Statistik	42 pasal, 1070 ayat, 10.102 kata
Penulis	Tidak Dikenal
Tema	Mengapa Orang Benar Menderita?; Ujian dan penderitaan untuk beroleh berkat, mendidik kita dan tidak selalu merupakan hukuman.
Waktu	Tidak Pasti
Tempat	us dekat Edom
Kata Kunci	Ujian.
Kristus Di Alkitab	Dia adalah Penebus kita yang hidup, "Karena aku tahu penebusku hidup"

Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu kitab hikmat dan syair dalam PL: "hikmat" karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang penting dari umat manusia; "syair" karena hampir seluruh kitab ini berbentuk syair. Akan tetapi, semua syair ini berdasarkan seorang tokoh sejarah yang nyata (lih. Yeh 14:14,20) dan suatu peristiwa sejarah yang nyata (lih. Yak 5:11). Tempat terjadinya peristiwa dalam kitab ini ialah "tanah Us" (Ayub 1:1) yang kemudian menjadi wilayah Edom, terletak di bagian tenggara Laut Mati atau di sebelah utara Arabia (bd. Rat 4:21); jadi latar belakang sejarah Ayub bersifat Arab dan bukan Ibrani.

Dua tanggal penting hendaknya dipertimbangkan berhubungan dengan kitab Ayub:

1. (1) tanggal kehidupan Ayub sendiri dan peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam kitab ini, dan
2. (2) tanggal penulis kitab ini yang diilhamkan.

Beberapa fakta menunjukkan bahwa Ayub sendiri hidup sekitar zaman Abraham (2000 SM) atau sebelumnya. Fakta-fakta yang paling penting ialah:

1. (1) Ayub masih hidup selama 140 tahun setelah peristiwa-peristiwa dalam kitab ini (Ayub 42:16), yang menyarankan jangka hidup yang hampir 200 tahun (Abraham hidup 175 tahun);
2. (2) kekayaannya dihitung dari jumlah ternak (Ayub 1:3; Ayub 42:12);
3. (3) pelayanannya sebagai imam dalam keluarganya, seperti Abraham, Ishak, dan Yakub (Ayub 1:5);
4. (4) sistem keluarga pimpinan ayah menjadi kesatuan sosial mendasar seperti pada zaman Abraham (Ayub 1:4-5,13);
5. (5) serbuan orang-orang Syeba (Ayub 1:15) dan orang Kasdim (Ayub 1:17) yang cocok dengan zaman Abraham;
6. (6) sering kali (31 kali) penulis memakai nama yang dipakai para patriarkh bagi Allah, yaitu Shaddai (Yang Mahakuasa); dan
7. (7) tidak ada petunjuk sama sekali kepada sejarah Israel atau hukum Musa sehingga memberi kesan tentang zaman pra-Musa (sebelum 1500 SM).

Ada tiga pandangan utama mengenai tanggal kitab ini ditulis. Kitab ini mungkin disusun

1. (1) selama zaman para leluhur (sekitar 2000 SM) tidak lama sesudah semua peristiwa ini terjadi dan mungkin ditulis oleh Ayub sendiri;
2. (2) selama zaman Salomo atau tidak lama sesudah itu (sekitar 950-900 SM), karena bentuk sastra dan gaya penulisannya mirip dengan kitab-kitab sastra hikmat masa itu; atau
3. (3) selama masa pembuangan (sekitar 586-538 SM), ketika umat Allah sedang bergumul mencari arti teologis dari bencana mereka.

Penulis yang tidak dikenal, jikalau bukan Ayub sendiri, pastilah memiliki sumber-sumber lisan atau tertulis yang terinci dari zaman Ayub, yang dipakainya di bawah dorongan dan ilham ilahi untuk menulis kitab ini sebagaimana adanya sekarang. Beberapa bagian dari kitab ini pasti telah diberikan melalui penyataan langsung dari Allah (mis. Ayub 1:6--2:10).

1. I. Prolog Prosa: Krisisnya
   (Ayub 1:1-2:13)
   
1. A. Ayub, Orang Benar yang Takut Akan Allah
   (Ayub 1:1-5)
   
2. B. Percakapan Antara Tuhan Dengan Iblis, dan Berbagai Musibah
   yang Kemudian Menimpa Ayub
   (Ayub 1:6-2:10)
   
3. C. Kunjungan Ketiga Sahabat Ayub
   (Ayub 2:11-13)
   
2. II. Dialog Antara Ayub dan Teman-temannya: Usaha Mencari Jawaban
   yang Masuk Akal
   (Ayub 3:1-31:40)
   
1. A. Rangkaian Dialog Pertama: Kebenaran Allah
   (Ayub 3:1-14:22)
   
1. 1. Ayub Meratapi Hari Kelahirannya
   (Ayub 3:1-26)
   
2. 2. Tanggapan Elifas
   (Ayub 4:1-5:27)
   
3. 3. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 6:1-7:21)
   
4. 4. Tanggapan Bildad
   (Ayub 8:1-22)
   
5. 5. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 9:1-10:22)
   
6. 6. Tanggapan Zofar
   (Ayub 11:1-20)
   
7. 7. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 12:1-14:22)
   
2. B. Rangkaian Dialog Kedua: Nasib Orang Fasik
   (Ayub 15:1-21:34)
   
1. 1. Tanggapan Elifas
   (Ayub 15:1-35)
   
2. 2. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 16:1-17:16)
   
3. 3. Tanggapan Bildad
   (Ayub 18:1-21)
   
4. 4. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 19:1-29)
   
5. 5. Tanggapan Zofar
   (Ayub 20:1-29)
   
6. 6. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 21:1-34)
   
3. C. Rangkaian Dialog Ketiga: Sifat Berdosa Ayub
   (Ayub 22:1-31:40)
   
1. 1. Tanggapan Elifas
   (Ayub 22:1-30)
   
2. 2. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 23:1-24:25)
   
3. 3. Tanggapan Bildad
   (Ayub 25:1-6)
   
4. 4. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 26:1-14)
   
5. 5. Rangkuman Terakhir Ayub Mengenai Pendapat Dasarnya
   (Ayub 27:1-31:40)
   
3. III.Berbagai Wejangan Elihu: Awal Pengertian
   (Ayub 32:1-37:24)
   
1. A. Elihu Diperkenalkan
   (Ayub 32:1-6a)
   
2. B. Wejangan Pertama: Ajaran Allah Kepada Manusia Melalui Penderitaan
   (Ayub 32:6-33:33)
   
3. C. Wejangan Kedua: Keadilan Allah dan Kepongahan Ayub
   (Ayub 34:1-37)
   
4. D. Wejangan Ketiga: Kejujuran Tidaklah Tanpa Keuntungan
   (Ayub 35:1-16)
   
5. E. Wejangan Keempat: Kesemarakan Allah dan Ketidaktahuan Ayub
   (Ayub 36:1-37:24)
   
4. IV. Tuhan Menjawab Ayub: Penyataan Langsung
   (Ayub 38:1-42:6)
   
1. A. Allah Menegur Ketidaktahuan Ayub
   (Ayub 38:1-40:2)
   
2. B. Kerendahan Hati Ayub
   (Ayub 40:3-5)
   
3. C. Allah Menentang Kecaman Ayub Terhadap Keadilan-Nya Dalam Memerintah
   Dunia (Ayub 40:1-41:25)
   
4. D. Ayub Mengakui Keterbatasan Pengetahuannya Tentang Jalan-Jalan Allah
   (Ayub 42:1-6)
   
5. V. Epilog Prosa: Krisis Berakhir
   (Ayub 42:7-17)
   
1. A. Ayub Berdoa untuk Ketiga Temannya
   (Ayub 42:7-9)
   
2. B. Berkat Dua Kali Lipat bagi Ayub
   (Ayub 42:10-17)
   

Kitab Ayub menggumuli pertanyaan abadi, "Jikalau Allah itu adil dan penuh kasih, mengapa diizinkan-Nya orang yang sungguh-sungguh benar seperti Ayub (Ayub 1:1,18) menderita demikian hebat?" Ketika menggumuli soal ini, penulis mengemukakan kebenaran-kebenaran berikut.

1. (1) Selaku musuh Allah, Iblis menerima izin untuk menguji kesejatian iman seorang benar dengan menyiksa dia; tetapi kasih karunia Allah menang atas penderitaan karena oleh iman Ayub tetap kokoh dan tidak goyah, bahkan ketika kelihatannya tidak ada keuntungan jasmaniah atau duniawi untuk terus mengabdi kepada Allah.
2. (2) Allah digerakkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang terlalu luas sehingga tak dapat dipahami oleh pikiran manusia (Ayub 37:5); karena kita tidak melihat dengan kelapangan hati dan visi Yang Mahakuasa, maka kita memerlukan Allah menyatakan diri-Nya kepada kita.
3. (3) Landasan iman yang sesungguhnya tidak terletak dalam berkat-berkat Allah, dalam situasi-situasi pribadi atau jawaban-jawaban yang cerdik pandai, tetapi dalam penyataan Allah sendiri.
4. (4) Allah kadang-kadang mengizinkan Iblis menguji orang benar dengan kesengsaraan agar memurnikan iman dan kehidupan mereka, sebagaimana emas dimurnikan oleh api (Ayub 23:10; bd. 1Pet 1:6-7); ujian semacam itu mengakibatkan peningkatan integritas rohani dan kerendahan hati umat-Nya (Ayub 42:1-10).
5. (5) Sekalipun cara-cara Allah menghadapi kita kadang-kadang tampak suram dan kejam (sebagaimana dikira oleh Ayub sendiri), akhirnya Allah tampak dalam belas kasihan dan kemurahan yang penuh. (Ayub 42:7-17; bd. Yak 5:11).

1. Sifat-sifat Allah dan pekerjaan-Nya
Allah berdaulat. Bahkan iblis pun tidak dapat berbuat apa-apa tanpa izin-Nya. Baik Ayub maupun kawan-kawannya sadar akan hal ini dan akan kenyataan bahwa Allah menciptakan dunia ini serta memeliharanya. Kitab ini penuh berisi kebesaran dan kearifan Allah. Lihat Ayu 5:8-16; 9:2-13; 11:7-9; 12:10,13-25; 25:2-6; 26:5-14; 34:10-15; 35:10,11; 36:22-33; 37:1-24; 38:1-39:30; 40:8-41:34.

2. Kelemahan manusia
Kisah Ayub mengilustrasikan kelemahan kita, ketidaktahuan, dosa, dan singkatnya hidup kita. Permohonan Ayub akan keadilan sungguh-sungguh menuntut suatu kehidupan yang melampaui kehidupan saat ini, tempat Allah dapat menghukum yang jahat dan meluruskan yang salah dari dunia ini. Lihat Ayu 4:17-21; 5:7; 7:1-10; 9:2,25,26; 14:1,2,4,7-12; 15:14-16; 25:4-6.

3. Kebijaksanaan
Kebijaksanaan Allah, yaitu pikiran Allah, kepandaian dan rencana-Nya, digambarkan kepada kita sebagai hal yang benar-benar di luar jangkauan kita (Ayu 28:1-28). Jika kita diberi sedikit pengertian tentang rahasia-rahasia ini, hal ini bukan oleh karena kepandaian kita. Hanya pada saat kita berserah kepada-Nya kita dapat mengerti sedikit tentang jalan-jalan-Nya. Pikirkanlah pengertian yang terkandung dalam Yesaya 55:8 dan 1Ko 1:18-31.

4. Saling menghibur
Kawan-kawan Ayub memberi kita suatu contoh yang baik tentang apa yang tidak boleh kita lakukan! Banyak yang mereka katakan itu benar, tetapi tidak ada hubungannya dengan masalah Ayub dan menyakitkan. Perhatikan juga bagaimana Paulus mengajar kita mengenai saling menghormati. Pelajaran apa yang secara tak langsung ingin dikatakan tentang bagaimana kita harus memakai pengalaman hidup kita (2Ko 1:3-8)?

5. Ayub dan Perjanjian Baru
Walaupun Ayub hanya disebut sekali saja dalam Perjanjian Baru (Yak 5:11), pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya dapat lebih jelas dimengerti jika dilihat dari sudut pandang seorang Kristen. Sebagai contoh lihat Ayub 9:33, 1Ti 2:5; Ayu 14:14, Yoh 11:25; Ayu 16:19;; Ibr 9:24; Ayu 19:25; Ibr 7:25; Ayu 23:3; Yoh 14:6.

Terdapat lima bagian tertentu di dalam struktur kitab Ayub:

1. (1) Prolog (pasal 1-2; Ayub 1:1--2:13) yang melukiskan musibah Ayub dan penyebabnya;
2. (2) tiga rangkaian dialog di antara Ayub dan ketiga orang temannya, ketika mereka mencari jawaban-jawaban yang masuk akal untuk penderitaan Ayub (pasal 3-31; Ayub 3:1--31:40);
3. (3) empat monolog oleh Elihu, seorang yang lebih muda daripada Ayub dan ketiga temannya, yang berisi sekilas pengertian mengenai makna (sekalipun belum mengenai penyebab) penderitaan Ayub (pasal 32-37; Ayub 32:1--37:24);
4. (4) Allah sendiri, yang menegur ketidaktahuan dan keluhan Ayub serta mendengarkan tanggapan Ayub atas penyataan-Nya (pasal 38, 1-42, 6; Ayub 38:1-38; Ayub 1:1--42:17; Ayub 6:1-30);
5. (5) epilog (Ayub 42:7-17) yang mencatat pemulihan Ayub. Kitab Ayub seluruhnya ditulis dalam bentuk syair, kecuali tiga bagian:
1. (a) prolog,
2. (b) Ayub 32:1-6, dan
3. (c) epilog.

Dalam pasal 1 (Ayub 1:1-22) Ayub diperkenalkan sebagai seorang benar yang takut akan Allah (Ayub 1:1,8) dan terkaya dari semua orang di sebelah Timur (Ayub 1:3). Keadaan hidupnya mendadak berubah oleh serangkaian musibah besar yang memusnahkan harta milik, anak-anak, dan kesehatannya (Ayub 1:13-22; Ayub 2:7-10). Ayub bingung sama sekali, karena tidak menyadari bahwa dirinya terlibat dalam pertentangan di antara Allah dan Iblis (Ayub 1:6-12; Ayub 2:1-6). Ketiga teman Ayub -- Elifas, Bildad, dan Zofar -- datang untuk menghibur Ayub, tetapi akhirnya berdebat dengannya mengenai penyebab terjadinya penderitaan itu. Mereka bersikeras bahwa karena Allah itu adil, penderitaan Ayub pasti merupakan hukuman atas dosa-dosa tersembunyi dan satu-satunya jalan keluar baginya adalah bertobat. Ayub menolak jawaban mereka, menegaskan ketidakbersalahannya dan mengaku ketidakmampuannya untuk memahami (pasal 3-31; Ayub 3:1--31:40). Elihu mengemukakan sudut pandang yang lain, yaitu penderitaan Ayub menyangkut maksud penebusan Allah untuk lebih memurnikan Ayub (pasal 32-37; Ayub 32:1--37:24).

Pada akhirnya semua terdiam, termasuk Ayub, ketika Allah sendiri berbicara kepada Ayub mengenai hikmat dan kuasa-Nya selaku Pencipta. Ayub mengakui ketidaktahuan dan ketidakberartian dirinya dengan penuh penyesalan dan rendah hati (pasal 38-41; Ayub 38:1--41:25). Ketika Ayub bertobat dari berbantah dengan Yang Mahakuasa (Ayub 40:1-4,8; Ayub 42:5-6) dan berdoa bagi teman-temannya yang telah sangat melukai hatinya (Ayub 42:8,10), ia dibebaskan dari pencobaan berat itu dan dipulihkan dua kali lipat (Ayub 42:10); Ayub juga dibenarkan ketika Allah berkata bahwa Ayub telah "berkata benar tentang Aku" (Ayub 42:7). Kehidupan Ayub kemudian hari lebih diberkati daripada sebelum penderitaan itu (Ayub 42:12-17). Sekalipun Allah tidak pernah memberikan pemahaman filosofis kepada Ayub mengenai penyebab penderitaannya, pembaca memperoleh perspektif yang penting ini dari prolog.

Tujuh ciri utama menandai kitab ini.

1. (1) Ayub, penduduk Arab utara, seorang bukan Israel yang benar dan takut akan Allah, mungkin telah hidup sebelum keluarga perjanjian Israel ada (Ayub 1:1).
2. (2) Kitab ini menyajikan pembahasan terdalam yang pernah ditulis mengenai rahasia penderitaan. Sebagai puisi dramatik, drama dalam kitab ini berisi rasa kesedihan yang mengharukan dan dialog intelektual yang menggugah perasaan.
3. (3) Kitab ini menyingkapkan suatu dinamika penting yang beroperasi dalam setiap ujian berat yang dialami orang saleh: sementara Iblis berusaha untuk menghancurkan iman orang saleh, Allah bekerja untuk membuktikan iman itu dan memperdalamnya. Keteguhan Ayub dalam iman yang sejati memungkinkan maksud Allah menang atas niat Iblis (bd. Yak 5:11).
4. (4) Kitab ini memberikan sumbangan tak ternilai kepada seluruh penyataan alkitabiah tentang pokok-pokok penting seperti Allah, umat manusia, penciptaan, Iblis, dosa, kebenaran, penderitaan, keadilan, pertobatan, dan iman.
5. (5) Sebagian besar kitab ini mencatat penilaian teologis yang salah tentang penderitaan Ayub oleh teman-temannya. Mungkin cara berpikir mereka yang salah diulang begitu sering dalam kitab ini karena mencerminkan kesalahan yang umum terdapat antara umat Allah dan yang harus diperbaiki.
6. (6) Peranan Iblis sebagai "penuduh" orang benar ditunjukkan dengan lebih jelas dalam Ayub daripada di kitab PL lainnya. Dari 19 acuan kepada Iblis dalam PL, 14 kali di antaranya ada dalam kitab ini.
7. (7) Secara dramatis kitab Ayub mempertunjukkan prinsip alkitabiah bahwa orang percaya diubah oleh penyataan dan bukan informasi (Ayub 42:5-6).

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru

Penebus yang diakui Ayub (Ayub 19:25-27), perantara yang didambakannya (Ayub 9:32-33), dan jawaban kepada semua pertanyaan dan keperluan yang mendalam, semuanya menemui penggenapannya di dalam Yesus Kristus. Yesus sepenuhnya manunggal dengan penderitaan manusia (bd. Ibr 4:15-16; Ibr 5:8) sebagai Penebus, perantara, hikmat, penyembuh, terang, dan hidup yang ditetapkan Allah. Roh nubuat mengenai kedatangan Kristus terungkap paling jelas dalam Ayub 19:25-27. Ayub dua kali disebutkan dalam PB:

1. (1) sebagai sebuah kutipan (Ayub 5:13 dalam 1Kor 3:19), dan
2. (2) sebagai acuan kepada ketabahan Ayub dalam penderitaan dan akibat yang penuh kemurahan dari tindakan Allah dalam hidupnya (Yak 5:11).

Kitab Ayub melukiskan dengan jelas kebenaran PB bahwa ketika orang percaya mengalami penganiayaan atau ujian penderitaan yang berat, mereka harus tetap teguh di dalam iman dan terus mempercayakan diri mereka kepada Dia yang menghakimi dengan adil, sama seperti yang dilakukan Yesus ketika Ia menderita (bd. 1Pet 2:23). Ayub 1:6--2:10 merupakan gambaran paling jelas mengenai musuh kita sebagaimana dinyatakan dalam 1Pet 5:8-9.

Ayub mengharapkan kematian

Jawaban Ayub kepada Elifas. Permohonannya untuk berbelas kasihan.

6:1 Ayub menunjukkan bahwa keluhannya bukanlah tidak beralasan.
6:8 Dia ingin mati, dimana dia pasti tenang.
6:14 Dia menegur teman-temannya karena tidak sayang.

Ayub kecewa terhadap sahabat-sahabatnya (6:1-30)

Allah, Elifas, Ayub.

Allah, Ayub, Syeba, Tema

Tidak seorangpun yang dapat menghakimi orang lain dengan tepat tanpa banyak berdoa memohon pimpinan Tuhan. Penderitaan tidak selalu menunjukkan bahwa seseorang itu munafik atau jahat.

Lihat 1 Ptr. 2:20-23.

Dalam pasal 6 dari Kitab Ayub, Ayub meratap dan mengeluhkan penderitaannya yang sangat berat. Ia mengungkapkan keinginannya agar penderitaannya ditimbang dan diletakkan di atas timbangan, karena menurutnya penderitaannya melebihi pasir di laut. Ayub merasa bahwa ia sedang menghadapi kengerian Allah dan merasa sangat terhimpit. Ia juga mengungkapkan keinginannya agar Allah mengakhiri hidupnya, karena ia merasa bahwa itu akan menjadi penghiburan baginya. Ayub merasa putus asa dan merasa bahwa tidak ada harapan dan kekuatan dalam dirinya. Ia juga merasa bahwa teman-temannya tidak jujur dan tidak mengasihi dia dengan benar. Ayub berharap agar Allah mengajarinya dan membuatnya mengerti mengapa ia mengalami penderitaan ini. Ia juga mempertanyakan apakah ada kesalahan dalam perkataannya yang menyebabkan malapetaka ini menimpanya.

Kitab Ayub adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang termasuk dalam kategori kitab hikmat. Kitab ini mengisahkan tentang penderitaan yang dialami oleh seorang pria bernama Ayub dan pencariannya untuk memahami keadilan Allah.

Dalam konteks historis, Kitab Ayub diyakini ditulis pada periode setelah kehancuran Bait Suci pertama di Yerusalem, sekitar abad ke-6 SM. Kitab ini juga mencerminkan pemikiran dan pertanyaan yang muncul di tengah-tengah penderitaan dan kehancuran tersebut.

Dalam konteks budaya, Kitab Ayub menggambarkan kehidupan dan kepercayaan masyarakat kuno di Timur Tengah. Nilai-nilai kehidupan, sistem kepercayaan, dan praktik sosial pada masa itu mempengaruhi cara pandang dan pemahaman Ayub terhadap penderitaan yang dialaminya.

Dalam konteks literatur, Kitab Ayub termasuk dalam genre puisi dan dialog. Kitab ini menggunakan bahasa yang indah dan puitis untuk menggambarkan penderitaan Ayub dan perdebatannya dengan teman-temannya tentang alasan di balik penderitaan tersebut.

Sebelum mencapai pasal 6, Ayub telah mengalami berbagai penderitaan yang meliputi kehilangan harta benda, keluarga, dan kesehatan. Ayub juga telah berdialog dengan tiga temannya, yaitu Elifas, Bildad, dan Zofar, yang mencoba memberikan penjelasan teologis tentang alasan di balik penderitaan Ayub.

Dalam pasal 6, Ayub merespons ucapan-ucapan teman-temannya dengan mengungkapkan keputusasaan dan keinginannya untuk mati. Ayub merasa bahwa penderitaannya begitu besar sehingga ia merasa lebih baik mati daripada terus hidup dalam penderitaan tersebut.

Dalam konteks teologis, Kitab Ayub mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang keadilan Allah dan penderitaan manusia. Ayub mencoba mencari pemahaman tentang mengapa orang yang benar seperti dirinya harus menderita sedemikian rupa. Kitab ini juga mengeksplorasi konsep iman, pengharapan, dan kepercayaan dalam menghadapi penderitaan.

Dengan latar belakang ini, pasal 6 dari Kitab Ayub menggambarkan keputusasaan dan penderitaan yang dialami Ayub serta pertanyaan-pertanyaan teologis yang muncul dalam konteks historis, budaya, literatur, dan teologisnya.

Berikut adalah beberapa topik penting dalam Kitab Ayub Pasal 6:

1. Keluhan Ayub atas penderitaannya (Ayub 6:2-7)
- Ayub mengungkapkan keinginannya agar penderitaannya ditimbang dan diletakkan di atas timbangan.
- Ia menggambarkan penderitaannya sebagai sesuatu yang berat melebihi pasir di laut.

2. Permintaan Ayub untuk mati (Ayub 6:8-13)
- Ayub berharap Allah meremukkan dan membunuhnya sebagai penghiburan baginya.
- Ia menyatakan bahwa ia tidak pernah menyangkal firman Allah.

3. Keputusasaan Ayub dan harapannya (Ayub 6:14-21)
- Ayub merasa tidak memiliki kekuatan dan kekuatan untuk bertahan.
- Ia mengharapkan belas kasihan dari teman-temannya, meskipun mereka telah meninggalkannya.

4. Kritik Ayub terhadap teman-temannya (Ayub 6:22-30)
- Ayub mengecam teman-temannya karena tidak jujur dan tidak adil.
- Ia mengatakan bahwa mereka telah membuang undi atas anak yatim dan memperdagangkan sahabat mereka.

5. Permohonan Ayub untuk keadilan (Ayub 6:31-30)
- Ayub meminta agar Allah mengajari dan memberinya pemahaman tentang kesalahannya.
- Ia menegaskan bahwa ia tidak akan berbohong dan meminta agar ketidakadilan dihentikan.

Referensi:
- Ayub 6:2-7
- Ayub 6:8-13
- Ayub 6:14-21
- Ayub 6:22-30
- Ayub 6:31-30

Orang-orang yang disebutkan dalam pasal ini:
- Ayub: Tokoh utama dalam cerita ini, yang sedang mengalami penderitaan dan kesulitan.
- Allah: Dikatakan bahwa kengerian Allah berbaris melawan Ayub.
- Anak panah Yang Mahakuasa: Dikatakan bahwa anak panah ini ada di dalam tubuh Ayub.
- Kawannya: Orang yang seharusnya mengasihi dan menghibur Ayub dalam keadaan putus asa.
- Saudara-saudara: Merujuk pada orang-orang yang seharusnya memberikan dukungan dan pengertian kepada Ayub.
- Kafilah-kafilah: Merujuk pada rombongan perjalanan yang berpindah tempat.
- Tema: Lokasi yang dikunjungi oleh kafilah-kafilah.
- Syeba: Lokasi yang diharapkan oleh pengembara dari Syeba.

Lokasi yang disebutkan dalam pasal ini:
- Laut: Dikatakan bahwa berat kesengsaraan Ayub akan melebihi pasir di laut.
- Rumput muda: Dikatakan bahwa keledai liar meringkik saat berada di atas rumput muda.
- Makanan: Dikatakan bahwa sapi melenguh saat berada di atas makanannya.
- Gurun: Tempat yang dikunjungi oleh kafilah-kafilah yang menyimpang dari jalannya dan kemudian binasa.

Analisis dan kata kunci dalam Kitab Ayub pasal 6 adalah sebagai berikut:

1. Kesusahan (ayat 2): Ayub mengungkapkan keinginannya agar kesusahannya ditimbang dan diletakkan di atas timbangan. Ini menunjukkan bahwa Ayub sedang mengalami penderitaan yang sangat berat.

2. Gegabah (ayat 3): Ayub mengakui bahwa kata-katanya menjadi gegabah karena kengerian Allah berbaris melawan dirinya. Ini menunjukkan bahwa Ayub merasa terdesak dan tidak dapat mengendalikan emosinya.

3. Racun (ayat 4): Ayub mengatakan bahwa anak panah Yang Mahakuasa ada di dalam tubuhnya dan rohnya meminum racunnya. Ini menunjukkan bahwa Ayub merasa menderita secara fisik dan spiritual.

4. Keledai liar (ayat 5): Ayub menggunakan perumpamaan keledai liar yang meringkik saat ada di atas rumput muda untuk menggambarkan betapa tidak wajarnya jika ia tidak merespons penderitaannya.

5. Makanan yang menjijikkan (ayat 7): Ayub menggambarkan bahwa penderitaannya seperti makanan yang menjijikkan baginya. Ini menunjukkan bahwa Ayub merasa sangat tidak nyaman dan tidak dapat menerima penderitaannya.

6. Permintaan kepada Allah (ayat 8): Ayub mengungkapkan keinginannya agar Allah mengabulkan permintaannya untuk meremukkan dan membunuhnya. Ini menunjukkan bahwa Ayub merasa sangat putus asa dan ingin segera mengakhiri penderitaannya.

7. Kekuatanku (ayat 11): Ayub meragukan kekuatannya sendiri dan bertanya apakah kekuatannya seperti kekuatan dari batu atau daging dari tembaga. Ini menunjukkan bahwa Ayub merasa lemah dan tidak mampu menghadapi penderitaannya.

8. Putus asa (ayat 14): Ayub mengungkapkan bahwa orang yang sedang putus asa seharusnya dikasihani oleh temannya. Ini menunjukkan bahwa Ayub merasa terabaikan dan tidak mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.

9. Kengerian (ayat 21): Ayub mengatakan bahwa ia melihat kengerian dan menjadi takut. Ini menunjukkan bahwa Ayub merasa terancam dan takut akan nasibnya yang tidak menentu.

10. Kebenaran (ayat 25): Ayub meminta agar Allah mengajari dan membuatnya mengerti bagaimana ia telah tersesat. Ini menunjukkan bahwa Ayub mencari kebenaran dan pemahaman dalam situasinya yang sulit.

11. Ketidakadilan (ayat 29): Ayub meminta agar ketidakadilan tidak terjadi dan meminta agar kebenarannya dilindungi. Ini menunjukkan bahwa Ayub merasa bahwa ada ketidakadilan yang terjadi dalam hidupnya.

12. Lidah (ayat 30): Ayub bertanya apakah ada kesalahan pada lidahnya dan apakah mulutnya tidak dapat membedakan penyebab malapetaka. Ini menunjukkan bahwa Ayub meragukan dirinya sendiri dan mencari pemahaman tentang mengapa ia mengalami penderitaan tersebut.

Pertanyaan refleksi:
1. Bagaimana perasaan Ayub yang tergambar dalam kutipan ini? Apakah kamu bisa merasakan keputusasaan dan penderitaannya?
2. Mengapa Ayub menginginkan kesusahannya ditimbang dan diletakkan di atas timbangan? Apa yang ingin dia sampaikan dengan perbandingan ini?
3. Ayub menggambarkan dirinya seperti keledai liar dan sapi yang melenguh saat ada di atas makanannya. Apa yang ingin dia sampaikan dengan perbandingan ini?
4. Ayub berharap Allah akan meremukkan dan membunuhnya. Mengapa dia menganggap ini sebagai penghiburan baginya?
5. Ayub menyatakan bahwa dia tidak pernah menyangkali firman Yang Mahakudus. Apa artinya bagi Ayub untuk tidak menyangkali firman Allah dalam situasinya yang sulit ini?

Pertanyaan diskusi:
1. Bagaimana kamu melihat sikap Ayub dalam menghadapi penderitaan yang begitu besar? Apa yang bisa kita pelajari dari ketekunan dan kejujuran Ayub?
2. Ayub merasa bahwa teman-temannya tidak adil dan tidak jujur dalam menanggapi penderitaannya. Apa yang bisa kita pelajari tentang pentingnya dukungan dan empati dalam menghadapi penderitaan orang lain?
3. Ayub menggambarkan dirinya seperti anak sungai yang mengalir pergi dan lenyap saat meleleh. Apa yang bisa kita pelajari tentang ketidakpastian hidup dan kelemahan manusia dari perumpamaan ini?
4. Ayub merasa bahwa kebenarannya dalam bahaya dan meminta agar ketidakadilan dihentikan. Apa yang bisa kita pelajari tentang pentingnya memperjuangkan kebenaran dan keadilan dalam hidup kita?

Hal-hal menarik terkait Kitab Ayub pasal 6:
1. Ayub menggambarkan penderitaannya dengan perbandingan yang kuat, seperti beratnya pasir di laut. Hal ini menunjukkan betapa besar dan tak tertanggungkan penderitaan yang dia alami.
2. Ayub merasa bahwa kengerian Allah berbaris melawan dirinya dan rohnya meminum racun-Nya. Ini menggambarkan betapa dalamnya penderitaan yang dia rasakan dan betapa dia merasa ditinggalkan oleh Allah.
3. Ayub mengungkapkan keinginannya untuk mati sebagai penghiburan baginya. Ini menunjukkan betapa parahnya penderitaan yang dia alami dan betapa dia merindukan kelegaan dari penderitaan itu.
4. Ayub merasa bahwa dia tidak bersalah dan tidak menyangkali firman Allah dalam situasinya yang sulit ini. Ini menunjukkan kejujuran dan ketekunan Ayub dalam mempertahankan imannya meskipun menghadapi penderitaan yang luar biasa.

Dalam pasal 6 dari Kitab Ayub, terdapat beberapa hal yang dapat kita pelajari dan terapkan dalam hidup kita:

1. Kejujuran dalam mengungkapkan perasaan: Ayub dengan jujur mengungkapkan kesedihannya dan keinginannya untuk mati. Kita juga perlu belajar untuk jujur dengan diri sendiri dan dengan Tuhan tentang perasaan dan kesulitan yang kita hadapi.

2. Keberanian untuk menghadapi penderitaan: Ayub mengakui bahwa hidupnya penuh dengan penderitaan dan kesulitan, tetapi dia tetap bersikeras untuk tetap setia kepada Tuhan. Kita juga perlu memiliki keberanian dan ketekunan dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan hidup.

3. Ketergantungan pada Tuhan: Ayub menyadari bahwa hanya Tuhan yang dapat memberikan penghiburan dan pertolongan dalam penderitaannya. Kita juga perlu belajar untuk bergantung sepenuhnya pada Tuhan dalam setiap situasi hidup.

Doa yang dapat kita doakan berdasarkan pasal ini adalah:

1. Doa untuk kejujuran: Tuhan, ajarlah kami untuk jujur dengan diri sendiri dan dengan-Mu tentang perasaan dan kesulitan yang kami hadapi. Bantu kami untuk tidak menyembunyikan atau menyangkal apa pun yang ada dalam hati kami.

2. Doa untuk keberanian: Tuhan, berikanlah kami keberanian dan ketekunan dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan hidup. Bantu kami untuk tidak menyerah atau putus asa, tetapi tetap setia kepada-Mu dalam segala hal.

3. Doa untuk ketergantungan: Tuhan, kami menyadari bahwa hanya Engkau yang dapat memberikan penghiburan dan pertolongan dalam penderitaan kami. Kami berserah sepenuhnya kepada-Mu dan memohon agar Engkau memberikan kekuatan dan penghiburan bagi kami dalam setiap situasi hidup.

Semoga kita dapat belajar dari Ayub dan menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam pasal ini dalam hidup kita sehari-hari.