Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ef 4:30
Full Life: Ef 4:30 - MENDUKAKAN ROH KUDUS.
Nas : Ef 4:30
Roh Kudus yang tinggal di dalam diri orang percaya (Rom 8:9;
1Kor 6:19), adalah Oknum yang dapat mengalami duka atau kesedihan yang
m...
Nas : Ef 4:30
Roh Kudus yang tinggal di dalam diri orang percaya (Rom 8:9; 1Kor 6:19), adalah Oknum yang dapat mengalami duka atau kesedihan yang mendalam sebagaimana halnya Yesus ketika Dia menangisi Yerusalem atau bersedih pada peristiwa lainnya (Mat 23:37; Mr 3:5; Luk 19:41; Yoh 11:35).
- 1) Orang percaya mendukakan Roh Kudus apabila mereka mengabaikan kehadiran, suara, atau pimpinan-Nya (Rom 8:5-17; Gal 5:16-25; 6:7-9).
- 2) Mendukakan Roh Kudus membawa kepada penolakan Roh Kudus
(Kis 7:51); yang seterusnya menghasilkan pemadaman api Roh
(1Tes 5:19), dan akhirnya menghina Roh kasih karunia
(Ibr 10:29). Tindakan terakhir ini dapat dihubungkan dengan hal
menghujat Roh, sesuatu yang tidak bisa diampuni
(lihat cat. --> Mat 12:31).
[atau ref. Mat 12:31]
Jerusalem -> Ef 4:30
Jerusalem: Ef 4:30 - mendukakan Roh Kudus Roh Kudus yang merupakan ikatan tunggal dari Tubuh Kristus yang tunggal, Efe 4:4; 1Ko 12:13, "didukakan" oleh segala sesuatunya yang merusakkan persat...
Ende -> Ef 4:30
Ende: Ef 4:30 - Untuk hari penebusan Hari itu ialah hari kiamat. "Penebusan" disini
berarti: penebusan genap. Penebusan barulah genap ketika kita masuk kemuliaan
abadi, dan "tubuh" djuga...
Hari itu ialah hari kiamat. "Penebusan" disini berarti: penebusan genap. Penebusan barulah genap ketika kita masuk kemuliaan abadi, dan "tubuh" djuga dibebaskan dari akibat-akibat dosa dan turut dimuliakan.
Batjalah 1Te 4:13-18 dan 1Ko 15.
Ref. Silang FULL -> Ef 4:30
Ref. Silang FULL: Ef 4:30 - Kudus Allah // telah memeteraikan // hari penyelamatan · Kudus Allah: Yes 63:10; 1Tes 5:19
· telah memeteraikan: 2Kor 1:22; 5:5; Ef 1:13
· hari penyelamatan: Rom 8:23
· Kudus Allah: Yes 63:10; 1Tes 5:19
· telah memeteraikan: 2Kor 1:22; 5:5; Ef 1:13
· hari penyelamatan: Rom 8:23
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ef 4:17-32
Matthew Henry: Ef 4:17-32 - Nasihat Supaya Hidup Murni dan Kudus; Peringatan-peringatan terhadap Dosa dan Supaya Jangan Mendukak Nasihat Supaya Hidup Murni dan Kudus; Peringatan-peringatan terhadap Dosa dan Supaya Jangan Mendukakan Roh Kudus (4:17-32)
Setelah menyampaikan nas...
Nasihat Supaya Hidup Murni dan Kudus; Peringatan-peringatan terhadap Dosa dan Supaya Jangan Mendukakan Roh Kudus (4:17-32)
- Setelah menyampaikan nasihatnya dalam ayat-ayat sebelumnya supaya jemaat saling mengasihi, bersatu, dan rukun, dalam ayat-ayat ini Rasul Paulus memberikan sebuah nasihat supaya hati dan hidup orang Kristen murni dan kudus. Kemurnian dan kekudusan ini dibicarakan secara lebih umum dalam ayat 17-24, dan dalam beberapa contoh khusus dalam ayat 25-32. Nasihat ini didahului dengan penuh kesungguhan: “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan. Maksudnya, menimbang masalah yang dijelaskan di atas, melihat kamu sebagai anggota-anggota tubuh Kristus dan ikut ambil bagian dalam pemberian-pemberian-Nya, hal ini aku tekankan pada hati nuranimu, dan aku tegaskan sebagai kewajibanmu di dalam nama Tuhan, berdasarkan wewenangku yang berasal dari-Nya.” Pikirkanlah,
- I. Nasihat yang lebih umum mengenai kemurnian dan kekudusan hati dan hidup.
- 1. Nasihat itu dimulai seperti ini, “Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah – bahwa untuk waktu ke depan, kamu jangan lagi hidup dan bertingkah laku seperti orang-orang kafir yang tidak insaf dan tidak bertobat, yang sepenuhnya dipimpin oleh pikiran yang memikirkan perkara yang sia-sia, yaitu berhala-berhala dan harta duniawi mereka, hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat bagi jiwa mereka, dan yang akan mengecewakan harapan-harapan mereka.” Bangsa-bangsa bukan Yahudi yang sudah bertobat tidak boleh hidup seperti bangsa-bangsa bukan Yahudi yang belum bertobat. Meskipun hidup di antara mereka, bangsa-bangsa bukan Yahudi yang sudah bertobat tidak boleh hidup seperti mereka. Di sini,
- (1) Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk menggambarkan kefasikan dunia kafir, yang darinya orang-orang Kristen yang diperbaharui direbut seperti kayu dari api yang membakar.
- [1] Pengertian mereka gelap (ay. 18). Mereka tidak mempunyai pengetahuan yang menyelamatkan. Bahkan, mereka tidak tahu banyak hal tentang Allah yang bisa saja mereka ketahui melalui terang alam. Mereka berdiam dalam kegelapan, dan mereka menyukainya daripada terang. Dan karena kebodohan, mereka jauh dari hidup persekutuan dengan Allah. Mereka terasing dari hidup kudus, dan tidak suka serta benci terhadapnya. Padahal hidup kudus bukan saja merupakan cara hidup yang dituntut Allah dan yang membuat-Nya berkenan, yang melaluinya kita hidup untuk Dia, tetapi juga hidup yang menyerupai Allah sendiri, dalam kemurnian-Nya, kebajikan-Nya, kebenaran-Nya, dan kebaikan-Nya. Sikap mereka yang masa bodoh merupakan penyebab dari keterasingan mereka dari persekutuan dengan Allah ini, di mana persekutuan ini dimulai di dalam terang dan pengetahuan. Sikap yang cenderung tidak mau tahu dan masa bodoh itu merusak hidup beragama dan kesalehan. Dan apa yang menyebabkan mereka bersikap masa bodoh seperti itu? Itu karena kedegilan atau kekerasan hati mereka. Bukan karena Allah tidak menyatakan diri-Nya kepada mereka melalui karya-karya-Nya, melainkan karena mereka tidak mau menerima pancaran-pancaran terang ilahi yang memberi pengajaran. Mereka tidak tahu karena tidak mau tahu. Ketidaktahuan mereka timbul dari kedegilan dan kekerasan hati mereka, karena mereka menolak terang dan semua sarana pencerahan dan pengetahuan.
- [2] Hati nurani mereka bejat dan kering: Perasaan mereka telah tumpul (ay. 19). Mereka tidak merasa berdosa, tidak juga sadar akan kesengsaraan dan bahaya yang akan menimpa karena dosa mereka. Sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu. Mereka terlena dalam hawa nafsu yang kotor. Dan, dengan menyerahkan diri pada kuasa hawa nafsu ini, mereka menjadi budak dan hamba dari dosa dan Iblis, mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk mengerjakan segala macam kecemaran, bahkan dosa-dosa yang paling tidak wajar dan mencengangkan, dan itu dilakukan dengan nafsu yang tak terpuaskan. Perhatikanlah, apabila hati nurani sudah kering kerontang, maka dosa dilakukan tanpa mengenal lagi batas-batas. Apabila mereka memancangkan hati untuk memuaskan hawa nafsu, apa lagi yang dapat diharapkan selain kecemaran dan percabulan yang paling najis, dan bahwa perbuatan mereka yang menjijikkan itu akan bertumpuk? Ini merupakan ciri-ciri bangsa-bangsa bukan Yahudi. Akan tetapi,
- (2) Orang-orang Kristen ini harus membedakan diri dari bangsa-bangsa bukan Yahudi yang seperti itu: Bukan itu yang kamu pelajari dari Kristus (ay. 20, KJV). Ayat itu bisa juga dibaca demikian, tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Orang yang sudah belajar mengenal Kristus diselamatkan dari kegelapan dan kenajisan yang melingkupi orang lain. Dan, seiring bertambahnya pengenalan mereka, mereka wajib untuk hidup lebih baik daripada orang lain. Ini merupakan alasan yang baik untuk menentang dosa, bahwa bukan itu yang kita pelajari dari Kristus. Pelajarilah Kristus! Adakah Kristus itu sebuah buku, pelajaran, cara, atau keahlian? Yang dimaksudkan di sini adalah, “Bukan itu yang kamu pelajari dari Kekristenan, yaitu ajaran-ajaran Kristus dan pedoman-pedoman hidup yang ditetapkan oleh-Nya, yaitu tidak berbuat seperti apa yang diperbuat oleh orang lain. Seperti itulah adanya, atau karena, kamu telah mendengar tentang Dia (ay. 21), telah mendengar ajaran-Nya yang diberitakan oleh kami, dan menerima pengajaran di dalam Dia, di dalam batin dan dengan berhasil, oleh Roh-Nya.” Kristus adalah pelajaran. Kita harus mempelajari Kristus. Dan Kristus adalah Guru. Kita diajar oleh-Nya. Menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus. Ini bisa dipahami dengan dua cara: entah “Kamu sudah diajarkan kebenaran yang sesungguhnya, sebagaimana yang dipegang oleh Kristus sendiri, baik dalam ajaran-Nya maupun dalam hidup-Nya.” Atau seperti ini, “Kebenaran sudah menanamkan kesan yang sedemikian rupa dalam hatimu, menurut ukuranmu, sebagaimana demikian dalam hati Yesus.” Kebenaran Kristus tampil dalam keindahan dan kuasanya, apabila ia tampil sebagaimana di dalam Yesus.
- 2. Bagian lain dari nasihat umum itu tampak dalam kata-kata selanjutnya, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, dst. (ay. 22-24). “Ini adalah bagian besar dari ajaran yang sudah diajarkan kepada kamu, dan yang sudah kamu pelajari.” Di sini Rasul Paulus berbicara dalam bahasa kiasan tentang pakaian. Kaidah-kaidah, kebiasaan-kebiasaan, dan kecenderungan-kecenderungan jiwa harus diubah, sebelum bisa terjadi perubahan hidup yang menyelamatkan. Harus ada pengudusan, yang terdiri atas dua hal:
- (1) Manusia lama harus ditanggalkan. Sifat yang bobrok disebut manusia, karena, seperti tubuh manusia, sifat itu terdiri atas bagian-bagian yang beragam, yang saling mendukung dan menguatkan. Dari manusia lamalah, Adam yang lama, kita mendapatkan sifat itu. Sifat itu merasuk ke dalam tulang-tulang, dan kita membawanya bersama kita ke dalam dunia. Sifat itu halus seperti manusia lama, tetapi dalam diri semua orang kudus kepunyaan Allah, sifat itu melemah dan layu seperti manusia lama, siap untuk mati. Sifat itu dikatakan bobrok. Sebab dosa di dalam jiwa merusakkan kemampuannya untuk berpikir dan merasa. Dan, apabila tidak dimatikan, dosa itu bertambah buruk setiap hari, dan dengan demikian akan menghancurkan. Oleh nafsunya yang menyesatkan. Segala kecenderungan dan keinginan yang berdosa adalah nafsu yang menyesatkan. Nafsu-nafsu itu menjanjikan kebahagiaan kepada manusia, tetapi justru membuatnya semakin sengsara, dan jika tidak ditundukkan dan dimatikan akan mengkhianati mereka dengan membawa mereka pada kebinasaan. Oleh sebab itu, semuanya ini harus ditanggalkan seperti pakaian lama yang sudah malu kita pakai. Itu semua harus ditundukkan dan dimatikan. Nafsu-nafsu ini menang melawan mereka dalam kehidupan mereka yang dahulu, yaitu selagi mereka belum diperbaharui dan hidup dalam keadaan tidak mengenal Allah.
- (2) Manusia baru harus dikenakan. Menyingkirkan kaidah-kaidah yang bobrok saja tidak cukup, kita juga harus dihidupkan oleh kaidah-kaidah yang penuh rahmat. Kita harus memeluk kaidah-kaidah itu, menerapkannya, dan menuliskannya dalam hati kita. Berhenti melakukan kejahatan saja tidak cukup, kita juga harus belajar berbuat baik. “Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu (ay. 23). Maksudnya, gunakanlah sarana yang tepat dan sudah ditetapkan supaya pikiranmu, yang adalah roh, makin lama makin diperbaharui.” Dan supaya kamu mengenakan manusia baru (ay. 24). Yang dimaksudkan dengan manusia baru adalah sifat baru, makhluk baru, yang dihidupkan oleh sebuah kaidah baru, yaitu anugerah yang memperbaharui, yang memampukan manusia untuk menjalani hidup baru, hidup dalam kebajikan dan kekudusan yang dituntut oleh kekristenan. Manusia baru ini diciptakan, atau dihasilkan dari kekacauan dan kehampaan, oleh kekuatan Allah yang mahakuasa, yang karya-Nya sungguh unggul dan indah. Menurut kehendak Allah, dengan meniru Dia, dan dengan mengikuti contoh dan teladan yang agung itu. Hilangnya citra Allah pada jiwa merupakan keberdosaan dan kesengsaraan manusia dalam keadaannya yang jatuh. Dan keserupaan yang dimiliki jiwa dengan Allah adalah keindahan, kemuliaan, dan kebahagiaan makhluk baru. Di dalam kebenaran, dalam hubungan dengan sesama manusia, yang mencakup semua kewajiban yang terdapat dalam loh batu kedua. Dan dalam kekudusan, dalam hubungan dengan Allah, yang menandakan ketaatan tulus terhadap perintah-perintah yang terdapat dalam loh batu pertama. Kekudusan yang sesungguhnya, yang berlawanan dengan kekudusan orang Yahudi yang bersifat lahiriah dan keupacaraan. Dikatakan bahwa kita harus mengenakan manusia baru ini ketika, dalam menggunakan semua sarana yang sudah ditentukan Allah, kita berusaha mencontoh sifat ilahi ini, makhluk baru ini. Inilah nasihat umum mengenai kemurnian dan kekudusan hati dan hidup.
- II. Rasul Paulus melanjutkan ke beberapa hal yang lebih khusus. Karena hal-hal yang umum biasanya tidak begitu berdampak, kita diberi tahu bagian-bagian tertentu yang mana dari manusia lama yang harus dimatikan, kain kotor dari sifat lama yang harus ditanggalkan itu, dan perhiasan-perhiasan khas apa dari manusia baru yang dengannya kita harus menghiasi pengakuan iman Kristen kita.
- 1. Waspadalah terhadap dusta, dan selalu berusahalah berkata benar (ay. 25): “Karena itu, karena kamu sudah tahu betul kewajibanmu, dan diwajibkan untuk melaksanakannya, biarlah tampak dalam perilakumu di masa depan, bahwa ada perubahan yang besar dan nyata yang dikerjakan dalam dirimu, khususnya dengan membuang dusta.” Bangsa-bangsa kafir sangat bersalah atas dosa ini, dengan menegaskan bahwa dusta yang bermanfaat itu lebih baik daripada kebenaran yang menyakitkan. Dan karena itu, Rasul Paulus menasihati mereka untuk berhenti berdusta, berhenti melakukan apa saja yang bertentangan dengan kebenaran. Ini adalah bagian dari manusia lama yang harus ditanggalkan. Dan bagian dari manusia baru yang harus dikenakan yang berlawanan dengannya adalah berkata benar dalam semua percakapan kita dengan orang lain. Merupakan ciri-ciri umat Allah bahwa mereka adalah anak-anak yang tidak mau berdusta, yang tidak berani berdusta, yang membenci dan tidak menyukai dusta. Semua orang yang beroleh anugerah berkata benar dengan kesadaran hati nurani, tidak mau sengaja berdusta demi mendapatkan keuntungan besar bagi diri mereka sendiri. Alasan yang diberikan di sini untuk berkata jujur adalah, karena kita adalah sesama anggota. Kebenaran adalah utang yang harus kita bayar satu terhadap yang lain. Dan, jika kita saling mengasihi, kita tidak akan menipu atau berbohong satu terhadap yang lain. Kita termasuk dalam satu perkumpulan atau tubuh, dan kepalsuan atau dusta cenderung mencerai-beraikannya. Oleh karena itu, kita harus menghindarinya dan berkata benar. Amatilah, berdusta adalah dosa yang sangat besar, suatu pelanggaran khusus terhadap kewajiban-kewajiban yang mengikat orang-orang Kristen, dan sangat melukai serta merugikan perkumpulan Kristen.
- 2. “Waspadalah terhadap kemarahan dan amarah yang tak terkendali. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa” (ay. 26). Ini dipinjam dari terjemahan Septuaginta (Perjanjian Lama terjemahan bahasa Yunani – pen.) dari 5, di mana kita mengartikannya, biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa. Di sini diberikan kelonggaran yang mudah, sebab seperti itulah kita harus memandangnya, bukan sebagai perintah. Biarlah kamu marah. Kita cukup mudah marah, Allah tahu itu. Tetapi kita cukup kesulitan untuk tidak melanggar batasan ini, tetapi jangan berbuat dosa. “Jika ada alasan yang bisa diterima bagimu untuk marah, usahakanlah untuk tidak berbuat dosa dalam amarahmu itu. Dan karena itu, waspadalah terhadap kemarahan yang berlebihan.” Ada orang bilang, kalau memang kita boleh marah tetapi tidak boleh berdosa, maka jangan marah terhadap apa-apa kecuali terhadap dosa. Dan kita harus lebih menginginkan kemuliaan Allah daripada kepentingan atau nama baik kita sendiri. Satu dosa besar dan umum dalam amarah adalah membiarkannya memanas menjadi kegeraman, dan membiarkan kegeraman itu mendekam di dalam hati. Oleh sebab itulah di sini kita diperingatkan terhadap amarah. “Jika kamu tersulut amarah dan jiwamu menjadi sangat resah, dan jika kamu dengan pahit hati membenci penghinaan apa saja yang sudah diberikan kepadamu, maka sebelum malam tiba, tenangkan dan diamkan jiwamu. Berdamailah dengan orang yang sudah berbuat salah terhadapmu, dan biarlah semuanya menjadi baik-baik kembali: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. Jika amarah memanas menjadi kegeraman dan kepahitan roh, oh pastikanlah engkau segera menekannya.” Amatilah, walaupun amarah dengan sendirinya tidak berdosa, namun ada bahaya yang sangat besar bahwa amarah itu akan menjadi dosa jika tidak diwaspadai dengan hati-hati dan ditekan dengan segera. Dan karena itu, walaupun bisa saja timbul dalam dada seorang bijak, amarah hanya menetap dalam dada orang bodoh. Dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis (ay. 27). Orang yang terus memendam kegeraman dan amarah yang berdosa membiarkan Iblis masuk ke dalam hati mereka, dan membiarkannya mengambil keuntungan atas diri mereka, sampai ia membawa mereka pada kebencian, rancangan-rancangan jahat, dst. “Dan janganlah beri kesempatan kepada pemfitnah atau pendakwa palsu” (begitulah sebagian orang membaca ayat itu). Maksudnya, “janganlah pasang telinga kepada para pembisik, penggunjing, dan pemfitnah.”
- 3. Di sini kita diperingatkan terhadap dosa mencuri, yaitu pelanggaran terhadap perintah kedelapan, dan dinasihati supaya bekerja dengan jujur dan beramal: Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi (ay. 28). Ini merupakan peringatan terhadap segala macam perbuatan salah, yang dilakukan dengan kekerasan ataupun penipuan. “Hendaklah kamu yang ketika masih dalam keadaan tidak mengenal Allah, bersalah atas kejahatan besar ini, tidak lagi melakukannya.” Tetapi kita tidak hanya harus berjaga-jaga terhadap dosa, melainkan juga dengan kesadaran hati nurani harus banyak-banyak melakukan kewajiban yang berlawanan dengan itu. Bukan hanya tidak mencuri, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri. Kemalasan membuat orang menjadi pencuri. Begitulah menurut Krisostomus (uskup Konstantinopel, abad keempat – pen.), To gar kleptein argias estin – Mencuri adalah akibat dari kemalasan. Orang yang tidak mau bekerja, dan malu meminta-minta, membuka diri lebar-lebar pada godaan-godaan untuk mencuri. Oleh sebab itu, orang harus tekun dan rajin, bukan dengan cara yang terlarang, melainkan dalam panggilan hidup yang jujur. Melakukan pekerjaan yang baik. Bekerja, dengan cara yang jujur, akan menjauhkan orang dari godaan untuk berbuat salah. Tetapi ada alasan lain mengapa orang harus rajin, yaitu supaya mereka mampu berbuat suatu kebaikan, dan juga supaya mereka terhindar dari godaan: Supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Mereka harus berusaha bukan hanya supaya mereka sendiri hidup, dan hidup dengan jujur, melainkan juga supaya mereka bisa membagikan sesuatu untuk menutupi orang yang berkekurangan. Amatilah, bahkan orang yang mendapat penghasilan dari pekerjaan mereka harus beramal dari sedikit yang mereka punya kepada orang-orang yang tidak bisa bekerja. Begitu penting dan tetap berlakunya kewajiban beramal kepada kaum miskin ini sehingga bahkan para pekerja dan hamba pun, dan mereka yang hanya mempunyai sedikit, harus menyumbangkan sedikit harta mereka itu ke dalam perbendaharaan. Allah harus mendapat apa yang layak didapat-Nya, dan kaum miskin adalah pihak penerima untuk Dia. Cermatilah lebih jauh, amal yang akan mendapat perkenanan Allah bukanlah hasil dari ketidakbenaran dan perampasan, melainkan dari kejujuran dan ketekunan. Allah membenci perampasan dan kecurangan.
- 4. Di sini kita diperingatkan terhadap perkataan kotor, dan dibimbing kepada perkataan yang berguna dan membangun (ay. 29). Perkataan atau pembicaraan yang kotor dan najis itu beracun dan menular, seperti daging yang tengik dan busuk. Perkataan seperti itu timbul dari, dan banyak membuktikan, kebobrokan dalam hati pembicaranya, dan cenderung merusakkan pikiran dan perilaku orang lain yang mendengarnya. Oleh karena itu, orang-orang Kristen harus waspada terhadap segala macam pembicaraan seperti itu. Secara umum, perkataan seperti itu bisa dipahami sebagai semua hal yang menyulut hawa nafsu dan amarah orang lain. Kita tidak hanya harus menanggalkan perkataan kotor, tetapi juga mengenakan perkataan yang baik untuk membangun. Manfaat besar dari kata-kata adalah membangun mereka yang kita ajak bicara. Orang-orang Kristen harus berusaha menggalakkan penggunaan percakapan yang berguna: supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Supaya perkataan itu baik untuk, dan berkenan pada, mereka yang mendengarnya, dengan memberi informasi, nasihat, teguran yang diperlukan, atau sejenisnya. Amatilah, merupakan kewajiban besar dari orang-orang Kristen untuk memastikan bahwa mereka tidak menyinggung orang lain dengan bibir mereka, dan memanfaatkan percakapan dan perbincangan, sebanyak mungkin, demi kebaikan orang lain.
- 5. Di sini ada peringatan lain terhadap kegeraman dan kemarahan, dengan nasihat lebih jauh untuk saling mengasihi dan bersikap ramah satu terhadap yang lain (ay. 31-32). Yang dimaksud dengan kepahitan, kegeraman, dan kemarahan adalah kebencian dan ketidaksenangan yang kasar di dalam batin terhadap orang lain. Dan yang dimaksud dengan pertikaian adalah omong besar, ancaman keras, dan perkataan lain yang melewati batas, yang dengannya kepahitan, kegeraman, dan kemarahan melampiaskan diri. Orang-orang Kristen tidak boleh memanjakan nafsu-nafsu rendah ini dalam hati mereka, tidak boleh bertikai dengan lidah mereka. Fitnah berarti semua perkataan yang menista, mencerca, dan mencemooh orang-orang yang membuat kita marah. Dan yang dimaksudkan dengan kejahatan di sini adalah kemarahan yang berurat akar, yang mendorong orang untuk merancang dan melakukan kejahatan kepada orang lain. Selanjutnya disebutkan apa yang bertentangan dengan semuanya ini: Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain. Ini menyiratkan asas kasih di dalam hati, dan ungkapan-ungkapan lahiriahnya dalam perilaku yang ramah, rendah hati, dan sopan. Sudah sepatutnya murid-murid Yesus ramah satu terhadap yang lain, seperti orang-orang yang sudah belajar, dan mau mengajar, rasa terima kasih. Penuh kasih mesra, yaitu murah hati dan peka terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain, sehingga cepat tergerak oleh belas kasihan. Saling mengampuni. Perbedaan akan ada di antara murid-murid Kristus. Oleh karena itu, mereka harus cinta damai, dan siap mengampuni. Dengan demikian, mereka menyerupai Allah sendiri, yang di dalam Kristus telah mengampuni mereka, dan itu lebih daripada mereka bisa mengampuni satu sama lain. Perhatikanlah, pada Allah ada pengampunan. Ia mengampuni dosa di dalam Yesus Kristus, dan berdasarkan penebusan yang sudah dibuat Kristus demi memuaskan keadilan ilahi. Perhatikan lagi, mereka yang diampuni Allah haruslah berjiwa pengampun, dan harus mengampuni sebagaimana Allah mengampuni, dengan tulus dan sepenuh hati, dengan hati yang siap dan gembira, mengampuni semua orang dan untuk selama-lamanya, apabila si pendosa bertobat dengan tulus, mengingat bahwa mereka berdoa, ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Sekarang, kita bisa mencermati semua hal khusus yang ditekankan oleh Rasul Paulus ini, bahwa itu semua termasuk dalam perintah-perintah yang terdapat dalam loh batu kedua. Dari sini orang-orang Kristen harus mempelajari kewajiban-kewajiban ketat yang mengikat mereka untuk melaksanakan perintah-perintah dalam loh batu kedua. Dan bahwa orang yang tidak melaksanakannya dengan kesadaran hati nurani berarti tidak pernah takut akan Allah atau mengasihi-Nya dengan sebenarnya dan tulus, apa pun itu kepura-puraan mereka. Di tengah-tengah nasihat dan peringatan ini, Rasul Paulus menyelipkan sebuah nasihat umum, dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah (ay. 30). Dengan melihat apa yang dikatakan sebelumnya, dan apa yang dikatakan selanjutnya, kita bisa melihat apa itu yang mendukakan Roh Allah. Dalam ayat 25-29, tersirat bahwa semua kecemaran dan kenajisan, dusta, dan perkataan kotor yang memicu hawa nafsu kotor mendukakan Roh Allah. Dalam bagian selanjutnya tersirat bahwa nafsu-nafsu bobrok seperti kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, dan kejahatan itu mendukakan Roh yang baik ini. Dengan ini tidak dimaksudkan bahwa Sang Pribadi yang penuh berkat itu bisa dibuat berduka atau kesal seperti kita manusia. Tetapi maksud dari nasihat itu adalah supaya kita tidak berbuat kepada-Nya dengan cara yang cenderung mendukakan dan menggelisahkan sesama kita. Kita tidak boleh melakukan apa yang bertentangan dengan sifat-Nya yang kudus dan kehendak-Nya. Kita tidak boleh menolak mendengarkan nasihat-nasihat-Nya, atau memberontak melawan pemerintahan-Nya, sebab itu akan membuat-Nya berbuat terhadap kita seperti yang cenderung akan dilakukan manusia satu terhadap yang lainnya ketika mereka dibuat marah dan berduka, yaitu dengan cara menarik diri dan kebaikan mereka dari orang-orang itu, dan mencampakkan mereka kepada musuh-musuh mereka. Oh, janganlah membuat Roh Allah yang penuh berkat itu menarik hadirat-Nya dan kuasa-kuasa-Nya yang penuh rahmat darimu! Inilah alasan yang baik mengapa kita tidak boleh mendukakan Dia, yang oleh-Nya kita telah dimeteraikan menjelang hari penyelamatan. Akan datang hari penyelamatan. Tubuh pasti akan ditebus dari kuasa maut pada hari kebangkitan, dan kemudian umat Allah akan dilepaskan dari semua akibat dosa, dan juga dari segala dosa dan kesengsaraan, yang tidak akan pernah lepas dari mereka sebelum mereka diselamatkan dari alam maut. Barulah pada saat itu kebahagiaan mereka yang penuh dan utuh dimulai. Semua orang yang sungguh-sungguh percaya dimeteraikan menjelang hari itu. Allah telah membedakan mereka dari orang lain, dengan memberikan tanda pada mereka. Dan Ia memberi mereka jaminan dan keyakinan akan kebangkitan yang penuh sukacita dan mulia. Dan Roh Allahlah meterainya. Di mana pun Roh yang penuh berkat itu berada sebagai Pengudus, Dia adalah jaminan dari segala sukacita dan kemuliaan di hari penyelamatan. Dan kita pasti akan binasa seandainya Allah mengambil Roh Kudus-Nya dari kita.
SH -> Ef 4:25--5:2
SH: Ef 4:25--5:2 - Berani tampil beda. (Senin, 10 November 2003) Berani tampil beda.
Jika sekali waktu Anda mengunjungi mal, cobalah untuk mengamati
gerak-gerik dan penampilan ABG (Anak Baru Gede). Perhatik...
Berani tampil beda.
Jika sekali waktu Anda mengunjungi mal, cobalah untuk mengamati
gerak-gerik dan penampilan ABG (Anak Baru Gede). Perhatikan
atribut yang dipakai mulai dari baju, pernak-pernik sampai
tingkah lakunya. Kita akan menyimpulkan bahwa atribut itu
merupakan upaya mereka untuk mempublikasi identitas dirinya
dengan harapan orang memahami siapa dirinya. Mereka mencari
identitas dengan ikut “tren”. Paulus menginginkan agar jemaat
Efesus berani tampil beda dalam kehidupannya. Tujuannya adalah
agar mereka menjadi berbeda dengan orang di luar Kristus. Oleh
karena itu Paulus memberikan beberapa penekanan, yaitu: [1]
moralitas bagi kehidupan orang Kristen, di antaranya tidak
berkata dusta, mampu mengendalikan diri dalam keadaan marah,
tidak emosional, dan menjaga tutur kata sehingga tidak berkata
kotor (ayat 25-31); [2] landasan kehidupan yang telah diletakkan
oleh Kristus, yaitu kasih-Nya yang dalam untuk umat-Nya sehingga
Ia rela menyerahkan diri sebagai persembahan kurban yang harum
bagi Allah (ayat 5:2). Paulus menegaskan agar jemaat
mempraktikkan pola kasih Kristus ini dalam kehidupan mereka,
bukan saja sebagai suatu keharusan tetapi juga sebagai tanda
atau bentuk keunikan dalam kehidupan Kristen. Di zaman sekarang
ini, sulit menemukan orang atau keluarga Kristen yang memiliki
pola hidup seperti ini. Artinya, tidak semua orang Kristen dapat
mempraktikkan prinsip mengasihi dan mengampuni seperti anjuran
Paulus. Akan tetapi jangan kita mengartikan kesulitan itu sama
dengan tidak mungkin. Yesus Kristus telah mencontohkan hal
tersebut, dan Ia mampu. Karena Kristus telah melakukannya untuk
kita, maka hal-hal yang tidak mungkin bagi kebanyakan orang
menjadi mungkin bagi kita.
Renungkan: Maukah Anda mendasarkan hidup Anda pada semangat untuk saling mengasihi dan saling mengampuni, sehingga keunikan kita nyata dalam dunia ini?
Utley -> Ef 4:25-32
Utley: Ef 4:25-32 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 4:25-3225 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. 26 Apa...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 4:25-32
25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. 26 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu 27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. 28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. 29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. 30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. 31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. 32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Ef 4:25 "buanglah" Ini merupakan AORIST MIDDLE PARTICIPLE yang digunakan sebagai IMPERATIVE. Hal ini melanjutkan metafora pakaian (lih. ay. Ef 4:24). Orang percaya perlu membuat keputusan awal yang diikuti oleh keputusan berulang (yaitu, setiap hari, bahkan per jam) untuk hidup kudus. Lihat Topik Khusus: kejahatan dan Kebajikan dalam PB di Kol 3:5.
□ "dusta" Ini bisa menunjuk pada
- 1. berbohong
- 2. "Kebohongan" dari ketidakpercayaan seperti yang digunakan dalam 1Yoh 2:22
- 3. pesan dari guru-guru palsu
□ "berkatalah benar seorang kepada yang lain,," Ini adalah kutipan dari Za 8:16. Perhatikan, Paulus mengutip PL sebagai dorongan bagi orang percaya perjanjian baru (lih. ay. Ef 4:26). PL bukan merupakan sarana keselamatan, tetapi masih merupakan wahyu Allah yang diungkapkan dan berwibawa (lih. Mat 5:17-19). PL masih berfungsi pada penyucian, hanya saja tidak dalam pembenaran. Lihat Topik Khusus: Kebenaran di Ef 1:13.
□ "karena kita adalah sesama anggota." "Tubuh" adalah salah satu metafora Paulus untuk gereja (lih. 1Kor 12:12-30). Orang percaya dikaruniai untuk kebaikan bersama (lih. 1Kor 12:7). Orang percaya hidup untuk sebuah keluarga. Mereka tidak dapat hidup sebagai individu yang terisolasi.
Ef 4:26 "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) IMPERATIVE. Ini adalah kutipan dari Mazm 4:4. Ada beberapa bidang kehidupan di mana kemarahan adalah pantas, tetapi harus ditangani dengan benar (yaitu, Yesus membersihkan Bait Allah, lih. Yoh 2:13-17.).
Ini memulai serangkaian PRESENT IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan tindakan yang sudah berlangsung (lih. ay. Ef 4:26,27,28,29,30).
□ "janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" Ini mungkin adalah singgungan terhadap Ul 24:15. Hari Yahudi dimulai saat matahari terbenam (lih. Kej 1:5). Kemarahan adalah emosi yang kuat yang harus ditangani dengan cepat. Ini mungkin merujuk secara metaforis kepada waktu atau secara harfiah pada tidur yang memungkinkan kemarahan menjadi kekuatan bawah sadar.
- NASB "janganlah beri kesempatan kepada Iblis"
- NKJV "ataupun jangan memberikan tempat untuk setan"
- NRSV "jangan membuat ruang untuk setan"
- TEV "jangan memberikan Iblis kesempatan"
- NJB "atau jika tidak kamu akan memberikan pijakan pada iblis"
Ini adalah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses. Kemarahan yang tidak saleh merupakan pembuka untuk serangan rohani; bahkan kemarahan Illahipun (lih. Yoh 2:13-17; Mat 21:12-13) harus ditangani dengan cepat (lih. Ef 6:10-18).
Istilah "iblis" adalah majemuk Yunani (diabolos) yang berarti "melempar melintasi" (lih. Kis 13:10; Ef 4:27; 6:11; 1Tim 3:6,7; 2Tim 2:26). Ini adalah cara metafora untuk merujuk kepada malaikat PL, Setan sang penuduh. Paulus merujuk pada Setan dalam beberapa ayat (lih. Kis 26:18; Rom 10:20; 1Kor 5:5; 7:5; 2Kor 2:11; 11:14; 12:7; 1Tes 2:18; 2Tes 2:9; 1Tim 1:20; 5:15). Setan rupanya adalah makhluk malaikat yang memberontak melawan Allah (lih. Kej 3; Ayub 1; 2; Za 3). Secara alkitabiah sulit untuk berbicara tentang Setan karena
- 1. Alkitab tidak pernah berbicara secara definitif tentang asal-usul atau tujuan kejahatan
- 2. naskah-naskah PL yang biasanya dilihat sebagai kemungkinan berhubungan dengan pemberontakan Setan secara khusus diarahkan pada kutukan penguasa duniawi yang sombong (Raja Babel, Yes 14 dan Raja Tirus, Yeh 28) dan bukan Setan (lihat Topik Khusus: Kejahatan Pribadi 2 : 2)
Sangat jelas dari beberapa ayat PB bahwa ada konflik di alam rohani (Mat 4:10; 12:26; 16:23, Yoh 13:27; 14:30; 16:11, Kis 5:3 ; 2Kor 4:4; Ef 2:2; 1Yoh 5:19; Wahy 2:9,13,24; 3:9; 12:9; 20:2,7). Dimana, kapan, dan bagaimana semuanya rahasia. Orang percaya sungguh memiliki musuh kemalaikatan (lih. Ef 2:2)!
Hubungan antara Allah dan setan telah dikembangkan dari hubungan pelayanan kepada antagonisme. Setan tidak diciptakan jahat. Pekerjaan permusuhan Nya dalam Kej 3, Ayub 1; 2 dan Za 3 berada dalam kehendak Allah (lih. A.B. Davidson, Sebuah Teologia Perjanjian Lama, hal 300-306, untuk perkembangan kejahatan dalam Alkitab). Hal tersebut memberikan suatu ujian untuk kesetiaan dan keterpercayaan manusia. Manusia gagal!
Ef 4:28 "Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi," Kehidupan baru dalam Kristus memiliki potensi dan tujuan untuk secara radikal dan permanen mengubah tindakan dan karakter seseorang. Perubahan ini merupakan bukti dari keselamatan seseorang dan kesaksian bagi yang terhilang.
□ "baiklah ia bekerja keras" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Yudaisme sangat menghargai kerja keras, begitu juga orang Kristen mula-mula (lih. 1Tes 4:11; 2Tes 3:10-12).
□ "supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan." Bekerja tidak hanya merupakan kehendak Allah bagi umat manusia, tapi cara untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Orang percaya adalah penatalayan dari kemakmuran yang diberikan Allah (lih. Ul 8:11-20), bukan pemilik. Pemberian kita adalah barometer sejati dari kesehatan rohani kita (lih. 2Kor 8; 9).
- NASB "Janganlah ada kata tidak sehat dihasilkan dari mulutmu"
- NKJV "Janganlah ada komunikasi yang jahat dihasilkan oleh mulutmu"
- NRSV "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu"
- TEV "Jangan menggunakan kata-kata menyakitkan dalam berbicara"
- NJB "Jagalah terhadap pembicaraan busuk"
Istilah ini secara harfiah digunakan untuk sesuatu busuk atau batu pekerjaan yang hancur (lih. Mat 7:17-18; 12:37, Luk 6:43). Kata ini digunakan secara metafora untuk sesuatu "yang jahat," "bejat", "keji," "busuk," atau "tidak murni." Dalam konteks ini menunjuk pada ajaran dan gaya hidup dari para guru palsu (lih. Kol 3:8). Kata ini tidak, dalam konteks ini, menunjuk pada lelucon, atau kata-kata sembrono (lih. Ef 5:4; Kol 4:6). Yesus mengajarkan bahwa perkataan mengungkapkan hati (lih. Mr 7:15). Lihat Topik Khusus: Perkataan Manusia di Kol 3:8.
□ "tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun," Salah satu bukti dari karunia rohani yang diberikan Allah adalah bahwa karunia-karunia ini membangun seluruh tubuh (lih. Rom 14:13-23; 1Kor 14:4,5,12,17,26). Orang percaya harus hidup, memberi, dan melayani untuk kebaikan tubuh (gereja, lih. 1Kor 12:7), bukan untuk diri mereka sendiri (lih. ay. Ef 4:3). Sekali lagi aspek kebersamaan dari iman alkitabiah ditekankan di atas kebebasan individu (lih. Rom 14:01-15:13). Lihat Topik Khusus: membangun di Ef 2:21.
□ "supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." Dalam konteks ini tidak bisa berarti "kasih karunia," seperti dalam keselamatan, tetapi kebaikan atau kemurahan untuk orang percaya lainnya, terutama yang dicobai dan diuji oleh (1) guru-guru palsu (lih. 2Pet 2:1-21) atau (2) tarikan kehidupan lama seseorang dalam kekafiran (lih. 2Pet 2:22).
Ef 4:30 "Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses. Hal ini mengungkapkan kebenaran bahwa Roh adalah suatu pribadi. Hal ini juga menunjukkan bahwa tindakan orang percaya menyebabkan rasa sakit kepada Roh Kudus (lih. 1Tes 5:19). Ini mungkin sebuah singgungan terhadap Yes 63:10. Sasaran Roh untuk semua orang percaya adalah keserupaan dengan Kristus (lih. Ef 1:4; 2:10; 4:13; Rom 8:28-29; Gal 4:19). Lihat Topik Khusus: Kepribadian Roh di Ef 1:14.
□ "yang telah memeteraikan kamu" Ini adalah suatu AORIST PASSIVE INDICATIVE. Pemeteraian ini dilakukan oleh Roh pada saat keselamatan (lih. Ef 1:13-14; Wahy 7:2-4). Pemeteraian adalah tanda budaya dari kepemilikan, keamanan, dan keaslian. Orang-orang percaya adalah milik Kristus! Lihat Topik Khusus: Meterai pada Ef 1:13.
□ "menjelang hari penyelamatan" Ini menunjuk pada Kedatangan Kedua, Hari Kebangkitan, atau Hari Penghakiman, tergantung pada hubungan seseorang dengan Kristus. Lihat Topik Khusus: Tebusan / Menebus di Kol 1:14. Untuk diskusi yang baik dari ayat ini lihat Gordon Fee, Sampai Sejau Apakah Eksegesis? hlm 262-275.
Ef 4:31 "Segala kepahitan" ini menunjuk pada keadaan permusuhan yang tetap tanpa kemungkinan rekonsiliasi.
□ "kegeraman" Ini (thumos) menunjuk pada kemarahan yang cepat terbakar atau murka (lih. 2Kor 12:20; Gal 5:20; Kol 3:8).
□ "kemarahan" Ini (orgē) menunjuk pada kebencian yang lambat terbakaran atau bersifat menetap (lih. 2Kor 12:20; Gal 5:20; Kol 3:8).
□ "pertikaian" Ini menunjuk pada sebuah protes (lih. Mat 25:6; Kis 23:9). Dalam konteks ini mungkin merujuk pada ancaman keras atau tuduhan berbuat salah oleh guru-guru palsu atau para pengikut mereka.
□ "fitnah... demikian pula segala kejahatan" Ini juga mungkin mencerminkan teknik guru-guru palsu.. Daftar ini menunjukkan masalah-masalah yang disebabkan oleh (1) guru-guru palsu atau (2) karakteristik yang menyebabkan perpecahan. Dosa-dosa yang sama juga tercantum dalam Kol 3:8.
□ "dibuang" Ini merupakan sebuah AORIST PASSIVE IMPERATIVE. Orang percaya harus membiarkan Roh Kudus menghapus karakteristik dari sifat ke-Adam-an, yang lama dan jatuh ini, sekali dan untuk selamanya. Sebagaimana keselamatan melibatkan pilihan pribadi yang menentukan, demikian juga kehidupan Kristen.
Ef 4:32 "hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni" Hal ini kontras dengan ay. Ef 4:31. Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) IMPERATIVE. Ini adalah perintah positif terus-menerus (lih. Kol 3:12-13) yang
- 1. menyenangkan Roh
- 2. membangun persekutuan orang-orang kudus
- 3. menarik orang yang terhilang
□ "sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu" Ini adalah motif yang mendasari tindakan orang percaya, tindakan Kristus terhadap mereka (lih. Mat 6:12,14-15; 18:21-35; Fili 2:1-11; 1Yoh 3:16).
Topik Teologia -> Ef 4:30
Topik Teologia: Ef 4:30 - -- Roh Kudus
Pribadi Roh Kudus
Sifat Ilahi Roh Kudus
Roh Memeteraikan Orang-orang Percaya
2Ko 1:22 Efe 1:13 Efe 4:30
...
- Roh Kudus
- Pribadi Roh Kudus
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
- Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz 98:2-3 Maz 111:9 Maz 130:7 Yes 12:2 Yes 41:14 Yes 63:16 Yer 30:17 Yeh 37:23 Luk 2:38 Yoh 3:16-17 Yoh 6:39 Kis 20:28 Rom 1:16 Rom 3:22-26 Rom 6:23 1Ko 1:30 1Ko 7:23 2Ko 5:18 Gal 1:3-4 Gal 2:20 Gal 4:4-5 Efe 1:3-7 Efe 4:30 Efe 5:1-2 Kol 1:19-22 1Te 5:9 2Te 2:13,16 1Ti 2:3-6 2Ti 1:8-9 Tit 1:2-3 Tit 2:11,13-14 Ibr 9:11-15 1Pe 1:18-21 1Yo 4:9-10 1Yo 5:11 Wah 5:9-10 Wah 7:10 Wah 9:1
- Keselamatan
- Hidup Kekal Dijamin oleh Roh Kudus
- Jaminan Keamanan Kekal
- Maz 37:23-24 Maz 138:8 Yer 32:40 Yoh 5:24 Yoh 6:37,39-40 Yoh 6:68-69 Yoh 10:27-30 Yoh 16:27,29-33 Yoh 17:8,11 Kis 1:3 Rom 4:9,20-22 Rom 5:1-5 Rom 8:15-17,28-30,33-35,37-39 Rom 11:29 1Ko 1:8 2Ko 1:21-22 Gal 4:6 Efe 1:4-5 Efe 4:30 Fili 1:6 Fili 2:12-13 Kol 2:2 1Te 5:23-24 2Ti 1:12 2Ti 4:18 Ibr 6:11 Ibr 7:24-25 Ibr 10:14 Ibr 10:22-23 Ibr 11:1 1Pe 1:3-5 1Pe 5:10 1Yo 2:1-2 1Yo 3:9,14,18-20 1Yo 4:13 1Yo 5:10-11,13,18 Yud 1:1 Yud 1:24
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pengudusan dan Roh Kudus
- Roh Kudus Memelihara Orang Percaya Sampai Waktu Pengudusan yang Lengkap
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
- Eskatologi
- Kebangkitan Orang Mati
- Kebangkitan Orang Benar
- Orang Benar Dibangkitkan pada Kedatangan Kristus
- Mereka Dibangkitkan Penebusan Tubuh
TFTWMS -> Ef 4:30
TFTWMS: Ef 4:30 - Berpaling Dari Mendukakan Roh Kepada Yang Membuat Ia Sukacita "BERPALING DARI MENDUKAKAN ROH KEPADA YANG MEMBUAT IA SUKACITA" (Efesus 4:30)
30 Janganlah mendukakan Roh Kudus Allah, yang dengan siapa ka...
"BERPALING DARI MENDUKAKAN ROH KEPADA YANG MEMBUAT IA SUKACITA" (Efesus 4:30)
30 Janganlah mendukakan Roh Kudus Allah, yang dengan siapa kamu dimeteraikan untuk hari penebusan (NASB).
Ayat 30. Present imperative negatif ini berarti, pada dasarnya, "Berhentilah mendukakan Roh Kudus Allah dengan tidak melakukan hal-hal yang baru saja dilarang." Firman Allah telah diberitahukan melalui ilham oleh Roh Kudus (lihat 1 Korintus 2:13;
2 Timotius 3:16, 17; 2 Petrus 1:19-21). Tidak mendengarkan Firman itu adalah sama dengan menolak Roh Kudus (Kisah 7:51). Menolak Roh Kudus adalah sama dengan mendukakan Roh Kudus. Terus-menerus mendukakan Roh adalah sama dengan "memadamkan" Roh (lihat 1 Tesalonika 5:19). Roh Kudus mencari kesatuan di antara orang-orang percaya (4:3), dan apa pun yang mengganggu kesatuan gereja—dalam hal ini, ucapan dan tindakan yang salah—mendukakan Roh. "Mendukakan" (lupe÷w, lupeō) berarti "menyebabkan mental tertekan berat atau penderitaan emosi"25dan mengingatkan kepada Yesaya 63:10, di mana nabi itu bicara tentang pemberontakan Israel dan mengatakan mereka "mendukakan Roh Kudus-Nya."
Sebagai insentif untuk tidak mendukakan Roh, Paulus menambahkan, dengan siapa kamu dimeteraikan untuk hari penebusan. Paulus menegaskan sebelumnya bahwa jemaat Efesus telah ditebus ketika mereka masuk ke dalam Kristus (1:7) dan dimeteraikan oleh Roh hingga hari penebusan terakhir mereka (1:13, 14). Pemeteraian Roh itu merupakan jaminan warisan penuh yang akan diterima pada akhir zaman dan kedatangan Kristus. Orang Kristen sudah dicap dengan karakter Allah yang kudus untuk saat ini dan memiliki jaminan masa depan yang gemilang. Penekanan Paulus adalah bahwa pemberian Roh pada saat baptisan (lihat Kisah 2:38) datang bersama dengan pemeteraian Roh sebagai jaminan rumah abadi mereka dengan Allah. Oleh karena itu, hidup mereka sekarang ini dalam perkataan dan perbuatan harus mendatangkan sukacita dan bukan kesedihan bagi Roh.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Efesus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu pu...
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).
Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
- (1) bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan
- (2) bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.
Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.
- (1) Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).
- (2) Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
- (1) Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4), "menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
- (2) Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.
- (3) Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef 6:10-20).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
- (2) "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam Kristus".
- (3) Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
- (4) Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
- (5) Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).
Full Life: Efesus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Ef 1:1-2)
I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21)
A. Keuta...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Ef 1:1-2) - I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21) - A. Keutamaan Kristus dalam Penebusan
(Ef 1:3-14) - 1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa
(Ef 1:3-6) - 2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya
(Ef 1:7-12) - 3. Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus
(Ef 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani
(Ef 1:15-23) - B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus
(Ef 2:1-3:21) - 1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru
di Dalam Kristus
(Ef 2:1-10) - 2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan
(Ef 2:11-15) - 3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga
(Ef 2:16-22) - 4. Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja
(Ef 3:1-13)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani
(Ef 3:14-21) - II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya
(Ef 4:1-6:20) - A. Hidup Baru Orang Percaya
(Ef 4:1-5:21) - 1. Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja
(Ef 4:1-16) - 2. Hidup Baru yang Kudus
(Ef 4:17-5:7) - 3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang
(Ef 5:8-14) - 4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh
(Ef 5:15-21) - B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya
(Ef 5:22-6:9) - 1. Suami dan Istri
(Ef 5:22-33) - 2. Anak-Anak dan Orang-Tua
(Ef 6:1-4) - 3. Hamba dan Tuan
(Ef 6:5-9) - C. Peperangan Rohani Orang Percaya
(Ef 6:10-20) - 1. Sekutu Kita -- Allah
(Ef 6:10-11a) - 2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya
(Ef 6:11-12) - 3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah
(Ef 6:13-20) - Penutup
(Ef 6:21-24)
Matthew Henry: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan kar...
- Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan karena suatu hal salinan yang dikirimkan kepada jemaat Efesus diambil untuk dimasukkan ke dalam kanon, dan karena itu surat ini akhirnya dipandang sebagai suatu tulisan khusus. Pendapat ini dibuat berdasarkan kesimpulan bahwa surat ini merupakan satu-satunya surat dari semua surat kerasulan Paulus yang tidak menyinggung secara khusus keadaan atau masalah yang terjadi di jemaat Efesus. Sebaliknya, surat ini banyak memuat kepentingan yang bersifat umum bagi semua orang Kristen, khususnya bagi semua orang yang dahulu berasal dari bangsa-bangsa lain dan kemudian bertobat memeluk agama Kristen. Namun, di lain pihak, dapat pula diamati bahwa dalam surat kerasulan ini tertulis dengan jelas, kepada orang-orang kudus di Efesus (1:1), dan di bagian penutupnya, Rasul Paulus memberi tahu orang-orang kudus tersebut bahwa ia telah mengutus Tikhikus kepada mereka, yang dikatakan di dalam surat 2 Timotius 4:12, bahwa ia telah mengutusnya ke Efesus. Surat ini adalah sepucuk surat kerasulan yang ditulis dari dalam penjara. Beberapa orang memperhatikan bahwa apa yang ditulis oleh Rasul Paulus dari dalam penjara ketika ia masih menjadi orang tahanan ini mengandung perasaan senang dan sukacita dalam perkara-perkara Allah. Ketika kesesakannya bertambah-tambah, penghiburannya pun lebih melimpah lagi. Dari situ kita dapat mengamati bahwa cobaan-cobaan yang dialami umat Allah, dan khususnya oleh para pelayan-Nya, sering kali malah mendatangkan kebaikan bagi orang lain, di samping bagi kebaikan mereka sendiri. Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini adalah untuk membangun kehidupan anggota jemaat di Efesus di dalam kebenaran, dan untuk itu, membawa mereka mengenal rahasia Injil lebih jauh. Di bagian awal surat ini, ia menunjukkan hak istimewa agung yang dimiliki oleh para anggota jemaat di Efesus, yaitu mereka yang di masa lampau adalah penyembah-penyembah berhala, namun sekarang mereka telah memeluk Kekristenan dan diterima dalam kovenan bersama Allah. Hal ini ia gambarkan dari sudut pandang keadaan kehidupan mereka yang tercela sebelum pertobatan mereka (pasal 1-3). Di bagian terakhir (yang dapat kita baca di dalam pasal keempat, kelima, dan keenam), ia mengajarkan kewajiban-kewajiban utama beribadah, baik yang sifatnya pribadi maupun keluarga. Ia juga menasihati dan menyemangati mereka supaya menjalankan kewajiban-kewajiban itu dengan setia. Zanchy (tokoh reformasi abad keenam belas dari Italia – pen.), mengamati bahwa di dalam surat ini kita memiliki sebuah ringkasan dari seluruh ajaran Kristen, serta dari hampir semua pokokpokok utama mengenai keilahian.
Jerusalem: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini
di Geredja purba, te...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini di Geredja purba, tetapi tidak terdapat pada segala surat naskah tertua jang ditemukan. Menilik isi dan tjoraknja sangat disangsikan bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada umat itu. Ia lebih bersifat surat edaran umum, bagi umat-umat muda jang baru-baru bertobat dan tidak didirikan oleh Paulus sendiri, seperti umat Kolose. Ada sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa surat inilah dimaksudkan dalam Kol. 4:16, sebagai "surat dari Laodisea" jang harus dibatjakan di Kolose djuga. Bagaimanapun djuga, soal itu bagi kita tidak begitu penting untuk dibitjarakan lebih landjut disini.
Kesamaan surat ini dengan surat kepada umat Kolose menjolok, baik mengenai atjara pokok, isi umum, maupun gajanja. Kita beroleh kesan-kesan bahwa ia merupakan suatu landjutan dan pelengkapan dari surat kepada orang-orang Kolose itu. la rupanja ditulis dalam waktu jang hampir sama, lagi diantar oleh tokoh jang sama, ialah Tichikus. Atjara pokok kedua surat ialah Misteri Kristus dan misteri rentjana penjelamatan seluruh bangsa manusia dalam Kristus. Surat kepada umat Kolose lebih menggambarkan dan menondjolhan martabat dan kedudukan Kristus diatas segala machluk, termasuk para Malaekat, sebagai Putera Allah jang setara dengan Allah dalam segalanja, turut mentjiptakan segala machluk dan berkuasa mutlak atasnja. Pernjataan-pernjataan itu merupakan dasar segala uraian dalam Ef. djuga, tetapi tidak diuraikan lagi, harus disentuh dan itu sering dengan memperlihatkan segi-segi baru jang indah dan penting. Chususnja ia membitjarakan misteri penjelamatan kita, jang disorotinja dari pelbagai sudut dan puntjaknja ialah adjaran tentang umat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Kedua surat mulai dengan madah-pudjian jang padat dan dalam isinja, indah gajanja dan bernada tinggi. Nada tinggi itu dipertahankan sepandjang seluruh surat, djuga dalam bagian jang merupakan peringatan-peringatan jang agak sungguh-sungguh, malah sampai bertjorak tuduhan. Kol. jang berlandasan pada salah paham dan bahaja- bahaja jang mengantjam dalam umat, masih bertjorak surat perdjuangan, tetapi Ef. semata-mata bersuasana kegembiraan atas kerahiman dan tjinta Allah, dalam merentjanakan dan melaksanakan penjelamatan segala bangsa manusia dalam Kristus. Mengenai alasan untuk menulis surat ini kita mendapat kesan-kesan atau dapat kita bajangkan, bahwa Paulus sesudah menjelesaikan suratnja kepada umat Kolose tidak merasa puas. Barangkali ia hemudian teringat bahwa umat Kolose dan umat- umat lainpun jang belum pernah dikundjunginja, tentu belum mendapat peladjaran jang agak luas dan mendalam tentang adjaran-adjaran jang hanja dengan ringkas diuraikan ataupun disentuhnja sadja dalam surat pendek kepada orang-orang Kolose itu. Sedangkan djustru adjaran-adjaran itu merupakan adjaran-adjaran dasar dan inti hakekat Indjil, mengenai tudjuannja dan kemuliaan martabat para beriman serta hubungan erat-mesra mereka dengan Kristus. Kalau itu benar djalan pemikiran Paulus, maka kita dapat mengerti bagaimana perasaan tak puas mendorongnja untuk memberi pengadjaran tulisan jang lebih luas kepada umat-umat tersebut. Dan karena kegembiraan hatinja, bahwa umat-umat itu dipanggil oleh Allah dan menerima Indjil, dan telah dipenuhi dengan segala rahmat dan berkat surgawi (Ef. 1:3-6), dan kepertjajaan umat-umat serta tjinta kasihnja dapat dipudji (1:15), maka seluruh surat diliputi suasana kegembiraan berdasarkan sjukur dan pudjian kepada Allah.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) Diperbaharui Dalam Roh Pikiran (Efesus 4:17-32)
Jika jemaat Efesus harus berjalan secara sepadan dengan panggilan mereka (4:1, 2), maka penting bagi ...
Diperbaharui Dalam Roh Pikiran (Efesus 4:17-32)
Jika jemaat Efesus harus berjalan secara sepadan dengan panggilan mereka (4:1, 2), maka penting bagi mereka untuk bersatu (4:3-6, 13-16). Juga, setiap orang Kristen harus mengalami pembaharuan pikiran secara individu. Di dalam 4:17-32, Paulus memberi mereka petunjuk khusus tentang bagaimana mereka bisa berpaling untuk berjalan di jalan yang benar.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) MENGENAKAN PAKAIAN, GAYA KEBANGKITAN (4:17-32)
Di dalam Yohanes 11, kita belajar bahwa Lazarus, teman tersayang Yesus, telah meninggal. Pada saat Yes...
MENGENAKAN PAKAIAN, GAYA KEBANGKITAN (4:17-32)
Di dalam Yohanes 11, kita belajar bahwa Lazarus, teman tersayang Yesus, telah meninggal. Pada saat Yesus tiba di Betania, Lazarus telah dikuburkan selama empat hari. Ketika Yesus meminta batu penutup digeser dari pintu masuk menuju makam itu, Marta menjawab, "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati" (Yohanes 11: 39b). Yesus bersikeras, dan batu itu menggelinding. Kemudian Ia berseru dengan suara nyaring, "Lazarus, marilah ke luar" (Yohanes 11:43b). Teks itu mengatakan, "Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka:
'Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi'" (Yohanes 11:44). Lazarus tidak lagi berada di bawah kuasa maut, karena ia hidup. Hal pertama yang ia lakukan adalah menyingkirkan kain kafan dari tubuhnya dan memakai pakaian yang pantas bagi orang yang sekarang benar-benar hidup.
Secara analogi, itulah yang Paulus katakan di dalam surat kepada jemaat Efesus. Menurut pasal 2, jemaat Efesus telah mati di hadapan Allah di dalam dosa-dosa mereka, tetapi Ia mengangkat mereka dan memberi mereka hidup baru. Bagaimanakah orang menyingkirkan kain kafan rohani dan berpakaian gaya kebangkitan? Ketika Paulus bicara tentang hal ini, ia melakukannya dalam tiga bagian. 1 Kebobrokan Sebelumnya (4:17-19).
Jadi ini kukatakan, dan menegaskan bersama dengan Tuhan, bahwa kamu jangan lagi berjalan seperti orang non-Yahudi berjalan, dalam kesia-siaan pikiran mereka, karena pengertian mereka digelapkan, maka dikeluarkan dari kehidupan Allah oleh karena kebodohan yang ada pada diri mereka, oleh karena kedegilan hati mereka, dan mereka, setelah menjadi tidak berperasaan, telah menyerahkan diri mereka kepada hawa nafsu untuk praktik setiap jenis kecemaran dengan ketamakan (4: 17-19).
Kita bisa mengganti "Amerika," "Eropa," atau kata lain untuk "orang non-Yahudi" dan percaya bahwa paragraf dari Paulus ini ditulis pagi ini. Itu merupakan gambaran yang sangat jelas mengenai masyarakat yang beragam sekarang ini.
Paulus menggambarkan proses pemikiran orang-orang yang tidak mengenal Yesus: Pemikiran mereka adalah sia-sia, dan kemampuan mereka untuk memahami digelapkan; akibatnya, mereka bodoh. Mereka memiliki pikiran yang kosong, pemahaman yang gelap, dan kebodohan batin. Hasil dari pikiran yang kacau adalah kehidupan yang kacau. Mereka menjadi tidak berperasaan, tidak bermoral, dan punya hawa nafsu yang tak terpuaskan.
Kata kunci di dalam 4: 17-19 adalah "keras." Mereka yang memiliki hati yang keras dipenuhi dengan kebodohan. Mereka menolak untuk mempelajari kebenaran Allah. Kebodohan mereka menyebabkan mereka tidak mampu memahami arti sebenarnya tindakan mereka. Kata Paulus untuk "keras" aslinya berarti sebuah batu yang lebih keras daripada marmer. Kata itu kemudian diadopsi oleh para tabib untuk menggambarkan kerak yang dapat terbentuk di dalam sendi-sendi seseorang, membuat sendi-sendi itu tidak bisa menekuk. Kata itu juga digunakan untuk sejenis kalus yang terbentuk di tempat tulang patah yang kemudian sembuh—formasi yang lebih keras daripada tulang itu sendiri. Akhirnya, kata itu diterapkan kepada hilangnya sensasi. Akhirnya kata itu menggambarkan sesuatu yang sangat keras, sangat membatu, sehingga kehilangan kemampuan untuk merasakan.
Menurut Paulus, ini adalah kondisi orang yang terpisah dari Allah. Dosa membatukan hatinya, membuat dia tidak peka terhadap nilai-nilai yang nyata. Ia meninggalkan standar obyektif kebenaran dan menetapkan standar palsu miliknya sendiri tentang benar dan salah. Hasilnya adalah gaya hidup yang dengan congkaknya menampilkan kebobrokan, seolah-olah itu merupakan pola perilaku normal. Tidak ada lagi rasa malu, dan kesopanan dilupakan. Dalam keadaan seperti itu, orang itu dikendalikan oleh keinginannya sendiri; ia tidak peduli nyawa siapa yang ia sakiti atau orang tak bersalah yang ia hancurkan, selama keinginannya sendiri terpuaskan.
Sebelum kita bertemu Yesus, kita terjebak di dalam kebobrokan lama itu, dan pemikiran kita kacau. Beberapa dari kita berbohong atau menipu atau mencuri. Banyak yang bermuka dua dan bergosip. Mungkin kita mengambil keuntungan dari orang-orang dan melakukan apa pun yang perlu untuk mendaki tangga kesuksesan. Sekarang semua itu telah berubah.
2. Penciptaan Baru (4:20-24). Melalui pembaharuan rohani yang terjadi di dalam Kristus, kita menanggalkan pakaian kematian dan mengenakan pakaian gaya hidup yang sudah dibangkitkan. Ada empat sifat yang menandai orang-orang di dalam proses tersebut.
Kita berubah dari mementingkan diri sendiri kepada berpusat pada Kristus (4:20). Apakah artinya mengenal Kristus? Itu berarti menerima Dia dan semua tentang Dia. Kita tidak lagi mengejar keinginan dan hasrat pribadi. Sebaliknya, kita sedang mengenal Yesus—apa yang Ia inginkan, apa yang Ia kasihi, apa yang Ia inginkan. Pusat kehidupan tidak lagi diri sendiri, tetapi Kristus.
Kita juga mengganti kebodohan dengan kebenaran (4:21). Jika kita mengenal Yesus, kita tahu apa yang benar. Yesus memberitahu orang Yahudi: "… Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku … kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yohanes 8:31, 32). Kebenaran adalah jalan keluar kita dari kebobrokan. Kebenaran membantu kita untuk melihat sistem dunia yang sebenarnya dan membuat penilaian yang tepat. Yesus adalah kebenaran; mengenal Dia adalah menemukan standar yang kokoh, tak berubah untuk hidup.
Kita berubah dari tidak tahu malu kepada kemurnian (4:22). Sebelumnya, kita tidak peka terhadap dosa. Di dalam Yesus kita telah dibuat super-sensitif terhadap dosa dan menghindari dosa dengan segala cara.Kemurnian hidup merupakan perhatian utama bagi orang yang menjadi ciptaan baru.
Adalah memungkinkan untuk kehilangan kesadaran kita terhadap dosa dan motivasi kita untuk hidup murni. Jika kita tetap pergi ke tempat yang sama, bergaul dengan orang yang sama, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang sama yang menandai kehidupan kita sebelum mengenal Yesus, kita akan kehilangan kepekaan kita terhadap dosa. Jika itu terjadi, kita akan kehilangan gairah untuk hidup benar.
Allah ingin kita merasa ngeri terhadap dosa. Kita harus malu terhadap gaya hidup lama kita. Jika kita tetap melingkari diri kita dengan apa yang penuh dosa, maka kita akan kehilangan katalis yang Allah berikan untuk mendorong kita menjalani kehidupan yang untuknya kita telah dipanggil untuk hidup di dalam Kristus.
Kita tidak lagi memiliki pikiran yang terkutuk; sebaliknya, kita memiliki pikiran yang diperbaharui (4:23). Perubahan hidup dimulai dengan perubahan pikiran. Untuk memulai yang baru, kita harus pertama-tama berpikir baru. Paulus memberitahu jemaat Roma, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Roma 12:2).
Bagaimanakah kita mengubah pikiran kita? Kemampuan untuk mulai memikirkan pikiran-pikiran yang saleh datang melalui pengetahuan. Di dalam Kolose 3:10, Paulus menulis, "Dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya."
Kita menjadi orang Kristen yang disegarkan kembali, bersemangat, dan produktif melalui pengetahuan, bukan perasaan. Pengetahuan datang melalui Firman Allah. Dengan menjenuhkan pikiran kita dengan firman-Nya, kita akan mulai memikirkan pikiran-pikiran yang saleh. Itu akan mempengaruhi cara hidup kita. Kita akan "mengenakan manusia baru, yang dalam keserupaaan dengan Allah telah diciptakan dalam kebenaran dan kekudusan dari kebenaran" (4:24).
3. Perilaku Sekarang (4:25-29). Jika kita harus menyingkirkan kain kafan rohani kita dan mengenakan pakaian baru kebenaran dan kekudusan sejati, apakah itu artinya secara praktis? Paulus memberikan beberapa contoh bagaimana perilaku kita berubah ketika kita melihat kepada Yesus untuk pembaharuan.
Kebenaran menggantikan ketidakjujuran (4:25). Manusia tergoda untuk berbohong untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, tetapi kita harus jangan melakukannya lagi. Berbohong harus jangan nmenjadi bagian kehidupan kita sebagai orang Kristen. Yang Paulus maksudkan adalah segala macam kebohongan, termasuk memutarbalik kebenaran, melebih-lebihkan, menyontek di sekolah atau bisnis, ingkar janji, mencari-cari dalih, dan tidak berkata jujur tentang pekerjaan atau produk kita.
Cara membunuh kebohongan adalah dengan bicara benar. Di manapun kita, kita harus mengatakan kebenaran. Selanjutnya, kita harus mengatakan kebenaran di dalam kasih (lihat 4:15). Itu bukan hanya apa yang kita katakan, tetapi juga bagaimana kita mengatakan sesuatu, yang menandai kita sebagai ciptaan baru. Kebenaran yang kita katakan harus dimotivasi oleh kasih kita bagi mereka yang kita ajak bicara.
Apakah motivasi kita untuk menjadi orang benar? "Karena kita sesama anggota." Kesulitan apakah yang kita akan alami jika otak kita berbohong kepada tangan kita tentang lokasi mulut kita. Mencoba makan akan menjadi bencana. Tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik kecuali setiap anggotanya berkata benar dengan bagian lainnya.
Emosi tak terkendali diganti dengan emosi yang terkendali (4:26, 27). Karena marah adalah emosi yang diberikan oleh Allah, maka marah tidaklah salah. Bahkan Yesus pernah marah pada suatu kesempatan (lihat Markus 3:5). Yang salah adalah kita melakukan apa yang sering dicetuskan oleh kemarahan.
Koran memuat kisah-kisah tentang pertengkaran rumah tangga, penembakan, dan kekerasan lainnya. Emosi murka yang di luar kendali.
Paulus berkata kita tidak boleh bertindak seperti itu. Bahkan dalam marah, kita harus jangan berbuat dosa. Kita harus mengendalikan emosi kita. Jika seseorang telah membuat kita marah, kita harus segera menyelesaikannya hari itu juga, dengan cara yang tenang. Kita tidak boleh membiarkan amarah menumpuk atau bernanah hari demi hari. Jika kita lakukan itu, kita bisa menemukan diri kita berperilaku dengan cara yang salah. Sebaliknya, ketika kita pertama kali marah dengan orang lain, kita harus mendatangi saudara atau saudari itu dalam kasih dan menangani penyebab kejengkelan itu. Jika kita gagal melakukan itu, kita memberi Iblis pijakan dalam hidup kita. Pada waktunya ia dapat menghancurkan kita lewat kemarahan.
Kerajinan menggantikan mencuri (4:28). Paulus bicara secara umum tentang mencuri, tapi kita bisa memberikan beberapa yang spesifik. Orang Kristen harus jangan mencuri mobil atau sejumput anggur di pasar. Sebagai anggota tubuh Kristus, kita tidak boleh memalsukan catatan atau menolak membayar hutang. Kita harus jangan menerima uang kembalian yang kelebihan ketika kita membeli sesuatu; jika kita menerima lebih, kita harus memperbaiki kesalahan itu. Apakah masalahnya pencurian atau pencurian kecil-kecilan, Paulus memberikan satu jawaban: "Jangan mencuri."
Kata-kata yang baik menggantikan kata-kata yang kotor (4:29). Sebagai ciptaan baru, kita juga harus mengubah cara bicara kita. Cara tercepat untuk membiarkan dunia tahu bahwa kita tidak lagi bagian dari kebobrokan lama adalah dengan membersihkan mulut kita. Paulus berkata, "Jangan biarkan perkataan kotor [harfiahnya, "busuk"] keluar dari mulutmu." Kita harus menghindari kata-kata mengutuk, gosip, fitnah, dan lelucon yang tidak pantas. Kita harus menyingkirkan setiap hal negatif yang kita gunakan dengan mulut kita dan menukar perkataan kotor itu dengan kata-kata yang mendorong dan membangun orang lain—kata-kata yang mencerminkan Kristus.
Kesimpulan. Efesus 4:30 mengatakan, "Janganlah mendukakan Roh Kudus Allah, yang dengan siapa kamu dimeteraikan untuk hari penebusan." Pada hari kita dilahirkan kembali, Allah menandai kita dengan meterai yang menunjukkan kita adalah milik-Nya: Roh Kudus (lihat 1:13, 14). Ketika Ia menetap di dalam diri kita, kita bisa membuat Dia bersukacita atau frustasi. Bagaimanakah kita memastikan bahwa kita tidak membuat Dia berduka? "Biarlah segala kepahitan dan kemurkaan dan kemarahan dan pertikaian dan fitnah dibuang dari antara kamu, bersama dengan segala kejahatan. Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, berhati lembut, saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus juga telah mengampuni kamu"(4:31, 32).
Saat kita membalut diri kita dengan sikap dan perbuatan orang yang belum ditebus, kita mendukakan Roh yang telah memanggil kita kepada gaya hidup yang lebih mulia. Saat kita menukar pakaian orang mati secara rohani dengan pakaian kebenaran, maka kita secara tepat mengenakan pakaian, gaya kebangkitan. Itu mendatangkan sukacita kepada Roh, yang telah memberi kita hidup baru di dalam Kristus.
Chris Bullard
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 277.
2 Spiros Zodhiates, ed., The Co...
Catatan Akhir:
- 1 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 277.
- 2 Spiros Zodhiates, ed., The Complete Word Study New Testament, 2d ed. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1991), 953-54.
- 3 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 3:340.
- 4 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 508.
- 5 Kenneth S. Wuest, Wuest's Word Studies from the Greek New Testament for the English Reader: Ephesians and Colossians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1953), 107.
- 6 Salmond, 340.
- 7 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph Henry Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 169, 111.
- 8 Lincoln, 280.
- 9 Wuest, 109.
- 10 Lincoln, 284.
- 11 Wuest, 110.
- 12 Ibid.
- 13 Zodhiates, 869, 866.
- 14 Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament (London: Samuel Bagster and Sons, n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, Regency Reference Library, 1975), 499.
- 15 Wuest, 111.
- 16 Salmond, 345.
- 17 Wuest, 112.
- 18 Lincoln, 302.
- 19 Disadur dari Wuest, 114-15.
- 20 Zodhiates, 867.
- 21 Lincoln, 304.
- 22 Salmond, 347.
- 23 Ibid.
- 24 Lincoln, 306.
- 25 Bauer, 604.
- 26 Pelbagai definisi ini di dalam Lincoln, 308-9; Wuest, 117.
- 27 Zodhiates, 882.
- 28 Bullinger, 431.
- 29 Wuest, 117.
- 30 Bauer, 413.
- 31 Ibid., 938.
Pengarang: Jay Lockhart
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) BERJALAN DI JALAN YANG BENAR (2:1-10; 4:1, 17; 5:2, 8, 15)
"Berjalan" adalah kiasan bagi hidup. Sebagai orang Kristen, kita harus berhati-h...
BERJALAN DI JALAN YANG BENAR (2:1-10; 4:1, 17; 5:2, 8, 15)
"Berjalan" adalah kiasan bagi hidup. Sebagai orang Kristen, kita harus berhati-hati bagaimana kita berjalan dan dengan siapa kita berjalan.
Kita harus jangan berjalan menurut dunia (2:2a). Mereka yang berjalan menurut dunia adalah sesat; mereka menjadi milik dunia yang sementara ini, dunia yang terasing dari Allah. Mereka adalah bagian dari kerajaan yang menentang Kerajaan Allah.
Kita harus jangan berjalan menurut Iblis (2:2b). Jiwa-jiwa yang sesat sejalan dengan Iblis, "penguasa kekuatan udara" dan "roh yang sekarang sedang bekerja di antara anak-anak ketidaktaatan" Kehidupan mereka diperintah oleh pemberontakan.
Kita harus jangan berjalan menurut hawa nafsu daging (2:3a). Mereka yang sesat hidup menurut hawa nafsu mereka sendiri, ketimbang menurut cara yang Allah ingin mereka hidup dengannya.
Kita harus jangan berjalan sebagai anak-anak yang dimurkai (2:3b). Mereka yang sesat hidup menurut sifat Adam, "sifat manusia" yang berdosa dan menjadi sasaran murka Allah. Roma 1:18 memperingatkan, "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman."
Kita harus berjalan dengan cara yang sepadan (4:1). Paulus mendesak orang Kristen untuk hidup sesuai "dengan panggilan yang dengannya [kita] telah dipanggil." Kita telah menerima panggilan Allah yang kudus untuk hidup sesuai dengan kasih karunia dan kemuliaan-Nya (lihat 1 Tesalonika 2:12; 2 Timotius 1:9). Kita harus jangan hidup dengan pikiran yang sia-sia (4:17). Orang sesat hidup tanpa arah rohani. Kristus hidup dengan tujuan, dan kita akan diberkati jika kita mengikuti teladan-Nya (lihat 1 Petrus 2:21; 3:9).
Kita harus berjalan dalam kasih (5:2). Allah adalah kasih (1Yohanes 4), dan tujuan terbesar kita adalah mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran kita. Selain itu, kita harus mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri (lihat Matius 22:37-39).
Kita harus berjalan seperti anak-anak terang (5:8). Kita tidak lagi berjalan di dalam "kegelapan," sebab kita sekarang adalah "Terang di dalam Tuhan."
Kita harus berjalan seperti orang berhikmat (5:15, 16). Kita harus menghabiskan hari-hari kita dengan melayani Allah, selagi kita mampu melakukannya (lihat Yohanes 9:4).
KEHIDUPAN YANG DIPENUHI DENGAN ROH (5:18-21)
Di dalam Perjanjian Lama, Allah memiliki bait suci untuk umat-Nya; di dalam Perjanjian Baru, Allah memiliki umat untuk bait suci-Nya. Pada saat lahir barunya (baptisan), setiap orang Kristen menjadi bait suci Allah yang hidup. Pada hari Pentakosta, Petrus berkata, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kita akan menerima karunia Roh Kudus"(Kisah 2:38). Jika kita telah dilahirkan kembali, maka kita menampung satu Pribadi—Roh Kudus Allah. Proses ilahi ini hanya dimulai saat pembaptisan; orang Kristen hidup sehari-hari dengan Roh Allah.
Paulus menasihati jemaat Efesus untuk "dipenuhi dengan Roh" (5:18). Ini bukan pilihan; itu adalah perintah. Dipenuhi dengan Roh bukan sesuatu yang kita lakukan jika kita ingin menjadi super-rohani; itu adalah tanggung jawab setiap anak Allah yang sudah dilahirkan kembali. Kita harus dipenuhi dengan Roh.
Bagaimanakah kita bisa tahu jika kita sedang melaksanakan kewajiban ilahi ini? Apakah tanda-tanda mereka yang secara progresif sedang dipenuhi dengan Roh? Ayat 18 memberi kita perintah, dan ayat-ayat selanjutnya memberi kita tiga ciri-ciri yang mengidentifikasi orang percaya yang dipenuhi dengan Roh. Di dalam teks asli Yunani mereka diperlihatkan sebagai partisip, kata-kata yang menunjukkan tindakan yang berkelanjutan.
Apa sajakah tiga tanda petunjuk tentang kehidupan yang dipenuhi dengan Roh?
"Berkata-kata" Seorang Kepada Yang Lain Dengan Memuja. "Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani, bernyanyi dan membuat melodi dengan hatimu kepada Tuhan"(5:19).
Nyanyian kita mencerminkan kasih kita untuk Tuhan Allah; itu adalah ungkapan pemujaan kita. Itu adalah bagian dari ibadah yang penuh sukacita. Sukacita kita akan meluap dalam pujian kepada Allah. Jiwa kita ingin berseru keras dalam pemujaan dan ucapan syukur kepada Allah, Penebus kita.
Paulus mengatakan "berkata-kata" ini akan dilakukan dalam "mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani." Kita harus jangan menekan terlalu jauh perbedaan dalam istilah-istilah itu, namun pasti ada perbedaan tertentu. "Mazmur" adalah mazmur dari Perjanjian Lama, satu-satunya kitab nyanyian gereja mula-mula. Perintah Paulus adalah memuji Allah dengan kitab pujian-Nya sendiri yang terilham. Apapun suasana hati kita, apapun kesedihan atau sukacita kita, apapun masalah kita, kita dapat menemukan mazmur untuk mengungkapkan perasaan kita.
"Kidung pujian" adalah lagu pujian yang diarahkan kepada Allah. Kidung pujian adalah produksi khas Kristen, sedangkan mazmur masuk ke dalam gereja dari agama Yahudi.
"Lagu-lagu rohani" mungkin lagu-lagu yang kurang formal yang mengungkapkan kepercayaan, sukacita, dan ucapan syukur kita. Ini jauh lebih bersifat pribadi dibandingkan kidung pujian dan mazmur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Kita harus menyanyi dan membuat melodi dengan hati kita kepada Tuhan. Kata Yunani yang diterjemahkan "membuat melodi" sebenarnya berarti menyentuh akord hati ketika kita menyembah. Hati kita adalah sarana untuk memberikan pujian yang murni kepada Allah.
Motif kita untuk ibadah terlihat di dalam kata-kata "kepada Tuhan." Menyanyi bukan untuk meninggikan diri kita sendiri atau untuk melihat bagaimana indahnya kita dapat menyatukan bersama suara kita. Motif utama kita dalam berkata-kata dalam mazmur, kidung pujian, dan lagu-lagu rohani adalah untuk mendatangkan sikap hormat yang murni dan pujian kepada Penebus kita.
"Mengucap Syukur" Kepada Allah Dalam Penghargaan. "Selalulah mengucap syukur untuk segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah, yaitu Bapa" (5:20).
Sebagaimana menyanyi menunjukkan bagaimana kita berhubungan dengan Allah, ucapan syukur mencerminkan bagaimana kita berhubungan dengan keadaan kita. Ketika kita dipenuhi dengan Roh, kita akan bersyukur dalam segala hal.
Jenis ucapan syukur apakah ini? Ini adalah ucapan terima kasih yang arahnya benar: "Mengucap syukur … kepada Allah, yaitu Bapa." Meski beberapa orang berkata, "Saya beruntung hari ini," kita harus memberi pujian kepada Allah. Kita harus bersyukur, "selalu mengucap syukur . . . ."
Paulus melanjutkan, " … untuk segala sesuatu." Kita dapat dengan mudah berterima kasih kepada Allah untuk hal-hal yang baik yang terjadi dalam hidup kita. Bagaimana dengan kesulitan hidup? Kita mungkin tidak mengerti mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi seperti itu, tapi kita masih bisa percaya bahwa entah bagaimana kebaikan dapat timbul dari mereka.
Tundukkanlah Dirimu Seorang Kepada Yang Lain Dalam Hormat. "Tundukkanlah dirimu seorang kepada yang lain dalam hormat untuk Kristus" (5:21; NIV).
"Tunduk" melibatkan hubungan kita dengan satu sama lain. Ketika Paulus menulis, "tunduk" digunakan sebagai istilah militer. Secara harfiah itu berarti orang yang sederajat menempatkan dirinya di bawah orang lain yang sederajat. Itu tidak mengandung konotasi lebih rendah. Allah Anak tunduk kepada Allah Bapa. Ia sepenuhnya sama dengan Allah Bapa, tetapi Ia secara sukarela tunduk.
Para istri harus tunduk kepada suami mereka—tapi itu hanya tampilan luar dari prinsip itu. Mereka bukan satu-satunya yang diajarkan untuk mempraktikkan ketundukan. Ketundukan adalah untuk setiap orang Kristen. Pada tingkatan di mana kita dengan rendah hati tunduk kepada saudara-saudari kita di dalam Kristus, itu adalah tingkatan yang sama yang untuk itu kita dipenuhi dengan Roh. Beberapa saudara goyah dalam kehidupan Kristen mereka karena mereka menuntut hak-hak mereka. Selama seseorang menuntut hak-haknya sendiri, ia tidak dapat berserah kepada kendali Roh. Kita telah mati terhadap diri sendiri (lihat Galatia 2:20). Hak apakah yang orang mati miliki?
Mengapakah orang Kristen bersedia menempatkan dirinya di bawah kuasa orang Kristen lainnya? Untuk melayani dia. Beberapa orang ingin dirinya dipenuhi dengan Roh tetapi tidak ingin mengalami kesulitan dalam membantu orang lain dalam nama Yesus. Paulus berkata, "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (2 Korintus 4:5). Kita harus saling melayani satu sama lain dalam kasih.
Paulus berkata, "Tundukanlah dirimu seorang kepada yang lain dalam hormat untuk Kristus" (NIV). Kita saling menundukkan diri oleh karena Yesus. Ia melayani orang lain; Ia menetapkan pola. Dipenuhi dengan Roh-Nya adalah sama dengan menjadi seperti Dia.
Kesimpulan. Ketika kita dipenuhi dengan Roh, dunia melihat siapa yang yang mendominasi dan menguasai kita. Kita bisa membiarkan mereka melihat ini melalui perkataan, ucapan syukur, dan ketundukan kita.
Chris Bullard
BIS: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah
agar "Seluruh alam, baik
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (Ef 1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Allah supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Allah itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Allah Bapa telah memilih umat-Nya, bagaimana Allah melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Allah itu dijamin oleh Roh Allah. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun agar kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Allah sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang istri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Allah melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.
Isi
- Pendahuluan
Ef 1:1-2 - Kristus dengan gereja-Nya
Ef 1:3-3:21 - Kehidupan yang baru sebagai orang Kristen
Ef 4:1-6:20 - Penutup
Ef 6:21-24
Ajaran: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh
Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah orang-orang pilihan Allah, atau kelompok orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Efesus. (Dan juga jemaat-jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Efesus terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian tentang arti Gereja yang benar.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Efesus
Pasal 1-3 (Ef 1:1-3:21).
Pengajaran tentang keselamatan orang-orang percaya
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa keselamatan orang-orang percaya sudah berada dalam rencana Allah, yaitu terhadap orang-orang yang dipilih-Nya dan orang-orang yang mau menerima anugerah-Nya di dalam Kristus dengan iman.
Pendalaman
Pasal 4-6 (Ef 4:6-6:9).
Pengajaran tentang kesatuan orang percaya dan cara-cara kehidupan sebagai orang percaya
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa setiap orang percaya sudah menjadi saudara karena dipersatukan di dalam Tuhan Yesus. Juga Paulus menjelaskan bagaimana orang-orang Kristen harus hidup di dalam gereja, keluarga dan masyarakat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ef 4:2-3,25-26,28-29,31-32. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan oleh orang percaya menurut nats ini?
- Bacalah pasal Ef 5:8-21. _Tanyakan_: Apakah yang membuktikan bahwa saudara anak-anak terang?
Pasal 6 (Ef 6:10-24). Pengajaran tentang perlengkapan rohani orang Kristen dalam mengikut Yesus
Pendalaman
- Mengapakah orang Kristen perlu menggunakan perlengkapan rohani yan Allah berikan?
- Siapakah musuh-musuh orang Kristen?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Efesus, jelaslah kita lihat bahwa orang-orang percaya adalah Gereja yang disebut juga Tubuh Kristus. Dan melalui Kitab ini juga dijelaskan tentang cara-cara kehidupan Gereja itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab Efesus?
- Siapakah yang dikatakan sebagai orang-orang percaya?
- Mengapakah orang (manusia) tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan usah atau perbuatannya?
Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untu
Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?
Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untuk gereja di Efesus saja. Surat ini mungkin semacam surat edaran yang ditulis untuk digunakan oleh berbagai kelompok Kristen di daerah Efesus dan sekitamya. Apa yang ditulis Paulus dalam surat ini dapat diterapkan oleh umat Allah pada umumnya dan tidak ditujukan untuk suatu gereja tertentu. Tidak ada salam pribadi. Mungkin surat ini sebenarnya yang dimaksud oleh Rasul Paulus dalam Kolose 4:16 sebagai 'surat dari Laodikia'. Tikhikus dipercayakan untuk menyampaikan surat ini kepada alamat yang dituju. (Efe 6:21, 22). Surat ini, seperti surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dan Kolose, ditulis dari dalam penjara dan tema utamanya ialah sifat, ciri-ciri dan tujuan dari gereja Kristen, yaitu terciptanya apa yang disebut 'masyarakat Allah yang baru'.
GEREJA DI EFESUS.
Paulus tinggal di Efesus selama 3 tahun (Kis 19:8, 10; 20:31). Efesus merupakan suatu kota yang banyak menyediakan sarana untuk penyembahan berhala. Kuil Dewi Diana (Artemis) terletak di kota itu. Di sana banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan ilmu sihir. Namun, waktu kita membaca surat ini kita tidak perlu mengetahui latar belakang gereja yang menjadi tujuan surat ini, karena isinya bersifat umum.
PESAN.
Surat ini tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang khusus, tetapi tujuannya adalah untuk meninggikan nama Yesus Kristus dan untuk menunjukkan pentingnya gereja Kristen sebagai alat Allah di dunia ini. Seperti halnya dengan surat-surat Paulus lainnya, doktrin yang diberikan disusul dengan penerapan praktis. Iman Kristen dan kehidupan Kristen harus berjalan secara seimbang. Surat ini ditutup dengan peringatan bahwa Kristen selalu berada dalam konflik yang terus-menerus dengan setan dan kuasa kejahatan, tetapi Allah telah memberikan senjata yang diperlukan untuk memampukan Kristen bertahan dalam menghadapi semua serangan musuh.
Pesan
1. Warisan kekayaan untuk dinikmati.o Tiga Pribadi Keallahan yang berperan dalam penyelamatan kita:
- Allah Bapa. Efe 1:4-6
- Allah Putra. Efe 1:7-12
- Allah Roh Kudus. 1: 13, 14
o Perhatikan permohonan doa Paulus bagi orang-orang Efesus
- untuk penerangan guna mengetahui sampai seberapa luas warisan kita. Efe 1:17-19
- untuk kuasa guna mengetahui sampai seberapa besar keagungan Allah. Efe 1:19-21
2. Kasih karunia dan damai sejahtera untuk dialami.
o Dari keadaan apa kita diselamatkan. Efe 2:1-3, 11, 12
o Oleh siapa kita diselamatkan. Efe 2:4-9, 13-18
o Untuk apa kita diselamatkan. 2:10, 19-22
3. Sumber-sumber rohani untuk dijajaki.
o Kekayaan yang tidak dapat dicari. Efe 3:8-13
o Kekuatan Ilahi. Efe 3:14-21
4. Persatuan rohani yang harus dipelihara.
o Sikap yang benar itu penting. Efe 4:1-3
o Dasar yang sama itu penting. Efe 4:4-6
o Persatuan dalam keanekaragaman harus dihadapi. 4:11
o Kedewasaan Kristen diharapkan. 4:13
5. Hubungan harmonis yang harus diusahakan.
o Terang sebagai ganti kegelapan. Efe 5:3-6
o Hikmat sebagai ganti kebodohan. Efe 5:15-17
o Kerohanian sebagai ganti hawa nafsu.Efe 5:18-20
o Kepatuhan sebagai ganti perdebatan.Efe 5:21-33
6. Senjata rohani untuk dipakai.
o Musuh yang kita hadapi. Efe 6:10-12
o Perlengkapan senjata yang kita punyai.Efe 6:13-20
Penerapan
Efesus mengajar kita tentang:
1. Betapa murah hati Allah
o dalam memberi kita seorang Penyelamat
o dalam mengirim kepada kita Roh Kudus
o dalam memberi jaminan kepada kita rumah surgawi
2. Betapa besar hak kita
untuk menjadi anggota keluarga Allah untuk mendapat bagian dalam Kerajaan Allah
3. Betapa kita perlu tenggang rasa
o dalam sikap kita terhadap orang lain
o dalam hubungan kita dengan orang lain
4. Betapa praktisnya kekristenan dalam hal
o perkawinan
o kedudukan sebagai orang-tua
o pekerjaan
5. Betapa nyatanya setan dalam
o pengaruhnya
o kegiatannya
6. Bagaimana kita perlu bersiap-siap
o dengan perlengkapan senjata Allah
o dengan doa
Tema-tema Kunci
1. Kasih karunia.
Kasih karunia merupakan kata kunci dalam Alkitab, sebab hal itu memperlihatkan sifat Allah yang memungkinkan adanya keselamatan bagi kita. Oleh karena dosa manusia, jika tidak ada kasih karunia, tidak akan ada pengharapan. Kasih karunia berarti hadiah yang diberikan cuma-cuma. Respons manusia terhadap kasih karunia ialah iman, tetapi ini pun diberikan oleh Allah kepada kita. Lihatlah khususnya Efe 2:1-10. Perhatikan bahwa kasih karunia selalu dipertentangkan dengan hukum Taurat (Rom 6:14). Pembenaran dimungkinkan oleh dua alasan, yaitu kasih karunia Allah (Rom 3:24) dan kematian Kristus (Rom 5:9).
2. Keesaan.
Paulus telah menjelaskan bahwa umat Allah di bawah perjanjian baru mengikutsertakan baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, dan sekarang ia menekankan perlunya kita memelihara keesaan sejati ini. Sebagai Kristen kita tidak dapat menciptakan keesaan oleh karena hal ini adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi kita diminta untuk memeliharanya. Kesatuan yang kita punyai tidaklah sama dengan keseragaman. Ada keanekaragaman karunia di antara umat Allah, tetapi hanya ada satu dasar kesatuan. Lihat juga pada perikop lain yang terbaik yang menekankan pentingnya kesatuan - Yohanes pasal 17.
3. Hubungan.
Kita tidak hidup di dalam suatu ruangan hampa, tetapi di dalam serentetan hubungan - di dalam rumah, dalam pekerjaan, di dalam gereja dan di dalam masyarakat pada umumnya. Iman Kristen kita terutama menyangkut hubungan-hubungan tersebut. Kita sering menemukan bahwa pada suatu saat, standar kehidupan menurut ajaran Alkitab bertentangan dengan standar kehidupan yang sementara ini diterima dalam masyarakat. Dalam kasus seperti itu kita harus lebih menaati Allah daripada manusia. Bandingkan perikop dalam Efesus tentang masalah ini dengan ayat-ayat yang serupa dalam Kolose. Juga perhatikan bagaimana dalam memilih pemimpin Kristen, masalah hubungan kekeluargaan sangat mendapat perhatian (1Tim 3:1-5; Tit 1:6-8).
4. Konflik.
Paulus menyebut seorang Kristen sebagai prajurit (2 Tim. 2:3, 4). Baginya selalu berlangsung peperangan, dan Kristen benar-benar terlibat di dalamnya. Alkitab tidak pernah meragukan keberadaan setan. Setan begitu nyata dalam pengalaman Tuhan Yesus,dan nyata juga bagi para murid.Dalam Efesus Paulus mengingatkan kita tentang kecerdikan musuh itu.Kita tidak dapat menghadapinya tanpa senjata atau tanpa perlindungan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan Iblis yang ditunjukkan oleh Kristus - Matius 4:1-11; 12:24; 13:39; 25:41; Lukas 8:12; 10:18; Yohanes 8:44.
Garis Besar Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) [1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2
[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:
[1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:22
Efe 1:3-6 | Dipilih untuk suatu maksud |
Efe 1:7-14 | Diselamatkan untuk suatu maksud |
Efe 1:15-23 | Diterangi untuk suatu maksud |
Efe 2:1-10 | Dihidupkan untuk suatu maksud |
Efe 2:11-22 | Didamaikan untuk suatu maksud |
[3] SUATU MISTERI YANG DISINGKAPKAN Efe 3:1-21
Efe 3:1-6 | Orang-orang yang bukan Yahudi juga diikutsertakan |
Efe 3:7-12 | Pelayanan Paulus yang strategis |
Efe 3:13-21 | Pengertian penuh sangat penting |
[4] SIFAT GEREJA Efe 4:1-32
Efe 4:1-6 | Dipersatukan di dalam Roh |
Efe 4:7-12 | Diberkati dengan karunia-karunia Roh |
Efe 4:13-16 | Diperlengkapi untuk bertumbuh |
Efe 4:17-24 | Diperbarui ciri-cirinya |
Efe 4:25-32 | Diubahkan penampilannya |
[5] CIRI-CIRI, TINGKAH LAKU DAN KONFLIK KRISTEN Efe 5:1-6:24
Efe 5:1-20 | Mengikut Kristus |
Efe 5:21-6:9 | Hidup dengan sesama |
Efe 6:10-24 | Menghadapi musuh |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi