Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mzm 49:1-20
Full Life: Mzm 49:1-20 - DENGARLAH.
Nas : Mazm 49:2-21
Mazmur ini menekankan betapa sia-sianya mengandalkan kekayaan dan
sifat sementara dari segala sesuatu yang bisa ditawarkan dunia...
Nas : Mazm 49:2-21
Mazmur ini menekankan betapa sia-sianya mengandalkan kekayaan dan sifat sementara dari segala sesuatu yang bisa ditawarkan dunia ini. Pemazmur menyatakan bahwa orang yang hidupnya terdiri atas harta berlimpah-limpah dan kesenangan dan kemasyhuran duniawi (Mat 6:19-21; Luk 12:15), dan bukan mencari Allah dan kerajaan-Nya, akan musnah (ayat Mazm 49:13-15,17-18); pada pihak lain, orang yang hidup bagi Allah akan dibebaskan dari dunia orang mati (ayat Mazm 49:16;
lihat art. KEKAYAAN DAN KEMISKINAN).
Jerusalem -> Mzm 49:1-20
Jerusalem: Mzm 49:1-20 - Kebahagiaan yang sia-sia Sama seperti Maz 37 dan Maz 73; Maz 49 membicarakan masalah kesejahteraan orang fasik. Masalah yang sangat merepotkan para berhikmat di Israel dan pad...
Sama seperti Maz 37 dan Maz 73; Maz 49 membicarakan masalah kesejahteraan orang fasik. Masalah yang sangat merepotkan para berhikmat di Israel dan pada bangsa-bangsa lain, bdk Ayub, dipecahkan dengan jalan tradisionil: kesejahteraan orang fasik hanya semu dan sementara, sebab segala-galanya berakhir dengan kematian, tetapi nampaknya pesajak sudah mulai memfirasatkan pemecahan masalah yang lain, bdk Maz 49:16+.
Ende -> Mzm 49:1-20
Ende: Mzm 49:1-20 - -- Mazmur ini, seperti Maz 37:1-40; 73:1-28, membitjarakan soal
kesedjahteraan kaum djahat. Soal dipetjahkan, seperti ditempat lain, dengan
berkata, bahw...
Mazmur ini, seperti Maz 37:1-40; 73:1-28, membitjarakan soal kesedjahteraan kaum djahat. Soal dipetjahkan, seperti ditempat lain, dengan berkata, bahwa kesedjahteraan itu sementara dan semu sadja. Kematian akan mengachiri semua. Tetapi sidjudjur, jang mati djuga, dapat mengharapkan, bahwa demikian halnja belum selesai. Bagaimana akan terdjadi, tiada dikatakan disini.
Ref. Silang FULL -> Mzm 49:8
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mzm 49:6-14
Matthew Henry: Mzm 49:6-14 - Kesia-siaan Harta Duniawi; Ajal Orang Fasik Kesia-siaan Harta Duniawi; Ajal Orang Fasik (49:7-15)
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati,
I. Gambaran tentang jiwa dan jalan orang-orang duniawi,...
Kesia-siaan Harta Duniawi; Ajal Orang Fasik (49:7-15)
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati,- I. Gambaran tentang jiwa dan jalan orang-orang duniawi, yang bagiannya adalah dalam hidup ini ( 17:14). Mereka biasanya dianggap mempunyai harta benda, dan banyak kekayaan (ay. 7), banyak rumah dan ladang warisan, yang mereka sebut sebagai milik mereka (ay. 12). Allah sering kali memberikan hal-hal yang baik dari dunia ini secara berkelimpahan kepada orang jahat yang hidup dengan menghina Dia dan memberontak melawan-Nya. Dengan ini tampak bahwa semua itu bukanlah hal-hal yang terbaik dengan sendirinya (sebab seandainya demikian, Allah pasti akan memberikan sebagian besarnya kepada sahabat-sahabat terbaik-Nya). Demikian pula, semua itu bukanlah hal-hal yang terbaik bagi kita, sebab andaikata demikian, orang-orang yang sudah ditentukan akan binasa tidak akan memiliki begitu banyak kekayaan duniawi seperti itu. Mereka akan segera dibinasakan oleh kemakmuran mereka itu (Ams. 1:32). Orang bisa saja mempunyai kelimpahan harta dunia ini dan menjadi lebih baik karenanya. Bisa saja dengan harta itu hatinya bertumbuh dalam kasih, rasa syukur, dan ketaatan. Ia bisa saja berbuat baik dengan harta itu, yang akan membuahkan banyak hasil bagi kebaikan dia. Oleh sebab itu, bukan memiliki kekayaan yang membuat manusia menjadi duniawi, melainkan karena mereka menambatkan hati mereka pada kekayaan duniawi itu sebagai yang terbaik. Demikianlah orang-orang duniawi digambarkan di sini.
- 1. Mereka menaruh keyakinan pada kekayaan mereka: Mereka percaya akan harta bendanya (ay. 7). Mereka bergantung padanya sebagai bagian dan kebahagiaan mereka. Mereka berharap bahwa kekayaan itu akan membuat mereka aman dari segala kejahatan dan menyediakan mereka dengan segala kebaikan. Karena itu mereka tidak perlu apa-apa lagi, bahkan Allah sendiri. Emas mereka adalah kepercayaan mereka (Ayb. 31:24), dan dengan demikian emas itu menjadi allah mereka. Demikianlah Juruselamat kita menjelaskan betapa susahnya orang kaya untuk diselamatkan: Alangkah sukarnya orang yang menaruh kepercayaan mereka pada kekayaan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah (Mrk. 10:24, kjv). Lihat 1 Timotius 6:17.
- 2. Mereka menyombongkan diri dengan kekayaan mereka: Mereka memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka, seolah-olah semua kekayaan itu merupakan tanda-tanda yang pasti akan kebaikan Allah dan bukti-bukti yang pasti akan keahlian dan ketekunan mereka sendiri (kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini ), seolah-olah kekayaan itu membuat mereka benar-benar hebat dan berbahagia, dan betul-betul lebih unggul daripada sesama mereka. Mereka memegahkan diri bahwa mereka sudah mendapatkan semua yang mereka inginkan ( 10:3) dan dapat menentang seluruh dunia (aku bertakhta seperti ratu, dan untuk selama-lamanya aku tetap menjadi ratu ). Oleh sebab itu, mereka menganggap ladang-ladang milik mereka, dan memberinya nama sesuai dengan nama mereka sendiri, dengan berharap bahwa mereka akan tetap dikenang karenanya. Namun, sekalipun ladang-ladang mereka itu memelihara nama mereka, sungguh malang penghormatan yang mereka dapatkan dari situ, sebab ladang-ladang itu sering berganti nama apabila berganti pemilik.
- 3. Mereka menyenangkan hati sendiri dengan harapan bahwa harta duniawi mereka akan tetap ada sampai selama-lamanya (ay. 12): Kubur mereka ialah rumah mereka untuk selama-lamanya (kjv: Mereka berpikir di dalam hati bahwa rumah mereka akan tetap untuk selama-lamanya – pen.) dan dengan pemikiran ini mereka menghibur diri mereka sendiri. Bukankah semua pemikiran itu berada di dalam? Betul, namun ini menunjukkan,
- (1) Bahwa pikiran ini berakar kuat di dalam pikiran mereka, sudah bergulung dan melingkar di sana, dan tersimpan rapi di dalam lubuk hati mereka yang terdalam. Orang saleh juga berpikir tentang dunia, namun semua pikiran itu adalah pikiran-pikiran luarnya, pikiran-pikiran dalamnya khusus disediakan bagi Allah dan perkara-perkara sorgawi. Tetapi manusia duniawi hanya mempunyai pikiran-pikiran yang asing dan mengambang tentang perkara-perkara mengenai Allah, sedangkan pikirannya yang terpancang, pikiran dalamnya, adalah tentang dunia. Pikiran inilah yang paling dekat dengan hatinya, dan bertakhta di sana.
- (2) Di sana pikiran itu disembunyikan serapi mungkin. Karena malu, mereka tidak bisa berkata bahwa mereka berharap rumah mereka akan tetap untuk selama-lamanya, tetapi di dalam batin mereka berpikir demikian. Walaupun mereka tidak bisa membujuk diri sendiri untuk percaya bahwa keberadaan mereka akan tetap untuk selama-lamanya, namun bodohnya mereka berpikir bahwa rumah mereka dan tempat kediaman mereka akan tetap untuk selama-lamanya. Kalaupun rumah mereka akan tetap untuk selama-lamanya, apa untungnya itu bagi mereka apabila rumah itu bukan lagi milik mereka? Namun, rumah mereka tidak akan tetap untuk selama-lamanya, sebab dunia akan berlalu, demikian pula dengan segala isinya. Segala sesuatu akan musnah digerogoti oleh gerigi waktu.
- II. Kebodohan mereka dalam hal ini diperlihatkan. Secara umum (ay. 14), Inilah jalannya orang-orang yang percaya kepada dirinya sendiri (kjv: Jalan mereka ini merupakan kebodohan mereka – pen.). Perhatikanlah, cara duniawi adalah cara yang sangat bodoh. Orang-orang yang mengumpulkan harta mereka di bumi, dan yang menyayangi hal-hal yang di bawah, sudah bertindak melawan akal sehat maupun kepentingan mereka yang sesungguhnya. Allah sendiri menyebut bodoh orang yang berpikir bahwa barang-barang yang ditimbunnya akan memenuhi kebutuhannya untuk bertahun-tahun lamanya, dan bahwa semua barang itu akan menjadi bagian untuk jiwa mereka (Luk. 12:19-20). Sekalipun demikian, keturunan mereka juga setuju dengan perkataan mereka itu, sehati dengan perasaan mereka itu, dan mengatakan apa yang mereka katakan dan melakukan apa yang mereka lakukan, serta mengikuti jejak-jejak keduniawian mereka. Perhatikanlah, cinta akan dunia ini merupakan penyakit yang mengalir di dalam darah. Manusia memilikinya secara turun-temurun, sampai anugerah Allah menyembuhkannya. Untuk membuktikan kebodohan manusia-manusia duniawi yang hanya mengejar hawa nafsu duniawi, ia menunjukkan,
- 1. Bahwa dengan segala kekayaan itu, mereka tidak bisa menyelamatkan hidup sahabat terkasih yang mereka miliki di dunia, atau membeli penangguhan hukuman apabila sahabatnya terancam maut (ay. 8-10): Tidak seorang pun dapat membebaskan dirinya(kjv: Tidak seorang pun dari antara mereka dapat menebus saudaranya dengan cara apa pun – pen.), saudara duniawinya, yang justru akan menguras harta benda mereka sendiri, jika mereka memberikan uang jaminan baginya. Dengan senang hati mereka akan melakukannya, karena berharap saudaranya akan berbuat kebaikan yang sama baginya di lain waktu. Namun perkataan seseorang tidak akan dipandang sebagai perkataan orang lain, dan harta bendanya pun tidak akan dapat menjadi tebusan bagi nyawa orang lain. Allah tidak menghargainya. Kekayaan itu tidak bernilai di mata-Nya, dan nilai yang sebenarnya dari segala sesuatu adalah sebagaimana yang digambarkan di dalam kitab-kitab-Nya. Keadilan-Nya tidak bisa dipertukarkan atau disepadankan dengan nyawa orang. Tuhan atas nyawa saudara kita adalah Tuhan atas harta benda kita, dan Dia dapat mengambil keduanya jika Dia berkehendak, tanpa memberikan kesulitan bagi diri-Nya sendiri atau melakukan kesalahan terhadap kita. Dan oleh sebab itu, seseorang tidak dapat menjadi tebusan bagi orang lain. Kita tidak dapat menyuap maut supaya saudara kita bisa tetap hidup, apalagi supaya dia bisa hidup untuk selama-lamanya di dunia ini. Tidak juga untuk menyuap kubur, supaya ia tidak melihat kebinasaan. Sebab mau tidak mau kita pasti mati dan kembali ke debu, dan kita tidak bisa melepaskan diri dari peperangan itu. Betapa bodohnya jika kita percaya pada dan memegahkan diri dengan apa yang tidak akan memampukan kita, bahkan sejam pun tidak, untuk menunda pelaksanaan hukuman mati terhadap orangtua, anak, atau sahabat yang sudah seperti jiwa kita sendiri! Sudah pasti benar bahwa terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya. Maksudnya, nyawa, ketika sudah melayang, tidak bisa ditangkap, dan ketika sudah pergi tidak bisa dipanggil kembali, oleh keahlian manusia ataupun harga duniawi. Namun, hal ini memandang lebih jauh pada penebusan kekal yang dikerjakan oleh Sang Mesias, yang dinanti-nantikan oleh orang-orang kudus Perjanjian Lama sebagai Sang Penebus. Hidup kekal merupakan perhiasan yang terlalu berharga untuk dibeli dengan kekayaan dunia ini. Kita telah ditebus bukan dengan barang yang fana, seperti dengan perak atau emas (1 Ptr. 1:18-19). Dr. Hammond, seorang cendekiawan, menerapkan ayat 9 dan ayat 10 secara khusus kepada Kristus: “Penebusan jiwa itu akan berharga, akan dinilai tinggi, akan menuntut harga yang mahal. Namun, karena dikerjakan satu kali, penebusan itu akan memadai untuk selama-lamanya, tidak akan perlu diulangi lagi (Ibr. 9:25-26 dan 10:12). Dan Dia, yaitu Sang Penebus, akan tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur. Dia akan bangkit kembali sebelum Dia melihat kebinasaan, dan kemudian akan hidup sampai selama-lamanya (Why. 1:18). Kristus melakukan bagi kita apa yang tidak dapat dilakukan oleh segala kekayaan dunia. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya Dia lebih kita sayangi daripada hal-hal duniawi mana pun. Kristus melakukan bagi kita apa yang tidak bisa dilakukan oleh saudara, atau sahabat, bahkan oleh harta milik dan andil kita yang terbaik sekalipun. Dan karena itu, orang-orang yang mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Nya, ia tidak layak bagi-Nya. Hal ini juga menunjukkan kebodohan orang-orang duniawi, yang menjual jiwa mereka demi sesuatu yang tidak akan pernah membeli jiwa mereka.
- 2. Bahwa dengan segala kekayaan mereka, mereka tidak bisa melindungi diri mereka sendiri dari hantaman maut. Orang duniawi melihat, dan dia menjadi jengkel karena melihat, bahwa orang-orang yang mempunyai hikmat mati, orang-orang bodoh dan dungu pun binasa bersama-sama (ay. 11). Oleh sebab itu, tidak bisa tidak ia pasti sadar bahwa pada akhirnya gilirannya sendiri pun akan tiba. Ia tidak bisa mendapatkan dorongan apa pun untuk berharap bahwa dia sendiri akan hidup untuk selamanya, dan karena itu dengan bodoh ia menghibur dirinya sendiri dengan pemikiran ini, bahwa meskipun ia tidak akan terus hidup, rumahnya akan tetap ada. Sebagian orang kaya adalah orang-orang yang bijak, mereka orang-orang besar dalam pemerintahan, namun mereka tidak dapat mengakali kematian, atau menghindar dari hantamannya, dengan segala keahlian dan kecakapan mereka. Sebagian yang lain adalah orang-orang bodoh dan dungu (Fortuna favet fatuis – Orang-orang bodoh sering kali adalah orang-orang yang beruntung). Meskipun mereka ini tidak berbuat suatu kebaikan apa pun, ada kemungkinan bahwa mereka juga tidak berbuat suatu kejahatan yang besar di dunia. Namun hal ini pun tidak meluputkan mereka. Mereka akan binasa dan direnggut kematian, sama seperti orang-orang bijak yang berbuat kejahatan dengan kelihaian mereka. Atau kita bisa memahami orang bijak dan orang bodoh di sini sebagai orang saleh dan orang fasik. Orang saleh mati, dan kematian mereka merupakan pembebasan bagi mereka. Orang fasik binasa, dan kematian mereka merupakan kehancuran bagi mereka. Namun, bagaimanapun juga, mereka meninggalkan kekayaan mereka kepada orang lain.
- (1) Mereka tidak bisa terus menikmatinya, dan juga kekayaan mereka itu tidak akan membantu mereka mendapatkan penangguhan hukuman. Permohonan mereka tidak akan berarti, meskipun pernah sekali dikabulkan, Janganlah bunuh kami, sebab kami masih mempunyai perbekalan tersembunyi di luar kota(Yer. 41:8).
- (2) Mereka tidak dapat membawa serta kekayaan mereka bersama mereka, tetapi harus meninggalkannya begitu saja.
- (3) Mereka tidak bisa melihat siapa yang akan menikmatinya ketika mereka sudah meninggalkannya. Mereka harus meninggalkannya kepada orang lain, tetapi kepada siapa mereka tidak tahu, mungkin saja kepada orang bodoh (Pkh. 2:19), atau mungkin kepada seorang musuh.
- 3. Bahwa, sama seperti kekayaan mereka tidak akan bermanfaat bagi mereka pada saat kematian, demikian pula halnya dengan kehormatan mereka (ay. 13): Dengan segala kegemilangannya manusia tidak dapat bertahan. Biasanya kita menganggap bahwa orang yang naik ke puncak kedudukan tertinggi adalah orang yang besar dan berbahagia di dunia. Mereka orang yang gemilang, orang yang sudah sampai pada keadaannya yang terbaik, dikelilingi dan didukung oleh segala keuntungan yang dapat diinginkannya. Namun demikian, ia tidak dapat bertahan. Kehormatannya tidak terus berlanjut. Itu hanyalah bayangan yang berlalu. Ia sendiri tidak akan tetap ada, tidak akan terus tinggal sepanjang malam. Dunia ini ibarat tempat penginapan, di sana manusia hanya tinggal sebentar, sampai-sampai hampir tidak bisa dikatakan bahwa ia bermalam di sana. Begitu sedikitnya ketenangan yang terdapat dalam semua ini. Yang dimilikinya hanyalah waktu untuk beristirahat sejenak. Ia boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan. Yakni, ia pasti akan binasa seperti binatang, dan kematiannya akan menjadi titik akhir bagi keberadaannya di dunia ini sama seperti kematian binatang. Jasadnya akan membusuk sama seperti bangkai binatang. Dan (seperti yang diamati oleh Dr. Hammond) sering kali kehormatan dan kekayaan yang terbesar, yang didapat secara tidak adil dari orangtua, tidak jatuh pada salah seorang pun dari keturunannya (seperti binatang-binatang, ketika mereka mati. Mereka tidak meninggalkan apa-apa kepada anak-anak mereka, kecuali bagi dunia yang luas untuk memakannya), tetapi jatuh ke tangan orang lain dengan segera, yang sama sekali tidak pernah direncanakannya ketika ia mengumpulkannya.
- 4. Bahwa keadaan mereka di seberang alam maut akan sangat menyengsarakan. Dunia yang mereka puja bukan saja tidak akan menyelamatkan mereka dari maut, tetapi juga menenggelamkan mereka jauh lebih dalam lagi ke dalam neraka (ay. 15): Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati. Kemakmuran mereka hanya memberi mereka makan seperti domba yang akan diserahkan ke tempat pembantaian (Hos. 4:16), dan kemudian kematian datang, dan mengunci mereka rapat-rapat di dalam kubur seperti domba gemuk di dalam kandang, yang dipersiapkan bagi hari murka Allah (Ayb. 21:30, kjv). Sangat banyak dari antara mereka, seperti kawanan domba yang mati karena suatu penyakit, dibuang ke liang kubur, dan di sana maut akan memangsa mereka, maut yang kedua, ulat yang tidak dapat mati (Ayb. 24:20, kjv). Hati nurani mereka sendiri yang penuh dengan rasa bersalah, bagaikan banyaknya burung pemangsa, akan terus memangsa mereka dengan perkataan, Anak, ingatlah (Luk. 16:25). Kematian menghina mereka dan menang atas mereka, seperti yang digambarkan dalam kejatuhan raja Babel, yang membuat dunia orang mati yang di bawah gemetar(Yes. 14:9, dst.). Bila orang kudus dapat bertanya kepada Maut yang congkak, Di manakah sengatmu? Maut akan bertanya kepada orang berdosa yang congkak, Di manakah kekayaan dan kemegahanmu? Dan semakin dia dikenyangkan oleh kemakmuran, semakin manis pula maut akan memangsanya. Dan pada pagi hari setelah kebangkitan, ketika semua orang yang telah tidur di dalam debu tanah akan bangun (Dan. 12:2), orang benar akan memerintah atas mereka. Orang benar ini bukan hanya akan dinaikkan menggapai martabat dan kehormatan yang tertinggi sementara orang fasik dipenuhi dengan aib dan penghinaan yang kekal. Mereka bukan hanya akan diangkat ke sorga yang tertinggi sementara orang fasik akan tenggelam ke dalam neraka yang paling dalam, melainkan juga akan ikut duduk bersama Kristus untuk menghakimi orang fasik, dan akan bertepuk tangan bagi keadilan Allah dalam membinasakan mereka. Ketika orang kaya di neraka memohon agar Lazarus memberinya setetes air untuk menyejukkan lidahnya, ia mengakui bahwa orang benar memerintah atas dia. Ini sama juga seperti gadis-gadis bodoh yang mengakui pemerintahan gadis-gadis yang bijaksana, bahwa mereka sangat bergantung pada belas kasihan gadis-gadis bijaksana itu ketika memohon, Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu. Biarlah hal ini menghibur kita apabila melihat penindasan-penindasan yang pada saat ini kerap membuat orang benar merintih. Biarlah ini menghibur kita saat menyaksikan bagaimana orang fasik berkuasa atas mereka. Akan datang harinya ketika segalanya akan berbalik (Est. 9:1) dan orang benar akan memegang kekuasaan itu. Marilah sekarang kita menilai segala sesuatu karena segalanya akan tampak pada hari itu. Tetapi apakah yang akan terjadi dengan keindahan orang fasik? Aduh! Keindahan mereka akan hancur di dunia orang mati sebagai tempat kediaman mereka. Segala yang mereka andalkan untuk menilai tinggi diri sendiri, dan yang karenanya orang lain menyayangi serta mengagumi mereka, hanyalah bersifat lahiriah dan merupakan barang pinjaman. Semua itu sekadar riasan luar, dan rupa aslinya yang jelek akan muncul juga. Keindahan kekudusan merupakan keindahan yang tidak dapat disentuh atau dirusakkan sedikit pun oleh kubur, yang menghancurkan semua keindahan lain. Keindahan orang fasik akan hancur, sebab kubur (atau neraka) adalah tempat kediaman bagi setiap orang dari mereka. Keindahan apa pula yang bisa dijumpai di sana sementara yang ada hanyalah gelap gulita untuk selama-lamanya?
SH: Mzm 49:1-20 - Utamakan yang terutama. (Senin, 22 Desember 1997) Utamakan yang terutama.
Siapakah yang benar-benar berhikmat dan berpengertian? Mereka adalah orang-orang yang tidak menggantungkan apalagi memegahkan...
Utamakan yang terutama.
Siapakah yang benar-benar berhikmat dan berpengertian? Mereka adalah orang-orang yang tidak menggantungkan apalagi memegahkan hidupnya pada harta benda atau kekayaannya. Kekayaan memang memberikan berbagai kemudahan, tetapi apabila disalahperlakukan dapat menjadi penyebab kegelisahan. Berulangkali disebutkan bahwa harta, kemegahan, dan kemasyhuran tidak menjamin keselamatan pemiliknya. Harta kekayaan duniawi tidak dapat menebus perbudakan dan akibat dosa. Juga tidak merupakan modal kita ke surga.
Allah Penebus kita. Di pasar budak zaman dahulu, para budak harus ditebus untuk dimerdekakan. Karena itu seseorang harus membayarnya (ayat 49:7,8,15" context="true" vsf="TB">8,9,16). Segala kekayaan tidak mungkin dapat menebus kita dari cengkeraman maut dan Iblis! Bila perhatian Anda terpusat pada soal harta, sekaranglah saatnya mencari Tuhan untuk memberikan arti hidup sejati. Tuhan Yesus meninggalkan kekayaan surgawi-Nya untuk mencari Anda. Sudahkah Anda meresponi Dia dengan benar?
Renungkan: Orang yang menjadikan hal-hal kekal sebagai bekal hidup utama, orang itu akan mampu mengatur hal-hal sementara dengan benar.
Doa: Mampukanku menyerahkan mamon dan mengutamakan-Mu.
SH: Mzm 49:1-20 - Antara harta dan martabat (Minggu, 19 Agustus 2001) Antara harta dan martabat
Kebenaran tentang martabat manusia yang dipaparkan oleh
pemazmur (ayat 21) akan dicemooh oleh masyarakat umum sebab mereka...
Antara harta dan martabat
Kebenaran tentang martabat manusia yang dipaparkan oleh pemazmur (ayat 21) akan dicemooh oleh masyarakat umum sebab mereka sangat mengagungkan harta. Semakin banyak harta, semakin terhormat orang tersebut. Konsep ini sudah ditanamkan ke dalam pikiran manusia sejak kecil.
Bagaimana seharusnya penilaian Kristen terhadap harta? Pemazmur tidak mengajarkan Kristen untuk anti harta. Ia juga tidak mengajarkan bahwa harta membuat martabat manusia serendah binatang. Pemazmur dengan tegas menyatakan bahwa jika manusia hanya mempunyai harta namun tidak mempunyai pengertian, martabatnya akan serendah binatang. Apakah ini berarti bahwa pengertianlah yang membuat martabat manusia tinggi? Ya! Lalu apa yang dimaksud dengan pengertian? Apakah kepandaian akademis? Tidak! Setiap manusia tidak dapat melawan satu fase dalam kehidupannya yaitu kematian. Berapa pun harta yang dimiliki, fase ini tidak dapat dihindari ataupun ditunda ketika saatnya tiba (ayat 8-11). Ditinjau dari fase ini manusia memang tidak berbeda dengan binatang seolah-olah kematian adalah tujuan akhir hidupnya (ayat 12-15). Lalu apa yang membedakan manusia dengan binatang? Tidak lain tidak bukan adalah hubungan dengan Allah yang dimilikinya (ayat 16). Hubungan ini yang membuat kematian bukan akhir dari kehidupannya (ayat 16). Inilah pengertian itu yaitu manusia yang melepaskan Allah dan mengikatkan diri kepada harta bukanlah manusia. Karena itulah Kristen tidak seharusnya menaruh hormat berlebihan kepada orang kaya (ayat 16-20).
Renungkan: Kebenaran ini sangat penting dan bersifat universal karena itu harus dipahami dan diajarkan secara serius (ayat 2-5). Sedini mungkin kebenaran ini diajarkan maka semakin cepat martabat manusia dipulihkan. Mulailah dari sekarang untuk menghormati manusia bukan berdasarkan kekayaan ataupun kedudukannya.
Bacaan untuk Minggu Ke-11 sesudah Pentakosta
Lagu: Kidung Jemaat 365a
PA 7 Mazmur 44
Mazmur ini merupakan suatu doa permohonan bangsa Israel di saat mereka mengalami kekalahan perang. Di tengah keadaan letih dan tertekan, mereka mencoba mengingat-ingat kebaikan Tuhan pada masa lampau, namun hal itu justru membuat mereka tidak mengerti dan bertanya-tanya.
Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Bagaimana mereka menggambarkan keadaan nenek moyang mereka (ayat 2-9)? Bagaimana mereka menggambarkan tindakan Allah pada masa lampau terhadap nenek moyang mereka (ayat 2-4)? Apakah yang menjadi faktor kemenangan nenek moyang mereka (ayat 5)? Berdasarkan apakah keyakinan mereka dibangun (ayat 6)? Berdasarkan kemenangan ini, apakah yang mereka deklarasikan? Bagaimanakah mereka mendeklarasikannya (ayat 8-9)?
2. Bagaimana keadaan mereka sekarang (ayat 10-23)? Bagaimanakah mereka menggambarkan tindakan Allah terhadap mereka (ayat 10-15)? Berdasarkan kekalahan mereka, apakah yang mereka deklarasikan? Bagaimana mereka mendeklarasikannya (ayat 16-17)? Bagaimana mereka mengajukan keberatan kepada Allah? Alasan-alasan apa yang mereka gunakan (ayat 18-23)?
3. Pertanyaan-pertanyaan apakah yang mereka ajukan kepada Allah sebagai penutup dari ratapannya ini (ayat 24-26)? Apakah Kristen memiliki kebebasan untuk mempertanyakan keraguannya kepada Allah?
4. Adakalanya Tuhan seakan-akan tertidur dan membiarkan diri kita berada dalam kesulitan (bdk Mark 4:35-41), apakah Ia benar-benar tertidur dan tidak peduli? Jika tidak, apakah yang ingin dikerjakan-Nya bagi kita melalui proses seperti ini?
5. Apa yang mereka lakukan ketika menyadari karya Allah pada masa lampau dan krisis yang mereka hadapi sekarang? Apa yang menjadi dasar dari harapan mereka (ayat 27)? Ketika ingatan terhadap apa yang telah Allah perbuat pada masa lampau tidak cukup memberikan jawaban, atas dasar apakah kita menggantungkan harapan kita? Apakah Allah tetap adalah Allah yang dapat dipercayai ketika kita tidak menemukan jawaban atas persoalan yang kita hadapi?
SH: Mzm 49:1-20 - Kebahagiaan yang sia-sia (Jumat, 13 Februari 2004) Kebahagiaan yang sia-sia
Seringkali kita sebagai orang Kristen merasa rendah diri di
hadapan orang yang kaya, atau yang memiliki kuasa, sehingga...
Kebahagiaan yang sia-sia
Seringkali kita sebagai orang Kristen merasa rendah diri di hadapan orang yang kaya, atau yang memiliki kuasa, sehingga kita tidak berani memberitakan Injil kepada orang-orang sedemikian. Padahal kita sama-sama manusia ciptaan Allah, yang tidak memiliki apa-apapun yang dapat dibanggakan di hadapan Allah. Lebih lagi kita sebagai anak-anak Tuhan, dengan tetap rendah hati dapat mengatakan bahwa kita memiliki kebahagiaan sejati. Jangan lupa, orang-orang kaya dan atau berkuasa kalau tidak memiliki Kristus di dalam hati, belum tentu bahagia. Kebahagiaan mereka kalaupun ada tidak hakiki.
Pemazmur di dalam hikmat Tuhan mengajak kita merenungkan kembali kebenaran ini: kekayaan, hikmat dan kuasa tidak dapat membeli kehidupan. Semua hal tersebut yang menjadi pegangan selama ini tidak dapat menolong mencegah kematian datang (ayat 6-15).
Persoalannya adalah banyak orang tertipu oleh apa yang di tangannya. Mereka merasa yakin bahwa dengan apa yang mereka miliki, kekayaan, hikmat, ataupun kekuasaan dapat menyelamatkan dirinya, pemazmur mengajar di dalam “hikmat Ilahi” bahwa hanya Tuhan saja yang mampu membebaskan seseorang dari kebinasaan. Paling tidak itulah pengalaman si pemazmur (ayat 16).
Maka sekarang ia mengajak kita semua untuk tidak usah minder terhadap mereka yang membanggakan kekayaannya, atau hikmatnya, atau kekuasaannya (ayat 17). Kita memiliki sesuatu yang lebih daripada semua hal tersebut. Kita dimiliki Allah pemilik hidup. Maka dari itu, justru kita harus berani untuk berkata-kata, menegur dalam kasih orang-orang yang terlalu percaya diri tersebut. Mereka akan binasa bila hanya mengandalkan apa yang mereka miliki. Mereka harus menjadi milik Allah. Tugas kita adalah memberitakan kebenaran itu.
Renungkan: Kapan terakhir kali Anda berkata kepada orang kaya, bahwa mereka membutuhkan Kristus untuk keselamatan mereka?
SH: Mzm 49:1-20 - Akhir hidup orang fasik (Senin, 1 Juni 2009) Akhir hidup orang fasik
Pengkhotbah mengatakan: "Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat
tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh...
Akhir hidup orang fasik
Pengkhotbah mengatakan: "Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat" (Pkh. 8:11). Apa yang dikatakan pengkhotbah masih relevan pada zaman ini. Banyak orang fasik yang belum mendapat penghakiman, tetapi hidup dalam kemakmuran dan kemuliaan. Namun nas hari ini mengingatkan kita bahwa walaupun mereka terlihat hidup dengan berbahagia, tetapi sesungguhnya akhir hidup yang mengerikan sedang menanti orang fasik.
Nas hari ini adalah mazmur hikmat, yang hendak mengajarkan hikmat untuk direnungkan oleh setiap orang, baik hina maupun mulia, baik kaya maupun miskin (ayat 2-5). Pemazmur mau mengajarkan bahwa mereka yang memercayakan diri pada harta bendanya tetap tidak dapat membebaskan diri dari kematian karena mereka tidak dapat memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawa mereka (ayat 6-10). Ironisnya mereka harus meninggalkan seluruh harta kekayaan mereka pada waktu mereka meninggal (ayat 11-13). Orang semacam ini akan tetap diam dalam dunia orang mati (ayat 14-15), sedangkan pemazmur sebagai umat Allah akan ditarik dari cengkeraman dunia orang mati (ayat 16). Karena itu pemazmur menasihatkan agar tidak perlu takut bila seorang menjadi kaya (ayat 17). Mengapa pemazmur meminta kita jangan takut dan bukan jangan cemburu? Karena orang kaya yang digambarkan di sini adalah orang kaya yang menganiaya dan mengejar orang-orang benar (ayat 6). Orang kaya yang semena-mena ini, pada akhirnya juga pasti akan mati dan tidak akan melihat terang untuk seterusnya (ayat 18-20). Bahkan bagaimanapun gemilangnya ia semasa hidup, jika tidak memiliki hikmat, ia akan disamakan dengan hewan yang dibinasakan (ayat 21).
Maka marilah kita sadari bahwa bagaimanapun kehebatan orang fasik yang kaya dan berkuasa, pada akhirnya mereka harus menerima hukuman. Karena itu kita tidak perlu takut pada mereka. Marilah kita bertekad untuk takut hanya kepada Allah, dan bukan takut kepada manusia.
SH: Mzm 49:1-20 - Jangan diperbudak harta (Minggu, 12 Februari 2012) Jangan diperbudak harta
Sebuah tafsiran mengatakan bahwa mazmur ini lahir dari pengalaman seorang benar yang dikejar-kejar dan hendak dibinasakan ole...
Jangan diperbudak harta
Sebuah tafsiran mengatakan bahwa mazmur ini lahir dari pengalaman seorang benar yang dikejar-kejar dan hendak dibinasakan oleh orang-orang kaya yang sombong sehingga ia menjadi terancam maut dan ketakutan (6-7), tetapi ia mengalami pertolongan Tuhan (16). Pemazmur tidak menggubah mazmur ini sebagai mazmur syukur melainkan pengajaran/hikmat. Tujuannya adalah mengajarkan pembacanya agar jangan mengandalkan harta atau kuasa untuk keselamatan diri.
Pemazmur mulai dengan ajakan kepada semua orang untuk belajar hikmat melalui pengalaman hidupnya (2-5). Lalu ia meneruskannya dengan membicarakan betapa sia-sianya rasa takut terhadap orang-orang jahat (6-13). Mereka ini merasa percaya diri karena kekayaan dan kekuasaan mereka. Padahal kekayaan dan kesombongan tidak dapat menjamin hidup mereka dan tidak dapat melepaskan mereka dari hukuman Tuhan. Tuhan pasti membalaskan kejahatan mereka setimpal. Orang yang mengandalkan diri sendiri pasti akan hancur (14-15), sebaliknya orang yang mengandalkan Tuhan pasti selamat (16). Pemazmur juga menjelaskan bahwa kekayaan adalah sesuatu yang fana (17-21). Harta tidak dapat membeli kehidupan, dan saat mati, harta harus ditinggal. Orang yang hidupnya mengandalkan harta, menurut pemazmur adalah orang yang tidak berpengertian. Ia tidak lebih dari seekor binatang yang akan dibinasakan (21).
Realitasnya, kita sering "diperbudak" oleh harta. Kita menganggap orang kaya lebih tinggi daripada orang miskin, lebih berkuasa untuk mengatur orang lain dengan uangnya. Kita merasa tak berdaya, takut dan malah berjuang untuk menjadi orang kaya. Tenaga dan pikiran kita korbankan untuk hal yang sia-sia. AndalkanTuhan, dan bekerja kumpulkan harta bukan untuk jaminan masa depan melainkan untuk dipersembahkan kepada Tuhan bagi pelayanan kepada sesama.
SH: Mzm 49:1-20 - Baca Gali Alkitab 6 (Minggu, 13 Desember 2015) Baca Gali Alkitab 6
Apa saja yang Anda baca?
2. Kepada lapisan sosial masyarakat yang bagaimana ditujukan oleh pemazmur (2-5)?
3. Cara hidup yang s...
Baca Gali Alkitab 6
2. Kepada lapisan sosial masyarakat yang bagaimana ditujukan oleh pemazmur (2-5)?
3. Cara hidup yang sia-sia seperti apakah yang diungkapkan oleh pemazmur (6-12, 14-15)?
4. Diibaratkan seperti apa orang yang mengejar hikmat dunia oleh pemazmur (13, 21)?
5. Apakah pemazmur melarang seseorang berlimpah materi (17), dan mengapa hal itu pun merupakan kesia-siaan belaka (18-20)?
6. Apa ganjaran bagi mereka yang mencari Allah semata (16)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa bentuk kehidupan yang sia-sia bagi mereka yang mengejar dunia?
2. Harta berharga yang bagaimana tidak didapat oleh mereka yang hidup dalam kesia-siaan?
3. Nasihat yang bagaimana dianjurkan oleh pemazmur untuk kita perhatikan secara teliti?
Apa respons Anda?
1. Apa pengakuan dosa kita kepada Tuhan, apabila kita pernah menjalani hidup dalam kesia-siaan?
2. Tekad apa yang akan kita pilih untuk menunjukkan keseriusan kita yang telah mengalami pertobatan sejati?
Pokok Doa:
Jangan sia-siakan hidup ini hanya untuk sesuatu yang sifatnya sementara. Kejarlah nilai abadi dalam firman-Nya.
SH: Mzm 49:1-20 - Kebahagiaan Sejati (Minggu, 13 Desember 2015) Kebahagiaan Sejati
Banyak orang beranggapan bahwa kebahagiaan diperoleh ketika seseorang kaya raya atau punya kedudukan tinggi. Namun tidaklah demiki...
Kebahagiaan Sejati
Banyak orang beranggapan bahwa kebahagiaan diperoleh ketika seseorang kaya raya atau punya kedudukan tinggi. Namun tidaklah demikian menurut bani Korah, kumpulan pemazmur dari mazmur 49 ini. Dalam mazmur 49, pemazmur mengungkapkan pemahamannya tentang kehidupan (2-5). Pertama, status semua orang itu sederajat di hadapan Tuhan (2-3). Orang yang hina, yang mulia, yang kaya, yang miskin, semuanya dipanggil untuk memperhatikan pesan dari firman Tuhan. Kedua, semua orang tidak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri dengan harta atau pun kekuatannya sendiri (8-10). "Tidak ada seorangpun dapat membebaskan dirinya atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya dan tidak memadai untuk selama-lamanya" (8-9). Ketiga, semua orang pada akhirnya akan mengalami kematian (11-15, 17-20). Karena itulah, kekayaan sebesar apapun tidak dapat menghindarkan seseorang dari kematian.
Jika semua tampak sama saja dan harta kekayaan tidak dapat berdampak banyak bagi hidup kita, lalu apa yang dapat membuat kita berbahagia? Pemazmur menjawabnya di ayat 16, "Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku." Ini artinya, kebahagiaan sejati tidak terletak pada banyaknya harta, bukan pula pada umur yang panjang, melainkan di dalam Tuhan yang menyelamatkan kita dari cengkeraman maut.
Pertanyaannya adalah, sudahkah anda mengenal dan mengalami keselamatan yang terdapat di dalam Tuhan Yesus, Juruselamat dunia? Carilah kebahagiaan hidupmu bukan pada kekayaan materi atau kedudukan tinggi, melainkan di dalam Dia yang menyelamatkanmu jiwamu. Sesungguhnya, kebahagiaan sejati hanya ada di dalam Dia. [MFS]
SH: Mzm 49:1-20 - Allah Adalah Sandaran (Rabu, 23 Oktober 2019) Allah Adalah Sandaran
Pada masa kini, dunia mengajarkan bahwa kekayaan, status, dan jabatan adalah syarat untuk memperoleh kebahagiaan. Maka tidaklah...
Allah Adalah Sandaran
Pada masa kini, dunia mengajarkan bahwa kekayaan, status, dan jabatan adalah syarat untuk memperoleh kebahagiaan. Maka tidaklah mengherankan jika orang-orang menghalalkan segala cara untuk memperoleh ketiganya.
Mazmur 49 merupakan sebuah peringatan akan kecenderungan hidup yang demikian. Bagi Tuhan, semua manusia adalah setara. Allah tidak membedakan mereka yang kaya atau miskin; berjabatan atau tidak (1-5). Dalam hal ini, kita bisa menyimpulkan bahwa Allah tidak mengacu pada nilai yang ditetapkan dunia.
Bagi pemazmur, orang yang hanya mengandalkan dirinya dan kekayaannya sedang mengarahkan diri kepada kebinasaan. Pada akhirnya setelah ajal menjemput, bukankah semuanya akan tertinggal di dunia (18)? Karena itu, keselamatan orang percaya tidak terletak pada banyaknya harta atau tinggi rendahnya jabatannya. Keselamatannya ada pada sikap hidup yang selalu mengandalkan Allah semata.
Orang yang hanya mengandalkan Allah di dalam kehidupannya akan menemukan kebebasan di dalam hidupnya. Sukacita hatinya tidak bergantung pada apa pun, melainkan hanya pada keintiman relasinya dengan Allah. Relasi dengan Allah itulah satu-satunya hal yang kekal dalam hidup ini (16).
Pesan Allah melalui Mazmur 49 ini amatlah keras. Allah merombak pemikiran umat-Nya. Allah mengajarkan bahwa harta dunia tidak menjamin seseorang untuk memperoleh keselamatan jiwa. Seseorang tidak boleh mengandalkan dirinya sendiri, atau hartanya, apalagi jabatannya.
Mulai sekarang, kita jangan lagi memprioritaskan diri hanya untuk mencari kekayaan, status, dan jabatan. Apabila ini terjadi, kekayaan fisik kita mungkin saja semakin bertambah. Namun, pada saat yang sama, jiwa kita semakin miskin akan kehadiran dan relasi dengan Allah. Sadarilah bahwa Allah sajalah satu-satunya tempat kita bersandar.
Doa: Tuhan, mampukan kami untuk hanya menyandarkan hidup kami kepada-Mu saja. [WN]
Utley -> Mzm 49:5-9
Utley: Mzm 49:5-9 - --NASKAH NASB (UPDATED): Mazm 49:5-95(49-6)Mengapa aku takut pada hari-hari celak. pada waktu aku dikepung oleh kejahatan pengejar-pengejarku, 6(49-7)me...
NASKAH NASB (UPDATED): Mazm 49:5-9
5(49-6)Mengapa aku takut pada hari-hari celak. pada waktu aku dikepung oleh kejahatan pengejar-pengejarku, 6(49-7)mereka yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka? 7(49-8)Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, 8(49-9)karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya — 9(49-10)supaya ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur.
Mazm 49:5-9 "Mengapa aku takut pada hari-hari celaka" Ini adalah tema yang akan dikembangkan dalam Mazmur ini.
Kata "dunia" (BDB 317) adalah langka dan dapat berarti
- 1. hidup - Ayub 11:17; Mazm 39:5; 89:47
- 2. dunia - Mazm 17:1.
Ingat makna ditentukan oleh konteks bukan kamus / leksikon.
Orang-orang saleh selalu bertanya-tanya tentang ketidakadilan hidup (lih. Ayb, Mazm 73, Habakuk). Seringkali orang fasik makmur dan orang benar menderita. Ini tampaknya melanggar Im 26 dan Ul 27; 28; 29; 30. YHWH ingin menggunakan kelimpahan dan kesejahteraan umat-Nya untuk menarik bangsa-bangsa kepada diri-Nya. Namun demikian, karena Kejatuhan Kej 3, bahkan umat manusia perjanjian tidak bisa menjalankan hukum Taurat. Kemakmuran hanya datang kepada orang-orang yang berbuat kekerasan, serakah, berkuasa.
Ini bukan dunia seperti yang ingin diciptakan Allah. Umat-Nya tidak mencontoh karakter-Nya (lih. Yeh 36:22-23). Manusia yang jatuh tidak bisa menyelamatkan / menebus diri mereka sendiri atau keluarga mereka, atau tetangga mereka!
Mazm 49:5 "aku dikepung oleh kejahatan pengejar-pengejarku" KJV memiliki kata "tumit" di tempat kata "musuh." Istilah Ibrani literalnya (BDB 784) sepertinya berhubungan dengan Yakub saat ia memegang tumit kakaknya saat ia lahir dan, oleh karena itu, bernama "penipu," "pengganti," atau "perampas" Ini adalah konsep dari kata "musuh" di sini.
Mazm 49:6 "mereka yang percaya akan harta bendanya" KATA KERJA "kepercayaan" ini (BDB 105, KB 120) muncul terutama dalam Mazmur dan Yesaya (lih. Yes 26:3-4; 30:15). Dalam Mazm 37 kita belajar bahwa kita harus percaya pada Tuhan saja! Ayat ini adalah tepat kebalikannya, manusia percaya pada diri mereka sendiri atau harta benda mereka (lih. Ayub 31:24, Mazm 62:10, Ams 11:28; 23:4-5, Mr 10:23-31; 1Tim 6:17-19).
Mazm 49:7 "Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya" Dalam bahasa Ibrani "saudara" (BDB 26) muncul pertama-tama untuk penekanan. NEB, REB, RSV, NRSV merubah חא (saudara) ke ךא (pasti, BDB 36). Proyek Naskah UBS (hal. 245) memberikan "saudara" peringkat "A". Orang Ibrani menyatakan bahwa seseorang tidak dapat menebus (yaitu, menyelamatkan, membebaskan) bahkan dirinya sendiri.
Mazm 49:7,8 "membebaskan... tebusan... Pembebasan" Ada dua KATA KERJA Ibrani.:
- 1. "Membebaskan" - BDB 804, KB 911, KATA KERJA Qal INFINITIVE ABSOLUTE dan IMPERFECT dari akar yang sama untuk penekanan
- 2. "Tebusan" (BDB 145 I tidak) - BDB 678, KB 733, Qal IMPERFECT dengan BDB 497 I, harfiah. "Seseorang tidak bisa memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya,"
Keduanya menunjuk pada pembelian kembali seseorang dari perbudakan atau dari penjara sebagai seorang tawanan perang. Lihat Topik Khusus: Tebusan / Menebus di Mazm 19:14.
Mazm 49:8-9 "karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya" Ini adalah pemikiran sisipan yang menekankan bahwa tidak peduli seberapa kayanya seseorang, harga yang harus dibayar untuk memperpanjang hidup atau mengamankan kehidupan setelah kematian, adalah terlalu tinggi. Di sinilah di mana Injil Yesus Kristus adalah kabar baik (lih. Yes 53, Mr 10:45; 2Kor 5:21).
Perhatikan paralelismenya.
- 1. ia harus berhenti mencoba selamanya (BDB 761) - BDB 292, KB 292, Qal PERFECT dengan waw
- 2. ia harus hidup abadi (BDB 664) - BDB 310, KB 309, Qal JUSSIVE
- 3. ia tidak seharusnya pergi ke lubang (BDB 1001) - BDB 906, KB 1157, Qal IMPERFECT
Sulitlah bagi orang Kristen untuk menafsirkan naskah seperti ini karena kita membacakan pemahaman dan definisi dari kata-kata PB kita ke dalam konteks PL ini. Hal ini awalnya tidak berhubungan dengan Yes 53 atau Yoh 3:16. Ini berhubungan dengan panjang umur dan hidup sehat, sejahtera. Kemakmuran tidak bisa menjamin hal ini! Dalam dunia yang jatuh bahkan ketaatan perjanjian tidak bisa menjamin hal ini (yaitu, Ayub, Ishak, Israel).
Memanglah ada beberapa petunjuk tentang akhirat dalam PL (yaitu, Ayub 14:14-15; 19:25-27; Mazm 16:10; Dan 12:2), tetapi sebagian besar dari PL berurusan dengan kehidupan ini!
Mazm 49:8 "mahal" Dalam konteks PL, biaya tebusan / penebusan adalah
- 1. kematian hewan yang tak bersalah sebagai pengganti (lih. Im 4) bagi jiwa berdosa dari manusia atau Im 16 untuk masyarakat orang beriman
- 2. dalam Mazm 51 tidak ada korban untuk dosa sengaja Daud (lih. Im 4:2,22,27; 5:15-18; 22:14), sehingga David menawarkan "hati yang patah dan remuk" (Mazm 51:17)
- 3. biaya tertingginya dibayar oleh "Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (lih. Yoh 1:29). Hal ini dinubuatkan dalam Yes 52:13-53:12 (yaitu, Hamba yang Menderita). Konsep penebusan penggantian ini didokumentasikan oleh Yesus (lih. Mr 10:45), Paulus (lih. Gal 1:4; 1Kor 15:3; 2Kor 5:21), Petrus (1Pet 2:21-24), dan penulis kitab Ibrani (lih. Ibr 7:26-27; 9:28).
Mazm 49:9 "supaya ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur" Di sini masalah dari kemakmuran. kemakmuran tidak memberikan jawaban akhir. Kemakmuran tidak dapat membuat seseorang benar dengan Allah dan juga tidak dapat memperpanjang hidup. Oleh karena itu, kemakmuran adalah harapan yang palsu, yang merupakan cercahan yang hanya berlangsung selama beberapa saat dan kemudian hilang. Terang yang sejati hanyalah, satu-satunya harapan yang benar, dan satu-satunya kehidupan sejati ditemukan dalam Tuhan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Mazmur (Pendahuluan Kitab) Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang...
Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang
Judul Ibrani untuk kitab Mazmur adalah _tehillim_, yang berarti "puji-pujian"; judul dalam Septuaginta (PL dalam bahasa Yunani, dikerjakan sekitar 200 SM) ialah _psalmoi_, yang berarti "nyanyian yang diiringi alat musik gesek atau petik".
Musik memainkan peranan penting dalam ibadah Israel (1Taw 15:16-22; bd.Mazm 149:1--150:6); mazmur-mazmur menjadi nyanyian pujian Israel. Berbeda dengan sebagian besar syair dan nyanyian di dunia Barat yang ditulis dengan sajak dan irama, syair dan nyanyian PL didasarkan pada kesejajaran pemikiran di mana baris(-baris) kedua (atau yang berikutnya) pada hakikatnya menyatakan ulang (kesejajaran sinonim), memperlihatkan kontras (kesejajaran antitetikal), atau secara progresif melengkapi baris yang pertama (kesejajaran sintetik). Ketiga bentuk kesejajaran ini dipakai dalam Mazmur. Mazmur terdini yang diketahui digubah oleh Musa pada abad ke-15 SM (Mazm 90:1-17); sedangkan yang paling akhir adalah dari abad ke-6 sampai ke-5 SM (mis. Mazm 137:1-9). Akan tetapi, sebagian besar dari mazmur ditulis pada abad ke-10 SM semasa zaman keemasan puisi Israel.
Judul-judul atau kalimat pembukaan pada permulaan sebagian besar mazmur (dalam Alkitab Indonesia menjadi bagian dari mazmur), sekalipun bukan bagian asli dan terilham dari mazmur, sudah berusia tua (sebelum Septuaginta) dan penting. Isi dari kalimat pembukaan itu berbeda-beda, meliputi kategori seperti
- (1) nama penulis (mis. Mazm 47:1-10, "Dari bani Korah"),
- (2) bentuk mazmur (mis. Mazm 32:1-11, "nyanyian pengajaran" [bah. Inggris "maskil"] syair hasil renungan atau bertujuan mengajar),
- (3) istilah-istilah musik (mis. Mazm 4:1-9, "Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi"),
- (4) catatan liturgis (mis. Mazm 45:1-18, "Nyanyian kasih" [versi Inggris NIV -- nyanyian pernikahan]), dan
- (5) catatan sejarah singkat (mis. Mazm 3:1-9, "Mazmur Daud ketika ia lari dari Absalom, anaknya").
Mengenai penulis mazmur-mazmur ini, kalimat pembukaan menyebutkan Daud selaku penggubah 73 mazmur, Asaf 12 (seorang Lewi yang berkarunia musik dan nubuat, lih. 1Taw 15:16-19; 2Taw 29:30), bani Korah 10 (keluarga dengan karunia musik), Salomo 2, dan masing-masing satu oleh Heman, Etan, dan Musa. Kecuali Musa, Daud, dan Salomo, semua penggubah lainnya adalah imam atau orang Lewi dengan karunia musik dan tanggung jawab dalam ibadah kudus pada masa pemerintahan Daud. Lima puluh mazmur tidak diketahui penggubahnya. Acuan-acuan alkitabiah dan sejarah memberi kesan bahwa Daud (bd. 1Taw 15:16-22), Hizkia (Ams 25:1; bd. 2Taw 29:25-30), dan Ezra (bd. Neh 10:39; Neh 11:22; Neh 12:27-36,45-47) terlibat pada waktu yang berlainan dalam memilih mazmur-mazmur untuk dipakai bersama di Yerusalem. Penyusunan kitab ini yang terakhir mungkin dilakukan pada masa Ezra dan Nehemia (450-400 SM).
Tujuan
Kitab Mazmur, sebagai doa dan pujian yang diilhamkan Roh, ditulis, secara umum, untuk mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah.
- (1) Banyak yang ditulis sebagai doa kepada Allah, mengungkapkan
- (a) kepercayaan, kasih, penyembahan, ucapan syukur, pujian, dan kerinduan akan persekutuan erat;
- (b) kekecewaan, kesesakan mendalam, ketakutan, kekhawatiran, penghinaan dan seruan untuk pembebasan, kesembuhan, atau pembenaran.
- (2) Yang lain ditulis sebagai nyanyian yang mengungkapkan pujian, ucapan syukur, dan pemujaan kepada Allah dan hal-hal besar yang telah dilakukan-Nya.
- (3) Beberapa mazmur berisi bagian-bagian penting berhubungan dengan Mesias.
Survai
Selaku suatu kumpulan dari 150 mazmur, kitab ini meliput bermacam-macam pokok, termasuk penyataan tentang Allah, ciptaan, umat manusia, keselamatan, dosa dan kejahatan, keadilan dan kebenaran, penyembahan dan pujian, doa dan hukuman. Allah dipandang dengan beraneka ragam cara: sebuah benteng perlindungan, batu karang, perisai, gembala, tentara, pencipta, penguasa, hakim penebus, pemelihara, penyembuh, dan penuntut balas; Ia mengungkapkan kasih, kemarahan, dan belas kasihan, dan Ia ada di mana-mana, mengetahui segala sesuatu dan mahakuasa. Umat Allah juga dilukiskan dengan aneka cara: biji mata, domba, orang kudus, orang jujur dan benar yang diangkat-Nya dari sumur berlumpur, menempatkan kakinya pada batu karang, dan menaruh nyanyian baru di dalam mulut mereka. Allah mengarahkan langkah-langkah mereka, memuaskan kerinduan rohani mereka, mengampuni semua dosa mereka, menyembuhkan segala penyakit mereka dan menyediakan tempat tinggal kekal bagi mereka.
Salah satu cara yang bermanfaat untuk meninjau kitab ini ialah dengan berbagai kategori umum yang dipakai untuk menggolongkan mazmur-mazmur ini (dengan agak bertumpang-tindih).
- (1) _Nyanyian Haleluya atau pujian_ : mazmur-mazmur ini membesarkan nama, kemegahan, kebaikan, kebesaran, dan keselamatan Allah (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 21:1-13; Mazm 33:1--34:22; Mazm 103:1--106:48; Mazm 111:1--113:9; Mazm 115:1--117:2; Mazm 135:1-21; Mazm 145:1--150:6).
- (2) _Nyanyian Ucapan Syukur_ : Mazmur-mazmur ini mengakui pertolongan Allah dalam menyelamatkan dan membebaskan seseorang atau Israel selaku bangsa (mis. Mazm 18:1-50; Mazm 30:1-12; Mazm 34:1-22; Mazm 41:1-13; Mazm 66:1-20; Mazm 92:1-15; Mazm 100:1-5; Mazm 106:1-48; Mazm 116:1-19; Mazm 118:1-29; Mazm 124:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 136:1-26; Mazm 138:1-8).
- (3) _Mazmur Doa dan Permohonan_ : Tercakup mazmur-mazmur ratapan dan permohonan kepada Allah, kerinduan akan Allah, dan syafaat bagi umat Allah (mis. Mazm 3:1--6:10; Mazm 13:1-6; Mazm 43:1-5; Mazm 54:1-7; Mazm 67:1-7; Mazm 69:1--70:5; Mazm 79:1--80:19; Mazm 85:1--86:17; Mazm 88:1-52; Mazm 90:1-17; Mazm 102:1-28; Mazm 141:1--143:12).
- (4) _Mazmur Pengakuan Dosa_ : Berfokus pada pengakuan dosa (mis. Mazm 32:1-11; Mazm 38:1-22; Mazm 51:1-19; Mazm 130:1-8).
- (5) _Nanyian Sejarah Kudus_ : Mengisahkan kembali urusan Allah dengan Israel sebagai bangsa (mis. Mazm 78:1-72; Mazm 105:1--106:48; Mazm 108:1-13; Mazm 114:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 137:1-9).
- (6) _Mazmur Pemahkotaan Tuhan_ : Mazmur-mazmur ini dengan tegas menyatakan bahwa "Tuhan adalah Raja" (mis. Mazm 24:1-10; Mazm 47:1-9; Mazm 93:1-5; Mazm 96:1--99:1-99:9).
- (7) _Nyanyian Liturgis_ : Mazmur-mazmur ini digubah untuk perayaan atau kebaktian khusus (mis. Mazm 15:1-5; Mazm 24:1-10; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 113:1--118:29; keenam mazmur terakhir ini dipergunakan dalam perayaan Paskah setiap tahun).
- (8) _Mazmur Kepercayaan dan Pengabdian_ : Mazmur-mazmur ini mengungkapkan:
- (a) kepercayaan seseorang akan integritas Allah dan pertolongan kehadiran-Nya, dan
- (b) pengabdian hati kepada Allah (mis. Mazm 11:1-8; Mazm 16:1-11; Mazm 23:1-6; Mazm 27:1-14; Mazm 31:1--32:11; Mazm 40:1-17; Mazm 46:1-11; Mazm 56:1-13; Mazm 62:1--63:11; Mazm 91:1-16; Mazm 119:1-176; Mazm 130:1--131:3; Mazm 139:1-24).
- (9) _Nyanyian Ziarah_ : Juga disebut "Nyanyian-nyanyian Zion" atau "Nyanyian-nyanyian Pendakian" yang dinyanyikan oleh para peziarah sepanjang perjalanan mereka ke Yerusalem untuk perayaan Paskah, Pentakosta, atau Pondok Daun setiap tahun (mis. Mazm 43:1-5; Mazm 46:1-11; Mazm 48:1-14; Mazm 76:1-12; Mazm 84:1-12; Mazm 87:1-7; Mazm 120:1--134:3).
- (10) _Nyanyian Penciptaan_ : Mazmur-mazmur ini mengakui hasil perbuatan Allah di sorga dan di bumi (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 19:1-14; Mazm 29:1-11; Mazm 33:1-22; Mazm 65:1-13; Mazm 104:1-35).
- (11) _Mazmur-mazmur Hikmat dan Pendidikan_ : Mazmur-mazmur ini merenungkan cara-cara Allah dan mendidik kita mengenai kebenaran (mis. Mazm 1:1-6; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 73:1-28; Mazm 112:1-8; Mazm 119:1-176; Mazm 133:1-3).
- (12) _Mazmur Kerajaan atau Mesias_ : Mazmur-mazmur ini melukiskan beberapa pengalaman Raja Daud atau Raja Salomo yang mempunyai makna nubuat dan yang akhirnya digenapi dalam kedatangan Mesias, Yesus Kristus (mis. Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1--41:13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1--69:36; Mazm 72:1-20; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 110:1-7; Mazm 118:1-29).
- (13) _Mazmur Bernada Kutukan_ : Mazmur-mazmur ini mengundang kutukan atau hukuman Allah atas orang fasik (mis. Mazm 7:1-17; Mazm 35:1-28; Mazm 55:1-23; Mazm 58:1-11; Mazm 59:1-17; Mazm 69:1-36; Mazm 109:1-31; Mazm 137:1-9; Mazm 139:19-22). Karena banyak orang Kristen bingung oleh mazmur-mazmur ini, perlu diperhatikan bahwa mazmur kutukan ini digubah selaku ungkapan semangat demi nama Allah, keadilan, dan kebenaran-Nya, dan dari kebencian kuat terhadap kejahatan dan bukan karena perasaan dendam yang picik. Pada hakikatnya mazmur-mazmur ini berseru kepada Allah agar meninggikan orang benar dan merendahkan orang fasik.
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai kitab Mazmur ini.
- (1) Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (Mazm 119:1-176), yang terpendek (Mazm 117:1-2) dan ayat tengah (Mazm 118:8).
- (2) Sebagai kitab nyanyian dan ibadah Ibrani, kerohaniannya yang dalam dan luas itu menjadikan kitab ini bagian PL yang paling digemari dan dibaca oleh orang percaya.
- (3) "_Haleluya_" (pujilah Tuhan), istilah Ibrani yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, dipakai 28 kali dalam Alkitab, 24 di antaranya dalam kitab ini. Di dalam Mazm 150 pujian kepada Tuhan mencapai puncaknya dan menyampaikan pujian yang utuh dan sempurna kepada Tuhan.
- (4) Tidak ada kitab lain di Alkitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungan dengan Allah dan kehidupan ini. Nyanyian pujian dan pengabdian mengalir dari gunung-gunung tertinggi, dan seruan-seruan keputusasaannya timbul dari lembah-lembah terdalam.
- (5) Sekitar separuh mazmur mencakup doa iman di tengah kesengsaraan.
- (6) Inilah kitab yang paling banyak dikutip di PB.
- (7) Berisi banyak "pasal kesayangan" seperti pasal Mazm 1:1-6; Mazm 23:1-6; Mazm 24:1-10; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 84:1-12; Mazm 91:1-16; Mazm 103:1-22; Mazm 119:1-176; Mazm 121:1-8; Mazm 139:1-24; dan Mazm 150:1-6.
- (8) Mazmur 119 (Mazm 119:1-176) adalah unik dalam Alkitab karena
- (a) panjangnya (176 ayat),
- (b) kasihnya yang agung kepada Firman Allah, dan
- (c) susunan sastranya yang mencakup 22 stanza dengan masing-masing delapan ayat, dan setiap stanza mengawali setiap ayatnya dengan huruf yang sama, juga setiap stanza memakai huruf yang berturut-turut dari abjad Ibrani sebagai bantuan untuk mengingat (yaitu, suatu akrostik).
- (9) Ciri sastranya yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralelisme, mencakup irama pemikiran dan bukan irama sajak atau matra; ciri khas ini menjadikan beritanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain tanpa terlalu banyak kesulitan.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ada 186 kutipan dari kitab Mazmur dalam PB, jauh lebih banyak daripada kitab PL lainnya. Jelaslah bahwa mazmur-mazmur begitu meresap dalam hati Yesus dan penulis kitab PB lainnya dan bahwa Roh Kudus sering memakai mazmur di dalam ajaran Yesus dan ayat-ayat lain di mana Yesus menggenapi Alkitab selaku Mesias yang dinubuatkan. Misalnya, Mazm 110:1-7 yang singkat (7 ayat) dikutip lebih banyak dalam PB daripada pasal PL lainnya; mazmur ini berisi nubuat tentang Yesus sebagai Mesias, sebagai Anak Allah dan sebagai imam abadi menurut peraturan Melkisedek. Mazmur Mesias lainnya yang dikenakan kepada Yesus dalam PB adalah:Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1-17; Mazm 41:1-13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 69:1-36; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 109:1-31; dan Mazm 118:1-29. Mazmur ini dikenakan kepada
- (1) Yesus selaku nabi, imam, dan raja;
- (2) kedua kedatangan-Nya;
- (3) kedudukan sebagai Anak dan sifat-Nya;
- (4) penderitaan dan kematian-Nya yang mendamaikan; dan
- (5) kebangkitan-Nya. Ringkasnya, Mazmur termasuk kitab PL dengan nubuat paling terinci tentang Kristus dan tertanam sangat dalam di seluruh amanat para penulis PB.
Full Life: Mazmur (Garis Besar) Garis Besar
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!:...
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!: Mazmur 42-72
(Mazm 42:1-72:19)
III. Kitab 3 !!: Mazmur 73-89
(Mazm 73:1-89:52)
IV. Kitab 4 !!: Mazmur 90-106
(Mazm 90:1-106:48)
V. Kitab 5 !!: Mazmur 107-150
(Mazm 107:1-150:1-6)
Matthew Henry: Mazmur (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena beg...
- Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena begitu banyaknya terdapat hal-hal mengenai Kristus dan Injil-Nya, dan juga tentang Allah dan hukum-Nya di dalamnya, sehingga kitab ini disebut sebagai intisari atau ringkasan dari kedua Perjanjian. Sejarah Israel yang banyak tersedia bagi kita, memungkinkan kita untuk mengikuti dan mempelajarinya, dan di sana disajikan dan diajarkan kepada kita pengetahuan tentang Allah. Kitab Ayub membawa kita memasuki proses belajar mengajar, serta memberikan kita berbagai pemikiran dan debat berguna tentang Allah dan pemeliharaan-Nya. Tetapi, kitab ini membawa kita masuk ke dalam ruang mahakudus, menjauhkan kita dari pergaulan sehari-hari dengan sesama, dengan para politisi, ahli filsafat, atau para pembantah dunia ini, dan mengarahkan kita memasuki persekutuan dengan Allah, dengan menghibur jiwa kita dan membawanya beristirahat di dalam Dia, dengan mengangkat dan membuat hati kita berserah kepada-Nya. Dengan demikian kita dapat berada di atas gunung bersama Allah. Dan kalau sudah begini, kita sungguh tidak tahu apa yang menjadi keuntungan kita bila kita tidak berkata, “Betapa bahagianya berada di tempat ini.” Mari kita selidiki:
- I. Judul kitab ini.
- 1. Kitab ini disebut Mazmur. Judul ini yang dirujuk di dalam Lukas 24:44. Orang Ibrani menyebutnya Tehillim, yang dengan tepat menunjukkan Mazmur-mazmur Pujian, karena banyak di mazmur di dalam kitab tersebut yang bercorak seperti itu. Namun, Mazmur merupakan sebuah kata yang lebih umum maknanya, yang berarti semua gubahan apa saja yang punya susunan tertentu yang cocok untuk dinyanyikan, dan isinya bisa bersifat sejarah, pengajaran, permohonan, maupun puji-pujian. Meskipun bernyanyi itu selayaknya menyuarakan rasa sukacita, namun tujuan nyanyian lebih luas maksudnya. Nyanyian itu membantu kita untuk mengingat sesuatu, dan untuk mengungkapkan maupun menggairahkan semua perasaan lain seperti halnya perasaan sukacita ini. Imam-imam memiliki nyanyian ratapan maupun sukacita. Dengan demikian, menyanyikan mazmur sudah merupakan ibadah bagi kita dan maksudnya yang luas, karena kita bukan hanya diarahkan untuk memuji Allah, tetapi juga untuk mengajar dan menegur seorang akan yang lain di dalam mazmur, dan puji-pujian, dan nyanyian rohani (Kol. 3:16).
- 2. Kitab ini disebut Kitab Mazmur. Begitulah yang disebut oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 1:20. Kitab ini merupakan kumpulan mazmur-mazmur, yaitu semua mazmur yang diilhamkan secara ilahi. Meskipun mazmur-mazmur ini digubah dalam berbagai masa dan berbagai kesempatan, semuanya dikumpulkan bersama-sama di dalam kitab ini tanpa rujukan atau ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian semua mazmur ini terpelihara dari kemungkinan tercecer atau hilang, dan siap digunakan bagi kebaktian jemaat. Lihatlah, betapa baiknya Tuan yang kita layani, betapa menyenangkannya jalan-jalan hikmat yang disediakan-Nya, sehingga saat kita diperintahkan untuk bernyanyi, yang cukup membuat kita menjadi sibuk, mulut kita pun dipenuhi-Nya dengan kata-kata dan tangan kita disediakan dengan nyanyian-nyanyian.
- II. Penulis kitab ini. Tidak diragukan lagi bahwa pada mulanya semua mazmur ini berasal dari Roh yang mulia. Mazmur adalah nyanyian rohani, firman yang diajarkan oleh Roh Kudus. Penulis sebagian besar mazmur ini adalah Daud, anak Isai, yang karena itu ia diberi gelar sebagai pemazmur yang disenangi di Israel (2Sam. 23:1). Beberapa mazmur yang tidak mencantumkan namanya di dalam judul, dengan jelas dianggap berasal dari dia di tempat lain dalam Alkitab, seperti Mazmur 2 (Kis. 4:25), Mazmur 96 dan 105 (1Taw. 16). Satu mazmur dinyatakan dengan jelas sebagai doa Musa (Mzm. 90). Beberapa mazmur diisyaratkan ditulis oleh Asaf (2Taw. 29:30), di mana dikatakan bahwa orang-orang Lewi menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata Daud dan Asaf. Di situ dikatakan bahwa Asaf adalah seorang pelihat atau nabi. Beberapa mazmur tampaknya ditulis kemudian pada masa yang jauh setelah itu, misalnya Mazmur 137, yang ditulis ketika masa pembuangan di Babel. Namun, dapat dipastikan bahwa sebagian besar mazmur ditulis oleh Daud sendiri, yang sangat mahir dalam hal puisi dan musik. Daud memang ditetapkan, memenuhi syarat, dan digerakkan untuk menegakkan ibadah bermazmur di dalam jemaat Allah, seperti halnya Musa dan Harun di zaman mereka, yang menegakkan ibadah korban. Ibadah yang ditegakkan oleh Musa dan Harun sudah digantikan, tetapi yang ditegakkan Daud tetap ada, dan akan tetap ada sampai akhir zaman, ketika ditelan oleh nyanyian-nyanyian kekekalan. Di sini Daud menjadi gambaran dari Kristus, yang adalah keturunannya, bukan keturunan Musa, karena Ia datang untuk mengambil alih korban sembelihan (keluarga Musa segera hilang dan punah setelah itu), selain juga untuk menegakkan dan mengabadikan sukacita dan pujian. Sebab keturunan Daud di dalam Kristus tidak akan pernah berakhir.
- III. Tujuan kitab ini. Maksud dan tujuannya jelas.
- 1. Untuk membantu apa yang telah dipraktikkan dalam agama alamiah dan untuk menyalakan perasaan saleh dalam jiwa manusia yang harus kita baktikan kepada Allah sebagai pencipta, pemilik, pengatur, dan pelindung kita. Kitab Ayub membantu membuktikan dasar-dasar mengenai kesempurnaan dan penyelenggaraan ilahi. Namun, kitab ini membantu kita untuk mengungkapkan dan membuktikan kepercayaan kita akan dasar-dasar yang kita yakini itu di dalam doa dan pujian, dalam pengakuan akan hasrat hati kita akan Dia, ketergantungan kita kepada-Nya, serta seluruh ibadah dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Di dalam bagian lain dalam Kitab Suci ditunjukkan bahwa Allah itu tak terbatas mengatasi manusia dan bahwa Dia itu Tuhan yang berdaulat di atas segalanya. Namun demikian, Kitab Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa kita yang seperti binatang menjalar di bumi ini boleh bergaul dengan Dia. Selain itu, kalau bukan karena salah kita sendiri, ada banyak cara di mana kita bisa tetap bersekutu dengan Dia dalam rupa-rupa keadaan hidup kita sebagai manusia.
- 2. Untuk mempromosikan dan memajukan keunggulan agama wahyu, dan dengan cara yang paling menyenangkan menganjurkannya kepada dunia. Sedikit saja, atau tidak ada hukum seremonial (yang hanya bersifat upacara saja) yang muncul di seluruh Kitab Mazmur. Meskipun korban sembelihan dan korban sajian tetap berlanjut selama berabad-abad, namun di sini kedua hal itu digambarkan sebagai hal yang tidak berkenan kepada Allah (Mzm. 40:7; 51:19), sebagai hal yang kurang bermakna, yang pada saatnya nanti akan lenyap. Namun, firman dan hukum Allah, khususnya bagian-bagian yang berbicara tentang akhlak dan kewajiban yang kekal, ada tertulis di sini untuk diagungkan dan dihormati, lebih daripada yang tertulis di mana pun juga. Dan Kristus yang menjadi puncak dan pusat agama wahyu, yang menjadi dasar, batu penjuru, dan batu utama dari bangunan yang dimuliakan itu, dibicarakan dengan jelas dalam kitab ini dalam bentuk pelambangan dan nubuat. Di sini dibicarakan semua penderitaan-Nya dan kemuliaan yang mengikutinya, serta kerajaan yang hendak dibangun-Nya di dunia ini. Di dalam kerajaan inilah kovenan Allah dengan Daud mengenai kerajaannya digenapi. Betapa tingginya nilai yang diberikan kitab ini terhadap firman Allah, terhadap segala ketetapan dan penghakiman-Nya, serta terhadap kovenan dan janji-janji agung dan mulia-Nya untuk menepati kovenan-Nya itu. Karena itu, betapa kitab ini sangat menganjurkan kita untuk menggunakan firman-Nya, ketetapan dan penghakiman-Nya serta kovenan dan janji-janji-Nya itu sebagai pedoman dan jangkar kita, serta sebagai warisan kita sampai selama-lamanya!
- IV. Manfaat kitab ini. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menanamkan terang ilahi ke dalam pemahaman kita. Namun, manfaat kitab ini terutama sangat unggul dalam menanamkan kehidupan dan kuasa ilahi, serta kehangatan yang kudus ke dalam perasaan kita. Tidak ada satu pun tulisan dalam Alkitab yang lebih bermanfaat dalam membantu ibadah renungan orang-orang kudus dibandingkan kitab ini. Manfaat tersebut telah dinikmati oleh jemaat segala zaman, sejak mazmur ini ditulis dan beberapa bagiannya dikirimkan kepada pemimpin biduan untuk keperluan kebaktian jemaat.
- 1. Mazmur ini bermanfaat untuk dinyanyikan. Untuk menyanyikan lagu himne dan nyanyian rohani, kita boleh mencari di luar mazmur-mazmur Daud, tetapi kita tidak perlu itu. Aturan persajakan dalam bahasa Ibrani tidak jelas, bahkan oleh orang-orang terpelajar sekalipun. Namun demikian, mazmur-mazmur ini seyogyanya dibawakan sesuai dengan aturan persajakan setiap bahasa, setidaknya supaya dapat dinyanyikan untuk mendidik jemaat. Menurut saya, sangatlah menghibur kita, bila kita menyanyikan mazmur Daud, karena kita mempersembahkan puji-pujian kepada Allah yang persis sama seperti yang dipersembahkan kepada-Nya pada masa Daud dan raja-raja Yehuda yang saleh lainnya. Begitu kaya dan indah gubahan puisi-puisi ilahi ini, sehingga tidak akan pernah menjemukan dan lekang karena waktu.
- 2. Kitab mazmur ini bermanfaat untuk dibacakan dan dinyatakan oleh para pelayan Kristus, karena mazmur ini mengandung kebenaran-kebenaran yang agung dan mulia, serta peraturan mengenai baik dan jahat. Tuhan kita Yesus menjelaskan mazmur-mazmur kepada murid-murid-Nya, mazmur-mazmur Injil, dan Ia membukakan pemahaman mereka (karena Ia memegang kunci Daud) untuk memahaminya (Luk. 24:44).
- 3. Mazmur ini bermanfaat untuk dibaca dan direnungkan oleh semua orang baik. Mazmur ini menjadi sumber melimpah yang darinya semua orang akan menimba air dengan kegirangan.
- (1) Pengalaman pemazmur sangat bermanfaat untuk membimbing, memperingatkan, dan menguatkan kita. Pemazmur sering memberi tahu kita tentang apa yang terjadi antara Allah dan jiwanya. Ia memberi tahu kita apa yang dapat kita harapkan dari Allah dan apa yang Ia harapkan serta kehendaki dari kita sehingga Ia berkenan kepada kita. Daud adalah orang yang memiliki hati Allah. Oleh karena itu, orang-orang yang sedikit banyak memiliki hati seperti Daud bolehlah berharap bahwa mereka juga diperbarui oleh anugerah Allah sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Banyak orang sangat merasa terhibur saat hati nurani mereka menyaksikan kebenaran mazmur-mazmur ini, sehingga dengan segenap hati mereka dapat berkata, “Amin” atas doa-doa dan puji-pujian Daud.
- (2) Bahkan ungkapan-ungkapan yang digunakan pemazmur juga sangat bermanfaat. Melalui ungkapan ini Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan doa-doa kita, sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa kepada Allah. Kapan saja kita mendekati Allah, dan juga saat kita kembali kepada Dia untuk pertama kalinya, kita dibimbing untuk membawa serta kata-kata penyesalan (Hos. 14:3), kata-kata ini, yang diajarkan oleh Roh Kudus. Jika kita membuat mazmur-mazmur Daud ini akrab dengan kita seperti yang seharusnya kita lakukan, maka saat kita menghampiri takhta anugerah, untuk maksud apa saja, untuk membuat pengakuan, permohonan, atau ucapan syukur, kita akan terbantu karenanya. Apa pun perasaan saleh yang bekerja di dalam diri kita, hasrat atau pengharapan, kepedihan atau sukacita yang kudus, kita akan menemukan di sana kata-kata yang tepat yang dapat kita ungkapkan, perkataan benar yang tidak dapat disalahkan. Akan sangat baik bila kita mengumpulkan dari Kitab Mazmur ini ungkapan-ungkapan peribadatan dan renungan yang paling sesuai dan paling menggerakkan hati, dan kemudian mengatur dan mengelompokkannya menurut beberapa topik doa, supaya lebih mudah bagi kita untuk menggunakannya. Bisa juga, sekali-sekali kita pilih mazmur tertentu yang berbeda-beda dan berdoa memakai mazmur pilihan itu. Ketika kita berdoa dengan cara ini, kita mencerna ayat-ayatnya dalam pikiran kita dan mempersembahkan hasil renungan itu kepada Allah. Cendekiawan Dr. Hammond (Theolog Inggris, 1605-1660), menulis dalam kata pengantar buku tafsirannya atas Kitab Mazmur (bagian 29) sebagai berikut, “Bahwa merenungkan beberapa bagian mazmur sampai hati kita dipengaruhi, digerakkan dan diteguhkan oleh hidup dan daya yang ada dalam ayat-ayat mazmur itu sungguh lebih baik daripada sekadar mengucapkannya mengikuti sang pemazmur itu, sebab dalam ibadah-ibadah, tidak ada yang harus dihindari selain daripada tindakan-tindakan pengulangan yang tidak membangkitkan perasaan apa-apa di dalam hati.” Seperti yang dinasihatkan oleh Augustinus (354-430, theolog dan filsuf Kristen – pen.), “Jika kita membangun roh kita dengan perasaan yang dikandung dalam mazmur, maka kita boleh yakin akan perkenanan Allah saat kita menggunakan perkataan yang dipakai dalam Mazmur itu.” Mazmur ini bukan hanya dapat membantu kita untuk merenung dan membangkitkan perasaan kita untuk menyembah, memuji dan memuliakan Allah, tetapi juga menjadi petunjuk bagi kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, serta mengajar kita cara untuk jujur di jalan kita, sehingga pada akhirnya kita akan melihat keselamatan yang dari Allah (Mzm. 50:23). Kitab Mazmur ini bukan hanya sangat bermanfaat bagi jemaat Perjanjian Lama, tetapi lebih-lebih lagi bagi kita orang-orang Kristen, kitab mazmur ini lebih bermanfaat dibandingkan dengan jemaat yang hidup sebelum kedatangan Kristus. Karena sama seperti korban-korban Musa, demikian jugalah nyanyian-nyanyian Daud dibuat menjadi jelas dan terpahami oleh Injil Kristus yang membawa kita memasuki selubung itu. Demikianlah, dengan doa-doa dan puji-pujian Daud, semua doa Rasul Paulus dalam surat-suratnya, serta nyanyian-nyanyian baru dalam Kitab Wahyu, kita akan diperlengkapi untuk perbuatan baik ini, karena semua tulisan itu membuat manusia kepunyaan Allah itu sempurna.
- Mengenai pembagian kitab ini, kita tidak perlu sampai begitu cermat. Tidak ada (atau sangat jarang ada) hubungan antara satu mazmur dengan mazmur lainnya, juga tidak ada alasan tertentu dalam pengurutan mazmur yang satu sesudah yang lainnya seperti yang ada sekarang. Walaupun demikian, tampaknya mazmur yang ditempatkan pertama itu berasal dari masa kuno, karena mazmur yang kedua sekarang berasal dari zaman para rasul (Kis. 13:33). Salinan bahasa Latin kuno yang kasar (bukan klasik) menggabungkan pasal kesembilan dan kesepuluh. Semua penulis Katolik Roma mengikuti pembagian itu. Oleh karena itu pencantuman nomor pasal di seluruh Kitab Mazmur mereka selalu kurang satu dibandingkan salinan kita (yang bukan Katolik – pen.). Kita mencantumkan pasal 11, mereka pasal 10, kita menulis pasal 119, mereka mencantumkan pasal 118. Namun, mereka membagi pasal 147 menjadi dua pasal, sehingga jumlah seluruh pasal mencapai 150. Beberapa orang berusaha mengurangi jumlah pasal tersebut dengan mengelompokkannya di bawah beberapa judul yang sesuai menurut pokok masalah yang dibicarakan dalam mazmur-mazmur itu. Namun, sering didapati banyak keragaman pokok pembicaraan dalam satu mazmur yang sama, sehingga penggabungan tersebut tidak dapat dibuat dengan pasti. Namun, tujuh Mazmur penyesalan dosa dengan cara tertentu telah disatukan sebagai ibadah oleh banyak orang. Mazmur-mazmur tersebut adalah pasal 6, 32, 38, 51, 102, 130, dan 143. Kitab Mazmur dibagi menjadi lima kitab yang masing-masing diakhiri dengan kata Amin, ya Amin, atau Haleluya. Kitab pertama di akhiri oleh pasal 41, yang kedua oleh pasal 72, yang ketiga oleh pasal 89, yang keempat oleh pasal 106, dan yang kelima oleh pasal 150. Sebagian orang lagi membagi Kitab Mazmur ini menjadi tiga bagian besar yang masing-masing memuat lima puluh pasal. Sebagian lain lagi membagi menjadi enam puluh bagian, dua bagian untuk setiap hari, pagi dan petang, selama sebulan. Biarlah setiap orang Kristen yang baik membagi kitab ini untuk mereka masing-masing, sehingga mereka dapat meningkatkan pengenalan mereka akan isi dan maksud tulisan ini dengan cara yang paling baik dan sesuai. Dengan demikian, dalam setiap kesempatan apa saja mereka dapat menyanyikan mazmur ini di dalam roh dan dengan pengertian yang penuh.