Teks -- Matius 7:22 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 5:1--8:28; Mat 7:22
Full Life: Mat 5:1--8:28 - KHOTBAH DI BUKIT.
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di
Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan...
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Gal 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita (Rom 8:2-14; Gal 5:16-25). Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam Khotbah Kristus
(lihat cat. --> Mat 5:6).
[atau ref. Mat 5:6]
Full Life: Mat 7:22 - BANYAK ORANG AKAN BERSERU ... TUHAN, TUHAN.
Nas : Mat 7:22
Yesus dengan tegas menyatakan bahwa akan ada "banyak" orang di dalam
gereja yang melayani dalam nama-Nya dan percaya bahwa mereka ad...
Nas : Mat 7:22
Yesus dengan tegas menyatakan bahwa akan ada "banyak" orang di dalam gereja yang melayani dalam nama-Nya dan percaya bahwa mereka adalah hamba-Nya, namun sesungguhnya Kristus tidak pernah mengenal mereka (ayat Mat 7:23). Agar dapat lolos dari kesesatan pada akhir zaman, para pemimpin gereja (atau setiap murid Tuhan) harus mengabdi total kepada kebenaran yang dinyatakan dalam Firman Allah
(lihat cat. --> Wahy 22:19)
[atau ref. Wahy 22:19]
dan tidak menganggap "keberhasilan di dalam pelayanan" sebagai standar untuk menilai hubungan mereka dengan Kristus.
Jerusalem -> Mat 5:1--7:29; Mat 7:22
Jerusalem: Mat 5:1--7:29 - -- Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (L...
Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (Luk 6:20-49) disajikan dengan bentuk yang berbeda-beda. Lukas meninggalkan apa yang kurang menarik perhatian sidang pembacanya, ialah segala sesuatu yang mengenai adat-istiadat dan hukum Yahudi, Mat 5:17-6:18. Sebaliknya Matius memasukkan ke dalam wejangan itu beberapa perkataan Yesus diucapkan di waktu dan tempat lain (bdk bagian-bagian yang sejalan dengan Lukas), dengan maksud menyusun sebuah piagam yang lebih lengkap. Dalam wejangan majemuk yang terbentuk dengan jalan tersebut ada lima pokok utama:
1) semangat manakah harus menjiwai anggota-anggota Kerajaan Allah, Mat 5:3-48.
2) dengan semangat manakah mereka harus "menggenapi" hukum dan adat-istiadat Yahudi,
Jerusalem: Mat 7:22 - pada hari terakhir harafiah: pada hari itu, tetapi yang dimaksudkan ialah hari penghakiman terakhir.
harafiah: pada hari itu, tetapi yang dimaksudkan ialah hari penghakiman terakhir.
Ende: Mat 7:22 - Pada hari itu Ini ungkapan lazim dalam Kitab Kudus untuk hari pengadilan
diachir zaman.
Ini ungkapan lazim dalam Kitab Kudus untuk hari pengadilan diachir zaman.
disini berarti mengadjar sebagai nabi atas nama Allah.
Ref. Silang FULL -> Mat 7:22
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 7:21-29
Matthew Henry: Mat 7:21-29 - Keniscayaan Ketaatan kepada Ajaran Kristus Keniscayaan Ketaatan kepada Ajaran Kristus (7:21-29)
Di sini kita melihat kesimpulan dari Khotbah di Bukit yang panjang dan sangat luar biasa ini. ...
Keniscayaan Ketaatan kepada Ajaran Kristus (7:21-29)
- Di sini kita melihat kesimpulan dari Khotbah di Bukit yang panjang dan sangat luar biasa ini. Tujuan dari kesimpulan ini adalah untuk menunjukkan pentingnya ketaatan terhadap perintah-perintah Kristus. Kesimpulan ini dimaksudkan untuk mengokohkan pakunya agar menancap dengan kuat. Kristus menyampaikannya kepada murid-murid-Nya yang duduk di kaki-Nya setiap kali Ia berkhotbah dan yang mengikuti-Nya ke mana pun Ia pergi. Seandainya Ia mencari pujian dari manusia, Ia cukup mengatakannya saja. Namun, pengajaran yang hendak ditanamkan-Nya itu terdiri dari kuasa, bukan dari perkataan saja (1Kor. 4:20), dan oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lebih dari itu.
- I. Dengan sebuah pernyataan sederhana, Ia menunjukkan bahwa mengaku-ngaku diri beragama saja, sehebat apa pun juga itu, tidak akan membawa kita ke sorga, kecuali disertai dengan perilaku yang sesuai (ay. 21-23). Penghakiman diserahkan seluruhnya kepada Tuhan Yesus. Kunci-kunci diberikan kepada-Nya. Ia memiliki kuasa untuk menetapkan persyaratan baru mengenai kehidupan dan kematian, serta mengadili manusia sesuai perbuatan mereka. Inilah pernyataan khidmat menurut kuasa yang ada pada-Nya itu. Perhatikanlah di sini:
- . Hukum Kristus ditetapkan (ay. 21). Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan anugerah dan kemuliaan. Ini adalah jawaban atas pertanyaan dalam Mazmur 15:1. Siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? -- Orang percaya yang masih berjuang di dunia ini. Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? -- Orang percaya yang sudah masuk sorga. Di sini Kristus menunjukkan:
- (1) Bahwa tidaklah cukup untuk sekadar berkata, "Tuhan, Tuhan." Kita bisa mengakui Kristus sebagai Guru dengan kata-kata semata, berseru kepada-Nya, mengakui Dia demikian dalam doa kepada Allah, ketika bercakap-cakap dengan sesama. Kita memanggil-Nya Tuhan, Tuhan. Kita berkata, itu tepat, sebab memang Dialah Guru dan Tuhan (Yoh. 13:13). Namun, coba bayangkan, apakah ini saja sudah cukup untuk membawa kita ke sorga, bahwa sepenggal basa-basi seperti ini akan diberi imbalan sebesar itu, atau bahwa Dia yang mengenal dan menghendaki hati akan bisa diperdaya dengan hal-hal lahiriah seperti ini? Pujian manusia itu hanyalah sekadar sopan santun saja, yang dibalas dengan pujian pula, namun itu tidak pernah dibayar sebagaimana pelayanan-pelayanan yang sebenarnya. Kalau begitu, dapatkah pujian kita diperhitungkan oleh Kristus? Mungkin dalam doa Tuhan, Tuhan, ada maksud mendesak. Namun, jika kesan batiniah tidak sesuai dengan ungkapan lahiriah, kita tak lebih daripada gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh berkata, Tuhan, Tuhan, atau dilarang berdoa dengan sungguh, tidak boleh mengakui nama Kristus, atau tidak boleh mengakuinya dengan terang-terangan. Sebaliknya, yang dimaksudkan di sini adalah supaya kita tidak boleh mengandalkan hal-hal ini saja, atau menjalankan ibadah secara lahiriah saja tanpa kuasa di dalamnya.
- (2) Bahwa demi kebahagiaan kita, sangatlah penting bagi kita untuk melakukan kehendak Kristus, yang memang merupakan kehendak Bapa-Nya yang di sorga. Kehendak Allah, sebagai Bapa Kristus, adalah kehendak-Nya seperti yang diberitakan dalam Injil, sebab di situlah Ia diperkenalkan sebagai Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus, dan melalui Kristus, menjadi Bapa kita juga. Inilah kehendak-Nya, yaitu agar kita percaya kepada Kristus, agar kita bertobat dari dosa, agar kita menjalani hidup kudus, agar kita saling mengasihi. Inilah kehendak Allah: pengudusan kita. Jika kita tidak mengikuti kehendak Allah, kita menghina Kristus dengan memanggil-Nya Tuhan, seperti orang-orang yang mengenakan jubah mewah kepada-Nya sambil berkata, Salam, hai raja orang Yahudi! Mengatakan dan melakukan sesuatu adalah dua hal yang berbeda dan sering kali juga terpisah, seperti orang yang berkata, Baik, bapa, tetapi ia tidak pergi (21:30). Namun, dua hal ini telah dipersatukan Allah dalam perintah-Nya, dan janganlah manusia yang berani menceraikannya berpikir ia akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
- . Seruan orang munafik terhadap ketatnya hukum ini, dengan menawarkan hal-hal lain sebagai pengganti ketidaktaatan (ay. 22). Seruan itu akan terdengar pada hari terakhir, hari yang agung itu, ketika setiap orang akan tampak sebagaimana adanya, ketika segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, antara lain, kepura-puraan tersembunyi yang dipakai orang berdosa sekarang ini untuk mendukung harapan mereka yang sia-sia. Kristus mengetahui kuatnya alasan mereka itu, tetapi yang sebenarnya lemah. Apa yang sekarang mereka simpan di hati, akan mereka kemukakan kelak pada hari penghakiman untuk menghindari malapetaka, tetapi usaha ini akan sia-sia saja. Mereka akan berseru dengan mendesak-desak, Tuhan, Tuhan, dan dengan penuh percaya diri menuntut Kristus mengenai hal tersebut; Tuhan, tidakkah Engkau tahu.
- (1) Bahwa kami bernubuat demi nama-Mu? Ya, boleh jadi memang demikian. Bileam dan Kayafas tidak diperbolehkan bernubuat, dan Saul termasuk golongan nabi di luar kehendaknya, namun semua ini tidak dapat menolong mereka. Mereka ini bernubuat demi nama-Nya, tetapi Dia tidak mengutus mereka. Mereka hanya memanfaatkan nama-Nya belaka. Perhatikanlah, seseorang bisa saja berkhotbah, memiliki karunia pelayanan dan panggilan lahiriah untuk itu, bahkan mungkin juga berhasil dalam hal itu, namun sebenarnya jahat. Dia mungkin saja menolong orang lain untuk dapat masuk sorga, tetapi dirinya sendiri tidak dapat masuk.
- (2) Bahwa demi nama-Mu kami telah mengusir setan? Ini mungkin juga; Judas mengusir setan, namun begitu ia adalah yang ditentukan untuk binasa. Origen mengatakan bahwa pada zamannya begitu penuh kuasanya nama Kristus ketika dipakai mengusir roh-roh jahat sampai-sampai orang-orang Kristen yang fasik pun kadang-kadang ikut memanfaatkan nama itu. Seseorang bisa saja mengusir setan keluar dari orang lain, tetapi dalam dirinya sendiri ada setan, atau lebih tepat lagi, malah dia sendirilah setannya.
- (3) Bahwa demi nama-Mu kami mengadakan banyak mujizat. Mungkin saja ada iman untuk mengadakan mujizat, tetapi iman untuk membenarkan tindakan itu tidak ada. Untuk mengadakan mujizat, perlu iman yang bekerja oleh kasih dan ketaatan. Karunia lidah dan karunia menyembuhkan dapat membuat orang diterima dunia, tetapi hanya kesucian atau pengudusan sejatilah yang dapat diterima Allah. Anugerah dan kasih merupakan jalan yang lebih utama dibandingkan dengan memindahkan gunung atau berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat (1Kor. 13:1-2). Anugerah akan membawa manusia ke sorga tanpa harus mengadakan mujizat, tetapi mengadakan mujizat tanpa memiliki anugerah tidak akan pernah membawa manusia ke sorga. Perhatikanlah, orang yang tergila-gila dengan mujizat selalu menaruh hatinya pada mujizat itu, mereka ingin selalu melakukannya dan mujizatlah yang menjadi kepercayaan mereka. Simon si penyihir terheran-heran melihat semua mujizat yang terjadi (Kis. 8:13) sehingga rela membayar berapa pun agar beroleh kuasa untuk melakukannya juga. Perhatikanlah, orang-orang seperti ini tidak memiliki perbuatan baik sedikit pun, tidak ada alasan bagi mereka untuk mengaku-ngaku telah melakukan banyak perbuatan mulia bahwa mereka telah mengasihani orang dan beramal. Padahal, satu saja dari perbuatan tersebut jauh lebih baik daripada seruan mereka tentang mengadakan banyak mujizat yang sama sekali tidak berguna jika mereka tetap tidak taat. Mujizat-mujizat itu kini telah berhenti, beserta seruan mereka itu. Walaupun demikian, bukankah hati yang duniawi tetap saja akan mendorong dirinya untuk terus menyimpan harapan-harapan yang tanpa dasar seperti ini, dengan macam-macam dukungan yang sia-sia? Mereka menyangka akan dapat masuk ke sorga karena sudah terkenal di antara para pengikut agama, selalu berpuasa, memberi sedekah, dan berjasa bagi gereja. Mereka menyangka seakan-akan semua hal ini akan menebus kesombongan, keduniawian, dan hawa nafsu yang menguasai hati mereka, serta juga menebus ketiadaan kasih mereka terhadap Allah dan sesama. Betel adalah kepercayaan mereka (Yer. 48:13). Mereka meninggikan diri di gunung yang kudus (Zef. 3:11), dan menyombongkan diri bahwa mereka adalah bait TUHAN(Yer. 7:4). Biarlah kita waspada agar tidak mengandalkan diri pada macam-macam hak istimewa yang kita miliki dan pada perbuatan-perbuatan luar saja, supaya jangan sampai kita menipu diri sendiri, dan binasa selamanya seperti yang dialami banyak orang, dengan dusta yang menjadi pegangan kita.
- . Penolakan terhadap seruan yang tidak pantas ini. Di sini, Sang Pembuat hukum itu (ay. 21) adalah juga Sang Hakim sesuai dengan hukum itu (ay. 23). Dia akan menolak seruan itu secara terbuka. Dia akan berterus terang kepada mereka dengan segala ketegasan, ketika hukuman dijatuhkan oleh Sang Hakim, Aku tidak pernah mengenal kamu, dan karena itu, enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!
- Perhatikanlah:
- (1) Mengapa dan atas dasar apa Ia menolak mereka berikut seruan mereka -- sebab mereka adalah pembuat kejahatan. Perhatikanlah, orang bisa saja terkenal sebagai orang yang saleh, tetapi sebenarnya ia seorang pembuat kejahatan, dan orang-orang seperti itu akan menerima hukuman yang lebih berat. Dosa-dosa tersembunyi yang disimpan di balik pengakuan yang tampak, akan menjadi kejatuhan orang munafik. Menjalani kehidupan penuh dosa dengan sadar dapat meniadakan kepura-puraan manusia, tidak peduli sebaik apa pun perbuatannya itu.
- (2) Cara penolakan itu disampaikan. Aku tidak pernah mengenal kamu. "Aku tidak pernah mengakuimu sebagai hamba-Ku, baik ketika engkau bernubuat demi nama-Ku, mengaku-ngaku dengan lantang mengenai kepercayaanmu, maupun ketika engkau sangat dipuji-puji." Hal ini mengisyaratkan bahwa jika Ia memang pernah mengenal mereka, sebagai Tuhan yang mengenal siapa kepunyaan-Nya, dan pernah mengakui serta mengasihi mereka sebagai milik-Nya, maka Ia pasti akan mengenal, mengakui, dan mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Akan tetapi, jika Dia tidak pernah mengenal mereka, itu karena memang sejak semula Dia tahu bahwa mereka adalah orang munafik, yang hatinya busuk, sama seperti Ia mengenal Yudas. Oleh sebab itu, Ia berkata, enyahlah dari pada-Ku. Apakah Kristus memerlukan tamu-tamu seperti itu? Ketika Ia datang sebagai manusia, Ia memanggil orang berdosa agar datang kepada-Nya (9:13), tetapi ketika Ia akan datang dalam kemuliaan, Ia akan mengusir orang berdosa dari-Nya. Mereka yang tidak mau datang kepada-Nya untuk diselamatkan, harus enyah dari pada-Nya untuk menerima hukuman. Enyah dari Kristus itu sama saja dengan neraka dari segala neraka; itu tempat yang paling bawah dari segala kesengsaraan yang akan dialami orang-orang terkutuk, terpisah sama sekali dari semua pengharapan untuk memperoleh kebaikan Kristus dan perantaraan-Nya. Orang-orang yang hanya sekadar mengaku percaya Kristus tetapi tidak mau melakukan lebih daripada itu untuk melayani-Nya, tidak akan diterima oleh-Nya, atau diakui-Nya pada hari yang agung itu. Lihatlah betapa manusia dapat jatuh dari ketinggian pengharapan ke dasar jurang kesengsaraan! Betapa mereka bisa dicampakkan ke dalam neraka melalui depan pintu sorga! Seharusnya ini menjadi peringatan bagi semua orang Kristen. Jika seorang pengkhotbah yang mengusir setan dan mengadakan banyak mujizat saja dapat tidak diakui oleh Kristus karena berbuat kejahatan, apa jadinya dengan kita seandainya didapati seperti itu juga? Jika kita memang seperti itu, maka pastilah kita juga akan mengalami hal yang sama. Di hadapan Allah, pengakuan terhadap agama tidak akan mendukung siapa pun yang hidup bergelimang dalam dosa. Oleh sebab itu, setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.
- II. Ia menunjukkan melalui perumpamaan bahwa sekadar mendengarkan perkataan-Nya ini tidak akan membuat kita berbahagia jika kita tidak melakukannya dengan sepenuh hati. Namun, jika kita mendengar perkataan-Nya dan melakukannya, kita akan berbahagia oleh perbuatan kita (ay. 24-27).
- . Di sini, mereka yang mendengarkan perkataan Kristus dibagi menjadi dua golongan. Mereka yang mendengar dan melakukan apa yang mereka dengar, dan mereka yang mendengar tetapi tidak melakukannya. Sekarang Kristus berkhotbah kepada banyak orang dari berbagai latar belakang, tetapi kemudian Ia memisahkan mereka seorang dari yang lainnya, sebagaimana yang akan dilakukan-Nya pada hari yang agung itu, ketika semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya. Kristus masih berbicara dari sorga melalui firman dan Roh-Nya, melalui para hamba-Nya maupun pemeliharaan-Nya. Orang-orang yang mendengar perkataan-Nya dibagi dalam dua golongan.
- (1) Orang-orang yang mendengar perkataan-Nya dan melakukannya. Terpujilah Allah karena masih ada orang-orang seperti ini, walaupun tidak begitu banyak. Mendengar perkataan Kristus bukanlah berarti untuk sekadar mendengar semata, melainkan juga untuk menaati-Nya. Perhatikanlah, sangatlah penting bagi kita untuk melakukan apa yang kita dengar dari perkataan Kristus. Sungguh merupakan rahmat bila kita boleh mendengar perkataan-Nya. Berbahagialah telinga-telinga yang mendengar seperti ini (13:16-17). Namun, jika kita tidak melakukan apa yang kita dengar, maka sia-sialah kasih karunia Allah yang telah kita terima itu (2Kor. 6:1). Melakukan perkataan Kristus berarti sungguh-sungguh menjauhi dosa-dosa yang dilarang oleh-Nya, dan melakukan tugas yang diwajibkan-Nya. Pikiran dan perasaan kita, perkataan dan perbuatan kita, serta tabiat dan tujuan hidup kita haruslah sesuai dengan Injil Kristus. Itulah perbuatan yang diminta-Nya. Semua perkataan Kristus, bukan saja hukum yang telah ditetapkan-Nya, melainkan juga semua kebenaran yang diungkapkan-Nya, haruslah kita lakukan. Semua ini merupakan terang, bukan saja untuk mata kita, melainkan juga untuk kaki kita, dan dirancang bukan sekadar untuk memberitahukan hukum bagi kita, melainkan juga untuk mengubah hati dan kehidupan kita. Jika kita tidak melaksanakannya, kita sebenarnya tidak memercayainya. Perhatikanlah, belumlah cukup untuk sekadar mendengar perkataan Kristus dan memahami, mengingat, membicarakan, mengulang, dan memperdebatkannya. Kita harus mendengar dan melakukannya. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup. Hanya mereka yang mendengarkan Firman Allah dan memeliharanya sajalah yang disebut berbahagia (Luk. 11:28; Yoh. 13:17), dan disebut saudara Kristus (Mat. 12:50).
- (2) Orang-orang yang mendengar perkataan Kristus dan tidak melakukannya. Agama mereka bersandar semata-mata pada pendengaran saja. Seperti anak-anak yang menderita kelainan tulang, kepala mereka membesar, terisi dengan pikiran kosong dan gagasan yang belum dicerna, tetapi persendian mereka lemah sehingga merasa berat dan tidak bersemangat. Mereka tidak dapat dan tidak peduli untuk melakukan kewajiban baik apa pun. Mereka mendengar perkataan Allah, seakan-akan ingin mengenal segala jalan-Nya, bagaikan orang yang melakukan yang benar, tetapi tidak melakukannya (Yeh. 33:30-31; Yes. 58:2). Demikianlah mereka menipu diri sendiri, seperti Mikha yang menganggap dirinya bahagia karena ada orang Lewi yang menjadi imamnya, padahal ia tidak menjadikan Tuhan sebagai Allah-nya. Benih telah ditaburkan, tetapi tidak bertumbuh. Mereka mengamati wajah mereka di cermin firman Tuhan, tetapi melupakannya lagi (Yak. 1:22-24). Demikianlah mereka menipu jiwa mereka sendiri, sebab sudah pasti bahwa bila kita tidak menjadikan pendengaran itu sebagai sarana untuk menjadi taat, maka akan bertambah parahlah ketidaktaatan kita itu. Orang-orang yang hanya mendengar perkataan Kristus tetapi tidak melakukannya, diam di tengah perjalanan menuju sorga, dan ini tidak akan pernah membawa mereka ke akhir perjalanan mereka. Mereka hanya menjadi saudara tiri Kristus, dan karena itu, menurut hukum pun, orang-orang semacam ini tidak bisa menerima warisan.
- . Di sini, kedua macam pendengar ini digambarkan menurut tabiat mereka yang sesungguhnya, sedangkan permasalahan mereka diumpamakan seperti dua orang yang membangun rumah. Yang seorang bijaksana, ia mendirikan rumahnya di atas batu, dan rumahnya tetap berdiri meskipun angin badai menerpanya. Yang seorang lagi adalah orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir, dan rumahnya pun roboh.
- Sekarang:
- (1) Maksud umum perumpamaan ini adalah untuk mengajar kita bahwa satu-satunya cara untuk memastikan keselamatan jiwa kita dalam kekekalan adalah dengan mendengar dan melakukan perkataan Tuhan Yesus, yakni perkataan-Nya dalam Khotbah di Bukit yang sepenuhnya dapat dilakukan. Beberapa dari antaranya terasa keras bagi sifat kedagingan, namun tetap harus dilakukan. Dengan demikian kita telah mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi waktu yang akan datang (1Tim. 6:19). Beberapa orang menyebutnya sebuah jaminan yang baik, suatu perjanjian yang Allah buat yang menjamin keselamatan berdasarkan persyaratan Injil. Ini suatu jaminan yang baik yang bukan rancangan kita sendiri, bukan keselamatan didasarkan angan-angan kita sendiri. Dengan jaminan ini kita menjadi yakin akan bagian kita yang terbaik, seperti Maria, ketika kita mendengar perkataan Kristus, duduk dekat kaki Tuhan dengan patuh: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar.
- (2) Bagian-bagian perumpamaan ini memberi kita berbagai pelajaran yang baik.
- [1] Bahwa kita masing-masing mempunyai sebuah rumah untuk dibangun, dan rumah itu adalah pengharapan kita untuk ke sorga. Kita harus terutama dan selalu memperhatikan agar panggilan dan pilihan kita makin teguh, sehingga dengan demikian kita memastikan keselamatan kita. Kita harus memastikan untuk beroleh hak atas kebahagiaan sorgawi, dan kita harus punya bukti untuk itu. Kita harus meyakinkan diri bahwa ketika kita tidak dapat ditolong lagi, kita akan diterima di dalam kemah abadi. Banyak orang tidak pernah memedulikan hal ini. Mereka nyaris tidak memikirkannya. Mereka membangun rumah di dunia ini seolah-olah akan tinggal di sini selamanya, tetapi tidak mau membangun bagi dunia lain. Semua orang yang memeluk agama seharusnya bertanya-tanya, apa yang harus mereka perbuat supaya selamat, bagaimana mereka akhirnya bisa masuk sorga dan bagaimana mereka bisa punya pengharapan dengan dasar yang pasti mengenai hal itu sementara mereka masih di dunia ini.
- [2] Bahwa disediakan batu bagi kita untuk membangun rumah di atasnya, dan batu karang itu ialah Kristus. Dia diletakkan sebagai dasar, dan tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain (Yes. 28:16; 1Kor. 3:11). Dia adalah dasar pengharapan kita (1Tim. 1:1). Seperti itulah Kristus ada di dalam kita. Kita harus meletakkan dasar pengharapan kita tentang sorga sepenuhnya pada kebaikan Kristus, pada pengampunan dosa, kuasa Roh-Nya, pengudusan tabiat kita, dan perantaraan-Nya yang penuh kuasa, supaya dengan demikian semua apa yang telah ditebus-Nya untuk kita dapat kita terima. Di dalam diri-Nya, yang telah dinyatakan dan dijadikan demikian untuk kita melalui pemberitaan Injil, terdapat segala sesuatu yang cukup untuk menghapus semua dukacita kita dan memenuhi semua keperluan kita, sehingga dengan demikian Dia sanggup menyelamatkan dengan sempurna. Jemaat didirikan di atas batu karang ini, demikian pula setiap orang percaya. Kristus sama kuat dan teguhnya seperti batu karang. Kita dapat mempercayakan diri kita kepada-Nya, dan kita tidak akan dibuat malu dengan pengharapan kita ini.
- [3] Bahwa masih tersisa sekelompok kecil orang yang, dengan mendengar dan melakukan perkataan Kristus, membangun pengharapan mereka di atas batu karang ini. Dan inilah yang menjadi hikmat mereka. Kristus adalah satu-satunya jalan kita menuju Bapa, sedangkan ketaatan iman adalah satu-satunya jalan kita menuju Kristus. Sebab bagi semua yang taat kepada-Nya, dan hanya bagi mereka sajalah, Dia menjadi pokok keselamatan (Ibr. 5:9). Orang-orang yang membangun di atas Kristus, dan sungguh-sungguh menerima Dia sebagai Raja dan Juruselamat mereka, akan senantiasa berusaha menjalankan semua aturan ajaran-Nya yang kudus itu. Mereka sepenuhnya bergantung pada Dia untuk mendapatkan pertolongan dari Allah dan supaya diterima oleh-Nya, dan bagi mereka segala sesuatu dianggap rugi dan sampah, hanya supaya memperoleh Kristus dan berada bersama-Nya. Membangun di atas batu karang membutuhkan jerih payah. Mereka yang membuat panggilan dan pilihan mereka teguh, harus melakukannya dengan tekun. Orang-orang yang membangun dengan bijak adalah mereka yang mulai mendirikan sedemikian rupa hingga sanggup menyelesaikannya (Luk. 14:30); dengan demikian, mereka meletakkan suatu dasar yang kuat.
- [4] Bahwa ada banyak orang yang mengaku berharap pergi ke sorga, namun memandang rendah batu karang ini dan membangun pengharapan mereka di atas pasir. Mereka melakukannya tanpa bersusah payah, dan ini adalah kebodohan mereka. Segala sesuatu selain Kristus adalah pasir. Beberapa orang membangun pengharapan mereka di atas kekayaan duniawi mereka, seakan-akan ini adalah bukti anugerah Allah (Hos. 12:9). Ada pula yang membangunnya di atas dasar pengakuan agama secara lahiriah belaka, atas dasar hak-hak istimewa yang mereka nikmati, dan tindak-tanduk mereka dalam menjalankan agama itu serta nama baik yang mereka peroleh dengan itu. Mereka disebut orang Kristen, dibaptis, ke gereja, mendengarkan perkataan Kristus, berdoa, dan tidak menyakiti siapa pun. Jika mereka binasa, kiranya Allah menolong banyak orang seperti mereka! Ini adalah terang yang berasal dari api yang mereka nyalakan sendiri dan ke dalam api itulah mereka melangkah. Di atasnyalah mereka mempercayakan diri dengan penuh keyakinan, namun semua itu sekadar pasir yang terlampau lemah untuk menanggung beban berat seperti pengharapan tentang sorga.
- [5] Bahwa ada angin badai, yang akan datang untuk menguji apa yang menjadi dasar pengharapan kita; pekerjaan masing-masing orang akan diuji (1Kor. 3:13); ia akan membuka dasarnya (Hab. 3:13). Hujan, banjir, lalu angin akan melanda rumah itu. Adakalanya ujian melanda kita di dunia ini. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, akan terlihat siapa yang hanya mendengar perkataan itu dan siapa yang mendengar serta melakukannya. Maka bila kita telah hidup dalam pengharapan kita, hal ini akan diuji apakah memang benar dan memiliki dasar yang kuat atau tidak. Bagaimanapun, saat maut dan penghukuman tiba, badai itu pun menerjang. Tidak diragukan lagi, badai ini pasti akan datang, tidak peduli seberapa teduhnya keadaan kita sekarang ini. Ketika itu, segala sesuatu kecuali pengharapan ini tidak akan mampu menolong kita, dan setelah itu, pengharapan itu akan diubahkan menjadi buah yang kekal.
- [6] Bahwa semua pengharapan yang didirikan di atas Kristus, Sang Batu Karang itu, akan tetap tegak dan melindungi orang yang mendirikannya saat badai datang. Pengharapan itu akan menjadi tempat perlindungannya, saat ia ditinggalkan dan merasa sangat gelisah. Pengakuan imannya tidak akan memudar dan penghiburan yang diterimanya tidak akan mengecewakan. Pengharapannya akan menjadi kekuatan dan nyanyiannya, seperti sauh yang kuat dan aman bagi jiwa. Saat akhir hidupnya tiba, pengharapan-pengharapan itu akan mengangkat ketakutan terhadap maut dan kubur; ia membawanya melintasi lembah kelam dengan penuh sukacita. Ia akan diterima oleh Sang Hakim, lulus dalam ujian pada hari yang agung itu, dan dimahkotai dengan kemuliaan abadi (2Kor. 1:12; 2Tim. 4:7-8). Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
- [7] Bahwa pengharapan yang dibangun orang bodoh di atas dasar selain Kristus pasti akan roboh diterjang badai. Pengharapan itu tidak akan memberi mereka penghiburan dan kepuasan sejati di tengah kesukaran, saat maut menjelang, dan pada hari penghukuman itu. Pengharapan semu itu tidak akan memagarinya dari godaan kemurtadan selama masa aniaya. Apakah harapan orang durhaka, kalau Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya? (Ayb. 27:8). Keadaannya seperti sarang laba-laba, dan seperti menghembuskan nafas. Ia akan bersandar pada rumahnya, tetapi rumahnya itu tidak tetap tegak (Ayb. 8:14-15). Rumah itu akan roboh dilanda badai pada saat orang yang membangunnya sangat membutuhkannya dan berharap bisa berteduh di dalamnya. Rumah itu roboh ketika sudah terlambat untuk membangun rumah lagi. Pengharapan orang fasik gagal pada kematiannya. Kemudian, ketika ia menyangka bahwa pengharapan itu akan membuahkan hasil, rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya. Hal ini sangatlah mengecewakan orang itu. Rasa malu dan kerugiannya sangatlah besar. Semakin tinggi manusia meletakkan harapannya, semakin dalam pulalah kejatuhannya. Ini adalah kehancuran yang paling menyakitkan bagi mereka semua yang hanya mengaku dengan bibir semata; lihatlah kehancuran Kapernaum.
- III. Dalam kedua ayat terakhir, disebutkan kesan apa yang ditimbulkan khotbah Kristus ke atas para pendengar-Nya. Ini adalah khotbah yang sangat luar biasa, dan ada kemungkinan Ia menyampaikan lebih banyak daripada yang dicatat di sini. Tidak perlu diragukan lagi, perkataan yang keluar dari bibir-Nya yang diurapi dengan anugerah itu sangat berpengaruh. Lihatlah:
- . Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya. Memang dikhawatirkan bahwa hanya ada sedikit saja dari antara mereka yang kemudian mengikuti Kristus. Namun, sementara ini mereka dipenuhi dengan rasa takjub. Perhatikanlah, orang bisa saja mengagumi khotbah yang bagus, namun tetap acuh tak acuh dan tidak percaya; merasa takjub, namun tidak dikuduskan.
- . Alasannya adalah karena Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Para ahli Taurat sangat suka tampil berkuasa seperti guru-guru mereka, dan mereka didukung hal-hal lahiriah yang bisa mereka dapatkan, tetapi isi khotbah mereka biasa-biasa saja, datar, dan kering. Mereka berbicara sebagai orang yang belum menguasai apa yang mereka khotbahkan. Perkataan yang keluar dari diri mereka tidak disampaikan dengan hidup atau kuat. Mereka menyampaikannya seperti anak sekolah yang menghafal pelajarannya. Namun, Kristus menyampaikan khotbah-Nya seperti seorang hakim yang menjatuhkan dakwaannya. Dia memang benar-benar melakukan dominari in conscionibus -- menyampaikan khotbah-Nya dengan penuh kuasa. Pelajaran yang diberikan-Nya adalah hukum, dan perkataan-Nya merupakan perintah. Di atas bukit itu, Kristus menunjukkan lebih banyak kuasa daripada yang dimiliki para ahli Taurat yang duduk di kursi Musa. Jadi, bila Kristus mengajar melalui Roh-Nya di dalam jiwa, Ia mengajar dengan penuh kuasa. Ia berkata, jadilah terang, lalu datanglah terang itu jadi.
SH: Mat 7:15-23 - Menyikapi pengajar sesat (Minggu, 17 Januari 2010) Menyikapi pengajar sesat
Apa ciri yang perlu kita ketahui dari pengajar-pengajar sesat? Dari
buahnya kita mengenal mereka (ayat 16, 20). Pengaja...
Menyikapi pengajar sesat
Apa ciri yang perlu kita ketahui dari pengajar-pengajar sesat? Dari buahnya kita mengenal mereka (ayat 16, 20). Pengajar sesat dapat dikenali tentu dari ajarannya yang bertentangan dengan firman Tuhan. Memang tidak mudah untuk mengenali ajaran yang salah kalau kita sendiri tidak mengenal ajaran yang benar dari firman Tuhan. Banyak ajaran sesat yang terlihat baik, menarik, dan relevan. Maka dari itu, selain bisa membedakan ajaran salah dari ajaran benar, kita perlu mengenal ciri-ciri pengajar sesat.
Yesus memperingatkan para murid bahwa tidak semua orang yang menyebut Tuhan otomatis anak Tuhan. Bahkan mereka yang melakukan banyak hal, termasuk hal yang spektakuler atas nama Tuhan tidak dengan sendirinya anak Tuhan. Hanya mereka yang melakukan kehendak Tuhan, itulah anak Tuhan (ayat 21). Dari buahnya kamu mengenal mereka! Pertama, pengajar sesat mengajar bukan untuk kepentingan Tuhan, apalagi umat Tuhan. Mereka mengajar untuk kepentingan mereka sendiri, orientasi mereka uang, nama, dst. Kedua, pengajar sesat berani memutarbalikkan firman dan memanipulasi jemaat untuk kepentingan diri sendiri. Contoh, berapa banyak orang Kristen yang ditipu untuk menyerahkan harta mereka dengan iming-iming berkat rohani melimpah, padahal harta mereka memperkaya si pengajar sesat. Ketiga, pengajar sesat sendiri, mungkin di penampilan luar terlihat saleh dan rohani, tetapi mereka sebenarnya hamba nafsu duniawi.
Apa kiat menghindari ditipu pengajar sesat? Kenali ajaran yang benar dengan belajar firman Tuhan baik-baik. Belajar cara dan gaya hidup Tuhan Yesus, sebagai model pengajar yang benar sehingga kita bisa membedakan sikap yang tulus hamba Tuhan dari sikap munafik atau dibuat-buat pengajar sesat. Selalu ada dalam persekutuan dengan saudara-saudara seiman yang komit untuk melakukan firman Tuhan, sehingga pengajar sesat tidak mudah menipu kita dengan ajaran-ajarannya yang salah namun memikat.
SH: Mat 7:15-29 - Tanda-Tanda Kebijaksanaan dan Kuasa (Kamis, 19 Januari 2017) Tanda-Tanda Kebijaksanaan dan Kuasa
Tuhan Yesus mengajar agar para pengikut-Nya agar melakukan apa yang telah diajarkan-Nya dan bukan sekadar mendeng...
Tanda-Tanda Kebijaksanaan dan Kuasa
Tuhan Yesus mengajar agar para pengikut-Nya agar melakukan apa yang telah diajarkan-Nya dan bukan sekadar mendengarkan. Pengenalan akan Tuhan tidak hanya berdasarkan pengakuan, tetapi juga tindakan konkret. Kebijaksanaan dan kuasa adalah penandanya.
Media memunculkan banyak pembicara yang memikat hati para penggemarnya. Pencitraan media membantu proses penyebaran pelbagai pesan mereka tanpa ada batasan. Pesona yang disajikan membuai sehingga orang tidak lagi kritis menganalisis informasi. Kehebohan terjadi saat tersebar berita lain bahwa fakta hidupnya bertolak-belakang dengan pencitraan yang dibangun oleh media.
Tuhan Yesus mengingatkan bahaya para nabi palsu yang tidak melakukan kehendak maupun mengenal Allah (15, 21, 23). Buah hidup dinyatakan dalam perbuatan dan tindakan, bukan sekadar retorika ucapan dan pernyataan sepihak. Hidup yang mengenal Allah adalah hidup yang membuahkan kebijakan dan kuasa. Hal itu berlawanan dengan kebodohan yang hanya menghasilkan kehancuran.
Pada umumnya banyak orang hanya mengenal buah tanpa mengetahui bagaimana proses buah itu menjadi matang dan tersaji dengan baik. Hal yang sama terjadi dalam kehidupan rohani. Buah dari mendengar dan mengenal Tuhan adalah melakukan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan sangat berlawanan dengan pola hidup mewah dan populer. Hujan, angin, dan badai adalah gambaran dari ujian yang datang dalam kehidupan untuk membuktikan apakah rumah kehidupan yang dibangun dapat kuat bertahan dalam pelbagai rintangan.
Lebih dari sekadar mendengarkan firman Tuhan, pengajaran Tuhan Yesus bertujuan agar kita mengenal dan melakukan kehendak-Nya dengan hikmat Allah. Meskipun para nabi dan guru palsu menebar pesona dengan kata-kata dan aksi, semuanya itu untuk kepentingan sendiri. Sebaliknya, pengenalan akan Yesus senantiasa membawa kita kritis memeriksa motivasi diri, apakah kehendak Tuhan yang terjadi atau keinginan diri. [YTP]
SH: Mat 7:12-29 - Hidup Kristiani dan kewajibannya. (Jumat, 9 Januari 1998) Hidup Kristiani dan kewajibannya.
Kristus merumuskan kembali semua sikap kewajiban dan kehidupan Kristiani. Dari cara-cara merumuskan yang negatif, d...
Hidup Kristiani dan kewajibannya.
Kristus merumuskan kembali semua sikap kewajiban dan kehidupan Kristiani. Dari cara-cara merumuskan yang negatif, diubah menjadi positif. Sikap yang Tuhan tuntut pun diubah dari pasif, masa bodoh menjadi aktif dinamis. Bukan saja Kristen tidak boleh merugikan orang lain, tetapi harus mengasihi sebagaimana ia ingin orang lain berbuat itu pada dirinya. Tekanannya adalah memberikan diri pada sesama bukan menuntut.
Hidup Kristen berat. Tuhan memperhadapkan para pengikut-Nya kepada fakta hidup Kristen yang berat. Harus: memilih jalan hidup yang sempit, bukan yang lebar populer dan kebanyakan orang inginkan; membangun di atas batu karang kokoh ketaatan, bukan di atas sikap kerohanian yang santai; berjaga-jaga bukan saja terhadap para pengajar sesat yang siap berbulu domba bersifat serigala, tetapi terhadap sifat sesat hati sendiri yang hanya beribadah sejauh bibir.
Sikap gereja. Gereja masa kini cenderung mementingkan jumlah daripada mutu. Dan, tidak segan mengorbankan prinsip firman, melacurkan diri dengan prinsip dan cara duniawi.
Renungkan: Khotbah di Bukit memaparkan sikap Kepala Gereja yang mengorbankan hidup-Nya demi beroleh Gereja yang berkualitas.
Doa: Lepaskan kami dari segala jerat kedangkalan rohani.
SH: Mat 7:12-29 - Pilihan yang bukan pilihan (Jumat, 19 Januari 2001) Pilihan yang bukan pilihan
Khotbah di Bukit diakhiri
dengan 4 peringatan yang masing-masing terdiri
dari 2 pilihan yang sangat kontras yaitu 2 jala...
Pilihan yang bukan pilihan
Khotbah di Bukit diakhiri dengan 4 peringatan yang masing-masing terdiri dari 2 pilihan yang sangat kontras yaitu 2 jalan, 2 pohon, 2 klaim, dan 2 pembangun. Peringatan itu merupakan panggilan untuk berkomitmen kepada ajaran-Nya sebab pengikut Kristus bukanlah mereka yang hanya takjub kepada ajaran-Nya (ayat 28-29). Pilihan apa yang kita miliki?
Ada 2 jalan yang tersedia bagi manusia. Jalan bagi
pengikut Kristus adalah sempit: terbatas dan tidak
bebas, karena merupakan jalan yang penuh dengan
tantangan dan penderitaan. Jalan yang tidak
populer karena mengikat kebebasan Kristen untuk
menuruti kehendaknya. Namun jalan itu bukan akhir
dari segalanya sebab di ujungnya tersedia pahala.
Buah adalah lambang dari karya transformasi Allah
di dalam kehidupan orang percaya (Yes. 5:1-7;
Tidak hanya nabi palsu, pengikut Kristus yang palsu pun ada. Faktor yang menentukan palsu atau tidaknya pengikut Kristus adalah ketaatannya kepada kehendak Bapa di surga dan bukan mukjizat yang dilakukan. Mengapa? Mukjizat dapat dikerjakan oleh iblis sedangkan ketaatan kepada Allah hanya Yesuslah yang dapat melakukannya. Inilah yang seharusnya diteladani oleh para pengikut-Nya.
Mana yang akan Anda pilih dalam menjalani kehidupan
di dunia ini? Jalan sempit atau lebar? Berbuah
baik atau tidak? Melakukan kehendak Bapa atau
tidak? Namun sesungguhnya ini bukan pilihan sebab
selain masing-masing mempunyai konsekuensi dalam
kekekalan, melakukan apa yang Kristus ajarkan
adalah satu-satunya batu karang yang teguh dan
merupakan satu-satunya cara membangun fondasi yang
akan menopang dan memampukan kita untuk tetap
bertahan hingga akhir zaman (Yes. 28:16-17;
Renungkan: Karena itu marilah kita menyatakan seluruh Khotbah di Bukit dalam kehidupan praktis sehari- hari.
SH: Mat 7:13-23 - Hanya dua kemungkinan (Sabtu, 15 Januari 2005) Hanya dua kemungkinan
Ucapan Tuhan Yesus ini sangat mengejutkan, terutama untuk
kebanyakan pendengar-Nya yaitu orang Yahudi. Ada semacam
an...
Hanya dua kemungkinan
Ucapan Tuhan Yesus ini sangat mengejutkan, terutama untuk kebanyakan pendengar-Nya yaitu orang Yahudi. Ada semacam anggapan dasar pada mereka bahwa karena mereka keturunan Abraham, mereka pasti umat Allah, milik Allah (band. 3:9-10). Untuk sebagian kita pun mengejutkan, tetapi karena alasan yang berbeda. Karena pengaruh pola pikir modern dan pluralitas agama-agama Timur, ada anggapan bahwa banyak jalan menuju ke Tuhan. Kepercayaan dan kehidupan yang seperti apa pun, akhirnya akan membawa orang ke surga. Tuhan Yesus menentang keras anggapan sesat itu.
Hidup diumpamakan-Nya seperti memasuki gerbang (ayat 13), menjalani jalan (ayat 14), mengeluarkan buah (ayat 17), dan mengalaskan bangunan (ayat 24-27). Hanya ada dua kemungkinan perjalanan dan akhir hidup manusia dalam evaluasi ilahi. Pintu, jalan, buah, dasar yang bagaimana yang kita putuskan untuk menjadi sifat hidup kita kini, akan menentukan nasib kekal kita. Sayangnya yang banyak diminati orang adalah jalan lebar menuju kebinasaan (ayat 13). Orang lebih suka disesatkan dan menyesatkan daripada tunduk kepada kebenaran Allah. Jalan menuju ke kebinasaan memang mudah sebab tinggal mengikuti saja arus dunia yang didorong oleh dosa.
Aktif dalam kegiatan rohani, melakukan banyak pelayanan termasuk membuat mukjizat, fasih melantunkan kalimat-kalimat teologis dan pujian kepada Tuhan bukan jaminan seseorang sungguh di pihak Tuhan. Tanda satu-satunya yang menjamin bahwa kita terhisab ke dalam Kerajaan Surga adalah kita tidak dievaluasi Tuhan sebagai "pembuat kejahatan" (ayat 23). Dengan kata lain, bila hidup kita menunjukkan adanya perjuangan konsisten untuk hidup kudus dengan pertolongan anugerah-Nya, barulah kita memiliki jaminan sah keselamatan kita.
Renungkan: Keselamatan bukan hasil usaha tetapi akibat kita sungguh mengizinkan anugerah-Nya membebaskan kita dari pola hidup berdosa.
SH: Mat 7:13-29 - Standar penilaian kerajaan sorga (Kamis, 17 Januari 2013) Standar penilaian kerajaan sorga
Bagian akhir khotbah di bukit ini menarik karena kita diperhadapkan dengan kesejajaran yang berkesinambungan mulai d...
Standar penilaian kerajaan sorga
Bagian akhir khotbah di bukit ini menarik karena kita diperhadapkan dengan kesejajaran yang berkesinambungan mulai dari dua jalan (luas dan sempit), pintu (lebar dan sesak), tujuan (kehidupan dan kebinasaan), pohon dan buah (yang baik dan tidak baik), orang (bijaksana dan bodoh), dasar bangunan (batu dan pasir), rumah (yang tidak rubuh dan yang hebat kerusakannya).
Kesejajaran yang sinambung ini merupakan klimaks yang menegaskan pelajaran-pelajaran sebelumnya. Berbagai kesejajaran ini merupakan suatu tantangan dari Yesus kepada para murid-Nya dan juga orang banyak yang mendengarkan pengajaran-Nya untuk serius merespons dengan benar.
Di ayat 12, Yesus sudah mendorong inisiatif orang Kristen untuk melakukan yang terbaik bagi sesama. Yesus sendiri meninggalkan teladan bahwa Dia telah melakukan segala sesuatu sebagai pemenuhan hukum Taurat dan para nabi (5:17). Sehingga ketika Ia menyatakan tentang pintu dan jalan maka Ia mengundang kita untuk percaya dan masuk lewat pintu itu dan mengikuti jalan-Nya itu dengan meneladani-Nya (13-14). Hal ini kontras dengan para nabi palsu (15-20), mereka yang berseru-seru, "Tuhan, Tuhan" (21) bahkan yang mengaku telah melakukan berbagai perbuatan ajaib (22-23). Perbuatan (buah-buah) mereka membuktikan kepalsuan iman mereka. Mereka sesungguhnya tidak mengenal Tuhan.
Yesus menghadapkan para murid, orang banyak, dan juga kita pada pilihan, menjadi orang bijak atau bodoh. Anugerah harus direspons dengan benar untuk menghasilkan kehidupan yang berkelimpahan. Yaitu, melakukan firman Tuhan dan menolak bujuk rayu dunia, hawa nafsu, dan para penyesat.
Khotbah di bukit bukan hanya sekadar pengajaran tentang standar moral orang Kristen dalam menjalankan kehidupan kristianinya di dunia ini. Khotbah di bukit adalah cara hidup kristiani dalam rangka menegakkan kerajaan surga, yaitu hidup yang tunduk mutlak pada kedaulatan Allah. Caranya ialah membangun karakter dan perbuatan kristiani yang meneladani Kristus.
SH: Mat 7:13-29 - Buktikan Bila Kau Percaya (Senin, 11 Januari 2021) Buktikan Bila Kau Percaya
Ada ungkapan yang mengatakan "Jika benar-benar cinta, tunjukkanlah melalui tindakan, jangan sebatas perkataan saja." Kalima...
Buktikan Bila Kau Percaya
Ada ungkapan yang mengatakan "Jika benar-benar cinta, tunjukkanlah melalui tindakan, jangan sebatas perkataan saja." Kalimat seperti itu mungkin sering kita dengar ketika mencoba membangun relasi dengan orang yang kita sukai. Pesan yang sama juga berlaku dalam relasi manusia dengan Tuhan.
Jalan yang ada di dunia ini diibaratkan hanya terbagi atas dua jalan. Jalan yang satu lebar, tetapi berujung pada kematian kekal. Jalan yang lain sempit, tetapi berujung pada kehidupan kekal (13, 14). Dari kedua jalan ini kita melihat ada dua tipe manusia yang terlihat sama, tetapi berbeda. Perbedaannya ada pada pangkal dan buahnya.
Pertama, tipe manusia yang melalui jalan lebar. Manusia ini seolah-olah mendengarkan firman Tuhan, beribadah, mengajarkan firman, dan bahkan mungkin melakukan tanda-tanda ajaib. Namun demikian, manusia ini tidak sungguh-sungguh melakukan firman Tuhan (15, 21, 22, 26).
Kedua, manusia yang melewati jalan sempit. Manusia ini mendengarkan firman Tuhan, lalu menghidupi firman tersebut dalam kehidupan pribadi. Ia melakukan kehendak Allah. Ia mempermuliakan Allah Bapa di dalam Anak-Nya (21; bdk. Yoh. 13:31; 14:13). Manusia ini tidak akan mudah terombang-ambing atau terbawa arus zaman. Manusia tipe ini kokoh dan teguh dalam iman seperti bangunan yang memiliki pondasi yang kuat. Manusia tipe kedua ini berjalan di dalam Tuhan Yesus dan menuju kepada-Nya, sebab Yesus adalah jalan dan kebenaran dan hidup (lih. Yoh. 14:6).
Sesungguhnya, setiap orang bisa menjadi pengajar firman Tuhan yang benar-benar melakukan firman-Nya. Setiap orang bisa berdoa, beribadah, dan menghayati firman-Nya dengan sungguh-sungguh. Setiap orang bisa memperoleh mukjizat dari Tuhan Yesus yang ia permuliakan.
Iman kita pada Yesus Kristus harus ditunjukkan melalui hidup yang berbuahkan kebenaran. Kita tidak cukup mendengarkan firman Tuhan saja, tetapi harus melakukan dan menghidupi firman-Nya secara total. Marilah kita hidup beriman dengan memuliakan Allah Bapa di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus. [IVT]
Topik Teologia -> Mat 7:22
Topik Teologia: Mat 7:22 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerint...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Pengusiran Iblis
- Pengenyahan Iblis
- Para Pengikut Yesus Mengusir Iblis
- Mereka Mengusir Iblis di Dalam Nama Yesus 282
- Eskatologi
- Neraka
- Penghuni Neraka
TFTWMS -> Mat 7:21-23; Mat 7:13-27
TFTWMS: Mat 7:21-23 - Dua Jenis Murid Dua Jenis Murid (Matius 7:21-23)
21 "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia ...
Dua Jenis Murid (Matius 7:21-23)
21 "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Ayat 21. Yesus melanjutkan dengan membedakan dua jenis pengikut: mereka yang taat dan mereka yang tidak taat. Kata-kata-Nya sepertinya melanjutkan tema nabi-nabi palsu, yang menipu diri sendiri. Mereka itu bukan hanya menipu orang-orang yang mereka ajar, tetapi mereka juga, pada akhirnya, menipu diri mereka sendiri.
Yesus mengakui bahwa nabi-nabi palsu kadang-kadang bahkan mengatakan kebenaran. Seruan mereka kepada Yesus sebagai "Tuhan, Tuhan" menunjukkan pengakuan mereka atas otoritas dan keilahian-Nya. Pengakuan mereka menandakan pengakuan gereja mula-mula bahwa "Yesus adalah Tuhan" (Rom. 10:9; 1 Kor. 12:3; Flp. 2:11). Dalam Lukas 6:46, Yesus bertanya, "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?" Pengakuan "Tuhan, Tuhan" dengan sendirinya tidak cukup. Meskipun para pembuat mujizat yang menipu diri sendiri mungkin berseru kepada Yesus dengan kata-kata ini, namun mereka tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Yesus berkata bahwa yang boleh masuk hanya mereka yang melakukan kehendak Allah. Mereka yang ingin diselamatkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu: Mereka punya tanggung jawab untuk mengetahui kehendak Allah dan menaatinya. Yesus berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh. 14:15). Yohanes kemudian menulis, "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya …"(1 Yoh. 5:3).
Ayat 22. Dalam adegan yang Yesus gambarkan, nabi-nabi palsu itu (murid-murid yang tidak taat) sedang memberikan jawaban kepada Yesus pada hari itu,35hari penghakiman.36Kemampuan nabi-nabi palsu itu untuk bernubuat, mengusir setan, dan mengadakan banyak mujizat tidak diiyakan atau disangkal oleh Yesus. Namun begitu, perkataan "Bukankah kami" mengantisipasi jawaban positif. Setidaknya mereka berpikir bahwa mereka telah melakukannya. Ada kemungkinan bahwa mereka benar-benar mengadakan mujizat-mujizat ini, menyeru nama Yesus. Dalam Markus 9:38, 39, rasul Yohanes mengeluh kepada Yesus tentang orang yang sedang mengusir setan demi nama-Nya tapi yang bukan seorang murid dari kelompok mereka. Dalam Kisah 3:6 dan 9:34, para rasul menyebut nama Yesus atas orang-orang yang berhasil mereka sembuhkan. Pada satu kesempatan, beberapa tukang jampi Yahudi menyebut nama Yesus demi keuntungan mereka sendiri, tetapi rencana mereka menjadi bumerang. Orang yang kerasukan roh jahat itu menyerang mereka, meninggalkan mereka telanjang dan terluka (Kis. 19:13-16).
Ayat 23. Disini kita melihat keputusan Yesus ketika Ia menghakimi orang yang tidak taat. Kata berterus terang dalam konteks ini menunjukkan keputusan hukum.
Meski orang-orang ini menganggap diri mereka pengikut Yesus dan percaya bahwa mereka telah mengadakan banyak mujizat hebat, namun mereka bukan pengikut sejati milik-Nya.
Yesus berkata dengan jelas kepada mereka, "Aku tidak pernah mengenal kamu!" Sentimen yang sama dinyatakan dalam perumpamaan-Nya tentang lima gadis yang bodoh (25:12; lihat Luk. 13:25). Apakah yang Yesus maksudkan dengan ungkapan ini? Pernyataan "Aku tidak pernah mengenal kamu" adalah rumusan penolakan (lihat 26:7, 72, 74). Paulus menyatakan, "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya." Ia kemudian berkata, "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan" (2 Tim. 2:19).
Perkataan "Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" mencerminkan Mazmur 6:9. Kata-kata dari mazmur itu adalah perkataan tentang penderita yang benar yang diucapkan kepada kepada para penganiayanya ketimbang perkataan dari seorang hakim yang diucapkan kepada pelaku kejahatan, seperti dalam konteks sekarang ini. "Enyahlah dari padaku" menunjukkan bahwa hukuman yang sedang dialami oleh orang yang tidak taat adalah diusir dari hadirat Tuhan (2 Tes. 1:9, 10; Why. 21:7, 8; 22:14, 15). Meskipun mereka mengaku sebagai pengikut Kristus, hamba-hamba palsu ini tetap saja "membuat kejahatan." Dalam bahasa Yunani, kata untuk "membuat" adalah present participle, yang menunjukkan perbuatan yang berkelanjutan. Meskipun mereka mengaku sudah melakukan berbagai perbuatan baik, namun mereka sedang menjalani kehidupan yang tidak taat.
TFTWMS: Mat 7:13-27 - Nasihat Terakhir NASIHAT TERAKHIR (Matius 7:13-27)
Pada akhir khotbah ini, Yesus menasihati para murid itu untuk mematuhi ajaran-Nya. Ia memaparkan di hadapan mereka ...
NASIHAT TERAKHIR (Matius 7:13-27)
Pada akhir khotbah ini, Yesus menasihati para murid itu untuk mematuhi ajaran-Nya. Ia memaparkan di hadapan mereka serangkaian perbedaan yang dari mana mereka akan diwajibkan untuk memilih: dua jalan yang berbeda (7:13, 14), dua jenis pohon (7:15-20), dua jenis pengikut (7:21-23 ), dan dua jenis tukang bangunan (7:24-27). R. T. France menulis, "Masing-masing menyajikan perbedaan antara yang asli dan yang palsu, dan keaslian ini ditemukan bukan dalam profesi murid itu melainkan dalam kinerjanya."26Penekanannya terletak pada membuat respon yang benar. Kata kerja Yunani poie÷w (poieō), yang biasanya diterjemahkan "membuat" atau "melakukan," muncul sembilan kali dalam bagian ini mengenai ketaatan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) "TUHAN, TUHAN" (Matius 7:21-23)
Pada hari penghakiman nanti betapa akan tragis jadinya bagi beberapa orang untuk mengetahui bahwa mereka ti...
"TUHAN, TUHAN" (Matius 7:21-23)
Pada hari penghakiman nanti betapa akan tragis jadinya bagi beberapa orang untuk mengetahui bahwa mereka tidak melakukan kehendak Bapa! Dapatkah orang mengetahui dengan pasti apakah ia sedang menjalani kehidupan Kristen yang setia?
Paulus menulis, "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji" (2 Kor. 13:5). Petrus membuat jelas hal itu bahwa "panggilan" kita dapat dibuat "pasti" dengan menambahkan pelbagai kasih karunia Kristen kepada hidup kita (2 Pet. 1:5-11).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Khotbah Di Bukit 7:1-29
HIDUP SECARA BEDA
Pada bagian akhir khotbah Yesus di Bukit, Ia membahas tema kemunafikan, doa, peraturan yang benar...
Matius: Khotbah Di Bukit 7:1-29
HIDUP SECARA BEDA
Pada bagian akhir khotbah Yesus di Bukit, Ia membahas tema kemunafikan, doa, peraturan yang benar tentang hidup saleh, dan ketaatan yang rajin kepada kebenaran. Ia memperingatkan untuk jangan munafik dalam menghakimi orang lain (7:1-6). Yesus menasihati para pendengar-Nya untuk bertekun dalam doa, berusaha memperoleh pemberian yang baik yang ditawarkan oleh Allah (7:7-11). Ia memberikan prinsip perlakuan timbal balik yang akhirnya dikenal sebagai Hukum Emas (7:12). Sebagai dorongan penutup bagi khotbah itu, Ia menyajikan serangkaian perbedaan yang menantang para pendengar-Nya untuk melakukan pilihan (7:13-27). Setelah Ia menyimpulkan ajaran-Nya, orang banyak itu takjub (7:28, 29).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 76.
2 Mishnah Sotah 1.7; lihat Talmud Shabbath ...
Catatan Akhir:
- 1 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 76.
- 2 Mishnah Sotah 1.7; lihat Talmud Shabbath 127b.
- 3 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 50.
- 4 Talmud Rosh ha-Shanah 16b.
- 5 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids. Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 146; see Leviticus Rabbah 29.3.
- 6 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 241.
- 7 Lihat Talmud Arakhin 16b; Baba Bathra 15b.
- 8 Talmud Baba Metzia 59b.
- 9 1 Maccabees 1:16, 41, 42, 47; 2 Maccabees 6:18-7:42.
- 10 Dalam Talmud, pidato penting juga dilambangkan dengan "mutiara." (Kiddushin 39b.)
- 11 Dalam Talmud "mengetuk" juga digunakan secara kiasan untuk "doa," yang mengatakan bahwa Mordekhai "mengetuk pintu-pintu gerbang rahmat dan mereka dibuka untuk dia" (Megillah 12b).
- 12 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 144; Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 66.
- 13 Edwin Firmage, "Zoology," in The Anchor Bible Dictionary, ed. David Noel Freedman (New York: Doubleday, 1992), 6:1147.
- 14 Hill, 149.
- 15 Confucius Analects 15.23.
- 16 Isocrates Nicocles (The Cyprians) 61.
- 17 Diogenes Laertius Lives of Eminent Philosophers 5.21.
- 18 Talmud Shabbath 31a.
- 19 Tobit 4:15 (NRSV).
- 20 Sirach 31:15 (NRSV).
- 21 Surat Aristeas 207.
- 22 Dalam Lukas 6:31 Hukum Emas yang diberikan oleh Yesus muncul dalam konteks mengasihi musuh dan tidak membalas dendam terhadap mereka (lihat Luk. 6:27-36).
- 23 Mounce, 66.
- 24 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 113.
- 25 Talmud Shabbath 31a.
- 26 France, 146.
- 27 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 127.
- 28 France, 146.
- 29 Dalam literatur rabi, terdapat juga gambaran tentang dua jalan. Dua jaln ini mengarah ke Firdaus atau Gehena. (Talmud Berakoth 28b.)
- 30 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 178.
- 31 Lihat Josephus Antiquities 20.5.1, 2; Wars 2.13.5.
- 32 Lihat Didache 11-13; 16.3; Ignatius Philadelphians 2.1, 2.
- 33 Hill, 151.
- 34 Untuk acuan kepada buah yang baik, lihat Yoh. 15:8; Gal. 5:22-24; Efe. 5:9-12; Kol. 1:10; Yak. 3:17, 18.
- 35 Untuk acuan kepada "hari itu," lihat Mat. 24:36; Luk. 10:12; 17:31; 21:34; 2 Tes. 1:10; 2 Tim. 1:12, 18; 4:8.
- 36 Untuk gambaran tentang hari penghakiman, lihat Mat. 24:36-51; 25:31-46; Kisah 17:30, 31; 2 Kor. 5:10; Why. 20:11-15.
- 37 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 182, n. 87.
- 38 Mounce, 70.
- 39 Wilkins, 53-54; lihat Gordon Franz, "The Parable of the Two Builders," Archaeology in the Biblical World 3 (June 1995): 6-11.
- 40 A. T. Robertson, Word Pictures in the New Testament, vol. 1, The Gospel According to Matthew-The Gospel According to Mark (Nashville: Broadman Press, 1930), 63.
- 41 Mounce, 64.
- 42 Herbert Hoover, berbicara kepada World's Conference of the Young Men's Christian Association (YMCA), Cleveland, Ohio, 8 August 1931.
- 43 Penulis asli ilustrasi ini tidak diketahui.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MEMBUAT PILIHAN (7:13-27)
Kita dihadapkan dengan banyak pilihan setiap hari. Kadang-kadang kita memilih antara yang baik dan lebih baik. Kali lain ki...
MEMBUAT PILIHAN (7:13-27)
Kita dihadapkan dengan banyak pilihan setiap hari. Kadang-kadang kita memilih antara yang baik dan lebih baik. Kali lain kita mungkin memilih yang terbaik dari dua pilihan yang tidak baik. Dalam teks sekarang ini, pilihannya secara jelas adalah antara yang baik dan yang jahat. Kita harus memilih antara yang berikut ini:
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi