Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ref. Silang FULL -> Ams 3:32
Ref. Silang FULL: Ams 3:32 - karena orang // bergaul erat · karena orang: Mazm 101:4; Mazm 101:4
· bergaul erat: Ayub 29:4; Ayub 29:4
· karena orang: Mazm 101:4; [Lihat FULL. Mazm 101:4]
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 3:27-35
Matthew Henry: Ams 3:27-35 - --Keadilan dan Kebaikan Dipuji-puji; Peringatan terhadap Kedengkian (3:27-35)
Hikmat sejati terdiri atas melakukan kewajiban kita terhadap manusia, d...
Keadilan dan Kebaikan Dipuji-puji; Peringatan terhadap Kedengkian (3:27-35)
- Hikmat sejati terdiri atas melakukan kewajiban kita terhadap manusia, dan juga terhadap Allah, dengan jujur dan saleh. Oleh karena itu, di sini kita mendapati berbagai ketetapan hikmat yang sangat bagus, yang berkaitan dengan sesama kita.
- I. Kita harus memberikan kepada semua orang apa yang layak mereka terima, baik karena alasan keadilan maupun untuk berderma, dan tidak menunda-nunda untuk melakukannya (ay. 27-28): “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya (baik oleh karena kurangnya kasih terhadap mereka atau justru kesukaan berlebih terhadap uangmu sendiri) padahal engkau mampu melakukannya, sebab jika engkau tidak mampu melakukannya, maka engkau tidak diharapkan untuk melakukan kebaikan itu. Akan tetapi, engkau salah besar jika tidak melakukan yang adil dan memperlihatkan belas kasihan dalam kelimpahanmu. Dan ini akan menjadi duka laramu yang terbesar, yaitu jika Allah tidak melakukan kebaikan terhadapmu, bukan supaya penghiburan dan kenyamanan hidupmu menjadi terbatas, tetapi karena engkau tidak memberikan kepada orang lain apa yang menjadi hak mereka.” Janganlah menahannya. Hal ini menyiratkan bahwa kita dipanggil dan diharapkan supaya janganlah tangan kita tidak terulur dan pintu hati kita tertutup. Kita tidak boleh menghalangi orang lain untuk melakukannya, apalagi menahan diri kita untuk melaksanakannya. “Jika yang diminta ada padamu hari ini, dan engkau mampu melakukannya, janganlah engkau berkata kepada sesamamu: Pergilah kali ini dan datanglah lagi di lain kesempatan, dan mari kita lihat apa yang bisa kulakukan nanti. Besok akan kuberi, padahal engkau tidak tahu apakah engkau akan hidup sampai besok, atau apakah besok engkau akan memiliki apa yang diminta. Dengan demikian, janganlah segan menghabiskan uang demi hal-hal yang berguna. Janganlah mencari-cari alasan untuk menghindar dari kewajiban yang harus dilakukan, dan janganlah senang membiarkan sesamamu terus ada dalam kesakitan dan kesesakan. Janganlah pula berlaku seperti seorang pemberi terhadap pengemis, dengan berlagak mempertontonkan kuasa atas mereka. Akan tetapi, lakukanlah kebaikan terhadap orang-orang yang berhak menerimanya dengan hati yang siap dan riang, berdasarkan kesadaran hati nurani terhadap Allah,” terhadap tuan dan pemilik kebaikan itu (begitulah kata aslinya), kepada orang-orang yang berhak menerima kebaikan itu. Hal ini mewajibkan kita,
- 1. Membayar lunas utang kita tanpa kecurangan, penipuan, atau penundaan.
- 2. Membayar upah orang-orang yang telah bekerja untuk mendapatkannya.
- 3. Menafkahi keluarga kita dan orang-orang lain yang bergantung kepada kita, sebab mereka layak mendapatkannya.
- 4. Menunaikan kewajiban kita terhadap gereja dan negara, pejabat dan pelayan.
- 5. Siap sedialah melakukan tindakan persahabatan dan kemanusiaan, dan bersikap ramah dalam segala hal, sebab itulah hal-hal yang diwajibkan oleh hukum perbuatan, sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain.
- 6. Berderma kepada kaum miskin dan orang-orang yang berkekurangan. Jika orang lain mengalami kekurangan dalam kehidupan mereka, dan kita memiliki sarana untuk membantu mereka, kita harus menganggap mereka layak untuk menerima kebaikan kita dan tidak menahan-nahannya. Derma disebut juga kebenaran, sebab derma adalah utang terhadap orang miskin, utang yang tidak boleh kita tunda-tunda pembayarannya. Bis dat, qui cito dat – Orang yang segera memberi berarti memberi dua kali lipat.
- II. Kita tidak boleh merancangkan kecelakaan untuk menyakiti siapa pun (ay. 29): “Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu. Janganlah berikhtiar untuk melakukan kejahatan tersembunyi terhadapnya, untuk mencelakai badannya, harta, nama baiknya, dan sebagainya, padahal dia hidup dengan tenteram di sampingmu tanpa pernah mengganggumu, tidak memendam iri hati atau mencurigaimu, dan dengan begitu dia tidak berprasangka buruk terhadapmu.” Menjahati seseorang dengan semena-mena merupakan pelanggaran hukum kehormatan dan persahabatan. Terkutuklah dia yang menikam sesamanya dari belakang. Jika kita dianggap baik oleh sesama kita dan mereka menyangka bahwa kita tidak akan mencelakai mereka, lalu kemudian kita mengambil kesempatan untuk menipu dan melukai mereka, maka itu adalah tindakan yang teramat hina dan tidak tahu berterima kasih.
- III. Kita tidak boleh mencari-cari pertengkaran dan perpecahan (ay. 30): “Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang. Janganlah berusaha mendapatkan sesuatu yang bukan menjadi hakmu. Janganlah menganggap hal yang mungkin hanya kesalahpahaman semata sebagai tindakan yang dapat memicu pertengkaran. Jangan merepotkan sesamamu dengan keluhan dan tuduhan macam-macam. Jangan menuntut mereka secara hukum, padahal tidak ada kejahatan yang dilakukan terhadapmu atau tidak ada sesuatu yang layak diperdebatkan, atau masih ada cara untuk menyelesaikannya secara damai.” Hukum haruslah menjadi jalan keluar terakhir, sebab hidup damai dengan semua orang bukan saja merupakan tugas kita, melainkan juga kepentingan kita sendiri.
- IV. Kita tidak boleh iri hati dengan kejayaan para pelaku kejahatan (ay. 31). Peringatan ini sama dengan peringatan yang telah sering kali ditekankan (Mzm. 37:1). “Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman. Meskipun dia kaya dan makmur, meskipun dia hidup bergelimang kemudahan dan kenikmatan dan membuat semua orang di sekelilingnya terkagum-kagum dibuatnya, janganlah mengira bahwa dia bahagia, dan janganlah engkau ingin keadaanmu seperti dia. Janganlah memilih satu pun dari jalannya. Jangan meniru dia ataupun mengikuti caranya dalam memperkaya dirinya. Jangan pernah berpikir untuk melakukan apa yang dia lakukan, sekalipun engkau yakin akan dapat memperoleh apa yang dia punyai, sebab semuanya harus dibayar dengan harga yang amat mahal.” Nah, untuk menunjukkan mengapa orang-orang kudus tidak sepatutnya merasa iri terhadap para pendosa, dalam empat ayat terakhir di pasal ini, Salomo membandingkan keadaan para pendosa dengan orang-orang kudus (seperti yang pernah dilakukan oleh Daud, ayahnya, Mzm. 37). Ia mempertentangkan keduanya berhadap-hadapan supaya kita dapat melihat betapa bahagianya orang-orang kudus itu sekalipun mereka teraniaya, dan betapa sengsaranya orang fasik, sekalipun merekalah yang menjadi penganiaya. Manusia akan dihakimi berdasarkan kedudukan mereka di hadapan Allah, dan berdasarkan penghakiman Allah atas mereka, bukan berdasarkan kedudukan mereka di mata dunia. Orang-orang yang seturut dengan pikiran Allah berarti sudah berbuat benar, dan jika kita seturut dengan pikiran-Nya, maka kita akan melihat bahwa begitu bahagianya orang-orang kudus itu sehingga mereka tidak memiliki alasan lagi untuk merasa iri terhadap para pendosa, walaupun keadaan mereka makmur sampai mereka sendiri saling merasa iri. Sebab,
- 1. Orang-orang berdosa dibenci Allah, tetapi orang-orang kudus dikasihi-Nya (ay. 32). Para pendosa yang lancang, yang terus-menerus menyimpang dari-Nya, yang hidupnya merupakan pertentangan melawan kehendak-Nya, adalah kekejian bagi TUHAN. Dia yang tidak membenci apa pun yang telah Dia ciptakan harus merasa jijik terhadap orang-orang yang telah mencemari diri mereka sendiri. Mereka bukan saja menjijikkan di depan mata-Nya, tetapi juga merupakan kekejian. Oleh karena itu, orang-orang benar tidak memiliki alasan untuk merasa cemburu terhadap para pendosa itu, sebab dengan orang-orang benarlah Ia bergaul erat. Mereka adalah orang-orang kesayangan-Nya. Dia bergaul erat dengan mereka melalui persekutuan yang tidak diketahui dunia ini, dan dalam persekutuan itulah mereka memiliki sukacita yang tidak dirasakan oleh orang lain. Dia menyampaikan tanda-tanda kasih-Nya kepada mereka. Kovenan-Nya atau janji-Nya ada dengan mereka. Mereka mengenal pikiran-Nya serta makna dan tujuan pemeliharaan-Nya, lebih daripada yang diketahui orang lain. Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?
- 2. Para pendosa beserta seisi rumah mereka berada di bawah kutuk Allah. Para orang kudus dan kediaman mereka ada di bawah berkat-Nya (ay. 33). Orang fasik memiliki rumah yang mungkin kokoh dan megah, tetapi kutuk TUHAN ada di sana, ada di dalamnya. Dan, sekalipun usaha keluarga mereka mungkin berhasil, tetapi setiap berkat mereka akan menjadi kutuk (Mal. 2:2). Di sana ada penyakit paru-paru, ketika tubuh mereka justru dikenyangkan sampai puas (Mzm. 106:15). Kutuk dapat menimpa dengan diam-diam dan perlahan-lahan, tetapi hal itu merupakan penyakit kusta yang parah, yang pada akhirnya akan memusnahkan baik kayunya maupun batu-batunya (Za. 5:4; Hab. 2:11). Orang benar memiliki tempat tinggal yang sederhana (kata yang dipakai adalah yang biasa digunakan untuk kandang domba), gubuk yang sangat hina, tetapi Allah memberkatinya. Dia terus memberkatinya dari awal hingga akhir tahun. Kutuk dan berkat Allah ada di atas rumah berdasarkan penghuninya, apakah mereka fasik atau saleh, dan jelaslah bahwa keluarga yang diberkati, meskipun mereka miskin, tidak seharusnya merasa iri terhadap keluarga yang dikutuk, sekalipun mereka kaya.
- 3. Allah merendahkan pendosa, tetapi menghormati orang-orang kudus (ay. 34).
- (1) Orang-orang yang meninggikan diri pasti akan direndahkan: Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Ia pun mencemooh. Orang-orang yang mencemooh dan tidak mau tunduk pada disiplin agama, tidak sudi memikul kuk Allah, tidak mengindahkan anugerah-Nya dan mengolok-olok kesalehan serta orang-orang saleh, dan suka menentang dan mencemoohkan mereka, akan dicemoohkan oleh Allah dan dipertontonkan kepada dunia untuk dicemoohkan. Dia mengejek kejahatan mereka yang tidak punya daya apa-apa itu. Ia bersemayam di sorga, tertawa (Mzm. 2:4). Dia mengganjar mereka (Mzm. 18:26). Dia menentang orang yang congkak.
- (2) Orang yang merendahkan diri akan ditinggikan, sebab orang yang rendah hati dikasihani-Nya. Dia mengerjakan di dalam diri mereka apa yang mendatangkan kehormatan bagi mereka, dan oleh karena itu mereka berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia. Mereka yang sabar menanggung celaan orang-orang fasik akan mendapat kehormatan dari Allah dan dari orang-orang benar, dan karena itulah mereka tidak memiliki alasan untuk mencemburui para pendosa atau untuk memilih jalan mereka.
- 4. Nasib akhir para pendosa adalah aib yang kekal, sementara nasib akhir para orang kudus adalah kehormatan yang tidak berkesudahan (ay. 35).
- (1) Orang-orang kudus itu bijaksana dan bertindak bijak bagi diri mereka sendiri. Sebab, sekalipun agama mereka kini seolah-olah menyembunyikan kehormatan mereka dan membuat mereka rawan terhadap hinaan, tetapi pada akhirnya mereka pasti akan mendapatkan kehormatan itu, yang jauh lebih besar dan kekal. Mereka akan memperoleh dan mewarisi harta yang paling indah dan terjamin. Allah memberi mereka anugerah (ay. 34), dan oleh karena itulah mereka akan mewarisi kehormatan, sebab anugerah merupakan kehormatan (2Kor. 3:18). Anugerah merupakan awal dari kemuliaan, pertanda yang mengawalinya (Mzm. 84:12).
- (2) Para pendosa merupakan orang-orang bebal, sebab mereka bukan saja menyediakan aib bagi diri mereka sendiri, melainkan juga berkhayal akan mendapatkan kehormatan, seakan-akan hanya mereka saja yang akan menjadi agung. Nasib akhir mereka akan mempertontonkan kebebalan mereka: orang yang bebal akan menerima cemooh. Bukannya kehormatan yang didapat mereka, malah penghukuman yang lebih besar. Satu-satunya kehormatan yang bisa mereka dapatkan adalah bahwa Allah akan dipermuliakan di dalam kebinasaan kekal mereka.
SH: Ams 3:27-35 - Wujudkanlah kebaikan dan keadilan! (Minggu, 25 Juli 1999) Wujudkanlah kebaikan dan keadilan!
Kebaikan dan keadilan merupakan hak yang didambakan umat manusia.
Namun, hal itu sering menjadi sesuatu yang ...
Wujudkanlah kebaikan dan keadilan!
Kebaikan dan keadilan merupakan hak yang didambakan umat manusia. Namun, hal itu sering menjadi sesuatu yang sulit diraih. Nampaknya, hak ini hanya dimiliki oleh golongan orang atau sistem tertentu. Dalam zaman yang serba modern ini, kerinduan orang untuk diperlakukan baik dan adil semakin jauh jangkauannya. Zaman sekarang ini lebih sering kita jumpai sikap tidak peduli terhadap orang lain. Orang sudah terpola hidup demi kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Sikap demikian inilah yang menghancurkan kesempatan bagi sesama untuk menikmati sentuhan kebaikan dan keadilan. Bagaimana mengubahnya? Yaitu dengan jalan menyadari bahwa manusia akan menjadi manusia sejati bila selalu memperhitungkan fakta bahwa ia adalah bagian dari sesamanya, sehingga tidak semena-mena.
Sikap terhadap ketidakadilan. Perlakuan tidak adil, merugikan sesama, dan menguntungkan diri sendiri, tidak pernah dilakukan secara tidak sadar. Bila ada yang mengatakan: "tanpa sadar telah merugikan Anda ..." itu sekadar alasan membenarkan diri sendiri. Kita masih hidup di dunia, belum di sorga. Kita adalah manusia biasa, bukan malaikat, yang rentan dengan keinginan melakukan perbuatan dosa, yang melakukan dosa karena telah berlaku tidak adil terhadap sesama, atau melakukan dosa karena diperlakukan tidak adil. Strategi busuk seperti ini sudah sering dilakukan oleh komunitas yang berusaha merugikan pihak tertentu dan menguntungkan pihak lainnya.
Berkat Allah selalu menyertai orang benar. Tuhan Allah mengutuk mereka yang melakukan praktek "penyimpangan", karena segala sesuatu yang dihasilkan adalah hasil duniawi yang sifatnya semu dan hanya akan dinikmati sesaat. Sebaliknya, Allah memberkati mereka yang benar, jujur, dan bijaksana. Serahkanlah segala kekuatiran dan kecemasan kita, karena Allah pasti menuntun kita dengan kesabaran agar jangan jatuh dalam godaan itu. Tetaplah setia kepada-Nya, Ia akan memberkati kita!
Renungkan: Ketidakbenaran hanya dapat dikalahkan oleh integritas dalam ketaatan pada firman Tuhan.
SH: Ams 3:27-35 - Hikmat: kasih dan rendah hati (Jumat, 21 November 2003) Hikmat: kasih dan rendah hati
Ternyata hikmat dikaitkan dengan dua karakter praktis yaitu
kasih dan rendah hati. Dapat kita simpulkan bahwa kasi...
Hikmat: kasih dan rendah hati
Ternyata hikmat dikaitkan dengan dua karakter praktis yaitu kasih dan rendah hati. Dapat kita simpulkan bahwa kasih dan rendah hati adalah salah satu wujud nyata hikmat.
Seperti pedang bermata dua, kasih mempunyai dua sisi: pasif dan aktif. Kasih menolak untuk merugikan apalagi mencelakakan orang (ayat 29-30). Dalam hal inilah kasih memiliki makna pasif yaitu tidak berbuat jahat. Secara aktifnya, kasih mendorong kita melakukan sesuatu, yakni berbuat kebaikan kepada sesama (ayat 27-28). Tidak berbuat jahat memang bagian dari kasih, namun ini hanyalah bagian pasifnya. Berbuat kebaikan kepada orang yang membutuhkannya adalah bagian kasih yang aktif. Memiliki atau melakukan satu dari keduanya membuat kasih bukan saja tidak berimbang tetapi juga hilang. Rendah hati juga bermata dua: pasif dan aktif. Secara pasifnya, orang yang rendah hati menolak untuk meninggikan diri. Dengan kata lain, rendah hati merupakan lawan dari keangkuhan. Dari sisi aktifnya, rendah hati merupakan upaya terus menerus untuk hidup sesuai realitas. Rendah hati berarti bisa melihat realitas siapa kita dan menerima diri apa adanya serta hidup sesuai dengan fakta ini. Sebaliknya, orang yang angkuh tidak melihat realitas dengan tepat dan tidak bisa menerima diri apa adanya. Akibatnya, ia hidup berdasarkan diri yang tidak pernah ada; ia melandaskan siapa dirinya pada ilusi, bukan kenyataan. Imbalan untuk orang yang rendah hati adalah Tuhan mengasihaninya (ayat 34). Orang yang rendah hati mungkin tidak dikenal dan mungkin tidak diakui; ia tidak dikasihani dan tidak dihormati siapa-siapa. Namun ingatlah, Tuhan mengasihaninya dan akan mewariskan kehormatan kepadanya (ayat 35). Ini yang terpenting!
Renungkan: Orang yang rendah hati adalah orang yang berani: ia berani untuk tidak diakui dan ia berani untuk mengakui.
SH: Ams 3:27-35 - Hikmat bersosialisasi (Selasa, 13 September 2011) Hikmat bersosialisasi
Sebagai makhluk sosial, orang percaya tentu tidak bisa hidup secara eksklusif. Ia harus hidup bersosialisasi dengan orang lain ...
Hikmat bersosialisasi
Sebagai makhluk sosial, orang percaya tentu tidak bisa hidup secara eksklusif. Ia harus hidup bersosialisasi dengan orang lain di dalam lingkungannya. Hikmat memberikan arahan tentang bagaimana seharusnya orang percaya berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Orang berhikmat harus berbuat baik kepada mereka yang memerlukan. Ia tidak boleh menolak jika memang mampu melakukannya. Tak perlu menunda-nunda (27-28). Orang berhikmat juga tidak boleh memiliki niat jahat terhadap orang lain, atau dengan kata lain harus berlaku jujur, terutama kepada orang-orang yang memang tidak berlaku jahat. Juga tidak boleh bertengkar karena orang berhikmat seharusnya menjadi pembawa damai juga. Iri hati pun seharusnya tidak mendapat tempat di dalam diri orang berhikmat (31). Dan meskipun orang berhikmat harus berlaku sebagai makhluk sosial, ia tetap harus memilih orang jujur untuk dijadikan teman (32).
Berbagai petuah itu terlihat cukup detail sehingga harus diingat baik-baik. Namun akan ada penghiburan tersendiri, orang benar atau orang berhikmat akan mendapat berkat dan belas kasihan Tuhan, sementara kutuk dan cemooh akan diterima oleh orang bebal (33-35).
Bagaimana kehidupan sosialisasi Anda dengan lingkungan di mana Anda berada? Mungkin bacaan hari ini tidak menampung semua permasalahan yang Anda hadapi dalam hal bersosialisasi secara detail. Namun beberapa prinsip yang dikemukakan penulis amsal mengingatkan kita untuk selalu berbuat dan bersikap baik terhadap orang-orang di sekitar kita. Andai kecurigaan terhadap orang-orang tertentu mungkin terselip di dalam benak kita, kita tidak boleh bersikap jahat terhadap mereka. Dan walaupun kita tidak bisa berteman dengan semua jenis orang, kita pun tidak boleh bersikap buruk terhadap mereka.
Kiranya melalui bacaan ini, kita dapat semakin bijaksana dalam pergaulan kita sehingga kita pun dapat menjadi berkat dan saksi Kristus bagi orang-orang di sekitar kita.
SH: Ams 3:27-35 - Hidup dalam Kebaikan (Senin, 1 Agustus 2022) Hidup dalam Kebaikan
Ada peribahasa "sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna". Peribahasa tersebut bisa menjadi gambaran penyesalan kalau...
Hidup dalam Kebaikan
Ada peribahasa "sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna". Peribahasa tersebut bisa menjadi gambaran penyesalan kalau kita menunda melakukan kebaikan dan berdampak pada penderitaan orang lain, padahal sebenarnya kita mampu melakukan perbuatan baik.
Ajakan untuk hidup dalam kebaikan itu disampaikan juga oleh penulis Amsal. Pertama, kita harus memberikan kepada semua orang apa yang sepantasnya diterima, baik karena keadilan maupun karena belas kasihan, dan janganlah menunda-nunda melakukannya. Sebuah kesalahan besar jika kita tidak melakukan hal yang adil atas hak orang lain, atau tidak menunjukkan belas kasihan kepada orang yang sungguh-sungguh memerlukan. Kita tidak boleh mencari-cari alasan untuk tidak melakukan apa yang menjadi kewajiban kita, juga tidak boleh merasa bahagia atas penderitaan yang dirasakan orang lain (27-28).
Kedua, kita diingatkan untuk tidak mencari-cari masalah yang dapat menimbulkan perpecahan dan pertengkaran. Jangan berupaya untuk merencanakan secara tersembunyi perbuatan-perbuatan jahat yang dapat mencelakai orang lain. Jika kita dianggap baik oleh seseorang, tetapi kemudian kita melakukan tindakan yang mencelakainya, hal itu adalah tindakan yang keji (29-30).
Ketiga, kita diajak untuk tidak iri hati kepada para pelaku kejahatan. Meskipun kelihatannya mereka hidup dalam kelimpahan, tentu sebenarnya hidup mereka tidak bahagia. Tak ada untungnya kita meniru mereka (31).
Untuk memotivasi orang agar mau hidup dalam kebaikan, penulis Amsal membandingkan keadaan para pendosa dengan orang-orang kudus. Ia mempertentangkan keduanya supaya tampak jelas kebahagiaan orang-orang kudus, sekalipun teraniaya, dan betapa sengsaranya orang yang berbuat jahat (32-35).
Bersyukurlah atas berkat yang diberikan Tuhan. Kiranya Ia mengaruniakan kemampuan agar kita dapat merencanakan dan melakukan kebaikan kepada sesama dengan berkat yang dikaruniakan-Nya, tepat pada waktunya dan tepat sasarannya. [CHR]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.