Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Rat 3:1-66; Rat 3:50
Jerusalem: Rat 3:1-66 - -- Ratapan ketiga ini agak berbeda dengan yang pertama dan yang kedua. Yerusalem baru disebut pada Rat 3:48. Ratapan ini mirip dengan beberapa mazmur yan...
Ratapan ketiga ini agak berbeda dengan yang pertama dan yang kedua. Yerusalem baru disebut pada Rat 3:48. Ratapan ini mirip dengan beberapa mazmur yang berupa ratapan: Lagu mulai dengan ratapan perorangan (di sini Rat 3:1-39), lalu diperluas menjadi ratapan umat (di sini Rat 3:40-47). Pikiran-pikiran cukup umum yang terungkap dalam Rat 3:22-39 serupa dengan pikiran-pikiran yang biasa dalam sastra kebijaksanaan.
Bdk Maz 102:20-21
Ende: Rat 3:1-66 - -- Lagu ini agak berbeda dengan lagu 1(Rat 1) dan 2(Rat 2).
Jerusjalem hampir tidak muntjul (Rat 3:48-51). Bagian pertama (Rat 3:1-24)
merupakan lagu rat...
Lagu ini agak berbeda dengan lagu 1(Rat 1) dan 2(Rat 2). Jerusjalem hampir tidak muntjul (Rat 3:48-51). Bagian pertama (Rat 3:1-24) merupakan lagu ratap perorangan. Bagian kedua (Rat 3:25-39) serupa dengan lagu kebidjaksanaan,jang mengadjar sikap mana harus diambil dalam kesukaran. Bagian ketiga (Rat 3:40-47) merupakan pengakuan dosa dan lagu ratap umum. Bagian keempat (Rat 3:48-66) mendjadi lagu ratap pribadi pula (Rat 3:48-58), tetapi lalu beralih kedalam ratap umum (Rat 3:59-63). Susunan itulah mendjadi sebabnja, maka beberapa ahli berpendapat, bahwa lagu ini aselinja adalah lagu-lagu ratap tersendiri dan jang baru kemudian digabung dengan lagu-lagu ratap atas Jerusjalem. Tetapi boleh diterima djuga, bahwa si pengarang mengambil beberapa lagu, jang lalu dipersatukan serta disadurkan djustru untuk meratapi Jerusjalem. Lagi pula penjadur itu sama sadja dengan pengarang lagu-lagu lain. Lagu ketiga merupakan suatu adjakan untuk umat, supaja pertjaja pada Jahwe kendati kemalangannja.
Si penjair berbitjara atas nama rakjat.
Ajat ini menampakkan pengharapan si pengarang.
Ref. Silang FULL -> Rat 3:50
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rat 3:42-54
Matthew Henry: Rat 3:42-54 - Mengeluh kepada Allah Mengeluh kepada Allah (3:42-54)
Lebih mudah mencaci diri kita karena mengeluh daripada mencaci diri kita supaya tidak mengeluh. Sang nabi telah m...
Mengeluh kepada Allah (3:42-54)
- Lebih mudah mencaci diri kita karena mengeluh daripada mencaci diri kita supaya tidak mengeluh. Sang nabi telah mengakui bahwa orang yang hidup tidak boleh mengeluh, seolah-olah ia menegur dirinya sendiri atas keluhan-keluhannya di bagian awal pasal ini. Namun di sini awan-awan kembali datang setelah hujan, dan luka-luka berdarah lagi. Sebab harus dikerahkan jerih payah yang besar untuk menenangkan roh yang sedang berkecamuk.
- I. Mereka mengakui kebenaran Allah dalam menimpakan penderitaan atas mereka (ay. 42): Kami telah mendurhaka dan memberontak. Perhatikanlah, sudah sepatutnya kita, ketika dalam masalah, membenarkan Allah, dengan mengakui dosa-dosa kita, dan menimpakan beban ke atas pundak kita sendiri karenanya. Sebutlah dosa sebagai kedurhakaan, sebutlah ia sebagai pemberontakan, maka kita tidak salah menyebutnya. Ini adalah hasil dari penyelidikan dan pemeriksaan hidup mereka. Semakin dalam mereka menyelidiki, semakin buruk mereka mendapatinya. Namun,
- II. Mereka mengeluhkan penderitaan-penderitaan yang tengah menindih mereka, dengan celaan terhadap Allah. Ini tidak boleh kita tiru. Sebaliknya, di bawah ujian-ujian yang paling berat sekalipun, kita harus selalu berpikiran dan berbicara yang luhur dan baik tentang Dia.
- 1. Mereka mengeluhkan kernyit dahi-Nya dan tanda-tanda murka-Nya terhadap mereka. Dosa-dosa mereka sudah mereka tinggalkan dengan bertobat, dan sekalipun begitu (ay. 42), Engkau tidak mengampuni. Mereka tidak memiliki jaminan dan penghiburan dari pengampunan. Penghakiman-penghakiman yang didatangkan atas diri mereka karena dosa-dosa mereka tidak dihapuskan, dan karena itu mereka berpikir bahwa mereka tidak dapat berkata dosa itu sudah diampuni. Ini sebuah kesalahan, kesalahan yang biasa dibuat oleh umat Allah ketika jiwa mereka tertekan dan gelisah dalam diri mereka. Keadaan mereka benar-benar mengundang iba, namun mereka mengeluh, Engkau tanpa belas kasihan (ay. 43). Musuh-musuh mereka menganiaya dan membunuh mereka, tetapi itu bukan yang terburuk. Musuh-musuh itu hanyalah alat-alat di tangan Allah: “Engkau mengejar kami dan membunuh kami, meskipun kami berharap Engkau akan melindungi dan membebaskan kami.” Mereka mengeluh bahwa ada tembok pemisah antara mereka dan Allah, dan,
- (1) Tembok pemisah ini menghambat perkenanan-perkenanan Allah untuk mengalir turun kepada mereka. Pantulan-pantulan cahaya dari kebaikan-kebaikan Allah kepada mereka merupakan keindahan Israel dulu. Tetapi sekarang “Engkau menyelubungi kami dengan murka, sehingga kemuliaan kami tersembunyi dan lenyap. Sekarang Allah murka terhadap kami, dan kami tidak tampak sebagai umat yang dikagumi dan dihargai sebagaimana kami dulu dianggap.” Atau, “Engkau menyelubungi kami seperti orang-orang yang terkubur diselubungi dan dilupakan.”
- (2) Tembok pemisah itu menghalang-halangi doa-doa mereka untuk naik di hadapan Allah (ay. 44): “Engkau menyelubungi diri-Mu dengan awan,” bukan seperti awan terang yang di dalamnya Ia menyelubungi bait suci, yang memampukan para jemaat untuk mendekat kepada-Nya, melainkan seperti awan yang di dalamnya Ia turun ke Gunung Sinai, yang mengharuskan orang-orang untuk berdiri menjauh. “Awan ini begitu tebal sehingga doa kami tampak seolah-olah terhilang di dalamnya. Doa kami tak dapat menembus. Kami tidak dapat didengar.” Perhatikanlah, masalah-masalah yang berkepanjangan kadang-kadang merupakan godaan, bahkan bagi umat yang pendoa, untuk mempertanyakan apakah Allah memang seperti yang selama ini mereka percayai, yaitu Allah yang mendengarkan doa.
- 2. Mereka mengeluhkan penghinaan tetangga-tetangga mereka serta cela dan aib yang menimpa mereka (ay. 45): “Kami Kaujadikan kotor, atau buangan, dari tempat pengirikan, yang dibuang ke dalam lobang sampah.” Hal ini dirujuk oleh Rasul Paulus dalam penjelasannya tentang penderitaan-penderitaan para rasul. Kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu (1Kor. 4:13). “Kami adalah keji, atau sampah, di antara bangsa-bangsa, diinjak-injak oleh semua orang, dan dipandang sebagai yang paling hina dari bangsa-bangsa, dan tidak bermanfaat sama sekali selain untuk dibuang seperti garam yang sudah menjadi tawar. Terhadap kami semua seteru kami mengangakan mulutnya (ay. 46), mengangakan mulutnya terhadap kami seperti singa-singa yang mengaum, untuk menelan kami, atau mengejek kami dengan mulut mereka, atau mengambil kebebasan untuk mengatakan apa yang ingin mereka katakan tentang kami.” Keluhan-keluhan ini sudah kita dapati sebelumnya (2:15-16). Perhatikanlah, sudah biasa jika orang-orang yang berwatak rendah dan jahat menggilas dan melindas orang yang sudah jatuh dari puncak kehormatan ke kedalaman penderitaan. Akan tetapi penderitaan ini mereka timpakan kepada diri mereka sendiri karena dosa. Jika mereka tidak menjadikan diri mereka keji, musuh-musuh mereka tidak akan bisa menjadikan mereka demikian: tetapi itulah mengapa orang menyebut mereka perak yang ditolak, sebab TUHAN telah menolak mereka yang telah menolak Dia.
- 3. Mereka mengeluhkan kehancuran mengenaskan yang telah dibuat musuh-musuh mereka (ay. 47): Kejut dan jerat menimpa kami. Musuh-musuh tidak hanya sudah membuat kami ketakutan dengan tanda-tanda bahaya itu, tetapi juga menang melawan kami dengan siasat-siasat mereka, dan mengejutkan kami dengan perangkap-perangkap yang mereka pasang untuk kami. Maka yang terjadi kemudian tiada lain selain kemusnahan dan kehancuran, keruntuhan puteri bangsaku (ay. 48), puteri-puteri kotaku (ay. 51). Musuh-musuh, setelah menangkap sebagian dari mereka seperti burung dalam perangkap, memburu yang lain seperti burung jinak diburu oleh burung pemangsa (ay. 52): Seperti burung aku diburu-buru oleh mereka yang menjadi seteruku, yang dikejar dari semak ke semak, bagai Saul memburu Daud seperti ayam hutan. Demikianlah tak kenal lelah permusuhan para penganiaya mereka, namun tanpa sebab. Mereka melakukannya tanpa sebab, tiada orang yang mengganggu mereka. Meskipun Allah bertindak benar, mereka bertindak tidak benar. Daud sering kali mengeluhkan orang-orang yang membencinya tanpa alasan. Dan seperti itulah musuh-musuh Kristus dan jemaat-Nya (Yoh. 15:25). Musuh-musuh memburu mereka sampai berhasil menangkap mereka (ay. 53): Mereka melemparkan aku hidup-hidup dalam lobang. Mereka mengunci tawanan-tawanan mereka di dalam penjara-penjara yang sempit dan gelap, di mana mereka seolah-olah terputus dari negeri orang hidup (seperti dalam ay. 6). Atau pemerintahan dan kerajaan itu tenggelam dan runtuh, hidup dan keberadaannya lenyap, dan mereka seolah-olah dilemparkan ke dalam lobang atau kuburan, dan batu dilontarkan kepada mereka, seperti batu yang biasa digulingkan ke pintu makam. Mereka memandang bangsa Yahudi sebagai bangsa yang sudah mati dan terkubur, dan membayangkan bahwa tidak ada kemungkinan ia akan bangkit. Demikianlah Yehezkiel melihatnya, dalam penglihatan, sebuah lembah yang penuh dengan tulang-tulang yang mati dan kering. Kehancuran mereka dibandingkan bukan hanya dengan dikuburnya orang mati, melainkan juga dengan tenggelamnya orang yang hidup ke dalam air, yang tidak akan lama menjadi orang hidup di sana (ay. 54). Air penderitaan membanjir di atas kepalaku. Banjir sudah datang dan membuat mereka sangat kepayahan. Pasukan tentara Kasdim menerobos masuk ke tengah-tengah mereka seperti air menerobos, yang naik begitu tinggi sehingga membanjir di atas kepala mereka. Mereka tidak bisa menyeberang, mereka tidak bisa berenang, dan karena itu tak terhindarkan lagi pasti tenggelam. Perhatikanlah, kesusahan-kesusahan umat Allah adakalanya merajalela sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat menemukan tempat berpijak di mana pun bagi iman mereka, atau menjaga kepala mereka supaya tetap di atas air dengan pengharapan yang menghibur hati.
- 4. Mereka mengeluhkan kesedihan dan ketakutan mereka sendiri yang berlebihan karena alasan ini.
- (1) Jemaat yang menderita tenggelam dalam air mata, dan sang nabi menangisinya (ay. 48-49): Air mataku mengalir bagaikan batang air, begitu derasnya tangisan mereka. Air mataku terus-menerus bercucuran, begitu tak berkesudahan tangisan mereka, dengan tak henti-hentinya, karena tidak ada yang menenangkan mereka dari kesengsaraan-kesengsaraan mereka. Penyakit itu semakin hari semakin ganas, dan mereka tidak mengalami hari yang lebih baik. Ditambahkan (ay. 51), “Mataku terasa pedih. Mataku yang melihat mempengaruhi hatiku. Semakin aku memandang kehancuran kota dan negeri itu, semakin aku bersedih. Ke mana saja aku melemparkan pandanganku, aku melihat apa yang membuatku bersedih lagi, bahkan oleh sebab keadaan putri-putri kotaku,” semua kota sekitar, yang bagaikan putri-putri bagi Yerusalem sang kota induk. Atau, mataku yang menangis mempengaruhi hatiku. Dengan melampiaskan kesedihanku, itu bukannya mengurangi kesedihan itu, tetapi hanya menambah-nambah dan memperparahnya. Atau, mataku melelehkan jiwaku. Aku telah banyak menangis sampai kekuatan rohku habis. Bukan saja karena sakit hati mengidaplah mataku, tetapi jiwa dan hidupku habis dalam duka (Mzm. 31:10-11). Kesedihan yang besar dan lama menjadikan roh luar biasa payah, dan membuat bukan hanya banyak kepala yang ubanan, melainkan juga kepala yang masih berambut hitam, turun ke dunia orang mati. Aku menangis, kata sang nabi, lebih daripada semua anak perempuan di kotaku (demikian yang dibaca dalam tafsiran yang agak luas). Ia bahkan melebihi orang-orang dari lawan jenis yang berpembawaan lembut dalam mengungkapkan kesedihan. Tidak akan menurunkan martabat siapa saja jika mereka banyak-banyak menangisi dosa para pendosa dan penderitaan orang-orang kudus. Yesus Tuhan kita berbuat demikian, sebab, ketika Ia telah dekat dan melihat kota yang sama itu, Ia menangisinya, sementara putri-putri Yerusalem tidak.
- (2) Jemaat merasa kepayahan dengan ketakutan-ketakutan, tidak hanya berduka atas kenyataan yang ada, tetapi juga takut akan hal yang lebih buruk, dan menganggap semuanya sudah hancur (ay. 54): “Kusangka: ‘Binasa aku!’ hancur, dan tidak kulihat harapan untuk pulih. Aku seperti orang yang sudah mati.” Perhatikanlah, orang-orang yang tertekan biasanya tergoda untuk menganggap diri mereka terbuang (Mzm. 31:23; Yun. 2:4).
- 5. Di tengah-tengah keluhan yang menyedihkan ini, di sini ada satu kata penghiburan, yang dengannya tampak bahwa keadaan mereka tidak sepenuhnya buruk seperti yang mereka gambarkan (ay. 50). Kami terus menangis seperti itu sampai TUHAN memandang dari atas dan melihat dari sorga. Hal ini menyiratkan,
- (1) Bahwa mereka puas karena perhatian Allah yang penuh rahmat terhadap mereka di dalam kesengsaraan-kesengsaraan mereka akan berhasil menggantikan semua kesedihan mereka. “Jika Allah, yang sekarang menyelubungi diri-Nya dengan awan, seolah-olah tidak memperhatikan masalah-masalah kita (Ayb. 22:13), mau tampil bersinar, maka semuanya akan baik-baik saja. Jika Ia memandang kepada kita, kita akan selamat” (Mzm. 80:20; Dan. 9:17; Dan. 9:17). Walaupun keadaannya buruk, satu pandangan yang baik dari sorga akan memperbaiki semuanya.
- (2) Bahwa mereka mempunyai pengharapan bahwa Ia pada akhirnya akan memandang mereka dengan penuh rahmat dan membebaskan mereka. Bahkan, mereka tahu betul bahwa Ia akan melakukannya: “Meskipun Ia berbantah untuk waktu yang lama, bukan untuk selama-lamanya Ia hendak berbantah, walaupun kita layak mendapatkannya.”
- (3) Bahwa sewaktu mereka terus menangis, mereka terus menunggu, dan tidak mengharapkan atau tidak akan mengharapkan kelegaan dan pertolongan dari tangan siapa pun selain tangan-Nya. Tidak ada yang dapat menghibur mereka selain kembalinya Dia dengan penuh rahmat, juga tidak ada yang lain yang dapat menghapuskan air mata dari mata mereka sampai Ia melihat ke bawah. Air mata mereka, yang sekarang mengalir bagaikan batang air, masih akan memandang kepada TUHAN, Allah mereka, sampai Ia mengasihani mereka (Mzm. 123:2).
SH: Rat 3:40-66 - Saat harapan tak tampak (Rabu, 15 Desember 2010) Saat harapan tak tampak
Pada potongan pertama dari Ratapan 3, Yeremia menjelajahi kelamnya penderitaan, dilanjutkan dengan secercah harapan yang diju...
Saat harapan tak tampak
Pada potongan pertama dari Ratapan 3, Yeremia menjelajahi kelamnya penderitaan, dilanjutkan dengan secercah harapan yang dijumpainya pada potongan kedua. Potongan ketiga, yang kita baca hari ini, diawali dengan kalimat yang membantu kita untuk membingkai ayat-ayat selanjutnya, "Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita" (40). Ini menjembatani perenungan kita dari potongan kedua.
Di ayat 40-48 Yeremia meletakkan hasil refleksinya (bnd. ayat 39) dalam konteks penderitaan yang tengah dia dan bangsanya alami. Kembali ke kenyataan hidupnya, Yeremia menyadari bahwa bangsa Israel memang layak mendapatkan hukuman dari Tuhan (42-45). Ia juga menyadari bahwa bangsa-bangsa yang Tuhan pakai untuk mendatangkan penghukuman kepada Israel begitu menikmati "tugas" yang Tuhan berikan untuk menghukum Israel sehingga mereka bertindak sangat kejam (52 dst.). Ini mengakibatkan penderitaan yang begitu memilukan, terutama bagi para perempuan dan anak-anak kecil.
Melalui seluruh rangkaian Ratapan 3, kita melihat melalui kacamata Yeremia bagaimana orang yang benar tidak serta-merta dikecualikan dari penderitaan dan kesusahan yang terjadi di sekelilingnya. Ia tetap adalah bagian dari masyarakatnya. Justru dengan menjadi bagian dari masyarakatlah, iman orang yang benar memberikan sensitivitas untuk melihat dosa dan kesalahannya serta bangsanya secara realistis di hadapan Allah. Dari situ, iman orang benar memampukan dia kembali bangkit dan memimpin masyarakatnya untuk kembali hidup lurus di hadapan Tuhan.
Mulai ayat 58, Yeremia menutup pasal 3 dengan permohonan. Bagai pengacara yang menutup uraian pembelaannya, Yeremia menyerahkan kasusnya kepada Tuhan sebagai Hakim agar Tuhan kembali bertindak menegakkan keadilan dan menjalankan pembalasan. Iman Yeremia memampukan dia untuk memahami realita kehidupan dari kacamata Tuhan dan berharap, bahkan di saat tak tampak harapan.
SH: Rat 3:49-66 - Percaya akan pemeliharaan Tuhan (Minggu, 30 Maret 2014) Percaya akan pemeliharaan Tuhan
Nabi Habakuk pernah bergumul seperti ini, "Tuhan, mengapa Engkau memakai bangsa Kasdim yang jauh lebih jahat untuk me...
Percaya akan pemeliharaan Tuhan
Nabi Habakuk pernah bergumul seperti ini, "Tuhan, mengapa Engkau memakai bangsa Kasdim yang jauh lebih jahat untuk menghukum umat-Mu sendiri yang berdosa?" (Hab. 1:12-17). Apa yang Tuhan lakukan sulit diterima oleh akal sehat. Akan tetapi, Tuhan memang berdaulat.Dia bisa memakai siapa saja. Yang tidak boleh kita lupakan ialah, yang dipakai Tuhan pun kalau bertindak melangkapi pembatasan dari Tuhan akan dihukum pula!
Peratap mewakili umat sudah terbuka menerima hukuman Allah atas dosa-dosa mereka. Keterbukaan itu membawa pengharapan, bahwa setelah dihukum pasti ada pengampunan dan pemulihan.Akan tetapi, yang sulit justru masih harus dialami. Tuhan menghukum mereka memakai bangsa lain. Ternyata bangsa musuh tersebut bertindak melampaui batas. Bukan hanya bangsa tersebut, banyak bangsa lain yang mengambil kesempatan dalam kesempitan Yehuda. Mereka berdiri di atas penderitaan umat Tuhan!
Peratap memohon agar Tuhan sendiri bertindak menyelamatkan mereka dari perlakuan yang kejam para musuh terhadap umat.Tuhan sendiri pasti bertindak adil, tetapi para musuh yang Tuhan pakailah yang bertindak melampaui batas (52-54; 59-63).Peratap meyakini bahwa Tuhan pasti mendengarkan seruannya karena Dia dahulu sudah pernah menolongnya (57-59). Dengan keyakinan itulah peratap berani memastikan para musuh pun tidak akan luput dari penghukuman Tuhan (64-66).
Selalu akan ada orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan orang lain. Anak Tuhan pun tidak luput dari dimanfaatkan seperti itu. Akan tetapi, tidak usah khawatir.Tuhan tahu menjaga milik-Nya. Mereka yang berniat jahat tidak akan mampu melawan Tuhan! Yang penting kita senantiasa terbuka di hadapan Tuhan, dan menjaga diri tidak ikut-ikutan mengail di air keruh.
SH: Rat 3:49-66 - Menangislah kepada-Nya (Minggu, 10 Desember 2017) Menangislah kepada-Nya
Dalam ayat 48-66 penulis kembali mengungkapkan ratapan pribadinya. Ia menumpahkan pergumulan bangsanya dan beban hidupnya. Ia ...
Menangislah kepada-Nya
Dalam ayat 48-66 penulis kembali mengungkapkan ratapan pribadinya. Ia menumpahkan pergumulan bangsanya dan beban hidupnya. Ia sadar bahwa dirinya hanyalah manusia biasa. Ia tidak tahan terhadap apa yang dilihat dan dialaminya. Ia hanya bisa menangis tak henti-hentinya sampai Tuhan memberikan pertolongan. Pernyataan ini mungkin mengundang tanya: "Bukankah menangis itu tidak bagus, apalagi bagi kaum laki-laki?"
Dalam tradisi Yahudi, tangisan adalah hal biasa yang mengekspresikan isi hati seseorang. Pertanyaannya adalah mengapa menangis? Karena masyarakat atau budaya pada saat itu memungkinkan seseorang itu menangis. Sebab menangis adalah sarana untuk mengungkapkan isi hati sehingga ada kelegaan yang dirasakan.
Dalam ilmu modern, menangis mempunyai tiga tujuan yang baik, antara lain: Pertama, untuk mencuci mata. Artinya, menghilangkan garam dan kotoran lain dari mata. Air mata juga mengandung enzim lysozyme yang membunuh bakteri dan mencegah infeksi mata. Kedua, untuk mengurangi stres. Dalam perspektif analisis kimia ditemukan bahwa air mata yang dipicu oleh stres mengandung berbagai protein dari bahan-bahan yang digunakan untuk membersihkan mata. Dengan demikian, tubuh kita secara alamiah membersihkan racun stres dari tubuh. Selain itu, air mata juga mengandung endorphin, yaitu salah satu penghilang rasa nyeri alami bagi tubuh yang bertindak sebagai pengatur atau pengurang rasa sakit emosional. Itulah kebesaran anugerah-Nya. (3) Untuk mengekspresikan apa yang dirasakan menjadi beban.
Bersyukurlah bahwa kita boleh menangis di hadapan Tuhan. Menangis bukanlah hal tabu. Menangis adalah sarana yang baik untuk mengungkapkan isi hati kepada Allah. Marilah kita mengubah cara pandang kita yang sering kali menabukan tangisan, terutama bagi kaum laki-laki. Hargailah ekspresi isi hati seseorang sebagaimana adanya dan cobalah memahami segala pergumulan dan penderitaan yang sedang dirasakan maupun dialami orang tersebut. [MH]
SH: Rat 3:49-66 - Meminta dalam Keyakinan (Selasa, 18 April 2023) Meminta dalam Keyakinan
Ketika kita membuat permintaan kepada seseorang, tentu kita tidak selalu yakin bahwa permintaan kita akan dilakukan. Namun, d...
Meminta dalam Keyakinan
Ketika kita membuat permintaan kepada seseorang, tentu kita tidak selalu yakin bahwa permintaan kita akan dilakukan. Namun, di dalam bacaan hari ini kita memiliki kepastian bahwa Allah akan melakukan apa yang diminta oleh orang-orang pilihan.
Nabi Yeremia mewakili bangsa Yehuda yang menderita. Ia meratap dengan kesedihan yang mendalam (49-54). Ia berseru kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya (55-57). Hal yang menarik adalah segera setelah itu, ia berseru bahwa Tuhan telah menyelamatkannya (58-60). Masa depan seolah-olah telah menjadi masa kini. Sang nabi meyakini bahwa Tuhan memerhatikan umat-Nya yang menderita di bawah penindasan dan penghinaan bangsa-bangsa asing (61-63). Maka, ia pun memohon dalam keyakinan bahwa suatu saat nanti Tuhan akan membalas kejahatan mereka (64-66).
Dari manakah asalnya semua keyakinan Nabi Yeremia? Bagaimana dia bisa begitu yakin bahwa Tuhan akan melakukan permohonannya? Keyakinan Yeremia berasal dari relasi yang intim dengan Tuhan. Melalui pengalamannya bersama Tuhan, ia menjadi makin dekat dengan-Nya. Keakraban itu membuatnya dapat mengetahui kehendak Tuhan-yakni isi hati dan jalan-Nya. Ia tahu bahwa Tuhan amat mengasihi umat-Nya dan kasih-Nya bagi bangsa Yehuda tidak akan berhenti.
Seberapa dekat kita telah mengenal Tuhan? Apakah keakraban itu membuat kita benar-benar mengenal isi hati dan jalan-Nya? Rasul Paulus berani berkata: "… kami memiliki pikiran Kristus" (1Kor. 2:16b) karena ia telah bergaul secara intim dengan Tuhan.
Jikalau kita mengenal Tuhan, kita akan meminta kepada-Nya dalam keyakinan. "Mintalah apa saja yang kamu kehendaki", kata Tuhan, "dan kamu akan menerimanya" (Yoh. 15:7). Itulah janji-Nya bagi setiap orang yang tinggal di dalam Dia.
Sekarang bagaimana kita merespons janji Tuhan yang indah ini? Jika kita berdoa dengan keyakinan bahwa Ia mengasihi kita dan mengetahui penderitaan kita, maka kita dapat meminta kepada-Nya seolah-olah kita telah menerimanya. Haleluya! [PHM]
TFTWMS -> Rat 3:50-54; Rat 3:48-58
TFTWMS: Rat 3:50-54 - Penyebab Tangisan Itu Penyebab Tangisan Itu (Ratapan 3:50-54)
Sampai TUHAN memandang dari atas Dan melihat dari sorga. Mataku terasa pedih Oleh sebab keadaan puteri-puteri...
Penyebab Tangisan Itu (Ratapan 3:50-54)
Sampai TUHAN memandang dari atas Dan melihat dari sorga. Mataku terasa pedih Oleh sebab keadaan puteri-puteri kotaku. Seperti burung aku diburu-buru Oleh mereka yang menjadi seteruku tanpa sebab. Mereka melemparkan aku hidup-hidup dalam lobang, Melontari aku dengan batu.
Air membanjir di atas kepalaku, Kusangka: "Binasa aku!" (3:50-54).
Alasan nabi itu menangis berhubungan lebih dengan puteri-puteri kotanya. Ayat 50 adalah sebuah pernyataan kunci: Ia mengantisipasi untuk menangis "sampai TUHAN memandang dari atas dan melihat dari sorga." Sekarang pahamilah bahwa peristiwa-peristiwa ini adalah penghakiman Allah, nabi itu mengakui bahwa satu-satunya pertolongan di hari yang gelap kehancuran dan kebinasaan ini adalah Allah Yehovah.
Penebus yang Yehuda tolak, Allah mereka yang adil, harus diredakan murka-Nya sebelum Ia bersedia memulihkan mereka (lihat Yeremia 29:10-14).
Ketidakberdayaan nabi itu sendiri diidentifikasi dalam ayat 52, saat ia mengingat bagaimana musuh-musuhnya memburu dia "seperti burung" (lihat Yeremia 37:12-16) dan membungkamnya dengan menempatkan dia "dalam lobang" (3:53; Yeremia 38:1-9). Bila ada orang yang menganiaya kita, kita terluka. Namun yang secara khusus membingungkan dan memilukan adalah ketika musuh-musuh itu adalah orang-orang kita sendiri. (Lihat Mazmur 55:4-15; 69:1-12).
Dengan mengasumsikah istilah-istilah deskriptif ini dalam ayat 52 sampai 54 mengacu kepada saat-saat Yeremia berada dalam lumpur, penahanannya di sebuah perigi, tidak mengherankan bahwa ia merasa dibungkam dan binasa. Ketika bantuan sangat dibutuhkan, dan ia sangat ingin membantu kaumnya, berada di lobang berlumpur adalah sangat menyakitkan. Ia tidak dapat bicara untuk Allah atau untuk menolong mereka yang terluka di atas! Satu-satunya harapannya untuk hari yang lebih baik adalah dengan berpaling kepada Allah.
TFTWMS: Rat 3:48-58 - Penyajian Terakhir Nabi Itu Tentang Wawasannya Yang Tumbuh PENYAJIAN TERAKHIR NABI ITU TENTANG WAWASANNYA YANG TUMBUH (Ratapan 3:48-58)
Ayat 48 sampai 66 kembali kepada orang pertama, yang berlanjut sampai ak...
PENYAJIAN TERAKHIR NABI ITU TENTANG WAWASANNYA YANG TUMBUH (Ratapan 3:48-58)
Ayat 48 sampai 66 kembali kepada orang pertama, yang berlanjut sampai akhir pasal ini. (Perhatikan penggunaan "[milik]ku" [16 kali], "[kepada]ku" [6 kali], dan "aku" [5 kali].) Ada dua pihak lain yang dominan dalam pengamatan pribadi nabi itu. Tuhan disebut sebanyak 7 kali, dan kata ganti orang "Kamu" (12 kali) dan "[milik]-Mu" (3 kali) digunakan berulang kali untuk menyapa Allah, memuji Dia atau meminta bantuan dari Dia. Alasan bagi jeritan ini kepada Tuhan adalah bahwa nabi itu sedang menghadapi musuh (3:52) dan para penyerang (3:62), yang berulang kali diidentifikasi oleh kata ganti "[milik] mereka" (9 kali), "[kepada] mereka" (5 kali), dan "mereka" (sekali).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul k...
Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
- (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
- (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
- (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
- (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
- (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
- (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
- (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
- (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
- (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
- (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
- (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
- (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
- (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Full Life: Ratapan (Garis Besar) Garis Besar
I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22)
A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7)...
Garis Besar
- I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22) - A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7) - B. Penyebab Kebinasaan Kota Itu
(Rat 1:8-11) - C. Penderitaan Penduduk Kota Itu
(Rat 1:12-22) - II. Murka Allah dan Kesedihan Yerusalem
(Rat 2:1-22) - A. Murka Allah Terhadap Sion
(Rat 2:1-9) - B. Penderitaan Berat Penduduk Yerusalem
(Rat 2:10-17) - C. Permohonan Nabi akan Belas Kasihan
(Rat 2:18-22) - III.Umat Allah yang Tersiksa dan Harapan Mereka
(Rat 3:1-66) - A. Seruan Keputusasaan
(Rat 3:1-18) - B. Pengakuan Adanya Pengharapan
(Rat 3:19-39) - C. Panggilan untuk Bertobat
(Rat 3:40-42) - D. Penderitaan Sang Nabi
(Rat 3:43-54) - E. Doa Sang Nabi
(Rat 3:55-66) - IV. Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Sion
(Rat 4:1-22) - A. Perbandingan Masa Lalu dan Masa Kini Sion
(Rat 4:1-12) - B. Penyebab Sion Dihancurkan
(Rat 4:13-20) - C. Hukuman bagi Edom dan Pemulihan Yehuda
(Rat 4:21-22) - V. Doa Memohon Pemulihan
(Rat 5:1-22) - A. Kebutuhan akan Pengampunan
(Rat 5:1-15) - B. Pengakuan Dosa
(Rat 5:16-18) - C. Permohonan untuk Pemulihan
(Rat 5:19-22)
Matthew Henry: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tert...
- Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tertawa, dan pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, maka alangkah baiknya jika kita membaca dan merenungkan pasal-pasal yang memilukan dari kitab ini, bukan hanya dengan rela hati, tetapi juga dengan harapan untuk membangun diri kita sendiri olehnya. Dan, supaya kita dapat melakukan ini, kita harus mempersiapkan diri kita supaya boleh turut bersedih dengan hati yang kudus dan ikut menangis bersama sang nabi yang menangis. Marilah kita renungkan,
- I. Judul kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini memiliki satu judul, tetapi disebut (seperti kitab-kitab Musa) berdasarkan kata yang pertama, Ecah GÇô Bagaimana. Tetapi para penafsir Yahudi menyebut judul tersebut, seperti orang-orang Yunani, dan kita mengikuti mereka, Kinoth GÇô Ratapan (-ratapan). Sama seperti kita mempunyai syair-syair atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan sukacita, demikian pula kita mempunyai sajak-sajak atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan ratapan. Sedemikian beragamnya cara-cara yang dipakai oleh sang Hikmat Tak Terbatas untuk bekerja pada diri kita dan menggugah perasaan-perasaan kita, supaya Ia bisa melembutkan hati kita dan menanamkan hati itu dengan kebenaran-kebenaran ilahi, seperti layaknya lilin meterai. Kami tidak hanya sudah meniup seruling bagimu, tetapi juga sudah menyanyikan kidung duka (Mat. 11:17).
- II. Penulis kitab ini. Penulisnya Yeremia sang nabi, yang di sini menjadi Yeremia sang penyair. Jadi ia nabi sekaligus penyair. Oleh karena itulah kitab ini pantas ditempatkan setelah kitab nubuatnya, dan seperti menjadi lampiran untuk nubuatnya itu. Dalam kitab nubuatnya kita sebagian besar mendapati nubuat-nubuat tentang kehancuran Yehuda dan Yerusalem, dan kemudian sejarah tentang keduanya, untuk menunjukkan betapa nubuat-nubuat itu digenapi dengan tepat, untuk meneguhkan iman kita. Sekarang dalam kitab ini kita mendapati ungkapan-ungkapan dukacita sang nabi atas peristiwa-peristiwa itu, untuk menunjukkan betapa ia sangat tulus dalam pernyataan-pernyataan yang sering kali dibuatnya bahwa ia tidak menginginkan hari celaka, tetapi bahwa, sebaliknya, penglihatan akan hari itu justru memenuhi dirinya dengan kepahitan. Ketika ia melihat malapetaka-malapetaka ini dari kejauhan, ia berharap sekiranya kepalanya penuh air dan matanya jadi pancuran air mata. Dan, ketika malapetaka-malapetaka itu datang, ia memperlihatkan bahwa ia tidak menutup-nutupi keinginan itu, dan bahwa ia sama sekali tidak membenci negerinya, yang merupakan kejahatan yang dituduhkan kepadanya oleh musuh-musuhnya. Negerinya sudah berlaku sangat jahat terhadapnya, dan kehancurannya merupakan bukti bahwa ia adalah nabi yang benar, dan sekaligus menjadi penghukuman terhadap mereka karena menganiaya dia yang dituduh sebagai nabi palsu. Bisa saja ia tergoda untuk bersorak-sorai atas kehancuran negeri itu, namun ia meratapinya dengan sedih. Dan dalam hal ini ia menunjukkan perangai yang lebih baik daripada perangai Yunus berkenaan dengan Niniwe.
- III. Terjadinya Ratapan-ratapan ini. Ratapan-ratapan ini timbul karena terjadinya kehancuran Yehuda dan Yerusalem oleh tentara Kasdim dan bubarnya pemerintahan Yahudi, baik masyarakat maupun jemaat, sebagai akibat kehancuran itu. Sebagian dari rabi-rabi beranggapan Ratapan-ratapan ini dituliskan Yeremia oleh karena kematian Yosia, yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 35:25. Tetapi, meskipun benar bahwa kematian Yosia itu membukakan pintu bagi semua malapetaka yang mengikutinya, namun Ratapan-ratapan ini tampak dituliskan ketika Yeremia melihat langsung, dan bukan ketika ia mendapat penglihatan tentang, malapetaka-malapetaka itu. Jadi ratapan ditulis ketika malapetaka-malapetaka itu sudah datang, dan bukan ketika masih jauh. Dan dalam ratapan-ratapan ini tidak ada ditujukan sesuatu tentang Yosia, dan pujian terhadapnya, seperti yang pasti harus ada bila ratapan-ratapan itu memang untuk dia. Tidak, pemakaman Yerusalemlah yang menjadi pokok bahasan sajak ini. Sebagian rabi lain berpendapat bahwa Ratapan-ratapan ini termuat dalam gulungan kitab yang ditulis Barukh dari mulut Yeremia, dan yang dibakar Yoyakim. Dan mereka mengemukakan bahwa pada awalnya dalam kitab ini hanya ada pasal 1, 2, dan 4, tetapi bahwa dalam pasal 3 dan 5 ada banyak perkataan seperti itu yang kemudian ditambahkan. Tetapi pendapat ini hanyalah angan-angan yang tidak berdasar. Gulungan kitab itu dengan tegas dikatakan sebagai pengulangan dan ringkasan dari khotbah-khotbah sang nabi (Yer. 36:2).
- IV. Penyusunan ini. Penyusunannya tidak hanya bersifat puitis, tetapi juga menurut urutan abjad, semuanya kecuali pasal 5, seperti halnya beberapa mazmur Daud. Setiap ayat dimulai dengan huruf dalam urutan abjad Ibrani, pertama alef, kedua beth, dst. Tetapi pasal 3 adalah abjad rangkap tiga, tiga ayat pertama dimulai dengan alef, tiga ayat berikutnya dimulai dengan beth, dst. Hal ini membantu ingatan (karena lagu-lagu pendek yang memilukan ini dimaksudkan untuk dihafal) dan penulisannya elok menurut penilaian pada waktu itu, dan karena itu tidak boleh dipandang rendah sekarang. Mereka mencermati bahwa dalam pasal 2, 3, dan 4, huruf pe ditempatkan sebelum ain, yang dalam semua abjad Ibrani seharusnya ditempatkan sesudahnya. Untuk alasan itu, Dr. Lightfoot menawarkan dugaan ini, bahwa huruf ain, yang merupakan huruf bilangan untuk Septuaginta (LXX; Alkitab terjemahan bahasa Yunani GÇô pen.), dengan ditaruh di tempat yang salah seperti itu, menjadi menakjubkan, untuk mengingatkan mereka akan tujuh puluh tahun yang pada akhirnya Allah akan memulihkan pembuangan mereka.
- V. Kegunaannya. Kegunaanya sangat besar, tidak diragukan lagi, bagi orang-orang Yahudi yang saleh dalam penderitaan-penderitaan mereka. Kitab ini melengkapi mereka dengan bahasa rohani untuk mengungkapkan kesedihan alami mereka, membantu melestarikan ingatan yang tetap segar akan Sion di antara mereka, dan anak-anak mereka yang tidak pernah melihatnya, ketika mereka berada di Babel. Hal ini bisa mengarahkan air mata mereka kepada saluran yang tepat (sebab di sini mereka diajar untuk berduka atas dosa dan berduka kepada Allah). Bersamaan dengan itu, kitab ini mendorong harapan-harapan mereka bahwa Allah masih akan kembali dan berbelas kasihan terhadap mereka. Dan kitab ini berguna bagi kita, untuk membuat kita tergerak dengan dukacita menurut kehendak Allah atas malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah, seperti yang sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang merupakan anggota-anggota jemaat Allah yang giat, dan yang menetapkan hati untuk ambil bagian bersama jemaat.
Jerusalem: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk ...
RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk "lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani ddan Vulgata, kitab Ratapan menyusul kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya. Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25 dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9. Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20, atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17. Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4 kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada thn. 587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka- cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci. Liturgi Gereja katolik memanfaatkan kitab ini dalam Pekan Suci yaitu di masa renungan mengenai drama yang pernah berlangsung di gunung Kalvari.
BARUKH
Kitab Barukh termasuk kitab-kitab deuterokanonika, yang tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani (LXX) menempatkan kitab ini antara kitab Yeremia dan kitab Ratapan. Dalam terjemahan Latin, Vulgata, kitab Barukh menyusul kitab Ratapan. Menurut kata pendahuluan, Bar 1:1-14, kitab ini dikarang oleh Barukh, juru tulis nabi Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat ke pembuangan Kitab ini dikirim ke kota Yerusalem untuk dibicarakan dalam upacara- upacara ibadat. Isi kitab Barukh terdiri atas: sebuah doa pengakuan dosa dan harapan Bar 1:15-3:8, sebuah sajak kebijaksanaan, Bar 3:9-4:4, di mana pengarang menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, dan sebuah nubuat, Bar 4:5- 5:9; dalam bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata kepada kaum buangan, sedangkan nabi memberi hati dengan mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Doa yang tercantum dalam Bar 1:15-3:8, yang mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19, aslinya pasti dikarang dalam bahasa Ibrani. Mungkin sekali kedua bagian kitab Barukh berikut juga aslinya dikarang dalam bahasa yang sama. Seluruh kitab agaknya digubah di pertengahan abad ke-1 seb. Mas.
Dalam Alkitab Yunani (LXX) kitab Barukh dipisahkah dari kitab Surat Yeremia padahal Vulgata menyatukan Surat Yeremia dengan kitab Barukh, bab 6, dan memberi kepadanya judul tersendiri.
Surat Yeremia adalah suatu urauan yang menyerang pemujaan berhala. Dengan gaya bahasa yang dangkal pengarangnya menguraikan beberapa pokok yang sudah digarap dalam Yer 10:1-16 dan Yes 44:9-20. Pemujaan berhala yang diserang ialah yang lazim di negeri Babel di zaman agak belakangan. Surat Yeremia yang aslinya mungkin dikarang dalam bahasa Ibrani itu berasal dari zaman Yunani. Tetapi tanggal penyusunannya tidak dapat dipastikan lebih jauh. 2Mak 2:1-3 barangkali menyinggung tulisan itu.
Di Qumran ditemukan sebuah kepingan suatu naskah Yunani Surat Yeremia. Menurut ilmu paleografi kepingan itu berasal dari sekitar thn. 100 seb. Mas.
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia memperkenalkan kepada kita kehidupan jemaat Yahudi di perantauan. Kita mendapat tahu, bahwa hidup keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan kota Yerusalem oleh doa, rasa hormat keagamaan terhadap hukum Taurat, semangat balas dendam kepada musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama dengan kitab Ratapan tulisan-tulisan itu memberi kesaksian, bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan muridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga. Sebab dalam abad ke-2 Mas. ada dua Apokalips yang dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani dan yang lain berbahasa Siria (ada yang beberapa kepingan sebuah terjemahan Yunani).
Ende: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2
Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentatione...
RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.
Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.
Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih
kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain
bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu
dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf
berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini,
bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja
dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf
apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad
tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan
lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua
baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu
ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi
tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2
baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur
(9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (
Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.
Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru
dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi
umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan
nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun
demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan
dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2
Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata
tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja
mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu
tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia
mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di
Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah
anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut
adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia
sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2
ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti
mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama
Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu
bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan,
jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah,
bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal
mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan
urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi
argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap
itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah
daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2
itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan
tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu
sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam
kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia,
tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut,
diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian
kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji
(3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3).
Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20,
jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja
tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan
Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.
Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).
Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.
Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).
Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Ratapan 3(Ratapan 3)
Penderitaan Dan Ucapan Syukur (Ratapan 3:1-18, 55-66)
Satu pesan dalam pasal 3 yang tidak boleh diabaikan adalah ...
Belajar Dari Ratapan 3(Ratapan 3)
Penderitaan Dan Ucapan Syukur (Ratapan 3:1-18, 55-66)
Satu pesan dalam pasal 3 yang tidak boleh diabaikan adalah presentasi nabi itu tentang apa yang Allah telah lakukan untuk dia (3:1-18), meski berakhir dengan ucapan syukur atas apa yang Allah telah lakukan untuk dia (3:55-66). Pandangan yang berubah itu muncul tidak begitu banyak dari perubahan pola Allah, tetapi dari pengertian yang lebih dalam yang nabi itu peroleh. Perubahan itu tidak dalam pemeliharaan atau kepedulian Allah. Allah menjanjikan dia pemeliharaan dan pembebasan-Nya dalam Yeremia 1:17-19, namun Yeremia tidak mengenali penggenapan janji itu selama sekitar dua puluh tahun (Lihat Yeremia 20:7-13.) Demikian juga, dalam pasal 3 nabi itu bergerak dari keluhan dan keraguan kepada keyakinan kepada Allah dan pengabdian kepada Dia.
Bagaimana pendapat Anda tentang Allah dan respons-Nya terhadap keadaan Anda? Apakah Anda lebih suka menjadi seperti nabi di awal pasal 3 atau di akhir pasal itu?15
Damai Sejahtera Kristus Kristus tidak ingin kita susah atau takut dalam hidup ini. Bacalah Yohanes 14:27: Ia memberi kita damai sejahtera. Ia sudah membuat pendamaian kita dengan Allah "oleh darah salib Kristus" (Kolose 1:20). Pendamaian ini diperoleh melalui iman (Roma 5:1, 2), pengakuan atas iman itu (Lukas 12:8, 9), pertobatan (Kisah 3:19; lihat 1 Petrus 3:10-12), dan baptisan (Kisah 2:37, 38).
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 3: 19 - 66
Jeritan Nabi Itu—Wawasannya
Seperti sesamanya orang-orang Yahudi, nabi itu bergumul untuk memahami me...
JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 3: 19 - 66
Jeritan Nabi Itu—Wawasannya
Seperti sesamanya orang-orang Yahudi, nabi itu bergumul untuk memahami mengapa Allah akan mendatangkan bencana ke atas umat pilihan-Nya. Ketika ia berseru minta Allah untuk mengingat situasinya, ia sendiri tiba pada satu titik untuk mengingat:
TFTWMS: Ratapan (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Heb.: shuach (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxfor...
Catatan Akhir:
- 1 Heb.: shuach (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 1001).
- 2 Ingatlah kebangkitan Ayub dari kehancuran kepada sukacita. Dalam penderitaan yang sangat berat, ia belajar tentang kasih karunia, kebaikan, kebijaksanaan, dan kuasa Allah, (Ayub 19:6-12; 42:1-6, 10-17). Bahkan Yesus belajar taat oleh hal-hal yang Ia derita (Ibrani 5:5-9).
- 3 Joseph S. Exell, The Biblical Illustrator, The Lamentations of Jeremiah (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 44.
- 4 Dalam The Biblical Illustrator D. Wilcox memberi sepuluh manfaat penting bagi orang yang benar-benar beralih kepada gagasan bahwa "Tuhan adalah bagianku": 1. Ketika ia memahami nilai Allah dan membutuhkan Dia, hal itu menyebabkan orang itu "tidak mampu dipuaskan tanpa Dia, atau menerima hal lain apa saja. 2. Ia "telah masuk ke dalam perjanjian dengan Dia." 3. Ia "mengasihi Dia, di atas segalanya, atau dengan kasih sayang yang luar biasa." 4. Ia "menghargai persekutuan dengan Dia lebih daripada kenikmatan apa saja yang dapat dirasakan." 5. Ia "sangat berterima kasih atas arahan dan kasih karunia yang meyakinkan dan memampukan dia untuk membuat pilihan bahagia yang sekarang tidak mau ia tukar dengan isi seluruh dunia." 6. Orang yang menyadari pentingnya Dia sebagai bagiannya akan "merasakan kesedihan yang sangat dalam saat menyadari kehilangan Dia, atau ketika dalam kegelapan ia memerlukan Dia." 7. Ia "akan, dengan doa dan permohonan, sering menghadap Dia, dan lebih bersungguh-sungguh untuk memperoleh kebaikan dan kasih karunia-Nya daripada kebaikan apa saja yang lebih rendah." 8. Ia "akan menjadikan Dia dasar kepercayaan dan kemenangannya, saat kenyamanan lahiriah mungkin saja ditarik atau ditolak (Hab. 3:17, 18)." 9. Ia akan "berhati-hati untuk menyenangkan dan melayani Dia dengan manusia batiniah, dan merasa takut untuk melanggar Dia, bahkan dalam pikiran, atau hal-hal yang tidak berada di bawah penglihatan dunia." 10. Ia akan "mengejar dunia dalam keadaan itu di mana hal itu akan memiliki kesenangan penuh dari Dia; dan sering kali, dengan senang hati, dipenuhi dengan pikiran yang percaya dan harapan akan hal itu … ketika dunia ini harus selama-lamanya ditinggalkan, dan semua kesenangan sensual yang rendah berakhir." (Ibid., 52).
- 5 Ibr.: darash-"… membaca berulang kali, belajar … mendiskusikan … mencari (artinya) … Yes. 55:2 … Ezra 10:16 … berkonsultasi, menanyakan … Yer. 21:2; 37:7 … firman Yahweh, 1 Raja 22:5 … mencari ilah dalam doa dan ibadah … Ula. 4:29 … Yer. 10:21; 29:13 … Rat. 3:25 … menyelidiki … Ula. 17:4, 9 … mencari penerapan … Maz. 111:2" (Brown, Driver, Briggs, 205).
- 6 Sungguh baik untuk memikul kuk selagi muda karena: (1) itu adalah wajar dalam rencana ilahi Allah (lihat Amsal 22:6; Mazmur 78:1-8); (2) itu terhormat (Amsal 10:1-5); (3) itu bermanfaat (1 Timotius 4:8-16; 2 Timotius 3:14-17); (4) Itu adalah cara termudah dan terbaik untuk hidup (Matius 11:28-30; Yohanes 10:10; 1 Petrus 5:5-7).
- 7 Ibr.: 'anan-"… menjadi sedih, pilu, berkabung … mengerang … karena itu, mengeluh, Rat. 3:39; dengan gagasan tambahan tentang ketidakadilan, Bil. 11:1" (Samuel Prideaux Tregelles, Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon [Plymouth: N.p., 1857; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967], 65).
- 8 Ibr.: chaphas-"… menggali, mencari … Ams. 2:4 … Ams. 20:27 … mencari tahu … mencari … berpikir … memeriksa = tes … Rat. 3:40…1 Raja 20:6 … Amos 9:3…Maz. 77:7 (mencari jiwa untuk mengerti ...)" (Brown, Driver, Briggs, 344).
- 9 Ibr.: chaqar-"… Maz. 139:23 … mencara dengan seksama, menjelajahi … mencari tahu tentang suatu hal atau masalah … Ams. 25:2; Maz. 44:22 … tentang memeriksa secara menyeluruh … Ams. 18:17 … tentang pemeriksaan diri sendiri … Rat. 3:40" (Ibid., 350).
- 10 Ibr.: shub-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 20 dalam pelajaran "Penderitaan Dari Dosa" (Ibid., 996-1000). Dalam ayat ini yang berkaitan dengan dosa dan Allah, itu berarti "berbalik kepada Allah," "mencari dengan penyesalan."
- 11 Ibr.: pasha'-"… menjadi ketakutan … Zef. 3:11 … Yer. 3:13 … Yes. 48:8 … memberontak, menentang … melanggar Allah … Yes. 1:28 … Yes. 53:12; Hos. 14:10 … Rat. 3:42 … Maz. 37:38" (Ibid, 833).
- 12 Ibr.: patsah-"… hancur berkeping-keping … seperti dalam mengancam (seperti binatang pemangsa) … Maz. 22:14; dalam mengejek … [ungkapan, saat diikuti oleh 'l] Rat. 2:16; 3:46; dalam bicara secara gegabah" (Tregelles, 685); "buka …terpisah … mulut terbuka" (Brown, Driver, Briggs, 822).
- 13 Ibr.: pachad-"takut … mengerikan … 2 Taw. 17:10 … Maz. 119:120 … gemetar karena ketakutan akan engkau … Maz. 64: 2 … Yer. 30:5 … Ams. 1:26, 27 … suara bencana … Yer. 48:44 … suara teror" (Brown, Driver, Briggs, 808).
- 14 Mungkin ada perbedaan yang besar antara ketakutan kita dan fakta-fakta! Sebelumnya, ketika nabi itu menjerit minta tolong, ia menyatakan tentang Allah, "tak didengarkan-Nya doaku" (3:8). Ia selanjutnya menuduh bahwa Allah menutupi diri-Nya seperti awan sehingga tidak ada doa yang dapat lewat (3:44). Apa yang beda dalam konsep dan keyakinan disuarakan oleh nabi yang sama dalam 3:55-57! Siapakah yang telah berubah: Allah atau nabi itu?
- 15 Ibr.: rib-"berusaha keras, bersaing … menangis, berteriak … bertengkar dengan gaduh … Rat. 3:58 … Yer. 50:34 … mengadukan kasus, gugatan (hukum), … Yes. 3:13 … Amos 7:4 … Yer. 2:9" (Brown, Driver, Briggs, 936).
- 16 Ibr.: ga'al-"… dalam menebus dari perbudakan, Ima. 25:48, 49 … menebus, dengan pembayaran atas nilai yang diperkirakan, tentang hal-hal yang dikuduskan, oleh pemilik aslinya, Ima. 27:13, 15, 19 … menebus, dengan Allah sebagai [subjek] yang menyiratkan hubungan pribadi … individu-individu, dari kematian, Maz. 103:4; Rat. 3:58; Hos. 13:14 … Yer. 50:34" (Ibid., 145).
- 17 Ibr.: 'aph (Ibid., 60). Istilah yang penuh api ini telah berulang kali digunakan dalam kitab ini (1:12; 2:1, 3, 6, 21, 22; 3:43).
- 18 Ini bukan doktrin Calvinis bahwa Allah telah menentukan begitu banyak orang untuk dibinasakan dan begitu banyak orang untuk diselamatkan, dengan menyangkal kehendak bebas manusia itu sendiri. Allah tidak menghendaki siapa saja binasa, namun Ia memang memerintahkan manusia untuk bertobat dari cara hidup mereka yang memberontak (Yehezkiel 18:30-32; Kisah 17:30, 31; 2 Petrus 3:9). Jika seseorang dengan keras kepala menentang sikap panjang sabar dan rahmat Allah, dengan tidak mau mengembangkan kasih untuk kebenaran, maka Allah dapat mengirimkan khayalan yang kuat dan membolehkan dia untuk menghadapi pelbagai akibat dari kebodohan dan pemberontakannya (lihat 2 Tesalonika 2:9-12; Amsal 1:23-33). Dengan cara inilah Allah mengeraskan hati Firaun (Keluaran 7:3; 9:12; 10:1), tetapi secara jelas dinyatakan bahwa kedegilan Firaunlah yang mengeraskan hatinya sendiri (Keluaran 7:13, 14; 8:15, 32; 9:34). Ketika matahari menyinari lilin dan beton, yang satu melunak dan yang satunya lagi mengeras. Itu adalah sinar matahari yang sama, namun bahan-bahan dalam lilin melembutkan, sedangkan bahan-bahan dalam beton mengeraskan. Dengan cara yang sama, kebenaran Allah dapat saja melunakkan orang kepada ketaatan yang bersyukur, sementara orang lain yang menerima kebenaran yang sama menjadi keras dan memberontak.
- 19 Louisa M. R. Stead, "Kupercaya Pada Yesus," Kidung Puji-pujian Kristen, Alkitab Yuku.
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 16
BIS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke
tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan k
RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu.
Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Allah dan harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Penderitaan Yerusalem
Rat 1:1-22 - Hukuman kepada Yerusalem
Rat 2:1-22 - Hukuman dan harapan
Rat 3:1-66 - Yerusalem runtuh
Rat 4:1-22 - Doa mohon belas kasihan
Rat 5:1-22
Ajaran: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa
kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, se
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, sehingga anggota jemaat juga mengetahui bahwa Allah menghukum dunia karena dosa-dosa manusia.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yeremia.
Isi Kitab: Kitab Ratapan terbagi atas 5 pasal. Dan bersifat seruan hati dan getaran perasaan nabi Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ratapan
Pasal 1 (Rat 1:1-22).
Yeremia menangisi keadaan Yerusalem yang dihancurkan Bacalah pasal Rat 1:16-22. Apa sebab Yeremia menangis?
Pasal 2 (Rat 2:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menyatakan bahwa kerusakan dan kesukaran Yerusalem, merupakan pernyataan daripada murka Allah
Pendalaman
Apakah sebab Yerusalem dihukum Allah? (pasal Rat 2:14).
Pasal 3 (Rat 3:1-66).
Yeremia menunjukkan perasaannya dengan menangisi segala kesukaran dan penderitaan bangsanya
Pendalaman
Apakah yang dilakukan Yeremia ketika melihat keadaan bangsanya? (pasal Rat 3:49-51).
Pasal 4 (Rat 4:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menceritakan bahwa semua penderitaan dan kesukaran yang terjadi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan dosa bangsa Israel
Pendalaman Apakah kesalahan bangsa Israel? (pasal Rat 4:6).
Pasal 5 (Rat 5:1-22).
Yeremia dalam tangisnya memohonkan doa pada Allah untuk memulihkan kembali keadaan bangsa Israel
Pendalaman
Bacalah pasal Rat 5:16-22.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yeremia mengajarkan bahwa Yeremia merasakan kesedihan akan keadaan bangsanya, karena dosa-dosa mereka. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen mempunyai beban akan bangsanya yang belum mengenal Tuhan Yesus.
Kehancuran kota Yerusalem merupakan pernyataan penghukuman Allah atas dosa bangsa Israel. Dengan demikian berarti Allah juga pasti menghukum anak-anak-Nya yang berbuat dosa.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan Yeremia berdoa untuk memohonkan pertolongan dari Allah. Demikian pulalah hendaknya setiap orang percaya memohon pertolongan Allah, ketika mengalami penderitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ratapan?
- Apakah isi Kitab Ratapan?
- Mengapakah Kitab ini dikatakan sebagai Kitab Ratapan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setelah mempelajari Kita Ratapan?
Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Kota yang sedang berduka
JUDULKitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How".
Kota yang sedang berduka
JUDUL
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula.
PENULIS
Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lihat Rat 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.
WAKTU
Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.
BENTUK
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" -- kecuali pasal Rat 5. Pasal Rat 1-4 merupakan puisi "akrostik", setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2Ra 25:8-12 harus dibaca sebagai latar belakang kisah Kitab Ratapan. Pembuangan merupakan suatu kejadian yang luar biasa dalam sejarah kaum Yehuda, dan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam mengembangkan pengertian mereka tentang Allah. Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?", dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkano Kejayaan ... kesengsaraan Rat 3:18,19
o Kekayaan ... kemiskinan Rat 4:5
o Sukacita ... kedukaan Rat 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat 2:15,16
o Pengucilan. Rat 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat 3:21
Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Bagaimana penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Imbauan penulis kepada Allah
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.
Garis Besar Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) [1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7Kesunyian suasana duka
Rat 1:8-11Nasib kota yang penuh dosa
Rat 1:12-20Saat murka Allah yang besa
[1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7 | Kesunyian suasana duka |
Rat 1:8-11 | Nasib kota yang penuh dosa |
Rat 1:12-20 | Saat murka Allah yang besar |
Rat 1:21-22 | Doa untuk pembalasan |
[2] ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat 2:1-22
Rat 2:1-9 | Allah, perusak yang sedang murka |
Rat 2:10-13 | Keputusan orang yang tak berdaya |
Rat 2:14-17 | Penghinaan musuh |
Rat 2:18-22 | Permohonan pertolongan yang amat sangat |
[3] RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat 3:1-66
Rat 3:1-20 | Allah, penyebab penderitaan |
Rat 3:21-39 | Kepercayaan pada kebaikan Allah |
Rat 3:40-42 | Panggilan untuk bertobat |
Rat 3:43-54 | Akibat dosa |
Rat 3:55-60 | Kepercayaan pada keadilan Allah |
Rat 3:61-66 | Doa untuk pembalasan |
[4] YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat 4:1-22
Rat 4:1-12 | Kebesaran masa lalu, aib masa kini |
Rat 4:13-20 | Penghakiman atas para imam dan nabi |
Rat 4:21-22 | Pembalasan atas Edom |
[5] DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat 5:1-22
Rat 5:1-9 | Bangsa tertindas |
Rat 5:10-14 | Tidak ada pengecualian |
Rat 5:15-18 | Sakitnya berada dalam keputusasaan |
Rat 5:19-22 | Doa untuk pemulihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi