Pertanyaan refleksi:
1. Apa yang dapat kita pelajari dari interaksi antara Yesus dan orang-orang Farisi dalam pasal ini?
2. Bagaimana sikap dan tindakan Yesus dalam menghadapi tradisi manusia yang bertentangan dengan perintah Allah?
3. Apa yang Yesus ajarkan tentang sumber kekotoran manusia dan apa yang benar-benar menajiskan seseorang?
4. Bagaimana sikap dan iman wanita Yunani dalam cerita penyembuhan anaknya? Apa yang dapat kita pelajari dari imannya?
5. Mengapa Yesus melarang orang-orang memberitahukan tentang mujizat penyembuhan yang Dia lakukan? Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini?
Pertanyaan diskusi:
1. Bagaimana kita dapat membedakan antara tradisi manusia dan perintah Allah dalam kehidupan kita sehari-hari?
2. Apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga hati kita tetap dekat dengan Tuhan dan tidak jauh dari-Nya, seperti yang ditegur oleh Yesus kepada orang-orang Farisi?
3. Bagaimana kita dapat menunjukkan iman yang kuat dan ketekunan seperti wanita Yunani dalam memohon kepada Yesus?
4. Apa yang dapat kita pelajari dari sikap dan tindakan Yesus dalam menyembuhkan orang yang tuli dan sulit berbicara?
5. Bagaimana kita dapat mengaplikasikan ajaran Yesus tentang kekotoran hati dan pikiran dalam kehidupan kita sehari-hari?
Hal menarik terkait Kitab Markus pasal 7:
1. Pasal ini menyoroti konflik antara Yesus dan orang-orang Farisi mengenai tradisi manusia dan perintah Allah.
2. Yesus menegaskan bahwa yang benar-benar menajiskan seseorang bukanlah hal-hal dari luar, tetapi pikiran dan niat jahat yang berasal dari hati manusia.
3. Kisah penyembuhan anak perempuan wanita Yunani menunjukkan bahwa iman yang kuat dan ketekunan dalam memohon kepada Yesus dapat menghasilkan mujizat.
4. Yesus juga menunjukkan kuasa-Nya dalam menyembuhkan orang yang tuli dan sulit berbicara, menunjukkan bahwa Dia adalah Mesias yang memiliki kuasa atas segala sesuatu.
5. Pasal ini mengajarkan pentingnya menjaga hati kita tetap dekat dengan Tuhan dan tidak terjebak dalam tradisi manusia yang bertentangan dengan Firman-Nya.