Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 5:15-23
Matthew Henry: Ams 5:15-23 - --Perintah untuk Saling Setia dalam Pernikahan (5:15-23)
Di sini, Salomo yang telah menunjukkan betapa jahatnya perzinahan, percabulan, dan semua jal...
Perintah untuk Saling Setia dalam Pernikahan (5:15-23)
- Di sini, Salomo yang telah menunjukkan betapa jahatnya perzinahan, percabulan, dan semua jalan yang cabul serta mesum, memberikan penangkal terhadap semua hal itu.
- I. Nikmati dan puaskanlah dirimu dengan penghiburan dalam pernikahan sah yang telah ditetapkan untuk mencegah kenajisan, dan oleh karena itu patut dimanfaatkan selagi masih ada waktu. Kalau kita gagal untuk memanfaatkan kesempatan ini, kita bisa kehilangan obat yang manjur untuk mencegah dosa-dosa kenajisan tadi. Jangan ada seorang pun yang mengeluh bahwa Allah memperlakukan mereka dengan buruk karena melarang mereka menikmati kesenangan yang mereka dambakan secara alamiah itu, sebab Ia telah dengan murah hati menyediakan sarana pemuasan untuk itu. “Engkau memang tidak boleh makan buah dari semua pohon yang ada di taman ini, tapi pilihlah salah satu yang kausukai, dan engkau boleh menikmatinya sepuas hati. Hasrat alami akan dipuaskan olehnya, tetapi hawa nafsu takkan terpuaskan oleh apa pun.” Dengan membatasi manusia pada satu pasangan saja, Allah sama sekali bukan bermaksud menyusahkan mereka. Ia telah benar-benar mempertimbangkan kepentingan mereka yang sejati. Sebab seperti yang telah diamati Herbert, “Jika Allah menyamaratakan semua orang, manusia pasti akan merasa terkungkung.” – Church-porch. Di sini, Salomo menaruh perhatian lebih besar pada perkara ini. Ia bukan saja menawarkannya sebagai penangkal, tetapi bahkan menganjurkannya sebagai dasar untuk melawan perzinahan (tak peduli sekeras apa pun orang mencemooh dengan pikiran najis yang juga merupakan unsur roh najis). Ia mengatakan bahwa kesenangan dalam pernikahan yang diperbolehkan itu jauh melebihi kesenangan terlarang dalam persundalan.
- 1. Biarlah orang muda menikah, menikah dan tidak terbakar oleh nafsu. Milikilah kulah, sumurmu sendiri (ay. 15), yaitu istri masa mudamu (ay. 18). Selibatlah (tidak menikah) sepenuhnya, atau menikahlah. – Herbert. “Dunia ini lebar dan di dalamnya ada berbagai macam kegiatan, yang boleh engkau nikmati.”
- 2. Biarlah orang yang sudah menikah bersenang-senang dengan istrinya sendiri, dan hendaklah dia menyayanginya dengan sungguh, bukan saja karena perempuan itu adalah istri yang dipilihnya sendiri dan karena itu sudah sepatutnya merasa senang dengan pilihan sendiri, melainkan karena ia adalah istri yang ditetapkan Allah dalam pemeliharaan-Nya bagi dirinya. Sudah sepantasnya ia lebih senang lagi atas ketetapan ilahi itu, bahagia dengan istrinya yang telah menjadi miliknya sendiri. Diberkatilah kiranya sendangmu (mata air – pen.) (ay. 18). Pikirkan betapa bahagianya engkau bersama dia, pandanglah dia sebagai istri yang diberkati. Biarlah dia memperoleh berkatmu, doakan dia setiap hari, dan kemudian bersukacitalah dengan dia. Penghiburan seperti itulah yang akan kita terima dari sukacita yang telah dikuduskan bagi kita melalui doa dan berkat dari Allah. Hal ini bukan saja diizinkan bagi kita tetapi juga diperintahkan kepada kita, supaya segala hubungan kita menyenangkan. Perintah ini khususnya menjadi kuk yang dipikul bersama untuk mendatangkan sukacita bersama dan bagi satu sama lain. Kegembiraan timbal balik merupakan pengikat kesetiaan timbal balik. Bukanlah hal yang biasa-biasa saja apabila seorang mempelai bersuka atas pengantin perempuannya (Yes. 62:5), lebih dari itu, hal ini juga diberikan sebagai hukum. Nikmatilah hidup dengan istri yang kaukasihi seumur hidupmu (Pkh. 9:9). Orang-orang yang bergembira dengan teman-teman mereka di luar tetapi bersikap masam dan murung bersama keluarga di rumah, tidak akan menerima penghiburan yang telah ditetapkan Allah bagi mereka.
- 3. Biarlah ia menyayangi istrinya dan mengasihinya dengan mendalam (ay. 19): Biarlah dia menjadi seperti rusa yang manis, kijang yang jelita seperti yang terkadang dipelihara oleh para bangsawan di rumah mereka untuk diajak bermain. Janganlah mengalihkan perbincangan tulus dan menyenangkan dengan istrimu sendiri dengan kerja keras dan kesibukan. Biarkan dia berbaring di pangkuanmu seperti yang dilakukan anak domba betina si miskin itu (2Sam. 12:3), dan sandarkanlah kepalamu di dadanya. Biarlah hal ini memuaskan engkau senantiasa. Janganlah mencari hiburan dari tempat lain. “Biarlah engkau senantiasa berahi karena cintanya. Apabila engkau ingin menumpahkan kasih sayangmu dengan berlimpah dan menikmati tubuh perempuan, biarlah kaulakukan hal itu dengan tubuh istrimu sendiri, yang tidak akan mendatangkan bahaya.” Inilah air untuk memuaskan dahaga hasratmu, dari kulahmu sendiri dan air yang membual, air yang jernih, manis, dan menyehatkan, yang keluar dari sumurmu sendiri (ay. 15; 1Kor. 7:2-3).
- 4. Biarlah ia bergembira dengan anak-anaknya dan memandang mereka dengan senang hati (ay. 16-17): “Pandanglah mereka seperti aliran sungai dari mata airmu yang murni” (orang Yahudi dikatakan sebagai terpancar dari pada mata air Yehuda (Yes. 48:1, tl), “sehingga mereka merupakan bagian dari dirimu, seperti aliran sungai juga merupakan bagian dari mata air. Tetaplah bersama istrimu sendiri, dan engkau akan memiliki,”
- (1) “Keturunan yang banyak seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan yang mengalir berlimpah. Mereka akan menyebar keluar dan mendapatkan jodoh dari keluarga-keluarga lain. Sebaliknya, mereka yang bersundal, tidak akan menjadi banyak” (Hos. 4:10).
- (2) “Keturunan istimewa, yang hanya akan menjadi kepunyaanmu sendiri. Sebaliknya, anak-anakmu yang dihasilkan dari persundalan mungkin tidak akan demikian, sebab semua yang kaukenal itu merupakan keturunan perempuan jalang, namun tetap harus kaupelihara.”
- (3) “Keturunan yang terpuji, yang menjadi kehormatan bagimu, dan boleh kau tampilkan bersamamu di jalan-jalan. Sebaliknya, anak-anak di luar nikah merupakan aib bagimu, yang malu kauakui.” Dalam hal ini, kebajikan mengandung kenikmatan dan kehormatan. Oleh sebab itu, sungguh tepat apabila hal ini disebut hikmat.
- 5. Oleh karena itu, biarlah ia memandang rendah tawaran kesenangan terlarang ketika ia senantiasa berahi karena cinta istrinya yang saleh dan setia. Biarlah ia mengingat betapa bodohnya dia untuk merasa berahi akan perempuan jalang (ay. 20), untuk mencintai seorang pelacur najis, dan mendekap perempuan asing yang tidak akan sudi dipikirkannya bila ia masih memiliki rasa hormat atau kebajikan. “Mengapa engkau begitu mabuk dan menjadi musuh bagi diri sendiri dengan mencuri dan lebih menyukai air genangan beracun daripada air kehidupan murni dari sumurmu sendiri?” Perhatikanlah, jika suara akal sehat didengarkan, maka hukum kebajikan pun akan ditaati.
- II. “Tengoklah, mata Allah senantiasa memandangmu, dan biarlah takut kepada-Nya berkuasa di dalam hatimu,” (ay. 21). Orang-orang yang hidup dalam dosa ini menjanjikan kerahasiaan kepada diri sendiri (orang yang berzinah menunggu senja, Ayb. 24:15), namun apalah gunanya, jika hal itu tidak mungkin disembunyikan dari Allah? Sebab,
- 1. Ia melihatnya. Segala jalan orang, semua gerakan, semua tindakan manusia, terbuka di depan mata TUHAN, termasuk seluruh isi hati dan langkah hidup yang dirahasiakan dan disamarkan dengan piawai. Allah mampu melihat semua itu dalam terang kebenaran dan mengetahuinya, termasuk semua perkara, keadaan, dan akibat yang terkait dengannya. Ia tidak mengawasi perilaku manusia sekali waktu saja. Sebaliknya, semua hal itu senantiasa terbuka di depan mata-Nya dan di bawah pengawasan-Nya. Beranikah engkau berbuat dosa terhadap Allah di depan mata-Nya, dan melakukan kejahatan di bawah pengawasan-Nya, yang bahkan tidak berani kaulakukan di depan manusia seperti dirimu sendiri?
- 2. Dia akan meminta pertanggungjawaban orang berdosa atas perbuatannya, sebab Dia bukan sekadar melihat, tetapi segala langkah orang diawasi-Nya. Ia menghakimi sesuai langkah-langkah itu, sebagai hakim yang tidak lama lagi akan menghukum orang berdosa atas semua perbuatan mereka. Setiap perbuatan akan diuji, dan akan dibawa ke pengadilan (Pkh. 12:14). Hal ini merupakan alasan yang baik mengapa kita harus menempuh jalan yang rata (4:26) dan dengan demikian menguji diri kita sendiri supaya kita tidak akan dihukum.
- III. “Pandanglah kehancuran orang-orang yang tetap melakukan pelanggaran, meskipun ini belum terjadi.” Orang-orang yang hidup dalam dosa ini menjanjikan kebebasan dari hukuman kepada diri sendiri, tetapi mereka menipu diri sendiri. Dosa mereka akan mengungkapkan keburukan mereka (ay. 22-23). Sang rasul merangkum kedua ayat ini dalam beberapa kata: orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah (Ibr. 13:4).
- 1. Ini merupakan dosa yang kekuatannya sangat sulit dilepaskan orang. Ketika orang berdosa itu sudah tua dan lemah, hawa nafsunya akan tetap kuat dan giat saat teringat kepada masa mudanya (Yeh. 23:19). Demikianlah orang fasik tertangkap dalam kejahatannya karena kesepakatannya sendiri. Karena dengan sukarela menyerahkan diri untuk tertangkap, ia pun terjerat dalam tali dosanya sendiri yang begitu menguasainya hingga ia tak mampu melepaskan diri. Di dalam kebodohannya yang besar (kebodohan apa lagi yang lebih besar daripada menyerahkan diri menjadi budak tuan sekeji itu?), ia akan tersesat dan mengembara tanpa henti. Kenajisan adalah dosa yang membuat orang yang menerjunkan diri ke dalamnya sangat sulit dan jarang bisa pulih kembali.
- 2. Ini adalah dosa yang bila tidak ditinggalkan, membuat manusia mustahil menghindari hukumannya. Tidak bisa tidak, dosa ini akan menjadi kehancuran mereka. Sama seperti kejahatan menangkap mereka melalui teguran hati nurani dan peringatan (Yer. 7:19), demikian pula kejahatan mereka sendiri akan menangkap dan menyerahkan mereka kepada penghukuman Allah. Tidak dibutuhkan penjara ataupun rantai. Mereka akan terjerat dalam tali dosa mereka sendiri seperti para malaikat yang jatuh karena jahat dan tak tersembuhkan sehingga disimpan di dalam gua-gua yang gelap. Orang berdosa yang bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan mati karena tidak menerima didikan. Karena sudah mendapatkan cukup banyak peringatan secara umum, ia tidak akan menerima peringatan khusus lagi. Ia akan mati tanpa bisa melihat bahaya terlebih dahulu. Ia akan mati karena tidak mau menerima didikan. Sebaliknya, karena kebodohannya yang besar ia akan tersesat. Demikianlah kebinasaannya akan tiba, dan ia tidak akan pernah bisa pulang kembali. Orang-orang yang begitu bodoh untuk memilih jalan dosa, memang sepantasnya dibiarkan Allah melintasi jalan yang menuju kepada kebinasaan. Ini merupakan alasan yang kuat mengapa kita harus berjaga-jaga dengan kewaspadaan penuh dan tekad bulat terhadap bujukan hasrat hawa nafsu.?
SH: Ams 5:7-23 - Nikmatilah pernikahanmu (Sabtu, 17 September 2011) Nikmatilah pernikahanmu
Sungguh mahal harga yang harus dibayar billa orang jatuh ke dalam dosa seksual. Bukan saja tenaga dan masa muda menjadi sia-s...
Nikmatilah pernikahanmu
Sungguh mahal harga yang harus dibayar billa orang jatuh ke dalam dosa seksual. Bukan saja tenaga dan masa muda menjadi sia-sia karena diserahkan kepada orang kejam (9), tetapi semua kekayaan yang telah dikumpulkan dengan segala jerih payah juga akan jatuh kepada orang tak dikenal (10). Bahkan tubuh pun akan habis binasa (11). Ketika semua itu terjadi maka penyesalan pasti akan datang (12-13), tetapi penyesalan sudah terlambat karena malapetaka telah menimpa dan nama baik sudah rusak (14). Maka yang paling baik untuk dilakukan adalah menjaga kekudusan pernikahan.
Pertahanan terbaik terhadap rayuan perempuan jalang adalah relasi indah dengan istri yang dikasihi. Kepuasan seorang suami harus didapatkan hanya dari isteri sendiri dan bukan dari tempat lain (15-17). Seorang suami seharusnya hanya terbuai oleh istri yang dicintainya (18-19). Dengan sengaja bahasa yang dipakai bersifat erotis karena memang mau menekankan bahwa kasih yang bersifat eros merupakan sesuatu yang indah untuk dinikmati dalam pernikahan. Bandingkan dengan bibir perempuan jalang yang meneteskan madu, tetapi kemudian pahit seperti empedu, juga langit-langit yang licin seperti minyak menjadi pedang yang mematikan (3-4). Di ayat 20 kita melihat argumentasi penulis amsal: ketika engkau dapat menikmati kasih eros dengan istri yang mengasihimu (18-19), tidak seperti perempuan jalang yang akan menyesatkanmu (6), mengapa engkau mau berahi akan perempuan jalang?
Namun alasan mendasar mengapa orang harus setia dalam pernikahan, yaitu karena "segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan" (21). Tuhan mengawasi gerak gerik manusia, dan karenanya ada hukuman bagi orang fasik (22-23) yang akan membawa kepada kematian, bukan hanya kemungkinan belaka, tetapi merupakan suatu kepastian.
Tuhan telah menciptakan pernikahan supaya manusia dapat menikmati kehidupan seksual yang indah dan berkenan kepada Tuhan. Jangan mencari kepuasan yang mematikan karena pasti kita akan menyesal. Dan ingatlah, Tuhan mengawasi kita!
SH: Ams 5:7-23 - Hidup dalam Kekudusan Keluarga (Jumat, 5 Agustus 2022) Hidup dalam Kekudusan Keluarga
Pernikahan itu kudus, karena terjadinya pernikahan merupakan karya dan berkat Tuhan. Oleh sebab itu, setiap anggota ke...
Hidup dalam Kekudusan Keluarga
Pernikahan itu kudus, karena terjadinya pernikahan merupakan karya dan berkat Tuhan. Oleh sebab itu, setiap anggota keluarga, terutama suami dan istri, mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kekudusan keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai tanggung jawab agar tidak sampai melanggar perintah Tuhan. Pelanggaran perintah-Nya menyebabkan keluarga kehilangan ketenteraman dan kebahagiaan.
Salomo yang telah menunjukkan betapa jahatnya perzinaan memberikan beberapa penangkal. Ia menasihatkan agar umat menikmati dan memuaskan diri dengan penghiburan dalam pernikahan sah yang telah ditetapkan (7-13). Orang muda dinasihati agar menikah dan tidak terbakar oleh hawa nafsu. Orang yang sudah menikah dinasihati agar bersenang-senang dengan pasangan hidupnya sendiri dan mensyukuri bahwa pasangannya itu adalah pemberian Allah.
Sudah sepantasnya hidup berbahagia dijalani dengan pasangan hidup yang dicintai (14-19), saling menyayangi dan mengasihi dengan mendalam, serta saling memuaskan hasrat, tidak mencarinya dari orang lain yang bukan pasangan hidupnya. Dengan demikian, kebahagiaan hidup bersama keluarga akan terus dirasakan.
Kunci hidup kudus dalam keluarga adalah takut dan hormat kepada Allah. Hal itu akan terwujud bila kita meyakini bahwa Allah senantiasa melihat semua tindakan manusia, termasuk apa yang ada di dalam hati dan pikiran. Allah akan meminta pertanggungjawaban atas segala yang dipikirkan dan dilakukan manusia.
Pernikahan adalah sebuah persekutuan yang dikuduskan oleh Allah dan perwujudan janji setia di hadapan Allah. Pernikahan kudus bermakna kelanggengan, keharmonisan, kedamaian, dan kesejahteraan. Maka, keluarga perlu dijaga kekudusannya dan suasana persekutuan dalam keluarga perlu diisi dengan cinta murni yang mau saling berbagi, saling menguatkan lahir dan batin, sehingga terjalin kesatuan hati.
Berdoalah agar Tuhan mengaruniakan hikmat sehingga kita mampu membina keluarga yang kudus dan bahagia. [CHR]
SH: Ams 5:1-23 - Jangan terjebak godaan seks (Rabu, 28 Juli 1999) Jangan terjebak godaan seks
Amsal ini mengingatkan kita, khususnya orang muda dan pasangan
suami-isteri agar tidak terjebak oleh pemuas-pemuas s...
Jangan terjebak godaan seks
Amsal ini mengingatkan kita, khususnya orang muda dan pasangan suami-isteri agar tidak terjebak oleh pemuas-pemuas seks bayaran atau pemberi pengalaman seks murahan. Biasanya keterlibatan seseorang pada godaan seks berawal dari keinginan dalam hati yang diselubungi hawa nafsu tak terkendali, kemudian terungkap dalam tindakan lahiriah. Akibatnya kehidupan menjadi pahit, masa depan pribadi dan keluarga berantakan, kehormatan diri tercabik-cabik. Jika ingin semua ini tak terjadi dalam hidup kita, arahkan dan isi semangat gairah hidup itu secara bijak dan selaras firman hikmat-Nya.
Kesetiaan dalam pernikahan. Pernikahan adalah suatu lembaga persekutuan yang disucikan oleh Allah. Itulah sebabnya pernikahan merupakan perwujudan janji setia di hadapan Allah. Melalui pernikahan kudus ini dimaksudkan agar persekutuan pernikahan itu tetap langgeng, harmonis dan menciptakan kehidupan yang sejahtera. Maka, selain harus dijaga kemurniannya, suasana persekutuan pernikahan harus pula diisi dengan cinta murni, saling berbagi, saling menguatkan lahir dan batin, dan kesatuan hati.
Doa: Ya, Tuhan, anugerahkanlah hikmat-Mu, sehingga kami mampu membina keluarga yang kudus dan bahagia.
SH: Ams 5:1-23 - Seks, uang, dan kuasa potensi dosa (Minggu, 23 November 2003) Seks, uang, dan kuasa potensi dosa
Seks, uang, dan kuasa itu bukanlah dosa tetapi ketiganya
memiliki kesanggupan atau potensi yang luar biasa un...
Seks, uang, dan kuasa potensi dosa
Seks, uang, dan kuasa itu bukanlah dosa tetapi ketiganya memiliki kesanggupan atau potensi yang luar biasa untuk mengobarkan nafsu dalam diri manusia. Inilah yang menjerumuskan kita ke dalam perangkap dosa. Bak singa jantan, nafsu adalah kekuatan yang bersemayam dalam diri kita; seks, uang, dan kekuasaan adalah tongkat-tongkat yang mampu membangunkan dan membuatnya mengamuk tanpa batas.Amsal 5 adalah peringatan bagi kita yang tengah tergoda untuk berzinah atau telah jatuh ke dalam dosa zinah. Perhatikan julukan yang Alkitab kenakan pada perzinahan: kematian (ayat 5), kekejaman (ayat 9), penyesalan (ayat 11-14), perangkap (ayat 22), dan kebodohan (ayat 23). Betapa berbedanya realitas dengan fantasi! Selingkuh bukan sembarang selingan; selingkuh adalah selingan yang membelokkan hidup kita ke jurang maut!Firman Tuhan memberikan dua antidot untuk melawan ajakan berzinah: pertama, nikmatilah pasangan sendiri (ayat 15-19). Jangan biarkan pikiran kita menerawang jauh ke rumah orang lain. Fokuskan pandangan kita hanya pada pasangan sendiri. Kembangkanlah relasi nikah kita sehingga kita terpuaskan olehnya. Kedua, sadarlah bahwa Tuhan mengawasi perbuatan kita. Tidak ada satu perbuatan pun yang luput dari tatapan-Nya (ayat 21). Jangan mengelabui diri dan berkata bahwa Tuhan tidak melihat. Ia melihat dan akan membuat perhitungan.
Renungkan: Ibarat obat bius, perzinahan mematikan indera, membuat kita kehilangan kesadaran akan Tuhan dan orang yang mengasihi kita.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.