Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ams 2:20
Full Life: Ams 2:20 - TEMPUHLAH JALAN ORANG BAIK.
Nas : Ams 2:20
Berkat-berkat memperoleh hikmat meliputi:
(1) belajar takut akan Tuhan sehingga terpelihara dari kejahatan
sepanjang per...
Nas : Ams 2:20
Berkat-berkat memperoleh hikmat meliputi:
- (1) belajar takut akan Tuhan sehingga terpelihara dari kejahatan sepanjang perjalanan hidup (ayat Ams 2:5-8);
- (2) memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dari yang jahat sehingga dapat mengelakkan tragedi-tragedi dosa (ayat Ams 2:11);
- (3) keinginan untuk menjauhi orang jahat dan bergaul dengan orang yang benar dan baik (ayat Ams 2:12-15,20);
- (4) menjauhi kebejatan seksual (ayat Ams 2:16-19); dan
- (5) memperoleh berkat-berkat yang dijanjikan Allah (ayat Ams 2:21).
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 2:10-22
Matthew Henry: Ams 2:10-22 - --Faedah yang Diberikan Hikmat (2:10-22)
Jangkauan ayat-ayat tadi adalah untuk menunjukkan,
1. Betapa besar manfaat hikmat sejati bagi kita. Hikmat...
Faedah yang Diberikan Hikmat (2:10-22)
- Jangkauan ayat-ayat tadi adalah untuk menunjukkan,
- 1. Betapa besar manfaat hikmat sejati bagi kita. Hikmat ini akan menjauhkan kita dari jalan orang berdosa yang menuju kebinasaan, dan dengan demikian jauh lebih baik bagi kita daripada bila kita diperkaya dengan harta duniawi.
- 2. Bagaimana kita harus memanfaatkan hikmat yang diberikan Allah kepada kita itu dengan sebaik-baiknya. Kita harus menggunakannya untuk membimbing kita dalam melintasi jalan kebajikan, dan untuk mempersenjatai diri terhadap berbagai jenis godaan.
- 3. Melalui aturan apa saja kita dapat menguji diri apakah kita sudah memiliki hikmat ini atau belum. Pohon akan diketahui dari jenis buah yang dihasilkannya. Bila kita benar-benar bijaksana, hal ini akan tampak melalui sikap hati-hati kita untuk menghindari semua pergaulan dan perbuatan jahat.
- Hikmat ini berguna bagi kita,
- I. Untuk memelihara kita dari kejahatan, dari kejahatan dosa, dan dengan begitu, dari kejahatan akibat kesukaran yang menyertainya.
- 1. Secara umum (ay 10-11), “Ketika menguasaimu sepenuhnya, hikmat itu akan memelihara engkau.” Kapankah hikmat itu menguasai kita sepenuhnya?
- (1) Ketika hikmat berkuasa atas kita. Ketika hikmat bukan saja mengisi kepala dengan gagasan, tetapi juga masuk ke dalam hati dan berkuasa serta menanamkan pengaruh ke atasnya. Ketika hikmat bertakhta di situ dan mengatur perasaan dan hasrat hati, ketika hikmat masuk ke dalam hati sebagaimana ragi masuk ke dalam adonan roti hingga larut dan mengubahnya sesuai gambarnya sendiri, maka hal ini akan membawa kebaikan bagi kita.
- (2) Ketika kita sangat menyukainya, saat pengetahuan itu menjadi kesenangan jiwa: “Ketika engkau mulai menikmatinya sebagai hiburan yang paling menyukakan dan tunduk kepada aturan-aturannya dengan sukarela dan dengan hati yang puas. Ketika engkau menyebut pelaksanaannya sebagai suatu kebajikan dan bukan perhambaan ataupun tugas, sebagai kebebasan dan kesenangan, serta menyebut kehidupan saleh sebagai kehidupan paling nyaman yang bisa dijalani manusia di dunia ini, maka ketika itulah engkau akan memperoleh manfaat darinya.” Walaupun dalam beberapa hal pengekangan yang ada di dalamnya terasa kurang menyenangkan bagi kehendak daging, itu pun bahkan terasa menyenangkan bagi jiwa. Pada waktu tercapai keadaan ini, kebijaksanaan akan memelihara serta menjaga kita. Allah memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia (ay. 8) dengan cara memberi mereka kebijaksanaan supaya dapat menghindar dari jalan yang mencelakakan, untuk menjaga diri sendiri supaya si jahat tidak dapat menjamah mereka. Perhatikanlah, asas kasih karunia yang bertakhta di hati akan menjadi pelindung yang kuat, baik terhadap kerusakan di dalam maupun pencobaan dari luar (Pkh. 9:16, 18).
- 2. Secara lebih khusus, hikmat akan memelihara kita.
- (1) Dari orang-orang yang menganut asas-asas yang cemar, yakni orang-orang atheis yang duniawi dan yang berusaha menyelewengkan penilaian orang muda serta menanamkan prasangka di dalam pikiran mereka terhadap agama dan menanamkan pikiran-pikiran yang membela perbuatan jahat: “Hikmat akan membuatmu terlepas dari jalan yang jahat (ay. 12), sehingga terlepaslah engkau dari cengkeraman maut, dari jalan yang dilintasinya, yang dianjurkannya kepadamu.” Musuh ini disebutkan dalam bentuk tunggal (ay. 12), seorang yang jahat, tetapi setelah itu dalam bentuk jamak (ay. 13). Di situ terdapat sebuah perkumpulan, suatu kelompok yang bersekongkol melawan agama dan bergandengan tangan untuk mendukung kerajaan Iblis serta kepentingannya.
- [1] Mereka memiliki roh yang menentang segala sesuatu yang baik: Mereka mengucapkan tipu muslihat. Mereka mengatakan apa saja untuk melawan agama, baik untuk menunjukkan kebencian mereka terhadapnya maupun untuk mengajak orang supaya menjauhinya. Mereka adalah pembela Iblis. Mereka memohon kepada Baal, dan membelokkan Jalan Tuhan yang lurus. Betapa menjengkelkannya pikiran kotor yang berdebat demi dosa, dan betapa berani mereka mencemooh firman Allah! Hikmat akan memelihara kita dari pergaulan dengan orang-orang seperti itu atau setidaknya menjaga kita agar tidak terjerat oleh mereka.
- [2] Mereka sendiri meninggalkan segala sesuatu yang baik, dan biasanya orang-orang seperti inilah yang menjadi musuh yang jahat dan berbahaya bagi agama, seperti yang disaksikan Julian (ay. 13): Mereka meninggalkan jalan yang lurus, yang pernah mereka tempuh seperti yang diajarkan kepada mereka, mencampakkan segala pengaruh dari pendidikan mereka dahulu, dan memisahkan diri dari awal yang penuh pengharapan, untuk menempuh jalan yang gelap. Mereka menjalani kehidupan jahat yang membenci terang, bagaikan orang-orang yang mengenakan penutup mata dan dibimbing oleh kebodohan dan kesalahan menuju kegelapan yang pekat. Jalan-jalan dosa adalah jalan-jalan dalam kegelapan yang tidak nyaman dan tidak aman. Alangkah bodohnya orang-orang yang meninggalkan jalan lurus yang rata, menyenangkan, dan terang, untuk menjalani kehidupan seperti itu! (Mzm. 82:5; 1Yoh. 2:11).
- [3] Mereka menyukai dosa, baik untuk dilakukan sendiri, maupun saat melihat orang lain melakukannya (ay. 14): Mereka bersukacita mendapatkan kesempatan untuk melakukan kejahatan, juga dalam melaksanakan dan berhasil mengerjakan hal yang jahat. Orang bodoh gemar melakukan kejahatan. Bagi mereka tidak ada pemandangan yang lebih memuaskan daripada melihat tipu muslihat yang jahat, untuk melihat mereka yang berpengharapan ditarik ke dalam kehidupan penuh dosa, dan setelah itu melihat hati mereka menjadi keras dan menetap di dalam kehidupan seperti itu. Mereka senang apabila bisa melihat kerajaan Iblis berdiri dengan kuat (Rm. 1:32). Ketidaksalehan mereka sudah sedemikian parahnya.
- [4] Mereka bersikeras untuk tinggal dalam dosa (ay. 15): Sungguh berliku-liku jalannya, jalan yang berbelok-belok untuk menghindari kejaran tuduhan hati nurani dan mematahkan kekuatannya. Hati mereka yang penuh tipu muslihat sarat dengan dalih yang licik dan sikap mengelak yang tidak kentara, guna mempererat pegangan mereka dalam kejahatan. Di dalam jaringan jalan yang berliku-liku dan menyesatkan itu mereka bersembunyi dari tangkapan firman Allah dan suara hati mereka sendiri. Sungguh sesat perilaku mereka. Artinya, mereka bersikeras untuk tetap menjalaninya, tak peduli apa pun yang dikatakan melawan perilaku mereka. Setiap orang yang bijaksana akan menjauhi pergaulan dengan orang-orang seperti itu.
- (2) Dari para perempuan yang rusak akhlaknya. Golongan yang pertama tadi membawa kepada kejahatan rohani, nafsu pikiran yang belum dikuduskan, sedangkan golongan yang ini membawa kepada keinginan-keinginan daging yang mencemarkan tubuh yakni bait Allah yang hidup itu, yang di lain pihak berjuang melawan jiwa. Di sini, perempuan pezinah disebut perempuan asing, sebab tak seorang pun laki-laki baik dan berhikmat yang bersedia berurusan dengan perempuan seperti itu. Perempuan seperti itu harus dijauhi orang Israel, seolah-olah dia bukan orang Yahudi melainkan orang asing bagi persemakmuran yang kudus itu. Benar-benar perempuan yang asing memang! Jauh dari semua asas pikiran sehat, kebajikan, dan kehormatan. Sungguh merupakan anugerah yang luar biasa untuk bisa dilepaskan dari daya tarik seorang perempuan pezinah, mengingat,
- [1] Betapa palsunya dia. Siapa pula yang mau berurusan dengan orang-orang yang suka berkhianat? Dia adalah perempuan asing, sebab,
- Pertama, ia bersikap palsu terhadap lelaki yang dipikatnya. Kata-katanya manis, dan ia berkata kepada lelaki itu betapa ia lebih mengagumi dia dibanding semua lelaki lain, dan betapa inginnya ia berbuat baik kepadanya. Namun, ternyata dia perempuan yang licin perkataannya. Ia tidak benar-benar mencintai ataupun peduli kepada kesejahteraan lelaki itu, sama seperti sikap Delila terhadap Simson. Satu-satunya hal yang ditujunya adalah menjarah isi kantong lelaki itu dan memuaskan hawa nafsunya sendiri.
- Kedua, ia juga selingkuh terhadap suaminya dan tidak memenuhi kewajibannya terhadap dia. Suaminya telah menjadi teman hidup masa mudanya. Saat menikah dengan suaminya, ia telah memilih untuk menerimanya sebagai teman hidup dan tunduk kepada bimbingannya. Ia telah berjanji untuk hanya memperhatikan suaminya seorang dan meninggalkan semua lelaki lainnya. Namun, perempuan itu telah meninggalkan suaminya, dan oleh sebab itu ia tentunya tidak akan setia kepada siapa pun. Barangsiapa bersenang-senang dengan dia, juga turut mengambil bagian dalam kepalsuannya.
- Ketiga, ia juga bersikap palsu terhadap Allah: Ia melupakan perjanjian Allahnya, yakni janji pernikahan (ay. 17), dengan Allah bukan saja sebagai saksinya, tetapi juga bagiannya. Karena Dia-lah yang mengadakan ketetapan itu, kedua belah pihak pun mengucapkan janji kepada-Nya untuk setia satu kepada yang lain. Perempuan itu bukan hanya berdosa kepada suaminya, tetapi juga kepada Allah-nya, sedangkan orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah karena mereka merendahkan sumpah dan melanggar janji itu (Yeh. 17:18; Mal. 2:14).
- [2] Akan terbukti betapa celakanya orang-orang yang bersekutu dengannya (ay. 18-19). Biarlah penderitaan orang lain menjadi peringatan bagi kita. Berhati-hatilah terhadap dosa percabulan, sebab,
- Pertama, Kehancuran mereka yang melakukan dosa ini sudah pasti dan tidak terelakkan jika mereka tidak bertobat. Ini adalah dosa yang dapat langsung membunuh jiwa, memadamkan semua perasaan kasih sayang dan tabiat baik di dalamnya, serta membuatnya terpapar kepada murka dan kutuk Allah serta pedang keadilan-Nya. Orang-orang yang hidup di dalam kesenangan terlarang sebenarnya sudah mati bahkan sementara mereka masih bernafas. Biarlah kebijaksanaan memelihara tiap laki-laki, bukan saja dari perempuan jahat, tetapi juga dari rumah yang jahat, sebab rumahnya hilang tenggelam ke dalam maut, di jalan yang langsung menuju kematian kekal. Jalannya menuju Refaim, kepada para raksasa (demikianlah menurut beberapa orang), yakni orang-orang berdosa dari dunia yang lama, yang hidup dalam kemewahan serta kekacauan luar biasa, yang diputuskan dari perputaran waktu dan yang dasarnya hanyut terbawa banjir. Tuhan Yesus mencegah kita menikmati kesenangan penuh dosa mengingat penderitaan kekal yang menyertainya.Di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam (Mat. 5:28-29).
- Kedua, pertobatan dan pemulihan mereka penuh dengan bahaya: Segala orang, atau nyaris semua orang, yang datang kepadanya tidak balik kembali. Sungguh jarang terjadi bahwa orang yang tertangkap jerat Iblis ini mampu pulih dengan sendirinya. Hatinya telah sedemikian kerasnya dan pikirannya telah begitu dibutakan oleh tipu muslihat dosa ini. Karena pernah kehilangan jalan kehidupan, mereka tidak tahu bagaimana mereka harus mencapainya kembali. Mereka benar-benar keranjingan dan terpesona dengan hawa nafsu. Banyak penerjemah terpelajar yang berpendapat bahwa di samping secara harfiah, peringatan terhadap perempuan asing ini juga dapat dipahami dalam arti kiasan, sebagai peringatan terhadap,
- 1. Penyembahan berhala yang merupakan persundalan rohani. Hikmat akan menjaga seseorang dari pergaulan dengan para penyembah berhala dan kecenderungan untuk bergabung bersama mereka, yang selama berabad-abad telah menjadi kepentingan yang begitu merusak Israel dan bahkan terjadi atas Salomo sendiri.
- 2. Pengrusakan kekuatan berpikir dan kemampuan jiwa oleh hawa nafsu dan keinginan daging. Hikmat akan menjaga kita supaya tidak ditawan oleh pikiran duniawi dan supaya kita menyerahkan roh kita hingga dikuasai oleh daging. Sebab, hal ini merupakan pezinah keji yang meninggalkan teman hidupnya dan melanggar perjanjian Allah kita, yang berarti tenggelam ke dalam maut, dan bila dibiarkan terus menguasai dengan bebas, akan membuat jiwa sangat celaka.
- II. Hikmat ini berguna untuk membimbing dan memimpin kita kepada hal yang baik (ay. 20): Sebab itu tempuhlah jalan orang yang baik. Kita harus menjauhi jalan orang yang jahat dan perempuan asing, supaya kita dapat menempuh jalan-jalan yang baik. Kita harus berhenti berbuat jahat, supaya dapat belajar berbuat baik.
- Perhatikanlah:
- 1. Ada jalan yang secara khusus merupakan jalan orang baik, jalan yang sejak dulu ditempuh orang-orang baik.
- 2. Sungguh bijaksana apabila kita menempuh jalan itu, meminta jalan lama yang baik itu dan berjalan di dalamnya (Yer. 6:16; Ibr. 6:12; 12:1). Janganlah kita sekadar menempuhnya untuk beberapa waktu, tetapi biarlah kita senantiasa berjaga-jaga untuk tetap menjalaninya dan tidak pernah keluar darinya. Jalan-jalan orang benar adalah jalan kehidupan yang telah dan akan tetap ditempuh semua orang yang bijaksana. “Engkau boleh meniru orang-orang mulia itu, yakni para bapa leluhur dan nabi-nabi (demikianlah uskup Patrick membacanya secara bebas), dan dipelihara di dalam jalan-jalan orang benar yang telah berjalan di dalamnya.” Kita bukan saja harus memilih jalan kita secara umum dengan mengikuti teladan baik orang-orang yang dikasihi Allah, tetapi juga mengambil petunjuk darinya dalam memilih jalan kita secara khusus. Amatilah jalurnya, dan ikutilah jejak kaki mereka. Di sini diberikan dua alasan mengapa kita harus memilih seperti itu:
- (1) Karena kesetiaan manusia akan menjadi pengukuhan mereka (ay. 21), pengukuhan atas
- [1] Kepribadian mereka: Orang jujurlah akan mendiami tanah dengan damai dan tenteram sepanjang umur hidup mereka. Kelurusan hati mereka turut berperan dalam menciptakan keadaan itu, karena ia menenteramkan pikiran mereka, membimbing rencana mereka, mendapatkan kehendak baik sesama bagi mereka, dan membuat mereka berhak menerima perkenan Allah yang istimewa.
- [2] Keluarga mereka: Orang yang tak bercelalah, melalui keturunan mereka, akan tetap tinggal di situ. Mereka akan berdiam dan tetap tinggal di Kanaan sorgawi sampai selamanya, sementara Kanaan duniawi hanya merupakan pelambang belaka.
- (2) Karena kejahatan manusia akan menjadi kehancuran mereka (ay. 22). Lihatlah apa yang akan terjadi atas orang fasik, yang memilih jalan orang yang jahat. Mereka akan dipisahkan, bukan saja dari sorga dengan semua pengharapannya kelak, tetapi juga dari dunia ini sekarang ini, yang kepadanya hati mereka tertambat, yang di dalamnya mereka menyimpan harta mereka. Mereka menyangka telah berakar di dalamnya, padahal mereka dan juga keluarga mereka akan dicabut dari situ sebagai hukuman, supaya dunia ini memperoleh belas kasihan. Akan datang harinya ketika tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka (Mal. 4:1). Biarlah hikmat itu masuk ke dalam hati kita, dan menyenangkan jiwa kita, sehingga menjauhkan kita dari jalan yang akan berakhir seperti itu.
SH: Ams 2:10-22 - Hikmat memelihara dan menuntun (Jumat, 9 September 2011) Hikmat memelihara dan menuntun
Salah satu tanda orang berhikmat adalah moralitasnya. Hikmat memang menyediakan rambu-rambu moralitas bagi orang yang ...
Hikmat memelihara dan menuntun
Salah satu tanda orang berhikmat adalah moralitasnya. Hikmat memang menyediakan rambu-rambu moralitas bagi orang yang bersedia hidup di dalamnya. Nyata bahwa selain memimpin orang untuk menapaki jalan yang benar, hikmat juga melindungi orang agar tidak melangkah di jalan yang keliru.
Dalam bacaan ini kita melihat bahwa orang yang berhikmat akan terpelihara dari pengaruh orang-orang yang menyukai kejahatan (10-15). Siapakah mereka? Mereka ialah orang-orang yang telah menjauhi Allah dan menghindar dari pimpinan-Nya. Mereka memilih jalan sendiri, yaitu jalan yang menuju kegelapan. Sementara orang yang menyimpan hikmat dalam hatinya akan dapat menghindari perempuan jalang dan perempuan asing yang berusaha merayu (16). Mungkin yang dimaksud adalah perempuan nonIsrael yang dinikahi oleh laki-laki Israel. Pernikahan semacam ini mengandung bahaya karena perempuan-perempuan itu kemudian memengaruhi keluarganya dalam hal iman. Kita baca di sini bahwa perempuan itu sendiri sebelumnya telah meninggalkan pasangan hidupnya dan juga telah meninggalkan Allah (17-18). Kejahatannya bertambah karena perempuan itu memengaruhi banyak orang untuk meninggalkan Allah (19). Maka akhir hidup si perempuan itu jelas, ia akan dihukum Allah (18, 22).
Namun di sisi lain, hikmat menuntun orang ke jalan yang benar (20-21). Dan orang yang bersedia dipimpin oleh hikmat adalah orang yang berani untuk hidup di luar pengaruh orang-orang yang menentang Allah. Hikmat memang hanya akan memimpin orang untuk hidup berdasarkan kehendak Allah. Sebab itu bila orang tidak berhikmat, orang itu akan mudah terjebak ke dalam berbagai hal yang menjauhkan dirinya dari kebenaran Allah.
Kalimat-kalimat amsal yang begitu indah bisa mendorong kita untuk memilih jadi orang berhikmat. Namun ingatlah bahwa untuk jadi berhikmat, kita perlu menimba hikmat itu dari Sang Sumber Hikmat sendiri. Maka sediakanlah waktu Anda bagi Dia, Sang Hikmat Tertinggi hingga hikmat itu pun menjadi bagian Anda.
SH: Ams 2:10-22 - Keuntungan Memiliki Hikmat (Jumat, 29 Juli 2022) Keuntungan Memiliki Hikmat
Kita tidak dapat memungkiri bahwa salah satu motivasi seseorang melakukan atau memperjuangkan sesuatu adalah karena keuntu...
Keuntungan Memiliki Hikmat
Kita tidak dapat memungkiri bahwa salah satu motivasi seseorang melakukan atau memperjuangkan sesuatu adalah karena keuntungan. Jika tidak ada untungnya, buat apa berusaha melakukannya? Sayang sekali, banyak orang tidak menyadari bahwa memiliki hikmat mendatangkan keuntungan besar dalam kehidupan manusia.
Apakah untungnya memperoleh hikmat? Perikop bacaan hari ini memaparkan keuntungan dari hikmat yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan. Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa keuntungan memiliki hikmat adalah memelihara dan menjaga kehidupan kita (11). Pertanyaannya adalah memelihara dan menjaga kehidupan kita dari apa? Jawabannya, hikmat akan menjaga dan memelihara kita dari orang-orang atau tindakan-tindakan yang jahat, licik, amoral, dan perbuatan dosa lainnya (12-19).
Dunia di mana kita hidup hari ini adalah dunia yang makin jahat, makin licik, dan makin amoral. Memiliki hikmat adalah cara yang ampuh untuk menjaga diri kita supaya tidak terjerumus ke dalam kehidupan dunia yang makin gelap dan bengkok tersebut. Karena itu, penulis Kitab Amsal menasihatkan kita supaya hidup di jalan yang baik dan benar, bersikap jujur dan tidak bercela (20-21). Artinya, kita harus memelihara kehidupan yang kudus di hadapan Tuhan dan tidak ikut arus dunia yang makin dekat kepada kebinasaan. Kekudusan dan kesalehan akan memelihara hidup kita terhindar dari kejahatan, kelicikan, dan amoralitas sehingga kehidupan kita tetap diperkenan Tuhan di tengah dunia yang penuh dengan dosa ini.
Apakah kita sedang merasa khawatir dengan kondisi dunia yang makin merosot secara moral saat ini? Mungkin kita merasa khawatir anak-anak kita, atau kita sendiri akan terperosok ke dalam arus dunia yang makin sesat ini. Kekhawatiran kita sangatlah wajar karena memang kenyataannya demikian. Namun, ingatlah bahwa ada hikmat Tuhan yang menjaga dan memelihara kita dari kondisi dunia ini. Karena itu, berdoalah kepada Tuhan dan mintalah hikmat-Nya. [ABL]
SH: Ams 2:1-22 - Sikap terhadap hikmat (Kamis, 22 Juli 1999) Sikap terhadap hikmat
Serentetan petunjuk mengenai sikap yang benar terhadap hikmat
dipaparkan penulis dari ayat 1 sampai 4. Mencermati semua si...
Sikap terhadap hikmat
Serentetan petunjuk mengenai sikap yang benar terhadap hikmat dipaparkan penulis dari ayat 1 sampai 4. Mencermati semua sikap ini, kita belajar bahwa untuk memperoleh hikmat, harus ada usaha yang serius, tidak mengenal lelah, bersemangat, dan terbuka untuk dipimpin oleh hikmat. Mencari hikmat melibatkan pikiran, indera, hati, dan kemauan. Sikap ini dimiliki oleh orang yang tahu dan yakin bahwa hikmat yang didasari takut akan Tuhan adalah hikmat yang berharga bagi hidupnya. Karena hikmat bersumber pada Allah, maka kita perlu menyediakan waktu untuk mendengar firman-Nya dengan teratur dan sungguh-sungguh. Kita perlu membuka hati dan pikiran kita mempelajari firman Tuhan. Kita perlu menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan di dalam doa dan persekutuan pribadi, dan melakukan firman Tuhan setiap hari.
Berkat dari sikap yang berhikmat. Jalan hidup orang yang berhikmat jauh berbeda dengan orang yang tidak memiliki hikmat. Hikmat akan menuntun, sehingga kita tidak berjalan di jalan jahat; hikmat akan menguatkan sehingga kita tidak tergoda perempuan jalang. Dengan hikmat pula kita akan hidup bermoral tinggi dan luhur, dan yang terutama kita akan memiliki pengenalan akan Tuhan.
Renungkan: Siapa berhikmat, akan memiliki norma hidup sesuai dengan Allah.
SH: Ams 2:1-22 - Bersumpah sebelum bersaksi (Selasa, 18 November 2003) Bersumpah sebelum bersaksi
Seseorang yang ditunjuk sebagai saksi dalam sebuah sidang di
pengadilan, akan diminta bersumpah. Dalam sumpah itu, se...
Bersumpah sebelum bersaksi
Seseorang yang ditunjuk sebagai saksi dalam sebuah sidang di pengadilan, akan diminta bersumpah. Dalam sumpah itu, selain saksi berjanji untuk mengatakan yang benar dan hanya yang benar, ia juga membutuhkan pertolongan Tuhan. Saya menyukai isi sumpah ini karena dalam pernyataannya, kebenaran dan Tuhan dikaitkan bersama. Si saksi mengakui bahwa ia memerlukan pertolongan Tuhan untuk mengatakan kebenaran. Memang dapat kita simpulkan, orang yang mencari kebenaran adalah orang yang sedang mencari Tuhan dan orang yang mencari Tuhan adalah orang yang sedang mencari kebenaran (ayat 1-9). Hikmat tidak bertumbuh di tanah yang kotor. Hikmat tidak akan muncul dari hidup yang penuh dengan kejahatan dan dosa. Hikmat adalah buah hidup yang benar. Secara khusus pada bagian Firman Tuhan ini, kita belajar bahwa hikmat adalah penangkal terhadap kejahatan dan perzinahan (ayat 10-19). Hidup berhikmat sebenarnya adalah hidup dalam batas pagar kebenaran Tuhan. Orang yang berhikmat berdisiplin diri untuk hidup dalam batas pagar. Sebaliknya, orang yang tidak berhikmat melintasi batas pagar dan akhirnya terjatuh ke dalam dosa. Kadang kita tergoda untuk melewati batas pagar “sedikit saja.” Kita mulai berbohong dan membelokkan kebenaran. Kita melakukan hal yang salah dan memanggilnya “kesempatan”.
Hidup dalam batas pagar menuntut disiplin dan kedewasaan yang tinggi. Kita sendirilah yang menetapkan batasnya berdasarkan firman Tuhan dan kita sendirilah yang tahu bila kita melanggarnya. Jika kita telah telanjur salah melangkah, berhenti dan berbaliklah. Berhenti sekarang akan lebih baik daripada berhenti kemudian. Orang yang berhikmat dan takut akan Tuhan adalah orang yang berani berhenti dan kembali masuk ke dalam pagar (ayat 20-21).
Renungkan: Kebenaran pasti melahirkan kebenaran, dan dosa pasti melahirkan dosa.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.