Jika pergumulan terbesar jiwa untuk menentukan tujuannya yang kekal harus diperjuangkan sendiri, bagaimana kita harus menganggap pertobatan orang-orang yang terjadi pada saat kebaktian-kebaktian kebangunan rohani yang dihadiri orang banyak?

Kita tidak dapat membatasi pekerjaan Roh Kudus, sebagaimana kita tidak dapat membatasi kemurahan Allah. Dalam banyak contoh, tidak diragukan pengakuan akan Kristus di depan umum pada suatu kebangunan rohani merupakan buah dari pergumulan secara diam-diam, yang mungkin terjadi dalam kesenyapan. Paulus misalnya, memiliki pengalaman ganda seperti itu. Sesudah Kristus menyatakan diri kepadanya di jalan menuju ke Damsyik, dia pergi menyendiri selama semusim ke Arab. Di sana dia mengalami keyakinan dan pertobatan yang nyata; tetapi dia perlu mengasingkan diri di padang gurun agar bisa bersekutu dengan Allah dan menyesuaikan kehidupannya yang akan datang dengan keadaan kerohanian yang baru. Dengan cara yang sama, sesudah Musa menerima panggilannya melalui penyataan Allah di hadapan semak yang menyala, dia berusaha pergi ke padang gurun untuk bersekutu dengan Allah. Demikian juga orang-orang yang bertobat pada zaman modern mengasingkan diri dan bersekutu dengan Allah, satu-satunya jalan yang memuaskan untuk mendapatkan tujuan rohaninya yang baru. Selalu ada satu bagian - umumnya bagian pokok - dari pergumulan penting yang harus dihadapi sendiri. Melalui keadaan paling sulit, kita berusaha menyendiri dan untuk bersekutu dengan Allah, di mana tidak ada orang yang mengetahui kita berjuang sendiri, dan Allah memberikan kemenangan. Kita tidak dapat mengukur (menilai) pekerjaan Roh Kudus dengan aturan-aturan manusia; Ia akan pergi ke mana dia diutus. Apakah dalam persekutuan di gereja atau di jalan, di gerbong kereta api atau dalam suasana yang pribadi di rumah kita, panah keyakinan menemukan kita di mana pun kita berada. Itu mungkin terjadi setelah pergumulan panjang dan keras, atau cobaan berat bagi jiwa kita sesudah pertobatan. Karenanya kita tidak berhak menganggap bahwa pertobatan jiwa-jiwa dalam kebangunan rohani besar bukan merupakan pekerjaan Roh Kudus. Sering kali orang yang mencari Tuhan dikelilingi oleh orang-orang lain, namun dalam roh dia sendirian bersama Allah. Dunia sendiri mungkin tidak mengetahui apa-apa tentang awal pergumulan itu atau apakah pergumulan itu masih berlangsung. Selain itu, pengalaman masing-masing orang berbeda. Beberapa orang sanggup melalui pergumulan itu dengan mudah, sementara yang lain mengalami pergumulan lebih panjang. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh temperamen atau sebab-sebab lain. Tetapi, pada semua kasus dapat ditegaskan bahwa ada satu masa krisis, ketika jiwa itu mencari Allah dalam kesunyian, dan pada saat itulah dia menerima kekuatan dan keyakinan yang paling besar. Perkara paling penting dalam pengalaman kebangunan rohani ialah tercapainya titik balik, ketika jiwa membuat keputusannya. Walaupun mungkin merupakan perbuatan sesaat, ini diperdalam dan diperkuat oleh kesempatan untuk mengasingkan diri secara rohani sesudah jiwa yang bersangkutan bertobat. Kita tidak mungkin pergi ke padang gurun, tetapi banyak orang Kristen pada masa-masa tertentu memilih kesempatan untuk mengasingkan diri secara rohani. Dari sana mereka muncul kembali dengan iman lebih kuat serta lebih dalam dan lebih diperlengkapi untuk menjalani kehidupan yang berguna dan yang rohani.




Artikel yang terkait dengan Matius:


TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.02 detik
dipersembahkan oleh YLSA