Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Flp 4:11
Full Life: Flp 4:11 - AKU TELAH BELAJAR MENCUKUPKAN DIRI
Nas : Fili 4:11
(versi Inggris NIV -- "Aku telah belajar untuk merasa puas").
Rahasia kepuasan hati ialah menyadari bahwa dalam keadaan yang sekara...
Nas : Fili 4:11
(versi Inggris NIV -- "Aku telah belajar untuk merasa puas"). Rahasia kepuasan hati ialah menyadari bahwa dalam keadaan yang sekarang ini Allah telah memberikan segala sesuatu yang kita perlukan untuk tetap berkemenangan di dalam Kristus (1Kor 15:57; 2Kor 2:14; 1Yoh 5:4). Kemampuan untuk hidup berkemenangan atas keadaan-keadaan yang berubah-ubah datang dari kuasa Kristus yang mengalir dalam dan melalui saudara (ayat Fili 4:13;
lihat cat. --> 1Tim 6:8).
[atau ref. 1Tim 6:8]
Akan tetapi, kemampuan ini tidak datang dengan sendirinya. Hal itu harus dipelajari melalui bersandar kepada Kristus.
Jerusalem -> Flp 4:10-20
Jerusalem: Flp 4:10-20 - -- Sambil mengucapkan terima kasihnya atas bantuan yang diterimanya, Fili 4:18; 2:25-30, Paulus tidak lupa mengemukakan bahwa dalam karyanya tidak mau be...
Sambil mengucapkan terima kasihnya atas bantuan yang diterimanya, Fili 4:18; 2:25-30, Paulus tidak lupa mengemukakan bahwa dalam karyanya tidak mau bergantung pada siapapun. Apa yang paling utama ialah keuntungan rohani bagi semua. Fili 4:17,19; 1:5 bdk 1Ko 9:11.
Ref. Silang FULL -> Flp 4:11
· mencukupkan diri: 1Tim 6:6,8; Ibr 13:5
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Flp 4:10-19
Matthew Henry: Flp 4:10-19 - Kebaikan Jemaat Diakui; Hal Mencukupkan Diri secara Kristiani Kebaikan Jemaat Diakui; Hal Mencukupkan Diri secara Kristiani (4:10-19)
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati pengakuan Rasul Paulus yang penuh syukur...
Kebaikan Jemaat Diakui; Hal Mencukupkan Diri secara Kristiani (4:10-19)
- Dalam ayat-ayat ini kita mendapati pengakuan Rasul Paulus yang penuh syukur atas kebaikan jemaat Filipi dalam mengirimkan pemberian kepada dia untuk kebutuhan hidupnya, sebab pada saat itu ia tengah menjadi tahanan di Roma. Dan di sini,
- I. Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk mengakui kebaikan-kebaikan yang dulu mereka berikan kepadanya, dan menyebutkan semua kebaikan itu (ay. 15-16). Paulus mempunyai jiwa yang berterima kasih. Sebab walaupun apa yang dilakukan teman-temannya untuk dia bukan apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang pantas didapatkannya dari mereka dan apa yang memang wajib mereka lakukan, namun ia membicarakan kebaikan-kebaikan mereka seolah-olah itu merupakan suatu bentuk kemurahan hati. Padahal sebenarnya itu lebih tepat disebut utang yang memang sudah sepantasnya mereka bayarkan. Kalaupun seandainya tiap-tiap dari mereka menyumbangkan setengah dari harta kekayaan mereka kepadanya, itu belumlah cukup, karena mereka bahkan berutang jiwa mereka sendiri kepadanya. Walaupun begitu, ketika mereka mengirimkan hadiah yang kecil untuk dia, betapa ia menerimanya dengan baik hati, betapa ia menyebutkannya dengan penuh syukur, bahkan dalam surat ini, yang akan tercatat untuk seterusnya, dan dibacakan di jemaat-jemaat, dari zaman ke zaman. Sehingga di mana saja surat ini dibacakan, apa yang mereka lakukan terhadap Paulus ini akan dibacakan sebagai kenang-kenangan akan mereka. Sesungguhnya belum pernah ada hadiah yang dibalas dengan begitu baik. Ia mengingatkan mereka bahwa pada waktu ia baru mulai mengabarkan Injil, tidak ada satu jemaat pun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang dengan dia selain dari pada mereka (ay. 15). Mereka tidak hanya mengurusnya dengan baik selama ia berada bersama-sama dengan mereka, tetapi juga ketika ia berangkat dari Makedonia, mereka mengirimkan tanda-tanda kebaikan hati mereka kepadanya. Dan ini dilakukan ketika tidak ada jemaat lain yang melakukannya. Selain mereka, tidak ada jemaat lain yang mengirimnya barang-barang jasmani, sebagai balasan atas perkara-perkara rohani yang sudah mereka tuai darinya. Dalam beramal, kita cenderung bertanya dan membandingkan dengan apa yang dilakukan orang lain. Tetapi jemaat Filipi tidak pernah berpikir begitu. Dan kehormatan mereka bertambah jauh lebih besar lagi karena mereka merupakan satu-satunya jemaat yang sedemikian adil dan murah hati. Di Tesalonika pun (setelah Paulus berangkat dari Makedonia) kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku (ay. 16, KJV: mengirimkan apa yang kubutuhkan – pen.). Perhatikanlah,
- 1. Hanya sedikit yang mereka kirimkan. Mereka hanya mengirimkan apa yang dibutuhkannya, cuma hal-hal yang dia perlukan. Mungkin kiriman itu sesuai dengan kemampuan mereka, dan Paulus pun tidak menginginkan barang-barang yang berlebihan atau mewah.
- 2. Sungguh suatu hal yang sangat indah melihat orang-orang yang dilimpahi Allah dengan karunia-karunia anugerah-Nya, juga berlimpah dalam membalas kembali karunia-karunia itu dengan penuh syukur kepada umat-Nya dan hamba-hamba-Nya, sesuai dengan kemampuan mereka dan kebutuhan umat dan hamba-hamba Allah: Kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan. Banyak orang berdalih sudah beramal karena mereka sudah memberi satu kali. Mengapa harus beramal lagi? Tetapi jemaat di Filipi telah memberi satu dua kali. Mereka sering kali melegakan dan menyegarkan Paulus dalam kebutuhan-kebutuhannya. Dia menyebutkan kebaikan mereka yang dulu ini bukan hanya karena rasa terima kasih, melainkan juga untuk membesarkan hati mereka.
- II. Paulus memaafkan pengabaian mereka belakangan ini. Tampaknya selama beberapa waktu mereka tidak menanyakan kabarnya, atau mengirimkan pemberian apa pun kepadanya. Tetapi akhirnya pikiran dan perasaan mereka bertumbuh kembali untuk dia (ay. 10), seperti pohon di musim semi, yang sepanjang musim dingin kelihatan sudah mati. Nah, untuk meneladani Tuannya yang agung, bukannya menegur mereka karena sudah mengabaikannya, Rasul Paulus memaafkan mereka dengan suatu alasan: Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. Tetapi bagaimana mungkin mereka tidak mempunyai kesempatan, kalau mereka sudah menetapkan hati untuk melakukannya? Mereka bisa saja dengan sengaja mengirimkan seorang utusan. Tetapi Rasul Paulus mau berpikiran baik tentang mereka, bahwa mereka akan melakukannya kalau ada kesempatan yang baik. Betapa berlawanannya perilaku ini dengan perilaku banyak orang terhadap teman-teman mereka. Bagi banyak orang, ketidakpedulian yang sebenarnya bisa dimaafkan, dibenci dengan sangat keji. Tetapi di sini, Paulus justru memaafkan apa yang cukup beralasan untuk dibencinya.
- III. Paulus memuji kemurahan hati mereka saat itu: Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku (ay. 14). Adalah suatu perbuatan baik jika kita membantu dan melegakan seorang hamba Tuhan yang baik yang sedang tertimpa kesusahan. Lihatlah di sini apa hakikat dari bela rasa kristiani yang benar. Bela rasa kristiani yang benar bukan hanya peduli terhadap teman-teman kita yang sedang tertimpa kesusahan, tetapi juga melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk menolong mereka. Mereka mengambil bagian dalam kesusahannya, dengan melegakan dia dalam kesusahannya. Orang yang berkata, “Kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (Yak. 2:16). Paulus sangat bersukacita dengan apa yang mereka lakukan (ay. 10), karena itu merupakan bukti dari kasih sayang mereka terhadapnya dan keberhasilan pelayanannya di antara mereka. Pada saat buah dari kasih mereka melimpah terhadap Rasul Paulus, tampaklah bahwa buah dari pelayanannya melimpah di antara mereka.
- IV. Paulus berusaha mencegah pikiran yang tidak-tidak yang mungkin timbul pada sementara orang karena dia begitu memperhatikan apa yang diberikan kepadanya. Perhatiannya ini tidak timbul karena rasa tidak puas dan tidak percaya (ay. 11) atau dari ketamakan dan cinta akan dunia (ay. 12).
- 1. Perhatiannya tidak timbul karena rasa tidak puas atau tidak percaya akan Allah Sang Pemelihara: Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan (ay. 11), bukan karena ia merasa kekurangan atau takut kekurangan. Mengenai hal kekurangan, ia sudah mencukupkan diri dengan sedikit yang dimilikinya, dan itu sudah membuatnya puas. Mengenai hal ketakutan akan kekurangan, ia bergantung pada pemeliharaan Allah untuk memberinya persediaan dari hari ke hari, dan itu sudah membuatnya puas. Jadi ia tidak berbicara karena kekurangan. Sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Di sini kita mendapati gambaran tentang apa yang sudah dipelajari Paulus, pelajaran yang didapatnya bukan di bawah kaki Gamaliel, melainkan di bawah kaki Kristus. Ia telah belajar mencukupkan diri. Dan itu adalah pelajaran yang perlu dipelajari olehnya seperti juga oleh kebanyakan orang, mengingat kesulitan-kesulitan dan penderitaan-penderitaan yang dengannya ia diuji. Ia sering kali dibelenggu, ditahan, dan berkekurangan. Tetapi dalam semuanya itu ia telah belajar mencukupkan diri, yaitu menyesuaikan pikirannya dengan keadaannya, dan mengambil sisi terbaik darinya. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan (ay. 12). Ini adalah tindakan istimewa dari anugerah Allah, yaitu memampukan kita untuk menyesuaikan diri dengan setiap kondisi hidup, dan tetap berpikiran tenang dalam melewati segala macam keadaan.
- (1) Menyesuaikan diri dengan kesengsaraan, yaitu tahu apa itu merasa terhina, bagaimana menderita lapar, apa itu berkekurangan, sehingga kita tidak dikuasai oleh godaan-godaannya sampai kehilangan penghiburan kita di dalam Allah atau tidak mempercayai pemeliharaan-Nya, atau mengambil jalan pintas untuk mendapatkan persediaan.
- (2) Menyesuaikan diri dengan kesejahteraan, yaitu tahu apa itu berkelimpahan, apa itu kenyang, sehingga kita tidak sombong, atau merasa aman, atau bermewah-mewah. Dan ini pelajaran yang sesulit pelajaran sebelumnya. Sebab godaan-godaan kekenyangan dan kemakmuran tidak kurang berat dibandingkan dengan godaan-godaan kesengsaraan dan kekurangan. Tetapi bagaimana kita harus mempelajarinya? Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (ay. 13). Kita memerlukan kekuatan dari Kristus, untuk memampukan kita melakukan bukan hanya kewajiban-kewajiban yang murni kristiani, melainkan juga kewajiban-kewajiban yang merupakan buah dari kebajikan moral. Kita memerlukan kekuatan-Nya untuk mengajar kita mencukupkan diri dalam segala keadaan. Rasul Paulus kelihatan memegahkan diri dan kekuatannya sendiri: Aku tahu apa itu kekurangan (ay. 12). Tetapi di sini ia menyalurkan segala pujian kepada Kristus. “Apa yang kumaksud dengan berkata bahwa aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan? Hanya di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadakulah aku dapat melakukannya, bukan dengan kekuatanku sendiri.” Jadi, kita dituntut untuk kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya (Ef. 6:10), dan kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus (2Tim. 2:1). Dan kita dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh-Nya di dalam batin (Ef. 3:16). Kata dalam bahasa aslinya adalah kata kerja yang menunjukkan waktu sekarang, en tō endynamounti me Christō, dan itu berarti suatu perbuatan yang sedang dilakukan sekarang dan terus-menerus. Seolah-olah Rasul Paulus berkata, “Di dalam Kristus, yang sedang menguatkan aku, dan akan senantiasa menguatkan aku. Oleh kekuatan-Nya yang terus-menerus dan senantiasa barulah aku dimampukan untuk bertindak dalam segala hal. Aku bergantung pada Dia sepenuhnya untuk segenap kekuatan rohaniku.”
- 2. Perhatiannya terhadap pemberian mereka tidak timbul dari ketamakan, atau dari kesukaan terhadap kekayaan duniawi. “Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu (ay. 17), maksudnya, aku menerima kebaikan hatimu, bukan karena dengan itu kenikmatanku semakin bertambah, melainkan karena dengan itu keuntunganmu semakin bertambah.” Yang ia inginkan bukan bagi kepentingan dirinya sendiri, melainkan kepentingan mereka: “Yang kuutamakan adalah buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu, yaitu supaya kamu dimampukan untuk memanfaatkan dengan baik harta benda duniawimu, sehingga kamu bisa memberikan pertanggungjawaban untuknya dengan sukacita.” “Bukan dengan maksud untuk mengambil lebih banyak keuntungan darimu, melainkan untuk mendorongmu melakukan kebaikan yang seperti kalian lakukan itu yang akan mendatangkan balasan yang mulia di akhirat nanti. “Kalau aku,” ujar Rasul Paulus, “Aku berkelimpahan, (ay. 18). Adakah orang menginginkan apa yang lebih daripada cukup? Aku tidak menginginkan pemberian demi pemberian itu sendiri, sebab aku telah menerima semua, malahan lebih dari pada itu.” Mereka hanya mengirimnya suatu pemberian kecil, dan ia pun tidak menginginkan apa-apa lagi. Ia tidak risau menginginkan suatu kelebihan untuk sekarang, ataupun suatu persediaan untuk masa depan: Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus. Perhatikanlah, orang baik akan segera merasa cukup dengan dunia ini. Bukan hanya cukup untuk hidup di dalamnya, melainkan juga cukup telah menerima darinya. Sebaliknya, sekalipun orang duniawi yang tamak mempunyai barang berkelimpahan, ia akan tetap menginginkan lebih. Tetapi meskipun orang Kristen yang bersifat sorgawi hanya mempunyai sedikit, ia sudah merasa cukup.
- V. Rasul Paulus meyakinkan mereka bahwa Allah betul-betul menerima, dan akan membalas, kebaikan hati mereka terhadapnya.
- 1. Allah betul-betul menerimanya: Kebaikan mereka adalah suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. Bukan korban penebusan, sebab tidak ada yang membuat penebusan dosa selain Kristus, melainkan korban pengakuan, dan korban itu berkenan kepada Allah. Korban itu lebih disukai Allah karena merupakan buah dari anugerah mereka. Allah lebih menyukainya daripada Paulus sendiri yang menerimanya sebagai pemenuhan kebutuhannya. Korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah (Ibr. 13:16).
- 2. Ia akan membalasnya: Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (ay. 19). Di sini Paulus seolah-olah menarik selembar cek dari bendahara di sorga, dan menyerahkan kepada Allah untuk mengganti dengan apa saja kebaikan-kebaikan yang telah mereka tunjukkan kepadanya. “Ia akan melakukannya bukan hanya sebagai Allahmu, melainkan juga sebagai Allahku, yang menganggap apa yang dilakukan kepadaku sebagai dilakukan kepada-Nya sendiri. Kamu telah memenuhi kebutuhan-kebutuhanku, sesuai dengan kemiskinanmu, maka Ia akan memenuhi kebutuhanmu, sesuai dengan kekayaan-Nya.” Tetapi tetap saja itu terjadi melalui Kristus Yesus. Melalui Dia kita mendapat anugerah untuk melakukan apa yang baik, dan melalui Dia pula kita harus mengharapkan imbalannya. Imbalan ini diberikan bukan karena Allah berutang kepada kita, melainkan karena kita mendapat anugerah-Nya. Sebab semakin banyak kita berbuat untuk Allah, semakin kita berutang kepada-Nya, karena kita menerima lebih banyak dari-Nya.
SH: Flp 4:8-13 - Berpikir positif ala Kristen (Rabu, 2 Juni 2004) Berpikir positif ala Kristen
Ayat 8 sering disebut orang sebagai Pemikiran Positif ala Kristen.
Setelah lahir baru kita masuk ke dalam proses pe...
Berpikir positif ala Kristen
Ayat 8 sering disebut orang sebagai Pemikiran Positif ala Kristen. Setelah lahir baru kita masuk ke dalam proses pengudusan yang berjalan seumur hidup. Pengudusan yang dikerjakan Tuhan mencakup seluruh aspek dalam hidup kita, salah satu yang sangat penting yaitu aspek pikiran.
Dalam dosa manusia suka memikirkan apa yang jahat dan tidak benar di mata Tuhan. Paulus mengajak jemaat di Filipi belajar mengontrol atau melatih pikiran untuk hal-hal yang baik. Banyak hal yang kita lakukan dipicu dan dikendalikan oleh apa yang kita pikirkan. Misalnya jika kita berpikir jahat tentang seseorang maka kita akan menyatakannya pula dalam relasi dan sikap kita terhadap dia. Ketika kita berpikir kotor kita didorong untuk melakukan hal yang kotor pula. Sebaliknya, apabila kita memikirkan apa yang benar, yang mulia, yang adil, suci dan seterusnya (ayat 8), kita juga akan melakukan hal-hal benar, mulia, adil, suci. Paulus sendiri mempraktikkan prinsip ini, sehingga ia dapat hidup tanpa didikte oleh keadaan (ayat 10-13).
Pikiran tidak memiliki kekuatan otonom untuk menentukan apa yang hendak dipikirkannya. Pikiran membutuhkan anugerah Tuhan agar dapat berfungsi dengan benar. Pengudusan pikiran adalah hal yang sangat penting. Dengan anugerah Tuhan kita melatih pikiran kita dengan jalan merenungkan firman Tuhan (ayat 8). Hal-hal dalam ayat 8 meliputi berbagai macam modus kehidupan. "Yang benar" mencakup aspek rasionalitas; "yang mulia" aspek ibadah; "yang adil" aspek hukum; "kesucian atau kemurnian" mencakup aspek kesalehan; "yang manis" aspek estetika; "sedap didengar" aspek informasi yang kita konsumsi; "kebajikan" berkaitan dengan moral dan etika; "patut dipuji" mencakup konsep nilai. Kekristenan mengajarkan keutuhan dan bukan keterkepingan. Jika hati kita telah dikuduskan oleh Kristus maka seluruh aspek hidup kita pun harus dikuduskan.
Tekadku: Aku akan belajar melatih pikiranku untuk merenungkan hal-hal yang benar, yang mulia, dll. dan mengekspresikannya dalam totalitas hidupku!
SH: Flp 4:10-23 - Menanggung segala perkara. (Selasa, 3 November 1998) Menanggung segala perkara.
Dalam hidup dan pekerjaan memberitakan Injil, Paulus tidak bergantung kepada siapa pun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan...
Menanggung segala perkara.
Dalam hidup dan pekerjaan memberitakan Injil, Paulus tidak bergantung kepada siapa pun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pekerjaannya, ia tidak membebani siapa pun, sekalipun ia berhak untuk menerimanya (ayat 4:15" context="true">15; bdk.
Ucapan terima kasih dan doa. Paulus memuji dan berterima kasih atas perbuatan jemaat di Filipi yang peduli, peka, dan rela memberi. Suatu sikap yang tidak mudah dilakukan di zaman ini. Hal yang perlu digarisbawahi dan diterapkan dalam hidup kekristenan sekarang ini adalah meneladani sikap jemaat Filipi, rela memberi dengan rasa syukur dan yakin penuh pada pemeliharaan Tuhan. Ini membuktikan bahwa di dalam jemaat itu tumbuh subur kasih dan persekutuan. Doa Paulus, "kiranya Tuhan memenuhi segala keperluan jemaat Filipi agar Ia selalu dimuliakan" (ayat 9:19" context="true">19).
SH: Flp 4:10-20 - Buah pemberian (Senin, 10 September 2012) Buah pemberian
Di dalam pelayanannya, Paulus bukanlah seorang yang selalu berkecukupan secara keuangan. Kelimpahan dan kekurangan ia alami silih berg...
Buah pemberian
Di dalam pelayanannya, Paulus bukanlah seorang yang selalu berkecukupan secara keuangan. Kelimpahan dan kekurangan ia alami silih berganti (12). Namun surat Paulus kepada jemaat di Filipi ini seolah mengindikasikan bahwa Paulus sering berada di dalam kekurangan. Meski demikian Paulus tidak berkecil hati karena ia yakin bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan yang cukup untuk bertahan di dalam segala situasi (13). Tuhan juga akan memenuhi kebutuhan hidupnya menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya (19).
Sebagai orang percaya kita tentu memiliki keyakinan yang sama mengenai kehidupan hamba-hamba Tuhan yang melayani di daerah-daerah dengan situasi yang tidak mudah, khususnya yang mengalami keterbatasan keuangan. Biasanya kita akan menghibur mereka dengan mengutip kata-kata Paulus di dalam ayat 13 dan 19. Namun sayang, kita sering lupa memperhatikan ayat-ayat lainnya di dalam perikop ini.
Ayat 14 misalnya, sangat mendorong kita untuk terlibat secara langsung di dalam mendanai hamba-hamba Tuhan yang hidup kekurangan dan kesusahan. Kita percaya Tuhan akan memberikan kekuatan di dalam segala situasi, bahkan yang buruk sekalipun. Tuhan juga akan mencukupkan kebutuhan mereka menurut kekayaan-Nya. Namun sesungguhnya kita juga memiliki kesempatan untuk dipakai Tuhan menjadi alat-Nya dalam menolong hamba-hamba Tuhan yang kesusahan atau mencukupkan kebutuhan hamba-hamba Tuhan yang berkekurangan.
Tidak semua orang dapat melayani dengan menjadi misionaris, pendeta, atau guru. Namun, banyak di antara kita yang dapat melayani dengan memberikan uang kita. Menurut Paulus, uang jemaat di Filipi yang dikirimkan kepadanya telah menolong pelayanannya sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian jemaat Filipi telah menghasilkan buah (17). Maka marilah kita memuliakan Tuhan melalui rejeki atau harta yang Tuhan percayakan kepada kita dengan mendukung hamba-hamba Tuhan yang membutuhkan agar mereka dapat melayani dengan baik.
SH: Flp 4:10-23 - Tentang Memberi dari Kelebihan (Senin, 10 Agustus 2020) Tentang Memberi dari Kelebihan
Ada orang-orang di luar sana yang berlimpah harta, namun memiliki hati dermawan. Salah satu orang itu adalah Warren Bu...
Tentang Memberi dari Kelebihan
Ada orang-orang di luar sana yang berlimpah harta, namun memiliki hati dermawan. Salah satu orang itu adalah Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway. Buffett sendiri terkenal dengan cara hidup yang sederhana. Pada tahun 2010, ia berinisiatif mendirikan The Giving Pledge dan mengajak para miliarder untuk menyumbangkan kekayaan mereka. Pada tahun 2018, Warren Buffett menyumbangkan hartanya sebesar USD 46, 6 miliar (lebih dari Rp 650 triliun).
Memberi dari kelimpahan memang tampak mudah dilakukan, seperti yang dilakukan oleh jemaat di Filipi kepada Paulus. Sewaktu Paulus melakukan pelayanan dari Makedonia, mereka adalah satu-satunya jemaat yang membantu Paulus dalam hal materi untuk mendukung pelayanannya (15). Mereka memang tergolong jemaat yang mampu secara materi. Ini tampak dari kota Filipi sendiri yang merupakan pusat koloni Romawi. Di sana terdapat teater, tempat pemandian, lapangan umum, dan patung dewa-dewi Romawi. Ini menunjukkan bahwa masyarakat maupun jemaat Filipi hidup dalam kondisi yang baik.
Paulus menasihati bahwa yang terpenting dari sebuah pemberian adalah buahnya. Kebaikan hati jemaat Filipi akan membuahkan kelimpahan rohani. Pemberian itu telah menjadi persembahan yang harum dan berkenan di hadapan Allah (17-18).
Sesungguhnya memberi dari kelebihan tidak hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Setiap kita dianugerahi Allah kelebihan masing-masing. Mungkin bukan dalam bentuk materi, namun telinga untuk mendengar, waktu, tenaga, dan lain-lain. Hal ini bisa menjadi suatu kelebihan untuk menolong orang lain. Perlu kita ingat bahwa hal paling penting dalam memberi bukan objek pemberian, melainkan kekayaan dan kemuliaan dalam Kristus Yesus.
Mari kita berterima kasih untuk banyak kelebihan yang kita terima dari Allah. Biarlah pemberian kita menyatakan kemuliaan dan kasih Yesus Kristus. Kita dipanggil untuk bersyukur, sebab Allah telah menyelamatkan kita. Kita mesti sadar bahwa Allah lebih dahulu setia mengasihi umat-Nya. [FYM]
Utley -> Flp 4:10-14
Utley: Flp 4:10-14 - --NASKAH NASB (UPDATED): Fili 4:10-1410 Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang ...
NASKAH NASB (UPDATED): Fili 4:10-14
10 Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. 11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. 12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. 13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. 14 Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku.
Fili 4:10 "Aku sangat bersukacita" Paulus sangat menghargai bantuan ini gereja (uang, perhatian, doa, Epafroditus).
- NASB, NRSV "bahwa sekarang akhirnya kamu telah menghidupkan kembali perhatianmu bagiku"
- NKJV "bahwa sekarang akhirnya perhatianmu padaku telah berkembang lagi"
- TEV "setelah sekian lama kamu sekali lagi memiliki kesempatan untuk menunjukkan bahwa kamu peduli padaku"
- NJB "bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku"
Sepintas ini tampaknya merupakan pernyataan negatif dalam bahasa Inggris. Hal ini sangat mirip dengan frasa yang ditemukan dalam Rom 1:10. Istilah "menghidupkan kembali" berarti "mekar lagi." Paulus hanya ingin menyatakan bahwa mereka memiliki keinginan untuk membantu dia, tetapi mereka belum memiliki kesempatannya ( IMPERFECT TENSE dari kedua KATA KERJA dan INFINITIVE dari ay. Fili 4:10b). Ini mungkin menunjuk pada perdsembahan uang (lih. ay. Fili 4:14). Untuk sebuah artikel yang baik lihat Gordon Fee, Sejauh Mana Eksegesis? Hal. 282-289.
Fili 4:11 "aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan" Ini adalah sebuah AORIST TENSE yang menggunakan istilah Stoic (autarkēs). Para filsuf Stoa menggunakan istilah ini yang diterjemahkan sebagai "puas" sebagai tujuan filosofi mereka, yang merupakan penjauhan dari tanpa nafsu dari urusan-urusan kehidupan, "sebuah ke-swasembada-an." Paulus tidak mengatakan bahwa ia mandiri, tetapi bahwa ia dicukupkan oleh Yesus ("di dalam Tuhan," ay. Fili 4:10). Damai sejahtera Allah tidak berhubungan dengan keadaan, tetapi denga pribadi dan karya Kristus. Kepuasan ini adalah baik pandangan dunia Kristen dan persahabatan dengan Juruselamat. Konsep teologis tentang kepuasan Kristen juga ditemukan dalam 2Kor 9:8; 1Tim 6:6,8; Ibr 13:5.
Fili 4:12 Ayat ini memiliki tiga KATA KERJA PERFECT TENSE dan enam PRESENT INFINITIVE. Ini adalah penegasan yang indah dan artistik atas kepercayaan Paulus dalam pengadaan Allah saat-demi-saat "dalam Kristus." Lihat Topik Khusus: Kemakmuran di Ef 4:28.
□ "Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan." Kedua "aku tahu" ini berbentuk PERFECT ACTIVE INDICATIVE. Paulus tahu tentang keinginan dan kelimpahan! Istilah yang pertama diterjemahkan "direndahkan" dalam Fili 2:8, di mana ini digunakan untuk Yesus. Di sini kata ini berarti "kurang dari apa yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari."
Kata keduanya berarti "lebih daripada yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari." Ada dua bahaya yang dihadapi orang percaya dalam gaya hidup Kristen mereka: kemiskinan dan kekayaan (lih. Ams 30:7-9). Bahayanya adalah bahwa oleh kemiskinan seseorang bisa menjadi putus asa dengan Allah dan dengan harta benda seseorang menjadi mandiri terpisah dari Allah.
□ "Kelimpahan… kelimpahan" Lihat Topik Khusus: Melimpah di Ef 1:8.
- NASB, NRSV, TEV "Saya telah belajar rahasia"
- NKJV "Aku telah belajar"
- NJB "tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku;"
Ini secara harfiah berarti "Saya telah siterima masuk." Ini adalah satu lagi PERFECT PASSIVE INDICATIVE. Istilah ini hanya digunakan di sini dalam PB. Ini digunakan dalam agama-agama misteri bagi orang yang diterima masuk ke kultus mereka. Paulus menegaskan bahwa ia telah belajar dari pengalaman dan melalui teologia bahwa rahasia kebahagiaan yang sejati ditemukan dalam Kristus, tidak dalam keadaan (lih. Rahasia Kristen dari Kehidupan yang Berbahagia oleh Hannah Whithall Smith).
Fili 4:13 Istilah "Kristus" yang ditemukan dalam King James Version tidak terdapat dalam ayat ini dalam naskah Yunani yang tertua ( א*, A, B, atau D *). Namun demikian, KATA GANTI nya "Dia" dengan pasti menunjuk pada Yesus. Ini adalah sisi lain dari kebenaran yang ditemukan dalam Yoh 15:5. Kebenaran Alkitab sering disajikan dalam pasangan yang penuh ketegangan. Biasanya satu sisi menekankan keterlibatan Allah dan lainnya, manusia. Metode timur dalam menyajikan kebenaran sangat sulit untuk dipahami oleh orang barat. Banyak ketegangan di antara denominasi adalah kesalahpahaman dari jenis presentasi dialektis kebenaran ini. Berfokus pada satu aspek atau yang lain saja adalah suatu kesalahan pengertian! Comotan naskah-naskah yang terisolasi ini telah berkembang menjadi sistem teologia yang sebenarnya hanyalah merupakan "setengah kebenaran"!
□ "memberi kekuatan" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE, "orang yang terus memperkuat" (lih. Ef 3:16; Kol 1:11; 1Tim 1:12; 2Tim 4:17). Orang percaya perlu diperkuat oleh Kristus. Mereka juga harus menjadi kuat (lih. 1Kor 16:13 Ef 6:10; 2Tim 2:1). Ini adalah ketegangan paradoks yang begitu sering ditemukan dalam Alkitab. Kekristenan adalah suatu perjanjian, Allah memulainya dan menetapkan kondisi dan hak-hak istimewanya, namun manusia harus menanggapi dan mentaatinya dan terus melakukannya! Orang percaya berada di bawah tekanan internal dan eksternal dari guru-guru palsu dan para penganiaya! Seperti Paulus yang merasa puas dalam segala keadaan, maka mereka (dan kita juga) harus merasa puas juga.
Fili 4:14 Orang-orang percaya ini bersama-sama dengan Paulus dalam pengabaran Injil (lih. Fili 1:5) dan penganiayaan yang diakibatkannya. Lihat Topik Khusus: Kesengsaraan di Ef 3:13.
Topik Teologia -> Flp 4:11
Topik Teologia: Flp 4:11 - -- Dosa
Dosa-dosa Roh
Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
Rasa Tidak Puas
Kel 15:24 Kel 16:2-12 Ima 19:18 Bil 14:2,26-...
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Kepuasan Hati
TFTWMS -> Flp 4:11-14
TFTWMS: Flp 4:11-14 - Pernyataan Yang Mengejutkan PERNYATAAN YANG MENGEJUTKAN (Filipi 4:11, 12, 14)
Setelah mengatakan bahwa ia bersukacita atas pemberian jemaat Filipi, Paulus mungkin diharapkan unt...
PERNYATAAN YANG MENGEJUTKAN (Filipi 4:11, 12, 14)
Setelah mengatakan bahwa ia bersukacita atas pemberian jemaat Filipi, Paulus mungkin diharapkan untuk menambahkan komentar, 'Bagaimanapun, aku benar-benar membutuhkan apa yang engkau kirim itu! Aku tidak tahu apa yang akan sudah aku lakukan tanpa pemberian itu!' Kecillah keraguan bahwa rasul itu benar-benar butuh bantuan. Dalam ayat 14, ia berbicara tentang 'kesusahan'nya—sebuah kata yang kuat yang menyiratkan kekurangan (seperti yang akan kita lihat di dalam pelajaran kita berikutnya). Namun begitu, Paulus ingin para pembacanya mengetahui bahwa sukacitanya itu lebih banyak dipengaruhi oleh kepedulian yang mereka ungkapkan daripada pemberian itu sendiri. Dengan demikian ia cepat-cepat menambahkan, 'Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan' (ay. 11a). Saya teringat kepada pemberian yang anak-anak perempuan saya berikan kepada saya ketika mereka masih muda. Hadiah mereka itu sangat istimewa bagi saya—bukan karena pemberian itu meringankan kebutuhan jasmani saya tetapi karena pemberian itu menunjukkan kasih anak-anak perempuan saya terhadap saya.
Alkitab TEV menerjemahkan bagian pertama ayat 11 seperti ini: 'Aku mengatakan ini bukan karena merasa diabaikan.' Kita juga bisa memasok pemikiran ini dari konteksnya: 'Dan aku mengatakan ini bukan sebagai isyarat agar engkau mengirimkan pemberian lainnya' (lihat ayat 17a).
Pernyataan
Paulus melanjutkan untuk menuliskan 'salah satu kalimat iman dari dia yang paling tak terlupakan'5: 'Sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan' (ay. 11b). Dalam teks Yunani, kata 'aku' adalah tegas.6Hal itu seakan-akan rasul itu berkata,' Mungkin orang lain tidak belajar untuk mencukupkan diri, tapi aku telah belajar.'
Beberapa 'keadaan' yang ada di dalam pikiran Paulus tercantum di dalam ayat yang mengikuti: 'Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan' (ay. 12). Ungkapan Yunani yang diterjemahkan 'dalam segala hal dan dalam segala perkara' bisa diterjemahkan 'dalam setiap hal dan dalam semua hal.' Paulus telah belajar untuk menghadapi kehidupa 'dalam setiap hal' secara individu dan 'dalam semua hal' secara kolektif.
'Keadaan' yang Paulus cantumkan bisa dianggap sebagai naik turunnya kehidupan, titik tinggi dan rendah, waktu yang baik dan yang buruk. Rasul itu sudah mengalami titik rendah dalam hidupnya. 'Aku tahu apa itu kekurangan' diterjemahkan dari satu kata Yunani (tapeinousthai) yang berarti 'untuk direndahkan.' Kata ini berasal dari akar yang sama dengan kata yang diterjemahkan 'merendahkan diri' di 2:8. Dalam 4:12 kata itu mengacu kepada kondisi yang rendah karena tidak memiliki sumber daya yang memadai sampai pada titik harus bergantung pada orang lain. Paulus mengacukan situasi yang tidak diinginkan ini sebagai 'hal kekurangan'. Ia memberikan contoh khusus keadaan ini: 'kelaparan.' Di tempat lain, ia menulis, 'Aku < bekerja berat;< aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian' (2 Korintus 11:27). Anda mungkin pernah mengalami titik rendah dalam hidup Anda juga. Paulus telah belajar bagaimana menghadapai 'hari-hari buruk'—dan teks kita memberitahu kita caranya.
Seseorang mungkin ingin menyela: 'Tunggu sebentar! Allah telah berjanji bahwa Ia akan selalu memberi kita kebutuhan hidup [lihat Matius 6:31-33; Mazmur 37:25]. Tentunya, anak Allah tidak akan pernah lapar!' Paulus adalah seorang anak Allah, tetapi ia 'kerap tanpa makanan' (2 Korintus 11:27). Lazarus pengemis adalah orang yang Allah restui, tetapi ia kelaparan (Lukas 16:20-22). Benar, Allah memelihara kita (saya akan mengatakan lebih banyak tentang hal itu sebentar lagi) dan Ia memperhatikan perut kita—tetapi Ia lebih peduli terhadap jiwa kita. Sekarang ini, beberapa orang mengajarkan bahwa seorang anak Allah yang setia tidak akan pernah sakit, lapar, atau miskin. Kesalahan yang bersifat egois ini akan membuat Paulus 'tidak setia'; karena, dalam pelbagai kesempatan, rasul itu mengalami semua itu (2 Korintus 11:27; 12:7).
Paulus tidak hanya memiliki titik yang rendah dalam hidupnya, ia juga memiliki titik yang tinggi. Ia menulis, 'aku tahu apa itu kelimpahan,' dan ia berbicara tentang 'kelimpahan.' Beberapa orang berspekulasi bahwa Paulus berasal dari keluarga kaya dan, pada titik tertentu, telah menerima warisan. Mungkin saja itu benar, tetapi mungkin ia hanya mengacu kepada waktu ketika kemurahan hati saudara-saudara seiman melebihi kebutuhannya yang mendesak (lihat Filipi 4:18). Sekali lagi, contoh rasul itu tentang kelimpahan berhubungan dengan makanan: Ia mengacu kepada 'hal kenyang.' Pernahkah Anda menepuk-nepuk perut Anda setelah makan, menarik nafas, dan berkata, 'Aku kenyang"? Maka Anda mengerti apa yang rasul itu maksudkan.
Beberapa orang akan terkejut bahwa Paulus berkata, 'Aku tahu apa itu kelimpahan.' Saya bisa membayangkan mereka keberatan, 'Tetapi setiap orang tahu cara hidup dalam kelimpahan.' Tidak, mereka tidak tahu. Setidaknya, tidak setiap orang tahu cara hidup dalam kelimpahan seperti yang Allah inginkan. Ada banyak bahaya dalam kelimpahan sebagaimana juga dalam kemiskinan—bahkan mungkin lebih banyak. Paulus memperingatkan, Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Ketika orang menjadi miskin, bahayanya adalah keputusasaan. Ketika orang menjadi kaya, bahayanya adalah kesombongan (lihat Wahyu 3:17). Sehingga Agur berdoa, '< Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.< Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku' (Amsal 30:8, 9).
Paulus 'tidak mengijinkan kemiskinan merendahkan dia atau kemakmuran meninggikan dia.'7Ia mengerti bahwa pelbagai kondisi kehidupan dapat berubah dalam sekejap dan bahwa tidak satu pun dari kondisi itu mendefinisikan siapa dia sebenarnya. Ia percaya bahwa ia dan Tuhan bisa menangani apa pun yang terjadi pada dirinya. Dengan demikian ia bisa mengatakan, 'Sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan'—apakah 'baik' atau 'buruk.' Pernyataannya itu menakjubkan saya. Kenyataannya, pernyataan itu membuat saya malu, karena saya harus akui bahwa saya kadang-kadang tidak puas dengan situasi dalam hidup saya.
Di tempat lain, Paulus menulis bahwa ibadah/kesalehan '< kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah' (1 Timotius 6:6-8). Penulis Kitab Ibrani berkata, 'Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: 'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau'' (Ibrani 13:5).
Definisi
Inilah saatnya untuk berhenti dan bertanya, 'Tepatnya, apakah yang Paulus maksudkan ketika ia bicara tentang mencukupkan diri?' Kata 'cukup' kadang-kadang disalahartikan. Perasaan cukup bukanlah perasaan puas atau kedamaian palsu yang didasarkan pada ketidaktahuan. 'Itu bukanlah kepura-puraan bahwa [keadaan] adalah baik ketika nyatanya adalah buruk. Hal itu bukan hanya upaya untuk melihat sisi positif atas setiap masalah.'8
Saya pernah mendengar diskusi tentang 'perasaan cukup,' banyak dari diskusi itu didasarkan pada definisi kata bahasa Inggris. Kadang-kadang dibuat perbedaan antara 'perasaan cukup' dan 'perasaan puas': 'Kita harus merasa cukup dengan apa yang kita miliki,' kata beberapa orang, 'tetapi itu tidak berarti kita harus merasa puas dan tidak mencoba untuk berbuat lebih baik.' Ada beberapa kebenaran di dalam pernyataan itu—tetapi akar kata Yunani yang diterjemahkan 'mencukupkan diri' dalam Filipi 4:11 dapat berarti 'dipuaskan.'9Sejumlah terjemahan menulis 'puas' ketimbang (atau bersama dengan) 'merasa cukup' dalam ayat 11 (AB, NCV, CEV, TEV).
Jika kita benar-benar harus memahami apa yang Paulus maksudkan, kita harus melihat kepada kata Yunani ketimbang kepada bahasa Inggris atau Indonesia. Kata yang diterjemahkan 'rasa cukup' dalam 1 Timotius 6:6-8 dan Ibrani 13:5 (suatu bentuk arkeo) berarti 'cukup.' Kata yang digunakan di dalam Filipi 4:11 (suatu bentuk autarkes) adalah sebuah kata majemuk yang menggabungkan arkeo dengan kata untuk 'diri' (autos).10Alkitab NASB memiliki catatan ini pada kata 'mencukupkan diri' dalam Filipi 4:11: 'atau mandiri.' Alkitab REB menulis 'Aku sudah belajar menjadi mandiri apapun keadaanku.' Kata itu 'digunakan untuk menggambarkan orang yang melalui disiplin telah menjadi mandiri terhadap keadaan eksternal, dan yang menemukan dalam dirinya sendiri sumber daya yang lebih dari cukup untuk setiap situasi yang mungkin timbul.'11
Autarkes adalah kata favorit para filsuf Stoa di zaman Paulus. Tujuan mereka adalah untuk benar-benar mandiri sepenuhnya dengan menyangkal setiap keinginan dan menghapuskan setiap perasaan hati—termasuk kasih dan perhatian kepada orang lain. TR Glover berkata, 'Kaum Stoa menjadikan hati sebuah gurun, dan menyebutnya kedamaian.'12Alec Motyer menulis bahwa autarkes 'digunakan oleh para filsuf Stoia untuk menggambarkan orang yang tanpa emosi, ketenangan yang kaku, orang yang tidak satu pun bisa menyentuhnya.<'13Jika Anda mengetahui apa saja tentang karakter Paulus, Anda tahu bahwa ia tidak menggunakan kata autarkes dalam pengertian itu.
[Paulus bukanlah] seorang fatalis yang tidak berperasaan atau seorang stoa. Ada hal seperti 'ketidakpuasan ilahi.' Mungkin ada pelbagai kondisi yang terjadi di mana ketidakpedulian terhadap kondisi itu merupakan dosa. Merasa puas dengan ketidaksempurnaan sendiri, tidak peduli ketika orang lain sedang dalam penderitaan dan kesulitan, merasa nyaman sementara dunia luas ini tidak mengenal injil kasih karunia—yang seperti itu bukanlah perasaan cukup yang Paulus maksudkan.14
Di sisi lain, yang rasul itu benar-benar maksudkan adalah bahwa ia memiliki kecukupan dalam dirinya. Ia tidak bergantung pada keadaan luar bagi perasaan cukup dan kebahagiaan. Sayangnya, sebagian dari kita berpikir bahwa perubahan keadaan luar adalah apa yang dibutuhkan untuk membuat kita cukup:
- 'Kalau saja aku punya uang lebih banyak.<' atau ''Kalau saja aku bertanggung jawab terhadap hal-hal yang lebih ringan.<'
- 'Ketika aku menemukan istri/ suami yang baik.<' atau 'Ketika aku punya anak.<' atau 'Ketika anak-anakku sudah lebih besar.<'
- 'Kalau saja aku diberi tanggung jawab yang lebih besar.<' atau 'Kalau saja tanggung jawabku lebih sedikit.<'
Kepuasan Paulus tidak didasarkan pada situasi luar, tetapi pada kecukupan batin. Namun begitu, ini bukanlah kecukupan yang didasarkan pada sumber daya pribadi, seperti yang Stoa ajarkan. Sebaliknya, kecukupan itu didasarkan pada sumber daya ilahi (lihat 2 Korintus 9:8; 12:9, 10). Ikatlah bersama ayat 11 dan 13 dari Filipi 4 ini, maka Anda memiliki paradoks ini: Paulus tidak bergantung pada pelbagai keadaan karena ia bergantung pada Kristus. Dalam ayat 13 Alkitab AB menulis 'Aku mencukupkan ciri dalam kecukupan Kristus.'
Sebelum melihat ayat 13, ada kata lain yang untuknya perlu kita meluangkan waktu kita sejenak—kata 'belajar': 'Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (ay. 11; huruf miring oleh saya). Dalam teks aslinya, kata 'belajar' berbentuk aorist tense, yang menunjukkan satu kali peristiwa di masa lalu. Hal ini menyebabkan beberapa orang percaya bahwa rasul itu memperoleh wawasannya tentang rasa cukup dalam suatu waktu—mungkin pada saat perubahan hidupnya. Namun begitu, ketika kita mempertimbangkan ayat 11 dalam terang ayat-ayat 12 dan 13, kita menyimpulkan bahwa Paulus sedang mengatakan bahwa seluruh kehidupan Kristennya telah menjadi pengalaman belajar. Hidupnya telah menuntun dia untuk menyimpulkan (satu kali peristiwa di masa lalu) bahwa, dengan bantuan Tuhan, ia bisa menangani tantangan apa saja.
Paulus tidak dilahirkan dengan kemampuan bawaan untuk merasa cukup dalam keadaan kehidupan apa saja. 'Karunia' itu juga tidak dianugerahkan kepada dia secara mujizatiah pada saat baptisannya. Sebaliknya, Paulus telah mempelajari pelajaran ini melalui pengalaman yang menyakitkan (lihat 2 Korintus 12:7-10) dan doa yang sungguh-sungguh (lihat Filipi 4:6, 7). Jika Paulus harus mempelajari pelajaran itu, kita juga harus. Jika Paulus bisa mempelajarinya, kita juga bisa.
"… SEBAB AKU TELAH BELAJAR MENCUKUPKAN DIRI DALAM SEGALA KEADAAN."
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Filipi (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62/63 TM
Latar Belakang
Kota Filipi d...
Penulis : Paulus
Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62/63 TM
Latar Belakang
Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir Laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang terkenal.
Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius, Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang Allah berikan di Troas (Kis 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2Kor 11:9; Fili 4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan di Yerusalem (bd. 2Kor 8:1--9:15). Agaknya dua kali Paulus mengunjungi gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6).
Tujuan
Dari penjara (Fili 1:7,13-14), kemungkinan besar di Roma (Kis 28:16-31), Paulus menulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada mereka atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan perantaraan Epafroditus (Fili 4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang keadaannya yang sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Fili 1:12-30), menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (Fili 2:25-30), dan untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejahtera.
Survai
Surat Filipi tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain. Nada utama surat ini ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap jemaat itu. Dari salamnya (Fili 1:1) sampai ke doa berkat (Fili 4:23), surat ini memusatkan perhatian pada Kristus Yesus sebagai tujuan hidup dan pengharapan orang percaya akan hidup kekal.
Dalam surat ini, Paulus memang berbicara mengenai tiga masalah kecil di Filipi:
- (1) _Keputusasaan_ mereka karena masa hukumannya yang begitu lama (Fili 1:12-26);
- (2) benih-benih _perpecahan_ di antara dua orang wanita di dalam gereja (Fili 4:2; bd. Fili 2:2-4); dan
- (3) ancaman _ketidaksetiaan_ yang selalu ada dalam gereja oleh karena para penganut agama Yahudi dan orang-orang yang berpikiran duniawi (pasal 3; Fili 3:1-16).
Karena ketiga masalah yang potensial ini, kita mempunyai ajaran Paulus yang paling kaya mengenai
- (1) sukacita di tengah-tengah segala keadaan hidup (mis. Fili 1:4,12; Fili 2:17-18; Fili 4:4,11-13),
- (2) kerendahan hati dan pelayanan Kristen (Fili 2:1-18), dan
- (3) nilai pengenalan akan Kristus yang melebihi segala sesuatu (pasal 3; Fili 3:1-16).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih sayang, serta mencerminkan hubungan akrab Paulus dan orang percaya di Filipi.
- (2) Sangat memusatkan perhatian kepada Kristus, serta mencerminkan hubungan dekat Paulus dengan Kristus (mis. Fili 1:21; Fili 3:7-14).
- (3) Memberikan salah satu pernyataan yang paling mendalam mengenai Kristologi dalam Alkitab (Fili 2:5-11).
- (4) Merupakan terutama suatu "surat sukacita" PB.
- (5) Menyajikan standar kehidupan Kristen yang sangat kuat, termasuk hidup dengan rendah hati dan sebagai seorang hamba (Fili 2:1-8), berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan (Fili 3:13-14), bersukacita selalu di dalam Tuhan (Fili 4:4), mengalami kebebasan dari kecemasan (Fili 4:6), merasa senang dalam segala keadaan (Fili 4:11), dan melakukan segala hal karena kasih karunia Kristus yang memberi kekuatan (Fili 4:13).
Full Life: Filipi (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Fili 1:1-11)
A. Salam Kristen
(Fili 1:1-2)
B. Ucapan Syukur dan Doa untuk Jemaat F...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Fili 1:1-11) - A. Salam Kristen
(Fili 1:1-2) - B. Ucapan Syukur dan Doa untuk Jemaat Filipi
(Fili 1:3-11) - I. Keadaan Paulus Sekarang Ini
(Fili 1:12-26) - A. Injil Mengalami Kemajuan Karena Paulus Dipenjarakan
(Fili 1:12-14) - B. Dalam Segala Hal Kristus Diberitakan
(Fili 1:15-18) - C. Kerelaannya untuk Hidup atau Mati
(Fili 1:19-26) - II. Hal-Hal yang Penting bagi Gereja
(Fili 1:27-4:9) - A. Nasihat Paulus kepada Jemaat Filipi
(Fili 1:27-2:18) - 1. Supaya Tetap Setia
(Fili 1:27-30) - 2. Supaya Bersatu
(Fili 2:1-2) - 3. Supaya Merendahkan Diri dan Menjadi Hamba Tuhan
(Fili 2:3-11) - 4. Supaya Taat dan Berperilaku Tidak Bercela
(Fili 2:12-18) - B. Utusan-Utusan Paulus kepada Gereja
(Fili 2:19-30) - 1. Timotius
(Fili 2:19-24) - 2. Epafroditus
(Fili 2:25-30) - C. Peringatan Paulus Mengenai Ajaran Palsu
(Fili 3:1-21) - 1. Sunat Palsu Lawan Sunat Benar
(Fili 3:1-16) - 2. Berpikiran Duniawi Lawan yang Rohani
(Fili 3:17-21) - D. Nasihat Akhir Paulus
(Fili 4:1-9) - 1. Kemantapan dan Kerukunan
(Fili 4:1-3) - 2. Sukacita dan Kelemahlembutan
(Fili 4:4-5) - 3. Kebebasan dari Kekhawatiran
(Fili 4:6-7) - 4. Pengendalian Pikiran dan Kehendak
(Fili 4:8-9) - Penutup
(Fili 4:10-23) - A. Pernyataan Terima Kasih Atas Pemberian yang Diterima
(Fili 4:10-20) - B. Salam Akhir dan Doa Berkat
(Fili 4:21-23)
Matthew Henry: Filipi (Pendahuluan Kitab)
Filipi adalah sebuah kota utama di kawasan barat Makedonia, prōtē tēs meridos tēs Makedonias polis (Kis. 16:12). Nama kota ini diambil dari n...
- Filipi adalah sebuah kota utama di kawasan barat Makedonia, prōtē tēs meridos tēs Makedonias polis (Kis. 16:12). Nama kota ini diambil dari nama Filipus, raja terkenal dari Makedonia, yang memperbaiki dan memperindah kota itu, dan di kemudian hari dijadikan sebagai salah satu wilayah jajahan Romawi. Tidak jauh dari kota ini terletak Campi Philippici, tempat luar biasa yang menjadi terkenal sebagai ajang pertempuran antara Julius Caesar dan Pompei Agung, dan juga antara Agustus dan Antonius di satu pihak melawan Cassius dan Brutus di pihak lain. Namun, bagi orang-orang Kristen, kota itu menjadi kota yang paling istimewa karena surat kerasulan ini, yang ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia menjadi tahanan penjara di kota Roma pada tahun 62 Masehi. Tampaknya Rasul Paulus menaruh kebaikan hati yang khusus bagi jemaat di Filipi ini, di mana ia sendiri telah menjadi alat dalam menanam benih-benih untuk membangun jemaat. Walaupun ia harus memelihara semua jemaat, menurut surat ini, namun ia memiliki kepedulian khusus, bagaikan seorang bapa yang lemah lembut, bagi jemaat ini. Bagi orang-orang yang kepada mereka Allah telah mengutus kita untuk melakukan suatu pekerjaan baik, kita harus giat dan sepenuhnya terlibat dalam mengusahakan yang lebih baik lagi. Rasul Paulus menganggap mereka seperti anak-anaknya sendiri, dan setelah memperanakkan mereka melalui Injil itu, ia sangat ingin untuk mengasuh dan merawat mereka dengan Injil yang sama pula.
- I. Rasul Paulus telah dipanggil dengan cara yang luar biasa untuk memberitakan Injil di Filipi (Kis. 16:9). Ketika itu ia mendapat penglihatan pada waktu malam, ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Ia melihat bahwa Allah berjalan di hadapannya, dan menjadi terdorong untuk menggunakan segala macam sarana untuk melaksanakan pekerjaan baik yang telah dimulai di antara mereka, serta membangun di atas dasar yang telah diletakkan.
- II. Di Filipi Rasul Paulus harus menghadapi kesukaran yang luar biasa. Ia disesah dan dilemparkan ke dalam penjara (Kis. 16:23- 24). Namun, ia tidak mengurangi kebaikannya kepada tempat itu karena kesukaran yang ia jumpai di sana. Kita tidak boleh mengurangi kasih kita kepada sahabat-sahabat kita karena perlakuan buruk yang ditimpakan oleh musuh kepada kita.
- III. Pada mulanya jemaat di sana sangat kecil. Dimulai dengan Lidia yang bertobat dan percaya, kemudian si kepala penjara, dan beberapa orang lagi. Walaupun demikian, hal itu tidak mengecilkan hati sang rasul. Jika yang baik tidak dapat dilakukan terlebih dahulu, hal itu dapat dilakukan kemudian, dan pekerjaan terakhir akan menjadi lebih berlimpah-limpah. Kita tidak boleh berkecil hati melihat permulaan yang kecil.
- IV. Tampaknya, dari banyak bagian di dalam surat kerasulan ini, dapat dilihat bahwa jemaat Filipi bertumbuh menjadi jemaat yang berhasil, dan khususnya para saudara di sana menjadi sangat baik kepada Rasul Paulus. Ia telah menuai harta duniawi mereka, dan mengembalikannya dengan harta rohani. Ia mengakui telah menerima pemberian yang dikirimkan kepadanya (4:18), sementara pada waktu itu tidak ada satu pun jemaat lain yang mengadakan pembicaraan mengenai memberi dan menerima (4:15). Di dalam surat kerasulan ini ia memberikan kepada mereka upah nabi dan rasul, yang jauh lebih berharga daripada beribu-ribu emas dan perak.
Jerusalem: Filipi (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Filipi (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT PILIPI
KATA PENGANTAR
Pilipi, sebuah kota dagang di Masedonia, oleh Kaisar Agustus dalam tahun 4-2
seb. Kr. didjadikan ...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT PILIPI
KATA PENGANTAR
Pilipi, sebuah kota dagang di Masedonia, oleh Kaisar Agustus dalam tahun 4-2 seb. Kr. didjadikan suatu kolonisasi Romawi bagi bekas pradjurit jang berdjasa, dan 10 tahun kemudian diangkat mendjadi kota otonom, artinja langsung dibawah kuasa Kaisar.
Dizaman Paulus penduduk sebagian besar terdiri dari keluarga-keluarga bekas pradjurit Romawi, jang lain orang Masedonia asli dan Junani. Golongan Jahudi rupanja sangat ketjil, sebab tidak mempunjai sinagoge. Paulus tiba disitu pada perdjalanannja jang kedua dalam tahun 50 atau 51. Tentang kedatangan, pekerdjaan dan nasibnja disitu batjalah Kis. Ras. 16:1-40. Meskipun Paulus tidak lama tinggal disitu (Kis. Ras. 16:12), namun ia berhasil meletakkan dasar jang kukuh untuk umat disitu. Dari 16:40, dimana "kami" tiba-tiba diganti dengan "mereka" dan hal jang sama dalam 20:6, agak terang bahwa Lukas tinggal di Pilipi, dan tentu untuk melandjutkan pekerdjaan Paulus.
Paulus mengundjungi umat itu lagi sekurang-kurangnja dua kali, jaitu pada achir perdjalanannja jang ketiga. Lih. II Kor. 2:13 dan 7:5-7 lagi Kis. Ras. 20:1-6.
Sebagaimana njata dari isi dan suasana. surat hubungan Paulus dengan umat Pilipi sangat erat dan mesra. Buktinja pula, bahwa umat ini satu-satunja jang memberi (mengirim) sokongan kepada Paulus, dan Paulus menerimanja, walaupun itu berlawanan dengan pendiriannja jang umum, jang kita kenal dari I Kor. 9:1-23 dan II Kor. 11:7-12, dimana ia djuga menjatakan sebab-sebabnja. Tentu mengenai umat Pilipi ia tidak mengehawatirkan akibat-akibat jang mungkin merugikan kewibawaan dan pengaruh kerasulannja. Alasan untuk menulis surat ini adalah penerimaan sokongan pula. Umat telah mengutus seorang bernama Apofroditus untuk mengantarkan sedjumlah uang agak besar baginja dalam pendjara. Apofroditus tinggal beberapa lama, tentu untuk membantu Paulus, tetapi ia djatuh sakit sampai hampir meninggal. la sembuh kembali, tetapi kabar tentang sakitnja telah sampai di Pilipi dan sangat menggelisahkan umat. Mendengar itu ia ingin pulang selekas mungkin.
Kesempatan perginja Apofroditus digunakan Paulus untuk menulis surat ini. Memang untuk menjatakan perasaan terima kasih kepada umat jang baik hati terhadapnja itu. Tetapi bertentangan sekali dengan djiwa Paulus, mendjadikan kepentingan-kepentingan dirinja sendiri dari pusat minatnja. Ia memandang sokongan umat itu semata-mata sebagai suatu persembahan kepada Allah guna pemakluman Indjil.
Memang surat ini sangat bertjorak pribadi, sebagai suatu pertjakapan dari hati kehati, tetapi Paulus bukan lagi Rasul Paulus, kalau ia tidak mengisinja dengan djiwa Indjil sepenuh-penuhnja, dan memberi adjaran-adjaran jang penting. Dan itu dibuatnja sampai surat inipun bernilai tinggi sekali untuk seluruh Geredja pada segala abad, bagi kita pribadi djuga.
la tidak memberi uraian-uraian tentang isi dan pengertian suatu adjaran pokok. Adjaran-adjaran jang diberikannja melulu mengenai praktek hidup.
Pengadjaran jang agak luas, ialah peringatan dan dorongan, supaja umat tetap bersatu dalam tjinta-kasih berdasarkan roh dan sikap kerendahan hati. Itu chususnja dalam 1:27--2:11. Ditengah pengadjaran itu, sebagai pusatnja, terdapat madah-pudjian jang indah sekali, atas tjinta Kristus kepada kita, jang karena tjintanja itu merendahkan dirinja sampai mati disalib (2:6-11). Patutlah madah ini tetap berkumandang dalam telinga kita, mendjadi pendorong untuk membalas tjinta itu, chususnja dengan meneladan tjontoh Jesus itu dengan tjinta kasih jang rela berkurban terhadap sesama kita.
Satu peringatan jang luas pula meliputi seluruh bab 5. Isi dan maksudnja supaja umat waspada terhadap andjuran-andjuran palsu jang mungkin sampai keumat Pilipi djuga.
TFTWMS: Filipi (Pendahuluan Kitab) SATU-SATUNYA "RAHASIA" YANG PERLU KITA KETAHUI
Filipi 4:10-14
'Aku punya rahasia': Ada sesuatu yang menarik tentang kata-kata it...
SATU-SATUNYA "RAHASIA" YANG PERLU KITA KETAHUI
Filipi 4:10-14
'Aku punya rahasia': Ada sesuatu yang menarik tentang kata-kata itu. Daun telinga kita berdiri, dan orang-orang menyondongkan tubuhnya ke depan saat mereka berbisik, 'Apa itu? Aku tidak akan beritahu siapapun!' Beberapa 'agama misteri' memanfaatkan keingintahuan manusia terhadap rahasia untuk memangsa orang yang polos. Agama-agama itu memiliki pelbagai ungkapan 'rahasia' dan ambil bagian dalam pelbagai ritual 'rahasia.' Mereka mengklaim memegang kunci misteri alam semesta. Mereka menjanjikan pengetahuan yang hanya tersedia bagi orang yang sudah menjadi anggota. Berbeda dengan penipuan ini, lihatlah ayat 12 dari teks kita. Di sana, Paulus menyinggung sebuah 'rahasia' yang asli dan penting yang ia miliki: '< Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.' Earl Palmer menyebut ini 'satu-satunya rahasia yang kita butuhkan.'1
Kita mendekati akhir surat Paulus kepada jemaat Filipi. Ia punya satu tugas akhir: mengungkapkan penghargaannya atas pemberian yang mereka telah kirim kepada dia melalui Epafroditus. Tentu saja, rasul itu tidak hanya berkata, 'Terima kasih.' Sebaliknya, 'seperti sudah menjadi kebiasaan pada pelbagai tulisan Paulus, bahkan sesuatu yang sederhana seperti mengucapkan terima kasih bisa berubah menjadi satu paragraf panjang yang berisi saat-saat mendalam tentang kerohanian dan wawasan yang praktis.'2Kita akan menjumpai beberapa dari 'saat-saat yang mendalam' itu di dalam pelajaran ini—termasuk 'rahasia' rasul itu tentang mencukupkan diri.
TFTWMS: Filipi (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Earl F. Palmer, Integrity in a World of Pretense: Insights from the Book of Philippians (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, ...
Catatan Akhir:
- 1 Earl F. Palmer, Integrity in a World of Pretense: Insights from the Book of Philippians (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 170.
- 2 Ibid., 169.
- 3 Wayne Jackson, The Book of Philippians (Abilene, Tex.: Quality Publications, 1987), 85.
- 4 W. E. Vine, The Expanded Vine's Expository Dictionary of New Testament Words, ed. John R. Kohlenberger III (Minneapolis: Bethany House Publishers, 1984), 966.
- 5 Palmer, 169.
- 6 Ada penekanan ganda pada kata 'Aku.' Pertama, kata itu ditekankan melalui pengulangan: Ada kata 'Aku' yang tersirat pada kata kerja yang diterjemahkan 'Aku telah belajar,' tetapi kata Yunani untuk 'Aku' (ego) ditambahkan sebelum kata kerja itu. Kedua, kata itu ditekankan melalui posisinya dalam ayat itu: Kata itu ditempatkan lebih dahulu di dalam kalimat itu (sebelum kata Yunani untuk 'untuk'); ini merupakan posisi yang sangat penting.
- 7 James M. Tolle, Notes on Philippians (San Fernando, Calif.: Tolle Publications, 1972), 73.
- 8 Leon Barnes, That You May Know Christ: Studies from Philippians (Searcy, Ark.: Resource Publications, 1992), 161.
- 9 Vine, 226.
- 10 Ibid.
- 11 Gerald F. Hawthorne, Word Biblical Commentary, vol. 43, Philippians, ed. David A. Hubbard and Glenn W. Barker (Waco, Tex.: Word Books, 1983), 198.
- 12 Dikutip dalam William Barclay, The Letters to the Philippians, Colossians, and Thessalonians, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 85.
- 13 Alec Motyer, The Message of Philippians: Jesus Our Joy, The Bible Speaks Today series, ed. John R. W. Stott (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1984), 217.
- 14 Charles R. Erdman, The Epistle of Paul to the Philippians (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1983), 148.
- 15 Vine, 595.
- 16 Hawthorne, 200.
- 17 Erdman, 148.
- 18 Hawthorne, 201.
- 19 Vine, 1097.
- 20 Hugo McCord, McCord's New Testament Transla-tion of the Everlasting Gospel (Henderson, Tenn.: Freed-Hardeman University, 1988), 197.
- 21 See Barclay, 84.
- 22 Oliver Cromwell, dikutip dalam Ralph P. Martin, The Epistle of Paul to the Philippians, rev. ed., Tyndale New Testament Commentaries, ed. R. V. G. Tasker (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 179.
- 23 John F. Walvoord, Philippians: Triumph in Christ, Everyman's Bible Commentary (Chicago: Moody Press, 1971), 113-14.
- 24 Gagasan ini disadur dari Avon Malone, Press to the Prize (Nashville: 20th Century Christian, 1991), 118
- 25 Daftar ini disadur dari Coy Roper, 'I Can Do All Things,' sermon preached at the Metro church of Christ, Greater Detroit, Michigan, 7 June 1987.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Filipi (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI FILIPI
PENGANTAR
Jemaat di Filipi adalah jemaat pertama yang didirikan Paulus di Eropa. Filipi
terletak di Makedonia,
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI FILIPI
PENGANTAR
Jemaat di Filipi adalah jemaat pertama yang didirikan Paulus di Eropa. Filipi terletak di Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Surat \\Paulus Kepada Jemaat di Filipi\\ ini ditulis ketika Paulus berada di penjara. Hatinya pada saat itu cemas karena ada pekerja-pekerja Kristen yang menentangnya. Juga karena di dalam jemaat di Filipi itu ada orang-orang yang mengajarkan ajaran-ajaran yang menyesatkan. Meskipun demikian surat Paulus ini bernada gembira dan penuh harapan. Apa sebabnya demikian? Tidak lain hanyalah karena Paulus percaya sekali kepada Kristus.
Paulus menulis surat ini karena pertama-tama ia mau mengucap terima kasih kepada jemaat di Filipi atas pemberian yang telah diterimanya dari mereka ketika ia berada dalam kesukaran. Dan dalam kesempatan ini pula ia ingin memberi dorongan kepada mereka supaya mereka berani dan tabah dalam menghadapi kesukaran. Ia minta dengan sangat supaya mereka rendah hati seperti Yesus, dan tidak dikuasai oleh perasaan angkuh dan mementingkan diri sendiri. Ia mengingatkan mereka bahwa hanya karena rahmat Allah sajalah, Allah membuat mereka bersatu dengan Kristus berdasarkan percaya mereka kepada-Nya, bukan karena mereka taat menjalankan upacara-upacara agama yang ditentukan dalam hukum agama Yahudi. Selanjutnya Paulus menulis juga tentang kegembiraan dan sejahtera yang diberikan Allah kepada orang-orang yang hidup bersatu dengan Kristus.
Ciri khas surat ini ialah tekanannya pada kegembiraan, keteguhan hati, kesatuan, dan ketabahan orang Kristen dalam mempertahankan percayanya kepada Kristus dan dalam menjalani hidup sebagai orang Kristen. Surat ini menunjukkan juga betapa cintanya Paulus kepada jemaat di Filipi itu.
Isi
- Pendahuluan
Filipi 1:1-11 - Keadaan Paulus sendiri
Filipi 1:12-26 - Kehidupan orang Kristen
Filipi 1:27-2:18 - Rencana untuk Timotius dan Epafroditus
Filipi 2:19-30 - Peringatan terhadap musuh-musuh dari luar dan dari dalam
Filipi 3:1-4:9 - Paulus dan kawan-kawannya di Filipi
Filipi 4:10-20 - Penutup
Filipi 4:21-23
Ajaran: Filipi (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti pentingnya pemeliharaan terhadap persekutuan dan
kesatuan dengan Kristus sebagai Tuhan dan Rajanya, sehingga In
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti pentingnya pemeliharaan terhadap persekutuan dan kesatuan dengan Kristus sebagai Tuhan dan Rajanya, sehingga Injil dapat disebarluaskan.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Filipi. (Dan juga semua orang percaya di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Filipi terbagi atas 4 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas ajaran Rasul Paulus tentang kesukacitaan hidup di dalam Tuhan Yesus.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Filipi
Pasal 1 (Fili 1:1-30).
Pengajaran bahwa Kristus adalah hidup orang percaya
Dalam bagian ini, Rasul Paulus menyatakan bahwa seluruh hidupnya adalah untuk memberitakan Injil, baik melalui perkataan maupun melalui perbuatan/sikap hidup.
Pendalaman
- Bacalah pasal Fili 1:21-22. _Tanyakan_: Apakah arti hidup bagi Rasul Paulus? Dan bagaimanakah dengan saudara?
- Bacalah pasal Fili 1:27. _Tanyakan_: Apakah perintah Rasul Paulus untuk hidup berbuah?
Pasal 2 (Fili 2:1-30).
Pengajaran tentang kehidupan Kristus merupakan teladan bagi kehidupan orang Kristen
Dalam bagian ini, Rasul Paulus mengajarkan bahwa kerendahan hati, kelemahlembutan, kasih, kesabaran dsb. dari sikap hidup Tuhan Yesus, merupakan teladan bagi hidup segenap orang Kristen.
Pendalaman
Bacalah pasal Fili 2:1-4,11. _Tanyakan_: Apakah yang ada di dalam Tuhan Yesus? Mengapakah Tuhan Yesus dipermuliakan?
Pasal 3 (Fili 3:1-21).
Pengajaran tentang pengenalan akan Kristus sebagai kebahagiaan bagi kehidupan orang Kristen
Pendalaman
Bacalah pasal Fili 3:1-11. _Tanyakan_: Apakah yang dikehendaki oleh Rasul Paulus dalam ayat 10 (Fili 3:10)? Apakah yang diperoleh dari mengenal Kristus ayat 11 (Fili 3:11)?
Pasal 4 (Fili 4:1-23).
Pengajaran tentang Kristus sebagai pendamaian bagi kehidupan orang Kristen
Pendalaman
Bacalah ayat (Fili 4:1-4,8-9). _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan oleh Rasul Paulus dalam ayat 2 (Fili 4:2)? Apakah yang harus dilakukan oleh orang Kristen menurut ayat 8-9 (Fili 4:8-9)?
II. Kesimpulan
Dalam Kitab Filipi, Rasul Paulus mengajarkan bahwa kehidupan yang bersukacita senantiasa ada di dalam Tuhan Yesus, walaupun di dalam kesulitan dan kesusahan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Filipi?
- Apakah pokok pengajaran Kitab Filipi?
- Kehidupan siapakah yang harus menjadi teladan bagi orang Kristen?
Intisari: Filipi (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat ucapan terima kasih
KOTA FILIPI.Filipi adalah koloni Romawi yang sebagian besar penduduknya adalah pendatang dari Italia yang tetap set
Sepucuk surat ucapan terima kasih
KOTA FILIPI.
Filipi adalah koloni Romawi yang sebagian besar penduduknya adalah pendatang dari Italia yang tetap setia kepada Roma. Filipi adalah sebuah kota besar, pusat kegiatan dagang yang ramai, tetapi tidak terkenal karena standar moral penduduknya.
SURAT FILIPI.
Jelas bahwa Paulus menulis dari dalam penjara (Fili 1:12) boleh jadi di Roma, dan bila demikian surat ini ditulis antara tahun 61 dan 63 M. Beberapa orang beranggapan bahwa surat ini ditulis dari Efesus, berarti 10 tahun lebih awal dari anggapan pertama. Pada dasarnya surat ini merupakan surat'ucapan terima kasih' yang dikirim melalui Epafroditus untuk gereja di Filipi atas pemberian yang telah mereka kirimkan. Surat ini datang dari Paulus dan kawannya, Timotius.
GEREJA DI FILIPI.
Paulus dipakai Tuhan sebagai pendiri gereja di Filipi. Di sana ia bertemu dengan kelompok wanita yang sedang berbakti di tepi sebuah sungai dan salah satu dari mereka, bernama Lidia, menyambut Injil (Kis 16:14). Tak lama kemudian Paulus dan Silas digiring ke muka pengadilan dengan tuduhan yang dibuat-buat, dipukuli dan dijebloskan ke dalam penjara. Pada tengah malam, sementara mereka berdoa dan memuji Allah, terjadilah gempa bumi dahsyat yang menggoncangkan penjara sampai ke fondasinya. Pengawal penjara yang menyadari bahwa para tawanan dapat melepaskan diri, hampir saja bunuh diri. Paulus menghalangi niatnya dan orang itu menangis memohon pertolongan sambil berkata "Tuan-tuan apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (Kis 16:30). Setelah mengetahui jalan keselamatan, bukan hanya pengawal penjara itu saja, tetapi seluruh keluarganya pun bertobat dan dibaptis.
CIRI-CIRI UTAMA.
Rupanya rasul Paulus mempunyai kasih yang istimewa terhadap gereja di Filipi. Orang Kristen di sana menjadi sumber sukacita besar dan dorongan baginya (Fili 1:3-5). Nada sukacita dan gembira mengalir dalam seluruh isi surat. Dalam pasal ketiga Paulus membuat suatu perbandingan dengan menuliskan pada satu sisi hal-hal yang paling dihargainya sebelum ia menjadi Kristen dan pada sisi lain apa yang kini menjadi kesukaannya sebagai seorang Kristen. Jelaslah bahwa ia telah mendapat keuntungan yang lebih besar daripada kerugiannya karena penyerahannya kepada Kristus.
Pesan
1. Hal-hal yang harus disyukuri:o persekutuan dalam Injil. Fili 1:5, 7
o kemampuan mengatasi situasi sulit. Fili 1:12
o khotbah penginjilan walaupun motivasinya beragam. Fili 1:15-18
2. Hal-hal yang perlu didoakan:
o untuk kasih yang melimpah. Fili 1:9
o untuk pilihan yang benar. Fili 1:10
o untuk kehidupan yang memuliakan Allah. Fili 1:11
3. Sikap yang harus dimiliki:
o tidak mementingkan diri sendiri. Fili 2:4
o keinginan untuk melayani. Fili 2:7
o keinginan untuk berkorban. Fili 2:8
4. Nilai-nilai yang harus diperbarui:
o latar belakang agama. Fili 3:5
o ketulusan yang nyata. Fili 3:6
o kehidupan moral. Fili 3:6
5. Kemuliaan harus disambut: Fili 3:20, 21
6. Pelajaran untuk dipelajari:
o hidup dalam keserasian. Fili 4:2
o selalu bersukacita. Fili 4:4
o mengatasi kekuatiran. Fili 4:6
o berpikir positif. Fili 4:8
o selalu merasa cukup. Fili 4:11
o percaya kepada Allah. Fili 4:19
Penerapan
Jemaat Filipi mengajar kita...
1. Seperti apa seharusnya orang Kristen.o penuh kasih
o sanggup menilai benar-salah
o jujur
o siap bekerja sama
o penuh sukacita
o rendah hati
o puas
o berpusatkan Kristus
2. Seperti apa seharusnya pemimpin-pemimpin Kristen.
o penuh perhatian
o rela berkorban
o tidak mengeluh
o praktis
o penuh terima kasih
3. Tentang orang yang dapat kita teladani.
o Timotius - seorang anak rohani yang berharga
o Epafroditus - seorang pembawa pesan yang simpatik
o Euodia dan Sintikhe - wanita-wanita yang sedang berselisih
Tema-tema Kunci
1. Sukacita.
Kata itu menjadi lebih berkesan ketika kita tahu bahwa orang yang mengatakan "bersukacita selalu", menulisnya dari dalam penjara! Mudah untuk kelihatan bersukacita ketika keadaan di luar menggembirakan. Namun, Kristen harus tahu rahasia sukacita hati yang dalam dan menetap, yang tidak terpengaruh oleh keadaan luar. Sukacita itu dijanjikan sendiri oleh Yesus kepada para pengikut-Nya (Yoh 15:11). Telusuri tema tentang sukacita dalam seluruh surat dan berikan pendapat tentang alasan utama dari sukacita Rasul Paulus terhadap gereja di Filipi.
2. Keserupaan dengan Kristus.
Filipi 2:5-11 boleh jadi merupakan bagian dari lagu pujian dalam gereja mula-mula. Ini juga merupakan salah satu perikop tentang Kristologi yang terkenal dalam Perjanjian Baru. Perikop ini menelusuri langkah-langkah yang diambil oleh Putra Allah dalam memberikan keselamatan kepada kita. Namun juga, merupakan teladan yang harus kita ikuti. Kita harus mempunyai sikap mental seperti Kristus, dengan kata lain, tahu mengorbankan diri. Paulus sering menulis tentang mencontoh Kristus dan bahkan mencotoh dia sendiri (Efe 5:1; 1Kor 4:16; 11:1; Fili 3:17). Haruskah kita mampu membuat orang meneladani kita?
3. Nilai-nilai
Pertobatan bagi Paulus berarti perubahan pandangan secara total -- hal-hal yang dahulunya sangat dihargai sekarang tidak berarti sama sekali. Bagi Paulus hal yang dibanggakannya ialah pendidikan agama yang diterimanya sejak kecil. Bagi orang lain kebanggaan itu bisa status sosial, latar belakang pendidikan dan keadaan keuangan mereka. Kristus mengarahkan pandangan kita kepada hal yang lebih tinggi dan mengingatkan kita akan kewargaan kita di surga. Tuhan kita sendiri banyak membicarakan hal ini.
Pelajarilah ajaran Tuhan kita tentang harta duniawi (Luk 12:15; Mat 6:19-21, 33). Apakah ini yang menjadi penyebab mengapa orang kaya susah menjadi Kristen? (Mar 10:23, 24).
4. Kepuasan.
Paulus memberikan kesan bahwa ia telah belajar untuk mencukupkan diri dan mungkin hal itu bukan pelajaran yang mudah baginya. Ia pernah berkata, "...ibadah disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar" (1Tim 6:6).
Lihat 2Korintus 11:24-28 dan renungkan pernyataan Paulus sehubungan dengan pengalamannya itu. Pikirkan bagaimana Paulus belajar tentang kepuasan.
Garis Besar Intisari: Filipi (Pendahuluan Kitab) [1] SUKACITA DALAM PENDERITAAN Fili 1:1-30
Di sini kita membaca Rasul Paulus
Fili 1:1, 2mengirim salam
Fili 1:3-7menyampaikan terima kasih
Fil
[1] SUKACITA DALAM PENDERITAAN Fili 1:1-30
Di sini kita membaca Rasul PaulusFili 1:1, 2 | mengirim salam |
Fili 1:3-7 | menyampaikan terima kasih |
Fili 1:8-11 | berdoa |
Fili 1:12-14 | berkemenangkan |
Fili 1:15-26 | mempercayai |
Fili 1:27-30 | menantang |
[2] SUKACITA DALAM PELAYANAN Fili 2:1-30
Paulus memberikan kepada kita beberapa nasihat praktis tentang pelayanan Kristen
Fili 2:1-4 | hidup bersama dalam keharmonisan |
Fili 2:5-11 | meneladani Kristus |
Fili 2:12, 13 | mempertahankan keselamatan |
Fili 2:14-18 | berhenti mengeluh |
Fili 2:19-30 | menghormati pelayan-pelayan Tuhan |
Timotius (Fili 2:19-24) | |
Epafroditus (Fili 2:25-30) |
[3] SUKACITA DI DALAM KRISTUS Fili 3:1-21
Fili 3:1-11 | Yang dulu dibanggakan dianggap sampah |
Fili 3:12-16 | Perlombaan yang belum selesai |
Fili 3:17-21 | Kewargaan yang harus dijunjung tinggi |
[4] SUKACITA DALAM KEPUASAN Fili 4:1-20
Fili 4:1-4 | Sumber sukacita |
Fili 4:5-9 | Rahasia sukacita |
Fili 4:10-20 | Pemberian sukacita |
Fili 4:21-23 | Salam perpisahan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi