Kitab Kejadian adalah kitab pertama dalam Alkitab Kristen dan merupakan bagian dari Taurat dalam Alkitab Ibrani. Pasal
40 dalam Kitab Kejadian menceritakan tentang pengalaman Yusuf di penjara Mesir, di mana ia bertemu dengan kepala pelayan dan kepala juru minuman raja.
Latar belakang historis dari pasal ini adalah bahwa Yusuf, anak Yakub, telah dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya dan dibawa ke Mesir. Di Mesir, Yusuf bekerja sebagai budak di rumah Potifar, seorang pejabat tinggi di istana Firaun. Namun, Yusuf dituduh melakukan kesalahan oleh istri Potifar dan dipenjarakan.
Latar belakang budaya dari pasal ini adalah bahwa Mesir pada saat itu memiliki sistem hukum yang berbeda dengan Israel. Penjara Mesir adalah tempat di mana tahanan ditahan dan diadili. Di penjara, Yusuf bertemu dengan kepala pelayan dan kepala juru minuman raja, yang juga dipenjara karena melakukan kesalahan terhadap raja.
Latar belakang literatur dari pasal ini adalah bahwa Kitab Kejadian ditulis dalam bentuk narasi sejarah. Penulisnya diyakini adalah Musa, yang menulis kitab ini berdasarkan wahyu dari Allah.
Dalam ayat-ayat sebelumnya, Yusuf telah mengalami banyak penderitaan. Ia dijual oleh saudara-saudaranya, dipenjarakan karena tuduhan palsu, dan ditinggalkan oleh orang-orang yang ia percayai. Namun, Allah tetap menyertai Yusuf dan memberikan keberhasilan dalam segala hal yang ia lakukan.
Dalam pasal
40, Yusuf bertemu dengan kepala pelayan dan kepala juru minuman raja yang dipenjara bersamanya. Yusuf menggunakan keahliannya dalam menafsirkan mimpi untuk membantu mereka memahami arti mimpi mereka. Mimpi kepala pelayan dan kepala juru minuman raja ternyata memiliki arti yang penting, yang kemudian terbukti menjadi kenyataan.
Secara teologis, pasal ini menunjukkan bahwa Allah tetap setia kepada Yusuf meskipun ia mengalami penderitaan. Allah menggunakan Yusuf untuk memberikan petunjuk dan berkat kepada orang lain, bahkan ketika Yusuf sendiri berada dalam situasi yang sulit. Pasal ini juga menunjukkan bahwa Allah memiliki rencana yang lebih besar dan bahwa Dia dapat menggunakan segala sesuatu, termasuk mimpi, untuk memenuhi rencana-Nya.