Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.
Jerusalem: Why 12:1--14:20 - -- Bab 12-14 Bagian ini melanjutkan penggambaran persiapan akhir dunia. Dengan cara dan gambar-gambar lain bagian ini melukiskan perjuangan yang kini ber...
Bab 12-14 Bagian ini melanjutkan penggambaran persiapan akhir dunia. Dengan cara dan gambar-gambar lain bagian ini melukiskan perjuangan yang kini berlangsung antara Naga dan Anak Domba. Bab 12 mencampurkan unsur-unsur dari dua penglihatan yang berbeda, yaitu: perjuangan Naga melawan Perempuan serta keturunannya, Wah 12:1-6 dan Wah 12:13-17; perjuangan Mikhael melawan Naga, Wah 12:7-12.
Jerusalem: Why 12:1-17 - -- Gambar ini sesuai dengan Kej 3:15-16: Dengan sakit beranak, Wah 12:2. Perempuan itu melahirkan Mesias, Wah 12:5. Iblis mencobai, Wah 12:9; bdk Wah 20:...
Gambar ini sesuai dengan Kej 3:15-16: Dengan sakit beranak, Wah 12:2. Perempuan itu melahirkan Mesias, Wah 12:5. Iblis mencobai, Wah 12:9; bdk Wah 20:2, dan mengejar Perempuan itu serta keturunannya, Wah 12:6,13,17. Perempuan itu melambangkan umat yang kudus di zaman Mesias, Yes 54:1-17; 60:1-22; 66:7; Mi 4:10, jadi Gereja yang sedang berjuang. Mungkin Yohanes juga berpikir kepada Maria, ialah Hawa yang baru. Puteri Sion yang melahirkan Mesias, bdk Yoh 19:25+.
Ende -> Why 12:15-17
Itulah lambang bandjir penganiajaan terhadap umat Allah.
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 12:16 - -- 12:16 Tetapi bumi datang menolong453 perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
Umat Israel yang ...
12:16 Tetapi bumi datang menolong453 perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
Umat Israel yang percaya kepada Tuhan Yesus, yang dikejar oleh Iblis, diselamatkan melalui mukjizat, sehingga air yang keluar dari mulut si naga itu tidak sampai menyakiti mereka.
Peristiwa ini tidak jauh berbeda dengan peristiwa bangsa Israel ketika menyeberangi Laut Teberau dalam Kitab Keluaran. Dalam Keluaran 15:12 Musa berkata, "Engkau mengulurkan tangan kanan-Mu; bumi pun menelan mereka." Memang yang dirayakan oleh Musa adalah pemusnahan tentara Firaun. Sekalipun bukan air yang ditelan bumi, tetapi tentara Firaun, namun kisah tersebut masih ada kesamaannya dengan ayat ini.
Hagelberg: Why 12:16 - -- 12:16 Tetapi bumi datang menolong453 perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
Umat Israel yang ...
12:16 Tetapi bumi datang menolong453 perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
Umat Israel yang percaya kepada Tuhan Yesus, yang dikejar oleh Iblis, diselamatkan melalui mukjizat, sehingga air yang keluar dari mulut si naga itu tidak sampai menyakiti mereka.
Peristiwa ini tidak jauh berbeda dengan peristiwa bangsa Israel ketika menyeberangi Laut Teberau dalam Kitab Keluaran. Dalam Keluaran 15:12 Musa berkata, "Engkau mengulurkan tangan kanan-Mu; bumi pun menelan mereka." Memang yang dirayakan oleh Musa adalah pemusnahan tentara Firaun. Sekalipun bukan air yang ditelan bumi, tetapi tentara Firaun, namun kisah tersebut masih ada kesamaannya dengan ayat ini.
Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 12:12-17
Matthew Henry: Why 12:12-17 - Peperangan di Bumi Peperangan di Bumi (12:12-17)
I. Peringatan akan datangnya kesusahan yang menimpa penghuni dunia. Karena telah dikalahkan dengan rancangann...
Peperangan di Bumi (12:12-17)
- I. Peringatan akan datangnya kesusahan yang menimpa penghuni dunia. Karena telah dikalahkan dengan rancangannya terhadap jemaat, Iblis pun bertekad mengganggu sedapat mungkin seluruh dunia (ay. 12).
- II. Sekarang upaya kedua Iblis untuk mengganggu jemaat adalah di padang gurun (ay. 14).
- 1. Pemeliharaan Allah atas jemaat-Nya. Ia membawa pergi jemaat seperti di atas sayap burung rajawali, ke suatu tempat yang aman.
- 2. Niat jahat si naga terus memburu jemaat. Tempat persembunyian jemaat tidak lantas bisa melindunginya.
- 3. Pertolongan yang tepat pada waktunya disediakan kepada jemaat di saat yang berbahaya (ay. 16).
- 4. Niat jahat si naga terhadap si perempuan itu memaksa si naga untuk pergi memerangi keturunannya yang lain. Kesetiaan akan terus membuat orang ada dalam bahaya, sampai pada akhir dunia, ketika musuh yang terakhir, yang dibinasakan adalah maut.
SH: Why 12:13--13:1 - Si Naga memerangi umat Allah (Kamis, 27 November 2014) Si Naga memerangi umat Allah
Bagi orang percaya, Iblis sudah dikalahkan di kayu salib. Karya kematian dan kebangkitan Kristus sudah menyelamatkan kit...
Si Naga memerangi umat Allah
Bagi orang percaya, Iblis sudah dikalahkan di kayu salib. Karya kematian dan kebangkitan Kristus sudah menyelamatkan kita dari belenggu dosa (baca: Iblis) dan kuasa maut. Iblis tidak bisa lagi memaksa orang percaya untuk mengikut dia, apalagi merasukinya (1Yoh. 4:4).
Namun, hal ini tidak berarti bahwa Iblis sudah lumpuh total. Sama sekali tidak! Justru dalam keadaan 'putus asa' dan dengan kesadarannya bahwa waktu yang ada sangat singkat (12), Iblis nekat untuk melakukan apa saja yang bisa ia lakukan untuk memerangi dan memperdaya umat Allah. Kalau bisa, Iblis hendak menjauhkan mereka dari Allah agar kembali mengikut dia. Kita bisa bandingkan dengan kasus Ayub yang Allah izinkan menerima aniaya Iblis (Ayb. 1-2). Allah tahu Ayub memiliki iman sejati, tidak akan murtad seberapa hebat pun upaya Iblis membelokkan imannya. Namun Iblis tidak tahu akan hal itu.
Yang menarik dari perikop ini, upaya dahsyat si Naga memerangi sang perempuan, bukan hanya tidak akan berhasil oleh karena karya penyelamatan Tuhan (14; bdk. Kel. 19:4), tetapi bahkan bumi ikut membelanya (16). Bumi mewakili dunia yang ikut menderita karena ulah si Naga. Penderitaan yang dihasilkan oleh Iblis dan antek-anteknya sedemikian membuat antipati terhadapnya menjadi-jadi.
Namun, umat Tuhan dihiburkan oleh kenyataan sekali lagi tentang pemeliharaan Tuhan. Waktu yang dipersingkat, itu yang bisa kita mengerti dari jumlah angka satu masa, dua masa, dan setengah masa (=1260 hari; ay. 6). Dalam kitab Daniel (Dan. 12:7), angka ini bisa dimengerti sebagai jumlah waktu bagi si jahat untuk merajalela akan diperpendek. Bandingkan juga dengan perkataan Tuhan Yesus di Matius 24:22, di mana tekanannya jelas. Demi orang-orang pilihan, izin bagi Iblis untuk merajalela dalam kejahatannya dibatasi!
Semakin dekat dengan kedatangan-Nya, orang Kristen akan mengalami penderitaan dan penganiayaan dalam skala yang semakin meningkat. Akan tetapi, Tuhan tahu memelihara umat-Nya. Jangan putus asa, apalagi menyerah. Percaya dan bersandar pada-Nya. Ingat 1 Korintus 10:13!
SH: Why 12:13--13:1 - Perburuan Iblis dan Pemeliharaan Allah (Minggu, 2 Oktober 2022) Perburuan Iblis dan Pemeliharaan Allah
Iblis tidak terlihat dengan mata jasmani, tetapi sejak zaman Adam dan Hawa sampai sekarang giat melancarkan be...
Perburuan Iblis dan Pemeliharaan Allah
Iblis tidak terlihat dengan mata jasmani, tetapi sejak zaman Adam dan Hawa sampai sekarang giat melancarkan berbagai serangan kepada umat pilihan Tuhan. Iblis menyesatkan dan menjauhkan kita dari Tuhan agar kita tidak percaya kepada Tuhan, melupakan dan tidak setia kepada-Nya. Hal itu dilakukannya secara gencar karena waktunya hampir berakhir.
Iblis yang dihukum Allah di surga telah dinyatakan kalah. Ia disebut menyerang perempuan yang melahirkan Anak laki-laki, simbol dari umat pilihan Allah, yakni Gereja (13). Iblis memerangi keturunan yang lain dari perempuan itu, simbol dari umat pilihan Allah, yakni bangsa Israel yang menerima Kristus Yesus (15). Misi Iblis adalah membinasakan orang-orang beriman (17). Iblis sangat dipenuhi kemarahan dan kebencian, dan ia tidak akan berhenti sebelum tujuan jahatnya tercapai. Jadi, tindakan membinasakan dengan kemarahan dan kebencian identik dengan Iblis.
Perempuan yang melahirkan Anak laki-laki selamat dari perburuan Iblis, karena Allah ada dan terus berkarya menyelamatkan, memelihara, dan melindungi milik-Nya. Ia berkuasa dengan tangan-Nya yang perkasa (disimbolkan dengan sayap burung nasar atau rajawali) serta berkuasa melibatkan ciptaan-Nya untuk menjaga dan menyelamatkan milik-Nya. Kepada kita diajarkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan milik-Nya. Tangan perlindungan Allah ada bagi kita. Kita diingatkan bahwa sekalipun Iblis membenci semua orang yang percaya dan beriman kepada Yesus Kristus, kita tidak boleh lupa adanya pemeliharaan Allah yang dikaruniakan kepada kita tiap-tiap hari.
Kita tidak punya cukup kekuatan untuk melawan kedahsyatan kuasa Iblis yang ingin membinasakan dan menjauhkan kita dari Allah, tetapi kita memiliki Allah yang mengasihi, memelihara, dan melindungi kita. Juga, kita memiliki Yesus Kristus yang telah menebus dan menyelamatkan kita. Karena itu, serahkanlah hidup kita ke dalam penjagaan dan pemeliharaan Tuhan. Sebab, Dia pasti memberikan pertolongan-Nya tepat pada waktunya. [EMR]
SH: Why 12:1-17 - Pergumulan dengan Sang Naga (Kamis, 7 November 2002) Pergumulan dengan Sang Naga
Penglihatan berikutnya, yang mengawali bagian kedua Kitab Wahyu
(pasal 12-22) menampilkan seorang wanita dengan ciri...
Pergumulan dengan Sang Naga
Penglihatan berikutnya, yang mengawali bagian kedua Kitab Wahyu (pasal 12-22) menampilkan seorang wanita dengan ciri kemuliaan, anaknya, dan sang naga. Perempuan tersebut merepresentasikan umat Allah, yang dalam segala penderitaan, pergumulannya menjadi sarana yang melaluinya Sang Mesias, Juruselamat hadir ke dalam dunia (bdk. Rom 9.5). Sebagaimana diisyaratkan dalam Kej 3.15, keturunan sang perempuan akan meremukkan kepala si ular, sementara si ular "hanya" (sanggup) meremukkan tumitnya. Maksudnya adalah, pertarungan hidup-mati antara keturunan sang perempuan dengan si ular yang berakhir dengan kekalahan mutlak si ular dan tersalib hingga matinya sang anak. Sang naga alias Iblis tidak tinggal diam. Ia bermaksud membinasakan anak itu sejak semula. Itulah sebabnya ia melancarkan serangan-serangan dahsyat kepada umat Allah. Targetnya jelas: jangan sampai sang anak lahir. Dalam perspektif ini, riwayat umat Allah dalam PL merupakan gambaran pergumulan umat Allah dengan si jahat. Bahkan dalam masa kanak-kanak-Nya pun, Yesus sang anak berada di bawah bayang-bayang maut si jahat, yakni melalui Herodes Agung. Di sepanjang perjalanan pelayanan Yesus, Iblis juga terus membayang-bayanginya. Namun Iblis gagal total. Kuasa sang anak ternyata jauh lebih besar daripada kekuatannya.
Kehadiran Sang Putra membawa kekalahan telak bagi Iblis. Seperti kata Yesus, kedatangan-Nya ke dalam dunia ini laksana seorang yang merampok rumah seorang kuat. Ia menaklukkan Iblis, dan kemudian melalui Injil-Nya, manusia diselamatkan. Meskipun Iblis murka, tetapi ini menjadi pertanda bahwa nasib akhirnya sudah ditentukan dan tinggal menunggu waktu untuk menjalani kekekalan dalam penghukuman ilahi. Itulah sebabnya ia berupaya sekuat tenaga memerangi pengikut setia Kristus. Namun, Allah melindungi umat-Nya, meski mereka tetap harus mengalami berbagai-bagai perjuangan.
Renungkan:
Iblis, dalam murkanya, berusaha membinasakan umat Allah. Namun
umat Allah, meskipun tetap harus menjalani pergumulan,
dilindungi-Nya.
SH: Why 12:1--13:1 - Perang bintang (Selasa, 22 November 2005) Perang bintang
Perang Bintang yang memaparkan realitas seperti yang dimaksud oleh
perikop ini jauh lebih luas dan dahsyat daripada kisah fikti...
Perang bintang
Perang Bintang yang memaparkan realitas seperti yang dimaksud oleh
perikop ini jauh lebih luas dan dahsyat daripada kisah fiktif yang
diangkat dalam film "Star Wars." Paparan dalam penglihatan pasal
12 ini meliputi beberapa peristiwa penting dalam sejarah
keselamatan, terutama kelahiran dan kematian Yesus. Yesus lahir
bersahaja dan menjadi bagian dari umat Allah. Karena Ia
menempatkan diri-Nya rendah menjadi bayi, mati untuk umat-Nya,
umat-Nya diangkat-Nya ke kemuliaan seperti yang digambarkan oleh
perempuan berselubungkan matahari dan bermahkota dua belas bintang
(ayat 1-2). Misi utama Yesus adalah untuk menghancurkan
pemberontakan Iblis dan para pengikutnya (ayat 3-6). Untuk sesaat
seolah Yesus di pihak lemah bahkan seolah kalah, tetapi justru
melalui kematian-Nya Iblis dicampakkan dan diremukkan (ayat
Berulangkali disebutkan melalui lambang 1260 hari = 42 bulan dan = 3.5 tahun tentang batas masa gerak pengaruh Iblis menyebar kejahatan dan menyusahkan orang beriman. Ini mengokohkan apa yang dari zaman ke zaman sampai kini kita saksikan. Orang yang beriman kepada Yesus Kristus akan selalu menghadapi berbagai tekanan, tantangan bahkan sampai ke aniaya. Akan tetapi, Allah membatasi kejahatan Iblis. Allah bahkan bekerja menghancurkan si jahat justru ketika orang beriman seolah tidak berdaya. Kuasa dan kekuatan kita dalam perang bintang ini bukan kekuatan kodrati, tetapi ketergantungan kepada dampak dan teladan hidup Yesus Kristus sendiri dan mempertahankan kesaksian kita sebagai pengikut-pengikut-Nya.
Tatkala kita menjadi sama seperti kelemahan dan kematian yang Yesus pernah alami, kita adalah bagian dari kemenangan dan kemuliaan-Nya.
Renungkan: Bahwa iman dan ketaatan kita ditujukan kepada Allah adalah dasar bagi kita bersukacita dalam penderitaan. Penderitaan karena iman adalah kemuliaan orang beriman, juga menjadi cara kemenangan sejati dari Allah dinyatakan.
Utley -> Why 12:13-17
Utley: Why 12:13-17 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 12:13-1713 Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak l...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 12:13-17
13 Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. 14 Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa. 15 Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu. 16 Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya 17 Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.
Wahy 12:13 "Perempuan itu" Mungkin awalnya permepuan itu mengacu pada komunitas orang-orang percaya di Perjanjian Lama; sekarang mengacu kepada umat Allah di PB (lih.ay. 17; 13:7). Dalam Word Pictures in the New Testament, Vol. 6, A.T. Robertson menyebutnya " Bangsa Israel yang benar di bumi" (hal. 395).
Wahy 12:14 "Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar" Sayap rajawali ini adalah simbol perlindungan Allah dan penyediaan (lih.Kel 19:4; Ul 32:11; Mazm 36:7; 57:1; 63:7; 90:1,4; dan Yes 40:31). Hal ini mungkin kiasan lain ke keluaran yang baru.
□ "supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun" Padang gurun dilihat sebagai sebuah tempat perlindungan ilahi, mengacu pada sejarah Israel periode pengembaraan di padang gurun (lih.ay. 6). Ini akan menjadi dorongan yang besar bagi jemaat yang disakiti.
□ "selama satu masa dan dua masa dan setengah masa" Ini merupakan acuan kepada Dan 7:25; 12:7. Untuk catatan lengkap tentang frasa ini lihat Wahy 11:2; 12:6.
Wahy 12:15 "Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air" Tidak ada PL yang tepat paralel dengan ini. Mungkin metafora terhubung ke murka Allah dalam Hos 5:10 atau metafora masa tekanan dan kesedihan seperti Mazm 18:4; 124:4-5. Tapi karena pasal Wahy 12 telah ditarik begitu banyak gambaran dari mitos penciptaan Timur Dekat kuno, mungkin mengacu pada kekacauan berair, perjuangan baik versus jahat, ketertiban versus kekacauan.
Alam berjuang untuk Barak dan Deborah terhadap kota Kanaan Hazor dan jenderal militer nya, Sisera: (1) hujan menghentikan kereta mereka (lih.Hak 5:4) dan (2) bahkan bintang-bintang (dianggap sebagai kekuatan malaikat) berjuang melawan Sisera (lih.Hak 5:20).
Wahy 12:17 "…lalu pergi memerangi keturunannya yang lain" Yang jahat mencoba untuk menghancurkan masyarakat Mesianik dengan cara (1) menghancurkan Mesias, (2) menghancurkan gereja induk, dan (3) dengan menghancurkan semua pengikut Mesianik.
Ungkapan "memerangi" adalah metafora rohani, politik, dan oposisi ekonomi. Ini adalah acuan kepada Dan 7:21 (lih.Wahy 11:7; 13:7). Penganiayaan ini adalah bukti kemenangan gereja melalui Kristus (lih.Fil 1:28).
WAWASAN KONTEKSTUAL TERHADAP Wahy 13:1-18
A. Pasal Wahy 13 adalah pengembangan lebih lanjut dari gambaran Wahy 12:13-17.
B. Latar belakang PL dari pasal ini adalah Dan 7. Keempat ramalan kerajaan Timur Dekat dari Daniel digabungkan dalam kerajaan ini, satu akhir, universal, anti-Tuhan akhir zaman.
C. Penyembahan kaisar abad pertama adalah salah satu pemenuhan historis dari menyembah patung binatang itu, karena akan menjadi akhir zaman manusia dari dosa (lih.2Tes 2) dan tanduk kecil di Dan 7 (lih.ay. 8,11), Yang keluar dari kerajaan keempat, Roma.
D. binatang ini telah diidentifikasi dengan dua cara:
- 1. Ajaran palsu/ guru palsu yang sedang berlangsung (lihat 1Yoh 2:18,22; 4:03; 2Yoh 1:7). Keduanya adalah PLURAL dan SINGULAR, baik sekarang dan masa depan.
- 2. Orang yang sebenarnya, mungkin meramalkan orang jahat sepanjang sejarah (Antiokhus, Kaisar Romawi, Hitler, dll, tapi akhirnya dipersonifikasikan dalam seorang tokoh akhir zaman, lih. 2Tes 2:1-10).
E. Lihat topik khusus di bawah ini.
TFTWMS -> Why 12:7-17
TFTWMS: Why 12:7-17 - Musuh Yang Sangat Marah MUSUH YANG SANGAT MARAH (Wahyu 12:7-17)
Dalam pelajaran kita berikutnya, kita akan melihat naga itu dikalahkan dalam "peperangan di sorga" ...
MUSUH YANG SANGAT MARAH (Wahyu 12:7-17)
Dalam pelajaran kita berikutnya, kita akan melihat naga itu dikalahkan dalam "peperangan di sorga" (ay. 7). Hal ini akan meningkatkan rasa frustrasi dan amarahnya. Jadi beginilah yang dikatakan baris terakhir pasal 12, "Maka marahlah naga itu …" (ay. 17a). Ini merupakan bagian penting dari penjelasan mengapa iblis membenci Anda dan sedang mencoba menghancurkan Anda. Ia itu seperti banteng marah yang mencari seseorang untuk ditanduk.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Perang Sedang Berlangsung!
WAHYU 12:6, 13-17
Perang sedang berkecamuk: Peluru-peluru berdesingan, bom-bom meledak, dan udara dipenuhi dengan bau kem...
Perang Sedang Berlangsung!
Perang sedang berkecamuk: Peluru-peluru berdesingan, bom-bom meledak, dan udara dipenuhi dengan bau kematian. Tiba-tiba, seorang laki-laki berpakaian sipil berjalan ketempat pertempuran, asyik membaca koran. Tidak menyadari lingkungannya, ia berjalan dengan santai melintasi medan perang, langsung menuju pusat pertempuran. Kecuali ia menyadari apa yang sedang terjadi, ia binasa. Jika kita menyak sikan insiden semacam itu, kita pasti akan berteriak, "Tidakkah Anda tahu perang sedang berlangsung?" Banyak orang berjalan melalui kehidupan, tanpa menyadari bahwa mereka berada di tengah-tengah konflik yang mengerikan—perang dengan konsekuensi yang jauh lebih besar daripada pertempuran yang hanya bisa "membunuh tubuh" (Matius 10:28).
Paulus menasihati Timotius untuk "bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar" (1 Timotius 6:12) dan "Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus" (2 Timotius 2:3). Ia memberitahu jemaat Efesus, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12). Kitab Wahyu bercerita tentang perang yang sedang kita perangi di 12:13-17. Kita baca, "Maka marahlah naga itu … lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus" (12:17; huruf miring oleh saya).
Dalam pelajaran kita sebelumnya, kita membahas 12:7-12, yang menceritakan kekalahan Iblis "oleh darah Anak Domba" (ay. 11). Dalam kekalahannya, Iblis itu "dilemparkan ke bumi" (ay. 9): kekuasaannya dibatasi. Secara khusus, ia kehilangan kekuasaannya untuk mendakwa saudara-saudara. Pelajaran ini akan memberitahu kita bagaimana kekalahan Iblis mempengaruhi watak nya. Itu akan menjelaskan perang tanpa henti oleh Iblis terhadap umat Allah. Pada tataran pribadi, pelajaran ini akan membuat jelas mengapa Iblis membenci Anda dan mencoba untuk menghancurkan Anda. Pelajaran itu ini juga akan memberikan rekomendasi tentang bagaimana bertahan hidup atas serangan gencarnya.
PERTEMPURAN YANG TAK PERNAH BISA IBLIS MENANGI (Wahyu 12:6, 13-16)
Nas ini dimulai dengan pertempuran yang tak pernah bisa Iblis menangi.
Penganiayaan (ay. 13)
"Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memb uru perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu" (ay. 13). Dalam pelajaran sebelumnya, kita mengetengahkan bahwa perempuan itu melambangkan umat Allah di dalam Perjanjian Lama dan Baru—Israel Allah di bawah kedua perjanjian. 1Pada bagian pertama pasal 12, perempuan itu adalah Israel jasmani. Pada bagian belakangan pasal itu, perempuan itu adalah Israel rohani— dengan kata lain, gereja. Dengan demikian, ayat 13 menegaskan penganiayaan Iblis atas gereja, penganiayaan yang sudah mulai pada zaman Yohanes tetapi akan segera bertambah buruk (2:10, 13; 3:10; 6:9-11). 2
Perlindungan (ay. 6, 14-16)
Dengan melihat kembali 12:1-4 secara sekilas, tinjaulah kembali ukuran dan kekuatan relatif naga dan perempuan itu. Sendirian, perempuan itu tidak punya harapan selamat dari serangan monster itu. Lalu Allah turun tangan. Kita telah melihat ayat 6, yang mengatakan bahwa "perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat bag inya oleh Allah." Ayat 14 menambahkan beberapa rincian: "Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari buru ng nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa."
Pasal 12 berisi beberapa episode menarik yang luar biasa. Ini adalah salah satunya. Untuk sesaat, bayangkanlah diri Anda adalah perempuan yang hamil itu. Ketika Anda sangat menderita melalui pelahiran bayi Anda, naga itu siap untuk menelan Anak itu; tetapi ketika makhluk itu meny ergap bayi yang baru lahir itu, Anak itu melonjak jauh, naik melalui awan ke sorga. Geram, naga itu lalu berbalik meny erang Anda. Dengan kepalanya yang banyak yang mematuk-matuk, matanya yang banyak yang tertuju kepada Anda, dan lidah-lidah ularnya yang menj ulur keluarmasuk, binatang itu merayap leb ih dekat dan leb ih dekat sampai Anda dapat mencium bau busuk keb eradaannya dan merasakan napas panas nya. Kelelahan dan tak berdaya, bagaimana mungkin Anda bisa melarikan diri?
Kemudian, hal yang menakjubkan terjadi: Di antara tulang belikat Anda, ada sensasi kesemutan. Dengan melihat lewat bahu Anda, Anda melihat sayap tumbuh dari punggung Anda: sayap yang kuat, megah seperti sayap rajawali! Dengan ragu-ragu, Anda menegangkan otot-otot di bagian atas punggung Anda, meny ebabkan sayap-sayap itu membuka. Anda meng endurkan otot-otot, dan sayap itu melipat. Saat itulah, monster itu menerjang. Dengan cepat, Anda melebarkan sayap Anda dan melompat ke atas. Untuk beb erapa saat, Anda berpikir Anda akan jatuh kembali ke dalam genggamannya, tapi kemudian Anda mulai terbang ! Dengan ekornya yang besar, naga itu mencoba untuk menyapu Anda dari lang it karena ia telah menyapu sepertiga dari bintang-bintang (12:4), tetapi Anda melambung tinggi di atasnya. Kemudian, di kejauhan, Anda melihat tempat yang aman. Dengan mengepakkan sayap baru Anda itu, Anda menuju tempat perlindungan itu. Tidakkah nas ini merupakan cara yang menyolok untuk menggambarkan perlindungan dan penyediaan Allah?
Seperti banyak simbolisme di dalam kitab Wahyu, ungkapan ayat 14 ini disadur dari pembebasan Israel dari Mesir. 3Dengan mengacu kepada pembebasan itu, Allah memberitahu bangsa Israel, "Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulak ukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah menduk ung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku"(Keluaran 19:4; huruf miring oleh saya). 4Ketika Allah melahirkan umat-Nya "di atas sayap rajawali," Ia membawa mereka ke padang gurun (Mazmur 78:52)—sebagaimana perempuan itu diselamatkan ke dalam padang gurun yang disiapkan untuk dia.
Pikiran mereka yang akrab dengan pengembaraan orang Yahudi di padang gurun akan sudah dibanjiri dengan kenangan ketika mereka mendengar kata "padang gurun." Luangkanlah waktu sejenak untuk meninjau ulang pada gurun yang berhubungan dengan Keluaran itu: 5(1) Itu bukan tempat yang mudah dihuni. Panasnya sangat terik dan mengeringkan tulang, penuh dengan hewan berbisa (2) Namun begitu, di padang gurun itu, bangsa itu bebas—bebas dari perbudakan Mesir. (3) Di sanalah Allah menuntun mereka dengan tiang api-Nya dan melindungi mereka dari musuh-musuh mereka (lihat Hosea 13:5). (4) Yang penting secara khusus adalah fakta bahwa Allah "memelihara" mereka di sana: Setiap hari Ia meny ediakan manna dari sorga (Keluaran 16:4) dan, dari waktu ke waktu, burung puyuh. Ia bahkan menyediakan air sesuai kebutuhan. (5) Padang gurun itu tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi akhir perjalanan mereka; itu hanya awal menuju Tanah Perjanjian.
Tidak sulit untuk melihat beberapa kesamaan antara padang gurun itu dan padang gurun pasal 12: (1) Masalah perempuan itu tidak berakhir hanya karena ia berada di padang gurun. Ayat 14 menekankan bahwa ia berada di sana "satu masa dan dua masa dan setengah masa," 6sedangkan ayat 6 menggunakan ungkapan yang lebih dikenal baik "seribu dua ratus enam puluh hari." Seperti yang pernah kita tekankan, kedua bilangan ini sama dengan 3½ tahun, dan "3½" adalah bilangan yang dikaitkan dengan pencobaan, kesulitan, dan peng ujian. 7Bahkan ketika perempuan itu berada di padang gurun, naga itu mencoba untuk menghancurkan dia (ay. 15). (2) Namun begitu, di padang gurun itu, perempuan itu bebasakhirnya bebas dari dominasi naga itu (12:9-11). Ayat 14 menyatakan bahwa ia berada "di luar jangkauan ular itu" (NIV). (3) Padang gurun adalah lokasi yang "telah disediakan oleh Allah" (ay. 6); itu adalah tempat di mana Allah bisa menolong dia. (4) Ayat 6 dan 14 secara khusus menekankan bahwa padang gurun itu adalah tempat pemeliharaan: Perempuan itu dipelihara selama 3½ tahun masa pencobaan, kesulitan, dan peng ujian. Allah memelihara dia selama masa-masa sulit itu. (5) Semua ini adalah persiapan untuk mencapai Tanah Perjanjian sorgawi itu, di mana Allah "akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi" (21:4a).
Mengenai perempuan yang melarikan diri ke dalam padang gurun, para komentator mengacukan pelbagai kesempatan tertentu ketika umat Kristen melarikan diri untuk menghindari penganiayaan atau kematian, sering ke tempat-tempat persembuny ian. Banyak yang menyebutkan bahwa ketika tentara Romawi meng hancurkan Yerusalem, orang-orang Kristen melarikan diri menyeberangi Sungai Yordan ke Pella kuno. Beberapa yang lainnya mengacukan kata kombe-kata kombe, sarang-sarang dan gua-gua, dan tempat-tempat di bumi yang tidak dapat diakses di mana umat Kristen telah menemukan tempat perlindungan.
Penerapan rohaninya mungkin lebih tepat: Jika Anda adalah seorang Kristen, terlepas dari lokasi geografis Anda, "hidupmu tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah" (Kolose 3:3). Anda telah "dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga" (Efesus 1:3). Allah memenuhi "segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus" (Filipi 4:19). Simbolisme padang gurun memperkuat kebenaran yang diajarkan di seluruh kitab Wahyu: Allah memberikan penyediaan khusus untuk milik-Nya sendiri8dan memelihara mereka.
Fakta bahwa perempuan itu terbang jauh tidak berarti Iblis siap menyerah. Saya pernah membaca tentang seorang perempuan yang terkenal bisa mengatakan sesuatu yang baik tentang siapa saja. Mengenai seorang bajingan tua, ia harus putar otak, tapi akhirnya berkomentar bahwa ia bisa bersiul. Suatu hari, seseorang menantang dia untuk mengatakan sesuatu yang baik tentang Iblis. Ia berpikir keras, dan kemudian berkata, "Ia gigih!" Iblis memang gigih—dan kegigihannya dalam menganiaya gereja digambarkan di ayat 15: "Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu."
Mari kita melihat kembali urutan dramatis yang digambarkan sebelumnya: Ketika perempuan itu melambung jauh, naga itu bergegas mengejarnya, matanya tak lepas dari dia sampai ia melihat di mana perempuan itu mendarat. Ketika ia tiba di tempat itu, ia tampaknya tidak bisa masuk, tapi ini tidak menghalangi dia. Ia memiliki rencana alternatif: menghanyutkan dia ke luar. Bayangkanlah mulut besarnya terbuka dan gelombang besar air muntah ke luar. 9Air itu tentunya terlihat seolah-olah tidak akan pernah berhenti mengalir. Air itu seperti sebuah sungai yang memancar ke luar.
Ketika keluarga saya menetap di Australia, sebuah kelompok (termasuk anak-anak kami) pernah menghabiskan malam di sebuah jurang, yang sempit jauh di semak-semak.10Satu-satunya jalan masuk atau ke luar dari tempat berkemah kami itu adalah dengan memanjat sisi jurang yang hampir vertikal. Ketika kami mendirikan kemah, saya melihat sekeliling pada pohon-pohon karet yang tumbuh tinggi di sepanjang tepi sungai itu yang mengalir melalui ngarai itu. Saya resah melihat sampah banjir berada di puncak pohon-pohon itu—bukti bahwa, di masa lalu yang tidak terlalu jauh, jurang itu pernah dipenuhi air. Segera, khayalan saya yang terlalu aktif melihat sebuah tembok besar berisi air berlumpur membanjiri kamp kecil kami. Malam itu, antara mendengarkan kalau-kalau ada suara air yang mengalir deras dan perencanaan bagaimana saya bisa mengeluarkan keluarga saya dalam keadaan darurat itu, saya sedikit saja bisa tidur pulas. Bayangan tentang banjir besar bisa sangat mengganggu. 11
Bayangkanlah banjir dan air yang mengamuk yang sering digunakan di dalam Perjanjian Lama untuk mengacukan kejahatan yang luar biasa (Ayub 27:20; Mazmur 18:4; 32:6; 42:7; 69:1, 2, 15; 124:2-5; Yesaya 8:5-8). Karena banjir di pasal 12 berasal dari mulut naga, kita mungkin harus terutama sekali memikirkan kata-kata yang dimaksudkan untuk menyakiti dan menghancurkan umat Kristen mula-mula: 12pelbagai kebohongan tentang mereka yang mengakibatkan mereka dianiaya, mengancam dengan kata -kata berisi ancaman untuk menekan mereka agar menyesuaikan diri, kata-kata mengandung kesalahan yang dirancang untuk menyesatkan mereka. Iblis menggunakan metode ini terhadap gereja di abad pertama, dan ia masih menggunakan metode itu sekarang ini. Banjir kebohongan yang terus-menerus mengalir dari media cetak, para pembicara radio dan televisi, dan panggung-panggung orasi—banjir kebohongan yang dimaksudkan untuk menenggelamkan gereja Tuhan.
Seraya kita mempertimbangkan kekuatan jelas naga itu, kita bertanya lagi, "Bagaimana mungkin perempuan itu dapat melarikan diri?" Sekali lagi, jawabannya adalah "Hanya melalui pertolongan Tuhan." Ayat 16 memberitahu intervensi-Nya: "Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya." Ungkapan ini mengingatkan kita tentang dua kejadian lagi dari Keluaran: ketika Allah memimpin anak-anak Israel melewati Laut Merah (Mazmur 66:6; KJV) dan ketika bumi membuka dan menelan musuh-musuh Allah (Bilangan 16:31-33). Bayangkanlah adegan itu dalam pikiran Anda: Lihatlah dinding besar air itu yang mengancam perempuan itu. Lihatlah tanah gemetar, retakan besar membuka di permukaannya. Lihatlah banjsir yang bergulung-gulung dengan amannya mengalir ke dalam perut bumi. Sekali lagi, perempuan itu lolos dari bencana yang pasti!
Para penulis mencari makna di dalam fakta bahwa yang menelan banjir itu adalah "bumi." Beberapa orang menyarankan bahwa "bumi" itu melambangkan pengaturan alam, dan Allah telah mengatur sedemik ian rupa dunia ini sehingga ciptaan-Nya adalah pelindung umat-Nya. 13Dengan mempertimbangkan fakta bahwa dunia alami telah rusak oleh dosa—ditambah fakta bahwa tubuh saya sudah sering disodok, dig igit, dimemarkan, dan dirusak oleh dunia alami— saya tidak mendukung pandangan itu. Beberapa orang lainnya mengira bahwa "bumi itu" melambangkan "penghuni bumi," istilah itu digunakan di sepanjang kitab Wahyu untuk mengacukan orang-orang tidak percaya. Memang benar bahwa para penghuni bumi "menelan" (menerima tanpa syarat) segala dusta Iblis, tetapi sulit untuk melihat bagaimana hal ini meng untungkan orang Kristen. Semak in banyak dusta Iblis diterima oleh dunia, semakin banyak orang tak percaya menganiaya umat Allah.
Mungkin, penerapan yang lebih umum harus dibuat: Ayat 16 adalah ilustrasi atas saat-saat dramatis ketika Allah tiba-tiba campur tangan atas nama umat -Nya. Salah satu kesempatan seperti itu adalah ketika pembenci orang Kristen bernama Saulus sedang dalam perjalanan ke Damsyik. Saulus telah memulai banjir penganiayaan terhadap gereja, banjir yang mengancam keberadaan gereja itu sendiri. Bagaimanakah mungkin gereja itu bisa selamat? Jawabannya adalah "Dengan campur tangan Allah." Ketika Kristus menampakkan diri kepada Saulus di jalan itu, itu seolah-olah bumi membuka dan menelan permusuhannya kepada gereja.
Ilustrasi tentang penyediaan pemeliharaan Allah dapat dilipatgandakan. 14Henry Swete memberikan beberapa contoh penyediaan Allah selama waktu ketika Roma menganiaya gereja:
Bantuan akan muncul dari tempat-tempat tak terduga; kematian Raja yang menganiaya, diikuti dengan perubahan kebijakan oleh para penerusnya, perasaan muak publik yang tiba-tiba, atau munculnya pelbagai kejadian baru yang mengalihkan perhatian publik dari Gereja, dari waktu ke waktu akan mengendalikan atau menggagalkan pelbagai rencana Iblis.15
Setelah melihat ayat 13 sampai 16 satu per satu, sekarang saatnya untuk melangkah mundur dan memperhatikan mereka secara keseluruhan. Apakah kita sepakat atau tidak pada arti setiap rincian, kita pasti bisa sepakat tentang hal ini: Nas ini mengajarkan bahwa, tidak peduli seberapa keras Iblis mencoba, ia tidak pernah bisa menghancurkan gereja! Ketika Daniel bernubuat tentang pendirian kerajaan/gereja, ia mengatakan bahwa itu "tidak akan binasa" bahwa itu akan "[bertahan] sampai selama-lamanya" (Daniel 2:44). Ketika Yesus berjanji untuk membangun gereja-Nya, Ia mengatakan bahwa "alam maut tidak akan menguasainya" (Matius 16:18).
Berita kematian gereja telah disiapkan dan dinantikan di berkas kaum tidak percaya untuk waktu yang lama sekali. Kematian gereja yang sudah di depan mata telah diumumkan berulang kali. Telah ditegaskan berkali-kali bahwa "gereja hidup dengan waktu pinjaman." Namun begitu, teks kita menyatakan bahwa orang-orang yang hidup dengan waktu pinjaman adalah Iblis dan para pengikutnya! Gereja Allah tidak dapat dihancurkan!
Pertempuran Iblis melawan gereja adalah salah satu pertempuran yang ia tidak pernah bisa menangkan.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 12:6, 13-17)
Sebagai bagian dari persiapan saya untuk setiap pelajaran, saya membaca segundukan tafsiran dan buku-buku lainnya. Ket...
KESIMPULAN (Wahyu 12:6, 13-17)
Sebagai bagian dari persiapan saya untuk setiap pelajaran, saya membaca segundukan tafsiran dan buku-buku lainnya. Ketika saya tiba pada akhir pernyataan W. B. West tentang pasal 12, saya harus tertawa. Selama berjam-jam, saya telah membaca komentar-komentar dari pelbagai penulis yang berbeda yang menekankan kesulitan dan kerumitan nas itu, tetapi West berkata, "Ini adalah pasal yang mudah dipahami."24
Saya menyukai nada positif kata-kata itu "mudah dipahami." Langkah saya mungkin tidak sejauh West, tapi saya setuju bahwa poin-poin utamanya adalah jelas:
(1) Kita sedang berperang, perang sungguhan—perang melawan musuh yang sangat tangguh.
(2) Untuk memenangkan perang itu, kita harus melakukan yang terbaik.
(3) Akhirnya, kita hanya bisa menang melalui Yesus.
Jangan pernah melupakan kata-kata kunci pasal itu: "Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba" (12:11a).
Saya harus mengajukan tiga pertanyaan seraya kita mengakhiri pelajaran ini: (1) Apakah Anda sadar bahwa Anda sedang berperang? (2) Apakah Anda sedang melakukan yang terbaik untuk meraih kemenangan? (3) Sudahkah Anda memanfaatkan darah Anak Domba melalui kepercayaan dan ketaatan Anda? 25Jika Anda perlu menaati Tuhan, jangan tunda hingga lain hari!
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi
- 1. Apakah Anda menyadari perang rohani yang sedang berkecamuk? Apakah Anda pikir setiap orang menyadari hal itu?
- 2. Menurut pelajaran ini, siapakah yang dilambangkan oleh perempuan di 12:13-17?
- 3. Tinjaulah kembali empat puluh tahun pengembaraan orang Yahudi di padang gurun. Bagaimanakah acuan kepada sayap rajawali, makanan, dan membukanya bumi di 12:14, 16 berhubungan dengan periode waktu itu?
- 4. Dengan cara apa sajakah Allah memelihara kita di tempat aman kita?
- 5. Apakah Anda setuju bahwa Iblis masih sedang berusaha untuk menenggelamkan (mengalahkan) gereja dengan "banjir dari mulutnya"?
- 6. Pelajaran ini menyarankan bahwa gambaran bumi yang membuka mengilustrasikan fakta bahwa Allah kadang-kadang secara dramatis dan tanpa diduga mengintervensi atas nama umat-Nya. Dapatkah Anda memikirkan contoh-contoh Alkitab tentang intervensi seperti itu? Dapatkah Anda memikirkan contoh-contoh zaman kini?
- 7. Pernah dapatkah Iblis menghancurkan gereja? Kenapa?
- 8. Mengapakah Iblis begitu marah? Mengapakah ia berusaha keras untuk menghancurkan orang Kristen? Mengapakah ia begitu keras berusaha untuk menghancurkan Anda?
- 9. Meskipun gereja yang "seperti itu" tidak bisa dihancurkan, bisakah Anda dihancurkan?
- 10. Apakah Iblis mengetahui pelbagai kelemahan pribadi Anda? Apakah ia mencoba untuk mengeksploitasi kelemahan-kelemahan itu? Lalu, apakah penting bagi Anda untuk menyadari kelemahan Anda?
- 11. Apakah yang dapat Anda lakukan untuk melawan Iblis?
- 12. Setelah kita melakukan semua yang dapat kita lakukan, seberapa pentingkah untuk bersandar pada Tuhan?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Judul lain untuk pelajaran ini bisa berupa "Iman Dalam Serangan." Ketika iman kita diserang, itu merupakan ujian yang baik mengenai apakah iman itu murni atau tidak. Kadang-kadang orang-orang yang tampak nya paling berani hancur di bawah serangan, sementara orang yang pemalu menemukan sumber kekuatan yang tersembunyi dan menunjukkan keberanian yang terbesar.
Merrill Tenney meringkas pasal 12 dengan tiga "f": The Foe [Musuh], The Fight [Lawan], dan The Finish [Selesai]. 26Sebuah judul (disarankan oleh beberapa penulis) yang dapat digunakan di Amerika adalah "Tiga Kali Pecundang !" Dalam upaya untuk mencegah timbulnya penjahat kambuhan, peraturan pidana Amerika menyatakan bahwa seseorang yang dinyatakan bersalah ketiga kalinya atas pelanggaran serius secara otomatis dimasukkan ke dalam penjara. "Tiga kali pecundang" merupakan personifikasi kegagalan pribadi. Di pasal 12 Iblis kalah (gagal dalam usahanya) tiga kali.
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat pelajaran "Kenalilah Musuh Anda ."
2 Anda mungkin ingin menyurvei penganiayaan yang gereja telah alami pada abad...
Catatan Akhir:
- 1 Lihat pelajaran "Kenalilah Musuh Anda ."
- 2 Anda mungkin ingin menyurvei penganiayaan yang gereja telah alami pada abad pertama -dan apa yang masih menanti di depan. Lihat pelajaran "To Be Continue d" in the "Acts " book of Truth for Today.
- 3 Lihat pelajaran "Berapa Lama Lagikah, Ya Penguasa !" di "Wahyu, 1." Jika Anda ingin memperluas perbandingan ini dengan Keluaran, Anda bisa menyebutkan bahwa selama Keluaran Firaun belakangan disebut sebagai "naga " (Yesaya 51:9).
- 4 Di Yesaya 40:3 gambaran saya prajawali digunakan dalam artian yang lebih umum.
- 5 Anda mungkin ingin meninjau kembali pengembaraan di padang gurun selama empat puluh tahun sebagai bagian dari pelajaran ini.
- 6 Frase aneh ini digunakan sebelumnya di dalam Daniel untuk mengacukan waktu kesesakan (Daniel 7:25; 12:7).
- 7 Lihat pembahasan "3½ tahun" di dalam pelajaran "Apakah Kita Memenuhi Syarat?" dan "Para Saksi Allah."
- 8 Perhatikanlah frase "tempatnya " di ayat 14. Gereja memiliki "tempat" yang unik dalam rencana dan ketentuan Allah.
- 9 Ketidaktetapan simbolisme (yaitu, cara simbol dapat berubah) ditunjukkan di sini: Di 12:3 naga itu digambarkan sebagai memiliki tujuh kepala , namun di ayat 15 ia digambarkan sebagai memiliki satu mulut.
- 10 "Semak" adalah istilah Australia untuk daerah liar, belum berkembang di luar kota-kota pesisir.
- 11 Jika Anda menggunakan materi ini dikelas , Anda mungkin ingin mengganti ilustrasi tentang banjir dengan ilustrasi yang akrab bagi pendengar Anda , ilustrasi yang menimbulkan kerusakan besar.
- 12 Ada kemungkinan bahwa banjir itu melambangkan seluruh atau setiap kejahatan yang Iblis telah timpakan (dan sedang timpakan) ke atas umat Kristen.
- 13 Memang benar bahwa segala sesuatu dimana-mana berada di bawah kendali Allah (lihat Mazmur 148) dan dapat digunakan oleh Dia untuk mencapai tujuan-Nya . Oleh karena itu, simbolisme "bumi" di ayat 16 kemungkinan dimaksudkan untuk menyampaikan pokok pikiran itu.
- 14 Anda mungkin ingin memberikan ilustrasi dari pengalaman sendiri atau dari tempat Anda tinggal ketika segalanya tampak suram bagi gereja , tetapi kemudian datang bantuan dari sumber yang tak terduga .
- 15 Henry B. Swe te , The Apocalypse of St . John (Cambridge : MacMilla n Co., 1908; re print, Grand Rapids , Mich.: W m. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 159.
- 16 Alkitab KJV menulis "kaum yang tersisa ," tapi teks Yunaninya semata menulis "yang tersisa " (lihat NKJ V).
- 17 Naskah Yunaninya secara harfiah menulis "benihnya " (lihat KJ V).
- 18 Kalimat ini disadur dari Rubel Shelly, The Lamb and His Enemies: Understanding the Book of Revelat ion (Nas hville : 20th Century Christian Foundation, 1983), 75.
- 19 Anda mungkin ingin menekankan kalimat "keturunannya " di 12:17a . Perang Iblis terbatas kepada umat Kristen. Ia tidak perlu memerangi orang dengan non-Kristen; mereka sudah berada dalam kelompoknya , apakah mereka menyadarinya atau tidak. Iblis berkonsentrasi pada penghancuran para pengikut setia Yesus .
- 20 Beberapa komentator melakukan upaya cukup besar untuk membuat "keturunannya yang lain" mengacu kepada kelompok orang Kristen pilihan. Misalnya , mereka yang percaya bahwa kaum Yahudi masih menjadi umat khusus Allah bersikeras bahwa "keturunannya yang lain" mengacu kepada orang Kristen non-Yahudi. Namun begitu, dalam konteksnya "keturunannya yang lain" mengacu kepada semua orang "yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus ."
- 21 Nas ini berisi banyak saran tentang cara mengusir Iblis . Anda mungkin ingin meluangkan waktu untuk memeriksanya secara rinci.
- 22 Kaum Advent Hari Ketujuh, dan yang lainnya yang mendukung pelaksanaan semua atau sebagian Hukum Lama, berpendapat bahwa "hukum-hukum" di dalam nas-nas Perjanjian Baru seperti ayat 17 adalah Sepuluh Perintah Allah. Mereka mengabaikan dua kebenaran: (1) Sepuluh Perintah sudah dipakukan dikayu salib bersama dengan sisa Perjanjian Lama ; (2) ada perintah-perintah lain selain Sepuluh Perintah Allah. Untuk pembahasan tentang hal ini, lihat Homer Hailey, Revelat ion: An Int roduct ion and Commentary (Grand Rapids , Mich.: Baker Book House , 1979), 280.
- 23 Dikutip dari Albert H. Baldinge r, Preaching From Revelat ion: Timely Messages for Troubled Heart s (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House , 1960), 63.
- 24 W . B. Wes t J r., Revelation Through First-Century Glasses, e d. Bob Prichard (Nas hville : Gospel Advocate Co., 1997), 90.
- 25 Jika Anda mengguna kan pelajaran ini sebagai khotbah, beritahukanlah para pendengar tentang apa yang orang harus lakukan untuk menjadi seorang Kristen atau dipulihkan sebagai anak Allah yang bersalah. Lihat catatan kaki 40 di dalam pelajaran "Para Saksi Allah."
- 26 Merrill C. Tenney, Proclaiming the New Testament : The Book of Revelat ion (Grand Rapids , Mich.: Baker Book House, 1963), 62-64.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi