Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 3:13-20
Matthew Henry: Ams 3:13-20 - --Keluhuran Hikmat; Kebahagiaan Orang-orang yang Mendapat Hikmat (3:13-20)
Salomo telah benar-benar mendorong kita untuk mencari hikmat dengan bersun...
Keluhuran Hikmat; Kebahagiaan Orang-orang yang Mendapat Hikmat (3:13-20)
- Salomo telah benar-benar mendorong kita untuk mencari hikmat dengan bersungguh-sungguh (2:1, dst.), dan telah meyakinkan kita bahwa kita akan berhasil jika terus mencarinya dengan sungguh-sungguh. Tetapi pertanyaannya adalah, apakah gerangan yang akan kita dapatkan dari hikmat itu setelah kita berhasil menemukannya? Ketekunan pangkal keberhasilan. Oleh karena itulah dia memperlihatkan kepada kita betapa besarnya keuntungan yang akan kita dapatkan, dengan cara memaparkan kebenaran yang tidak bisa disangkal lagi, yaitu berbahagialah orang yang menemukan hikmat, yaitu hikmat sejati yang berupa pengenalan akan Allah dan kasih kepada-Nya, serta ketaatan terhadap segala maksud dari kebenaran, pemeliharaan dan hukum-hukum-Nya.
- Kini perhatikanlah:
- I. Apa sesungguhnya makna menemukan hikmat itu sampai bisa membuat kita berbahagia karenanya.
- 1. Kita harus mendapatkannya. Berbahagialah orang yang setelah menemukan hikmat juga menjadikannya sebagai miliknya, yang mendapatkan keuntungan di dalamnya dan juga memilikinya, yang menarik kepandaian (demikianlah arti kata aslinya), yaitu,
- (1) yang memperolehnya dari Allah. Oleh karena dia tidak memiliki hikmat seperti itu di dalam dirinya sendiri, maka dia menimbanya dengan keranjang doa, dari sumber segala hikmat, yang memberikannya dengan murah hati.
- (2) yang bersusah payah mendapatkannya, seperti orang yang menggali bijih besi dari pertambangan. Jika hikmat itu tidak bisa diperoleh dengan mudah, maka kita harus mengerahkan lebih banyak tenaga untuk mendapatkannya.
- (3) yang memanfaatkannya baik-baik, yaitu orang yang memperdalam pemahamannya dengan terus bertumbuh di dalam pengetahuan dan melipatgandakan karunia yang ia miliki (melipatgandakan lima talenta menjadi sepuluh).
- (4) yang menggunakan hikmat itu untuk melakukan kebaikan, yang mengambil keluar dari perbendaharaannya, seperti mengeluarkan anggur dari gentongnya, dan menyampaikan harta yang baru dan yang lama itu kepada orang lain demi kebaikan mereka. Sesuatu yang diperoleh dengan baik dan untuk maksud yang baik adalah yang digunakan untuk tujuan yang baik.
- 2. Kita harus menukarkan sesuatu untuk mendapatkannya. Di sini kita membaca mengenai hikmat sebagai sebuah usaha, yang menegaskan,
- (1) Bahwa kita harus menjadikannya sebagai urusan utama kita dan bukan hanya pekerjaan sampingan, seperti seorang pedagang yang menaruh seluruh perhatian dan waktunya kepada barang-barang dagangannya.
- (2) Bahwa kita harus mempertaruhkan segalanya demi memperoleh hikmat, seperti modal yang dipakai untuk berdagang, dan harus bersedia untuk melepaskan semuanya itu demi untuk mendapatkan hikmat. Inilah mutiara berharga yang jika kita temukan akan membuat kita rela menjual semua harta benda hanya untuk membelinya (Mat. 13:45-46). Belilah kebenaran (23:23). Dia tidak mencantumkan berapa harganya, sebab kita harus membelinya, berapa pun harganya, daripada harus kehilangan hikmat.
- 3. Kita harus menggenggamnya erat-erat, seakan-akan sedang merengkuh sebuah tawaran baik yang ditawarkan kepada kita, yang pasti akan kita lakukan dengan semakin berhati-hati lagi jika ada risiko kehilangan tawaran itu. Kita harus mengerahkan segenap kekuatan kita dan berusaha dengan semampu kita untuk mengejar hikmat itu. Kita harus menggunakan semua kesempatan untuk memanfaatkannya dan meraih prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.
- 4. Kita harus menyimpannya. Meraih hikmat saja tidaklah cukup, tetapi kita juga harus terus mempertahankannya dengan teguh, dengan tekad untuk tidak pernah kehilangan hikmat. Kita harus bertekun di jalan-jalan hikmat sampai pada kesudahannya. Kita harus menanggungnya (demikianlah yang diartikan sebagian orang), harus merengkuhnya dengan segenap kekuatan kita, sebagaimana kita memeluk sesuatu yang ingin kita sokong. Kita harus berupaya semampu kita untuk mempertahankan kepentingan-kepentingan agama yang kian menurun di tempat kita berada.
- II. Kebahagiaan macam apa yang akan diperoleh orang-orang yang menemukannya.
- 1. Kebahagiaan yang tidak terperikan, lebih daripada yang dapat ditemukan di dalam kekayaan di dunia ini, seandainya kita memiliki banyak kekayaan itu (ay. 14-15). Hikmat, Kristus, dan anugerah, serta berkat-berkat rohani bukan saja lebih terjamin, tetapi juga lebih menguntungkan untuk dicari bila dibandingkan dengan perak, emas, dan permata. Seandainya ada orang yang memiliki benda-benda itu dengan berkelimpahan, bahkan memiliki segala sesuatu yang diingininya di dunia ini (tapi siapakah yang benar-benar dapat memiliki semua itu?), namun,
- (1) Semua itu tidak akan mampu membeli hikmat sorgawi. Tidak, harta benda itu pasti akan dihina. Untuk gantinya tidak dapat diberikan emas murni (Ayb. 28:15, dst.).
- (2) Semua itu tidak akan menggantikan kekurangan hikmat sorgawi, juga tidak dapat dijadikan tebusan bagi jiwa yang terhilang oleh karena kebebalannya sendiri.
- (3) Di dunia ini, semua itu tidak akan membuat seseorang begitu bahagia seperti orang-orang lain yang memiliki hikmat sejati, sekalipun mereka tidak memiliki harta benda tersebut.
- (4) Hikmat sorgawi akan memberikan kepada kita dan menjamin harta yang tidak dapat dibeli dengan perak, emas ataupun permata.
- 2. Kebahagiaan yang sejati, sebab kebahagiaan itu mencakup dan sama dengan segala sesuatu yang dapat menyenangkan manusia (ay. 16-17). Di sini hikmat, digambarkan sebagai seorang ratu yang cemerlang dan berkelimpahan, yang mengulurkan hadiah-hadiah kepada rakyatnya yang setia kepadanya dan yang mengasihinya, dan menawarkan semua itu kepada semua orang yang bersedia tunduk di bawah pemerintahannya.
- (1) Apakah umur panjang merupakan sebuah berkat? Ya, berkat yang paling berharga. Hidup ini mencakup semua hal yang baik, dan karena itulah hikmat menawarkannya dengan tangan kanannya. Agama mengajari kita cara-cara terbaik untuk memiliki umur panjang dan melayakkan kita untuk menerima janji itu. Sekalipun jumlah hari kita di dunia ini sama dengan hari-hari yang dimiliki orang lain, tetapi agama akan menjamin kehidupan yang kekal di dunia yang lebih baik lagi nanti.
- (2) Apakah kekayaan dan kehormatan merupakan berkat juga? Begitulah, dan karena itulah hikmat mengulurkannya dengan tangan kirinya. Sebab, sebagaimana dia siap untuk merengkuh orang-orang yang tunduk kepadanya dengan kedua tangannya, demikianlah pula dia siap untuk memberkati mereka dengan kedua tangannya itu. Mereka akan memiliki kekayaan dunia ini, sejauh yang dipandang baik oleh Sang Hikmat Tidak Terbatas. Sementara itu, kekayaan sejati yang membuat mereka kaya di hadapan Allah, disimpan baik-baik bagi mereka. Tidak ada kehormatan, baik yang diperoleh melalui kelahiran ataupun kedudukan, yang dapat menandingi kehormatan rohani, sebab kehormatan itu membuat orang benar lebih cemerlang daripada orang-orang lain di sekeliling mereka. Kehormatan itu juga menjadikan mereka baik di hadapan Allah, menimbulkan rasa hormat dan kekaguman dari orang-orang saleh lainnya di dunia ini, dan di dunia yang akan datang akan membuat segala hal yang kini tersembunyi menjadi bersinar terang bagaikan mentari.
- (3) Apakah kesenangan itu merupakan sesuatu yang paling diinginkan? Benar begitu, dan kesalehan sejati pastinya mengandung kesenangan sejati terbesar. Jalannya adalah jalan penuh bahagia. Kita akan mendapati jalan-jalan yang ia tunjukkan untuk kita jalani penuh dengan kesenangan dan kepuasaan. Segala kenikmatan dan hiburan lahiriah tidaklah sanggup menandingi kesenangan yang dimiliki oleh jiwa-jiwa yang penuh anugerah yang mereka dapatkan melalui persekutuan dengan Allah dan melakukan yang baik. Kita wajib menjalani satu-satunya jalan benar yang akan memimpin kita kepada tujuan akhir hidup kita, suka ataupun tidak, menyenangkan ataupun tidak. Walaupun begitu, jalan agama bukan saja jalan yang benar, tetapi juga jalan yang menyenangkan. Jalan itu mulus dan bersih, dihiasi bunga-bunga yang indah: segala jalannya sejahtera semata-mata. Damai sejahtera tidak saja menanti di akhir perjalanan, tetapi di sepanjang jalan. Bukan saja dalam jalan agama secara umum, tetapi dalam setiap jalan kecil di dalamnya, dalam segala jalan setapaknya, segenap tindakan, contoh dan kewajiban di dalamnya. Yang satu tidak lantas memahitkan apa yang telah dimaniskan oleh yang lainnya, sebagaimana yang biasa terjadi dalam hal-hal di dunia ini. Sebaliknya, semuanya adalah damai sejahtera, yang tidak hanya manis, tetapi juga aman. Para orang kudus memasuki damai sejahtera sorgawi ini, dan menikmati masa sabat kini.
- 3. Kebahagiaan firdaus (ay. 18): Ia menjadi pohon kehidupan. Bagi jiwa, karunia sejati bagaikan pohon kehidupan, yang telah terenggut dari leluhur kita karena mereka memakan buah dari pohon terlarang. Karunia itu merupakan benih kekekalan, sumber air hidup, memancarkan kehidupan abadi. Ia menjadi pertanda dari Yerusalem Baru, yang di tengah-tengahnya terdapat pohon kehidupan (Why. 22:2; 2:7). Orang-orang yang makan dan berpesta dengan hikmat sorgawi ini bukan hanya akan dipulihkan dari segala penyakit mematikan, tetapi juga akan memperoleh obat penawar penuaan dan kematian. Mereka akan memakannya dan hidup untuk selama-lamanya.
- 4. Kebahagiaan itu merupakan bagian dari kebahagiaan di dalam Allah sendiri, sebab hikmat adalah kemuliaan dan keagungan abadi-Nya (ay. 19-20). Inilah yang harus membuat kita mengasihi hikmat dan pengertian yang diberikan oleh Allah, yaitu bahwa dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, sehingga dasar bumi tidak dapat digoncangkan atau gagal memenuhi semua maksud penciptaan, yang telah disesuaikan dengan begitu luar biasanya. Dengan pengertian, Dia juga telah memasang langit dengan segala yang ada di sana dan mengarahkan segala pergerakannya dengan cara yang terbaik. Benda-benda langit berukuran sangat besar, tetapi tidak ada cacat di dalamnya. Jumlahnya juga banyak, tetapi tidak ada kekacauan dalam penataannya. Pergerakannya cepat, tetapi tidak pernah usang. Samudra raya berpencaran, dan dari sanalah muncul air di bawah cakrawala. Awan menitikkan embun, yaitu air dari atas cakrawala, dan semua itu terjadi oleh karena hikmat dan pengetahuan ilahi. Oleh karena itu, berbahagialah orang yang menemukan hikmat, sebab dia akan sepenuhnya diperlengkapi untuk menghasilkan perkataan dan perbuatan yang baik. Kristus adalah Hikmat itu, oleh Dialah dunia diciptakan dan masih tetap ada. Oleh karena itu, berbahagialah orang-orang yang memandang-Nya sebagai hikmat Allah, sebab Dia sanggup menepati janji-janji akan umur panjang, kekayaan dan kehormatan. Sebab, segala kekayaan di sorga, bumi dan samudra raya adalah milik-Nya.
SH: Ams 3:13-26 - Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah (Kamis, 20 November 2003) Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah
Dalam bukunya, Twice Pardoned, Harold Morris menyaksikan
hidupnya. Sebagai seorang pemuda ia bergaul d...
Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah
Dalam bukunya, Twice Pardoned, Harold Morris menyaksikan hidupnya. Sebagai seorang pemuda ia bergaul dengan teman-teman yang nakal. Hingga suatu saat, bersama dengan teman-temannya, Morris merampok sebuah gudang. Dalam peristiwa itu, penjaga gudang mati terbunuh. Morris dituduh sebagai penyebab kematian itu sehingga ia dijatuhi hukuman mati. Di saat-saat penantian eksekusi itu, ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus dan Tuhan memberikan kesempatan padanya: ia mendapatkan grasi dan dibebaskan dari penjara. Sejak saat itu ia selalu menyaksikannya kepada anak-anak muda dan mengimbau mereka untuk bijaksana dalam memilih teman dan menentukan jalan hidup.Firman Tuhan mengingatkan kita tentang pentingnya hikmat. Hikmat lebih berharga daripada perak, emas dan permata (ayat 14-15). Hikmat memberikan kita kedamaian sehingga kita dapat tidur dengan nyenyak (ayat 24). Harold Morris mengakui, karena tidak berhikmatlah ia harus mendekam di penjara selama bertahun-tahun; ia telah membayar harga mahal untuk kecerobohannya. Firman Tuhan juga mengaitkan hikmat dengan penyertaan dan penjagaan Tuhan (ayat 3:25-26). Dengan kata lain, hikmat yang dimaksudkan di sini bukanlah hikmat manusiawi yang lepas dari jalur kehendak Allah. Hikmat bukanlah kecerdikan akal manusia yang mungkin bisa membebaskan kita dari masalah; sebaliknya, kadang hikmat membawa kita masuk ke dalam masalah namun kita tahu, bahwa itulah kehendak Allah. Hikmat memberi kita ketenangan sebab kita yakin bahwa kita berada dalam kehendak Allah. Secerdik apa pun akal kita dan seberapa besar pun keberhasilan kita lolos dari masalah, jika itu bukan jalan Tuhan, itu bukan hikmat dan di dalamnya tidak akan kita jumpai sentosa.
Renungkan: Tempat yang paling aman di dunia adalah di tengah kehendak Allah.
SH: Ams 3:11-26 - Peringatan Tuhan (Sabtu, 24 Juli 1999) Peringatan Tuhan
Seperti seorang ayah yang selalu menginginkan yang terbaik untuk
anaknya, demikian pulalah Allah Bapa kita. Sekali waktu bila k...
Peringatan Tuhan
Seperti seorang ayah yang selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, demikian pulalah Allah Bapa kita. Sekali waktu bila kita lupa apa yang harus kita lakukan dan karena itu kita mengalami sesuatu yang mungkin merupakan peringatan dari Tuhan, segeralah putar haluan! Sadar dan beralihlah kembali pada jalan-Nya! Hal ini menunjukkan bahwa Allah masih mengasihi dan memperhatikan kita. Tetapi bila kita tetap tidak menyadari hal ini, sangatlah mungkin kita telah melupakan jalan-Nya hingga akhirnya kita tidak lagi mempunyai pengertian akan yang benar dan yang salah.
Kebijaksanaan dan pengertian. Sikap bijaksana dan penuh pengertian dalam mengambil keputusan sangatlah perlu diperhatikan. Kita menyadari bahwa kita hidup di tengah lingkungan yang senantiasa membawa kita pada arus yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Jaminan penyerahan dan perlindungan Tuhanlah, yang menjadi dasar bagi kita untuk melawan arus dunia dan tetap berjalan dalam jalan-Nya. Berdoalah dan mintalah selalu petunjuk Allah Bapa. Allahlah sumber kebijaksanaan, pengertian dan pengetahuan. Kita tidak akan terpengaruh oleh sekeliling kita, bila kita berpegang pada Allah Bapa.
Doa: Ya Bapa, berilah selalu terang-Mu untuk menuntun hidupku. Berilah pengertian dan kearifan dalam tiap langkahku.
SH: Ams 3:11-26 - Hikmat juga mendisiplin (Senin, 12 September 2011) Hikmat juga mendisiplin
Wujud kasih orang tua kepada anak bukan hanya diperlihatkan dengan tindakan membelai, tetapi harus nyata juga melalui tindaka...
Hikmat juga mendisiplin
Wujud kasih orang tua kepada anak bukan hanya diperlihatkan dengan tindakan membelai, tetapi harus nyata juga melalui tindakan menegur untuk mengoreksi bila si anak melakukan kesalahan.
Hikmat juga mencakup tindakan mendisiplinkan. Itu berarti, orang yang hidup di dalam hikmat bukan hanya akan menerima berbagai manfaat atau berkat hikmat, melainkan juga tindakan pengoreksian dari Sang Hikmat (11) yang bersifat mendisiplinkan. Namun kita tidak boleh menganggap negatif tindakan pengoreksian ini. Karena upaya pengoreksian ini sesungguhnya lahir sebagai wujud kasih dan perhatian Tuhan kepada anak-anak-Nya (12, bnd. Ibr. 12:5-6). Lalu pada akhirnya orang yang mencari dan mengutamakan hikmat akan beroleh berkat yang ternilai karena disebutkan bahwa keuntungannya melebihi keuntungan perak, hasilnya melebihi emas, dan harganya melebihi permata (13-18). Hikmat akan menganugerahkan umur panjang, kekayaan, penuh damai sejahtera, dan juga menjadi berkat bagi orang lain (16-18).
Penulis amsal juga menekankan bahwa hikmat dapat dimiliki melalui kedekatan hubungan dengan Tuhan (19-26). Ini terlihat melalui ketaatan dan kesediaan dipimpin dan dituntun oleh hikmat.
Itulah manfaat hikmat yang akan kita terima bila kita mau hidup di dalamnya. Namun harus diingat bahwa suatu saat kita pasti akan menerima tindakan pengoreksian bila kita mau konsisten untuk berjalan di dalam hikmat itu. Kita tidak perlu kecil hati karena itu bukan merupakan tanda kegagalan. Karena Tuhan mengasihi kita maka Dia ingin kita semakin bertumbuh secara efektif. Tentu Tuhan tidak menginginkan kemunculan hal sia-sia dalam hidup kita, yaitu hal-hal yang tidak memuliakan Tuhan kita. Lalu bagaimana kita harus bersikap? Bersedia bekerja sama dengan Allah. Kita harus bersedia memangkas hal-hal yang memang Tuhan ingin pangkas dari dalam hidup kita. Agar seperti pohon yang dibersihkan dari benalu, kita dapat tumbuh dengan baik. Atau seperti batu permata yang diasah agar berkilau memancarkan kemuliaan-Nya.
SH: Ams 3:11-26 - Hidup dalam Didikan Tuhan (Minggu, 31 Juli 2022) Hidup dalam Didikan Tuhan
Semua orang tua tentu menginginkan anaknya memperoleh pendidikan yang terbaik. Orang tua mau anaknya mengenyam pendidikan d...
Hidup dalam Didikan Tuhan
Semua orang tua tentu menginginkan anaknya memperoleh pendidikan yang terbaik. Orang tua mau anaknya mengenyam pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi yang terbaik, dididik oleh guru atau dosen yang terbaik sehingga anaknya memperoleh kualitas pendidikan yang terbaik. Seorang pendidik yang baik tentu diyakini memiliki ilmu yang diperoleh dari sumber yang baik dan mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat sehingga anak didik akan terdidik secara lebih baik.
Salomo, penulis amsal, berharap agar anaknya mau dididik oleh Tuhan. Ia yakin, Tuhan selalu menginginkan yang terbaik untuk umat-Nya. Terkadang, Tuhan mengizinkan kita mengalami pencobaan dan kesulitan supaya kita hidup sesuai dengan kekudusan dan kehendak-Nya.
Bila kita lalai melakukan sesuatu dan menyimpang dari jalan Tuhan, kita akan mengalami sesuatu yang mungkin merupakan peringatan dari Tuhan; kita disadarkan untuk kembali ke jalan Tuhan. Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan begitu mengasihi dan memerhatikan kita (11-12).
Masalah atau beban hidup menjadi semacam ujian dalam proses belajar. Maka, penyerahan diri terhadap penyertaan dan perlindungan Tuhan menjadi dasar bagi kita untuk tetap berjalan di jalan Tuhan. Sebab, Tuhan sumber kebijaksanaan, pengertian, dan pengetahuan memampukan kita bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan, agar sesuai dengan maksud serta kehendak-Nya untuk mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan (13-17). Ia menjaga kita tetap berjalan dalam kehendak-Nya dan mendatangkan damai sejahtera. Tuhan tidak akan membiarkan orang yang mengandalkan Dia terjebak dalam jebakan-jebakan yang dipasang musuh (23-26).
Bersyukurlah bila Tuhan berkenan mendidik kita. Hal itu menjadi bukti bahwa Ia sangat mengasihi dan memerhatikan kita. Dia akan memampukan kita dalam mengambil keputusan dan menuntun kita agar tetap berjalan dalam kehendak-Nya. Andalkanlah Tuhan sepanjang hidup kita. Dia akan memberikan keamanan dan senantiasa menjaga kita. [CHR]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.