Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ende -> Ams 6:1-19
Pepatah2 ini memutuskan djalan pikiran, jang diteruskan Ams 6:20.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 6:6-11
Matthew Henry: Ams 6:6-11 - --Kemalasan Ditegur (6:6-11)
Salomo, dalam perikop di atas, berbalik untuk berbicara kepada pemalas yang cinta dengan kenyamanannya, yang hidup dalam...
Kemalasan Ditegur (6:6-11)
- Salomo, dalam perikop di atas, berbalik untuk berbicara kepada pemalas yang cinta dengan kenyamanannya, yang hidup dalam kemalasan, tidak memikirkan apa-apa, tidak berpegang pada apa-apa, tidak mewujudkan apa-apa, dan terutama tidak peduli dengan perkara agama. Kemalasan adalah cara pasti menuju kemiskinan, meskipun tidak cepat, seperti halnya tanggungan yang dibuat dengan gegabah. Di sini dia berbicara kepada pemalas,
- I. Dengan cara mengajar (ay. 6-8). Dia mengirimnya ke sekolah, sebab para pemalas harus dididik. Dia sendiri harus membawanya ke sekolah, sebab, jika pelajar tidak mau bersusah payah, gurunya harus lebih bersusah payah. Pemalas tidak mau datang ke sekolah untuk belajar dari sang guru (pelajar-pelajar yang bermimpi tidak akan pernah mencintai guru yang selalu terjaga), dan oleh sebab itu ia telah menemukan sekolah lain untuknya, sekolah berkualitas rendah seperti yang diinginkannya.
- Perhatikanlah:
- 1. Guru yang darinya ia harus belajar: pergilah kepada semut, kepada lebah, begitu dalam Septuaginta (Perjanjian Lama terjemahan bahasa Yunani – pen.). Manusia mendapat didikan lebih daripada binatang-binatang di bumi, dan dijadikan lebih bijaksana daripada burung-burung di udara, namun ia sudah begitu merosotnya sehingga harus mempelajari hikmat dari serangga yang paling hina dan dipermalukan oleh mereka. Apabila kita mengamati kearifan-kearifan yang menakjubkan pada makhluk-makhluk yang lebih rendah, kita tidak hanya harus memberikan kemuliaan kepada Allah atas alam, yang sudah menjadikan mereka dengan begitu mengherankan, tetapi juga harus mengambil pelajaran bagi diri kita sendiri. Dengan memberikan makna rohani pada hal-hal yang biasa, kita dapat membuat perkara-perkara tentang Allah menjadi mudah dan juga siap untuk kita gunakan, dan bisa bergaul dengan perkara-perkara itu setiap hari.
- 2. Sikap pikiran yang dikehendaki untuk belajar dari guru ini: perhatikanlah lakunya. Pemalas menjadi malas karena ia tidak memperhatikan. Jadi, kita pun tidak akan pernah belajar dengan berhasil, entah melalui firman atau karya-karya Allah, jika kita tidak bertekad untuk memperhatikan. Khususnya, jika kita ingin meniru apa yang baik dari orang lain, kita harus memperhatikan laku mereka, mencermati dengan tekun apa yang mereka perbuat, agar kita bisa berbuat hal yang serupa (Flp. 3:17).
- 3. Pelajaran yang harus dipelajari. Secara umum, pelajarilah hikmat, perhatikanlah, dan jadilah bijak. Itulah hal yang harus kita tuju dalam segala pembelajaran kita, bukan hanya untuk mengetahui, melainkan juga untuk menjadi bijak. Secara khusus, belajarlah untuk menyediakan roti di musim panas. Maksudnya,
- (1) Kita harus mempersiapkan diri untuk masa depan, dan jangan hanya memikirkan saat ini, jangan menghabiskan semua, dan tidak menyimpan apa-apa. Sebaliknya, dalam waktu mengumpulkan, kita harus membuat persediaan untuk waktu menghabiskan. Demikian bijaklah kita seharusnya dalam mengatur urusan-urusan duniawi kita, bukan dengan kecemasan dan kekhawatiran, melainkan dengan perkiraan yang bijak. Menyimpanlah di musim dingin, untuk kesusahan dan kekurangan yang mungkin akan terjadi, dan untuk hari tua. Terlebih lagi dalam urusan-urusan jiwa kita. Kita harus menyediakan roti dan makanan, apa yang penting dan bermanfaat bagi kita, dan yang akan paling kita butuhkan. Dalam menikmati sarana-sarana anugerah, buatlah persediaan untuk masa kekurangannya, dalam hidup buatlah persediaan untuk kematian, dalam waktu sekarang buatlah persediaan untuk kehidupan kekal. Dalam masa pencobaan dan persiapan kita harus membuat persediaan untuk masa denda.
- (2) Kita harus bersusah payah, dan bekerja keras dalam urusan kita, sekalipun kita bekerja dalam keadaan-keadaan yang tidak nyaman. Bahkan di musim panas, ketika cuaca panas, semut sibuk mengumpulkan makanan dan menyimpannya, dan tidak bermalas-malasan, atau bersenang-senang, seperti belalang, yang bernyanyi dan bermain-main di musim panas, lalu binasa di musim dingin. Semut membantu satu sama lain. Jika yang satu mempunyai sebutir gandum yang terlalu besar untuk dibawanya pulang, maka tetangga-tetangganya akan datang untuk membantunya.
- (3) Kita harus memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada, kita harus mengumpulkan ketika ada waktu untuk mengumpulkan, seperti yang dilakukan semut di musim panas dan di musim panen, pada waktu yang tepat. Kita berhikmat jika kita memanfaatkan musim yang menguntungkan bagi kita, karena apa yang bisa dilakukan pada waktu itu mungkin tidak bisa dilakukan sama sekali, atau tidak akan dilakukan dengan begitu baik, di lain waktu.Berjalanlah selagi terang itu ada .
- 4. Apa keuntungan-keuntungan yang kita miliki dalam mempelajari pelajaran ini, yang melebihi keuntungan yang dimiliki semut, yang akan memperburuk kemalasan dan kelalaian kita jika kita membuang-buang waktu? Semut tidak memiliki pemimpin, pengatur, dan penguasa, tetapi melakukannya sendiri, dengan mengikuti naluri alam. Lebih memalukan lagi bagi kita yang dalam keadaan yang sama tidak mengikuti tuntutan-tuntutan akal budi dan hati nurani kita sendiri, dan selain itu juga kita mempunyai orangtua, guru-guru, hamba-hamba Tuhan, dan hakim-hakim untuk mengingatkan kita akan kewajiban kita, untuk menegur kita jika melalaikannya, untuk mendorong kita agar melakukannya, untuk membimbing kita di dalamnya, dan memanggil kita untuk mempertanggungjawabkannya. Semakin besar pertolongan-pertolongan yang kita dapatkan untuk mengerjakan keselamatan kita, semakin tidak bisa dimaafkan jika kita melalaikannya.
- II. Dengan cara menegur (ay. 9-11). Dalam perikop di atas,
- 1. Salomo berbantah dengan pemalas, dengan menegur dan beperkara dengannya, dan memanggilnya untuk bekerja, seperti yang diperbuat tuan kepada hambanya yang sudah terlalu lama tidur: “Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Berapa lama lagi engkau tidur jika tidak ada yang membangunkanmu? Bilakah engkau akan sadar bahwa sudah waktunya engkau bangun?” Para pemalas harus dibangunkan dengan bertanya “berapa lama?” Hal ini berlaku,
- (1) Bagi orang-orang yang malas dalam bekerja dan melakukan kewajibannya, dalam melakukan kewajiban-kewajiban dari panggilan mereka secara khusus sebagai manusia, atau panggilan mereka secara umum sebagai orang-orang Kristen. “Berapa lama lagi engkau membuang-buang waktumu, dan bilakah engkau akan memanfaatkannya dengan lebih baik? Berapa lama lagi engkau mencintai kenyamananmu, dan bilakah engkau akan belajar menyangkal dirimu, dan bersusah payah? Berapa lama lagi engkau mengubur talenta-talentamu, dan bilakah engkau akan mulai melipatgandakannya? Berapa lama lagi engkau menunda-nunda waktu, dan menangguhkan pekerjaanmu, dan menyia-nyiakan kesempatan-kesempatanmu, seperti orang yang tidak ambil peduli dengan masa depan? Bilakah engkau akan menggugah dirimu untuk melakukan apa yang harus engkau lakukan, yang, jika tidak dilakukan, akan membuatmu binasa untuk selama-lamanya?”
- (2) Bagi orang-orang yang aman di jalan dosa dan bahaya: “Bukankah engkau sudah cukup tidur? Bukankah matahari telah meninggi? Bukankah tuanmu memanggil-manggil? Bukankah orang-orang Filistin sedang menyerangmu? Jadi, bilakah engkau bangun?”
- 2. Salomo menyingkapkan alasan-alasan yang dibuat-buat pemalas, dan menunjukkan betapa ia membuat konyol dirinya sendiri. Ketika bangun, ia meregangkan tubuhnya, dan memohon, seperti memohon sedekah, untuk tidur lagi, untuk berbaring lagi. Ia merasa nyaman di tempat tidurnya yang hangat, dan tidak tahan berpikir untuk bangun, terutama bangun untuk bekerja. Tetapi, cermatilah, ia berjanji kepada dirinya sendiri dan kepada tuannya bahwa ia hanya ingin tidur sebentar saja lagi, hanya berbaring sebentar saja, dan kemudian akan bangun dan pergi bekerja. Namun, dia menipu dirinya sendiri. Semakin sikap malas dimanjakan, semakin sikap itu menjadi-jadi. Coba saja dia dibiarkan tidur sebentar, dan berbaring sebentar, maka ia akan terus meminta hal yang sama. Ia tetap meminta untuk tidur sebentar lagi, dan sebentar lagi. Ia tidak pernah merasa cukup, dan sekalipun demikian, ketika dipanggil-panggil, ia berpura-pura akan segera datang. Demikian pulalah pekerjaan besar manusia tidak tuntas-tuntas dikerjakan karena ditunda-tunda untuk waktu sebentar lagi, de die in diem – dari hari ini ke hari berikutnya. Semua waktu yang mereka miliki akan habis dengan menghabiskan saat-saat sekarang. Tidur sebentar lagi akan menjadi tidur kekal.Tidurlah sekarang dan istirahatlah .
- 3. Salomo memberinya peringatan yang sudah semestinya tentang akibat-akibat yang mematikan dari kemalasan itu (ay. 11).
- (1) Kemiskinan dan kekurangan pasti akan datang menimpa orang-orang yang malas bekerja. Jika orang melalaikan urusan-urusan mereka, mereka bukan saja tidak akan maju, tetapi juga akan mundur. Orang yang mengabaikan urusan-urusannya di satu atau lain waktu akan segera melihat semua urusan itu hancur berantakan, dan membuat uangnya yang bernilai tinggi itu tinggal menjadi seribu saja. Kemiskinan rohani menimpa orang-orang yang malas dalam melayani Allah. Orang-orang yang tidak menyediakan minyak di dalam bejana-bejana mereka pasti akan kekurangan minyak, ketika mereka membutuhkannya.
- (2) “Kemiskinan dan kekurangan itu akan datang secara diam-diam dan tanpa dirasakan, akan bertumbuh padamu, dan maju selangkah demi selangkah, seperti seorang penyerbu, tetapi pada akhirnya akan datang tanpa hambatan.“ Kemiskinan dan kekurangan akan membuatmu telanjang seolah-olah engkau ditelanjangi oleh seorang penyamun di tengah jalan. Begitu menurut Uskup Patrick.
- (3) Kemiskinan dan kekurangan akan datang tanpa bisa ditahan, seperti orang yang bersenjata, yang tidak dapat engkau tentang atau engkau lawan dengan apa yang ada padamu.“
SH: Ams 6:1-19 - Kerja adalah karunia Tuhan (Kamis, 29 Juli 1999) Kerja adalah karunia Tuhan
Tak dapat dibayangkan betapa membosankan hidup ini, apabila
berada di antara manusia-manusia yang tak berkarya alias ...
Kerja adalah karunia Tuhan
Tak dapat dibayangkan betapa membosankan hidup ini, apabila berada di antara manusia-manusia yang tak berkarya alias malas! Sifat malas ini mengakibatkan pikiran menjadi sempit, mudah tersinggung dan emosional. Bila diperhatikan dengan saksama, berbagai bentuk keonaran dan kerusuhan yang sering terjadi, kebanyakan melibatkan manusia-manusia yang tak bekerja! Kemiskinan bukan saja menjadi bagian hidup orang yang tidak mendapatkan kesempatan bekerja, tetapi juga sebagai akibat orang yang malas bekerja. Kehidupan yang mapan sejahtera tidak hadir begitu saja, tetapi diusahakan dan dikelola dengan bijaksana.
Hal-hal yang dibenci Tuhan. Menurut Anda, hal-hal apa sajakah yang merupakan dosa "kebencian" di mata Tuhan? Sesuaikah anggapan Anda tersebut dengan daftar dosa yang dibenci Tuhan menurut penulis Amsal dalam ayat 12-19? Adakah hal-hal tersebut yang Anda anggap lumrah, ringan dan biasa-biasa saja? Hal-hal yang dipaparkan Amsal sebagai perkara yang dibenci Tuhan, selain menghancurkan hubungan dengan sesama, juga akan merugikan sesama.
Renungkan: Begitu banyak perkara yang dilakukan oleh manusia, yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, dan itu sangat dibenci oleh Tuhan.
SH: Ams 6:1-19 - Tujuh dosa bukan daftar dosa yang menyeluruh (Senin, 24 November 2003) Tujuh dosa bukan daftar dosa yang menyeluruh
C. S. Lewis, seorang penulis Kristen, menjuluki keangkuhan
sebagai dosa yang paling berbahaya karen...
Tujuh dosa bukan daftar dosa yang menyeluruh
C. S. Lewis, seorang penulis Kristen, menjuluki keangkuhan sebagai dosa yang paling berbahaya karena sewaktu kita terjatuh ke dalamnya, kita tidak menyadarinya. Keangkuhan bisa berbentuk tindak penghinaan terhadap orang namun keangkuhan dapat pula berwujud kekerasan hati untuk mengakui kesalahan. Keangkuhan adalah satu-satunya dosa yang dapat menutup mata kita untuk melihat dosa lain dalam hidup kita. Keangkuhan merupakan dosa yang menghalangi kita meminta pengampunan atas dosa lainnya.Lidah yang berdusta dan saksi dusta yang menyemburkan kebohongan adalah dosa kebohongan yang biasanya kita lakukan dengan cara membengkokkan atau menutupi kebenaran demi keuntungan pribadi. Tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah adalah dosa kekejaman. Kekejaman umumnya berawal dari hilangnya rasa keadilan serta rasa belas kasihan, dan berakhir dengan tindak kekejaman. Hati yang membuat rencana jahat dan kaki yang segera lari menuju kejahatan adalah dosa kejahatan. Dosa ini biasanya berakar dari banyaknya keinginan dan sedikitnya kendali atas keinginan-keinginan itu. Akibatnya, muncullah pelbagai tindakan untuk mewujudkan hasrat tanpa memedulikan kehendak Tuhan. Menimbulkan pertengkaran di antara saudara adalah dosa kemarahan. Begitu marahnya kita, sehingga tidak senang melihat orang hidup dalam kerukunan. Kemarahan itu akhirnya kita lampiaskan dengan cara menciptakan pertentangan di antara kita. Orang yang mempunyai masalah dengan dosa kemarahan akan senantiasa mencari-cari bahan atau alasan untuk marah. Orang ini tidak bisa hidup berlama-lama tanpa pertengkaran.
Renungkan: “Selidikilah aku, ya Allah dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah apakah jalanku serong dan tuntunlah aku di jalan yang kekal”! (Mzm. 139:23-24).
SH: Ams 6:1-19 - Hidup selaras firman (Senin, 19 September 2011) Hidup selaras firman
Kehidupan manusia mencakup banyak aspek. Teks hari ini berisi nasihat untuk setiap aspek yang berbeda.
Jangan menjadi penjamin ...
Hidup selaras firman
Kehidupan manusia mencakup banyak aspek. Teks hari ini berisi nasihat untuk setiap aspek yang berbeda.
Jangan menjadi penjamin hutang orang lain karena jika orang itu tidak membayar hutang maka yang menjamin berkewajiban membayar. Jika terperangkap perkataan sendiri, harus diselesaikan secepat mungkin karena keadaan akan menjadi genting, seperti kijang atau burung yang telah terperangkap (1-5).
Kemalasan merupakan salah satu sebab mengapa orang menjadi miskin. Sebab itu harus belajar dari semut yang rajin supaya kita menjadi bijak. Semut bukanlah binatang yang memiliki kekuatan (30:25), tetapi karena ketekunannya semut bekerja pada musim panas guna mempersiapkan makanan untuk persediaan musim dingin (8). Secara kontras, orang malas yang menghabiskan waktu dengan tidur, akan menjadi miskin dan menderita kekurangan (9-11). Si pemalas berkata bahwa ia hanya ingin "tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi". Lalu tidurnya jadi berkepanjangan dan kerja pun terlupkan (10), hingga kemiskinan datang menyerbu dia. Terlihat bahwa kemiskinan dapat datang dengan tiba-tiba dan memiliki potensi untuk menghancurkan (11).
Teks diakhiri dengan tujuh perkara yang dibenci Tuhan (16-19). Mata yang sombong (i) menunjukkan sikap yang sombong, yaitu orang yang tidak mau belajar serta dikoreksi dan karena itu akan terus melakukan perbuatan yang buruk. Lidah dusta adalah lidah yang menyebarkan kebohongan (ii & vi). Lidah sulit dikuasai, tetapi kita harus belajar mengontrolnya (bnd. Yak. 3:1-12). Tuhan juga membenci orang yang melakukan kejahatan, seperti tangan yang menumpahkan darah, hati yang merencanakan perkara jahat, dan kaki yang melakukan kejahatan (iii-v). Perkara yang terakhir (vii) adalah orang yang menimbulkan pertengkaran saudara.
Cukup banyak aspek yang harus kita perhatikan dalam hidup kita, yang memerlukan sentuhan firman Tuhan. Maka teruslah bercermin pada firman Tuhan agar kita tahu bagaimana setiap aspek itu harus selaras dengan firman-Nya.
SH: Ams 6:1-19 - Kaum Rebahan (Sabtu, 6 Agustus 2022) Kaum Rebahan
Kaum rebahan merupakan istilah masa kini yang menggambarkan aktivitas anak muda yang kerjaannya berbaring sepanjang hari. Istilah kaum r...
Kaum Rebahan
Kaum rebahan merupakan istilah masa kini yang menggambarkan aktivitas anak muda yang kerjaannya berbaring sepanjang hari. Istilah kaum rebahan makin populer pada masa kini seiring dengan kemajuan media sosial dan juga banyaknya game online di gawai mereka masing-masing.
Namun, aktivitas rebahan ternyata tidak hanya populer pada masa kini. Sejak zaman Perjanjian Lama, aktivitas rebahan sudah menjadi kebiasaan anak-anak muda. Penulis Amsal mengatakan aktivitas rebahan sebagai bentuk kemalasan. Penulis menggambarkannya dengan beberapa sindiran yang menohok, antara lain menyuruh pemalas untuk belajar kepada semut (6); berbaring terus, setelah bangun kembali mengantuk (9-10).
Selain menyindir kaum rebahan, penulis Amsal juga menuliskan konsekuensi yang akan menimpa kehidupan anak muda jika kemalasan itu terus berlanjut. Pertama, anak muda yang malas akan menjadi miskin (11). Kemiskinan itulah yang menjadi sumber persoalan kehidupan anak muda. Kedua, anak muda bisa saja terjerat hutang dan menjadi seorang budak bagi sesamanya. Belum lagi, kemiskinan yang diakibatkan kemalasan juga akan merembet pada dosa-dosa yang lainnya (12-19). Oleh karena itulah, penulis Amsal menasihati anak muda dengan nada geram, agar anak muda jangan sampai hidup dalam kemalasan.
Kemalasan masih relevan dengan persoalan kita pada masa kini. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa persoalan ekonomi menjadi sumber konflik antar keluarga, teman, dan sesama manusia. Oleh karena itu, kemiskinan harus dicegah sedini mungkin. Pencegahan dapat dimulai dengan membuang kemalasan.
Kemiskinan berkorelasi dengan kemalasan. Penulis Amsal memerintahkan kita untuk belajar dari semut, yang meskipun lemah, tetapi tidak pernah malas bekerja. Nasihat itu mengajak kita untuk mengasah perikemanusiaan. Kemiskinan membuat kita rentan terhadap kekerasan, baik sebagai korban maupun pelaku. Karena itu, ikuti Amsal, buanglah kebiasaan rebahan. [YGM]
Baca Gali Alkitab 6
Kita melihat sang ayah dalam teks ini menasihati anaknya untuk menghindari perempuan jalang yang dapat menghancurkan keluarganya. Kembali sang ayah meminta anaknya untuk memerhatikan hikmatnya, yaitu hikmat yang dia dapat dari Allah. Sang ayah menginginkan anaknya berpegang pada kebijaksanaan dan bibirnya memelihara pengetahuan. Maksudnya, supaya sang anak dapat bertindak bijaksana. Walaupun biasanya bibir mengacu pada perkataan dan bukan pada perbuatan, tetapi bibir dapat dipakai juga untuk mencium, dan dengan sengaja dikaitkan dengan bibir perempuan jalang.
Namun, apa yang kelihatan begitu menggiurkan ternyata mematikan. Karena bibir yang meneteskan madu kemudian terasa pahit seperti empedu, dan justru mematikan karena tajam seperti pedang bermata dua. Perlu kita ketahui bahwa relasi dengan perempuan jalang akan membawa kematian, karena ia tidak mengetahui jalan kehidupan.
Apa saja yang Anda baca?
1. Mengapa kita perlu memerhatikan hikmat? (1, 2)
2. Apa sajakah yang tertulis mengenai perempuan jalang? (3-6)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Adakah perintah dari Tuhan yang berkaitan dengan kesetiaan terhadap pasangan hidup tetap Anda taati sampai hari ini? Apa saja alasan Anda menaati perintah Tuhan tersebut?
2. Adakah peringatan yang diberikan penulis amsal juga berlaku bagi Anda? Apa sajakah itu?
Apa respons Anda?
1. Adakah Anda mengalami pergumulan dalam hal kesetiaan terhadap pasangan hidup? Jika ya, maukah Anda berdoa dan menjadi bijak dalam mencari solusinya di dalam Tuhan?
2. Bagaimana cara Anda membangun tekad untuk tetap setia terhadap pasangan hidup Anda?
Pokok Doa:
Mendoakan keutuhan keluarga, kebahagiaan, kesejahteraan, keharmonisan, dan kedamaian keluarga.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.