Teks -- 1 Korintus 6:5 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 1Kor 6:1-20
Jerusalem: 1Kor 6:1-20 - -- Dalam bagian suratnya ini Paulus menegor orang-orang Korintus karena memamerkan perselisihan mereka di depan orang-orang luar, sedangkan seharusnya de...
Dalam bagian suratnya ini Paulus menegor orang-orang Korintus karena memamerkan perselisihan mereka di depan orang-orang luar, sedangkan seharusnya dengan berdamai mereka membereskan perkara-perkara mereka satu sama lain. Apa yang di sini dikatakan oleh Paulus sebagai ejekan kejam terhadap orang-orang Kristen di Korintus, jangan diartikan sebagai pegangan tetap. Pendapat Paulus yang tepat mengenai pejabat-pejabat negara yang tidak Kristen terdapat dalam Rom 13:1-7.
Ref. Silang FULL -> 1Kor 6:5
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Kor 6:1-8
Matthew Henry: 1Kor 6:1-8 - Penyebab Tuntutan Hukum Dicela
Di dalam pasal ini Rasul Paulus,
I. Menegur jemaat Korintus karena mereka saling melakukan gugatan hukum mengenai perkara-perkara yang ti...
- Di dalam pasal ini Rasul Paulus,
- I. Menegur jemaat Korintus karena mereka saling melakukan gugatan hukum mengenai perkara-perkara yang tidak berarti di pengadilan, dan membawa perkara mereka di hadapan hakim yang tidak mengenal Allah (ay. 1-8).
- II. Karena itu Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk memperingatkan mereka terhadap banyak dosa besar, yang sebelumnya mereka biasa lakukan (ay. 9-11).
- III. Dan, setelah memperingatkan mereka atas penyalahgunaan kebebasan mereka, dengan sungguh-sungguh ia menasihati mereka untuk menjauhkan diri dari percabulan, dengan memberi berbagai alasan (ay. 12 dan seterusnya sampai selesai).
Penyebab Tuntutan Hukum Dicela (1 Korintus 6:1-8)
- Di sini Rasul Paulus mencela mereka karena saling melakukan gugatan hukum di hadapan hakim yang tidak mengenal Allah untuk perkara-perkara yang sebenarnya tidak berarti. Ia menyalahkan mereka dengan semua gugatan hukum yang menjengkelkan. Di pasal sebelumnya ia telah memerintahkan mereka untuk memberi hukuman atas dosa-dosa keji di antara mereka melalui kecaman jemaat. Di sini ia memerintahkan mereka untuk menyelesaikan segala sengketa di antara mereka melalui nasihat dan saran jemaat. Mengenai hal ini, dapat kita amati,
- I. Kesalahan yang ditegurnya. Yaitu, menghadap pengadilan. Bukan karena hukum itu baik kalau tepat digunakan, melainkan karena,
- 1. Saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain (ay. 6), seorang anggota jemaat melawan anggota lainnya. Hubungan yang dekat tidak dapat memelihara perdamaian dan saling pengertian yang baik. Ikatan kasih persaudaraan diputuskan. Seperti yang dikatakan oleh Salomo, Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat. Pertengkaran mereka menjadi seperti palang gapura sebuah puri (Ams. 18:19). Perhatikanlah, orang-orang Kristen seharusnya tidak boleh bertengkar, sebab mereka bersaudara. Kalau hal ini dilaksanakan sebagaimana mestinya, akan mencegah timbulnya gugatan hukum, dan dapat mengakhiri perbantahan dan tuntutan hukum.
- 2. Mereka membawa perkara itu di hadapan hakim yang tidak mengenal Allah. Mereka mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus (ay. 1). Mereka membawa persengketaan mereka di hadapan orang-orang yang tidak percaya (ay. 6), dan tidak mau menyelesaikan pertikaian itu di antara mereka sendiri, di antara orang-orang Kristen dan orang-orang kudus, setidaknya di antara orang-orang yang sama-sama mengaku percaya iman Kristen. Kejadi an ini cenderung mendatangkan aib bagi Kekristenan. Dengan segera hal itu menyatakan kebodohan dan sifat mereka yang tidak suka berdamai, sementara mereka mengaku-ngaku sebagai anak-anak yang berhikmat dan pengikut-pengikut Anak Domba, Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, Raja Damai. Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata, “Apakah ada di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar?” Perhatikanlah, orang-orang Kristen sama sekali tidak boleh melakukan sesuatu yang kemungkinan besar dapat membawa aib bagi nama dan pengakuan iman Kristen mereka.
- 3. Setidaknya inilah petunjuk bahwa mereka melakukan gugatan hukum untuk perkara-perkara yang tidak berarti, perkara-perkara yang sebenarnya sepele. Sebab, Rasul Paulus menyalahkan mereka karena mereka lebih rela untuk tidak menderita ketidakadilan dan lebih suka melakukan gugatan hukum (ay. 7), demi hal-hal yang sangat tidak penting. Dalam hal-hal yang dapat membawa kerugian besar bagi diri kita atau keluarga kita, kita dapat menggunakan sarana-sarana hukum untuk membenarkan diri. Kita tidak boleh tinggal diam dan menanggung penderitaan itu dengan pasrah, tanpa berbuat apa-apa untuk kelegaan kita sendiri. Namun, dalam hal-hal yang berakibat kecil, lebih baik mengalah terhadap orang-orang yang berbuat salah itu. Orang-orang Kristen harus memiliki watak yang suka mengampuni. Menanggung penderitaan dan ketidaknyamanan ringan adalah demi untuk ketenteraman dan kehormatan mereka sendiri dari pada tampak sebagai orang yang suka bertengkar.
- II. Rasul Paulus menunjukkan di hadapan mereka betapa buruknya kesalahan mereka: Tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia (ay. 2), akan menghakimi malaikat-malaikat? (ay. 3). Apakah mereka tidak layak untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti, perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari? Dengan membawa perkara-perkara yang tidak berarti mengenai hidup sehari-hari di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, mereka menaruh aib ke atas watak kekristenan mereka, mereka melupakan martabat mereka yang sebenarnya sebagai orang-orang kudus. Padahal, seharusnya mereka akan menghakimi dunia ini, benar-benar menghakimi. Jadi, sungguh sangat tidak bertanggung jawab kalau mereka tidak dapat menyelesaikan perselisihan-perselisihan yang sepele di antara mereka sendiri. Beberapa orang berpendapat bahwa menghakimi dunia ini dan malaikat-malaikat haruslah dipahami sebagai menjadi penilai bagi Kristus pada hari penghakiman agung itu. Dikatakan mengenai murid-murid Juruselamat kita bahwa pada hari itu mereka akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Mat. 19:28). Selain itu, di bagian lain kita membaca mengenai kedatangan Tuhan kita dengan beribu-ribu orang kudus-Nya untuk menghakimi semua orang (Yud. 14-15). Ia akan datang untuk menghakimi dengan semua orang kudus-Nya (1Tes. 3:13). Mereka sendiri juga akan dihakimi (Mat. 25:31-41), tetapi mungkin mereka akan dibebaskan terlebih dahulu dan diminta untuk maju dan duduk di atas bangku peradilan untuk memberikan persetujuan dan tepuk tangan mereka atas penghakiman Kristus yang adil, baik atas manusia maupun atas malaikat-malaikat. Tidak dalam arti lain mereka akan menjadi hakim-hakim. Mereka bukanlah mitra di dalam tugas Tuhan mereka, tetapi mereka mendapat kehormatan untuk duduk di dekat-Nya, dan menyaksikan penghakiman-Nya terhadap dunia yang jahat dan mendukung penghakiman itu. Ada juga yang berpendapat bahwa penghakiman atas dunia ini dimaksudkan ketika kerajaan dunia ini berubah menjadi kerajaan Kristen. Tetapi tidak tampak bahwa jemaat Korintus memiliki pengetahuan bahwa kerajaan dunia akan berubah menjadi kerajaan Kristen. Andaikata mereka tahu, dalam hal apa dapat dikatakan bahwa kaisar-kaisar Kristen akan mengadili malaikat-malaikat? Yang lain lagi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan penghakiman terhadap dunia adalah penghakiman jemaat atas dunia oleh iman dan perbuatan mereka, dan pengusiran malaikat-malaikat jahat oleh kuasa mujizat, yang tidak terbatas hanya pada abad-abad permulaan atau hanya pada rasul-rasul saja. Dari semua pendapat, tampaknya pengertian pertamalah yang paling dapat diterima, dan lagi pula pengertian itu memberikan dukungan sepenuhnya atas alasan yang diberikan. “Akankah orang-orang Kristen mendapat kehormatan untuk duduk bersama Hakim yang Berdaulat pada hari akhir itu, sementara Ia menjatuhkan hukuman ke atas orang-orang berdosa dan malaikat-malaikat yang jahat, dan tidak layakkah mereka untuk menghakimi perkara-perkara tidak berarti yang kamu pertentangkan di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah? Tidak dapatkah mereka menyelesaikan perselisihan kalian itu? Mengapa kamu harus membawa perkaraperkara itu ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah? Kamu ditetapkan untuk menghakimi hakim-hakim itu, jadi pantaskah kamu mengikuti pengadilan mereka? Haruskah kamu menyerahkan urusan-urusan biasa dalam hidup ini kepada hakim yang tidak berarti di dalam jemaat?” (Begitulah yang dipahami oleh beberapa orang, dan mungkin yang paling cocok, ay. 4), yaitu hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, exouthenēmenous, sesuatu yang tidak berarti (1:28). “Pantaskah mereka yang seharusnya dipanggil untuk mengurus perkara-perkaramu, kamu pandang begitu rendah? Tidakkah itu memalukan?” (ay. 5). Ada juga orang yang memahaminya dalam kalimat ironis: “Jika kamu mempunyai perkara-perkara yang belum terselesaikan seperti itu, serahkanlah perkara itu kepada mereka yang setidaknya berarti di antara kamu. Anggota-anggota yang paling rendah di antara kamu pasti dapat menyelesaikan perselisihan ini. Sampaikan perkara yang diperselisihkan kepada mereka, dari pada di ajukan ke pengadilan di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Perkara-perkara itu tergolong sepele, tidak layak untuk dipertengkarkan, dan dengan mudah dapat diselesaikan, jika kamu pertama-tama dapat menaklukkan dirimu sendiri dan tunduk kepada watak Kristen yang sejati. Bersabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan yang paling tidak terpelajar di antara kamu sekalipun dapat mengakhiri perselisihanmu. Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu (ay. 5). Perhatikanlah, merupakan hal yang memalukan jika perselisihan-perselisihan kecil berkembang pesat di antara orang-orang Kristen, sehingga tidak dapat diselesaikan melalui campur tangan saudara-saudara seiman.
- III. Rasul Paulus memberikan dua cara untuk memperbaiki kesalahan ini, yakni,
- 1. Dengan menyerahkan perkara itu kepada seseorang di dalam jemaat untuk diselesaikan: “Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya? (ay. 5) Kamu yang menganggap dirimu sangat berhikmat dan berpengetahuan, yang begitu membangga-banggakan karunia-karunia dan anugerah luar biasa yang kamu miliki. Tidak adakah seorang di antara kamu yang layak untuk melakukan pekerjaan ini? Tidak adakah yang cukup berhikmat untuk menghakimi perselisihan ini? Haruskah sesama saudara bertengkar, dan hakim yang tidak mengenal Allah menghakimi, di dalam suatu jemaat yang begitu terkenal dengan pengetahuan dan hikmatnya seperti kalian? Merupakan suatu aib bagi kamu bahwa banyak pertengkaran terjadi di antara kalian, dan tidak ada seorang pun dari antara kamu yang berhikmat dapat menengahi dan mencegahnya.” Perhatikanlah, orang-orang Kristen sama sekali tidak boleh melakukan gugatan hukum sebelum semua upaya damai telah dicoba dengan hasil yang sia-sia. Orang Kristen yang bijaksana sedapat mungkin mencegah timbulnya pertengkaran dan tidak menyerahkan begitu saja keputusan perkara yang dipertengkarkan kepada pengadilan, khususnya untuk perkara-perkara biasa yang sangat tidak berarti.
- 2. Dengan sukarela bersedia menderita ketidakadilan dari pada menempuh cara tersebut untuk membenarkan diri sendiri. Adanya saja perkara di antara kamu telah merupakan kekalahan bagi kamu. Selalu merupakan suatu kekalahan bagi salah satu pihak untuk berperkara di pengadilan, kecuali apabila surat bukti yang ada memang meragukan dan dengan penuh rasa persahabatan kedua belah pihak sepakat untuk bersama-sama menyerahkan perkara itu pada penilaian dari orang-orang yang memiliki pengetahuan hukum untuk memutuskan. Lebih baik menyerahkan perkara itu daripada berselisih mengenai hal itu, yang tampaknya terutama dikecam oleh Rasul Paulus: Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan? Perhatikanlah, seorang Kristen lebih baik siap menanggung sedikit penderitaan daripada merengek mengasihani diri sendiri dan membangkitkan kemarahan orang lain dengan cara berlomba-lomba mengajukan gugatan hukum. Kedamaian dalam pikirannya sendiri dan ketenangan lingkungan di sekitarnya lebih berharga dari pada kemenangan dalam adu gugat seperti itu atau dalam usaha memulihkan haknya kembali, khususnya ketika perselisihan itu harus diputuskan oleh orang-orang yang menjadi seteru agama kita. Namun Rasul Paulus menunjukkan kepada mereka betapa jauhnya mereka dari kemauan menanggung penderitaan sehingga mereka benar-benar melakukan ketidakadilan, dan mendatangkan kerugian terhadap saudara-saudara mereka. Perhatikanlah, merupakan suatu kesalahan untuk melakukan ketidakadilan dan mendatangkan kerugian terhadap siapa pun juga, tetapi kesalahan ini men jadi semakin besar kalau sampai mendatangkan kerugian terhadap sesama saudara Kristen kita. Ikatan kasih bersama harus menjadi semakin kuat di antara mereka dari pada di antara orang-orang lain. Dan kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia (Rm. 13:10). Orang-orang yang mengasihi rasa persaudaraan berdasarkan asas ini tidak akan pernah menyakiti atau melukai sesama mereka.
SH: 1Kor 6:1-11 - Persatuan, mahal harganya. (Senin, 25 Agustus 1997) Persatuan, mahal harganya.
Hidup dalam kebersamaan tidaklah mudah. Setiap orang memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda yang tidak mungkin disera...
Persatuan, mahal harganya.
Hidup dalam kebersamaan tidaklah mudah. Setiap orang memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda yang tidak mungkin diseragamkan. Penyelarasan hati dan kehendak bahkan jauh lebih sulit dibandingkan penyeragaman. Wajarlah bila dalam kehidupan bersama timbul pertentangan bahkan perselisihan. Malah semakin akrab, semakin mudah terjadi pertentangan, seperti halnya telur dalam keranjang lebih mudah retak karena saling bersinggungan. Sebab itu yang penting adalah bagaimana menundukkan diri kepada kasih Kristus.
Penyelesaian konflik secara Kristiani. Jika Paulus mengatakan bahwa orang-orang Kristen jangan pergi mencari keadilan pada pengadilan dunia, bukan berarti Paulus menyuruh mereka untuk tidak taat kepada peraturan negara. Tetapi Paulus menasihati mereka yang mempunyai masalah, bahwa saling mengampuni, mengalah, merendahkan diri, berlaku adil dan saling menghargai adalah lebih baik daripada pergi ke pengadilan.
Renungkan: Siapa yang akan dipermalukan bila orang dunia menyaksikan perkara pertikaian sesama Kristen di pengadilan?
Doa: Tuhan, ingatkan kami untuk rela berkorban demi mempertahankan kemuliaan kekal yang Kau sediakan bagi kami.
SH: 1Kor 6:1-9 - Menyelesaikan konflik internal (Senin, 8 September 2003) Menyelesaikan konflik internal
Menyelaraskan ide dalam sebuah komunitas ternyata tidak mudah.
Setiap orang akan berusaha mempertahankan pendapat...
Menyelesaikan konflik internal
Menyelaraskan ide dalam sebuah komunitas ternyata tidak mudah. Setiap orang akan berusaha mempertahankan pendapatnya bahkan dengan cara apa pun sehingga teman jadi lawan. Akibatnya pertentangan dan perselisihan terus menerus terjadi. Imbauan agar jemaat Tuhan saling mengasihi, saling merendahkan hati, saling tunduk dan hormat satu dengan lainnya, hanya angin lalu. Bahkan perselisihan ini bisa berujung di meja hijau karena saling menuduh dan saling merasa paling benar tidak terselesaikan.
Keadaan ini akhirnya membuat Paulus menegur jemaat yang menyelesaikan perselisihan di meja hijau atau pengadilan. Menurut Paulus, hal ini tidak akan terjadi seandainya masalah itu diselesaikan secara internal, seperti yang Tuhan Yesus ajarkan (lih. Mat. 18:15-17). Teguran Paulus ini didasarkan pada dua hal: [1] bahwa adanya masalah "perselisihan" dalam jemaat sebenarnya menunjukkan "kekalahan" karena jemaat Kristen tidak berhasil hidup dalam kasih dan pengampunan; [2] sikap merasa diri paling benar, membuat jemaat Kristen "rela" melakukan ketidakadilan dan merugikan orang lain. Teguran Paulus ini sebenarnya bukan mengajarkan jemaat untuk tidak percaya pada pengadilan dunia dan memberontak terhadap peraturan negara. Paulus menggarisbawahi bahwa saling mengampuni, menghargai, merendahkan diri, dan berlaku adil lebih baik daripada menyelesaikannya di meja pengadilan (bdk. Luk. 12:58).
Orang Kristen yang lebih memilih meja hijau dalam menyelesaikan masalah internal sebenarnya menunjukkan bahwa secara moral jemaat kalah. Ini merupakan tanda bahwa orang Kristen hanya bisa bicara tanpa dapat mengendalikan dirinya dan mengampuni saudaranya.
Renungkan: Perselisihan di antara orang Kristen hanya akan mendatangkan sikap tidak simpatik dan membuat orang semakin alergi terhadap kekristenan.
SH: 1Kor 6:1-8 - Menyelesaikan konflik (Sabtu, 20 Juni 2009) Menyelesaikan konflik
Konflik? Wajar! Ini memperlihatkan relasi yang riil. Bila suatu
relasi tak pernah mengalami konflik, jangan-jangan relasi ...
Menyelesaikan konflik
Konflik? Wajar! Ini memperlihatkan relasi yang riil. Bila suatu relasi tak pernah mengalami konflik, jangan-jangan relasi itu tidak pernah ada atau semu belaka. Jadi pertanyaannya bukan bagaimana membuat hubungan kita dengan sesama bebas konflik. Melainkan bagaimana menyelesaikan konflik dengan baik, menjunjung tinggi kemanusiaan, menghormati kebenaran dan memenangi semua pihak dengan kasih. Pertanyaan ini makin mendesak di kalangan Kristen masa kini. Konflik yang berkepanjangan dan yang "diselesaikan" dengan cara yang salah, ma-kin hari makin meluas bahkan menyeret orang Kristen juga.
Situasi yang disoroti Paulus adalah konflik yang sampai harus diselesaikan di pengadilan. Tidak jelas bagi kita konflik apa yang terjadi. Paulus hanya menyebut bahwa konflik itu menyangkut masalah keadilan. Jadi bisa saja penyebabnya mirip dengan yang sering terjadi kini. Misalnya soal warisan, hutang-piutang, atau ketidakjujuran dalam transaksi bisnis, dlsb. Masalah-masalah seperti itu tidak hanya terjadi di kalangan orang bukan Kristen. Di antara sesama orang Kristen pun sering terjadi. Lalu bagaimana sebaiknya mencari jalan keluar dari konflik seperti itu agar keadilan tetap ditegakkan, tetapi tidak perlu sampai ke pengadilan? Mengapa demikian? Karena ini tidak sesuai dengan kenyataan masa depan kita kelak. Orang Kristen akan diikutsertakan Allah dalam mengadili dunia ini. Maka bagaimana mungkin para partner Allah dalam menghakimi dunia kelak, malah mem-beri diri dihakimi oleh yang akan mereka hakimi. Jika orang Kristen mencari keadilan dari orang yang tidak beriman, mereka mempermalukan Tuhan dan menyangkali prospek mulia mereka kelak. Terkait dengan itu, Paulus mengingatkan bahwa dalam diri orang Kristen harus ada kesediaan mengalah dan berkorban. Ini prinsip penting. Kita mengalami sendiri bahwa sering kali konflik selesai dengan mudah, bila ada salah satu pihak yang berinisiatif lebih dulu mengalah, berkorban, mengampuni, mempraktikkan kasih Kristus.
Seperti Kristus membenarkan kita dengan kasih-Nya yang berkorban, kita pun baiknya menyelesaikan konflik dengan prinsip yang sama.
SH: 1Kor 6:1-11 - Ingat kesaksian kita (Sabtu, 27 April 2013) Ingat kesaksian kita
Ada sebuah gedung gereja yang digunakan untuk beribadah oleh dua kelompok dari denominasi yang berbeda. Sering kali kedua kelomp...
Ingat kesaksian kita
Ada sebuah gedung gereja yang digunakan untuk beribadah oleh dua kelompok dari denominasi yang berbeda. Sering kali kedua kelompok itu bertikai mengenai penggunaan gedung. Penjaga gedung sampai turun tangan untuk mendamaikan mereka. Yang ironis, sang penjaga berbeda iman dari kedua kelompok itu.
Tampaknya Paulus menganggap bahwa pertikaian di antara dua anggota jemaat tidak perlu sampai dibawa ke pengadilan umum, karena hakim yang bertugas di situ bukan orang beriman (1). Maka sungguh memalukan bila orang percaya minta didamaikan oleh orang yang tidak percaya. Dengan mendatangi hakim di pengadilan dunia untuk memecahkan masalah di dalam jemaat, itu sama saja dengan mengatakan bahwa tidak ada orang yang cukup berhikmat dan berotoritas untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Bahkan adanya pertikaian di antara mereka saja sudah merupakan suatu hal yang memalukan. Menurut Paulus, adalah lebih baik bila mereka menderita kekalahan daripada harus bertikai dan saling membalas dengan cara-cara yang sama sekali tidak kristiani. Padahal suatu saat Allah akan mendelegasikan otoritas untuk menghakimi orang yang tidak beriman kepada orang beriman (2). Bila demikian besar otoritas yang akan diterima oleh orang beriman maka sudah seharusnya orang beriman punya kompetensi untuk menyelesaikan permasalahan internal. Lagi pula orang beriman dapat meminta hikmat dari Roh Kudus bila memerlukannya (Yoh. 14:26).
Dari kritik Paulus, tampak bahwa jemaat Korintus tidak memahami identitas mereka selaku orang percaya yang harus memberikan kesaksian yang benar kepada dunia ini. Maka selaku orang percaya, kiranya kita tidak sampai pergi ke pengadilan dunia untuk memecahkan masalah di antara jemaat. Kalaupun masalah di antara jemaat butuh seorang pendamai atau penengah, carilah seorang Kristen atau hamba Tuhan yang berhikmat dan berotoritas. Lebih dari itu, sebagai orang Kristen marilah kita belajar untuk saling memberi, bukan hanya berusaha memanfaatkan sesama.
SH: 1Kor 6:1-11 - Carilah Keadilan Allah (Minggu, 14 April 2019) Carilah Keadilan Allah
Ke manakah kita mencari keadilan? Masih adakah keadilan di dunia ini? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini masih relevan di tenga...
Carilah Keadilan Allah
Ke manakah kita mencari keadilan? Masih adakah keadilan di dunia ini? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini masih relevan di tengah dunia yang penuh ketidakadilan. Bahkan di pengadilan, kita begitu sulit mendapatkan keadilan.
Dalam 1 Korintus 6:1-11, kita menemukan upaya jemaat Korintus dalam mencari keadilan. Khususnya, ketika ada masalah di dalam hubungan antarumat. Permasalahannya, mereka tidak menyelesaikan perkara tersebut secara internal. Mereka malah membawa kasusnya ke pengadilan sekuler. Bagi rasul Paulus, ini merupakan kesalahan fatal. Seharusnya, orang Kristenlah yang menjadi hakim atas dunia ini, bahkan atas malaikat-malaikat (bdk. Yoh. 5:22; Why. 3:21; 2Pet. 2:4 dan Yud. 6)
Ada beberapa alasan mendasar mengapa Paulus melarang jemaat membawa masalah mereka ke pengadilan sekuler. Pertama, hakim di pengadilan sekuler akan mengabaikan nilai-nilai Kristen dalam mengambil keputusan. Kedua, umumnya orang datang ke pengadilan dimotivasi oleh balas dendam. Ini tidak boleh dilakukan oleh orang Kristen. Ketiga, membawa perkara saudara seiman ke pengadilan sekuler akan merusak kesaksian gereja Tuhan.
Dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen, ada kalanya kita menderita ketidakadilan. Misalnya, kita dicurangi sistem atau hak kita dirampas dengan semena-mena. Namun, kita diingatkan bahwa lebih baik menderita ketidakadilan daripada harus mempermalukan nama Tuhan dengan mencari keadilan dari orang-orang yang tidak percaya.
Oleh karena itu, marilah kita arif dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan-persoalan jemaat secara internal. Namun kalau pun akhirnya kita mendapat ketidakadilan, mari tetap hidup dalam takut akan Tuhan. Kita harus tetap memilih untuk memuliakan Tuhan. Keadilan Allah masih ada dan berlaku bagi kita. Sebab pada akhirnya, keadilan Allah pasti akan nyata seperti fajar di pagi hari.
Doa: Ya Tuhan, tunjukkanlah keadilan-Mu bagi kami di tengah dunia yang penuh kabut ketidakadilan ini. [AB]
Utley -> 1Kor 6:1-6
Utley: 1Kor 6:1-6 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 6:1-61 Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 6:1-6
1 Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus? 2 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? 3 Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari. 4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat? 5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara- perkara dari saudara-saudaranya? 6 Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?
- NASB "suatu kasus"
- NKJV "suatu hal"
- NRSV "suatu keluhan"
- TEV "berselisih"
- NJB "suatu keluhan"
Ini digunakan dalam papirus bahasa Yunani Koine yang ditemukan di Mesir untuk (1) "suatu tindakan" atau "suatu perbuatan", (2) "suatu gugatan"; (3) "masalah" atau "kesulitan"; (4) "bisnis" atau "perdagangan" (lih. Moulton dan Milligan, Kosakata dari Perjanjian Baru Yunani, hal 532). Nomor dua paling cocok dengan konteks ini. Kita tahu dari dokumen Athena bahwa orang Yunani secara kultural cenderung suka berperkara. Hal yang sama, sampai batas tertentu, berlaku untuk orang Romawi. Korintus pada zaman Paulus bukanlah orang Yunani, tetapi Romawi (lihat Bruce W. Winter, Setelah Paulus meninggalkan Korintus, Eerdmans, 2001).
- NASB, "sesamanya"
- NKJV, NRSV,
- NJB "orang lain"
- TEV "orang Kristen lainnya"
Ini secara harfiah adalah heteros(lih. 1Kor 10:24; 14:17; Gal 6:4). Dalam bahasa Yunani klasik ada perbedaan antara alla(yaitu lain dari jenis yang sama) dan heteros(yaitu, yang lain dari jenis yang berbeda). Perbedaan ini dalam bahasa Yunani Koine (seperti halnya banyak dari perbedaan dan penggunaan tata bahasa Yunani Klasik) memudar. Konteks ini adalah contoh yang baik. Penggunaan heteros di sini, yang mengacu pada sesama orang percaya, adalah sejajar dengan Rom 13:8. Dalam Rom 2:1 istilah ini memiliki makna yang lebih luas, mungkin tetangga, sesama warga negara, atau orang Yahudi. Penentu secara kontekstual untuk konotasi dalam ayat ini adalah frasa "di hadapan orang-orang kudus." Seorang sesama yang terhilang mungkin akan tidak setuju untuk menghadap pengadilan gereja (lih. Mat 18:17; Yak 2:1-4) dalam suatu perselisihan dengan orang beriman.
Sangatlah mungkin bahwa Paulus memiliki perbedaan dua tingkat. Adalah suatu masalah bagi seorang percaya yang melawan orang kafir untuk pergi menghadap pengadilan kafir. Bahkan lebih buruk bagi seorang percaya untuk mengajukan orang percaya lain ke hadapan pengadilan kafir. Saya lebih suka penafsiran bahwa "sesama" dalam ayat 1Kor 6:1 juga berarti "mitra perjanjian" atau "sesama orang percaya."
□ "berani" Istilah Yunani ini (yaitu, tolmaō) digunakan beberapa kali dalam surat-surat Korintus dalam arti "untuk menganggap" atau "untuk menjamin keberanian" (lih. 1Kor 6:1; 2Kor 6:2; dan Rom 5:7; 15:15,18;Yud 1:9).
- NASB, NKJV "mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar,"
- NRSV "untuk membawanya ke pengadilan di hadapan orang tidak benar"
- TEV "pergi ke hadapan hakim kafir"
- NJB "untuk mencari pertimbangan dari orang-orang berdosa"
Paulus tidak khawatir tentang orang percaya yang akan diperlakukan tidak adil, tapi tentang mengungkapkan masalah-masalah Orang Kristen di hadapan orang-orang kafir. Roh adalah kunci untuk hubungan antar pribadi di dalam gereja, bukannya hukum kafir. Penginjilan adalah lebih penting daripada keadilan pribadi!
1Kor 6:2 "tidak tahukah kamu," Lihat catatan pada 1Kor 5:6.
□ "orang-orang kudus" Kata "Orang Kudus" (hogioi) berasal dari istilah PL "kudus," (kadosh) yang berarti "dipisahkan untuk pelayanan Allah" (lih. Kel 19:6; Ul 7:6; 1Kor 1:2; 2Kor 1:1; Rom 1:1; Ef 1:1; Fil 1Kor 1:1; Kol 1:2). Istilah ini selalu JAMAK dalam PB kecuali satu kali di Filipi (1Kor 4:21), tetapi bahkan di sana, digunakan untuk kebersamaan. Diselamatkan adalah menjadi bagian dari komunitas perjanjian iman, keluarga orang percaya. Lihat Topik Khusus: Orang Kudus pada 1Kor 1:2.
Umat Allah adalah kudus karena kebenaran yang diperhitungkan oleh Yesus (yaitu, pernyataan INDICATIVE, lih. Rom 4; 2Kor 5:21). Adalah kehendak Allah bahwa mereka hidup kudus (yaitu, perintah IMPERATIVE, lih. Ef 1:4; 4:1; 5:27; Kol 1:22; 3:12). Orang-orang percaya dinyatakan kudus (pengudusan posisional) dan juga dipanggil untuk kekudusan gaya hidup (pengudusan progresif). Pembenaran dan pengudusan harus dipegang bersama-sama! Lihat Topik Khusus: Pengudusan di 1Kor 1:2.
□ "akan menghakimi dunia" Meskipun Yesus telah menyebutkan secara khusus bahwa para Rasul akan bertindak sebagai hakim, perpanjangan logis dari kebenaran itu adalah bahwa orang-orang kudus juga akan menghakimi (lih. Dan 7:22,27; Mat 19:28, Luk 22:28-30, Wahy 2:26; 3:21; 20:4). Kapan dan bagaimananya adalah pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
□ "Jika" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang mengasumsikan bahwa orang-orang kudus akan berpartisipasi sebagai hakim di akhir zaman peristiwa.
- NASB, "tidakkah kamu sanggup untuk membentuk pengadilan yang terkecil"
- NKJV "tidakkah kamu layak untuk menghakimi hal-hal yang terkecil"
- NRSV "tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti"
- TEV "tidakkah kamu mampu menghakimi hal-hal kecil"
- NJB "tidakkah kamu sanggup untuk kasus-kasus kecil"
Ini adalah sarkasme yang menggigit yang diarahkan kepada mereka yang mengaku memiliki hikmat yang unggul! Istilah yang sama ini (yaitu, anaxios) digunakan untuk perilaku yang tidak tepat dari gereja-gereja Korintus pada Perjamuan Tuhan (lih. 1Kor 11:27,29). Orang percaya yang tidak dewasa, yang mengaku begitu banyak memiliki wawasan rohani yang khusus ini, pada kenyataannya tidak tahu bagaimana untuk mengevaluasi dengan benar atau bertindak secara benar!
Istilah "terkecil" adalah bentuk superlatif dari mikros. Paulus menggunakan kata ini sebelumnya di dalam 1Kor 4:3. Penggunaannya mempertinggi sarkasme tersebut.
1Kor 6:3 "Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat" Tata bahasa ini mengharapkan jawaban"ya." Orang percaya merupakan tatanan rohani yang lebih tinggi daripada malaikat. Sulitlah bagi orang percaya, yang terjebak dalam dunia yang jatuh ini, untuk menyadari status kerohanian kita yang sebenarnya (lih. 1Kor 13:12). Malaikat diciptakan sebagai hamba Allah dan hamba manusia yang ditebus (lih. Ibr 1:14). Umat manusialah yang diciptakan dalam gambar dan rupa Allah (lih. Kej 1:26-27), bukan malaikat. Untuk umat manusialah Yesus memberikan nyawa-Nya, bukan untuk malaikat (lih. Ibr 2:14-16). Orang-orang percaya suatu hari nanti akan menghakimi para malaikat (yaitu, para malaikat pemberontak, lih. Kej 6; Mat 25:41; 2Pet 2:4-9; Yud 1:6 atau semua malaikat sebagai suatu metafora tentang dominasi universal, Dan 7:22,27).
Menurut teologia kerabbian para malaikat selalu cemburu pada kasih, pemeliharaan, dan penyediaan Allah untuk kemanusiaan yang jatuh. Literatur apokaliptik Yahudi bahkan menegaskan bahwa pemberontakan Setan itu berhubungan dengan perintah Allah untuk melayani ras Adam.
□ "Jadi apa lagi" Ini mencerminkan sebuah ENKLITIC PARTICLE yang kuat (yaitu, ge), yang digunakan untuk menunjukkan penekanan (lih. karya Moulton Leksikon Analitis, Edisi Revisi, hal. 75). Kontras yang sinis jelas terlihat.
1Kor 6:4 "jika" Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL, yang berarti tindakan potensial.
□ "kamu menyerahkan" Ada beberapa kemungkinan cara menerjemahkan frasa ini. Teori-teorinya adalah
- 1. INDICATIVE (sebuah pernyataan), "kamu mempersiapkan"
- 2. INTEROGATIVE (pertanyaan), "apakah kamu mempersiapkan?"
- 3. EXCLAMATION (lih. NJB, NIV), "kamu mempersiapkan!"
- 4. IMPERATIVE (perintah), "persiapkanlah"
Intinya adalah bahwa paling tidak orang Kristen harus dapat menghakimi hal-hal duniawi yang sederhana dan biasa. Mencoba untuk lebih banyak menjelaskan pilihannya, ada dua cara untuk melihat naskah ini: (1) ini merujuk pada hakim-hakim kafir atau (2) ini merujuk pada anggota yang paling tidak berarti dari jemaat. Jika demikian, ini adalah kelanjutan dari sarkasme.
- NASB, NJB "yang tidak diperhitungkan"
- NKJV "mereka yang tidak berarti"
- NRSV, TEV "mereka yang tidak memiliki kedudukan"
Istilah ini (yaitu, exoutheneō, PERFECT PASSIVE PARTICIPLE) digunakan oleh Paulus dalam 1Kor 1:28 untuk menunjukkan bahwa Allah menggunakan "hal-hal yang rendah," "orang hina," "hal-hal yang tidak berarti" untuk memalukan hikmat dunia sehingga Tuhan sendiri yang akan menerima kemuliaan. Di sini tampaknya ini menyiratkan orang-orang di gereja tanpa status atau keterampilan kepemimpinan. Yang terkecil dari umat Allah justru lebih memadai, karena hikmat dan Roh Allah, untuk menangani masalah daripada hakim sekuler berpendidikan dan berpengalaman terbaik yang tidak percaya.
□ "jemaat" Lihat Topik Khusus pada 1Kor 1:2.
1Kor 6:5 "Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu" Paulus sering menggunakan kata ini (lih. 1Kor 4:14; 6:5; 15:34; 2Tes 3:14; Tit 2:8). Mempermalukan adalah salah satu alat Roh Kudus untuk membawa penyadaran dan memungkinkan tindakan dan sikap kebenaran dan dapat dipercaya untuk berkembang. Ayat ini melanjutkan sarkasme yang menggigit tersebut.
□ "Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat," Ini adalah sarkasme menggigit untuk gereja yang sombong secara intelektual ini. Ini merupakan pertanyaan negatif ganda yang tegas, yang mengharapkan jawaban "ya". Lihat catatan pada 1Kor 4:7.
1Kor 6:6 "justru pada orang-orang yang tidak percaya" Tidak ada ARTICLE pada kata ini, oleh karena itu, penekanannya adalah pada kualitas duniawi "kafir" dari para hakim tersebut.
TFTWMS -> 1Kor 6:4-8
TFTWMS: 1Kor 6:4-8 - Perkara Hukum Adalah Untuk Mereka Yang Tidak Percaya Perkara Hukum Adalah Untuk Mereka Yang Tidak Percaya (1 Korintus 6:4-8)
4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu me...
Perkara Hukum Adalah Untuk Mereka Yang Tidak Percaya (1 Korintus 6:4-8)
4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat? 5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya? 6 Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?
7 Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan? 8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.
Ayat 4. Pertanyaan retoris Paulus terus menekankan kemustahilan orang-orang kudus membawa sengketa duniawi mereka ke hadapan pengadilan sekuler. Perkara-perkara biasa (biwtika, biōtika) berkaitan dengan penyediaan kebutuhan untuk keluarga seseorang atau hubungan antar pribadi. Batas properti, kios yang dialokasikan di pasar, penyelesaian utang, atau upah yang disetujui bisa saja melibatkan orang-orang yang sebenarnya ramah ke dalam perselisihan. Konflik seperti itu bisa meluas menjadi kemarahan dan kepahitan. Persekutuan dan kesatuan gereja menjadi rusak ketika orang percaya terpaksa ke pengadilan duniawi yang dapat disuap dan disanjung untuk menyelesaikan pertikaian di antara mereka.
Paulus tidak sedang meremehkan sengketa yang timbul di antara orang-orang percaya, ia juga tidak sedang menyiratkan bahwa perselisihan seperti itu selalu dapat diselesaikan secara tegas sebagai masalah benar dan salah. Ia sedang mengatakan bahwa orang-orang terhormat dari kalangan gereja lebih mungkin memberikan keputusan yang adil yang dapat diterima oleh semua pihak daripada keputusan hakim duniawi. Alkitab NIV 1984 tidak menerjemahkan ayat 4 sebagai pertanyaan retoris. Dengan mengartikan kaqi÷zete (kathizete, "mengangkat") sebagai suatu keharusan, Alkitab NIV memberi terjemahan ini: "Oleh karena itu, jika kalian memiliki perselisihan tentang hal-hal seperti itu, angkatlah sebagai hakim bahkan kaum pria yang kurang penting di dalam gereja." Pengertiannya adalah bahwa gereja akan berbuat lebih baik untuk mengangkat para anggotanya yang kurang layak sebagai hakim daripada orang Kristen harus berpekara hukum atas satu sama lain di pengadilan sekuler. Bahkan yang kurang penting dari mereka dapat menangani perselisihan tentang hal-hal kehidupan sehari-hari secara lebih memadai daripada yang dapat dilakukan oleh orang-orang tidak percaya. Sulit untuk memutuskan apakah terjemahan NIV 1984 atau NASB yang lebih baik. Keduanya dengan baiknya cocok dengan konteksnya, namun NIV 1984 lebih cocok dengan harapan para pembaca bahwa Paulus akan menasihati para pendengarnya untuk menyelesaikan di dalam gereja pelbagai masalah pribadi.
Ayat 5. Rasul Paulus merasa ironis bahwa gereja Korintus bertindak seolah-olah mereka tidak mampu membuat penghakiman yang bijaksana saat perselisihan muncul di tengah-tengah para saudara itu. Dalam percekcokan mereka yang bersifat partisan itu, mereka telah menunjukkan opini hikmat mereka sendiri tinggi (lihat 3:18-20). Hal apakah yang sudah terjadi atas hikmat menurut penilaian diri sendiri ini? Mengapa hikmat itu sangat melimpah dalam argumen filosofis mereka tapi begitu kurang dalam hal-hal praktis untuk menyelesaikan perselisihan? Rasul Paulus mengharapkan hikmat itu dipraktikkan dalam hal kehidupan gereja.
Di antara pelbagai karunia rohani yang Paulus lihat di dalam diri orang-orang percaya ini terdapat penghakiman yang baik yang dapat membimbing mereka ketika perselisihan muncul. Beberapa orang secara jelas memiliki karunia "memimpin" (dari kube÷rnhsiß, kubernēsis), menurut 12:28. Kata ini menyiratkan kemampuan untuk membimbing, seperti nakhoda kapal yang mengarahkan kapal di jalur yang aman. Mereka yang memiliki karunia seperti itu perlu tampil pada kesempatan itu dan membimbing gereja di Korintus melalui masa-masa sulit. Penolakan orang yang memiliki karunia seperti itu untuk memikul tanggung jawab ini membuat imannya dipertanyakan. Saudara-saudara yang bijaksana tidak boleh ragu-ragu untuk memberikan penghakiman ketika gereja membutuhkan mereka. Jika gereja itu kekurangan orang-orang yang berhikmat atau tidak mau mencari orang-orang yang berhikmat untuk bimbingan, itu sungguh memalukan mereka.
Ayat 6. Di sepanjang penanganannya atas keadaan di mana seorang saudara berpekara hukum melawan seorang saudara di pengadilan sekuler, tidak percaya adalah reaksi Paulus. Masalahnya ada dua: orang-orang percaya yang berhikmat telah menunjukkan diri mereka malu-malu, dan orang Kristen yang berpikiran duniawi tidak bersedia untuk berkompromi mengatasi konflik itu. Akibatnya bukan hanya ada kemunafikan di dalam gereja itu, tetapi juga penghinaan secara terbuka: Saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain. Dengan membawa kasus mereka ke hadapan orang-orang yang tidak percaya, orang Kristen secara terbuka menyatakan bahwa mereka tidak punya orang di tengah-tengah mereka yang berhikmat atau yang cukup dipercaya untuk menghakimi hal-hal tersebut. Mereka mempertontonkan diri mereka sebagai orang yang serakah, egois yang sama seperti sebelum mengenal Kristus. Tuhan mengharapkan perilaku yang lebih baik dari mereka, seperti yang juga Paulus harapkan.
Ayat 7. Apa yang lebih mengganggu daripada saudara-saudara saling berpekara hukum di hadapan pejabat non-Kristen adalah mereka mengabaikan kemurahan hati dan pengampunan yang seharusnya menjadi sifat pergaulan antara orang-orang percaya. Gereja itu bukan hanya menolak untuk menyelesaikan sengketanya sendiri dengan mendatangi orang-orang berhikmat untuk minta bimbingan, tetapi mereka juga telah menunjukkan sikap persaingan. Tidak ada orang yang bersedia untuk mengabaikan hal yang paling kecil selama ada prospek keuntungan bagi diri mereka sendiri.
Telah merupakan kekalahan bagi kamu, kata Paulus, ketika saudara-saudara itu mengajukan perkara di antara … yang seorang terhadap yang lain. Yesus telah memberi contoh yang akan bagus bagi mereka untuk diikuti. Meski Ia kaya, namun demi mereka Yesus telah menjadi miskin sehingga mereka dapat menjadi kaya (2 Kor. 8:9). Jika seorang musuh meminta baju milik pengikut Kristus, Yesus berkata bahwa pengikut-Nya itu harus memberi juga mantelnya kepada musuh itu (Mat. 5:40). Ia menambahkan, "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu" (Mat. 5:42). Ketika orang percaya berpekara hukum melawan orang percaya, tidak ada pihak yang dapat menang.
Ketika seorang Kristen yakin bahwa sesama orang percaya telah melakukan ketidakadilan terhadap dia, satu pilihan bagi dia adalah mengabaikan masalah ini dan memaafkan pelanggaran itu. Jika seorang saudara berkeras menuntut upah yang lebih besar daripada yang berlaku, hal terbaik yang orang Kristen lakukan adalah memberi dia upah tambahan. Jika ia menyerobot tanah beberapa meter di luar batasnya yang telah ditetapkan, Yesus akan mengatakan untuk membiarkan dia memiliki tanah itu. Alih-alih berkeras pada keadilan yang ketat yang kita percaya menjadi hak kita, Paulus bertanya, Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?
Apa sajakah batas-batas bagi kedermawanan ini? Apakah yang orang harus lakukan ketika keserakahan menguasai kesabaran dan kemurahan hati? Ketika niat baik dan kesediaan untuk mencapai kesepakatan dikalahkan, orang-orang berhikmat di dalam gereja harus tampil ke depan. Ketidakadilan yang dikeluhkan harus diselesaikan dalam komunitas orang percaya. Jalur tindakan seperti itu cocok bagi umat Kristen di zaman kini seperti halnya juga untuk umat Kristen di zaman dulu.
Ayat 8. Apa yang membangkitkan kemarahan Paulus adalah bahwa umat Kristen di Korintus lebih berniat menggunakan dasar teknis hukum setempat untuk memperkaya diri mereka sendiri daripada melihat keadilan ditegakkan. Alih-alih memperlihatkan kerelaan mereka untuk dirugikan demi perdamaian dan niat baik di tengah-tengah orang percaya, Paulus menuduh, Kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian. Sudah cukup buruk ketika orang percaya bersedia menekan keberuntungan mereka sendiri hingga ke titik ketidakadilan terhadap korban yang non-Kristen, tetapi beberapa orang Kristen di Korintus malah sedang memangsa orang yang seiman dengan mereka.
Tentu akan menarik untuk mendengar suara Paulus saat ia menatap mata para pelanggar itu dan berkata, Hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu. Suatu ikatan kesatuan dan persaudaraan yang unik terwujud di tengah-tengah orang-orang percaya (Gal. 6:10). Ketika seorang Kristen melakukan ketidakadilan terhadap saudara yang beriman juga kepada Yesus sebagai Tuhan, itu merupakan tindakan tercela ganda karena seluruh tubuh itu menderita. Paulus menunjukkan bahwa konfrontasi dengan dosa dan ketidakadilan kadang-kadang membutuhkan lebih daripada argumentasi yang tenang dan sikap mengalah. Rasul Paulus tidak ingin ambil bagian dalam cara gereja Korintus itu berperilaku dalam hal ini. Ia melihat respons ini sebagai bertentangan dengan tubuh Kristus.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah...
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- (1) Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
- (2) Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- (1) Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- (2) Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
- (3) Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- (4) Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- (5) Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Full Life: 1 Korintus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)
I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20)
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(1Kor 1:1-9) - I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20) - A. Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21) - 1. Empat Golongan
(1Kor 1:10-17) - 2. Penyebab Perpecahan
(1Kor 1:18-4:5) - a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat
(1Kor 1:18-3:4) - b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen
(1Kor 3:5-4:5) - 3. Imbauan untuk Berdamai
(1Kor 4:6-21)
Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah
(1Kor 1:10,13) - B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat
(1Kor 5:1-6:20) - 1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja
(1Kor 5:1-13) - 2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen
(1Kor 6:1-11) - 3. Masalah Kebejatan Seksual
(1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya
berperilaku baik supaya membawa hormat bagi Dia
(1Kor 6:17,20) - II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9) - A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan
(1Kor 7:1-40) - 1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang
(1Kor 7:1-9) - 2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan
(1Kor 7:10-16) - 3. Prinsip Kepuasan Hati
(1Kor 7:17-24) - 4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah
(1Kor 7:25-38) - 5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang
(1Kor 7:39-40)
Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang
suami atau istri; kepada orang lainnya, Ia berikan karunia
untuk tinggal membujang demi kepentingan kerajaan-Nya
(1Kor 7:7,32) - B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen
(1Kor 8:1-11:1) - 1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala
(1Kor 8:1-13) - 2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya
(1Kor 9:1-27) - 3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan
(1Kor 10:1-13) - 4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan
(1Kor 10:14-23) - 5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis
(1Kor 10:24-11:1)
Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah; jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara
didiskualifikasi dari pertandingan (1Kor 9:24-27) - C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama
(1Kor 11:2-14:40) - 1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat
(1Kor 11:2-16) - 2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan
(1Kor 11:17-34) - 3. Karunia-Karunia Rohani
(1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur
(1Kor 14:40) - D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan
(1Kor 15:1-58) - 1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada
Kebangkitan Orang Mati? (1Kor 15:12) - J. Kepastian Kebangkitan
(1Kor 15:1-34) - 2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah
Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35) - J. Sifat Tubuh Kebangkitan
(1Kor 15:35-57) - 3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu
(1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali
(1Kor 15:22-23) - E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus
(1Kor 16:1-9) - Pengarahan-Pengarahan Akhir
(1Kor 16:10-24)
Matthew Henry: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan me...
- Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan memanjang sempit yang menghubungkan wilayah semenanjung Peloponesus dengan wilayah Yunani lainnya di bagian Selatan. Kota ini memiliki dua pelabuhan yang berhubungan. Pelabuhan yang pertama terletak di bagian bawah Teluk Korintus yang dinamakan Lekheum, tidak jauh dari pusat kota, dari tempat itu mereka berniaga sampai ke Italia dan negeri-negeri di sebelah Barat lainnya. Pelabuhan satunya terletak di bagian bawah Sinus Saronikus, yang disebut Kengkrea, yang letaknya sedikit lebih jauh, dari tempat itu mereka berdagang ke arah Asia. Melihat keadaan ini, tidak heran kalau Korintus berkembang menjadi sebuah kota perniagaan yang besar dan sangat makmur. Karena kayanya, kota ini cenderung menghasilkan barang-barang mewah dari berbagai jenis, dan tidak heran jika tempat yang begitu terkenal akan kekayaan dan seni itu juga menjadi terkenal akan kebejatannya. Secara khusus kota ini terkenal karena percabulannya. Begitu terkenalnya percabulan di kota itu, sehingga perkataan perempuan Korintus diartikan dalam sebuah pepatah sebagai “pelacur.” Kata korinthiazein, korinthiasesthai, yaitu mempermainkan orang Korintus, maksudnya melacur atau bersundal. Namun, di dalam kota yang cabul inilah Rasul Paulus, oleh berkat Allah atas pekerjaan-pekerjaannya, menanam dan mendirikan sebuah jemaat Kristen, khususnya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Melihat sejarahnya, mungkin sekali ini yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Bandingkan dengan beberapa bagian dari surat kerasulan ini, khususnya pasal 12:2, di mana Rasul Paulus berkata kepada mereka, Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, walaupun sangat mungkin banyak juga orang-orang Yahudi yang bertobat dan percaya kepada Injil ada di antara mereka, sebab kita tahu bahwa Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kis. 18:8). Selanjutnya rasul Paulus masih tinggal di kota ini sampai hampir dua tahun lamanya, sebagaimana dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul 18:11 dan kemudian bandingkan dengan ayat 18. Pekerjaannya sangat berhasil karena dikuatkan dengan suatu penglihatan ilahi yang meyakinkan dia bahwa Allah memiliki banyak umat di kota ini (Kis. 18:9-10). Ia juga tidak biasa tinggal lama di suatu tempat di mana pelayanannya tidak diterima dan tidak berhasil.
- Beberapa waktu kemudian, setelah ia meninggalkan mereka, ia menulis surat kerasulan ini kepada mereka. Dengan surat tersebut ia hendak mengairi apa yang telah ia tanam dan memperbaiki beberapa kekacauan besar yang terjadi selama ia tidak berada di sana. Kekacauan itu sebagian ditimbulkan oleh kepentingan sejumlah pengajar palsu yang ada di antara mereka, dan sebagian lagi karena pengaruh lama dari perilaku dan pengajaran lama mereka yang sebenarnya belum tersingkir sepenuhnya oleh asas-asas Kristen yang mereka pegang. Dari beberapa kesalahan yang ditegur oleh Rasul Paulus, sangat jelas kelihatan bagaimana kemakmuran mereka berperan dalam menghancurkan akhlak mereka. Kesombongan, ketamakan, kemewahan, dan hawa nafsu (turunan alamiah dari pikiran duniawi dan rusak), semuanya disuburkan dan didorong oleh kekayaan jasmaniah. Dengan semua ini seluruh jemaat atau beberapa orang tertentu di antara mereka ditegur oleh Rasul Paulus. Kesombongan mereka terungkap dengan sendirinya di dalam pesta-pesta dan kelompok-kelompok mereka, serta ketidaktertiban mereka yang terkenal buruk di dalam menggunakan karunia-karunia rohaniah mereka. Kebejatan ini tidak sepenuhnya disuburkan oleh kemakmuran mereka, tetapi juga oleh pikiran mereka yang dipengaruhi oleh pengajaran dan filsafat Yunani. Beberapa naskah kuno menunjukkan kepada kita bahwa kota ini dipenuhi oleh orang-orang ahli pidato dan ahli-ahli filsafat. Orang-orang ini dari sifat pembawaannya itu sudah melakukan kesia-siaan, penuh dengan kesombongan diri, dan suka me rendahkan ajaran Injil yang sudah sangat jelas, karena dianggap tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu dan watak mereka yang suka berbantah, serta tidak dapat menyenangkan telinga mereka dengan pidato-pidato yang berseni disertai aliran kata-kata yang indah. Keserakahan mereka diwujudkan di dalam berbagai gugatan hukum dan tuntutan perkara tentang meum – hakku, dan tuum – hakmu, di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Kemewahan mereka tampak dalam berbagai hal, di dalam pakaian-pakaian mereka, di dalam pesta makan minum mereka yang berlebihan, bahkan juga di dalam perjamuan Tuhan yang mereka selenggarakan, karena orang-orang kaya, yang lemah dalam perkara ini, juga bersalah, sebab dengan berbuat begitu mereka dengan angkuh telah menghina dan berbuat jahat terhadap saudara-saudara mereka yang miskin. Hawa nafsu mereka bahkan merebak di dalam perbuatan yang paling mencolok dan keji, yang belum pernah disebut-sebut di antara bangsa-bangsa lain, tidak pernah dibicarakan tanpa diikuti oleh rasa kebencian, yaitu bahwa ada seorang laki-laki yang hidup dengan istri ayahnya, sebagai istrinya, atau melakukan perbuatan cabul dengan perempuan itu. Tampaknya hal ini memang merupakan kesalahan dari satu orang tertentu, namun jemaat secara keseluruhan disalahkan karena tidak menunjukkan rasa kebencian yang mendalam terhadap perbuatan itu, sehingga jemaat membiarkan begitu saja kejahatan akhlak yang sangat rusak dan perilaku yang begitu memalukan di antara mereka. Keterlibatan mereka di dalam dosa orang ini akan menjadi semakin besar, seperti yang dituliskan di dalam beberapa naskah kuno, jika mereka berbangga diri dengan pengajaran dan kefasihan orang yang melakukan percabulan dengan anggota keluarga sendiri itu. Tampak jelas dari bagian-bagian lain surat kerasulan ini bahwa mereka tidak sepenuhnya bebas dari kecenderungan lama mereka untuk berbuat cabul, sehingga merasa tidak perlu terlampau ketat untuk berjaga-jaga dan menegur percabulan itu dengan keras (lihat 6:9-20). Kesombongan atas pengetahuan mereka juga membawa banyak orang di antara mereka untuk menjadi tidak percaya dan membantah pengajaran mengenai kebangkitan. Sangat mungkin bahwa mereka memperlakukan pertanyaan ini sebagai suatu bahan perdebatan, seperti yang banyak mereka lakukan dalam berfilsafat, dan menguji keterampilan mereka dengan memperdebatkannya untuk mendukung dan menentang.
- Dari banyak hal yang dinyatakan di sini, tampak bahwa ada banyak hal yang memang pantas untuk dicela dan perlu diperbaiki di dalam jemaat ini. Di bawah tuntunan dan pengaruh Roh Kudus, Rasul Paulus menempatkan dirinya untuk melakukan kedua hal itu dengan kebijaksanaan dan kesetiaan sepenuhnya, serta dengan campuran kelemahlembutan dan kewenangan yang semestinya, seperti layaknya seorang yang begitu ditinggikan dan menduduki kedudukan yang penting di dalam jemaat. Setelah pendahuluan yang singkat di bagian permulaan surat kerasulan ini, pertama-tama Rasul Paulus menegur adanya perselisihan dan perpecahan di antara mereka, menjelaskan asal-usul dan sumbernya, menunjukkan kepada mereka betapa sombong dan sia-sianya kebohongan ilmu dan pengetahuan serta kefasihan lidah dari rayuan pengajar-pengajar palsu yang turut menimbulkan perpecahan yang memalukan itu. Ia juga meminta perlunya kepatuhan kepada perintah-perintah ilahi, pengajaran Allah melalui Roh-Nya, baik melalui pewahyuan dari luar maupun pencerahan dari dalam sebagai penangkal terhadap kejahatan yang memenuhi mereka. Paulus menunjukkan kesia-siaan dari ilmu pengetahuan dan kefasihan mereka dalam banyak hal. Ini ia lakukan melalui empat pasal pertama. Pada pasal yang kelima, ia membicarakan perkara orang yang berbuat cabul dengan anggota keluarganya, dan memerintahkan supaya orang itu dijauhkan dari antara mereka. Seperti yang dikatakan berbagai catatan kuno, sangatlah mungkin bahwa orang yang berbuat cabul ini adalah seorang pembesar dan menjadi kepala dari salah satu kelompok yang setidaknya ada di antara mereka. Tampaknya Rasul Paulus menuduh mereka merasa bangga dengan perbuatan orang ini (ay. 2). Di dalam pasal yang keenam Rasul Paulus menyalahkan tindakan mereka yang membawa tuntutan-tuntutan hukum ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, sementara perselisihan mereka mengenai harta milik sebenarnya dapat diputuskan dengan baik di antara mereka sendiri. Di dalam bagian penutup pasal ini ia memperingatkan mereka akan dosa percabulan, dan ia mendesakkan peringatan-peringatannya dengan berbagai pesan. Di dalam pasal yang ketujuh, ia memberikan nasihat atas sebuah perkara yang menyangkut hati nurani, yang pernah ditanyakan oleh beberapa orang dari jemaat itu di dalam sebuah surat, yaitu mengenai perkawinan. Ia menunjukkan bahwa perkawinan telah ditentukan oleh Allah sebagai penangkal terhadap percabulan, bahwa ikatan perkawinan itu tidak boleh dibatalkan, walaupun seorang suami atau istri tetap menjadi orang yang tidak percaya kepada Allah, sementara pasangannya telah menjadi seorang Kristen. Singkatnya, Kekristenan tidak melakukan perubahan atas keadaan dan hubungan hak perseorangan. Di sini ia juga memberikan beberapa petunjuk mengenai para gadis, sebagai jawaban atas pertanya-an-pertanyaan orang Korintus. Di dalam pasal yang kedelapan ia mengatur mereka tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, dan memperingatkan mereka supaya tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Dari hal ini ia juga mengambil kesempatan untuk sedikit membicarakan pengaturannya sendiri atas pokok bahasan mengenai kebebasan ini. Sebab, walaupun ia dapat menuntut biaya hidup dari jemaat-jemaat yang ia layani, ia melepaskan haknya atas tuntutan ini, supaya ia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan di samping itu mematuhi dan menyesuaikan diri dengan perasaan dan keadaan orang-orang yang ia layani, demi kebaikan mereka. Pada pasal yang kesepuluh, sesuai dengan contoh yang diambil dari orang-orang Yahudi, ia melarang mereka supaya jangan menjalin persekutuan dengan para penyembah berhala dengan cara memakan persembahan-persembahan mereka. Sebab pada waktu yang bersamaan mereka tidak dapat memperoleh bagian dalam perjamuan Tuhan dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Memang mereka tidak perlu mempersoalkan daging yang dijual di pasar daging, atau atas segala sesuatu yang dihidangkan di hadapan mereka dalam pesta yang diadakan oleh orang-orang yang tidak percaya, apakah makanan itu merupakan bagian dari persembahan kepada berhala atau tidak, mereka bebas untuk makan tanpa bertanya mengenai itu. Di dalam pasal yang kesebelas ia memberi petunjuk mengenai kebiasaan mereka di dalam kebaktian umum, menyalahkan ketidakteraturan dan kekacauan mereka yang memalukan dalam menerima perjamuan Tuhan. Dengan sungguh-sungguh ia memperingatkan mereka akan penyalahgunaan ketetapan yang sangat kudus ini. Di dalam pasal kedua belas ia membahas karunia-karunia Roh, yang dicurahkan dengan limpah kepada jemaat ini, di mana tidak sedikit mereka merasa ditinggikan. Di dalam pasal ini ia memberi tahu mereka bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama, dan semuanya ditujukan kepada maksud yang sama. Karunia-karunia itu datang dari Roh yang satu dan dimaksudkan untuk mendatangkan kebaikan bagi jemaat, dan jika tidak dipakai untuk melayani sesuai dengan tujuan ini, berarti karunia itu telah disalahgunakan. Pada bagian penutup pasal ini ia memberitahukan mereka bahwa karunia-karunia itu memang sesungguhnya adalah karunia yang sangat berharga, namun ia menunjukkan kepada mereka sesuatu yang jauh lebih utama lagi, yang ia uraikan di dalam pasal ketiga belas, untuk memuji dan menghargai perbuatan kasih. Dan kemudian, di dalam pasal keempat belas ia mengajarkan kepada mereka bagaimana menjaga kesopanan dan ketertiban di dalam jemaat di dalam menggunakan karunia-karunia Roh mereka, yang tampaknya telah menjadi sangat kacau karena kesombongan mereka atas karunia-karunia itu dan kesia-siaan yang mereka lakukan dengan cara memamerkan semua karunia itu. Pasal kelima belas digunakan untuk menegaskan dan menjelaskan pengajaran yang agung mengenai kebangkitan. Pasal terakhir terdiri atas beberapa nasihat khusus dan salam, dan dengan demikian surat kerasulan ini ditutup.
Jerusalem: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi
dalam perang ...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi dalam perang dengan orang Roma, dalam tahun 146 seb. Kr. Dalam tahun 44 ia dilahirkan kembali oleh kaisar Sesar sebagai suatu kolonisasi Romawi, tempat menampung para bekas pradjurit.
Letaknja pada genting tanah, hanja 8 km lebarnja, jang menghubung Semenandjung Peloponesus dengan daratan Junani, dengan pelabuhan jang baik disebelah-menjebelah genting tanah itu, membuat kota itu mendjadi pusat lalu- lintas Laut-Tengah dan kota dagang jang ramai. Pemerintahan Roma mengangkatnja mendjadi ibu kota propinsi Achaja. Dizaman Paulus penduduknja kira-kira 600.000 orang, sebagian besar terdiri dari orang-orang Romawi dan Junani, tetapi terdapat golongan-golongan dari hampir segala bangsa keliling Laut-Tengah. Golongan Jahudi rupanja sangat besar djuga. Tidak ada penduduk asli, melainkan semua pendatang, sehingga segenap penduduk merupakan suatu tjampuran pelbagai bangsa dan persatuan kemasjarakatan longgar sadja. Tiap-tiap golongan ada agamanja dan memelihara kebudajaannja sendiri.
Susunan sosialpun aneh. Dua pertiga dari penduduk terdiri dari budak-belian atau bekas budak-belian. Rakjat djelata jang lain umumnja miskin pula. Djumlah orang-orang kaja tidak besar.
Kota ini dewasa itu terkenal djuga dimana-mana sebagai jang paling buruk achlaknja dalam segala bidang. Perajaan ibadat kepada Afrodite, dewi agung kota itu, jang tiap-tiap hari dilakukan, setjara resmi bergandengan dengan pertjabulan umum. Dapat dimengerti bahwa Paulus, ketika ia tiba disitu dalam tahun 50 atau 51, lalu dari dekat mengenal kerendahan taraf kesusilaan itu, harapannja akan berhasil disini sangat ketjil. Rupanja perlu Kristus sendiri menabahkannja. Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepadanja serta berkata: djangan engkau takut-takut; berbitjaralah dan djangan mendiamkan diri; Aku tetap sertamu; tak seorangpun jang akan berhasil berbuat djahat padamu; sebab kaum milikku dikota ini djumlahnja banjak sekali (Kis. Ras. 18:9). Lalu Paulus tinggal kira-kira 18 bulan. Pada golongan Jahudi ia berhasil sedikit sekali, tetapi dari golongan-golongan lain, chususnja dari orang Junani "banjak jang pertjaja dan dipermandikan" (Kis. Ras.18:8). Umat berkembang pesat dan kegiatan serta semangat iman nampak baik sekali. Paulus dibantu oleh Silas dan Timoteus.
Tentang perkundjungan Paulus jang pertama kepada Korintus dan terdirinja umat disitu batjalah Kis. Ras. 18:1-17. Perkembangan umat selandjutnja dan chususnja perkembangan batiniah, kita akan saksikan dalam membatja kedua surat kepada umat itu, jang ditulis 6 dan 7 tahun sesudah umat mulai didirikan.
Sesudah Paulus meninggalkan Korintus, datang disitu seorang bernama Apolos sebagai pengadjar Indjil. Ia seorang Jahudi jang lahir dan dididik di Aleksandria, berpendidikan tinggi, pandai berpidato dan mahir dalam Kitab Kudus. la sudah tahu banjak tentang Kristus dan Indjil, tetapi hanja dipermandikan dengan permandian Joanes Pemandi. Ia tiba di Efesus ketika Paulus tidak ada disitu, tetapi mempeladjari Indjil lebih luas dan dalam pada Priskila dan Akuila, dan dipermandikan disitu. Lalu ia pergi mengadjar ke Korintus. Batja Kis. Ras. 18: 23-28.
Karena kemahirannja dan keindahan gaja bitjaranja, orang-orang Korintus merasa amat tertarik kepadanja. Ia berhasil mejakinkan baik orang Jahudi maupun penduduk-penduduk lain, sampai banjak bertobat.
Sementara itu Paulus memulai perdjalanannja jang ketiga dalam tahun 54. Kira- kira dalam tahun 55 ia sampai ke Efesus dan menetap disitu 2 atau 3 tahun. Apolos pergi bertemu dengan dia disitu, tentu untuk memberi laporan tentang pekerdjaannja dan keadaan umat di Korintus. Dari I Kor. 5:9-13 dapat diduga, bahwa waktu itu Paulus sudah menulis satu surat kepada umat itu, jang tidak tersimpan.
Kemudian, dalam tahun 56 atau permulaan 57, datang suatu utusan dari umat Korintus ke Efesus untuk memperbintjangkan kesulitan-kesulitan dalam umat dan mengantar suatu surat dengan persoalan-persoalan untuk dipetjahkan dengan resmi oleh Paulus. Hal itu mendjadi alasan bagi Paulus untuk menulis surat jang berdjudul "Surat pertama R.P. kepada umat Korintus", singkatnja: I Kor. Surat ini kaja berisi dan penting sekali, karena didalamnja beberapa misteri pokok dibitjarakan setjara luas dan mendalam. Paulus berbitjara sebagai "gembala sedjati" atas nama Kristus kepada umat Kristus, karena tjintanja kepada Kristus dan umat. Djiwa Kristus jang telah mendjadi djiwa Paulus mendjiwai seluruh surat, dan tak boleh tidah mendjiwai tiap pembatja jang berminat.
Surat ini mendjadi pedoman tak ternilai bagi pimpinan Geredja untuk segala abad, dan bagi masing-masing pribadi mendjadi sumber pengetahuan dan pengertian jang mendalam, lagi dorongan untuk menghajati Indjil dalam tjinta murni kepada Allah, Kristus dan sesama manusia. Seperti Paulus didorong oleh tjinta Kristus, demikian pembatja merasa terdorong oleh tjinta Kristus jang hidup dalam Paulus. Tidak mengherankan bahwa umat jang begitu pesat tumbuhnja menundjukkan lagi tjiri-tjiri kekanak-kanakan dan keremadjaan. Tak mungkin matang dalam keseluruhannja dalam kira-kira 5 tahun.
Biarpun Roh Kudus melimpah-limpahkan kurnia-kurnia jang istimewa kepada umat ini, adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil tidak segera meresap dalam-dalam sampai segala tjara berpikir, perasaan dan kebiasaan kafir melenjap sampai dengan akarnja. Kita akan menjaksikan itu dalam membatja surat, dan tentu dengan banjak faedah bagi diri kita sendiri, setjara meluas dan memperdalam pandangan kita, untuk mengetahui bagaimana patut dan dapat kita mewudjudkan tjita-tjita Indjil dengan sempurna.
Tidak perlu kami memaparkan disini hal-hal itu dalam perintjian- perintjiannja.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PASAL 6 MENGHINDARI DOSA
Paulus, rasul untuk bangsa-bangsa lain, adalah pengkhotbah, bukan filsuf. Dalam 1 Korintus ia menyajikan teologi injil, teta...
PASAL 6 MENGHINDARI DOSA
Paulus, rasul untuk bangsa-bangsa lain, adalah pengkhotbah, bukan filsuf. Dalam 1 Korintus ia menyajikan teologi injil, tetapi ia menghabiskan sedikit waktu untuk menjelaskan rinciannya. Banyak orang Kristen di Korintus memiliki pengetahuan langsung dari masyarakat pagan mereka. Mereka itu orang yang praktis yang berjaga-jaga atas dan mengurus masalah mereka sendiri. Sebagian besar pembaca Paulus tidak berada di tingkat terendah dalam kehidupan sosial ekonomi Yunani, mereka adalah orang yang bekerja keras dengan tangan sendiri untuk bertahan hidup. Mereka cukup makmur, dan mereka mengetahui apa yang sedang terjadi di kalangan filsafat canggih yang berkembang di persimpangan dunia Romawi ini. Paulus memimpin mereka keluar dari cara hidup pagan yang berakar kuat untuk menaati injil, pesan dari satu-satunya Allah yang benar yang telah mengutus Anak-Nya untuk menebus mereka dari dosa. Penerimaan injil oleh mereka adalah titik awal yang penting bagi mereka.
Orang-orang di Korintus yang datang kepada Kristus melakukan banyak penyesuaian. Selain merangkul ide-ide baru tentang sifat ke-Ilahan, mereka juga harus belajar bagaimana menyikapi satu sama lain sebagai umat Allah. Rasa frustrasi Paulus dalam 1 Korintus adalah bahwa sesamanya orang percaya itu sedang membuat kemajuan yang sangat lambat. Mereka bertumbuh dengan loyalitas kepada guru-guru favorit. Mereka meniru kaum pagan yang sezaman dengan memecah diri mereka ke dalam golongan-golongan, bahkan ketika perbedaan itu lebih banyak berkaitan dengan prasangka pribadi daripada ajaran yang sebenarnya. Mereka mengorbankan kesatuan komunitas Kristen untuk mengesankan satu sama lain dengan kecanggihan dan kesenangan mereka terhadap perbedaan yang halus antara satu kata dengan kata lainnya.
MENGHINDARI PERKARA HUKUM TERHADAP SESAMA ORANG KRISTEN (1 Korintus 6:1-11)1
Sementara orang-orang percaya mempertengkarkan loyalitas kepada guru-guru, mereka mengabaikan kepedulian terhadap etika yang mengancam untuk merusak kehidupan yang saleh. Ada dua hal yang mengilustrasikan kebutuhan gereja ini untuk meninggalkan cara lama hidup mereka dan mengadopsi cara baru. (1) Umat Kristen Korintus menoleransi seorang laki-laki, salah satu dari anggota mereka, yang hidup secara terbuka dengan istri ayahnya. (2) Saudara-saudara itu menyelesaikan perkara hukum antara diri mereka dengan membawa perkara itu ke hadapan pengadilan orang-orang tidak percaya.
Keadaan sebenarnya yang dihadapi oleh gereja Korintus kemungkinan besar tidak berkembang di gereja lain mana saja, baik zaman dulu maupun kini. Namun, instruksi Paulus tetap relevan bagi mereka sekarang ini yang harus menangani masalah etika, apa pun bentuknya. Allah telah memberi orang Kristen tanggung jawab untuk menyaring prinsip-prinsip dari pokok-pokok pikiran yang dibahas oleh Paulus. Prinsip-prinsip ini harus memandu kita ketika kita memiliki masalah yang sama. Paulus sangat menyadari adanya ketegangan antara praktik lama kaum pagan dan doktrin serta moralitas baru Kristen. Ia menuntut orang Kristen untuk berperilaku secara berbeda daripada kebiasaan mereka selama ini. Contoh ini memiliki implikasi penting bagi orang Kristen di setiap waktu dan tempat.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN (1 KORINTUS 6)
Orang Kristen Dan Pengadilan
Pemerintahan, hukum dan ketertiban, sistem pengadilan, dan lembaga-lembaga sosial adalah sanga...
PENERAPAN (1 KORINTUS 6)
Orang Kristen Dan Pengadilan
Pemerintahan, hukum dan ketertiban, sistem pengadilan, dan lembaga-lembaga sosial adalah sangat berbeda di sebagian besar tempat sekarang ini daripada keadaannya dahulu di dunia Yunani-Romawi di mana Paulus dan para pembaca mula-mulanya hidup. Dengan demikian, sulit untuk mengalihkan teguran Paulus tentang saudara yang menuntut saudaranya ke pengadilan ke dalam pelbagai budaya lain. Kata-kata Paulus itu harus diterapkan dengan hati-hati.
Sengketa hukum bisa saja melibatkan pihak yang mengambil keuntungan alasan-alasan teknis untuk mengklaim properti atau hak-hak orang lain. Apa yang legal belum tentu dapat dipertahankan secara moral. Mereka yang memiliki banyak uang dan sumber daya mungkin dapat mengklaim apa yang menjadi milik tetangganya. Mengambil keuntungan dari ketidakberdayaan, kebodohan, atau kemiskinan orang lain untuk keuntungan sendiri adalah sama dengan mengundang murka Allah. Raja Ahab mendambakan kebun anggur milik Nabot (1 Raja 21:1, 2). Ketika Nabot menolak untuk menjualnya, Izebel istri Ahab menyewa saksi palsu terhadap Nabot dan berhasil merajam dia. Allah menetapkan bahwa pasangan kerajaan itu akan membayar dosa-dosa mereka (1 Raja 21:9-23).
Sebaliknya, dua orang yang bermaksud baik bisa jadi melihat situasi yang sama secara berbeda. Keduanya mungkin saja yakin bahwa mereka benar. Jika kedua belah pihak itu adalah orang Kristen, nasihat Paulus adalah bahwa mereka harus bicara satu sama lain sebagai orang yang berpikiran sehat, masing-masing siap untuk mengalah. Lebih baik untuk "dirugikan," kata Paulus (1 Korintus 6:7b), daripada membiarkan perselisihan tersebut menjadi hambatan di antara saudara-saudara itu. Jika kesepakatan bersama tidak dapat dicapai, rasul itu menegaskan bahwa saudara-saudara itu mempresentasikan kasus mereka di hadapan orang-orang bijaksana di gereja itu. Dengan sikap Kristus, kedua belah pihak harus menerima penghakiman mereka.
Hanya dalam kasus yang ekstrim orang percaya akan dibenarkan dalam memperkarakan saudaranya di hadapan pengadilan sekuler. Ini harus menjadi pilihan terakhir, ketika salah satu pihak yang bersengketa itu menolak untuk berunding dengan itikad baik dan menolak penghakiman dari sesama orang Kristen. Terlibat saja dalam kasus seperti itu akan sudah menjadi kekalahan (6:7a). Sebuah jemaat mungkin perlu mempertimbangkan tindakan pendisiplinan terhadap saudara yang menunjukkan keserakahan dan pengabaian seperti itu untuk nama baik gereja Tuhan.
Rasa Malu Dan Kehormatan
Rasa malu, rasa bersalah, kehormatan, kebanggaan, dan hati nurani yang baik memiliki dimensi psikologis dan sosial. Secara psikologis, orang dapat memiliki perasaan batin, pribadi tentang kebanggaan atau rasa bersalah dalam merespons tindakan atau perilaku tertentu. Pada saat yang sama, ia menyadari apa yang orang lain pikirkan tentang apa yang ia telah lakukan. Rasa malu dan kehormatan mencerminkan bagaimana orang dipandang oleh teman-teman dan keluarga. Budaya modern sangat berbeda dari budaya dunia Yunani-Romawi kuno dalam cara orang memandang rasa bersalah atau hati nurani yang baik. Dimensi sosial dari sifat-sifat ini lebih ditandai di dunia kuno daripada yang cenderung dilakukan di zaman kini. Kepedulian terhadap status sosial ini dapat dilihat dalam doa lama orang Yahudi ini: "Dan janganlah bawa aku ke dalam tangan dosa, juga jangan ke dalam tangan kelaliman atau ke dalam tangan pencobaan, atau ke dalam tangan kehinaan."22
Ketika Paulus memberitahu gereja Korintus, "Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu" (6:5), ia tidak sedang memberitahu mereka bahwa suara lirih, batin tertentu akan menegur mereka. Rasa malu bagi Paulus dan para pembaca mula-mulanya bukanlah masalah pribadi. Dosa yang terbuka akan membawa aib ke atas komunitas Kristen mereka, baik di hadapan jemaat lain maupun di hadapan dunia yang tidak percaya. Ketika seorang saudara berpekara hukum terhadap saudaranya, reputasi gereja secara keseluruhan dirusak. Rasa malu adalah masalah sosial.
Dimensi iman yang bersifat psikologis dan sosial adalah penting untuk hidup dalam hubungan yang tetap selamat dengan Allah. Namun begitu, selama berabad-abad, dimensi sosial telah berkurang dalam kesadaran orang Kristen. Pertanyaan umum "Apakah Yesus Juruselamat pribadi Anda?" tampaknya menyiratkan bahwa bagai-mana perasaan seseorang terhadap Tuhan adalah yang paling penting dan tidak memiliki konsekuensi terhadap kehidupan gereja. Sebaliknya, menjadi orang Kristen meminta orang untuk ikut ambil bagian dalam persekutuan orang percaya, melayani sebagai bagian penting dari sebuah gereja (lihat 1 Kor. 12:12, 13). Pengalaman rasa malu, rasa bersalah, rasa dihormati, rasa bangga, atau hati nurani yang baik datang dalam konteks berada di dalam sebuah komunitas Kristen.
Homoseksualitas
Di antara mereka yang Paulus katakan akan "tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" adalah "banci" dan "homoseksual [pemburit]" (6:9). Artinya jelas. Kata yang para penerjemah NASB terjemahkan "banci" secara harfiah berarti "laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki." Apa pun yang dipercaya orang tentang kuasa Kitab Suci atau Alkitab yang diilhami oleh Allah, kata-kata itu tidak memberi ruang bagi siapa saja untuk berpendapat bahwa Alkitab adalah netral tentang persetujuan moral mengenai perbuatan homoseksual.
Beberapa orang berusaha membenarkan praktik homoseksual dengan menegaskan bahwa Allah telah membuat mereka seperti itu. Argumen mereka adalah bahwa homoseksualitas adalah bawaan, seperti warna rambut atau perawakan adalah bawaan. Orang Kristen berkeras bahwa sifat fisik seperti warna rambut alami adalah tidak sama dengan perbuatan homoseksualitas, karena yang belakangan adalah kecenderungan seseorang yang boleh atau tidak boleh ia pilih untuk diikuti. Jika ukuran bagi manfaat suatu perbuatan ditentukan oleh kecenderungan seseorang, maka benar dan salah akan kehilangan seluruh maknanya. Orang boleh jadi berkeras bahwa ia lahir lebih tamak daripada orang lain, sehingga pencurian seharusnya dimaklumi bagi dia. Jenis penalaran yang sama ini dapat digunakan untuk membenarkan seorang penganiaya anak atau orang yang melakukan kekerasan yang mengaku ia tidak dapat mengendalikan amarahnya.
Homoseksual yang militan berkeras tidak hanya bahwa mereka memiliki hak untuk memilih cara hidup mereka, tetapi juga bahwa semua orang harus melihat praktik mereka sebagai dapat diterima. Namun begitu, Alkitab dengan jelas bicara tentang masalah itu. Diskriminasi, kekerasan, dan pengekangan oleh hukum bukan pilihan untuk mengakhiri homoseksualitas; tapi ketika mereka yang mempraktikkan apa yang Alkitab identifikasi sebagai dosa berkeras bahwa orang Kristen menerima mereka, maka mereka melanggar hak-hak dan hati nurani orang lain. Pernikahan, seperti yang diajarkan di dalam Alkitab, adalah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan (Kej. 2:24; Mat. 19:5). Praktik homoseksualitas mencegah orang untuk masuk ke dalam kerajaan sorga. Ajaran Alkitab akan membolehkan orang Kristen untuk memiliki kerajaan sorga tidak dengan cara lain.
TFTWMS: 1 Korintus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Judul bagian ini diambil dari Abundant Life Bible, New Living Translation, 2nd ed. (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 2004)...
Catatan Akhir:
- 1 Judul bagian ini diambil dari Abundant Life Bible, New Living Translation, 2nd ed. (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 2004), 873.
- 2 Wayne A. Meeks, The First Urban Christians: The Social World of the Apostle Paul, 2nd ed. (New Haven, Conn.: Yale University Press, 2003), 129.
- 3 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 197. Garland mengutip sumber-sumber kuno yang mendukung klaimnya.
- 4 Cicero Against Verres 1.1.1.
- 5 Emil Schürer, The History of the Jewish People in the Age of Jesus Christ, rev. and ed. Geza Vermes, Fergus Millar, and Martin Goodman (Edinburgh: T. & T. Clark, 1986; reprint, London: Bloomsbury, 2014), 3:119.
- 6 Ibid., 3:119-20.
- 7 Gordon D. Fee, The First Epistle to the Corinthians, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 233.
- 8 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 613.
- 9 David E. Malick, "The Condemnation of Homosexuality in 1 Corinthians 6:9," Bibliotheca Sacra 150 (October- December 1993): 490.
- 10 Stanley J. Grenz, Sexual Ethics: A Biblical Perspective (Dallas: Word Publishers, 1990), 206.
- 11 Ben Witherington III, Conflict and Community in Corinth: A Socio-Rhetorical Commentary on 1 and 2 Corinthians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1995), 166.
- 12 1 Clement 59.3.
- 13 Meeks, 102.
- 14 Upaya Fee untuk memisahkan "penyucian" dan baptisan akan membutuhkan disertasi bagi respon yang tepat. (Fee, 246-47.) Antara lain, sudah dikenal baik bahwa para penulis Perjanjian Baru sering saling mempertukarkan preposisi ejn (en) dan eΔiß (eis). Penggunaan "dalam nama" oleh Paulus ketimbang "ke dalam nama" tidak menawarkan alasan untuk menghilangkan baptisan dari pemikiran. Baptisan, penyucian, dan kelahiran kembali terkait erat di dalam Titus 3:5. Ada alasan yang baik bahwa para komentator melihat adanya bahasa baptisan dalam acuan Petrus kepada kelahiran baru (1 Pet. 1:23-2:3).
- 15 Ibid., 248.
- 16 Judul bagian ini diambil dari Abundant Life Bible, New Living Translation, 2nd ed. (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 2004), 873.
- 17 James D. G. Dunn, The Theology of Paul the Apostle (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1998), 58.
- 18 Garland, 234.
- 19 "Testaments of the Twelve Patriarchs," 5.3, trans. H. C. Kee, in James H. Charlesworth, ed., The Old Testament Pseudepigrapha (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1983), 1:786.
- 20 Jimmy Allen, Survey of Romans, 7th ed. (Searcy, Ark.: By the author, 1994), 105.
- 21 Hal ini tetap benar meski Paulus menggunakan kata ganti jamak untuk orang kedua "kamu." Apa yang benar bagi semua orang Kristen di Korintus adalah benar juga untuk masing-masing dari mereka secara individu.
- 22 Talmud Berakoth 60b.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 63
BIS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas
persoalan-p
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut.
Pasal 13 (1Kor 13:1-13) melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati. Pasal ini mungkin merupakan pasal yang paling terkenal di antara semua pasal lainnya di buku ini.
Isi
- Pendahuluan
1Kor 1:1-9 - Keretakan dalam gereja
1Kor 1:10-4:21 - Soal seks dan kehidupan keluarga
1Kor 5:1-7:40 - Orang Kristen dan orang yang tidak menyembah Allah
1Kor 8:1-11:1 - Kehidupan jemaat dan ibadah
1Kor 11:2-14:40 - Perihal bangkitnya Kristus dan orang-orang Kristen dari kematian
1Kor 15:1-58 - Sumbangan untuk orang-orang Kristen di Yudea
1Kor 16:1-4 - Hal-hal pribadi dan penutup
1Kor 16:5-24
Ajaran: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus,
dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus, dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 56 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Korintus. (Dan juga orang-orang Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Korintus terbagi atas 16 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat ajaran tentang cara-cara kehidupan anggota gereja.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus
Pasal 1-4 (1Kor 1:1-4:21).
Pengajaran tentang kenyataan bahwa setiap orang Kristen hanyalah milik Tuhan Yesus
Dalam bagian ini Rasul Paulus menegur orang-orang Kristen karena adanya perpecahan dan iri hati atau pertengkaran.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 1:10. _Tanyakan_: Apakah sebabnya terjadi perpecahan di antara jemaat Korintus? Dan apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang perpecahan itu?
- Bacalah pasal 1Kor 3:3. _Tanyakan_: Apakah yang menunjukkan seseorang masih hidup secara duniawi?
- Bacalah pasal 1Kor 4:6. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang kesombongan?
Pasal 5-6 (1Kor 5:1-6:20).
Pengajaran tentang kehidupan moral di dalam jemaat
Di dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan persoalan yang timbul dalam jemaat karena percabulan dan mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 5:11-13. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen?
- Bacalah pasal 1Kor 6:6-11. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah?
- Bacalah pasal 1Kor 6:12-20. _Tanyakan_: Mengapakah Rasul Paulus melarang percabulan? Siapakah yang empunya tubuh orang Kristen?
Pasal 7-16 (1Kor 7:1-16:24).
Pengajaran tentang kemerdekaan orang Kristen dan kehidupan dalam ibadah
Di bagian ini, Rasul Paulus menjawab pertanyaan dari jemaat tentang kemerdekaan orang Kristen, sikap dalam kebaktian dan mengenai karunia-karunia Roh, juga tentang kebangkitan orang-orang percaya.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 7:8-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah tentang pernikahan? Mengapakah orang Kristen tidak boleh bercerai?
- Bacalah pasal 1Kor 8:8-9. _Tanyakan_: "Apakah makanan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah?"
- Bacalah pasal 1Kor 15:12-19. _Tanyakan_: Mengapakah pengakuan akan kebangkitan orang percaya itu penting?
- Bacalah pasal 1Kor 15:57-58. _Tanyakan_: Apakah jerih payah dalam melayani Tuhan Yesus itu sia-sia?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab I Korintus, Allah mengajarkan arti kehidupan menjadi murid Tuhan Yesus dan bagaimana kehidupan sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan (orang Kristen).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab I Korintus?
- Apakah tujuan Kitab I Korintus?
- Apakah arti kebangkitan orang percaya dalam iman Kristen?
- Bagaimanakah seharusnya kehidupan orang yang sudah diselamatkan?
Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya y
Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis. 18:1). Sejumlah orang Yahudi, termasuk Krispus yang menjadi kepala rumah ibadat, dan banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen. Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab.
BAGAIMANA BERITA TENTANG GEREJA DI KORINTUS SAMPAI KEPADA PAULUS.
Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19), mungkin di Efesus (16:8), pada akhir masa perjalanan misionarisnya yang kedua, ketika Stefanus dan dua orang kawannya datang dengan membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1).
SEBUAH GEREJA YANG TERPECAH BELAH.
1. Mereka terpecah karena soal kepemimpinan (1:12).
2. Mereka terpecah karena standar moral (5:1-8).
3. Mereka terpecah karena kasus pendakwa dan terdakwa (6:1-8).
4. Mereka terpecah karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (8:7-12).
5. Mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (11:17-22).
6. Bahkan karunia Roh menjadikan mereka terpecah belah (12:12-26 ).
EMPAT PUCUK SURAT UNTUK JEMAAT KORINTUS?
Rupanya Paulus menulis empat pucuk surat kepada jemaat di Korintus: kita hanya memiliki surat kedua dan yang terakhir.
1. Surat pertama disebut dalam 5:9; "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu". Akan tetapi tidak ada lagi yang dapat kita ketahui mengenai surat itu.
2. Suratnya yang kedua adalah Surat I Korintus kita ini.
3. Surat yang ketiga tampaknya disebut-sebut dalam I I Korintus 2:3, 4 dan seringkali disebut "surat yang sangat menyedihkan". Surat ini boleh jadi I Korintus, tetapi surat itu tidak benar-benar cocok dengan apa yang disebut oleh Paulus sebagai "surat yang sangat menyedihkan".
4. Surat yang keempat adalah Surat 11 Korintus.
PERTANYAAN-PERTANYAAN ANDA TERJAWAB.
I Korintus sangat besar nilainya, karena surat itu menjawab banyak pertanyaan yang banyak ditanyakan dewasa ini:
o Bagaimana sikap yang benar terhadap para pemimpin kita?
o Di mana letak pendidikan dalam kehidupan Kristen?
o Bagaimana tentang disiplin gerejawi?
o Bolehkah Kristen membawa Kristen lain ke pengadilan?
o Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap agama-agama lain?
o Apa yang dimaksud dengan kebebasan?
o Bolehkah wanita berdoa di gereja?
o Apa karunia-karunia Roh itu?
o Karunia Roh mana yang paling penting?
o Apa yang terjadi setelah kematian?
Mempelajari surat ini dengan saksama akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan banyak pertanyaan lainnya.
Pesan
Surat ini disusun bagaikan elips dengan dua "titik pusat",bukannya satu.1. Skandal gereja yang terpecah (pasal 1-4) Gereja terpecah ke dalam empat
golongan dengan "nama" yang berbeda-beda:
o Saya golongan Paulus
o Saya golongan Petrus
o Saya golongan Apolos
o Saya golongan Kristus
Bagian mengenai kelemahan dalam pasal 1 mungkin ditujukan kepada apa yang
dikatakan oleh para pengritik tentang Paulus (lihat 2Kor 10:10)
dan bagian tentang hikmat dalam pasal yang sama mungkin ditujukan kepada Apolos
dan pendidikannya (Kis. Kis 18:24). Paulus menggunakan lima sebutan
yang mencolok bagi dirinya dan para pemimpin gereja lainnya untuk menunjukkan
bagaimana seharusnya sikap kita:
o Sebagai pelayan (diakonia). 1Ko 3:5
o Sebagai kawan sekerja. 1Ko 3:9
o Sebagai ahli bangunan. 1Ko 3:10
o Sebagai hamba, pembantu. 1Ko 4:1
o Sebagai orang yang dipercaya. 1Ko 4:1
2. Kebingungan mengenai kebebasan (pasal 8-10)
o Orang Kristen 'yang kuat' berpendapat bahwa mereka bebas memakan makanan dalam
rumah-rumah berhala di Korintus, sekalipun orang Kristen 'yang lemah'
dibingungkan dan dilemahkan oleh perbuatan mereka.
o Wanita-wanita 'yang bebas' merasa boleh menanggalkan kerudung walaupun
sebagian pria Kristen tradisional berpikir bahwa mereka terlalu maju.
Paulus memarahi hal-hal tersebut. Ia mengambil contoh sederhana: haknya untuk
menerima upah bagi pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah.
Ia membuat tujuh argumentasi yang mendukung prinsip membayar pengkhotbah:
o Contoh dari para rasul. 1Ko 9:5
o Ilustrasi tentang seorang prajurit. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang tukang kebun. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang gembala. 1Ko 9:7
o Ajaran hukum Taurat. 1Ko 9:8
o Contoh dari para imam di Bait Allah. 1Ko 9:13
o Pengajaran dari Yesus sendiri. 1Ko 9:14
Dan setelah membuktikan haknya atas upah, ia menolak untuk dibayar
(1Ko 9:15). Maksudnya jelas: Walau aku mempunyai hak, tidak berarti
bahwa aku harus menggunakannya.
Dan inilah prinsipnya: 'Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang'. (1Ko 9:19)
Penerapan
1. Kepandaian manusia pasti bertentangan dengan hikmat Allah.
2. Orang Kristen yang mengidolakan pemimpin mereka:
o memecah belah gereja o menipu pemimpin mereka o meremehkan Allah
3. Disiplin gereja, yang kini banyak dilupakan:
o memulihkan para pemberontak o memperingatkan mereka yang tidak mantap o menjadi saksi bagi dunia o memuliakan Allah
4. Orang Kristen dibebaskan:
o bukan untuk menyenangkan diri sendiri o tetapi supaya dapat melayani Allah o dan dapat memenangkan orang lain
5. Kebangkitan merupakan hakikat kekristenan.
o kebangkitan BUKAN sebagai pilihan tambahan
Tema-tema Kunci
o Bacalah dengan saksama 1Ko 1:17 sampai 1Ko 2:13, dancatatlah hal-hal yang berhubungan dengan hikmat, kuasa, kebodohan atau
kelemahan. Paulus menggunakan masing-masing ini dalam dua cara: sebagaimana
dilihat oleh manusia dan sebagaimana Allah melihatnya. Coba jelaskan semua
pokok ini.
o Dalam pasal 5 dan 6 Paulus mulai mengajukan tujuh pertanyaan dengan 'Tidak tahukah kamu?':
- sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan. 1Ko 5:6
- orang kudus akan menghakimi dunia. 1Ko 6:2
- kita akan menghakimi malaikat-malaikat. 1Ko 6:3
- orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1Ko 6:9
- tubuhmu adalah anggota Kristus. 1Ko 6:15
- siapa yang mengikatkan dirinya dengan pelacur, menjadi satu tubuh dengan dia. 1Ko 6:16
- tubuhmu adalah bait Roh Kudus. 1Ko 6:19
Atas dasar apa Paulus berharap agar orang Kristen di Korintus mengetahui
ketujuh prinsip ini? Jika kita tahu ketujuh prinsip ini, apa pengaruhnya atas
tingkah laku kita?
o Empat dasar injil. Dalam 1Ko 15:3-5 Paulus mempersingkat Injil menjadi empat dasar pengajaran.
1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
2. Ia dikuburkan.
3. Ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
4. Ia menampakkan diri...
Selidikilah dalam seluruh Perjanjian Lama dan tunjukkan bahwa Kristus mati
untuk dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci dan bahwa Kristus dibangkitkan
pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci.
o Pasal 15 mengenai kebangkitan. Apa konsekuensi dari kepercayaan yang tidak
mengakui adanya kebangkitan (ayat 12-19)?
Perhatikan tiga pasangan yang mencolok yang ditunjukkan oleh Paulus dalam ayat
45-49:
1. Adam pertama dan Adam terakhir.
2. Manusia pertama dan Manusia kedua.
3. Manusia dari debu dan Manusia dari surga.
Mengapa Yesus dikatakan Adam terakhir, tetapi Manusia kedua? (Pelajarilah
dengan saksama Rom 5:6-21 untuk lebih mendalami hal yang sangat
kontras antara Adam dan Kristus).
Garis Besar Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3Salam
1Ko 1:4-9Beberapa komentar yang mengejutkan
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:
[1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3 | Salam |
1Ko 1:4-9 | Beberapa komentar yang mengejutkan |
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:10-31 | Manusia dipermuliakan: Kristus disalibkan |
1Ko 2:1-3:4 | Hikmat rohani |
1Ko 3:5-4:5 | Pikirkan tentang para pemimpin seperti ini |
1Ko 4:6-21 | Kesombongan luar biasa, kemiskinan dan kuasa |
[3] SKANDAL IMORALITAS 1Ko 5:1-6:20
1Ko 5:1-13 | Skandal seksual yang memalukan |
1Ko 6:1-8 | Skandal peradilan |
1Ko 6:9-20 | Kesucian bagi Bait Roh Kudus |
[4] PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG PERKAWINAN 1Ko 7:1-40
1Ko 7:1-9 | Tentang hak dan kewajiban |
1Ko 7:10-24 | Tentang perceraian |
1Ko 7:25-38 | Bagaimana tentang orang-orang yang melajang? |
1Ko 7:39-40 | Ringkasan |
[5] DIBEBASKAN... TETAPI SEBERAPA BEBAS? 1Ko 8:1-11:1
1Ko 8:1-13 | Dibebaskan dari penyembahan berhala, tetapi... |
1Ko 9:1-27 | Bebas dari pengaruh masyarakat, tetapi... |
1Ko 10:1-13 | Bebas karena anugerah Allah, tetapi... |
1Ko 10:14-11:1 | Bebas untuk melayani manusia dan menyukakan Allah |
[6] KEKACAUAN DALAM IBADAH DI GEREJA 1Ko 11:2-14:40
1Ko 11:2-16 | Rambut panjang, topi dan kerudung |
1Ko 11:17-34 | Perjamuan Kudus: dalam gereja yang terpecah? |
1Ko 12:1-31 | Karunia-karunia Roh |
1Ko 13:1-13 | Karunia yang terbesar |
1Ko 14:1-40 | Bahasa lidah dan nubuatan |
[7] KEBANGKITAN 1Ko 15:1-58
1Ko 15:1-11 | Inilah kabar baik |
1Ko 15:12-19 | Jika Kristus tidak bangkit... |
1Ko 15:20-34 | Tetapi Ia telah bangkit dan kita pun akan dibangkitkan |
1Ko 15:35-50 | Apa arti kebangkitan |
1Ko 15:51-58 | Kemuliaan kebangkitan |
[8] KESIMPULAN 1Ko 16:1-24
1Ko 16:1-9 | Rencana-rencana Paulus |
1Ko 16:10-20 | Beberapa orang penting |
1Ko 16:21-24 | Salam pribadi |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi