Mungkinkah ada standar moral tanpa orang mengenal dan mengakui Pribadi yang Mahatinggi?
Bangsa-bangsa yang tidak menerima Injil dihakimi menurut terang yang mereka miliki. Para misionaris memberi tahu kita tentang bangsa-bangsa kafir, yang mempunyai standar moral maupun standar perilaku tertentu, walaupun mereka tidak tahu tentang Injil, dan semua bangsa bahkan yang tidak atau belum diinjili pun, mempunyai pengetahuan atau naluri tentang Pribadi Mahatinggi yang kepadanya mereka harus taat. Alkitab memberi tahu kita bahwa bangsa-bangsa yang tidak mempunyai Hukum Taurat atau Injil bisa menjadi "hukum Taurat bagi diri mereka sendiri" (Rm. 2:14). Kita tidak dapat menjamin anggapan bahwa orang-orang kafir yang mati tanpa mengenal Kristus berada di luar jangkauan kemurahan Allah. Tuhan mempunyai saksi di setiap zaman - orang-orang saleh yang hidupnya bersih dan benar, walaupun menurut hukum alam. Kita tidak dibenarkan berpendapat bahwa mereka tidak berkenan di hadapan Allah (Kis. 10:35; Rm. 4:9). Dalam Roma 2:12-14 Anda akan menemukan bagian yang menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak memiliki Hukum Taurat maupun Injil bisa menjadi "hukum Taurat bagi diri mereka sendiri" (Rm. 2:14). Ini jelas berarti bahwa orang-orang yang tidak pernah mendengar tentang Kristus tidak berada di luar jangkauan belas kasihan Allah, jika mereka memang hidup benar kendatipun menurut hukum alam, dan telah menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar mereka. Menjelang akhir karier pelayanannya John Wesley menulis, "Dia yang takut kepada Allah dan berbuat benar menurut terang yang dimilikinya adalah berkenan di hadapan Allah." Dalam Roma 4:9 dinyatakan secara jelas bahwa iman diperhitungkan sebagai kebenaran kepada Abraham. Hakim dari segala hakim tidak akan menghukum secara tidak adil. Orang-orang yang mengenal Injil mempunyai tanggung jawab langsung untuk menerimanya, dan melaksanakannya di dalam hidup mereka.
Artikel yang terkait dengan Matius:
