Teks -- Matius 11:11 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 11:11
Full Life: Mat 11:11 - SEORANG YANG LEBIH BESAR.
Nas : Mat 11:11
Pernyataan ini dapat berarti bahwa hak istimewa orang yang terkecil
dari umat perjanjian yang baru masih lebih besar daripada Yohan...
Nas : Mat 11:11
Pernyataan ini dapat berarti bahwa hak istimewa orang yang terkecil dari umat perjanjian yang baru masih lebih besar daripada Yohanes Pembaptis
(lihat art. PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU).
Umat perjanjian baru memiliki harta penyataan yang lebih besar lagi yang diberikan oleh Allah (bd. Mat 13:16-17) dan akan mengalami berbagai mukjizat yang lebih besar lagi (Mat 11:5), menyaksikan kematian dan kebangkitan Kristus, serta menerima pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kis 2:4).
Jerusalem -> Mat 11:11
Jerusalem: Mat 11:11 - lebih besar dari padanya Ini hanya oleh karena termasuk ke dalam Kerajaan, sedangkan Yohanes sebagai perintis hanya di depan pintunya. Perkataan Yesus ini tidak memperlawankan...
Ini hanya oleh karena termasuk ke dalam Kerajaan, sedangkan Yohanes sebagai perintis hanya di depan pintunya. Perkataan Yesus ini tidak memperlawankan orang, melainkan dua zaman: zaman Kerajaan secara mutlak melampaui yang mendahului dan menyiapkannya.
Ende -> Mat 11:11
Ende: Mat 11:11 - Jang terketjil Barangkali Jesus maksudkan dengan ungkapan itu, para rasul.
Kalau demikian maka dasar perbandingan bukan keunggulan pribadi, melainkan
keagungan tugas...
Barangkali Jesus maksudkan dengan ungkapan itu, para rasul. Kalau demikian maka dasar perbandingan bukan keunggulan pribadi, melainkan keagungan tugas. Tetapi mungkin pula Jesus ingat akan martabat (kekudusan) ataskodrati setiap "anak Allah" dalam Keradjaan Allah jang baru, sedangkan "kekudusan" Joanes Pemandi masih bersifat kebenaran Perdjandjian Lama.
Bagaimanapun djuga, maksud utama Jesus tentulah menekankan keutamaan Perdjandjian Baru diatas jang Lama.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 11:7-15
Matthew Henry: Mat 11:7-15 - Kesaksian Kristus tentang Yohanes Kesaksian Kristus tentang Yohanes (11:7-15)
Dalam perikop ini kita melihat pujian yang tinggi dari Yesus Tuhan kita tentang Yohanes Pembaptis. Puji...
Kesaksian Kristus tentang Yohanes (11:7-15)
- Dalam perikop ini kita melihat pujian yang tinggi dari Yesus Tuhan kita tentang Yohanes Pembaptis. Pujian ini diberikan bukan saja untuk menghidupkan kembali perasaan hormat orang kepada Yohanes, tetapi juga untuk menghidupkan kembali nilai pekerjaannya. Dengan melihat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Yohanes kepada Kristus, mungkin terbesit di benak sebagian murid Kristus bahwa Yohanes adalah orang yang lemah, mudah goyah, dan tidak tegas dengan pendiriannya sendiri. Maka dari itu, untuk menjauhkan mereka dari pikiran-pikiran semacam ini, Kristus menggambarkan Yohanes dengan sifat-sifat yang disebutkan-Nya dalam perikop ini. Perhatikanlah, wajib bagi kita untuk membela nama baik saudara-saudari kita, bukan hanya untuk menghilangkan, melainkan juga untuk mencegah dan menghindari perasaan-perasaan iri serta pikiran-pikiran buruk tentang mereka. Kita juga harus memanfaatkan segala kesempatan yang ada, terutama apabila kita mendapati suatu kelemahan, untuk mengatakan hal-hal yang baik tentang orang-orang yang patut dipuji dan untuk memberikan pujian kepada mereka atas hasil tangan mereka. Ketika Yohanes Pembaptis tampil di muka umum dan Kristus sedang menyendiri di tempat pengasingan, ia membawa kesaksian bagi Kristus, dan sekarang, ketika Kristus sudah tampil di muka umum dan Yohanes tersembunyi di balik awan, Dia membawa kesaksian bagi Yohanes. Perhatikanlah, orang yang sudah mempunyai nama baik harus menggunakan nama baiknya itu untuk membantu dan memperbaiki nama baik orang lain yang sifat-sifatnya memang demikian, namun yang karena keadaan atau perasaan hati mereka sekarang ini mereka tidak diperlakukan demikian. Dengan demikian, kita memberikan penghormatan kepada mereka yang layak untuk menerimanya. Yohanes sudah merendahkan dirinya sendiri untuk memuliakan Kristus (Yoh. 3:20, 30; 3:11). Ia menganggap dirinya bukan apa-apa, supaya Kristus bisa menjadi segalanya, dan sekarang Kristus memuliakannya dengan menggambarkan sifat-sifat ini untuknya. Perhatikanlah, barangsiapa merendahkan diri ia akan ditinggikan, dan orang yang memuliakan Kristus akan dimuliakan-Nya. Orang yang mengakui-Nya di hadapan manusia akan diakui-Nya, kadang-kadang di hadapan manusia juga, bahkan di dalam dunia ini. Yohanes sudah selesai dengan kesaksiannya, dan sekarang Kristus memuji dia. Perhatikanlah, Kristus memberikan penghormatan kepada hamba-hamba-Nya ketika mereka sudah menyelesaikan pekerjaan mereka (Yoh. 12:26).
- Nah, mengenai pujian untuk Yohanes ini, perhatikanlah:
- I. Bahwa Kristus berbicara tentang Yohanes dengan begitu hormat bukan ketika murid-murid Yohanes ada bersama-Nya untuk mendengarkan perkataan-Nya, melainkan setelah mereka pergi (Luk. 7:24), tepat setelah mereka berangkat. Dia sangat tidak ingin terlihat sedang menyanjung Yohanes, dan Dia juga tidak mengharapkan agar pujian-pujian-Nya disampaikan kepadanya. Perhatikanlah, walaupun kita harus selalu mempunyai keinginan untuk memberikan pujian kepada orang yang layak menerimanya untuk mendorong mereka, janganlah kita melakukannya dengan hanya sekadar mengucapkan kata-kata manis belaka, atau menyampaikan pujian kita dengan cara yang dapat membuat orang lain merasa sombong. Ada orang-orang yang bisa mematikan dirinya terhadap banyak hal duniawi, tetapi mereka tidak dapat tahan mendengar pujian untuk dirinya. Kesombongan merupakan suatu sifat buruk, yang tidak boleh kita tanamkan baik dalam diri orang lain maupun dalam diri kita sendiri.
- II. Bahwa apa yang dikatakan Kristus tentang Yohanes bukan hanya dimaksudkan untuk memujinya, tetapi juga untuk memberikan manfaat kepada orang lain, serta untuk menghidupkan kembali kenangan akan pelayanannya, yang dulu sudah disambut dengan baik, namun yang sekarang (seperti yang juga terjadi pada hal-hal lain yang serupa) dilupakan begitu saja oleh orang-orang; mereka hanya menerimanya untuk semusim saja, mau menikmati seketika saja cahayanya itu (Yoh. 5:35). "Nah, sekarang coba pikirkan, untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Tanyakan pada dirimu sendiri."
- . Yohanes berkhotbah di padang gurun, dan orang banyak berbondong-bondong pergi ke sana, meskipun itu tempat yang terasing dan tidak nyaman. Apabila seorang guru berpindah ke suatu tempat yang terpencil, lebih baik kita pergi mengikutinya daripada tidak berada bersamanya. Jadi, jika khotbahnya layak untuk didengar meskipun harus dengan bersusah payah, tentunya khotbah itu juga layak untuk diingat kembali. Semakin besar kesulitan yang harus kita lalui untuk mendengarkan suatu perkataan, semakin ingin kita merasakan manfaat dari perkataan itu.
- . Namun demikian, mereka pergi untuk melihatnya lebih karena ingin melihatnya karena penampilannya yang tidak biasa daripada karena ingin memuaskan jiwa mereka dengan ajaran-ajarannya yang bermanfaat, lebih karena rasa ingin tahu daripada karena kesadaran hati. Perhatikanlah, banyak orang yang datang untuk mendengarkan firman lebih karena ingin melihat dan dilihat daripada karena ingin belajar dan diajar, lebih karena ingin mendapatkan sesuatu untuk dijadikan bahan pembicaraan daripada karena ingin diubah menjadi bijak dan diselamatkan. Kristus mengajukan pertanyaan ini kepada mereka, "Untuk apakah kamu pergi?" Perhatikanlah, orang yang mendengarkan firman akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa niat mereka dan apa saja yang sudah mereka lakukan untuk memperbaiki kehidupan mereka. Kita sering berpikir bahwa ketika khotbah selesai, kita tidak perlu lagi memperhatikannya. Oh tidak, justru ketika khotbah selesai kita harus mulai memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Nanti kita akan ditanya, "Apa yang membuatmu datang pada saat seperti ini, pada waktu khotbah ini disampaikan? Apa yang membawamu ke sana? Apakah itu kebiasaan atau teman, ataukah karena ingin memuliakan Allah dan menjadi orang baik? Apa yang kamu bawa dari sana? Pengetahuan apa, anugerah apa, penghiburan apa? Untuk apakah kamu pergi?" Perhatikanlah, apabila kita datang untuk membaca dan mendengarkan firman, kita harus memastikan dulu bahwa tujuan kita ke sana sudah benar.
- III. Mari kita lihat pujian seperti apa yang diberikan kepada Yohanes. Murid-murid tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Kristus ini. Nah, kalau begitu, kata Kristus, "Aku akan memberi tahu kamu orang seperti apa Yohanes Pembaptis itu."
- . "Dia seorang yang tegas, bertekad kuat, dan tidak seperti buluh yang digoyangkan angin. Kamulah yang berpikir demikian tentangnya, tetapi dia sendiri tidak seperti itu. Dia tidak goyah dalam pedoman-pedoman hidup yang dipegangnya, dan dia juga tidak berbelit-belit dalam perkataannya, sebaliknya ketetapan dan keteguhan hatinya sungguh luar biasa." Orang yang lemah seperti buluh akan digoyang-goyangkan juga seperti buluh, tetapi Yohanes kuat di dalam roh (Ef. 4:14). Ketika angin pujian dari orang banyak berembus segar dan sejuk pada satu saat, dan ketika badai amukan Herodes bertiup kencang dan ganas pada saat lain, Yohanes tetap sama, sama di dalam segala cuaca. Kesaksian yang ia bawa bagi Kristus bukanlah kesaksian sebatang buluh, yang datang dari seseorang yang mempunyai pikiran tertentu pada hari ini dan pikiran lain lagi keesokan harinya. Kesaksiannya bukanlah kesaksian orang yang tidak tetap pendirian; tidak, keteguhan hatinya tampak dalam dirinya (Yoh. 1:20). Ia mengaku dan tidak menyangkal, tetapi mengaku saja, dan terus berpegang teguh dengan pengakuannya itu (Yoh. 3:28). Oleh sebab itu, pertanyaan yang diajukan oleh murid-muridnya ini janganlah diartikan sebagai suatu rasa curiga mereka terhadap kebenaran dari apa yang sudah dikatakan Yohanes sebelumnya. Itulah mengapa banyak orang berbondong-bondong mendatanginya, sebab ia tidak seperti buluh. Perhatikanlah, kita tidak akan kehilangan suatu apa pun pada akhirnya jika kita tetap teguh dan tidak goyah dalam melanjutkan pekerjaan kita, tidak peduli apakah kita dipuji atau dicela orang.
- . Ia seorang yang menyangkal diri dan mati terhadap dunia ini. "Apakah ia orang yang berpakaian halus? Seandainya demikian, kamu tidak akan pergi ke padang gurun untuk melihatnya, melainkan ke istana. Tidak, kamu pergi untuk melihat orang yang memakai jubah dari bulu unta dan ikat pinggang kulit. Penampilan dan tingkah lakunya menunjukkan bahwa ia sungguh telah mati terhadap semua kemegahan dunia dan kesenangan tubuh. Pakaiannya cocok dengan padang gurun tempat dia tinggal dan dengan ajaran yang dikhotbahkannya di sana, yaitu ajaran pertobatan. Nah, Saudara sudah bisa berpikir sekarang bahwa orang yang sedemikian asing dengan segala kenikmatan istana seperti ini pasti tidak semudah itu berubah pikiran karena ancaman-ancaman penjara dan mempertanyakan apakah Yesus itu Mesias atau bukan!" Perhatikanlah, orang yang sudah hidup dengan mematikan diri terhadap dunia ini sangat kecil kemungkinannya untuk mengingkari imannya karena penganiayaan. Ia bukanlah orang yang berpakaian halus. Orang yang demikian memang ada, tetapi tempat mereka di istana-istana raja. Perhatikanlah, orang haruslah menyesuaikan penampilan mereka dengan sifat dan keadaan di sekeliling mereka. Para pengkhotbah janganlah berusaha ingin terlihat seperti pejabat istana, dan orang yang tinggal di rumah-rumah biasa janganlah mencoba untuk memakai pakaian halus seperti yang biasa dikenakan oleh para pejabat di istana raja. Hikmat mengajar kita untuk menyesuaikan diri. Yohanes tampak kasar dan tidak menyenangkan, namun banyak orang berbondong-bondong datang kepadanya. Perhatikanlah, kenangan akan semangat kita yang mula-mula dalam mendengarkan firman Allah haruslah membangkitkan gairah kita untuk melakukan pekerjaan kita sekarang. Janganlah sampai orang berkata bahwa kita sudah berbuat dan menderita begitu banyak hal dengan percuma atau sia-sia, telah berlomba dengan percuma dan bersusah-susah dengan percuma.
- . Pujian yang paling tinggi terhadap Yohanes adalah pujian atas jabatan dan pelayanannya, yang jauh lebih memuliakannya daripada karunia-karunia atau kemampuan-kemampuan apa pun yang dimilikinya. Oleh karena itu, hal inilah yang paling banyak disinggung dalam puji-pujian kepadanya.
- (1) Ia adalah seorang nabi, ya benar, dan bahkan lebih dari pada nabi (ay. 9). Begitulah yang dikatakan tentang Yohanes oleh Dia yang adalah Sang Nabi Agung, yang bagi-Nya semua nabi memberikan kesaksian mereka. Yohanes berkata tentang dirinya sendiri bahwa ia bukanlah Nabi itu, Sang Nabi Agung itu, Sang Mesias itu sendiri; dan sekarang Kristus (yang penghakiman-Nya sangat dapat dipercaya) berkata bahwa dia lebih dari pada nabi. Yohanes mengakui bahwa ia sendiri lebih rendah daripada Kristus, dan Kristus mengakui bahwa Yohanes lebih tinggi daripada semua nabi lain. Perhatikanlah, pendahulu Kristus bukanlah seorang raja, melainkan seorang nabi, supaya tampak bahwa kerajaan Mesias itu tidak dibangun di atas dasar kuasa duniawi. Namun demikian, pendahulu-Nya yang langsung itu juga merupakan seorang nabi yang luar biasa, melebihi nabi Perjanjian Lama. Semua nabi itu sungguh saleh, tetapi Yohanes melebihi mereka semua. Mereka melihat hari Kristus dari jauh, dan penglihatan mereka itu masih membutuhkan waktu yang sangat lama untuk digenapi, tetapi Yohanes melihat hari itu di kala fajar, ia melihat sang surya terbit, dan menyatakan kepada umatnya bahwa Mesias berada di antara mereka. Nabi-nabi lain berbicara tentang Kristus, tetapi dia menunjuk langsung kepada-Nya. Mereka berkata, "Seorang perempuan muda mengandung," tetapi dia berkata, "Lihatlah, Anak Domba Allah!"
- (2) Ia adalah orang yang sama yang sudah dinubuatkan akan menjadi pendahulu Kristus, karena tentang dia ada tertulis (ay. 10). Ia dinubuatkan oleh nabi-nabi lain, dan karena itu ia lebih besar daripada mereka. Maleakhi bernubuat tentang Yohanes, "Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau." Dengan dinubuatkan dan dituliskannya Yohanes oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, Yohanes mendapatkan sebagian dari kehormatan-kehormatan yang dimiliki Kristus, dan kehormatan ini juga diberikan kepada orang-orang kudus dengan dituliskannya nama-nama mereka di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba. Yohanes mendapat kehormatan yang sangat besar dari antara semua nabi dengan terpilihnya ia menjadi pendahulu kedatangan Kristus. Ia seorang pembawa pesan yang diutus untuk melakukan tugas besar; seorang pembawa pesan, satu di antara seribu, yang kehormatannya didapat dari kehormatan Dia yang memberikan pesan itu. Ia adalah pembawa pesan-Ku yang diutus oleh Allah. Ia bertugas untuk mempersiapkan jalan bagi Kristus dan mendorong orang untuk menerima Juruselamat, dengan mengungkapkan dosa dan kesengsaraan mereka, serta kebutuhan mereka akan seorang Juruselamat. Ia mengatakan tugasnya ini tentang dirinya sendiri (Yoh. 1:23), dan sekarang Kristus mengatakannya tentang dia, dan dengan demikian Kristus bermaksud bukan hanya untuk menghormati pelayanan Yohanes, melainkan juga untuk membangkitkan kembali perhatian orang akan pelayanannya, yaitu membuat jalan bagi Mesias. Perhatikanlah, keindahan rencana-rencana Allah banyak terletak pada hubungan dan pertautannya satu sama lain, dan juga pada saling merujuknya rencana yang satu dengan rencana yang lain. Yang membuat Yohanes melebihi nabi-nabi Perjanjian Lama adalah bahwa ia berjalan tepat mendahului Kristus. Perhatikanlah, semakin dekat orang kepada Kristus, semakin benar-benar terhormatlah mereka.
- (3) Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis (ay. 11). Kristus tahu bagaimana menghargai orang sesuai dengan apa yang patut mereka dapatkan, dan Ia lebih memilih Yohanes daripada semua orang yang mendahuluinya, semua orang sebelumnya yang dilahirkan oleh perempuan melalui kelahiran biasa. Dari semua orang yang telah dibesarkan dan dipanggil Allah untuk melayani gereja-Nya, Yohaneslah yang paling menonjol, bahkan melebihi Musa sendiri, karena dialah yang mulai memberitakan ajaran Injil tentang penghapusan dosa bagi mereka yang benar-benar bertobat, dan juga karena ia lebih banyak mendapatkan tanda penyataan dari sorga daripada orang-orang sebelumnya. Ia melihat sorga terbuka dan Roh Kudus turun. Ia juga sangat berhasil dalam pelayanannya, hampir seluruh penduduk bangsa itu berbondong-bondong mendatanginya. Tidak ada orang lain sebelumnya yang pernah bangkit untuk melakukan suatu rancangan besar seperti itu, atau yang datang dengan tugas yang begitu mulia seperti Yohanes, atau yang diterima oleh orang banyak dengan sangat baik. Banyak orang yang dilahirkan oleh perempuan kemudian menjadi orang-orang besar di dunia, tetapi Kristus lebih memilih Yohanes daripada mereka. Perhatikanlah, kebesaran tidak diukur dari penampilan dan kemegahan lahiriah, karena yang terbesar adalah dia yang hidupnya paling kudus, dan yang paling diberkati adalah dia yang paling besar di hadapan Tuhan (Luk. 1:15).
- Namun demikian, pujian yang tinggi untuk Yohanes ini secara mengejutkan mempunyai suatu batasan: namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar daripadanya.
- [1] Kerajaan Sorga ini berbicara tentang kerajaan kemuliaan. Yohanes hebat dan baik, namun demikian ia tetap seorang yang lemah dan tidak sempurna, dan karena itu ia lebih kecil daripada orang-orang kudus yang telah dimuliakan dan orang-orang benar yang disempurnakan. Perhatikanlah,
- pertama, di sorga ada berbagai derajat kemuliaan, ada orang yang kemuliaannya kurang atau lebih dari orang lain. Walaupun semua bejana sama-sama terisi penuh, namun masing-masingnya tidak mempunyai ukuran yang sama besar dan luas.
- Kedua, orang kudus yang terkecil di sorga lebih besar, lebih mengenal, lebih mengasihi, lebih memuji Allah, dan menerima lebih banyak dari-Nya daripada yang terbesar di dunia ini. Orang-orang kudus di bumi adalah orang-orang yang mulia (Mzm. 16:3), tetapi mereka yang berada di sorga jauh lebih mulia. Yang terbaik di dunia ini lebih rendah daripada malaikat-malaikat (Mzm. 8:5, KJV), yang terkecil di sorga setara dengan malaikat-malaikat, dan ini seharusnya membuat kita semakin rindu untuk berada dalam keadaan yang sungguh mulia itu, di mana yang lemah akan menjadi seperti Daud (Za. 12:8).
- [2] Kerajaan Sorga di sini haruslah dimengerti sebagai kerajaan anugerah, zaman di mana anugerah ada dalam kesempurnaan kuasa dan kemurniannya, dan ho mikroteros -- dia yang kecil di dalamya lebih besar daripada Yohanes. Sebagian orang mengartikan hal ini sebagai Kristus sendiri, yang lebih muda daripada Yohanes, dan karena itu, menurut mereka, lebih kecil daripada Yohanes. Selain itu, Kristus juga selalu berbicara dengan merendahkan diri-Nya sendiri, Aku ini ulat dan bukan orang, namun lebih besar daripada Yohanes, dan ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan Yohanes Pembaptis, Di dalam Yohanes 1:15 dikatakan, "Daripadaku akan datang Dia yang telah mendahului Aku" (KJV: "Ia yang datang setelah aku melebihi aku"). Namun demikian, ungkapan ini harus lebih diartikan sebagai pernyataan yang berbicara mengenai para rasul dan hamba Tuhan dalam Perjanjian Baru, yaitu nabi-nabi Injili. Sedangkan perbandingan antara mereka dan Yohanes bukanlah dalam kesucian hidup pribadi mereka, melainkan dalam jabatan mereka. Yohanes memberitakan kedatangan Kristus, tetapi mereka memberitakan Kristus yang bukan hanya datang, melainkan juga yang disalibkan dan dimuliakan. Yohanes datang pada saat fajar Injil menyingsing, dan dalam hal itu ia melebihi nabi-nabi sebelumnya, namun ia diambil sebelum hari menjelang siang, sebelum tabir terkoyak, sebelum kematian dan kebangkitan Kristus, dan pencurahan Roh Kudus, sehingga yang terkecil dari para rasul dan pengabar Injil lebih besar daripada Yohanes, karena kepada mereka diungkapkan perkara-perkara yang lebih besar, dan karena mereka diutus untuk tugas yang lebih besar lagi. Yohanes tidak mengadakan mujizat, sedangkan para rasul banyak mengadakan mujizat. Dasar dari pemilihan ini terletak pada kelebihan zaman Perjanjian Baru dibandingkan dengan zaman Perjanjian Lama. Oleh sebab itu pelayan-pelayan Tuhan dalam Perjanjian Baru lebih baik, karena pelayanan yang mereka lakukan memang lebih baik (2Kor. 3:6, dst.) Yohanes adalah maximum quod sic -- yang terbesar dalam golongannya, ia melakukan pekerjaan terbesar yang dapat dilakukan di dalam ketentuan zaman yang ia jalani, namun minimum maximi est majus maximo minimi -- yang terendah dalam golongan yang tertinggi lebih tinggi daripada yang terutama dalam golongan yang terendah. Orang kerdil yang berada di atas gunung dapat melihat lebih jauh daripada raksasa yang ada di lembah. Perhatikanlah, segala kebesaran sejati pada diri manusia berasal dari dan diberikan melalui perwujudan anugerah Kristus kepada mereka. Orang yang terbaik tidaklah lebih baik daripada apa yang ingin ditentukan-Nya atas orang itu. Betapa kita harus bersyukur bahwa kita hidup di tengah-tengah masa Kerajaan Sorga, yang di bawahnya kita dapat menikmati berbagai keuntungan karena terang dan kasih itu! Namun, semakin besar keuntungan kita, semakin besar pula pertanggungjawaban kita apabila kita menyia-nyiakan anugerah Allah yang telah diberikan kepada kita (bdk. 2Kor. 6:1).
- (4) Pujian yang tinggi kepada Yohanes Pembaptis adalah karena Allah mengakui pelayanannya dan membuatnya sangat berhasil untuk mencairkan hati yang beku dan mempersiapkan orang untuk menyambut Kerajaan Sorga. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang (yang lamanya tidak melebihi dua tahun), banyak hal baik yang sudah dilakukan. Begitu cepatnya gerakan itu ketika semakin mendekati Kristus, Sang Pusat gerakan itu sendiri, Kerajaan Sorga diserong -- biazetai -- vim patitur, seperti segerombolan pasukan yang dengan paksa mengepung sebuah kota, atau sekerumunan orang yang menyerbu masuk sebuah rumah, sehingga orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Arti dari ungkapan ini dapat kita lihat dalam pasal yang berkaitan dengan bacaan ini (Luk. 16:16). Sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang berebut memasukinya. Banyak orang disadarkan oleh pelayanan Yohanes dan menjadi murid-muridnya. Mereka ini adalah:
- [1] Orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya. Mereka ini berjuang untuk mendapatkan suatu tempat dalam Kerajaan Sorga. Orang bisa berpikir bahwa mereka ini tidak mempunyai hak atau keistimewaan apa pun untuk bisa masuk ke dalamnya, sehingga mereka lebih tampak seperti kaum perusuh, yang mengambil jalan pintas, jalan yang tidak benar dan memaksa sifatnya. Ketika anak-anak Kerajaan diusir dari kerajaan itu, berdatanganlah banyak orang dari timur dan barat memasukinya, lalu terseronglah Kerajaan itu (bdk. 21:31-32). Para pemungut cukai dan orang sundal percaya kepada Yohanes, yang ditolak oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dan mereka mendahului ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi untuk memasuki Kerajaan Allah. Mereka mengambil alih kerajaan itu, sedangkan para ahli Taurat dan Farisi menyia-nyiakannya begitu saja. Perhatikanlah, tidaklah melanggar kesopanan untuk masuk sorga dengan mendahului orang-orang yang dianggap lebih baik daripada kita. Sejak awal mula diwartakan, kemuliaan Injil yang besar adalah bahwa Injil telah membawa banyak orang yang dianggap sangat tidak mungkin untuk meraihnya ke dalam kekudusan.
- [2] Orang banyak yang mendesak-desak. Desakan menandakan suatu kekuatan, semangat, serta kesungguhan untuk mengingini dan berusaha dari mereka yang mengikuti pelayanan Yohanes, sebab kalau tidak, mereka tidak akan datang dari jauh hanya untuk mendengarkan dia. Ini juga menunjukkan kepada kita gairah dan semangat seperti apa yang harus dimiliki oleh orang yang ingin menjadikan sorga sebagai tujuan mereka dalam beragama. Perhatikanlah, orang yang ingin masuk kerajaan sorga harus berjuang untuk memasukinya. Kerajaan itu menghendaki suatu perjuangan yang kudus; keakuan harus disangkal; kecondongan dan bengkoknya hati, sifat dan tabiat dari akal budi harus diubah. Ada penderitaan-penderitaan berat yang harus dialami, dan ada kekuatan yang harus dikerahkan untuk memerangi sifat-sifat jahat. Kita harus berlari, bergelut, berjuang, dan melalui segala penderitaan, dan semuanya ini masih belum apa-apa demi memenangkan hadiah yang begitu mulia dan untuk mengalahkan perlawanan baik dari luar maupun dari dalam diri. Orang banyak berebut memasukinya. Orang yang ingin turut ambil bagian dalam keselamatan besar terbawa dan tertarik kepadanya dengan keinginan yang kuat. Mereka akan berusaha memperoleh keselamatan itu dengan syarat apa pun, dan mereka tidak memandang semua syarat itu berat, dan juga tidak akan melepaskan genggaman mereka sebelum mendapatkan berkat (Kej. 32:26). Orang yang ingin yakin bahwa mereka benar-benar dipanggil dan dipilih haruslah berusaha dengan tekun. Kerajaan Sorga tidak pernah dimaksudkan untuk memberikan ketenangan kepada mereka yang hanya bermain-main, melainkan untuk memberikan istirahat kepada mereka yang bekerja keras. Oh, sungguh suatu pemandangan yang mulia, kalau kita dapat melihat lebih banyak orang, bukan didorong dengan kemarahan untuk keluar dari Kerajaan Sorga, melainkan didorong dengan maksud yang kudus untuk masuk ke dalamnya!
- (5) Pelayanan Yohanes dipandang sebagai permulaan Injil (Mrk. 1:1; Kis. 1:22). Hal ini ditunjukkan dengan dua hal dalam perikop ini:
- [1] Di dalam Yohanes, zaman Perjanjian Lama sudah mulai tidak berlaku lagi (ay. 13). Perjanjian ini sudah berlaku begitu lamanya secara penuh dan kuat, tetapi kemudian mulai surut. Walaupun kewajiban hukum Musa tidak dihilangkan hingga kematian Kristus, namun ketentuan-ketentuan Perjanjian Lama mulai digantikan oleh perwujudan yang lebih jelas dari Kerajaan Sorga yang sudah dekat. Karena terang Injil (seperti halnya terang alam semesta) adalah untuk mendahului dan mempersiapkan jalan bagi hukumnya, maka nubuat-nubuat Perjanjian Lama berakhir (finis perficiens, bukan interficiens -- akhir dari penggenapan, bukan dari keberlangsungannya) dengan datangnya ajaran-ajaran Perjanjian Baru. Dengan demikian, ketika Kristus berkata, "Semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes," Ia menunjukkan kepada kita,
- pertama, bagaimana terang Perjanjian Lama ditentukan. Terang itu ditentukan dalam kitab Taurat dan semua nabi yang berbicara, walaupun secara samar-samar, tentang Kristus dan kerajaan-Nya. Perhatikanlah, kitab Taurat dikatakan bernubuat, seperti halnya para nabi, mengenai Dia yang akan datang. Kristus dimulai dari kitab-kitab Musa (Luk. 24:27). Kristus dinubuatkan melalui tanda-tanda bisu dalam pekerjaan Musa, serta juga melalui suara-suara lantang para nabi, dan ditunjukkan bukan hanya dalam nubuat-nubuat perkataan, melainkan juga dalam nubuat-nubuat yang bersifat pribadi dan nyata. Terpujilah Allah karena kita sekarang mempunyai ajaran Perjanjian Baru untuk menjelaskan nubuat-nubuat Perjanjian Lama, dan nubuat-nubuat Perjanjian Lama untuk meneguhkan dan menggambarkan ajaran Perjanjian Baru (Ibr. 1:1). Seperti halnya dua kerub, kedua perjanjian ini saling berhadap-hadapan. Walaupun Hukum Taurat telah diberikan oleh Musa sejak dulu sekali dan tidak ada nabi selama tiga ratus tahun sebelum Yohanes tampil, namun tetap dikatakan bahwa baik hukum Musa maupun para nabi bernubuat hingga tampilnya Yohanes. Ini dimungkinan karena hukum Taurat masih dijalankan dan kitab-kitab Musa serta kitab para nabi masih dibacakan. Perhatikanlah, Alkitab masih memberikan pengajaran sampai hari ini, sekalipun para penulisnya sudah tiada. Musa dan para nabi sudah wafat, para rasul dan penginjil sudah wafat (Za. 1:5), tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya (1Ptr. 1:25). Alkitab masih lantang berbicara, meskipun para penulisnya diam di dalam debu.
- Kedua, bagaimana terang Perjanjian Lama ini ditinggalkan. Ketika Ia berkata, "Mereka bernubuat hingga tampilnya Yohanes," Ia menunjukkan bahwa kemuliaan mereka menjadi pudar oleh kemuliaan yang lebih besar, nubuat-nubuat mereka digantikan oleh kesaksian Yohanes, "Lihatlah Anak Domba Allah!" Bahkan sebelum matahari terbit, cahaya fajar sudah membuat lilin-lilin bersinar redup. Nubuat-nubuat mereka tentang Kristus yang akan datang sudah ketinggalan zaman ketika Yohanes berkata, "Ia sudah datang."
- [2] Di dalam Yohanes, fajar Perjanjian Baru mulai menyingsing, karena dialah Elia yang akan datang itu (ay. 14). Yohanes bagaikan tali yang menyambungkan kedua Perjanjian itu. Seperti Nuh yang merupakan Fibula utriusque mundi -- rantai yang menghubungkan kedua dunia, begitu pula Yohanes merupakan utriusque Testamenti -- rantai yang menghubungkan kedua Perjanjian. Nubuat penutup Perjanjian Lama berbunyi, "Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu" (Mal. 4:5-6). Perkataan ini dinubuatkan hingga tampilnya Yohanes, dan kemudian, karena sekarang sudah berubah menjadi sejarah, perkataan itu tidak lagi merupakan suatu nubuat.
- Pertama, Kristus mengatakannya sebagai suatu kebenaran besar bahwa Yohanes Pembaptis adalah Elia Perjanjian Baru, bukan Elia in propria persona -- orangnya secara pribadi, seperti yang diharapkan oleh orang-orang Yahudi duniawi, dan yang disangkal oleh Yohanes (Yoh. 1:21), melainkan seorang yang akan datang dalam roh dan kuasa Elia (Luk. 1:17). Yohanes seperti Elia di dalam perkataan dan perbuatannya, yang menuntut pertobatan dengan ancaman-ancaman yang menakutkan, dan terutama, seperti yang ada di dalam nubuat, yang membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya.
- Kedua, Kristus mengatakannya sebagai kebenaran yang tidak akan mudah dimengerti oleh mereka yang mengharapkan kerajaan Mesias yang bersifat sementara, dan yang ingin agar hal-hal yang mendahuluinya juga sesuai dengan keinginan mereka. Kristus menduga bahwa jati diri Yohanes ini sulit diterima, jika kamu mau menerimanya. Dengan ungkapan tersebut Ia tidak hanya mau mengungkapkan kebenaran ini, tidak peduli mereka mau menerimanya atau tidak, tetapi juga Ia memarahi mereka atas prasangka-prasangka yang mereka miliki. Mereka lamban untuk menerima kebenaran-kebenaran yang terbesar ini, yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, meskipun sebenarnya sangat menguntungkan bagi kepentingan mereka. Atau, "Jika kamu mau menerima dia, atau jika kamu mau menerima pelayanan Yohanes sebagai pelayanan Elia yang sudah dijanjikan itu, maka ia akan menjadi seorang Elia bagimu, yang membuatmu berbalik dan mempersiapkanmu bagi kedatangan Tuhan." Perhatikanlah, kebenaran-kebenaran Injil itu berlaku sebagaimana kita menerimanya, sebagai rasa bagi kehidupan atau kematian. Kristus adalah seorang Juruselamat, dan Yohanes adalah seorang Elia, bagi mereka yang mau menerima kebenaran tentang mereka.
- Yang terakhir, Yesus Tuhan kita menutup pembicaraan ini dengan perintah khidmat yang harus diperhatikan, "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar" (ay. 15). Ini menunjukkan bahwa hal-hal yang sudah dibicarakan-Nya memang samar-samar dan sulit dimengerti, dan karena itu perlu diperhatikan betul-betul, namun hal-hal tersebut juga merupakan sesuatu yang harus direnungkan secara mendalam dan akan membawa dampak yang besar, dan karena itu layak untuk diperhatikan. "Biarlah semua orang memperhatikan hal ini: jika sudah benar bahwa Yohanes itu sang Elia yang dinubuatkan itu, maka pastilah suatu perubahan besar yang datangnya tiba-tiba sedang terjadi sekarang. Kerajaan Mesias sudah di ambang pintu, dan dunia sebentar lagi akan dikejutkan oleh suatu perubahan yang menggembirakan. Semuanya ini harus kamu perhatikan dengan sungguh-sungguh, dan karena itu camkanlah betul-betul apa yang Aku katakan." Perhatikanlah, perkara-perkara mengenai Allah adalah perkara-perkara besar yang menjadi kepedulian kita bersama: setiap orang yang mempunyai telinga untuk mendengar sesuatu haruslah mendengarkan ini. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak menginginkan apa-apa lagi dari kita selain bahwa kita harus memanfaatkan dan mengembangkan dengan benar kemampuan-kemampuan yang sudah diberikan-Nya kepada kita. Kepada orang yang bertelinga, Ia meminta mereka untuk mendengar, kepada orang yang berakal, supaya menggunakan akal mereka. Oleh sebab itu, ketidaktahuan orang bukanlah disebabkan oleh karena mereka tidak mempunyai kuasa, melainkan karena mereka tidak mempunyai keinginan. Oleh karenanya, orang-orang demikian tidak mendengar, sebab, seperti ular beludak yang tuli, mereka menutupi telinga mereka.
SH: Mat 11:1-15 - Mengatasi ragu dan bimbang (Rabu, 26 Januari 2005) Mengatasi ragu dan bimbang
Yohanes pembaptis dipenjarakan karena berani menegur Herodes
Antipas yang menikahi istri saudaranya. Dari penjara Yoh...
Mengatasi ragu dan bimbang
Yohanes pembaptis dipenjarakan karena berani menegur Herodes Antipas yang menikahi istri saudaranya. Dari penjara Yohanes mengutus murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus (ayat 3). Bimbang dan ragukah ia kini? Bukankah ia pelopor dalam pemberitaan tentang Yesus? Tampaknya Yohanes bukan sekadar menyampaikan pertanyaannya pribadi (Perhatikan bentuk jamak `kami' dalam ayat 3). Ia dan para muridnya butuh kepastian bahwa Yesus sungguh adalah Mesias yang mereka nanti-nantikan. Yohanes ingin Yesus memberi bukti jelas melalui perkataan dan perbuatan Yesus bahwa kesaksian Yohanes selama ini tentang Yesus benar. Bagaimana Yesus mengatasi keraguan itu?
Pertama, Yesus menunjuk pada demonstrasi nyata kuasa Allah dalam pelayanan-Nya. Pelayanan Yesus mengokohkan kesaksian Yohanes selama ini tentang Dia. Kedua, ucapan Yesus itu menunjuk kepada Yesaya 35:5-6; 61:1. Yesus adalah penggenap nubuat Yesaya. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, merupakan petunjuk bahwa Roh Allah bekerja dalam dan melalui diri Yesus. Ini tanda kehadiran Allah di dunia. Ketiga, Yesus menunjuk pada nubuatan Maleakhi tentang peran Yohanes (ayat 10). Yesus mengakui pentingnya pelayanan Yohanes (ayat 11a). Posisi Yohanes pembaptis adalah seperti titik temu PL dan PB. Karena itu di antara segala nabi, ia yang terbesar. Namun, karena orang masuk surga melalui Yesus bukan melalui PL, yang terkecil dalam surga pun menjadi lebih besar daripada Yohanes (ayat 11b).
Pelayanan dan pergumulan Yohanes menunjukkan keutamaan Yesus. Tatkala keraguan muncul, Yesus tidak tinggal diam. Ia tidak ingin orang terus ragu tentang Dia. Karya Yesus, kesaksian firman tentang Yesus, dan perlakuan kasih Yesus akan menguatkan iman dan pengharapan yang tergoyah.
Responsku: Yesus, firman tentang Yesus, karya Yesus untukku, dan firman-Nya kepadaku, ingin kupegang teguh sepanjang jalan imanku.
SH: Mat 11:1-19 - Dari ragu sampai percaya (Minggu, 31 Januari 2010) Dari ragu sampai percaya
Mengapa Yohanes meragukan Yesus sebagai Mesias, padahal ia sendiri
telah nubuatkan kedatangan-Nya (lih. Mat. 3:11)? Pad...
Dari ragu sampai percaya
Mengapa Yohanes meragukan Yesus sebagai Mesias, padahal ia sendiri telah nubuatkan kedatangan-Nya (lih. Mat. 3:11)? Padahal ada bukti-bukti kuat akan kemesiasan Yesus (ayat 4-5), yaitu proklamasi kerajaan Sorga disertai demonstrasi kuasa Ilahi. Rupanya Yohanes tidak melihat Yesus menghukum orang berdosa (Mat. 3:12), sementara ia sendiri sampai harus dipenjara karena menegur Herodes (lih. Mat. 14:3-4).
Yesus tidak menegur Yohanes atas keraguannya. Ia memahami Yohanes
sedang terpuruk secara fisik dan emosi sehingga sulit bagi dia
untuk melihat gambaran yang lengkap mengenai pelayanan Yesus.
Pelayanan Yesus terbagi dua tahap. Tahap pertama adalah tahap
anugerah. Lihat ayat 5. Yesus mengutip Yesaya (
Keraguan Yohanes tidak menghapuskan karya yang ia sudah lakukan. Yesus sendiri meneguhkan Yohanes sebagai nabi yang mengakhiri periode Perjanjian Lama dan mengawali masa anugerah di era Perjanjian Baru. Persoalannya bukan pada Yohanes, tetapi pada dunia yang dibutakan oleh dosa sehingga tidak dapat melihat bahwa keduanya adalah utusan Allah untuk memerdekakan mereka.
Sepanjang sejarah gereja selalu ada orang yang menolak pemberitaan kabar baik. Namun jangan jadi tawar hati karena hal itu. Bersyukurlah atas orang-orang yang oleh anugerah Allah merespons pemberitaan kita dengan pertobatan. Doakan mereka yang masih mengeraskan hati menolak Yesus, agar sebelum hari penghakiman tiba mereka telah bertobat.
SH: Mat 11:2-19 - Kebimbangan adalah manusiawi. (Senin, 19 Januari 1998) Kebimbangan adalah manusiawi.
Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi besar, yang mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus. Khotbah pertobatan diserukannya...
Kebimbangan adalah manusiawi.
Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi besar, yang mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus. Khotbah pertobatan diserukannya dengan berani dan tidak kenal kompromi, meskipun harus menghadapi raja Herodes, yang berkuasa atas negeri itu. Bagi hamba Tuhan lain, mungkin akan berpikir dua kali, apabila harus menuding kesalahan seseorang apalagi penguasa. Demikianlah kualitas pelayanan dan pengabdian Yohanes Pembaptis. Tetapi kini dia bimbang dan kecewa. Benarkah Yesus, Mesias yang dinanti-nantikan? Sebesar apapun seorang hamba Tuhan, dia bisa kecewa. Tuhan Yesus tidak marah.
Dia mengerti kelemahan hamba-hamba-Nya. Bila kita dalam kebimbangan dan kecewa, kita tidak usah merasa malu dan berdosa. Hal itu manusiawi. Tuhan Yesus mengerti dan mengasihi kita. Dia memuji hamba-Nya sebagai nabi Terbesar. Kita orang percaya juga memiliki posisi yang sama dengan Yohanes Pembaptis. Kita diberi tugas dan tanggungjawab untuk mempersiapkan kedatangan Yesus kedua kali ke dalam dunia ini. Kita harus berani menyerukan berita pertobatan, tidak kenal kompromi dengan berita yang menyenangkan telinga. Yesus akan memuji kita apabila "suara kenabian" setia kita perdengarkan di tengah dunia yang bobrok ini.
SH: Mat 11:2-19 - Siapakah Mesias itu? (Senin, 29 Januari 2001) Siapakah Mesias itu?
Kekecewaan dan oposisi terhadap
Kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yesus melalui
pelayanan-Nya semakin meningkat sebab Yesus...
Siapakah Mesias itu?
Kekecewaan dan oposisi terhadap Kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yesus melalui pelayanan-Nya semakin meningkat sebab Yesus menampilkan Diri sebagai Mesias yang berbeda dengan yang diharapkan oleh masyarakat.
Yohanes Pembaptis sendiri sebagai perintis jalan bagi
Kristus sudah mulai putus asa dan meragukan
Kemesiasan Yesus. Mengapa? Dalam khotbahnya,
Yohanes selalu menekankan kesegeraan dari berkat
dan penghakiman yang dibawa oleh Mesias (ayat
Meskipun demikian, Yesus masih memuji Yohanes sebagai
nabi terbesar sebab dari semua nabi yang pernah
ada, khotbah Yohaneslah yang paling jelas
berbicara tentang Mesias. Lalu banyak nabi
berbicara tentang pelayanan Yesus. Yohanes tidak
hanya mewartakan tentang kedatangan-Nya, namun
juga melihat dan menunjuk secara langsung (
Renungkan: Pernahkah Anda kecewa kepada Yesus dan putus asa karena Anda senantiasa dirundung duka? Siapa pun Mesias bagi Anda; apa yang Anda harapkan dari Dia haruslah diterangi oleh Yesus dan pelayanan-Nya, sehingga kita tidak seperti generasi yang ditegur oleh Yesus karena ketidakpuasan mereka (ayat 16-19). Mereka tidak pernah puas karena mereka selalu menggunakan standar pengharapan mereka sendiri, pengharapan yang diwarnai dosa dan nafsu.
SH: Mat 11:2-19 - Ketika keraguan datang (Sabtu, 26 Januari 2013) Ketika keraguan datang
Sungguh pun mengaku orang beriman, dalam situasi tertentu kita bisa meragukan Tuhan. Itulah pengalaman Yohanes Pembaptis. Saat...
Ketika keraguan datang
Sungguh pun mengaku orang beriman, dalam situasi tertentu kita bisa meragukan Tuhan. Itulah pengalaman Yohanes Pembaptis. Saat menjadi tahanan Raja Herodes, melalui muridnya ia menanyakan kemesiasan Yesus.
Pertanyaan Yohanes sangat wajar. Ada alasan yang mungkin membuatnya meragu pada Yesus, yaitu yang dikaitkan dengan perannya meneladani nabi Elia. Jika Elia diluputkan Tuhan dari tangan musuh-musuhnya, tidak demikian dengan Yohanes. Ia dibiarkan berada lama dalam penjara karena berani menegur Herodes Antipas (lih. 14:1-4). Sementara itu, Mesias sama sekali tidak berbuat sesuatu apa pun untuk membebaskannya dari penjara. Bisa jadi Yohanes kemudian mengira bahwa Yesus barangkali sama seperti dirinya, yakni hanya perintis jalan bagi Mesias dan bukan Mesias itu sendiri.
Namun Yohanes tidak mau berlama-lama berada dalam kebimbangan. Kecamuk ragu dalam benaknya melahirkan pertanyaan yang langsung ia tujukan kepada Yesus. Menjawab pertanyaan Yohanes Yesus tidak sekadar mengurai pekerjaan-pekerjaan-Nya sebagai penggenapan dari nubuat nabi Yesaya (5, bdk. Yes 29:18, 35:5-6, 6:11). Yesus menambahkan dua hal, yakni orang kusta menjadi tahir, dan orang mati dibangkitkan. Hal ini menyiratkan bahwa Yesus adalah sungguh Mesias.
Apakah Yesus marah dengan keraguan yang ditunjukkan oleh Yohanes? Tidak. Yesus justru memuji Yohanes sebagai seorang nabi yang memiliki prinsip yang teguh dan mempraktikkan gaya hidup sederhana, serta mengabdikan diri kepada tugas kenabiannya dengan setia (7-10). Sekalipun untuk menjalani itu semua ia dicerca sebagai orang yang kerasukan setan (18). Di mata Yesus, Yohanes Pembaptis memiliki keunggulan dari nabi-nabi lain, yakni ia adalah perintis jalan bagi Yesus, Mesias itu sendiri; kedatangan-Nya adalah penggenapan dari nubuat nabi Maleakhi (Mal. 3:1).
Ketika iman Kristen kita dilanda keraguan, segera datang dalam doa kepada Tuhan serta membaca Alkitab guna mencari jawab atas segala keraguan kita. Sebab hanya di dalam Yesus ada kepastian.
SH: Mat 11:2-19 - Tidak Menolak Allah (Selasa, 31 Januari 2017) Tidak Menolak Allah
Ada seorang ibu kecewa dengan sikap hamba Tuhan sehingga ia menolak ke gereja lagi. Berulang kali kami mengunjungi serta menasiha...
Tidak Menolak Allah
Ada seorang ibu kecewa dengan sikap hamba Tuhan sehingga ia menolak ke gereja lagi. Berulang kali kami mengunjungi serta menasihatinya untuk ke gereja dan tidak memandang manusia. Namun, ia tetap pada pendiriannya dan menolak saran kami. Sampai akhir hidupnya, dalam keadaan sakit parah, ia berpesan kepada anaknya agar upacara pemakamannya tidak dilakukan secara kristiani.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang pelayan Tuhan dalam menghadapi masalah ini ? Apakah hal itu menunjukkan kegagalan pelayanan?
Kesedihan dan keterpurukan adalah penjara bagi kita yang sedang mengalami penurunan kualitas hidup. Namun, tidak selalu kata penjara memiliki konotasi buruk. Penjara dapat dilihat sebagai sesuatu yang baik jika dilihat dari sisi yang positif. Artinya, penjara dapat menjadi tempat terbaik bagi kita untuk introspeksi dan berserah diri dalam Tuhan. Karena Allah adalah tempat terbaik bagi kita untuk menemukan pengampunan, pemulihan, dan pencerahan yang akan menuntun kita menghasilkan terobosan baru dalam hidupnya.
Apabila kita mengalami masalah, ingatlah bahwa Tuhan sedang menguatkan rohani kita. Ia sedang memperlebar kapasitas manusia baru yang ada dalam diri kita. Allah ingin umat-Nya maju dalam pertumbuhan rohani. Karena itu, nikmatilah setiap proses yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita.
Contohnya, Yusuf pernah mengalami penurunan rohani ketika ia dijual sebagai budak dan berada dalam penjara karena fitnahan. Daud pun pernah mengalami kebimbangan saat ia dikejar-kejar oleh Saul untuk dibunuh.Demikian juga dengan Yohanes ketika ia berada dalam penjara sehingga ia mengeluarkan pertanyaan yang seolah-olah meragukan kemesiasan Yesus. Karena itu, janganlah putus asa sebab Allah sedang menempa dan memurnikan kita.
Jika kita melihat seseorang yang mengalami penurunan rohani, janganlah menghakimi seolah-olah kita yang paling saleh. Kunjungi, doakan, dan tolonglah dia. Sebab melalui kita, Allah sedang berbicara dan menguatkan dia. [AS]
SH: Mat 11:2-19 - Menghadapi Cibiran (Selasa, 19 Januari 2021) Menghadapi Cibiran
Sebuah kabar baik ternyata belum tentu diterima oleh semua orang. Selalu ada pihak-pihak yang menolak, bahkan mencari alasan untuk...
Menghadapi Cibiran
Sebuah kabar baik ternyata belum tentu diterima oleh semua orang. Selalu ada pihak-pihak yang menolak, bahkan mencari alasan untuk menutup telinga bagi kabar baik tersebut. Sering kali mereka menyerang para pemberita kabar baik.
Penolakan seperti itu dialami juga oleh kedua tokoh dalam bacaan kita. Tokoh pertama adalah Yohanes Pembaptis. Ia sangat besar dan Alkitab mengatakan, tidak ada yang bisa dibandingkan dengannya (11). Ia datang dengan kuasa Elia yang menubuatkan kedatangan mesias yang pertama kalinya (14-15). Ia seorang nabi yang di dalam pemberitaannya hidup terpisah sebagai nazir (orang yang mengkhususkan hidupnya untuk menjadi nabi Allah). Orang-orang menolaknya dan mengatainya sedang kerasukan setan (18).
Tokoh kedua yang jauh lebih besar daripada Yohanes adalah Yesus. Dialah Mesias yang menggenapi enam tanda kemesiasan yang diberitakan Yesaya, yaitu: 1) Orang buta melihat; 2) orang lumpuh berjalan; 3) orang kusta disembuhkan; 4) orang tuli mendengar; 5) orang mati dibangkitkan; 6) orang miskin mendengar kabar baik. Dialah Mesias yang sejati. Yesus datang dengan merendahkan diri-Nya. Ia bersedia makan dan minum bersama orang berdosa. Tuhan Yesus mengasihi orang berdosa. Meskipun demikian, Tuhan Yesus tetap menerima penolakan dan dicemooh, bahkan disamakan dengan orang berdosa.
Alkitab menunjukkan bahwa selalu ada orang yang tidak percaya serta mencibir orang-orang yang melayani dan memberitakan kebenaran. Tuhan Yesus menghendaki agar kita tetap kuat, sekalipun kita rentan terhadap cibiran, bahkan penolakan.
Kita menyadari bahwa tidak mudah untuk memperkuat iman kita agar makin teguh ketika mengalami cibiran dan penolakan. Kita perlu belajar untuk menerima tantangan iman yang selalu ada sehingga kita mampu bertahan.
Mari kita belajar untuk lebih berfokus kepada karya Allah yang membebaskan umat-Nya. Mari kita sadari bahwa semua orang perlu menyambut karya pembebasan Allah dengan penuh sukacita. [JHN]
SH: Mat 11:2-19 - Janganlah Meragukan Tuhan Yesus (Senin, 30 Agustus 2021) Janganlah Meragukan Tuhan Yesus
Firman Tuhan hari ini mengisahkan pertanyaan dari Yohanes Pembaptis kepada Tuhan Yesus. Dalam Matius 11:3 dituliskan ...
Janganlah Meragukan Tuhan Yesus
Firman Tuhan hari ini mengisahkan pertanyaan dari Yohanes Pembaptis kepada Tuhan Yesus. Dalam Matius 11:3 dituliskan bahwa Yohanes menyuruh murid-muridnya bertanya kepada Tuhan Yesus, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?"
Yohanes Pembaptis adalah cecala (bhs.Jawa, perintis), voor rijder/pembuka jalan bagi kedatangan Mesias. Ia dengan tegas menyerukan pertobatan dan pemberitaan tentang kedatangan Kerajaan Allah dan Sang Mesias. Dengan berani ia menyerukan pertobatan kepada Herodes. Karena itu, ia ditangkap dan dipenjarakan di benteng Makaerus. Ketika ditahan di dalam penjara, ia mengutus murid-muridnya untuk bertanya kepada Tuhan Yesus.
Yohanes Pembaptis mengharapkan Sang Mesias bersikap sama kerasnya seperti dia. Namun, kenyataan berbeda dari harapannya. Yesus justru lemah lembut, banyak menolong, menyembuhkan orang sakit, memberi makan orang banyak, dan membangkitkan orang mati. Mengapa Yesus tidak bertindak keras seperti dia? Mengapa Yesus tidak melawan Herodes dan membebaskannya?
Keraguan dan pertanyaan dalam hati Yohanes Pembaptis tidak membuat Tuhan Yesus marah atau kecewa. Tuhan Yesus justru meminta murid-murid Yohanes Pembaptis untuk melihat apa yang telah diperbuat-Nya. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Tuhan Yesus menceritakan pekerjaan-Nya sebagaimana yang sudah dinubuatkan para nabi dalam PL (bdk. Yesaya 35:5, 6; 42:7; 61:1, 2a).
Kita sering mengalami keraguan tatkala permintaan doa kita tidak dijawab Tuhan. Belajar dari kisah Yohanes Pembaptis dan para muridnya, Tuhan Yesus punya rencana indah untuk kita, tetapi tidak harus sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan kita minta. Kita belajar menempatkan kehendak kita di bawah kehendak Tuhan.
Kiranya Tuhan mengampuni kebodohan kita dan mengajar kita untuk bertindak sesuai kehendak-Nya. [SRH]
Topik Teologia -> Mat 11:11
Topik Teologia: Mat 11:11 - -- Yesus Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
Yohanes Pembaptis, Seorang Perintis d...
- Yesus Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
- Yohanes Pembaptis, Seorang Perintis dalam Kuasa Elia
- Penggenapan
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
TFTWMS -> Mat 11:7-15
TFTWMS: Mat 11:7-15 - Yesus Memuji Yohanes YESUS MEMUJI YOHANES (Matius 11:7-15)
7 Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Un...
YESUS MEMUJI YOHANES (Matius 11:7-15)
7 Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? 8 Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. 9 Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. 10 Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. 11 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. 12 Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. 13 Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes 14 dan—jika kamu mau menerimanya— ialah Elia yang akan datang itu. 15 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!
Ayat 7. Setelah menerima jawaban Yesus, para utusan Yohanes ini meninggalkan tempat kejadian itu. Yesus lalu berpaling kembali kepada orang banyak dan bertanya kepada mereka, "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari?" Banyak orang Yahudi telah melakukan perjalanan beberapa kilometer melalui medan yang berat untuk mendengar Yohanes berkhotbah dan dibaptis oleh dia (3:5, 6). Jelasnya, Yohanes bukan buluh yang tertiup angin, terombang-ambing mengikuti setiap perubahan arus. Sebaliknya, Yohanes adalah orang yang punya keyakinan dan keberanian. Ia dengan berani menegur orang-orang Farisi dan Saduki karena kemunafikan mereka (3:7-10). Selain itu, ia pernah menghadapi Herodes Antipas karena perkawinannya yang tidak sah. Itulah, sebenarnya, mengapa ia dipenjarakan (14:3-5).
Ayat 8. Selanjutnya, Yesus menanya orang banyak itu apakah mereka melakukan perjalanan ke padang gurun untuk menemui orang yang berpakaian halus. "Pakaian yang halus" (malako֧, malakos) secara beragam ditafsirkan sebagai "pakaian yang mahal" (NLT), "pakaian yang mewah" (TEV), dan "sutra dan satin" (NEB). Sekali lagi, jawaban yang jelas atas pertanyaan itu adalah "tidak." Sebaliknya, Yohanes memakai "jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit" (3:4). Pakaiannya adalah pakaian seorang nabi (2 Raja 1:8; Zak. 13:4) dan miskin.7
Yesus kemudian mengingatkan, "Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja" Orang-orang seperti itu akan mencakup raja itu sendiri, yang dikenal suka memanjakan diri, serta para petinggi kerajaan mereka, yang dikenal dengan sanjungan dan kompromi moral mereka. Sifat-sifat inilah yang sangat ditentang oleh Yohanes.
Ayat 9, 10. Dalam seri ketiga pertanyaan-Nya, Yesus bertanya, "Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi?" Dalam hal ini, jawabannya adalah positif. Yohanes memang seorang nabi, tapi ia lebih daripada itu.
Yohanes adalah orang yang telah dinubuatkan untuk datang dan menyiapkan jalan bagi Mesias, seperti yang diperlihatkan oleh kutipan Yesus dari Maleakhi (Mal. 3:1).8Ia adalah Elia yang akan datang (Mal. 4:5; Mt. 11:14).
Ayat 11. Yesus berkata bahwa, di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada yang lebih besar daripada Yohanes. Ungkapan "mereka yang dilahirkan oleh perempuan" adalah ungkapan Ibrani yang berarti "umat manusia" (lihat Ayub 14:1; 15:14; 25:4). Ia, berdasarkan perannya sebagai pendahulu Mesias, adalah manusia terbesar yang pernah hidup (lihat Luk. 1:15). Tentu saja, Yesus tidak termasuk di dalam pernyataan itu karena Ia sendiri adalah Mesias. Ia juga telah "lahir dari seorang perempuan" (Gal. 4:4), meski kelahiran-Nya adalah hasil dari pembuahan mujizatiah (lihat komentar tentang 1:20).
Yesus melanjutkan, "Namun yang terkecil9dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya." Bagaimana ini bisa terjadi? Meski Yohanes memberitakan bahwa kerajaan sorga sudah dekat, ia tidak pernah menjadi warga negara kerajaan itu. Ia meninggal sebelum kerajaan itu didirikan pada hari Pentakosta. Era Kristen memiliki berkat dan hak istimewa yang lebih besar daripada yang Yohanes nikmati.10
Ayat 12. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Bagaimana bisa sebuah kerajaan yang belum terwujud mengalami kekerasan "sejak tampilnya Yohanes Pembaptis" hingga saat itu? Meski kerajaan itu belum datang, namun kerajaan itu dalam tahap persiapannya. "Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis" mengacu kepada periode pelayanannya. Pemberitaan Yohanes disambut dengan sikap permusuhan, dan hidupnya akan segera berakhir dengan kejam di tangan orang-orang jahat (14:3-12). Yesus memperingatkan para rasul-Nya tentang reaksi kekerasan yang akan diperlihatkan oleh beberapa orang terhadap pemberitaan mereka (10:16-20). Pelayanan-Nya sendiri menimbulkan perlawanan yang keras dan berakhir dengan kematian-Nya (26:55-57, 65-68; 27:26, 30, 33-35, 50).
Bagian dari ayat ini sulit untuk ditafsirkan. Bentuk Yunani "menderita kekerasan [Ind.: diserong]" (dari bia¿zw, biazō) dapat diterjemahkan dalam kalimat pasif atau tengah. Jika dilihat sebagai kalimat pasif ("menderita kekerasan"), itu berarti kekerasan dari luar ditimpakan kepada kerajaan itu, seperti dalam kasus ketika orang banyak menentang Yohanes dan Yesus. Jika dibaca dalam kalimat tengah ("datang dengan keras"), itu berarti bahwa, bahkan saat kerajaan itu sedang diperkenalkan, manusia memaksa masuk ke dalam kerajaan itu.
Skenario kedua ini menggambarkan kerajaan itu sebagai "sebuah kota yang sedang dikepung," dengan orang-orang menyerbu dinding-dindingnya dan memaksa masuk. Kerajaan itu, meski disalahpahami, disambut dengan semangat besar. Beberapa orang mencoba mempercepat kemunculannya; yang lain ingin segera masuk untuk menjadi yang terpandang di dalamnya (20:21; Luk. 16:16; 19:11; 22:24-30; Yoh. 6:15; Kisah 1:6). Yang pertama dari tafsiran ini adalah negatif, dan yang kedua adalah positif. Maknanya mungkin adalah bahwa kedatangan kerajaan itu penuh kekerasan.
Ayat 13. Pada titik ini, Yesus menekankan peran transisi yang Yohanes mainkan antara perjanjian lama dan perjanjian baru. Dengan menggunakan ungkapan semua nabi dan kitab Taurat, Ia membalik urutan yang biasa, "Hukum Taurat dan kitab para nabi" (lihat 5:17; 7:12; 22:40). Hal ini mungkin dilakukan untuk menekankan kebenaran bahwa Yohanes adalah penggenapan nubuatan. Suara nabi sudah diam selama sekitar empat ratus tahun. Maleakhi, yang terakhir dari para nabi Perjanjian Lama, telah menubuatkan kedatangan Yohanes (lihat komentar tentang 11:9, 10). Secara kolektif, nabi-nabi itu telah menunjuk kepada pelbagai peristiwa di seputar kedatangan Yohanes. Ia adalah "suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya!"(3:3, lihat Yes. 40:3). Dengan kedatangan Yohanes dan Pribadi yang mengikuti dia, semua nubuatan itu akan terpenuhi. Hukum Taurat dan kitab para nabi juga meramalkan kedatangan kerajaan (Dan. 2:44), yang diberitakan oleh Yohanes dan Yesus sebagai sudah dekat" (3:2; 4:17).
Ayat 14. Yesus mengidentifikasikan Yohanes sebagai Elia yang akan datang. Ini menggenapi Maleakhi 4:5: "Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu." Berdasarkan nubuatan ini dan fakta bahwa Elia tidak mengalami kematian jasmani (2 Raja 2:11, 12), orang-orang Yahudi mengharapkan dia datang kembali ke bumi lahiriah.11Yohanes telah membantah bahwa ia adalah Elia lahiriah (Yoh. 1:21), tetapi Yesus mengidentifikasi dia sebagai "Elia" yang dinubuatkan dalam Maleakhi (lihat 17:10-13; Mrk. 9:11-13). Yohanes memang datang "dalam roh dan kuasa Elia" (Luk 1:17).
Yesus mengakui bahwa tidak semua orang mau menerima bahwa Yohanes adalah "Elia." Praduga mereka bahwa Elia lahiriah datang kembali, ditambah dengan fakta bahwa Yohanes berada di penjara, akan sulit mereka pahami. Menerima identifikasi ini akan sudah menjadi batu sandungan (lihat komentar tentang 11:6).
Ayat 15. Yesus mengakhiri dengan menasihati para pendengar-Nya untuk mendengarkan: "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar." Ungkapan-Nya dan beberapa yang mirip dengan itu ditemukan dalam Injil Sinoptik dan kitab Wahyu (13:9, 43; Mrk. 4:9, 23; Luk. 8:8; 14:35; Why. 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22; 13:9). Orang harus jangan hanya mendengar kata-kata jelas yang diucapkan, ia harus membolehkan kata-kata itu mengubah hidupnya melalui iman yang taat.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: KUASA SANG RAJA 11:1-19
Yohanes Pembaptis Dan Yesus
Matius selanjutnya berfokus pada reaksi orang banyak itu terhadap pengajaran dan perbuat...
Matius: KUASA SANG RAJA 11:1-19
Yohanes Pembaptis Dan Yesus
Matius selanjutnya berfokus pada reaksi orang banyak itu terhadap pengajaran dan perbuatan Yesus. Reaksi ini sering tidak menguntungkan. Bahkan Yohanes Pembaptis mempertanyakan Tuhan.1Setelah Matius membahas Yohanes dan Yesus (11:1-19), ia melaporkan kecaman Yesus atas kota-kota yang tidak mau bertobat (11:20-24), mencatat doa Yesus, dan kemudian menggambarkan undang-an agung Yesus kepada semua orang untuk datang kepada Dia (11:25-30).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) KRISTUS MELANJUTKAN AJARAN-NYA (Matius 11)
Inilah enam kebenaran yang ditemukan dalam Matius 11: (1) standar Allah untuk mengukur keagungan jauh berb...
KRISTUS MELANJUTKAN AJARAN-NYA (Matius 11)
Inilah enam kebenaran yang ditemukan dalam Matius 11: (1) standar Allah untuk mengukur keagungan jauh berbeda dari ukuran milik kita (11:1-6). (2) Pelbagai tampilan sering menipu (11:7-10). (3) Kita harus jangan pernah meremehkan nilai dari apa yang kita lakukan untuk Allah (11:11-15). (4) Kebanyakan orang tidak menginginkan agama sejati (11:16-19). (5) Kristus akan menghakimi kita (11:20-24).(6) Kristus itu penuh belas kasihan dan ingin sekali mengampuni mereka yang datang kepada Dia (11:25-30).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 272.
...
Catatan Akhir:
- 1 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 272.
- 2 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 158.
- 3 Josephus menulis bahwa Yohanes dihukum mati di benteng Machaerus oleh karena "sifat curiga Herodes" (Josephus Antiquities 18.5.2).
- 4 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 72; see Josephus Wars 7.6.2.
- 5 Lihat Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 300.
- 6 Morris, 277.
- 7 Josephus Wars 1.24.
- 8 Kutipan Yesus merupakan saduran dari Maleakhi 3:1. Kata ganti "Ku" (mengacu kepada "Tuhan") diubah menjadi "engkau" (mengacu kepada Mesias-Nya).
- 9 Lihat Mat. 5:19; 10:42; 18:1-4; 20:25-28; 25:40, 45.
- 10 Lewis, 161.
- 11 Lihat Sirach 48:1, 10; Mishnah Eduyoth 8.7; Sotah 9.15. Beberapa orang secara keliru mengidentifikasi Yesus sebagai Elia (16:14), sementara yang lainnya secara salah mengira Yesus sedang memanggil Elia datang sewaktu penyaliban-Nya (27:46, 47).
- 12 Josephus Against Apion 2.27.
- 13 Yesus juga dituduh kerasukan setan (9:34; 10:25; 12:24; Jn. 7:20; 8:48, 52; 10:20).
- 14 Untuk informasi tentang anggur di zaman Alkitab, lihat Duane F. Watson, "Wine," in Dictionary of Jesus and the Gospels , ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 870-73.
- 15 Lewis, 163.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi