Teks -- Ratapan 1:12 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Yer 46:1--Rat 2:7 - TENTANG BANGSA-BANGSA.
Nas : Yer 46:1-51:64
Pasal-pasal ini berisi aneka nubuat tentang hukuman ilahi atas
bangsa-bangsa asing. Yeremia ditahbiskan bukan untuk menjadi na...
Nas : Yer 46:1-51:64
Pasal-pasal ini berisi aneka nubuat tentang hukuman ilahi atas bangsa-bangsa asing. Yeremia ditahbiskan bukan untuk menjadi nabi kepada bangsa Yehuda saja, tetapi juga "nabi bagi bangsa-bangsa" (Yer 1:5).
Full Life: Rat 1:12 - KESEDIHAN.
Nas : Rat 1:12
Dalam sebelas ayat pertama Yeremia sendiri yang meratap; dalam ayat
Rat 1:12-22 Yerusalem diwujudkan sebagai peratap.
Nas : Rat 1:12
Dalam sebelas ayat pertama Yeremia sendiri yang meratap; dalam ayat Rat 1:12-22 Yerusalem diwujudkan sebagai peratap.
Full Life: Rat 1:12 - TATKALA MURKA-NYA MENYALA-NYALA.
Nas : Rat 1:12
Beberapa orang percaya menekankan kasih dan pengampunan Allah dan
mengabaikan murka-Nya yang menyala-nyala terhadap semua orang yang...
Nas : Rat 1:12
Beberapa orang percaya menekankan kasih dan pengampunan Allah dan mengabaikan murka-Nya yang menyala-nyala terhadap semua orang yang menolak untuk memperhatikan panggilan-Nya kepada kebenaran. Pandangan bahwa Kristus membiarkan dosa dan kebejatan karena kasih-Nya tidak didukung oleh Alkitab
(lihat cat. --> Wahy 19:15;
lihat cat. --> Wahy 19:17).
[atau ref. Wahy 19:15-17]
Untuk memahami murka Allah yang akan datang, bacalah dan mempelajari Kitab Wahyu.
BIS -> Rat 1:12
BIS: Rat 1:12 - Hai ..... perhatikan! Hai ..... perhatikan! atau: Hai orang-orang yang lewat di jalan, tidakkah kamu hiraukan?
Hai ..... perhatikan! atau: Hai orang-orang yang lewat di jalan, tidakkah kamu hiraukan?
Jerusalem -> Rat 1:1-22; Rat 1:12
Jerusalem: Rat 1:1-22 - -- Dalam ratapan pertama ini pesajak berkata tentang keadaan malang dan menyedihkan yang telah menimpa kota Yerusalem. Pada Rat 1:9 kota Sion yang dipero...
Dalam ratapan pertama ini pesajak berkata tentang keadaan malang dan menyedihkan yang telah menimpa kota Yerusalem. Pada Rat 1:9 kota Sion yang diperorangkan sendiri angkat bicara. kembali ia angkat bicara dalam ayat 11b dan mengeluarkan keluhannya, Rat 1:12-16, disusul sebuah doa Rat 1:18 dst, yang berupa baik pengakuan dosa, baik pengucapan pengharapan baik kutukan atas musuh.
Jerusalem: Rat 1:12 - Acuh tak acuh Terjemahan ini tidak pasti. Dalam terjemahan Latin kata-kata itu tidak ada.
Terjemahan ini tidak pasti. Dalam terjemahan Latin kata-kata itu tidak ada.
Ende -> Rat 1:1-22; Rat 1:12
Ende: Rat 1:1-22 - -- Bagian pertama (Rat 1:1-11) lagu perkabungan, jang diutjapkan si
penjair atas nama penduduk Jerusjalem itu, menggambarkan keadaan kota jang
direbut or...
Bagian pertama (Rat 1:1-11) lagu perkabungan, jang diutjapkan si penjair atas nama penduduk Jerusjalem itu, menggambarkan keadaan kota jang direbut orang2 Babel: lengang dan sunji sepi, karena penduduknja diangkut. Dalam bagian kedua (Rat 1:12-22) Jerusjalem sendiri, jang diperorangkan, angkat bitjara atas keruntuhannja, jang merupakan hukuman atas dosa2nja. Pokoknja sama dengan pokok bagian pertama, tetapi lebih serupa dengan lagu ratap, sehingga mendjadi suatu doa dan permohonan kepada Tuhan.
Ende: Rat 1:12 - -- Djadi, perebutan Jerusjalem bukan pekerdjaan tentara Babel, melainkan perbuatan
Jahwe sendiri.
Djadi, perebutan Jerusjalem bukan pekerdjaan tentara Babel, melainkan perbuatan Jahwe sendiri.
Ditinggalkan "tidak bagi kamu(?)".
ditambahkan menurut terdjemahan Junani.
Ref. Silang FULL -> Rat 1:12
Ref. Silang FULL: Rat 1:12 - yang berlalu // seperti kesedihan // tatkala murka-Nya · yang berlalu: Yer 18:16; Yer 18:16
· seperti kesedihan: Rat 1:18
· tatkala murka-Nya: Yes 10:4; Yes 10:4; Yes 13:13; Yer 30:24...
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rat 1:12-22
Matthew Henry: Rat 1:12-22 - Allah Diakui Berperan dalam Penderitaan; Keluhan Yerusalem Allah Diakui Berperan dalam Penderitaan; Keluhan Yerusalem (1:12-22)
Keluhan di sini, dalam hal isinya, sama dengan keluhan di bagian pertama pas...
Allah Diakui Berperan dalam Penderitaan; Keluhan Yerusalem (1:12-22)
- Keluhan di sini, dalam hal isinya, sama dengan keluhan di bagian pertama pasal ini. Namun, dalam ayat-ayat ini, sang nabi, atas nama jemaat yang sedang meratap, secara khusus lebih mengakui tangan Allah dalam semua malapetaka ini, dan keadilan tangan-Nya.
- I. Jemaat yang yang sedang tertekan ini mengeluhkan betapa besar penderitaannya, tetapi penderitaannya sebenarnya tidak lebih besar daripada alasan penderitaan itu. Erangannya tidak lebih kuat daripada pukulannya. Yerusalem menuntut adil dari semua yang menontonnya: Lihatlah, apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpakan TUHAN kepadaku (ay. 12). Perkataan ini mungkin benar jika dikatakan terhadap kesedihan Yerusalem, tetapi kita cenderung terlalu mudah menerapkannya pada diri kita sendiri saat kita dalam masalah, dan masalah itu terasa lebih berat daripada alasan yang ada. Karena kita merasa beban kita yang paling berat, dan kita tidak mau dinasihati untuk menerima saja beban itu, kita ingin menjerit, sungguh, tidak pernah ada kesedihan seperti kesedihan kita. Padahal, jika masalah kita digabung dengan masalah orang lain, kemudian dilakukan pembagian sama rata, setiap orang mendapat bagian yang sama, bukannya puas dengan pembagian itu, setiap kita pasti akan berkata, “Tolong, kembalikan masalahku sendiri saja.”
- II. Yerusalem di sini tidak hanya melihat alat-alat sang perancang masalahnya saja tetapi juga melihat kepada Sang Perancangnya sendiri, dan mengakui bahwa semua masalahnya diarahkan, ditentukan, dan diselesaikan oleh-Nya: “Tuhanlah yang membuat aku merana, dan Dia membuatku merana karena Dia murka kepadaku. Kekuatan amarah-Nya dapat diukur dari besarnya kesesakanku tatkala murka-Nya menyala-nyala” (ay. 12). Penderitaan tidak dapat terlalu memedihkan hati kita jika kita melihat penderitaan itu berasal dari murka Allah. Demikianlah yang dilakukan jemaat di sini.
- 1. Yerusalem seperti orang yang sedang demam, dan demam itu dikirim oleh Allah: “Dikirim-Nya api masuk ke dalam tulang-tulangku (ay. 13), api yang dari atas, dan api itu menguasainya sehingga tulang-tulangku membara seperti perapian (Mzm. 102:4), nyeri dan lesu, dan mengering.”
- 2. Yerusalem seperti orang yang terjerat jaring, semakin ia berjuang untuk keluar, semakin ia terjerat di dalamnya, dan jaring ini ditebarkan oleh Allah. “Lawan tidak mungkin berhasil dalam segala tipu muslihatnya jika bukan karena Allah yang menghamparkan jaring di muka kakiku.”
- 3. Yerusalem seperti orang yang berada di padang gurun, yang jalannya memalukan, sunyi, dan melelahkan: “Didesak-Nya aku mundur sehingga aku tidak bisa meneruskan jalanku, dibuat-Nya aku sendirian sehingga tidak ada yang mendukungku, sehingga aku kesakitan sepanjang hari.”
- 4. Yerusalem seperti orang yang memikul kuk, bukan kuk pelayanan, tetapi kuk rasa bersalah, yang mengikat seluruh tubuhnya (ay. 14): Segala pelanggaranku adalah kuk yang berat, suatu jalinan yang dibuat tangan Tuhan. Amatilah, kita takkan pernah terjerat dalam kuk apa pun selain dari kuk yang terpasang karena pelanggaran kita sendiri. Orang berdosa terjerat dalam tali dosanya sendiri (Ams. 5:22). Kuk perintah Kristus adalah kuk yang enak (Mat. 11:30), tetapi kuk akibat pelanggaran kita sendiri adalah kuk yang berat. Allah dikatakan mengikat kuk ini saat Dia membebankan rasa bersalah pada kita, dan membuat kita mengalami kesusahan jasmani dan rohani yang layak kita terima karena dosa kita. Saat hati nurani, sebagai wakil-Nya, menyerahkan kita pada penghakiman-Nya, kuk itu ditaruh dan dijalin oleh tangan keadilan-Nya, dan tidak ada yang dapat melepaskan kuk itu selain tangan rahmat pengampunan-Nya.
- 5. Yerusalem seperti orang yang tergeletak di dalam kotoran dan Tuhan-lah yang membuang semua pahlawannya, yang membuat mereka tidak dapat berdiri, dan merebahkan mereka dengan penghakiman yang susul-menyusul sehingga membiarkan mereka diinjak-injak oleh penakluk mereka yang angkuh (ay. 15). Bahkan, Yerusalem seperti orang yang ada di pemerasan anggur, bukan hanya diinjak-injak, tetapi diinjak-injak sampai berkeping-keping, dihancurkan seperti buah anggur dalam pemerasan anggur murka Allah, dan darahnya diperas keluar seperti anggur, dan Allah-lah yang telah menginjak-injak puteri Yehuda, dara itu.
- 6. Yerusalem ada di tangan para lawannya, dan Allah-lah yang telah menyerahkan Yerusalem ke tangan mereka (ay. 14): Dia melumpuhkan kekuatanku sehingga aku tidak dapat bangkit menghadapi mereka. Bahkan, aku bukan hanya tidak mampu bangkit menghadapi mereka, tetapi juga tidak dapat kutentangi mereka, dan kemudian Dia telah menyerahkan aku ke tangan mereka. Bukan itu saja (ay. 15), Ia telah memanggil suatu kumpulan menentangku (KJV), untuk membinasakan teruna-terunaku, dan percuma untuk melawan perkumpulan itu, dan lagi (ay. 17), terhadap Yakub dikerahkan TUHAN tetangga-tetangganya sebagai lawan. Tuhan yang berkali-kali memerintahkan kemenangan bagi Yakub (Mzm. 44:5) sekarang memerintahkan serangan melawan Yakub karena Yakub tidak menaati perintah-perintah hukum-Nya.
- III. Yerusalem selayaknya meminta rasa kasihan dan belas kasihan dari mereka yang menonton penderitaannya (ay. 12): Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Bagaimana bisa kamu memandangku tanpa peduli? Aduh! Apakah hatimu sekeras batu intan dan matamu seperti marmer sampai-sampai kamu tidak bisa memberiku sedikit belas kasihan, atau perhatian, atau air mata? Bukankah kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini? Apakah kamu tidak peduli rumah tetanggamu kebakaran? Mereka adalah orang-orang yang tidak peduli dengan penderitaan dan kehancuran Sion. Mereka tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf. Alangkah menyedihkannya Yerusalem memohon belas kasihan mereka! (ay. 18): “Dengarlah hai segala bangsa, dan lihatlah kesedihanku: dengarlah keluh kesahku dan perhatikanlah alasanku mengeluh.” Permohonan ini mirip dengan permohonan Ayub (Ayb. 19:21), Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku! Beban menjadi sedikit lebih ringan jika teman-teman kita bersimpati kepada kita, dan ikut menangis bersama kita, karena hal ini adalah bukti bahwa meskipun kita dalam penderitaan, kita tidak dihina, yang biasanya sama mengerikannya dengan hal-hal lain dalam penderitaan.
- IV. Yerusalem membenarkan kesedihannya, meskipun sangat berlebihan, untuk semua malapetaka ini (ay. 16): “Karena inilah aku menangis, aku menangis pada malam hari (ay. 2), saat tiada yang melihat, mataku mencucurkan air.” Perhatikanlah, dunia ini adalah lembah air mata bagi umat Tuhan. Putra-putri Sion sering kali adalah perintih Sion. Sion mengulurkan tangannya (ay. 17), uluran tangan ini adalah ungkapan keputusasaan dan bukan kerinduan. Ia mengulurkan tangannya seraya menyerahkan semuanya. Marilah kita melihat bagaimana ia menjelaskan kesedihan yang mendalam ini.
- 1. Allah Yerusalem telah mengundurkan diri daripadanya, dan Mikha, yang hanya memiliki berhala dari emas, menjerit saat berhala tersebut dicuri darinya, Apakah lagi yang masih tinggal padaku? Bagaimana perkataanmu itu kepadaku: Mau apa engkau? Jemaat ini sangat bersedih hati. Oleh karena itu, ia berkata, jauh dari padaku penghibur yang dapat menyegarkan jiwaku. Allah-lah Sang Penghibur, Dialah yang tadinya biasa menghibur Yerusalem, hanya Dialah yang dapat memberikan penghiburan yang mujarab. Firman-Nyalah yang menyatakan penghiburan-Nya. Roh-Nyalah yang menyatakan penghiburan-Nya bagi kita. Penghiburan-Nya adalah penghiburan yang kuat, sanggup menyambung hidup, mengembalikan hidup atau jiwa, jika hidup atau jiwa itu telah pergi, dan kita sendiri tidak bisa mengambilnya kembali. Namun, sekarang Dia telah pergi dalam sakit hati, Dia jauh dari padaku, dan melihatku dari jauh. Perhatikanlah, tidak mengherankan jika jiwa para orang kudus lemah lesu, ketika Allah, satu-satunya Penghibur yang dapat memberi mereka kelegaan, membuat jarak terhadap mereka.
- 2. Anak-anak Yerusalem dijauhkan daripadanya, dan tidak memiliki kemampuan untuk menolongnya: untuk anak-anaknyalah Yerusalem menangis, seperti Rahel menangisi anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi, dan karena itu, ia tidak mau dihibur. Bingunglah anak-anaknya, karena terlampau kuat si seteru bagi mereka. Lagi pula, dari semua anak-anak yang dibesarkannya, tidak ada yang memegang tangannya (Yes. 51:18). Anak-anaknya tak dapat menolong diri mereka sendiri, jadi bagaimana mereka dapat menolongnya? Baik anak-anak dara maupun teruna-teruna, yang tadinya merupakan kesukaan dan pengharapan Yerusalem, telah pergi sebagai tawanan (ay. 18). Orang-orang Kasdim itu dikatakan tidak menyayangkan teruna atau gadis, tidak menyayangkan wanita yang lebih lemah, tidak menyayangkan orang muda yang sedang mekar-mekarnya (2Taw. 36:17).
- 3. Sahabat-sahabat Yerusalem mengecewakannya. Beberapa sahabatnya tidak mau, dan yang lain tidak bisa, memberinya kelegaan. Yerusalem mengulurkan tangannya, seperti memohon pertolongan, tetapi tak ada orang yang menghiburnya (ay. 17), tidak ada yang bisa melakukannya, tidak ada yang peduli. Yerusalem memanggil kekasih-kekasihnya, dan untuk memikat hati mereka supaya menolongnya, ia menyebut mereka kekasih-kekasihnya, tetapi mereka memperdayakannya (ay. 19). Sahabat-sahabatnya terbukti seperti sungai di musim panas bagi pengembara yang haus (Ayb. 6:15). Perhatikanlah, makhluk-makhluk yang menjadi tujuan hati kita dan tumpuan pengharapan kita, biasanya memperdayakan kita dan mengecewakan kita. Berhala-berhalanya adalah kekasih-kekasihnya. Mesir dan Asyur adalah andalannya. Namun, mereka memperdayanya. Mereka yang dahulu merayunya dalam kemakmurannya sekarang malu akan dia, dan menjadi orang asing terhadapnya, dalam kesukarannya. Berbahagialah orang-orang yang menjadikan Allah sahabatnya dan menjaga dirinya dalam kasih-Nya, sebab Dia tidak akan memperdayakan mereka!
- 4. Mereka yang bertugas membimbing Yerusalem dilumpuhkan sehingga tidak bisa melakukan pelayanan apa pun baginya. Imam-imam dan para tua-tua, yang seharusnya muncul sebagai pemimpin, mati karena kelaparan (ay. 19). Mereka telah mati, atau hampir menutup mata, tatkala mencari makan. Mereka menjadi peminta-minta roti untuk tetap hidup. Kelaparan memang hebat sekali di negeri itu ketika sudah tidak ada roti lagi untuk orang berhikmat, ketika imam-imam dan para tua-tua pun kelaparan. Imam-imam dan para tua-tua seharusnya adalah penghibur Yerusalem. Namun, bagaimana mereka dapat menghibur yang lain jika mereka sendiri merana? “Mereka itu sudah mendengar keluh kesahku, yang seharusnya sudah cukup untuk menggerakkan mereka datang menolongku, tetapi tiada penghibur bagiku. Telah Kaujauhkan dari padaku sahabat dan teman.”
- 5. Musuh Yerusalem terlampau kuat baginya, dan mereka mengejeknya. Musuh telah menang (ay. 16, KJV). Di luar, pedang membinasakan dan menyembelih semua yang menghalangi jalannya, dan di dalam rumah, semua perbekalan telah dihentikan oleh para pengepung sehingga seperti ada kematian (KJV), yaitu, kelaparan, yang sama buruknya dengan penyakit sampar, atau bahkan lebih buruk lagi, pedang di luar rumah dan kengerian di dalam kamar (Ul. 32:25). Seperti musuh, yang adalah alat dalam malapetaka ini, sangat biadab, begitu pula mereka yang menonton, Edom dan Moab, yang memiliki niat jahat terhadap Israel: Seteru-seteruku mendengar tentang kecelakaanku, mereka gembira karena Engkau yang mendatangkannya (ay. 21). Mereka bergembira atas kecelakaan itu sendiri. Mereka bersuka karena kecelakaan itu perbuatan Tuhan. Mereka senang melihat Tuhan dan Israel-Nya telah berpisah, dan sekarang mereka dapat bertindak aneh-aneh terjadap Allah dan Israel. Yerusalem telah menjadi najis di tengah-tengah mereka sehingga mereka takut untuk menyentuhnya dan mereka malu akan dia (ay. 17). Karena semua hal ini, tidak mengherankan, pula tidak dapat disalahkan, jika keluh kesah Yerusalem banyak akibat kesedihan atas segala yang terjadi, dan hatinya pedih (ay. 22) akibat kecemasan akan apa yang masih mungkin terjadi.
- V. Yerusalem menyatakan bahwa Allah benar dalam segala yang terjadi padanya. Yerusalem mengakui bahwa dosa-dosanya membuat ia layak menerima hajaran yang sangat keras ini. Kuk yang sangat berat menimpa dan sangat kuat mengikat ini, adalah kuk pelanggarannya (ay. 14). Rantai yang membelenggu kita adalah akibat perbuatan kita sendiri, dan dengan rotan kita sendirilah kita dipukul. Saat jemaat di sini berkata seolah-olah ia berpikir bahwa Tuhan itu keras, ia melakukan hal yang benar untuk memperbaiki dirinya, atau setidaknya untuk menjelaskan dirinya, dengan mengakui (ay. 18), Tuhanlah yang benar. Tuhan tidak berbuat kesalahan dalam berbuat demikian terhadap kita, pula tidak dapat kita menuduh-Nya tidak adil dalam segala perbuatan-Nya. Bagaimanapun jahatnya manusia, kita yakin bahwa Tuhan itu benar, dan Ia menyatakan keadilan-Nya meskipun keadilannya berlawanan dengan semua hukum manusia. Perhatikanlah, apa pun kesulitan kita, yang dengan senang hati ditimpakan Allah pada kita, kita harus mengakui bahwa di dalamnya Allah-lah yang benar. Kita tidak memahami Allah, juga diri kita sendiri, jika kita tidak mengakuinya (2Taw. 12:6). Yerusalem mengakui keadilan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi juga mengakui kesalahannya sendiri: Aku telah memberontak terhadap firman-Nya (ay. 18), dan lagi, (ay. 20) sudah melampaui batas aku memberontak. Kita tidak boleh berhenti mengutuki dosa, dan kita harus selalu lebih lagi mengutuki dosa kita sendiri, kita harus menyebutnya pemberontakan, atau bahkan pemberontakan yang melampaui batas. Bagi semua petobat sejati, dosanya adalah dosa yang sangat melampaui batas. Rasa bersalah inilah yang lebih berat membebani Yerusalem daripada penderitaan yang menimpanya: “Betapa gelisah jiwaku, jiwaku bergejolak dalam diriku seperti laut yang sedang bergolak. Hatiku terbolak-balik di dalam dadaku, gelisah, seperti terjungkir balik, karena sudah melampaui batas aku memberontak.” Perhatikanlah, kesedihan karena dosa kita pastilah kesedihan yang hebat dan pastilah memengaruhi jiwa kita.
- VI. Yerusalem berseru memohon belas kasih sekaligus keadilan Allah dalam perkaranya ini.
- 1. Yerusalem berseru pada belas kasih Allah mengenai penderitaannya sendiri, yang menjadikannya sasaran yang tepat untuk mendapat belas kasihan-Nya (ay. 20): Ya, TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, perhatikanlah perkaraku, dan ambillah tindakan yang perlu untuk memberiku kelegaan seturut dengan kehendak-Mu. Perhatikanlah, kita boleh merasa tenang karena segala kesesakan yang menekan jiwa kita terbuka di hadapan mata Allah.
- 2. Yerusalem berseru meminta keadilan Allah atas kejahatan yang dilakukan musuh-musuh terhadapnya (ay. 21-22): “Datanglah kiranya hari yang telah Engkau umumkan itu, hari yang ditetapkan dalam rencana keputusan Allah dan diumumkan dalam nubuat-nubuat, hari ketika musuh-musuhku, yang saat ini menganiayaku, dibuat menjadi seperti aku, hari ketika cawan yang memabukkan, yang saat ini diletakkan dalam tanganku, diletakkan dalam tangan mereka.” Seruan ini dapat dibaca sebagai doa, “Biarlah hari yang ditentukan itu datang,” dan doa itu pun berlanjut “Biarlah segala kejahatan mereka datang ke hadapan-Mu, biarlah kejahatan itu diingat, biarlah kejahatan itu diperhitungkan, balaskanlah kepada mereka semua kejahatan yang mereka perbuat padaku (Mzm. 109:14-15). Percepatlah waktu saat Engkau perbuat kepada mereka oleh karena pelanggaran mereka seperti Engkau telah perbuat kepadaku oleh karena pelanggaranku.” Doa ini sama dengan bantahan Yerusalem terhadap segala pemikiran bahwa ia hendak bersekutu dengan musuh-musuhnya, dan juga menjadi nubuat untuk kehancuran mereka, dengan mengutip apa yang Allah katakan dalam Firman-Nya mengenai hal itu. Perhatikanlah, doa kita bisa, dan harus, sesuai dengan Firman Allah, dan hari yang ditentukan Allah-lah hari yang kita minta, dan bukan yang lain. Sekalipun kita harus mengampuni musuh-musuh kita dalam kasih, dan berdoa untuk mereka, namun kita boleh berdoa dalam iman untuk penggenapan apa yang Tuhan firmankan mengenai musuh-Nya dan musuh gereja-Nya, yang tidak mau bertobat untuk memuliakan-Nya.
SH: Rat 1:12-22 - Memenangkan Orang Lewat Empati (Kamis, 13 April 2023) Memenangkan Orang Lewat Empati
Sebagai manusia, kita berempati terhadap penderitaan. Kadang empati itu sangat kuat sehingga kita seolah-olah mengalam...
Memenangkan Orang Lewat Empati
Sebagai manusia, kita berempati terhadap penderitaan. Kadang empati itu sangat kuat sehingga kita seolah-olah mengalami langsung kesakitan yang dialami oleh makhluk lain. Misalnya, proses penyembelihan hewan kadang dapat membuat orang yang melihatnya pingsan.
Nabi Yeremia menunjukkan empati yang sangat tinggi terhadap penderitaan kaum Yehuda (12). Ia menempatkan dirinya sebagai Yerusalem yang sedang dihukum Allah. Hukuman itu terasa sangat berat, seperti api yang membakar sampai ke tulang, jaring yang memerangkap kaki, dan kuk yang merontokkan kekuatan (13-14). Dirinya hancur lebur tanpa ada yang mampu menolong ataupun menghiburnya (15-17).
Dengan berempati, Yeremia dapat memunculkan sebuah kesadaran yang tidak terpikirkan oleh orang-orang Yehuda. Ia menyadarkan mereka bahwa Tuhan itu benar dan merekalah yang salah (18). Mereka telah memberontak kepada Allah dengan melakukan "perselingkuhan rohani". Mereka menyembah ilah-ilah asing dan mengandalkan kekuatan manusia (19).
Nabi Yeremia kerap mengambil pendekatan yang berbeda dalam menjalankan tugas kenabiannya. Di sini ia menanggalkan pendekatan khotbah satu arah dengan berperan sebagai konselor. Meski demikian, tujuannya tidak berubah. Ia ingin menghasilkan pertobatan pada orang-orang berdosa.
Yeremia meninggalkan teladan yang baik untuk kita. Ia bersedia menyesuaikan metodenya demi menghasilkan pertobatan. Paulus memberikan teladan yang sama dalam memberitakan Injil. Ia menerapkan pendekatan yang berbeda terhadap kelompok yang berbeda, agar ia "sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka" (1Kor. 9:22).
Seberapa besar keinginan Anda untuk menyaksikan pertobatan teman-teman Anda? Jika keinginan itu sangat besar, tentu Anda tidak akan keberatan untuk menanggalkan ego dan mengubah cara pendekatan Anda, bukan?
Untuk memenangkan orang-orang kepada Kristus, marilah kita luwes dalam metode, tetapi teguh dalam kebenaran! [PHM]
SH: Rat 1:1-22 - Jangan sampai dihukum (Jumat, 10 Desember 2010) Jangan sampai dihukum
"Ah..." sebuah kata yang menandakan penyesalan membuka kitab ini dan memberi petunjuk tentang bagaimana seharusnya kita memaham...
Jangan sampai dihukum
"Ah..." sebuah kata yang menandakan penyesalan membuka kitab ini dan memberi petunjuk tentang bagaimana seharusnya kita memahami kitab ini. Di dalam pasal 1 ada lima kali frase "keluh kesah" (atau secara harfiah "erangan, mengerang") digunakan (4, 8, 11, 21, 22). Sungguh tragis, ratu yang dulunya begitu terhormat (bnd. Yer. 2:2) kemudian jadi orang yang terbuang dan hina (kata "jajahan" di ayat 1 secara harfiah bisa diartikan sebagai budak/pekerja rodi).
Seluruh pasal 1 menggambarkan kondisi Israel yang dihukum Tuhan dengan tidak tanggung-tanggung. Ia bukan sekadar menelantarkan kondisi yang sudah baik, tetapi menunggangbalikkan setiap tatanan yang ada dan mengorek kehormatan Israel sampai ke akar-akarnya sebagaimana digambarkan dalam ayat 5, mereka yang dulu adalah musuh kini berkuasa atas Israel. Karena dosa Israel yang mengabaikan Tuhan dan tidak menghiraukan kekudusan-Nya, maka Tuhan menyerahkan Israel ke dalam aib yang memalukan.
Bangsa yang hidup dalam kekudusan semu, dengan nabi-nabi dan imam-imam yang bertindak sesuka hati, kini mendapati diri mereka berada di dalam kubangan kenajisan yang melekat pada diri mereka begitu rupa sehingga akal budi mereka pun tak kuasa menanggungnya (9). Beban itu begitu berat, seakan tak ada harapan atau masa depan bagi mereka.
Separuh dari pasal pertama (1-11) dituliskan oleh Yeremia dari sudut pandangnya sendiri sebagai orang pertama. Lalu bagian kedua (12-22) ditulis dengan personifikasi Yerusalem sebagai "aku". Api yang dikirim Tuhan hingga ke dalam tulang (13), kekuatan yang dihisap habis hingga melumpuhkan (14), dan kebinasaan yang ditimpakan kepada para pemimpin (19), mengingatkan kita bahwa ketika Tuhan memilih kita untuk menjadi umat-Nya, kita dituntut untuk hidup menurut standar Tuhan. Jika kita bermain mata dengan ketidakbenaran dan hidup dalam kekudusan semu, Ratapan 1 memperingatkan kita bahwa Dia tidak akan segan-segan menghajar kita demi kebaikan kita sendiri (bnd. Ibr. 12:10; Why. 3:19).
SH: Rat 1:1-22 - Keluhan dan permohonan (Minggu, 2 Maret 2014) Keluhan dan permohonan
Seorang istri yang masih muda, ditinggal mati suaminya secara mendadak. Ia menjadi janda dengan dua anaknya yang masih remaja....
Keluhan dan permohonan
Seorang istri yang masih muda, ditinggal mati suaminya secara mendadak. Ia menjadi janda dengan dua anaknya yang masih remaja. Kesedihan melanda hidupnya, kehilangan harapan dan masa depan.
Penulis Ratapan memulai ratapannya yang pertama dengan menggambarkan Yerusalem sebagai janda yang berduka dan meratap (1-11a).Bukan hanya kehilangan suami, semua teman dan kekasih ikut meninggalkannya (2). Para kekasih itu ialah bangsa-bangsa di sekeliling Yehuda yang dulu menjadi rekan sekutunya menghadapi Babel (lih.Yer.22:20). Nyata jelas mereka bukan teman sejati. Kondisi sedemikian diakui Yerusalem sebagai hukuman dosa dari Tuhan (5). Yerusalem sadar sepenuhnya akan kejahatan dan keberdosaannya (8-9) sehingga pantas menerima hukuman keras. Hukuman itu ialah Tuhan mengizinkan para musuh yang dahulu dilarang mengusik umat-Nya untuk menjarah kota Yerusalem dan bait sucinya (10).
Pada bagian kedua (11b-22), penulis mengidentifikasikan diri ("aku") dengan Yerusalem.Ia sadar bahwa dosa-dosanya begitu dahsyat sehingga ia mengakui bahwa murka Allah memang pantas diterimanya.Justru oleh karenanya, ia memberanikan diri memanjatkan doa mohon belas kasih Allah. Ia sadar kalau sudah begini, hanya Tuhan yang tetap mengasihinya, betapa pun murka-Nya atas kejahatannya. Maka, seraya mengaku dosa dan menerima segala konsekuensinya, ia tetap berharap belas kasih-Nya.
Kepada siapa lagi kita harus berpaling kala deraan murka Allah melanda hidup kita saat kita bermain-main dengan dosa? Dia murka dan menghukum bukan untuk membinasakan melainkan untuk mendisiplin, memurnikan, supaya akhirnya bisa memulihkan umat-Nya dalam kekudusan dan kemuliaan. Kristus menjadi alasan keberanian kita untuk meminta pengampunan Allah bila kita jatuh, supaya kita bisa bangkit kembali.
SH: Rat 1:1-22 - Tidak Ada yang Kekal (Minggu, 12 November 2017) Tidak Ada yang Kekal
Secara keseluruhan, Kitab Ratapan terdiri dari lima syair. Isinya berupa ratapan atas jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel...
Tidak Ada yang Kekal
Secara keseluruhan, Kitab Ratapan terdiri dari lima syair. Isinya berupa ratapan atas jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel, kehancurannya serta kisah Masa Pembuangan. Hal ini terjadi pada 586 sM.
Meski kitab ini pada umumnya bernuansa sedih, namun di dalamnya ditemukan pelbagai ungkapan kepercayaan kepada Allah. Bahwa ada harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair dalam kitab ini digunakan orang Yahudi dalam ibadah pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung.
Dalam 1:1-22, Yeremia melukiskan adanya kesunyian yang mencekam karena suasana duka. Kejayaan negeri yang dahulunya dikenal dan dihormati bangsa-bangsa hanya tinggal puing-puing penderitaan. Kelaparan dan kematian, Kota Yerusalem dan Bait Allah hancur, raja-raja dan para pangeran dibunuh dan ditawan, serta umat mengalami penghinaan dari para musuhnya. Bangsa-bangsa yang tadinya berteman dengan mereka sekarang acuh tak acuh, bahkan mencibir nasib mereka. Semuanya ini terjadi karena dosa yang telah dilakukan oleh bangsa Yehuda (8). Mereka memberontak terhadap Tuhan dan kebenaran-Nya (20, 18). Para pemimpin mereka menjalankan pemerintahan secara tidak bertanggung jawab.
Dalam ratapannya, Yeremia sadar atas segala keluhannya. Ia berpaling kepada Tuhan dan menyatakan pengakuan dosanya di hadapan Tuhan (18). Yeremia mengakui kebesaran dan kuasa Tuhan (19). Ia memohon agar Tuhan membawa umat kembali kepada-Nya untuk diperbarui. Ia juga memohon agar hukuman yang Tuhan telah lakukan kepada mereka juga menimpa bangsa Babel.
Dalam ratapan Yeremia, kita belajar bahwa kejayaan itu tidak kekal. Ada saatnya semuanya hancur dan yang tersisa hanyalah kepedihan yang mendalam. Hanya Tuhanlah yang kekal. Karena itu, marilah kita letakkan hidup kita dalam tangan Tuhan dan bertekad tidak mengandalkan manusia, harta, kekayaan, kehormatan, dan kekuasaan yang kita miliki. Hiduplah senantiasa dalam persekutuan yang intim dengan-Nya dan berani membuka diri untuk dikoreksi oleh Tuhan. [MH]
Pengantar Kitab Daniel
Banyak orang terpesona dengan nubuat. Nubuat-nubuat dalam Alkitab telah menjadi sensasi karena dianggap bisa membuat orang menentukan dengan tepat kapan akhir zaman terjadi. Kitab-kitab nubuat sebenarnya tidak hanya menginformasikan tentang masa depan, tetapi memberikan petunjuk kepada umat untuk hidup pada masa kini dengan tetap mengarahkan diri pada masa depan. Dan Kitab Daniel merupakan salah satu contoh kitab nubuat.
Kitab Daniel dapat dibagi menjadi dua bagian besar. Pertama, kisah tentang Daniel dan ketiga rekan sepembuangan, yang mengalahkan musuh-musuh mereka hanya karena percaya dan taat kepada Allah (ps 1-6). Kisah-kisah itu terjadi pada zaman kerajaan Babel dan Persia. Kedua, sejumlah penglihatan yang dilihat oleh Daniel (ps 7-12) . Dalam bentuk perlambang, penglihatan-penglihatan itu menggambarkan berkembangnya dan jatuhnya berbagai negara berturut-turut mulai dengan Babel. Selain itu, diramalkan juga jatuhnya Si Penjajah yang tidak mengenal Allah itu, serta kemenangan umat Allah.
Berkait akhir zaman, dalam Kitab Daniel dijelaskan adanya suatu waktu kesesakan yang besar. Namun, ini yang perlu dicatat, "... pada waktu itu bangsamu akan terluput .... Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal" (Dan. 12:1-2). Kitab Daniel berbicara soal kebangkitan orang mati, namun tidak semuanya mengalami hidup kekal. Inilah berita anugerah bagi setiap orang yang setia mengikut Tuhan.
Sejatinya, bagi setiap orang hari ini merupakan akhir zaman. Sebab tak seorang pun di antara kita yang bisa memastikan apakah kita masih bernafas esok hari. Dan karena hari ini adalah akhir zaman, setiakah kita sebagai umat Allah? Dan janji-Nya tetap, tidak berubah, "Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat." (Mrk. 13:13). Untuk itu kita bisa meneladani empat sekawan ini: Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego.
TFTWMS -> Rat 1:12-13; Rat 1:9-17
TFTWMS: Rat 1:12-13 - Penderitaan Diperlihatkan Penderitaan Diperlihatkan (Ratapan 1:12, 13)
Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Pandanglah dan lihatlah, Apakah ada kesedihan seperti kesed...
Penderitaan Diperlihatkan (Ratapan 1:12, 13)
Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Pandanglah dan lihatlah, Apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpakan TUHAN kepadaku, Untuk membuat aku merana tatkala murka-Nya menyala-nyala! Dari atas dikirim-Nya api masuk ke dalam tulang-tulangku; Dihamparkan-Nya jaring di muka kakiku, Didesak-Nya aku mundur; Aku dibuat-Nya terkejut, Kesakitan sepanjang hari" (1:12, 13).
Kaum itu ingin sekali penderitaan mereka diperhatikan (1:12). Mereka menangis minta pengertian dan simpati. Konteksnya tidak menyiratkan ketidakadilan, tapi jiwa-jiwa terluka yang menginginkan pertolongan ini hanya dijawab dengan suitan. Mereka ingin seseorang ikut merasakan kesedihan mereka, tetapi yang mereka dengar hanya cemoohan orang yang lewat (lihat 2:15; Yeremia 18:16; 19:8; Yehezkiel 33:28, 29). Kita hampir dapat mendengar dalam ayat 12 jeritan yang menyakitkan seperti Ayub:
"Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku, karena tangan Allah telah menimpa aku. Mengapa kamu mengejar aku, seakan-akan Allah, dan tidak menjadi kenyang makan dagingku?" (Ayub 19:21, 22).
Sumber penderitaan mereka secara jelas dinyatakan sebagai murka Tuhan yang menyala-nyala (1:12b; 2:1, 3, 21, 22; 3:1). Meski Ayub yang saleh bingung dalam menuduh Allah sebagai sumber penderitaannya (penyebab sebenarnya adalah Iblis; Ayub 2:3, 7), dosa Yehuda telah menyebabkan murka-Nya bangkit melawan mereka. Ini adalah langkah penting untuk membersihkan mereka dari kenajisan mereka (lihat Yehezkiel 23:25-49). Saat murka Allah mencapai tingkatan ini, tidak ada argumen—hanya terima saja.
Kejenuhan penderitaan itu disajikan dalam 1:13:
Ada api dalam tubuh—"Dari atas dikirim-Nya api masuk ke dalam tulang-tulangku." Ini bukan luka lecet atau penderitaan sedalam kulit. Penderitaan itu menembus tepat ke sumsum, di mana rasa sakitnya tidak dapat dipadamkan. Kiasan ini menggambarkan kesengsaraan yang mendalam.
Ada jerat eksternal karena "dihamparkan-Nya jaring di muka kakiku." Tidak ada kaki yang akan cukup cepat untuk luput dari jaring-Nya!
Ada keadilan yang tak terhindarkan. "Didesak-Nya aku mundur."20Ini adalah istilah yang luas, tetapi dalam seluruh penggunaannya makna tentang dominasi dan tuntutan yang tersirat meyakinkan kita bahwa seseorang—Allah, dalam hal ini—bertanggung jawab dan pegang kendali. Ia berkuasa untuk mengusir, mendorong mundur, dan menolak. Yehuda terluka karena mereka menolak untuk menaati perintah-perintah-Nya.
Keterkejutan khusus telah menjadi kenyataan. "Ia telah membuat aku terasing." "Terasing"21melibatkan lebih daripada ditelantarkan. Maknanya yang lebih dalam adalah tentang kehancuran, ketakutan, dan keterhenyakan. Meski Yeremia dan nabi-nabi lainnya telah memperingatkan bencana ini selama lebih dari dua puluh tahun, namun Yehuda dan Yerusalem sangat tidak siap untuk pukulan yang menghancurkan itu.
Ada gelombang penyakit dan kesedihan yang terus-menerus. "Ia telah membuat aku …, pingsan sepanjang hari" (NASB). Istilah "pingsan"22adalah, berdasarkan penggunaan, campuran tentang orang yang sakit, cemar, dan najis. Itu merupakan perasaan lemah yang khususnya muncul dari penyakit jiwa dan roh serta beban dalam tubuh.
TFTWMS: Rat 1:9-17 - Keprihatinan Atas Keruntuhan Total KEPRIHATINAN ATAS KERUNTUHAN TOTAL (Ratapan 1:9c-17)
Ayat-ayat ini mengungkap persepsi menyakitkan tentang pembalasan ilahi atas kota yang penuh dosa...
KEPRIHATINAN ATAS KERUNTUHAN TOTAL (Ratapan 1:9c-17)
Ayat-ayat ini mengungkap persepsi menyakitkan tentang pembalasan ilahi atas kota yang penuh dosa. Umat itu ingin Tuhan melihat apa yang telah dilakukan (1:9, 11, 12). Mereka menyatakan bahwa Ia telah melakukan hal itu dalam murka-Nya yang menyala-nyala (1:12), menyerahkan umat-Nya ke dalam tangan musuh yang tidak dapat dilawan oleh putri Yehuda (1:14). Delapan kali dalam ayat 12 sampai 17, kata ganti orang "Ia" dan "[milik]-Nya" menyatakan bahwa Allah mendatangkan hal-hal ini ke atas mereka. Dua puluh kali, kata ganti orang "Aku," "[kepada]ku," dan "[milik]ku" menyatakan bahwa hal-hal itu dilakukan ke atas Yakub, atau anak-anak dara Yehuda— kiasan untuk umat Allah.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul k...
Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
- (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
- (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
- (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
- (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
- (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
- (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
- (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
- (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
- (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
- (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
- (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
- (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
- (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Full Life: Ratapan (Garis Besar) Garis Besar
I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22)
A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7)...
Garis Besar
- I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22) - A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7) - B. Penyebab Kebinasaan Kota Itu
(Rat 1:8-11) - C. Penderitaan Penduduk Kota Itu
(Rat 1:12-22) - II. Murka Allah dan Kesedihan Yerusalem
(Rat 2:1-22) - A. Murka Allah Terhadap Sion
(Rat 2:1-9) - B. Penderitaan Berat Penduduk Yerusalem
(Rat 2:10-17) - C. Permohonan Nabi akan Belas Kasihan
(Rat 2:18-22) - III.Umat Allah yang Tersiksa dan Harapan Mereka
(Rat 3:1-66) - A. Seruan Keputusasaan
(Rat 3:1-18) - B. Pengakuan Adanya Pengharapan
(Rat 3:19-39) - C. Panggilan untuk Bertobat
(Rat 3:40-42) - D. Penderitaan Sang Nabi
(Rat 3:43-54) - E. Doa Sang Nabi
(Rat 3:55-66) - IV. Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Sion
(Rat 4:1-22) - A. Perbandingan Masa Lalu dan Masa Kini Sion
(Rat 4:1-12) - B. Penyebab Sion Dihancurkan
(Rat 4:13-20) - C. Hukuman bagi Edom dan Pemulihan Yehuda
(Rat 4:21-22) - V. Doa Memohon Pemulihan
(Rat 5:1-22) - A. Kebutuhan akan Pengampunan
(Rat 5:1-15) - B. Pengakuan Dosa
(Rat 5:16-18) - C. Permohonan untuk Pemulihan
(Rat 5:19-22)
Matthew Henry: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tert...
- Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tertawa, dan pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, maka alangkah baiknya jika kita membaca dan merenungkan pasal-pasal yang memilukan dari kitab ini, bukan hanya dengan rela hati, tetapi juga dengan harapan untuk membangun diri kita sendiri olehnya. Dan, supaya kita dapat melakukan ini, kita harus mempersiapkan diri kita supaya boleh turut bersedih dengan hati yang kudus dan ikut menangis bersama sang nabi yang menangis. Marilah kita renungkan,
- I. Judul kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini memiliki satu judul, tetapi disebut (seperti kitab-kitab Musa) berdasarkan kata yang pertama, Ecah GÇô Bagaimana. Tetapi para penafsir Yahudi menyebut judul tersebut, seperti orang-orang Yunani, dan kita mengikuti mereka, Kinoth GÇô Ratapan (-ratapan). Sama seperti kita mempunyai syair-syair atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan sukacita, demikian pula kita mempunyai sajak-sajak atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan ratapan. Sedemikian beragamnya cara-cara yang dipakai oleh sang Hikmat Tak Terbatas untuk bekerja pada diri kita dan menggugah perasaan-perasaan kita, supaya Ia bisa melembutkan hati kita dan menanamkan hati itu dengan kebenaran-kebenaran ilahi, seperti layaknya lilin meterai. Kami tidak hanya sudah meniup seruling bagimu, tetapi juga sudah menyanyikan kidung duka (Mat. 11:17).
- II. Penulis kitab ini. Penulisnya Yeremia sang nabi, yang di sini menjadi Yeremia sang penyair. Jadi ia nabi sekaligus penyair. Oleh karena itulah kitab ini pantas ditempatkan setelah kitab nubuatnya, dan seperti menjadi lampiran untuk nubuatnya itu. Dalam kitab nubuatnya kita sebagian besar mendapati nubuat-nubuat tentang kehancuran Yehuda dan Yerusalem, dan kemudian sejarah tentang keduanya, untuk menunjukkan betapa nubuat-nubuat itu digenapi dengan tepat, untuk meneguhkan iman kita. Sekarang dalam kitab ini kita mendapati ungkapan-ungkapan dukacita sang nabi atas peristiwa-peristiwa itu, untuk menunjukkan betapa ia sangat tulus dalam pernyataan-pernyataan yang sering kali dibuatnya bahwa ia tidak menginginkan hari celaka, tetapi bahwa, sebaliknya, penglihatan akan hari itu justru memenuhi dirinya dengan kepahitan. Ketika ia melihat malapetaka-malapetaka ini dari kejauhan, ia berharap sekiranya kepalanya penuh air dan matanya jadi pancuran air mata. Dan, ketika malapetaka-malapetaka itu datang, ia memperlihatkan bahwa ia tidak menutup-nutupi keinginan itu, dan bahwa ia sama sekali tidak membenci negerinya, yang merupakan kejahatan yang dituduhkan kepadanya oleh musuh-musuhnya. Negerinya sudah berlaku sangat jahat terhadapnya, dan kehancurannya merupakan bukti bahwa ia adalah nabi yang benar, dan sekaligus menjadi penghukuman terhadap mereka karena menganiaya dia yang dituduh sebagai nabi palsu. Bisa saja ia tergoda untuk bersorak-sorai atas kehancuran negeri itu, namun ia meratapinya dengan sedih. Dan dalam hal ini ia menunjukkan perangai yang lebih baik daripada perangai Yunus berkenaan dengan Niniwe.
- III. Terjadinya Ratapan-ratapan ini. Ratapan-ratapan ini timbul karena terjadinya kehancuran Yehuda dan Yerusalem oleh tentara Kasdim dan bubarnya pemerintahan Yahudi, baik masyarakat maupun jemaat, sebagai akibat kehancuran itu. Sebagian dari rabi-rabi beranggapan Ratapan-ratapan ini dituliskan Yeremia oleh karena kematian Yosia, yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 35:25. Tetapi, meskipun benar bahwa kematian Yosia itu membukakan pintu bagi semua malapetaka yang mengikutinya, namun Ratapan-ratapan ini tampak dituliskan ketika Yeremia melihat langsung, dan bukan ketika ia mendapat penglihatan tentang, malapetaka-malapetaka itu. Jadi ratapan ditulis ketika malapetaka-malapetaka itu sudah datang, dan bukan ketika masih jauh. Dan dalam ratapan-ratapan ini tidak ada ditujukan sesuatu tentang Yosia, dan pujian terhadapnya, seperti yang pasti harus ada bila ratapan-ratapan itu memang untuk dia. Tidak, pemakaman Yerusalemlah yang menjadi pokok bahasan sajak ini. Sebagian rabi lain berpendapat bahwa Ratapan-ratapan ini termuat dalam gulungan kitab yang ditulis Barukh dari mulut Yeremia, dan yang dibakar Yoyakim. Dan mereka mengemukakan bahwa pada awalnya dalam kitab ini hanya ada pasal 1, 2, dan 4, tetapi bahwa dalam pasal 3 dan 5 ada banyak perkataan seperti itu yang kemudian ditambahkan. Tetapi pendapat ini hanyalah angan-angan yang tidak berdasar. Gulungan kitab itu dengan tegas dikatakan sebagai pengulangan dan ringkasan dari khotbah-khotbah sang nabi (Yer. 36:2).
- IV. Penyusunan ini. Penyusunannya tidak hanya bersifat puitis, tetapi juga menurut urutan abjad, semuanya kecuali pasal 5, seperti halnya beberapa mazmur Daud. Setiap ayat dimulai dengan huruf dalam urutan abjad Ibrani, pertama alef, kedua beth, dst. Tetapi pasal 3 adalah abjad rangkap tiga, tiga ayat pertama dimulai dengan alef, tiga ayat berikutnya dimulai dengan beth, dst. Hal ini membantu ingatan (karena lagu-lagu pendek yang memilukan ini dimaksudkan untuk dihafal) dan penulisannya elok menurut penilaian pada waktu itu, dan karena itu tidak boleh dipandang rendah sekarang. Mereka mencermati bahwa dalam pasal 2, 3, dan 4, huruf pe ditempatkan sebelum ain, yang dalam semua abjad Ibrani seharusnya ditempatkan sesudahnya. Untuk alasan itu, Dr. Lightfoot menawarkan dugaan ini, bahwa huruf ain, yang merupakan huruf bilangan untuk Septuaginta (LXX; Alkitab terjemahan bahasa Yunani GÇô pen.), dengan ditaruh di tempat yang salah seperti itu, menjadi menakjubkan, untuk mengingatkan mereka akan tujuh puluh tahun yang pada akhirnya Allah akan memulihkan pembuangan mereka.
- V. Kegunaannya. Kegunaanya sangat besar, tidak diragukan lagi, bagi orang-orang Yahudi yang saleh dalam penderitaan-penderitaan mereka. Kitab ini melengkapi mereka dengan bahasa rohani untuk mengungkapkan kesedihan alami mereka, membantu melestarikan ingatan yang tetap segar akan Sion di antara mereka, dan anak-anak mereka yang tidak pernah melihatnya, ketika mereka berada di Babel. Hal ini bisa mengarahkan air mata mereka kepada saluran yang tepat (sebab di sini mereka diajar untuk berduka atas dosa dan berduka kepada Allah). Bersamaan dengan itu, kitab ini mendorong harapan-harapan mereka bahwa Allah masih akan kembali dan berbelas kasihan terhadap mereka. Dan kitab ini berguna bagi kita, untuk membuat kita tergerak dengan dukacita menurut kehendak Allah atas malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah, seperti yang sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang merupakan anggota-anggota jemaat Allah yang giat, dan yang menetapkan hati untuk ambil bagian bersama jemaat.
Jerusalem: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk ...
RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk "lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani ddan Vulgata, kitab Ratapan menyusul kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya. Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25 dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9. Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20, atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17. Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4 kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada thn. 587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka- cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci. Liturgi Gereja katolik memanfaatkan kitab ini dalam Pekan Suci yaitu di masa renungan mengenai drama yang pernah berlangsung di gunung Kalvari.
BARUKH
Kitab Barukh termasuk kitab-kitab deuterokanonika, yang tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani (LXX) menempatkan kitab ini antara kitab Yeremia dan kitab Ratapan. Dalam terjemahan Latin, Vulgata, kitab Barukh menyusul kitab Ratapan. Menurut kata pendahuluan, Bar 1:1-14, kitab ini dikarang oleh Barukh, juru tulis nabi Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat ke pembuangan Kitab ini dikirim ke kota Yerusalem untuk dibicarakan dalam upacara- upacara ibadat. Isi kitab Barukh terdiri atas: sebuah doa pengakuan dosa dan harapan Bar 1:15-3:8, sebuah sajak kebijaksanaan, Bar 3:9-4:4, di mana pengarang menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, dan sebuah nubuat, Bar 4:5- 5:9; dalam bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata kepada kaum buangan, sedangkan nabi memberi hati dengan mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Doa yang tercantum dalam Bar 1:15-3:8, yang mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19, aslinya pasti dikarang dalam bahasa Ibrani. Mungkin sekali kedua bagian kitab Barukh berikut juga aslinya dikarang dalam bahasa yang sama. Seluruh kitab agaknya digubah di pertengahan abad ke-1 seb. Mas.
Dalam Alkitab Yunani (LXX) kitab Barukh dipisahkah dari kitab Surat Yeremia padahal Vulgata menyatukan Surat Yeremia dengan kitab Barukh, bab 6, dan memberi kepadanya judul tersendiri.
Surat Yeremia adalah suatu urauan yang menyerang pemujaan berhala. Dengan gaya bahasa yang dangkal pengarangnya menguraikan beberapa pokok yang sudah digarap dalam Yer 10:1-16 dan Yes 44:9-20. Pemujaan berhala yang diserang ialah yang lazim di negeri Babel di zaman agak belakangan. Surat Yeremia yang aslinya mungkin dikarang dalam bahasa Ibrani itu berasal dari zaman Yunani. Tetapi tanggal penyusunannya tidak dapat dipastikan lebih jauh. 2Mak 2:1-3 barangkali menyinggung tulisan itu.
Di Qumran ditemukan sebuah kepingan suatu naskah Yunani Surat Yeremia. Menurut ilmu paleografi kepingan itu berasal dari sekitar thn. 100 seb. Mas.
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia memperkenalkan kepada kita kehidupan jemaat Yahudi di perantauan. Kita mendapat tahu, bahwa hidup keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan kota Yerusalem oleh doa, rasa hormat keagamaan terhadap hukum Taurat, semangat balas dendam kepada musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama dengan kitab Ratapan tulisan-tulisan itu memberi kesaksian, bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan muridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga. Sebab dalam abad ke-2 Mas. ada dua Apokalips yang dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani dan yang lain berbahasa Siria (ada yang beberapa kepingan sebuah terjemahan Yunani).
Ende: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2
Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentatione...
RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.
Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.
Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih
kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain
bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu
dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf
berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini,
bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja
dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf
apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad
tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan
lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua
baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu
ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi
tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2
baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur
(9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (
Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.
Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru
dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi
umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan
nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun
demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan
dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2
Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata
tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja
mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu
tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia
mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di
Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah
anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut
adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia
sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2
ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti
mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama
Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu
bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan,
jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah,
bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal
mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan
urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi
argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap
itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah
daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2
itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan
tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu
sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam
kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia,
tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut,
diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian
kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji
(3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3).
Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20,
jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja
tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan
Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.
Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).
Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.
Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).
Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN RATAPAN 1
Penderitaan Dari Dosa
Ratapan merupakan pelepasan beban dan kebingungan; itu menggambarkan rasa sakit dan kehancuran. ...
JERIT KEPRIHATINAN RATAPAN 1
Penderitaan Dari Dosa
Ratapan merupakan pelepasan beban dan kebingungan; itu menggambarkan rasa sakit dan kehancuran. Kesengsaraan yang diungkapkan oleh nabi itu difokuskan pada bencana nasional yang menyelimuti pemandangan itu dengan rasa malu dan penderitaan. Bencana dan kehancuran itu dilihat dari titik pandang yang berbeda dan oleh orang yang berbeda dalam kitab itu,1dengan kelap-kelip harapan bahwa hari yang lebih baik akan datang (3:21, 24). Pelbagai gelagat tentang harapan ini sebagian besar diredam oleh jerit keprihatinan ketika nabi itu meratapi sisa-sisa reruntuhan yang membara dari masa lalu Yehuda yang keemasan dan mulia. Suasana hati itu diungkapkan dalam kata-kata ini oleh Alfred, Lord Tennyson:
Oh, tapi kami percaya entah bagaimana kebaikan Akan menjadi tujuan final keburukan, Bagi kepedihan alam, dosa keinginan, Kelemahan keraguan, dan noda darah;
Tidak ada yang berjalan kaki tanpa tujuan; Tidak satu nyawa pun akan dibinasakan, Atau dilemparkan seperti sampah kepada kehampaan, Ketika tumpukan itu telah Allah selesaikan;
Lihatlah, kita tidak tahu apa-apa: Aku hanya dapat percaya bahwa kebaikan akan timbul Akhirnya—jauh sekali—akhirnya, bagi semuanya, Dan setiap musim dingin berubah ke musim semi.
Begitulah mimpiku; tapi apakah aku? Bayi yang menangis di malam hari: Bayi yang menangis minta terang: Dan tanpa bahasa kecuali tangisan.2
Pasal 1 berfokus pada kota itu. Yerusalem adalah titik fokus bagi semua kebodohan dan kesedihan. Dominasi kota itu dalam pasal ini terbukti dengan ungkapan itu. "Yerusalem" disebut 3 kali (1:7, 8, 17), "Sion" 3 kali (1:4, 6, 17), "kota" dua kali (1:1, 19), dan kata ganti orang yang mengacu kepada kota itu ("dia," "[milik]nya," "[kepada]ku," "[milik]ku," "Aku," "dirinya sendiri") sekitar 100 kali dalam 22 ayat!
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN
RATAPAN
Puisi Penderitaan
Salomo menulis, "Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah ...
JERIT KEPRIHATINAN
RATAPAN
Puisi Penderitaan
Salomo menulis, "Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya"; "Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria" (Pengkhotbah 7:2, 4). Dalam pandangan kata-kata terilham ini, nyanyian Ratapan lima pasal, puisi yang panjang tentang penderitaan dan kematian, pastinya memenuhi syarat sebagai karya besar sastra mengenai apa yang lebih baik!
Kitab Ratapan bisa saja disebut aliran sungai air mata, tapi pelbagai gambaran di dalam kitab itu tidak dapat sepenuhnya mencerminkan kesengsaraan intens orang-orang Yahudi. Kitab yang pendek ini mengenakan selubung kesedihan, menggemakan pesan tentang harga dosa. Dari awal sekali, kota Yerusalem yang kesepian digambarkan sebagai seorang perempuan yang menangis dengan sedihnya, sebagai seorang janda yang duduk berduka cita karena perbudakan yang berat dan berkabung, di tengah-tengah penderitaan (1:1-3). Setiap persepsi yang menyakitkan; setiap sentimen adalah jeritan hati yang hancur. Kitab itu "dapat dengan benar disebut karya besar kesedihan yang mendalam dari semua literatur dunia."1
Yerusalem dihancurkan pada tahun kesebelas, bulan keempat, dan hari kesembilan pemerintahan Raja Zedekia (Yeremia 39:1-9). Itu pasti tragedi yang paling signifikan yang terjadi dalam sejarah politik dan agama umat Allah-dari Keluaran dari Mesir sampai titik klimaks kehancuran kota itu. Peristiwa penting itu, dengan akibat buruknya, mencetuskan penulisan Kitab Ratapan. Yerusalem, tempat di mana Allah rindu untuk bertemu dengan umat-Nya yang setia (2 Tawarikh 7:12-16), dihancurkan atas perintah Nebukadnezar, raja Babel. Bagi orang Ibrani melihat kota suci mereka terbakar adalah pengalaman yang menghantui dan memalukan. Meski sudah berkali-kali diberikan peringatan sebelumnya bahwa saat seperti itu akan datang (lihat Yeremia 1:15, 16; 7:1-15; 38:17-23), orang-orang Yahudi itu sama sekali tidak siap bagi kejatuhan mereka (Yeremia 5:11-13; 16:10; 37:9, 10). Sejak pembebasan yang terjdi pada zaman Raja Hizkia, orang-orang itu percaya bahwa Yerusalem aman dan tidak akan pernah jatuh (lihat 2 Raja 19:14-37). Oleh karena itu, itu merupakan pukulan yang tiba-tiba, mengejutkan ketika tembok-tembok Yerusalem dijebol dan bait suci dibakar. Kitab Ratapan adalah upaya puitis untuk menggambarkan kehancuran itu dan mengungkapkan suasana hati orang-orang yang ditaklukkan ini.
Penulis itu dipersiapkan untuk tugas itu oleh pengilhaman Allah, namun juga dengan ikut mengalami pelbagai peristiwa kehancuran ini. Kitab Ratapan ditulis tidak lama setelah jatuhnya Yerusalem, sehingga pelbagai adegan yang mengerikan itu masih segar dalam ingatan; kengerian itu masih melintas di depan matanya. Saat ia melihat kota itu teronggok dalam kehancuran yang membara, ia menuliskan kitab tentang kehancuran dan keputusasaan ini dengan cara yang banyak memberi kita pelajaran.
SIAPAKAH YANG DIUNTUNGKAN DARI STUDI INI?
Sebelum mempelajari Kitab Suci tertentu, perhatikanlah jenis orang berikut ini yang akan diberkati oleh studi kita atas kitab Ratapan:
- 1. Mereka yang saat ini menanggung beban berat.
- 2. Mereka yang mengalami perlakuan tidak adil tetapi harus terus melakukan apa yang benar.
- 3. Mereka yang peduli dengan hubungan mereka dengan Allah.
- 4. Mereka yang tidak peduli dengan hubungan mereka dengan Allah.
- 5. Mereka yang terbenam dalam dosa dan butuh dorongan untuk memulihkan harapan mereka.
- 6. Mereka yang lebih mengandalkan manusia daripada Pencipta mereka. Peringatan yang serius diberikan dalam puisi ini mengenai harga kebodohan semacam itu.
- 7. Mereka yang secara tragis menderita kehilangan dan butuh kekuatan untuk bangkit mengatasi kesedihan mereka.
- 8. Mereka yang dapat membangun iman dari keadaan yang hancur.
- 9. Mereka yang butuh peringatan tentang betapa manusia dapat menipu!
- 10. Mereka yang ingin melihat keseimbangan antara murka Allah dan hati-Nya yang berbelas kasihan yang tidak akan pernah menjatuhkan kita jika kita percaya kepada Dia.
Puisi ini secara jelas menyajikan malapetaka yang menanti orang mana saja yang melupakan perintah kebenaran di negeri itu (lihat Roma 6:12, 13, 16-18; Matius 6:33; 1 Petrus 3:12-22).
SIAPAKAH PENULISNYA? Bukti Internal
Teks itu tidak memberikan nama penulisnya. Namun begitu, teks itu memberi secara spesifik sifat, karakter, dan keprihatinan penulis itu. Kita dapat menyimpulkan siapakah penulis itu sebenarnya.
- 1. Penulis itu sangat mengenal baik rincian tentang Yerusalem. Kedudukan masa lalu kota itu sebagai "agung di antara bangsa-bangsa" (1:1) telah memburuk sampai penulis itu mengatakan, "Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis" (1: 2) dan merasa tidak ada yang menghibur dia (1:16). Ia tahu keadaan Yehuda saat itu, di mana, ia berkata, "Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita" (1:4). Ia memberikan rincian tentang gerbang-gerbangnya, para imamnya (1:4, 19), dara-daranya, musuh-musuhnya, dan karakternya. Ia tahu tentang "banyak pelanggarannya" (1:5; lihat ayat 8, 18, 20, 22). Catatan tentang perbuatan tertentu oleh tua-tua (2:10) menunjukkan bahwa penulis itu adalah orang yang berada di lokasi saat Yerusalem jatuh ke tangan Babel.
- 2. Air mata penulis, tekanan emosional, dan penderitaan pribadi terhadap apa yang ia lihat dan dengar dari anak-anak dan kaum ibu (2:11-13) menegaskan kasihnya dan pengamatannya yang serius. Ia mengenal baik "penglihatan yang dusta dan hampa" dari masa lalu yang menjadi penyebab dari semua kesedihan itu (2:14). Ia meneliti bahaya sekarang dari "sekalian orang yang lewat," sambil bertepuk tangan "mengejek kamu" (2:15; NASB). Penulis itu tidak hanya ikut merasakan tindakan tragis duniawi, namun rasa sakit itu semakin sakit oleh sebab ia tahu bahwa yang telah melakukan hal itu adalah Allah "dalam kegeraman murka-Nya" (2:6). Pasal 2 mengungkapkan fakta ini (lihat kata ganti "Ia" dan "Nya" dalam 2:1-9, 17). Hanya orang yang diilhamkan oleh Allah yang dapat mengetahui pelbagai rincian ini.
- 3. Dalam pasal 3, penulis itu menelusuri perjalanannya sendiri melalui pemahaman pribadi tentang apa yang Allah perbuat untuk membuat dia bertahan (3:8-18), namun kemudian ia merenung dengan harapan (3:21, 24, 29) tentang apa yang sebenarnya Allah sedang lakukan (3:19-38). Ia kemudian merunut balik periode pemberontakan dan keraguan secara nasional dan pribadi terhadap Allah, dengan menyimpulkan bahwa Allah "dekat tatkala aku memanggil-Mu" (3:57). Pasal ini diakhiri dengan kepercayaan kepada Allah (3:64-66). Bila dilihat seperti itu, pasal ini menawarkan pengertian yang besar tentang penulis kitab Ratapan itu. Apakah ada nabi yang dikenal pada zaman itu yang melangkah melalui pola pikir keraguan dan memperdalam, mengembangkan kepercayaan kepada Allah?2
- 4. Penulis itu memberikan survei sekilas tentang harga mahal yang harus dibayar untuk dosa (4:1-10), menunjukkan alasan bagi murka Tuhan dan kejatuhan bangsa itu (4:11-22). Ia mengerti mengapa umat Allah di bawah naungan-Nya akan "hidup di antara bangsa-bangsa" (4:20); ia tahu bahwa Penawanan itu perlu dan dibenarkan.
- 5. Penulis mengakhiri dengan permohonan penuh doa agar Tuhan mengingat pemandangan menyedihkan, memuakan yang ada di hadapannya (5:1-18). Ia tahu bahwa penyebabnya adalah dosa yang terus diperbuat (5:7, 16). Ia juga mengakui posisi berdaulat Allah, mengakhiri dengan permohonan yang memilukan: "Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!" (5:21). Sebagai patriot yang setia, ia merindukan bangsanya kembali kepada Allah. Siapakah di tempat kejadian itu yang sesuai dengan gambaran itu?
Meski kitab itu tidak menyebutkan nama penulisnya, perhatian yang cermat terhadap bukti internal-mencakup sifat dan karakter penulis itu-menyisakan sedikit keraguan tentang orang yang terilham yang sesuai dengan fakta-fakta ini. Satu-satunya nabi yang dikenal yang tinggal di Yerusalem ketika bangsa itu jatuh ke tangan Babel adalah Yeremia!
Paralelisme Yeremia dan Kitab Ratapan
Ketika kita membandingkan Kitab Yeremia dan Kitab Ratapan, kesamaan antara dua kitab itu membuat kita berpikir bahwa orang yang menulis kitab yang satu menulis juga kitab lainnya. (Perhatikanlah kesamaan dalam bagan di bawah ini.) Nada dan pelbagai kebenaran dalam kedua kitab itu adalah sama. Keduanya secara berulang kali menekankan bahwa hukuman menimpa Yehuda karena dosa-dosanya dan karena penghakiman Allah terhadap dia. Kejahatan para nabi dan para imam ditekankan pada kedua kitab itu. Frasaologi yang konsisten itu mengarah kepada satu penulis sebagai pengarang kedua kitab itu.
Kesamaan Frasa Dalam Yeremia & Ratapan Menunjukkan Penulis Yang Sama |
||
Yeremia |
Frasa Yang Sama |
Ratapan |
Acuan kepada sekutu sebagai kekasih |
||
30:14 |
Besarnya kejahatan/banyaknya dosa |
|
13:22, 26 |
Kejahatan diekspos/kain yang najis |
|
8:21 |
"Menginjak-injak puteri Yehuda" |
|
9:1, 18; 13:17 |
Mata/menangis dengan sedihnya |
|
33:5; lihat 30:14 |
Dibunuh sebagai musuh/ "dalam murka-Ku" |
|
Dosa-dosa para nabi/para imam |
||
6:25; 20:10 |
Teror pada setiap sisi |
|
19:9 |
Karna lapar/para ibu memakan anak-anak |
|
8:1 1 |
"Keruntuhan puteri bangsaku" |
|
20:7 |
Menjadi tertawaan |
|
9:15; 23:15 |
Mengenyangkan dengan kepahitan |
|
38:6 |
Dilemparkan hidup-hidup dalam lobang |
|
11:20 |
Mengadakan pembalasan terhadap mereka, |
|
18:6; 19:1-13 |
Kiasan belanga-belanga tanah |
|
Pengejar lebih cepat daripada rajawali |
||
49:7, 12 |
Edom/piala (murka) |
|
13:18 |
Mahkota jatuh dari kepala |
Bukti Eksternal
James E. Smith memberikan fakta-fakta penting berikut ini mengenai kepengarangan kitab Ratapan:
Sumber tertulis paling awal yang mengaitkan kitab itu kepada Yeremia adalah kitab Ratapan versi bahasa Yunani. Terjemahan kitab Ratapan ini kemungkinan besar selesai sekitar tahun 200 S. M. yang berisi catatan pengantar yang berbunyi: "Dan terjadilah setelah orang Israel dibuang sebagai tawanan dan Yerusalem menjadi sunyi sepi sehingga Yeremia duduk menangis, dan ia meratap dengan ratapan ini atas Yerusalem.…"
Talmud, wadah yang sangat besar yang berisi hukum dan tradisi Yahudi, menyatakan: "Yeremia menulis kitabnya, Raja-raja dan kitab Ratapan."
Semua Bapa Gereja kuno menganggap Yeremia sebagai penulis kitab Ratapan.3
Dengan menggabungkan bukti internal, kesamaan nada dan pemikiran di dalam Kitab Yeremia dan Kitab Ratapan, ditambah bukti sejarah, kita menyimpulkan bahwa Yeremia adalah penulisnya.4
BAGAIMANA TENTANG JUDUL & LOKASINYA
Dengan mengikuti pola kitab Perjanjian Lama, kitab Ratapan awalnya memperoleh judulnya dari kata Ibrani pertama dalam kitab itu- ekah,5yang menjadi bentuk "Bagaimana…!" yang mengherankan yang lebih daripada sekedar kata pengantar untuk mengajukan pertanyaan. Kata itu menegaskan keheranan yang mencengangkan terhadap kehancuran yang penulis itu diminta untuk menggambarkannya. Dalam 1:1, 2:1, dan 4:1 kata itu digunakan untuk meneriakkan betapa mengerikan, betapa hebat bencananya, betapa menyeluruh kehancuran atas keindahan, hilangnya tanah kota elit Sion!
Belakangan guru-guru Yahudi memberikan judul Qinoth, atau "ratapan." Terjemahan ini mungkin telah mempengaruhi para pakar yang belakangan menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani. Dalam Septuaginta kitab itu dinamai menurut isinya, Threnoi, kata Yunani yang berarti "ratapan" atau "air mata," sedangkan dalam Vulgata Latin kitab itu berjudul "Ratapan Yeremia."
Kitab Ratapan pada mulanya tampaknya didapati sebagai lampiran dalam kitab Yeremia. Josephus menulis bahwa orang Ibrani memiliki dua puluh dua kitab "yang dianggap sebagai ilahiat."6Ada lima kitab Hukum (Kejadian sampai Ulangan), tiga belas kitab Para Nabi, dan empat kitab berisi lagu-lagu dan himne (Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, dan Kidung Agung). Pada waktu itu, 1 dan 2 Samuel adalah satu kitab, seperti juga 1 dan 2 Raja-raja, 1 dan 2 Tawarikh, dua belas nabi kecil, dan Ezra dan Nehemia. Dengan menambahkan empat kitab nabi besar (Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel), ditambah Yosua, Hakim-hakim, Rut, Ayub, Ester, dan Ratapan, kita memiliki lima belas kitab nubuat. Namun begitu, jika kita menganggap Hakim-hakim dan Rut sebagai satu kitab, dan menempatkan Ratapan dan Yeremia sebagai satu kitab, kita kemudian akan memiliki tiga belas kitab nubuat, empat kitab nyanyian dan himne, dan lima kitab Hukum (13 + 4 + 5 = 22). Dengan cara ini, kita tiba pada 22 kitab yang "dianggap ilahiat" oleh orang Ibrani. Juga, ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa kitab Ratapan memiliki kaitan dengan kitab Yeremia. Sejumlah penulis awal menyinggung 22 kitab dalam Alkitab Ibrani.7"Bapak gereja mula-mula, Jerome, menegaskan bahwa kitab Ratapan pernah berada dalam gulungan kitab yang sama dengan kitab Yeremia."8
BAGAIMANAKAH BENTUKNYA & GAYA SASTRANYA? Puisinya
Kitab Ratapan adalah contoh klasik tentang puisi Ibrani, puisi berisi pemikiran ketimbang sajak. Pemeriksaan singkat dalam Alkitab bahasa Inggris akan menunjukkan pasal 1, 2, 4, dan 5 memiliki 22 ayat dan pasal 3 memiliki enam puluh enam ayat. Ini merupakan sebuah pola tentang niat ketimbang kebetulan. Mengetahui hal ini dapat membantu kita untuk memahami pesan yang diberikan. Baris kedua dan ketiga dari setiap ayat dalam bahasa Ibrani berhubungan dengan, atau mengulangi, pemikiran dari baris pertama, dengan kata-kata yang berbeda. Pola ini diacukan sebagai paralelisme sinonimus, atau jika berbeda dengan pemikiran baris pertama, disebut sebagai paralelisme antitesis. Ratapan dalam bahasa Ibrani memiliki apa yang disebut ritme ratapan (Qinah), yang tidak terlihat dalam terjemahan bahasa Inggris/Indonesia. Irama dalam ritme Qinah menempatkan baris kedua dari setiap ayat satu tekanan lebih pendek daripada baris pertama, dengan baris ketiga mirip dengan baris yang pertama.
Karakteristik lain yang unik dari gaya sastra itu adalah bahwa pasal 1 sampai 4 berada dalam bentuk akrostik abjad, setiap bagian dimulai dengan huruf yang berurutan dari abjad Ibrani (22 huruf).9Pasal 1 dan 2 identik dalam bentuk, masing-masing terdiri dari 66 baris, yang diatur dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga baris dalam setiap ayat. Setiap kelompok disebut trikolon. Baris pertama dari trikolon pertama dimulai dengan huruf Ibrani, 'aleph, sedangkan baris pertama dari trikolon kedua, ayat 2, dimulai dengan huruf Ibrani kedua, beth, pola itu berlanjut terus sampai akhir pasal itu dan akhir abjad Ibrani Pasal 3, yang berisi enam puluh enam ayat, melipattigakan pola ini dengan sedikit variasi. Ada lagi 66 baris, tetapi masing-masing dari tiga baris pertama dimulai dengan 'aleph; masing-masing dari tiga baris berikutnya dimulai dengan beth, dan seterusnya. Dengan kata lain, setiap ayat dalam 3:1-3 dimulai dengan 'aleph dalam bahasa Ibrani, sementara setiap ayat dalam 3:4-6 dimulai dengan beth, dan pola itu berlanjut sehingga abjad Ibrani tercakup lagi dalam 66 ayat itu.
Pasal 4 sedikit dimodifikasi. Dalam pasal itu setiap ayat dimulai dengan huruf yang berbeda dari abjad Ibrani, namun kali ini setiap ayat hanya terdiri dari dua baris, disebut bikolon.
Pasal 5 bukanlah akrostik, dengan setiap ayat diawali dengan huruf alfabet Ibrani. Namun, itu juga memiliki 22 ayat, jumlah huruf dalam abjad Ibrani.
Mengingat pola-pola sastra ini dapat membantu pembaca untuk mengikuti pesan dan penekanan penulis itu,10bahkan ketika membaca dari terjemahan bahasa Inggris/Indonesia. Tuntutan dan rincian pola ini menunjukkan bahwa komposisi itu memerlukan pertimbangan dan perenungan yang cermat. Bentuk itu mungkin dikembangkan untuk tujuan penghafalan, untuk membantu orang Ibrani dalam melafalkan materi itu. Tambahkanlah hal itu dengan pengilhaman Roh Kudus (lihat 2 Petrus 1:20, 21), maka pembaca dapat yakin bahwa bentuk dan isinya layak untuk direnungkan.
Kata Ganti Orang
Panduan lain untuk memahami pentingnya kitab ini adalah dengan mempertimbangkan pola tentang kumpulan pikiran yang dipusatkan pada individu atau individu-individu. Penekanan itu dapat dideteksi melalui pengulangan kata ganti orang. Perhatikanlah jenis penekanan dalam nas-nas berikut ini dari NASB:
1:12-15. Penekanannya adalah pada Tuhan dan murka-Nya yang sengit sebagai sumber penderitaan parah yang ditimbulkan. Tuhan diidentifikasi dengan penggunaan berulang-ulang "Nya" dan "Ia."
2:1-9. Murka Tuhan sekali lagi ditekankan, dan itu dimanifestasikan melawan "putri Sion." "Nya" dan "Ia" yang mengacu kepada Tuhan digunakan 37 kali.
2:10-16. Keadaan jahat para tua-tua ditulis dengan penggunaan "mereka" dan "[milik] mereka" yang berulang-ulang dalam 2:10, 12. Kebingungan nabi itu terlihat dari penggunaan "ku" dalam 2:11 dan "Aku" dalam 2:13, sementara keadaan sedih "dara, puteri Sion" terhampar di sekitar "[milik]mu" dan "kamu" dalam 2:13b-16.
2:17. Tuhan dan perbuatan-Nya ditekankan dengan penggunaan "Ia" da "[milik]Nya" 7 kali.
3:1-18. Tindakan Allah melawan nabi itu dilakukan dengan cepat, pernyataan berulang terjalin di seputar penggunaan "[milik]Nya" dan "Ia" sebanyak 24 kali. Dalam ayat yang sama, ia mengecam penderitaan yang ditimpakan ke atas dia melalui rangkaian "Aku," "ku," "[milik]ku," dan "siapa" sebanyak 34 kali.
3:19-24. Peralihan terjadi saat nabi itu memasukkan permohonan dan penghormatan kepada Allah. "[Milik]ku," "ku," dan "Aku" digunakan 10 kali. Tuhan disebut dua kali dan dikenali oleh kata ganti orang sebanyak 3 kali.
3:25-38. Penghormatan kepada Tuhan berlanjut, mengidentifikasi Dia sebagai "Tuhan," "Yang Mahatinggi," dan oleh kata ganti orang sebanyak 15 kali. Juga, ada peralihan dari orang pertama dalam 3:1-24 kepada "orang lain" (orang ketiga) dalam 3:25-38. Ungkapan "mereka yang," "orang yang," "ia," "manusia," "miliknya," "dia," "anak-anak manusia," "semua," dan "siapa" ditemukan sebanyak 20 kali.
3:48-66. Nabi itu kembali kepada pelbagai pencobaan yang menimpa dia. "[Milik]ku," "ku," dan "aku" digunakan sebanyak 27 kali. Sebuah permohonan dijalin dengan ungkapan percaya diri kepada Tuhan. Lima belas kali, "Kamu" atau "[Milik]mu" diulang.
Pasal 4. "Mereka", "[kepada] mereka," dan "[milik] mereka" sering digunakan, dan umumnya mengacu kepada umat Allah sebagai korban murka-Nya yang dahsyat. Dimulai dalam ayat 17, penulis itu memasukkan dirinya ke dalam adegan itu, mengidentifikasi keterlibatan pribadi dengan "[milik] kami," "kami," dan "[kepada] kami."
Pasal 5. Dalam doa dan permohonan kebangsaan ini kepada Tuhan, penulis itu memohon Allah untuk mengingat dan mengetahui keadaan menyedihkan orang Yahudi. Ia mengakui dosa-dosa mereka dan mengakui Allah sebagai harapan mereka untuk dipulihkan menjadi "seperti dahulu kala!" (5:21). Pola kata ganti orang itu mengaitkan pasal itu bersama dengan penggunaan "[kepada] kami" (11 kali), "kami" (8 kali), da "[milik] kami" (18 kali).
Kata ganti orang itu secara jelas merupakan kunci dalam memahami penekanan, pesan inti, keterlibatan individu, dan pelbagai rincian dalam kitab Ratapan.
APAKAH TUJUANNYA?
Kitab apa saja dalam Alkitab dapat memiliki beberapa tujuan, tapi tema dominan biasanya terlihat. Itu bisa saja muncul dari satu nas (lihat Roma 1:16-18; 1 Timotius 3:14, 15), atau itu bisa juga terungkap melalui penekanan yang berakumulasi yang tersebar di seluruh bagian atau pasal sebuah kitab. Kitab ratapan tampaknya sesuai dengan pola yang terakhir. Kitab ini bergerak dari satu adegan yang tenang kepada adegan yang lain, mencapai puncaknya dalam pasal 5 dengan langit dan bumi bersatu dalam sasaran kesedihan, memiliki keinginan yang sama kepada ke-Ilahian dan kemanusiaan. Sebagai rangkaian ratapan, kitab itu menggemakan jerit keprihatinan sang Pencipta dan para makhluk-Nya.
Ringkasan Pasal Demi Pasal Menunjukkan Tujuannya
Setiap pasal memiliki penekanannya sendiri sehingga adegan yang sama dilihat dari sudut pandang yang berbeda, semua bergerak menuju maksud ilahi untuk memenuhi kebutuhan yang signifikan. Sebelum menyelidiki kitab ini secara ayat demi ayat, pikirkanlah ringkasan pendek pasal demi pasal ini.
Pasal 1: Kotanya-Skenario Penderitaan Dari Dosa. Seseorang mungkin saja menderita atas dosa sebelum ia menyesal untuk dosa. Harga yang menyakitkan harus dibayar karena dosa biasanya mendahului penyesalan untuk dosa. Harga dosa ditinjau dengan perbedaan dan perbandingan, dengan tahapan-tahapan penderitaan.
Pasal 2: Sang Pencipta-Penyebab Pengendali Bagi Kehancuran Dan Ketandusan. (Tuhan disebutkan dalam ayat 1, 2, 5-8, 17, dan 20.) Pasal ini memberikan keutamaan kepada bagian Allah dalam penghancuran itu.
Pasal 3: Jeritannya-Ketika Nabi Yang Terluka Memperoleh Persepsi. Meski Allah menjadi titik fokus dalam 66 ayat pertama ini, pesan intinya adalah tentang seorang nabi yang penderitaannya mendorong dia untuk memuji Allah dan keyakinan kepada keadilan-Nya. Pasal ini memiliki kesamaan yang luar biasa dengan pergumulan Yeremia seperti yang terlihat dalam Yeremia 11-20.
Pasal 4: Harganya-Ditampilkan Oleh Kebusukan Dan Kehancuran Bangsa. Pelbagai perbedaan menggambarkan seberapa jauh bangsa itu telah jatuh. Pasal ini menggambarkan kehidupan yang paling hina dan mengerikan (4:1-12). Pelbagai penyebab kebobrokan diidentifikasi (4:13-16). Situasi mengerikan umat itu membuat nabi itu ikut terseret ke dalam keadaan mereka yang menyedihkan (4:17-22).
Pasal 5: Penyebabnya-Menimbulkan Penyesalan, Persepsi, Dan Permohonan. Teks itu memberikan survei tentang di mana dosa telah membawa umat Allah. Nabi itu menginginkan Allah untuk mengingat penderitaan mereka (5:1-10). Kita melihat bahwa harga yang dibayar oleh beragam kelompok orang (5:11-18) telah membuat umat Allah berlutut; mereka siap untuk tunduk kepada pemerintahan Allah, mencari pemulihan dan pembaharuan-Nya (5:19-22).
Kelima pasal ini menunjukkan buah dosa yang memuakkan dan memampukan kita untuk melihat orang-orang dalam berbagai tahapan penderitaan. Nabi itu memang berduka namun juga bertumbuh; bangsa ini dibuat berlutut dalam penderitaan yang luar biasa. Allah diidentifikasi sebagai penyebabnya dan dibenarkan oleh jiwa-jiwa yang mengaku berdosa yang menyadari kebenaran bahwa Tuhan adalah bagian mereka dan harapan mereka (3:24). Itu adalah pesan positif dalam adegan penderitaan dan kengerian ini. L. L. Gieger merangkum aspek negatif kitab Ratapan:
Yehuda yang berduka sedang dalam penderitaan; penggalan-penggalan kemuliaan bangsanya mengotori tanah; kehormatan telah diseret dalam kotoran ke Babel; orang-orang yang tidak percaya kepada Allah sedang bergembira dalam cemoohan; dan, setiap pemikiran dalam pikiran Yeremia menimbulkan tumpahan baru air mata.11
Ayat-ayat Kunci Meringkas Pesannya
Ayat-ayat kunci meringkas kata pengantar ini dan menyoroti pesan-pesan untuk kita yang terdapat dalam kitab itu. 1:8: "Yerusalem sangat berdosa, sehingga najis adanya." (Lihat Amsal 6:27; 14:34; Yesaya 30:1; Yeremia 17:1). Kita tidak berani mengabaikan sifat dosa yang merusak! Sudahkah Anda memutuskan untuk hidup murni dan berbicara di hadapan Allah dan manusia? (Lihat Titus 2:7, 8.) 2:5: "Tuhan menjadi seperti seorang seteru; Ia menghancurkan Israel." (Lihat Bilangan 32:23; Yesaya 59:1, 2; Amos 1:3, 6, 9, 11; Amsal 1:24-32). Rahmat Allah hanya ada selama itu; hari pembalasan akan datang suatu hari nanti! Sudahkah Anda memperoleh kasih karunia atau rahmat-Nya untuk hari pembalasan itu? (Lihat Ibrani 4:14-16).
3:40: "Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN." (Lihat Yesaya 55:6-9; Mazmur 119:59, 60.) Membawa kembali umat-Nya kepada Dia sudah selalu menjadi tujuan Allah yang baik dan layak. Sudahkah Anda menguji diri Anda untuk melihat apakah Anda dalam iman? (Lihat 2 Korintus 13:5; Galatia 3:26, 27.) 4:11: "TUHAN melepaskan segenap amarah-Nya, mencurahkan murka-Nya yang menyala-nyala, dan menyalakan api di Sion, yang memakan dasar-dasarnya." (Lihat Keluaran 34:7; Bilangan 14:18; Roma 2:4-9). Penolakan mereka untuk bertobat menyebabkan kehancuran mereka (lihat Lukas 13:3, 5). Betapa menyedihkan bahwa Allah harus melangkah sejauh itu untuk "membersihkan udara dan pemikiran manusia" sebelum kebenaran dapat dipulihkan di negeri itu! Mazmur 14:2, 3; 53:2, 3; Roma 3:9-11). Apakah Allah perlu menurunkan murka-Nya ke atas Anda atau apakah Anda hidup dalam kebenaran di hadapan Dia? (Lihat Kolose 3:5, 6; Efesus 4:22-24). 5:21: "Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!"(Lihat Yoel 2:12-14; Yesaya 58:5-12; Mazmur 51:7-13). Tindakan benar Allah (meski destruktif) dibenarkan oleh respon dari umat berdosa ini, yang, seperti anak pemboros (yang akhirnya sadar), merindukan pemulihan dan pembaharuan (Lukas 15:11-17; Yeremia 27:19-22; Ezra 1:7, 8; 5:13, 14; 7:9, 19; Yesaya 1:24-26). Apakah Anda hidup sebagai orang Kristen (lihat Roma 6:3-11; 2 Korintus 5:17), atau apakah Anda perlu sadar kembali, untuk dipulihkan dan diperbarui?
Ayat-ayat kunci ini mencakup lingkup hubungan manusia di hadapan Allah yang baik, adil, dan benar. Dari bangsa yang sangat diberkati, yang memperoleh tempat istimewa di hadapan Allah dan manusia ("ratu di antara kota-kota"; 1:1) Yehuda jatuh menjadi bangsa yang merosot moralnya dan terhina (1:3, 6). Bangsa ini melambangkan kutub kebenaran dan kutub pemberontakan yang terpisah. Kejahatan umat itu lebih besar daripada dosa Sodom (4:6). Hanya dengan kenangan terhadap "segala harta benda yang dimilikinya" (1:7), Yehuda menyembah-nyembah dalam kebingungan; rasa lapar yang luar biasa membuat perempuan-perempuan yang dulunya penuh belas kasihan merebus dan memakan anak-anak mereka sendiri (2:20; 4:10).
RINGKASAN
Semua orang yang terhormat (1:8; 2:15) namun telah jatuh secara memalukan (1:12; 4:3-5); semua yang telah mengembara (4:14, 15) dan cemas (1:20; 2:11); semua yang pernah berani mempertanyakan Allah (2:20, 21), hanya mendapatkan Dia benar (3:21-25, 55-58); semua yang mencari pemulihan kepada Allah (5:19-22)-biarlah semua orang ini maju ke depan untuk mempelajari kitab ini! Kitab dalam latar belakang yang paling praktis menyajikan ringkasan tentang pelbagai emosi ini, pelbagai perasaan frustrasi dan ketakutan ini, pelbagai persoalan dan air mata ini, sambil memegang teguh kepercayaan yang pasti bahwa Allah mampu menangani situasi itu dengan pelbagai kesempatan itu. Tuhan dapat melepaskan kita dari ujian dan pencobaan terbesar yang mungkin kita hadapi dalam daging! Dalam kitab ini terdapat hikmat yang sangat luas yang menanti siswa yang cermat yang mempelajari ajaran-ajarannya!
GARIS BESAR KITAB RATAPAN
I. Kotanya-Skenario Penderitaan Dari Dosa (Pasal 1).
- A. Kota Itu Terlihat Beda (1:1).
- B. Kondisi Saat Itu (1:2-4).
- C. Penyebab Dan Harga Bagi Kondisi Itu (1:5-9b).
- D. Keprihatinan Atas Keruntuhan Total (1:9c-17).
- E. Pengakuan Atas Integritas Allah Dan Kejahatan Yehuda (1:18-22).
II. Sang Pencipta-Penyebab Pengendali Bagi Kehancuran Dan Ketandusan (Pasal 2).
- A. Lima Adegan Bencana Nasional (2:1-10).
- 1. Adegan Bangsa Itu (2:1-3).
- 2. Adegan Kota Itu (2:4, 5).
- 3. Adegan Tempat Pertemuan Itu (2:6, 7).
- 4. Adegan Tembok Itu (2:8, 9a).
- 5. Adegan Para Pemimpin Yang Dihukum (2:9b, 10).
- B. Pandangan Duka Nabi Itu Dan Permohonan Umat Itu (2:11-13).
- C. Penyebab Yang Menghenyakkan (2:14).
- D. Adegan Perayaan Oleh Musuh (2:15, 16).
- E. Sumber Penderitaan Ditampilkan (2:17).
- F. Kebutuhan Sesungguhnya Dinyatakan (2:18, 19).
- G. Jeritan Jiwa Minta Kelegaan (2:20-22).
II. Jeritannya-Ketika Nabi Yang Terluka Memperoleh Persepsi (Pasal 3).
- A. Dakwaan Nabi Itu Terhadap Allah (3:1-18).
- 1. Kondisi Nabi itu (3:1).
- 2. Penyebabnya (Di Mata Nabi Itu) Bagi Penderitaannya (3:2-13).
- 3. Harga Untuk Hubungannya Dengan Sang Pencipta (3:14-18).
- B. Persepsi Yang Bertumbuh Dari Nabi Itu Tentang Pola Ilahi (3:19-38).
- 1. Kenangannya (3:19-26).
- 2. Respons Terhadap Pengingat (3:27-30).
- 3. Hubungan Allah Dengan Manusia Sekarang Dalam Fokus (3:31-38).
- C. Pengakuan Nabi Itu Untuk Dirinya Dan Bangsa Itu (3:39-47).
- D. Penyajian Terakhir Nabi Itu Tentang Wawasannya Yang Tumbuh (3:48-66).
- 1. Kondisi Nabi Itu-Tangisan Tanpa Henti (3:48, 49).
- 2. Penyebab Tangisan Itu (3:50-54).
- 3. Panggilan Yang Menghibur (3:55-58).
- E. Keyakinan Pasti Nabi Itu (3:59-66).
IV. Harganya-Ditampilkan Oleh Kebusukan Dan Kehancuran Bangsa (Pasal 4).
- A. Tempat-tempat Dan Orang-orang Berharga Dalam Penjarahan Dan Kesakitan (4:1-10).
- 1. Penghancuran Bait Allah (4:1).
- 2. Penolakan Umat Itu (4:2).
- 3. Kelaparan Umat Itu (4:3, 4).
- 4. Degradasi Umat Itu (4: 5-8).
- 5. Kebobrokan Terakhir Umat Itu (4:9, 10).
- B. Hukuman Mereka Dilaksanakan Oleh Kuasa Tuhan (4:11-16).
- C. Sajian Terakhir Nabi Itu Tentang Bangsa Yang Tertipu (4:17-20).
- D. Janji Yang Menawarkan Harapan Di Tengah-tengah Penghukuman (4:21, 22).
V. Penyebabnya-Menimbulkan Penyesalan, Persepsi, Dan Permohonan (Pasal 5).
- A. Memohon Tuhan Untuk Melihat Kehinaan Mereka (5:1).
- B. Posisi Dan Permasalahan Mereka Dalam Pencobaan Saat Itu (5:2-10).
- 1. Bahaya Atas Kekayaan Mereka (5:2).
- 2. Bahaya Atas Umat Itu (5: 3).
- 3. Bahaya Mengenai Pasokan (5: 4).
- 4. Bahaya Dari Para Pengejar Mereka (5:5).
- 5. Bahaya Kelaparan (5:6).
- 6. Bahaya Tentang Praktik Dari Warisan Mereka (5:7).
- 7. Bahaya Tentang Kedudukan Sosial (5:8).
- 8. Bahaya Dalam Beraktivitas (5:9).
- 9. Bahaya Dalam Berusaha Tetap Hidup (5:10).
- C. H ukuman Yang Ditimpakan Ke Atas Mereka (5:11-16a).
- D. Penyesalan, Pengakuan, Dan Kekhawatiran Saat Itu (5:16b-18).
- E. Persepsi Tentang Posisi Allah Dan Permohonan Untuk Pemulihan (5:19-22).
Gambaran Tentang Jatuhnya Yerusalam (2 Raja 25:1-12)12
"Maka pada tahun kesembilan dari pemerintahannya, dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal sepuluh bulan itu, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, dengan segala tentaranya menyerang Yerusalem. Ia berkemah mengepungnya dan mendirikan tembok pengepungan sekelilingnya. Demikianlah kota itu terkepung sampai tahun yang kesebelas zaman raja Zedekia. Pada tanggal sembilan bulan yang keempat, ketika kelaparan sudah merajalela di kota itu dan tidak ada lagi makanan pada rakyat negeri itu, maka dibelah oranglah tembok kota itu dan semua tentara melarikan diri malam-malam melalui pintu gerbang antara kedua tembok yang ada di dekat taman raja, sekalipun orang Kasdim mengepung kota itu sekeliling. Mereka lari menuju ke Araba-Yordan. Tetapi tentara Kasdim mengejar raja dari belakang dan mencapai dia di dataran Yerikho; segala tentaranya telah berserak-serak meninggalkan dia. Mereka menangkap raja dan membawa dia kepada raja Babel di Ribla, yang menjatuhkan hukuman atas dia. Orang menyembelih anak-anak Zedekia di depan matanya, kemudian dibutakannyalah mata Zedekia, lalu dia dibelenggu dengan rantai tembaga dan dibawa ke Babel."
"Dalam bulan yang kelima pada tanggal tujuh bulan itu-itulah tahun kesembilan belas zaman raja Nebukadnezar, raja Babel-datanglah Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, pegawai raja Babel, ke Yerusalem. Ia membakar rumah TUHAN, rumah raja dan semua rumah di Yerusalem; semua rumah orang-orang besar dibakarnya dengan api. Tembok sekeliling kota Yerusalem dirobohkan oleh semua tentara Kasdim yang ada bersama-sama dengan kepala pasukan pengawal itu. Sisa-sisa rakyat yang masih tinggal di kota itu dan para pembelot yang menyeberang ke pihak raja Babel dan sisa-sisa khalayak ramai diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal itu. Hanya beberapa orang miskin dari negeri itu ditinggalkan oleh kepala pasukan pengawal itu untuk menjadi tukang-tukang kebun anggur dan peladang-peladang."
Gambaran Tentang Ratapa
"Kitab Ratapan adalah kitab tangisan, nyanyian pemakaman untuk musibah yang menimpa Yehuda dan Yerusalem 585 tahun sebelum Kristus lahir ke dalam dunia."13
Pembacaan Kitab Ratapan Oleh Orang Yahudi Setelah 70 Maeshi
"Di sinagoga, sudah menjadi tradisi [bagi orang Yahudi] untuk membaca kitab Ratapan pada bulan kesembilan Ab (Juli-Agustus), yang merupakan hari untuk memperingati kehancuran Bait Allah baik oleh Nebukadnezar (586 S.M.) dan oleh Roma (70 M.)."Dalam pembacaan liturgi, kebiasaannya adalah mengulang Ratapan 5:21 setelah 5:22 untuk pembacaan itu tidak berakhir dengan nada sedih. Gereja-gereja Kristen menggunakan kitab itu dalam ibadah sebelum Paskah untuk meratapi penderitaan Yesus."14
Catatan Akhir:
- 1 L. L. Gieger, "Lamentations," 2nd Annual Fort Worth Christian College Lectures (1961), 324.
- 2 Lihat "Jeremiah's Mounting Trials," Truth for Today (November 2000): 30-35.
- 3 James E. Smith, Jeremiah and Lamentations, Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press, 1972), 852.
- 4 Para kritikus modern Perjanjian Lama, yang menyangkal Yeremia sebagai penulisnya, menawarkan sekitar tujuh argumen yang umumnya lemah untuk penulis lain. Tampaknya tidak cukup sahih untuk memberikan ruang bagi mereka. Liputan yang baik tentang mereka dapat ditemukan (dan dijawab) dalam Smith, 854-55. Para kritikus modern itu tidak memberi nama lain selain Yeremia kepada kita.
- 5 Ibr.. ekah-"[interrogatif] Dengan cara apa?"[eksklamatori] Bagaimana!"Yer. 48:17; Rat. 1:1; 2:1; 4:1, 2" (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 32). (Catatan Editor: Acuan-acuan Alkitab yang digunakan oleh Brown, Driver, dan Briggs didasarkan pada teks Ibrani. Pembagian ayat kadang-kadang berbeda dalam bahasa Ibrani dan Inggris.)
- 6 Against Apion 1.8.
- 7 Di antara mereka adalah Melito dari Sardis (180 M.), Origen (250 M.), Augustine (420 M.), dan Jerome (405 M.) (Smith, 847).
- 8 Walter A. Elwell and Philip W. Comfort, Tyndale Bible Dictionary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 2001), 796.
- 9 Contoh lain tentang puisi Ibrani ini dapat ditemukan dalam Mazmur 9; 10; 25; 34; 35; 37; 111; 112; 119; 145 dan Amsal 31:10-31.
- 10 Untuk diskusi lanjutan tentang puisi Ibrani ini, lihat Timothy M. Willis, Jeremiah-Lamentations, Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press Publishing Company, 2002), 393-97. Mazmur 119 adalah contoh yang paling rinci tentang pola akrostik, di mana setiap huruf dari abjad Ibrani itu mengaitkan kepada delapan baris (setiap baris dari bagian ini dalam ayat 1 sampai 8 bermula dengan 'aleph; delapan baris berikutnya dengan beth, and seterusnya.)
- 11 Gieger, 330.
- 12 Catatan yang rinci diberikan juga dalam 2 Tawarikh 36 dan Yeremia 39 dan 52.
- 13 J. L. May, "Lamentations," Truth for Today (August 1998): 7.
- 14 Jack P. Lewis, The Major Prophets (Memphis: Hester Publications, 1999), 90.
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 16
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Ratapan 1(Ratapan 1)
Ini adalah pasal tentang kesedihan dan penderitaan, kota yang menderita, pemandangan yang memuakkan, dan peringatan...
Belajar Dari Ratapan 1(Ratapan 1)
Ini adalah pasal tentang kesedihan dan penderitaan, kota yang menderita, pemandangan yang memuakkan, dan peringatan yang suram tentang murka Allah yang menyala-nyala yang sedang dicurahkan! Kedaulatan Allah diperkenalkan dalam pasal 1 dan lebih dikembangkan sepenuhnya dalam pasal 2. Pasal 1 secara khusus berfokus pada penderitan nasional atau seluas kota karena dosa, jeritan kaum itu, dan harga kebobrokan moral. Ada beberapa pelajaran serius yang perlu dipelajari.
Pertama, kekuatan dosa menghancurkan bahkan orang-orang yang kuat dan terpandang. Dalam masyarakat mana pun, mereka yang seperti seorang ratu (1:1), seorang pemimpin (1:6), imam-imam (1:4), orang yang terhormat (1: 8), atau pahlawan (1:15) dapat— melalui dosa—direndahkan. Orang-orang seperti itu di Yehuda dibiarkan mengerang, dibenci, ditolak, dipaksa kerja keras, dihancurkan, kelaparan, dan dibantai. Bila yang orang bersih menjadi najis, ia segera jatuh secara mengejutkan (1:8, 9; 2 Timotius 3:6-9). Dosa adalah seperti kuk di leher seseorang, sebuah beban yang melemahkan kekuatan seseorang, membiarkan dia menangis karena malu, tidak dapat berdiri (1:14, 16). Semoga para pemimpin kita, orang-orang kita yang berbakat dan diberkati, dengan hati-hati memperhatikan kekuatan dosa dan menjauhkan diri darinya. (Lihat Amsal 28:17, 18; Yeremia 48:6, 7; Mazmur 11:1-3; Yohanes 10:4, 5; 1 Korintus 6:18; 10:14; 1 Timotius 6:10-12).
Kedua, kebodohan dosa menyebabkan orang yang tidak bersalah menderita. Apa yang dosa perbuat terhadap orang berdosa sudah cukup mengerikan, tapi penderitaan dosa seseorang yang dapat menimpa orang lain menimbulkan rasa malu yang lebih dalam pada orang-orang yang mempraktikkannya. Anak-anak dara menderita (1:4), dan mereka, bersama dengan teruna-teruna, dipaksa masuk ke dalam penawanan (1:5, 18). Belakangan, kita akan melihat bagaimana anak-anak kecil dan anak-anak bayi pingsan, meminta makanan dan minuman (2:11, 12). Mereka bahkan dimakan oleh orang dewasa (4:10; Yeremia 19:8, 9). Itulah buah dari dosa. Betapa kosong dan tidak berdasar pengakuan orang berdosa bahwa perbuatan kejinya tidak menyakiti siapa pun! (Baca dengan saksama Matius 18:1-7.)
Ketiga, bertanggung jawab kepada Allah adalah bagian dari harga yang tidak main-main yang harus dibayarkan untuk dosa. Kebenaran ilahi ini berulang kali disinggung (1:5, 12-17, 21, 22). Seperti benang emas peringatan, kebenaran itu terjalin di dalam Firman Allah (Bilangan 32:23; Pengkhotbah 12:13, 14; Roma 14:10-12; 2 Korintus 5:10; Ibrani 9:27; Wahyu 20:11-15). Masing-masing dari kita akan bertanggung jawab kepada Allah. Apakah Anda siap, melalui Kristus, untuk memberikan jawaban di hadapan Allah untuk kekekalan? (Lihat Kolose 3:17; Kisah 4:12; Ibrani 5:8, 9; Matius 28:18-20).
Keempat, ketika kita terjebak dalam jerat kejahatan, Allah adalah satu-satunya sumber penghiburan. Bahwa buah dosa menyebabkan orang berdosa berseru minta penghiburan adalah jelas. Tidak adanya penghiburan sering diserukan dalam pasal 1 (ay. 2, 9, 16, 17, 21). Di dalam pikirannya ada satu Penghibur khusus—"penghibur yang dapat menyegarkan jiwaku" (1:16). Namun begitu, pada titik ini, Penghibur itu jauh sekali.
Paulus menegaskan bahwa Tuhan adalah "sumber segala penghiburan," (2 Korintus 1:3; perhatikan ay. 4-7). Yesus mengacukan Roh Kudus sebagai Penghibur (ASV) atau Penolong (NASB) dalam Yohanes 14:16, 26; 15:26; 16:7. Sumber penghiburan ini harus menjadi insentif tertinggi untuk mematuhi Tuhan agar Roh Kudus dapat menetap di dalam diri kita (lihat Kisah 2:38; 5:32; Roma 5:1-5; 8:26-28; 2 Timotius 1:14; Galatia 5:22). Dengan demikian kita dapat memiliki kedamaian ketimbang penderitaan, harapan ketimbang kesakitan, dan penghiburan ketimbang penghukuman! Betapa bedanya! Apakah Anda menjalani kehidupan yang diberikan Allah, dipenuhi Roh ini?
TFTWMS: Ratapan (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Yeremia secara khusus mencatat keadaan menyedihkan para bangsawan, para imam, kaum ibu, dan anak-anak perempuan setelah kehancuran...
Catatan Akhir:
- 1 Yeremia secara khusus mencatat keadaan menyedihkan para bangsawan, para imam, kaum ibu, dan anak-anak perempuan setelah kehancuran Yerusalem.
- 2 Alfred, Lord Tennyson, "Oh, Yet We Trust," Immortal Poems of the English Language, ed. Oscar Williams (New York: Washington Square Press, 1975), 391.
- 3 Ibr.: badad-"… gagasan tentang memotong atau merobek … untuk menyendiri … sendirian … Yes. 27:10, kota yang berkubu itu terpencil, yaitu ditelantarkan" " (Samuel Prideaux Tregelles, Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon [Plymouth: N.p., 1857; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967], 103).
- 4 Ibr.: bakah-"… meratap . . menangis (dalam kesedihan, kehinaan …) … tentang menangis keras … Hak. 21:2 … 2 Sam. 13:36 … menangis secara intens, secara memilukan … Yer. 22:10; Rat. 1: 2 … Rat. 1:16 … menangis dengan cemas" (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 113).
- 5 Ibr.: bagad-"… dengan tidak setia, dengan licik … dalam perjanjian, dalam perkataan dan dalam perilaku umum … dalam kejahatan … Yer. 5:11; 12:6, Rat. 1:2 … bertindak dengan kejam (dalam meninggalkan) temannya, Yer. 3:20 … Yer. 3:8, 11" (Ibid., 93).
- 6 Gambar Kaisar Vespasianus adalah di depan koin, dan dibaliknya digambarkan laki-laki Yahudi dan perempuan Yahudi sedang berkabung di sisi pohon palem (simbol untuk Yudea).
- 7 John Guest, Jeremiah, Lamentations, The Communicator's Commentary, ed. Lloyd J. Ogilvie (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 357.
- 8 Ibr.: radaph-"… menganiaya … mengejar … untuk menangkap … dengan tujuan bermusuhan … berlari, mengejar (musuh dikalahkan …) … Rat. 1:6… memburu … Yer. 20:11; Rat. 4:19; … Rat. 1:3… ([kiasan] tentang hukuman, penghakiman) … melecehkan … Ula. 30:7 … bertujuan (dengan penuh semangat) untuk mengamankan" (Brown, Driver, Briggs, 922-23).
- 9 Ibr.: metsar (Ibid., 865).
- 10 Ibr.: shamem-"dikucilkan, gempar … Rat. 1:16 … ditinggalkan … terpesona, [biasanya] terhadap … penghakiman atas orang lain … Yer. 2:12 … 18:16; 19:8; 49:17; 50:13 … menimbulkan horor … menghancurkan, merusak … Yer. 10:25 … kehancuran"(Ibid., 1030-31).
- 11 Ibr.: marar (Ibid., 600).
- 12 Ibr.: Shalah (atau Shalev)-"diam, tenang … menjadi senyap … lalai, puas, bebas … makmur, tentang orang jahat … Yer. 12:1; Rat. 1:5 … Ayub 12:6" (Ibid, 1017).
- 13 Ibr.: chata'-"… berbuat salah … melakukan kesalahan atau kekeliruan … meleset dari sasaran, tersesat … Ams. 19:2 … membahayakan, nyawa seseorang, Ams. 20:2; Hab. 2:10 … meleset dari tujuan atau dari jalan hak dan kewajiban … selalu menentang Allah … Rat. 5:7 … Yeh. 16:51; 28:16; 33:12 … Yer. 40:3; 44:23; 50:7, 14 … Yer. 16:10" (Ibid., 306-7).
- 14 Ibr.: yatsa'-"… keluar, maju … Maz. 109:7; Ps 109:7 apabila dihakimi, biarlah ia keluar sebagai orang bersalah, yaitu dihukum … Yer. 11:1 … Rat. 1:6 … keluar … maju untuk menyerah … ke dalam penawanan, Yer. 29:16 … Yer. 9:2, mereka melakukan kejahatan demi kejahatan"(Ibid, 422-25.).
- 15 Keil dan Delitzsch tampaknya telah menangkap gagasan penulis itu ketika mereka dinyatakan: "Ejekan dari musuh-musuh itu tidak berlaku untuk perayaan Sabat Yahudi (yang Grotius acukan sebagai kata-kata), tetapi kepada penghentian ibadah umum Kepada Tuhan, oleh sebab orang kafir itu, dengan menghancurkan Yerusalem dan bait suci, membayangkan bahwa mereka tidak hanya mengakhiri penyembahan Allah orang Yahudi, tetapi juga menaklukkan Allah Israel sebagai ilah bangsa yang tak berdaya, dan mengolok-olok iman Israel kepada Yahweh sebagai satu-satunya Allah yang benar(C. F. Keil and F. Delitzsch, Biblical Commentary on the Old Testament, Jeremiah, vol. 2 [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1968], 364-65).
- 16 Ibr.: 'erwah-"… menyiratkan paparan yang memalukan, Kej. 9:22, 23 … sebagian besar tentang wanita; [secara kiasan] tentang Yerusalem … Rat. 1:8; Yeh. 16:37 … Ima. 18:6 … Yeh. 16:36 … ketelanjangan sesuatu, … perilaku yang tidak senonoh, tidak benar; Ula. 23:15; 24:1" (Brown, Driver, Briggs, 788-89).
- 17 Ibr.: gadal-"… membuat teguh … menjadi kuat … Yer. 5:27 … hukuman, Rat. 4:6 … harus diperbesar … membuat besar, kuat … 1 Taw. 29:12, 25; 2 Taw. 1:1 … dalam arti yang buruk … Rat. 1: 9… Dan. 8: 4, 8, 11, 25 … tentang musuh, Maz. 35:26; 38:17; 55:13" (Ibid., 152).
- 18 Ibr.: zalal-"… menjadi reruntuhan … Rat. 1:11 … menjadi tidak berharga, tidak signifikan, Yer. 15:19 … meremehkan = memboroskan, menghambur-hamburkan … memandang rendah" (Ibid., 272-73). Tregelles, dalam terjemahannya tentang Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon, mendefinisikan istilah ini "…membuat gemetar … mencurahkan, menggoncang … pemborosan … menjadi hina, keji"(246).
- 19 Pembacaan yang cermat atas konteks dalam 1:11-17 akan menunjukkan bahwa penggunaan "Aku," "[milik]ku," dan "[kepada'ku" oleh nabi itu menempatkan umat Allah menjadi orang pertama. Seluruh bagian ini merupakan teriakan kesengsaraan tentang "puteri Yehuda, dara itu" (ay. 15); apa yang Tuhan perintahkan mengenai Yakub dan Yerusalem (ay. 17). Para pahlawan dan teruna-teruna dalam ayat 15 adalah milik Yehuda, bukan Yeremia.
- 20 Ibr.: shub-"memulangkan … membalas … Rat. 3:3 … merasa malu, Rat. 1:8 … dipukul mundur, dikalahkan, Maz. 9:4 … berubah sehingga bisa mendekati (dalam tujuan, keinginan) … Yer. 15:19 … kembali … kepada keadaan atau jalan hidup … kembali kepada Allah (= mencari dengan menyesal) … Hos. 6:1 … Yer. 3:7 … membawa kembali (dalam pembalasan) … [akusatif] tentang kejahatan, Hak. 9:57 … mengusir, kekalahan … Yes. 28:6 … Maz. 89:44 … Yes. 44:25 ([kiasan] = menyangkal, membantah), [figuratif] tentang bencana, Rat. 1:13; = memukul mundur, menghambat … menolak, menyangkal" (Brown, Driver, Briggs, 996-1000).
- 21 Ibr.: shamem-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 10.
- 22 Ibr.: daweh (Brown, Driver, Briggs, 188). (Lihat 5:17; Imamat 15:33; 20:18;. Yesaya 30:22)
- 23 Penggambaran dramatis tentang kepedulian Allah terhadap para tawanan muda diberikan dalam Kitab Daniel. Lihat, misalnya, Daniel 1:1-21; 3:1-28.
- 24 Ibr.: marah-"… suka bertengkar, keras kepala … bertikai dengan … bersaing dengan … Hos. 14:1… Yer. 4:17 … Rat. 1:20 … menjadi tidak taat … Ula. 21:18, 20, anak yang keras kepala dan suka memberontak … tempat lain menuju Allah… Maz. 78:8; Yer. 5:23 … Yes. 63:10 … Rat. 3:42" (Ibid., 598).
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 18
BIS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke
tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan k
RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu.
Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Allah dan harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Penderitaan Yerusalem
Rat 1:1-22 - Hukuman kepada Yerusalem
Rat 2:1-22 - Hukuman dan harapan
Rat 3:1-66 - Yerusalem runtuh
Rat 4:1-22 - Doa mohon belas kasihan
Rat 5:1-22
Ajaran: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa
kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, se
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, sehingga anggota jemaat juga mengetahui bahwa Allah menghukum dunia karena dosa-dosa manusia.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yeremia.
Isi Kitab: Kitab Ratapan terbagi atas 5 pasal. Dan bersifat seruan hati dan getaran perasaan nabi Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ratapan
Pasal 1 (Rat 1:1-22).
Yeremia menangisi keadaan Yerusalem yang dihancurkan Bacalah pasal Rat 1:16-22. Apa sebab Yeremia menangis?
Pasal 2 (Rat 2:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menyatakan bahwa kerusakan dan kesukaran Yerusalem, merupakan pernyataan daripada murka Allah
Pendalaman
Apakah sebab Yerusalem dihukum Allah? (pasal Rat 2:14).
Pasal 3 (Rat 3:1-66).
Yeremia menunjukkan perasaannya dengan menangisi segala kesukaran dan penderitaan bangsanya
Pendalaman
Apakah yang dilakukan Yeremia ketika melihat keadaan bangsanya? (pasal Rat 3:49-51).
Pasal 4 (Rat 4:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menceritakan bahwa semua penderitaan dan kesukaran yang terjadi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan dosa bangsa Israel
Pendalaman Apakah kesalahan bangsa Israel? (pasal Rat 4:6).
Pasal 5 (Rat 5:1-22).
Yeremia dalam tangisnya memohonkan doa pada Allah untuk memulihkan kembali keadaan bangsa Israel
Pendalaman
Bacalah pasal Rat 5:16-22.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yeremia mengajarkan bahwa Yeremia merasakan kesedihan akan keadaan bangsanya, karena dosa-dosa mereka. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen mempunyai beban akan bangsanya yang belum mengenal Tuhan Yesus.
Kehancuran kota Yerusalem merupakan pernyataan penghukuman Allah atas dosa bangsa Israel. Dengan demikian berarti Allah juga pasti menghukum anak-anak-Nya yang berbuat dosa.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan Yeremia berdoa untuk memohonkan pertolongan dari Allah. Demikian pulalah hendaknya setiap orang percaya memohon pertolongan Allah, ketika mengalami penderitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ratapan?
- Apakah isi Kitab Ratapan?
- Mengapakah Kitab ini dikatakan sebagai Kitab Ratapan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setelah mempelajari Kita Ratapan?
Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Kota yang sedang berduka
JUDULKitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How".
Kota yang sedang berduka
JUDUL
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula.
PENULIS
Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lihat Rat 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.
WAKTU
Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.
BENTUK
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" -- kecuali pasal Rat 5. Pasal Rat 1-4 merupakan puisi "akrostik", setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2Ra 25:8-12 harus dibaca sebagai latar belakang kisah Kitab Ratapan. Pembuangan merupakan suatu kejadian yang luar biasa dalam sejarah kaum Yehuda, dan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam mengembangkan pengertian mereka tentang Allah. Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?", dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkano Kejayaan ... kesengsaraan Rat 3:18,19
o Kekayaan ... kemiskinan Rat 4:5
o Sukacita ... kedukaan Rat 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat 2:15,16
o Pengucilan. Rat 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat 3:21
Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Bagaimana penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Imbauan penulis kepada Allah
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.
Garis Besar Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) [1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7Kesunyian suasana duka
Rat 1:8-11Nasib kota yang penuh dosa
Rat 1:12-20Saat murka Allah yang besa
[1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7 | Kesunyian suasana duka |
Rat 1:8-11 | Nasib kota yang penuh dosa |
Rat 1:12-20 | Saat murka Allah yang besar |
Rat 1:21-22 | Doa untuk pembalasan |
[2] ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat 2:1-22
Rat 2:1-9 | Allah, perusak yang sedang murka |
Rat 2:10-13 | Keputusan orang yang tak berdaya |
Rat 2:14-17 | Penghinaan musuh |
Rat 2:18-22 | Permohonan pertolongan yang amat sangat |
[3] RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat 3:1-66
Rat 3:1-20 | Allah, penyebab penderitaan |
Rat 3:21-39 | Kepercayaan pada kebaikan Allah |
Rat 3:40-42 | Panggilan untuk bertobat |
Rat 3:43-54 | Akibat dosa |
Rat 3:55-60 | Kepercayaan pada keadilan Allah |
Rat 3:61-66 | Doa untuk pembalasan |
[4] YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat 4:1-22
Rat 4:1-12 | Kebesaran masa lalu, aib masa kini |
Rat 4:13-20 | Penghakiman atas para imam dan nabi |
Rat 4:21-22 | Pembalasan atas Edom |
[5] DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat 5:1-22
Rat 5:1-9 | Bangsa tertindas |
Rat 5:10-14 | Tidak ada pengecualian |
Rat 5:15-18 | Sakitnya berada dalam keputusasaan |
Rat 5:19-22 | Doa untuk pemulihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi