Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 43 ayat untuk mempercayakan (0.000 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Luk 20:16) (full: MEMPERCAYAKAN KEBUN ANGGUR ITU KEPADA ORANG LAIN. )

Nas : Luk 20:16

Lihat cat. --> Mat 21:43

[atau ref. Mat 21:43]

mengenai Kerajaan Allah diambil dari Israel.

(1.00) (1Sam 27:6) (jerusalem: Ziklag) Kota itu terletak di perbatasan wilayah orang Filistin di sebelah timur laut Bersyeba. Akhis mempercayakan kota itu kepada Daud, supaya pasukan Daud berlaku sebagai polisi di padang gurun yang berdekatan
(1.00) (Ayb 34:13) (jerusalem: Siapakah mempercayakan...) Jalan pikiran mungkin begini: Allah tidak memimpin alam semesta atas pesan seseorang yang lain: Ia tidak hanya melaksanakan hukum yang ditetapkan orang lain. Sebaliknya, Allah yang mahakuasa sendirilah yang melandaskan tata hukum serta mempertahankannya. Karena itu mustahil Allah melanggar keadilan, entah terdorong oleh kepentingan sendiri entah oleh karena dipaksa orang lain. Bdk Wis 11:20-26; 12:11-18.
(0.75) (Ams 20:22) (full: AKU AKAN MEMBALAS. )

Nas : Ams 20:22

Bila kita dianiaya, kita sendiri tidak boleh membalas dendam (bd. Ul 32:35; Rom 12:19; Ibr 10:30). Sebaliknya, kita harus membawa penderitaan kita kepada Tuhan dan mempercayakan diri kepada Allah kita yang setia (bd. 1Pet 2:23; 4:19). Pada saatnya sendiri Dia akan membalas semua ketidakadilan yang diderita oleh orang benar yang berseru kepada-Nya siang dan malam (Luk 18:7-8).

(0.63) (Im 1:4) (full: MELETAKKAN TANGANNYA KE ATAS KEPALA. )

Nas : Im 1:4

Seorang Israel yang mempersembahkan seekor binatang meletakkan tangannya ke atas binatang itu, yang menunjukkan bahwa ia menyatukan diri dengan binatang yang mewakilinya. Tindakan ini mengungkapkan ide penggantian (bd. Im 16:21-22; 24:14). Ketika binatang itu mati, seakan-akan orang yang mempersembahkannya juga ikut mati, namun juga tetap hidup untuk melayani Allah. Demikian pula, orang Kristen mempercayakan diri kepada Kristus dan menjadi satu dalam kematian-Nya (Rom 6:3-11; bd. 2Kor 5:21; Ibr 9:14). Dengan demikian mereka dipanggil untuk hidup sebagai umat yang bangkit dari kematian dan mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup kepada Allah (Rom 12:1; Ibr 13:15).

(0.63) (Bil 12:3) (full: MUSA ... LEMBUT HATINYA )

Nas : Bil 12:3

(versi Inggris NIV -- rendah hati). Acuan kepada Musa selaku orang yang paling lembut hati di muka bumi rupanya merupakan pernyataan sisipan yang ditambahkan Yosua setelah kematian Musa. Kerendahan hati Musa terletak dalam kepercayaan-Nya kepada Allah selaku Tuhan, sehingga ia bebas dari sifat mementingkan diri dan ambisi yang fasik. Ketika ditantang atau diancam, Musa bersandar kepada Allah dan mempercayai bahwa Ia akan menolong dan melindungi dirinya. Alkitab memastikan bahwa Allah senang membantu orang yang rendah hati (Mazm 22:27; 25:9; 147:6; 149:4; Mat 5:5; 1Pet 5:6). Yesus, seorang nabi seperti Musa (Kis 7:37), juga lembut dan rendah hati (Mat 11:29), dan Ia juga mempercayakan diri kepada Allah ketika dianiaya (1Pet 2:23).

(0.63) (Yes 40:31) (full: YANG MENANTI-NANTIKAN TUHAN MENDAPAT KEKUATAN BARU. )

Nas : Yes 40:31

Berharap kepada Tuhan ialah mempercayakan sepenuhnya kehidupan kita kepada-Nya; hal itu meliputi juga memandang Dia sebagai sumber pertolongan dan kasih karunia ketika diperlukan (bd. Mazm 25:3-5; 27:14; Luk 2:25,36-38). Orang yang berharap kepada Tuhan dijanjikan:

  1. (1) kekuatan Allah untuk menyegarkan mereka di tengah-tengah kelelahan dan kelemahan, penderitaan dan pencobaan;
  2. (2) kemampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan mereka bagaikan rajawali yang terbang naik ke langit; dan
  3. (3) kesanggupan untuk berlari secara rohani tanpa merasa lelah dan terus berjalan maju tanpa merasa letih bila Allah menangguhkan pertolongan-Nya. Allah berjanji bahwa jikalau umat-Nya dengan sabar mengandalkan Dia, maka Dia akan memberikan apa pun yang mereka perlukan untuk menopang mereka senantiasa (1Pet 1:5).
(0.63) (Kis 19:10) (jerusalem: dua tahun lamanya) Dalam Kis 20:31 dikatakan: tiga tahun lamanya. Selama waktu ini Paulus menulis surat pertama kepada jemaat di Korintus, surat kepada jemaat-jemaat di Galatia, dan mungkin surat kepada umat di Filipi
(0.62) (2Ptr 1:16) (sh: Berani mengatakan karena menyaksikan (Selasa, 17 Oktober 2000))
Berani mengatakan karena menyaksikan

Menurut ilmu jiwa perkembangan anak, anak usia batita sampai balita belum dapat membedakan antara hitam dan putih, salah dan benar. Artinya, bila mereka melakukan kesalahan maka hal itu dapat dimengerti.

Perkembangan praktik hukum di Indonesia nampaknya memiliki kecenderungan sama seperti anak usia batita - balita. Buktinya, pada beberapa kasus tertentu, yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan. Keputusan tersebut selalu diambil berdasarkan pemaparan bukti oleh saksi. Ada indikasi dalam praktik hukum di Indonesia yaitu bahwa kesaksian seorang saksi tidak lagi memiliki peranan penting tetapi hanya sekadar formalitas yang mengikuti aturan prosedur saja. Artinya, kesaksian bukan lagi ajang untuk mendengar fakta yang menentukan langkah pengambilan keputusan.

Untungnya, jemaat Tuhan saat itu tidak bertindak seperti anak usia batita-balita. Mereka membutuhkan kesaksian sebagai hal yang paling menentukan untuk diterima atau tidaknya sebuah pemberitaan. Dan kesaksian tersebut harus dikisahkan oleh seseorang yang menyaksikan peristiwa tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Petrus tahu bahwa jemaat Tuhan menuntut pembuktian untuk fakta yang dipaparkannya tentang Yesus Kristus. Sebab itu Petrus menyebut dirinya bersama dengan rasul lainnya sebagai saksi hidup terhadap perbuatan ajaib dan mulia Yesus Kristus. Pernyataan ini didukung oleh keberadaan Petrus sebagai murid yang terlibat dalam perjalanan pelayanan Yesus Kristus selama + 3 tahun. Dalam kesaksian ini, Petrus memaparkan bahwa ada dua tiang pancang yang mampu meneguhkan dan mengokohkan kehidupan rohani jemaat Tuhan. Pertama, setiap orang yang berjalan bersama Kristus dan mempercayakan seluruh hidupnya pada pemeliharaan-Nya, niscaya akan menyaksikan dan mengalami hidup dengan Tuhan secara nyata. Kedua, pengalaman-pengalaman yang dialami Petrus dan rasul lainnya merupakan penggenapan firman Allah. Firman itu sendiri adalah wahyu Illahi. Jadi dengan mempercayakan diri seutuhnya kepada kesaksian Alkitab akan Kristus, hidup jemaat Tuhan mengarah pada keteguhan dan kekokohan.

Renungkan: Jangan mudah terpengaruh pada ajaran yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Sebaliknya, percaya dan teguhlah berpegang pada ajaran Kristus, karena telah terbukti kebenarannya.

(0.50) (Kel 23:20) (sh: Janji Allah. (Selasa, 12 Agustus 1997))
Janji Allah.

Janji besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Janji dapat membangkitkan semangat dan meningkatkan mutu kehidupan seseorang, sejauh janji itu bukan janji kosong. Jika janji dari pihak manusia begitu besar pengaruhnya, terlebih janji Tuhan. Allah yang tak pernah mengecewakan itu, berjanji akan menyertakan malaikat, utusan-Nya. Dengan malaikat itu, Ia akan membuat Israel berhasil, menaklukkan bangsa-bangsa; Tuhan juga berjanji akan mencukupkan kebutuhan mereka.

Janji Bersyarat. Janji Tuhan bersyarat. Janji itu hanya akan dialami bila syarat-syaratnya ditaati oleh bangsa Israel. Syarat yang Tuhan berikan itu tidak berat sebab wajar sifatnya. Bila orang benarbenar mempercayakan diri pada Tuhan, bukankah semua kepercayaan palsu tidak lagi diperlukan? Permintaan agar Israel menghancurkan berhala-berhala bangsa kafir dan menyembah Allah saja, adalah wajar. Justru hal itu menunjukkan kasih setia Allah yang penuh untuk umat-Nya.

Renungkan: Kasih dan janji Allah hanya layak diterima oleh orang yang sebulat hati berserah kepada-Nya.

Doa: Bongkarlah segala bentuk kepercayaan palsu yang mungkin masih mengelabui hatiku, ya Tuhan.

(0.50) (Kel 29:1) (sh: Imam bagi Allah. (Kamis, 21 Agustus 1997))
Imam bagi Allah.

Pentahbisan Harun dan anak-anaknya menjadi imam dilakukan dalam upacara penting. Dimulai dengan pemberitahuan tentang apa saja yang perlu dipersiapkan (ayat 1-3), lalu masuk ke dalam intinya: pembasuhan, penggunaan pakaian imam, pengurapan dengan minyak dan pengudusan. Sebelum bertugas mereka perlu dikuduskan terlebih dahulu. Ini dilambangkan dengan mengoleskan darah hewan korban pada cuping telinga kanan, ibu jari tangan dan kaki kanan Harun dan anak-anaknya. Upacara rumit itu menunjukkan betapa mulianya jabatan dan peran imam. Merekalah yang mempersembahkan korban, menaikkan doa syafaat dan menyampaikan berkat Allah bagi umat.

Mulai bertugas. Setelah ditahbiskan, mulailah mereka menjalankan tugas sebagai pengantara umat dan Tuhan. Bila umat mempersembahkan korban, imam meletakkan tangan di atas kepala hewan korban, sebagai lambang imam menanggungkan dosa umat kepada korban itu untuk mendapatkan pengampunan dari Allah. Kita bersyukur bahwa Kristus adalah Imam Besar kita. Ia sudah membuka jalan bagi kita kepada Allah melalui korban diri-Nya sendiri. Ia juga kini mempercayakan keimamatan kepada semua orang beriman (2:9-10">1Ptr. 2:9-10).

(0.50) (2Sam 22:1) (sh: Ketika diambang maut. (Jumat, 17 Juli 1998))
Ketika diambang maut.

Perjalanan hidup Daud bagaikan berjalan ditepi jurang maut. Beberapa kali nyawanya terancam. Betapa tak enaknya kehilangan rasa aman seperti itu. Mengapa Tuhan tak memberikan jalan mudah baginya Bukankah Daud mengemban tugas dari Tuhan? Pertanyaan seperti itu mungkin tak akan pernah terjawab. Tetapi Daud tetap berseru kepada Tuhan. Hal ini mengungkapkan dua dimensi iman: percaya tetapi juga mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pernyataan ini mungkin sudah sedemikian sering kita dengar, namun tak mudah bukan? Kita sering terlalu yakin bahwa Tuhan akan mampu melindungi kita, lalu kita mencari jalan keluar dengan cara kita sendiri. Tak sepenuhnya bergantung kepada Tuhan.

Semakin kenal semakin mantap. Semakin berat perjalanan, semakin bertubi-tubi penderitaan. Hal ini membuat Daud semakin yakin bahwa sesungguhnya hanya Tuhan yang membuatnya bertahan. "Tuhan adalah sandaran bagiku", begitulah ungkapan imannya. Bila Tuhan mengizinkan ada kerikil-kerikil tajam di perjalanan hidup kita, tak lain agar kita makin erat menyerahkan tangan kita dalam genggaman tangan Tuhan supaya langkah ini tidak tergelincir.

Doa: Tolonglah kami terus memandang Engkau ditengah kekelaman hidup sekalipun

(0.50) (Mzm 55:1) (sh: Tempat berbagi perasaan. (Rabu, 04 Maret 1998))
Tempat berbagi perasaan.

Hidup ini sarat dengan berbagai masalah. Di bagian awal, Pemazmur mengungkapkan bahwa ada fakta yang tak dapat manusia sangkal, yaitu manusia tidak berdaya menghadapi dan mengatasi sendiri berbagai masalah dalam hidup ini (ayat 55:1-8" context="true" vsf="TB">2-9). Dalam kehidupan iman ada tempat untuk mengungkapkan tawa dan tangis, tabah dan takut, kasih dan kecewa. Tuhan menciptakan manusia dengan perasaan. Itulah sebabnya Tuhan bersedia mengerti berbagai perasaan manusia yang timbul dalam beragam perjalanan pengalaman hidup.

Keputusan Allah. Dalam ayat 55:9-15" context="true" vsf="TB">10-16, tampak bahwa Daud memohon agar Tuhan membalas musuh-musuhnya. Apa alasan Daud menaikkan permohonan tersebut dalam doanya? Kemarahan dan keinginan Daud untuk menegakkan kebenaran! Dalam ayat selanjutnya menjadi jelas, bahwa Daud tidak memaksakan kehendaknya tetapi menyerahkan masalahnya kepada Tuhan (ayat 55:22" context="true" vsf="TB">23). Pada langkah ini, kita sering berbeda dari Daud. Kita harus meneladani sikap doa Daud, berdoa bukan atas dasar keinginan menghakimi sendiri tetapi mempercayakan setiap masalah dan pergumulan hidup kepada Hakim yang berhak menghakimi dan adil.

Doa: Ya Yesus, Engkaulah curahan hati kami di saat duka.

(0.50) (Mzm 69:1) (sh: Orang benar pun mengalami kesesakan? (Sabtu, 2 Mei 1998))
Orang benar pun mengalami kesesakan?

Jika kita mendengar kesaksian tentang Kristen yang mengalami kebaikan Tuhan, kita tidak saja bersyukur. Hati kecil kita berbisik, bukankah sepatutnya itu merupakan pengalaman semua orang beriman? Nyatanya tidak demikian! Bukan saja berbagai kesulitan hidup harus tetap dialami orang beriman, gelombang aniaya pun semakin dahsyat menghempas dan ingin menghancurkan umat beriman. Pengalaman kita di Indonesia kini, juga adalah pengalaman umat beriman lain di banyak tempat lain bahkan juga yang disaksikan pemazmur (ayat 69:1-4" context="true" vsf="TB">1-5). Derita itu terjadi justru karena ia sungguh mencintai Tuhan (ayat 69:9" context="true" vsf="TB">10).

Kesesakan menimbulkan tahan uji. Kesesakan tidak selalu buruk untuk kita. Kesesakan memiliki dimensi tersendiri. Kesesakan dapat menempa orang beriman: dilatih tegar, belajar mempercayakan diri kepada Tuhan, terbentuk tahan uji. Di dalam proses sulit itulah, terjadi pembentukan proses kemuridan. Kristen diajar berdoa, menilai dunia dengan pertimbangan yang benar, realistis tentang dunia ini, serius membenci dosa dan kejahatan, dan pusat dari semua pembentukan itu ialah didesak untuk sungguh kenal Tuhan yang diimaninya.

Renungkan: Ketika gelap derita mencekam, itulah saat untuk menatap dalam cahaya wajah Allah.

Doa: Ya Roh Kudus, apakah maksudMu dalam deritaku?

(0.50) (Yes 10:5) (sh: Bangsa yang sombong pasti dihukum Allah. (Selasa, 29 September 1998))
Bangsa yang sombong pasti dihukum Allah.

Pada perikop hari ini kesombongan bangsa Asyur dikecam keras. Bangsa adikuasa itu dipakai Allah untuk menghukum kesombongan umat-Nya (ayat 5, 6, 15). Akan tetapi, Asyur bertindak melampaui maksud Allah, yang dengan angkuh bermaksud memusnahkan umat-Nya (ayat 7-11, 13-14). Kekuatan militernya memang dahsyat (ayat 8-10), tetapi Asyur melupakan satu hal yaitu bahwa mereka adalah alat dalam rencana Allah. Kehebatan bahkan kelanggengan mereka tergantung pada sejauh mana mereka tahu batas dan tugas mereka.

Tanggungjawab seorang pemimpin. Raja Asyur adalah orang yang paling bertanggungjawab atas sikap Asyur yang bermaksud melampaui rencana dan maksud Allah. Bagaimanapun, sikap suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh sikap pemimpinnya. Karena itu raja Asyur yang sombong dan tinggi hati secara khusus juga akan menerima ganjaran dari Allah (ayat 12-14). Tidak seorang pemimpin pun di bumi ini yang dapat mengelakkan diri dari tanggungjawab. Karena itu sudah seharusnya setiap pemimpin bangsa maupun pemimpin gereja sepenuhnya tunduk pada kuasa rencana dan kehendak Allah.

Doakan: Untuk para pemimpin bangsa kita.

Renungkan: Bangsa kita termasuk salah satu bangsa yang besar. Pemimpin bangsa ini perlu belajar dari nubuat Yesaya ini, agar tidak membesarkan diri tunduk dan takut kepada Allah saja. Karena itu jangan sia-siakan kesempatan untuk menikmatinya, dengan mempercayakan hidup saudara kepada-Nya. Bila belum, tidak heran bila Anda tak bergairah bersaksi. Karena itu

(0.50) (Mat 6:9) (sh: Doa yang benar. (Selasa, 6 Januari 1998))
Doa yang benar.

Doa Bapa Kami bukan sekadar hafalan. Tuhan Yesus mengajarkan doa ini agar nafas, semangat dan prinsip di dalamnya ditaati. Semua orang yang berdoa harus sungguh menyadari siapa dirinya dan siapa Tuhan. Sebagai ciptaan berdosa, kita menggantungkan diri kepada sifat-sifat agung Allah. Sebagai orang yang telah diampuni dan diperdamaikan Kristus, kita mempercayakan diri penuh kepada-Nya. Di dalam tekad meninggikan Allah dan menyaksikan Kerajaan-Nya terwujud di bumi inilah seharusnya seluruh kebutuhan rohani dan jasmani kita kita pertaruhkan kepada Tuhan Allah.

Hidup Kristiani. Doa Bapa Kami memadukan: Pertama sikap tidak egois. Allah bukan milik dirinya sendiri, tetapi Allah dari semua orang beriman. Yang jadi bukanlah pemerintahan manusia, sebab Allah berdaulat penuh di surga dan di bumi. Kedua, arah hidup ke masa depan (ayat 9,10). Ketiga, kebutuhan manusia, seperti pengampunan dosa, bimbingan agar dijauhkan dari semua pencobaan yang menjatuhkan pada kejahatan, dan kebutuhan hidup sehari-hari.

Renungkan: Gereja dan orang beriman yang berdoa menempatkan diri di dalam arus tak terbendungkan dari pewujudan kehendak dan Kerajaan Allah.

Doa: Mampukan kami memenuhi seluruh elemen doa Bapa kami, ya Bapa dalam Kristus Yesus.

(0.50) (Mat 27:57) (sh: Yesus dikuburkan. (Sabtu, 11 April 1998))
Yesus dikuburkan.

Menurut adat Yahudi, orang mati harus segera dikuburkan. Tetapi kebiasaan penjajah Roma terhadap orang yang dihukum sebagai penjahat berbeda. Mayat dibiarkan tergantung sebagai tontonan sampai membusuk. Sadar bahwa Yesus tidak bersalah, Pilatus mengijinkan Yusuf dari Arimatea untuk menguburkan mayat Yesus. Yusuf Arimatea menguburkan mayat Yesus di kubur (hanya orang kaya memiliki kubur), sesuai nubuat Yesaya (ayat 53:9). Berbagai peristiwa di sekitar penguburan ini membuktikan bahwa Yesus sungguh sudah mati, sesuai rencana Allah untuk-Nya.

Siapa yang sesat? Orang Yahudi menyebut Yesus penyesat. Sampai Yesus sudah mati pun, pengaruh-Nya masih dikuatirkan. Mereka pernah mendengar ucapan Yesus sendiri bahwa Ia akan menderita sengsara, mati disalibkan dan pada hari yang ketiga akan bangkit kembali. Mereka mengingat ucapan Yesus itu dan memohon agar kubur-Nya disegel dan dijaga oleh para pengawal. Sungguh menyedihkan! Ia sudah mati namun dikuatirkan bahwa ucapan-Nya benar. Bila ucapan-Nya terjadi, bukankah terbukti bahwa Ia benar di mata Allah? Bukankah bila demikian mereka harus percaya?

Renungkan: Percaya tidaknya orang kepada Yesus, tampak dari apakah ia mempercayakan hidup kepada-Nya atau tidak.

(0.50) (Luk 1:26) (sh: Ada apa dengan Maria? (Minggu, 22 Desember 2002))
Ada apa dengan Maria?

Jawabannya jelas: begitu banyak hal-hal yang besar. Pertama, bertemu dengan malaikat Gabriel bukanlah kejadian yang biasa dialami seorang Yahudi, apalagi seorang wanita. Kedua, mendengar berita yang disampaikan Gabriel, bahwa ia akan mengandung. Pertanyaan spontan Maria pada ayat 34 menunjukkan keterkejutannya karena dirinya dikatakan akan mengandung sebelum menikah dan hidup serumah dengan Yusuf, tunangannya (lih. 3:5). Maria memikirkan akibat sosial yang akan dialaminya karena peristiwa itu (bdk. 1:48a). Sudut pandang Lukas dari pihak Maria ini (kontras dengan Matius yang melihatnya dari sisi Yusuf) mengajak kita untuk merenungkan sikap Maria dalam menghadapi rencana Allah yang begitu mengejutkan ini. Jika dibandingkan dengan kisah sebelumnya, mungkin kita bertanya: mengapa Maria tidak menerima hukuman seperti Zakharia karena mempertanyakan pemberitaan Gabriel. Jawabannya sederhana, orang lanjut usia dikaruniai anak bukanlah hal yang baru dalam sejarah bangsa Yahudi (ingat Abraham dan Sara), sementara kelahiran dari seorang perawan tanpa keterlibatan seorang laki-laki belum pernah terjadi. Tetapi, setelah penjelasan Gabriel, kita melihat justru tekad dan keberserahan Maria untuk menerima kehendak dan rencana Allah yang disampaikan melalui Gabriel (ayat 38). Teladan yang kita dapatkan dari Maria adalah, kerelaannya untuk mempercayakan perjalanan hidupnya kepada rencana Allah, betapapun drastisnya rencana itu menyebabkan perubahan dalam hidupnya.

Renungkan:
Teladanilah Maria yang dalam tiap situasi apa pun—meski sulit, berkata: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut kehendak-Nya"

(0.50) (Yoh 12:20) (sh: Semua datang kepada-Nya (Jumat, 26 Februari 1999))
Semua datang kepada-Nya

Kehadiran orang-orang Yunani, yang semula menolak Yesus, ternyata tidak mengganggu sukacita dan kegirangan yang telah tercipta. Bahkan para murid yang biasanya emosional, kali ini bersikap wajar. Justru kedatangan mereka melihat Yesus dan kemudian bergabung bersama-sama orang Yahudi yang juga percaya kepada Kristus, dianggap Yesus Kristus sebagai waktu yang paling tepat untuk mengabarkan berita kematian-Nya. Ketika semuanya datang kepada-Nya, ketika itu pula semua terlibat mendengarkan berita penggenapan rencana Allah dalam diri-Nya.

Waktunya sudah dekat. Mengapa Yesus tidak gentar menghadapi kematian-Nya meski Ia tahu bahwa waktunya sudah dekat? Pertama, Yesus mempercayakan diri kepada Allah dan menyadari bahwa tujuan kematian-Nya adalah untuk kepentingan keselamatan umat manusia (27). Kedua, melalui kematian-Nya hubungan manusia dan Allah dipulihkan. Peristiwa inilah yang nantinya akan menjadi puncak perwujudan rencana agung Allah.

Renungkan: Persiapkan diri Anda menyongsong waktu-Nya!

Doa: Tuhan, berikanlah kami kekuatan untuk selalu bergantung dan percaya kepada-Mu, walaupun kami berada dalam ketakutan dan situasi yang tidak pasti.

(0.50) (Kis 14:21) (sh: Menabur kemudian memelihara (Rabu, 23 Juni 1999))
Menabur kemudian memelihara

Penderitaan dan penganiayaan tak dapat dielakkan oleh Paulus dan Barnabas dalam perjuangan memberitakan Injil. Namun, perjuangan tersebut membuahkan hasil yang menggembirakan. Penganiayaan dan penderitaan itu justru berakibat pada perkembangan jumlah penerima Injil di daerah-daerah yang dijangkau. Allah tetap berkarya di balik pelayanan Paulus dan Barnabas. Satu hal penting yang dilakukan Paulus dan Barnabas adalah tetap memelihara pertumbuhan Injil dalam kehidupan jemaat. Untuk itu mereka menetapkan penatua-penatua dan bagi jemaat yang masih muda mereka terus memberikan kekuatan dan nasihat agar dapat memahami dan berani menghadapi risiko hidup sebagai murid Kristus.

Penatua, jabatan anugerah Tuhan. Paulus dan Barnabas menetapkan tugas para penatua di tengah jemaat. Di antaranya, memelihara, memimpin, mengatur jemaat, dan menjaga kemurnian ajaran Injil. Tugas ini memang berat, karena itu dibutuhkan kematangan dan kedewasaan iman untuk memegang jabatan ini. Tidaklah tepat apabila tugas ini menjadi ajang menaikkan gengsi atau kedudukan di tengah jemaat. Bila Allah memilih kita berarti Allah mempercayakan pemeliharaan dan keutuhan kesatuan umat di tangan kita. Pertanggungjawabkanlah tugas itu sebaik-baiknya demi kemuliaan dan kesatuan jemaat-Nya.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA