Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yak 1:2
Full Life: Yak 1:2 - BERBAGAI-BAGAI PENCOBAAN.
Nas : Yak 1:2
Kata "pencobaan" (Yun. _peirasmos_) menunjuk kepada penganiayaan dan
kesulitan yang datang dari dunia atau Iblis.
1) Orang perca...
Nas : Yak 1:2
Kata "pencobaan" (Yun. _peirasmos_) menunjuk kepada penganiayaan dan kesulitan yang datang dari dunia atau Iblis.
- 1) Orang percaya harus menghadapi semuanya ini dengan sukacita (bd. Mat 5:11-12; Rom 5:3; 1Pet 1:6) karena pengujian akan mengembangkan iman yang tabah, tabiat yang mantap dan pengharapan yang dewasa (bd. Rom 5:3-5). Iman kita hanya dapat mencapai kedewasaan penuh apabila diperhadapkan dengan kesulitan dan tantangan (ayat Yak 1:3).
- 2) Yakobus menyebutkan aneka pencobaan ini "ujian terhadap imanmu". Pencobaan kadang-kadang menimpa kehidupan orang percaya supaya Allah dapat menguji kesungguhan iman mereka. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa kesulitan di dalam hidup ini selalu menandakan bahwa Allah tidak senang dengan kita. Kesulitan tersebut dapat menjadi tanda bahwa Allah mengakui komitmen kita kepada Dia (bd. pasal Ayub 1:1-2:13).
Ref. Silang FULL -> Yak 1:2
Ref. Silang FULL: Yak 1:2 - berbagai-bagai pencobaan · berbagai-bagai pencobaan: Yak 1:12; Mat 5:12; Mat 5:12; Ibr 10:34; 12:11
· berbagai-bagai pencobaan: Yak 1:12; Mat 5:12; [Lihat FULL. Mat 5:12]; Ibr 10:34; 12:11
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yak 1:2-12
Matthew Henry: Yak 1:2-12 - Pentingnya Iman dan Ketekunan; Buruknya Kebimbangan Pentingnya Iman dan Ketekunan; Buruknya Kebimbangan (1:2-12)
Sekarang tiba saatnya kita membahas isi surat ini. Dalam perikop ini, kita mendapati h...
Pentingnya Iman dan Ketekunan; Buruknya Kebimbangan (1:2-12)
- Sekarang tiba saatnya kita membahas isi surat ini. Dalam perikop ini, kita mendapati hal-hal sebagai berikut untuk kita perhatikan:
- I. Keadaan orang-orang Kristen yang menderita di dunia digambarkan di sini, dan dengan cara yang banyak memberi pelajaran, jika kita memperhatikan apa yang tersirat dengan jelas, bersama dengan apa yang diungkapkan secara penuh.
- 1. Tersirat bahwa masalah dan penderitaan bisa saja menimpa orang-orang Kristen yang terbaik, bahkan mereka yang mempunyai alasan paling kuat untuk berpikir dan berharap bahwa mereka akan baik-baik saja. Orang yang berhak mendapat sukacita terbesar mungkin harus bertahan menghadapi penderitaan-penderitaan yang teramat pedih. Karena orang-orang baik sekalipun bisa saja diserakkan, maka mereka tidak boleh menganggap aneh jika mereka menghadapi masalah.
- 2. Penderitaan dan masalah lahiriah ini merupakan cobaan bagi mereka. Melalui penderitaan dan salib, Iblis berusaha menarik orang untuk berbuat dosa dan menghalang-halangi mereka dari kewajiban, atau membuat mereka tidak layak menjalankannya. Walaupun begitu, karena penderitaan kita ada di tangan Allah, penderitaan itu dimaksudkan sebagai ujian bagi anugerah-anugerah yang kita miliki supaya semua anugerah itu dapat dikembangkan. Emas dimasukkan ke dalam perapian, supaya bisa dimurnikan.
- 3. Cobaan-cobaan ini bisa sangat banyak dan beragam: Berbagai-bagai pencobaan, demikian Rasul Yakobus mengatakannya. Ujian yang menimpa kita bisa banyak dan berbeda-beda, dan karena itu kita perlu mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah. Kita harus bersenjata di segala sisi, sebab godaan-godaan datang dari segala arah.
- 4. Ujian-ujian terhadap orang baik itu bukanlah ujian yang ia ciptakan sendiri, atau yang datang sendiri kepadanya karena dosa. Sebaliknya, dikatakan bahwa ia jatuh ke dalam ujian-ujian itu. Dan karena itulah mereka ditopang dengan lebih baik olehnya.
- II. Anugerah dan kewajiban dalam masa pencobaan dan penderitaan ditunjukkan kepada kita di sini. Sekiranya kita memperhatikan anugerah dan kewajiban ini, dan bertumbuh di dalamnya seperti seharusnya, maka alangkah baiknya jika kita sampai tertimpa penderitaan!
- 1. Satu anugerah kristiani yang harus diterapkan dalam perbuatan nyata adalah sukacita atau kebahagiaan: Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan (ay. 2). Kita tidak boleh tenggelam dalam kesedihan dan berputus asa, yang akan membuat kita tak berdaya dalam menghadapi cobaan-cobaan. Sebaliknya, kita harus berusaha menjaga supaya roh kita tetap lapang, agar kita memahami dengan lebih baik keadaan kita yang sebenarnya, dan dengan lebih diuntungkan bertekad untuk memanfaatkan keadaan sebaik-baiknya. Filsafat bisa mengajar orang untuk bersikap tenang dalam menghadapi masalah, tetapi Kekristenan mengajar orang untuk bersukacita, karena bersuka cita timbul dari kasih, dan bukan amarah, terhadap Allah. Dalam bersukacita, kita menyerupai Kristus sebagai Kepala kita, dan itu menjadi tanda bahwa kita sudah diangkat menjadi anak-Nya. Dengan menderita di jalan-jalan kebenaran, kita melayani kepentingan-kepentingan kerajaan Tuhan kita di antara manusia, dan membangun tubuh Kristus. Ujian-ujian kita akan membuat cemerlang anugerah-anugerah kita pada saat ini, dan mahkota kita pada akhirnya. Oleh sebab itu, ada alasan mengapa kita harus menganggap sebagai kebahagiaan apabila ujian dan kesulitan menimpa kita sewaktu kita menjalankan kewajiban. Paradoks atau ungkapan yang bertolak belakang dengan pikiran orang pada umumnya ini bukan murni milik Perjanjian Baru, sebab bahkan di masa Ayub dikatakan, sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah. Ada alasan yang lebih lagi untuk bersukacita dalam penderitaan, jika kita mempertimbangkan bahwa anugerah-anugerah lain akan datang lagi melalui berbagai penderitaan itu.
- 2. Iman adalah anugerah, seperti yang disebutkan dalam ayat 3, Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu, dan yang dengan jelas dituntut dalam ayat 6, hendaklah ia memintanya dalam iman. Kita harus betul-betul mempercayai kebenaran-kebenaran agung dalam Kekristenan, dan berpegang teguh padanya, dalam masa-masa pencobaan. Iman yang di sini dikatakan diuji oleh penderitaan adalah keyakinan terhadap kuasa, firman, dan janji Allah, dan kesetiaan serta keteguhan terhadap Tuhan Yesus.
- 3. Yang dihasilkan pasti ketekunan: Ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Ujian terhadap satu anugerah menghasilkan anugerah lain. Semakin sering anugerah-anugerah orang Kristen diuji dalam penderitaan, semakin kuat anugerah-anugerah itu bertumbuh. Kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan (Rm. 5:3). Nah, untuk melatih ketekunan orang Kristen dengan benar, kita harus,
- (1) Membiarkannya bekerja. Ketekunan atau kesabaran bukanlah hal yang diam membatu, tetapi giat bekerja. Sikap tak acuh dari ajaran Stoa dan kesabaran kristiani sangatlah berbeda: oleh ajaran Stoa, orang kurang lebih dibuat tidak merasakan penderitaan-penderitaan mereka, sedangkan oleh Kekristenan orang akan berkemenangan di dalam dan atas penderitaan-penderitaan itu. Marilah kita berusaha, supaya pada masa-masa pencobaan, kesabaranlah, dan bukan amarah, yang bekerja dalam diri kita. Apa pun yang dikatakan atau dilakukan, hendaklah kesabaran yang mengatakan dan melakukannya. Janganlah kita biarkan amarah kita menghalang-halangi bekerjanya kesabaran dan dampak-dampaknya yang luhur. Marilah kita biarkan kesabaran bekerja, maka kesabaran itu akan mengerjakan keajaiban-keajaiban di masa susah.
- (2) Kita harus membiarkan kesabaran bekerja dengan sempurna. Jangan melakukan apa saja yang membatasi atau melemahkannya, tetapi biarkanlah kesabaran bekerja sepenuh-penuhnya. Jika satu penderitaan merambat ke penderitaan lain, lalu sederet penderitaan menimpa kita, biarkanlah kesabaran terus bekerja hingga pekerjaannya sempurna. Apabila kita menanggung segala sesuatu yang sudah ditetapkan Allah, dan sejauh Ia menetapkannya, dengan mata yang tertuju pada-Nya dengan taat dan rendah hati, dan apabila kita tidak hanya menanggung kesusahan-kesusahan, tetapi juga bersukacita di dalamnya, maka kesabaran sudah bekerja dengan sempurna.
- (3) Apabila kesabaran atau ketekunan sudah tuntas bekerja, maka orang Kristen menjadi utuh, dan tidak akan kekurangan suatu apa pun. Ketekunan akan memperlengkapi kita dengan segala hal yang diperlukan untuk pertandingan dan peperangan rohani kita, dan akan membuat kita mampu bertahan sampai akhir. Pada saat itulah pekerjaannya akan berakhir, dan dimahkotai dengan kemuliaan. Setelah berlimpah dalam anugerah-anugerah lain, kita memerlukan ketekunan (Ibr. 10:36). Tetapi biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
- 4. Doa adalah kewajiban yang juga dianjurkan kepada orang-orang Kristen yang menderita. Di sini Rasul Yakobus menunjukkan,
- (1) Apa yang terutama harus kita doakan, yaitu hikmat: Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah. Janganlah kita berdoa untuk menghilangkan penderitaan, melainkan untuk memperoleh hikmat supaya memanfaatkan penderitaan itu dengan benar. Siapakah yang tidak menginginkan hikmat di dalam ujian atau cobaan besar apa saja untuk membimbingnya dalam menilai segala perkara, mengatur jiwa dan perilakunya sendiri, dan menangani urusan-urusannya? Berhikmat pada masa-masa pencobaan adalah karunia istimewa dari Allah, dan dari Dialah kita harus mencarinya.
- (2) Dengan cara apa hikmat ini harus diperoleh, yaitu dengan memohonkan atau memintakannya. Biarlah orang bodoh menjadi pengemis di hadapan takhta anugerah, maka ia sedang berjalan mulus menjadi bijak. Tidak dikatakan, “Hendaklah orang yang ingin mendapat hikmat memintanya kepada manusia.” Tidak, bukan manusia mana pun, melainkan, “Hendaklah ia memintanya kepada Allah,” yang menjadikan dia, dan memberinya pengertian dan kekuatan akal budi pada mulanya. Hendaklah ia memintanya kepada Allah, yang di dalam Dia terdapat segala harta hikmat dan pengetahuan. Marilah kita mengakui kebutuhan kita akan hikmat kepada Allah dan setiap hari memintanya kepada Dia.
- (3) Pada kita ada dorongan terbesar untuk memintanya: Ia memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit. Ya, dengan jelas dijanjikan bahwa hal itu akan diberikan (ay. 5). Di sini ada jawaban setiap kali kita mempunyai pikiran yang mengecilkan hati, merasa lemah dan bodoh, ketika sedang menghadap Allah untuk meminta hikmat. Allah yang kepada-Nya kita disuruh datang, kita yakini, memiliki hikmat sehingga Ia dapat memberikannya. Dan Ia suka memberi, mau memberikan hikmat ini kepada siapa saja yang memintanya. Juga tidak perlu takut bahwa perkenanan-Nya hanya terbatas untuk sebagian orang saja dalam hal ini, sehingga yang lain, atau jiwa-jiwa mana saja yang memohon dengan rendah hati, dikucilkan. Sebab Ia memberikan kepada semua orang. Jika engkau berkata bahwa engkau menginginkan banyak hikmat, dan sedikit hikmat saja tidaklah cukup, maka Rasul Yakobus menegaskan, Ia memberi dengan murah hati. Dan kalau-kalau engkau takut datang menghadap Dia pada waktu yang tidak tepat, atau dipermalukan karena kebodohanmu, di sini ditambahkan, Ia tidak membangkit-bangkit (atau marah). Mintalah kapan saja engkau mau, dan sesering yang engkau mau, dan engkau tidak akan dimarahi karena itu. Dan, jika ada orang yang berkata, “Mungkin ini berlaku untuk sebagian orang saja, dan aku takut aku tidak akan berhasil dalam usahaku untuk mencari hikmat seperti orang lain,” maka hendaklah orang yang berpikiran demikian mempertimbangkan betapa jelas dan tegasnya janji itu: Hal itu akan diberikan kepadanya. Maka sudah sewajarnya orang-orang bodoh binasa dalam kebodohan mereka, jika hikmat dapat diperoleh dengan meminta, namun mereka tidak mau berdoa kepada Allah untuk mendapatkannya. Akan tetapi,
- (4) Ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika kita meminta, yaitu bahwa kita melakukannya dengan hati yang percaya dan tidak goyah: Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang (ay. 6). Janji di atas sangat pasti, asalkan dengan syarat tersebut. Hikmat akan diberikan kepada orang-orang yang memintanya dari Allah, asalkan mereka percaya bahwa Allah mampu membuat orang sederhana menjadi bijak, dan bahwa Ia setia menepati janji-Nya kepada orang-orang yang datang kepada-Nya. Ini adalah syarat yang senantiasa dituntut oleh Kristus, dalam memperlakukan orang-orang yang datang kepada-Nya untuk disembuhkan: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Jangan ada kebimbangan, jangan meragukan janji Allah dengan ketidakpercayaan, atau perasaan bahwa kita tidak akan berhasil karena kekurangan dan kelemahan kita. Oleh karena itu, di sini kita melihat,
- 5. Bahwa tekad bulat, ketulusan niat, dan keteguhan hati merupakan kewajiban lain yang dituntut di dalam penderitaan: Orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin. Adakalanya mereka diangkat oleh iman, tetapi kemudian terhempas kembali oleh ketidakpercayaan. Adakalanya mereka mendaki ke langit, dengan maksud untuk memperoleh kemuliaan, kehormatan, dan keabadian, tetapi kemudian tenggelam kembali dalam pencarian akan kesenangan tubuh atau kenikmatan dunia ini. Hal ini dengan sangat cocok dan elok dibandingkan dengan gelombang laut, yang naik turun, pasang surut, tergantung apakah angin mengayunkannya lebih tinggi atau lebih rendah, ke arah sana atau ke arah sini. Orang yang pikirannya hanya tertuju secara utuh pada kepentingannya yang bersifat rohani dan abadi, dan yang tetap tegak dalam tujuan-tujuannya bagi Allah, akan bertumbuh bijak oleh penderitaan-penderitaan, akan terus sungguh-sungguh dalam ibadahnya, dan akan mengatasi semua cobaan dan perlawanan. Nah, untuk menyembuhkan roh yang bimbang dan iman yang lemah, Rasul Yakobus menunjukkan akibat-akibat buruk dari roh dan iman yang demikian,
- (1) Bahwa keberhasilan doa dirusakkan olehnya: Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan (ay. 7). Orang yang tidak percaya, goyah, dan bimbang seperti itu tidak akan menghargai perkenanan Allah sebagaimana mestinya, dan karena itu tidak bisa berharap untuk menerimanya. Dalam meminta hikmat ilahi dan sorgawi, kita tidak akan berhasil jika tidak mempunyai hati yang menghargai hikmat itu melebihi batu-batu permata, dan hal-hal terbesar di dunia ini.
- (2) Iman dan roh yang goyah berpengaruh buruk terhadap perilaku kita. Orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya (ay. 8). Apabila iman dan roh kita naik turun mengikuti penyebab-penyebab duniawi, maka pasti segala perilaku dan tindakan kita akan sangat goyah. Hal ini kadang-kadang membuat orang mudah direndahkan di dunia. Tetapi sudah pasti bahwa cara-cara seperti itu tidak akan menyenangkan Allah atau mendatangkan apa saja yang baik bagi kita pada akhirnya. Sementara kita memiliki satu Allah untuk kita percayai, kita juga hanya memiliki satu Allah yang mengatur kita, dan ini harus membuat kita tetap tegak dan mantap. Siapa yang goyah seperti air tidak akan unggul dalam hidupnya. Dalam hal ini,
- III. Perangai orang Kristen yang kudus dan rendah hati, baik dalam keadaan ditinggikan maupun kehinaan, digambarkan di sini. Baik orang miskin maupun orang kaya diarahkan untuk mengetahui atas dasar apa saja mereka dapat membangun sukacita dan penghiburan mereka (ay. 9-11). Di sini dapat kita camkan,
- 1. Orang-orang dari kalangan rendah harus dipandang sebagai saudara: Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah, dst. Kemiskinan tidak merusak hubungan di antara orang-orang Kristen.
- 2. Orang Kristen yang baik bisa saja kaya di dunia ini (ay. 10). Anugerah dan kekayaan bukanlah hal yang sepenuhnya tidak berdampingan. Abraham, bapak orang beriman, kaya dengan perak dan emas.
- 3. Baik orang miskin maupun orang kaya ini boleh bersukacita. Tidak ada keadaan dalam hidup yang membuat kita tidak bisa bersukacita di dalam Allah. Kalau kita tidak selalu bersukacita di dalam Dia, itu salah kita sendiri. Orang dari kalangan rendah boleh bersukacita, jika mereka diangkat menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris kerajaan Allah (seperti penjelasan Dr. Whitby dalam hal ini). Orang kaya juga boleh bersukacita dalam pemeliharaan-pemeliharaan ilahi yang merendahkan hati, karena pemeliharaan seperti itu membuahkan kecenderungan pikiran yang merendah, yang bernilai tinggi di mata Allah. Apabila ada orang yang menjadi miskin demi kebenaran, kemiskinan mereka itu justru membuat mereka diangkat. Adalah sebuah kehormatan untuk tidak dihormati karena Kristus. Kepada kamu dikaruniakan untuk menderita (Flp. 1:29). Semua orang yang direndahkan, dan direndahkan oleh karena anugerah, dapat bersukacita dengan pengharapan bahwa mereka akan ditinggikan di sorga nanti.
- 4. Cermatilah mengapa orang kaya, kendati dengan kekayaan mereka, harus merendah di mata mereka sendiri, yaitu karena baik mereka maupun kekayaan mereka akan berlalu: Ia akan lenyap seperti bunga rumput. Ia, dan kekayaannya bersama-sama dia, akan lenyap (ay. 11). Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu. Maka dari itu perhatikanlah, kekayaan duniawi adalah hal yang akan layu. Kekayaan adalah suatu hal yang terlalu tidak pasti (ujar Tuan Baxter mengenai hal ini), terlalu tidak berarti untuk membuat perubahan yang besar atau yang dapat dibenarkan dalam pikiran kita. Seperti bunga menjadi layu di tengah teriknya sinar matahari, demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap. Segala rencananya, keputusannya, dan jerih payahnya untuk dunia ini disebut sebagai usaha-usahanya. Dalam kesemuanya ini ia akan lenyap. Karena itu hendaklah orang kaya bersukacita, bukan dalam pemeliharaan Allah yang membuatnya kaya, melainkan terlebih dalam anugerah Allah yang membuatnya tetap rendah hati. Hendaklah ia juga bersukacita dalam segala ujian dan cobaan yang mengajarnya untuk mencari kebahagiaan di dalam dan dari Allah, dan bukan dari kenikmatan-kenikmatan yang akan binasa ini.
- IV. Sebuah berkat diucapkan kepada mereka yang bertahan dalam cobaan dan ujian, seperti yang disampaikan di sini: Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan (ay. 12). Perhatikanlah,
- 1. Bukan orang yang menderita saja yang diberkati, melainkan juga orang yang bertahan, yang dengan sabar dan tekun melewati semua kesulitan di jalan kewajibannya.
- 2. Penderitaan tidak akan membuat kita sengsara, kalau bukan karena salah kita sendiri. Berkat bisa saja muncul dari penderitaan, dan kita bisa diberkati di dalamnya. Penderitaan sama sekali tidak merampas kebahagiaan orang baik, tetapi justru benar-benar membuatnya bertambah.
- 3. Penderitaan dan cobaan adalah jalan menuju keterberkatan kekal: Apabila ia diuji, ia akan menerima mahkota kehidupan, dokimos genomenos – apabila ia sudah tahan uji, apabila anugerah-anugerahnya didapati benar dan bernilai amat tinggi (seperti logam yang diuji nilainya dengan api), dan apabila ketulusan dan kejujurannya nyata, dan semuanya berkenan pada Sang Hakim agung. Maka dari itu perhatikanlah, berkenan kepada Allah, itulah tujuan agung orang Kristen dalam segala ujiannya. Hal itu akan membawa berkat bagi dia pada akhirnya, ketika ia menerima mahkota kehidupan. Orang Kristen yang sudah tahan uji akan dimahkotai, dan mahkota yang akan dipakainya adalah mahkota kehidupan. Mahkota itu akan menjadi kehidupan dan kebahagiaan baginya, dan akan bertahan selama-lamanya. Kita menanggung salib hanya sebentar, tetapi akan memakai mahkota sampai selama-lamanya.
- 4. Keterberkatan ini, yang merupakan bagian dari mahkota kehidupan, adalah hal yang dijanjikan kepada orang benar yang menderita. Oleh karena itu, janji ini adalah hal yang dapat kita andalkan dengan pasti. Sebab, ketika langit dan bumi lenyap, firman Allah ini tidak akan gagal digenapi. Tetapi selain itu marilah kita perhatikan bahwa upah kita di masa depan diberikan bukan sebagai pelunasan utang, melainkan sebagai janji yang dianugerahkan.
- 5. Bertahan menghadapi cobaan haruslah didasarkan pada kasih kepada Allah dan Yesus Kristus Tuhan kita, sebab kalau tidak, kita tidak mempunyai kepentingan dalam janji ini: Dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. Rasul Paulus berpendapat bahwa pada titik tertentu dalam kehidupan beriman, orang bisa saja menyerahkan tubuhnya untuk dibakar. Namun, sekalipun melakukan demikian, ia tidak berkenan pada Allah, tidak pula dianggap oleh-Nya, kalau ia tidak memiliki kasih, atau jika di dalam hatinya tidak dipenuhi oleh kasih sayang yang tulus kepada Allah dan manusia (1Kor. 13:3).
- 6. Mahkota kehidupan dijanjikan bukan hanya kepada orang-orang kudus yang besar dan terkemuka, melainkan juga kepada orang yang memiliki kasih Allah yang bertakhta di dalam hatinya. Setiap jiwa yang benar-benar mengasihi Allah akan mendapati bahwa cobaan-cobaan mereka di dunia ini dibayar penuh di dunia atas, di mana kasih menjadi sempurna.
SH: Yak 1:1-11 - Arti “bersukacita” yang sesungguhnya (Sabtu, 2 Juni 2001) Arti “bersukacita” yang sesungguhnya
Benarkah himbauan: “Tetaplah bersukacita ketika Anda
terpaksa kehilangan pekerjaan tetap akibat penolakan...
Arti “bersukacita” yang sesungguhnya
Benarkah himbauan: “Tetaplah bersukacita ketika Anda terpaksa kehilangan pekerjaan tetap akibat penolakan Anda melakukan KKN dalam perusahaan”, merupakan aplikasi yang tepat dari pernyataan Yakobus (2)? Tidak sepenuhnya benar, bila hanya sebatas pengertian bahwa Kristen harus meminimalkan dukacita yang dialaminya dan bersikap seolah-olah tidak pernah merasakan sedih, pedih, merintih, dan menangis. Benarkah bahwa Kristen tidak boleh berdukacita akibat pencobaan yang dialaminya? Apakah harus bersikap naif terhadap dukacita yang dialaminya?
Tidak benar demikian! Dalam menghadapi pencobaan dan pergumulan yang berat, Kristen harus hidup dalam dunia realita. Namun tidak terhanyut dalam perasaan yang menekan, gagal, dan suasana perkabungan. Mengapa demikian? Karena ada satu keyakinan bahwa pencobaan yang dialaminya diizinkan Tuhan untuk menguji imannya dan mendewasakan kehidupan rohaninya (3-4). Kristen mengalami proses pergumulan dari dukacita menjadi sukacita yang bukan bergantung pada situasi yang telah berubah menjadi menyenangkan, tetapi semata bergantung kepada pengenalan akan Allah yang memiliki tujuan mulia dan mampu memberi kekuatan untuk menghadapi segala pencobaan. Itulah sebabnya kata ‘berbahagia’ yang dipakai Yakobus bukan berdasarkan dukungan secara material tetapi kekayaan rohani, sehingga mampu menempatkan pencobaan sebagai batu uji iman (2-3). Progresif pengenalan seseorang akan Allah menolong dia menyikapi pencobaan dengan hikmat.
Bagaimana dengan seseorang yang tidak memiliki hikmat? Yakobus pun membahas dalam suratnya (5-8). Orang yang kekurangan hikmat hendaknya datang kepada sumber hikmat, Allah sendiri, yang tidak pernah kekurangan hikmat, atau terlalu pelit memberikannya kepada yang memintanya dengan iman.
Pencobaan tidak kenal status sosial, baik orang kaya ataupun orang miskin. Penggambaran status yang sama rendah dan fana seperti bunga rumput yang segera layu (9-11)
Renungkan: Pencobaan dan pergumulan apakah yang sedang Anda alami saat ini? Bagaimana Anda memandang dan menyikapinya, sangat bergantung pada persepsi Anda tentang pencobaan tersebut. Renungkan kata-kata Yakobus dalam suratnya ini!
SH: Yak 1:1-8 - Pencobaan - Hikmat - Iman (Jumat, 27 Juli 2007) Pencobaan - Hikmat - Iman
Mengapa orang benar menderita? Yakobus tidak memberikan jawaban untuk
pertanyaan itu. Ia hanya menegaskan fakta bahwa ...
Pencobaan - Hikmat - Iman
Mengapa orang benar menderita? Yakobus tidak memberikan jawaban untuk pertanyaan itu. Ia hanya menegaskan fakta bahwa gereja memang sedang menderita bagai dua belas suku yang dalam perantauan. Orang percaya menderita karena masih berada di dunia dan belum tiba di kediaman kekal. Maka Yakobus mendorong orang beriman agar memanfaatkan pencobaan untuk bertumbuh ke arah Tuhan, berdoa untuk mendapat hikmat, dan agar dalam pergumulan hidup yang berat justru iman menjadi tahan uji.
Yakobus membedakan pencobaan dari luar (2) dan karena kelemahan dari dalam diri sendiri (12). Dalam pengalaman nyata, kedua hal itu sering tidak dapat dipisah. Pembaca surat Yakobus saat itu, ada yang miskin atau ada yang menerima berbagai tekanan karena iman. Maka pencobaan masa itu berupa masalah material, sosial moral, juga spiritual.
Yakobus tidak memaksudkan 'jatuh' ke dalam pencobaan dalam arti terseret dan berbuat dosa. Namun hal yang sifat dan maksudnya jahat di tangan Iblis, diubah Allah hingga bersifat dan dimaksud untuk menguji iman umat-Nya. Melalui ujian, iman berkesempatan untuk berakar dan memiliki kualitas ketekunan. Apabila proses ini dijalani dengan benar, orang akan mengalami pengampunan dan imannya dimatangkan (3-4). Maksudnya hubungan dengan Tuhan makin akrab, sehingga pribadi pun makin serasi dengan sifat Tuhan. Maka orang Kristen seharusnya bersukacita waktu mengalami pencobaan, sebab intinya adalah ujian bagi iman.
Dalam situasi sedang dicobai, orang beriman sangat perlu hikmat. Dalam perspektif Alkitab, hikmat adalah kesalehan yang terjadi karena seseorang dekat dengan Allah. Menghadapi situasi yang menghasilkan kematangan iman, orang beriman perlu kepekaan membedakan kehendak Tuhan dan kekuatan untuk melaksanakannya dengan taat. Berdoa memohon hikmat juga merupakan latihan iman, sebab doa yang benar adalah doa yang sepenuhnya mempercayakan diri kepada Allah yang berkuasa dan berhikmat.
SH: Yak 1:1-8 - Disiplin Rohani dan Hikmat Kehidupan (Rabu, 11 Agustus 2021) Disiplin Rohani dan Hikmat Kehidupan
Surat Yakobus memang menerima reputasi yang buruk dari Martin Luther, yang menyebutnya surat jerami karena diang...
Disiplin Rohani dan Hikmat Kehidupan
Surat Yakobus memang menerima reputasi yang buruk dari Martin Luther, yang menyebutnya surat jerami karena dianggap lebih menekankan perbuatan baik ketimbang lebih berfokus pada iman. Namun, surat Yakobus sebenarnya sangat penting karena menyajikan suatu disiplin rohani yang konkret dan menolak keras iman yang mati.
Penulis surat ini secara tradisi dipercaya sebagai Yakobus saudara Yesus. Ia menulis suratnya kepada dua belas suku Israel di diaspora (1). Menurut Yakobus, iman selalu menemukan ekspresi dalam disiplin rohani yang nyata, misalnya sikap dalam menghadapi pencobaan (2-4) dan postur hati tidak mendua dalam doa permohonan (5-8).
Iman yang sejati selalu hidup dan menghidupkan. Ujian dan pencobaan hidup adalah kesempatan merasakan kebahagiaan sejati dan sebagai latihan ketekunan. Yakobus tahu bahwa iman semacam itu membutuhkan hikmat dari Allah sendiri. Memohonkan hikmat yang demikian butuh fokus hati kepada Allah, bukan mendua hati karena godaan dunia.
Sebenarnya, Yakobus menggemakan sastra hikmat yang sudah akrab dalam tradisi Yahudi. Menghidupi iman dalam tradisi hikmat bukanlah sesuatu yang statis dan rapi terprediksi. Iman adalah memilih respons dan setia kepada Allah dalam segala kenyataan hidup yang penuh kejutan, baik pahit getir maupun berkat bahagia.
Pergumulan iman bisa penuh perdebatan seperti dalam kisah Ayub dan teman-temannya ketika menghadapi kesengsaraan. Namun, bagi Ayub, pergumulan iman adalah soal mengarahkan postur hati. Hati yang setia kepada Allah di tengah pencobaan dan ujian, bahkan ketika tak cukup berhikmat untuk setia!
Krisis adalah waktu yang menentukan untuk memilih respons kita. Di tengah krisis, sering muncul kejelasan atas berbagai prioritas dan kesetiaan dalam hati kita. Krisis menjadi momen krusial untuk kita mendekat kepada Allah. Memang banyak hal ada di luar kendali kita. Namun, iman tidak akan patah dihajar ujian dan pencobaan, melainkan semakin matang di tengah krisis dan kesulitan. [IHM]
Galilah -> Yak 1:2-4
Galilah: Yak 1:2-4 - Sukacita dalam Ujian Yakobus 1:2-18 Tema: Ujian dan Godaan
Yakobus 1:2-4 Sub Tema: Sukacita dalam Ujian
Anggaplah sebagai kebahagiaan sejati, saudara-saudaraku, apabila ...
Yakobus 1:2-18 Tema: Ujian dan Godaan
Yakobus 1:2-4 Sub Tema: Sukacita dalam Ujian
Anggaplah sebagai kebahagiaan sejati, saudara-saudaraku, apabila kalian tertimpa oleh berbagai-bagai pencobaan, dalam keyakinan bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketabahan dan biarkanlah ketabahan menyelesaikan pekerjaannya, supaya kalian menjadi sempurna, lengkap dan tidak ada kekurangan satu pun.
ay. 2 Anggaplah – Kata hegeomai berarti “Ambil keputusan atau membentukkan pendapat sesudah mempertimbangkan fakta-fakta atau situasi”8 Jadi kata ini mendorong supaya kita tidak hanya bereaksi kalau menghadapi situasi yang sulit, melainkan menyadari bahwa di dalam tangan Tuhan, hal ini akan menjadi berkat. Perintah ini bersifat tegas/urgen.9
Kebahagiaan sejati –Lit: Segala kebahagiaan – Kata pas berarti segala, bukan suatu di TB. Berarti bahagia yang murni, atau total.10
Ada kiasan dalam Bahasa Yunani di sini yang tidak nyata dalam bahasa lain. Kata khairein (dari akar kharo = salam) mirip kata kharan (dari akar khara = Kebahagiaan). Sambungan antara ayat satu dan dua berbunyi demikian: …khairein. Pas kharan… Kiasan ini menegaskan pentingnya sukacita di surat ini.11
Tertimpa – Kata peripipto, secara literal berarti jatuh ke dalam, tetapi tidak mempunyai unsur sengaja – Apa yang dialami oleh orang ini bukan akibat dari kelakuannya/kesalahannya.12 Kata ini dipakai di Lukas 10:30: ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun…
Berbagai-bagai pencobaan – Kata peirasmos bisa berarti pencobaan atau juga godaan, tetapi jelas dari konteks bahwa pencobaan dimaksudkan karena berkaitan dengan ujian terhadap iman (Yak 1:3), yang membawa orang kepada kesempurnaan – Godaan pasti tidak begitu. Nanti di ay. 13 dari pasal ini kita melihat kata ini dalam arti godaan (walaupun diterjemahkan pencobaan di TB, BIS/BMK lebih akurat di situ). Berbagai-bagai membawa arti pencobaan apa saja.
ay. 3 Dalam keyakinan – Lit: Dengan Tahu – Kata ini bersifat terus menerus di masa kini,13 yaitu mereka sudah/sedang tahu.
Menghasilkan – Bentuk gramatis kata ini menegaskan bahwa ujian itu, terhadap iman mereka yang menghasilkan ketabahan. Itu juga bersifat terus menerus menunjukkan bahwa hal ini biasa, yaitu terus/selalu menghasilkan...14
Ketabahan – Kata hypomone berarti sabar terhadap situasi yang sulit, jadi boleh diterjemahkan ketekunanatau ketabahan.15
ay. 4 Biarkanlah – Adalah perintah yang bersifat terus menerus16 supaya mereka selalu membiarkan diri dibentuk oleh kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.
Ketabahan – Kata hypomone lagi. Lihat di ayat tadi.
Menyelesaikan pekerjaannya – Frase ini secara literal berbunyi Mempunyai pekerjaan yang sudah diselesaikan. Kata teleios berarti sempurna, selesai, dewasa, atau juga tujuan jauh (kata teleskop dibuat dari kata teleos (jauh) dan skopos (lihat)). Ada kiasan di ayat ini karena kata ini dipakai dua kali (menyelesaikan dan sempurna). “Memperoleh buah yang matang” (TB) agak kurang jelas. Pekerjaan dari ketabahan adalah supaya kita tetap bertahan dalam situasi yang sulit, sehingga kita dikikis dan dibentuk olehnya.
Menjadi – Kata kerja ini bersifat terus menerus,17 menunjukkan proses pengudusan yang Allah ingin kerjakan terus dalam diri kita. Ada juga unsur gramatis (Subjunktif) yang menunjukkan bahwa perubahan ini tidak otomatis, yaitu mereka mempunyai pilihan apakah mereka mau membiarkan situasi menyempurnakan iman mereka atau tidak.
Sempurna, lengkap dan tidak ada yang kurang – Kata-kata ini agak sulit dibedakan karena arti sangat mirip. Sempurna tentu membawa arti murni/saleh dalam konteks ini, lalulengkap berarti bahwa setiap bagian yang diharapkan sudah ada dan tidak ada yang kurang menegaskan arti dari lengkap.18 Dengan meneliti ketiga istilah itu, kita bisa melihat bahwa tujuan Allah dalam proses pengudusan sangat indah! Hal ini sangat penting untuk kita ingat ketika mengalami pencobaan.
Kalau ada yang bergumul untuk mengerti rencana Allah dalam menguduskan orang percaya, padahal kita sudah sempurna dalam Kristus. Hal ini bisa dijelaskan dengan mengatakan bahwa Posisi kita adalah sempurna karena apa yang dilakukan Kristus bagi kita, tetapi Kondisi kita adalah sebagai orang yang masih bergumul dengan dosa (Rom 7:7-25, Yak 3:2) dan Allah terus ingin bekerja di dalam diri kita supaya kita makin lama makin serupa dengan Kristus (Efe 4:17-32, Kol 3:1-17).
- Coba memikirkan apa yang sedang saudara hadapi. Apakah bisa ambil keputusan untuk melihat keindahan dari proses pengudusan Allah di dalamnya? Bisa.
- Jangan menegur orang yang menjadi tawar hati karena keadaan susah. Lebih baik mendekati dan menghibur mereka dengan kebenaran ini (1 Tes 5:14).
- Menarik bahwa kita diperintahkan membiarkan ketabahan menyelesaikan pekerjaannya. Di ayat tadi kita lihat bahwa ketabahan adalah hasil yang baik bagi orang yang melewati pencobaan, tetapi di ayat ini menjadi jelas bahwa ketabahan tersebut membantu kita tetap kuat dalam situasi yang sulit, supaya pengudusan yang sedang Allah kerjakan, berhasil.
- Jangan kita lupa bahwa Allah setia untuk membawa orang percaya kepada kesempurnaan (1 Tes 5:23-24).
Topik Teologia -> Yak 1:2
Topik Teologia: Yak 1:2 - -- Keselamatan
Ketekunan
Peringatan untuk Bertekun
1Ta 16:11 Ayu 17:9 Yeh 18:24 Hos 12:7 Mik 6:8 Mat 10:22 Mar 4:3-8 Luk 22:31-32 ...
- Keselamatan
- Ketekunan
- Peringatan untuk Bertekun
- 1Ta 16:11 Ayu 17:9 Yeh 18:24 Hos 12:7 Mik 6:8 Mat 10:22 Mar 4:3-8 Luk 22:31-32 Yoh 8:31-32 Yoh 15:4-10,14 Kis 11:23 Kis 13:43 Kis 14:21-22 Rom 2:6-8 1Ko 10:12-13 1Ko 15:1-2,58 1Ko 16:13 2Ko 13:5 Gal 5:1-4 Gal 6:9 Efe 6:13,16,18 Fili 1:27 Fili 3:12-16 Fili 4:1 Kol 1:22-23 Kol 2:5-7 1Te 5:21 2Te 2:15-17 1Ti 6:11-12 2Ti 2:12 2Ti 3:14 2Ti 4:7-8 Ibr 2:1 Ibr 3:14 Ibr 4:14 Ibr 6:4-6,11-12 Ibr 10:23,35-36 Ibr 11:27 Ibr 12:1-13 Yak 1:2-4 Yak 1:12 Yak 5:10-11 1Pe 1:5-7 2Pe 1:10-11 2Pe 3:17 Yud 1:21 Wah 2:10 Wah 2:17 Wah 3:5 Wah 3:11-12 Wah 3:21 Wah 14:12 Wah 16:15 Wah 21:7 Wah 22:11
- Pengudusan
- Kesempurnaan Moral Secara Total
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menganggap Penganiayaan Berasal dari Allah
- Penganiayaan Menghasilkan Ketekunan
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yakobus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-su...
Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya dialamatkan kepada suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada kedua belas suku di perantauan" (Yak 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yak 2:19,21) menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kis 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kis 11:19). Hal ini menerangkan
- (1) mengapa pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita pencobaan yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yak 1:2-12),
- (2) pengetahuan pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan
- (3) nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem, Yakobus sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.
Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya "Yakobus" (Yak 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam sidang di Yerusalem (Kis 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di bagian lain dalam PB (mis. Kis 12:17; Kis 21:18; Gal 1:19; Gal 2:9,12; 1Kor 15:7) sangat cocok dengan apa yang diketahui mengenai penulis surat ini. Sangat mungkin Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk penulisan surat ini ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagoge untuk menunjuk tempat pertemuan orang Kristen (Yak 2:2). Menurut keterangan sejarawan Yahudi, Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.
Tujuan
Yakobus menulis
- (1) untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,
- (2) untuk memperbaiki berbagai pengertian yang salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan, dan
- (3) untuk menasihatkan dan membina pembacanya mengenai hasil-hasil praktis iman mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.
Survai
Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya untuk menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yak 1:2-11); melawan godaan (Yak 1:12-18); menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar (Yak 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif dan bukan pengakuan yang kosong (Yak 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-sungguh mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yak 3:1-12; Yak 4:11-12), hikmat duniawi (Yak 3:13-16), kelakuan berdosa (Yak 4:1-10), kehidupan yang congkak (Yak 4:13-17) dan kekayaan yang mementingkan diri sendiri (Yak 5:1-6). Yakobus menutup dengan menekankan kesabaran, doa, dan memulihkan mereka yang sudah mundur (Yak 5:7-20).
Sepanjang kelima pasal ini, hubungan di antara iman yang benar dan kehidupan yang saleh ditekankan. Iman yang sejati adalah: - iman yang teruji (Yak 1:2-16), - aktif (Yak 1:19-27), - mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yak 2:1-13), - menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yak 2:14-26), - menguasai lidah dengan benar (Yak 3:1-12), - mencari hikmat Allah (Yak 3:13-18), - tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yak 4:1-12), - mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yak 4:13-17), - tidak mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yak 5:1-6), - sabar dalam penderitaan (Yak 5:7-12), dan - tekun dalam doa (Yak 5:13-20).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.
- (2) Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada Khotbah di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.
- (3) Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.
- (4) Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena
- (a) penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan Kristen yang sejati dan
- (b) ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat dan analogi yang hidup.
- (5) Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat manusia berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk menyingkapkan tabiat manusia berdosa (mis. Yak 3:1-12).
- (6) Surat ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada kitab PB lainnya (khususnya: Yak 2:14-16).
- (7) Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat membahas persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.
Full Life: Yakobus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Yak 1:1)
I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya
(Yak 1:2-18)
A. Menerimanya Se...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Yak 1:1) - I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya
(Yak 1:2-18) - A. Menerimanya Sebagai Sarana Pertumbuhan
(Yak 1:2-4) - B. Memohon Hikmat untuk Mengatasinya
(Yak 1:5-8) - C. Bersukacita Dalam Tindakan Penyamarataannya
(Yak 1:9-12) - D. Mengetahui Bedanya Pengujian dan Pencobaan
(Yak 1:13-18) - II. Mendengarkan Firman Allah dan Melakukannya
(Yak 1:19-27) - III.Tidak Pilih Kasih dan Menunjukkannya
(Yak 2:1-13) - IV. Mengaku Beriman dan Membuktikannya
(Yak 2:14-26) - V. Menyadari Jebakan-Jebakan dan Mengelakkannya
(Yak 3:1-5:6) - A. Lidah yang Sukar Dikendalikan
(Yak 3:1-12) - B. Hikmat yang Tidak Rohani
(Yak 3:13-18) - C. Kelakuan Berdosa
(Yak 4:1-10) - D. Memfitnah Saudara Seiman
(Yak 4:11-12) - E. Hidup dengan Congkak
(Yak 4:13-17) - F. Kekayaan yang Mementingkan Diri Sendiri
(Yak 5:1-6) - VI. Kebajikan dan Kehidupan Kristen
(Yak 5:7-20) - A. Kesabaran dan Ketekunan
(Yak 5:7-11) - B. Kejujuran yang Polos
(Yak 5:12) - C. Doa Tak Berkeputusan untuk Orang Sakit
(Yak 5:13-18) - D. Memulihkan yang Terhilang
(Yak 5:19-20)
Matthew Henry: Yakobus (Pendahuluan Kitab)
Penulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, karena ia dihukum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup berhasil ditanamkan di antar...
- Penulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, karena ia dihukum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup berhasil ditanamkan di antara orang-orang Yahudi yang ada di perantauan, seperti yang tersirat di sini. Tetapi dia adalah Yakobus lain, anak Alfeus, yang merupakan saudara sepupu Kristus, dan salah seorang dari kedua belas rasul (Mat. 10:3). Ia disebut sebagai sokoguru jemaat (Gal. 2:9), dan surat ini adalah tulisannya tidak dapat dibantah, tanpa melonggarkan satu batu dasar dalam bangunan jemaat. Surat ini disebut sebagai surat umum, karena (seperti menurut sebagian orang) tidak ditujukan kepada seseorang atau jemaat tertentu, tetapi merupakan semacam surat yang kita sebut sebagai surat edaran. Sebagian orang lain lagi berpendapat bahwa surat itu disebut umum, atau am, untuk membedakannya dari surat-surat Ignatius, Barnabas, Polikarpus dan lain-lain yang dikenal orang pada zaman mula-mula, tetapi yang pada umumnya tidak diterima di dalam jemaat. Karena alasan itu, surat-surat tersebut tidak termasuk kanon Kitab Suci, seperti surat ini. Eusebius (sejarawan gereja abad ketiga – pen.) mengatakan bahwa surat ini “pada umumnya dibacakan di dalam jemaat-jemaat bersama surat-surat am yang lain” (Eccles. hlm. 53. Ed. Val. 1678). Yakobus, penulis kita, disebut orang benar, karena kesalehannya yang tinggi. Ia merupakan contoh terkemuka dari karunia-karunia yang ditekankannya kepada orang lain. Ia begitu sangat disegani karena keadilannya, kebersahajaannya, dan pengabdiannya sehingga Yosefus, seorang sejarawan Yahudi, mencatat sebagai salah satu penyebab kehancuran Yerusalem “bahwa Rasul Yakobus menjadi martir di sana.” Hal ini disebutkan dengan harapan bahwa kita akan memberikan perhatian lebih besar pada apa yang ditulis oleh orang yang begitu suci dan luhur ini. Waktu penulisan surat ini tidaklah pasti. Maksud dan tujuannya adalah untuk menegur orang-orang Kristen atas kemerosotan mereka yang besar baik dalam iman maupun perilaku, dan untuk mencegah penyebaran ajaran-ajaran yang menolak agama, yang mengancam kehancuran segala tindakan kesalehan. Juga menjadi niat khusus dari penulis surat ini untuk menggugah bangsa Yahudi supaya sadar akan kedahsyatan dan sudah mendekatnya penghakiman-penghakiman yang akan menimpa mereka. Serta untuk mendukung semua orang Kristen yang sungguh-sungguh di jalan kewajiban mereka, di bawah segala malapetaka dan penganiayaan yang mungkin akan mereka jumpai. Kebenaran-Kebenaran yang dipaparkan di sini sangatlah penting, dan perlu dijaga. Dan pedoman-pedoman untuk bertindak, seperti yang dinyatakan di sini, adalah sedemikian rupa sehingga harus dijalankan di zaman kita seperti juga di zaman-zaman sebelumnya.
Galilah: Yakobus (Garis Besar)
Bibliografi
Bird, Anthony. Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009.
Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Gree...
Bibliografi
Bird, Anthony. Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009.
Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Greek text, Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1982.
Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000.
Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament. Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985.
Loh, I.-J., & Hatton, H. A handbook on the Letter from James. New York: United Bible Societies. 1997.
Luther’s Works, Jil. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress, 1960)
MacArthur, John. The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997.
Moo, D. J. The letter of James. Pillar Commentary Series. Grand Rapids, MI; Leicester, England: Eerdmans; Apollos. 2000.
Moo, D. J. James: An Introduction and Commentary. (Tyndale) Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1985.
Newman Jr. Barclay M. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012.
Osborne, Grant. James, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008.
Richardson, Jr. Kurt A. New American Standard Commentary Jil 36, James, Broadman Press Nashville, Tennessee. 1997.
Robertson. A. T. Word Pictures of the New Testament, Broadman Press, Nashville, 1930.
Tasker, R. V. G. James, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester. 1983.
Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1965.
Zodhiates, Spiros. Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, AMG, 1993.
Apendiks
Pentingnya Bahasa Yunani
Sebagai bahasa sumber dari Perjanjian Baru, Bahasa Yunani penting dimengerti bagi seseorang yang ingin menangani Firman Tuhan dengan baik. Tidak berarti kita harus menjadi mampu membaca bahasa ini, tetapi sangat membantu kalau kita mengerti arti kata-kata dan juga tata bahasa yang menentukan arti dari kalimat, paragraf dan wacana. Bahasa ini bukan bahasa ajaib, atau luar biasa – Itu hanya bahasa – Jadi kita tidak mencari pengetahuan yang tersembunyi, melainkan hanya pengertian akan fungsinya bahasa ini dalam kaitannya dengan terjemahan-terjemahan yang ada pada kita. Diusulkan supaya Anda jarang membacakan kata Yunani dalam khotbah/pengajaran, kecuali menolong pengertian orang.
Ejaan yang Digunakan di Tafsiran ini
Huruf-huruf Yunani tidak selalu ada yang mirip dalam Bahasa Indonesia, sehingga ejaan yang dipakai di tafsiran ini berfokus pada ucapan yang mirip, bukan pada kesempurnaan. Jadi huruf η dan ε menjadi e saja dan huruf ο dan ω menjadi o saja. Huruf χ dieja kh dan tafsiran ini mengikuti kebiasaan modern untuk mengeja υ sebagai y, seperti dalam kata hyper, kecuali dipakai bersama huruf vokal lain.
Istilah- istilah tata bahasa ini terdapat di Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru.301 Biasanya ada penjelasan singkat sesudah istilah disebut, tetapi kalau saudara mau melihat logika yang mendasarinya, lihatlah lagi penjelasan berikut.
Person/Orang
Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat spesifik tentang pembicara dan pendengar – Ada dijelaskan juga gender daripada orang.
Singular/Tunggal
- 1. Aku/Saya
- 2. Kau/Kamu/Anda
- 3. Dia
Plural/Jamak
- 1. Kita/Kami
- 2. Kalian
- 3. Mereka
Tens
Tens menyangkut waktu dan sifat daripada kegiatan/peristiwa.
Past/Masa Lalu – Ada empat macam yang biasanya dipakai:
Aoris = Masa lalu yang sederhana yang menekankan apa yang terjadi. Mis: Kemarin dia belajar.
Imperfek = Menjelaskan sesuatu yang terus-menerus, atau sedang terjadi di masa lalu. Mis: Kemarin, sementara dia sedang belajar…
Perfek (Sempurna) = Menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi dan sudah selesai/berhasil dengan juga menyangkut apa akibat/dampak daripada peristiwa tersebut. Mis.: Dia sudah belajar (yaitu, sudah punya kualifikasi untuk melakukan pekerjaannya)
Pluperfek = Hampir sama dengan Perfek, tetapi akibat/dampak kurang pasti.
Present/Masa Kini = Sesuatu yang terus-menerus terjadi di masa kini. Mis: Dia sedang belajar.
Future/Masa Depan = Sesuatu yang terjadi di masa depan. Mis: Dia akan/mau belajar.
Suara
Suara Menjelaskan siapa/apa yang berlaku.
Aktif = Fokus ada pada pelaku. Mis: Saya mengasihi Yesus.
Pasif = Fokus ada pada penerima/penderita. Mis: Saya dikasihi oleh Yesus.
Medium = Suara ini mirip yang Aktif tetapi lebih menekankan kelakuan pelaku. Mis: Saya yang selalu mencuci piring!
Modus
Modus menjelaskan sifat daripada kata kerja.
Indikatif menyampaikan fakta-fakta dan apa yang akan terjadi. Mis: Saya akan makan.
Imperatif adalah perintah atau permintaan. Mis: Makan!
Subjunktif menyampaikan kemauan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sering dipakai dengan kata hina(supaya) menyatakan tujuan. Mis: Saya memasak supaya kamu bisamakan.
Optatif (Jarang dipakai) sangat mirip Subjunktif tetapi lebih diragu-ragukan. Sering digunakan dalam pemberkatan. Mis: Saya berdoa, kiranya kamu bisa makan.
Infinitif adalah kata kerja yang bersifat seperti kata benda dan bicara secara umum saja. Mis: Makan, itu baik.
Partisip
Partisip adalah kata kerja yang bersifat kata sifat benda, yaitu nomor, gender dan kasus (tidak dijelaskan di sini) sama dengan subyeknya. Pada dasarnya Partisip adalah kata kerja dan bisa diterjemahkan demikian.
Artikel
Artikel tidak ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi artinya mirip dengan ini/itu, di mana sesuatu yang tertentu dimaksudkan. Misalnya di Kis 2 disebut dua kali bahwa orang percaya memecahkan roti, tetapi yang di ayat 42 mempunyai artikel, yang menandai pemecahan roti yang tertentu (perjamuan kudus) dan yang di ayat 46, tanpa artikel, bicara secara umum saja (makan bersama di rumah). Ada banyak contoh lain, jadi hal ini cukup penting dimengerti.
Berikut ada beberapa kombinasi tens, modus, suara yang dipakai di Perjanjian Baru.
Present Aktif Indikatif
Mis: Dia sedang menulis surat.
Present Medium Indikatif
Mis: Dia yang menulis surat itu.
Present Aktif Partisip
Mis: Dia sedang menulis…
Present Pasif Indikatif
Mis: Surat itu sedang ditulis.
Present Aktif Subjunktif
Mis: Dia memberi kertas supaya kamu boleh menulis surat. (Menyangkut harapan)
Aoris Aktif Indikatif
Mis: Tadi dia menulis surat
Perfek Aktif Indikatif
Mis: Dia sudah menulis surat itu. (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Imperfek Aktif Indikatif
Mis: Kemarin, ketika dia sedang menulis surat…
Aoris Pasif Indikatif
Mis: Itu sudah ditulis
Perfek Pasif Indikatif
Mis: Ada tertulis… (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Present Aktif Imperatif
Mis: Tolong tuliskan terus surat-surat itu. (kebiasaan yang diharapkan)
Aoris Aktif Imperatif
Mis: Tulis surat itu! (Kegiatannya penting, atau urgen)
Footnote
1 1. Luther’s Works, Jil. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress, 1960), Hal. 395–397.
2 Grant Osborne, James, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008. Hal. 2387.
3 Aoris Imperatif.
4 Lihat contoh di Yak 2:1-7.
5 Contoh di 4:4, yang diterjemahkan “hai orang-orang yang tidak setia” oleh TB, secara literal berbunyi “Pezina!”
6 Loh, I.-J., & Hatton, H. A handbook on the Letter from James. New York: United Bible Societies. 1997. Hal 79.
7 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000, Jil 4, Hal. 406.
8 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 188.
9 Aoris Medium Imperatif
10 A. T. Robertson. Word Pictures of the New Testament, Broadman Press, Nashville, 1930. Lihat penelitian di 1:2.
11 Kurt A. Richardson, Jr. New American Standard Commentary Jil 36, James, Broadman Press Nashville, Tennessee. 1997. Hal. 58.
12 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 309.
13 Present Aktif Partisip.
14 Present Medium Indikatif.
15 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 392.
16 Present Aktif Imperatif.
17 Present Aktif Subjunktif.
18 Loh dan Hatton, Hal. 14.
19 Present Pasif Indikatif.
20 Loh dan Hatton, Hal. 15.
21 Friberg, Friberg, dan Miller. Jil 4, Hal. 352.
22 Present Aktif Imperatif.
23 Present Aktif Partisip.
24 Ibid, Hal. 282.
25 Present Aktif Partisip.
26 Future Pasif Indikatif.
27 Present Aktif Imperative.
28 Present Medium Partisip.
29 Perfek Aktif Indikatif.
30 Moo, D. J. The letter of James. Grand Rapids, MI; Leicester, England: Eerdmans; Apollos. 2000. (Pillar) Hal. 62.
31 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 279.
32 Present Medium Imperatif.
33 Osborne, Hal. 2391.
34 Richardson, Hal. 68-69.
35 Robertson, penjelasan di 1:6.
36 Loh dan Hatton, Hal. 19-20.
37 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 374.
38 Present Medium Imperatif.
39 Richardson, Hal. 73.
40 Future Medium Indikatif.
41 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 323.
42 Ibid. Hal. 253.
43 Ibid. Hal. 252.
44 Present Aktif Indikatif.
45 Ibid, Hal. 119.
46 Ibid, Hal. 356.
47 John MacArthur, The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997. Hal. 1927.
48 Present Aktif Partisip.
49 Present Aktif Imperatif.
50 Present Aktif Indikatif.
51 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 164.
52 Tasker, R. V. G. James, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester. 1983. Hal. 46.
53 Present Pasif Indikatif.
54 Robertson. Lihat penelitian di 1:14.
55 Richardson, Hal. 83.
56 Present Pasif Imperatif.
57 MacArthur, Hal. 1927.
58 Present Aktif Indikatif
59 Present Aktif Partisip.
60 Loh dan Hatton. Hal. 36.
61 Osborne, Hal. 2392.
62 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 93.
63 Aoris Pasif Partisip.
64 Ibid, Hal. 68.
65 Kasus Datif sering menyangkut obyek tidak langsung dan penggunaan di ayat 18 disebut sebagai instrumental, yaitu menyangkut sarana. Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1965. Hal. 46.
66 Lihat Moo, di tafsiran Pillar, Davids, di tafsiran NIGT dan Richardson di tafsiran NAC. Ketiga tafsiran ini sangat berbobot.
67 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 277.
68 Perfek Aktif Imperatif.
69 Present Aktif Imperatif.
70 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 171.
71 Present Medium Indikatif.
72 Moo (Pillar), Hal. 83-84.
73 Aoris Medium Partisip. Attendant Circumstance Participle.
74 Suara Medium.
75 Aoris Medium Imperatif.
76 THEOLOGICAL DICTIONARY OF THE NEW TESTAMENTedited by Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich translated by Geoffrey W. Bromiley.William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids. Lihat kata prautes
77 Present Pasif Partisip.
78 Present Medium Imperatif.
79 Present Medium Partisip.
80 Present Aktif Indikatif.
81 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 220.
82 Aoris Aktif Indikatif.
83 Davids, P. H. The Epistle of James: a commentary on the Greek text, Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1982. Hal. 98.
84 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 283.
85 Imperfek Aktif Indikatif.
86 Aoris Medium Partisip.
87 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 199.
88 Present Aktif Partisip.
89 Present Aktif Partisip.
90 Ibid. Hal. 254.
91 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 166.
92 Present Aktif Infinitif.
93 Present Aktif Imperatif.
94 Moo, D. J. James: An Introduction and Commentary. (Tyndale) Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1985. Jil. 16, Hal. 91.
95 A. T. Robertson. Lihat penjelasan di 2:2.
96 Present Aktif Indikatif.
97 Richardson, Hal. 109.
98 Aoris Aktif Subjunktif.
99 Moo (Pillar), Hal. 103.
100 Loh dan Hatton, Hal. 61.
101 Ibid, Hal. 61-62.
102 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 343.
103 Ibid, Hal. 162.
104 Loh dan Hatton, Hal. 63.
105 Berdiribersifat Aoris Aktif Imperatif. Tegas!
106 Moo (Pillar), Hal. 103.
107 Davids, Hal. 110.
108 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 110.
109 Aoris Aktif Imperatif.
110 Aoris Medium Indikatif.
111 Aoris Medium Indikatif.
112 Present Aktif Partisip.
113 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 217.
114 Present Aktif Indikatif.
115 Present Aktif Indikatif.
116 Present Aktif Indikatif.
117 Loh dan Hatton. Hal. 71
118 Aoris Pasif Partisip.
119 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 377.
120 Present Aktif Indikatif.
121 Richardson, Hal. 119-120.
122 Present Aktif Indikatif.
123 Present Aktif Indikatif.
124 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 171.
125 Present Medium Indikatif.
126 Ibid, Hal. 142.
127 Present Pasif Partisip.
128 Aoris Aktif Subjunktif.
129 Ibid, Hal. 379.
130 Ibid, Hal. 338.
131 Perfek Aktif Indikatif.
132 Lihat penjelasan di Apendiks
133 Perfek Aktif Indikatif.
134 Present Aktif Imperatif.
135 Present Aktif Partisip.
136 Ditolak (TB), sebenarnya berarti diskualifikasidan menyangkut pelayanan, jadi dia tidak takut masuk neraka, melainkan takut didapati tidak melayani sesuai persyaratan, sehingga dia kehilangan upah.
137 Richardson, Hal. 125.
138 Aoris Aktif Partisip.
139 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 218.
140 Present Medium Indikatif.
141 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 289.
142 Present Aktif Subjunktif.
143 Present Aktif Subjunktif.
144 A. T. Robertson. Lihat penjelasan di 2:14.
145 Present Aktif Subjunktif.
146 Present Medium Imperatif.
147 Present Aktif Subjunktif.
148 Present Aktif Indikatif.
149 Future Aktif Indikatif.
150 Present Aktif Indikatif.
151 Aoris Aktif Imperatif.
152 Future Aktif Indikatif.
153 Moo (Pillar), Hal. 130.
154 Present Aktif Indikatif.
155 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 228.
156 Present Aktif Indikatif.
157 Osborne, Hal. 2394.
158 Present Aktif Indikatif.
159 Imperfek Aktif Indikatif.
160 Ibid, Hal. 2394-2395.
161 Present Aktif Indikatif.
162 Richardson, Hal. 143.
163 Present Medium Imperatif.
164 Robertson. Lihat penjelasan di 3:1.
165 Davids, Hal. 136.
166 Perfek Aktif Partisip.
167 Future Medium Indikatif.
168 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 255-256.
169 Present Aktif Indikatif.
170 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 260.
171 Tasker, Hal. 74-75.
172 Richardson, Hal. 153.
173 Present Aktif Partisip.
174 Present Aktif Partisip.
175 Ibid, Hal 153.
176 Present Pasif Partisip.
177 Moo (Pillar), Hal. 160.
178 Present Aktif Indikatif.
179 Robertson. Penjelasan di 3:11.
180 Robertson, Lihat 3:13.
181 Terjemahan-terjemahan tidak menggunakan istilah yang persis sama, tetapi di LXX memang kata-kata ini yang dipakai.
182 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 353.
183 Ibid, Hal. 167.
184 Aoris Aktif Imperatif.
185 Ibid, Hal. 105.
186 Loh dan Hatton, Hal. 121.
187 Moo, Hal. 170.
188 Present Aktif Indikatif.
189 Davids, Hal. 151.
190 Present Medium Imperatif.
191 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 218.
192 Ibid, Hal. 414.
193 Ibid, Hal. 40.
194 Loh dan Hatton, Hal. 126.
195 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 33.
196 Kittel, Hal. 243.
197 Friberg, Friberg dan Miller. Hal. 180.
198 Ibid, Hal. 215-216.
199 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 321.
200 MacArthur, Hal. 1932.
201 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 189.
202 Present Medium Partisip.
203 Ibid, Hal. 257.
204 Present Aktif Indikatif.
205 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 185.
206 Present Aktif Indikatif.
207 Richardson, Hal. 178.
208 Perfek Aktif Indikatif.
209 Moo (Pillar), Hal. 187.
210 Present Aktif Indikatif.
211 Present Pasif Indikatif.
212 Present Aktif Indikatif.
213 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 166.
214 Moo (Pillar), Hal. 190.
215 Present Aktif Indikatif.
216 Present Medium Indikatif.
217 Kata eleeo yang biasanya diterjemahkan rahmat/belas kasihan. Kharis menyangkut pemberian/anugerah/kasih karunia.
218 Lihat penjelasan di Apendiks
219 Aoris Pasif Imperatif.
220 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 56.
221 Aoris Aktif Imperatif.
222 Ibid, Hal. 398.
223 Future Medium Indikatif.
224 Aoris Aktif Imperatif.
225 Moo, Hal. 193.
226 Tasker, Hal. 93-94
227 Future Aktif Indikatif.
228 Richardson, Hal. 186.
229 Aoris Aktif Imperatif.
230 Aoris Pasif Imperatif.
231 Aoris Pasif Imperatif.
232 Future Aktif Indikatif.
233 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 219.
234 Ibid, Hal. 273.
235 Present Pasif Partisip.
236 Tasker, Hal. 101.
237 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 33-34.
238 Present Aktif Partisip.
239 Lihat penjelasan di Apendiks
240 Present Medium Indikatif.
241 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 42.
242 Present Aktif Indikatif.
243 Perfek Aktif Partisip.
244 Present Aktif Partisip.
245 Aoris Aktif Indikatif.
246 Friberg, Friberg, dan Miller. Hal. 280.
247 Present Aktif Partisip.
248 Present Medium Partisip.
249 Loh dan Hatton, Hal. 166-167.
250 Lihat penjelasan di Apendiks
251 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 205.
252 Spiros Zodhiates, Th.D. The CompleteWord StudyDictionaryNew Testament, AMG, 1993. Lihat kata Idou.
253 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 71.
254 Lihat penjelasan di Apendiks
255 Perfek Aktif Indikatif.
256 Richardson, Hal. 211.
257 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 353.
258 Richardson, Hal. 212-213.
259 Robertson. Penjelasan di 5:6.
260 Present Medium Indikatif.
261 Aoris Aktif Imperatif.
262 Richardson, Hal. 218.
263 Present Medium Indikatif.
264 Present Aktif Partisip.
265 Robertson. Lihat penjelasan di 5:7.
266 Aoris Aktif Imperatif.
267 Perfek Aktif Indikatif.
268 Present Aktif Imperatif.
269 Perfek Aktif Indikatif.
270 Aoris Aktif Imperatif.
271 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 213.
272 Ibid, Hal. 252.
273 Ibid, Hal. 322.
274 Aliran pembahasan terdapat di: Anthony Bird, Practice Makes Perfect, Publishing with a mission, 2009. Hal 200.
275 Bird, Hal 202. Lihat juga Robertson, penjelasan di 5:12.
276 Present Aktif Imperatif.
277 Present Aktif Imperatif.
278 Present Aktif Indikatif.
279 Present Medium Imperatif.
280 Present Aktif Imperatif.
281 Osbourne, Hal. 2399.
282 Aoris Medium Imperatif.
283 Aoris Medium Imperatif.
284 Aoris Aktif Partisip.
285 Future Aktif Indikatif.
286 Future Aktif Indikatif.
287 Present Aktif Subjunktif.
288 Perfek Aktif Partisip.
289 Future Pasif Indikatif.
290 Present Medium Imperatif.
291 Friberg, Friberg dan Millar, Hal. 182.
292 Present Medium Imperatif.
293 Ibid, Hal. 201.
294 Aoris Pasif Subjunktif.
295 Present Medium Partisip.
296 Aoris Pasif Subjunktif.
297 Present Aktif Imperatif.
298 MacArthur, Hal. 1935.
299 Lihat penjelasan di Apendiks
300 Richardson, Hal. 198.
301 Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012. Hal. Ix-x.