Statistik	12 pasal, 222 ayat, 5.584 kata
Penulis	Salomo
Tema	Kesia-Siaan Hidup yang Terlepas dari Allah; Jauh dari Tuhan menjadikan hidup sia-sia dan kecewa
Waktu	+ 935 SM
Tempat	Yerusalem di Yehuda
Kata Kunci	Kesia-Siaan.
Kristus Di Alkitab	Dia adalah hikmat kita

Judul kitab ini di dalam PL Ibrani adalah _qoheleth_ (dari kata Ibr. _qahal_ -- berkumpul); secara harfiah artinya "orang yang mengadakan dan berbicara kepada suatu perkumpulan." Kata ini dipakai 7 kali dalam kitab ini (Pengkh 1:1,2,12; Pengkh 7:27; Pengkh 12:8-10) dan diterjemahkan sebagai "Pengkhotbah". Di dalam Septuaginta padanan katanya ialah _ekklesiastes_ yang menghasilkan judul _Ecclesiastes_ dalam Alkitab Inggris. Karena itu seluruh kitab ini merupakan serangkaian ajaran oleh seorang pengkhotbah yang terkenal.

Pada umumnya dipercayai bahwa penulisnya adalah Salomo, sekalipun namanya tidak muncul di dalam kitab ini, seperti dalam kitab Amsal (mis. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1) dan Kidung Agung (bd. Kid 1:1). Akan tetapi, beberapa bagian mengesankan Salomo selaku penulis.

1. (1) Penulis menyebutkan dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem (Pengkh 1:1,12).
2. (2) Ia menyebut dirinya pemimpin yang paling bijaksana dari umat Allah (Pengkh 1:16) dan penggubah banyak amsal (Pengkh 12:9).
3. (3) Kerajaannya dikenal karena kekayaan dan kemuliaan yang berlimpah-limpah (Pengkh 2:4-9).

Semua unsur ini cocok dengan gambaran alkitabiah mengenai Raja Salomo (bd. 1Raj 2:9; 1Raj 3:12; 1Raj 4:29-34; 1Raj 5:12; 1Raj 10:1-8). Lagi pula, kita tahu bahwa Salomo kadang-kadang mengumpulkan sejumlah orang Israel dan berceramah kepada mereka (mis. 1Raj 8:1). Tradisi Yahudi menyebut Salomo sebagai penulis kitab ini. Pada pihak lain, kenyataan bahwa namanya tidak tercantum dalam kitab ini (seperti halnya dalam kedua kitab lainnya) bisa memberi kesan bahwa orang lain terlibat dalam menyusun kitab ini. Sebaiknya kita memandang kitab ini sebagai ditulis oleh Salomo, tetapi mungkin dikumpulkan dan disusun dalam bentuknya yang sekarang oleh seorang lain, serupa dengan cara beberapa bagian kitab Amsal disusun (bd. Ams 25:1).

Secara liturgis kitab ini menjadi salah satu di antara lima gulungan dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu _Hagiographa_ ("Tulisan-Tulisan Kudus"), yang masing-masing dibacakan di hadapan umum pada salah satu hari raya Yahudi. Pengkhotbah dibacakan pada Hari Raya Pondok Daun.

1. Judul
   (Pengkh 1:1)
   
2. I. Pendahuluan: Kesia-Siaan Hidup Pada Umumnya
   (Pengkh 1:2-11)
   
3. II. Kesia-Siaan Hidup Mementingkan Diri yang Dilukiskan
   dari Pengalaman Pribadi
   (Pengkh 1:12-2:26)
   
1. A. Kesia-Siaan Hikmat dan Filsafat Manusia
   (Pengkh 1:12-18)
   
2. B. Kehampaan Kesenangan dan Kekayaan
   (Pengkh 2:1-11)
   
3. C. Kesia-Siaan Prestasi Besar
   (Pengkh 2:12-17)
   
4. D. Ketidakadilan Kerja Keras
   (Pengkh 2:18-23)
   
5. E. Kesimpulan: Kenikmatan Hanya Berasal dari Allah
   (Pengkh 2:24-26)
   
4. III.Berbagai Pengamatan Tentang Pengalaman Hidup
   (Pengkh 3:1-11:6)
   
1. A. Aneka Perspektif Terhadap Tatanan Ciptaan
   (Pengkh 3:1-22)
   
1. 1. Suatu Waktu Diciptakan untuk Segala Sesuatu
   (Pengkh 3:1-8)
   
2. 2. Keindahan Penciptaan
   (Pengkh 3:9-14)
   
3. 3. Allah adalah Hakim Segala Sesuatu
   (Pengkh 3:15-22)
   
2. B. Berbagai Pengalaman Hidup yang Sia-Sia
   (Pengkh 4:1-16)
   
1. 1. Mengalami Penindasan
   (Pengkh 4:1-3)
   
2. 2. Persaingan dalam Bekerja
   (Pengkh 4:4-6)
   
3. 3. Tidak Mempunyai Teman
   (Pengkh 4:7-12)
   
4. 4. Lalai Menerima Nasihat
   (Pengkh 4:13-16)
   
3. C. Aneka Peringatan Kepada Pembaca
   (Pengkh 5:1-6:12)
   
1. 1. Mengenai Menghampiri Allah
   (Pengkh 5:1-5:7)
   
2. 2. Mengenai Pengumpulan Kekayaan
   (Pengkh 5:7-5:19)
   
3. 3. Mengenai Hidup dan Mati
   (Pengkh 6:1-12)
   
4. D. Serbaneka Amsal-Amsal Hikmat
   (Pengkh 7:1-8:1)
   
5. E. Masalah-Masalah Keadilan
   (Pengkh 8:2-9:12)
   
1. 1. Ketaatan Kepada Raja
   (Pengkh 8:2-8)
   
2. 2. Kejahatan dan Hukumannya
   (Pengkh 8:9-13)
   
3. 3. Masalah Keadilan Sejati
   (Pengkh 8:14-17)
   
4. 4. Keadilan Akhir bagi Semua Orang
   (Pengkh 9:1-6)
   
5. 5. Kemanjuran Iman
   (Pengkh 9:7-12)
   
6. F. Serbaneka Amsal Lagi Tentang Hikmat
   (Pengkh 9:13-11:6)
   
5. IV. Nasihat-Nasihat Penutup
   (Pengkh 11:7-12:14)
   
1. A. Bersukacitalah pada Masa Mudamu
   (Pengkh 11:7-10)
   
2. B. Ingatlah Allah pada Masa Mudamu
   (Pengkh 12:1-8)
   
3. C. Berpautlah pada Satu Kitab
   (Pengkh 12:9-12)
   
4. D. Takutlah Akan Allah dan Berpeganglah pada Perintah-Perintah-Nya
   (Pengkh 12:13-14)
   

Menurut tradisi Yahudi, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih berusia muda, Amsal pada usia setengah tua dan kitab Pengkhotbah pada tahun-tahun akhir hidupnya. Pengaruh yang bertumpuk dari kemerosotan rohani, penyembahan berhala, dan hidup memuaskan-dirinya pada akhirnya membuat Salomo kecewa dengan kesenangan dan materialisme sebagai cara untuk mencapai kebahagiaan. Kitab Pengkhotbah mencatat renungan-renungan sinisnya tentang kesia-siaan dan kehampaan usaha menemukan kebahagiaan hidup terlepas dari Allah dan Firman-Nya. Ia telah mengalami kekayaan, kuasa, kehormatan, ketenaran, dan kesenangan sensual -- semua secara melimpah -- namun semua itu akhirnya merupakan kehampaan dan kekecewaannya saja, "Kesia-siaan belaka! Kesia-siaan belaka! ... segala sesuatu adalah sia-sia" (Pengkh 1:2). Tujuan utamanya dalam menulis Pengkhotbah mungkin adalah menyampaikan semua penyesalan dan kesaksiannya kepada orang lain sebelum ia wafat, khususnya kepada kaum muda, supaya mereka tidak melakukan kesalahan yang sama seperti dirinya. Ia membuktikan untuk selama-lamanya kesia-siaan melandaskan nilai-nilai kehidupan seorang pada harta benda duniawi dan ambisi pribadi. Sekalipun orang muda harus menikmati masa muda mereka (Pengkh 11:9-10), adalah lebih penting untuk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta (Pengkh 12:1) dan membulatkan tekad untuk takut akan Allah dan berpegang pada perintah-perintah-Nya (Pengkh 12:13-14); itulah satu-satunya jalan untuk menemukan makna hidup ini.

1. Manusia
Sungguh aneh, bahwa dengan melalui pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, kita mendapatkan pengertian yang dalam mengenai bagaimana Allah menciptakan kita. Kenyataan bahwa kita memikirkan semua ini, dan bahwa kita perlu mempunyai tujuan hidup, merupakan suatu bukti kebesaran manusia sebagai ciptaan Allah (Pengk 3:10,11). Hal ini juga menunjukkan kepada kita ketidaktahuan manusia yang menyedihkan tentang hal-hal rohani (Pengk 7:23,24; 8:16,17; 11:5,6). Yang lebih buruk lagi ialah bahwa semua ini menunjukkan betapa kita tidak hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah (Pengk 7:20,27-29).

2. Kematian
Kitab Pengkhotbah selalu mengingatkan kita pada fakta yang sering kita lupakan, yaitu bahwa kita semua pada suatu ketika akan mati. Hal ini harus membuat kita lebih peka mengenai bagaimana kita menggunakan segala kesempatan yang ada pada saat ini. Lihat Pengk 2:14-16; 3:18-21; 5:15,16; 6:12; 8:7,8; 9:2-6; 12:1-7.

3. Takut kepada Allah
Seperti sering ditulis dalam Perjanjian Lama, sikap yang benar terhadap Allah digambarkan sebagai takut kepada-Nya, yaitu bahwa kita mengakui Dia sebagai Allah dan hidup sesuai dengan sikap ini. Ini berarti bahwa kita harus menyembah Dia dan berusaha menyenangkan Allah dalam segala hal yang kita lakukan. Sikap ini juga menyangkut pengertian bahwa Dia melihat segala yang kita lakukan dan bahwa pada suatu ketika kita harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita di hadapan-Nya. Lihat Pengk 5:1-7; 7:18,26; 8:2,12, 13; 12:1,13.

4. Hikmat
Pengkhotbah adalah salah satu kitab yang membicarakan mengenai hikmat. Hikmat ini sebenarnya milik Allah sendiri, tetapi Dia memberikannya kepada manusia, laki-laki dan perempuan (Pengk 2:26). Agar kita tidak menganggap hal ini sebagai suatu hal yang sukar dimengerti, kita diberi contoh-contoh mengenai apa yang dimaksudkan dengan hikmat praktis itu (Pengk 8:2-6; 10:1-11:6). Sebenarnya, peringatan si Pengkhotbah yang terakhir ialah bahwa kehidupan itu bukan untuk diketahui, tetapi untuk dijalani (Pengk 12:12-14).

Sulit untuk memberikan analisis yang teratur dari isi kitab Pengkhotbah; tidak ada garis besar yang dengan mudah merangkum semua ayat dan alinea. Dalam beberapa hal, Pengkhotbah mirip dengan petikan-petikan dari catatan harian pribadi seorang ahli filsafat selama tahun-tahun terakhir yang penuh kekecewaan dari hidupnya. Ia memulai kitab ini dengan menyatakan tema pokoknya bahwa seluruh kehidupan ini tak berarti dan serupa dengan menjaring angin (Pengkh 1:1-11). Bagian utama yang pertama dari kitab ini khususnya berhubungan dengan riwayat hidupnya; Salomo melukiskan berbagai segi hidupnya yang sangat mementingkan diri dalam segenap kemakmuran, kesenangan, dan keberhasilan duniawi (Pengkh 1:12--2:23). Usaha memperoleh kebahagiaan melalui cara-cara ini baginya telah berakhir dengan ketidakpuasan dan kehampaan. Bagian terbesar kitab ini berisi rangkaian pikiran acak-acakan yang menggarisbawahi kesia-siaan dan kebingungan dari kehidupan yang tidak berpusat pada Allah. Hidup "di bawah matahari" (frasa yang terdapat 29 kali di dalam kitab ini) adalah hidup yang dilihat dari mata orang yang tidak tertebus dan bercirikan ketidakadilan, ketidakpastian, dan perubahan-perubahan tidak terduga dari nasib, serta pelanggaran-pelanggaran keadilan. Salomo hanya dapat menemui makna pokok hidup ini ketika memandang "di atas matahari" kepada Allah. Mencari kesenangan adalah dangkal dan bodoh; masa muda seseorang terlalu singkat dan kehidupan ini terlalu cepat berlalu untuk dihabiskan secara serampangan. Hidup yang tak menentu dan pastinya kematian menyebabkan Salomo bersikap sinis terhadap maksud dan jalan Allah. Kitab ini ditutup dengan menasihati kaum muda untuk mengingat Allah ketika masih muda, supaya mereka tidak menjadi tua dengan penyesalan pahit dan tugas menyedihkan untuk mempertanggungjawabkan hidup yang disia-siakan kepada Allah.

Lima ciri utama menandai kitab ini.

1. (1) Kitab ini sifatnya sangat pribadi, penulis sering kali memakai kata ganti "aku" sepanjang sepuluh pasal pertama.
2. (2) Melalui sikap pesimisme penulis, kitab ini menyatakan bahwa hidup yang terpisah dari Allah itu tidak menentu dan penuh dengan kesia-siaan (istilah "sia-sia" terdapat 37 kali dalam kitab ini). Dengan sinis Salomo mengamati pelbagai paradoks dan kebingungan dalam hidup ini (lih. mis. Pengkh 2:23 dan Pengkh 2:24; Pengkh 8:12 dan Pengkh 8:13; Pengkh 7:3 dan Pengkh 8:15).
3. (3) Inti nasihat Salomo di dalam kitab ini terdapat di dalam dua ayat terakhir, "Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang" (Pengkh 12:13-14).
4. (4) Gaya penulisan kitab ini terputus-putus; kosakata dan susunan kalimatnya termasuk bahasa Ibrani yang paling sulit dalam PL dan tidak mudah untuk menggolongkannya dalam masa sastra Ibrani tertentu.
5. (5) Kitab ini berisi alegori yang paling indah dalam Alkitab mengenai seorang yang makin tua (Pengkh 12:2-7).

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru

Sekalipun hanya satu bagian Pengkhotbah yang kelihatan dikutip dalam PB (Pengkh 7:20 dalam Rom 3:10, mengenai universalitas dosa), namun tampaknya ada beberapa rujukan yang tak langsung: Pengkh 3:17; Pengkh 11:9; Pengkh 12:14, dalam Mat 16:27; Rom 2:6-8; 2Kor 5:10; 2Tes 1:6-7; dan Pengkh 5:14 dalam 1Tim 6:7. Kesimpulan penulis tentang kesia-siaan mencari harta duniawi diulang oleh Yesus ketika Ia mengatakan

1. (1) bahwa kita hendaknya jangan mengumpulkan harta di dunia ini (Mat 6:19-21,24), dan
2. (2) bahwa tidak ada gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya (Mat 16:26).

Tema kitab ini, yaitu hidup tanpa Allah adalah sia-sia dan tanpa arti, mempersiapkan panggung untuk berita kasih karunia PB: sukacita, keselamatan, dan hidup kekal hanya diterima sebagai karunia dari Allah (bd. Yoh 10:10; Rom 6:23).

Dengan berbagai cara, kitab ini mempersiapkan jalan untuk penyataan PB dengan cara terbalik. Acuan yang sering kepada kesia-siaan hidup dan kepastian kematian mempersiapkan pembacanya untuk jawaban Allah terhadap kematian dan penghukuman yaitu, hidup kekal melalui Yesus Kristus. Karena orang PL yang paling bijaksana tidak sanggup menemukan jawaban yang memuaskan bagi aneka persoalan hidup melalui pencarian kesenangan yang mementingkan diri, kekayaan, dan pengumpulan pengetahuan, kita harus mencari jawaban tersebut di dalam Dia yang oleh PB disebut "lebih daripada Salomo" (Mat 12:42), yaitu Yesus Kristus sebab di dalam-Nya "tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).

Waktu untuk segala sesuatu

Keadaan yang selalu berubah dari semua perkara manusia dan rencana ilahi yang tidak bisa diubah dan tak terselami.

3:1 Dengan bergantinya waktu, kesia-siaan ditambahkan kepada manusia.
3:11 Ada kesempurnaan dalam perbuatan TUHAN.
3:16 Namun kepada manusia, TUHAN akan menghakimi pekerjaannya setelah ini, meskipun di sini dia menjadi seperti binatang.

Untuk segala sesuatu ada waktunya (3:1-15)
Ketidakadilan dalam hidup (3:16--4:6)

Allah, Salomo.

Allah

Kita hidup di dunia yang berubah. Peristiwa-peristiwa waktu dan kondisi hidup manusia selalu berlalu dan berulang lagi, namun semua perubahan ditentukan oleh kuasa yang tertinggi dan karena itu kita seharusnya menyesuaikan diri kita dengan tujuan-Nya. Kesenangan hidup yang sejati adalah memakai hal-hal yang telah diberikan Allah kepada kita dengan baik, menjadikan kita berguna.

ay. 17. Di tengah segala ketidakadilan perkara manusia, merupakan penghiburan yang besar untuk mengetahui bahwa mata iman dapat melihat Yesus Kristus, Sang Hakim, berdiri di depan pintu dan ketika Dia datang, Dia akan memberi hadiah kepada orang benar dan menghukum penindas yang sombong dan kejam. Meskipun masa-masa kesulitan tampak begitu lama, kita bisa dengan sabar menantikan kedatangan-Nya, ketika akan dilakukan penilaian atas semua tujuan dan semua pekerjaan di bawah matahari.

Pasal 3 dari Kitab Pengkhotbah mengajarkan tentang waktu dan musim dalam kehidupan. Pengkhotbah menyatakan bahwa ada waktu yang ditentukan untuk setiap hal di bawah langit, seperti waktu untuk lahir dan mati, menanam dan mencabut, menangis dan tertawa. Dia juga mengakui bahwa Allah telah menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya dan memberikan kekekalan dalam hati manusia, tetapi manusia tidak dapat sepenuhnya memahami pekerjaan Allah. Pengkhotbah menyimpulkan bahwa manusia seharusnya bersukacita dan berbuat baik dalam hidup, karena itu adalah karunia Allah. Dia juga menyadari bahwa Allah akan menghakimi orang benar dan orang fasik, dan bahwa nasib manusia dan binatang adalah sama. Pengkhotbah mengakhiri pasal ini dengan mengatakan bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada bersukacita atas pekerjaannya, karena manusia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Kitab Pengkhotbah adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang dikaitkan dengan Raja Salomo. Kitab ini ditulis dalam konteks historis di Kerajaan Israel pada abad ke-10 SM. Raja Salomo adalah seorang raja yang bijaksana dan kaya, dan ia mencoba mencari makna hidup di tengah kekayaan dan kebijaksanaannya.

Dalam pasal 3 Kitab Pengkhotbah, Salomo berbicara tentang waktu dan musim dalam kehidupan manusia. Ia menggambarkan bahwa ada waktu untuk segala sesuatu di bawah langit, termasuk waktu untuk lahir dan mati, waktu untuk menanam dan mencabut, waktu untuk menangis dan tertawa, waktu untuk mencari dan kehilangan, dan sebagainya.

Dalam ayat-ayat sebelumnya, Salomo mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki waktu dan musimnya masing-masing. Ia juga mengatakan bahwa Allah telah menaruh kekekalan di dalam hati manusia, tetapi manusia tidak dapat sepenuhnya memahami rencana Allah.

Dalam konteks teologis, pasal ini mengajarkan bahwa manusia harus menerima dan menghargai waktu dan musim dalam hidup mereka. Mereka harus mengerti bahwa ada waktu untuk segala sesuatu dan bahwa Allah memiliki rencana-Nya sendiri dalam setiap aspek kehidupan.

Dengan demikian, pasal 3 Kitab Pengkhotbah memberikan pemahaman tentang pentingnya waktu dan musim dalam hidup manusia, serta mengajarkan manusia untuk menghargai dan menerima rencana Allah dalam hidup mereka.

Berikut adalah beberapa topik penting dalam Kitab Pengkhotbah pasal 3:

1. Waktu untuk segala sesuatu (ayat 1-8)
- Ada waktu yang ditentukan untuk setiap aktivitas di bawah langit.
- Ayat referensi: Pengkhotbah 3:1-8

2. Keindahan dalam waktu yang ditentukan (ayat 11)
- Allah menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.
- Ayat referensi: Pengkhotbah 3:11

3. Karunia Allah dalam menikmati hidup (ayat 12-13)
- Manusia seharusnya bersukacita, berbuat baik, dan menikmati hasil kerja kerasnya.
- Ayat referensi: Pengkhotbah 3:12-13

4. Allah yang kekal dan tak tergoyahkan (ayat 14)
- Segala yang Allah perbuat tetap untuk selama-lamanya, dan manusia harus takut akan Dia.
- Ayat referensi: Pengkhotbah 3:14

5. Keadilan Allah dalam menghakimi (ayat 16-17)
- Allah akan menghakimi baik orang benar maupun orang fasik.
- Ayat referensi: Pengkhotbah 3:16-17

6. Kesia-siaan hidup manusia (ayat 18-21)
- Manusia dan binatang memiliki nasib yang sama, yaitu kematian.
- Ayat referensi: Pengkhotbah 3:18-21

7. Bersukacita atas pekerjaan dan ketidakpastian masa depan (ayat 22)
- Manusia seharusnya bersukacita atas pekerjaannya karena tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
- Ayat referensi: Pengkhotbah 3:22

Orang-orang yang tercantum dalam pasal ini:
- Allah: Tuhan yang menciptakan segala sesuatu dan memberikan pekerjaan kepada manusia.
- Anak-anak manusia: Manusia secara umum, yang diberikan pekerjaan oleh Allah.
- Orang benar: Orang yang hidup dengan kebenaran dan melakukan kebaikan.
- Orang fasik: Orang yang hidup dalam kefasikan dan melakukan kejahatan.

Lokasi yang tercantum dalam pasal ini:
- Bumi: Tempat di mana manusia hidup dan melakukan pekerjaan.
- Tempat pengadilan: Tempat di mana keadilan ditegakkan dan kasus-kasus diadili.
- Tempat kebenaran: Tempat di mana kebenaran dijunjung tinggi dan dijalankan.Penjelasan singkat:
- Pasal ini menggambarkan bahwa ada waktu yang ditentukan untuk setiap hal di bawah langit, termasuk kelahiran, kematian, menanam, mencabut, membunuh, menyembuhkan, dan sebagainya.
- Manusia diberikan pekerjaan oleh Allah, dan Allah menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.
- Pasal ini juga mengajarkan bahwa manusia seharusnya bersukacita, berbuat baik, dan menikmati hasil kerja kerasnya.
- Allah adalah hakim yang adil dan akan menghakimi orang benar dan orang fasik.
- Manusia dan binatang memiliki nasib yang sama, yaitu kematian. Semuanya berasal dari debu dan kembali ke debu.
- Pasal ini mengajak manusia untuk bersukacita atas pekerjaan mereka dan merenungkan apa yang akan terjadi di masa depan.

Kata kunci dalam Kitab "Pengkhotbah" pasal "3" adalah:

1. Masa tertentu: Menunjukkan bahwa ada waktu yang ditentukan untuk setiap hal di bawah langit.
2. Waktu untuk segala sesuatu: Menekankan bahwa ada waktu yang tepat untuk setiap aktivitas manusia.
3. Waktu untuk lahir dan mati: Menunjukkan bahwa ada waktu yang ditentukan untuk kelahiran dan kematian.
4. Waktu untuk menanam dan mencabut: Menekankan bahwa ada waktu yang tepat untuk menanam dan mencabut tanaman.
5. Waktu untuk membunuh dan menyembuhkan: Menunjukkan bahwa ada waktu yang ditentukan untuk membunuh dan menyembuhkan.
6. Waktu untuk membongkar dan membangun: Menekankan bahwa ada waktu yang tepat untuk membongkar dan membangun.
7. Waktu untuk menangis dan tertawa: Menunjukkan bahwa ada waktu yang ditentukan untuk menangis dan tertawa.
8. Waktu untuk meratap dan menari-nari: Menekankan bahwa ada waktu yang tepat untuk meratap dan menari-nari.
9. Waktu untuk membuang batu dan mengumpulkan batu: Menunjukkan bahwa ada waktu yang ditentukan untuk membuang dan mengumpulkan.
10. Waktu untuk memeluk dan menahan diri dari memeluk: Menekankan bahwa ada waktu yang tepat untuk memeluk dan menahan diri.
11. Waktu untuk mencari dan menghilangkan: Menunjukkan bahwa ada waktu yang ditentukan untuk mencari dan menghilangkan.
12. Waktu untuk menyimpan dan membuang: Menekankan bahwa ada waktu yang tepat untuk menyimpan dan membuang.
13. Waktu untuk merobek dan menjahit: Menunjukkan bahwa ada waktu yang ditentukan untuk merobek dan menjahit.
14. Waktu untuk diam dan berbicara: Menekankan bahwa ada waktu yang tepat untuk diam dan berbicara.
15. Waktu untuk mencintai dan membenci: Menunjukkan bahwa ada waktu yang ditentukan untuk mencintai dan membenci.
16. Waktu untuk peperangan dan kedamaian: Menekankan bahwa ada waktu yang tepat untuk peperangan dan kedamaian.
17. Keuntungan pekerjaan yang keras: Menunjukkan bahwa pekerjaan yang keras memberikan keuntungan bagi pekerja.
18. Pekerjaan yang Allah berikan: Menekankan bahwa Allah memberikan pekerjaan kepada manusia untuk menyibukkan mereka.
19. Segala sesuatu yang indah pada waktunya: Menunjukkan bahwa Allah menjadikan segala sesuatu indah pada waktu yang ditentukan-Nya.
20. Karunia Allah: Menekankan bahwa makan, minum, dan menikmati hasil kerja keras adalah karunia dari Allah.
21. Semua yang Allah perbuat tetap untuk selama-lamanya: Menunjukkan bahwa apa yang Allah lakukan tidak dapat ditambahkan atau diambil darinya.
22. Allah menghakimi orang benar dan orang fasik: Menekankan bahwa Allah akan menghakimi setiap orang sesuai dengan perbuatannya.
23. Manusia dan binatang memiliki nasib yang sama: Menunjukkan bahwa manusia dan binatang memiliki nasib yang sama dalam kematian.
24. Semuanya berasal dari debu dan kembali kepada debu: Menekankan bahwa manusia dan binatang berasal dari debu dan akan kembali ke debu.
25. Roh manusia dan binatang: Menunjukkan perbedaan antara roh manusia yang naik ke atas dan roh binatang yang turun ke bawah bumi.
26. Bersukacita atas pekerjaan-pekerjaan: Menekankan pentingnya bersukacita atas pekerjaan yang dilakukan manusia.
27. Melihat apa yang akan terjadi kelak: Menunjukkan keingintahuan manusia tentang masa depan yang hanya Allah yang mengetahuinya.

Pertanyaan refleksi:
1. Apa yang dapat kita pelajari dari pengajaran bahwa ada waktu untuk segala sesuatu di bawah langit?
2. Bagaimana pemahaman kita tentang waktu dan musim dalam hidup kita dapat mempengaruhi cara kita menjalani kehidupan sehari-hari?
3. Bagaimana pandangan kita tentang hidup dan kematian berubah ketika kita memahami bahwa ada waktu untuk lahir dan ada waktu untuk mati?
4. Bagaimana kita dapat menemukan kedamaian dan sukacita dalam setiap musim hidup yang kita alami?

Pertanyaan diskusi:
1. Bagaimana kita dapat memahami pernyataan bahwa Allah telah menjadikan segala sesuatu dengan indah pada waktunya? Apakah ada contoh konkret dalam kehidupan kita?
2. Bagaimana kita dapat menghargai dan memanfaatkan waktu yang telah diberikan kepada kita dengan bijaksana?
3. Bagaimana kita dapat menemukan arti dan tujuan dalam pekerjaan kita, meskipun terkadang tampak sia-sia?
4. Bagaimana kita dapat menemukan keseimbangan antara bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras kita?

Hal-hal menarik terkait Kitab "Pengkhotbah" pasal "3":
1. Pasal ini mengajarkan tentang siklus hidup dan musim yang ada dalam kehidupan manusia.
2. Pengajaran ini mengingatkan kita bahwa ada waktu untuk segala sesuatu, termasuk waktu untuk bersukacita dan berduka.
3. Pasal ini menekankan pentingnya menghargai waktu dan menikmati hasil kerja keras kita.
4. Pengajaran ini juga mengajarkan bahwa Allah adalah Sang Pencipta yang mengatur waktu dan musim dalam hidup kita.

Dari pasal 3 Kitab Pengkhotbah, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dan terapkan dalam hidup kita:

1. Menghargai waktu: Pasal ini mengajarkan bahwa ada waktu yang tepat untuk setiap hal di bawah langit. Kita perlu menghargai waktu yang telah diberikan oleh Allah dan menggunakan waktu tersebut dengan bijaksana.

2. Menghadapi perubahan: Pasal ini mengajarkan bahwa hidup penuh dengan perubahan. Ada waktu untuk segala sesuatu, termasuk waktu untuk lahir dan mati, menanam dan mencabut, menangis dan tertawa. Kita perlu belajar untuk menerima perubahan dan menyesuaikan diri dengan situasi yang berbeda.

3. Bersukacita dan berbuat baik: Pasal ini mengajarkan bahwa tidak ada yang lebih baik bagi kita daripada bersukacita dan berbuat baik dalam hidup. Kita perlu menghargai karunia Allah dan menikmati hasil kerja keras kita, sambil tetap melakukan kebaikan kepada sesama.

4. Menghormati Allah: Pasal ini mengajarkan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dia memiliki kuasa atas hidup kita. Kita perlu menghormati dan takut akan Allah, serta mengakui bahwa segala sesuatu yang Dia lakukan adalah kekal.

Doa terkait pasal ini dapat mencakup permohonan untuk:
- Meminta hikmat dan pengertian dalam menghargai waktu yang telah diberikan oleh Allah.
- Meminta kekuatan untuk menghadapi perubahan dalam hidup dengan penuh ketenangan dan kepercayaan kepada Allah.
- Meminta sukacita dan kebaikan dalam hidup, serta kemampuan untuk berbagi kebaikan kepada sesama.
- Meminta pengakuan akan kebesaran Allah dan kemampuan untuk menghormati dan takut akan Dia.

Doa ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi pribadi masing-masing.