Apakah mungkin seseorang dalam zaman Injil yang tidak percaya Kristus, dapat diselamatkan?

Kita tidak dapat membatasi kemurahan dan kuasa pengampunan Allah. Pada semua zaman dan dalam setiap bangsa Allah telah membangkitkan saksi-saksi bagi diri-Nya. Jika pertanyaan itu merujuk pada orang, yang hidup pada zaman Injil dan telah mendengar kabar keselamatan, namun secara sadar mengabaikan atau menolaknya maka kita mungkin mempunyai kesangsian yang masuk akal, walaupun dalam hal tersebut kita tidak boleh menghakimi; tetapi jika dia ada di bagian dunia yang masih berada dalam kekafiran yang gelap, maka persoalannya jadi berbeda. Menyangkal kemungkinan keselamatan bagi orang kafir yang belum pernah mendengar berita Injil adalah bertentangan dengan roh Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama. Ajaran-ajaran Kristen mula-mula berpendapat bahwa Roh Kudus menggunakan pengaruh kepada orang yang tidak diinjili dengan memakai alat penalaran, dan orang-orang yang hidup suci dan benar di hadapan Allah bisa dipanggil, dibenarkan dan diselamatkan. Yustinus Martir, Klement, dan kemudian Zwingli, mengajarkan doktrin ini, dan percaya bahwa orang yang bermoral dan yang suci di antara bangsa kafir bisa diterima demi karya pendamaian yang sempurna dari Kristus. Ayub adalah orang Arab, seorang dari bangsa kafir; namun dia dikemukakan memiliki integritas yang sempurna dan dilindungi serta diberkati secara ilahi. Lihat sikap Paulus dalam Roma 2:14, 26, 27, yang berpendapat bahwa orang-orang yang tidak berada di bawah hukum (Kristus) bisa menjadi hukum bagi diri mereka sendiri.




Artikel yang terkait dengan Matius:


TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.02 detik
dipersembahkan oleh YLSA