radja Sedekia dan pasal 35
memuat nubuat guna kaum Rekap.
Susunan ketiga bagian tsb. mirip pembagian kitab Jesaja da kitab Jeheskiel.
Kemiripan itu tentu sadja tidak kebetulan, melainkan disengadja dibuat demikian.
Naskah Hibrani kemudian mentjampur-baurkan urutan tsb.,kiranja buat menghina
kaum kafir ditaruh paling belakang.
Bagian keempat (36-45), jang merupakan kechasan kitab Jeremia, mendjadikan
pelbagai tjerita tentang hal-ikwal, derita dan sengsara nabi didjalam radja
Jojakim (36), dimana pengepungan Jerusjalem (37-39) dan didjalam setelah kota
direbut tentara Babel (40-43) dan di Mesir (44). Pasal 45 memuat djandji bagi
Baruch, sekretaris Jeremia.
Pasal 52 jang diambil dari kitab Radja2 adalah kata penutup jang mentjeritakan
pembinasaan Jerusjalem, pembuangan dan pengampunan radja Jojakim oleh radja
Babel.
Tetapi susunan jang bagus itu hilang, apabila kitab Jeremia dibatja dengan
seksama. Lalu orang mendapat kesan adanja kekatjua-balauan jang bahkan untuk
kitab seorang nabi luar biasa besarnja. Untuk mejakinkan diri tjukuplah orang
sebentar memperhatikan urutan tanggal2 jang agak banjak tertjatat dalam kitab
ini
(1,2=th.626;3;6=th.l.k.620;7,1=th.608;12,12=th.588/587;24,1=th.598;25,1=th.605;2
6,1=th.608;27,1=th.598;28,1=th.598;32,1=th.588;33,1-th.588;34,1=th.588/587;35,1-
th.602;36,1.9=th.605;37,1.5=th.588/587;39,1.2=th.587;40,1=th.587;44,1=th.595).
Dengan demikian ternjatalah kitab Jeremia tidak tersusun menurut urutan
peristiwa2 dalam waktu, melainkan menurut asas lain jang tidak djelas. Maka dari
itu segera timbillah masalah ini: Bagaimana gerangan kitab Jeremia terdjadi?
Sudah barang tentu kitab in tidak tertulis sekali djadi dalam bentuknja jang
sekarang, melainkan ber-angsur2 se-olah tumbuh dan berkembang.
Berkenaan dengan djadinja kitab Jeremia diketemukan petundjuk dan keterangan
jang amat berharga dalam pasal 36. Ditjeritakan oleh salah seorang, kiranja
penulis Jeremia Baruch, bahwa dalam t. 605-604 Jeremia sendiri menjuruh Baruch
menuliskan nubuat2 pengantjam jang telah dibawakan oleh nabi sedjak tampilnja
(th.626). Setelah gulungan pertama itu dibakar radja Jojakim, isinja dituliskan
kembali dan kemudian ditambahkan nubuat2 lain jang serupa (36,2-4.32). Djadi
disini orang menemukan permulaan kitab Jeremia, karangan nabi sendiri. Djika
orang lalu memeriksa kitan Jeremia bagian2 manakah tjotjok dengan tjatatan2
pasal 36, jakni nubuat2 pengantjam jang dibawakan nabi sebelum th.605-604, maka
orang menemukan bagian2 berikut jang boleh dimasukkan kedalam kumpulan nubuat
jang pertama itu (salah satu bagian memang selalu dapat disangsikan): 1,3-
3,13;3,19-,17;5,19-6,30 ;8,4-9.13-17;9,1-7;13,1-11.20-22.25-27;14,1-
15,3;23,9-12;25,15-38;46,1-12;46,29-49,33. Kata pendahuluan gulungan pertama itu
sekarang kiranja terdapat dalam 25,1-13b. Ternjatalah kesatuan aseli sekarang
ter-petjah2. Dalam gulungan jangkedua (36,32) ditambahkan antjaman jangserupa,
jaitu sesudah 605-604. Dan tambahan2 itu kiranja terdapat dalam 10,17-22;12,7-
14;13,12-18;15,5-9;16,16-18;18,1-12;24;27;46,13-26;49,34-39. Djadi dengan
demikian terdjadilah kumpulan nubuat2 Jeremia jang pertama. Dan kumpulan itu
aselinja ternjata sautu kitab tersendiri jang kemudian dipakai untuk menjusun
kitab Jeremia.
Dalam 30,2 tertjatat, bahwa Jeremia sekali lagi menuliskan sesuatu, jaitu semua
perkataan jang telah disabdakan Jahwe kepadanja. Kitab itu kiranja merangkum
pasal 30-31. (Beberapa ajat mungkin kemudian ditambahkan). Sukarlah dipastikan
kapan Jeremia menuliskan kitab ketjil itu, tetapi kiranja sekitar th. 620. Oleh
karena pasal2 itu memuat djandji keselamatan, nistjaja tidak termasuk gulungan
pertama atau kedua, melainkan tetap tinggal sebagai kitab tersendiri.
Disamping itu orang menemukan dalam kitab Jeremia pelbagai kisah mengenai nabi
sendiri jang njata dikarang orang lain. Boleh diterima, bahwa tjerita2 tsb.
berasal dari sahabat Jeremia, Baruch. Sekarang berita itu tersebar dalam seluruh
kitab (19,1-20,6;26;27;28;34,1-7;36;37,1-38,28;38,28-40,6;40,6;40,7-
43,12;44;45;51,59-64). Tetapi aselinja kisah2 itu suatu karja tersendiri, suatu
"riwayat hidup" karangan Baruch, jang dibuatnja setelah dia dan Jeremia dibawah
ke Mesir (sekitar th.585).
Lagi pula dalam kutab Jeremia terdapatlah bagian2, tempat nabi sendiri angkat
bitjara kepada Allah (11,18-12,6;15,10-21;17,14-18;18,18-23;20,7-18). Sudah
barag tentu doa jang teramat pribadi itu tidak tertudju kepada orang banjak.
Hanja kepada seorang sahabat jang amat karib sadja pengalaman pribadi itu dapat
ditjeritakan Jeremia. Sahabat itu kiranja Baruch. Setelah nabi wafat bagian2 itu
diselipkan oleh Baruch kedalam kumpulan nubuat2 Jeremia jang telah disusunnja
(gulungan kedua tsb). Termasuklah kedalam bagian2 ini pula tjerita2Jeremia
sendiri tentang apa jang diperbuatnja sendiri sadja (13,1-11;16,1-9;17,19-27).
Achirnja orang dapat menjendirikan suatu kumpulan nubuat2 dalam 21,11-23,8(21,11
merupakan djudul) dan 23,29-40 (djuga ada djudul tersendiri), jang memuat
antjaman kepada wangsa keradjaan dannabi2 gadungan. Tetapi mungkin sekali
bagian2 inipun sudah ditambahkan Baruch pada gulungannja.
Maka dari itu boleh diterima, bahwa aselinja ada dua karja tersendiri, jaitu
suatu kumpulan nubuat2 serta perkataan Jeremia dan sedjumlah tjerita tentang
dia. Karya pertama sendiri ber-angsur2 terdjadi dengan bertolak dari gulungan
jang ditulis Baruch atas perintah Jeremia sendiri. Karya kedua aselinja dikarang
oleh Baruch sebagai suatu keseluruhan, setelah nabi meninggal.
Tetapi kiranja belum semua perkataan nabi terkumpul demikian. Dan kumpulan tsb,
tidak dianggap sebagai sesuatu jang tidak boleh disentuh lagi. Mungkin sekali
bahwa pelbagai nubuat disadur sedikit-banjak (seperti 7,1-8,3;11,1-14;16,1-
13;18,1-12;21,1-10;22,1-15;25,1-14;34,8-22;35). Sebab ada perbedaan bahasa, gaja
bahasa dan gagasan jang menjolok mata. Bahkan ada beberapa ahli jang menerima
suatu karja tersendiri lagi disamping kedua jang disebut diatas. Tetapi ahli2
lain berpendapat, bahwa tidak perlu suatu karya tersendiri untuk menerangkan
kitab Jeremia. Saduran2 tjukup mendjelaskan semua.
Mungkin sekali bahwa dalam pembuangan di babel kedua karya tsb. dipersatukan
mendjadi satu kitab. Dalam mengerdjakan kesatuan itu saduran2 tsb mungkin dibuat
djuga, atau mungkin djuga sudah sebelumnja. Ditambahkan djuga beberapa nubuat
jang tidak berasal dari Jeremia, melainkan dari tokoh2 lain. Teks2 itu dianggap
serasi dan senada denga suara Jeremia dan karenanja diselipkan kedalam karya
nabi itu. Bagian2 jang tidak aseli (denga perbedaan pendpat antara para ahli)
a.l. 8,10-12;10,1-16;17,19-27;25,34-40;29,12-24;30,10-11.23-24;31,10-11.16.38-
40;48,1-47;49,1-22;50,1-51,58. Ditambahkan pula pasal 52,1-34. Pasal itu hampir2
sama dengan II Rdj. 24,18-25,30. Tetapi didalamnja djuga ada berita tersendiri,
sehingga bukan salinan belaka dari kitab Radja2 jang sekarang kita batja.
Agaknja bagian ini suatu saduran. Tjatatan 51,64b menegaskan, bahwa pasal 52
sungguh suatu tambahan setelah kitab Jeremia sudah selesai disusun. Rupanja
40,7-10;41,1-3.16-18 pun saduran dari II Rdj.25,22-26.
Memang riwajat djadinja kitab Jeremia ruwet sekali dan tidak segala sesuatu
mendjadi terang-benderang. apa jang dikatakan diatas adalah suatu hipotese jang
menerangkan tjukup banjak gedjala. Djalan sedjarah jang ruwet itu menjatakan
diri djuga dalam kenjataan, bahwa sedjumlah ajat dan bagian sampai dua kali
diketemukan:
6,12-15 = 8,10-12 ; 6,22-24 = 50,41-43;
7,1-14 = 26 ; 10,12-16 = 51,15-19;
15,13-14 = 17,3-4 ; 16,14-15 = 23,7-8 ;
23,5-6 = 33,15-16 ; 23,19-20 = 30,24-25;
30,10-11 = 46,27-28 ; 31,35-37 = 33-25-26;
39,4-10 = 52,7-16 ; 49,19-21 = 50,44-46;
Dan achirnja terdjemahan Junani jangkuno (Septuaginta) mendjadi saksi djalan
ber-liku2 jang ditempuh kitab Jeremia. Sebab ada perbedaan besar antara naskah
Hibrani jang sekarang ada dan teks terdjemahan Junani itu. Terdjemahan itu djauh
lebih pendek (1/8) dan nubuat2 lawan bangsa2 kafir (pasal 46-51 dalam naskah
Hibrani) ditempatkan dibelakang 25,13b. Dan urutan nubuat2 itu berlainan pula.
Demikianlah susunannja:
Naskah Hibrani Terdjemahan Junani
25,15-38 = 32,1-24
26-43 = 33-50
44 = 51,1-30
45 = 51,31-35
46 = 26
48 = 31
49,1-5 = 30,1-5
49,7-22 = 29,8-23
49,23-27 = 30,12-16
49,28-33 = 30,6-11
49,34-39 = 25,14-26,1
50-51 = 27-28
52 = 52
Berkenaan dengan tempat nubuat2 itu kiranja terdjemahan Junanilah jang benar,
sebab dalam naskah Hibraninja 25,13b-29 merupakan suatu kata pendahuluan untuk
nubuat2 lawan bangsa2 kafir jang sesungguhnja tidak menjusul. Tetapi berkenaan
dengan urutan nubuat2 itu kiranja naskah Hibranilah jang betul, oleh karena
tjotjok dengan kata pendahuluan tsb.
Bagaimana gerangan perbedaan antara naskah Hibrani dan terdjemahan Junani dapat
diterangkan? Djawabnja tidak gampang djuga. Adakah terdjemahan Junani berupa
ringkasan dan saduran dari satu teks Hibrani aseli jang terpelihara dalam naskah
Hibrani? Ataukah terdjemahan Junani itu bertumpu pada teks Hibrani aseli jang
kemudian disadur dan mengalami pengeluasan dan perpindahan besar2an? Atau adakah
dua teks Hibrani jang kedua2nja aseli, sehingga bahan jang terdapat dalam kitab
Jeremia mula2 sudah terkumpul dalam bentuk jang ber-lain2an? Kalau demikian,
maka satu teks mendjadi landasan terdjemahan Junani dan teks lain terpelihara
dalam naskah Hibrani. Semua pertanjaan tsb tidak dapat didjawab dengan tegas
lagi pasti. Hipotese, bahwa aselinja ada dua teks Hibrani tersendiri lebih umum
diterima, tetapi djuga tidak ada kepastian.
Jeremian bukan seorang ahli ilmu ketuhanan seperti Jesaja atau Deutero-jesaja,
bukan pula orisinil laksana Hosea dan bukan seorang organisator jang berchajal
bagaikan Jeheskiel. Jeremia lebih2 seseorang jang luas dan dalam hatinja, jang
mengharukan dan menghangatkan. Pertjuma orang mentjari padanja gagasan keigamaan
jang baru. Tetapi dimasa kemunduran dan kemerosotan umum nabi itu mentjerminkan
dan mempertahankan iman Israil jang sedjati dan paling autentik.
Tengah rakjat dan para pemimpin memudja dewa2 kafir, Jeremia mempertahankan,
bahwa Allah esa itu pentjipta semesta dunia (27,5;10,12.16;3,7) dan pemimpin
serta pengurus alam serta segala gedjalanja (31,33-37;3,3;5,22.24,8,7.17;14,22).
Kebidjaksanaan Allah ada tara bandingnja (10,7.12). Dihadapan Allah, dewata
kafir jang dipudja Israil tidak berarti apa2
(2,5.11.28;5,7;11,12;43,12;48,7;49,3). Jahwe Israil djuga Tuhan sedjarah dan
pembimbing nasib segala bangsa jang merupakan semua anakNja (3,19). Dialah radja
sekalia bangsa (10,7.10) dan mampu menghukum mereka (nubuat2 lawan bangsa2).
Tetapi Iapun mengutus bangsa2 kafir untuk melaksanakan hukuman atas umatNja
(4,6;19,3). Nebukadnezar adalah "Hamba Jahwe"(27,6;43,10), jang diberiNja
kekuasaan (27,6) dan karena itulah tidak ada bangsa satupun dapat bertahan
terhadapnja (27,8). Allah kan memberi kemenangan dan kekalahan (43,13;46,3-
51.64). Tetapi pada waktu jang ditetapkan Allah djuga mengachiri kekuasaan
(27,7;29,10) dan selalu memimpin hati radja kafir itu (42,12). Allah Israil
bukan hanja Tuhan sekalian bangsa, melainkan djuga Tuhan masing2orang, seperti
Jeremia sendiri (1,18),'Ebed-Melek, orang kafir (39,15-16), Baruch (45,1-5). Ia
menjelami dan mengudji hati-sanubari manusia (11,20;23,23-24) dan mengadili
serta membalas masing2 orang sekedar perbuatan2nja (33,19;9,23), Allah adalah
berbelaskasih (3,12;31,3;32,18), baik hati (33,11) dan adil sekaligus (9,23).
Individu keigamaan-susila, sebagaimana dirumuskan Jeremia (31,29) diperkembagkan
oleh Jeheskiel (18,1-32).
Jeremiapun mempertahankan adjaran kuno, bahwa Israil adalah umat Jahwe jang
terpilih (3,19). Ia telah menebus umatNja dari Mesir (2,6;11,14;23,7;32,10) dan
menganugerahkan negeri Palestina kepadanja mendjadi miliknja
(2,7;3,18;10,16;12,7.8). Masa permulaan itu dipandang Jeremia sebagai masa
idiil(2,2-3), masa pertunangan. Jahwe adalah bapa dan sahabat umat (3,4) dan
Israil merupakan anak sulungNja (31,19), anak kekasihNja (31,20), milik
pusakaNja (2,3) dan kawanNja (13,17). Allah mendjadi penjelamat Israil
(14,8;30,11), mataair jang hidup (2,13;17,13) dan Ia memelihara Israil
sebagaimana orang tani memelihara tanahnja (2,21;12,10), dan melindunginja
terhdap musuh (2,3). Apa jang menarik perhatian ialah: Pilihan merangkum baik
Juda maupun keradjaan Israil jang sudah satu abad lebih lenjap. Hubungan chas
antara Allah dengan umat djarang2 sadja disebut "perdjandjian" oleh Jeremia
(14,21;31,31-34: kalau aseli), tetapi gagasan itu sendiri tidaklah asing
baginja. Kerap kali ia menggunakan rumus perdjandjian jang lazim ini: Jahwe
mendjadi Allah mereka dan mereka mendjadi umatNja (7,23;11,4;24.7;31,33),
sehingga Jahwe ada di-tengah2 mereka (14,9).
Seharusnja Israil berterimakasih karena pilihan itu dan tetap setia (2,9-
13.20.32),tetapi mereka murtad (1,16.32;2,17.19;5,7;6,19;11,10) dan tidak
mengenal Jahwe (9,23;22,16;4,22;5,21). Mereka hanja berbangga atas pilihan itu
(3,3-5) dan merasa diri aman (6,14;8,11;14,13;4,10;23,17.27-29), tanpa menepati
kewadjiban2 dan sjarat2 pilihan itu. Mereka tidak pertjaja pada Jahwe, melainkan
pada Jerusjalem jang kukuh-kuat (21,13;22,23) dan pada persekutuan dengan
bangsa2 lain. Jeremia mentjela dosa2 Israil, penjembahan berhala (1,16;7,17-
18;44,7-9) dan matjam2 dosa lain lagi. Boleh dikatakan, bahwa nabi ini
menekankan keburukan Israil lebih daripada nabi2 lainnja. Dan akar segala dosa
ialah hati manusia (4,3-4;17,9) jang berkutup (13,10;18,12;23,17). Maka dari itu
Allah jang adil harus menghukum. Namun demikian tidak segera Dia bertindak. ia
mengutus nabiNja, supaja umat bertobat (6,16;7,25-27). Ia siap untuk mengampuni,
djika ada pertobatan jang sungguh (5,1). Tetapi setelah umat njata berkepala
batu dan keras hati, oleh karena tidak mendengarkan segala nasihat
(2,19;5,23;6,28;12,8;13,25;15,6-7;18,12;43,4) Allah lalu dengan sedih hati dan
terpaksa menjiksa (6,8;12,7-9;15,5-7;17,4;36,7). Memang masih ada kemungkinan
untuk berbalik (18,8-10;26,3.19;42,10), tetapi pertobatan itu sungguh sjarat
mutlak untuk mengelakkan hukuman jang mengantjam (4,14;5,21-23;18,7-9;36,3.7).
Tapi Israil tidak tersembuhkan (14,23) dan pengampunan tidak mungkin lagi
rupanja (3,1-5). Dan karenanja hukuman achirnja ditimpakan sampai penghabisan
dan tak terelakkan lagi (8,14-16;13,14;15,1-3;19). Lama kelamaan Jeremia sampai
kepada kejakinan, bahwa umat Jahwe sungguh tegar hati dan bertegang leher
(17,1;8,6). Israil seumpamanja pohon ara jang tak berbuah dan harus ditebang
(8,13). Jeremia malah dilarang untuk berdoa (7,16;11,14;14,11).
Namun demikian harapan belum lenjap djuga. Allah tidak membatalkan pilihanNja.
Karena itu pandangan Jerusjalem melajang kemasa depan. Kadang2 utjapan2nja
memberi kesan, se-olah2 ada kebinasaan mutlak (13,14;15,2-3.9;11,16;19,11),
tetapi sesungguhnja se-kurang2nja suatu "sisa" (3,14), baik dari keradjaan utara
maupun dari keradjaan selatan, akan diselamatkan. Kaum buangan dari Israil akan
kembali (3,12-13;30,1-31,22), kaum buangan Juda jang diangkut ke Babel dalam th.
597 djuga akan pulang ketanahairnja (24,5-7;29,10-11) dan demikianpun kaum
buangan dari th. 586 (3,14-16;32,15.37;33,4-5). Dalam gambarannja tentang masa
depan itu Jeremia agak sederhana dan tidak melukiskannja dengan chajalan
sebagaimana jang disukai Jesaja atau Jeheskiel. Jerusjalem akan dibangun kembali
(33,4-5) dan rakjat akan bertambah banjak (3,16) serta menikmati kedamaian
(27,7;29,10;51,64); wangsa Dawudpun akan dipulihkan (23,5-6;3,20) dan pemimpin2
umat akan menunaikan tugasnja dengan baik (3,15;22,4). Tetapi wangsa Dawud dalam
harapan Jeremia tidak memegang peranan sebesar kedudukannja dalam harapan
Jesaja. Menurut harapan Jeheskiel ibadah sedjati mendjadi bagian mahapenting
dalam kebahagiaan dimasa depan, tetapi pada Jeremia ibadah itu se-akan2 hilang.
Peti perdjadjian tidak akan ada lagi (3,16); agama batiniah ditekankan (24,7)
dan perdjandjian baru jang akan diikat terukir dalam hati-sanubari umat Jahwe
(31,31-33). Penguasa Israil atas bangsa2 kafir, jang pada pelbagai nabi lain
bagitu penting,tidak dipedulikan Jeremia. Umat kelak akan berbalik kepada Jahwe
dan dosa serta kesalahan tidak akan teringat lagi (31,34). Kaum kafir dalam
harapan akan masa depan tidaklah tampil. Tentu sadja ada beberapa bagian jang
membitjarakan pertobatan kaum kafir (3,17;12,15-16,16,19-21), tetapi ajat2 itu
tidak berasal dari Jerusjelam dan lebih2 didjiwai semangat Jesaja. Jeremia tidak
menarih perhatian kepada nasib bangsa2 kafir dimasa akan datang. Namun demikian
Jeremia tidak bentji kepada bangsa2 lain. Merkapun anak Allah (3,19) dan nabi
mengagumi mereka karena kesetiannja kepada dewatana (2,10-11;18,13).Radja
Nebukadnezar adalah "Hamba Jahwe" (27,6). Ia sendiri diutus kepada bangsa2 kafir
djuga (1,8). Tentu sadja mereka diantjam 99,25-26;25,15-18;48,6-13;46-49),
tetapi bukannja oleh sebab mereka kafir, melainkan oleh karena seperti israil,
mereka enggan menaklukkan diri kepada rentjana Allah jang dilaksanakan
Nebukadnezar (27,309). Dan kaum kafir achirnja toh akan menjaksikan kebahagiaan
umat Jahwe (31,7.10), jang akan menikmati berkah Ibrahim (4,2).
Nabi Jeremia, pemaklum agama batiniah dan pribadi, adalah manusia jang radjin
berdoa. Ia sendiri berdoa bagi bangsanja jang terantjam
(7,16,11,14;28,6;32,16.24-25) dan hangat2 bermohon, agar seterunja dihukum
(15,15;18,21-23;20,12) dan minta tolong bagi dirinja (18,18). Iapun jakin, bahwa
doa pasti dikabulkan (27,18;37,3;42,2). Pabila Jahwe melarang dia berdoa untuk
bangsanja, maka sebabnja ialah: agar Tuhan djangan usah mendengarkan permohonan
itu, sehingga umatNja tidak dihukum sekedarnja (7,16;11,14;14,11). Dalam doanja
nabi sampai bergumul dengan Allah dan memakai bahasa jang mendekati penghodjat
(20,7;15,18). Tetapi dalam doanjapun Jeremia, jang begitu disiksa hatinja,
achirnja mendapat ketenangan dan damai (20,11) serta kekuatan untuk menunanaikan
tugas beratnja sampai penghabisan.