Dusta [pedoman]
- 1. Dilarang. Im 19:11; Kol 3:9
- 2. Dibenci Allah. Ams 6:16-19
- 3. Kekejian bagi Allah. Ams 12:22
- 4. Merintangi permintaan doa. Yes 59:2,3
- 5. Iblis adalah bapa - . Yoh 8:44
- 6. Iblis menggerakkan orang untuk ber - . 1Raj 22:22; Kis 5:3
- 7. Orang-orang kudus:
- 7.1 Membenci - . Mazm 119:163; Ams 13:5
- 7.2 Menjauhkan diri dari - . Yes 63:8; Zef 3:13
- 7.3 Tidak menghormati orang yang ber - . Mazm 40:5
- 7.4 Menolak orang yang ber - . Mazm 101:7
- 7.5 Berdoa supaya dihindarkan dari - . Mazm 119:29; Ams 30:8
- 8. Para pemimpin bangsa tidak patut ber - . Ams 17:7
- 9. Kejahatan pemerintah karena memperhatikan - . Ams 29:12
- 10. Nabi-nabi palsu sudah biasa - . Ams 14:5,25
- 11. Kesaksian palsu terikat pada - . Yer 23:14; Yeh 22:28
- 12. Orang-orang fasik terikat pada - . Hos 12:1
- 13. Orang-orang fasik menjadi benih - . Yes 57:4
- 14. Orang-orang fasik:
- 14.1 Terikat oleh - sejak dari kandungan ibunya. Mazm 58:4
- 14.2 Mencintai - . Mazm 52:5
- 14.3 Suka kepada - . Mazm 62:5
- 14.4 Mencari - . Mazm 4:3
- 14.5 Melenturkan lidahnya untuk - . Yer 9:3,5
- 14.6 Melahirkan - . Mazm 7:15
- 14.7 Memperhatikan - . Ams 17:4
- 15. Ciri-ciri sifat seorang pendurhaka. 2Tes 2:9; 1Tim 4:2
- 16. Menimbulkan:
- 17. Seringkali disertai dengan banyak kejahatan. Hos 4:1,2
- 18. Kebodohan orang yang menyembunyikan kebencian dengan - . Ams 10:16
- 19. Kesia-siaan memperoleh kekayaan dengan - . Ams 21:6
- 20. Akan ketahuan. Ams 12:19
- 21. Miskin lebih baik dari pada - . Ams 19:22
- 22. Tidak akan masuk sorga. Wahy 21:17; 22:15
- 23. Orang yang berdosa karena - dimasukkan ke dalam neraka. Wahy 21:8
- 24. Hukuman untuk - . Mazm 5:7; 120:3,4; Ams 19:5; Yer 50:36
- 25. Contoh-contoh:
- 25.1 Ananias. Kis 5:5
- 25.2 Daud. 1Sam 21:2
- 25.3 Gehazi. 2Raj 5:22
- 25.4 Iblis. Kej 3:4
- 25.5 Kain. Kej 4:9
- 25.6 Mikhal. 1Sam 19:14
- 25.7 Nabi dari Betel. 1Raj 13:18
- 25.8 Orang Kreta. Tit 1:12
- 25.9 Orang Niniwe. Nah 3:1
- 25.10 Orang-orang Gibeon. Yos 9:9-13
- 25.11 Petrus. Mat 26:72
- 25.12 Sarah. Kej 18:15
- 25.13 Saudara-saudara Yusuf. Kej 37:31,32
- 25.14 Saul. 1Sam 15:13
- 25.15 Simson. Hak 16:10
- 25.16 Teman-teman Ayub. Ayub 13:14
- 25.17 Yakub. Kej 27:19
DUSTA [ensiklopedia]
(Ibrani, Syeqer, 'kebohongan', 'penipuan', kazav, 'dusta' atau 'hal yg palsu'; Yunani, pseudos dan yg sejenisnya). Pada dasarnya dusta adalah pernyataan tentang sesuatu yg diketahui palsu dengan maksud menipu (Hak 16:10,13). Para penulis Alkitab tegas mengutuk segala bentuk sumpah dusta, misalnya melakukan tipu muslihat (Im 6:2, 3), dijatuhi hukuman berdasarkan kesaksian palsu (Ul 19:15), dan kesaksian nabi-nabi palsu (Yer 14:14). Dusta dapat diungkapkan dengan kata-kata (Ams 6:19), cara hidup (Mzm 62:10), kesalahan (2 Tes 2:11), atau bentuk agama palsu (Rm 1:25). Para nabi memandang dusta sebagai ungkapan khas dari prinsip kejahatan (Hos 12:1). Dusta dilarang sebagai hal yg bertentangan dengan kesadaran moral Israel (Ams 19:22), sebab akibat-akibatnya merusak masyarakat (Ams 26:28), dan terutama karena bertentangan dengan sifat Allah (Bil 23:19). Yesus menyatakan bahwa Iblis adalah bapak dari dusta (Yoh 8:44). Segala bentuk kepalsuan adalah terlarang dalam persekutuan Kristen (Kol 3:9).
Dusta diungkapkan dengan berbagai cara, misalnya, jawaban Kain yg tidak terus terang (Kej 4:9), dusta Yakub dengan sengaja (Kej 27:19), pemalsuan Gehazi dalam menyampaikan keinginan tuannya (2 Raj 5:21-27), dusta Ananias dan Safira (Kis 5:1-10). Dusta adalah dosa dari orang yg menyangkal Kristus (Antikristus, 1 Yoh 2:22), dan segala kebiasaan berdusta menghilangkan keselamatan yg kekal (Why 21:27).
1 Sam 16:2 tidak membenarkan tindakan berdusta. Allah semata-mata menasihatkan suatu alasan yg terbuka atas perkunjungan Samuel ke Betlehem, dan nabi itu tidak berkewajiban untuk mengumumkan maksud yg lebih dalam. Dalam 1 Raj 22:20-23 juga terkandung pengertian, bahwa Allah* membiarkan suatu dalih supaya penghakiman-Nya yg adil dapat berlaku atas Ahab. Dalam nas seperti Kej 12:10-20, nyata bahwa dusta tidak dimaafkan atau dicatat sebagai contoh harus diikuti. *BENAR, KEBENARAN.
KEPUSTAKAAN. John Murray, Principles of Conduct, 1957, ps 6; HDB 3; TDNT 9, hlm 594-603; NIDNTT 2, hlm 467-474. AF/SS