Kitab Ayub adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang termasuk dalam kategori kitab hikmat. Kitab ini mengisahkan tentang penderitaan yang dialami oleh seorang pria bernama Ayub dan pencariannya akan jawaban atas penderitaan tersebut.
Dalam konteks historis, Kitab Ayub diyakini ditulis pada periode setelah kejatuhan Kerajaan Israel Utara dan sebelum pembuangan Babilonia. Kitab ini mencerminkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di tengah-tengah penderitaan dan kebingungan yang dialami oleh umat Israel pada masa itu.
Dalam konteks budaya, Kitab Ayub menggambarkan kehidupan dan kepercayaan masyarakat kuno Timur Tengah. Nilai-nilai kehidupan, sistem kepercayaan, dan praktik-praktik sosial pada masa itu mempengaruhi cara pandang dan pemahaman Ayub terhadap penderitaan yang dialaminya.
Dalam konteks literatur, Kitab Ayub termasuk dalam genre puisi dan dialog. Kitab ini terdiri dari dialog-dialog antara Ayub dengan teman-temannya yang mencoba memberikan penjelasan atas penderitaan yang dialami Ayub. Puisi-puisi dalam kitab ini mengungkapkan perasaan dan pertanyaan-pertanyaan Ayub kepada Allah.
Sebelum pasal
37, Ayub telah mengalami penderitaan yang sangat besar. Ia kehilangan harta benda, keluarganya, dan kesehatannya. Ayub juga telah berdialog dengan tiga temannya yang mencoba memberikan penjelasan atas penderitaannya. Namun, Ayub merasa bahwa penjelasan mereka tidak memadai dan ia terus mencari jawaban dari Allah.
Dalam pasal
37, dialog antara Ayub dan teman-temannya berlanjut. Salah satu teman Ayub, bernama Elihu, mulai berbicara dan memberikan pandangannya tentang penderitaan dan keadilan Allah. Elihu menekankan bahwa Allah adalah kuasa yang besar dan misterius, dan manusia tidak dapat sepenuhnya memahami rencana dan tindakan-Nya.
Dengan demikian, pasal
37 Kitab Ayub menghadirkan latar belakang historis, budaya, literatur, dan teologis yang mempengaruhi pemahaman dan dialog antara Ayub dan teman-temannya. Pasal ini juga merupakan bagian dari perjalanan Ayub dalam mencari jawaban atas penderitaannya.