Statistik	12 pasal, 222 ayat, 5.584 kata
Penulis	Salomo
Tema	Kesia-Siaan Hidup yang Terlepas dari Allah; Jauh dari Tuhan menjadikan hidup sia-sia dan kecewa
Waktu	+ 935 SM
Tempat	Yerusalem di Yehuda
Kata Kunci	Kesia-Siaan.
Kristus Di Alkitab	Dia adalah hikmat kita

Judul kitab ini di dalam PL Ibrani adalah _qoheleth_ (dari kata Ibr. _qahal_ -- berkumpul); secara harfiah artinya "orang yang mengadakan dan berbicara kepada suatu perkumpulan." Kata ini dipakai 7 kali dalam kitab ini (Pengkh 1:1,2,12; Pengkh 7:27; Pengkh 12:8-10) dan diterjemahkan sebagai "Pengkhotbah". Di dalam Septuaginta padanan katanya ialah _ekklesiastes_ yang menghasilkan judul _Ecclesiastes_ dalam Alkitab Inggris. Karena itu seluruh kitab ini merupakan serangkaian ajaran oleh seorang pengkhotbah yang terkenal.

Pada umumnya dipercayai bahwa penulisnya adalah Salomo, sekalipun namanya tidak muncul di dalam kitab ini, seperti dalam kitab Amsal (mis. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1) dan Kidung Agung (bd. Kid 1:1). Akan tetapi, beberapa bagian mengesankan Salomo selaku penulis.

1. (1) Penulis menyebutkan dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem (Pengkh 1:1,12).
2. (2) Ia menyebut dirinya pemimpin yang paling bijaksana dari umat Allah (Pengkh 1:16) dan penggubah banyak amsal (Pengkh 12:9).
3. (3) Kerajaannya dikenal karena kekayaan dan kemuliaan yang berlimpah-limpah (Pengkh 2:4-9).

Semua unsur ini cocok dengan gambaran alkitabiah mengenai Raja Salomo (bd. 1Raj 2:9; 1Raj 3:12; 1Raj 4:29-34; 1Raj 5:12; 1Raj 10:1-8). Lagi pula, kita tahu bahwa Salomo kadang-kadang mengumpulkan sejumlah orang Israel dan berceramah kepada mereka (mis. 1Raj 8:1). Tradisi Yahudi menyebut Salomo sebagai penulis kitab ini. Pada pihak lain, kenyataan bahwa namanya tidak tercantum dalam kitab ini (seperti halnya dalam kedua kitab lainnya) bisa memberi kesan bahwa orang lain terlibat dalam menyusun kitab ini. Sebaiknya kita memandang kitab ini sebagai ditulis oleh Salomo, tetapi mungkin dikumpulkan dan disusun dalam bentuknya yang sekarang oleh seorang lain, serupa dengan cara beberapa bagian kitab Amsal disusun (bd. Ams 25:1).

Secara liturgis kitab ini menjadi salah satu di antara lima gulungan dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu _Hagiographa_ ("Tulisan-Tulisan Kudus"), yang masing-masing dibacakan di hadapan umum pada salah satu hari raya Yahudi. Pengkhotbah dibacakan pada Hari Raya Pondok Daun.

1. Judul
   (Pengkh 1:1)
   
2. I. Pendahuluan: Kesia-Siaan Hidup Pada Umumnya
   (Pengkh 1:2-11)
   
3. II. Kesia-Siaan Hidup Mementingkan Diri yang Dilukiskan
   dari Pengalaman Pribadi
   (Pengkh 1:12-2:26)
   
1. A. Kesia-Siaan Hikmat dan Filsafat Manusia
   (Pengkh 1:12-18)
   
2. B. Kehampaan Kesenangan dan Kekayaan
   (Pengkh 2:1-11)
   
3. C. Kesia-Siaan Prestasi Besar
   (Pengkh 2:12-17)
   
4. D. Ketidakadilan Kerja Keras
   (Pengkh 2:18-23)
   
5. E. Kesimpulan: Kenikmatan Hanya Berasal dari Allah
   (Pengkh 2:24-26)
   
4. III.Berbagai Pengamatan Tentang Pengalaman Hidup
   (Pengkh 3:1-11:6)
   
1. A. Aneka Perspektif Terhadap Tatanan Ciptaan
   (Pengkh 3:1-22)
   
1. 1. Suatu Waktu Diciptakan untuk Segala Sesuatu
   (Pengkh 3:1-8)
   
2. 2. Keindahan Penciptaan
   (Pengkh 3:9-14)
   
3. 3. Allah adalah Hakim Segala Sesuatu
   (Pengkh 3:15-22)
   
2. B. Berbagai Pengalaman Hidup yang Sia-Sia
   (Pengkh 4:1-16)
   
1. 1. Mengalami Penindasan
   (Pengkh 4:1-3)
   
2. 2. Persaingan dalam Bekerja
   (Pengkh 4:4-6)
   
3. 3. Tidak Mempunyai Teman
   (Pengkh 4:7-12)
   
4. 4. Lalai Menerima Nasihat
   (Pengkh 4:13-16)
   
3. C. Aneka Peringatan Kepada Pembaca
   (Pengkh 5:1-6:12)
   
1. 1. Mengenai Menghampiri Allah
   (Pengkh 5:1-5:7)
   
2. 2. Mengenai Pengumpulan Kekayaan
   (Pengkh 5:7-5:19)
   
3. 3. Mengenai Hidup dan Mati
   (Pengkh 6:1-12)
   
4. D. Serbaneka Amsal-Amsal Hikmat
   (Pengkh 7:1-8:1)
   
5. E. Masalah-Masalah Keadilan
   (Pengkh 8:2-9:12)
   
1. 1. Ketaatan Kepada Raja
   (Pengkh 8:2-8)
   
2. 2. Kejahatan dan Hukumannya
   (Pengkh 8:9-13)
   
3. 3. Masalah Keadilan Sejati
   (Pengkh 8:14-17)
   
4. 4. Keadilan Akhir bagi Semua Orang
   (Pengkh 9:1-6)
   
5. 5. Kemanjuran Iman
   (Pengkh 9:7-12)
   
6. F. Serbaneka Amsal Lagi Tentang Hikmat
   (Pengkh 9:13-11:6)
   
5. IV. Nasihat-Nasihat Penutup
   (Pengkh 11:7-12:14)
   
1. A. Bersukacitalah pada Masa Mudamu
   (Pengkh 11:7-10)
   
2. B. Ingatlah Allah pada Masa Mudamu
   (Pengkh 12:1-8)
   
3. C. Berpautlah pada Satu Kitab
   (Pengkh 12:9-12)
   
4. D. Takutlah Akan Allah dan Berpeganglah pada Perintah-Perintah-Nya
   (Pengkh 12:13-14)
   

Menurut tradisi Yahudi, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih berusia muda, Amsal pada usia setengah tua dan kitab Pengkhotbah pada tahun-tahun akhir hidupnya. Pengaruh yang bertumpuk dari kemerosotan rohani, penyembahan berhala, dan hidup memuaskan-dirinya pada akhirnya membuat Salomo kecewa dengan kesenangan dan materialisme sebagai cara untuk mencapai kebahagiaan. Kitab Pengkhotbah mencatat renungan-renungan sinisnya tentang kesia-siaan dan kehampaan usaha menemukan kebahagiaan hidup terlepas dari Allah dan Firman-Nya. Ia telah mengalami kekayaan, kuasa, kehormatan, ketenaran, dan kesenangan sensual -- semua secara melimpah -- namun semua itu akhirnya merupakan kehampaan dan kekecewaannya saja, "Kesia-siaan belaka! Kesia-siaan belaka! ... segala sesuatu adalah sia-sia" (Pengkh 1:2). Tujuan utamanya dalam menulis Pengkhotbah mungkin adalah menyampaikan semua penyesalan dan kesaksiannya kepada orang lain sebelum ia wafat, khususnya kepada kaum muda, supaya mereka tidak melakukan kesalahan yang sama seperti dirinya. Ia membuktikan untuk selama-lamanya kesia-siaan melandaskan nilai-nilai kehidupan seorang pada harta benda duniawi dan ambisi pribadi. Sekalipun orang muda harus menikmati masa muda mereka (Pengkh 11:9-10), adalah lebih penting untuk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta (Pengkh 12:1) dan membulatkan tekad untuk takut akan Allah dan berpegang pada perintah-perintah-Nya (Pengkh 12:13-14); itulah satu-satunya jalan untuk menemukan makna hidup ini.

1. Manusia
Sungguh aneh, bahwa dengan melalui pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, kita mendapatkan pengertian yang dalam mengenai bagaimana Allah menciptakan kita. Kenyataan bahwa kita memikirkan semua ini, dan bahwa kita perlu mempunyai tujuan hidup, merupakan suatu bukti kebesaran manusia sebagai ciptaan Allah (Pengk 3:10,11). Hal ini juga menunjukkan kepada kita ketidaktahuan manusia yang menyedihkan tentang hal-hal rohani (Pengk 7:23,24; 8:16,17; 11:5,6). Yang lebih buruk lagi ialah bahwa semua ini menunjukkan betapa kita tidak hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah (Pengk 7:20,27-29).

2. Kematian
Kitab Pengkhotbah selalu mengingatkan kita pada fakta yang sering kita lupakan, yaitu bahwa kita semua pada suatu ketika akan mati. Hal ini harus membuat kita lebih peka mengenai bagaimana kita menggunakan segala kesempatan yang ada pada saat ini. Lihat Pengk 2:14-16; 3:18-21; 5:15,16; 6:12; 8:7,8; 9:2-6; 12:1-7.

3. Takut kepada Allah
Seperti sering ditulis dalam Perjanjian Lama, sikap yang benar terhadap Allah digambarkan sebagai takut kepada-Nya, yaitu bahwa kita mengakui Dia sebagai Allah dan hidup sesuai dengan sikap ini. Ini berarti bahwa kita harus menyembah Dia dan berusaha menyenangkan Allah dalam segala hal yang kita lakukan. Sikap ini juga menyangkut pengertian bahwa Dia melihat segala yang kita lakukan dan bahwa pada suatu ketika kita harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita di hadapan-Nya. Lihat Pengk 5:1-7; 7:18,26; 8:2,12, 13; 12:1,13.

4. Hikmat
Pengkhotbah adalah salah satu kitab yang membicarakan mengenai hikmat. Hikmat ini sebenarnya milik Allah sendiri, tetapi Dia memberikannya kepada manusia, laki-laki dan perempuan (Pengk 2:26). Agar kita tidak menganggap hal ini sebagai suatu hal yang sukar dimengerti, kita diberi contoh-contoh mengenai apa yang dimaksudkan dengan hikmat praktis itu (Pengk 8:2-6; 10:1-11:6). Sebenarnya, peringatan si Pengkhotbah yang terakhir ialah bahwa kehidupan itu bukan untuk diketahui, tetapi untuk dijalani (Pengk 12:12-14).

Sulit untuk memberikan analisis yang teratur dari isi kitab Pengkhotbah; tidak ada garis besar yang dengan mudah merangkum semua ayat dan alinea. Dalam beberapa hal, Pengkhotbah mirip dengan petikan-petikan dari catatan harian pribadi seorang ahli filsafat selama tahun-tahun terakhir yang penuh kekecewaan dari hidupnya. Ia memulai kitab ini dengan menyatakan tema pokoknya bahwa seluruh kehidupan ini tak berarti dan serupa dengan menjaring angin (Pengkh 1:1-11). Bagian utama yang pertama dari kitab ini khususnya berhubungan dengan riwayat hidupnya; Salomo melukiskan berbagai segi hidupnya yang sangat mementingkan diri dalam segenap kemakmuran, kesenangan, dan keberhasilan duniawi (Pengkh 1:12--2:23). Usaha memperoleh kebahagiaan melalui cara-cara ini baginya telah berakhir dengan ketidakpuasan dan kehampaan. Bagian terbesar kitab ini berisi rangkaian pikiran acak-acakan yang menggarisbawahi kesia-siaan dan kebingungan dari kehidupan yang tidak berpusat pada Allah. Hidup "di bawah matahari" (frasa yang terdapat 29 kali di dalam kitab ini) adalah hidup yang dilihat dari mata orang yang tidak tertebus dan bercirikan ketidakadilan, ketidakpastian, dan perubahan-perubahan tidak terduga dari nasib, serta pelanggaran-pelanggaran keadilan. Salomo hanya dapat menemui makna pokok hidup ini ketika memandang "di atas matahari" kepada Allah. Mencari kesenangan adalah dangkal dan bodoh; masa muda seseorang terlalu singkat dan kehidupan ini terlalu cepat berlalu untuk dihabiskan secara serampangan. Hidup yang tak menentu dan pastinya kematian menyebabkan Salomo bersikap sinis terhadap maksud dan jalan Allah. Kitab ini ditutup dengan menasihati kaum muda untuk mengingat Allah ketika masih muda, supaya mereka tidak menjadi tua dengan penyesalan pahit dan tugas menyedihkan untuk mempertanggungjawabkan hidup yang disia-siakan kepada Allah.

Lima ciri utama menandai kitab ini.

1. (1) Kitab ini sifatnya sangat pribadi, penulis sering kali memakai kata ganti "aku" sepanjang sepuluh pasal pertama.
2. (2) Melalui sikap pesimisme penulis, kitab ini menyatakan bahwa hidup yang terpisah dari Allah itu tidak menentu dan penuh dengan kesia-siaan (istilah "sia-sia" terdapat 37 kali dalam kitab ini). Dengan sinis Salomo mengamati pelbagai paradoks dan kebingungan dalam hidup ini (lih. mis. Pengkh 2:23 dan Pengkh 2:24; Pengkh 8:12 dan Pengkh 8:13; Pengkh 7:3 dan Pengkh 8:15).
3. (3) Inti nasihat Salomo di dalam kitab ini terdapat di dalam dua ayat terakhir, "Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang" (Pengkh 12:13-14).
4. (4) Gaya penulisan kitab ini terputus-putus; kosakata dan susunan kalimatnya termasuk bahasa Ibrani yang paling sulit dalam PL dan tidak mudah untuk menggolongkannya dalam masa sastra Ibrani tertentu.
5. (5) Kitab ini berisi alegori yang paling indah dalam Alkitab mengenai seorang yang makin tua (Pengkh 12:2-7).

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru

Sekalipun hanya satu bagian Pengkhotbah yang kelihatan dikutip dalam PB (Pengkh 7:20 dalam Rom 3:10, mengenai universalitas dosa), namun tampaknya ada beberapa rujukan yang tak langsung: Pengkh 3:17; Pengkh 11:9; Pengkh 12:14, dalam Mat 16:27; Rom 2:6-8; 2Kor 5:10; 2Tes 1:6-7; dan Pengkh 5:14 dalam 1Tim 6:7. Kesimpulan penulis tentang kesia-siaan mencari harta duniawi diulang oleh Yesus ketika Ia mengatakan

1. (1) bahwa kita hendaknya jangan mengumpulkan harta di dunia ini (Mat 6:19-21,24), dan
2. (2) bahwa tidak ada gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya (Mat 16:26).

Tema kitab ini, yaitu hidup tanpa Allah adalah sia-sia dan tanpa arti, mempersiapkan panggung untuk berita kasih karunia PB: sukacita, keselamatan, dan hidup kekal hanya diterima sebagai karunia dari Allah (bd. Yoh 10:10; Rom 6:23).

Dengan berbagai cara, kitab ini mempersiapkan jalan untuk penyataan PB dengan cara terbalik. Acuan yang sering kepada kesia-siaan hidup dan kepastian kematian mempersiapkan pembacanya untuk jawaban Allah terhadap kematian dan penghukuman yaitu, hidup kekal melalui Yesus Kristus. Karena orang PL yang paling bijaksana tidak sanggup menemukan jawaban yang memuaskan bagi aneka persoalan hidup melalui pencarian kesenangan yang mementingkan diri, kekayaan, dan pengumpulan pengetahuan, kita harus mencari jawaban tersebut di dalam Dia yang oleh PB disebut "lebih daripada Salomo" (Mat 12:42), yaitu Yesus Kristus sebab di dalam-Nya "tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).

Kesimpulan dari kesia-siaan

Kesia-siaan kekayaan duniawi yang hanya menyinggung tubuh.

6:1 Kesia-siaan dari kekayaan yang tidak dinikmati;
6:3 meskipun seseorang memiliki banyak anak dan umur yang panjang.
6:7 Kesia-siaan dari yang dilihat dan keinginan yang di awang-awang.
6:10 Kesimpulan tentang kesia-siaan.

Allah, Salomo.

Allah

Manusia mencabut dirinya sendiri dari kebaikan yang bisa didapatkan dari milik duniawinya dengan tidak mempersembahkannya kepada Allah. Jika seseorang tidak memiliki keinginan untuk melayani Allah dengan apa yang dia miliki, Allah bisa meniadakan dari dia kekuatan bahkan untuk melayani dirinya sendiri dengan itu.

ay. 7. Mereka yang selalu berlimpah, namun tidak mengenal Kristus, sesungguhnya mengharapkan/membutuhkan. Kekayaan bagi orang duniawi adalah seperti minuman bagi seseorang yang sakit gembur-gembur, yang hanya terus haus. Kristus adalah Roti sejati yang mengenyangkan; Air hidup yang memuaskan semua jiwa yang haus.

Dalam pasal 6 Kitab Pengkhotbah, pengkhotbah mengamati bahwa ada banyak kemalangan di dunia ini. Dia melihat bahwa ada orang yang diberkati dengan kekayaan dan kehormatan, tetapi tidak dapat menikmatinya karena orang lain yang tidak berhubungan dengan mereka yang menikmati segalanya. Pengkhotbah menyimpulkan bahwa ini adalah kesia-siaan dan kemalangan yang menyedihkan. Bahkan jika seseorang memiliki banyak anak dan hidup lama, jika mereka tidak puas dengan kebaikan yang mereka miliki, maka mereka lebih baik tidak pernah dilahirkan. Pengkhotbah juga menyadari bahwa semua usaha manusia hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik, tetapi nafsu manusia tidak pernah terpuaskan. Dia bertanya apa keuntungan orang yang bijaksana dibandingkan dengan orang bodoh, dan mengakui bahwa pandangan mata lebih baik daripada jiwa yang mengembara. Pengkhotbah menyimpulkan bahwa semua ini adalah kesia-siaan dan usaha mengejar angin, karena manusia tidak dapat memahami apa yang baik bagi mereka selama hidup mereka yang singkat dan sia-sia di dunia ini.

Kitab Pengkhotbah adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang dikaitkan dengan Raja Salomo. Kitab ini berisi pengajaran-pengajaran yang diberikan oleh Salomo tentang kehidupan dan makna hidup. Pasal 6 dari Kitab Pengkhotbah membahas tentang kekayaan dan kepuasan duniawi.

Dalam konteks historis, Raja Salomo adalah raja Israel yang terkenal karena kekayaan dan kebijaksanaannya. Kitab Pengkhotbah diyakini ditulis oleh Salomo pada masa pemerintahannya, sekitar abad ke-10 SM.

Dalam konteks budaya, kekayaan dan kepuasan materi menjadi fokus utama dalam masyarakat pada masa itu. Salomo mencoba mencari makna hidup melalui kekayaan dan pencapaian duniawi.

Dalam konteks literatur, pasal-pasal sebelumnya dalam Kitab Pengkhotbah menggambarkan pencarian Salomo akan kepuasan melalui kebijaksanaan, kesenangan, dan pekerjaan. Namun, ia menyadari bahwa semua itu tidak memberikan kepuasan yang abadi.

Dalam konteks teologis, Kitab Pengkhotbah menekankan pentingnya mencari makna hidup yang lebih dalam dan abadi, bukan hanya terpaku pada kekayaan dan kesenangan duniawi. Salomo menyimpulkan bahwa hanya dengan mengasihi dan takut akan Allah, manusia dapat menemukan makna hidup yang sejati.

Dalam pasal 6, Salomo melanjutkan pemikirannya tentang kekayaan dan kepuasan duniawi. Ia menggambarkan seseorang yang hidup dalam kemewahan dan kekayaan, tetapi tidak dapat menikmatinya dengan sepenuh hati. Salomo menyadari bahwa kekayaan materi tidak memberikan kepuasan yang abadi dan bahwa hidup yang bermakna tidak dapat dicapai melalui harta benda semata.

Dengan demikian, pasal 6 dari Kitab Pengkhotbah mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat pada kekayaan dan pencapaian duniawi, tetapi untuk mencari makna hidup yang lebih dalam dan abadi melalui hubungan kita dengan Allah.

Berikut adalah beberapa topik penting dalam Kitab Pengkhotbah pasal 6:

1. Kemalangan hidup yang menyedihkan (ayat 1-2)
- Manusia yang diberikan kekayaan dan kehormatan, tetapi tidak dapat menikmatinya.
- Orang asing yang menikmati hasil kerja kerasnya.

2. Kehampaan hidup dan kematian yang sia-sia (ayat 3-6)
- Meskipun hidup panjang dan memiliki banyak anak, jika tidak puas dengan kebaikan, hidup menjadi sia-sia.
- Kematian lebih baik daripada hidup yang tidak memuaskan.

3. Kerja keras yang tidak memuaskan (ayat 7-9)
- Segala kerja keras manusia hanya untuk memenuhi kebutuhan mulutnya.
- Nafsu manusia tidak pernah terpuaskan.

4. Kelebihan kebijaksanaan dan kemiskinan (ayat 10-12)
- Kelebihan kebijaksanaan tidak memberikan keuntungan yang nyata dibandingkan dengan kebodohan.
- Kelebihan orang miskin yang tahu berjalan di hadapan orang yang hidup.

5. Kesia-siaan dan ketidakpastian hidup (ayat 12-6:1)
- Lebih baik melihat dengan mata daripada hidup dalam kegelapan.
- Semakin banyak perkataan, semakin banyak kesia-siaan.

6. Ketidakmampuan manusia untuk mengetahui masa depan (ayat 6:10-12)
- Manusia tidak tahu apa yang akan terjadi setelahnya di dunia ini.

Referensi:
- Pengkhotbah 6:1-12

Orang-orang yang tercantum dalam pasal ini:
- Allah: Tuhan yang memberikan kekayaan, harta benda, dan kehormatan kepada seseorang.
- Orang asing: Orang yang menikmati kekayaan, harta benda, dan kehormatan yang seharusnya diberikan kepada seseorang.
- Bayi yang gugur: Bayi yang meninggal sebelum dapat mengalami hidup yang penuh kesia-siaan dan kegelapan.
- Orang berhikmat: Orang yang memiliki kebijaksanaan.
- Orang bodoh: Orang yang tidak memiliki kebijaksanaan.
- Orang miskin: Orang yang hidup dalam kemiskinan.

Lokasi yang tercantum dalam pasal ini:- Bawah matahari: Dunia ini, tempat di mana kemalangan dan kesia-siaan terjadi.
- Tempat penguburan: Tempat di mana jenazah seseorang dikuburkan setelah meninggal dunia.

Kata kunci dalam Kitab "Pengkhotbah" pasal 6 adalah sebagai berikut:

1. Kemalangan: Mengacu pada penderitaan dan kesedihan yang dialami oleh manusia di dunia ini.
2. Kekayaan: Merujuk pada harta benda dan kekayaan materi yang diberikan oleh Allah kepada seseorang.
3. Kehormatan: Menunjukkan status sosial dan penghargaan yang diberikan kepada seseorang.
4. Kekurangan: Menyiratkan ketidakpuasan dan kekosongan dalam jiwa seseorang meskipun memiliki segala yang diinginkannya.
5. Kesia-siaan: Menggambarkan kehidupan yang tidak memiliki makna dan tujuan yang jelas.
6. Orang asing: Merujuk pada orang lain yang tidak berhak atau tidak pantas menikmati kekayaan dan kehormatan yang seharusnya dimiliki oleh seseorang.
7. Bayi yang gugur: Menyiratkan bahwa kehidupan yang singkat namun tenang lebih baik daripada hidup yang panjang namun tidak puas.
8. Kebaikan: Merujuk pada kebahagiaan dan kepuasan yang seharusnya diperoleh dari kekayaan dan kehormatan.
9. Penguburan: Menyiratkan akhir hidup dan pemakaman seseorang.
10. Kerja keras: Mengacu pada usaha dan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
11. Orang berhikmat: Merujuk pada orang yang memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan yang lebih tinggi.
12. Orang bodoh: Mengacu pada orang yang kurang berpengetahuan dan tidak bijaksana.
13. Orang miskin: Merujuk pada orang yang tidak memiliki kekayaan materi.
14. Pandangan mata: Menyiratkan pengalaman dan kepuasan yang diperoleh melalui penglihatan dan pengalaman hidup.
15. Jiwa yang mengembara: Mengacu pada kekosongan dan ketidakpuasan dalam jiwa seseorang.
16. Perkataan: Merujuk pada kata-kata dan bicara yang tidak memberikan manfaat yang nyata.
17. Hidup yang singkat: Menyiratkan bahwa hidup manusia di dunia ini adalah sementara dan berakhir dengan cepat.
18. Hidup yang sia-sia: Menggambarkan kehidupan yang tidak memiliki makna dan tujuan yang jelas.
19. Usaha mengejar angin: Menyiratkan usaha yang sia-sia dan tidak membuahkan hasil yang bermakna.
20. Hari-hari hidup yang singkat: Menyiratkan bahwa hidup manusia di dunia ini adalah sementara dan berakhir dengan cepat.

Pertanyaan refleksi:
1. Apa yang dapat kita pelajari dari pengalaman yang dijelaskan dalam pasal ini tentang kekayaan dan kepuasan hidup?
2. Bagaimana pandangan Anda tentang kehidupan yang sia-sia dan usaha mengejar angin yang disebutkan dalam pasal ini?
3. Bagaimana Anda menghubungkan pemikiran dalam pasal ini dengan kehidupan sehari-hari Anda?

Pertanyaan diskusi:
1. Bagaimana Anda memahami pernyataan bahwa "bayi yang gugur lebih baik daripada orang itu" dalam konteks pasal ini?
2. Apa yang dapat kita pelajari tentang kepuasan hidup dan arti kehidupan dari pengalaman yang dijelaskan dalam pasal ini?
3. Bagaimana Anda menghubungkan pemikiran dalam pasal ini dengan ajaran-ajaran lain dalam Alkitab?

Hal-hal menarik terkait Kitab "Pengkhotbah" pasal "6":
1. Pasal ini mengajarkan tentang pentingnya memiliki perspektif yang benar tentang kekayaan dan kepuasan hidup.
2. Pasal ini menekankan bahwa kehidupan yang sia-sia dan usaha mengejar angin tidak akan membawa kepuasan yang sejati.
3. Pasal ini mengajak kita untuk merenungkan arti kehidupan dan mencari kepuasan yang lebih dalam dari hubungan dengan Allah.
4. Pasal ini juga mengingatkan kita tentang keterbatasan manusia dan pentingnya hidup dengan bijaksana dalam keterbatasan tersebut.
5. Pasal ini menunjukkan bahwa kekayaan dan kepuasan materi tidak dapat memberikan kepuasan yang abadi, tetapi hanya hubungan yang benar dengan Allah yang dapat memberikan arti sejati dalam hidup.

Dari pasal 6 Kitab Pengkhotbah, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dan terapkan dalam hidup kita:

1. Kekayaan dan harta benda tidak dapat memberikan kepuasan yang sejati. Meskipun seseorang memiliki segala yang diinginkannya, jika Allah tidak memberikan kuasa untuk menikmatinya, itu adalah kesia-siaan.

2. Kehidupan yang panjang dan banyak keturunan tidak menjamin kebahagiaan. Jika seseorang tidak puas dengan kebaikan yang diterimanya dan tidak ada penguburan yang layak baginya, itu adalah kesedihan yang besar.

3. Semua usaha manusia hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik, tetapi nafsu manusia tidak akan pernah terpuaskan. Kehidupan yang penuh dengan kerja keras dan usaha mengejar angin adalah kesia-siaan.

4. Lebih baik memiliki pandangan yang jelas dan bijaksana daripada hidup dalam kebodohan. Kehidupan yang penuh dengan pengetahuan dan kebijaksanaan lebih berharga daripada kekayaan materi.

5. Manusia tidak dapat melawan kekuatan yang lebih besar darinya. Semakin banyak perkataan dan argumen yang kita buat, semakin sia-sia itu.

6. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Hidup kita di bawah matahari adalah singkat dan sia-sia, dan hanya Allah yang tahu apa yang terjadi setelah kita.

Berikut adalah beberapa doa yang dapat kita panjatkan terkait dengan pasal ini:

1. Doa untuk menghindari keserakahan dan kepuasan duniawi:
"Ya Tuhan, tolonglah kami untuk tidak terjebak dalam keserakahan dan kepuasan duniawi. Bantu kami untuk menghargai kebaikan yang Engkau berikan dan menempatkan kepuasan kami dalam hubungan dengan-Mu. Amin."

2. Doa untuk mendapatkan kebijaksanaan dan pandangan yang jelas:
"Ya Tuhan, berikanlah kami kebijaksanaan dan pandangan yang jelas dalam hidup ini. Bantu kami untuk mencari pengetahuan dan kebijaksanaan-Mu, sehingga kami dapat hidup dengan bijaksana dan menghargai nilai yang sejati. Amin."

3. Doa untuk menghindari hidup yang sia-sia:
"Ya Tuhan, jauhkanlah kami dari hidup yang sia-sia dan mengejar angin. Bantu kami untuk hidup dengan tujuan yang jelas dan menghargai nilai-nilai yang kekal. Amin."

4. Doa untuk mempercayakan masa depan kepada Allah:
"Ya Tuhan, kami menyerahkan masa depan kami kepada-Mu. Kami tahu bahwa hanya Engkau yang tahu apa yang terjadi setelah kita di bawah matahari ini. Bantu kami untuk hidup dengan penuh harapan dan percaya bahwa Engkau memiliki rencana yang baik bagi hidup kami. Amin."

Semoga hal-hal ini dapat memberkati dan membimbing hidupmu sesuai dengan ajaran Kitab Pengkhotbah.