Teks -- Matius 11:19 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 11:19
Jerusalem -> Mat 11:16-19; Mat 11:19
Jerusalem: Mat 11:16-19 - -- Seperti anak-anak merajuk yang menolak segenap permainan (di sini: permainan nikah dan penguburan), demikian orang Yahudi menolak segala tawaran Allah...
Seperti anak-anak merajuk yang menolak segenap permainan (di sini: permainan nikah dan penguburan), demikian orang Yahudi menolak segala tawaran Allah, baik ulah tapa Yohanes, maupun kelembutan hati Yesus. Namun dua-duanya adalah tepat, karena sesuai dengan hubungan antara Yohanes Pembaptis dengan zaman Mesias dan hubungan Yesus dengannya, bdk Mat 9:14-15; Mat 11:11-13. Kendati kedegilan hati manusia rencana Hikmat Allah terlaksana dan rencana itu membenarkan dirinya dengan kelakuan yang diilhamkan Hikmat Allah kepada Yohanes dan kepada Yesus. Khususnya "perbuatan-perbuatan" (var: anak-anaknya, bdk Luk 7:35) Yesus, ialah mujizat-mujizatNya, Mat 11:2, berupa kesaksian yang meyakinkan atau menghukum Mat 11:6, dan Mat 11:20-24. Yesus juga diserupakan dengan Hikmat Allah dalam Mat 11:28-30; Mat 12:42; Mat 23:34 dsj; Yoh 6:35+; 1Ko 1:24 - Ada tafsir lain yang menganggap Mat 11:19 sebagai sebuah peribahasa saja yang dipergunakan untuk menyatakan bahwa hikmat palsu orang Yahudi, bdk Mat 11:25, akan mendapat ganjarannya, yakni hukuman dari pihak Allah, Mat 11:20-24.
Ende -> Mat 11:16-19; Mat 11:19
Ende: Mat 11:16-19 - Kaum zaman ini ialah kaum Jahudi, chususnja kaum parisi, jang bagaikan
kanak-kanak, tidak berpikir dan mengedjar sadja kesenangan hidup, tanpa tahu
membedakan apa ja...
ialah kaum Jahudi, chususnja kaum parisi, jang bagaikan kanak-kanak, tidak berpikir dan mengedjar sadja kesenangan hidup, tanpa tahu membedakan apa jang bernilai benar.
Kemudian akan kentara siapa jang bidjaksana benar.
Ref. Silang FULL -> Mat 11:19
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 11:16-24
Matthew Henry: Mat 11:16-24 - Kristus Mengecam Kota Khorazim dan Kota-kota Lainnya Kristus Mengecam Kota Khorazim dan Kota-kota Lainnya (11:16-24)
Ketika sedang memuji-muji Yohanes Pembaptis dan pelayanannya, tiba-tiba Kristus ber...
Kristus Mengecam Kota Khorazim dan Kota-kota Lainnya (11:16-24)
- Ketika sedang memuji-muji Yohanes Pembaptis dan pelayanannya, tiba-tiba Kristus berhenti dan beralih mengecam orang-orang yang sudah menikmati pelayanan Yohanes dan pelayanan Kristus serta para rasul-Nya, namun menyia-nyiakannya. Mengenai angkatan itu, kita bisa melihat dengan siapa Kristus membandingkan mereka (ay. 16-19), dan mengenai kota-kota tertentu yang Ia sebutkan, kita bisa melihat dengan apa Ia membandingkan mereka (ay. 20-24).
- I. Yang dimaksud dengan angkatan itu adalah orang Yahudi yang hidup pada waktu itu. Memang banyak dari antara mereka yang berusaha masuk ke dalam Kerajaan Sorga, namun pada umumnya orang tetap tidak percaya dan keras hati. Yohanes merupakan sosok yang besar dan baik, namun orang-orang seangkatannya sungguh sangat kering rohaninya dan tidak berguna, serta tidak layak baginya. Perhatikanlah, keburukan di tempat-tempat di mana para hamba Tuhan yang baik tinggal merusak keindahan tempat-tempat itu. Nuh dipuji karena ia adalah orang benar pada angkatannya. Setelah memuji Yohanes, Kristus mengecam orang-orang yang walaupun memiliki Yohanes di antara mereka, namun tidak mau mengambil manfaat dari pelayanannya. Perhatikanlah, orang yang memang sangat layak dipuji, meskipun dihina orang lain, pasti akan terungkap juga sifat terpujinya itu pada hari penghakiman nanti.
- Hal ini dijelaskan dalam perumpamaan oleh Yesus Tuhan kita, dengan kesan seolah-olah Ia kehilangan cara untuk mencari perbandingan yang cocok untuk menggambarkan angkatan itu, "Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini?" Perhatikanlah, tidak ada yang lebih konyol lagi daripada kesalahan orang yang memperoleh pengajaran yang baik namun tidak pernah bisa berubah menjadi lebih baik oleh pengajaran itu. Sulit untuk berkata seperti apa orang-orang seperti ini. Kemiripan yang digambarkan di sini diambil dari suatu kebiasan anak-anak Yahudi pada waktu bermain, yang seperti biasa dilakukan anak-anak, mereka suka meniru tingkah laku orang dewasa saat pernikahan dan pemakaman, yaitu bergembira dan berkabung. Akan tetapi, karena semuanya itu hanya sekadar gurauan, tidak ada kesan yang tertinggal. Demikian pula halnya dengan pelayanan Yohanes Pembaptis atau pelayanan Kristus bagi angkatan itu. Ia terutama menyinggung ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang memandang tinggi diri mereka sendiri, dan karena itu, untuk merendahkan mereka, Ia membandingkan mereka dengan anak-anak, dan kelakuan mereka dengan kelakuan anak-anak yang sedang bermain.
- Perumpamaan ini paling baik dijelaskan dengan menggambarkannya melalui lima pokok pengamatan berikut ini.
- Perhatikanlah:
- . Allah sorgawi menggunakan berbagai macam cara dan jalan yang sesuai untuk mempertobatkan dan menyelamatkan jiwa-jiwa yang malang. Ia menghendaki supaya semua orang diselamatkan, dan karena itu Ia tidak akan membiarkan satu batu pun tergeletak sebelum kehendak-Nya itu terlaksana. Perkara besar yang menjadi tujuan-Nya adalah untuk meluluhkan kehendak kita supaya sesuai dengan kehendak-Nya, dan untuk melakukannya, Dia menyentuh kita dengan cara mengungkapkan diri-Nya kepada kita. Dengan adanya berbagai macam perasaan manusia yang harus dibentuk, Ia menggunakan pelbagai cara untuk bekerja melalui perasaan-perasaan itu. Semuanya itu mengarah kepada satu hal yang sama, meskipun berbeda satu sama lain. Di dalam semua cara itu Allah bekerja dengan rancangan yang sama. Dalam perumpamaan tadi, hal ini digambarkan dengan tiupan seruling-Nya bagi kita dan nyanyian kidung duka-Nya untuk kita. Ia sudah meniup seruling bagi kita melalui janji-janji yang berharga dalam Injil, yang dapat membangun harapan, dan menyanyikan kidung duka untuk kita melalui ancaman-ancaman yang mengerikan dalam hukum Taurat, yang dapat menumbuhkan perasaan takut, supaya kita takut berbuat dosa dan terdorong untuk datang kepada-Nya. Ia sudah meniup seruling bagi kita dalam pemeliharaan-Nya yang penuh belas kasihan. Ia juga sudah menyanyikan kidung duka untuk kita dalam musibah dan penderitaan yang diizinkan-Nya menimpa hidup kita. Keduanya ini dibuat-Nya datang silih berganti. Ia sudah mengajar hamba-hamba-Nya untuk berbicara dengan suara yang lain (Gal. 4:20), pada satu saat berbicara dalam guruh dari Gunung Sinai, dan pada saat lain berbicara dalam suara kecil yang lembut dari Gunung Sion.
- Dalam penjelasan perumpamaan itu digambarkan sifat yang berbeda dari pelayanan Yohanes dan dari pelayanan Kristus, yang merupakan dua terang besar dari angkatan itu.
- (1) Pada satu sisi, Yohanes datang dengan menyanyikan kidung duka untuk mereka, dengan tidak makan dan tidak minum, tidak bergaul akrab dengan orang-orang, dan juga tidak biasa makan bersama orang lain, melainkan sering menyendiri di dalam pengasingannya di padang gurun, dengan makanannya yang hanya belalang dan madu hutan. Nah, orang pasti berpikir bahwa cara hidup seperti ini akan berhasil mengubah orang-orang dari angkatan itu, karena kehidupan yang sangat keras dan penuh mati raga seperti ini sangatlah sejalan dengan ajaran yang disampaikannya sendiri. Memang seorang hamba Tuhan sangat mungkin akan berlaku baik bila perkataan dan perbuatannya sesuai dengan ajarannya sendiri. Namun demikian, bahkan ajaran dari hamba Tuhan seperti ini pun tidak selalu berhasil dalam mempengaruhi orang lain.
- (2) Pada sisi lain, Anak Manusia datang dengan makan dan minum, dan dengan demikian Ia meniup seruling bagi mereka. Kristus bergaul akrab dengan berbagai macam orang, tanpa melakukan suatu kehidupan yang ketat atau keras. Ia ramah dan mudah didekati, tidak malu-malu ditemani oleh siapa pun, dan sering kali menghadiri pesta-pesta, baik dengan orang-orang Farisi maupun dengan para pemungut cukai. Ia ingin melihat apakah cara ini akan berhasil untuk orang yang tidak tersentuh hatinya oleh sifat Yohanes yang penyendiri. Orang yang tidak dibuat kagum oleh kernyit dahi Yohanes akan terpikat oleh senyuman Kristus, yang dari-Nya Rasul Paulus belajar untuk menjadi segala-galanya bagi semua orang (1Kor. 9:22). Nah, Yesus Tuhan kita, dengan kebebasan-Nya itu, sama sekali tidak mengecam Yohanes, seperti juga Yohanes tidak mengecam-Nya, meskipun perilaku mereka sangat berbeda. Perhatikanlah, walaupun kita sudah merasa sangat yakin akan baiknya cara hidup kita, kita tidak boleh menghakimi cara hidup orang lain dengan membanding-bandingkannya dengan cara hidup kita. Ada berbagai macam cara hidup, tetapi Allah yang samalah yang mengerjakan semuanya dalam semua orang (1Kor. 12:6), dan tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama (1Kor. 12:7). Terutama perhatikanlah, bahwa hamba-hamba Tuhan diberi berbagai macam karunia. Kemampuan dan kecerdasan sebagian orang diungkapkan dengan satu cara, sementara sebagian yang lain diungkapkan dengan cara yang lain. Sebagian orang menjadi Boanerges -- anak-anak guruh, sedangkan sebagian yang lain Barnabeses -- anak-anak kegembiraan. Walaupun begitu, semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama (1Kor. 12:11). Oleh karena itu, kita tidak boleh mencela yang mana pun dari keduanya, melainkan harus memuji keduanya, dan memuji Allah untuk keduanya, karena Dia mencoba berbagai cara untuk berurusan dengan semua orang yang memiliki berbagai macam perilaku, agar orang berdosa dapat dilembutkan hatinya atau dibiarkan tanpa diampuni, supaya dalam segala hal, Allah akan dimuliakan.
- Perhatikanlah:
- . Berbagai cara yang digunakan Allah untuk mempertobatkan orang berdosa banyak yang tidak berhasil dan membawa dampak apa-apa: "Kamu tidak menari, kamu tidak berkabung. Perasaanmu tidak tersentuh baik oleh cara yang satu maupun oleh cara yang lain." Sarana-sarana tertentu, seperti halnya dengan obat, mempunyai maksud-maksud tertentu yang harus dipenuhi. Ada kesan-kesan tertentu di dalamnya yang harus kita terima supaya rancangan umum dan besar yang ada dalam sarana-sarana itu bisa berhasil dalam hidup kita. Nah, jika orang tidak bisa diikat dengan hukum, tidak bisa diundang dengan janji-janji, tidak bisa ditakut-takuti dengan ancaman, maka apa lagi yang bisa dilakukan? Jika orang tidak bisa dibangunkan dengan hal-hal yang sangat luar biasa, atau tidak merasa terpikat dengan hal-hal yang paling manis, tidak terperangah dengan hal-hal yang sangat mengerikan, dan tidak bisa disadarkan dengan hal-hal yang sudah jelas-jelas tampak, maka apa lagi yang bisa dilakukan? Jika mereka tidak mau mendengarkan suara Alkitab, atau akal budi, atau pengalaman, atau pemeliharaan ilahi, atau suara hati, atau keinginan hati, apa lagi yang bisa dilakukan? Puputan sudah mengembus, tetapi yang keluar dari api hanya timah hitam, tembaga dan besi. Sia-sia orang melebur terus-menerus. Sebutlah mereka perak yang ditolak (Yer. 6:29). Kerja keras hamba-hamba Tuhan terbuang percuma (Yes. 49:4), dan kerugian yang jauh lebih besar lagi, membuat menjadi sia-sia anugerah Allah yang telah mereka terima (2Kor. 6:1). Jadi, perhatikanlah, hamba-hamba Tuhan yang setia boleh merasa terhibur walaupun hanya melihat sedikit keberhasilan dari kerja keras mereka, karena bukan hal baru lagi bahwa para pengkhotbah yang paling baik dan khotbah yang paling bagus di dunia ini sekalipun sering kali gagal meraih tujuan yang diharapkan. Siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Jika darah orang-orang yang mati terbunuh, lemak para pahlawan, dan panah panglima-panglima besar, yaitu Kristus dan Yohanes, sering kembali dengan hampa (2Sam. 1:22), maka tidak heran jika usaha kita juga mengalami nasib serupa, dan dengan banyak sia-sia kita hanya bernubuat kepada tulang-tulang kering.
- Perhatikanlah:
- . Umumnya orang yang tidak mendapat manfaat apa-apa dari sarana anugerah adalah orang yang sudah pada dasarnya memang jahat, mereka suka mengecam para hamba Tuhan yang telah membawa sarana anugerah itu kepada mereka. Karena mereka sendiri tidak menjadi baik, mereka melakukan segala hal apa saja untuk menyakiti orang lain, dengan cara membangkitkan dan memanas-manasi orang untuk berprasangka buruk terhadap firman dan terhadap hamba-hamba setiawan yang membawa firman itu. Orang yang tidak mau mematuhi Allah dan berjalan mengikuti-Nya pasti akan melawan-Nya dan menempuh jalan yang bertentangan dengan jalan-Nya. Begitulah yang dilakukan oleh angkatan ini, karena mereka sudah berketetapan hati untuk tidak percaya kepada Kristus dan Yohanes. Orang seperti itu tidak mau mengakui mereka berdua sebagai orang-orang yang terbaik, seperti yang seharusnya mereka lakukan, maka mereka berusaha melecehkan Kristus dan Yohanes, dan menggambarkan keduanya sebagai orang-orang yang sangat jahat.
- (1) Mengenai Yohanes Pembaptis, kata mereka, ia kerasukan setan. Mereka memandang kehidupannya yang ketat dan yang sering menyendiri sebagai suatu bentuk kelainan jiwa yang membuatnya menjadi pemurung, dan sejenis gejala kerasukan Iblis. "Mengapa kami harus mendengarkannya? Ia itu kan orang yang kerjanya hanya bersedih hati saja, penuh dengan angan-angan kosong, dan dikuasai oleh khayalan-khayalan gila."
- (2) Mengenai Yesus Kristus, mereka lebih memandang kebebasan-Nya dan keramahan pergaulan-Nya itu sebagai suatu kebiasaan hidup mewah dan hanya untuk menyenangkan keinginan daging saja: lihatlah Ia seorang pelahap dan peminum. Tidak ada pernyataan yang lebih kejam dan lebih menyakitkan daripada pernyataan ini. Kata-kata seperti ini biasanya ditujukan untuk menghakimi anak pembangkang (Ul. 21:20), ia seorang pelahap dan peminum. Namun juga tidak ada yang lebih keliru dan lebih tidak adil daripada pernyataan ini, karena Kristus tidak mencari kesenangan-Nya sendiri (Rm. 15:3), dan juga tidak pernah ada orang yang hidup dengan penyangkalan diri, mati raga, dan penolakan terhadap dunia, seperti yang dilakukan Kristus. Ia yang tanpa noda dan terpisah dari orang-orang berdosa digambarkan di sini sebagai orang yang bersekutu dengan mereka dan yang ternoda oleh mereka. Perhatikanlah, kekudusan yang tiada nodanya dan kebaikan yang tiada taranya tidaklah selalu dapat dijadikan pelindung melawan tajamnya cela dan fitnah. Karunia-karunia dan perbuatan-perbuatan terbaik dari seseorang, yang diniatkan dengan tulus dan diperhitungkan dengan baik untuk membangun orang lain, malah dapat digunakan untuk mencelanya. Perbuatan-perbuatan kita yang paling baik bisa saja menjadi tuduhan-tuduhan yang paling keji terhadap kita, seperti halnya puasa yang dijalankan Daud (Mzm. 69:11). Dalam pengertian tertentu, memang benar bahwa Kristus adalah Sahabat para pemungut cukai dan orang berdosa. Ia malah menjadi Sahabat terbaik yang pernah mereka miliki, karena Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan para pendosa, orang-orang yang sangat berdosa, dan bahkan orang yang paling berdosa sekalipun. Begitulah yang dikatakan dengan penuh dengki oleh orang-orang yang bukan pemungut cukai dan pendosa, melainkan yang merupakan orang Farisi dan orang berdosa. Namun sebenarnya pernyataan ini menjadi, dan akan selalu menjadi, pujian bagi Kristus, dan mereka yang membuatnya sebagai celaan seperti itu tidak mendapatkan manfaat apa pun darinya.
- Perhatikanlah:
- . Bahwa penyebab kemandulan dan pembangkangan yang luar biasa besar dari orang-orang yang hidup di bawah sarana anugerah ini adalah bahwa mereka seperti anak-anak yang hanya duduk-duduk di pasar. Mereka bodoh seperti anak-anak, membangkang seperti anak-anak, dan acuh tak acuh dan hanya ingin main-main saja seperti anak-anak. Kalau saja mereka menunjukkan diri sebagai orang dewasa dalam hal pengertian, maka masih ada secercah harapan bagi mereka. Bagi sebagian dari mereka, pasar tempat mereka duduk-duduk itu merupakan tempat untuk bermalas-malasan (20:3), dan bagi sebagian yang lain lagi tempat untuk mengurusi masalah-masalah duniawi (Yak. 4:13). Bagi semua orang, itu tempat yang penuh dengan kebisingan atau gangguan. Jadi jika kita bertanya mengapa orang hanya bisa mendapatkan sedikit kebaikan dari sarana anugerah, kita akan mendapati bahwa ini karena mereka malas dan tidak sungguh-sungguh, dan karena mereka tidak mau bersusah-susah. Atau juga karena kepala, tangan, dan hati mereka dipenuhi dengan dunia ini, sehingga kepedulian mereka akan dunia menghimpit Firman, dan pada akhirnya mencekik jiwa mereka (Yeh. 33:31; Am. 8:5). Mereka juga sudah terbiasa untuk mengalihkan pikiran-pikiran mereka dari segala sesuatu yang sungguh-sungguh sifatnya. Karena itu, di pasarlah mereka berada, dan di sanalah mereka duduk. Kepada hal-hal inilah hati mereka tertuju, dan hati mereka terpaut kepadanya.
- Perhatikanlah:
- . Meskipun sarana anugerah dihina dan dilecehkan seperti itu oleh banyak orang, malah oleh sebagian besar orang, namun masih ada umat yang tersisa yang melalui anugerah dibuat menjadi lebih baik, dan yang olehnya rancangan-rancangan Allah bagi mereka terpenuhi, demi kemuliaan Allah dan kebaikan jiwa-jiwa mereka sendiri. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya (KJV, "Hikmat dibenarkan oleh anak-anaknya"). Kristus adalah Hikmat, di dalam Dia tersembunyi segala harta hikmat, dan orang-orang kudus adalah anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Nya (Ibr. 2:13). Injil adalah hikmat, hikmat dari atas, dan orang yang benar-benar percaya diperanakkan kembali olehnya, dan dilahirkan juga dari atas. Mereka adalah anak-anak yang berhikmat, berhikmat untuk diri mereka sendiri dan untuk kepentingan-kepentingan mereka yang benar. Mereka tidak seperti anak-anak bodoh yang duduk-duduk di pasar. Anak-anak hikmat ini membenarkan hikmat itu sendiri. Mereka mematuhi rancangan-rancangan anugerah Kristus, memenuhi apa yang dikehendakinya, dan dapat disentuh serta digugah dengan berbagai cara yang digunakannya, dan dengan demikian membuktikan hikmat Kristus dalam menggunakan cara-cara ini. Hal ini dijelaskan dalam Lukas 7:29. Para pemungut cukai mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes, dan setelah itu percaya kepada Injil Kristus. Perhatikanlah, dengan berhasilnya sarana-sarana anugerah, maka hikmat Allah dibenarkan dalam memilih sarana-sarana tersebut, dan hal ini menentang mereka yang menuduh-Nya bodoh karena menggunakan sarana-sarana itu. Kesembuhan setiap pasien yang menuruti perintah dokter membuktikan hikmat dokter itu. Karena itu Paulus mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil (KJV, "tidak malu akan Injil Kristus"), sebab apa pun arti Injil bagi orang lain, bagi setiap orang yang percaya, Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (Rm. 1:16). Salib Kristus, yang untuk orang lain merupakan suatu kebodohan dan batu sandungan, adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah untuk mereka yang dipanggil (1Kor. 1:23-24), sampai mereka menjadikannya sebagai puncak dari segala keinginan mereka (1Kor. 2:2), dan keberhasilannya sebagai alasan bagi mereka untuk bermegah (Gal. 6:14). Dalam hal inilah hikmat Allah dibenarkan oleh anak-anaknya. Anak-anak hikmat adalah saksi-saksi hikmat di dunia (Yes. 43:10), dan mereka akan dipanggil sebagai saksi pada suatu hari nanti, ketika hikmat, yang sekarang dibenarkan oleh orang-orang kudus, akan dimuliakan di antara orang-orang kudus, dan dikagumi oleh semua orang yang percaya (2Tes. 1:10). Jika ketidakpercayaan sebagian orang membuat Kristus dicela dan dituduh berdusta, maka iman sebagian yang lain akan memuliakan-Nya dengan memeteraikan bahwa Dia benar dan bahwa Dia juga berhikmat (1Kor. 1:25). Entah kita melaksanakannya atau tidak, hal ini pasti akan terlaksana. Bukan hanya keadilan Allah, melainkan juga hikmat-Nya akan dibenarkan pada waktu Ia berbicara dan pada waktu Ia menghakimi.
- Inilah pernyataan yang diberikan Kristus mengenai angkatan itu, dan angkatan itu belum berlalu, melainkan tetap tinggal pada angkatan-angkatan yang serupa setelahnya, karena seperti halnya pada waktu itu keadaannya demikian, begitu pula keadaan itu sama semenjak itu dan masih sampai sekarang, ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya (Kis. 28:24).
- II. Mengenai kota-kota tertentu yang paling dikenal Kristus. Apa yang dikatakan-Nya secara umum tentang angkatan itu, diterapkan-Nya secara khusus kepada kota-kota tertentu untuk menggugah hati mereka. Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat (ay. 20). Ia sudah memberitakan Injil kepada mereka jauh sebelumnya (4:17), namun Ia baru mulai mengecam mereka sekarang. Perhatikanlah, cara-cara yang keras dan tidak menyenangkan tidak boleh digunakan sebelum cara-cara yang lebih lembut dicoba terlebih dulu. Kristus tidak terbiasa mengecam. Ia selalu memberi dengan suka hati dan tidak mengecam, sampai orang-orang berdosa, dengan kekerasan hati mereka, memaksa-Nya berbuat demikian. Hikmat pertama-tama mengundang, tetapi jika berbagai undangannya tidak digubris, maka ia mengecam (Ams. 1:20, 24). Orang yang memulai dengan mengecam berarti tidak mengikuti cara-cara Kristus. Sekarang perhatikanlah:
- . Dosa yang dituduhkan atas angkatan itu. Dosa tersebut sama sekali tidak melawan hukum moral, yang kalau demikian halnya, maka Kristus akan merujuk kepada Injil, dan Injil akan meringankannya. Dosa yang didakwakan atas mereka adalah bahwa mereka melawan Injil, yang merupakan hukum yang menyembuhkan, yaitu mereka tidak bersedia bertobat. Inilah perbuatan mereka yang Ia kecam atau cela, sebagai perbuatan yang paling memalukan dan tidak tahu berterima kasih, yaitu bahwa mereka tidak bertobat. Perhatikanlah, keinginan untuk tidak bertobat merupakan dosa besar yang membinasakan banyak orang yang sudah diberi kesempatan untuk mendengarkan Injil, dan dengan dosa ini jugalah (lebih dari dengan hal-hal lain) orang-orang berdosa akan dikecam sampai ke dalam kekekalan. Ajaran besar yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis, Kristus, dan para rasul-Nya adalah ajaran pertobatan. Perkara besar yang dirancang, baik dalam meniup seruling maupun dalam menyanyikan kidung duka, adalah supaya orang mengubah jalan dan pikiran mereka, serta meninggalkan dosa-dosa mereka, lalu berbalik kepada Allah; ke dalam hal-hal inilah angkatan itu tidak mau dibawa. Ia tidak berkata, "karena mereka tidak percaya bahwa Kristus adalah Guru yang diutus Allah" (sebab banyak dari antara mereka mempunyai iman yang cukup), melainkan karena mereka tidak bertobat. Iman mereka tidak berhasil mengubah hati mereka dan memperbarui hidup mereka. Kristus menegur mereka untuk dosa-dosa mereka yang lain, supaya Ia dapat membawa mereka bertobat, tetapi ketika mereka tidak bertobat, Ia mengecam mereka karenanya, sebagai suatu pertanda bahwa mereka menolak untuk disembuhkan. Ia mengecam mereka karena hal ini, supaya mereka dapat mengecam diri mereka sendiri, dan pada akhirnya dapat melihat kebodohan mereka. Dan ini semua akan membuat masalah mereka semakin berat, dan membuat luka mereka tidak dapat disembuhkan.
- . Hal-hal yang lebih memperberat dosa mereka itu. Kota-kota tempat tinggal angkatan itu merupakan tempat di mana Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya, karena kota-kota itulah yang menjadi tempat kediaman utama-Nya selama beberapa waktu. Perhatikanlah, sebagian tempat dapat menikmati sarana anugerah dalam jumlah, kuasa, dan kemurnian yang jauh lebih besar daripada tempat-tempat lain. Allah bertindak secara bebas, dan Ia menggunakan kebebasan-Nya itu untuk melakukan apa saja yang diinginkan-Nya, baik itu sebagai Allah atas alam semesta maupun sebagai Allah anugerah, entah anugerah yang umum atau yang khusus. Dengan mujizat-mujizat Kristus, seharusnya mereka bukan hanya sudah mau menerima ajaran-Nya, melainkan juga sudah mau mematuhi hukum-Nya. Penyembuhan terhadap penyakit-penyakit badan seharusnya dijadikan penyembuhan terhadap jiwa-jiwa mereka, tetapi tidak demikianlah yang terjadi. Perhatikanlah, semakin kuat dorongan yang kita peroleh untuk bertobat, semakin parahlah akibatnya kalau kita tidak mau bertobat, dan semakin beratlah pertanggungjawaban yang diminta dari kita. Sebab, Kristus memperhitungkan segala perbuatan besar yang dilakukan-Nya di antara kita dan perbuatan-perbuatan-Nya yang penuh belas kasihan bagi kita, yang seharusnya sudah menuntun kita kepada pertobatan (Rm. 2:4).
- (1) Khorazim dan Betsaida diberikan sebagai contoh di sini (ay. 21-22), dan masing-masing mempunyai kutuknya sendiri-sendiri: Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Kristus datang ke dunia untuk memberkati kita, tetapi jika berkat itu diremehkan, Ia menyimpan kutuk-kutuk, dan kutuk-kutuk-Nya itu paling mengerikan dari semuanya. Kedua kota ini terletak di pinggir danau Galilea, Khorazim terletak di sebelah timurnya dan Betsaida terletak di sebelah baratnya. Keduanya adalah kota yang kaya dan padat penduduknya. Betsaida kemudian dimekarkan menjadi kota besar oleh Filipus, yang pada waktu itu menjabat sebagai raja wilayah. Dari kota itu pulalah Kristus mengambil setidaknya tiga dari para rasul-Nya. Jadi, sedemikian tingginya kehormatan yang diberikan kepada kedua kota ini! Namun karena keduanya tidak mengetahui saat bilamana Allah melawat mereka, mereka terkena kutuk-kutuk ini, dan kutuk-kutuk itu melekat begitu erat pada mereka, sehingga segera setelah ini, kedua kota itu mulai merosot dan makin lama menjadi desa-desa miskin dan tidak dikenal lagi. Begitu parahnya dosa menghancurkan kota-kota, dan betapa pastinya perkataan Kristus menjadi kenyataan!
- Nah, Khorazim dan Betsaida di sini dibandingkan dengan Tirus dan Sidon, dua kota perairan yang banyak kita baca dalam Perjanjian Lama, yang sudah dihancurkan, tetapi yang kemudian mulai berkembang lagi. Kedua kota ini berbatasan dengan Galilea, tetapi mempunyai nama buruk di kalangan orang Yahudi karena penyembahan berhala dan kejahatan-kejahatan lain. Kristus kadang-kadang memasuki daerah pantai Tirus dan Sidon (15:21), tetapi tidak pernah masuk ke wilayah kotanya. Orang-orang Yahudi akan memandang sebagai suatu kejahatan seandainya Dia pergi ke sana. Oleh karena itu, untuk meyakinkan dan merendahkan hati mereka, Kristus di sini memperlihatkan:
- [1] Bahwa Tirus dan Sidon tidak akan menjadi seburuk Khorazim dan Betsaida. Seandainya Tirus dan Sidon diberikan pemberitaan firman yang sama, dan mujizat-mujizat yang sama terjadi di tengah-tengah mereka, sudah lama mereka bertobat dan berkabung, seperti Niniwe. Kristus, yang mengetahui hati semua orang, tahu bahwa seandainya Ia pergi dan tinggal bersama mereka, dan memberikan pengajaran-Nya kepada mereka, Ia akan lebih berhasil di sana daripada di tempat-Nya berada sekarang. Namun demikian, Ia terus tinggal di tempat itu selama beberapa waktu lagi, untuk mendorong hamba-hamba-Nya agar mau melakukan hal yang sama, meskipun mereka tidak melihat keberhasilan yang mereka inginkan. Perhatikanlah, di antara orang-orang durhaka, ada sebagian yang lebih mudah ditegur daripada sebagian yang lainnya. Mereka yang menikmati sarana anugerah dengan berlimpah namun tetap tidak bertobat telah berbuat dosa yang sangat besar, bukan hanya karena ada banyak orang lain yang juga menikmati anugerah itu bersama mereka dan mau bertobat, tetapi juga karena ada lebih banyak lagi orang yang akan bertobat seandainya mereka diberi kesempatan untuk dapat menikmati sarana anugerah yang sama (Yeh. 3:6-7). Pertobatan kita lambat dan ditunda-tunda, tetapi pertobatan mereka akan terjadi dengan cepat, mereka pasti sudah lama akan bertobat. Pertobatan kita hanya sekilas dan dangkal, tetapi pertobatan mereka akan mendalam dan sungguh-sungguh, dilakukan dengan berkabung. Namun demikian, kita harus memerhatikan, dengan benar-benar mengagungkan kedaulatan Allah, bahwa orang-orang Tirus dan Sidon dengan sama adilnya juga tetap akan binasa dalam dosa mereka, meskipun mereka akan bertobat seandainya diberi kesempatan untuk menikmati sarana-sarana anugerah itu, karena Allah tidak berutang kepada manusia.
- [2] Bahwa oleh karena itu Tirus dan Sidon tidak akan semenderita Khorazim dan Betsaida, sebaliknya tanggungan mereka akan lebih ringan pada hari penghakiman (ay. 22). Perhatikanlah,
- pertama, pada hari penghakiman nasib kekal umat manusia akan ditentukan dengan tidak keliru dan tidak dapat diubah; entah itu berupa kebahagiaan atau penderitaan, beserta tingkatan-tingkatannya masing-masing. Oleh karena itu, hari penghakiman disebut hukuman kekal (Ibr. 6:2), karena hari itu menentukan keadaan kekal manusia.
- Kedua, dalam penghakiman itu, semua sarana anugerah yang digunakan dalam masa percobaan pasti akan diperhitungkan, dan kita akan ditanya, bukan hanya tentang seberapa buruk kita, melainkan juga seberapa besar kemungkinannya bagi kita untuk menjadi lebih baik seandainya kita tidak melakukan kesalahan (Yes. 5:3-4).
- Ketiga, walaupun hukuman bagi semua orang yang binasa akan tidak tertahankan, namun hukuman bagi orang yang sudah diperlihatkan kuasa dan anugerah Kristus dengan sepenuh-penuhnya dan dengan sejelas-jelasnya, namun tetap tidak bertobat, akan paling tidak tertahankan lagi. Terang dan suara Injil membuka segala indra kepunyaan manusia, dan memperbesar kemampuan-kemampuan orang yang melihat dan mendengarkannya, entah untuk menerima kekayaan anugerah ilahi, atau (jika anugerah itu diremehkan) untuk mendapatkan curahan murka ilahi yang lebih dahsyat. Jika teguran terhadap diri sendiri terasa seperti siksaan neraka, maka sungguh celakalah orang-orang yang sudah diberi kesempatan yang begitu baik untuk masuk sorga, namun menyia-nyiakannya. Anakku, ingatlah itu.
- (2) Kapernaum dikecam di sini dengan suatu penekanan (ay. 23), "Dan engkau Kapernaum, angkatlah tanganmu, dan dengarlah malapetaka yang akan menimpamu." Kapernaum, melebihi semua kota Israel lainnya, diberi kehormatan dengan dijadikan sebagai tempat tinggal Kristus yang paling utama. Kota ini seperti Silo pada zaman dulu, yaitu tempat yang dipilih Allah untuk membuat nama-Nya diam di sana, dan nasibnya juga sama dengan nasib Silo (Yer. 7:12, 14). Kristus mengadakan mujizat-mujizat-Nya di tempat ini seperti membuat roti sehari-hari, sehingga, seperti manna pada waktu dulu, dipandang remeh dan disebut roti hambar. Banyak ajaran anugerah yang manis dan menghibur yang diberitakan Kristus kepada mereka hanya memberikan manfaat yang sedikit bagi mereka, dan karena itu Ia kini menyampaikan ajaran tentang murka yang mengerikan. Siapa yang tidak mau mendengarkan ajaran yang menghibur itu akan dibuat merasakan ajaran murka yang mengerikan.
- Berikut ini kita akan melihat malapetaka yang akan menimpa Kapernaum,
- [1] Malapetaka ini sudah ditentukan dengan mutlak. Engkau yang dinaikkan sampai ke langit akan diturunkan sampai ke dunia orang mati. Perhatikanlah,
- pertama, orang yang menikmati Injil dalam kuasa dan kemurniannya akan dinaikkan ke langit. Dengan demikian, mereka mempunyai kehormatan yang besar untuk masa sekarang, dan keuntungan yang besar untuk kehidupan kekal; mereka diangkat menuju sorga. Namun jika, kendati dengan itu semua, mereka masih melekat pada bumi ini, mereka bisa bersyukur bahwa mereka tidak diangkat sampai ke dalam langit.
- Kedua, keuntungan dan kemajuan Injil yang disalahgunakan akan menenggelamkan orang-orang berdosa jauh lebih dalam ke neraka. Hak-hak istimewa dan berbagai keuntungan lahiriah yang kita nikmati sama sekali tidak akan dapat menyelamatkan kita. Malah sebaliknya, jika hati dan hidup kita tidak sesuai dengannya, berbagai hak dan keuntungan itu hanya akan memicu kerugian bagi kita. Sebab, semakin tinggi tebing, semakin parah pula kalau jatuh dari atasnya. Oleh karena itu, janganlah kita sombong, terapi takutlah; jangan bermalas-malasan, tetapi rajinlah (Ayb. 20:6-7).
- [2] Di sini kita melihat Kapernaum dibandingkan dengan malapetaka Sodom, yaitu sebuah tempat yang lebih dahsyat lagi, baik dalam hal dosa maupun kehancuran, daripada, mungkin, tempat-tempat lainnya. Namun Kristus di sini berkata kepada kita:
- Pertama, bahwa sarana anugerah yang dimiliki Kapernaum pasti akan sudah menyelamatkan Sodom seandainya Sodom juga memilikinya. Andaikata mujizat-mujizat ini diadakan di tengah-tengah orang Sodom, betapapun jahatnya mereka, mereka pasti sudah bertobat, dan pasti kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini sebagai suatu peringatan akan belas kasihan, dan bukannya sebagai suatu peringatan akan keadilan yang menghancurkan seperti yang terjadi pada kota tersebut sekarang ini (Yud. 7). Perhatikanlah, dengan pertobatan yang sungguh-sungguh melalui Kristus, dosa yang terbesar pun akan diampuni dan kehancuran yang paling dahsyat pun bisa dicegah, tidak terkecuali Sodom. Para malaikat sudah diutus ke Sodom, namun kota Sodom tidak lagi berdiri sekarang, tetapi seandainya Kristus diutus ke sana, kota itu masih tetap berdiri. Dengan demikian, betapa kita harus bersyukur bahwa dunia yang akan datang itu ditaklukkan kepada Kristus, dan bukan kepada malaikat-malaikat! (Ibr. 2:5). Seandainya Lot dapat mengadakan mujizat-mujizat, ia tidak akan dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja.
- Kedua, bahwa oleh karena itu kehancuran Sodom akan lebih ringan pada hari penghakiman daripada kehancuran Kapernaum. Sodom akan dimintai banyak pertanggungjawaban, tetapi bukan atas dosa tidak mengindahkan Kristus, seperti yang akan dituntut dari Kapernaum. Jika Injil membawa bau kematian, bau yang mematikan, maka bau kematian ini pasti akan berlipat ganda. Ini bau kematian yang mematikan, kematian yang dahsyat (2Kor. 2:16). Kristus telah mengatakan hal yang sama kepada semua tempat yang tidak menerima hamba-hamba-Nya dan yang tidak menyambut Injil-Nya (10:15), tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan daripada tanggungan kota itu. Kita yang sekarang mempunyai firman yang tertulis di tangan kita, Injil yang diberitakan, hukum-hukum Injil yang disampaikan kepada kita, dan yang hidup dalam zaman Roh mempunyai keuntungan-keuntungan yang tidak kurang kecilnya dari yang dimiliki oleh orang-orang di Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum. Namun, oleh karena itu pula, pertanggungjawaban yang akan diminta pada hari penghakiman nanti juga akan disesuaikan seberapa banyaknya keuntungan yang kita terima sekarang ini. Oleh karena itu, telah dikatakan dengan adil bahwa orang-orang percaya atau yang mengaku-ngaku percaya pada zaman ini, entah mereka masuk sorga atau neraka, adalah orang-orang yang sangat berutang di kedua tempat itu. Jika masuk sorga, mereka sangat berutang atas belas kasihan ilahi yang telah mengantar mereka ke sana dengan sarana-sarananya yang berlimpah. Jika masuk neraka, mereka berutang sangat banyak atas keadilan ilahi yang sebenarnya bisa mencegah mereka dengan sarana-sarananya yang berlimpah supaya tidak masuk ke sana.
SH: Mat 11:16-30 - Mengenal Allah adalah anugerah (Kamis, 27 Januari 2005) Mengenal Allah adalah anugerah
Apakah inti penyataan Yesus yang sulit diterima orang pada
zamannya? Mengapa Khorazim, Betsaida, Kapernaum, dan o...
Mengenal Allah adalah anugerah
Apakah inti penyataan Yesus yang sulit diterima orang pada zamannya? Mengapa Khorazim, Betsaida, Kapernaum, dan orang banyak menolak-Nya padahal mereka melihat banyak mukjizat Allah? Orang banyak diumpamakan Yesus seperti anak yang sedang bermain pesta pernikahan dan kematian (ayat 16-17). Tidak ada keseriusan sikap terhadap Yesus. Padahal menurut ayat 25-27 relasi Yesus dan Allah Bapa begitu unik dan tidak terpisahkan.
Pertama, orang bijak dan orang pandai tidak dapat mengenal Allah (ayat 25). Pengenalan Allah bukan soal intelektual atau kesalehan manusia. Pengenalan akan Allah adalah soal kedaulatan Allah. Tidak seorang pun dapat mengendalikan Allah. Menurut kehendak-Nya sendiri Allah menyingkapkan atau menyembunyikan diri-Nya. Meski demikian Yesus mengenal Allah secara sempurna.
Kedua, manusia hanya dapat mengenal Allah melalui Yesus. Jika ingin mengenal Allah datanglah kepada Yesus. Hanya Yesus yang dapat mengenalkan siapa Allah karena Allah melimpahkan otoritas penuh rencana penyelamatan kepada-Nya (ayat 27a). Selain itu, memang hubungan Yesus dan Allah sangat intim. Di dalam hubungan Anak-Bapa itu terdapat pengenalan yang sempurna. Jadi, mengenal Yesus berarti mengenal Allah. Sama seperti mengenal Allah adalah anugerah, demikian juga dengan mengenal Yesus.
Atas klaim itulah Yesus dapat mengundang manusia untuk datang kepada-Nya. Yesus tidak menyuruh manusia datang kepada Allah, tetapi datang kepada-Nya. Yesus tidak berkata `pergilah kepada Allah', melainkan `marilah kepada-Ku'. Dalam pemahaman demikian undangan Yesus tersebut menjadi semakin jelas maknanya. Inilah panggilan anugerah. Setiap orang yang memenuhi panggilan itu akan masuk ke dalam pengenalan yang intim dan mendalam, seintim dan semendalam hubungan Anak dan Bapa.
Doa: Oh Tuhan, tolonglah aku untuk hidup makin dekat dengan Yesus agar aku makin mengenal-Mu.
SH: Mat 11:1-19 - Dari ragu sampai percaya (Minggu, 31 Januari 2010) Dari ragu sampai percaya
Mengapa Yohanes meragukan Yesus sebagai Mesias, padahal ia sendiri
telah nubuatkan kedatangan-Nya (lih. Mat. 3:11)? Pad...
Dari ragu sampai percaya
Mengapa Yohanes meragukan Yesus sebagai Mesias, padahal ia sendiri telah nubuatkan kedatangan-Nya (lih. Mat. 3:11)? Padahal ada bukti-bukti kuat akan kemesiasan Yesus (ayat 4-5), yaitu proklamasi kerajaan Sorga disertai demonstrasi kuasa Ilahi. Rupanya Yohanes tidak melihat Yesus menghukum orang berdosa (Mat. 3:12), sementara ia sendiri sampai harus dipenjara karena menegur Herodes (lih. Mat. 14:3-4).
Yesus tidak menegur Yohanes atas keraguannya. Ia memahami Yohanes
sedang terpuruk secara fisik dan emosi sehingga sulit bagi dia
untuk melihat gambaran yang lengkap mengenai pelayanan Yesus.
Pelayanan Yesus terbagi dua tahap. Tahap pertama adalah tahap
anugerah. Lihat ayat 5. Yesus mengutip Yesaya (
Keraguan Yohanes tidak menghapuskan karya yang ia sudah lakukan. Yesus sendiri meneguhkan Yohanes sebagai nabi yang mengakhiri periode Perjanjian Lama dan mengawali masa anugerah di era Perjanjian Baru. Persoalannya bukan pada Yohanes, tetapi pada dunia yang dibutakan oleh dosa sehingga tidak dapat melihat bahwa keduanya adalah utusan Allah untuk memerdekakan mereka.
Sepanjang sejarah gereja selalu ada orang yang menolak pemberitaan kabar baik. Namun jangan jadi tawar hati karena hal itu. Bersyukurlah atas orang-orang yang oleh anugerah Allah merespons pemberitaan kita dengan pertobatan. Doakan mereka yang masih mengeraskan hati menolak Yesus, agar sebelum hari penghakiman tiba mereka telah bertobat.
SH: Mat 11:2-19 - Kebimbangan adalah manusiawi. (Senin, 19 Januari 1998) Kebimbangan adalah manusiawi.
Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi besar, yang mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus. Khotbah pertobatan diserukannya...
Kebimbangan adalah manusiawi.
Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi besar, yang mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus. Khotbah pertobatan diserukannya dengan berani dan tidak kenal kompromi, meskipun harus menghadapi raja Herodes, yang berkuasa atas negeri itu. Bagi hamba Tuhan lain, mungkin akan berpikir dua kali, apabila harus menuding kesalahan seseorang apalagi penguasa. Demikianlah kualitas pelayanan dan pengabdian Yohanes Pembaptis. Tetapi kini dia bimbang dan kecewa. Benarkah Yesus, Mesias yang dinanti-nantikan? Sebesar apapun seorang hamba Tuhan, dia bisa kecewa. Tuhan Yesus tidak marah.
Dia mengerti kelemahan hamba-hamba-Nya. Bila kita dalam kebimbangan dan kecewa, kita tidak usah merasa malu dan berdosa. Hal itu manusiawi. Tuhan Yesus mengerti dan mengasihi kita. Dia memuji hamba-Nya sebagai nabi Terbesar. Kita orang percaya juga memiliki posisi yang sama dengan Yohanes Pembaptis. Kita diberi tugas dan tanggungjawab untuk mempersiapkan kedatangan Yesus kedua kali ke dalam dunia ini. Kita harus berani menyerukan berita pertobatan, tidak kenal kompromi dengan berita yang menyenangkan telinga. Yesus akan memuji kita apabila "suara kenabian" setia kita perdengarkan di tengah dunia yang bobrok ini.
SH: Mat 11:2-19 - Siapakah Mesias itu? (Senin, 29 Januari 2001) Siapakah Mesias itu?
Kekecewaan dan oposisi terhadap
Kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yesus melalui
pelayanan-Nya semakin meningkat sebab Yesus...
Siapakah Mesias itu?
Kekecewaan dan oposisi terhadap Kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yesus melalui pelayanan-Nya semakin meningkat sebab Yesus menampilkan Diri sebagai Mesias yang berbeda dengan yang diharapkan oleh masyarakat.
Yohanes Pembaptis sendiri sebagai perintis jalan bagi
Kristus sudah mulai putus asa dan meragukan
Kemesiasan Yesus. Mengapa? Dalam khotbahnya,
Yohanes selalu menekankan kesegeraan dari berkat
dan penghakiman yang dibawa oleh Mesias (ayat
Meskipun demikian, Yesus masih memuji Yohanes sebagai
nabi terbesar sebab dari semua nabi yang pernah
ada, khotbah Yohaneslah yang paling jelas
berbicara tentang Mesias. Lalu banyak nabi
berbicara tentang pelayanan Yesus. Yohanes tidak
hanya mewartakan tentang kedatangan-Nya, namun
juga melihat dan menunjuk secara langsung (
Renungkan: Pernahkah Anda kecewa kepada Yesus dan putus asa karena Anda senantiasa dirundung duka? Siapa pun Mesias bagi Anda; apa yang Anda harapkan dari Dia haruslah diterangi oleh Yesus dan pelayanan-Nya, sehingga kita tidak seperti generasi yang ditegur oleh Yesus karena ketidakpuasan mereka (ayat 16-19). Mereka tidak pernah puas karena mereka selalu menggunakan standar pengharapan mereka sendiri, pengharapan yang diwarnai dosa dan nafsu.
SH: Mat 11:2-19 - Ketika keraguan datang (Sabtu, 26 Januari 2013) Ketika keraguan datang
Sungguh pun mengaku orang beriman, dalam situasi tertentu kita bisa meragukan Tuhan. Itulah pengalaman Yohanes Pembaptis. Saat...
Ketika keraguan datang
Sungguh pun mengaku orang beriman, dalam situasi tertentu kita bisa meragukan Tuhan. Itulah pengalaman Yohanes Pembaptis. Saat menjadi tahanan Raja Herodes, melalui muridnya ia menanyakan kemesiasan Yesus.
Pertanyaan Yohanes sangat wajar. Ada alasan yang mungkin membuatnya meragu pada Yesus, yaitu yang dikaitkan dengan perannya meneladani nabi Elia. Jika Elia diluputkan Tuhan dari tangan musuh-musuhnya, tidak demikian dengan Yohanes. Ia dibiarkan berada lama dalam penjara karena berani menegur Herodes Antipas (lih. 14:1-4). Sementara itu, Mesias sama sekali tidak berbuat sesuatu apa pun untuk membebaskannya dari penjara. Bisa jadi Yohanes kemudian mengira bahwa Yesus barangkali sama seperti dirinya, yakni hanya perintis jalan bagi Mesias dan bukan Mesias itu sendiri.
Namun Yohanes tidak mau berlama-lama berada dalam kebimbangan. Kecamuk ragu dalam benaknya melahirkan pertanyaan yang langsung ia tujukan kepada Yesus. Menjawab pertanyaan Yohanes Yesus tidak sekadar mengurai pekerjaan-pekerjaan-Nya sebagai penggenapan dari nubuat nabi Yesaya (5, bdk. Yes 29:18, 35:5-6, 6:11). Yesus menambahkan dua hal, yakni orang kusta menjadi tahir, dan orang mati dibangkitkan. Hal ini menyiratkan bahwa Yesus adalah sungguh Mesias.
Apakah Yesus marah dengan keraguan yang ditunjukkan oleh Yohanes? Tidak. Yesus justru memuji Yohanes sebagai seorang nabi yang memiliki prinsip yang teguh dan mempraktikkan gaya hidup sederhana, serta mengabdikan diri kepada tugas kenabiannya dengan setia (7-10). Sekalipun untuk menjalani itu semua ia dicerca sebagai orang yang kerasukan setan (18). Di mata Yesus, Yohanes Pembaptis memiliki keunggulan dari nabi-nabi lain, yakni ia adalah perintis jalan bagi Yesus, Mesias itu sendiri; kedatangan-Nya adalah penggenapan dari nubuat nabi Maleakhi (Mal. 3:1).
Ketika iman Kristen kita dilanda keraguan, segera datang dalam doa kepada Tuhan serta membaca Alkitab guna mencari jawab atas segala keraguan kita. Sebab hanya di dalam Yesus ada kepastian.
SH: Mat 11:2-19 - Tidak Menolak Allah (Selasa, 31 Januari 2017) Tidak Menolak Allah
Ada seorang ibu kecewa dengan sikap hamba Tuhan sehingga ia menolak ke gereja lagi. Berulang kali kami mengunjungi serta menasiha...
Tidak Menolak Allah
Ada seorang ibu kecewa dengan sikap hamba Tuhan sehingga ia menolak ke gereja lagi. Berulang kali kami mengunjungi serta menasihatinya untuk ke gereja dan tidak memandang manusia. Namun, ia tetap pada pendiriannya dan menolak saran kami. Sampai akhir hidupnya, dalam keadaan sakit parah, ia berpesan kepada anaknya agar upacara pemakamannya tidak dilakukan secara kristiani.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang pelayan Tuhan dalam menghadapi masalah ini ? Apakah hal itu menunjukkan kegagalan pelayanan?
Kesedihan dan keterpurukan adalah penjara bagi kita yang sedang mengalami penurunan kualitas hidup. Namun, tidak selalu kata penjara memiliki konotasi buruk. Penjara dapat dilihat sebagai sesuatu yang baik jika dilihat dari sisi yang positif. Artinya, penjara dapat menjadi tempat terbaik bagi kita untuk introspeksi dan berserah diri dalam Tuhan. Karena Allah adalah tempat terbaik bagi kita untuk menemukan pengampunan, pemulihan, dan pencerahan yang akan menuntun kita menghasilkan terobosan baru dalam hidupnya.
Apabila kita mengalami masalah, ingatlah bahwa Tuhan sedang menguatkan rohani kita. Ia sedang memperlebar kapasitas manusia baru yang ada dalam diri kita. Allah ingin umat-Nya maju dalam pertumbuhan rohani. Karena itu, nikmatilah setiap proses yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita.
Contohnya, Yusuf pernah mengalami penurunan rohani ketika ia dijual sebagai budak dan berada dalam penjara karena fitnahan. Daud pun pernah mengalami kebimbangan saat ia dikejar-kejar oleh Saul untuk dibunuh.Demikian juga dengan Yohanes ketika ia berada dalam penjara sehingga ia mengeluarkan pertanyaan yang seolah-olah meragukan kemesiasan Yesus. Karena itu, janganlah putus asa sebab Allah sedang menempa dan memurnikan kita.
Jika kita melihat seseorang yang mengalami penurunan rohani, janganlah menghakimi seolah-olah kita yang paling saleh. Kunjungi, doakan, dan tolonglah dia. Sebab melalui kita, Allah sedang berbicara dan menguatkan dia. [AS]
SH: Mat 11:2-19 - Menghadapi Cibiran (Selasa, 19 Januari 2021) Menghadapi Cibiran
Sebuah kabar baik ternyata belum tentu diterima oleh semua orang. Selalu ada pihak-pihak yang menolak, bahkan mencari alasan untuk...
Menghadapi Cibiran
Sebuah kabar baik ternyata belum tentu diterima oleh semua orang. Selalu ada pihak-pihak yang menolak, bahkan mencari alasan untuk menutup telinga bagi kabar baik tersebut. Sering kali mereka menyerang para pemberita kabar baik.
Penolakan seperti itu dialami juga oleh kedua tokoh dalam bacaan kita. Tokoh pertama adalah Yohanes Pembaptis. Ia sangat besar dan Alkitab mengatakan, tidak ada yang bisa dibandingkan dengannya (11). Ia datang dengan kuasa Elia yang menubuatkan kedatangan mesias yang pertama kalinya (14-15). Ia seorang nabi yang di dalam pemberitaannya hidup terpisah sebagai nazir (orang yang mengkhususkan hidupnya untuk menjadi nabi Allah). Orang-orang menolaknya dan mengatainya sedang kerasukan setan (18).
Tokoh kedua yang jauh lebih besar daripada Yohanes adalah Yesus. Dialah Mesias yang menggenapi enam tanda kemesiasan yang diberitakan Yesaya, yaitu: 1) Orang buta melihat; 2) orang lumpuh berjalan; 3) orang kusta disembuhkan; 4) orang tuli mendengar; 5) orang mati dibangkitkan; 6) orang miskin mendengar kabar baik. Dialah Mesias yang sejati. Yesus datang dengan merendahkan diri-Nya. Ia bersedia makan dan minum bersama orang berdosa. Tuhan Yesus mengasihi orang berdosa. Meskipun demikian, Tuhan Yesus tetap menerima penolakan dan dicemooh, bahkan disamakan dengan orang berdosa.
Alkitab menunjukkan bahwa selalu ada orang yang tidak percaya serta mencibir orang-orang yang melayani dan memberitakan kebenaran. Tuhan Yesus menghendaki agar kita tetap kuat, sekalipun kita rentan terhadap cibiran, bahkan penolakan.
Kita menyadari bahwa tidak mudah untuk memperkuat iman kita agar makin teguh ketika mengalami cibiran dan penolakan. Kita perlu belajar untuk menerima tantangan iman yang selalu ada sehingga kita mampu bertahan.
Mari kita belajar untuk lebih berfokus kepada karya Allah yang membebaskan umat-Nya. Mari kita sadari bahwa semua orang perlu menyambut karya pembebasan Allah dengan penuh sukacita. [JHN]
SH: Mat 11:2-19 - Janganlah Meragukan Tuhan Yesus (Senin, 30 Agustus 2021) Janganlah Meragukan Tuhan Yesus
Firman Tuhan hari ini mengisahkan pertanyaan dari Yohanes Pembaptis kepada Tuhan Yesus. Dalam Matius 11:3 dituliskan ...
Janganlah Meragukan Tuhan Yesus
Firman Tuhan hari ini mengisahkan pertanyaan dari Yohanes Pembaptis kepada Tuhan Yesus. Dalam Matius 11:3 dituliskan bahwa Yohanes menyuruh murid-muridnya bertanya kepada Tuhan Yesus, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?"
Yohanes Pembaptis adalah cecala (bhs.Jawa, perintis), voor rijder/pembuka jalan bagi kedatangan Mesias. Ia dengan tegas menyerukan pertobatan dan pemberitaan tentang kedatangan Kerajaan Allah dan Sang Mesias. Dengan berani ia menyerukan pertobatan kepada Herodes. Karena itu, ia ditangkap dan dipenjarakan di benteng Makaerus. Ketika ditahan di dalam penjara, ia mengutus murid-muridnya untuk bertanya kepada Tuhan Yesus.
Yohanes Pembaptis mengharapkan Sang Mesias bersikap sama kerasnya seperti dia. Namun, kenyataan berbeda dari harapannya. Yesus justru lemah lembut, banyak menolong, menyembuhkan orang sakit, memberi makan orang banyak, dan membangkitkan orang mati. Mengapa Yesus tidak bertindak keras seperti dia? Mengapa Yesus tidak melawan Herodes dan membebaskannya?
Keraguan dan pertanyaan dalam hati Yohanes Pembaptis tidak membuat Tuhan Yesus marah atau kecewa. Tuhan Yesus justru meminta murid-murid Yohanes Pembaptis untuk melihat apa yang telah diperbuat-Nya. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Tuhan Yesus menceritakan pekerjaan-Nya sebagaimana yang sudah dinubuatkan para nabi dalam PL (bdk. Yesaya 35:5, 6; 42:7; 61:1, 2a).
Kita sering mengalami keraguan tatkala permintaan doa kita tidak dijawab Tuhan. Belajar dari kisah Yohanes Pembaptis dan para muridnya, Tuhan Yesus punya rencana indah untuk kita, tetapi tidak harus sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan kita minta. Kita belajar menempatkan kehendak kita di bawah kehendak Tuhan.
Kiranya Tuhan mengampuni kebodohan kita dan mengajar kita untuk bertindak sesuai kehendak-Nya. [SRH]
Topik Teologia -> Mat 11:19
Topik Teologia: Mat 11:19 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Dosa
Deskripsi tentang Dosa-dosa dan Pendosa
Metafora untuk Para Pendosa
...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Dosa
- Deskripsi tentang Dosa-dosa dan Pendosa
- Metafora untuk Para Pendosa
- Para Pendosa seperti Anak-anak yang Duduk di Pasar
TFTWMS -> Mat 11:16-19
TFTWMS: Mat 11:16-19 - Respon Manusia Terhadap Yohanes Dan Yesus RESPON MANUSIA TERHADAP YOHANES DAN YESUS (Matius 11:16-19)
16 Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk ...
RESPON MANUSIA TERHADAP YOHANES DAN YESUS (Matius 11:16-19)
16 Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: 17 Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. 18 Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. 19 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.
Ayat 16. Yesus bertanya, "Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini?" Kata "angkatan" (genea, genea) mengacu kepada orang yang hidup pada waktu tertentu. Yesus sering menggunakan istilah itu untuk mengacukan orang-orang sezaman-Nya, terutama mereka yang menolak Dia (12:39, 41, 42, 45; 16:4; 17:17; 23:36; 24:34). Dalam konteks ini, Ia membandingkan orang-orang sezaman-Nya dengan anak-anak, yaitu mereka yang belum dewasa dalam iman. Mereka seperti anak-anak yang memainkan permainan di pasar, sementara orang tua mereka berbelanja atau bersosialisasi.
Ayat 17. Yesus menggambarkan sekelompok anak-anak yang sedang memainkan permainan seperti itu, memanggil teman-teman mereka dan mengecam mereka karena tidak kooperatif. Ketika suling ditiup, seperti pada perayaan pernikahan yang penuh sukacita, teman-teman yang tidak kooperatif itu tidak mau bergabung dan menari. Ketika mereka mengalihkan permainan itu dan mulai menyanyikan kidung duka pemakaman, teman-teman ini akan tetap tidak mau berpartisipasi, yaitu, mereka tidak mau berkabung. Kaum perempuan sering dipekerjakan sebagai pekabung profesional ketika seseorang meninggal (lihat komentar tentang 9:23). Selanjutnya, mereka yang kebetulan melewati prosesi pemakaman diharapkan berpartisipasi dalam perkabungan yang sedang berlangsung.12
Ilustrasi umum dari kehidupan sehari-hari digunakan untuk menggambarkan cara orang Yahudi menerima Yohanes dan Yesus. Mereka tidak mau bekerja sama dengan salah satu dari utusan Allah ini.
Ayat 18. Angkatan Yahudi yang Yohanes datangi tidak punya pemahaman rohani. Mereka menolak Yohanes oleh karena gaya hidupnya yang aneh dan keras. Yohanes datang, ia tidak makan dan minum, yang mengacu kepada fakta bahwa ia tidak minum anggur (Luk. 1:15) dan bahwa kebiasaan makan dan minumnya yang sederhana adalah "belalang dan madu hutan" (3:4). Ia juga memerintahkan murid-muridnya untuk berpuasa (9:14).Angkatan itu menolak pesannya karena terlalu keras dan serius. Ia tidak akan mengizinkan mereka bersikap pasif, tapi ia meminta orang-orang itu bertobat dan dibaptis (3:2, 6; Mrk. 1:04). Akibatnya, mereka menuduh dia kerasukan setan.13
Ketika Yesus berbicara tentang angkatan-Nya, tampaknya sebagian besar yang ada di dalam pikiran-Nya adalah para pemimpin agama. Kisah yang sejajar dalam Lukas mencakup komentar sisipan yang membedakan orang kebanyakan (termasuk para pemungut pajak) yang telah menyerahkan diri kepada baptisan Yohanes, dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menolak untuk dibaptis dan karenanya menolak kehendak Allah bagi hidup mereka (Luk. 7: 29, 30; lihat Mat. 21:32).
Ayat 19. Angkatan itu juga menolak Yesus, yang di sini diidentifikasi sebagai Anak Manusia. Mereka menuduh Dia sebagai seorang pelahap dan peminum (lihat Ula. 21:20).14Tuduhan palsu ini merupakan pemutarbalikkan fakta yang keterlaluan. Yesus tidak memerintahkan para pengikut-Nya untuk berpartisipasi dalam puasa tradisional Yahudi (9:14), dan Ia menerima banyak undangan untuk jamuan makan malam di rumah-rumah penduduk (9:9, 10; 26:6, 7; Luk. 7:36; 10:38; 14:1; 19:5) dan pelbagai perayaan lainnya seperti pernikahan (Yoh. 2:1-11). Sementara Yohanes dikecam atas perilaku asketisnya, Yesus dikecam karena berpartisipasi dalam pelbagai kegiatan normal kehidupan.
Mereka juga mengejek Yesus atas teman-teman yang Ia pertahankan sambil Ia melanjutkan pelayanan-Nya, mencap Dia sebagai sahabat pemungut cukai dan orang berdosa (lihat komentar tentang 9:11). Tentu saja, Yesus berhubungan dengan orang-orang seperti itu untuk mengembalikan mereka kepada Allah, bukan untuk ambil bagian dalam perbuatan jahat mereka. Lewis mengungkapkan hal ini dengan mengatakan, "Ketika beberapa orang lain membentuk kelompok-kelompok terpisah yang berisi 'orang saleh'—kelompok separatis (Farisi), atau 'Anak-Anak Terang' (Essene), berusaha menjadi kaum tersisa yang kudus—Yesus mendatangi orang banyak dan bekerja di antara mereka yang sesat."15
Yesus menyimpulkan dengan mengatakan, "Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya." Seperti dalam Perjanjian Lama, "hikmat" (sofi÷a, sophia) dipersonifikasikan sebagai seorang perempuan (lihat Ams. 8; 9). Alih-alih "perbuatannya," Lukas menulis "semua orang" (Luk. 7:35). Bagaimanapun, pada dasarnya intinya adalah sama. Terlepas apa yang manusia katakan tentang mereka, baik Yesus maupun Yohanes memenuhi peran mereka dalam rencana penyediaan Allah untuk memanggil manusia untuk bertobat dan menyiapkan diri bagi kerajaan yang akan datang. Para mualaf yang mereka hasilkan—yang hidupnya telah berubah secara radikal—membenarkan kegiatan mereka. Meski orang-orang Farisi dan para pengecam lainnya tidak mau menerima hikmat Allah, orang yang berhikmat secara rohani bersifat terbuka terhadap pengajaran tentang kerajaan itu. Dalam Lukas, "anak-anak" hikmat sangat berbeda dengan "anak-anak" yang tidak kooperatif di pasar (Luk. 7:32, 35).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: KUASA SANG RAJA 11:1-19
Yohanes Pembaptis Dan Yesus
Matius selanjutnya berfokus pada reaksi orang banyak itu terhadap pengajaran dan perbuat...
Matius: KUASA SANG RAJA 11:1-19
Yohanes Pembaptis Dan Yesus
Matius selanjutnya berfokus pada reaksi orang banyak itu terhadap pengajaran dan perbuatan Yesus. Reaksi ini sering tidak menguntungkan. Bahkan Yohanes Pembaptis mempertanyakan Tuhan.1Setelah Matius membahas Yohanes dan Yesus (11:1-19), ia melaporkan kecaman Yesus atas kota-kota yang tidak mau bertobat (11:20-24), mencatat doa Yesus, dan kemudian menggambarkan undang-an agung Yesus kepada semua orang untuk datang kepada Dia (11:25-30).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) KRISTUS MELANJUTKAN AJARAN-NYA (Matius 11)
Inilah enam kebenaran yang ditemukan dalam Matius 11: (1) standar Allah untuk mengukur keagungan jauh berb...
KRISTUS MELANJUTKAN AJARAN-NYA (Matius 11)
Inilah enam kebenaran yang ditemukan dalam Matius 11: (1) standar Allah untuk mengukur keagungan jauh berbeda dari ukuran milik kita (11:1-6). (2) Pelbagai tampilan sering menipu (11:7-10). (3) Kita harus jangan pernah meremehkan nilai dari apa yang kita lakukan untuk Allah (11:11-15). (4) Kebanyakan orang tidak menginginkan agama sejati (11:16-19). (5) Kristus akan menghakimi kita (11:20-24).(6) Kristus itu penuh belas kasihan dan ingin sekali mengampuni mereka yang datang kepada Dia (11:25-30).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 272.
...
Catatan Akhir:
- 1 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 272.
- 2 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 158.
- 3 Josephus menulis bahwa Yohanes dihukum mati di benteng Machaerus oleh karena "sifat curiga Herodes" (Josephus Antiquities 18.5.2).
- 4 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 72; see Josephus Wars 7.6.2.
- 5 Lihat Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 300.
- 6 Morris, 277.
- 7 Josephus Wars 1.24.
- 8 Kutipan Yesus merupakan saduran dari Maleakhi 3:1. Kata ganti "Ku" (mengacu kepada "Tuhan") diubah menjadi "engkau" (mengacu kepada Mesias-Nya).
- 9 Lihat Mat. 5:19; 10:42; 18:1-4; 20:25-28; 25:40, 45.
- 10 Lewis, 161.
- 11 Lihat Sirach 48:1, 10; Mishnah Eduyoth 8.7; Sotah 9.15. Beberapa orang secara keliru mengidentifikasi Yesus sebagai Elia (16:14), sementara yang lainnya secara salah mengira Yesus sedang memanggil Elia datang sewaktu penyaliban-Nya (27:46, 47).
- 12 Josephus Against Apion 2.27.
- 13 Yesus juga dituduh kerasukan setan (9:34; 10:25; 12:24; Jn. 7:20; 8:48, 52; 10:20).
- 14 Untuk informasi tentang anggur di zaman Alkitab, lihat Duane F. Watson, "Wine," in Dictionary of Jesus and the Gospels , ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 870-73.
- 15 Lewis, 163.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi