Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ref. Silang FULL -> Mat 9:24
Ref. Silang FULL: Mat 9:24 - tidak mati // tetapi tidur · tidak mati: Kis 20:10
· tetapi tidur: Dan 12:2; Mazm 76:6; Yoh 11:11-14; Kis 7:60; 13:36; 1Kor 11:30; 15:6,18,20; 1Tes 4:13-16
· tidak mati: Kis 20:10
· tetapi tidur: Dan 12:2; Mazm 76:6; Yoh 11:11-14; Kis 7:60; 13:36; 1Kor 11:30; 15:6,18,20; 1Tes 4:13-16
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 9:18-26
Matthew Henry: Mat 9:18-26 - Anak Perempuan Kepala Rumah Ibadat Dihidupkan Kembali Anak Perempuan Kepala Rumah Ibadat Dihidupkan Kembali (9:18-26)
Dalam ayat-ayat ini ada dua kisah yang ditempatkan bersama-sama; yang pertama kisah...
Anak Perempuan Kepala Rumah Ibadat Dihidupkan Kembali (9:18-26)
- Dalam ayat-ayat ini ada dua kisah yang ditempatkan bersama-sama; yang pertama kisah tentang anak perempuan Yairus yang dihidupkan kembali dan yang kedua kisah tentang penyembuhan seorang wanita yang menderita pendarahan, yang terjadi sewaktu Kristus sedang dalam perjalanan menuju rumah Yairus, dan yang diselipkan di tengah-tengah kisah pertama. Penyelipan cerita seperti ini terjadi karena mujizat-mujizat Kristus bertebaran di mana-mana dan saling jalin-menjalin; begitulah, pekerjaan Dia yang mengutus Kristus sudah menjadi pekerjaan Kristus sehari-hari. Ia dipanggil untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik ini sewaktu Ia masih menjawab celaan orang-orang Farisi (ay. 18): Sementara Yesus berbicara demikian. Panggilan yang memotong pembicaraan Kristus ini bisa kita anggap sebagai hal yang menyenangkan ketika Kristus harus melakukan pekerjaan berbantah yang tidak menyenangkan itu. Memang berbantah seperti ini kadang-kadang perlu, tetapi orang yang baik lebih senang meninggalkan tindakan seperti itu dan pergi melakukan ibadah atau perbuatan kasih. Sekarang, marilah kita lihat:
- I. Permohonan kepala ibadat kepada Kristus (ay.18). Datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia. Adakah di antara para pemimpin yang percaya kepada-Nya? Ya, inilah salah satunya, seorang kepala rumah ibadat, yang dengan imannya mengutuk ketidakpercayaan para pemimpin lainnya. Kepala rumah ibadat ini mempunyai anak perempuan berumur dua belas tahun yang baru saja meninggal, dan kejadian yang menghancurkan rasa damai dalam keluarganya ini menyebabkannya mendatangi Kristus. Perhatikanlah, dalam kesusahan kita harus datang kepada Allah: kematian sanak saudara kita harus mendorong kita untuk datang kepada Kristus, yang adalah hidup kita. Kalau hal-hal apa saja bisa mendorong kita untuk datang kepada-Nya, maka baiklah itu. Ketika keluarga kita mengalami penderitaan, kita tidak boleh duduk terheran-heran saja, melainkan, seperti Ayub, kita harus sujud dan menyembah (Ayb. 1:20). Sekarang perhatikanlah:
- . Kerendahan hatinya yang tampak dalam permohonannya kepada Kristus. Ia datang sendiri dengan keperluannya kepada Kristus dan tidak mengutus hambanya untuk melakukannya. Perhatikanlah, bukanlah suatu penghinaan bagi para pemimpin besar untuk datang secara pribadi kepada Tuhan Yesus. Ia menyembah-Nya, berlutut di hadapan-Nya, dan memberi-Nya segala penghormatan sebisa yang mungkin dilakukan. Perhatikanlah, orang yang mau menerima belas kasihan dari Kristus harus memberikan penghormatan kepada-Nya.
- . Imannya yang tampak dalam permohonan ini, "Anakku perempuan baru saja meninggal," dan walaupun bagi tabib-tabib lain ini sudah terlalu terlambat (tiada yang lebih mustahil daripada post mortem medicina--pengobatan setelah si sakit meninggal), namun bagi Kristus ini masih belum terlambat. Ia adalah Tabib bahkan untuk orang yang sudah mati, karena Ia adalah kebangkitan dan hidup. "Oh, tolong datanglah dan letakkanlah tangan-Mu ke atasnya, maka ia akan hidup." Masalah ini sungguh melampaui kuasa alam (a privatione ad habitum non datur regressus -- tidak bisa diperoleh kembali), namun kuasa Kristus, yang mempunyai hidup di dalam diri-Nya sendiri, akan membangkitkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Akan tetapi, sekarang ini Kristus bekerja dengan cara yang biasa, melalui alam dan bukan melawannya. Oleh sebab itu, pada masa kini kita tidak bisa lagi dengan iman membawa permohonan seperti ini kepada-Nya. Selagi ada kehidupan, maka masih ada harapan dan ada kesempatan untuk berdoa. Akan tetapi, apabila teman-teman kita mati, maka hal itu sudah ditetapkan; kita akan pergi kepada mereka, tetapi mereka tidak akan kembali kepada kita. Tetapi sewaktu Kristus masih berada di bumi ini mengadakan mujizat-mujizat, keyakinan iman seperti ini bukan hanya diizinkan melainkan juga sangat dipuji.
- II. Kesediaan Kristus untuk mengabulkan permohonannya (ay. 19). Lalu Yesus pun bangunlah, meninggalkan orang-orang lain yang bersama-Nya, dan mengikuti orang itu. Ia tidak hanya rela mengaruniakannya apa yang diinginkannya, yaitu untuk menghidupkan kembali anak perempuannya, tetapi juga memuaskan hatinya dengan datang sendiri ke rumahnya untuk melakukannya. Sungguh Ia tidak pernah menyuruh keturunan Yakub untuk mencari-Nya dengan sia-sia (Yes. 45:19). Ia menolak pergi dengan orang terhormat yang berkata, "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." (Yoh. 4:48-50), namun Ia mau pergi bersama kepala rumah ibadat yang berkata, "Tuhan, datanglah maka anakku akan hidup." Adanya bermacam-macam cara yang dipakai Kristus dalam mengadakan mujizat-mujizat mungkin disebabkan oleh keadaan dan kondisi hati orang yang memohon kepada-Nya, yang diketahui-Nya dengan sempurna karena Ia menyelidiki hati, dan Ia menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi hati mereka. Ia tahu persis apa yang ada dalam hati manusia dan jalan apa yang harus ditempuh dalam berurusan dengan mereka. Perhatikanlah, ketika Yesus mengikuti orang itu, murid-murid-Nya juga mengikuti-Nya, karena mereka telah dipilih-Nya untuk terus menyertai-Nya. Dan Ia membawa serta mereka bukan untuk mencari status atau supaya diperhatikan, melainkan agar mereka bisa menjadi saksi-saksi bagi mujizat-mujizat yang diadakan-Nya, karena setelah ini mereka akan menjadi pengabar-pengabar ajaran-Nya.
- III. Penyembuhan terhadap wanita malang yang menderita pendarahan. Saya menyebutnya wanita malang bukan hanya karena masalah yang dideritanya sangat menyedihkan, melainkan juga karena dia sudah menghabiskan semua harta miliknya untuk para tabib, untuk menyembuhkan penyakitnya, namun ia tetap tidak menjadi lebih baik. Keadaan ini justru semakin menambah penderitaannya, karena dulu dia mempunyai harta, tetapi sekarang ia tidak punya apa-apa; dan bahwa ia telah membuat dirinya miskin dalam usahanya untuk memulihkan kesehatannya, sementara kesehatannya belum pulih-pulih juga. Wanita ini sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan (ay. 20), suatu penyakit yang bukan hanya membuat badan lemah lunglai dan kurus kering, tetapi juga membuatnya najis menurut hukum Taurat, dan menghalanginya untuk bisa masuk ke dalam pelataran rumah Tuhan. Namun demikian, semuanya ini tidak bisa menghalanginya untuk mendekati Kristus. Ia berserah diri kepada Kristus dan menerima belas kasihan dari-Nya sewaktu Ia dalam perjalanan mengikuti kepala rumah ibadat yang anak perempuannya meninggal, dan yang untuknya peristiwa penyembuhan ini akan menjadi suatu dorongan yang luar biasa dalam membantunya terus mengimani kuasa Kristus. Dengan begitu penuh kasih sayang, Kristus memerhatikan semua latar belakang permasalahan yang dialami orang-orang percaya yang masih lemah. Perhatikanlah:
- . Iman yang besar dari wanita ini kepada Kristus dan kuasa-Nya. Penyakit yang dideritanya membuat dia tidak bisa berbicara terang-terangan kepada Kristus untuk meminta kesembuhan, seperti yang bisa dilakukan orang lain. Tetapi dengan suatu dorongan khusus dari Roh iman, dia percaya bahwa Kristus mempunyai kuasa penyembuhan yang mengalir dengan begitu penuhnya sehingga hanya dengan menjamah jubah-Nya saja ia akan sembuh. Dalam hal ini mungkin ada angan-angan yang bercampur dengan iman, karena ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa cara seperti ini bisa terjadi dengan Kristus, kecuali kalau, seperti menurut sebagian orang, ia mempunyai pikiran tentang bangkitnya seseorang yang mati karena bersentuhan dengan tulang-tulang Elisa (2Raj. 13:21). Tetapi, betapapun lemahnya pengertian wanita ini dalam hal ini, Kristus berkenan mengabaikannya dan menerima ketulusan serta kekuatan imannya; karena Ia memakan sarang madu bersama madunya (Kid. 4:11). Dia percaya dia akan disembuhkan jika hanya menjamah jumbai jubah-Nya, yaitu bagian yang paling ujung dari jubah-Nya. Perhatikanlah, ada kuasa atau nilai dalam segala sesuatu yang menjadi milik Kristus. Minyak kudus yang digunakan untuk mengurapi imam besar meleleh sampai ke leher jubahnya (Mzm. 133:2). Begitulah kepenuhan anugerah di dalam Kristus, bahwa "dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia" (Yoh. 1:16).
- . Kebaikan Kristus yang sangat besar kepada wanita ini. Ia tidak menunda-nunda waktu (yang bisa saja dilakukan-Nya) untuk memberikan kesembuhan-Nya, melainkan membiarkan si sakit yang malu ini mencuri kesembuhan yang tidak diketahui orang lain, walaupun dia sendiri pasti tidak berpikir bahwa dia bisa melakukannya tanpa sepengetahuan-Nya. Sekarang dia sudah merasa puas dan bisa pergi karena dia sudah mendapat apa yang dicarinya, tetapi Kristus tidak bersedia membiarkannya pergi begitu saja. Bukan saja Ia ingin agar kuasa-Nya dimuliakan dalam kesembuhan wanita itu, tetapi juga agar anugerah-Nya diagungkan dalam penghiburan dan pujian yang diperuntukkan bagi wanita itu. Wanita itu harus dipuji dan dihormati atas kemenangan imannya itu. Yesus berpaling untuk mencarinya (ay. 22), dan segera mendapatinya. Perhatikanlah, orang-orang Kristen yang rendah hati selayaknya merasa sangat terdorong dengan menyadari bahwa walaupun tersembunyi dari manusia, mereka pasti diketahui Kristus, karena Dia melihat apa yang paling tersembunyi dalam permohonan-permohonan yang mereka arahkan kepada sorga. Sekarang, kita lihat di sini:
- (1) Ia membuat hatinya senang dengan berkata kepadanya, "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku." (KJV; "tenangkanlah hatimu"). Dia takut dimarahi karena datang dengan sembunyi-sembunyi, namun sebaliknya, ia malah diberi dorongan.
- [1] Kristus memanggilnya anak-Ku, karena Ia berbicara kepadanya dengan kelembutan seorang bapak, seperti yang dilakukan-Nya terhadap orang yang sakit lumpuh (ay. 2), yang disapa-Nya dengan anak-Ku. Perhatikanlah, ada penghiburan yang sudah disiapkan Kristus bagi putri-putri Sion yang batinnya sedang berduka, seperti Hana (1Sam. 1:15). Wanita-wanita yang percaya adalah putri-putri Kristus, dan Ia akan mengakui mereka demikian.
- [2] Ia memintanya untuk merasa tenang; wanita itu mempunyai alasan untuk merasa tenang jika Kristus mengakuinya sebagai anak. Perhatikanlah, penghiburan orang-orang kudus adalah kenyataan bahwa mereka diangkat sebagai anak-anak Allah. Perintah-Nya kepada wanita itu untuk merasa tenang, membawa ketenangan, seperti perkataan-Nya "Sembuhlah," membawa kesembuhan. Perhatikanlah, Kristus berkehendak agar umat-Nya merasa tenang, dan Ia mempunyai hak istimewa untuk memerintahkan ketenangan bagi jiwa-jiwa yang sedang gelisah. Ia menciptakan pujian-pujian damai (Yes. 57:19).
- (2) Ia menghormati imannya. Dari segala jenis anugerah, anugerah iman memberikan penghormatan yang terbesar bagi Kristus, dan karena itu Ia memberikan penghormatan yang terbesar kepada anugerah iman ini; "Imanmu telah menyelamatkan engkau." Jadi, oleh iman ia mendapat pujian yang baik. Oleh karena dari semua anugerah, Kristus memberikan penghormatan yang terbesar pada anugerah iman, maka Ia sangat menghormati mereka yang paling rendah hati. Seperti inilah yang terjadi pada wanita ini. Ia mempunyai iman yang lebih besar daripada yang dipikirkannya. Dia mempunyai alasan untuk merasa tenang, bukan hanya karena dia telah disembuhkan, melainkan juga karena imannya membuatnya sembuh. Ini artinya:
- [1] Ia telah disembuhkan secara rohani. Kesembuhan yang terjadi pada dirinya ini sungguh merupakan buah dan akibat dari iman, pengampunan dosa, dan karya anugerah. Perhatikanlah, sewaktu menerima belas kasihan jasmani, kita bisa sungguh merasa terhibur dengan berlimpah, bila belas kasihan itu juga disertai dengan berkat-berkat rohani yang mirip dengan berkat-berkat jasmani itu; makanan dan pakaian kita akan menjadi nyaman, jika oleh iman kita juga diberi makan dengan roti kehidupan dan dikenakan dengan pakaian kebenaran Yesus Kristus. Istrirahat dan tidur kita akan menjadi nyaman, jika oleh iman kita beristirahat di dalam Allah dan tinggal dengan tenang di dalam Dia. Kesehatan dan kesejahteraan kita akan menjadi nyaman, jika oleh iman jiwa kita juga sehat dan sejahtera (Yes. 38:16-17).
- [2] Kesembuhan tubuh wanita itu adalah buah dari iman, imannya, dan ini membuat kesembuhan yang dialaminya itu menyenangkan. Setan-setan diusir keluar dari sebagian orang karena mereka ditolong oleh kuasa kedaulatan Kristus, sementara pada sebagian yang lain lagi karena mereka ditolong oleh iman orang lain (seperti ay. 2); tetapi di sini: imanmulah yang telah menyelamatkan engkau. Jadi, perhatikanlah, belas kasihan jasmani memang sungguh mendatangkan penghiburan bagi kita bila diterima oleh karena iman. Apabila kita sedang mengejar belas kasihan, lalu kita berdoa dengan iman untuk mendapatkannya, dengan mata yang tertuju pada janji-Nya dan terus bergantung padanya, dan apabila kita menginginkannya demi kemuliaan Allah, dan dengan berserah kepada kehendak-Nya, dan membiarkan hati kita dilapangkan oleh keberserahan itu dalam iman, kasih, dan kepatuhan, maka kita dapat berkata bahwa belas kasihan itu memang kita terima oleh karena iman.
- IV. Keadaan yang Ia dapati di rumah kepala ibadat (ay. 23). Ia melihat peniup-peniup suling, atau pemain-pemain musik, dan orang banyak ribut. Ada banyak kesibukan di rumah itu. Begitulah yang terjadi jika ada seseorang yang meninggal di dalam keluarga; dan mungkin, perhatian dan kesibukan yang perlu dilakukan pada saat jenazah harus dikuburkan dengan baik di tempat yang jauh dari penglihatan kita, itu bermanfaat untuk mengalihkan perhatian kita dari dukacita yang cenderung menguasai dan mengendalikan kita. Tetangga-tetangga datang untuk ikut berkabung, untuk menghibur orangtua, dan untuk mempersiapkan serta menghadiri pemakaman, yang biasanya tidak ditunda lama-lama oleh orang Yahudi. Pemain-pemain musik ada di antara mereka, sesuai dengan adat kebiasaan orang-orang bukan-Yahudi, dan mereka memainkan nada yang sedih dan muram untuk semakin menambah kesedihan dan menggugah ratapan orang yang ada di sana. Dengan demikian, mereka memanjakan suatu perasaan yang dengan sendirinya bisa bertumbuh di luar batas-batas kewajaran dan memengaruhi orang untuk berduka seperti orang yang tidak mempunyai harapan. Lihatlah bagaimana agama memberikan kebaikan, sedangkan hal-hal keduniawian hanyalah menimbulkan kerusakan. Kekafiran memperberat dukacita yang justru ingin diperingan oleh Kekristenan. Atau mungkin pemusik-pemusik ini pada sisi lain berusaha untuk mengalihkan kesedihan dan menghibur keluarga yang sedang berdukacita; tetapi, seperti cuka pada luka, demikianlah orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih. Perhatikanlah, orangtua yang secara langsung merasakan penderitaan itu hanya diam saja, sementara orang banyak dan peniup-peniup suling, yang hanya meratap dengan terpaksa, justru yang membuat gaduh. Perhatikanlah, dukacita yang kedengarannya paling keras tidak selalu merupakan dukacita yang paling dalam; air beriak tanda tak dalam. Ille dolet vere, qui sine teste dolet -- Dukacita yang paling tulus adalah dukacita yang tidak bisa dilihat. Terlepas dari semuanya ini, keadaan ini ditampilkan di sini untuk menunjukkan bahwa anak perempuan itu memang sungguh telah meninggal, seperti yang terlihat dengan jelas pada semua tindakan dan tingkah laku orang-orang yang sedang berdukacita untuknya.
- V. Teguran Kristus atas segala hiruk-pikuk ini (ay.24). Ia berkata, "Pergilah." (KJV: "Berilah tempat"). Perhatikanlah, kadang-kadang ketika kita sedang dilanda dukacita dunia ini, sulit bagi kita untuk membiarkan Kristus masuk dan memberikan penghiburan-Nya. Orang yang terus tenggelam di dalam duka, dan, seperti Rahel, tidak mau dihibur, haruslah bersedia membuka pikiran mereka yang kalut itu untuk mendengar suara Kristus. Berilah tempat: sediakanlah ruang bagi Dia yang adalah Sang Penghiburan bagi Israel, yang membawa serta dengan Dia penghiburan yang menguatkan, cukup kuat untuk mengatasi segala kekacauan yang diakibatkan oleh dukacita dunia ini, kalau kita mengizinkan-Nya masuk ke dalam jiwa kita. Ia memberikan alasan yang baik mengapa mereka tidak perlu menyusahkan diri sendiri dan orang lain hingga menjadi sedemikian kalut, "Anak ini tidak mati, tetapi tidur."
- . Perkataan-Nya ini memang menggambarkan keadaan anak itu yang sebenarnya, karena sebentar lagi ia akan dihidupkan kembali. Anak itu benar-benar telah mati, tetapi tidak demikian bagi Kristus, yang tahu dalam diri-Nya sendiri apa yang akan dan yang dapat Dia lakukan, dan yang sudah menentukan sebelumnya bahwa Ia akan membuat kematian anak ini seperti tidur. Hanya ada sedikit perbedaan antara tidur dan mati, yakni pada berapa lama hal itu berlangsung; perbedaan lainnya hanyalah seperti mimpi saja. Kematian anak ini pasti hanya berlangsung sebentar saja, dan karena itu seperti orang yang tidur saja, bagaikan tidur semalam untuk beristirahat. Ia yang membangkitkan orang mati tentu bisa menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada (Rm. 4:17).
- . Dalam pengertian tertentu memang benar bahwa semua orang yang mati itu tidur, terutama yang mati di dalam Tuhan. Perhatikanlah:
- (1) Mati adalah tidur. Semua bangsa dan bahasa menyebutnya demikian, untuk memperhalus sesuatu yang menakutkan namun tidak dapat dihindari, dan untuk membuat mereka bisa menerima kenyataan ini. Bahkan tentang raja-raja yang jahat dikatakan, "Mereka tidur dengan nenek moyang mereka." Juga dikatakan mengenai orang-orang yang akan bangkit untuk menerima hukuman kekal, bahwa mereka tidur di dalam debu tanah (Dan. 12:2). Tidur ini bukan untuk jiwa, karena kegiatan jiwa tidak berhenti, melainkan untuk tubuh, yang terbaring di dalam kubur, tenang dan diam, terabaikan dan tidak diacuhkan, dan terbungkus dalam gelap gulita. Tidur adalah mati yang sebentar, dan mati adalah tidur yang lama. Namun kematian orang benar secara khusus dipandang sebagai tidur (Yes. 57:2). Mereka tidur di dalam Yesus (1Tes. 4:14). Mereka tidak hanya beristirahat dari kerja keras dan banting tulang sepanjang hari, tetapi juga beristirahat di dalam harapan akan bangun lagi dengan penuh sukacita di pagi hari kebangkitan. Mereka akan bangun dalam keadaan disegarkan, bangun untuk suatu kehidupan baru, bangun untuk dikenakan pakaian dan mahkota kemuliaan, dan bangun untuk tidak tidur lagi.
- (2) Dengan merenungkan semuanya ini, dukacita yang kita rasakan atas kematian sanak saudara kita yang terkasih kiranya menjadi ringan: "Janganlah berkata mereka hilang lenyap, mereka hanyalah pergi mendahului kita; janganlah berkata mereka mati, mereka hanyalah tertidur." Ketika rasul Paulus berbicara tentang kematian, ia berkata bahwa tidaklah masuk akal untuk membayangkan bahwa orang yang mati di dalam Kristus itu binasa (1Kor. 15:18). Karena itu, berilah tempat, bagi penghiburan-penghiburan yang disediakan dalam perjanjian anugerah, yakni penghiburan yang menggambarkan keadaan "di masa mendatang dan kemuliaan yang akan diungkapkan."
- Nah, coba bayangkan, bagaimana mungkin perkataan yang begitu menghibur, yang keluar dari mulut Yesus Tuhan kita, dicemooh seperti itu? Mereka menertawakan Dia. Orang-orang ini tinggal di Kapernaum, dan mereka tahu tabiat Kristus bahwa Ia tidak pernah mengeluarkan perkataan yang gegabah atau bodoh. Mereka tahu berapa banyak perbuatan ajaib yang sudah Ia lakukan, sehingga jika mereka tidak mengerti apa yang Ia maksudkan dengan perkataan ini, setidaknya mereka diam dulu dan berharap Dia akan menjelaskannya lebih lanjut. Perhatikanlah, perkataan dan perbuatan Kristus yang tidak bisa dimengerti tidaklah berarti harus dicemooh. Kita harus menghormati misteri yang terkandung dalam perkataan ilahi, bahkan ketika perkataan itu tampak bertentangan dengan apa yang kita pikirkan dan kita yakini. Namun demikian, cemohan mereka itu justru memperkuat kebenaran mujizat itu. Oleh karena anak itu tampak benar-benar mati, maka sungguh konyol kalau ada orang yang mengatakan sebaliknya.
- VI. Dihidupkannya kembali anak itu dengan kuasa Kristus (ay. 25). Orang banyak itu diusir. Perhatikanlah, para pencemooh yang menertawakan apa yang mereka lihat dan dengar, karena hal itu melebihi kemampuan mereka, bukanlah saksi-saksi yang pantas bagi perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Kristus, karena kemuliaan pekerjaan-Nya tidaklah terletak pada kemegahan, melainkan pada kuasa. Lazarus dan anak laki-laki seorang janda di kota Nain dibangkitkan dari antara orang mati di depan umum, tetapi anak perempuan ini dibangkitkan secara tertutup; karena Kapernaum, yang telah menghina mujizat-mujizat kesembuhan yang lebih kecil, tidaklah layak untuk menyaksikan mujizat yang lebih besar, yakni kembali hidupnya orang mati; mutiara ini janganlah dilemparkan kepada orang yang akan menginjak-injaknya di bawah kaki mereka.
- Kristus masuk dan memegang tangan anak itu, seolah-olah untuk membangunkannya dan membantunya berdiri. Ia berbuat sesuai dengan kiasan yang Ia ucapkan sendiri bahwa anak itu sedang tidur. Imam besar, yang melambangkan Kristus, tidak boleh berdekatan dengan orang mati (Im. 21:10-11), tetapi Kristus justru menjamah orang mati. Para imam Lewi meninggalkan orang mati dalam kenajisannya, dan karena itu mereka harus menjauhkan diri darinya, sebab mereka tidak bisa mengobatinya; tetapi Kristus, yang berkuasa membangkitkan orang mati, tidak bisa tertular oleh kenajisan itu, dan karena itu Ia tidak segan-segan menjamah orang mati. Ia memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Begitu mudahnya mujizat itu terjadi; tidak dengan doa, seperti yang dilakukan Elia (1Raj. 17:21) dan Elisa (2Raj. 4:33), melainkan dengan jamahan. Elia dan Elisa mengadakan mujizat sebagai hamba, Kristus mengadakannya sebagai Anak, sebagai Allah, yang empunya kematian. Perhatikanlah, Yesus Kristus adalah Tuhan atas jiwa-jiwa, Ia memerintahkan mereka untuk pergi atau kembali kapan saja sesuai kehendak-Nya. Jiwa-jiwa yang mati tidak akan dibangkitkan kepada kehidupan rohani kecuali Kristus memegang tangan mereka. Ini dilakukan pada hari Ia menunjukkan kuasa-Nya. Entah Ia yang membangkitkan kita, jika tidak, kita akan tetap terbaring.
- VII. Diketahuinya mujizat ini oleh khalayak umum, sekalipun mujizat itu diadakan secara tertutup (ay. 26). Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu: mujizat ini menjadi bahan pembicaraan orang banyak. Perhatikanlah, perbuatan-perbuatan Kristus lebih banyak diperbincangkan daripada diperhatikan dan dijalankan. Orang-orang yang hanya mendengar kabar tentang mujizat-mujizat Kristus mempunyai kewajiban yang sama seperti orang-orang yang menyaksikannya sendiri. Walaupun kita yang hidup pada saat ini tidak melihat mujizat-mujizat Kristus, namun kita memiliki kisah asli yang dapat dipercaya tentang mujizat-mujizat itu, dan berdasarkan keandalan kisah itu, kita harus menerima ajaran-Nya; berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (Yoh. 20:29).
SH: Mat 9:18-34 - Yesus terlebih besar. (Rabu, 14 Januari 1998) Yesus terlebih besar.
Melalui keempat mukjijat ini, jelas dilukiskan bahwa Tuhan Yesus lebih berkuasa daripada kematian, penyakit yang dua belas tahu...
Yesus terlebih besar.
Melalui keempat mukjijat ini, jelas dilukiskan bahwa Tuhan Yesus lebih berkuasa daripada kematian, penyakit yang dua belas tahun tidak tersembuhkan, kebutaan dan setan yang menyebabkan orang diikat penyakit bisu. Bukan saja dulu Ia lebih besar dari segala kuasa yang merusak dan merasuk manusia. Kini pun Ia Pemenang sejati.
Iman yang menyelamatkan. Anugerah Tuhan Yesus sudah tersedia bagi semua umat manusia. Dia rindu menolong kita semua. Dia mau membebaskan dan mengangkat beban yang membuat manusia menderita di dunia ini. Dari kisah ini kita belajar, bahwa semua itu tidak otomatis dapat dinikmati manusia. Anugerah tidak diobral begitu saja, tetapi diberikan kepada orang yang sungguh-sungguh haus dan merindukannya. Kita patut meneladani tindakan-tindakan iman yang berani dari kepala rumah ibadat, dari perempuan penyakit pendarahan, orang buta yang tidak berhenti berseru dan mengikut Yesus, juga dari sahabat-sahabat si bisu yang dirasuk setan. Langkah-langkah iman inilah yang menyebabkan mereka menikmati anugerah Tuhan Yesus. Iman yang menyelamatkan adalah ketaatan kepada Tuhan Yesus.
Renungkan: Bila Yesus memenuhi hatiku, tak ada kekuatan perusak apa pun dapat membahayakan hidupku.
SH: Mat 9:18-34 - Kuasa dan Pribadi Yesus (Rabu, 24 Januari 2001) Kuasa dan Pribadi Yesus
Yesus memiliki kuasa mutlak
atas segala sesuatu yang ada, yang sudah ada
maupun yang akan ada. Tidak satu kondisi pun yang
...
Kuasa dan Pribadi Yesus
Yesus memiliki kuasa mutlak atas segala sesuatu yang ada, yang sudah ada maupun yang akan ada. Tidak satu kondisi pun yang dapat membatasi Yesus untuk melaksanakan kehendak- Nya.
Ia berkuasa membangkitkan anak kepala rumah ibadat. Ketika Yesus sampai di rumah kepala rumah ibadat, nampaknya sudah terlambat. Upacara penguburan akan segera dimulai karena para peniup seruling dan penduka profesional yang disewa sudah siap menjalankan pekerjaan mereka. Kuasa Yesus mampu membalikkan kenyataan yang sudah terlambat, karena firman-Nya berkuasa menolak kematian (ayat 28). Upacara penguburan berganti menjadi perayaan yang penuh sukacita karena yang mati sudah bangkit. Ia berkuasa mengembalikan kehidupan ke dalam diri anak itu sebab memang Dialah sumber kehidupan itu.
Yesus juga berkuasa menyembuhkan perempuan yang sudah 12 tahun menderita pendarahan. Tidak ada pengharapan baginya dan tidak ada vitalitas di dalam dirinya. Namun yang tidak berpengharapan akan menemukan pengharapan dan yang tidak bervitalitas akan menemukannya di dalam Yesus. Yesus pun berkuasa memberikan penglihatan kepada 2 orang buta. Penglihatan yang diberikan tidak hanya memampukan mereka melihat dunia namun juga mampu melihat kemuliaan Allah. Demikian pula ikatan setan yang membuat orang menjadi bisu dilepaskan- Nya, sehingga orang itu menjadi manusia normal kembali yang dapat berkomunikasi.
Semua mukjizat itu bersumber dari Pribadi Yesus yang
berkuasa. Perhatikan setiap proses mukjizat yang
terjadi. Yesus memegang tangan anak kepala rumah
ibadat yang mati, lalu bangkitlah ia. Perempuan
yang sakit pendarahan itu sembuh bukan karena
jubah Yesus berkuasa namun karena ia beriman
kepada Pribadi Yesus. Orang buta disembuhkan
karena jamahan kuasa Yesus. Demikian pula orang
bisu dapat berbicara karena kuasa setan dipatahkan
oleh kuasa-Nya. Kuasa-Nya tidak dapat dipisahkan
dari pribadi-Nya, sebab melalui kuasa yang
dinyatakan-Nya terungkaplah identitas Yesus (
Renungkan: Kristen seharusnya bukan hanya takjub kepada kuasa-Nya namun juga tunduk kepada Pribadi Yesus yang adalah sumber kuasa itu. Sebab banyak Kristen yang hanya tergiur mengalami Kuasa-Nya tanpa mau datang dan tunduk kepada Sang Sumber Kuasa.
SH: Mat 9:18-34 - Sang Mesias (Sabtu, 22 Januari 2005) Sang Mesias
Mesias yang diharapkan orang Yahudi adalah seorang yang akan
membebaskan mereka dari penindasan pemerintahan Romawi. Namun,
buk...
Sang Mesias
Mesias yang diharapkan orang Yahudi adalah seorang yang akan membebaskan mereka dari penindasan pemerintahan Romawi. Namun, bukan seperti itu gambaran yang dipaparkan Matius.
Bagi Matius, Mesias mempunyai kuasa atas hidup dan matinya manusia. Kuasa itu tampak pada Tuhan Yesus ketika Ia menyembuhkan wanita yang sudah dua belas tahun mengalami pendarahan dan membangkitkan anak kepala rumah ibadat (ayat 18-25). Mereka sama-sama datang kepada Tuhan Yesus dan mendapat pertolongan. Tuhan Yesus berkuasa atas kematian dan penyakit yang 12 tahun tidak tersembuhkan. Ini membuktikan bahwa Dia adalah Mesias yang mereka tunggu.
Ironis sekali karena yang merespons dan mengakui Tuhan Yesus sebagai Anak Daud (gelar untuk Mesias) adalah dua orang buta yang tidak bisa melihat perbuatan mukjizat-Nya itu (ayat 27-31). Ketika Tuhan Yesus mengusir setan dari seorang bisu, orang banyak menjadi heran. Sebaliknya, orang Farisi justru beranggapan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa penghulu setan (ayat 32-34). Orang Yahudi percaya setan yang merasuk dalam diri seseorang harus diusir oleh setan yang lebih berkuasa. Oleh karena itu, mereka sama sekali tidak mengakui Yesus sebagai Sang Mesias yang mereka tunggu-tunggu.
Lewat iman kepala rumah ibadat, perempuan yang sakit pendarahan, orang buta, serta sahabat-sahabat si bisu, kita dapat melihat tindakan iman yang menyebabkan mereka menikmati anugerah Tuhan Yesus. Mereka percaya akan kemahakuasaan Tuhan Yesus untuk memulihkan penderitaan yang mereka alami. Dia adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa, yang membuat iman kita kepada-Nya tidak sia-sia. Beriman dan berharap penuh kepada-Nya adalah kunci kemenangan kita.
Responsku: Aku akan menanggalkan ketidakpercayaanku serta memusatkan hidupku hanya kepada Dia.
SH: Mat 9:18-34 - Perlu iman untuk melihat kuasa-Nya (Senin, 25 Januari 2010) Perlu iman untuk melihat kuasa-Nya
Mengapa para pemimpin agama Yahudi menolak Yesus, malah mereka
menuduh kuasa Yesus berasal dari penghulu seta...
Perlu iman untuk melihat kuasa-Nya
Mengapa para pemimpin agama Yahudi menolak Yesus, malah mereka menuduh kuasa Yesus berasal dari penghulu setan (ayat 34)? Jawabnya: karena mereka tidak beriman! Mereka tidak dapat melihat dan mengerti bahwa Yesus membawa pembaruan bagi hidup, baik rohani dan jasmani.
Perikop ini memperlihatkan kepada kita bagaimana iman yang sederhana bahkan terbatas diterima oleh Yesus. Iman si kepala rumah ibadat adalah ibarat iman yang kepepet. Karena tidak ada jalan lain, ia meminta Yesus untuk menghidupkan anaknya (ayat 18). Iman perempuan yang menderita pendarahan adalah iman yang takhayul, memercayai akan kuasa yang bisa dialirkan lewat jubah seorang yang suci. Yesus menerima iman keduanya dan menyatakan kuasa-Nya yang menyembuhkan. Iman kedua orang buta, yang memanggil Yesus sebagai "Anak Daud" bisa dikatakan iman yang bercampur dengan pengharapan mesianis yang keliru. Mereka memercayai bahwa Mesias adalah keturunan Daud yang akan menyelamatkan mereka dari penjajahan Romawi. Itu sebabnya setelah mereka sembuh, Yesus melarang mereka memberitahukan kejadian tersebut untuk menghindari kesalahpahaman itu semakin merebak. Sebelum menyembuhkan Yesus menguji keteguhan iman mereka (ayat 28). Dengan sepenuh hati mereka menyatakan percaya dan Tuhan pun menyembuhkan kebutaan mereka.
Hanya dengan terbuka kepada karya Yesus, seseorang akan menerima pembaruan hidup sepenuhnya. Bila kita menolak percaya bahwa kuasa-Nya ada dan dapat kita alami, maka kita akan seperti orang Farisi yakni tetap tinggal buta walaupun di sekeliling kita banyak mukjizat terjadi. Atau kita akan seperti orang banyak yang tidak mengalami apa-apa saat perempuan yang sakit pendarahan itu disembuhkan. Atau kita seperti para peniup seruling dan orang banyak yang menertawakan Yesus, mereka tidak melihat kuasa-Nya dinyatakan! Hanya waktu kita memakai kaca mata iman, kuasa-Nya yang dahsyat menjadi nyata.
SH: Mat 9:18-38 - Mengalami karya Yesus (Selasa, 22 Januari 2013) Mengalami karya Yesus
Banyak orang Kristen memahami keselamatan terbatas hanya pada ‘kalau mati masuk surga’. Padahal,...
Mengalami karya Yesus
Banyak orang Kristen memahami keselamatan terbatas hanya pada ‘kalau mati masuk surga’. Padahal, karya keselamatan Kristus bukan hanya untuk keselamatan pada kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan masa kini. Keselamatan sudah dapat dinikmati pada masa sekarang. Kuasa kerajaan surga itulah yang sedang dialami oleh mereka yang berjumpa dengan Yesus dalam perikop kali ini.
Dalam perikop ini dipaparkan tentang penyakit yang tak bisa lagi ditangani oleh dokter bahkan yang berujung pada kematian. Namun, belas kasih Yesus (36) dan kuasa-Nya (35) dicurahkan untuk membangkitkan seorang anak yang sudah mati (25), membebaskan seorang wanita dari pendarahan dua belas tahun (22), mencelikkan mata dua orang buta (30), serta melepaskan seorang bisu dari kerasukan setan (32).
Dari karya penyelamatan yang dilakukan Yesus, kita menemukan respons-respons berbeda. Kepala rumah ibadat itu percaya bahwa tangan Yesus berkuasa menghidupkan anak perempuannya yang baru meninggal (18). Wanita yang pendarahan itu percaya bahwa cukup menjamah jubah-Nya ia akan sembuh (21). Dua orang buta itu, sekalipun tidak melihat, tetapi imannya dapat menembus keterbatasannya mengakui bahwa Yesus adalah Mesias (Anak Daud) yang dijanjikan para nabi (28). Sahabat atau keluarga orang yang bisu itu percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkannya (32). Orang banyak yang menyaksikan kuasa Yesus, memahsyurkan nama-Nya ke seluruh wilayah (26, 31, 33). Justru, orang Farisi yang adalah pemuka agama merespons negatif dengan tuduhan Yesus memakai kuasa Iblis untuk mengusir roh jahat (34). Bagaimana respons kita?
Landasan karya Yesus, sang Raja kerajaan surga adalah belas kasih terhadap mereka yang "lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala" (36). Maka, Ia mengundang kita semua yang sudah mengalami belas kasih dan kuasa-Nya untuk berbagian dalam memberitakan karya-Nya dan menjadi saluran berkat kuasa-Nya kepada sesama kita. Maukah kita menjadi pekerja-pekerja untuk tuaian milik Allah?
SH: Mat 9:18-26 - Tindakan Iman (Rabu, 25 Januari 2017) Tindakan Iman
Iman kepada Yesus menjadi jalan kehidupan dan kesembuhan. Beralih dari kematian dan penderitaan karena sakit, tindakan iman dengan data...
Tindakan Iman
Iman kepada Yesus menjadi jalan kehidupan dan kesembuhan. Beralih dari kematian dan penderitaan karena sakit, tindakan iman dengan datang kepada Yesus membawa keselamatan.
Kisah kepala rumah ibadat dan seorang perempuan yang sakit pendarahan dua belas tahun lamanya menunjukkan betapa Yesus berkuasa atas penyakit dan kematian. Iman kepada Yesus dinyatakan oleh kepala rumah ibadat yang datang menyembah dan memohon belas kasihan Yesus untuk menghidupkan anaknya yang mati. Sesampai di rumah tersebut, suasana berkabung diubah Yesus menjadi sukacita (bdk. Yes. 61:1-3).
Iman yang sama juga terlihat dari kisah perempuan yang sakit pendarahan selama dua belas tahun lamanya. Berdasarkan ajaran agama Yahudi, perempuan ini tahu penyakitnya menyebabkan kenajisan bagi orang lain jika berada bersama-sama, apalagi menyentuh orang lain (Im. 15:25-33). Keyakinannya atas kuasa Yesus yang membuat dirinya berani menjamah jumbai jubah Yesus. Di sini, jumbai jubah adalah tanda orang bagi Yahudi yang siap bersembahyang. Yesus tidak hanya menyembuhkan penyakitnya, tetapi juga menahirkannya.
Iman menuntun seseorang kepada sebuah tindakan konkret. Seperti kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan mengalami kebuntuan atas persoalan hidup mereka. Di tengah-tengah kondisi yang pelik, mereka memilih mencari, berharap, dan beriman kepada Yesus. Mereka percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya solusi yang dapat memberikan pengharapan kepada mereka.
Problem kehidupan dapat menyebabkan seseorang kehilangan iman kepada Allah. Kita lupa bahwa Allah dalam Kristus mampu membawa kita keluar dari permasalahan yang ada, asalkan kita datang memohon dan berserah diri kepada Tuhan.
Tindakan iman seperti apa yang harus kita lakukan di tengah persoalan hidup yang menghimpit? Berserah kepada Allah karena pertolongan-Nya tersedia bagi mereka yang mencari wajah-Nya. [YTP]
SH: Mat 9:18-38 - Pekerja Kerajaan Surga (Jumat, 15 Januari 2021) Pekerja Kerajaan Surga
Kata Kerajaan Surga muncul 33 kali di dalam Injil Matius. Kerajaan Surga datang ketika kekuasaan Allah dinyatakan dengan mengh...
Pekerja Kerajaan Surga
Kata Kerajaan Surga muncul 33 kali di dalam Injil Matius. Kerajaan Surga datang ketika kekuasaan Allah dinyatakan dengan menghancurkan kekuasaan si jahat. Kisah-kisah yang kita baca hari ini adalah bukti dari Matius tentang kedatangan Kerajaan Surga.
Kedatangan Kerajaan Surga ini ditandai dengan datangnya Mesias. Matius ingin menyatakan, Yesus adalah Mesias. Matius mengisahkan sembilan mukjizat yang dilakukan oleh Yesus sebagai tanda kedatangan Kerajaan Allah. Kisah disembuhkannya perempuan yang sakit pendarahan, dua orang buta, dan seorang bisu adalah tiga mukjizat setelah enam mukjizat sebelumnya.
Kekuasaan kerajaan si jahat ditandai dengan kematian, kecacatan, dan penyakit. Kematian, pendarahan, buta, dan bisu (18, 20, 27, 32) adalah derita yang menyedihkan. Matius menunjukkan bahwa Yesus Sang Mesias memiliki kuasa untuk melenyapkan semua penderitaan tersebut.
Walaupun orang-orang Farisi nyinyir dengan kabar baik itu, tetapi kabar baik tersebut tetap diberitakan, apa pun yang terjadi. Tuhan mengundang banyak pekerja untuk melayani jiwa-jiwa yang menderita dan untuk memberitakan Injil Kerajaan Surga. Inilah pesan utama Injil Kerajaan Surga yang diberitakan oleh Tuhan Yesus.
Para pekerja Kerajaan Surga mengikuti teladan kepemimpinan Tuhan Yesus. Mereka memiliki hati yang penuh belas kasih. Para pekerja milik-Nya harus siap menghadapi segala tantangan hidup. Tantangan itu bisa datang dari siapa pun, bahkan berasal dari orang-orang yang menyatakan dirinya beragama.
Menjadi pekerja Kerajaan Surga tidaklah mudah dan menuntut pengorbanan, yaitu melayani orang-orang yang menderita. Apalagi di tengah dunia yang berkompetisi untuk membuat diri makin nyaman. Para pekerja Kerajaan Surga diundang untuk makin menunjukkan ciri khas pelayanannya. Di sinilah kita diubah menjadi pribadi yang penuh belas kasih dan rela melayani orang yang menderita. Biarlah kita makin dikuatkan dalam menyatakan Injil Kerajaan Surga. [JHN]
TFTWMS -> Mat 9:18-26
TFTWMS: Mat 9:18-26 - Penyembuhan Perempuan Yang Pendarahan Dan Pembangkitan Anak Perempuan Yairus PENYEMBUHAN PEREMPUAN YANG PENDARAHAN DAN PEMBANGKITAN ANAK PEREMPUAN YAIRUS (Matius 9:18-26)
18 Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, da...
PENYEMBUHAN PEREMPUAN YANG PENDARAHAN DAN PEMBANGKITAN ANAK PEREMPUAN YAIRUS (Matius 9:18-26)
18 Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." 19 Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. 20 Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. 21 Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." 22 Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. 23 Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, 24 berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia. 25 Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. 26 Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.
Cerita yang kompleks ini menunjukkan belas kasihan Yesus kepada kaum perempuan dan anak-anak, yang sering diremehkan dalam masyarakat Yahudi pada abad pertama. Catatan Matius atas kisah ini adalah singkat bila dibandingkan dengan Injil Sinoptik lainnya. Dua puluh tiga ayat dalam Markus dipersembahkan untuk kisah ini (Mrk. 5:21-43); kisah itu diceritakan dalam tujuh belas ayat dalam Lukas (Luk. 8:40-56), tetapi Matius hanya memberikan sembilan ayat untuk kisah itu.
Ayat 18. Sementara Yesus sedang bicara kepada murid-murid Yohanes tentang puasa, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia. Kata "Rumah ibadat" disisipkan oleh Alkitab TB, mungkin didasarkan pada kisah yang sama dalam Markus dan Lukas. Matius tidak menamakan "kepala rumah ibadat" (a‡rcwn, archōn) ini, tetapi Lukas memberitahu pembacanya bahwa namanya adalah Yairus dan bahwa ia adalah "kepala rumah ibadat" (Luk. 8:41; NIV). Markus mengatakan bahwa Yairus adalah "kepala rumah ibadat" (Mrk. 5:22; NIV). Beberapa rumah ibadat memiliki lebih dari satu kepala yang dipilih dari beberapa kelompok kepala yang lebih besar.
Yairus merupakan salah satu pejabat tertinggi di sinagoga di Kapernaum. Orang-orang ini bertanggung jawab atas semua kegiatan sinagoga (lihat komentar tentang 4:23; 8:5). Orang ini, yang dikenal dan dihormati di Kapernaum, dengan rendah hati "menyembah" Yesus. Kata Yunani untuk "menyembah" (proskune÷w, proskuneō) adalah kata yang dapat berarti "menyembah" atau "menghormat kepada" (lihat komentar tentang 2:2). Dalam konteks ini, makna yang terakhir kemungkinan yang benar.
Dalam keputusasaan, Yairus memberitahu Yesus, "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." Yesus telah melakukan banyak mujizat di Kapernaum, membangun reputasi-Nya sebagai seorang penyembuh. Sebelumnya, para penatua di Kapernaum pernah memohon Yesus untuk menolong hamba seorang perwira Romawi yang telah lama lumpuh (lihat komentar tentang 8:5). Namun begitu, sejak saat itu, para ahli Taurat dan orang Farisi mulai menentang pelayanan Yesus (9:3, 11). Yairus, yang sepenuhnya menyadari kemungkinan perlawanan dari kelompok elit agama, dengan putus asa mencari pertolongan Yesus.3
Pejabat ini datang untuk meminta Yesus pergi ke rumahnya dan menghidupkan kembali anak perempuannya. Tingkat keprihatinannya dapat dilihat dari cara ia memohon Yesus agar Yesus pergi ke rumahnya (Lukas 8:41). Pejabat itu dengan penuh kasih mengacukan dia "anakku perempuan" (Mrk. 5:23). Menurut Lukas 8:42, anak perempuan Yairus itu "berusia dua belas tahun," dan ia "hampir mati." Namun begitu, Matius mengatakan bahwa anak itu sudah mati. Bagaimanakah kita mengatasi perbedaan itu? (1) Perbedaan itu bisa saja merupakan "hasil ringkasan Matius yang ekstensif atas perikop [bagian] itu."4(2) Adalah dimungkinkan, seperti yang H. Leo Boles sarankan, bahwa "ayah itu meninggalkan anaknya yang sedang sekarat, dan ia pikir anaknya itu mungkin sudah mati pada saat ia bertemu Yesus."5(3) Kemungkinan ketiga dianjurkan oleh William Hendriksen:
Menurut Markus dan Lukas, Yairus pertama-tama meminta Yesus menyembuhkan anak itu; kemudian, ketika diberitahu tentang kematian anak itu, [ia] dinasihati oleh Tuhan untuk tidak putus asa tetapi percaya. Jadi ia sekarang memperbaharui permintaannya dalam bentuk yang sudah diubah, yaitu bahwa Yesus dapat meletakkan tangan-Nya ke atas anak perempuan yang sudah mati itu, "dan ia akan hidup."6
Yairus menunjukkan iman yang besar kepada kemampuan Tuhan untuk menyembuhkan dan bahkan membangkitkan orang mati. Ini luar biasa karena, sejauh yang kita tahu, Yesus belum—pada saat pelayanan-Nya ini—menghidupkan siapa saja dari kematian.
Ayat 19. Yesus menanggapi permintaan orang itu dengan bangkit segera dari tempat-Nya dan mengikuti orang itu ke rumahnya. Murid-murid-Nya ikut juga.
Ayat 20, 21. Ketika mereka sedang melakukan perjalanan ke rumah Yairus, orang banyak yang mengikuti Yesus "berdesak-desakan di dekat-Nya" (Mrk. 5:24). Dalam kerumunan ini ada seorang perempuan yang sangat mengharapkan sekali sentuhan penyembuhan oleh Yesus. Ia telah menderita pendarahan selama dua belas tahun.
Istilah Yunani untuk "menderita pendarahan" (aiJmorroe÷w, haimorroeō), sebuah kata yang juga muncul dalam Imamat 15:33 (LXX), kemungkinan besar mengacu kepada masalah haid. Michael J. Wilkins menulis, "Kemungkinan besar ini menunjukkan bahwa perempuan itu mengidap pendarahan, penyakit di mana aliran menstruasi yang abnormal berlangsung berkepanjangan, biasanya menimbulkan anemia juga."7
Kondisi menyedihkan perempuan itu berdampak secara fisik, ekonomi, sosial, dan agama. Ia "telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib" (5:26) dan "tidak berhasil disembuhkan" (Luk. 8:43) oleh siapapun. Dokter-dokter ini mungkin kumpulan penipu yang dalam praktiknya menipu orang sakit itu. Dalam upaya untuk menemukan obat penyembuh, ia kehabisan sumber daya keuangannya (Mrk. 5:26).
Karena tidak ada obat yang ditemukan untuk penyakitnya, perempuan itu terus berada dalam keadaan najis—keadaan yang memalukan dan menyengsarakan dia. Apa pun atau siapa pun yang ia sentuh menjadi najis juga (Ima. 15:19-27). Jika ia mengalami kondisi ini sejak awal remajanya, maka tidak akan pernah ada laki-laki yang ingin menikahi dia. Jika ia mengalami penyakit itu setelah menikah, maka hal itu akan menjadi haram bagi dia dan suaminya untuk melakukan hubungan seksual (Ima. 18:19). Akibatnya, ia akan tidak punya anak, suatu kondisi yang sering mengakibatkan perceraian. Dalam keadaannya yang najis, ia tidak bisa pergi ke bait suci untuk beribadah, dan ia tidak bisa pergi ke pasar umum. Ia adalah seorang perempuan malang yang menderita dari segala sisi.
Perempuan ini tidak ingin terlihat, jadi ia maju mendekati Yesus dari belakang. Perasaan malunya yang disembunyikan berlawanan dengan keberanian kepala rumah ibadat yang bersujud di hadapan Yesus (9:18). Ia memiliki iman kepada kuasa Yesus untuk menyembuhkan dia, percaya bahwa jika ia bisa menyentuh jubah-Nya, maka ia akan sembuh (lihat 14:36; Kisah 5:15; 19:11, 12).
Pinggiran jubah-Nya dapat mengacu kepada jumbai yang laki-laki Yahudi kenakan pada pakaian luar mereka untuk mengingatkan mereka bahwa mereka adalah umat Allah (Bil 15:37-41; Ula. 22:12; lihat Mat. 14:36; 23:5). Ketika perempuan itu menyentuh bagian jubah Yesus itu, "Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya" (Mrk. 5:29). Perempuan itu merasakan penyembuhan itu, dan Yesus juga merasakan hal itu. Ia merasa "bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya" (Mrk. 5:30).
Ayat 22. Yesus kemudian berpaling ke kerumunan orang banyak itu dan bertanya, mungkin dengan suara tegas, "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" (Mrk. 5:30). Para murid bingung bahwa Ia mengajukan pertanyaan seperti itu, mengingat banyaknya orang yang berkerumun (Mrk. 5:31). Reaksi Yesus itu sangat membuat takut perempuan itu sehingga ia, "menjadi takut dan gemetar … tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya" bahwa ia adalah orang yang telah menyentuh pinggiran jubah-Nya (Mrk. 5:33). Sudah tentu ia, sebagai perempuan yang najis, akan dijadikan tontonan umum karena sudah dengan sengaja menyentuh orang suci dari Allah.
Yesus meyakinkan dia, katanya, "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Kata-kata "teguhkanlah hatimu" mengingatkan kita kepada perkataan yang Yesus ucapkan kepada orang lumpuh sebelumnya: "Teguhkanlah hatimu, hai nak" (9:2; NASB). Kepada perempuan yang ketakutan ini Yesus memberikan kenyamanan dan kelegaan yang dibutuhkan. Perkataan-Nya itu meyakinkan dia bahwa ia memang orang yang berharga meskipun selama ini ia sakit. Yesus melanjutkan memuji "iman"nya Keyakinannya kepada kuasa Yesus untuk menyembuhkan penyakitnya telah mendorong dia untuk bertindak menyentuh jubah-Nya. Akibatnya, ia "disembuhkan" oleh Allah. Markus 5:29 dan Lukas 8:44 menunjukkan bahwa perempuan itu sembuh pada saat ia menyentuh pinggiran jubah Yesus. Kata kerja Yunani yang diterjemahkan "sembuh" (sw÷øzw, sōizo) sering diterjemahkan "selamat" dalam konteks yang berhubungan dengan keselamatan rohani. Penggunaannya di sini mungkin secara halus menyarankan hubungan antara iman dan keselamatan.
Setelah Yesus menyembuhkan perempuan itu, lebih banyak orang menemui mereka, mungkin para pelayan rumah Yairus, yang memberitahu mereka bahwa anak itu telah meninggal (Mrk. 5:35). Yesus ada mendengar komentar mereka dan mendesak Yairus, "Jangan takut, percaya saja!" (Mrk. 5:36). Kelompok ini kemudian melanjutkan menuju rumah Yairus; tetapi pada titik ini, Yesus hanya membolehkan murid-murid lingkar dalam-Nya—Petrus, Yakobus, dan Yohanes—untuk menemani Dia (Mrk. 5:37).
Ayat 23. Ketika mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, Yesus mendapatkan kerumunan orang dan mendengar suara seruling yang menandakan kematian anak perempuan itu. Tukang pekabung bayaran sering disewa untuk pemakaman; orang-orang ini termasuk para peniup suling dan para perempuan peratap (Yer. 9:17, 18; 48:36; Amos 5:16).8Satu tradisi rabi menyatakan bahwa bahkan orang Israel yang paling miskin, ketika istrinya meninggal, diharapkan menyewa dua peniup suling dan satu perempuan pekabung untuk meratapi istrinya.9Fakta bahwa Yairus adalah orang yang berpengaruh menjelaskan mengapa begitu banyak pekabung berkumpul di rumahnya dalam keadaan kacau yang ribut. Suling-suling itu terbuat dari alang-alang, batang kayu, dan tulang. Mereka mudah dibuat dan dapat diakses untuk penggunaan umum. Sering kali, permainan suling "diiringi oleh tepukan tangan."10
Ayat 24. Para pekabung itu dengan cepat berkumpul di rumah Yairus karena pemakaman biasanya dilakukan pada hari yang sama orang itu mati (Kisah 5:5, 6, 10). Namun, Yesus memerintahkan semua orang untuk keluar dari rumah itu dengan berkata, "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Orang-orang itu mulai menertawakan pernyataan-Nya, karena tahu bahwa anak perempuan itu benar-benar sudah mati (9:18; Mrk. 5: 35; Luk. 8:49, 53). Yang Yesus maksudkan mungkin bukan apa-apa selain bahwa anak itu sedang tidur dalam kematian dan Ia punya kuasa untuk menghidupkan dia. William Barclay menjelaskan, Sangatlah mungkin bahwa ketika Yesus mengatakan bahwa anak perempuan itu tertidur, yang Ia maksudkan adalah tepat seperti yang ia katakan. Dalam bahasa Yunani orang mati sering dikatakan tertidur. Faktanya kata cemetery (Ind.: pemakaman) berasal dari kata Yunani koimētērion, dan artinya tempat di mana orang tidur. Dalam bahasa Yunani ada dua kata untuk tidur, yang pertama adalah koimasthai, yang sangat umum digunakan baik untuk tidur alami dan tidur kematian; yang kedua adalah katheudein, yang hampir tidak begitu sering digunakan untuk tidur kematian, tetapi yang umumnya lebih berarti tidur alami. Yang digunakan dalam nas ini adalah katheudein.11
Jack P. Lewis menulis, Tidur adalah gambaran kematian di Perjanjian Baru yang sering muncul yang diambil alih dari Perjanjian Lama (untuk katheudein, Dan. 12:2; 1 Tes. 5:10; tetapi juga untuk koimaomai: Yoh. 11:11; Mat. 27:52; Kisah 7:60; 1 Kor. 15:6; 1 Tes. 4:13-15). Metafora ini melibatkan kepastian kebangkitan. Kematian hanya bersifat sementara; hanya Yesus yang punya kuasa untuk membangkitkan dari tidur ini.12
Ayat 25. Ketika para pekabung sudah meninggalkan ruangan itu, orang tua anak perempuan itu—bersama Yesus, Petrus, Yakobus, dan Yohanes—hadir untuk menyaksikan mujizat itu (Mrk. 5:37, 40). Yesus memegang tangan anak perempuan itu, memenuhi permohonan awal ayah anak itu yang meminta Dia "[me]letakkan… tangan-[Nya] atasnya" (9:18). Matius tidak menuliskan perkataan Yesus kepada gadis kecil itu, tapi Markus 5:41 melaporkan bahwa Ia berkata, "'Talita kum!' (yang berarti, 'Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!')." Ini adalah ungkapan bahasa Aram yang, diterjemahkan secara harfiah, adalah "Anak Domba Kecil, Aku berkata kepadamu, bangkitlah."
Ketika Yesus menjamah dia dan mengucapkan kata-kata ini, anak itu bangkit berdiri (lihat Mrk. 5:42). Lukas 8:55 menambahkan, "Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan" (huruf miring ditambahkan).
Seperti dalam kasus perempuan yang pendarahan, Yesus sekali lagi bersentuhan dengan kenajisan; Ia menyentuh mayat anak perempuan yang sudah mati (Bil. 19:11-21). Dalam kedua kasus, ketimbang mencemari diri-Nya sendiri, Yesus malah menjadikan mereka bersih dengan kuasa penyembuhannya. Seperti nabi-nabi sebelum Dia, Elia dan Elisa (1 Raja 17:17-24; 2 Raja 4:17-37), dan rasul-rasul setelah Dia, Petrus dan Paulus (Kisah 9:36-42; 20:9-12), Yesus menghidupkan kembali orang mati (9:25; Luk. 7:11-17; Yoh. 11:38-46). Fakta bahwa Yesus membangkitkan orang mati berfungsi sebagai tanda mesianik kepada orang-orang itu (11:4, 5). Namun begitu, tanda terbesar dari semua itu adalah kebangkitan-Nya sendiri dari kubur. Pembangkitan anak perempuan Yairus ini sudah tentu menyampaikan kepada para pembaca mula-mula itu "gambaran kebangkitan mereka sendiri."13Mereka yang telah mati dalam Tuhan semata-mata "sedang tidur"; mereka akan dibangkitkan pada saat kedatangan-Nya kembali (1 Tes. 4:14, 15).
Ayat 26. Yesus memberikan "perintah yang tegas" untuk mereka yang hadir untuk jangan membiarkan siapa saja mengetahui tentang mujizat ini (Mrk. 5:43; lihat Luk. 8:56.). Namun begitu, tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu. Memang akan sulit untuk merahasiakan mujizat ini karena semua pekabung tahu anak perempuan itu telah meninggal. Ketika mereka mendapatkan dia hidup lagi, berita itu akan sudah dengan cepat menyebar bahwa Yesus memiliki kuasa atas kematian itu sendiri!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: KUASA SANG RAJA 9:18-38
KUMPULAN KETIGA MUJIZAT
Selanjutnya adalah kumpulan ketiga dan terakhir mujizat dalam seri ini (9:18-34). Seperti h...
Matius: KUASA SANG RAJA 9:18-38
KUMPULAN KETIGA MUJIZAT
Selanjutnya adalah kumpulan ketiga dan terakhir mujizat dalam seri ini (9:18-34). Seperti halnya kasus dua kelompok sebelumnya, pengelompokan ini berisi tiga kisah yang berbeda. Douglas R. A. Hare mengulas, Semua tiga kisah itu adalah "mujizat ganda." Yang pertama menggabungkan pembangkitan seorang gadis kecil bersama dengan penyembuhan perempuan yang pendarahan [9:18-26], yang kedua melaporkan pemulihan penglihatan dua orang buta [9:27-31], dan yang ketiga menceritakan pasien yang mengalami penderitaan ganda, [orang bisu] yang kerasukan roh jahat [9:32-34].1
Iman merupakan unsur umum dalam kisah ini: iman kepala rumah ibadat dan iman perempuan yang pendarahan (9:18, 20-22), iman dua orang buta (9:27-29), dan iman orang banyak yang menyaksikan penyembuhan orang yang kerasukan roh jahat (9:32, 33).2
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 105.
2 Ibid.
3 Robert H. Mounce, Matthew, New...
Catatan Akhir:
- 1 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 105.
- 2 Ibid.
- 3 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 86.
- 4 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 248.
- 5 H. Leo Boles, A Commentary on the Gospel According to Matthew (Nashville: Gospel Advocate Co., 1936), 211.
- 6 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 430.
- 7 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 65.
- 8 Josephus Wars 3.9.5; Mishnah Baba Metzia 6.1.
- 9 Mishnah Ketuboth 4.4.
- 10 Hendriksen, 432-33.
- 11 William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 1, 2d ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1958), 353.
- 12 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 140.
- 13 Hare, 106.
- 14 Untuk kisah yang sama yang terjadi di Yerikho, lihat Mat. 20:29-34; Mrk. 10:46-52; Luk. 18:35-43.
- 15 Hagner, 252.
- 16 D. A. Carson, When Jesus Confronts the World: An Exposition of Matthew 8-10 (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1987), 100.
- 17 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 174.
- 18 Josephus Life 45.
- 19 Hagner, 260.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi