Pasal 17 dari Kitab Hakim-hakim menceritakan tentang seorang pria bernama Mikha dari pegunungan Efraim yang mengembalikan uang perak yang dicuri dari ibunya. Ibunya, setelah mengetahui bahwa Mikha yang mengambilnya, berencana menguduskan sebagian dari uang itu untuk membuat patung dan menempatkannya di rumah mereka. Mikha kemudian mendirikan kuil dan membuat efod serta terafim, dan menahbiskan salah satu anaknya sebagai imam, meskipun pada waktu itu tidak ada raja di Israel dan setiap orang melakukan apa yang dianggap benar menurut pandangannya sendiri.

Selanjutnya, seorang pemuda Lewi dari Betlehem-Yehuda datang ke rumah Mikha untuk menetap. Mikha menawarkan untuk menjadikannya sebagai imam dan memberikan imbalan berupa uang, pakaian, dan makanan. Pemuda itu setuju dan tinggal bersama Mikha, yang merasa bahwa Tuhan akan memberkati dirinya karena memiliki seorang Lewi sebagai imam. Pasal ini menggambarkan keadaan spiritual dan moral yang kacau di Israel pada masa itu, di mana penyembahan kepada Tuhan dicampur dengan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan hukum-Nya.

Berikut adalah penjelasan latar belakang dari pasal 17 Kitab Hakim-hakim dalam konteks historis, budaya, literatur, dan teologis, serta ringkasan dari ayat-ayat sebelumnya.

Latar Belakang Pasal 17 Kitab Hakim-hakim

1. Konteks Historis:

   • Kitab Hakim-hakim ditulis dalam periode setelah penaklukan Kanaan oleh bangsa Israel, sekitar abad ke-12 hingga ke-11 SM. Ini adalah masa transisi dari kepemimpinan yang dipimpin oleh Musa dan Yosua ke periode monarki.
   • Pasal 17 mencerminkan kondisi sosial dan spiritual yang kacau, di mana tidak ada raja di Israel dan setiap orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri (Hakim-hakim 21:25).

2. Konteks Budaya:

   • Masyarakat Israel pada waktu itu terpengaruh oleh budaya dan praktik penyembahan bangsa-bangsa di sekitarnya, termasuk penyembahan berhala. Hal ini terlihat dalam tindakan Mikha yang membuat patung dan terafim (dewa rumah tangga).
   • Praktik keagamaan yang tidak teratur dan penyimpangan dari hukum Tuhan menjadi hal yang umum.

3. Konteks Literatur:

   • Pasal 17 adalah bagian dari narasi yang lebih besar dalam Kitab Hakim-hakim yang menggambarkan berbagai hakim dan tantangan yang dihadapi Israel. Ini juga berfungsi sebagai pengantar untuk kisah yang lebih besar tentang Dan dan pergeseran suku-suku Israel.
   • Gaya penulisan dalam Kitab Hakim-hakim seringkali bersifat naratif dan deskriptif, dengan fokus pada karakter dan tindakan individu.

4. Konteks Teologis:

   • Teologis, pasal ini menunjukkan bagaimana penyimpangan dari penyembahan yang benar kepada Tuhan dapat mengarah pada kebingungan dan kerusakan moral. Ini menekankan pentingnya ketaatan kepada Tuhan dan hukum-Nya.
   • Tindakan Mikha dan pengaruhnya terhadap suku Dan menggambarkan konsekuensi dari ketidaktaatan dan pencarian identitas yang salah.

Apa yang Terjadi dalam Ayat-Ayat Sebelumnya

Sebelum pasal 17, dalam pasal 16, kita melihat kisah Simson, hakim terakhir yang kuat, yang berjuang melawan Filistin. Simson mengalami kegagalan moral dan spiritual, yang mencerminkan keadaan Israel secara keseluruhan. Pasal 17 kemudian berfungsi sebagai transisi yang menunjukkan bagaimana ketidaktaatan dan penyimpangan dari Tuhan terus berlanjut di antara bangsa Israel.

Dengan memahami konteks ini, pembaca dapat lebih menghargai pesan moral dan teologis yang terkandung dalam pasal 17, serta relevansinya bagi kehidupan iman saat ini.

Berikut adalah beberapa topik penting dalam Kitab Hakim-hakim pasal 17 beserta penjelasan singkat dan referensi ayatnya:

• Pencurian dan Pengembalian Harta
  Mikha mengakui bahwa ia telah mencuri uang perak dari ibunya dan mengembalikannya setelah mendengar kutukan yang diucapkan ibunya. Ini menunjukkan pentingnya pengakuan dan pertobatan. (Hakim-hakim 17:1-3)

• Pengudusan Harta untuk Tuhan
  Ibu Mikha berencana menguduskan uang perak untuk membuat patung, yang mencerminkan kesalahpahaman tentang pengudusan dan penyembahan yang benar. (Hakim-hakim 17:3-4)

• Penyembahan yang Salah
  Mikha membuat patung dan kuil di rumahnya, yang menunjukkan praktik penyembahan yang tidak sesuai dengan hukum Tuhan. Ini mencerminkan ketidaktaatan dan kebingungan dalam ibadah. (Hakim-hakim 17:5)

• Kekosongan Kepemimpinan Spiritual
  Pada masa itu, tidak ada raja di Israel, dan setiap orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri, menunjukkan kekacauan moral dan spiritual. (Hakim-hakim 17:6)

• Peran Imam dan Penyembahan Pribadi
  Mikha mengangkat seorang Lewi sebagai imam untuk rumahnya, yang menunjukkan bagaimana penyembahan pribadi dapat menyimpang dari ketentuan Tuhan. (Hakim-hakim 17:10-12)

• Pencarian Identitas dan Tempat Tinggal
  Seorang Lewi dari Betlehem-Yehuda mencari tempat tinggal, mencerminkan pencarian identitas dan tujuan di tengah ketidakpastian. (Hakim-hakim 17:7-9)

• Iman dan Berkat
  Mikha percaya bahwa dengan memiliki seorang Lewi sebagai imam, Tuhan akan berbuat baik kepadanya, menunjukkan hubungan antara iman dan harapan akan berkat. (Hakim-hakim 17:13)

Topik-topik ini mencerminkan tema besar dalam Kitab Hakim-hakim, yaitu tantangan moral dan spiritual yang dihadapi oleh bangsa Israel pada masa itu.

Nama Orang

• Mikha: Seorang dari pegunungan Efraim yang mengambil uang perak ibunya.
• Ibu Mikha: Ibu dari Mikha yang mengucapkan kutuk atas uang perak yang hilang.
• Orang Lewi: Seorang muda dari Betlehem-Yehuda yang menjadi imam di rumah Mikha.

Nama Lokasi

• Pegunungan Efraim: Tempat tinggal Mikha.
• Betlehem-Yehuda: Kota asal orang Lewi yang menjadi pendatang.
• Rumah Mikha: Tempat di mana Mikha tinggal dan di mana orang Lewi menjadi imam.

Berikut adalah analisis dan kata kunci dari Kitab Hakim-hakim pasal 17:

1. Mikha

   • Seorang pria dari pegunungan Efraim yang terlibat dalam praktik penyembahan yang tidak sesuai dengan hukum Tuhan.

2. Uang Perak

   • Uang yang dicuri dari ibunya dan kemudian dikembalikan, menunjukkan tema tentang kutukan dan pengudusan.

3. Patung Pahatan dan Patung Tuangan

   • Mikha dan ibunya membuat patung untuk disembah, mencerminkan penyimpangan dari penyembahan yang benar kepada Tuhan.

4. Kuil

   • Mikha membangun kuil di rumahnya, menandakan pengabdian yang salah dan penyembahan yang tidak sesuai dengan perintah Tuhan.

5. Efod dan Terafim

   • Alat-alat yang digunakan dalam penyembahan, menunjukkan praktik keagamaan yang tidak sesuai dengan hukum Tuhan.

6. Imam

   • Mikha mentahbiskan seorang Lewi sebagai imam, menandakan pengaturan keagamaan yang tidak sah.

7. Zaman Tanpa Raja

   • Menunjukkan kondisi sosial dan spiritual Israel di mana setiap orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri, menciptakan kekacauan moral.

8. Orang Lewi

   • Seorang pendatang dari Betlehem-Yehuda yang menjadi imam di rumah Mikha, menyoroti pergeseran identitas dan peran keagamaan.

9. Janji Mikha

   • Mikha berjanji untuk memberikan imbalan kepada orang Lewi, menunjukkan motivasi pribadi dalam penyembahan.

10. Tuhan

    • Mikha percaya bahwa Tuhan akan berbuat baik kepadanya karena memiliki seorang Lewi sebagai imam, mencerminkan pemahaman yang keliru tentang hubungan dengan Tuhan.

Kata kunci ini mencerminkan tema utama dalam pasal ini, termasuk penyimpangan dari penyembahan yang benar, kondisi sosial Israel, dan pengaturan keagamaan yang tidak sah.

Pasal 17 dari Kitab Hakim-hakim memberikan banyak bahan untuk refleksi dan diskusi. Berikut adalah beberapa pertanyaan refleksi dan diskusi yang dapat membantu Anda menggali lebih dalam:

Pertanyaan Refleksi

1. Motivasi dan Niat: Apa yang dapat kita pelajari dari motivasi Mikha dan ibunya dalam membuat patung dan menguduskan uang perak? Apakah niat baik selalu menghasilkan tindakan yang benar di mata Tuhan?

2. Kepemimpinan Spiritual: Mikha memilih seorang Lewi untuk menjadi imamnya. Apa arti dari memilih pemimpin spiritual yang tidak berasal dari garis keturunan yang diharapkan? Apa yang bisa kita ambil dari keputusan ini dalam konteks gereja saat ini?

3. Konteks Moralitas: Dalam ayat 6, dinyatakan bahwa "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." Bagaimana kita dapat memahami konteks moralitas dalam masyarakat yang tidak memiliki pemimpin yang jelas? Apa tantangan yang dihadapi oleh orang percaya dalam situasi seperti ini?

4. Pencarian Identitas: Apa yang bisa kita pelajari dari perjalanan orang Lewi yang mencari tempat tinggal? Bagaimana pencarian identitas dan tujuan hidup kita dapat mencerminkan perjalanan spiritual kita?

Pertanyaan Diskusi

1. Patung dan Penyembahan: Mengapa pembuatan patung dan penyembahan kepada Tuhan dalam bentuk fisik menjadi masalah dalam konteks iman Kristen? Bagaimana kita dapat menerapkan prinsip ini dalam kehidupan kita sehari-hari?

2. Peran Imam: Apa peran seorang imam dalam konteks masyarakat Israel pada waktu itu, dan bagaimana peran ini dapat diterapkan dalam konteks gereja modern?

3. Kepatuhan kepada Tuhan: Dalam konteks pasal ini, bagaimana kita dapat memastikan bahwa tindakan kita sesuai dengan kehendak Tuhan, terutama ketika kita tidak memiliki pemimpin yang jelas?

4. Kehadiran Tuhan: Mikha merasa bahwa Tuhan akan berbuat baik kepadanya karena ada seorang Lewi menjadi imamnya. Apa yang membuat kita merasa dekat dengan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari? Apakah itu tergantung pada orang lain atau hubungan pribadi kita dengan Tuhan?

Hal-Hal Menarik

• Kontradiksi dalam Penyembahan: Meskipun Mikha dan ibunya memiliki niat untuk menguduskan uang bagi Tuhan, tindakan mereka justru melanggar perintah Tuhan tentang penyembahan. Ini menunjukkan bahwa niat baik tidak selalu sejalan dengan tindakan yang benar.

• Kekosongan Kepemimpinan: Pasal ini menggambarkan periode kekosongan kepemimpinan di Israel, yang dapat menjadi refleksi bagi kita tentang pentingnya kepemimpinan yang baik dalam komunitas iman.

• Identitas dan Akomodasi: Orang Lewi yang menjadi pendatang menunjukkan bagaimana identitas dan tempat tinggal dapat menjadi isu penting dalam kehidupan spiritual. Ini bisa menjadi refleksi bagi kita tentang bagaimana kita menemukan tempat kita dalam komunitas iman.

Semoga pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu Anda dalam menggali lebih dalam makna dan aplikasi dari Kitab Hakim-hakim pasal 17!

Pasal 17 dari Kitab Hakim-hakim memberikan beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dipelajari:

Pelajaran dari Hakim-hakim Pasal 17

1. Pentingnya Menghormati Orang Tua:

   • Mikha mengembalikan uang perak kepada ibunya setelah mendengar kutukannya. Ini menunjukkan pentingnya menghormati dan mendengarkan orang tua. Kita diajarkan untuk menghargai dan menghormati orang tua kita.

2. Bahaya Penyembahan Berhala:

   • Mikha membuat patung dan menguduskan uang perak untuk menyembah Tuhan dengan cara yang tidak sesuai dengan hukum Tuhan. Ini mengingatkan kita untuk tidak menciptakan "berhala" dalam hidup kita, baik itu benda, uang, atau bahkan ambisi kita sendiri.

3. Kemandirian Spiritual:

   • Pada masa itu, tidak ada raja di Israel, dan setiap orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Ini menunjukkan pentingnya memiliki pedoman yang jelas dalam hidup kita. Kita perlu mengandalkan firman Tuhan dan bukan hanya pada pendapat pribadi.

4. Pencarian Identitas dan Tujuan:

   • Orang Lewi yang datang dari Betlehem-Yehuda mencari tempat untuk menetap. Ini mengingatkan kita untuk mencari tujuan dan identitas kita dalam Tuhan, bukan hanya dalam hal-hal duniawi.

5. Komitmen dalam Pelayanan:

   • Mikha menawarkan imbalan kepada orang Lewi untuk tinggal dan melayani sebagai imam. Ini menunjukkan pentingnya komitmen dalam pelayanan kita kepada Tuhan dan sesama.

Doa Terkait Pasal 17

1. Doa untuk Menghormati Orang Tua: "Tuhan yang Maha Esa, ajar aku untuk selalu menghormati dan menghargai orang tuaku. Berikan aku hati yang penuh kasih dan rasa syukur atas pengorbanan mereka. Amin."

2. Doa untuk Menjauhkan Diri dari Penyembahan Berhala: "Ya Tuhan, jauhkanlah aku dari segala bentuk penyembahan berhala dalam hidupku. Bantu aku untuk selalu mengutamakan Engkau di atas segala sesuatu. Amin."

3. Doa untuk Kemandirian Spiritual: "Tuhan, berikanlah aku hikmat untuk mengikuti jalan-Mu dan bukan jalan dunia. Bimbinglah aku agar selalu berpegang pada firman-Mu dalam setiap keputusan yang kuambil. Amin."

4. Doa untuk Mencari Identitas dalam Tuhan: "Tuhan, aku mencari identitasku dalam Engkau. Bantu aku untuk menemukan tujuan hidupku dan untuk hidup sesuai dengan rencana-Mu. Amin."

5. Doa untuk Komitmen dalam Pelayanan: "Ya Tuhan, berikanlah aku semangat dan komitmen dalam melayani-Mu dan sesama. Ajar aku untuk menjadi alat-Mu yang berguna di dunia ini. Amin."

Semoga pelajaran dan doa ini dapat membantu Anda dalam memperdalam iman dan menerapkan ajaran Alkitab dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah analisis dari Kitab Hakim-hakim pasal 17 menggunakan model 5W+2H:

1. What (Apa)

• Isi Pasal: Pasal ini menceritakan tentang Mikha, seorang dari pegunungan Efraim, yang mencuri uang perak dari ibunya dan kemudian mengembalikannya. Ibunya menguduskan uang itu untuk membuat patung. Mikha juga membuat kuil dan mengangkat seorang Lewi sebagai imam di rumahnya.

2. Who (Siapa)

• Tokoh Utama:
  • Mikha: Seorang dari pegunungan Efraim yang mencuri uang perak dari ibunya.
  • Ibu Mikha: Yang mengucapkan kutuk atas pencurian uangnya.
  • Seorang Lewi: Pendatang dari Betlehem-Yehuda yang menjadi imam di rumah Mikha.

3. Where (Di mana)

• Lokasi:
  • Pegunungan Efraim: Tempat tinggal Mikha.
  • Betlehem-Yehuda: Asal dari orang Lewi yang menjadi imam.
  • Rumah Mikha: Tempat di mana kuil dan patung dibuat.

4. When (Kapan)

• Waktu:
  • Pasal ini terjadi pada zaman ketika tidak ada raja di Israel, dan setiap orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri.

5. Why (Mengapa)

• Alasan:
  • Mikha ingin memiliki patung dan kuil untuk ibadah, serta mengangkat seorang Lewi sebagai imam untuk mendapatkan berkat dari Tuhan.

6. How (Bagaimana)

• Proses:
  • Mikha mengembalikan uang perak kepada ibunya, yang kemudian menguduskan uang itu untuk membuat patung. Mikha kemudian mengundang seorang Lewi untuk tinggal bersamanya dan menjadi imam, dengan imbalan sepuluh uang perak, pakaian, dan makanan.

7. How Much (Berapa banyak)

• Jumlah Uang:
  • Mikha mengembalikan uang perak sebanyak seribu seratus, tetapi hanya dua ratus yang digunakan untuk membuat patung. Mikha juga berjanji memberikan sepuluh uang perak setiap tahun kepada imam Lewi.

Analisis ini memberikan gambaran yang jelas tentang konteks, tokoh, dan peristiwa yang terjadi dalam Hakim-hakim pasal 17, serta membantu dalam memahami tema dan pelajaran yang dapat diambil dari pasal tersebut.

Pasal 17 dari Kitab Hakim-hakim menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Mikha dari Pegunungan Efraim. Ia mengaku mencuri 1.100 uang perak dari ibunya, tetapi kemudian mengembalikannya setelah ibunya mengucapkan kutuk kepadanya. Ibunya memutuskan untuk menguduskan uang perak tersebut bagi TUHAN dan memberikannya kepada Mikha untuk membuat patung pahatan dan patung tuangan. Mikha juga membuat kuil untuk berhalanya dan menahbiskan salah seorang anak laki-lakinya menjadi imam. Pada waktu itu, tidak ada raja di Israel dan setiap orang melakukan apa yang benar di mata mereka sendiri. Kemudian, seorang pemuda Lewi dari Betlehem-Yehuda datang ke rumah Mikha dan Mikha menawarkannya untuk tinggal bersamanya sebagai bapak dan imam dengan memberikan imbalan setiap tahun. Orang Lewi itu menerima tawaran tersebut dan tinggal bersama Mikha, menjadi imam di rumahnya. Mikha merasa bahwa TUHAN telah berbuat baik kepadanya karena ada seorang Lewi yang menjadi imamnya.

Kitab Hakim-hakim terletak di Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen. Pasal 17 berada di bagian awal kitab ini dan menceritakan tentang seorang lelaki bernama Mikha yang membuat patung pemujaan dan mendirikan sebuah kuil pribadi di rumahnya.

Latar belakang historis dari pasal ini adalah periode setelah bangsa Israel memasuki tanah Kanaan, tetapi sebelum mereka memiliki seorang raja. Pada masa ini, bangsa Israel dipimpin oleh para hakim yang dipilih oleh Allah untuk memimpin mereka dalam pertempuran dan mengatur urusan hukum.

Dalam konteks budaya, pada masa itu, penyembahan berhala dan praktik-praktik agama lain masih banyak dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel. Meskipun Allah melarang penyembahan berhala, beberapa orang Israel masih terpengaruh oleh praktik-praktik ini.

Secara literatur, pasal 17 menceritakan tentang tindakan Mikha yang melanggar hukum Allah dengan membuat patung pemujaan dan mendirikan kuil pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu, beberapa orang Israel tidak mengikuti perintah Allah dengan setia.

Dalam konteks teologis, pasal ini menunjukkan betapa mudahnya bangsa Israel tergoda untuk menyimpang dari iman mereka kepada Allah dan mempraktikkan penyembahan berhala. Hal ini juga menyoroti perlunya kepemimpinan yang kuat dan setia dalam memelihara iman bangsa Israel.

Sebelum pasal 17, terdapat kisah tentang seorang perempuan Lewi yang diculik oleh suku Benyamin dan diperkosa oleh mereka. Hal ini menyebabkan perang antara suku-suku Israel melawan suku Benyamin. Pasal 17 kemudian menceritakan tentang Mikha yang mencuri uang dari ibunya dan kemudian mengembalikannya. Ayat-ayat sebelumnya menggambarkan kehidupan yang kacau dan tidak taat terhadap hukum Allah di antara bangsa Israel pada masa itu.

Berikut adalah beberapa topik penting dalam Kitab Hakim-hakim Pasal 17:

1. Penggambaran keadaan moral dan spiritual Israel pada masa itu
- Masyarakat Israel hidup dalam keadaan tanpa raja dan setiap orang melakukan apa yang benar dalam pandangannya sendiri (Hakim-hakim 17:6).

2. Praktik penyembahan berhala dan penghancuran moral
- Mikha membuat kuil dan berhala-berhala untuk disembah (Hakim-hakim 17:4-5).
- Ibu Mikha mengucapkan kutuk kepada orang yang mengambil uang peraknya, tetapi kemudian menguduskan uang itu bagi TUHAN untuk membuat patung pahatan dan patung tuangan (Hakim-hakim 17:2-3).

3. Penyalahgunaan jabatan imam
- Mikha menahbiskan salah seorang anak laki-lakinya menjadi imam (Hakim-hakim 17:5).
- Orang Lewi dari Betlehem-Yehuda menjadi imam bagi Mikha dan tinggal di rumahnya (Hakim-hakim 17:9).

4. Ketidakstabilan politik dan agama di Israel
- Tidak ada raja di Israel pada masa itu (Hakim-hakim 17:6).
- Orang Lewi dari Betlehem-Yehuda mencari tempat tinggal di mana saja dia mendapat tempat (Hakim-hakim 17:9).

5. Pengaruh negatif individu terhadap masyarakat
- Mikha mempengaruhi orang Lewi untuk tinggal bersamanya dan menjadi imamnya (Hakim-hakim 17:10-11).

Referensi:
- Hakim-hakim 17:2-3
- Hakim-hakim 17:4-6
- Hakim-hakim 17:9-11

Orang-orang yang disebutkan dalam pasal ini:
- Mikha: Seorang laki-laki dari Pegunungan Efraim.
- Ibunya: Tidak disebutkan namanya, ibu Mikha.
- Tukang perak: Orang yang menerima 200 uang perak dari perempuan itu untuk membuat patung pahatan dan patung tuangan.
- Pemuda dari Betlehem-Yehuda: Seorang Lewi yang tinggal di Betlehem-Yehuda.
- Orang Lewi: Tidak disebutkan namanya, orang Lewi dari Betlehem-Yehuda.
- Tangan Mikha: Mikha menahbiskan orang Lewi itu menjadi imam.

Lokasi yang disebutkan dalam pasal ini:- Pegunungan Efraim: Tempat tinggal Mikha.
- Betlehem-Yehuda: Tempat asal orang Lewi.

Kata kunci dalam Kitab "Hakim-hakim" pasal 17 adalah:

1. Mikha: Seorang laki-laki dari Pegunungan Efraim yang memiliki kuil berhalanya dan membuat patung pahatan serta patung tuangan.
2. Uang perak: Jumlah uang yang diambil dari ibu Mikha dan kemudian dikembalikan.
3. Kutuk: Ucapan kutuk yang diucapkan oleh ibu Mikha terhadap orang yang mengambil uang perak.
4. TUHAN: Ibu Mikha mengucapkan berkat kepada anaknya atas pengembalian uang perak dan menguduskan uang itu bagi TUHAN.
5. Patung pahatan dan patung tuangan: Mikha menggunakan uang perak untuk membuat patung-patung ini.
6. Betlehem-Yehuda: Tempat asal seorang pemuda Lewi yang tinggal di rumah Mikha.
7. Lewi: Orang Lewi ini menjadi imam bagi Mikha dan tinggal di rumahnya.
8. Raja: Pada waktu itu, tidak ada raja di Israel sehingga setiap orang melakukan apa yang benar dalam pandangannya sendiri.
9. Baju efod: Salah satu barang yang dibuat oleh Mikha.
10. Tukang perak: Menerima 200 uang perak dari ibu Mikha untuk membuat patung-patung.

Pertanyaan refleksi:
1. Apa yang dapat kita pelajari dari kisah Mikha dalam pasal ini?
2. Bagaimana sikap Mikha terhadap ibunya dalam hal ini? Apakah sikapnya sesuai dengan ajaran Alkitab?
3. Apa yang dapat kita pelajari tentang keadaan spiritual dan moral masyarakat pada waktu itu, yang ditunjukkan oleh perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh Mikha dan orang-orang di sekitarnya?
4. Bagaimana pendekatan Mikha terhadap ibadah dan penyembahan? Apakah pendekatannya sesuai dengan ajaran Alkitab?

Pertanyaan diskusi:
1. Apa yang dapat kita pelajari tentang pentingnya memiliki pemimpin yang adil dan bijaksana dalam masyarakat, mengingat bahwa pada waktu itu tidak ada raja di Israel?
2. Bagaimana pendekatan Mikha terhadap agama dan penyembahan berbeda dengan ajaran Alkitab? Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini?
3. Bagaimana kita dapat menerapkan prinsip-prinsip moral dan spiritual yang diajarkan dalam pasal ini dalam kehidupan kita sehari-hari?
4. Apa yang dapat kita pelajari tentang pentingnya memiliki pemahaman yang benar tentang penyembahan yang benar dan menghindari penyembahan berhala?

Hal menarik terkait Kitab Hakim-hakim pasal 17:
1. Kisah Mikha dan orang Lewi ini menunjukkan betapa rusaknya keadaan moral dan spiritual masyarakat pada waktu itu, di mana setiap orang melakukan apa yang benar dalam pandangannya sendiri.
2. Perbuatan Mikha dalam membuat berhala dan mendirikan kuil pribadinya menunjukkan betapa mudahnya orang tergoda untuk menyimpang dari ajaran Allah dan melakukan penyembahan yang salah.
3. Kisah ini juga menyoroti pentingnya memiliki pemimpin yang adil dan bijaksana dalam masyarakat, karena tanpa pemimpin yang baik, masyarakat cenderung terjerumus dalam kekacauan dan penyimpangan moral.
4. Pasal ini juga mengingatkan kita akan pentingnya memiliki pemahaman yang benar tentang penyembahan yang benar dan menghindari penyembahan berhala, karena penyembahan yang salah dapat membawa konsekuensi yang serius bagi kehidupan spiritual kita.

Dari pasal 17 Kitab Hakim-hakim, ada beberapa hal yang dapat dipelajari dan diterapkan dalam hidup:

1. Pentingnya menghormati dan menghargai orang tua: Dalam pasal ini, Mikha mengakui kesalahannya kepada ibunya dan mengembalikan uang yang diambilnya. Ini menunjukkan pentingnya menghormati dan menghargai orang tua kita.

2. Bahaya penyembahan berhala: Mikha membuat kuil dan patung-patung berhala untuk disembah. Hal ini menunjukkan bahaya penyembahan berhala dan pentingnya memusatkan penyembahan hanya kepada Allah.

3. Pentingnya memiliki pemimpin yang benar: Pasal ini menyebutkan bahwa pada waktu itu tidak ada raja di Israel dan setiap orang melakukan apa yang benar dalam pandangannya sendiri. Ini menunjukkan pentingnya memiliki pemimpin yang benar dan mengikuti kehendak Allah.

Doa terkait pasal ini dapat mencakup:

1. Berdoa untuk mendapatkan kebijaksanaan dalam menghormati dan menghargai orang tua kita.

2. Berdoa agar terhindar dari godaan penyembahan berhala dan memusatkan penyembahan hanya kepada Allah.

3. Berdoa agar Allah memberikan pemimpin yang benar bagi negara kita dan agar kita dapat mengikuti kehendak-Nya dalam hidup kita.

Doa ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi pribadi masing-masing.

Analisis 5W+1H Kitab Hakim-hakim Pasal 17

Kitab Hakim-hakim pasal 17 menceritakan kisah Mikha, seorang laki-laki dari pegunungan Efraim, dan patung berhala yang dimilikinya. Berikut analisis 5W+1H:

What (Apa):

• Peristiwa: Pasal ini menceritakan tentang Mikha yang memiliki patung berhala dan mengangkat seorang Lewi menjadi imam pribadinya. Kemudian, suku Dan datang dan mengambil patung tersebut beserta imamnya untuk kota mereka sendiri.
• Tema: Penyembahan berhala, ketidaksetiaan kepada Tuhan, dan perebutan kekuasaan antar suku.

Who (Siapa):

• Tokoh utama: Mikha, ibu Mikha, seorang Lewi muda dari Betlehem Yehuda, lima orang pengintai dari suku Dan.

When (Kapan):

• Waktu: Tidak disebutkan secara spesifik, namun terjadi pada masa hakim-hakim, saat Israel belum memiliki raja dan seringkali jatuh ke dalam penyembahan berhala.

Where (Di mana):

• Lokasi: Pegunungan Efraim, rumah Mikha, kota Dan.

Why (Mengapa):

• Alasan Mikha memiliki patung berhala: Tidak dijelaskan secara eksplisit, namun menunjukkan kondisi masyarakat Israel saat itu yang mudah terjerumus dalam penyembahan berhala.
• Alasan suku Dan mengambil patung berhala: Mereka menginginkan patung tersebut untuk menjadi objek pemujaan bagi kota mereka sendiri.

How (Bagaimana):

• Mikha mendapatkan patung berhala: Ibunya membuat patung tersebut dari perak yang dicuri Mikha.
• Suku Dan mengambil patung berhala: Mereka mengirim pengintai untuk mencari tempat tinggal baru, dan ketika menemukan patung Mikha, mereka memutuskan untuk mengambilnya dengan paksa.

Kesimpulan:

Pasal 17 Hakim-hakim menggambarkan kondisi masyarakat Israel yang kacau dan jauh dari Tuhan. Penyembahan berhala merajalela, dan suku-suku Israel saling bertikai demi kepentingan pribadi. Kisah ini menjadi cerminan dari ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Tuhan dan konsekuensi yang mereka hadapi.