Apakah bencana-bencana seperti kebakaran-kebakaran besar, badai, air bah dan kehancuran merupakan hukuman dari Allah?

Walaupun semua pengalaman manusia dan penyataan ilahi mengajarkan kepada kita bahwa Allah menghukum orang-orang fasik yang tidak bertobat dan berpaling kepada Dia, kita tidak dibenarkan menganggap musibah-musibah yang disebutkan tadi menurut pengertian apa pun termasuk dalam kategori ini. Sesungguhnya, Kristus secara jelas mencela kesimpulan seperti itu, ketika dia berbicara mengenai penganiayaan orang-orang Galilea dan bencana di dekat Siloam (Luk. 13:1-4). Alam mempunyai hukum-hukumnya sendiri yang diatur secara ilahi; dan dunia berputar menurut ketaatan pada hukum-hukum ini. Hikmat yang lebih besar akan mengajar kita untuk tidak hidup dikendalikan oleh keadaan-keadaan sekitar (lokal) yang jelas mudah tertimpa banjir atau tanah longsor, dan membangun menggunakan material dan cara di mana risiko kebakaran dapat dikurangi. Pada sebagian besar kasus, bagaimanapun, kemampuan manusia untuk memperkirakan keadaan masa depan tampaknya tidak berdaya menghindar dari kejadian-kejadian seperti itu, dan kita harus puas untuk menganggap peristiwa-peristiwa itu sebagai akibat dari hukum-hukum alam, di mana baik orang benar maupun orang fasik harus tunduk, sebagaimana Tuhan "menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar" (Mat. 5:45). Ada kejadian-kejadian, seperti dalam kecelakaan kereta api, di mana orang baik tewas sebagai korban, sedangkan orang jahat luput daripadanya. Orang Kristen tidak boleh mengharapkan kebal terhadap luka-luka (kerugian) dan kecelakaan. Dan jika orang jahat luput dari malapetaka, maka dia tidak boleh menarik kesimpulan bahwa Allah tidak peduli terhadap kejahatan mereka. Allah mengharapkan kita mempercayai Dia dan menunggu waktunya ketika semua rahasia ini akan diterangkan. Sementara itu, seperti dalam kasus Ayub, kita semestinya tidak menambah kejahatan pada kesengsaraan jika kita tergesa-gesa menganggap bahwa orang-orang yang menderita lebih berat tentu telah berbuat dosa lebih besar. Yang sebaliknya sering kali benar, Allah tidak sedang melunaskan (membalaskan) kejahatan orang sekarang dalam dunia ini. Itu akan dilakukan waktu penghakiman. Dengan cara sama, peperangan, kecelakaan, kerusakan, dan sebagainya, mungkin adalah akibat langsung dari kelalaian atau kesalahan manusia, tetapi kita tidak boleh menganggap Allah sebagai penonton yang tidak peduli atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam dunia milikNya ini. Ada satu Tuhan yang terlalu berkuasa, yang mampu mengubah kejahatan menjadi kebaikan, meskipun ada rencana-rencana jahat dari pihak manusia. Kita tidak selalu dapat menjelaskan ini, dan ada ketentuan atau takdir yang kelihatannya misterius, tetapi kita tidak perlu terkejut jika kita tidak mampu mengerti maksud-maksud Allah. Dari apa yang kita ketahui, kita harus menyimpulkan bahwa perkara-perkara yang tidak kita ketahui juga baik dan lebih bijaksana daripada yang dapat kita pahami.




Artikel yang terkait dengan Matius:


TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.02 detik
dipersembahkan oleh YLSA