Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 61 - 80 dari 83 ayat untuk hebrew:sah (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.18) (Mat 7:13) (sh: Hanya dua kemungkinan (Sabtu, 15 Januari 2005))
Hanya dua kemungkinan

Ucapan Tuhan Yesus ini sangat mengejutkan, terutama untuk kebanyakan pendengar-Nya yaitu orang Yahudi. Ada semacam anggapan dasar pada mereka bahwa karena mereka keturunan Abraham, mereka pasti umat Allah, milik Allah (band. 3:9-10). Untuk sebagian kita pun mengejutkan, tetapi karena alasan yang berbeda. Karena pengaruh pola pikir modern dan pluralitas agama-agama Timur, ada anggapan bahwa banyak jalan menuju ke Tuhan. Kepercayaan dan kehidupan yang seperti apa pun, akhirnya akan membawa orang ke surga. Tuhan Yesus menentang keras anggapan sesat itu.

Hidup diumpamakan-Nya seperti memasuki gerbang (ayat 13), menjalani jalan (ayat 14), mengeluarkan buah (ayat 17), dan mengalaskan bangunan (ayat 24-27). Hanya ada dua kemungkinan perjalanan dan akhir hidup manusia dalam evaluasi ilahi. Pintu, jalan, buah, dasar yang bagaimana yang kita putuskan untuk menjadi sifat hidup kita kini, akan menentukan nasib kekal kita. Sayangnya yang banyak diminati orang adalah jalan lebar menuju kebinasaan (ayat 13). Orang lebih suka disesatkan dan menyesatkan daripada tunduk kepada kebenaran Allah. Jalan menuju ke kebinasaan memang mudah sebab tinggal mengikuti saja arus dunia yang didorong oleh dosa.

Aktif dalam kegiatan rohani, melakukan banyak pelayanan termasuk membuat mukjizat, fasih melantunkan kalimat-kalimat teologis dan pujian kepada Tuhan bukan jaminan seseorang sungguh di pihak Tuhan. Tanda satu-satunya yang menjamin bahwa kita terhisab ke dalam Kerajaan Surga adalah kita tidak dievaluasi Tuhan sebagai "pembuat kejahatan" (ayat 23). Dengan kata lain, bila hidup kita menunjukkan adanya perjuangan konsisten untuk hidup kudus dengan pertolongan anugerah-Nya, barulah kita memiliki jaminan sah keselamatan kita.

Renungkan: Keselamatan bukan hasil usaha tetapi akibat kita sungguh mengizinkan anugerah-Nya membebaskan kita dari pola hidup berdosa.

(0.18) (Luk 20:9) (sh: Memberontak melawan Sang Pemilik (Selasa, 23 Maret 2004))
Memberontak melawan Sang Pemilik

Bagi telinga para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi, perumpamaan Yesus ini mudah ditebak ke mana arah tujuannya. Perumpamaan kebun anggur ini menegaskan bahwa yang empunya hak, kuasa dan sebagai Pemilik adalah Tuhan Allah. Namun, para penggarap itu bertindak seolah-olah merekalah si pemilik kebun anggur itu. Itu sebabnya mereka menganiaya para hamba yaitu para nabi yang diutus Pemilik yang sah (ayat 11-12). Hingga pada akhirnya Sang Pemilik berinisiatif untuk mengutus Anak-Nya sendiri dengan harapan para penggarap itu menghormati Dia sebagai Pewaris. Tetapi para penggarap tetap merencanakan pembunuhan terhadap Sang Anak, ahli waris yang berhak atas pemilikan itu (ayat 13-16). Sesungguhnya melalui perumpamaan kebun anggur ini, Yesus sedang menubuat-kan kepada mereka peristiwa penyaliban-Nya sendiri (ayat 14-15).

Lukas menegaskan sikap penolakan dan ketidakpercayaan para imam, ahli Taurat dan para tua-tua Yahudi, melalui kutipan Yesus dari Mazmur 118:22, yang menunjukkan pemberontakan dan penolakan para penggarap yang jahat ini. Para pemimpin agama menolak Yesus, tetapi kelak Yesus yang menetapkan nasib mereka. Yesus dinubuatkan sebagai "Batu Penjuru" (ayat 17-18). Hal itu berarti bahwa kelak para penggarap yang bertindak sebagai "pemilik dan penguasa" akan dihakimi dan dihukum. Para pemimpin agama Yahudi merencanakan pembunuhan terhadap Yesus, tapi itu bukan rencana Allah Sang Pemilik. Rencana jahat itu sesungguhnya adalah sikap memberontak melawan Sang Pemilik (ayat 19).

Tujuan dari perumpamaan ini adalah supaya para pemimpin agama menyadari bahwa mereka hanya dipercayakan untuk mengelola umat Tuhan (kebun anggur), dan bukan pemiliknya.

Renungkan: Setiap pemimpin gereja harus sadar bahwa dirinya hanyalah pengelola umat Tuhan termasuk mengelola aktivitas gerejani umat bukan pemiliknya.

(0.18) (Luk 20:20) (sh: Jawaban Yesus sungguh bijaksana dan mengherankan (Rabu, 24 Maret 2004))
Jawaban Yesus sungguh bijaksana dan mengherankan

Perikop ini menampilkan intrik politik yang dihalalkan para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi. Mereka memakai orang lain untuk memuji pengajaran Yesus dan sekaligus mengajukan perta-nyaan: "apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar?" (ayat 23). Para imam dan ahli Taurat sebenarnya secara politis bertentangan posisi dan pemahaman dengan orang Saduki. Para ahli Taurat ingin mempertahankan kemurnian Taurat, juga mereka cenderung anti Kaisar (Pemerintah Romawi). Sebaliknya orang Saduki yang lebih rasional cenderung menolak "pandangan yang fundamentalistis" dari para ahi Taurat itu. Sungguh aneh tapi nyata bahwa untuk melawan Yesus, para ahli Taurat dan orang Saduki "berkolusi" dan kompromi menyuruh orang lain datang kepada Yesus. Menurut anggapan mereka itu adalah cara yang tepat untuk menjerat Yesus demi tujuan mereka bersama (ayat 20-22), sebab menurut mereka Yesus hanya berurusan dengan hal rohani saja (ayat 21,23).

Mereka tidak membayangkan bagaimana cara Yesus menjawab pertanyaan mereka. Kelicikan para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi dilucuti dengan jawaban Yesus yang bijaksana (ayat 24,26). Pada mata uang yang dipakai sebagai alat pembayaran yang sah, tertera tulisan dan gambar Kaisar (ayat 24-25). Mereka bungkam dan tidak berkutik lagi. Sungguh menarik bahwa jawaban Yesus itu, mengandung ajaran agar para pemimpin agama Yahudi belajar taat kepada Allah dan menghormati Kaisar (=Pemerintah). Mereka harus memberikan apa yang wajib diberikan kepada Allah dan apa yang wajib diberikan kepada Kaisar (pemerintah). Mereka harus tahu memberi ibadah dan ketaatan kepada Allah dan ketaatan sipil yaitu kewajibannya kepada Kaisar.

Renungkan: Dalam menyongsong Pemilu 2004, setiap Kristen perlu belajar dan meminta hikmat dari Tuhan Yesus dalam menentukan sikap dan pilihannya, agar tidak terjebak dan terjerat intrik politik.

(0.18) (Kis 22:1) (sh: Sensitifitas Paulus di masyarakat pluralis (Sabtu, 1 Juli 2000))
Sensitifitas Paulus di masyarakat pluralis

Paulus menghadapi massa yang mengamuk tanpa dukungan otoritas dari institusi mana pun, melainkan dengan rangkaian pembelaan, agar melaluinya ia dapat merengkuh, merangkul, dan menuntun mereka kepada keselamatan. Karena itu, Paulus sangat berhati-hati dan sensitif terhadap kepercayaan dan prasangka orang-orang Yahudi. Caranya? Paulus mengidentifikasikan dirinya dengan mereka. Pengidentifikasian ini meliputi kesamaan etnis dan pewaris tradisi Yahudi dengan menyebut mereka sebagai `saudara-saudara dan bapa-bapa', dan penggunaan bahasa, sebab di dalamnya terkandung nilai-nilai kebudayaan, semangat kebangsaan, dan patriotisme. Hasilnya mereka 'makin tenang' (3).

Di samping itu, pengidentifikasian Paulus juga mencakup bidang yang paling hakiki bagi bangsa Yahudi yakni hukum Taurat. Ia dengan lantang menyatakan bahwa ia lahir, dibesarkan, dan dididik secara Yahudi ortodoks. Karena itu ia sangat fanatik terhadap hukum Taurat dan Allah. Sebagai aplikasinya, ia menjadi penganiaya pengikut jalan Tuhan. Pengidentifikasian yang dilakukan Paulus tuntas dan menyeluruh, sampai pemakaian istilah pun diperhatikan, seperti istilah jalan Tuhan sebagai pengganti 'pengikut Yesus' sebab nama 'Yesus' mungkin akan membangkitkan emosi mereka kembali.

Tindakan Paulus ini sangat berhasil karena dapat menenangkan amarah mereka. Bahkan ketika Paulus mengungkapkan peristiwa pertobatannya secara mendetail mereka tidak menjadi emosi. Sebab ia menegaskan bahwa pertobatannya bukan karena keinginannya sendiri, melainkan intervensi wahyu Allah dan ada seorang Yahudi yang saleh dan disegani sebagai saksi yang sah yaitu Ananias. Namun ketika Paulus berbicara tentang misinya kepada bangsa-bangsa lain, meledaklah amarah mereka. Sebab di mata mereka, membuat orang asing menjadi Kristen tanpa menjadi orang Yahudi terlebih dahulu merupakan suatu penghinaan. Itu sama dengan mengatakan Yahudi dan non-Yahudi adalah sederajat karena mereka dapat datang kepada Allah hanya melalui Kristus.

Renungkan: Paulus dibenci dan hendak dibunuh bukan karena reputasi pribadinya tetapi karena Injil Kristus. Demikian pula hai Kristen, jika Anda harus dibenci oleh masyarakat sekitar, biarlah itu karena Injil yang Anda yakini dan bukan karena pribadi dan ulah tingkah Anda.

(0.18) (Gal 3:15) (sh: Kebahagiaan orang Kristen (Jumat, 10 Juni 2005))
Kebahagiaan orang Kristen


Di jemaat Galatia terdapat orang-orang yang mengajarkan bahwa iman di dalam Kristus merupakan langkah awal dan iman itu harus disempurnakan dengan melakukan Taurat. Jadi, mereka mengajarkan iman plus melakukan Taurat sebagai syarat keselamatan

Namun dalam nas ini Paulus memisahkan iman sejati dari keharusan melaksanakan hukum Taurat. Untuk itu ia menjelaskan sejarah keselamatan. Janji kepada Abraham bagaikan sebuah surat wasiat yang memiliki keabsahan yang tak dapat dibatalkan, Paulus menjelaskan bahwa janji Allah kepada Abraham tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat (ayat 15). Pertama, janji Allah kepada Abraham itu sah secara hukum maka tidak dapat dibatalkan (ayat 17a). Kedua, hukum Taurat baru diberikan empat ratus tiga puluh tahun kemudian sehingga tidak mungkin bisa membatalkan yang telah ada terlebih dahulu (ayat 17b).

Dengan dua alasan inilah Paulus menghancurkan kesimpulan bahwa janji Allah kepada Abraham harus ditambah dengan hukum Taurat supaya orang-orang Yahudi Kristen di Galatia mengalami janji berkat dari Allah. Konsep Mesias dari Paulus juga sangat jelas, yaitu bahwa keturunan yang Allah janjikan kepada Abraham itu menunjuk kepada Kristus (ayat 16). Jadi, janji berkat Allah melalui Abraham kepada orang percaya bukan didapatkan dengan menjalankan Taurat, tetapi ada di dalam Kristus sebagai penggenapan dari Taurat. Dengan beriman kepada Kristus saja orang percaya mendapatkan dan menikmati penggenapan janji keselamatan itu.

Kalau kebahagiaan orang Kristen didasarkan pada ketaatan melakukan hukum Taurat atau ajaran-ajaran kebajikan lainnya, maka dapat dipastikan kita akan frustasi. Sebaliknya dengan bersandar kepada janji Allah di dalam Kristus, kita dimungkinkan untuk hidup berkemenangan melawan kedagingan dan hawa nafsu duniawi.

Renungkan: Janji-Nya pasti ditepati. Jangan biarkan ajaran-ajaran lain mengacaukan iman kita kepada-Nya.

(0.18) (Gal 5:13) (sh: Kasih, hukum, dan kebebasan (Kamis, 16 Juni 2005))
Kasih, hukum, dan kebebasan


Kebebasan tanpa norma sama sekali bukan kebebasan melainkan bencana. Banyak orang Kristen salah memahami dan salah memaknai kemerdekaan yang sejati. Seakan-akan bebas dari dosa berarti bebas untuk berbuat dosa. Mengapa bisa timbul salah pengertian seperti ini?

Kesalahan pertama adalah karena tidak mengerti fungsi hukum Taurat secara tuntas. Karena keselamatan adalah anugerah dan bukan diperoleh dengan menaati hukum Taurat, banyak orang merasa ajaran-ajaran etika di hukum Taurat pun tidak perlu diberlakukan. Akibatnya mereka merasa sah saja melanggar hukum Taurat. Padahal hukum Taurat mengajarkan jalan-jalan yang benar untuk dilakukan anak-anak Tuhan. Tuhan Yesus sudah merangkum hukum Taurat menjadi hukum kasih (ayat 14). Kesalahan kedua adalah karena salah mengerti maksud Tuhan menyelamatkan orang berdosa. Seseorang diselamatkan agar menjalani hidup dalam kasih. Jadi, anak-anak Tuhan dimerdekakan dari perbudakan dosa dan dari kutuk hukum Taurat supaya dapat mempraktikkan kasih ilahi kepada sesamanya. Bagaimana cara mempraktikkan hukum kasih itu dan tidak terjerat kepada keingingan-keingingan daging? Hanya satu cara, yaitu dengan menyerahkan hidup kita dipimpin oleh Roh. Kita harus melawan setiap keinginan daging yang masih mau menguasai kita dengan cara membiarkan Roh Tuhan memimpin hidup kita (ayat 16-18).

Orang yang belum diselamatkan berbuat dosa karena memang dibelenggu oleh kuasa dosa. Namun, anak-anak Tuhan hidup mempraktikkan keadilan, kebenaran, dan kekudusan sebagai pernyataan kasih mereka kepada Kristus dan kepada sesama. Bukti kasih mereka kepada Kristus adalah berupa kerelaan diatur dan dipimpin oleh Roh. Bukti kasih mereka kepada sesama adalah menjadi berkat dan teladan hidup beriman bagi sesama.

Renungkan: Hanya di dalam kasih karunia kita dimampukan mengasihi dengan tulus.

(0.18) (1Tim 1:18) (sh: Iman, hati nurani, dan perjuangan (Sabtu, 8 Juni 2002))
Iman, hati nurani, dan perjuangan

Paulus, sebagai rasul atas perintah Allah sendiri (ayat 1:1), yang telah beroleh kasih karunia begitu mengherankan dari Tuhan Yesus Kristus (ayat 1:14), sekarang memberikan tugas kepada anaknya yang sah dalam iman, Timotius (ayat 1:1;18). Latar belakang dari bagian surat ini memberitahukan kita bahwa tugas yang disampaikan Paulus ini merupakan tugas yang penting dan harus Timotius kerjakan dengan sungguh-sungguh. Paulus juga mengingatkan Timotius bahwa dirinya menjadi pelayan Tuhan berdasarkan nubuat, yaitu peneguhan Roh Kudus atas panggilan Timotius melalui sesama orang percaya, termasuk Paulus sendiri (ayat 18b).

Tugas itu adalah "memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni" (ayat 18b). Kata kerja Yunani yang diterjemahkan menjadi "memperjuangkan" di sini mempunyai arti harfiah mengabdi sebagai prajurit. Perjuangan itu, seperti yang akan kita lihat pada nas-nas selanjutnya, adalah memelihara jemaat yang Allah telah percayakan kepadanya.

Untuk dapat melakukannya, Paulus menunjuk pada iman dan hati nurani yang murni sebagai syarat utama. Kedua hal ini, sebelumnya telah disebutkan Paulus, akan menimbulkan kasih (ayat 1:5). Setelah kasih, maka dalam kasih karunia Allah, iman dan hati nurani yang murni itu akan menimbulkan kerelaan untuk berjuang.

Hati nurani (syneidesis) di dalam surat I Timotius berarti kesadaran yang mendasari terwujudnya perilaku yang sesuai dengan etika Kristiani (bdk. 1:9-11, 3:9). Himeneus dan Aleksander adalah contoh orang-orang yang melayani, namun kandas imannya karena menolak memelihara hati nurani yang murni (ayat 19-20). Menyerahkan mereka kepada Iblis adalah tindakan disiplin yang terakhir, untuk membawa pada penyesalan dan pertobatan (bdk. 1Kor. 5:2).

Renungkan: Tiap bentuk pelayanan yang Kristen lakukan, dari menjadi sukarelawan/wati juru masak untuk kegiatan gereja sampai menjadi ketua sinode, semuanya menuntut keseriusan untuk melihatnya sebagai suatu perjuangan. Semuanya juga menuntut Kristen untuk setia menjaga kemurnian hati nurani dan perilaku yang dihasilkannya.

(0.18) (1Tim 2:1) (sh: Iman, hati nurani, dan perjuangan (Minggu, 9 Juni 2002))
Iman, hati nurani, dan perjuangan

Paulus, sebagai rasul atas perintah Allah sendiri (ayat 1:1), yang telah beroleh kasih karunia begitu mengherankan dari Tuhan Yesus Kristus (ayat 1:14), sekarang memberikan tugas kepada anaknya yang sah dalam iman, Timotius (ayat 1:1;18). Latar belakang dari bagian surat ini memberitahukan kita bahwa tugas yang disampaikan Paulus ini merupakan tugas yang penting dan harus Timotius kerjakan dengan sungguh-sungguh. Paulus juga mengingatkan Timotius bahwa dirinya menjadi pelayan Tuhan berdasarkan nubuat, yaitu peneguhan Roh Kudus atas panggilan Timotius melalui sesama orang percaya, termasuk Paulus sendiri (ayat 18b).

Tugas itu adalah "memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni" (ayat 18b). Kata kerja Yunani yang diterjemahkan menjadi "memperjuangkan" di sini mempunyai arti harfiah mengabdi sebagai prajurit. Perjuangan itu, seperti yang akan kita lihat pada nas-nas selanjutnya, adalah memelihara jemaat yang Allah telah percayakan kepadanya.

Untuk dapat melakukannya, Paulus menunjuk pada iman dan hati nurani yang murni sebagai syarat utama. Kedua hal ini, sebelumnya telah disebutkan Paulus, akan menimbulkan kasih (ayat 1:5). Setelah kasih, maka dalam kasih karunia Allah, iman dan hati nurani yang murni itu akan menimbulkan kerelaan untuk berjuang.

Hati nurani (syneidesis) di dalam surat I Timotius berarti kesadaran yang mendasari terwujudnya perilaku yang sesuai dengan etika Kristiani (bdk. 1:9-11, 3:9). Himeneus dan Aleksander adalah contoh orang-orang yang melayani, namun kandas imannya karena menolak memelihara hati nurani yang murni (ayat 19-20). Menyerahkan mereka kepada Iblis adalah tindakan disiplin yang terakhir, untuk membawa pada penyesalan dan pertobatan (bdk. 1Kor. 5:2).

Renungkan: Tiap bentuk pelayanan yang Kristen lakukan, dari menjadi sukarelawan/wati juru masak untuk kegiatan gereja sampai menjadi ketua sinode, semuanya menuntut keseriusan untuk melihatnya sebagai suatu perjuangan. Semuanya juga menuntut Kristen untuk setia menjaga kemurnian hati nurani dan perilaku yang dihasilkannya.

(0.18) (Why 3:14) (sh: Tidak mawas diri (Selasa, 29 Oktober 2002))
Tidak mawas diri

Sekilah kedengarannya aneh apaila ada “Gereja Tanpa Yesus Kristus”. Namun, itulah kiranya yang terjadi pada sidang jemaat di Laodikia. Kota makmur, kaya raya yang tekenal dengan industri garmen, obat mata, dan perbankan. Namun, kelimpahan materi tidak jarang membutakan mata rohani dan menumpulkan mata hati, sehingga dalam praktiknya, jemaat Laodikia dan warganya malah memuakkan Tuhan. Ngerinya, mereka merasa nyaman dengan kondisi itu. Perkenanan Tuhan diukur dengan kekayaan material sementara kiprah keseharian sebagai jemaat semakin jauh dari mempertuhan Kristus! Mengggunakan gambaran yang dikenal masyarakat Laodikia (yang langka air sehat), tuhan mengungkapkan kemuakan-Nya terhadap mereka (ayat 15-16)

Dalam keadaan seperti itu, seakan-akan Kristus sendiri berdiri di luar jemaat, “berdiri di muka pintu dan mengetok”. Gambaran ini menunjukkan kenyataan yang menyedihkan: Raja Gereja, yang berkuasa penuh atas segenap ciptaan Allah (ayat 15b), tidak diakui lagi otoritas-Nya dalam kiprah bergereja orang-orang Laodikia. Yesus Kristus mungkin masih dipuja sebagai Tuhan dalam kebaktian dan persekutuan, nama-Nya masih digunakan dalam doa-doa, tetapi otoritas-Nya tidak berlaku dalam segala aktivitas gerejawi lainnya, juga kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, dan sebagainya. Jemaat Laodikia ingin menjadi otonom, tidak lagi bergantung pad Kristus, dan enggan hidup di bawah firman dan bimbingan Roh-Nya.

Tuhan tidak berkenan akan keadaan tersebut. Dengan mengatakan bahwa diri-Nya “Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan (sumber, kepala) dari ciptaan Allah”, Ia sedang mengontraskan diri-Nya yang benar (Amin) dan dalam peran-Nya sebagai Saksi Allah, Dia setia dan benar. Karena itu, Dia mengklaim otoritas-Nya atas jemaat Laodikia, sebagai Pemilik sah Gereja! Ia mencela, tetapi juga memanggil jemaat Laodikia untuk bertobat.

Renungkan: Peringatan-Nya sangat keras, namun bersumber dari kasih-Nya. Karena kasih itu pulalah Dia marah, namun kemarahan-Nya bermaksud membawa umat-Nya kembali ke jalan yang benar.

(0.15) (Kel 20:2) (full: KESEPULUH FIRMAN. )

Nas : Kel 20:2

Kesepuluh hukum yang tercatat di sini (bd. Ul 5:6-21), ditulis oleh Allah sendiri di atas dua loh batu dan diberikan kepada Musa dan bangsa Israel (Kel 31:18; 32:16; Ul 4:13; 10:4). Menaati perintah-perintah ini membuka jalan bagi Israel untuk menanggapi Allah dengan benar selaku ucapan syukur karena pembebasan mereka dari Mesir; pada saat bersaman, ketaatan semacam itu dituntut agar bisa tetap tinggal di tanah yang dijanjikan (Ul 4:1,4;

lihat art. HUKUM PERJANJIAN LAMA).

  1. 1) Kesepuluh Hukum meringkas hukum moral Allah bagi Israel dan menguraikan tugas-tugas mereka kepada Allah dan sesama. Kristus dan para rasul memastikan bahwa, selaku ungkapan yang sah dari kehendak kudus Allah, perintah-perintah ini masih berlaku bagi orang percaya PB (Mat 22:37-39; Mr 12:28-34; Luk 10:27; Rom 13:9; Gal 5:14; bd. Im 19:18; Ul 6:5; 10:12; 30:6). Menurut ayat-ayat PB ini, Kesepuluh Hukum dapat disimpulkan sebagai kasih kepada Allah dan sesama; menaatinya bukanlah soal sekadar menaati peraturan-peraturan yang tampak tetapi juga menuntut tindakan hati

    (lihat cat. --> Ul 6:5).

    [atau ref. Ul 6:5]

    Jadi, hukum menuntut adanya kebenaran rohani batiniah yang terungkap dalam keadilan dan kekudusan yang tampak.
  2. 2) Hukum perdata dan hukum keupacaraan PL yang mengatur ibadah dan kehidupan sosial Israel

    (lihat art. HUKUM PERJANJIAN LAMA)

    tidak lagi mengikat orang percaya PB. Keduanya merupakan lambang dan bayangan dari hal-hal lebih baik yang akan datang; semuanya sudah digenapi di dalam Yesus Kristus (Ibr 10:1; bd. Mat 7:12; Mat 22:37-40; Rom 13:8; Gal 5:14; 6:2). Akan tetapi, hukum-hukum ini berisi prinsip-prinsip hikmat dan rohani yang dapat diterapkan pada semua angkatan

    (lihat cat. --> Mat 5:17).

    [atau ref. Mat 5:17]

(0.15) (Mat 1:1) (full: )

Penulis : Matius

Tema : Yesus, Raja Mesianis

Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM

Latar Belakang

Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.

Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk

  1. (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
  2. (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
  3. (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
  4. (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
  5. (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).

Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).

Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.

Tujuan

Matius menulis Injil ini

  1. (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
  2. (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
  3. (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa

  1. (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
  2. (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.

Survai

Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).

Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:

  1. (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
  2. (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
  3. (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
  4. (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
  5. (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).

Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:

  1. (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
  2. (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
  3. (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
  4. (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
  5. (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.

Ciri-ciri Khas

Tujuh ciri utama menandai Injil ini.

  1. (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
  2. (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
  3. (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
    1. (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
    2. (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
  4. (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
  5. (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
  6. (6) Matius menekankan
    1. (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
    2. (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
    3. (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
  7. (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
(0.15) (Kis 22:16) (full: DIBAPTIS. )

Nas : Kis 22:16

Baptisan air menyertai pekabaran Injil dari awal misi gereja (Kis 2:38,41). Itu merupakan upacara inisiasi Kristen yang dipakai dalam PB untuk menunjukkan bahwa seseorang sedang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Yesus Kristus. Dengan memasuki baptisan air dalam nama Trinitas (Mat 28:19) atau Kristus (Kis 19:5) orang percaya secara nyata memperlihatkan iman mereka di hadapan masyarakat Kristen.

  1. 1) Baptisan air "dalam Kristus" (Gal 3:27) atau "dalam nama Yesus Kristus" (Kis 2:38; bd. Mat 28:19) menunjukkan bahwa orang itu kini adalah milik Kristus dan mempunyai bagian dalam hidup-Nya, Roh-Nya, serta warisan-Nya dengan Allah (Rom 8:14-17; Gal 3:26-4:7).
  2. 2) Baptisan air merupakan suatu tanggapan terhadap apa yang telah dilakukan Kristus bagi orang percaya. Agar menjadi sah, maka upacara itu harus didahului dengan pertobatan (Kis 2:38) serta iman pribadi dalam Kristus (Kol 2:12).
  3. 3) Baptisan air, bila dilaksanakan dengan hati yang sungguh beriman dan komitmen kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, menjadi suatu sarana untuk memperoleh kasih karunia dari Kristus (bd. 1Pet 3:21;

    lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).

  4. 4) Baptisan air menjadi tanda lahiriah dan kesaksian tentang penerimaan Kristus selaku Tuhan dan Juruselamat kita serta penyucian kita dari semua dosa (bd. Kis 2:38; Tit 3:5; 1Pet 3:21).
  5. 5) Baptisan air melambangkan persatuan orang percaya dengan Kristus dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya (Rom 6:1-11; Kol 2:11-12). Upacara ini menandakan akhir ("kematian") hidup di dalam dosa (Rom 6:3-4,7,10,12; Kol 3:3-14) dan awal hidup baru dalam Kristus (Rom 6:4-5,11; Kol 2:12-13). Oleh karena itu, baptisan air melibatkan suatu komitmen kepada kebiasaan sepanjang hidup untuk berpaling dari dunia dan semua yang jahat (Rom 6:6,11-13) sambil menjalankan hidup baru dalam Roh yang mencerminkan prinsip-prinsip kebenaran Allah (Kol 2:1-17).
(0.15) (Rm 10:9) (full: MENGAKU ... PERCAYA DALAM HATIMU. )

Nas : Rom 10:9-10

Unsur-unsur keselamatan terangkum di sini serta berpusat pada kepercayaan akan ketuhanan Kristus dan kebangkitan-Nya secara jasmaniah. Iman harus ada di dalam hati, yang meliputi perasaan, akal, dan kehendak sehingga mempengaruhi seluruh diri orang itu. Iman juga harus meliputi penyerahan diri secara umum kepada Yesus sebagai Tuhan, baik dalam kata maupun dalam perbuatan

(lih. art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).

(0.15) (1Raj 12:25) (sh: Kacang lupa kulitnya (Sabtu, 19 Februari 2000))
Kacang lupa kulitnya

Peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan karir Yerobeam sebagai raja. Belum lama ia memegang tampuk pimpinan, ia sudah mengabaikan siapa yang mendudukkan dia sebagai raja, dan melanggar syarat yang harus senantiasa dia penuhi serta batas wewenang yang ia punyai agar takhtanya tetap kokoh. Ia menggantikan Allah dengan ilah-ilah lain dan membuat kuil-kuil di bukit pengorbanan. Bahkan ia mengangkat imam-imam dari rakyat biasa. Berarti ia menjadikan dirinya sebagai pusat dari seluruh sendi kehidupan kerajaan Israel.

Apabila ditinjau dari tujuannya untuk memperkokoh kerajaannya dan menyatukan umatnya, tindakan Yerobeam sangat tepat dan merupakan bukti bahwa ia mempunyai pandangan yang luas dan jauh ke depan. Namun bila ditinjau dari bagaimana cara ia mencapai tujuan tersebut, Yerobeam sudah melakukan suatu kesalahan yang sangat fatal dan komprehensif. Ia mempertahankan kekuasaan sosial dan politik dengan memanipulasi kerohanian bangsanya. Rakyatnya tidak hanya dibawa pada jalan yang berdosa, namun dosa mereka pun adalah dosa yang terstruktur dan terkontrol oleh lembaga politik yang sah. Betapa mengerikan apa yang dilakukan oleh Yerobeam.

Latar belakang Yerobeam adalah anak seorang pegawai istana biasa. Jika ia sekarang menjadi raja, itu bukti bahwa Allah sungguh berdaulat atas sejarah manusia (ayat 11:31). Allah pun sudah berjanji bahwa keluarganya akan dibangunkan seperti keluarga Daud jika ia setia kepada-Nya. Mengapa ia harus kuatir bahwa rakyatnya akan meninggalkannya, saat mereka harus pergi ke Yerusalem secara berkala untuk beribadah? Tidakkah ia sudah mendengar dan melihat bahwa Allah akan memecahkan kerajaan Israel menjadi dua, karena ketidaktaatan Salomo? Mengapa ia tetap melanggar perjanjian yang pernah dibuat Allah untuknya? Jawaban dari semua pertanyaan itu adalah seluruh peristiwa menakjubkan yang baru saja ia alami, ternyata tidak membuat iman dan pengenalannya terhadap Allah menjadi mendalam dan berpusat kepada-Nya.

Renungkan: Berkat dan anugerah Allah yang begitu melimpah tidak selalu berdampak positif. Bila seseorang tidak meletakkan berkat Allah dalam perspektif rencana Allah bagi hidupnya, akan menjadi penyesat yang sangat berbahaya baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

(0.15) (1Taw 2:1) (sh: Ketaatan yang istimewa (Rabu, 23 Januari 2002))
Ketaatan yang istimewa

Setelah mengingatkan bangsa Israel tentang asal-usul mereka, penulis Tawarikh menjabarkan suku-suku Israel (ayat 2:1-9:1a) secara panjang-lebar. Ia menempatkan Yehuda di urutan pertama karena Daud berada dalam garis keturunan ini dan karena Ruben telah kehilangan hak sulungnya (ayat 5:1-2). Penulis Tawarikh mengajak para pembacanya untuk menegakkan takhta Daud kembali.

Silsilah Yehuda dimulai dengan anak-anak Yehuda (ayat 2:3-9) yang dikelompokkan menurut ibu-ibu mereka. Er dan Onan mati karena berbuat jahat di hadapan Tuhan (ayat 3, Kej. 38:7-10). Ahar, keturunan Karmi dan Zerah (lih. Yos. 7:1), mati karena tidak setia. Sebaliknya, keturunan Peres beranak-cucu dan diberkati sebagai tanda Allah berkenan pada kesetiaan dan ketaatan mereka. Tidak ada cacat yang dicatat pada garis keturunan ini karena nantinya akan menuju kepada Daud, raja agung Israel.

Keturunan Ram lalu dijabarkan (ayat 10-17). Fokusnya adalah pada silsilah dinasti Daud, bukan pada urutan kelahiran. Isai, ayah Daud, adalah keturunan Ram. Kemudian, keturunan Kaleb dijabarkan (ayat 18-24, dieja Khelubai dalam ayat 9). Kaleb adalah nenek moyang Bezaleel (ayat 20) yang mengawasi pembangunan Kemah Suci (Kel. 31:1-5). Penulis Tawarikh melihat hubungan yang sangat erat antara takhta Daud dengan ibadah Bait Allah.

Kemudian anak-anak Yerahmeel didaftarkan (ayat 25-33 dan 34-41). Elisama menjadi fokus perhatian (ayat 41) karena leluhurnya adalah seorang Mesir (ayat 34). Apakah dia dan keturunannya juga bagian umat Allah? Penulis Tawarikh menunjukkan bahwa ia dan keturunannya sah sebagai bangsa Israel yang bersaudara dekat dengan dinasti Daud. Keturunan Kaleb untuk kedua kalinya dicatat (ayat 42-55). Ada 2 penekanan di sini: [1] Penyebutan Zif, Maresa, dan Hebron, wilayah-wilayah di luar komunitas pascapembuangan, memberikan harapan pemulihan wilayah bangsa Israel, [2] Penyebutan keturunan gundik (ayat 46,48) dan keturunan Keni, orang non-Israel yang masuk ke suku Yehuda, meyakinkan bahwa mereka pun termasuk umat Allah yang dihormati setelah masa pembuangan.

Renungkan: Anda harus taat karena Anda istimewa, bukan hanya istimewa karena taat. Dalam ketaatan, Anda akan diberkati Allah dan menjalani proses penyempurnaan dalam kehendak-Nya.

(0.15) (1Taw 5:1) (sh: Dilupakan namun istimewa (Sabtu, 26 Januari 2002))
Dilupakan namun istimewa

Penulis Tawarikh juga peduli terhadap suku-suku di sebelah timur sungai Yordan. Mereka mudah dilupakan karena: [1] Terpisah secara geografis (Yos. 1:12-15), [2] Telah ditaklukkan oleh Hazael dari Siria tahun 837/6 sM (ayat 2Raj. 10:32-33) sehingga peranannya dalam kehidupan nasional berkurang, dan [3] Dibuang 12 tahun lebih awal (ayat 734 sM) daripada suku-suku utara (ayat 6, 26).

Ada 4 bagian dalam daftar ini. Pertama, suku Ruben (ayat 1-10). Karena dosanya, Ruben kehilangan berkat ganda untuk Yusuf (ayat 1b-2, Ul. 33:13-17) dan kepemimpinannya dialihkan ke Yehuda. Meskipun demikian, dua kali disebutkan bahwa ia adalah anak sulung (ayat 1) yang harus tetap dihormati. Catatan tentang Tiglath Pileser (Pilneser) III (ayat 745-727 sM) mempermalukan suku Ruben. Namun, ini diimbangi dengan penyebutan daerah-daerah milik mereka dan kemenangan mereka (ayat 8b-10, lih. Mzm. 83:7). Kedua, suku Gad (ayat 11-17). Seperti Ruben, Gad hanya sedikit berperanan dalam sejarah nasional Israel. Karena itu, wilayah-wilayah Gad yang sah disebutkan (ayat 11-12,16). Catatan ini mengacu ke catatan militer kerajaan (ayat 17), menunjukkan bahwa mereka berperanan militer pada waktu pemerintahan Yotam dan Yerobeam (ayat 750 sM).

Ketiga, kemenangan-kemenangan suku-suku seberang sungai Yordan (ayat 18-22). Kekuatan yang dahsyat melawan mereka (ayat 19). Mereka berseru dan percaya kepada Allah dan Ia memberikan kemenangan besar (ayat 20-22). Seperti Yehuda, mereka juga dapat sukses dalam peperangan. Mereka pun umat Allah. Keempat, setengah suku Manasye (ayat 23-26). Banyaknya keturunan Manasye (ayat 23) menunjukkan bahwa mereka diberkati Allah. Sebagai kontras dengan ayat 18-22, Ayat 24-26 mencatat kekalahan suku Manasye karena ketidaksetiaan mereka dalam perjanjian dengan Allah (ayat 25, lih. 2Raja 17:6-23). Mereka jatuh ke tangan orang asing (ayat 26). Namun, mereka tidak dihancurkan sepenuhnya, dan penulis Tawarikh ingin mereka kembali berharap untuk pemulihan. Dalam 4:24-5:26, suku-suku yang mudah dilupakan kembali dibela keberadaannya. Tanpa mereka, pemulihan tidaklah lengkap.

Renungkan: Anda adalah bagian yang amat penting dalam gereja Tuhan. Terimalah pemulihan dari Allah dan layanilah Dia bersama-sama dengan umat-Nya dalam kesetiaan dan rasa syukur!

(0.15) (1Taw 6:31) (sh: Imam yang istimewa (Senin, 28 Januari 2002))
Imam yang istimewa

Selain kaum Lewi yang biasa (ayat 16-30), ada pula kaum Lewi sebagai para penyanyi (ayat 31-47). Perikop ini mendaftarkan orang-orang yang ditugasi untuk urusan musik (ayat 31). Artinya kaum Lewi tidak hanya bertugas di kemah suci, tetapi juga dalam Bait Allah di Yerusalem (ayat 32). Peraturan-peraturan ini didasarkan atas kedaulatan Daud dan Salomo, raja-raja yang dikagumi penulis Tawarikh. Para musisi dipilih dari setiap keturunan: dari bani Kehat (ayat 33-38), dari bani Gerson (ayat 39-43), dan dari bani Merari (ayat 44-47). Penjabaran panjang-lebar tentang para musisi ini membuat banyak orang menduga bahwa penulis Tawarikh sendiri adalah seorang musisi Lewi. Namun, hal itu tidak pasti. Mungkin ia hanya ingin menyelesaikan perselisihan di antara kaum Lewi pada masanya (lih. Neh. 7:43-44; 10:9-13,28-29; 11: 15-18; 12:24-47).

Tugas-tugas untuk keturunan Harun lalu dijabarkan. Jika imam besar hanya datang dari keturunan Zadok, semua keturunan Harun melayani sebagai imam-imam. Ada 2 bagian di sini. Pertama, tanggung jawab keimaman (ayat 48-49). Jika orang-orang Lewi yang lain diserahkan tugas untuk mengurus kemah suci (ayat 48), keturunan Harun diberi tanggung jawab khusus dalam tugas yang berkaitan dengan ibadah Israel. Mereka membakar kurban dan ukupan (Im. 1; 6:8-13; 16:13-16). Mereka juga mengadakan pendamaian bagi orang Israel sesuai dengan perintah Musa.

Kedua, kepemimpinan imam (ayat 48-53). Dengan ditetapkannya tugas-tugas kaum Lewi dan para imam, penulis Tawarikh menunjukkan keluarga mana yang menurunkan imam-imam besar yang membawahi anak-anak Harun lainnya. Penulis Tawarikh memberikan silsilah imam besar secara singkat dari Harun ke Zadok dan anaknya Ahimaas (ayat 50-53). Daftar ini diluaskan sampai ke zaman Daud (ayat 16-30). Yosua, imam besar yang berjuang bersama Zerubabel, merupakan salah satu keturunan dari garis ini. Seperti nabi Yehezkiel dan nabi Zakharia, penulis Tawarikh mengakui bahwa garis keturunan keimaman Zadok adalah satu-satunya yang sah untuk jabatan imam besar Israel pada periode setelah pembuangan.

Renungkan: Tidak semua orang dipanggil untuk menjadi pemimpin di dalam pelayanan umat Tuhan. Bila Anda tidak dipanggil untuk menjadi pemimpin, dukunglah para pemimpin Anda demi Allah!

(0.15) (1Taw 7:1) (sh: Sumbangan yang istimewa (Rabu, 30 Januari 2002))
Sumbangan yang istimewa

Kini dijabarkan 6 suku lainnya yang mudah dilupakan orang. Pertama-tama suku Isakhar didaftarkan (ayat 1-5). Daftar ini memfokuskan pada 4 anak laki-laki Isakhar (ayat 1-4) dan ditutup dengan saudara-saudara lainnya (ayat 5). Penyebutan banyaknya isteri dan anak (ayat 4) menunjukkan bahwa mereka diberkati sebagai umat Allah. Masalah militer menonjol di sini. Dalam setiap keturunan ada tentara-tentara (ayat 2,4-5). Suku Isakhar akan memperkokoh tentara Israel bila musuh menyerbu. Selanjutnya suku Benyamin (ayat 6-12). Daftar yang lebih lengkap ada di pasal 8. Daftar pendek dimunculkan untuk menyoroti kekuatan militer. Suku Benyamin sangat berharga dalam bidang pertahanan.

Lalu suku Naftali (ayat 13). Naftali adalah anak Yakub dari Bilha, gundiknya. Ini dapat menggoyahkan status Naftali sebagai umat Allah. Di sini ditegaskan bahwa keturunan Naftali sah sebagai umat Allah. Menyusul suku Manasye (ayat 14-19). Silsilah di sini adalah untuk suku Manasye yang berada di sebelah Barat sungai Yordan (bdk. 5:18,23 -- untuk yang di sebelah Timur). Ada penyebutan perempuan sebanyak 5 kali: gundik dari Aram (ayat 14), Maakha (ayat 15), anak-anak perempuan Zelafead (ayat 15b), isteri Makhir -- Maakha (ayat 16), dan Molekhet (ayat 18). Anak-anak Zelafead mendapatkan warisan berdasarkan hukum Musa yang khusus diberikan bagi keluarga tanpa anak laki-laki (Bil. 36:1-12). Dengan penyebutan ini, peraturan Musa tetap berlaku bagi komunitas pascapembuangan. Para wanita pun adalah bagian umat Allah yang berharga.

Menyusul disebutkan suku Efraim (ayat 20-29). Perhatian difokuskan kepada Yosua bin Nun sebagai pemimpin militer (ayat 27). Suku Efraim juga akan mendukung pertahanan militer umat Tuhan. Daftar kediaman kaum Efraim (ayat 21b-24,28-29) menunjukkan bahwa Allah memberkati mereka dan memberikan harapan akan pemulihan wilayah. Akhirnya, suku Asyer (ayat 30-40). Daftar terdiri dari: [1] Empat anak Asyer (ayat 30), [2] Keturunan Beria (ayat 31-39), dan [3] Informasi militer (ayat 40). Ada 2 tujuan: [1] Silsilah Beria yang panjang bisa merupakan pemastian status keturunan ini, [2] Informasi militer menunjukkan bahwa mereka diperlukan dalam pemulihan.

Renungkan: Selain memiliki hak, Anda juga memiliki tanggung jawab sebagai umat Tuhan. Berikanlah yang terbaik yang dapat Anda berikan untuk pembangunan umat Tuhan. Berkaryalah!

(0.15) (Est 9:1) (sh: Tuhan di balik penghukuman (Jumat, 29 Juni 2001))
Tuhan di balik penghukuman

Kisah ini merupakan suatu kisah yang mengerikan, penuh dengan darah dan pembunuhan. Jumlah musuh orang Yahudi yang terbunuh dalam benteng Susan pada hari pertama 500 jiwa (6) dan pada hari kedua bertambah sebanyak 300 jiwa (15). Sedangkan di daerah kerajaan yang lain tercatat 75.000 jiwa (16).

Mengapa Tuhan mengizinkan pembantaian seperti ini? Apa yang sesungguhnya terjadi? Untuk dapat menjawab hal ini marilah kita memperhatikan pengulangan kata berikut: "memukulnya dengan pedang", "membunuh", "dibunuh", "terbunuh" (5, 6, 10, 11, 12, 15, 16) yang juga memiliki konotasi penghukuman Tuhan atas musuh- musuh-Nya seperti terdapat dalam Kel. 13:15 "Tuhan membunuh semua anak-anak sulung di Mesir". Bagian ini menegaskan kepada kita bahwa sebagaimana Tuhan dulu membunuh anak-anak sulung Mesir (Kel. 13:15), demikian pula pada masa pemerintahan Ahasyweros Ia membunuh orang-orang Amalek -- musuh-Nya melalui tangan orang Yahudi dalam pertempuran yang tak terelakkan lagi. Kisah Ester ini mencatat kisah pengadilan Tuhan, dimana Tuhan Raja segala raja membangkitkan orang-orang Yahudi untuk menjatuhkan hukuman atas orang-orang Amalek.

Bagian ini tidaklah berbicara tentang kejahatan perang dan pelanggaran hak azasi manusia yang diprakarsai Ester dan Mordekhai, tetapi suatu tekad dan kebulatan hati untuk menyelesaikan tanggung jawab yang telah mereka terima. Ester dan Mordekhai mengerti untuk apa mereka ditempatkan pada posisi seperti sekarang ini. Mereka bertanggungjawab untuk menyelesaikan perintah Allah yang diabaikan oleh raja Saul (bdk. 1Sam 15:1-3, 7-9, 17-19). Karena alasan inilah maka orang Yahudi tidak mengulurkan tangan terhadap barang-barang rampasan (10, 15, 16) walaupun hal itu adalah hak mereka yang sah secara hukum Persia (8:11). Orang Yahudi tidak mengulang ketidaksetiaan raja Saul yang mengambil dan tidak membinasakan segala harta milik bangsa Amalek (bdk. 1Sam 15:9, 19).

Renungkan: Apakah Anda memiliki sikap hidup yang takut akan Tuhan dan hidup dalam kebenaran? Jangan anggap enteng pengadilan Tuhan! Kiranya kesadaran akan keadilan dan penghakiman Allah mendorong kita untuk senantiasa mengintrospeksi diri, hidup dalam kebenaran, dan terus- menerus bertekad memperjuangkan keadilan.

(0.15) (Mzm 106:24) (sh: emurahan kekal Allah (ayat 2) (Rabu, 24 April 2002))
emurahan kekal Allah (ayat 2)

Mulai bagian ini, pemazmur merenungkan beberapa pemberontakan yang telah Israel buat yang mempengaruhi perjalanan sejarah mereka seterusnya. Yang pertama diakuinya adalah dosa pemberontakan karena pengaruh sepuluh mata-mata yang tidak beriman (ayat 24-27, bdk. Bil. 14:1-25). Ketakutan dan gerutu mereka membuat Allah memutuskan untuk tidak membawa generasi itu masuk ke tanah perjanjian. Ketakutan dan sungutan tidak lain adalah kenyataan bahwa mereka tidak beriman, dan tanpa iman tak seorang pun dapat mengalami berkat-berkat Tuhan. Meski demikian, seperti halnya dalam peristiwa lembu emas, peristiwa ini pun diakhiri dengan permohonan Musa agar Allah mengampuni mereka berdasarkan kasih setia Allah. Pemazmur melihat juga persamaan antara ketidakberimanan dan akibatnya yang fatal saat itu dengan situasi zaman pembuangan (ayat 27).

Dosa lain akibat ketidakberimanan Israel ialah kemurtadan menyembah Baal sebab terjerat tipu daya Bileam (Bil. 25:1-13). Dosa itu sedemikian parah sebab bukan sekadar menyembah berhala, tetapi menurut mazmur ini mereka terlibat di dalam upacara penyembahan arwah-arwah pada waktu upacara penguburan. Padahal, firman Tuhan secara tegas melarang baik penyembahan berhala maupun arwah-arwah orang mati (Kel. 20:3-6, Ul. 18:11). Tidak hanya sekali ini mereka menyembah berhala. Bahkan setelah masuk tanah perjanjian pun dosa sinkretisme dan penyembahan berhala mereka lakukan ulang (ayat 34-39, bdk. Bil. 33:50-56), bahkan sampai mengurbankan anak (ayat 37-39). Dosa penyembahan berhala disebut sebagai perzinahan dan membuat umat menjadi najis di hadapan Tuhan (ayat 39), seperti perbuatan melacurkan diri di luar hubungan nikah yang sah. Problem umat Tuhan bukan terutama pada tekanan-tekanan dari luar, tetapi pada ketidaksetiaan di dalam diri mereka sendiri. Mengapa Israel tidak punah akibat hukuman-hukuman Tuhan melalui tekanan dari luar itu? Sebab Tuhan yang menghajar mereka setia kepada janji-janji-Nya dan berkemurahan kekal.

Renungkan: Masalah dosa amat kompleks, mencakup kecenderungan jahat, kenajisan, dan hukuman yang diakibatkannya. Yesus yang bangkit tidak saja menjanjikan pengampunan dosa, tetapi juga pembaruan hidup.



TIP #14: Gunakan Boks Temuan untuk melakukan penyelidikan lebih jauh terhadap kata dan ayat yang Anda cari. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA