Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Mat 22:1-13
Jerusalem: Mat 22:1-13 - -- Perumpamaan itu mempunyai banyak ciri sebuah alegoria, sama seperti perumpamaan di atas (Mat 21:33-41); maksudnya juga sama. Raja itu ialah Allah, per...
Perumpamaan itu mempunyai banyak ciri sebuah alegoria, sama seperti perumpamaan di atas (Mat 21:33-41); maksudnya juga sama. Raja itu ialah Allah, perjamuan kawin melambangkan kebahagiaan di zaman Mesias, sedangkan anak raja itu tidak lain kecuali Mesias; hamba-hamba yang disuruh raja ialah para nabi dan rasul; para undangan yang tidak mengindahkan undangan atau menganiaya hamba-hamba raja itu orang Yahudi, sedangkan mereka yang dikumpulkan dari jalan adalah orang berdosa dan kaum kafir; kota yang terbakar ialah Yerusalem yang dimusnahkan. Mulai dengan Mat 22:11 arah pandangan bergeser dan cerita mengenai penghakiman terakhir. Rupanya Matius menggabungkan dua perumpamaan, sebuah yang serupa dengan perumpamaan Luk 14:16-24, dan sebuah lain yang kata penutupnya terdapat dalam Mat 22:11; siapa yang menanggapi undangan harus memakai pakaian pesta perkawinan, artinya: perbuatan benar harus menyertai kepercayaan, bdk Mat 3:8; Mat 5:20; Mat 7:21; Mat 13:47 dst.; Mat 21:28 dst.
Ende -> Mat 22:2-10
Ende: Mat 22:2-10 - -- Seperti perumpamaan tentang penjewa kebun anggur, demikian itu pula ditudjukan
kepada orang parisi dengan kawan-kawannja.
Kaum Israel menolak undangan...
Seperti perumpamaan tentang penjewa kebun anggur, demikian itu pula ditudjukan kepada orang parisi dengan kawan-kawannja.
Kaum Israel menolak undangan dengan tegar hati, sebab tidak mau mengerti kebahagiaan rohani Keradjaan Allah, melainkan mengutamakan kepentingan-kepentingan djasmani dan duniawi.
Ref. Silang FULL -> Mat 22:3
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 22:1-14
Matthew Henry: Mat 22:1-14 - Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin
Pasal ini merupakan lanjutan dari pembicaraan yang disampaikan Kristus di dalam Bait Allah, dua atau tiga hari sebelum kematian-Nya. Pembicaraan i...
- Pasal ini merupakan lanjutan dari pembicaraan yang disampaikan Kristus di dalam Bait Allah, dua atau tiga hari sebelum kematian-Nya. Pembicaraan ini kemudian dicatat dengan panjang lebar, mengingat bobot dan pentingnya. Dalam pasal ini, kita membaca:
- I. Perintah yang diberikan, melalui perumpamaan tentang perjamuan kawin, yang berkaitan dengan penolakan terhadap bangsa Yahudi dan panggilan kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi (ay. 1-10), dan melalui perumpamaan tentang tamu undangan yang tidak berpakaian pesta, sebuah gambaran mengenai berbahayanya kemunafikan di dalam iman Kristen (ay. 11-14).
- II. Perbantahan dengan orang-orang Farisi, Saduki, dan ahli Taurat yang menentang Kristus:
Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin (22:1-14)
- Di sini diceritakan tentang perumpamaan mengenai tamu-tamu yang diundang untuk menghadiri pesta perkawinan. Dikatakan bahwa Yesus berbicara pula (ay. 1), bukan untuk menjawab apa yang dikatakan oleh lawan-lawannya (karena Ia sudah membungkamkan mereka), tetapi untuk menanggapi apa yang sedang dipikirkan orang-orang itu, ketika mereka berharap mendapat kesempatan untuk menangkap Dia (21:46). Perhatikan baik-baik, Kristus mengetahui cara menjawab pikiran manusia, karena Ia adalah Pembaca hati manusia. Ia berbicara pula, dapat juga berarti Ia melanjutkan pembicaraan-Nya dengan pokok bahasan yang sama, karena perumpamaan yang hendak Ia sampaikan ini masih berbicara mengenai tawaran Injil serta sukacita yang diberikannya, sama seperti perumpamaan sebelumnya, tetapi dengan kiasan yang berbeda. Dalam perumpamaan sebelumnya, yaitu mengenai penggarap-penggarap kebun anggur, digambarkan mengenai dosa para penguasa yang menganiaya para nabi. Perumpamaan ini juga menunjuk dosa orang banyak yang suka mengabaikan pesan Injil, sementara para pembesar mereka menganiaya para pembawa pesan tersebut.
- I. Persiapan-persiapan untuk menyambut Injil diumpamakan di sini dengan sebuah perjamuan yang diselenggarakan seorang raja untuk perkawinan anaknya. Seperti itulah Kerajaan Sorga, seperti itulah segala persiapan perbekalan dibuat bagi jiwa-jiwa yang sangat berharga, di dalam dan melalui Perjanjian Baru. Raja itu adalah Allah, seorang Raja yang Agung, Raja di atas segala Raja. Sekarang, perhatikan baik-baik:
- . Perjamuan kawin ini diadakan untuk anaknya, dengan Kristus sebagai Mempelai Laki-laki, dan jemaat sebagai pengantin perempuan. Zaman Injil adalah hari pernikahan-Nya (Kid. 3:11). Pandanglah dengan iman, hai jemaat anak-anak sulung, jemaat yang namanya terdaftar di sorga, dan yang diberikan kepada Kristus oleh Dia yang memiliki mereka. Di dalam jemaat inilah kita melihat sang pengantin perempuan, mempelai Anak Domba (Why. 21:9). Kovenan atau perjanjian Injil adalah sebuah akad nikah antara Kristus dan orang-orang percaya, sebuah pernikahan yang diadakan oleh Allah. Perumpamaan ini hanya diungkapkan saja, dan tidak dijelaskan.
- . Ada hidangan yang disediakan untuk perjamuan kawin ini (ay. 4), yaitu yang mencakup semua hak istimewa sebagai anggota jemaat, dan semua berkat yang ada dalam kovenan baru itu. Hak istimewa dan berkat tersebut adalah: pengampunan dosa, kemurahan Allah, hati yang damai, janji-janji Injil, dan semua kekayaan yang terkandung di dalamnya, jalan masuk ke takhta anugerah, penghiburan Roh, dan pengharapan yang berdasar akan kehidupan kekal. Semua ini merupakan persiapan untuk menghadiri pesta ini, sorga di muka bumi sekarang ini, dan nantinya sorga di dalam sorga. Allah telah mempersiapkan semuanya ini dalam kebijaksanaan-Nya, dalam kovenan-Nya, di samping perjamuan malam penuh kemuliaan.
- (1) Ini adalah sebuah perjamuan. Persiapan Injil dinubuatkan sebagai sebuah perjamuan (Yes. 25:6), suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, dan yang dilambangkan dengan banyak perayaan upacara hukum gereja. Marilah kita berpesta (1Kor. 5:8). Sebuah perjamuan merupakan hari gembira (Est. 8:17). Begitu pula halnya Injil itu, merupakan pesta yang berlangsung terus-menerus. Lembu-lembu jantan dan ternak piaraan telah disembelih untuk perjamuan ini; bukan dalam jumlah ala kadarnya, tetapi makanan yang berlimpah, dalam jumlah yang amat cukup dan terbaik mutunya. Hari perjamuan adalah hari penyembelihan atau pengorbanan (Yak. 5:5). Seluruh persiapan Injil didasarkan pada kematian Kristus, yaitu pengorbanan diri-Nya sendiri. Perjamuan itu diselenggarakan karena kasih dan merupakan sebuah pesta pemulihan, bukti keinginan baik Allah terhadap manusia. Perjamuan itu diadakan untuk tertawa (Pkh. 10:19), sebuah perjamuan sukacita. Diadakan untuk memuaskan jiwa. Injil dirancang untuk mengenyangkan orang yang lapar dengan segala yang baik. Diadakan untuk menjalin persekutuan, untuk menjaga hubungan antara sorga dan bumi. Kita diundang untuk menghadiri perjamuan anggur, supaya kita bisa menyampaikan permintaan dan keinginan kita.
- (2) Ini adalah sebuah perjamuan kawin. Perjamuan kawin biasanya mewah, cuma-cuma, dan penuh sukacita. Mujizat pertama yang dilakukan Kristus adalah menyediakan anggur yang berlimpah untuk sebuah perjamuan kawin (Yoh. 2:7), dan dapat dipastikan bahwa Ia tidak akan kekurangan persediaan anggur untuk perjamuan kawin-Nya sendiri, yaitu ketika hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia, sebuah perjamuan yang besar dan penuh kemenangan (Why. 19:7, 17-18).
- (3) Ini adalah perjamuan kawin kerajaan, perjamuan seorang raja (1Sam. 25:36). Yang dinikahkan dalam perkawinan itu bukanlah seorang hamba, tetapi seorang anak. Sama seperti Ahasyweros, ia akan memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya (Est. 1:4). Persiapan yang dibuat bagi orang-orang percaya dalam kovenan anugerah ini bukanlah persiapan seperti yang diperuntukkan bagi cacing-cacing yang tidak berharga, seperti yang mungkin kita harapkan. Tidak, seperti diri-Nya sendiri, Ia menyediakan hal-hal mulia seperti yang pantas diberikan oleh seorang Raja Kemuliaan. Ia memberikan diri-Nya sendiri. Ia memberikan diri-Nya sendiri kepada mereka sebagai El shaddai -- Allah yang mencukupi. Ini benar-benar sebuah perjamuan untuk jiwa.
- II. Panggilan dan penawaran Injil diumpamakan sebagai sebuah undangan ke pesta perjamuan. Mereka yang mengadakan perjamuan mengundang tamu untuk meramaikan perjamuan itu. Tamu-tamu Allah adalah anak-anak manusia. Tuhan, siapakah manusia itu, sehingga ia sedemikian dimuliakan! Para tamu yang pertama diundang adalah orang-orang Yahudi. Di mana pun Injil diberitakan, undangan ini disampaikan. Para pelayan Tuhan diumpamakan sebagai hamba-hamba yang disuruh mengundang (Ams. 9:4-5). Sekarang:
- . Tamu-tamu itu dipanggil, diundang ke perjamuan kawin itu.
- Undangan ini disampaikan kepada semua orang yang bisa mendengar berita sukacita Injil itu. Para hamba yang membawa undangan tersebut tidak mencantumkan nama-nama yang diundang di atas secarik kertas, karena tidak ada persyaratan untuk itu, siapa saja tanpa kecuali diundang, yang tidak diundang adalah mereka yang tidak mau menerima undangan itu sendiri. Mereka yang diundang ke perjamuan juga diundang ke perkawinan, sebab semua yang mengambil bagian dalam hak-hak istimewa Injil harus menyampaikan rasa hormat yang layak bagi kehadiran Tuhan Yesus, layaknya sahabat-sahabat setia dan hamba-hamba yang rendah hati dari Sang Mempelai Laki-laki. Mereka diundang ke perkawinan, agar mereka segera pergi menyongsong mempelai laki-laki, karena menjadi kehendak Bapa agar semua orang menghormati Anak itu.
- . Tamu-tamu itu diminta dengan sangat. Pemberitaan Injil bukan hanya disampaikan dengan ramah, tetapi juga dengan bujukan yang ramah dan meyakinkan. Kami berusaha meyakinkan orang, kami meminta mereka dalam nama Kristus (2Kor. 5:11, 20). Lihatlah betapa hati Kristus tertuju kepada kebahagiaan jiwa-jiwa yang malang! Ia bukan hanya menyediakan karena mereka kekurangan, tetapi juga menghubungi mereka karena mereka penuh kelemahan dan pelupa. Ketika tamu-tamu undangan itu tidak mau datang, raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain (ay. 4). Setelah para nabi Perjanjian Lama, begitu juga Yohanes Pembaptis, maupun Kristus sendiri yang mengatakan bahwa masa sukacita itu sudah dekat (Kerajaan Allah sudah dekat), tidak dapat meyakinkan mereka, maka diutuslah para rasul dan pelayan-pelayan Injil, setelah kebangkitan Kristus, untuk memberi tahu mereka bahwa saatnya telah tiba, semuanya telah siap, dan meyakinkan mereka untuk menerima tawaran itu. Tentunya ada yang berpikir seharusnya orang cukup memberi tahu bahwa mereka bersedia datang dan akan disambut; dan bahwa selama acara perkawinan berlangsung dengan khidmat, sang raja tetap menerima tamu dengan bebas. Tetapi karena manusia duniawi tidak dapat memahaminya, maka mereka tidak menginginkan apa pun yang berasal dari Roh Allah. Kita didesak untuk menerima panggilan itu dengan bujukan yang sangat kuat, ditarik dengan tali kesetiaan dan ikatan kasih. Bila panggilan ulangan itu menggerakkan kita, maka lihatlah, Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!." Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang (Why. 22:17). Bila alasan panggilan itu menggugah hati kita, sesungguhnya hidangan telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia. Bapa telah siap menerima kita, Anak telah siap menjadi Pengantara bagi kita, Roh Kudus siap menyucikan kita, pengampunan tersedia, kedamaian tersedia, penghiburan sudah tersedia, janji-janji telah siap seperti sumur-sumur air hidup yang siap memberi. Demikian pula, segala ketetapan telah disiapkan, seperti pipa emas untuk menyalurkan. Malaikat-malaikat siap menyertai kita, semua ciptaan siap bersahabat dengan kita, kebijaksanaan ilahi siap bekerja untuk kebaikan kita, dan akhirnya, sorga juga siap menerima kita. Itulah Kerajaan yang telah disediakan untuk dinyatakan pada zaman akhir. Semua sudah siap seperti ini, akankah kita tetap tidak siap? Semua persiapan ini dibuat untuk kita, jadi bila kita datang dengan sikap yang tepat, masakan kita tidak akan disambut? Sebab itu datanglah, oh, datanglah ke perjamuan kawin ini, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah (2Kor. 6:1).
- III. Sikap dingin yang sering dijumpai Injil Kristus di antara anak-anak manusia ditunjukkan oleh sikap dingin terhadap berita yang disampaikan dan sikap garang terhadap si pembawa berita itu sendiri. Dalam hal ini, baik raja maupun mempelai laki-laki kerajaan sama-sama terhina. Hal ini terutama menggambarkan orang-orang Yahudi yang menolak nasihat Allah bagi diri mereka sendiri, dan lebih jauh lagi melukiskan penghinaan dan perlawanan banyak orang di segala zaman terhadap Injil Kristus.
- . Berita itu diabaikan begitu saja (ay. 3). Orang-orang itu tidak mau datang. Perhatikan, alasan mengapa orang-orang berdosa tidak datang kepada Kristus dan tidak diselamatkan oleh-Nya, bukanlah karena mereka tidak bisa datang, tetapi sebab mereka memang tidak mau datang (Yoh. 5:40). Kamu tidak mau datang kepada-Ku. Hal ini akan semakin memperparah kesengsaraan orang-orang berdosa. Seharusnya mereka akan mendapat kebahagiaan dengan datang kepada-Nya, tetapi mereka sendirilah yang menolaknya. Aku mau, tetapi kamu tidak mau. Ini masih belum semuanya (ay. 5), orang-orang itu tidak mengindahkannya. Mereka pikir tidak ada gunanya untuk datang. Sangka mereka, para pembawa berita itu terlalu membesar-besarkan alasannya. Biarkan saja mereka membesar-besarkan segala persiapan pesta itu, kita juga bisa berpesta sendiri di rumah. Perhatikanlah, tidak mengindahkan Kristus dan keselamatan besar yang diadakan-Nya merupakan dosa besar dari dunia ini. Amelesantes -- Mereka tak acuh. Perhatikanlah, banyak orang binasa dalam kekekalan hanya karena mereka tidak peduli, tidak mau berpaling, hanya mau bersikap masa bodoh dan tak acuh terhadap masalah-masalah jiwa mereka.
- Alasan mengapa mereka tidak mengindahkan perjamuan kawin tersebut adalah karena mereka memiliki sesuatu yang dianggap lebih penting sehingga mereka lebih memperhatikan hal itu. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya. Perhatikanlah, usaha dan keuntungan pekerjaan duniawi terbukti telah menjadi hambatan besar bagi banyak orang untuk mendekati Kristus. Tak seorang pun mengindahkan perjamuan itu, masing-masing mencari alasannya sedapat mungkin (Luk. 14:18). Orang-orang desa harus memelihara ladang-ladang mereka, dan ada saja yang harus dikerjakan di sana. Orang-orang kota harus menjaga kedai-kedai mereka dan berdagang, mereka harus berdagang serta mendapat untung. Sungguh benar bahwa baik petani maupun pedagang harus rajin dalam menjalankan usaha mereka, tetapi hal-hal itu tidak boleh menghalangi mereka untuk menjadikan urusan kerohanian menjadi hal yang terutama dalam kehidupan mereka. Licitis perimus omnes -- Hal-hal yang boleh dilakukan ini akan merugikan kita, bila dikelola dengan cara yang tidak benar. Ketika kita begitu terpaku untuk khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, kita bisa mengabaikan satu hal yang benar-benar diperlukan. Perhatikan baik-baik, kota dan desa memiliki godaan masing-masing, usaha jual beli di satu sisi dan ladang-ladang di sisi lain. Sebab itu, apa pun yang kita miliki di dunia ini harus tetap berada di luar hati kita, jangan sampai menjadi penghalang di antara kita dan Kristus.
- . Para pembawa berita itu diperlakukan dengan kejam dan tidak semena-mena. Orang-orang yang lain, atau orang-orang selebihnya, yaitu mereka yang tidak pergi berladang atau berdagang, juga bukan petani atau pedagang, melainkan para alim ulama, yaitu para ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan imam-imam kepala itulah yang menjadi penyiksa para pembawa berita itu. Merekalah yang menangkap hamba-hamba itu, menyiksa dan membunuh mereka. Dalam perumpamaan ini memang tidak diceritakan bagaimana kejam dan biadabnya perlakuan mereka itu terhadap hamba-hamba raja yang datang untuk mengundang mereka ke perjamuan. Tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa orang-orang yang berjalan begitu indah karena membawa berita damai sejahtera untuk merayakan hari raya (Nah. 1:15), diperlakukan sama dengan kotoran segala sesuatu (1Kor. 4:13). Para nabi dan Yohanes Pembaptis telah dianiaya demikian. Juga para rasul dan pelayan Kristus mengalami hal yang sama. Orang-orang Yahudi, secara langsung atau tidak, adalah pelaku sebagian besar penganiayaan terhadap para pemberita Injil mula-mula. Lihat saja sejarah Kisah Para Rasul, yang berisi berbagai penderitaan yang menimpa para rasul tersebut.
- IV. Penghancuran habis-habisan yang dialami umat dan bangsa Yahudi digambarkan di sini sebagai pembalasan sang raja yang menjadi murka dan menyerang para pembangkang yang keterlaluan ini (ay. 7). Maka murkalah raja itu. Karena menolak Injil, orang-orang Yahudi, yang dahulunya adalah umat yang dikasihi dan diberkati Allah, menjadi generasi yang harus berhadapan dengan murka dan kutuk Allah. Murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya (1Tes. 2:16).
- Sekarang perhatikan baik-baik di sini:
- . Apakah dosa terberat yang membawa kehancuran itu? Dosa menjadi pembunuh. Raja itu tidak mengatakan bahwa ia membinasakan orang-orang yang tidak mengindahkan panggilannya, tetapi ia membinasakan para pembunuh hamba-hambanya. Seolah-olah Allah lebih mengindahkan kehidupan para hamba-hamba-Nya daripada kehormatan Injil-Nya. Siapa yang menjamah mereka, menjamah biji mata-Nya. Perhatikanlah, penyiksaan pelayan-pelayan Kristus yang setia merupakan kesalahan yang lebih besar dibandingkan kesalahan lainnya. Membuat Yerusalem penuh dengan darah orang-orang yang tidak bersalah merupakan dosa Manasye dan Tuhan tidak mau mengampuninya (2Raj. 24:4).
- . Kehancuran itu sendiri seperti apa. Ia menyuruh pasukannya. Pasukan Romawi adalah pasukan-Nya, yang dibangkitkan dan diutus-Nya melawan umat yang dimurkai-Nya. Ia memberi mereka tugas untuk melakukan perampasan dan penjarahan (Yes. 10:6). Allah adalah Tuhan atas umat manusia, dan Ia berhak memanfaatkan mereka seturut kemauan-Nya untuk melayani maksud-maksud-Nya, sekalipun mereka sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya (Yes. 10:7; Mi. 4:11-12). Pasukannya membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar habis kota mereka. Perumpamaan ini menunjukkan dengan jelas penghancuran terhadap orang-orang Yahudi dan pembakaran Yerusalem oleh orang-orang Romawi empat puluh tahun setelah ini. Belum pernah ada penghancuran sedahsyat ini, juga akibat pedang dan api yang begitu mengerikan. Meskipun Yerusalem pernah menjadi kota suci, kota yang dipilih Allah untuk membuat nama-Nya tinggal di sana, kota yang indah permai, yang menjadi kegirangan bagi seluruh bumi, namun kini kota ini sudah menjadi sundal, dan tidak ada lagi kebenaran di dalamnya, selain penuh dengan para pembunuh, bahkan pembunuh yang paling sadis. (Begitulah yang dikatakan oleh Nabi Yesaya [Yes. 1:21].) Penghukuman datang ke atas kota ini, dihancurkan tanpa dipulihkan, dan menjadi contoh bagi semua pihak yang menentang Kristus dan Injil-Nya. Itulah yang dilakukan Tuhan untuk membalas perbuatan kebencian terhadap perjanjian-Nya.
- V. Pemulihan kembali jemaat, dengan membawa masuk bangsa-bangsa bukan-Yahudi, yang digambarkan di sini dengan cara memenuhi perjamuan ini dengan tamu-tamu yang dikumpulkan dari jalan-jalan (ay. 8-10).
- Di sini kita membaca tentang:
- . Keluhan tuan pemilik perjamuan terhadap orang-orang yang pertama kali diundang (ay. 8). Perjamuan kawin telah siap, perjanjian anugerah siap untuk disahkan, sebuah jemaat siap didirikan. Tetapi orang-orang yang pertama-tama diundang, yaitu orang-orang Yahudi, yang bagi merekalah perjanjian dan janji-janji itu ditujukan, yang terlebih dahulu diundang ke perjamuan dengan hidangan yang berlimpah, ternyata tidak layak untuk itu. Mereka sama sekali sungguh tidak layak. Dengan menghina Kristus, mereka telah membatalkan semua hak istimewa yang dimaksudkan untuk mereka dengan undangan itu. Perhatikanlah, bukan karena Allah, orang-orang berdosa binasa, tetapi itu akibat ulah mereka sendiri. Jadi, ketika tanah Kanaan sudah dalam jangkauan mata bangsa Israel, sebenarnya tanah perjanjian itu telah siap, susu dan madu juga telah siap, tetapi ketidakpercayaan dan gerutu mereka, serta kutukan mereka terhadap tanah yang menyenangkan itu menghalangi mereka sehingga mayat-mayat mereka dibiarkan binasa di padang belantara. Dan semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh (1Kor. 10:11; Ibr. 3:16-4:1).
- . Tugas yang ia berikan kepada hamba-hambanya untuk mengundang tamu-tamu lain. Penduduk kota itu telah menolak (ay. 7). Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan, ke jalan bangsa lain yang sebelumnya tidak masuk hitungan (10:5). Jadi, dengan jatuhnya bangsa Yahudi, keselamatan datang kepada bangsa-bangsa lain (Rm. 11:11-12; Ef. 3:8). Perhatikanlah, Kristus tetap akan mendirikan Kerajaan-Nya di dunia ini, meskipun banyak yang menolak anugerah dan melawan kekuasaan Kerajaan itu. Meskipun Israel tidak berhasil dikumpulkan, Ia akan dipermuliakan. Penawaran Kristus dan keselamatan kepada bangsa-bangsa lain ternyata:
- (1) Tidak terduga dan tidak diharapkan; ia mendatangkan kejutan bagi para musafir di jalanan yang tiba-tiba mendapat undangan untuk ikut perjamuan kawin. Berabad-abad lamanya orang-orang Yahudi telah memperhatikan Injil, mereka menanti-nantikan Sang Mesias dan Kerajaan-Nya, tetapi semuanya itu merupakan hal baru bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi, sesuatu yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya (Kis. 17:19-20), sehingga mereka tidak merasa memilikinya (Yes. 65:1-2).
- (2) Undangan itu ditujukan bagi semua orang tanpa membeda-bedakan. Pergi dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai. Jalan-jalan merupakan tempat umum, dan di sanalah Hikmat berseru-seru (Ams. 1:20). "Bertanyalah kepada orang-orang yang lewat di jalan, bertanyalah kepada siapa saja (Ayb. 21:29), dari kalangan tinggi dan rendah, kaya dan miskin, budak dan orang merdeka, muda dan tua, bangsa Yahudi dan bangsa bukan-Yahudi, katakan kepada mereka semua bahwa mereka bisa menerima hak-hak istimewa Injil sesuai persyaratan Injil. Siapa saja yang bersedia, biarlah ia datang, tanpa kecuali."
- . Keberhasilan undangan kedua ini. Bila ada yang tidak mau datang, yang lain bersedia (ay. 10), mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya. Para hamba itu mematuhi perintah yang mereka terima. Yunus diutus ke jalan-jalan, tetapi ia begitu mencintai kehormatan negerinya sehingga ia menghindar dari tugas itu. Sementara para rasul Kristus, meskipun mereka adalah orang-orang Yahudi, lebih mendahulukan pelayanan Kristus daripada rasa hormat kepada bangsa mereka sendiri. Begitu pula Rasul Paulus, meskipun ia menangisi bangsa Yahudi, ia menjunjung tinggi tugasnya sebagai rasul bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Mereka mengumpulkan semua orang.
- Rancangan Injil adalah:
- (1) Untuk mengumpulkan dan menghimpunkan jiwa-jiwa, bukan hanya bangsa Yahudi saja, tetapi semua anak-anak Allah yang tercerai-berai (Yoh. 11:52), domba-domba lain yang bukan dari kandang ini (Yoh. 10:16). Mereka dikumpulkan dalam satu tubuh, satu keluarga, satu perhimpunan.
- (2) Mengumpulkan mereka bersama-sama untuk perjamuan kawin, untuk mengadakan kunjungan kehormatan kepada Kristus, dan untuk mengambil bagian dalam hak-hak istimewa yang ada dalam kovenan atau perjanjian baru. Di mana ada sedekah, di sanalah orang-orang miskin berkumpul.
- Sekarang, tamu-tamu yang dikumpulkan adalah:
- [1] Orang banyak, semua orang, sebanyak yang bisa dijumpai hamba-hamba itu. Begitu banyaknya sampai penuhlah ruang perjamuan itu. Orang-orang Yahudi yang dimeteraikan dapat dihitung jumlahnya, tetapi yang berasal dari bangsa-bangsa lain tidak terhitung banyaknya, yakni suatu kumpulan yang luar biasa besarnya (Why. 7:9; Yes. 60:4, 8).
- [2] Kumpulan orang banyak yang bercampur baur, baik orang-orang jahat maupun orang-orang baik. Sebelum mengaku percaya, beberapa orang adalah orang-orang bijaksana dan terpelajar, seperti orang-orang Yunani yang takut kepada Allah (Kis. 17:4) dan Kornelius. Sedangkan yang lain adalah orang-orang yang dahulu hidup tidak senonoh, seperti orang-orang Korintus (1Kor. 6:11). Beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Ada juga yang setelah mengaku percaya ternyata tetap berlaku buruk, tidak berbalik kepada Tuhan dengan segenap hatinya, hanya berpura-pura belaka. Selebihnya adalah orang-orang jujur dan tulus yang berasal dari kelompok orang benar. Para pelayan Tuhan yang menebarkan jala Injil akan menangkap ikan yang baik maupun ikan yang tidak baik, tetapi Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya.
- VI. Tentang kaum munafik yang berada di dalam jemaat, tetapi tidak berasal dari jemaat itu. Orang-orang demikian disebut hidup, tetapi sebenarnya tidak hidup. Dalam perumpamaan ini mereka dilukiskan seperti tamu yang tidak berpakaian pesta, salah seorang jahat yang ikut dikumpulkan. Orang yang tidak mendapat bagian dalam keselamatan Kristus adalah mereka yang bukan hanya menolak untuk memberi pengakuan iman, tetapi juga yang hatinya tidak bersungguh-sungguh dalam pengakuannya.
- Perhatikan baik-baik soal orang munafik ini:
- . Bagaimana ia ditemukan sebagai orang munafik (ay. 11).
- (1) Raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, untuk menyambut mereka yang datang dengan persiapan, dan mengusir mereka yang datang tanpa persiapan. Perhatikanlah, Allah sorgawi menaruh perhatian khusus terhadap mereka yang mengaku percaya dan mempunyai tempat dan nama di dalam jemaat yang tampak di bumi ini. Tuhan kita Yesus berjalan di antara kaki dian emas dan karena itu mengetahui segala pekerjaan mereka (Why. 2:1-2; Kid. 7:12). Biarlah hal ini menjadi peringatan bagi kita dalam hal kemunafikan, karena yang tersamar akan segera terungkap, dan setiap orang akan tampil dengan sifatnya yang sebenarnya. Juga, supaya hal ini menjadi dorongan bagi kita untuk selalu bersikap tulus, karena Allah-lah yang menjadi saksi atas sikap kita.
- Perhatikan, orang munafik ini tidak pernah diketahui tidak mengenakan pakaian pesta sampai raja itu sendiri masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu. Perhatikanlah, hanya Allah saja yang memiliki hak khusus untuk mengetahui siapa yang hatinya bersungguh-sungguh dalam pengakuan mereka, dan siapa yang tidak. Dengan berbagai cara kita bisa saja tertipu dalam menilai orang, tetapi Ia tidak akan keliru. Hari penghakiman akan menjadi hari pengungkapan besar, ketika semua tamu diperhadapkan dengan Sang Raja. Ia akan memisahkan antara yang baik dan yang tidak baik (25:33), segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, dan kita bisa membedakan dengan sempurna antara orang benar dan orang jahat, yang sekarang tidak mudah kita lakukan. Jadi semua tamu harus mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi pemeriksaan yang saksama ini, dan berpikir-pikir apakah mereka bisa lulus dari mata Allah yang tajam dalam pemeriksaan hati ini.
- (2) Begitu masuk, sang raja langsung menemukan orang munafik itu. Ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. meskipun hanya seorang, matanya segera dapat mengenalinya. Tidak ada harapan untuk lolos dari penangkapan keadilan ilahi dengan cara bersembunyi di dalam kerumunan orang banyak. Ia tidak berpakaian pesta, ia tidak berpakaian seperti layaknya orang yang mengikuti upacara perkawinan khidmat, ia tidak mengenakan pakaiannya yang terbaik. Perhatikanlah, banyak yang datang dengan tidak berpakaian pesta. Bila Injil menjadi perjamuan perkawinan, maka pakaian pesta pernikahan itu menjadi kerangka hati dan sikap hidup yang sepadan dengan Injil dan pengakuan percaya kita akan Injil itu, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu (Ef. 4:1), hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus (Flp. 1:27). Perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus, kesucian dan penyucian mereka, serta pribadi Kristus membuat mereka layak, dan itu adalah kain lenan halus (Why. 19:8). Orang ini tidak dalam keadaan telanjang, atau berpakaian kotor. Ia mengenakan pakaian, hanya saja, bukan pakaian pesta. Mereka, dan hanya mereka yang mengenakan Tuhan Yesus, yang memiliki pola pikir Kristiani, yang dihiasi dengan anugerah Kristiani, yang hidup dengan iman di dalam Kristus, dan yang menjadikan Dia di atas segala-galanya, mereka inilah yang memiliki pakaian pesta perkawinan.
- . Pemeriksaan atas orang ini (ay. 12). Di sini kita bisa mengamati dengan cermat:
- (1) Bagaimana orang ini dipersalahkan (ay. 12), Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Sebuah pertanyaan mengejutkan bagi orang yang membanggakan dirinya sendiri di tempat yang dianggapnya aman dalam perjamuan itu. Saudara! Sepatah kata yang tajam, tampaknya seperti sahabat, pura-pura bersahabat, seorang sahabat dalam pengakuan, dalam ikatan dan kewajiban menjadi seorang sahabat. Perhatikanlah, banyak orang di dalam jemaat menjadi sahabat palsu bagi Yesus Kristus. Mereka ini berkata bahwa mereka mengasihi Dia tetapi hatinya tidak bersama Dia. Bagaimana engkau masuk ke mari? Raja ini tidak menyalahkan hamba-hambanya yang membiarkan orang ini masuk ke dalam perjamuan (pakaian pesta perkawinan itu adalah soal di dalam hati, sedangkan para pelayan hanya bertindak sesuai dengan apa yang mereka ketahui dari luarnya saja). Raja ini memeriksa alasannya menyelinap masuk. Ketika ia mengetahui hati orang ini tidak jujur, ia berkata, "Berani-beraninya engkau menuntut bagian berkat Injil, sementara engkau tidak menghormati aturan-aturan Injil? Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku?" (Mzm. 50:16-17). Perbuatan-perbuatan semacam itu mencemari perjamuan, tidak menghormati mempelai laki-laki, menghina tamu-tamu lain, dan mendatangkan aib bagi mereka sendiri. Sebab itu, bagaimana engkau masuk ke mari? Perhatikanlah, akan tiba saatnya orang-orang munafik diminta mempertanggungjawabkan semua gangguan yang mereka lakukan dengan pongahnya terhadap ketetapan-ketetapan Injil dan perampasan hak-hak istimewa Injil. Siapakah yang menuntut itu dari padamu? (Yes. 1:12). Memandang rendah hari-hari Sabat dan menyalahgunakan sakramen harus dimintai pertanggungjawaban, dan hukuman harus dijatuhkan ke atas tindakan penyia-nyiaan yang dilakukan oleh mereka yang membuat menjadi sia-sia anugerah Allah yang telah mereka terima. "Bagaimana engkau datang ke meja Tuhan pada saat seperti ini, dengan tidak merendahkan diri dan menyucikan diri? Apa yang mendorongmu duduk di hadapan nabi-nabi Allah, seperti yang dilakukan umat-Nya, sementara hatimu mengikuti keserakahanmu? Bagaimana engkau masuk ke mari? Bukan melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, seperti seorang pencuri atau perampok. Ini namanya masuk dengan cara jahat, memiliki tanpa punya hak." Perhatikanlah, sangat baik bagi mereka yang menjadi anggota jemaat untuk sering memeriksa diri sendiri, "Bagaimana aku masuk ke mari? Apakah aku mengenakan pakaian pesta perkawinan?" Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.
- (2) Bagaimana orang itu dinyatakan bersalah, orang itu diam saja: ephimōthe -- ia diberangus (itulah kata yang digunakan dalam 1Kor. 9:9). Orang itu terdiam karena dakwaan terhadap dirinya, dinyatakan bersalah dan dihukum oleh hati nuraninya sendiri. Mereka yang tinggal di dalam jemaat, dan mati tanpa Kristus, tidak akan mampu mengucapkan sepatah kata pun bagi diri mereka sendiri pada saat hari penghakiman yang besar. Tidak akan ada ampun bagi mereka, sekalipun mereka memohon, "Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu" (Luk. 13:26), yang sama saja dengan mengakui diri sendiri bersalah. Kejahatan yang membuat mereka dihukum adalah menyerobot masuk ke hadirat Kristus, dan menuju meja-Nya sebelum mereka dipanggil. Mereka yang belum pernah mendengar berita tentang perjamuan kawin ini akan lebih punya banyak alasan. Dosa mereka lebih dapat dimaafkan, dan hukuman terhadap mereka pun lebih dapat dipertimbangkan. Namun, tidak demikianlah halnya dengan mereka yang datang tanpa berpakaian pesta, karena mereka telah berdosa terhadap terang yang sudah sedemikian menerangi mereka dan kasih yang sudah sedemikian mengasihi mereka.
- . Hukuman sang raja (ay. 13), Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.
- (1) Ia diperintahkan untuk diikat layaknya penjahat yang terhukum, dibelenggu dan dirantai. Mereka yang tidak bekerja dan berjalan sebagaimana seharusnya akan diikat tangan dan kaki mereka. Terdapat jenis ikatan di dunia ini yang dilakukan oleh hamba-hamba dan pelayan-pelayan Tuhan terhadap saudara seiman yang tidak berjalan dalam kebenaran dan hanya mempermalukan iman Kristen. Ikatan semacam ini dinamakan mengikat mereka (18:18). "Ikatlah mereka agar tidak mengambil bagian dalam ketetapan-ketetapan khusus dan hak-hak istimewa sebagai anggota jemaat, ingatkan mereka akan penghukuman Allah yang adil." Pada hari penghakiman, orang-orang munafik akan diikat; para malaikat akan mengumpulkan dan mengikat lalang dan dibakar dalam api (13:41). Orang-orang berdosa diikat tangan dan kaki mereka oleh hukuman yang tidak dapat diubah lagi. Ini seperti bentangan jurang yang tak terseberangi; mereka tidak bisa menolak dan juga tidak bisa mengubah hukuman mereka.
- (2) Ia diperintahkan untuk dibawa pergi dari perjamuan kawin itu, bawalah ia pergi. Ketika kejahatan orang-orang munafik menjadi tampak, mereka akan dikeluarkan dari persekutuan orang-orang setia, dipotong seperti ranting yang tidak berbuah. Hal ini berbicara mengenai hukuman kebinasaan di dunia lain; mereka akan dibawa pergi dari hadapan raja itu, dari kerajaan itu, dari perjamuan kawin itu. Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk. Hal itu akan memperburuk kesengsaraan mereka, seperti perwira, ajudan raja, yang tidak percaya itu (2Raj. 7:2), mereka akan melihatnya dengan mata mereka sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya. Perhatikanlah, mereka yang tidak menjalankan kehidupan Kekristenan dengan layak, akan kehilangan semua kebahagiaan yang selalu mereka tuntut. Mereka hanya akan menghibur diri sendiri dengan harapan yang tanpa dasar.
- (3) Ia diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam sel bawah tanah yang penuh dengan dukacita, campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sini Juruselamat kita tanpa segan-segan membentangkan maksud perumpamaan ini, yakni kutukan bagi orang-orang munafik di dunia lain. Neraka adalah kegelapan yang paling gelap, kegelapan di luar sorga yang adalah tempat terang. Atau, kegelapan yang kelam, kegelapan yang teramat pekat, tanpa sedikit pun berkas sinar atau harapan di dalamnya. Sama seperti yang pernah terjadi di Mesir, kegelapan yang bisa diraba, kekelaman kegelapan, tempat yang kelam pekat (Ayb. 10:22). Perhatikanlah, dengan tuntunan terang Injil itu sendiri orang-orang munafik itu akan menuju kegelapan yang paling gelap, dan neraka yang benar-benar neraka akan tersedia bagi orang-orang yang demikian, sebuah hukuman yang tak tertanggungkan, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Hal ini sering digunakan Juruselamat kita untuk menggambarkan bagaimana rupanya siksaan neraka, yang ditimbulkan terutama bukan karena kesengsaraan itu sendiri, melainkan oleh rasa bersalah yang terus-menerus menekan orang-orang berdosa di sana. Akan ada ratap sebagai ungkapan kesengsaraan dan penderitaan yang dalam. Ini bukanlah derai air mata yang membawa kelegaan, tetapi ratap yang tidak berkesudahan karena siksaan yang terus berlangsung. Akan ada kertak gigi sebagai ungkapan amukan dan amarah yang hebat. Mereka akan seperti lembu hutan kena jaring, mereka diliputi kehangatan murka Tuhan (Yes. 51:20; 8:21-22). Karena itu biarlah kita mendengar dan menjadi takut.
- Akhirnya, perumpamaan ini ditutup dengan kata-kata terkenal seperti yang pernah kita baca sebelumnya (20:16), banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih (ay. 14). Dari sekian banyak orang yang dipanggil ke perjamuan kawin, bila Anda memisahkan semua yang tidak terpilih karena tidak mengindahkan undangan itu dan dengan terus terang menyatakan lebih menyukai hal-hal lain yang sudah ada sebelumnya, jika Anda memisahkan mereka yang mengaku percaya, tetapi watak pola pikir serta kecenderungan umum perilaku mereka bertolak belakang dengan pengakuan percaya mereka, jika Anda memisahkan semua orang yang hidup tidak senonoh serta semua orang munafik, maka Anda akan melihat betapa sedikit, sungguh teramat sedikit jumlah mereka yang terpilih. Banyak yang dipanggil ke perjamuan kawin, tetapi hanya sedikit yang terpilih, yaitu mereka yang mengenakan pakaian pesta, mereka yang diselamatkan dalam Roh yang menguduskan mereka. Inilah pintu yang sesak dan jalan yang sempit, hanya sedikit orang yang menemukannya.
SH: Mat 22:1-14 - Menolak yang utama karena yang sepele. (Sabtu, 28 Maret 1998) Menolak yang utama karena yang sepele.
Kembali Tuhan mengecam kebebalan orang Yahudi zaman-Nya. Semua orang Yahudi memiliki pengharapan kedatangan Ke...
Menolak yang utama karena yang sepele.
Kembali Tuhan mengecam kebebalan orang Yahudi zaman-Nya. Semua orang Yahudi memiliki pengharapan kedatangan Kerajaan Allah. Apa yang mereka nantikan itu kini tiba, yaitu dalam bentuk undangan masuk dalam perjamuan Allah. Jelas yang Tuhan maksud ialah meresponi diri-Nya sebagai penggenap Kerajaan Allah itu. Itulah hal terpenting dan paling berharga yang dapat manusia peroleh dalam hidup ini. Tetapi mereka bukan saja mengabaikan Tuhan Yesus, kelak mereka malah membunuh-Nya karena alasan-alasan yang tidak dapat diterima.
Ajakan keselamatan. Undangan Tuhan Yesus bukan saja bagi mereka, tetapi juga kita. Sikap bodoh dan jahat seperti yang dilukiskan dalam perumpamaan ini bisa juga merupakan sikap dan tindakan kita. Menjadi Kristen bukan sekadar mengaku atau menerima tradisi Kekristenan. Menjadi Kristen berarti menyambut undangan Allah dalam Tuhan Yesus secara sangat pribadi. Selain kesibukan sehari-hari, merasa diri sudah cukup baik pun bisa menjadi alasan untuk mengabaikan tuntutan mutlak Tuhan Yesus atas hidup kita.
Renungkan: Allah akan menuntut pertanggungan jawab kita bila kita menolak pembebasan atas dosa dari-Nya.
Doa: Allah tolong kami meresponi Yesus Kristus dengan benar.
SH: Mat 22:1-14 - Bukan sekadar perjamuan kawin (Jumat, 2 Maret 2001) Bukan sekadar perjamuan kawin
Sebagian besar orang akan merasa terhormat dan tidak
akan melewatkan kesempatan berharga bila termasuk tamu
undangan ...
Bukan sekadar perjamuan kawin
Sebagian besar orang akan merasa terhormat dan tidak akan melewatkan kesempatan berharga bila termasuk tamu undangan suatu perjamuan besar yang diadakan tokoh besar, apalagi bila perjamuan tersebut diadakan oleh seorang raja bagi pernikahan anaknya. Tetapi hal ini tidak terjadi dalam perumpamaan yang kita baca hari ini. Apa saja keanehan yang terjadi?
Dapat dikatakan bahwa respons para tamu undangan benar-benar mengecewakan raja, walaupun raja mengundangnya beberapa kali dengan suguhan yang menggiurkan (3-4). Tak terpikir oleh kita bagaimana mungkin orang-orang tidak mengindahkan undangan raja yang biasanya dipadati para pengunjung dari segala pelosok, yang ingin menyaksikan betapa meriah, kemilau, dan sesuatu yang lain dari pada pesta biasa. Betapa mengherankan respons tidak mengindahkan mereka hanya karena bisnis dan aktivitas sehari-hari mereka, sampai mereka bertindak kejam dan sadis untuk menggagalkan segala rencana raja (5-6). Hal ini menunjukkan betapa degilnya hati manusia, karena tidak seorang pun mencari Allah, bahkan undangan Allah yang telah berinisiatif mencari manusia pun, ditolak oleh manusia. Namun kita lihat akhirnya betapa fatalnya keadaan orang yang tidak membuka sedikit pun hatinya bagi undangan Allah (7). Undangan-Nya berkali-kali didengungkan tetapi memiliki batas waktu yang tidak mungkin ditawar manusia, hanya Dia yang tahu kapan saat berakhirnya undangan tersebut.
Ketidakhadiran para tamu undangan tidak menyebabkan kegagalan pesta tersebut, karena raja mengundang orang- orang yang dianggap tidak layak oleh manusia tetapi dilayakkan hadir oleh raja (9-10). Namun bagi mereka pun tetap ada persiapan untuk menghadiri pesta raja (11- 12), apa artinya? Mereka pun harus mempersiapkan diri untuk menghadiri perjamuan tersebut, dengan pakaian yang layak. Hal ini mencerminkan bagaimana respons kita terhadap undangan-Nya. Ketika kita menyambut undangan- Nya, maka kita pun harus membayar harga, berani meninggalkan gaya hidup lama yang bersifat duniawi dan mengenakan manusia baru.
Renungkan: Hal duniawi apakah yang selama ini telah menghalangi respons kita terhadap undangan Allah yang bukan sekadar perjamuan kawin, tetapi perjamuan sukacita surgawi yang bersifat kekal?
SH: Mat 22:1-14 - Jangan main-main dengan anugerah Allah (Senin, 28 Februari 2005) Jangan main-main dengan anugerah Allah
Menerima undangan, apalagi dari seorang yang terhormat dan
terkenal, tentunya akan menjadi suatu kehormat...
Jangan main-main dengan anugerah Allah
Menerima undangan, apalagi dari seorang yang terhormat dan terkenal, tentunya akan menjadi suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri. Pasti orang yang diundang itu akan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Ia akan menaruh di agendanya, bahkan menggeser acara-acara lain supaya bisa menghadiri undangan tersebut. Ia akan mempersiapkan pakaian pesta dan hadiah yang layak untuk si pengundang.
Namun, yang terjadi dalam kisah ini sungguh ironis. Seorang raja mengundang banyak tamu untuk menghadiri pesta perkawinan anaknya. Namun, tidak seorang pun tamu yang hadir pada perjamuan itu. Ada saja alasan mereka untuk menolak undangan itu. Masing-masing mementingkan urusan mereka dan bahkan ada yang dengan kasar menganiaya serta membunuh utusan-utusan yang menjemput mereka (ayat 2-6). Jelas sikap mereka yang seperti ini meremehkan raja. Ini sama saja dengan memberontak. Tidak ada hukuman yang lebih pantas daripada ditumpas habis (ayat 7).
Kini undangan perjamuan Kerajaan Surga disebarkan lagi kepada setiap orang yang bukan tamu terhormat. Raja menyatakan anugerahnya kepada rakyat. Namun sekali lagi, banyak di antara rakyat yang tidak merespons dengan tepat. Mereka datang tanpa mempersiapkan diri baik-baik. Mereka datang dengan sembarangan (ayat 11-12). Seakan-akan perjamuan Kerajaan Surga tidak lebih daripada makan di warung makan sekadarnya. Orang-orang itu pun harus tersingkir (ayat 13). Kebaikan dan anugerah Allah mahal harganya dan menuntut pertobatan serta komitmen yang sepadan pula.
Yesus melalui perumpamaan ini memperingatkan dengan keras bahwa anugerah Allah tidak boleh dipermainkan. Anugerah Allah memang diberikan cuma-cuma tetapi bukan berarti murahan. Setiap orang yang menyepelekannya akan membayar mahal, yaitu ditolak Tuhan.
Camkan: Menolak Injil atau merespons Injil secara sembarangan sama fatal akibatnya.
SH: Mat 22:1-14 - Tidak menghargai anugerah (Rabu, 10 Maret 2010) Tidak menghargai anugerah
Apa persamaan orang-orang undangan ke pesta perjamuan dengan
orang-orang di jalan yang kemudian diundang masuk ke pest...
Tidak menghargai anugerah
Apa persamaan orang-orang undangan ke pesta perjamuan dengan orang-orang di jalan yang kemudian diundang masuk ke pesta tersebut? Sama-sama tidak tahu menghargai anugerah.
Siapakah orang-orang undangan yang dimaksud dalam perumpamaan ini? Jelas mereka melambangkan para pemuka Israel yang menolak pemberitaan kebenaran dari Allah lewat Tuhan Yesus. Sebenarnya secara lebih luas, melambangkan juga umat Israel yang sepanjang sejarah Perjanjian Lama terus menerus menolak Allah yang melalui para nabi-Nya mengundang Israel untuk bertobat. Bahkan mereka menganiaya dan membunuh nabi-nabi Allah.
Siapakah orang-orang di jalanan yang juga terdiri dari beragam orang, yaitu orang-orang jahat dan orang-orang baik? Mereka adalah orang-orang nonYahudi yang beroleh kesempatan untuk menikmati anugerah keselamatan dikarenakan penolakan umat Israel. Lalu mengapa ada di antara mereka yang pada akhirnya juga ditolak hanya karena tidak memakai pakaian pesta? Pakaian pesta adalah pakaian wajib untuk suatu perjamuan kawin. Memakai pakaian pesta berarti menghormati tuan rumah pesta dan mengikuti apa yang menjadi kehendak-Nya. Maka menolak memakai pakaian pesta melambangkan sikap arogan orang yang menganggap diri cukup baik untuk beroleh keselamatan dari Allah. Mereka menolak anugerah Allah karena menganggap diri sendiri mampu mendapatkan keselamatan.
Pada dasarnya perumpamaan ini menegaskan kembali kedaulatan Allah yang harus ditaati oleh manusia, tanpa memandang bulu. Keselamatan adalah anugerah semata. Sikap merasa diri tidak butuh anugerah dan merasa diri cukup baik dan mampu menolong diri sendiri, pada hakikatnya melecehkan kasih karunia Allah. Orang sedemikian tentu bukan beroleh berkat, sebaliknya ada di bawah penghukuman Allah. Mudah-mudahan Anda bukan orang yang demikian.
SH: Mat 22:1-14 - Undangan keselamatan (Selasa, 5 Maret 2013) Undangan keselamatan
Yesus sering memakai perumpamaan untuk menyampaikan suatu kebenaran tentang Kerajaan Surga. Melalui perumpamaan ini kita belajar...
Undangan keselamatan
Yesus sering memakai perumpamaan untuk menyampaikan suatu kebenaran tentang Kerajaan Surga. Melalui perumpamaan ini kita belajar beberapa kebenaran penting tentang ajaran keselamatan.
Pertama, undangan keselamatan tetap diberikan kepada manusia, sekalipun mereka menganggap sepi undangan Allah. Kerajaan Surga bagaikan pesta pernikahan yang menyediakan segala yang terbaik. Mereka yang diundang ke dalam perjamuan ini adalah orang yang berbahagia.Ironisnya, banyak orang yang menolak dengan berbagai alasan. Hal ini menggambarkan orang-orang yang tidak mengerti akan keindahan dan sukacita hidup bersama Allah. Yesus telah mengutus para murid-Nya untuk menyampaikan undangan Kabar Baik bagi orang berdosa. Namun, banyak orang yang lebih mementingkan urusannya masing-masing daripada menanggapi undangan Allah.
Kedua, Allah mengundang kita bukan karena kita layak, melainkan karena anugerah-Nya. Mereka yang akhirnya diundang adalah orang-orang di pinggir jalan yang miskin, dan sadar tidak memiliki apa-apa. Kita tidak layak untuk menghadiri pesta ini. Jika Allah tidak mengundang, kita tidak mungkin datang ke perjamuan kawin Anak Domba ini.
Ketiga, kita yang telah menerima undangan keselamatan Allah tidak bisa hidup dengan cara yang sama seperti saat kita belum menerima undangan. Sewaktu Allah mengundang kita, kita masih di dalam keadaan berdosa. Namun sewaktu kita datang kepada Allah, kita harus datang dengan baju kebenaran Kristus yang menyucikan kita.Mata Allah terlalu suci untuk melihat dosa, karena itu kita harus datang di dalam kesucian.
Keempat, Allah yang mengundang adalah Allah yang berdaulat. Perumpamaan ini ditutup dengan kalimat ‘sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih’. Dialah Allah yang berdaulat dan berkuasa, bukan kita yang memilih, tetapi Allah yang memilih kita.
Bersyukurlah untuk undangan keselamatan dari Allah bagi kita yang sebenarnya tidak layak. Teruslah hidup kudus sambil menantikan kedatangan-Nya kembali.
SH: Mat 22:1-14 - Banyak yang Dipanggil, Sedikit yang Dipilih (Jumat, 17 Maret 2017) Banyak yang Dipanggil, Sedikit yang Dipilih
Ikut serta dalam pesta di Kerajaan Allah sepenuhnya merupakan hak Allah untuk mengundang siapa saja yang ...
Banyak yang Dipanggil, Sedikit yang Dipilih
Ikut serta dalam pesta di Kerajaan Allah sepenuhnya merupakan hak Allah untuk mengundang siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sebab itu, berbahagialah mereka yang boleh datang dan diperkenan Allah untuk ikut serta dalam perjamuan-Nya.
Tidak ada penjelasan mengapa undangan pesta ini diabaikan oleh orang-orang yang secara khusus diundang oleh Sang Raja. Bahkan ada yang menganiaya dan membunuh hamba yang diutus sehingga menimbulkan murka dan penghukuman bagi orang-orang yang melecehkan undangan Sang Raja. Jelas terlihat bahwa hanya anugerah yang menjadi sebab mengapa undangan itu diwartakan bagi semua orang. Tujuannya, agar ruangan pesta penuh tamu dan jamuan yang telah disiapkan bisa dinikmati oleh para undangan yang hadir.
Cerita tentang seorang tamu yang tidak memakai pakaian pesta sehingga dihukum oleh Raja menjadi catatan bahwa sekalipun undangan disebarkan secara gratis, bukan berarti para tamu boleh semena-mena memakai pakaian seadanya.
Injil adalah undangan Allah kepada orang berdosa untuk datang ke perjamuan-Nya dalam Kerajaan Allah. Kita menerima undangan Injil karena anugerah Allah, bukan karena kepantasan kita. Oleh karena itu, kita patut menjawab undangan dengan berpakaian pesta sebagai respons kita menjawab undangan Sang Raja.
Sekarang peribadahan dan persekutuan bersama jemaat merupakan gambaran perayaan dalam Kerajaan Allah. Pakaian yang pantas mencerminkan hidup yang menanggapi panggilan Tuhan dengan takut dan hormat. Karena Allah telah mengubah ketidaklayakan kita menjadi orang yang diperkenan oleh-Nya untuk datang ke hadirat Allah. Namun, tidak semua orang beroleh kesempatan mendengar undangan perjamuan Tuhan dapat merespons dengan tepat.
Kiranya kita dimampukan untuk menjaga kesucian hidup dengan cara takut dan hormat atas karunia Tuhan agar dapat merayakan perjamuan dalam Kerajaan-Nya kelak. [YTP]
SH: Mat 22:1-14 - Merespons Undangan Allah (Senin, 20 September 2021) Merespons Undangan Allah
Anugerah keselamatan dari Tuhan sesungguhnya diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Namun, yang sering terjadi adalah oran...
Merespons Undangan Allah
Anugerah keselamatan dari Tuhan sesungguhnya diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Namun, yang sering terjadi adalah orang menolak dan mengabaikan anugerah itu.
Hal tersebut dijelaskan Yesus melalui perumpamaan mengenai perjamuan kawin seorang anak raja (1). Dikisahkan bahwa tamu undangan perjamuan tersebut justru menolak untuk hadir dengan berbagai alasan, bahkan ada yang membunuh utusan raja (6). Menanggapi penolakan serta pembunuhan tersebut, raja menyuruh pasukannya untuk membinasakan kota-kota mereka (7).
Tamu-tamu undangan itu adalah bangsa Israel yang telah dipilih Allah, namun justru menolak firman Allah; mereka membunuh para nabi yang diutus Allah kepada mereka. Penghukuman dari raja itu menggambarkan konsekuensi yang akan diterima bangsa Israel atas penolakan mereka terhadap undangan sang raja.
Akibat penolakan itu, raja membuka undangan untuk semua orang, kepada siapa saja yang ditemui oleh hambanya di persimpangan jalan. Undangan untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya telah Allah buka untuk semua umat manusia. Hanya saja, tidak semua orang layak menerimanya. Alasannya bukan karena Allah menolak mereka, melainkan karena mereka tidak merespons undangan berharga itu dengan cara yang pantas. Seperti seorang yang datang ke dalam pesta tanpa mengenakan pakaian pesta yang layak.
Allah-dalam anugerah-Nya yang melimpah-mewartakan keselamatan kepada seluruh umat manusia, termasuk kita. Namun, karena kedegilan hati kita yang penuh dengan dosa, sering kali kita masih saja merespons anugerah Allah tidak dengan sepantasnya. Bila kita masih saja melakukan dosa yang sama berulang kali setelah menerima undangan Allah, maka sesungguhnya kita seperti tamu yang datang tidak dengan pakaian pesta.
Hanya karena undangan itu diberikan secara terbuka dan "gratis" tidak berarti bahwa undangan itu murahan dan tidak berharga sehingga kita boleh meresponsnya dengan cara yang tidak layak. Undangan Allah telah diberikan dan kita telah menerimanya, tinggal bagaimana respons kita. [WDN]
Topik Teologia -> Mat 22:3
- Keselamatan
- Panggilan
TFTWMS -> Mat 22:1-14
TFTWMS: Mat 22:1-14 - Perumpamaan Perkawinan Anak Raja PERUMPAMAAN PERKAWINAN ANAK RAJA (Matius 22:1-14)
1 Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: 2"Hal Kerajaan Sorga seumpama seo...
PERUMPAMAAN PERKAWINAN ANAK RAJA (Matius 22:1-14)
1 Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: 2"Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. 3 Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. 4 Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. 5 Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, 6 dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. 7 Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. 8 Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. 9 Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. 10 Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. 11 Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. 12 Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. 13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. 14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
Perumpamaan perkawinan anak raja adalah perumpamaan ketiga yang Yesus berikan dalam menanggapi para pemimpin Yahudi (21:28-32, 33-46; 22:1-14).16Itu adalah perumpamaan kerajaan dan secara khusus Yesus berikan untuk mengecam para pemimpin agama dan orang-orang Yahudi. Orang-orang ini melambangkan mereka yang tetap menolak untuk menerima Dia sebagai Mesias yang dijanjikan. Sebagai hasil dari penolakan mereka, Allah akan menjatuhkan hukuman berat kepada orang-orang yang dulunya pernah menjadi bangsa pilihan-Nya. Mereka akan diusir, dan orang lain yang mereka anggap tidak layak (orang Samaria dan bangsa-bangsa lain) akan dengan penuh kemurahan diundang masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Ayat 1. Ketika pasal 21 berakhir, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mulai mengerti bahwa dua perumpamaan pertama yang Yesus sajikan ditujukan langsung kepada mereka. Hal ini meningkatkan kebencian mereka terhadap Dia. Mereka ingin segera menangkap Dia, tapi perasaan takut mereka kepada orang banyak mencegah mereka melakukan hal itu pada waktu itu (21:45, 46).Terlepas dari perlawanan apa saja yang orang-orang Yahudi itu perlihatkan kepada Yesus, ayat 1 menunjukkan bahwa Ia terus mengajar dengan perumpamaan yang ketiga: Ia berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka. Kata "perumpamaan" itu berbentuk jamak. Mengapa begitu? (1) Mungkin mengacu kepada penceritaan tiga perumpamaan oleh Yesus pada kesempatan ini (21:28-22:14). (2) Bisa jadi karena perumpamaan yang ketiga terdiri dari dua bagian (22:1-10, 11-14). (3) Yesus mungkin sudah menyampaikan perumpamaan lain pada waktu ini yang tidak dicatat.
Ayat 2. Yesus sering mengawali perumpamaan-Nya dengan perkataan, "Hal Kerajaan Sorga seumpama" atau "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama" (13:24, 31, 33, 44, 45, 47; 18:23; 20:1; 25:1). Di sini kerajaan itu seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Raja itu melambangkan Allah (lihat 5:35; 18:23; 21:28, 33), sedangkan anak raja itu adalah Yesus, Anak Allah (lihat 21:37). Kitab Suci Perjanjian Baru sering menggambarkan Yesus sebagai mempelai laki-laki (9:15; 25:1; Yoh. 3:29; Efe. 5:27; Why. 21:2, 9). Meski tidak ada pengantin perempuan yang disebut, ia itu pastilah kerajaan Allah—gereja Kristus (Efe. 5:22-33).
Sudah umum di dunia kuno bagi para raja dan tokoh-tokoh penting lainnya untuk mengadakan perjamuan kawin yang mewah bagi anak-anak mereka, dengan mengundang lebih dari seribu tamu.17Robert H. Mounce menulis, "Kiasan perjamuan kawin digunakan secara luas dalam literatur kuno untuk menggambarkan pelbagai berkat kehidupan yang akan datang (misal, Yes. 25:6 dst.). Ini menyiratkan bahwa kita harus menafsirkan perumpamaan itu dalam latar belakang eskatologi."18Belakangan perjamuan kawin digunakan dalam Matius dan Wahyu untuk menggambarkan Kerajaan Allah pada akhir zaman (25:10, Wahyu 19:7-9).
Ayat 3. Hamba-hamba raja bisa diartikan sebagai para nabi yang diutus oleh Allah untuk memperingatkan orang-orang Yahudi agar bertobat atau menanggung penghakiman yang akan menimpa mereka (lihat 21:34). Ketika hamba-hamba itu memanggil para tamu yang telah diundang ke perjamuan itu, orang-orang itu tidak mau datang.
Pernikahan pada kebanyakan budaya adalah kesempatan untuk bersukacita dan perayaan, dan secara khusus benar begitu di kalangan orang Yahudi. Diundang ke salah satu acara ini adalah kehormatan besar, dan menolak undangan itu adalah penghinaan besar. Para tamu undangan diberi waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri bagi acara itu; mereka diharapkan datang kecuali ada halangan yang tidak bisa dihindarkan. Karena rata-rata warga negara menganggap penghinaan bagi orang yang menolak undangan ke perjamuan kawin, maka orang dapat membayangkan keparahan dalam menolak undangan raja. Perjamuan dalam perumpamaan itu pasti akan merupakan peristiwa kerajaan, berkumpulnya orang-orang kaya dan berpengaruh.
Adat perkawinan orang Yahudi jauh berbeda dari apa yang kita kenal sekarang ini. Awalnya pasangan itu bertunangan, yang paling sering terjadi akibat dari pengaturan antara orang tua pengantin laki-laki dan perempuan. Pertunangan itu disusul oleh pengikatan janji, yang lamanya bisa beberapa bulan sampai satu tahun. Ini adalah kontrak yang mengikat yang bisa dibatalkan hanya oleh perceraian. Pandangan pertunangan seperti itu terlihat dalam kaitannya dengan Maria dan Yusuf. Meski mereka belum melakukan hubungan seksual, Maria sudah dianggap sebagai istri Yusuf (1:18-21). Jika tunangan perempuan itu meninggal selama masa tunggu, ia dianggap sebagai janda.
Undangan bagi perkawinan dan perjamuan setelah pertunangan disampaikan jauh-jauh hari sebelum acara perkawinan. Undangan resmi yang pertama biasanya disampaikan pada saat pertunangan. Kemudian, karena masih lamanya waktu antara pertunangan dan acara perkawinan, undangan yang kedua disampaikan pada saat mendekati perkawinan. Undangan yang kedua ini juga untuk memperbaiki perubahan yang sulit ditentukan sebelumnya tentang kapan tepatnya segala persiapan itu akan selesai (Luk. 14:16, 17).19
Seorang juru siar diutus untuk melintasi jalan-jalan guna memberitahukan para tamu undangan bahwa perkawinan itu akan segera dilangsungkan. Jika Mereka tidak siap dan tidak berpakaian dengan baik, mereka tidak akan diizinkan berpartisipasi dalam perayaan perkawinan itu. Segera setelah juru siar itu diutus keluar, pengantin laki-laki akan berjalan melintasi jalan-jalan untuk mengumpulkan rombongan perkawinan, termasuk pengantin perempuan, dan para tamu undangan sambil ia berjalan. Lokasi untuk perkawinan biasanya adalah rumah di mana pasangan yang menikah itu akan menetap. Begitu rombongan perkawinan dan tamu-tamu undangan sudah berada di dalam, pintu akan dikunci. Bahkan tamu undangan yang datang terlambat tidak akan diizinkan masuk (25:1-13).
Ayat 4 Tuan rumah dalam perumpamaan itu bertindak dengan cara yang tidak biasa dilakukan seorang raja: Setelah penolakan pertama oleh orang-orang yang diundang, raja itu menunjukkan kesabarannya dengan mengutus hamba lain untuk mendesak para tamu menghadiri perjamuan kawin itu (lihat 21:36). Mereka harus menyampaikan pesan bahwa hidangan, telah [ia] sediakan; lembu-lembu jantan dan ternak piaraan [nya yang tambun] telah disembelih dan dihidangkan (lihat Luk. 15:23, 27, 30).
Orang-orang Yahudi itu adalah tamu undangan yang pertama yang sudah berulang kali menolak undangan Allah dan menghindari tawaran-Nya untuk mereka bertobat. Undangan pertama mereka datang melalui pemberian Taurat di Sinai. Ketika mereka menolaknya, Allah berulang kali mengutus para nabi untuk memanggil mereka kembali kepada Dia. Namun begitu, mereka membunuh nabi-nabi itu (21:35, 36; 23:29-35). Ia memberi mereka satu kesempatan terakhir dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal (21:37-39).
Ayat 5. Undangan kedua juga ditolak; mereka tidak mengindahkannya. Beberapa versi mengatakan bahwa "mereka memandang remeh" (KJV; NKJV; ASV; RSV; NRSV). Kata kerja ajmele÷w (ameleō) berarti "melalaikan," "mengabaikan", atau "tidak peduli terhadap" seseorang atau sesuatu. Ketimbang menghadiri perjamuan itu, mereka ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya. Petani dan pengusaha di sini digunakan untuk melambangkan banyaknya orang dalam kelompok itu. Pada dasarnya tidak ada yang jahat pada salah satu dari dua profesi itu. Contoh-contoh ini sekedar menunjukkan bagaimana keasyikan dengan materi dunia dapat mencegah banyak orang untuk menerima undangan Allah.
Perumpamaan yang sama dalam Lukas menggambarkan mereka yang diundang ke perjamuan itu memberikan pelbagai dalih untuk tidak datang. Yang pertama telah membeli ladang dan harus pergi melihatnya. Yang telah membeli lima pasang lembu bajak dan harus mencobanya. Yang lain lagi baru saja kawin dan karena itu perlu meluangkan waktu dengan istrinya (Luk 14:18-20). Tidak ada alasan seperti itu ditemukan dalam perumpamaan ini.
Ayat 6. Yang lain—yaitu mereka yang tidak pergi bertani atau berbisnis— menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya (lihat 21:35, 36). Jelas sekali, tindakan menganiaya orang yang menyampaikan undangan baik tidak bisa diterima dalam masyarakat mana saja, bahkan jika orang tidak mau menerima undangan itu. Menganiaya utusan raja atau pemimpin terkemuka lain mana saja akan tidak bisa dipahami.20Orang akan membahayakan nyawanya sendiri bila melakukan hal itu.
Ayat 7. Begitu mendengar berita kematian para hambanya, raja itu menjadi sangat marah sehingga menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Melalui perantaraan pasukannya, raja itu membinasakan orang-orang yang telah melecehkan kehormatannya dan membunuh para utusannya yang tak berdosa. Membakar kota merupakan praktik umum militer di zaman kuno, mungkin untuk melambangkan penghancuran total.21
Gambaran dalam ayat ini menunjukkan murka Allah kepada ketidakadilan, tema yang ditemukan di tempat lain dalam pelbagai perumpamaan (18:34; 21:40, 41). Meski Ia sangat sabar, kesabaran-Nya itu punya batas. Pada waktunya, Ia tentu akan menghukum orang jahat.
Gambaran ini juga bersifat nubuatan, di mana itu menubuatkan kehancuran Yerusalem yang akan terjadi pada tahun 70 Masehi.22Yesus juga menubuatkan peristiwa ini dalam 24:1, 2, 15. Ketika orang-orang Yahudi menolak tawaran terakhir Allah untuk memasuki kerajaan sorga, Ia menolak mereka dan membangkitkan Jenderal Romawi Titus untuk menghancurkan mereka.Penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi mengakhiri ibadah di bait suci dan sistem pengorbanan. Hal-hal ini sudah digantikan oleh kematian Kristus dan Perjanjian Baru (sekitar 30 Masehi), tapi Allah mengizinkan mereka untuk berlanjut selama empat puluh tahun lagi. Ketika mereka akhirnya lenyap (lihat Ibr. 8:13), hal itu bahkan menjadi lebih jelas bahwa Israel bukan lagi umat pilihan Allah.
Ayat 8, 9. Raja menyatakan bahwa mereka yang menolak undangan itu tidak layak. Ini ironis sebab ia akan sudah lebih dulu mengundang mereka yang dianggap kaum "bangsawan" ke perkawinan itu. Yang menarik, kata "layak" (a¡xioß, axios) juga muncul dalam respon Paulus kepada orang-orang Yahudi yang menolak di Antiokhia di Pisidia: "Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain" (Kisah 13:46; penekanan ditambahkan).
Pada titik ini, raja itu mengutus kelompok hamba yang ketiga untuk mengundang orang lain ke perjamuan kawin itu. Kali ini ia memberitahu mereka, "pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan." Arti dari kalimat yang diterjemahkan "persimpangan-persimpangan jalan" (diexo÷douß twvn oJdwvn, diexodous tōn hodōn) sulit dipahami. Kata ini secara beragam diterjemahkan "jalan utama" (TEV), "sudut-sudut jalan" (NCV), dan "persimpangan utama" (NJB). Namun begitu, kata itu kemungkinan menunjukkan "tempat di mana jalan utama memotong (melalui) batas kota dan merentang terus menuju wilayah terbuka."23Robert H.Gundry berpendapat bahwa ini akan menjadi satu-satunya tempat orang akan ditemukan karena "kota itu sudah musnah terbakar" (22:7).24
Ayat 10. Hamba-hamba ini harus diberitahu untuk mengundang siapa saja yang mereka jumpai—entah jahat atau baik—untuk datang ke perjamuan itu. Berbeda dengan mereka yang diundang pertama kali, orang-orang ini tentunya adalah orang kebanyakan. Mereka menyambut hangat undangan raja itu, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu (lihat 8:11, 12; 21:41). Setelah penolakan orang Yahudi terhadap Kristus, Allah mengutus para rasul ke dalam dunia dengan pesan bahwa kerajaan sorga terbuka bagi semua ras, golongan, dan bangsa-bangsa manusia (28:18-20; Mrk. 16:15, 16) .
Ayat 11. Ketika raja itu tiba untuk menemui tamu-tamu [makan malam] itu, ia melihat seseorang yang tidak berpakaian pesta. Bisa jadi ini adalah pakaian yang disediakan oleh raja untuk perjamuan kawin itu. Beberapa bukti menunjukkan bahwa raja menyediakan pakaian kerajaan untuk pelbagai kesempatan khusus (2 Raja 10:22).25Karena mereka yang datang adalah miskin, raja itu mungkin menyediakan mereka pakaian untuk perjamuan kawin. Dalam kasus ini, pakaian itu melambangkan kebenaran yang Allah berikan kepada manusia melalui Kristus (Rom. 3:21-26; Gal. 3:26-29).
Kemungkinan lain adalah bahwa pakaian perkawinan itu mengacu kepada satu seperangkat pakaian putih bersih yang dimiliki oleh tamu itu. Jika demikian, maka pakaian perkawinan itu bisa melambangkan kehidupan benar yang diharapkan dari mereka yang menjadi warga negara kerajaan itu.26Dalam kiasan yang mirip, lenan halus (berkilau-kilauan dan putih bersih) yang dikenakan oleh pengantin perempuan Kristus melambangkan "perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus" (Why. 19:8). Penafsiran ini konsisten dengan perumpamaan sebelumnya, di mana kebun anggur diberikan kepada orang lain yang akan menghasilkan buah yang baik (21:41, 43; lihat 5:20).27
Ayat 12. Raja itu menyapa tamu itu sebagai "teman" (NASB) (lihat komentar tentang 20:13). Ia bertanya, "Bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?" Raja itu bisa jadi bertanya, "Bagaimana bisa engkau melewati para penjaga pintu dengan berpakaian seperti itu?" Namun demikian, pertanyaan itu tampaknya lebih kepada suatu tuduhan ketimbang meminta informasi. Kata Yunani untuk "bagaimana" (pwvß, pōs) muncul dalam bentuk pertanyaan yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Kata itu bisa diterjemahkan "Beraninya kau?" Atau "Dengan hak apa?" Pertanyaan khusus ini bisa diterjemahkan, "Bagaimanakah Anda cukup berani datang ke sini tanpa mengenakan pakaian perkawinan?"28Orang itu sudah sangat menyinggung raja itu, dan ia diam saja. Kata Yunani untuk diam fimo÷w, phimoō) dapat secara harfiah berarti "diberangus." Kata itu di sini digunakan secara kiasan untuk "dibungkam."
Orang yang tidak mengenakan pakaian perjamuan kawin itu adalah lambang orang yang "menerima undangan injil, tetapi menolak untuk menyesuaikan hidupnya dengan injil itu."29Beberapa orang yang mengaku murid Yesus tidak akan siap bagi penghakiman pada waktu kedatanga-Nya yang kedua (7:21-23; 24:45-51; 25:41-46).
Ayat 13. Raja itu memerintahkan hamba-hambanya untuk mengikat tangan dan kaki tamu yang tidak siap itu dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di mana akan ada ratap dan kertak gigi. Bahasa ini menggambarkan kekelaman dan penderitaan hukuman kekal (lihat komentar tentang 8:12).
Ayat 14. Yesus menyimpulkan perumpamaan itu dengan mengatakan, "Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." Di sini "banyak" dapat digunakan sebagai ungkapan yang berarti "semua" (lihat komentar tentang 20:28). Kata sifat Yunani "dipanggil" (klhto÷ß, klētos) yang berkaitan dengan kata kerja "diundang" (kale÷w, kaleō), ditemukan di seluruh perumpamaan itu (22:3, 4, 8, 9). Idealnya, undangan injil adalah untuk semua orang; cakupan injil adalah universal (28:18-20; Mrk. 16:15, 16; Luk. 24:47). Namun begitu, mungkin tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mendengar injil (Rom. 10:14, 15).
Meski banyak yang dipanggil, hanya beberapa yang mau menerima undangan. Morris mengingatkan, "Mereka yang mendengar panggilan Allah dan mengetahui kasih karunia-Nya harus jangan mengira bahwa panggilan adalah sama seperti tanggapan."30Mereka yang menaati panggilan Allah adalah "dipilih" (ejklekto֧ , eklektos) atau "orang pilihan" (24:22, 24, 31); orang-orang ini akhirnya akan diselamatkan.
Semua yang menolak Yesus akan sesat.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:28-22:14
Rangkaian Perumpamaan
Karena tidak mendapat jawaban yang jelas dari para pemimpin Yahudi itu terhadap ...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:28-22:14
Rangkaian Perumpamaan
Karena tidak mendapat jawaban yang jelas dari para pemimpin Yahudi itu terhadap pertanyaan-Nya tentang baptisan Yohanes, Yesus lalu merespon dengan menghadirkan rangkaian tiga perumpamaan (21:28-22:14).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 507.
2 Untuk...
Catatan Akhir:
- 1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 507.
- 2 Untuk kesulitan tekstual dalam ayat-ayat ini, lihat Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament , 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 44-46.
- 3 Matius sendiri pernah menjadi salah satu dari para pengumpul pajak ini, tapi ia telah meninggalkan segalanya untuk mengikut Yesus (9:9).
- 4 Lihat contoh dari Samaria dalam Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 133.
- 5 Ibid., 132.
- 6 Mishnah Baba Bathra 3.1.
- 7 Talmud Baba Bathra 35b.
- 8 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 540-41.
- 9 Keener, 512.
- 10 Lihat 1 Kings 18:4; 2 Chron. 24:20, 21; Neh. 9:26; Jer. 7:25, 26; 20:1, 2; 25:4; 26:21-23; Mt. 23:37; Lk. 13:34; Heb. 11:32-38.
- 11 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 620-21.
- 12 Lukas 20:15 sejalan dengan Matius 21:39. Beberapa naskah kuno membalik urutan itu dalam injil Matius, sesuai dengan urutan Markus. (Metzger, 47.)
- 13 Morris, 542.
- 14 Tacitus Annals 14.42.
- 15 Metzger, 47.
- 16 Perumpamaan yang mirip namun berbeda dicatat dalam Lukas 14:15-24. Yesus menceritakan kisah itu sambil makan di rumah orang Farisi yang terkemuka (Luk. 14:1). Literatur rabi yang belakangan juga berisi perumpamaan terkait.(Talmud Shabbath 153a.)
- 17 Diodorus of Sicily 16.91.4-92.1; Pliny Letters 10.116.
- 18 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 205.
- 19 Papirus menjadi saksi kebiasaan ganda dalam menyampaikan undangan di kalangan kelas atas dan kelas bawah. (Keener, 519.) Dalam literatur rabi, beberapa orang tidak mau menghadiri perjamuan kecuali ia diundang dua kali untuk memastikan tidak ada kesalahan yang telah dibuat. (Lamentations Rabbah 4.2.) Esther mengundang raja dan Haman ke perjamuan, dan para pejabat kerajaan datang Haman datang keesokan harinya ketika persiapan telah dibuat (Ester 5:8; 6:14).
- 20 Ini bukan untuk mengatakan bahwa utusan seperti itu tidak pernah dianiaya. Josephus melaporkan bahwa kaum Israel mengejek utusan Raja Hizkia, menertawai mereka dengan menghina dan mengejek mereka sebagai orang bodoh. (Josephus Antiquities 9.13.2.)
- 21 Yos. 6:24; 8:28; 11:11, 13; 1 Sam. 30:1; 1 Raja 9:16; 2 Raja 25:9; 2 Taw. 36:19; Neh. 1:3; 2:17; 4:2; P s. 74:7, 8; Yes. 1:7; 64:11; Yer. 38:23; 39:8; 46:19; 52:13; Amos 1:7, 10, 12.
- 22 Untuk catatan tentang kehancuran Yerusalem dan Bait Allah oleh Titus, lihat Josephus Wars 5, 6.
- 23 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 244. The AB has "the thoroughfares where they leave the city."
- 24 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 438.
- 25 Talmud Shabbath 152b.
- 26 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 302-3.
- 27 Gambaran tentang pakaian tambahan muncul dalam kitab Wahyu. Orang-orang kudus "telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" (Why. 7:14). Mereka yang "tidak mencemarkan pakaiannya; … akan berjalan dengan [Kristus] dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu" (Why. 3:4). Orang "yang menang, ia akan dikenakan pakaian putih" (Why. 3:5). Kristus mendorong umat-Nya untuk mendapatkan pakaian putih dari Dia untuk dipakai oleh mereka (Why. 3:18).
- 28 Lihat Bauer, 901.
- 29 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 252.
- 30 Morris, 552.
- 31 Elizabeth Armstrong Reed and Graeme Mercer Adam, Daniel Webster: A Character Sketch (Chicago: H. G. Campbell Publishing Co., 1903), 123.
- 32 Charlotte G. Homer, "Come to the Feast," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 33 D. L. Moody, The Overcoming Life, ed. Gene Fedele (Orlando, Fla.: Bridge-Logos Publishing, 2007), 216, 273.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi