Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 2 Tahun 1997 >  TANTANGAN WANITA ABAD 21 > 
I. WANITA DAN ERA INFORMASI 

Abad dua puluh satu ditandai dengan membanjirnya informasi dan hal ini mempunyai dampak tertentu bagi wanita. Ciri-ciri masyarakat informasi oleh Dr. S.P. Siagian ditandai dengan:

- Kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan (Iptek) secara kreatif

- Jumlah informasi yang melimpah

- Pertambahan informasi eksponensial

- Selektifitas terhadap informasi tepat

- Kecepatan menyampaikan informasi cepat

- Lingkup informasi luas

- Biaya informasi murah

- Isi informasi berubah-ubah

- Lokasi informasi "bergerak" (mobil)

- Jangkauan terhadap informasi terbuka

- Cara penyampaian melalui multi media

- Informasi interdependen

- Variabilitas informasi tidak langsung dengan perantara

- Penanganan informasi dengan mesin

- Struktur pengolahan informasi secara horizontal

- Kerangka nilai interpretatif pluralistis

- Ukuran teknologi informasi kecil

- Sistem informasi kompleks

- Dari banyak orang kepada seseorang

- Pemecahan masalah total

- Partisipasi sosial dalam pengolahan informasi langsung

- Tingkat kerahasiaan penetratif

- Orientasi waktu masa depan

Ciri-ciri masyarakat informasi tersebut di atas; bagi wanita merupakan tantangan. Kalau dipertanyakan apakah kaum wanita eksis dalam situasi yang berubah (era informasi) ini, maka jawabannya bisa bermacam-macam. Era informasi menuntut kualitas secara intelektual dan penguasaan Iptek, ini berarti kaum wanita diperhadapkan dengan beberapa alternatif. Di satu sisi kaum wanita sesuai dengan naturnya adalah sebagai pendidik anak, disisi yang lain dia diperhadapkan dengan membanjirnya informasi, yang menuntut penyelesaian dan penguasaan.

Contoh yang konkrit, dengan adanya TV swasta atau parabola sang anak bisa menikmati siaran dari manca negara, dari siang sampai malam hari. Film yang ditayangkan jelas amat memikat si anak. Begitu juga dengan iklan yang banyak, dapat menumbuhkan "jiwa materialis." Tentu film yang ditayangkan beraneka, tetapi yang mengarah pada kebrutalan, pembunuhan, porno, dll., tanpa seleksi yang ketat, akan berdampak negatif bagi si anak.

Dampak dari tayangan visual yang negatif akan tahan lama dan membekas, serta mengarah ke tingkah laku. Disinilah kaum wanita menjadi pusing, bila diperhadapkan dengan siaran TV swasta atau parabola. Ini contoh yang sederhana saja, dan dapat kita jumpai di kota besar. Kaum wanita mesti berusaha, agar anak tidak menjadikan TV sebagai pusat kegiatan mereka, tetapi juga tidak boleh kaku melarang mereka menonton TV.

Yang dibutuhkan ialah kaum wanita bisa menguasai informasi, kemudian memanfaatkan TV sebagai media untuk mendidik anak. Tentu kaum wanita mesti menyediakan waktu khusus untuk mengawasi dan mengatur waktu belajar, nonton dan main sang anak. Pola cara belajar siswa aktif bagaimanapun juga menuntut kaum wanita aktif dalam pembimbingan pendidikan anak. Kesempatan belajar bersama anak, bagi kaum wanita bisa membantu untuk mengarahkan dan membimbing anak.

Melarang dengan tegas untuk tidak boleh nonton TV, justru menyebabkan anak "mbalelo", dan berusaha nonton secara sembunyi-sembunyi. Memberikan penjelasan dengan baik, dan dalam suasana dialog, akan menjadikan anak mengerti. Perlu dijelaskan pula tentang untung dan ruginya nonton TV swasta. Dengan membiasakan sikap terbuka dan menjelaskan secara baik kepada anak tentang dampak positif dan negatif, maka anak akan tertolong dan terbina dengan benar.



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA