Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.
Jerusalem: Why 6:1--9:21 - -- Bab-bab ini merupakan suatu keseluruhan. Anak Domba membuka masing-masing meterai kitab itu, Wah 6:1-8:1, dan ditiuplah masing-masing sangkakala, Wah ...
Bab-bab ini merupakan suatu keseluruhan. Anak Domba membuka masing-masing meterai kitab itu, Wah 6:1-8:1, dan ditiuplah masing-masing sangkakala, Wah 8:2-9, lalu ada penglihatan-penglihatan mengenai kejadian-kejadian yang memberitakan dan menyiapkan kemusnahan negara Roma, yang melambangkan segala musuh Allah. Bdk Mat 24 dsj.
Jerusalem: Why 6:1-17 - -- Keempat penunggang kuda dalam penglihatan pertama ini diambil dari Zak 1:8-10 dan Zak 6:1-3. Tetapi mereka juga melambangkan keempat bencana yang lazi...
Keempat penunggang kuda dalam penglihatan pertama ini diambil dari Zak 1:8-10 dan Zak 6:1-3. Tetapi mereka juga melambangkan keempat bencana yang lazimnya diancamkan oleh para nabi kepada Israel yang tidak setia yakni: binatang buas, perang, kelaparan, wabah sampar, bdk Ima 26:21-26; Ula 32:24; Yeh 5:17; 14:13-21; dan juga Yeh 6:11-12; 7:14-15; 12:16; 33:27.
Jerusalem: Why 6:12-14 - -- Kejadian-kejadian di jagat raya semacam itu lazimnya dipakai para nabi untuk menggambarkan "Hari Yahwe", Amo 8:8-9; Yes 2:10; Yer 4:23-24, dll, yaitu ...
Kejadian-kejadian di jagat raya semacam itu lazimnya dipakai para nabi untuk menggambarkan "Hari Yahwe", Amo 8:8-9; Yes 2:10; Yer 4:23-24, dll, yaitu hari penghakiman dan hari penghukuman. Gejala-gejala itu melambangkan murka Allah yang berkecamuk, bdk Mat 24:1+.
Ref. Silang FULL -> Why 6:14
Ref. Silang FULL: Why 6:14 - yang digulung // dari tempatnya · yang digulung: 2Pet 3:10; 2Pet 3:10; Wahy 20:11; 21:1
· dari tempatnya: Mazm 46:3; Yes 54:10; Yer 4:24; Yeh 38:20; Nah 1:5; Wahy 16:20...
· yang digulung: 2Pet 3:10; [Lihat FULL. 2Pet 3:10]; Wahy 20:11; 21:1
· dari tempatnya: Mazm 46:3; Yes 54:10; Yer 4:24; Yeh 38:20; Nah 1:5; Wahy 16:20; 21:1
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 6:14 - -- 6:14 Maka lenyaplah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.
Jika sebuah gulungan ki...
6:14 Maka lenyaplah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.
Jika sebuah gulungan kitab dibuka untuk dibaca, kemudian jahitan yang mengaitkan lembar-lembar gulungan lepas, maka dengan sendirinya gulungan kitab itu menggulung kembali ke kiri dan ke kanan. Dalam Yesaya 34:4, dikatakan, "...dan langit akan digulung seperti gulungan kitab."
Tidak ada tulisan Yahudi yang menceritakan malapetaka yang seperti tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.326 Bukan semua gunung digeser dari tempatnya, karena dalam ayat berikutnya masih ada gunung. Bagi mereka yang diam di bumi (dari raja yang paling mulia sampai budak yang paling miskin), tampaknya seperti tidak ada bintang lagi di angkasa, dan tidak ada gunung atau pulau yang tetap tinggal di tempatnya, karena segala yang terjadi begitu dahsyat.
Hagelberg: Why 6:1--8:6 - -- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
Pada saat setiap segel dibuka, hukuman disampaikan kepada yang diam di bumi. Ingatlah, hukuman ini berasal dari surga, buka...
1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
Pada saat setiap segel dibuka, hukuman disampaikan kepada yang diam di bumi. Ingatlah, hukuman ini berasal dari surga, bukan dari Iblis atau Anti-Kristus. Bumi ini dihakimi Allah. Juga, gulungan kitab itu (surat wasiat untuk "barangsiapa yang menang") sedang dibuka oleh Tuhan, bukan oleh Iblis.
Empat segel yang pertama: Empat Kuda (6:1-8)
a. Segel Pertama (6:1-2)
Hagelberg: Why 6:14 - -- 6:14 Maka lenyaplah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.
Jika sebuah gulungan ki...
6:14 Maka lenyaplah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.
Jika sebuah gulungan kitab dibuka untuk dibaca, kemudian jahitan yang mengaitkan lembar-lembar gulungan lepas, maka dengan sendirinya gulungan kitab itu menggulung kembali ke kiri dan ke kanan. Dalam Yesaya 34:4, dikatakan, "...dan langit akan digulung seperti gulungan kitab."
Tidak ada tulisan Yahudi yang menceritakan malapetaka yang seperti tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.326 Bukan semua gunung digeser dari tempatnya, karena dalam ayat berikutnya masih ada gunung. Bagi mereka yang diam di bumi (dari raja yang paling mulia sampai budak yang paling miskin), tampaknya seperti tidak ada bintang lagi di angkasa, dan tidak ada gunung atau pulau yang tetap tinggal di tempatnya, karena segala yang terjadi begitu dahsyat.
Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 6:9-17
Matthew Henry: Why 6:9-17 - Meterai Kelima dan Keenam Dibuka Meterai Kelima dan Keenam Dibuka (6:9-17)
I. Meterai yang kelima. Meterai ini tidak berisi nubuatan baru, tetapi terlebih membuka mata air ...
Meterai Kelima dan Keenam Dibuka (6:9-17)
- I. Meterai yang kelima. Meterai ini tidak berisi nubuatan baru, tetapi terlebih membuka mata air penghiburan bagi orang-orang yang masih berada dalam kesusahan besar.
- 1. Pemandangan yang dilihat oleh rasul ini ketika meterai yang kelima dibuka (ay. 9). Ia melihat jiwa-jiwa orang yang mati syahid. Di mana ia melihat mereka, yaitu di tempat yang paling kudus. Ia melihat mereka di sorga, di kaki Kristus. Allah telah menyediakan tempat yang baik di dunia yang lebih baik bagi orang-orang yang setia sampai mati dan tidak mendapat tempat lagi di bumi. Penyebab mereka menderita, yaitu firman Allah dan kesaksian yang mereka miliki. Penyebab yang mulia, penyebab terbaik yang untuknya orang dapat menyerahkan nyawanya.
- 2. Seruan yang didengarnya (ay. 10). Bahkan roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna tetap menyimpan kebencian yang sudah seharusnya terhadap kejahatan yang telah mereka derita oleh musuh-musuh mereka yang kejam. Mereka menyerahkan perkara mereka kepada Dia yang empunya pembalasan. Mereka tidak ingin menuntut balas sendiri, tetapi menyerahkan semuanya kepada Allah.
- 3. Tanggapan yang baik yang diberikan kepada seruan ini (ay. 11). Apa yang diberikan kepada mereka, yaitu jubah putih, jubah kemenangan dan kehormatan. Apa yang dikatakan kepada mereka, yakni bahwa mereka harus tenang, sebab tidak akan lama lagi jumlah kawan-kawan mereka yang sama-sama menderita akan digenapi. Ia akan membalaskan kesengsaraan kepada orang-orang yang telah menyusahkan mereka, dan kepada orang-orang yang disusahkan, Ia akan membalaskan ketenangan yang penuh dan tanpa putus-putusnya.
- II. Di sini kita mendapati meterai keenam dibuka (ay. 12).
- 1. Peristiwa-peristiwa dahsyat yang akan segera terjadi. Di sini ada sejumlah kejadian yang ikut berperan dalam membuat hari dan saat itu menjadi sangat mengerikan (ay. 13). Itu akan menjadi penghakiman yang mengejutkan seluruh dunia.
- 2. Ketakutan dan kengerian yang akan menyergap semua orang dari berbagai golongan di hari yang besar dan mencekam itu (ay. 15). Seberapa ngeri dan terkejutnya mereka. Mereka akan begitu ngeri dan terkejut sampai-sampai mereka berseru kepada gunung-gunung untuk runtuh menimpa mereka, dan kepada bukit-bukit untuk menutupi mereka. Penyebab kengerian mereka, yaitu murka Anak Domba. Meskipun Allah tidak terlihat, Ia dapat membuat para penduduk dunia ini merasakan kernyit dahi-Nya yang mengerikan. Meskipun Kristus adalah Anak Domba, namun Ia bisa murka, dan murka Anak Domba luar biasa mengerikan. Sama seperti manusia mempunyai hari-hari kesempatan, dan musim-musim rahmat, demikian pula Allah mempunyai hari murka-Nya yang penuh kebenaran.
SH: Why 6:1-17 - Allah mengendalikan sejarah manusia (Jumat, 1 November 2002) Allah mengendalikan sejarah manusia
Wahyu pasal 6 ini banyak menimbulkan perdebatan, khususnya
tentang penunggang kuda putih (ayat 2). Ada yang ...
Allah mengendalikan sejarah manusia
Wahyu pasal 6 ini banyak menimbulkan perdebatan, khususnya
tentang penunggang kuda putih (ayat 2). Ada yang beranggapan
bahwa penunggang kuda putih itu adalah Kristus yang sedang
menyatakan kemenangan Injil di dunia (ayat 10). Penjelasan ini
memang menarik, karena topik ini juga muncul di pasal 19, tetapi
tidak begitu saja dapat diterima. Ada dua penjelasan yang dapat
menggugurkan pendapat tersebut. Pertama, yang membuka meterai
adalah Kristus, dan Yohanes tidak melihat bahwa penunggang kuda
putih adalah Kristus. Artinya, sulit untuk diterima bahwa
Kristus hadir dalam dua rupa serempak, sebagai Anak Domba yang
membuka meterai-meterai dan sebagai penunggang kuda. Kedua,
berdasarkan analisa pertama, maka banyak penafsir melihat bahwa
kuda putih itu suatu hukuman. Pendapat ini disejajarkan dengan
pendapat tentang keempat kuda lainnya yang melambangkan
kekuatan-kekuatan kejahatan. Pada intinya, semua meterai yang
dibukakan Anak Domba itu memaparkan tentang dunia yang mengalami
konflik dan penderitaan dahsyat. Hal ini sejajar dengan khotbah
Yesus yang mengajarkan kepada kita bahwa sebelum kedatangan-Nya
kembali, akan datang bencana-bencana menimpa dunia (bdk.
Ada dua hal yang harus kita ingat. Pertama, bahwa Kristus yang mengikhtiarkan keselamatan manusia, dapat menjadi murka dan menghukum. Kedua, bila kini kita harus menanggung kesulitan karena kesetiaan kita kepada Allah, ingatlah bahwa Dia setia.
Renungkan:
Hiduplah seperti para martir yang demi mempertahankan kesetiaan
kepada Allah rela menderita, bahkan sampai mati.
SH: Why 6:1-17 - Sang Anak Domba menghakimi (Kamis, 11 Agustus 2005) Sang Anak Domba menghakimi
Yohanes telah menguatkan Gereja yang sedang menderita bahwa Kristus sudah memerintah di atas para penguasa dunia (pasal 1-...
Sang Anak Domba menghakimi
Yohanes telah menguatkan Gereja yang sedang menderita bahwa Kristus sudah memerintah di atas para penguasa dunia (pasal 1-2). Dalam pasal 4-5, Gereja dikuatkan bahwa melalui penderitaan Kristus menang dan karena-Nya Gereja menerima kemenangan. Kini Kristus yang menang itu, bertindak membuka keenam meterai pertama yang berisi berbagai hukuman atas dunia ini. Akibatnya terjadi kekacauan dalam dunia yang diungkapkan dengan "saling gigit" dan membinasakan sebagai dampak pemerintahan dan hukuman Kristus.
Keempat meterai pertama dilambangkan oleh empat ekor kuda pembawa berbagai malapetaka. Keempat malapetaka itu bisa terjadi serempak atau berurutan. Kuda keempat yang menyimpulkan semua malapetaka itu adalah Maut yang datang menimpa penduduk dunia. Kuda pertama dan terakhir memberitahukan bahwa manifestasi hukuman dari Allah itu adalah malapetaka alam dan manusia pengikut sebagai alat si jahat. Sebagai Raja, Kristus kini memurnikan orang beriman dan menghukum mereka yang tidak tunduk kepada-Nya melalui alat-alat penyebar petaka tersebut.
Seperti pemimpin mereka yang telah dibantai (Why. 5:6), para martir telah dibunuh karena iman mereka akan firman Allah dan kesaksian hidup mereka (Why. 6:9). Bagi-Nya, penderitaan umat-Nya bernilai mulia bagaikan kurban di mezbah. Penderitaan karena iman adalah jalan menuju kemenangan dan ungkapan kurban untuk kemuliaan Dia yang lebih dulu berkorban bagi kita. Dia yang telah menang dan memerintah dalam kemuliaan, mendengar doa-doa umat-Nya dan membela mereka. Dia tidak membiarkan begitu saja pengurbanan umat-Nya yang tekun dalam iman dan penderitaan, tetapi Ia bertindak menghukum kejahatan para penyebab penderitaan itu (ayat 12-17). Dia yang telah mencurahkan darah-Nya untuk umat-Nya, akan membela mereka yang karena iman kepada-Nya rela mencurahkan darah mereka.
Responsku: __________________________________________________________________________________________
SH: Why 6:1-17 - Berapa lama lagi? (Rabu, 19 Desember 2012) Berapa lama lagi?
Dalam Wahyu 6 kita melihat bagaimana keenam meterai dibuka satu per satu oleh Anak Domba. Banyak hal dalam teks ini yang tidak bisa...
Berapa lama lagi?
Dalam Wahyu 6 kita melihat bagaimana keenam meterai dibuka satu per satu oleh Anak Domba. Banyak hal dalam teks ini yang tidak bisa kita pahami secara detail mengingat ciri kitab Wahyu yang penuh gambaran simbolis. Namun berita utamanya dapat kita pahami dan kaitkan dengan situasi kita.
Pembukaan setiap meterai diikuti dengan penghukuman sebagai wujud murka Allah. Murka Allah bukanlah pelampiasan emosi atau pembalasan dendam yang sewenang-wenang, melainkan bukti keadilan dan kekudusan-Nya. Keempat penunggang kuda dengan ciri-ciri yang berbeda menunjuk pada bentuk-bentuk hukuman yang ditimpakan ke atas bumi.
Di tengah rentetan hukuman ini gereja Tuhan, baik pada masa Yohanes maupun pada masa kini, memiliki kepastian bahwa Allah saja yang memegang kendali atas bencana apa pun. Umat Allah akan tetap menghadapi tekanan dan permusuhan bahkan penganiayaan dari dunia ini, tetapi Allah tidak akan pernah meninggalkan mereka. Hal ini terlihat ketika meterai kelima dibuka. Jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh mewakili semua orang percaya pada segala zaman yang mengalami penderitaan karena iman mereka.
Doa para martir ini menyadarkan kita bahwa pembalasan Allah yang adil akan terwujud suatu waktu nanti. Berapa lama lagi? Kita tidak tahu, tetapi Allah pasti bertindak. Orang-orang yang menderita karena Kristus adalah berbahagia, tidak seperti mereka yang disebut dalam ayat 15 dan 16 yang tidak mungkin melarikan diri dari murka Anak Domba itu.
Kita diingatkan untuk percaya bahwa penghukuman Allah yang adil akan ditimpakan kepada mereka yang membenci Kristus dan yang menganiaya umat-Nya. Sering kita merasa seolah-olah Allah tidak lagi mempedulikan penderitaan umat-Nya sehingga kejahatan mengalahkan kebenaran. Namun firman ini memberikan kepastian bagi kita untuk tetap meyakini bahwa Allah itu setia dan adil. Yang diminta dari kita hanyalah kesetiaan dan kesabaran dalam menantikan tindakan Allah yang adil.
SH: Why 6:1-17 - Murka yang Menghiburkan (Senin, 19 September 2022) Murka yang Menghiburkan
Tuhan menyingkapkan rahasia satu per satu kepada Yohanes perihal apa yang akan terjadi sebelum hari terakhir tiba. Penyingkap...
Murka yang Menghiburkan
Tuhan menyingkapkan rahasia satu per satu kepada Yohanes perihal apa yang akan terjadi sebelum hari terakhir tiba. Penyingkapan itu digambarkan dengan terbukanya meterai, tetapi dari tujuh meterai baru enam yang akan dibuka. Saat setiap meterai dibuka terjadi kengerian hebat yang akan dialami oleh setiap orang, termasuk orang percaya. Hal itu harus dijalani sebelum pembebasan puncak terjadi.
Pembukaan empat meterai pertama ditandai dengan munculnya empat kuda. Kuda pertama berwarna putih, melambangkan peperangan antar bangsa, juga disimbolkan dengan panah sebagai lambang kekuatan militer dan mahkota lambang kekuasaan (1-2). Kuda kedua berwarna merah padam seperti darah, melambangkan keadaan tanpa damai di bumi yang mana setiap orang bahkan saudara saling membunuh (3-4). Kuda ketiga berwarna hitam, lambang kematian atau maut, yaitu kehidupan yang begitu sulit dan kesenjangan sosial yang begitu besar antara yang kaya dan miskin. Gandum yang biasa dikonsumsi rakyat kecil sulit ditemukan, sementara anggur dan minyak yang biasa dikonsumsi orang kaya tetap ada (5-6). Kuda keempat berwana hijau kuning, warna pucat yang melambangkan kematian karena perang, kelaparan, sampar, dan binatang buas (8).
Ketika meterai kelima dibuka, muncul teriakan menyedihkan para martir yang meminta Allah segera bertindak karena manusia di bumi telah begitu jahat (9-10). Namun, mereka diminta untuk tetap menanti (11). Dan, pada meterai yang keenam, Yohanes menunjukkan semua kekuatan alam yang menghancurkan (12-14), dan malapetaka itu akan membuat semua penguasa yang congkak dan berdosa bersembunyi karena tidak berani berhadapan dengan Allah.
Kita orang percaya yang menantikan kedatangan-Nya juga tetap terkena dampak dari apa yang terjadi menjelang kedatangan-Nya. Dalam setiap kesulitan kita diminta untuk tetap setia mengikut Dia dan belajar dari teladan para martir. Setiap kefasikan dan kejahatan akan Dia tumpas. Kiranya kita tetap setia hidup di dalam kebenaran dan bukan kefasikan. [JHN]
Utley -> Why 6:12-17
Utley: Why 6:12-17 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 6:12-1712 Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dah...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 6:12-17
12 Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah. 13 Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang. 14 Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau- pulau dari tempatnya. 15 Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang- orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. 16 Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu." 17 Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?
Wahy 6:12 "Anak Domba membuka meterai yang keenam" Ayat ini adalah bahasa apokaliptik Yahudi untuk akhir zaman (lih.Yoel 2:31; 3:15; Yes 13:9,10; 34:3; Yer 4:23-28; Hag 2:6; Mat 24:29; dan The Assumption of Moses, Wahy 10:5). Bahasa ini digunakan dalam PL untuk Hari Tuhan. Penggunaannya di sini dalam meterai yang keenam dan kemudian dalam sangkakala keenam adalah satu alasan, saya percaya, bahwa masing-masing seri ketujuh berakhir dengan akhir zaman, Kedatangan Kristus Kedua kali (lih.Wahy 6:12-17; 11:15-18; 14:14-20; 16:17-21; 19:11-21; 22:6-16). Wahyu tidak berurutan secara kronologis!
□ "sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat" Ada banyak gempa bumi yang disebutkan dalam kitab ini (lih.Wahy 8:5; 11:13,19; 16:18). Sangat menarik untuk dicatat bahwa ada tujuh aspek akhir zaman, peristiwa apokaliptik. Ada juga tujuh kategori yang berbeda yang tercantum dalam ay. 15. Ini adalah satu lagi contoh pola, literatur apokaliptik yang sangat terstruktur (lih.Wahy 5:12).
□ "Matahari menjadi hitam …. dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah" Merupakan kiasan PL sampai hari penghakiman (lih.Yes 13:10; 24:23; 50:3, Yeh 32:7; Yoel 2:2,10,31; 3:15; Mat 24:29; Mr 13:24-25; Luk 21:25).
Wahy 6:13 "bintang-bintang di langit berjatuhan" Metafora ini mungkin memiliki dua sumber: (1) stabilitas tatanan ciptaan Tuhan (lih.Ayub 38:31-33; Mazm 89:36-37; Yes 13:10; Yer 31:35-36; 37:20; Henokh Wahy 2:1) larut di tengah-tengah penghakiman Allah (lih.Mat 24:29) atau (2) bintang jatuh adalah metafora apokaliptik umum intertestamental (yang biasanya merujuk kepada malaikat ). Dalam konteks ini # 1 yang paling cocok.
Wahy 6:14 "Maka menyusutlah langit" Nenek moyang melihat langit sebagai kubah kulit solid yang membentang (lih.Ayub 22:14; Mazm 104:2; Ams 8:27; Yes 34:4; 40:22). Ini adalah metafora melanggar Tuhan dalam hal tatanan alam.
□ "bergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya" Dalam Perjanjian Lama, ketika Allah mengunjungi ciptaan-Nya, baik untuk memberkati atau menghakimi, pasti menggoncangkan. Gambarnya sering dilukis dalam istilah apokaliptik. Ayat Wahy 6:15-17 menggambarkan murka Allah atas para penganiaya orang percaya (lih.Wahy 16:20). Penjelasan yang sama digunakan dalam Perjanjian Lama untuk membuat akses fisik ke hadirat Allah lebih mudah, seperti menurunkan gunung, mengeringkan air sungai, dan sebagainya (lih.Yes 40:4).
Wahy 6:15 "bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung" Sama seperti umat Tuhan yang dianiaya harus bersembunyi dari penganiayaan orang-orang yang tidak percayar (lih.Ibr 11:38), demikian juga sekarang yang kaya dan berkuasa mencari perlindungan dari murka Allah (lih.Yes 2:10,19,21). Ayat ini menjelaskan kejatuhan manusia yang tidak percaya dalam tujuh cara. penggunaan ketujuh ini adalah pola dasar dalam kitab Yohanes.
Wahy 6:16 "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta" Ini merupakan kiasan pada Hos 10:8 (lih.Yes 2:19,21 dan Luk 23:30). Perhatikan bahwa murka Bapa dan Anak terkait saat mereka menyesalkan apa yang terjadi pada keluarga seiman mereka. Mereka bertindak dalam sejarah untuk membela umat Allah yang setia dan menghukum para pemberontak (lih.Gal 6:7).
□ "murka" Ini adalah istilah org _. Lihat catatan pada Wahy 7:14.
Wahy 6:17 Ayat Wahy 6:17 tampaknya menjadi acuan baik untuk Yoel 2:11 atau Mal 3:2. Banyak komentator percaya bahwa ay. 17 mengatur tingkatan waktu jeda yang ditemukan di pasal Wahy 7, yang mencoba untuk menjawab pertanyaan, "Bagaimana dengan orang-orang percaya yang ada di bumi selama peristiwa apokaliptik dan serangkaian penghakiman?" Selalu menjadi perdebatan antara komentator, apakah meterai dalam pasal Wahy 6 adalah untuk penebusan, atau yudikatif (lih.Wahy 9:20-21; 14:7-8; 16:9,11). Pasal Wahy 6 merujuk pada penghakiman Allah atas orang- orang kafir yang menolak untuk percaya. Penghakiman ini mulai mempengaruhi 1 / 4 dari dunia, kemudian 1 / 3 dan akhirnya dalam cawan seluruh dunia yang tidak percaya (lih. Zef 1:14-18).
WAWASAN KONTEKSTUAL TERHADAP Wahy 7:1-17
A. Pasal Wahy 7 membentuk waktu jeda (seperti halnya Wahy 10:1-11:13 antara sangkakala keenam dan ketujuh) antara meterai yang keenam dan pembukaan meterai ketujuh (lih.Wahy 8:1). Berkaitan dengan pertanyaan tentang apa yang terjadi kepada orang percaya selama siklus penghakiman Allah atas orang-orang kafir. Meterai ketujuh menjadi sangkakala ketujuh
B. Interlude ini berhubungan dengan dua kelompok orang percaya
C. Allah bertindak dalam cara yang penuh kuasa, perlindungan, meyakinkan atas nama umat-Nya. Tidak ada perbedaan dalam Wahyu antara orang percaya Yahudi dan bukan Yahudi. Perbedaan rasial dalam PL sudah menjadi universal bagi orang percaya dan orang-orang yang tidak percaya.
Topik Teologia -> Why 6:14
Topik Teologia: Why 6:14 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Mengerjakan Pekerjaan Allah
Pekerjaan A...
- Yesus Kristus
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Peristiwa dan Oknum yang Menyertai Kedatangan Yesus Kedua Kali
- Fenomena Kosmik
TFTWMS -> Why 6:12-17
TFTWMS: Why 6:12-17 - Hari Besar … Tiba "Hari Besar … Tiba"(WAHYU 6:12-17)
Dahulu ada seorang petani, kami memanggilnya Rudi. Rudi adalah orang Kristen, dan ia mengasihi Tuhan....
"Hari Besar … Tiba"(WAHYU 6:12-17)
Dahulu ada seorang petani, kami memanggilnya Rudi. Rudi adalah orang Kristen, dan ia mengasihi Tuhan. Setiap kali gereja Tuhan berhimpun, ia hadir. Jika musim tanam tiba, ia malah menghadiri pelayanan ibadah. Jika awan mendung menutupi daerah itu dan mengancam ladangnya, ia tetap saja beribadah. Bahkan ketika musim panen tiba dan ia punya sedikit waktu untuk memasukkan hasil panennya ke dalam lumbung, ia masih tetap beribadah bersama umat Allah. Komitmen Rudi itu membuat kesal tetangganya yang non-Kristen, sehingga tetangga itu menyisihkan sebidang tanah untuk percobaan. Ia hanya mengolah ladang itu pada waktu Rudi pergi beribadah. Setelah musim panen tiba, tetangga Rudi itu mengundang dia untuk datang. Orang itu menaruh tumpukan uang di atas meja dan berkata, "Tahukan engkau dari mana uang ini berasal? Ini berasal dari sebidang tanah yang aku olah saat engkau membuang-buang waktumu dengan berdoa kepada Allah. Ladang itu menghasilkan 30 persen lebih banyak dibandingkan dengan ladang lain mana saja! Sekarang bagaimana menurutmu?" Rudi memandang uang itu dan kemudian menjawab, "Menurutku Allah tidak membereskan semua masalah pada musim panen."
Pelajaran kita sebelumnya berpusat pada meterai kelima dan seruan para martir: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?" (6:10). Kita menyimpulkan bahwa Allah, pada dasarnya, memberitahu mereka bahwa waktunya belum tiba untuk "membereskan persoalan," tapi suatu hari nanti Ia akan melakukan hal itu. Kita bahkan menunjukkan bahwa salah satu alasan Allah menunggu adalah untuk memberi kesempatan bertobat kepada orang bersalah.
Sebaliknya, teks kita sekarang ini memberitahu kita bahwa kesabaran Allah ada batasnya. Tanpa kecuali, saatnya tiba ketika Allah berkata, "Tidak ada kesabaran lagi!"1Ketika itu terjadi, seperti yang penulis Ibrani katakan, "Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup" (Ibrani 10:31). Wahyu 6:12-17 memberitahu kita betapa mengerikan hal itu:
Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut2dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah. Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi3bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.4Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung5dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau6dari tempatnya. Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu." Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?
Salah satu penulis membayangkan adegan seperti ini:
Tiba-tiba kekacauan mencengkeram semesta. Sebuah gempa bumi menggetarkan seluruh dunia; tidak ada skala Richter yang bisa mengukur kemarahannya. Ada gerhana total matahari. Kenyataannya, lapor Yohanes, "matahari menjadi hitam … bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah. Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi …" (Wahyu 6:12, 13).
Dunia gemetar dalam ketakutan. Kota-kota besar runtuh. Yohanes melihat raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka—setiap manusia yang tersisa di bumi berlarian menyelamatkan diri dari kengerian penghakiman terakhir Allah. Mereka melarikan diri ke gua-gua pegunungan. Mereka meringkuk di balik batu karang dan batu-batu besar. Tapi tidak ada jalan keluar.7
Kata-kata apakah yang terlintas di pikiran Anda saat membaca Wahyu 6:12-17? Kata-kata yang terlintas di pikiran saya adalah": "teror" dan "mengerikan," "menakutkan" dan "ketakutan," "menyiksa" dan "tersiksa," "gemetar" dan "trauma" Kesan menyeluruh apakah yang nas ini berikan kepada Anda? Kesan menyeluruh yang saya miliki adalah "Saya tidak mau ada di sana ketika hal ini terjadi!" Banyak komentator terjebak dalam pembahasan apakah ini mengacu kepada hukuman sementara atas musuh-musuh Allah8atau apakah ini menggambarkan kehancuran dunia pada akhir zaman. Kita akan menyinggung masalah itu, tapi itu adalah pertanyaan yang punya arti terbatas. Ketika saya tinggal di Cleburne, Texas,
Hari Besar Murka (Wahyu 6:12-17)
musim semi membawa badai hebat dan kehancuran besar: Pohon-pohon tumbang, rambu-rambu dan pagar-pagar roboh; tempat-tempat bisnis dan rumah-rumah rusak berat.9Setelah badai berlalu, koran lokal selalu mengumumkan bahwa tak ada tornado yang menerjang; kami hanya mengalami angin seperti tornado. Tanggapan saya adalah "Apa bedanya?" Jika rumah Anda hancur berantakan, apakah ada bedanya bagi Anda bahwa kerusakan itu dilakukan oleh tornado atau angin seperti tornado? Begitu juga halnya, murka Allah adalah murka Allah—apakah itu terjadi sekarang atau ketika Kristus datang lagi—dan, percayalah, Anda tidak ingin mengalami hal itu!
HARI ITU DIGAMBARKAN (Wahyu 6:12-17)
Ayat 12 sampai 17 secara alami terbagi menjadi dua bagian: gambaran alam semesta gugur berjatuhan (ay. 12-14), dan kemudian gambaran tentang orang-orang yang ketakutan (ay. 15-17). Kita akan lebih dulu melihat kehancuran alam semesta.
Hari Kehancuran (ay. 12-14)
Saya ingat dengan jelas pertama kali saya mendengar istilah 6:12-14. Waktu itu umur saya sekitar sepuluh atau sebelas tahun, tinggal di Rocky, Oklahoma. Teman sekelas memberitahu saya bahwa ia mendengar seorang pengkhotbah mengatakan bahwa dunia akan berakhir pada hari itu—bahwa matahari akan menjadi hitam, bulan akan berubah menjadi darah, dan bintang-bintang akan berjatuhan ke bumi. Setelah ia memberitahu saya hal itu, saya tiduran celentang di sebuah ayunan di taman bermain itu, menatap ke langit, dan mencoba membayangkan akan seperti apakah tampaknya ketika matahari menjadi hitam dan bulan menjadi merah seperti darah. Setelah beberapa saat, saya mulai bosan dan bermain kembali, seperti yang anak laki-laki lakukan. Pada hari berikutnya baru saya ingat bahwa dunia belum berakhir seperti yang pengkhot-bah itu ramalkan.10
Apakah ayat 12 sampai 14 merupakan gambaran literal tentang bagaimana dunia akan berakhir? Kemungkinan besar, tidak, meskipun Alkitab memang menekankan bahwa alam semesta ini akan hancur ketika Tuhan datang kembali:
Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.… langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya (2 Petrus 3:10-12).
Tentu saja, banyak dari kiasan Wahyu 6:12-14 itu cocok dengan ajaran Alkitab tentang kehancuran kosmik11—namun beberapa rincian di Wahyu 6 tidak bisa literal. Sebagai contoh, bintang-bintang akan berjatuhan ke bumi? Bintang-bintang itu bebera pa kali lebih besar daripada bumi, mereka tidak bisa jatuh secara harfiah "ke bumi."
Jika ayat 12 sampai 14 diberikan bukan untuk memvisualisasikan akhir dunia, mengapa Roh Kudus menyuruh Yohanes menggunakan bahasa yang sedemikian jelas itu? Yohanes menggunakan simbolisme yang dikenal baik para pembacanya: simbolisme yang ditemukan di seluruh Alkitab, simbolisme yang mengumumkan bahwa Allah ikut campur tangan (atau akan campur tangan) dalam kehidupan manusia!
Nas ini menggunakan kombinasi istilah dari Perjanjian Lama. Misalnya, Anda akan menemukan simbolisme gempa bumi di Yehezkiel 38:19 dan nas-nas lainnya.12
Bergetarnya bumi dimaksudkan bagi bergetarnya benda yang orang-orang anggap tak tergoyahkan. Kita menggunakan istilah terra firma, "bumi yang kokoh." Ketika bumi yang "kokoh" di bawah kaki kita bergetar, kita panik. Para penulis apokaliptik menggunakan gempa bumi sebagai simbol penghilangan benda yang menjadi sandaran manusia. Sekarang ini, kita menggunakan istilah "menggoncang bumi" untuk mengacukan pelbagai peristiwa penting yang mempengaruhi umat manusia.
Tokoh-tokoh lain di dalam teks itu digunakan di dalam Perjanjian Lama dan menyampaikan pesan serupa: Yoel mengacukan matahari menjadi gelap dan bulan berubah menjadi darah (Yoel 2:31),13dan Yesaya 13 berbicara tentang pelenyapan bintang-bintang dan langit "digulung" (Yesaya 34:4). Yeremia menggunakan kiasan gunung-gunung yang goncang (Yeremia 4:2),14sedangkan Yehezkiel menulis tentang penghancuran pulau-pulau (Yehezkiel 27:35; KJV).15Yohanes menumpuk bersama setiap hal menakutkan yang orang-orang pada zamannya bisa membayangkan gambaran teror yang menanti mereka yang melawan Allah!16
Ketika John Bowman membahas istilah ayat 12 sampai 14, ia memakai (dalam penilaian saya) kata-kata pilihan yang disesalkan. Ia menulis, "Peristiwa-peristiwa kosmik inik harus jangan dipahami terlalu serius demi kepentingan mereka sendiri."17Saya akan mengatakan, "Memang tidak perlu memahami adegan itu secara harfiah, tapi pahamilah secara serius." Itu merupakan peringatan yang sangat jelas dari kebenaran Galatia 6:7: "… Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya"
Hari Keputusasaan (ay. 15, 16)
Di ayat-ayat berikutnya, kita bergerak dari kehancuran kosmik kepada efeknya: "Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung"18(ay. 15).
Tujuh kelompok orang yang disebut di ayat 15 mencakup semua umat manusia19(khususnya, mereka yang menentang kehendak Allah). Pada watu Yohanes menulis, ketika orang membaca "raja-raja di bumi," mereka akan membayangkan Kaisar Domitianus dan raja-raja bawahan yang memerintah dengan sesukanya dan di bawah kendalinya. Istilah "pembesar-pembesar" menunjukkan orang-orang berku-asa yang bukan penguasa politik.20Alkitab CEV punya istilah menarik: "Orang-orang terkenal" dunia. Kata Yunani yang diterjemahkan "perwira-perwira" adalah bentuk jamak untuk "komandan seribu pasukan." Terjemahan Peterson adalah "jenderal-jenderal."21
Istilah "orang-orang kaya" tak perlu dijelaskan. "Orang-orang berkuasa" tidak mengacu kepada kekuatan fisik, tetapi kepada mereka yang menggunakan pengaruhnya yang kuat di negeri itu. Di Amerika, misalnya, ini akan mencakup para penghibur terkenal dan tokoh-tokoh olahraga.22Demikianlah Yohanes mengacukan para pemimpin politik, para pemimpin militer, dan para pemimpin sosial. D. T. Niles berkata, … kedudukan itu tidak berguna. Tidak ada keamanan bahkan untuk raja-raja di bumi. Kekayaan orang kaya tidak memberikan keamanan, kekuasaan orang kuat tidak memberi kedamaian.… Semua dasar kehidupan hancur, dan manusia menyembunyikan diri karena takut.… Karena semua penyamaran mereka terungkap dan semua pencapaian hidup mereka lenyap, mereka takut berdiri di hadapan Allah.23
"Semua budak serta orang merdeka" ditulis di akhir daftar itu. "Orang merdeka" adalah bekas budak yang telah memperoleh kebebasannya, namun yang masih hampir susah payah untuk hidup. Budak dan orang merdeka berada di anak tangga bawah dalam tangga sosial di zaman itu, dan biasanya anggota dari lima kelompok lainnya punya sedikit atau tidak punya hubungan dengan mereka. Namun begitu, di hadapan murka Allah, perbedaan sosial dilupakan. Allah tidak "pilih kasih" ketika Ia mengulurkan kasih karunia-Nya; Ia juga tidak menunjukkan pilih kasih ketika Ia mencurahkan murka-Nya. (Lihat Kisah 10:34; Roma 2:9-11.)
Ketika orang besar dan orang kecil ketakutan, mereka berusaha bersembunyi. Takut akan Tuhan sudah selalu menyebabkan orang berusaha menyembunyikan diri. Adam dan Hawa berusaha bersembunyi dari Allah (Kejadian 3:8). Ketika nabi Yunus tidak taat kepada Tuhan, ia mencoba melarikan diri dari hadirat Allah (Yunus 1:3). Seperti yang masing-masing alami, bersembunyi dari Allah adalah kemustahilan (Mazmur 139:7-12). Tetap saja, orang bersalah tetap bersikeras untuk bersembunyi. Mereka yang dicantumkan oleh Yohanes "bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: 'Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu'" (ay. 15, 16).24
"Apa yang paling ditakuti oleh orang-orang berdosa bukanlah kematian, tetapi Kehadiran Allah yang dinyatakan."25Dalam kebodohan mereka, orang-orang yang bersembunyi itu tidak menyadari bahwa kematian akan mendorong mereka lebih cepat masuk ke dalam hadirat ilahi(20:12)!
Satu kalimat di ayat 16 berseru minta ulasan: "Sembunyikanlah kami …terhadap murka Anak Domba itu."26Murka Anak Domba? Jika Anda harus memilih seekor hewan untuk sebuah poster yang mendorong sikap non-agresi, anak domba akan menjadi pilihan ideal. Siapakah yang bisa membayangkan seekor anak domba yang manis, suka bermain dengan sengaja menyakiti siapa saja atau apa saja? Misalkan Anda berjalan di pedesaan dan Anda mendapatkan seorang laki-laki meringkuk sangat ketakutan di balik batu besar. "Ada apa?" Anda bertanya. Dengan suara gemetar, ia menjawab, "Seekor anak domba mengejar saya!" Orang Australia akan mengatakan bahwa orang itu "kerupuk."27Jika Anda membaca surat kabar dan berita utamanya berbunyi, "Satu Orang Dirawat Setelah Diserang Seekor Anak Domba," Anda mungkin akan memeriksa apakah tanggal di surat kabar itu 1 April atau bukan.28
Jadi, ada sesuatu yang mengerikan tentang ungkapan "murka Anak Domba."29
Menghadapi seekor anak domba yang marah terhadap kita akan sama tak terduganya seperti diserang oleh hewan peliharaan kesayangan atau seorang anak yang penuh kasih menyerang kita. Keanehan itu menekankan besarnya dosa mereka yang berusaha menyembunyikan diri dari Allah. Betapa mengerikan dosa itu sehingga bahkan akan membuat seekor anak domba menjadi murka!
Seraya kita melihat alam semesta yang hancur dan keputusasaan orang-orang tak percaya, kita punya jawaban Tuhan bagi seruan para martir, ""Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah …"(6:10)? Tuhan akan memberi para penganiaya mereka itu waktu yang cukup lama untuk bertobat, cukup lama untuk mengubah cara hidup mereka. Namun begitu, pada akhirnya Ia akan menghakimi; akhirnya Ia akan membalas dendam. Pada akhirnya, Allah akan menjadi "api yang menghanguskan" (Ibrani 12:29)!
HARI ITU DIBAHAS (Wahyu 6:17) Pertanyaan Yang Agak Penting: Kapan?
Seraya pelajaran kita berlanjut, saya mendengar meningkatnya suara keributan yang ngotot ingin tahu "Apakah ini pembicaraan tentang Allah menghancurkan 16:19). Takhta Allah adalah juga takhta Anak Domba (22:3); apa yang satu Pihak lakukan, Pihak lainnya dikatakan melakukan juga. Seringkali di dalam kitab Wahyu, Yesus digambarkan sebagai menghukum orang fasik (2:16, 22, 23; 17:14; 19:11-21). Saya menyimpulkan bahwa ungkapan "murka Anak Domba" konsisten dengan isi lainnya kitab itu.
Kekaisaran Romawi, atau apakah itu pembicaraan tentang kehancuran alam semesta di akhir zaman?" Para komentator terpecah cukup seimbang tentang pertanyaan ini.30
Pernyataan di 6:12-17 dapat mengacu kepada penggulingan Kekaisaran Romawi oleh Allah. Di dalam acuan yang diberikan sebelumnya—ketika para nabi Perjanjian Lama berbicara tentang gempa bumi, matahari yang menjadi gelap, bulan berubah menjadi darah, dan bintang-bintang berjatuhan—para penulis itu biasanya memprediksi hukuman sementara atas bangsa-bangsa yang menentang Allah: Babel, Asyur, dan lain-lainnya. Para pembaca Yohanes diingatkan bahwa di masa lalu Allah telah menghancurkan bangsa-bangsa yang tampaknya tak terkalahkan. Allah juga tidak punya kesulitan untuk mengenyahkan Roma.
Tentu saja, kekalahan Kekaisaran Romawi akan menjadi respon yang bersifat langsung, pribadi, dan khusus terhadap seruan para martir: "Berapa lamakah lagi, … Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?" Karena pemerintah Romawi telah menumpahkan darah orang-orang Kristen, tentunya keadilan ilahi menuntut pemerintah Romawi itu dihukum. Berkaitan dengan hal ini, bacalah pasal Wahyu 17 sampai 19. Setelah gambaran penghancuran Babel Besar (yaitu, Roma31), sejumlah besar orang di sorga menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata di 19:1b, 2: "Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita, … karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, … dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu." (Huruf miring oleh saya.) Banyak orang percaya bahwa ayat-ayat ini secara langsung berhubungan dengan permintaan 6:10, dan bisa jadi mereka itu benar.32
Di sisi lain, kasus dapat dibuat bahwa 6:12-17 mengacu kepada "hari besar … murka" terakhir. Mereka yang menganut pandangan ini menawarkan bukti sebagai berikut: (1) Tidak ada nas Perjanjian Lama yang menggabungkan semua gambaran kehancuran seperti yang teks ini lakukan. (2) Aspek-aspek tertentu dari gambaran itu mengingatkan kita kepada pelbagai peristiwa yang akan terjadi pada akhir dunia. Di antaranya adalah perhimpunan seluruh umat manusia (2 Korintus 5:10) dan pengakuan universal terhadap Bapa dan Anak (Filipi 2:11). (3) Penyebutan Anak Domba membuat adegan ini unik. Nas-nas Perjanjian Lama itu tidak mencakup Kristus.
Pelajaran pengantar "Terima kasih Allah, Kami Menang!"33menguraikan tujuh bagian di dalam kitab Wahyu, setiap bagian mencakup keseluruhan dispensasi Kristen "dari kedatangan pertama Kristus sampai yang kedua."34Adegan di 6:12-17 pastinya akan cocok dengan gambaran Kedatangan Kedua yang diberikan sebelumnya di 1:7: "Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, … dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia.…"35(Huruf miring oleh saya.) Untuk alasan ini, saya cenderung kepada pandangan bahwa 6:12-17 mengacu kepada hari murka terakhir.36
Tetap saja, saya tidak bisa melihat bahwa hal itu membuat banyak perbedaan. Jika nas itu pada prinsipnya mengacu kepada kehancuran Kekaisaran Romawi, maka nas itu menggambarkan lebih dulu hari besar terakhir dan merupakan peringatan kepada siapa saja yang akan mencoba menentang Allah. Jika nas itu berbicara tentang hari besar terakhir, maka nas itu mengajarkan bahwa siapa saja yang menentang Tuhan—termasuk Kekaisaran Romawi—pada akhirnya akan merasakan murka-Nya.
Pertanyaan tentang apakah bagian ini berbicara mengenai hukuman sementara atau kekal adalah relatif tidak penting. Penekanan nas ini adalah bahwa hari besar murka akan datang. Ada hari murka untuk Babel, ada hari murka untuk Asyur, ada hari murka untuk Roma, dan akan ada hari murka untuk semua makhluk hidup sekarang ini yang mengabaikan tawaran kasih Allah (Roma 2:5; Efesus 5:6)!
Jika kita mau membuat makna apa saja dari kehidupan, kita harus melihat grand finale ini. Sejarah manusia bukanlah siklus tanpa akhir, yang selalu terulang tanpa makna. Sebaliknya, sejarah adalah "perjalanan dengan tujuan yang pasti."37Setiap hari yang berlalu, kita lebih dekat kepada akhir dunia—kepada keabadian, kepada sorga dan neraka! Nas-nas seperti Wahyu 6:12-17 menyatakan bahwa kemenangan orang fasik hanya sebentar38dan penghakiman adalah pasti.39Allah bisa saja menunda murka-Nya untuk sementara waktu untuk tujuan-Nya sendiri, namun hari murka akan datang—dan setiap individu perlu bersiap-siap untuk itu!
Pertanyaan Yang Lebih Penting: Siapa? (ay. 17)
Pertanyaan yang penting adalah yang ditemukan di ayat 17: "Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?" (Huruf miring oleh saya.) Kita melihat beberapa perbedaan antara mereka yang digambarkan di ayat 9 sampai 11 dengan mereka yang di ayat 15 sampai 17. Salah satu perbedaannya adalah bahwa (pada dasarnya) para martir itu berseru, "Balaskanlah dendam kami!" sementara orang-orang yang tidak siap berseru, "Sembunyikan kami!" Perbedaan lain adalah bahwa yang memisahkan manusia dari Allah bukan penderitaan tetapi dosa. Perbedaan yang mungkin paling menyolok adalah pertanyaan yang setiap kelompok tanyakan: para martir ingin mengetahui "Berapa lamakah lagi?" sementara mereka yang takut berseru "Siapakah yang dapat bertahan?"
Pertanyaan "Siapakah yang dapat bertahan?" pernah ditanyakan sebelumnya. Nahum menulis, "Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya" (Nahum 1:6). Maleakhi juga bertanya, "Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam …" (Maleakhi 3:2). Ezra menjawab pertanyaan itu ketika ia berdoa, "Ya TUHAN, Allah Israel, … Lihatlah, kami menghadap hadirat-Mu dengan kesalahan kami. Bahwasanya, dalam keadaan demikian tidak mungkin orang tahan berdiri di hadapan-Mu" (Ezra 9:15). Tidak satu orang pun yang dapat tahan di hadapan Tuhan—yaitu, tidak satu orang pun yang tidak siap.
Edward Myers berkomentar, "'Dan siapakah yang dapat bertahan?" mengungkapkan keputusasaan total mereka yang menolak injil kasih karunia Allah yang luar biasa itu. Itu merupakan tanda tanya mengandung hukuman yang merampas setiap kehidupan fasik dari arti utamanya."40
Di dalam dua pelajaran berikutnya, kita akan mempelajari pasal 7, yang berbicara tentang kepedulian Allah untuk dan mengupahi orang saleh. Di ayat 9 kita baca "suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, … berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba." (Huruf milih oleh saya.) Pada waktu para martir itu berseru, "Berapa lamakah lagi"para penganiaya bertahan, sedangkan mayat-mayat orang yang dianiaya tergeletak mati di jalan-jalan. Namun begitu, pada akhirnya, yang akan bertahan adalah umat Allah—sementara orang jahat jatuh oleh kemarahan Allah!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 6:12-17)
Beberapa tahun yang lalu, saudara Will Thompson menulis sebuah lagu yang berjudul "Hari Besar Datang." Pesannya ...
KESIMPULAN (Wahyu 6:12-17)
Beberapa tahun yang lalu, saudara Will Thompson menulis sebuah lagu yang berjudul "Hari Besar Datang." Pesannya masih menyentuh hati saya:
Ada hari besar datang, Hari besar datang, Hari besar datang segera; Ketika orang-orang kudus dan orang-orang berdosa akan dipisahkan di kanan dan di kiri, Siapkah Anda bagi datangnya hari itu? Ada hari yang cerah datang, Hari yang cerah datang, Hari yang cerah datang segera; Namun kecerahannya hanya akan datang kepada mereka yang mengasihi Tuhan, Siapkah Anda bagi kedatangan hari itu? Ada hari menyedihkan datang, Hari menyedihkan datang, Hari menyedihkan datang segera; Ketika orang berdosa akan mendengar hukumannya, "Enyahlah, Aku tidak mengenal engkau," Siapkah Anda bagi datangnya hari itu?41
Ketika Tuhan datang kembali, akankah hari itu menjadi "hari yang besar," "hari yang cerah" untuk Anda. Akankah hari itu menjadi "hari yang menyedihkan"? Siapkah Anda bagi datangnya hari itu? Jika Anda masih hidup dalam dosa, maka Anda tidak siap. Baru-baru ini, Glen Pace membuat pernyataan ini:
Dosa akan membawa Anda lebih jauh daripada yang Anda inginkan. Dosa akan membuat Anda tinggal lebih lama daripada yang Anda inginkan. Dosa akan meminta biaya yang lebih mahal daripada yang Anda inginkan. Dosa akan melukai Anda melampaui apa yang Anda bisa bayangkan.42
Ketika orang mencoba bersembunyi dari murka Allah, batu-batu dari dunia ini sangat tidak memadai. Satu-satunya perlindungan dari murka Allah adalah Batu Zaman, Yesus Kristus.43Yaitu "Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang" (1 Tesalonika 1:10). Sudahkah Anda memberikan hidup Anda kepada Dia? Sudahkah Anda menyerahkan kehendak Anda kepada Dia? Jika belum, percayalah kepada dan taatilah Dia—sekarang juga!44
Pertanyaan Untuk Tinjauan & Diskusi
- 1. Ketika Anda membaca Wahyu 6:12-17, kata atau kata-kata apakah yang terlintas di pikiran Anda? Kesan utama apakah yang penglihatan itu tinggalkan untuk Anda?
- 2. Apakah nas ini memberi kita gambaran literal yang rinci tentang bagaimana dunia akan berakhir? Hal apakah yang akan membuat orang berpikir bahwa tidak setiap rincian bersifat literal?
- 3. Bacalah konteks nas-nas Perjanjian Lama yang berbicara tentang matahari menjadi gelap dan bintang-bintang berjatuhan. Bersiaplah untuk mendiskusikan apa yang diajarkan oleh nas-nas itu.
- 4. Diskusikanlah pelbagai istilah yang berbeda yang digunakan di ayat 15: "raja-raja," "pembesar-pembesar," dan seterusnya.
- 5. Sudah pernahkah manusia mampu menyembunyikan diri dari Allah? Mengapakah orang berusaha melakukan hal itu? Pernahkah Anda mencoba menyembunyikan sesuatu dalam hidup Anda dari Tuhan?
- 6. Apakah ungkapan "murka Anak Domba" mengejutkan Anda sebagai aneh? Mengapakah hal itu tidak mengejutkan penulis pelajaran ini sebagai hal yang tidak biasa?
- 7. Apakah menurut Anda teks yang sedang dibahas ini mengacu kepada kehancuran Kekaisaran Romawi atau kepada akhir dunia? Mengapa?
- 8. Bagaimanakah Wahyu 6:12-17 membantu kita memahami kehidupan?
- 9. Menurut pelajaran itu, pertanyaan penting apakah yang terdapat di dalam teks itu?
- 10. Menurut pasal berikutnya, siapakah yang akan tahan ketika Allah mencurahkan murka-Nya (7:9)?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Judul-judul lain yang memungkinkan untuk pelajaran ini mencakup "Murka Anak Domba," "Anda Tidak Bisa Bersembunyi Dari Allah!" dan "Siapakah Yang Dapat Bertahan?"
Jika Anda lebih memilih untuk meliput meterai lima dan enam dalam satu pelajaran, Anda bisa menyebut pelajaran Anda "Cara Benar & Cara Salah." Meterai lima dapat mengilustrasikan "cara benar menyikapi penganiayaan." (1) Tidak salah untuk bersikap prihatin terhadap penganiayaan. (2) Ketika penganiayaan datang, berpalinglah kepada Allah, ketimbang menjauhi Allah. (3) Jangan membalas dendam sendiri, tetapi serahkan masalah itu ke tangan Allah. Meterai enam bisa menggambarkan "cara salah dalam menyiapkan diri bagi penghakiman": (1) Tidak melakukan apa-apa sampai penghakiman datang. (2) Menganggap kedudukan Anda dalam kehidupan membuat Anda tahan terhadap murka Allah. (3) Ketika penghakiman datang, berusaha menggali lubang dan merangkak di dalamnya.
Jika Anda lebih memilih meliput pasal 6 dalam satu pelajaran, Merrill C. Tenney memiliki garis besar ini: (1) Momok Sejarah (pertama melalui meterai keempat), (2) Penderitaan Orang Kudus (meterai kelima), (3) Goncangnya Langit (meterai keenam).45
Pendekatan menarik lainnya bagi pasal 6 akan beruapa "Tujuh-Poin Khotbah Allah Tentang Kesulitan." Poin-poin utamanya yang mungkin adalah (1) Kesulitan— Anda Tidak Dapat Melarikan Diri Darinya! (meterai pertama); (2) Kesulitan Dapat Menghancurkan Hati Anda (meterai kedua); (3) Kesulitan Dapat Menghancurkan Roh Anda (meterai ketiga); (4) Kesulitan Dapat Membunuh Anda (meterai keempat); (5) Kesulitan Datang Dalam Dosis Ganda (untuk Orang Percaya) (meterai kelima); (6) Satu-satunya Kesulitan Yang Sungguh Bermakna Menimpa Orang Non-Kristen (meterai keenam); (7) Allah Membantu Anda Memikul Kesulitan Hari Ini—dan Menjanjikan Bebas Kesulitan Esok! (pasal 7). Jika pendekatan ini digunakan dengan pasal 6, Anda mungkin hanya ingin menyinggung poin ketujuh, untuk membangkitkan selera bagi pelajaran berikutnya tentang pasal 7. Ini bisa menjadi sebuah khotbah dua bagian, dengan empat poin pertama dikhotbahkan di pagi hari dan tiga poin terakhir di malam hari.
Penghakiman: Suatu Peristiwa Ilahi "[Penghakiman Allah] bukan sekedar peristiwa sementara, tetapi penyelesaian—'suatu peristiwa ilahi yang ke arah mana seluruh ciptaan bergerak.' Demikianlah sejarah dibuat dengan tujuan, sebab sejarah bergerak menuju kesimpulan besar."
The Meaning and Message Of the Book of Revelation Edward A. McDowell Matius 24 & Wahyu 6 Para komentator sering meletakkan Matius 24 berdampingan dengan Wahyu 6, dan melihat bahwa Matius 24 juga mengacukan "deru perang dan kabar-kabar tentang perang," "kelaparan," dan penganiayaan orang Kristen (Matius 24:6, 7, 9). Tindakan ini cukup tulus—kecuali orang memulainya dengan premis yang salah bahwa tujuan utama Matius 24 (dan nas-nas paralel di Markus 13 dan Lukas 21) dan Wahyu 6 adalah untuk mengungkapkan "tanda-tanda zaman" yang memberitahu kita waktu Kedatangan Kedua sudah dekat.
Di dalam Matius 24:3 para murid menanyakan dua pertanyaan: satu tentang penghancuran Bait Allah dan satunya lagi tentang akhir dunia. Bagian pertama Matius 24 pada prinsipnya membahas penghancuran Yerusalem (perhatikan ayat 15 sampai 20), sedangkan bagian akhir pasal itu berfokus pada Kedatangan Kedua. Ayat 6, 7, dan 9 tidak mengurusi akhir dunia, tetapi kehancuran Yerusalem.1
Menafsirkan acuan Yesus terhadap perang, gempa bumi, dan kelaparan sebagai tanda-tanda yang memberitahu kita waktu Kedatangan Kedua sudah dekat adalah membuat Dia menentang diriNya sendiri. Di dalam pasal yang sama, ketika Ia berbicara tentang Kedatangan Kedua, Ia berkata, "Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri" (ay. 36; huruf miring oleh saya). Ia juga mengatakan bahwa "Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga" (ay. 44b; huruf miring oleh saya).
Yesus menekankan bahwa kehidupan akan berjalan seperti biasa ketika Ia datang (ay. 37-41). "Deru perang dan kabar-kabar tentang perang," kelaparan, gempa bumi, penganiayaan, dan guru-guru palsu bukanlah tanda-tanda bahwa kedatangan-Nya sudah di depan mata. Sebaliknya, semua itu adalah bagian dari kehidupan—akibat masuknya dosa ke dalam dunia.
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Untuk ilustrasi Alkitab bagi kebenaran ini, lihat pelajaran "When God's Patience Runs Out," dimulai pada halaman 11...
Catatan Akhir:
- 1 Untuk ilustrasi Alkitab bagi kebenaran ini, lihat pelajaran "When God's Patience Runs Out," dimulai pada halaman 11 dalam edisi "Elijah, 2" dari Truth for Today (September 1993).
- 2 Kain kabung adalah kain kasar yang digunakan terutama untuk membuat karung, tetapi juga dijadikan pakaian yang dikenakan pada saat berkabung. Kain kabung khusus ini jelas terbuat dari rambut kambing hitam.
- 3 Beberapa orang mengira jatuhnya bintang-bintang sebagai acuan kepada jatuhnya tokoh-tokoh penting. Kadang-kadang, di dalam Perjanjian Lama, orang-orang besar disebut sebagai bintang. Namun Begitu, di Wahyu 6 gambaran tentang bintang-bintang yang berjatuhan itu hanyalah bagian dari gambaran keseluruhan dan kemungkinan besar tidak memiliki arti di luar itu.
- 4 Pohon ara ini "tumbuh selama musim dingin, namun tidak menjadi masak, tetapi jatuh di musim semi" (Homer Hailey, Revelation [Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979], 198). Ketika membahas ini, ilustrasikanlah hal ini dengan apa saja yang jatuh dari pohon di tempat Anda tinggal ketika angin bertiup keras. Cabang-cabang mati dan daun cemara berjatuhan di halaman rumah saya ketika angin bertiup keras.
- 5 Karena gulungan ini dalam posisi digulung, maka itu harus direntangkan dan dipegang agar tetap terbuka. Jika naskah yang kering, rapuh itu sobek ketika sedang dibuka, ujungnya akan menggulung balik. Jadi langit digambarkan pecah berantakan dan menggulung balik. Dalam terjemahannya, Eugene H. Peterson menggunakan kiasan yang lebih dikenal baik oleh sebagian besar pembaca: "Langit menutup tiba-tiba seperti buku" (The Message: New Testament With Psalms and Proverbs [Colorado Springs, Colo.: NavPress Publishing Group, 1995], 618). Anda mungkin ingin menggunakan ini sebagai ilustrasi visual dengan menutup buku secara tiba-tiba.
- 6 Gunung-gunung dan pulau-pulau terjalin erat; sebuah pulau pada dasarnya adalah sebuah gunung yang mencuat keluar dari laut. Dalam konteks ini, istilah "pulau" kemungkinan besar digunakan untuk menekankan bahwa tidak ada bagian bumi yang akan luput dari gempa; pulau itu dianggap sebagai tempat paling jauh di bumi.
- 7 Billy Graham, Approaching Hoofbeats: The Four Horsemen of the Apocalypse (New York: Avon Books, 1985), 241.
- 8 Dengan kata lain, sebagian orang berpikir bahwa hal ini mengacu kepada hukuman atas Kekaisaran Romawi.
- 9 Selama periode enam tahun, istri saya dan saya harus mengganti kaca jendela, pintu gerbang, bagian luar lainnya yang berbahan pecah belah, dan dua atap.
- 10 Kapan saja Anda mendengar seseorang memprediksi waktu tepat kedatangan Kristus, Anda dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang nabi palsu (Matius 24:36-44).
- 11 Karena kita sekarang tahu bahwa segala sesuatu terdiri dari atom yang bergerak dan bahwa atom-atom itu dapat dibuat terbang terpisah, maka bahasa Wahyu 6:12-14 tidak lagi terdengar hampir aneh seperti sebelumnya.
- 12 Lihat Yeremia 4:24; Yoel 2:10; Amos 8:8; Hagai 2:6.
- 13 Lihat Yesaya 13:10; 50:3; Yehezkiel 32:7; Amos 8:9.
- 14 Lihat Nahum 1:5.
- 15 Lihat Yehezkiel 26:15, 18; KJV.
- 16 Kalimat ini disadur dari William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 15.
- 17 John Wick Bowman, The First Christian Drama: The Book of Revelation (Philadelphia: Westminster Press, 1955), 53.
- 18 Gagasan mencoba bersembunyi dari Allah di pegunungan dan gua-gua digunakan di Hosea 10:8 dan Yesaya 2:19. Yesus menggunakan gambaran itu ketika Ia berbicara tentang kesulitan yang akan menimpa Yerusalem (Lukas 23:30).
- 19 Tujuh adalah angka yang menunjukkan kelengkapan.
- 20 Bahasa asli Yunaninya memiliki kata majemuk yang secara harfiah berarti "orang besar" atau "orang-orang besar." Istilah yang sama ditemukan di 18:23, di mana kata itu mengacu para pengusaha penting. Beberapa terjemahan menerjemahkan kata itu sebagai "pangeran."
- 21 Peterson, 618.
- 22 Berikanlah ilustrasi tentang orang-orang yang punya pengaruh besar di tempat Anda tinggal.
- 23 D. T. Niles, As Seeing the Invisible: A Study of the Book of Revelation (New York: Harper & Brothers, Publishers, 1961), 60-61.
- 24 Jika Anda pernah menyaksikan hewan yang ketakutan mencoba bersembunyi, Anda bisa menggunakan ini untuk mengilustrasikan tindakan tak masuk akal orang-orang ini. Satu contoh yang terlintas di pikiran saya adalah suatu kesempatan ketika kucing kami sangat ketakutan oleh anak anjing baru milik anak perempuan kami Debbie, yang sangat besar dan sangat berisik.
- 25 Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 94.
- 26 Beberapa komentator merasa tidak nyaman dengan kalimat "murka Anak Domba"; mereka ingin menunjukkan bahwa, di dalam nas ini, ungkapan itu digunakan oleh orang-orang yang tidak percaya, bukan oleh orang-orang yang percaya. Namun, kalimat "murka Allah" memadati kitab Wahyu (14:10, 19; 15:1, 7; 16:1; 19:15, lihat juga 11:18;
- 27 "Kerupuk" adalah ungkapan orang Australia yang artinya "gila."
- 28 Di Amerika Serikat, 1 April disebut "Hari April Mop," hari di mana lelucon-lelucon praktis dimainkan. Surat kabar sudah dikenal suka memuat artikel-artikel fiksi fantastis dalam edisi 1 April, dan mengakhiri artikel-artikel itu dengan kata-kata "April mop!"
- 29 Beberapa cerita horor modern memiliki tokoh jahat yang tak terduga: sebuah boneka, seorang bayi, atau sejenisnya. Sifat polos yang biasa dimiliki oleh tokoh-tokoh jahat inilah yang membuat sikap agresif mereka di dalam cerita-cerita itu menjadi jauh lebih menakutkan.
- 30 Pernyataan ini tidak mencakup para komentator premilenial. Mereka memiliki penafsiran yang berbelit-belit atas nas ini karena keyakinan mereka bahwa pasal 4 sampai 19 pada prinsipnya berbicara tentang periode khayalan tentang "Kesengsaraan" selama tujuh tahun di bumi.
- 31 Sebagian besar setuju bahwa pelacur itu, Babel Besar, adalah Roma. Babel Besar adalah "kota besar, yang memerintah atas raja-raja bumi" (17:18), sebuah kota yang berada di atas "tujuh gunung" (17:9). Roma masih berada di atas tujuh bukit.
- 32 Argumentasi lain juga digunakan oleh mereka yang percaya bahwa teks kita secara khusus dan eksklusif mengacu kepada penghancuran Kekaisaran Romawi. Salah satu argumentasinya adalah bahwa "ini tidak bisa mengacu kepada kehancuran alam semesta di akhir zaman, karena hal itu akan terjadi dalam 'sekejap mata' (1 Korintus 15:52)." Karena ini bersifat simbolis dan apa pun bisa terjadi dalam sebuah simbol, maka argumentasi ini tampaknya tidak cukup berbobot. Yang cukup menarik, argumentasi lainnya adalah bahwa "bahasanya bersifat simbolis, bukan literal, dan karena itu tidak bisa mengacu kepada kehancuran alam semesta." Argumentasi itu adalah pedang bermata dua yang memotong kedua arah. Nas itu ini adalah simbolik tentang hukuman sementara atau hukuman akhir; fakta bahwa nas itu bersifat simbolik tidak menghilangkan salah satu kemungkinan itu.
- 33 Lihat halaman 69 sampai 79 di dalam edisi "Wahyu, 1" dari Truth for Today.
- 34 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 25.
- 35 Lihat catatan tentang 1:7 di halaman 90 di dalam edisi "Wahyu, 1" dari Truth for Today.
- 36 Lihat catatan kaki 23 di halaman 31 di dalam edisi "Acts, 1" dari Truth for Today (May 1995).
- 37 Owen L. Crouch, Expository Preaching and Teaching: Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1985), 123.
- 38 Lihat Mazmur 94:1-7, 21-23.
- 39 Ibrani 9:27.
- 40 Edward P. Myers, After These Things I Saw: A Study of Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1997), 160.
- 41 Will L. Thompson, "There's a Great Day Coming," Songs of the Church, ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 42 Saudara Pace berbicara di gereja Kristus Judsonia pada Rabu malam, 10 Agustus 1997.
- 43 Lihat 1 Korintus 10:4; lihat juga Roma 9:33; 1 Petrus 2:8.
- 44 Jika pelajaran ini disajikan sebagai sebuah khotbah, gunakanlah nas-nas seperti Markus 16:16; Kisah 2:38; 22:16; Galatia 3:26, 27. Juga, jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, Anda mungkin ingin memasukkan Ibrani 12:25-29 dalam kesimpulannya. Nas itu membedakan hal-hal yang bisa digoncang (bumi ini) dengan hal-hal yang tidak dapat digoncang (seperti Kerajaan/gereja). Tekankanlah bahwa para pendengar Anda perlu menjadi warga negara di Kerajaan Allah (dengan kata lain, anggota gereja).
- 45 Merrill C. Tenney, Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 33-35.
- 1 Saya akan bahas Matius 24 dengan lebih lengkap dalam pelajaran mendatang tentang kehidupan Kristus. Antara lain, saya akan catat bahwa Yesus sebenarnya mengatakan bahwa "deru perang dan kabar-kabar tentang perang" dan sejenisnya adalah bukan tanda-tanda sama sekali.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi