Teks -- Roma 13:1 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rm 13:1
Full Life: Rm 13:1 - TAKLUK KEPADA PEMERINTAH.
Nas : Rom 13:1
Allah memerintahkan orang Kristen untuk taat kepada pemerintah,
karena pemerintah merupakan lembaga yang didirikan dan ditetapkan ol...
Nas : Rom 13:1
Allah memerintahkan orang Kristen untuk taat kepada pemerintah, karena pemerintah merupakan lembaga yang didirikan dan ditetapkan oleh Allah. Allah telah mendirikan pemerintah karena di dalam dunia yang tercemar ini kita memerlukan pembatasan-pembatasan tertentu untuk melindungi kita dari kekacauan dan pelanggaran hukum yang menjadi akibat wajar dari dosa.
- 1) Pemerintah sipil, sebagaimana halnya seluruh kehidupan ini berada di bawah hukum Allah.
- 2) Allah telah menetapkan pemerintah sebagai pelaksana keadilan, membatasi kejahatan dengan menghukum pelaku kesalahan dan melindungi yang baik di dalam masyarakat (ayat Rom 13:3-4; 1Pet 2:13-17).
- 3) Paulus menggambarkan pemerintah sebagaimana seharusnya. Pada saat pemerintah meninggalkan fungsinya yang semestinya ia tidak lagi berasal dari Allah atau bekerja menurut maksud-Nya. Misalnya, pada saat pemerintah menuntut sesuatu yang bertentangan dengan Firman Allah, orang Kristen harus lebih menaati Allah daripada manusia lain (Kis 5:29; bd. Dan 3:16-18; 6:7-11).
- 4) Semua orang percaya wajib untuk berdoa bagi para penguasa (1Tim 2:1-2).
Jerusalem -> Rm 13:1
Jerusalem: Rm 13:1 - yang tidak berasal dari Allah Paulus membenarkan asas, bahwa segala kekuasaan berasal dari Allah, asal kekuasaan itu syah dan dipakai untuk apa yang baik. Dengan jalan itu agama Kr...
Paulus membenarkan asas, bahwa segala kekuasaan berasal dari Allah, asal kekuasaan itu syah dan dipakai untuk apa yang baik. Dengan jalan itu agama Kristen meresap ke dalam hidup biasa, Rom 13:1-7, seperti meresap ke dalam hidup susila, Rom 12:1. Paulus tidak berkata secara lain setelah pengejaran pertama menimpa jemaat Kristen.
Ende: Rm 13:1 - Kuasa para atasanmu Jang dimaksudkan ialah pemerintah negara beserta para
pendjabat dan pegawainja jang sah.
Jang dimaksudkan ialah pemerintah negara beserta para pendjabat dan pegawainja jang sah.
Ende: Rm 13:1 - Jang sekarang memegang kuasa Paulus disini tentu ingat akan pemerintah
kekaisaran Roma.
Paulus disini tentu ingat akan pemerintah kekaisaran Roma.
Ref. Silang FULL -> Rm 13:1
Ref. Silang FULL: Rm 13:1 - kepada pemerintah // ada, ditetapkan · kepada pemerintah: Tit 3:1; 1Pet 2:13,14
· ada, ditetapkan: Dan 2:21; 4:17; Yoh 19:11
· kepada pemerintah: Tit 3:1; 1Pet 2:13,14
· ada, ditetapkan: Dan 2:21; 4:17; Yoh 19:11
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Rm 13:1 - -- 13:1 Tiap-tiap orang766 harus takluk kepada pemerintah767 yang di atasnya,768 sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerint...
13:1 Tiap-tiap orang766 harus takluk kepada pemerintah767 yang di atasnya,768 sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
Dalam ayat ini Paulus memberi perintah yang jelas, bahwa kita harus takluk kepada pemerintah, dan dia menyebut dasar teologis bagi perintah tersebut, yaitu bahwa tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah. Sisa dari bagian ini, yaitu pasal 13:2-7, menjelaskan dan menerapkan perintah dan dasarnya.
Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya...
Berkaitan dengan nats ini, sering kali orang membahas masalah keterbatasan perintah ini. "Apakah Paulus mau supaya kita taat seandainya kita disuruh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Allah?" Tetapi sebenarnya mereka tidak pernah diperintahkan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Alkitab. Lebih dari itu, sebagai kepala keluarga mereka tidak membayar pajak yang diwajibkan, sebagai pengemudi mereka melanggar segala macam peraturan lalu lintas, dan sebagai mahasiswa mereka nyontek dalam ujian dan "meminjam" pekerjaan rumah dari teman. Memang masalah keterbatasan firman harus takluk kepada pemerintah perlu dibahas, tetapi biarlah masalah ini dibahas oleh orang yang membayar pajak, mengemudi, dan belajar secara tertib!
...sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
Bahwa setiap pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah sering dikatakan dalam Perjanjian Lama. Dalam Amsal 8:15-16 hikmat (yang ditetapkan oleh Allah) berseru, "Karena aku para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi."769
Hagelberg: Rm 13:1-7 - -- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
Dalam pasal 12:14-21 kita membaca bahwa sikap kasih yang utama adalah tidak membela diri dengan membala...
d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
Dalam pasal 12:14-21 kita membaca bahwa sikap kasih yang utama adalah tidak membela diri dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, karena dia yang mengasihi seperti itu adalah orang yang pikirannya dibaharui oleh Roh Allah. Sebagai warga Aiwn/Aion Baru yang mempunyai iman yang kokoh, dia yakin bahwa dia mempunyai Pembela yang akan membalas, sehingga dia selalu menanggapi kejahatan dengan kebaikan. Walaupun kelihatannya dia kalah, tetapi sebenarnya dia menang. Dia "mengalahkan kejahatan dengan kebaikan."
Ternyata sikap iman tersebut menjadi dasar pasal 13:1-7, karena dalam bagian ini kita diperintahkan untuk tunduk kepada pemerintah. Ini tidak menjadi masalah, kecuali ada pemerintah yang jahat, seperti pada zaman Rasul Paulus, di mana katanya kaisar sangat jahat. Tetapi walaupun pemerintah jahat, tetapi warga Aiwn/Aion Baru yang mempunyai iman yang kokoh selalu menanggapi kejahatan dengan kebaikan. Dengan kata lain, pasal 13:1-7 merupakan penerapan khusus dari apa yang diuraikan secara umum dalam pasal 12:14-21.
Hagelberg: Rm 13:1 - -- 13:1 Tiap-tiap orang766 harus takluk kepada pemerintah767 yang di atasnya,768 sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerint...
13:1 Tiap-tiap orang766 harus takluk kepada pemerintah767 yang di atasnya,768 sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
Dalam ayat ini Paulus memberi perintah yang jelas, bahwa kita harus takluk kepada pemerintah, dan dia menyebut dasar teologis bagi perintah tersebut, yaitu bahwa tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah. Sisa dari bagian ini, yaitu pasal 13:2-7, menjelaskan dan menerapkan perintah dan dasarnya.
Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya...
Berkaitan dengan nats ini, sering kali orang membahas masalah keterbatasan perintah ini. "Apakah Paulus mau supaya kita taat seandainya kita disuruh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Allah?" Tetapi sebenarnya mereka tidak pernah diperintahkan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Alkitab. Lebih dari itu, sebagai kepala keluarga mereka tidak membayar pajak yang diwajibkan, sebagai pengemudi mereka melanggar segala macam peraturan lalu lintas, dan sebagai mahasiswa mereka nyontek dalam ujian dan "meminjam" pekerjaan rumah dari teman. Memang masalah keterbatasan firman harus takluk kepada pemerintah perlu dibahas, tetapi biarlah masalah ini dibahas oleh orang yang membayar pajak, mengemudi, dan belajar secara tertib!
...sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
Bahwa setiap pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah sering dikatakan dalam Perjanjian Lama. Dalam Amsal 8:15-16 hikmat (yang ditetapkan oleh Allah) berseru, "Karena aku para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi."769
Hagelberg: Rm 12:1--13:14 - -- 1. Penyesuaian pada Aiwn/Aion Baru 12:1-13:14
Sebagai warga Aiwn/Aion Baru, dengan iman kita mengerti tempat diri kita dalam Tubuh Kristus dan di ba...
1. Penyesuaian pada Aiwn/Aion Baru 12:1-13:14
Sebagai warga Aiwn/Aion Baru, dengan iman kita mengerti tempat diri kita dalam Tubuh Kristus dan di bawah pemerintah kita, di mana kita selalu mengutamakan orang lain lebih dari diri kita sendiri.
Dalam pasal 6:4 Paulus berkata, "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia... supaya, sama seperti Kristus dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita hidup dalam pembaharuan hidup." Hal yang sama dikatakan dalam pasal 6:11-12, di mana dia berkata, "...kamu mati terhadap dosa, tetapi hidup terhadap Allah dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana sehingga kamu mentaatinya dalam keinginan-keinginannya." Dengan kata lain, Paulus mau supaya kita menerapkan suatu perubahan yang sangat mendasar yang telah terjadi pada kita. Dulu kita berada dalam Aiwn/Aion Lama, dikuasai oleh Maut, tetapi sekarang kita sudah dipindahkan ke dalam Aiwn/Aion Baru, maka, janganlah kita tetap hidup sebagai hamba Maut.
Suatu pengamatan yang sangat mudah dimengerti, tetapi juga yang jarang diperhatikan, adalah bahwa bagian ini terdiri dari perintah-perintah yang dimaksudkan untuk ditaati. Walaupun demikian, orang yang dibenarkan oleh iman tidak menjadi orang yang taat secara otomatis. Ada teologia yang berkata bahwa setiap orang percaya, setiap orang yang dibenarkan karena iman pada Kristus, pasti hidup secara rohani. Kami tidak setuju. Memang ada suatu kepastian, yaitu bahwa mereka akan masuk Kerajaan Sorga, karena mereka sudah dibenarkan. Tetapi tidak ada kepastian bahwa setiap kita akan menyesuaikan hidup kita pada Aiwn/Aion Baru, seperti apa yang diperintahkan dalam bagian ini. Baik orang percaya yang taat, maupun orang percaya yang tidak taat, akan masuk Kerajaan Sorga sebagai orang yang tidak layak, tidak layak tetapi dibenarkan karena kemurahan Allah. Maka kita perlu mengingat bahwa ketaatan yang diharapkan dari kita tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi harus dijalankan dengan pertolongan dari Roh Allah, meskipun disertai pergumulan.
Hagelberg: Rm 12:1--15:13 - -- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
Oleh karena orang yang dibenarkan karena iman mau melakukan kehendak Allah, maka langkah-lang...
D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
Oleh karena orang yang dibenarkan karena iman mau melakukan kehendak Allah, maka langkah-langkah kehendak Allah diuraikan secara khusus.
Dalam pasal 11:32 kita membaca bahwa tujuan Allah adalah "supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua". Maka "kemurahan" tersebut menjadi batu loncatan bagi Paulus supaya dia dapat menguraikan bagaimana orang percaya dapat melaksanakan kehendak Allah. Dalam pasal 6-8 prinsip-prinsip kehidupan yang sesuai dengan Aiwn/Aion Baru dan kehadiran Roh Allah diuraikan. Dalam bagian ini prinsip-prinsip tersebut diterapkan secara khusus dalam hidup kita. Jadi, bagian ini menguraikan secara nyata arti dari karya Roh Allah yang baru dikemukakan dalam pasal 8.
Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rm 13:1-6
Matthew Henry: Rm 13:1-6 - Kepatuhan kepada Penegak Hukum Ditekankan
Ada tiga pelajaran baik yang diajarkan kepada kita dalam pasal ini. Di sini Rasul Paulus lebih mengembangkan ajaran-ajarannya daripada dalam pasal...
- Ada tiga pelajaran baik yang diajarkan kepada kita dalam pasal ini. Di sini Rasul Paulus lebih mengembangkan ajaran-ajarannya daripada dalam pasal sebelumnya, sebab ia menganggapnya lebih penting untuk ditekankan secara penuh.
Kepatuhan kepada Penegak Hukum Ditekankan (Roma 13:1-6)
- Di sini kita diajar bagaimana harus bersikap terhadap para penegak hukum, dan terhadap mereka yang berwenang atas diri kita, yang di sini disebut pemerintah yang di atas. Ungkapan itu menunjukkan kewenangan mereka (mereka adalah pemerintah), dan martabat mereka (mereka adalah pemerintah yang di atas). Termasuk di dalamnya bukan hanya raja sebagai penguasa yang berdaulat, melainkan juga semua penegak hukum yang ada di bawahnya. Akan tetapi, pemerintah di sini tidak dinyatakan dengan orang pribadi yang memegang pemerintahan, melainkan kedudukan dari pemerintahan itu, yang di dalamnya orang-orang pribadi memerintah. Sekalipun orang itu sendiri bisa fasik, dan termasuk di antara orang-orang keji yang dipandang hina warga Sion (Mzm. 15:4), namun kekuasaan sah yang mereka pegang haruslah dipatuhi dan ditaati. Rasul Paulus sudah mengajar kita, dalam pasal sebelumnya, untuk tidak membalas dendam atau membayar kejahatan dengan kejahatan. Akan tetapi, supaya jangan sampai terlihat seolah-olah ini meniadakan penegakan hukum kependudukan (sipil) di antara orang-orang Kristen, ia mengambil kesempatan dari sini untuk menegaskan pentingnya penegakan hukum itu, dan pentingnya pemberian hukuman yang pantas bagi para penjahat, walaupun mungkin itu tampak seperti membalas kejahatan dengan kejahatan. Amatilah,
- I. Kewajiban yang diperintahkan: Tiap-tiap orang harus takluk. Tiap-tiap jiwa (KJV) – tiap-tiap orang, yang satu ataupun yang lain, tanpa terkecuali para imam atau pendeta. Tiap-tiap orang. Ini bukan berarti hati nurani kita harus tunduk pada kehendak manusia mana saja. Hak istimewa Allah-lah membuat hukum yang langsung mengikat hati nurani, dan kita harus memberikan kepada Allah apa yang wajib diberikan kepada Allah. Tetapi di situ tersirat bahwa tunduknya kita kepada pemerintah haruslah dilakukan secara bebas dan sukarela, tulus dan sepenuh hati. Dalam pikiran pun janganlah engkau mengutuki raja (Pkh. 10:20). Merancang dan membayangkan berarti memulai pengkhianatan. Tunduknya jiwa yang disyaratkan di sini termasuk hormat di dalam batin (1Ptr. 2:17) dan hormat secara lahiriah, baik dalam berbicara kepada mereka maupun berbicara tentang mereka. Patuh kepada perintah-perintah pemerintah dalam hal-hal yang sesuai dengan hukum dan jujur, dan dalam hal-hal lain tunduk pada hukuman dengan sabar tanpa melawan. Dalam segala sesuatu bersikap sesuai dengan kedudukan dan kewajiban sebagai rakyat, dengan senantiasa sadar akan hubungan dan keadaan, serta tahu diri bahwa kita berada dalam kedudukan yang lebih rendah dan harus tunduk kepada pemerintah. “Mereka adalah pemerintah yang di atas. Terimalah kenyataan bahwa mereka berada di atas, dan tunduklah kepada mereka sebagaimana mestinya.” Nah, ada alasan yang baik untuk menekankan kewajiban tunduk kepada para penegak hukum sipil ini,
- 1. Oleh karena celaan dunia terhadap agama Kristen, yang menuduhnya sebagai musuh bagi ketenteraman dan ketertiban masyarakat, sebagai bidah yang menjungkirbalikkan dunia, dan para pemeluknya sebagai musuh-musuh Kaisar, terlebih lagi karena para pemimpinnya adalah orang-orang Galilea. Semua ini sebuah fitnah lama. Yerusalam digambarkan sebagai kota durhaka, yang selalu mendatangkan kerugian kepada raja-raja dan daerah-daerah (Ezr. 4:15-16). Yesus Tuhan kita juga dicela seperti itu, walaupun Ia memberi tahu mereka bahwa kerajaan-Nya bukanlah dari dunia ini. Maka tidak heran, jika para pengikut-Nya di sepanjang masa dibebani fitnah-fitnah serupa, disebut sebagai pemecah-belah, penghasut, dan pembuat onar, dan dianggap membawa masalah di tempat mereka berada, sebab musuh-musuh mereka melihat penyebutan-penyebutan seperti itu mereka perlukan untuk membenarkan kegeraman mereka yang biadab terhadap para pengikut Kristus itu. Oleh sebab itu, Rasul Paulus, untuk menghindari celaan ini dan membersihkan nama Kekristenan darinya, menunjukkan bahwa ketaatan kepada para penegak hukum sipil merupakan salah satu hukum Kristus, yang agama-Nya membantu membuat orang menjadi warga negara-warga negara yang baik. Dan sangat tidak adil menuduh Kekristenan sebagai pemecah-belah dan pemberontak sementara asas-asas dan aturan-aturannya begitu langsung bertentangan dengan apa yang dituduhkan itu.
- 2. Oleh karena godaan yang dihadapi orang-orang Kristen untuk tidak mematuhi penegak hukum sipil, sebab sebagian dari antara mereka berasal dari orang-orang Yahudi, dan dengan demikian memegang kuat asas bahwa tidak pantas bagi keturunan Abraham mana pun untuk tunduk pada seseorang dari bangsa lain. Mereka menganggap raja mereka haruslah dari antara saudara-saudara mereka sendiri (Ul. 17:15). Di samping itu, Paulus sudah mengajar mereka bahwa mereka tidak berada di bawah hukum Taurat, mereka sudah dibebaskan oleh Kristus. Supaya kebebasan ini tidak berubah menjadi tindakan tidak tahu aturan, dan disalahartikan sebagai memperbolehkan perpecahan dan pemberontakan, Rasul Paulus memerintahkan supaya mereka patuh kepada pemerintah sipil, yang semakin perlu ditekankan lagi karena pada waktu itu para penegak hukum adalah orang-orang kafir dan bukan orang percaya, yang walaupun begitu tetap memiliki kuasa dan wewenang hukum yang sah atas warga negara. Selain itu, pemerintah sipil pada waktu itu adalah pemerintah yang suka menganiaya. Badan hukum menentang mereka.
- II. Alasan-alasan untuk menegaskan kewajiban ini. Mengapa kita harus tunduk?
- 1. Karena kemurkaan Allah. Karena bahaya yang akan menimpa kita sendiri jika melawan. Para penegak hukum membawa pedang, dan menentang mereka berarti membahayakan semua yang kita kasihi di dunia ini. Sebab, tidak ada gunanya melawan orang yang membawa pedang. Orang-orang Kristen pada masa penganiayaan itu rentan terkena pedang penegak hukum karena iman mereka, dan mereka tidak perlu membuat diri mereka lebih rentan lagi dengan pemberontakan mereka. Sekecil apa pun tanda perlawanan atau pemberontakan pada orang Kristen akan segera dibesar-besarkan dan dimanfaatkan, dan menimbulkan prasangka buruk pada seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, dibandingkan dengan orang lain, mereka lebih perlu bertindak saksama dalam kepatuhan mereka, supaya orang-orang yang mempunyai begitu banyak alasan untuk melawan mereka dalam hal Allah mereka, tidak mendapat kesempatan apa pun untuk melakukannya. Karena alasan inilah kita harus tunduk (ay. 2), barangsiapa melawan pemerintah, akan mendatangkan hukuman atas dirinya: krima lēpsontai, mereka akan dimintai pertanggungjawaban untuk itu. Allah akan mengadakan perhitungan dengan mereka untuk itu, karena perlawanan itu memberikan cela kepada-Nya. Para penegak hukum akan mengadakan perhitungan dengan mereka untuk itu. Mereka akan berhadapan dengan cambuk hukum, dan akan mendapati pemerintah yang di atas terlalu tinggi untuk diinjak-injak, sebab sudah sewajarnya semua pemerintah sipil bersikap ketat dan keras terhadap pengkhianatan dan pemberontakan. Demikianlah dikatakan selanjutnya (ay. 3), pemerintah membuat takut. Alasan ini baik, tetapi bisa dipandang rendah oleh orang Kristen.
- 2. Kita harus tunduk bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Bukan formidine poenae – karena takut hukuman, melainkan terlebih virtutis amore – karena cinta kebajikan.Pekerjaan-pekerjaan biasa seperti mengabdi pada masyarakat menjadi berkenan kepada Allah, apabila itu dilakukan karena suara hati, dengan mata yang tertuju pada Allah, pada pemeliharaan-Nya yang menempatkan kita dalam hubungan pekerjaan seperti itu, dan pada aturan-Nya yang membuat kita wajib tunduk dalam hubungan pekerjaan itu. Jadi, hal yang sama bisa dilakukan atas dasar asas yang sangat berbeda. Nah, supaya kita tunduk karena suara hati, Paulus mengajukan alasan (ay. 1-4, 6),
- (1) Berdasarkan pendirian penegakan hukum: Tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah. Allah sebagai Penguasa dan Pemimpin dunia sudah menetapkan pendirian penegakan hukum, maka semua pemerintah berasal dari-Nya. Dan dengan pemeliharaan-Nya Ia sudah menyerahkan kepada tangan-tangan tertentu untuk mengurusnya, siapa pun mereka yang memilikinya. Karena Dia para raja memerintah (Ams. 8:15). Merampas kekuasaan dan menyalahgunakannya tidak berasal dari Allah, sebab Dia bukanlah Pencipta dosa, tetapi kekuasaan itu sendirilah yang menciptakan dosa. Sama seperti kekuatan alamiah kita, walaupun sering disalahgunakan dan dijadikan alat dosa, berasal dari kuasa Allah yang mencipta, demikian pula kekuasaan pemerintah sipil berasal dari kuasa Allah yang memerintah. Penguasa-penguasa yang berbuat paling tidak adil dan paling menindas di dunia ini tidak mempunyai kuasa apa pun jika kuasa itu tidak diberikan kepada mereka dari atas (Yoh. 19:11), sebab pemeliharaan ilahi secara khusus mengawasi perubahan-perubahan dan perombakan-perombakan yang terjadi di dalam pemerintahan, yang berdampak besar atas negara, kerajaan, dan rakyat banyak secara orang perorangan ataupun kelompok-kelompok kecil. Atau, mungkin yang dimaksudkan adalah pemerintah secara umum: contoh dari hikmat, kuasa, dan kebaikan Allah dalam mengatur umat manusia adalah bahwa Ia mencondongkan mereka untuk menciptakan suatu tatanan, sehingga mereka dapat membedakan mana yang memimpin dan mana yang dipimpin, dan tidak membiarkan mereka seperti ikan-ikan di laut, di mana yang besar melahap yang kecil. Dalam hal ini Ia mempertimbangkan kebaikan makhluk-makhluk-Nya. Pemerintah-pemerintah yang ada. Apa pun bentuk dan cara tertentu dari pemerintahan itu, apakah itu itu monarki (kekuasaan di tangan satu orang – pen.), aristokrasi (kekuasaan di tangan segelintir orang – pen.), atau demokrasi (kekuasaan di tangan rakyat – pen.), dan di mana pun kuasa memerintah terdapat, pemerintah merupakan ketetapan Allah, dan harus diterima dan dipatuhi sebagai ketetapan Allah. Meskipun merupakan lembaga manusia secara langsung (1Ptr. 2:13), namun pemerintah berasal dari ketetapan Allah. Ditetapkan oleh Allah – tetagmenai. Kata ini diambil dari bidang ketentaraan, yang bukan saja berarti ditetapkannya para penegak hukum, melainkan juga tunduknya para penegak hukum yang lebih rendah kepada mahkamah agung, seperti dalam tentara. Sebab di antara para penegak hukum, ada berbagai macam karunia, kepercayaan, dan pelayanan. Karena itulah selanjutnya dikatakan (ay. 2) bahwa barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah. Ada hal-hal lain yang datang dari Allah sebagai malapetaka-malapetaka terbesar. Tetapi penegakan hukum datang dari Allah sebagai ketetapan, maksudnya, hukum agung, dan itu berkat besar. Jadi, para pengikut Belial, yang tidak mau menanggung kuk pemerintah, akan didapati melanggar hukum dan meremehkan berkat. Itulah sebabnya para hakim disebut allah (Mzm. 82:6), karena mereka memikul gambar kewenangan Allah, dan orang-orang yang meremehkan kuasa mereka berarti mencela Allah sendiri. Ini sama sekali tidak berlaku bagi hak-hak khusus para raja dan kerajaan, dan hal-hal tertentu dari undang-undang dasar mereka. Tidak pula suatu pedoman tertentu bisa ditarik dari sini untuk dijadikan pola perjanjian asali antara pemerintah dan yang diperintah. Sebaliknya, ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi orang perorangan dalam kemampuan pribadi masing-masing, untuk berperilaku tenang dan damai di tempat di mana Allah sudah menempatkan mereka. Ini bisa mereka lakukan dengan cara mengindahkan secara sepantasnya pemerintah-pemerintah sipil yang sudah ditetapkan Allah atas mereka dalam pemeliharaan-Nya (1Tim. 2:1-2). Para penegak hukum di sini berulang kali disebut sebagai hamba-hamba Allah. Ia adalah hamba Allah, pelayan Allah (ay. 4, 6). Para penegak hukum adalah hamba-hamba Allah secara lebih khusus. Martabat yang mereka miliki menuntut kewajiban. Meskipun mereka itu tuan-tuan bagi kita, mereka adalah hamba-hamba Allah juga. Mereka mempunyai pekerjaan untuk dilakukan bagi Dia, dan bertanggung jawab kepada-Nya. Dalam menjalankan keadilan masyarakat, menyelesaikan pertikaian, melindungi orang yang tidak bersalah, membenarkan orang yang secara tidak adil disalahkan, menghukum yang melanggar, dan menjaga ketenteraman serta tata tertib negara, supaya setiap orang tidak melakukan apa yang benar di matanya sendiri, dalam semua hal inilah para penegak hukum bertindak sebagai hamba-hamba Allah. Sebagaimana membunuh seorang penegak hukum yang lebih rendah, sewaktu sedang melaksanakan kewajibannya, dipandang sebagai pengkhianatan terhadap raja, demikian pula penegak hukum mana saja yang menolak melaksanakan kewajibannya berarti menolak ketetapan Allah.
- (2) Berdasarkan maksud dari penegakan terhadap hukum: Jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada peme rintah, hanya jika ia berbuat jahat, dst. Penegakan hukum dimaksudkan untuk menjadi,
- [1] Kengerian bagi perbuatan-perbuatan jahat dan para pembuat kejahatan. Para penegak hukum menyandang pedang, bukan hanya pedang perang, melainkan juga pedang keadilan. Mereka adalah ahli waris alat pengekang, untuk mempermalukan para pelanggar hukum. Di Lais tidak ada orang seperti itu (Hak. 18:7, KJV). Begitulah kuasa dosa dan kerusakan, sampai-sampai banyak orang tidak mau dikendalikan untuk tidak melakukan kejahatan-kejahatan dahsyat, dan dari apa yang paling merusak masyarakat, dengan mengindahkan hukum Allah dan hukum alam atau murka yang akan datang. Sebaliknya, mereka hanya bisa dikendalikan dengan ketakutan terhadap hukuman-hukuman jasmaniah, yang diperlukan karena kekerasan hati dan kefasikan umat manusia yang sudah merosot. Karena itulah hukum yang disertai dengan hukuman bagi orang durhaka dan orang lalim (1Tim. 1:9) tampak harus ditetapkan di negara-negara Kristen. Ini sesuai, dan tidak bertentangan, dengan Injil. Apabila manusia sudah menjadi binatang seperti itu, binatang yang rakus seperti itu, satu terhadap yang lain, maka mereka harus diperlakukan seperti binatang juga, ditangkap dan dibinasakan in terrorem – untuk membuat orang lain takut. Begitu pulalah mengapa kuda dan keledai harus dikendalikan dengan kekang. Dalam pekerjaan ini penegak hukum adalah hamba Allah (ay. 4). Ia bertindak sebagai utusan Allah, yang empunya pembalasan. Dan oleh sebab itu, ia harus berhati-hati untuk tidak mencampuradukkan kebencian-kebencian pribadinya sendiri ke dalam penghakiman-penghakimannya. Untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Penghakiman-penghakiman oleh para penegak hukum yang teramat waspada dan setia ini secara samar-samar mirip dengan penghakiman hari pembalasan dan membuka jalan baginya. Namun penghakiman seperti itu kalah jauh dibandingkan dengan penghakiman Allah. Penghakiman-penghakiman mereka hanya menjangkau perbuatan jahat, dapat membalaskan murka hanya pada orang yang berbuat jahat. Tetapi penghakiman Allah menjangkau sampai ke dalam pikiran yang jahat, dan mengetahui maksud-maksud hati. Tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Tidak sia-sia Allah memberikan kuasa yang begitu rupa ke tangan para penegak hukum. Tetapi kuasa itu dimaksudkan untuk mengendalikan dan menenangkan kekacauan. Dan oleh sebab itu, “Jika engkau berbuat jahat, lalu itu diketahui dan ditindak oleh penegak hukum sipil, takutlah, sebab mata pemerintah sipil cepat melihat dan tangannya terjulur ke mana-mana.” Sungguh baik jika hukuman bagi para penjahat diterapkan sebagai ketetapan Allah, yang didirikan dan ditunjuk oleh-Nya. Pertama, sebagai Allah yang kudus, yang membenci dosa. Untuk melawan dosa itulah masyarakat bersaksi ketika dosa menampakkan diri dan meninggikan kepalanya. Kedua, sebagai Raja segala bangsa, dan Allah kedamaian dan ketertiban. Dengan hukum, bangsa-bangsa, kedamaian, dan ketertiban itu dijaga. Ketiga, sebagai Pelindung kebaikan, yang melalui hukum orang perorangan, keluarga mereka, harta mereka, dan nama mereka dipagari. Keempat, sebagai Allah yang tidak menginginkan kebinasaan kekal orang-orang berdosa, tetapi dengan menghukum sebagian orang, itu akan membuat takut sebagian yang lain, dan dengan demikian mencegah kefasikan serupa, supaya orang lain bisa mendengar dan takut, dan tidak lagi berbuat lancang. Bahkan, hukuman itu diniatkan sebagai kebaikan bagi orang-orang yang dihukum, supaya dengan hancurnya daging, roh dapat diselamatkan pada hari Tuhan Yesus.
- [2] Pujian kepada orang-orang yang berbuat baik. Orang yang tetap menjalankan kewajiban mereka akan dipuji dan dilindungi oleh pemerintah sipil, bagi kehormatan dan penghiburan mereka. “Perbuatlah apa yang baik (ay. 3), maka kamu tidak usah takut kepada pemerintah, yang, walaupun mengerikan, tidak mengusik siapa-siapa selain orang yang oleh karena dosa mereka sendiri menjadi tidak disukai oleh pemerintah. Api hanya membakar apa yang bisa terbakar. Bahkan, kamu akan mendapat pujian darinya.” Inilah maksud penegakan hukum, dan karena itu, demi suara hati kita, kita harus tunduk padanya, sebab ketetapan itu dirancang demi kebaikan bersama, yang harus lebih diutamakan daripada semua kepentingan pribadi. Tetapi sangat disayangkan bahwa maksud yang begitu penuh rahmat ini sempat diserongkan, dan mereka yang menyandang pedang, sementara membiarkan dan mendukung dosa, malah menjadi kengerian bagi orang yang berbuat baik. Tetapi demikianlah yang terjadi apabila orang-orang yang paling busuk ditinggikan (Mzm. 12:2, 9, KJV). Sekalipun begitu, berkat dan keuntungan dari perlindungan umum, dan wajah pemerintahan serta tata tertib adalah sedemikian rupa sehingga sudah menjadi kewajiban kita dalam hal ini untuk lebih mau dihukum karena berbuat baik, dan menanggungnya dengan sabar, daripada berusaha menuntut balas dengan perbuatan-perbuatan yang melanggar dan tidak taat aturan. Tidak pernah penguasa yang berdaulat menyerongkan tujuan-tujuan pemerintahan seperti yang dilakukan Kaisar Nero. Namun kepada dia Paulus meminta naik banding, dan di bawah dia Paulus mendapat perlindungan dari hukum dan para hakim lebih dari satu kali. Lebih baik pemerintah yang buruk daripada tidak ada sama sekali.
- (3) Supaya kita tunduk karena suara hati, Paulus mengajukan alasan berdasarkan kepentingan kita di dalam pemerintah: “Pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Kamu mendapat keuntungan dan manfaat dari pemerintah, dan oleh sebab itu kamu harus melakukan apa yang bisa untuk menjaganya, dan jangan berbuat apa-apa yang mengganggunya.” Perlindungan menumbuhkan kesetiaan. Jika kita mendapat perlindungan dari pemerintah, maka kita berutang budi untuk patuh padanya. Dengan meninggikan pemerintah, kita menjagai pagar kita sendiri. Kepatuhan ini juga disetujui dengan pajak yang kita bayar (ay. 6): “Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak, sebagai kesaksian dari kepatuhan kamu, dan pengakuan bahwa menurut suara hati, kamu berpikir pajak itu pantas dibayarkan. Dengan membayar pajak, kamu menyumbangkan bagian kamu untuk mendukung penguasa. Karena itu, jika kamu tidak patuh, kamu hanya meruntuhkan dengan satu tangan apa yang kamu junjung dengan tangan lain. Dan itukah yang dinamakan suara hati?” “Dengan membayar pajak, kamu tidak hanya mengakui kewenangan penegak hukum, tetapi juga berkat dari pihak yang berwenang itu kepada dirimu sendiri. Perasaan diberkati ini kamu nyatakan dengan membayar pajak, sebagai balasan kepada pe merintah atas jerih payah mereka dalam memerintah. Sebab kehormatan adalah beban. Dan, jika pemerintah melakukan apa yang seharusnya, maka mereka akan tetap mengurus hal itu. Sebab mengurus masyarakat cukup memakan semua pikiran dan waktu orang. Jadi, dengan mempertimbangkan lelahnya pemerintah dalam mengurus masyarakat, kita membayar pajak, dan harus tunduk.” Bayarlah pajak, phorous seleite. Paulus tidak berkata, “Berikanlah itu sebagai amal,” sebaliknya, “Bayarlah itu sebagai utang yang wajar, atau pinjamkanlah itu untuk dibayar kembali dalam bentuk berkat-berkat dan segala manfaat dari pemerintah, yang darinya kamu menuai banyak keuntungan.” Inilah ajaran yang diajarkan Rasul Paulus. Dan sudah sepatutnya semua orang Kristen mempelajari dan menerapkannya, supaya orang saleh di negeri bisa didapati sebagai orang yang hidup tenteram dan damai di negeri (dan biarkan saja orang lain bila mereka tidak mau berlaku demikian).
SH: Rm 13:1-7 - Sikap terhadap pemerintahan. (Selasa, 28 Juli 1998) Sikap terhadap pemerintahan.
Setiap pemerintah yang sah berasal dari Tuhan. Karena itu Kristen tidak boleh melawan, tetapi harus tunduk kepada pemeri...
Sikap terhadap pemerintahan.
Setiap pemerintah yang sah berasal dari Tuhan. Karena itu Kristen tidak boleh melawan, tetapi harus tunduk kepada pemerintah. Memang tidak ada pemerintah mana pun yang sempurna, bahkan tidak sedikit yang salah dan jahat. Tetapi ingat bahwa perintah ini dituliskan Paulus kepada jemaat yang hidup dalam konteks pemerintah Roma yang tidak ramah kepada Kekristenan. Barangsiapa melawan pemerintah melawan ketetapan Tuhan, berarti juga melawan Tuhan sendiri. Tujuan Tuhan memberikan pemerintah ialah agar dunia tertib dan aman. Jika mandat yang Tuhan percayakan itu tidak lagi terlaksana, entah karena pemerintah itu tidak berdaya mengekang kejahatan, atau sistem pemerintahan itu sendiri merosot menjadi jahat, tugas orang beriman bukanlah berontak, tetapi berdoa agar Tuhan campur tangan, dan menyuarakan kebenaran firman Allah!
Kewajiban terhadap pemerintah. Penyelenggaraan pemerintahan memerlukan dana. Maka rakyat perlu membayar pajak, cukai dan berbagai kewajiban yang lain. Semua ditetapkan menurut peraturan dan disesuaikan dengan kemampuan rakyat. Kita tidak boleh menolak, bersungut-sungut, menipu, juga tak boleh menuruti keinginan salah aparat pejabat tertentu. Kita berpegang pada prinsip membayar apa yang harus kita bayar. Pemerintah juga harus bisa dipercaya dan jujur.
SH: Rm 13:1-7 - Pemerintah Dan Warganegara (Minggu, 27 Agustus 2006) Pemerintah Dan Warganegara
Akhir-akhir ini kepercayaan masyarakat kepada pemerintah cenderung
menurun. Paulus mengajarkan bagaimana hubungan umat ...
Pemerintah Dan Warganegara
Akhir-akhir ini kepercayaan masyarakat kepada pemerintah cenderung menurun. Paulus mengajarkan bagaimana hubungan umat Kristen dan pemerintah, khususnya seperti apakah pemerintah yang baik, dan bagaimana orang Kristen harus bersikap terhadap pemerintah tersebut.
Pertama, pemerintah yang baik dibangun oleh dan berasal dari Tuhan sendiri (1). Sehingga sumber nilai, hukum, ketetapan, dan berbagai kebijakan yang keluar dari pemerintah harus berasal dari Tuhan. Melawan pemerintah berarti berbuat kejahatan dan membuahkan hukuman. Dalam konteks ini, tanggung jawab umat Kristen adalah tunduk kepada pemerintah dan segala peraturan yang mencerminkan nilai-nilai Ilahi.
Kedua, pemerintah adalah hamba Tuhan untuk kebaikan masyarakat (4-5). Pemerintah memiliki hak untuk mengatur, namun ia tetap hamba yang harus tunduk kepada Tuhan. Sebagai hamba Tuhan, pemerintah harus melayani masyarakat dengan bersikap adil: memuji mereka yang berbuat baik dan menghukum mereka yang berbuat jahat (melanggar hukum). Pemerintah adalah alat Tuhan untuk menciptakan kedamaian, keteraturan, dan kesejahteraan bagi masyarakat. Semua tujuan tersebut tidak akan dicapai jika kejahatan dan pelaku kejahatan dibiarkan merajalela. Tanggung jawab umat Kristen adalah menjauhi tindak kejahatan.
Ketiga, pemerintah juga bertanggung jawab untuk mengusahakan kesejahteraan sosial seluruh masyarakat (6-7). Isu pengumpulan pajak dan cukai menjadi penting di dalam bagian ini. Pengelola pajak dan cukai juga disebut sebagai pelayan-pelayan Allah, yang seharusnya jauh dari keinginan untuk melakukan korupsi. Pajak dan cukai harus didistribusikan secara tepat kepada orang-orang yang layak menerimanya. Maka umat Kristen pun wajib membayar pajak.
Doa: Tuntunlah pemerintah Indonesia menjadi hamba-Mu yang melayani masyarakat dengan baik. Tuntunlah kami menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
SH: Rm 13:1-7 - Otoritas Allah di dalam pemerintah (Kamis, 22 April 2010) Otoritas Allah di dalam pemerintah
Salah satu partai besar di negara kita beberapa waktu lalu
mengadakan pemilihan pemimpin. Kita mendengar baga...
Otoritas Allah di dalam pemerintah
Salah satu partai besar di negara kita beberapa waktu lalu mengadakan pemilihan pemimpin. Kita mendengar bagaimana kompetisi antar calon tak hanya melibatkan kepiawaian menjabarkan visi-misi, tetapi juga kasak-kusuk penggalangan suara dengan iming-iming uang! Bisa kita bayangkan bagaimana dampak permainan kuasa dan politik uang semacam itu ketika mereka duduk dalam pemerintahan! Tak heran bila kita cenderung berpikir negatif tentang pemerintah!
Waktu Paulus menulis surat ini dan memberikan nasihatnya kepada jemaat di Roma, kondisi pemerintah Roma dan aparatnya waktu itu malah lebih buruk lagi. Kita curiga bahwa kehausan akan kuasa dan upaya memperolehnya dengan segala cara, sudah setua usia peradaban manusia. Maka cerita seperti yang terjadi di tanah air kita, pasti terjadi juga di negara lain. Lebih lagi, pada waktu awal Kekristenan, pemerintah Kerajaan Roma tidak bersahabat malah memusuhi orang beriman. Maka banyak alasan sah untuk orang Kristen di kerajaan Roma membangun penilaian buruk dan bersikap negatif terhadap pemerintah Kerajaan Roma.
Bagaimana nasihat firman Tuhan? Orang Kristen diajar tunduk kepada pemerintah dan memenuhi kewajiban sebagai warga negara yang baik. Alasan firman Tuhan bersifat pragmatis, yaitu pemerintah dibutuhkan supaya dengan pedang yang disandangnya kejahatan dapat diredam (ayat 4). Alasan firman Tuhan juga bersifat prinsip, yaitu bahwa Allah sendiri yang memberikan otoritas pada pemerintah, maka kita harus tunduk kepadanya. Dengan kata lain, tidak menaati pemerintah sama dengan tidak menaati Allah atau menolak otoritas Allah untuk manusia. Bila kita teliti, jelas bahwa firman ini tidak menganjurkan kita menaati secara membabi-buta. Dalam ketundukan mutlak kepada Allah, kita tunduk agar kehormatan dan kebenaran Allah sungguh diberlakukan dalam pemerintah dan kehidupan kita bermasyarakat. Kita tunduk, melakukan kewajiban, dan mendoakan pemerintah agar kebaikan Allah terpancar dalam tatanan sosial manusia.
SH: Rm 13:1-7 - Takluk kepada pemerintah (Jumat, 5 April 2013) Takluk kepada pemerintah
Pemerintah yang baik tentu disukai rakyat. Lalu bagaimana jika kita berada di bawah pemerintahan yang lalim?
Rasul Paulus m...
Takluk kepada pemerintah
Pemerintah yang baik tentu disukai rakyat. Lalu bagaimana jika kita berada di bawah pemerintahan yang lalim?
Rasul Paulus mengingatkan bahwa bagaimana pun baik atau buruknya pemerintah, orang percaya tetap harus tunduk. Paulus sendiri menulis Surat Roma ini ketika Nero menjadi kaisar Romawi (54-68 M). Ia bersikap sangat kejam terhadap orang Kristen.
Apa alasan Paulus menyatakan demikian? Pertama, karena keberadaan semua pemerintah ada di dalam kedaulatan Allah (1). Jika pemerintah itu jahat maka Allah sendiri yang akan menumbangkan pada waktunya. Allah saja yang berhak menghakimi semua pemerintah, yang baik maupun jahat. Selain itu, waktu untuk jatuh bangunnya pemerintah bukanlah dari manusia, melainkan dari Allah. Maka enggan untuk takluk pada pemerintah berarti melawan ketetapan Allah (2).
Kedua, pemerintah diberikan oleh Allah untuk menjamin keteraturan dan kemakmuran rakyatnya (3-4). Itu berarti, pemerintah menjadi alat Allah untuk memastikan keadilan bagi rakyat. Betapa pun korupnya sebuah pemerintahan, tetap lebih baik daripada tidak ada pemerintah. Oleh sebab itu seharusnya kita terus berdoa agar Allah bekerja melalui pemerintah untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran (bdk. 1Tim. 2:1-2). Kita juga wajib membayar pajak kepada pemerintah guna berjalannya operasional pemerintahan (6-7).
Perhatikan, Paulus memakai kata "takluk" dalam hal sikap terhadap pemerintah (1). Takluk di sini berarti mengakui otoritas yang memerintah. Kita takluk kepada pemerintah berarti mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Namun bukan berarti harus taat jika pemerintah sampai memaksa kita untuk menyangkal iman kita kepada Kristus.
Bagaimana pun keberadaan pemerintah kita, kita harus mensyukurinya. Kita pun harus berdoa agar pemerintah peka terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi rakyat serta bertanggung jawab atasnya. Kita harus berdoa agar pemerintah terbeban untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
SH: Rm 13:1-7 - Tak Bayar Pajak? Apa Kata Dunia? (Selasa, 15 November 2016) Tak Bayar Pajak? Apa Kata Dunia?
D alam bacaan hari ini, Paulus mengingatkan bahwa setiap pengikut Kristus adalah warga negara sekaligus warga Keraja...
Tak Bayar Pajak? Apa Kata Dunia?
D alam bacaan hari ini, Paulus mengingatkan bahwa setiap pengikut Kristus adalah warga negara sekaligus warga Kerajaan Allah. Dengan lugas, Paulus menyatakan bahwa setiap pengikut Kristus harus menjalani kehidupan negarawi secara serius. Pemerintah memiliki seperangkat aturan dan setiap warga negara wajib menaatinya.
Paulus menandaskan bahwa pemerintah adalah wakil Allah di dunia sehingga setiap orang percaya wajib menaati hukum maupun aturan negara (1). Dengan kata lain, para pengikut Kristus harus memandang pemerintah sebagai manusia yang diberi kesempatan oleh Allah untuk memegang kekuasaan negara. Orang Kristen tidak dibenarkan melawan pemerintah secara membabi buta. Mereka tidak boleh begitu saja melawan hukum, yang memang dibuat untuk ketertiban dan pada akhirnya berguna untuk masyarakat secara keseluruhan.
Namun demikian, orang Kristen mempunyai alasan yang bertanggung jawab untuk bertindak kritis terhadap pemerintah jika dalam melaksanakan kekuasaan negara pemerintah tidak menjunjung kehidupan bersama yang bermartabat manusia. Ketika negara menyeleweng dari fungsinya, para pengikut Kristus patut bertindak.
Tindakan itu akan berdampak positif jika dan hanya jika setiap Kristen telah memenuhi kewajibannya selaku warga negara-salah satunya-dengan membayar pajak. Paulus dengan jelas menyatakan: "Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut..." (7).
Dalam nasihat ini, Paulus mengingatkan agar orang Kristen tidak berlaku curang. Membayar pajak merupakan cara orang percaya berpartisipasi aktif dalam kehidupan negara. Ketika orang percaya telah memenuhi kewajibannya, maka mereka boleh mengkritik jika pemerintah tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Jika orang Kristen tak bayar pajak, lalu apa kata dunia? [CC]
SH: Rm 13:1-7 - Menghidupkan Suara Hati (Jumat, 15 Juli 2022) Menghidupkan Suara Hati
Bukan sebuah kebetulan kita ada di dalam sebuah negara. Di negara mana pun, tentu ada yang menjadi pemimpin. Ada pemimpin yan...
Menghidupkan Suara Hati
Bukan sebuah kebetulan kita ada di dalam sebuah negara. Di negara mana pun, tentu ada yang menjadi pemimpin. Ada pemimpin yang bijaksana, ada pula pemimpin yang kejam. Dalam hal pemimpin, kita diminta untuk merespons dengan kesadaran penuh bahwa kehadiran pemimpin adalah perwakilan Allah untuk rakyatnya.
Paulus menulis surat pada masa kekaisaran Romawi. Pada masa itu, ada pemimpin yang tak bersahabat dengan orang Kristen. Kendati demikian, Paulus mengajak jemaat di Roma untuk takluk atau tunduk kepada pemerintah (1) dan senantiasa berbuat kebaikan dalam hidup bermasyarakat (3). Hal yang tak mudah itu hanya bisa dilakukan jika jemaat menyadari bahwa Allah berdaulat atas negara, siapa pun dan bagaimanapun pemimpinnya. Bagian jemaat adalah menyadari penuh bahwa pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan mereka (4).
Bagaimana kita dapat memiliki kerelaan untuk tunduk kepada pemerintah sekalipun kebijakan dan aturannya sering kali tak sesuai harapan? Kuncinya ada dalam hal menaklukkan diri (5). Penaklukan diri adalah kemampuan terbesar untuk menghidupkan suara hati. Saat hal itu terjadi barulah kita bisa menilai diri dengan jernih.
Suara hati adalah tempat Allah mengajar kita secara pribadi. Melalui pengajaran Allah, kita dimampukan untuk bijaksana dalam menempatkan diri, mengukur diri, dan memahami kapasitas diri. Kita pun menjadi makin bijak dalam menjalankan hak dan kewajiban kita, baik di dalam keluarga maupun dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Sebagai pribadi yang mengasihi Allah, kita diminta untuk secara bijak berkontribusi terhadap pemerintah. Misalnya adalah dengan membayar pajak dan cukai tepat waktu, hal itu merupakan ukuran kepatuhan yang paling sederhana. Kita pun dapat menghormati pemerintah, mulai dari tingkat yang terendah sampai tingkat yang tertinggi.
Tak ada pemerintah yang sempurna. Kita hanya diminta menghargai dan menerima mereka sebagai wakil Allah yang rencana-Nya selalu sempurna pada waktu-Nya. [SLM]
Utley -> Rm 13:1-7
Utley: Rm 13:1-7 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 13:1-71 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 13:1-7
1 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. 2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. 3 Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. 4 Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. 5 Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. 6 Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. 7 Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.
Rom 13:1 "Tiap-tiap orang harus takluk" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE yang berarti "terus dibuat tunduk" (lih. Tit 3:1; 1Pet 2:13). "Tunduk" adalah istilah militer yang digunakan untuk menjelaskan rantai komando. Paulus, dalam konteks, sedang menympaikan pesan kepada semua orang peraya (lih. Ef 5:21), di mana Paulus menegaskan bahwa orang percaya harus tunduk atau berserah satu sama lain.
Di jaman kita, tunduk tampak seperti istilah yang negatif. In our day submission seems like a negative term. Suatu kata yang menggambarkan baik kerendahan hati dan pengertian yang mendalam alan dunia ciptaan Allah dan tempat kita di dalamnya. Yesus dikatakan tunduk pada (1) orang tua duniawiNya (lih. Luk 2:51) dan (2) Bapa SurgawiNya (lih. 1Kor 15:28). Ia adalah pandu kita dalam bidang ini!
□ "kepada pemerintah" Walaupun Paulus mnggunakan kata ini (exousia ) dalam konteks lain untuk menunjuk pada kekuatan kemalaikatan, terutama kuasa iblis (lih. Rom 8:38; Kol 1:16; 2:10,15; Ef 1:21; 3:10; 6:12), di sini konteksnya menuntut "penguasa sipil" (lih. 1Kor 2:6,8; Tit 3:1; 1Pet 2:13). Alkitab nampaknya mengisyaratkan bahwa ada kekuasaan kemalaikatan dibalik pemerintahan manusia (Dan 10 dan LXX dari Ul 32:8 "Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan malaikat-malaikat Allah.") Namun tetap saja penguasa pemerintahan berfungsi di bawah Allah (lih. ay. Rom 13:1b,4a, Ul 6). Lihat Topik Khusus berikut.
- NASB "pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah"
- NKJV "yang ada adalah ditunjuk oleh Allah"
- NRSV "yang telah dilembagakan oleh Allah"
- TEV "telah ditempatkan di sana oleh Allah"
- NJB "telah ditunjuk oleh Allah"
Ini adalah sebuah PERIPHRASTIC PERFECT PASSIVE PARTICIPLE. Ini menegaskan bahwa Allah ada di belakang semua penguasa manusia (lih. Yoh 19:11). Ini tidak menunjuk pada "hak Illahi Raja-raja", namun kepada kehendak atau perintah Illahi. Ini bukan menegaskan suatu bentuk pemerintahan tertentu, namun pemerintah itu sendiri. Keteraturan Sipil lebih baik daripada kekacauan (cf. v. 6).
Rom 13:2 "Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah" Ini adalah suatu PRESENT MIDDLE PARTICIPLE. Ini menunjuk pada kebiasaan memberotak secara pribadi melawan suatu aturan yang telah ditetapkan, secara hurufiah, "menempatkan diri seseorang sebagai lawan" (lih. Kis 18:6; Yak 5:6). Dalam Mr 12:17, Yesus dengan jelas menyatakan alam dari baik pemerintah maupun gereja. Dalam Kis 5:25-32 kita melihat apa yang terjadi ketika penguasa melewati batasan mereka.
□ "melawan. . .melawan" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE INDICATIVE dan sebuah PERFECT ACTIVE PARTICIPLE. Ini berbicara mengenai pemberotakan yang telah ditetapkan atau disengaja. Allah telah menyediakan aturan dalam dunia yang jatuh ini (lih. ay. Rom 13:4,6). Melawan aturan berarti melawan Allah, kecuali penguasa sipil melanggar keluar dari batasan yang telah diberikan Allah. Hal-lah rohani yang sebenarnya adalah penyerahan atau tunduk pada penguasa. Manusia ayng jatuh menghendaki otonomi!
□ "akan mendatangkan hukuman atas dirinya" KJV meenggunakan kata "kehancuran." Kata ini telah menjadi semakin intensif artinya dalam bahasa Inggris sejak 1611 AD. NKJV menterjemahkannya sebagai "penghakiman". Dalam konteks ini bisa menunjuk pada (1) penghakiman Allah atau (2) hukuman sipil (lih. ay. Rom 13:4). Bangsa ini mendatangkan penghakiman atas mereka sendiri oleh karena sikap dan tindakan mereka melawan penguasa (lih. Yoh 3:17-21).
Rom 13:3 Lihat komentar yang paralel dalam 1Pet 2:14.
□ "pemerintah" Lihat Topik Khusus: Archē pada Rom 8:38.
Rom 13:4 "karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu" Kekuasaan pemerintahan bertindak melawan masyarakat pembuat kejahatan di mana orang percaya dibatasi dalam pembalasan pribadinya (lih. Rom 12:17-19). Luther menyatakan "Cara Allah untuk mengendalikan orang yang tidak baik adalah dengan menempatkannya dalam kekuasaan."
□ "if" Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang artinya adalah kemungkinan tindakan di masa depan.
- NASB "karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang"
- NKJV "karena ia tidak menyandang pedang dengan sia-sia"
- NRSV "karena pemerintah tidak menyandang pedang dengan sia-sia"
- TEV "kuasa mereka untuk menghukum adalah nyata"
- NJB "tidak percuma bila lambang pemerintahan ialah pedang"
Kata "pedang" (machaira ) menunjuk pada pedang Romawi yang kecil yang digunakan dalam hukuman mati. (lih. Kis 12:2; Rom 8:35). Bagian ini dan Kis 25:11 memberikan Perjanjian Baru dasar bagi hukuman mati, sementara Kej 9:6 menyatakan dengan jelas sudut pandang dari Perjanjian Lama. Ketakutan ialah salah satu pencegahan kekacauan yang efektif!
□ "Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan" Istilah bagi pembalas (ekdikos ) digunakan beberapa kali di PL. Bahkan digunakan di bagian pertama kitab Im 19:18. Dalam PL jika seseorang membunuh orang lain, sekalipun secara tidak sengaja, keluarga korban mempunyai hak untuk melaksanakan pembalasan "mata ganti mata" (penuntut balasan darah). Paulus nampaknya menghubungkan adapt istiadat PL dengan kekuasaan pemerintah sipil.
Rom 13:5 "perlu kita menaklukkan diri" Ada dua alasan yang dinyatakan (1) untuk menghindari hukuman, dari Allah atau dari penguasa pemerintah sipil dan (2) untuk hati nurani orang percaya.
□ "karena suara hati kita" Tidak ada pasangan dari PL terhadap kata Yunani "suara hati" kecuali bila istilah Ibrani "mengakui" mengisyaratkan suatu pengenalan diri dan motifnya. Aslinya istilah Yunani ini merujuk pada kesadaran dalam hubungannya dengan pancaindra. Namun ini digunakan dalam pengertian batiniah (lih. Rom 2:15). Paulus menggunakan istilah ini dua kali dalam pengadilannya di Kisah Para Rasul (yaitu, 23:1 dan 24:16). Ini menunjuk pada pengertiannya bahwa ia belum pernah merasa melanggar tugas-tugas agamawi yang diketahuinya terhadap Allah (cf. 1Kor 4:4).
Hati nurani adalah pengertian yang berkembang akan kotif dan tindakan orang percaya berdasarkan atas (1) suatu pandangan dunia ayang Alkitabiah; (2) Roh yang berdiam di dalam batin; dan (3) suatu pengetahuan gaya hidup berdasarkan atas Firman Allah. Yang dimungkinkan dengan penerimaan injil secara pribadi.
Rom 13:6 "tulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE, walaupun dalam bentuknya ini bisa juga sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE (lih. JB). Ini adalah satu contoh dari tanggung jawab Orang Kristen terhadap penguasa sipil secara tepat karena penguasa pemerintahan adalah hamba-hamba Allah.
- NASB "Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak…, cukai…., rasa takut…., hormat"
- NKJV "Bayarlah oelh karena itu kepada siapa harus dibayar: pajak…, cukai…., rasa takut…., hormat"
- NRSV "bayar kepada semua apa yang harus dibayar; pajak…, penghasilan…, rasa hormat…, penghargaan"
- TEV "Bayar, apa yang harus dibayar; bayar pajak pribadi dan bangunan, dan tunjukkan rasa hormat dan penghargaan pada mereka semua"
- JB "Bayar kepada semua pegawai pemerintah apa yang mereka berhak meminta – apakah itu pajak langsung atau tidak langsung, takuti atau hormatilah"
Ini bisa menunjuk pada dua kelompok terpisah dari penguasa sipil (lih. RSV), namun kemungkinan apa yang dimaksudkan adalah bahwa Orang Kristen harus membayar pajak dan hormat pada para pemerintah sipil karena mereka berfungsi sebagai hamba-hamba Allah. (lih. ay. Rom 13:1,4 [dua kali],6; Mat 22:15-22).
□ Ke dua istilah, "pajak" dan "cukai" digunakan secara sinonim di sini (walau TEV membedakannya). Jika di analisisi secara etimologis (arti asalnya), yang pertama merujuk pada pajak yang dibayarkan oleh bangsa yang dijajah (lih. Luk 20:22) dan yang kedua merujuk pada pajak pribadi (lih. Mat 17:25; 22:17,19).
WAWASAN KONTEKSTUAL UNTUK Rom 13:8-14
- A. Memang bisa memahami ay. Rom 13:1-7 sebagai suatu konteks tulisan yang bisa berdiri sendiri. Namun demikian subyek dari "berhutang" dalam ay. Rom 13:7 nampaknya berlanjut dalam pengertian berbeda dalam ay. Rom 13:8. Orang percaya berhutang suau kewajiban kepada Negara, orang percaya juga berhutang tanggung jawab kepada sesama manusia.
- B. Ayat Rom 13:8-10 adalah suatu kesatuan pemikiran, seperti juga ay. Rom 13:11-14. Ayat-ayat ini melanjutkan diskusi dari pasal Rom 12 mengenai tanggung jawab orang Kristen untuk mengasihi sesama.
- C. Penggunaan Paulus akan Dekalog PL sebagai panduan moral pada orang percaya Perjanjian Baru menunjukkan keberlanjutan relevansi dari PL dalam bidang kehidupan yang kudus (pengkudusan), bukan keselamatan (pembenaran, lih. Gal 3). Nampaknya Paulus telang menggabungkan beberapa sumber untuk membangun panduan etikanya:
- 1. kata-kata dari Yesus
- 2. panduan dari Roh
- 3. Perjanjian Lama
- 4. pelatihan kerabiannya
- 5. pengetahuannya akan pemikir-pemikir Yunani (khususnya kaum Stoik)
- Hal ini menandai "hukum kasih" — kasih bagi Allah, kasih bagi umat manusia, pelayanan pada Allah, pelayanan pada sesama manusia!
- D. Ayat Rom 13:11-14 memiliki suatu orienasi eskatologis (akhir jaman). Kontras dari kegelapan dengan terang adalah kekhasan dari tulisan-tulisan Yahudi, termasuk Glungan kitab Laut Mati. Hal ini juga umum dalam tulisan-tulisan Yohanes dan Paulus. Ketegangan "yang sudah" melawan "yang belum" dari kehidupan keKristenan adalah pendorong bagi sehidupan yang kudus. "Jaman Baru" (Kerajaan Allah) telah diresmikan dan akan segera disempurnakan. BAgian ini sangat mirip dengan 1Tes 5:1-11.
- E. Ayat Rom 13:13-14 memiliki suatu pengaruh yang mengubah kehidupan terhadap Augustinus dalam musim panas tahun 386 AD. Ia berkata, dalam Pengakuan -nya Rom 8:29, "Tak ada yang akan ku baca lagi ataupun yang ku perlukan; Secara seketika pada akhir kalimat ini, suatu cahaya yang sangat jernih membanjiri hatiku dan semua kegelapan keragu-raguan telah sirna".
Topik Teologia -> Rm 13:1
Topik Teologia: Rm 13:1 - -- Allah yang Berpribadi
Natur Allah sebagai Pribadi
Allah itu Aktif
Allah Aktif di antara Bangsa-bangsa Lain dan di Seluruh Dunia
...
- Allah yang Berpribadi
- Natur Allah sebagai Pribadi
- Allah itu Aktif
- Allah Aktif di antara Bangsa-bangsa Lain dan di Seluruh Dunia
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan dan Manusia Dunia
- Pemeliharaan Allah di Dalam Negara-negara
- Pemeliharaan Dalam Menunjuk dan Menyingkirkan Para Pemimpin
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia sebagai Suatu Kesatuan Hidup
- Keutuhan Manusia Direpresentasikan oleh Jiwa
- Kej 2:7 Kej 12:5 Kej 17:14 Ima 11:43-44 Bil 30:3-13 Ula 10:22 Ula 24:7 Hak 5:21 Hak 16:30 1Sa 18:1,3 1Ra 20:32 Ayu 16:4 Ayu 30:25 Maz 35:12-13 Maz 43:5 Maz 49:19 Maz 63:2 Maz 69:19 Maz 84:2 Maz 103:1-2,22 Maz 116:7 Maz 146:1-2 Ams 18:7 Ams 23:14 Yes 55:3 Yes 61:10 Yer 37:9 Yer 38:17,20 Rat 3:25 Mar 8:35 Luk 9:25 Yoh 12:25 Kis 2:43 Kis 7:14 Kis 27:37 Rom 2:9 Rom 11:3 Rom 13:1 2Ko 12:15 1Pe 3:20
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Penguasa Pemerintahan
- Tunduk Kepada Penguasa Pemerintahan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Percaya
- Pejabat Pemerintah dan Warga Sipil
TFTWMS -> Rm 13:1-7
TFTWMS: Rm 13:1-7 - Sikap Terhadap Pemerintah SIKAP TERHADAP PEMERINTAH (Roma 13:1-7)
1 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak bera...
SIKAP TERHADAP PEMERINTAH (Roma 13:1-7)
1 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. 2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. 3 Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. 4 Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. 5 Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. 6 Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. 7 Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.
Satu pertanyaan umum di zaman Yesus adalah bagaimana umat Allah harus berhubungan dengan pemerintahan sipil. Pada satu kesempatan, musuh Yesus bertanya kepada Dia, "Apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" (Luk. 20:22). Orang Yahudi membenci orang Romawi dan tidak suka membayar pajak kepada mereka, tapi pertanyaan mereka benar-benar perangkap. Jika Kristus menjawab ya, Ia akan ditinggalkan oleh para pengikut Yahudi-Nya. Jika Ia menjawab tidak, musuh-musuh-Nya dapat melaporkan Dia kepada Gubernur Romawi (Luk. 20:20). Yesus mengacungkan sebuah koin dan bertanya, "Gambar dan tulisan siapakah ada padanya?" Mereka berkata: "Gambar dan tulisan Kaisar" (Luk. 20:24). Pada titik ini, Yesus berkata, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" (Luk. 20:25).
Orang Yahudi tidak mau "memberi kepada Kaisar apa yang menjadi milik Kaisar." Orang Romawi telah memberikan banyak kelonggaran kepada mereka dan iman mereka, namun kebencian masih membara di hati mereka. Kebencian mereka terus membesar, dan memuncak pada pemberontakan orang Yahudi pada 66 M., yang mengakibatkan kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M.
Ketika Paulus menyurati jemaat di Roma sekitar tahun 57 atau 58 M., kebencian orang Yahudi mencapai titik didihnya. Seperti sudah diperlihatkan sebelumnya, gereja di kota itu memiliki anggota orang-orang Yahudi (2:17)—orang-orang Yahudi yang tidak diragukan lagi memendam niat buruk terhadap pemerintah Romawi. Orang-orang bukan Yahudi di gereja di Roma mungkin bersimpati dengan saudara-saudara Yahudi mereka tentang hal ini. Roma telah mengusir orang-orang Yahudi dan umat Kristen dari Roma beberapa tahun sebelumnya.1
Semua ini dan faktor-faktor lainnya mungkin telah mendorong Paulus untuk memasukkan teks ini ke dalam suratnya kepada gereja Roma. Faktor lain yang mungkin adalah bahwa beberapa orang Kristen mungkin memiliki pikiran bahwa kemerdekaan dalam Kristus (Gal. 5:1) berarti mereka tidak tunduk kepada hukum, termasuk hukum Roma. Paulus juga mungkin mengantisipasi penganiayaan, seperti yang dilakukan oleh Nero hanya beberapa tahun kemudian, dan bagaimana hal ini akan mempengaruhi sikap orang Kristen terhadap negara.
Apapun motivasinya, Paulus—yang diilhami oleh Roh—menganggap penting untuk memasukkan pelbagai petunjuk tentang bagaimana orang yang sudah diselamatkan oleh kasih karunia harus berhubungan dengan pemerintahan manusia. Masalah itu juga disebut dalam 1 Timotius 2:1, 2; Titus 3:1; dan 1 Petrus 2:13, 14, 17; tapi Roma 13:1-7 adalah diskusi terpanjang tentang masalah itu dalam Perjanjian Baru. Teks ini tidak meliput setiap aspek hubungan dan tidak menjawab setiap pertanyaan yang mungkin ditanyakan. Namun demikian, itu merupakan wahyu penting tentang masalah yang berdampak pada seluruh kehidupan kita.
Ketika kita menjadi orang Kristen, kita diselamatkan dari kuasa kegelapan dan dipindahkan ke dalam kerajaan Anak Allah yang kekasih (Kol. 1:13). Namun demikian, kita tetap menjadi warga negara kerajaan/bangsa dunia. Bagaimanakah seharusnya kita berhubungan dengan penguasa sipil? Apa sajakah tanggung jawab kita? Menjadi warga negara macam apakah yang Allah inginkan dari kita? Semua ini adalah pertanyaan yang Paulus singgung dalam Roma 13:1-7.2
Ayat 1. Nas ini dimulai dengan perintah ini: Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya. Sebelum kita membahas perintah ini dan perintah-perintah lainnya dalam 13:1-7, kita perlu menyurvei nas itu untuk menetapkan mengapa Paulus memberi perintah yang memiliki efek luas ini.
Paulus memulai dengan dasar ketaatan kita. Sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Kata-kata "pemerintah" dan "pemerintah-pemerintah" dalam ayat 1 adalah dari ejxousi÷a (exousia), yang menunjukkan "hak untuk menjalankan kekuasaan."3Paulus kadang-kadang menggunakan exousia untuk mengacukan makhluk malaikat (Efe. 6:12), sehingga beberapa orang percaya bahwa itulah yang ada di dalam pikiran Paulus. Namun begitu, exousia di tempat lain mengacu kepada penguasa manusia (Luk. 12:11). Dalam Roma 13:6, 7, Paulus bicara tentang membayar pajak kepada penguasa ini, jadi yang ia masksudkan pastinya adalah pemerintahan manusia. Alkitab Phillips menulis "pemerintahan sipil," sementara versi NCV menulis "penguasa pemerintah."
Paulus menyatakan bahwa pemerintahan sipil "ditetapkan oleh Allah." "Ditetapkan" adalah dari ta÷ssw (tassō), yang berarti "menempatkan dalam urutan, mengatur," "menunjuk,"4atau "menahbiskan" (lihat KJV). Melirik ke bawah ke ayat 4, kita melihat bahwa pemerintahan manusia disebut "hamba Allah" sebanyak dua kali. Dalam ayat 6, para penguasa manusia disebut "pelayan-pelayan Allah." Jika orang tidak pernah mempelajari Roma 13, pernyataan-pernyataan ini mungkin tampak aneh atau ekstrim.
Namun begitu, kembali ke pasal 9, Paulus menekankan kendali Allah atas para penguasa dunia ketika ia menggambarkan Firaun (9:16-18).
Paulus bukan penulis Alkitab atau pembicara pertama yang menyatakan bahwa para penguasa dunia tunduk kepada kedaulatan universal Allah. Berbicara untuk Tuhan, Salomo menulis, "Karena aku para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. Karena aku para pembesar berkuasa"(Ams. 8:15, 16). Koresh, penguasa pagan dari Persia, disebut "gembala" Allah dan orang yang "diurapi" oleh Allah (Yes. 44:28; 45:1). Daniel memberitahu raja Babel Nebukadnezar bahwa Allah "memecat raja dan mengangkat raja," bahwa "Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia" (Dan. 2:21; 4:17). Ketika Yesus diadili di hadapan Pilatus, Ia memberitahu gubernur Romawi itu, "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas" (Yoh. 19:11).
Ketika kita membaca pelbagai pernyataan terilham itu, beberapa pertanyaan membanjiri pikiran kita. Kita bertanya-tanya tentang penguasa jahat di masa lalu dan masa kini: Apakah Allah menetapkan mereka? Apakah pemerintahan mereka ditetapkan oleh Allah? Kita tidak dapat menjawab setiap pertanyaan yang mungkin muncul, tetapi kita dapat membuat beberapa observasi tentang Allah dan pemerintahan manusia.
Allah menetapkan pemerintahan sipil untuk kebaikan umat manusia. Allah menetapkan rumah tangga (Kej. 2-4) dan gereja (Kisah 2), dan Roma 13 membuat jelas bahwa Ia juga adalah pencetus pemerintahan manusia.5Ia menetapkan pemerintahan sipil karena manusia membutuhkannya. Berikut ini adalah pandangan James Burton Coffman:
Tanpa … pemerintahan yang mapan, seluruh dunia akan tenggelam ke dalam kekacauan dan kehancuran. Sifat manusia yang tak terkendali bagaikan binatang buas yang terbaring resah dan gelisah di bawah pengekangan yang diberlakukan oleh negara, dengan selalu siap, pada kesempatan sekecil apa pun, untuk memutuskan rantainya dan memorakporandakan dunia dengan darah dan teror.6
Jack P. Lewis sependapat: "Setiap bentuk pemerintahan adalah lebih baik daripada anarki."7Kita mungkin tidak sepakat tentang jenis pemerintahan apakah yang terbaik dan seberapa banyak atau sedikit kita membutuhkannya, tapi kita dapat sepakat tentang ini: Prinsip pemerintahan sipil ditetapkan oleh Allah.
Ayat 4 mengatakan bahwa pemerintahan manusia adalah "hamba Allah untuk kebaikanmu." Alkitab Phillips memberikan ini, "Petugas adalah pelayan Allah untuk melindungi engkau." Selain melindungi, kota, negara, dan pemerintahan nasional kita juga menyediakan kesejahteraan kita dengan pelbagai pelayanan yang akan sulit atau mustahil untuk kita dapatkan sendiri.
Setiap pemerintahan sipil ada karena Allah mengizinkan keberadaannya. Kita tidak dapat mengatakan bahwa Allah bertanggung jawab atas setiap rezim duniawi tertentu, tetapi kita dapat mengatakan bahwa rezim itu ada hanya karena Allah mengizinkan keberadaan rezim itu. Pada zaman dulu, Roma 13:1-7 disalahgunakan oleh para tiran untuk mencoba memaksakan kepatuhan mutlak dari rakyat mereka. Mereka mengklaim rezim mereka direstui oleh Allah. Mereka mengutip Roma 13 dan mengatakan bahwa para pemimpin gereja harus secara terbuka mendukung agenda mereka yang tak bertuhan. Paulus mengajarkan bahwa Allah menetapkan prinsip pemerintahan manusia, tetapi ia tidak mengajarkan bahwa Allah secara pribadi menetapkan masing-masing dan setiap pemimpin pemerintahan untuk menduduki kekuasaan.
Apakah fakta Allah menetapkan pemerintahan manusia berarti Ia menyetujui setiap pemerintahan? Tuhan menetapkan rumah tangga. Apakah itu berarti Ia menyetujui setiap rumah tangga? Tidak. Allah menetapkan gereja. Apakah itu berarti Ia menyetujui setiap jemaat? Tidak (lihat Why. 2:4, 14, 20). Begitu juga halnya, tidak setiap pemerintahan memiliki cap persetujuan pribadi dari Allah.
Pemimpin pemerintahan mana saja yang akan menggunakan Roma 13:1-7 untuk menuntut ketaatan mutlak perlu menyadari bahwa teks itu adalah pedang bermata dua. Teks itu juga mengatakan bahwa ia harus menjadi "pelayan [hamba] Allah." Kepelayanan memiliki tanggung jawab, terutama kepelayanan kepada Tuhan!8Daniel 2:21 tidak hanya mengatakan bahwa Allah "mengangkat raja-raja," tetapi juga menyatakan bahwa Ia "memecat raja-raja." Itu harus menjadi pemikiran yang sangat serius bagi penguasa mana saja.
Allah bahkan dapat menggunakan pemerintahan yang jahat untuk mencapai tujuan-Nya. Kadang-kadang, Allah menggunakan bangsa kafir untuk menyelesaikan maksud-Nya. Asyur adalah tongkat murka Allah untuk menghukum Israel (Yes. 10:5). Babel digunakan oleh Tuhan untuk menghukum Yehuda atas kejahatannya (Yer. 25:9-
11). Pada catatan yang lebih positif, Allah menggunakan Koresh raja Persia untuk membebaskan Yehuda dari penawanan (Yes. 44:28-45:7; Ezra 1:1-4). Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa Allah dapat menggunakan pemerintahan sipil yang jahat dan kadang-kadang memang Ia lakukan. Di luar itu, kita tidak dapat mereka-reka. Apa yang kita tahu adalah bahwa, dalam cara tertentu, Allah tetap mengendalikan pemerintah-pemerintah dunia. Pada akhirnya, tujuan-Nya akan digenapi.
Karena ingin mencoba melepaskan diri dari kekuatan ajaran Paulus, manusia kadang-kadang mencoba untuk membedakan antara "pemerintah yang baik" dan "pemerintah yang buruk." Mereka berkata, "Kita hanya diminta untuk tunduk kepada pemerintah yang baik." Ketika kita mempelajari Roma 13:1-7, kita perlu ingat kekuatan penguasa di zaman Paulus: Kekaisaran Romawi. Apakah Kekaisaran Romawi "pemerintah yang baik"? Beberapa aspek darinya memang baik;9tetapi sejarah mengungkapkan bahwa pemerintah Romawi dipenuhi dengan kejahatan dan korupsi.10Kaisar ketika Paulus menulis surat Roma adalah Nero, yang disifatkan oleh R. C. Bell sebagai "monster yang tidak manusiawi" yang bersalah atas "pembunuhan ibu."11Namun demikian, rasul itu masih mengatakan, "Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah" (13:1).
Pernah dikemukakan bahwa Paulus cenderung bersikap positif terhadap pemerintah Romawi ketika ia menulis Roma 13 karena ia adalah warga negara Roma dan telah diperlakukan secara adil oleh para penguasa Roman—tapi kemudian ia berubah pikiran. Pendapat seperti itu merupakan penolakan atas pengilhaman ilahi dan keliru dalam menyajikan fakta-fakta. Pendapat itu mengabaikan fakta bahwa, sebelum menulis surat Roma, Paulus telah secara semena-mena dipukuli dan dipenjarakan oleh penguasa Romawi (Kisah 16:22-24). Faktanya, tiga kali, ia telah dipukuli dengan tongkat (2 Kor. 11:25), suatu bentuk hukuman Romawi. Selanjutnya, saran itu mengabaikan fakta bahwa, bahkan setelah Paulus mengalami pemenjaraan secara semena-mena oleh penguasa Romawi,12ia masih menulis nas-nas seperti berikut ini:
… aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan (1 Tim. 2:1 , 2).
Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat … (Tit. 3:1).
Di tengah-tengah penganiayaan, rasul Petrus menulis, Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja! (1 Pet. 2:13-17).
Pesan yang konsisten dari Perjanjian Baru adalah bahwa orang Kristen harus berusaha "menjadi warga negara yang baik" (13:1; MSG), terlepas dari siapa yang menduduki tampuk kekuasaan politik.
Dengan mengingat bahwa Allah menetapkan pemerintahan manusia, mari kita meneliti teks itu. Ayat 1 dimulai, "Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya." "Orang" diterjemahkan dari yuch÷ (psuchē), kata untuk "jiwa." Seperti dalam 1 Petrus 3:20, psuchē di sini mengacu kepada orang. "Takluk" adalah dari uJpota÷ssw (hupotassō), yang menggabungkan uJpo (hupo,"bawah") dan ta÷ssw (tassō, "mengatur"). Itu "pada prinsipnya istilah militer" yang berarti "kedudukan di bawah."13
Hupotassō diterjemahkan "taat" dalam beberapa terjemahan. Kata itu mencakup ketaatan, tetapi artinya lebih luas. Kata itu mencakup "kerjasama, loyalitas, dan kemauan untuk taat."14
Ketundukan harus diberikan kepada "penguasa yang memerintah" (NASB). "Memerintah" adalah dari uJpere÷cw (huperechō), yang merupakan gabungan dari uJpe÷r (huper, "atas") dan e¡cw (echō, "memiliki"). Kata itu secara harfiah berarti "berada pada tempat yang lebih tinggi daripada yang lainnya" atau "naik di atas." Secara kiasan, artinya "berada dalam posisi mengendalikan," atau "memegang kuasa (atas)."15
Sama seperti orang yang mencoba untuk membuat perbedaan antara "pemerintah yang baik" dan "pemerintah yang buruk," mereka juga berusaha untuk membedakan antara "hukum yang baik" dan "hukum yang buruk." Yang mereka maksudkan dengan "hukum yang buruk," adalah hukum yang tidak masuk akal mereka atau hukum yang membuat mereka tidak nyaman, bahkan mungkin menderita. Mereka berkeras, "Allah tidak mengharapkan kita untuk mematuhi hukum yang buruk." Dari waktu ke waktu, sebagian besar dari kita merasa jengkel dengan aturan dan peraturan pemerintah. Kita merasa dibanjiri oleh peraturan lalu lintas, aturan tata ruang, peraturan pajak, dan proses pengurusan surat yang lambat. Kita merasa dicekik oleh birokrasi politik. Namun demikian, kita tidak diberi hak untuk membedakan antara "hukum yang baik" dan "hukum yang buruk." Jika itu adalah hukum, kita harus mematuhinya.
Apakah ada pengecualian bagi prinsip dasar itu? Satu-satunya pengecualian yang kita tahu adalah yang disuarakan oleh Petrus. Ia dan Yohanes diperintahkan oleh Mahkamah Agama Yahudi untuk tidak mengajar atau berkhotbah dalam nama Yesus (Kisah 4:18), satu perintah yang mereka abaikan. Ketika mereka diseret kembali ke hadapan Mahkamah Agama, Petrus mengucapkan kata-kata klasik ini: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (Kisah 5:29). Bagaimana kita menerapkan prinsip ini kepada topik kita sekarang ini? Kita harus mematuhi hukum negara kecuali hukum itu bertentangan dengan hukum Allah. Beberapa contoh terlintas dalam pikiran. Dalam Perjanjian Lama, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menolak untuk sujud di hadapan patung emas (Dan. 3), dan Daniel mengabaikan perintah raja untuk jangan menyembah siapa pun kecuali dirinya (Dan. 6). Pada zaman Perjanjian Baru, Antipas menjadi martir karena menolak untuk menyangkal imannya (Why. 2:13).
Dua kebenaran harus ditekankan sebelum kita menyimpulkan pokok pikiran ini. Pertama, ketika kita "taat kepada Allah daripada kepada manusia," kita harus siap menanggung akibatnya. Pertimbangkanlah apa yang menimpa para rasul; Sadrakh, Mesakh, dan Abednego; Daniel; dan Antipas. Kedua, kecuali kita pelaku hukum yang hati-hati, ketika kita "menaati Allah daripada manusia," tindakan kita itu tidak akan dipandang sebagai ungkapan hati nurani tetapi sebagai bukti tambahan bahwa kita adalah pembuat onar. Petrus menulis, "Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu" (1 Pet. 4:15, 16).
Jadi, inilah aturannya: Selama pemerintah setempat, atau hukum nasional setempat tidak melanggar salah satu arahan Tuhan, taatilah. Apakah hukum itu tidak logis? Taatilah. Apakah hukum itu tidak konsisten? Taatilah. Apakah hukum itu menunjukkan pilih kasih pada satu lapisan masyarakat? Taatilah. Jimmy Allen menganut pandangan ini: "Pertimbangan utama kita bukanlah, 'apakah hukum itu buruk?,' tapi, apakah ketaatan kepada hukum itu melanggar firman Allah? (Kisah 4:19). Kecuali hukum itu dibuat untuk berbuat kejahatan, murid-murid Tuhan akan tunduk kepada hukum yang [bahkan] menimbulkan kesulitan ke atas diri mereka sendiri."16
Ayat 2. Mengapa kita "harus takluk kepada pemerintah yang di atas"? Kita telah melihat alasan pertama: Allah adalah Pribadi yang menetapkan pemerintahan manusia. Maksud ini ditekankan pada awal ayat ini: Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah. Alkitab SEB menulis "Jadi, jika orang memberontak terhadap pemerintah, ia sedang melawan apa yang Allah tetapkan." Gagal tunduk kepada pemerintahan manusia, pada dasarnya, melawan Allah itu sendiri.
Kata "melawan" adalah dari ajntita÷ssw (antitassō), kata majemuk yang menggabungkan ajnti÷ (anti, "melawan") dan ta÷ssw (tassō, "mengatur"). Ini adalah kali ketiga Paulus menggunakan tassō ("mengatur") dalam pasal 13. Allah "mengatur" pemerintahan manusia. Mengenai pemerintahan sipil, kita harus berada di bawah tassō ("pengaturan" Allah). Jika kita menolak untuk melakukannya, itu berarti kita menentang tassō ("pengaturan" Allah). Coffman mengulas, Kristus tidak pernah memimpin kerusuhan, mengorganisir perlawanan bawah tanah, mengecam pemerintah, atau mengambil bagian dalam tindakan orang-orang Yahudi menentang Roma … Meski benar bahwa ajaran-Nya yang kudus memiliki pengaruh paling besar pada jalannya sejarah, [namun] ajaran-Nya itu selalu seperti ragi dan bukan sebagai dinamit dalam mengembangkan pengaruh-Nya.17
Paulus memberi alasan kedua untuk tunduk kepada pemerintahan sipil. Untuk menghindari hukuman: Dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. "Hukuman" adalah dari kata umum untuk "penghakiman: kri÷ma (krima). Kata "kutukan" seperti yang ditemukan dalam Alkitab KJV tampaknya ekstrim. Alkitab NEB mungkin lebih dekat dengan maksudnya: "Mereka yang menolak untuk tunduk harus menerima sendiri hukuman yang akan mereka terima" (huruf miring ditambahkan). Ayat yang mengikuti menunjukkan bahwa yang Paulus maksudkan pada prinsipnya hukuman oleh pemerintahan sipil, tapi kita tentunya tidak dapat mengecualikan hukuman ilahi karena orang yang tidak taat itu sudah memberontak terhadap lembaga yang ditetapkan oleh Allah.
Ayat 3. Paulus melanjutkan alur pemikirannya: Sebab jika seorang berbuat baik,18ia tidak usah takut [fo÷boß, phobos] kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut [fobe÷w, phobeō] terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Alkitab Phillips menulis "Jika engkau mau menghindari kecemasan ini jalanilah kehidupan yang taat hukum." Biasanya, bahkan pemerintah yang buruk menyukai warga negara yang baik.
Ayat 4. Paulus menambahkan, Karena pemerintah [sipil] adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. "Hamba" adalah dari dia÷konoß (diakonos), kata untuk "hamba," kata yang sama yang digunakan untuk menggambarkan diaken, penginjil , dan pekerja lain dalam gereja (12:7; 1 Tim. 3:10, 13; 4:6). Tentu saja, pemerintah sipil bukan "hamba Allah" dalam cara yang sama seperti beberapa lainnya yang baru saja disebutkan. Diaken dan pekerja lain dalam gereja sadar bahwa mereka sedang melayani Allah, dan mereka melakukan itu secara sukarela. Sebaliknya, pemerintahan sipil umumnya tidak menyadari bahwa mereka adalah para pelayan Allah dan belum membuat keputusan untuk berfungsi dalam kapasitas itu. Namun demikian—apakah sukarela atau tidak sukarela, tahu atau tidak tahu—menurut rasul terilham itu, pemerintahan manusia adalah hamba Tuhan, "hamba Allah untuk kebaikanmu."
Beberapa protes dapat diajukan: "Apakah Paulus tidak sadar tentang bagaimana pemerintahan sipil dapat bertindak tidak adil, betapa sering mereka bukan pelayan untuk kebaikan tapi pelayan yang jahat?" Kita dapat yakin bahwa Paulus sangat menyadari bahwa mereka yang menegakkan keadilan dapat, dan sering, tidak konsisten.
Di Korintus, ia diperlakukan dengan adil oleh gubernur Romawi Galio (Kisah 18:12-16); tapi sebelumnya, di Filipi, ia telah dianiaya oleh penguasa Romawi (Kisah 16:19-39).
Belakangan, di Yerusalem, ia diselamatkan dari gerombolan Yahudi pembunuh oleh pasukan Romawi (Kisah 21:27-36); tapi ia menghabiskan dua tahun di penjara Romawi di Kaisarea karena ia tidak mau menyuap seorang pejabat Romawi yang korup (Kisah 24:26, 27).
Masih belakangan, kewarganegaraan Romawinya menyelamatkan dia dari kematian di tangan orang-orang Yahudi karena ia naik banding kepada Kaisar (Kisah 25:9-12). Namun begitu, menurut tradisi tak terilham, hidupnya akhirnya berakhir ketika pedang Romawi memisahkan kepalanya dari tubuhnya.19(Mati martirnya telah diantisipasi dalam 2 Tim. 4:6-8).
Setelah beberapa pengalamannya itu, mengapa Paulus mengatakan bahwa pemerintahan sipil "adalah hamba … untuk kebaikan"? Karena ini umumnya memang benar. Biasanya, pemerintah menghargai perilaku yang baik dan menghukum perilaku yang jahat; itu mereka lakukan untuk keuntungan mereka. Pemerintah yang mencoba untuk beroperasi di atas dasar lain tidak akan bertahan lama.
Sisa ayat 4 mengatakan, Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia [pemerintah sipil], karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka [ojrgh÷, orgē] Allah atas mereka yang berbuat jahat. Pasal 12 menekankan bahwa kita tidak boleh membalas dendam tapi harus menyerahkan masalah itu kepada tangan Tuhan (12:19 ). Satu cara Allah menghukum orang jahat dalam hidup ini adalah melalui peradilan umum.
Kata-kata "tidak percuma pemerintah menyandang pedang." berarti pedang yang disandang oleh para penegak hukum bukan sekedar untuk pajangan. Sebaliknya, pedang itu dapat, dan sudah, digunakan untuk mencegah kejahatan. Ini menunjukkan bahwa sesuai dengan pengaturan Allah pemerintahan sipil menggunakan apa yang kadang-kadang disebut "kekuatan mematikan." Hukum tanpa sarana penegakan adalah sekedar saran baik saja.20
Karena topik Paulus adalah tentang menghukum orang jahat, maka ayat 4 harus menunjukkan bahwa Allah menyetujui hukuman mati. Kata "pedang" (ma÷caira, machaira) juga muncul dalam 8:35, di mana kata itu memiliki konotasi menyeramkan, mengingatkan kepada kematian lewat kekerasan dan eksekusi. James Denney berkomentar bahwa "pedang itu biasa dibawa, jika tidak oleh, maka di hadapan hakim-hakim tinggi, dan melambangkan kuasa atas hidup dan mati yang yang ada dalam genggaman tangan mereka."21Lewis menyatakan bahwa "pedang adalah simbol kekuasaan," dan "bersama dengan itu melekat … kuasa untuk menegakkan hukuman mati."22Ketika kita membaca nas Alkitab, salah satu pertanyaan pertama yang harus kita tanyakan adalah "Akan berarti apakah nas ini bagi mereka yang pertama kali mendengar atau membacanya?" Mengenai Roma 13:4, Bob E. Adams menyimpulkan bahwa hak untuk mengeksekusi orang yang berbuat jahat akan "menjadi arti yang paling wajar yang para pembaca Paulus akan berikan kepada nas itu."23
Dulu sekali, Allah memberi perintah universal ini kepada Nuh: "Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri" (Kej. 9:6). Prinsip ini dijadikan bagian hukum Musa (Kel. 21:12), dan Roma 13 menunjukkan bahwa perintah itu cocok dengan Perjanjian Baru. Ini memang tidak menyelesaikan semua pertanyaan tentang hukuman mati, seperti "apakah hukuman mati merupakan pencegahan yang paling efektif dan/atau hukuman yang paling adil."24Namun demikian, Roma 13:4 memang menegaskan bahwa prinsip hukuman mati oleh negara tidak bertentangan dengan kehendak Allah.
Pada titik ini, pertanyaan membingungkan lainnya muncul. Allah memberi pemerintahan sipil wewenang untuk menggunakan kekuatan untuk menghukum orang jahat, tetapi dapatkah orang Kristen melaksanakan kekuatan itu? Dengan kata lain, dapatkah orang Kristen menduduki jabatan politik?25Dapatkah orang Kristen menjadi seorang polisi atau tentara? Mengenai pertanyaan terakhir, di masa lalu, banyak orang Kristen akan mengatakan tidak. Saat ini, banyak (mungkin sebagian besar) orang akan menjawab ya. Mengenai pertanyaan ini, sebagian besar dari kita mungkin sudah dipengaruhi oleh pelbagai peristiwa saat ini sebanyak oleh apa saja yang Perjanjian Baru katakan atau tidak katakan. Selama bertahun-tahun, masalah itu telah diserahkan kepada hati nurani masing-masing orang, dengan setiap orang Kristen memutuskan apa kehendak Tuhan bagi dirinya. (Roma 14 berfokus pada bagaimana kita harus memperlakukan sesama orang Kristen yang berbeda dengan kita mengenai masalah opini.)
Kita dapat memenuhi halaman-halaman yang tak terhitung banyaknya untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, tetapi mereka itu sedikit saja kaitannya dengan maksud Paulus dalam Roma 13:4. Paulus sedang menekankan bahwa salah satu alasan kita perlu menaati hukum negara adalah bahwa kita akan dihukum jika kita tidak menaatinya.
Ayat 5. Bagaimana jika orang yakin bahwa ia dapat melanggar hukum tanpa tertangkap, tanpa dihukum oleh negara? Paulus memasukkan kemungkinan itu dalam ayat 5: Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Suara hati adalah kecakapan yang Allah berikan di dalam setiap diri kita yang membantu kita untuk membedakan antara benar dan salah (lihat komentar tentang 2:14, 15). Beberapa orang menaati peraturan kecepatan hanya karena mereka takut kena tilang; beberapa orang membayar pajak pendapatan hanya karena mereka takut dituntut. Paulus mengatakan bahwa kita harus "mematuhi pemerintah, bukan hanya karena itu adalah [hal] paling aman [untuk dilakukan], tetapi karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan" (Phillips; huruf miring ditambahkan)—karena itu adalah apa yang Allah inginkan untuk kita lakukan. Seperti Paulus, kita harus berusaha "untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia" (Kisah 24:16).
Ayat 6. Dalam ayat 1 sampai 5, Paulus menegakkan prinsip-prinsip umum mengenai hubungan orang Kristen dengan pemerintahan manusia: Kita harus mematuhi hukum negara; kita harus menjadi warga negara yang baik. Dalam ayat 6 dan 7, rasul itu memberi perintah khusus mengenai apa yang diminta dari warga negara yang baik.
Ayat 6 mengatakan, Itulah juga sebabnya [karena pemerintahan manusia ditetapkan oleh Allah] maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. "Pelayan-pelayan" adalah dari kata Yunani yang berbeda dari yang diterjemahkan "pelayan "dalam ayat 4. Ini dari bentuk jamak leitourgo֧ (leitourgos), "kata yang biasanya diperuntukkan bagi mereka yang memberikan pelayanan keimamatan."26Kata itu menggarisbawahi fakta bahwa "penguasa dunia, yang meski tidak semua dari mereka bertindak secara sadar sebagai pelayan Allah, namun mereka menjalankan fungsi-fungsi yang merupakan ketetapan Allah."27
"Mereka yang mengurus hal itu " mengacu kepada apa yang Paulus katakan (atau siratkan) bahwa pemerintahan manusia harus: melindungi warga negara mereka dan menyediakan pelayanan yang mungkin tidak mampu disediakan oleh warganya sendiri. Karena pemerintahan manusia ditetapkan oleh Allah dan karena para pekerja pemerintah sedang (dalam satu pengertian) memenuhi tujuan Tuhan, maka kita harus membayar pajak. John R. W. Stott berpendapat bahwa manusia tidak sepakat tentang seberapa besar kita memerlukan pemerintah (yang mempengaruhi jumlah pajak yang kita bayarkan), tapi "semua sepakat … bahwa ada beberapa pelayanan yang negara harus sediakan, bahwa ini harus dibayar, dan bahwa hal ini membuat pajak diperlukan."28
Nasihat untuk membayar pajak bukan gagasan dadakan dalam diskusi ini. Dalam ayat-ayat sebelumnya, Paulus telah meletakkan dasar untuk kesimpulan ini. Orang Yahudi tidak suka membayar pajak kepada Roma. Namun demikian, Paulus berkeras bahwa hal itu harus dilakukan. Jika kita tidak membayar pajak, kita tidak hanya menipu pemerintah dan gagal memenuhi bagian kita, tapi kita juga tidak menaati Allah.
Protes lainnya adalah umum: "Tapi jika saya membayar pajak, artinya saya mendukung kegiatan jahat di mana pemerintah terlibat!"
Mari kita ingat bahwa Yesus berkata, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar" (Luk. 20:25). Kita juga harus ingat bahwa pada prinsipnya Paulus sedang bicara tentang membayar pajak kepada Kekaisaran Romawi yang menyembah berhala—pemerintah yang penuh dengan korupsi politik dan para pejabat yang menyalahgunakan dana. Namun demikian, baik Yesus maupun Paulus mengatakan bahwa pajak harus dibayarkan. Tanggung jawab kita adalah membayar pajak; tanggung jawab para pejabat adalah membelanjakan uang pajak itu dengan bijaksana. Jika mereka tidak menjalankan tanggung jawab mereka, itu bukan alasan kita untuk tidak memenuhi tanggung jawab kita.
Ayat 7. Paulus memperkuat pemikirannya dengan mengatakan, Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar. Dalam konteksnya, "semua" mengacu kepada semua pemerintahan sipil—dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari yang kurang penting sampai yang paling penting. "Bayarlah" adalah dari kata Yunani ajpodi÷dwmi (apodidōmi), kata yang sama yang digunakan dalam Lukas 20:25 di mana Yesus berkata, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar."
Perintah "Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar" dijelaskan lebih lanjut: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak. "Pajak" adalah dari fo÷roß (phoros), kata itu ditemukan dalam ayat 6 dan kata itu digunakan dalam pertanyaan yang diajukan kepada Yesus dalam Lukas 20:22. Phoros berarti "'upeti' yang dibayarkan oleh bangsa taklukan."29"Cukai" adalah dari te÷loß (telos), yang berarti "dalam artinya yang sekunder," 'apa yang dibayarkan untuk kepentingan umum, pungutan, pajak, cukai.'"30Ini adalah kata yang digunakan dalam Matius 17:25 ketika Yesus memberitahu Petrus untuk membayar pajak bait suci. Paulus mungkin menggunakan kedua istilah itu untuk mencakup semua bentuk pajak.31Pesannya adalah jelas: Orang Kristen harus membayar pajak mereka.
Paulus kemudian menambahkan persyaratan yang, bagi beberapa orang, lebih menantang daripada membayar pajak: rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat. "Takut" diterjemahkan dari phobos, kata yang memiliki banyak nuansa makna. Ini adalah kata yang digunakan dalam ayat 3 dan 4 yang bicara tentang takut akan hukuman, namun dalam ayat 7 kata itu memiliki penekanan yang berbeda. Kata "segan" mengungkapkan dengan lebih baik pemikiran itu di sini (lihat RSV; NRSV; NIV; AB; McCord). "Hormat" adalah dari timh÷ (timē), yang berarti mempertimbangkan sesuatu yang berharga.32Kita harus ingat bahwa, dalam konteks ini, Paulus sedang mengacu kepada pejabat pemerintah.
Satu protes terakhir boleh saja dimasukkan: "Tapi saya tidak dapat menyegani pejabat pemerintah tertentu, dan saya menolak untuk menghormati dia. Ia tidak jujur dan tidak bermoral! "Sekali lagi, kita harus ingat bahwa Paulus sedang bicara tentang pejabat dalam pemerintahan Romawi, banyak di antaranya yang sangat korup dan asusila. Ketika Petrus berkata, "Hormatilah [dari tima÷w, timão] raja" (1 Pet. 2:17), acuannya adalah kepada kaisar Romawi Nero yang jahat. Pernah dikatakan bahwa jika Anda tidak dapat menghormati pejabatnya, Anda setidaknya dapat menghormati jabatannya. Dalam Kisah 23:1-5, Paulus menunjukkan sikap hormat untuk jabatannya ketika ia tidak dapat menghormati pejabatnya. Ada beberapa presiden AS yang saya pribadi tidak hormati—tapi andaikan saya hadir ketika salah satu dari presiden ini memasuki ruangan, saya akan bangkit berdiri untuk menghormati jabatannya.
Bagaimanakah kita harus meringkas ajaran Paulus dalam Roma 13:1-7? William Barclay menyimpulkan nas itu seperti ini:
Paulus melihat ada alat dalam tangan Allah di dalam negara, untuk melindungi dunia dari kekacauan. Mereka yang menjalankan negara sedang memainkan peran mereka dalam tugas besar. Apakah mereka tahu atau tidak mereka itu sedang melakukan pekerjaan Allah, dan tugas orang Kristen adalah membantu dan bukan menghambat.33
Tentu saja, dalam Roma 13:1-7 Paulus tidak menguras habis masalah hubungan orang Kristen dengan pemerintahan manusia. Misalnya, dalam nas ini, ia tidak menyebut berdoa untuk para pejabat pemerintah seperti yang ia lakukan dalam 1 Timotius 2:1, 2.34Dengan menambahkah 1 Timotius 2 kepada Roma 13, telah dikatakan bahwa tanggung jawab dasar orang Kristen kepada pemerintah adalah harus "membayar, mendokan, dan menaati." Selebihnya, itu menjadi masalah hati nurani pribadi.35
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) PASAL 13
KEHIDUPAN ORANG KRISTEN (BAGIAN 2)
Dalam pasal 13, Paulus melanjutkan pembahasan tentang apa arti hidup sebagai orang Kristen. Ia menekanka...
PASAL 13
KEHIDUPAN ORANG KRISTEN (BAGIAN 2)
Dalam pasal 13, Paulus melanjutkan pembahasan tentang apa arti hidup sebagai orang Kristen. Ia menekankan bahwa orang percaya harus tunduk kepada pemerintah dengan mematuhi hukum dan membayar pajak (13:1-7). Ia juga menggarisbawahi pentingnya mengasihi sesama manusia (13:8-10). Di akhir pasal itu, Paulus memberikan ringkasan tentang perilaku benar orang Kristen, dengan menyerukan kewaspadaan (13: 11-14).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Bagaimana Hidup Dalam Dunia Yang Memusuhi (Roma 13)
Coy Roper meliput semua Roma 13 dalam sebuah khotbah berjudul "Bagaimana Hidup Dalam Dunia Y...
Bagaimana Hidup Dalam Dunia Yang Memusuhi (Roma 13)
Coy Roper meliput semua Roma 13 dalam sebuah khotbah berjudul "Bagaimana Hidup Dalam Dunia Yang Memusuhi." Poin-poin utamanya adalah (1) "Terhadap Pemerintah: Dengan Hormat" (13:1-7); (2) "Terhadap Sesama Kita: Dengan Kasih" (13: 8-10); (3) "Terhadap Dunia: Dengan Kemurnian" (13:11-14).68
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Ketundukan Kepada Pemerintah (Roma 13:1-7)
Mengenai pemerintahan manusia, beberapa catatan khusus diberikan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa Ibli...
Ketundukan Kepada Pemerintah (Roma 13:1-7)
Mengenai pemerintahan manusia, beberapa catatan khusus diberikan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa Iblis sering menggunakan pemerintah untuk tujuannya sendiri. Bahkan ketika itu terjadi, Allah masih dapat mengendalikan situasi untuk mencapai tujuan-Nya. Misalnya, setan menggunakan para penguasa Yahudi dan Romawi untuk membunuh Yesus. Namun demikian, Allah tidak kehilangan kendali karena penyaliban merupakan bagian penting dari rencana kekal-Nya. Demikian juga, Iblis menggunakan penguasa Romawi untuk memenjarakan dan menyiksa Paulus dan Silas, tetapi Allah menggunakan kesempatan itu untuk menghasilkan perubahan hidup kepala penjara dan seisi rumahnya (Kisah 16:16-34).
Setan tidak diragukan lagi berpikir ia sedang menjinakkan Paulus ketika ia menggunakan penguasa Romawi untuk memenjarakan dia selama bertahun-tahun.
Namun begitu, pemenjaraan rasul itu memberi dia kesempatan untuk memberitakan injil kepada para penguasa dan raja (Kisah 24:24, 25; 25:23; 26:1-29). Lalu Paulus dibawa ke Roma, tempat ia mengajar dan berkhotbah sebagai tawanan—dengan hasilnya injil mencapai bahkan rumah tangga Kaisar (Flp. 4:22).
Dalam Roma 13:1-7, Paulus tidak bermaksud untuk membahas masalah kompleks tentang bagaimana Allah berhubungan dengan pemerintahan yang jahat untuk mendatangkan hal yang baik atau bagaimana Ia dapat melaksanakan rencana-Nya terlepas dari bagaimana perbuatan mereka. Rasul itu hanya menegaskan prinsip umum bahwa Allah menetapkan peme-rintahan manusia dan menggunakannya untuk mencapai tujuan-Nya.
Saya tinggal di negara di mana secara relatif memang mudah untuk menghormati dan tunduk kepada pejabat pemerintah, tapi saya sadar bahwa di beberapa negara mungkin lebih sulit untuk mematuhi instruksi Paulus. Saya tidak dapat menjawab setiap pertanyaan yang mungkin Anda tanyakan. Yang dapat saya lakukan adalah membuat ajaran Paulus sejelas mungkin. Selanjutnya terserah Anda untuk menerapkannya pada situasi Anda sendiri. Semoga Allah menyertai Anda dalam usaha itu.
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
2 Beberapa penulis mendebat bahwa Paulus tidak menulis Roma 13:1-7, ayat-ayat itu ditulis oleh orang lain dan dimasukkan ke dalam su...
Catatan Akhir:
- 2 Beberapa penulis mendebat bahwa Paulus tidak menulis Roma 13:1-7, ayat-ayat itu ditulis oleh orang lain dan dimasukkan ke dalam surat itu. Namun begitu, tidak ada bukti naskah untuk mendukung gagasan ini. Bagian itu berisi instruksi praktis yang dibutuhkan oleh setiap orang Kristen, dan ada beberapa hal yang lebih praktis daripada ketaatan kepada pemerintah.
- 3 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 45
- 4 Ibid., 33-34.
- 5 Khususnya kapan dan bagaimana Ia melakukan ini, kita tidak tahu. Beberapa penulis percaya bahwa Kejadian 9:1-7 memberikan dasar bagi pemerintahan manusia.
- 6 James Burton Coffman, Commentary on Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1973), 446.
- 7 Jack P. Lewis, Exegesis of Difficult Passages (Searcy, Ark.: Resource Publications, 1988), 95.
- 8 Bahkan jika pemerintahan manusia tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan (sebagai pelayan-pelayan Allah), itu bukan alasan bagi orang Kristen untuk tidak melakukan apa yang harus mereka lakukan.
- 9 Konsep keadilan Romawi adalah baik, seperti upaya Roma untuk menjaga perdamaian dalam kekaisaran itu. Jalan-jalan Romawi memungkinkan perjalanan ke setiap pelosok kekaisaran itu. Paulus mengambil keuntungan dari manfaat ini untuk menyebarkan injil.
- 10 Informasi tentang para penguasa Romawi diberikan dalam David L. Roper, Revelation 1-11, Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2002), 42-51.
- 11 R. C. Bell, Studies in Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1957), 146.
- 12 Paulus dipenjarakan selama dua tahun di Kaisarea (Kisah 24:27), ditambah setidaknya dua tahun lagi di Roma (Kisah 28:30).
- 13 Vine, 606. Kata ini sering diterjemahkan sebagai "tunduk."
- 14 Bruce Barton, David Veerman, and Neil Wilson, Romans, Life Application Bible Commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1992), 246.
- 15 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 1033.
- 16 Jimmy Allen, Romans, The Clearest Gospel of All (Searcy, Ark.: By the author, 2005), 266.
- 17 Coffman, 447-48.
- 18 Kata Yunani di sini secara harfiah berarti "pekerjaan yang baik."
- 19 Eusebius Ecclesiastical History 2.25.
- 20 Diadaptasi dari Alva J. McClain; quoted in Jim Townsend, Romans: Let Justice Roll Down (Elgin, Ill.: David C. Cook Publishing Co., 1988), 90.
- 21 James Denney, "St. Paul's Epistle to the Romans," in The Expositor's Greek Testament, vol. 2 (London: Hodder and Stoughton, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1979), 697.
- 22 Lewis, 96.
- 23 Bob E. Adams, "Responsible Living in Community Setting (Romans 12-16)," Southwestern Journal of Theology 19 (Fall 1976): 63.
- 24 Ibid.
- 25 Saya percaya kita butuh orang-orang Kristen dalam jabatan politik, tapi itu sekedar pendapat. Pejabat politik mungkin sangat tergoda untuk mengompromikan prinsip-prinsip Kristen.
- 26 D. Stuart Briscoe, Romans, The Communicator's Commentary (Waco, Tex.: Word Books, 1982), 232. Satu kata yang terkait dengan leitourgos muncul dalam ungkapan "pelayanan ibadah" dalam Roma 12:1 (NASB).
- 27 Vine, 410.
- 28 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1994), 346.
- 29 Vine, 643.
- 30 Ibid., 142.
- 31 William Barclay memberikan daftar pajak yang harus dibayar pada zaman Perjanjian Baru. (William Barclay, The Letter to the Romans , rev. ed., The Daily Study Bible [Philadelphia: Westminster Press, 1975], 175.)
- 32 Vine, 310.
- 33 Barclay, 174.
- 34 Untuk contoh lain tentang diperintahkan mendoakan pemerintahan pagan, lihat Yeremia 29:7.
- 35 Di masa lalu, beberapa orang bahkan berpendapat bahwa orang Kristen harus jangan memberikan suara. Satu denominasi menolak menghormat kepada bendera. Menurut pendapat saya, orang Kristen harus terlibat dalam masalah-masalah sipil selama melakukan itu tidak melanggar kehendak Allah atau mengurangi komitmen mereka kepada Tuhan dan gereja-Nya.
- 36 Alkitab bicara tentang pinjam meminjam. Misalnya, lihat Kel. 22:25; Ps. 37:26; Mat. 5:42; Luk. 6:35; Filem. 17, 18.
- 37 Kaitan antara ayat 7 dan 8 adalah lebih jelas dalam teks Yunani daripada dalam Inggris/Indonesia. Istilah Yunani yang diterjemahkan "berhak" ( ojfeilh, opheilē) dalam ayat 7 dan "utang" ( ojfei÷lw, opheilō) dalam ayat 8 adalah terkait.
- 38 "Janganlah kamu berhutang apa-apa" berbentuk present tense, yang menunjukkan tindakan yang berkelanjutan. Ungkapan itu dapat diterjemahkan "Jangan terus-menerus berutang."
- 39 Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh situasi di luar kendali mereka; bahkan jika itu yang terjadi, orang Kristen yang hati-hati akan pergi ke kreditur mereka dan membuat pengaturan sehingga mereka akhirnya dapat melunasi utang mereka.
- 40 Briscoe, 238.
- 41 Origen (sekitar 185-254 M.) adalah salah satu yang disebut "bapak-bapak gereja."
- 42 Dikutip dalam W. Sanday and A. C. Headlam, The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary (New York: Charles Scribner's Sons, 1906), 373.
- 43 Barton, Veerman, and Wilson, 253.
- 44 Beberapa naskah Yunani kuno menambahkan, "Janganlah engkau tidak mengucapkan saksi dusta" (lihat KJV), tetapi kebanyakan naskah kuno hanya memiliki empat yang tercantum dalam NASB.
- 45 Mengenai hubungan orang Kristen dengan hukum Musa, termasuk Sepuluh Perintah Allah, lihat komentar tentang 7:1-4.
- 46 Vine, 429.
- 47 Lohat Bauer, 830.
- 48 Teks Yunaninya secara harfiah berarti "jangan berbuat jahat."
- 49 Stott, 349-50.
- 50 Bell, 154.
- 51 Para pembicara dan penulis Perjanjian Baru yang terilham tidak mengajarkan bahwa kedatangan kedua adalah segera, tetapi sudah dekat. Artinya, mereka tidak mengajarkan bahwa Kristus akan datang dalam hidup mereka, tetapi bahwa Ia dapat datang kapan saja.
- 52 Perbedaan malam/siang ditemukan beberapa kali dalam Kitab Suci. Lihat, misalnya, Yohanes 9:4 dan 1 Tesalonika 5:5.
- 53 Vine, 37. Perjanjian Baru McCord menulis "senjata" ketimbang "baju besi."
- 54 Bauer, 580.
- 55 Barclay, 178.
- 56 Vine, 532.
- 57 Bauer, 554. Dalam Ibrani 13:4, koitē mengacu kepada seks dalam perkawinan yang Allah restui.
- 58 Vine, 353.
- 59 Barclay, 179.
- 60 John MacArthur, Romans 9-16, The MacArthur New Testament Commentary (Chicago: Moody Press, 1994), 267.
- 61 Vine, 604.
- 62 MacArthur, 267.
- 63 Zēlos dapat digunakan dalam pengertian baik untuk mengacu kepada sikap "giat" (lihat 10:2), tapi dalam Roma 13:13 kata itu jelas digunakan dalam pengertian buruk.
- 64 Barclay, 179.
- 65 Briscoe, 241.
- 66 Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 473, n. 87.
- 67 Kenneth J. Foreman, The Letter of Paul to the Romans, The Layman's Bible Commentary (Richmond, Va.: John Knox Press, 1961), 57.
- 68 Coy Roper, pelajaran yang dikhotbahkan di gereja Kristus Walnut Grove, Savannah, Tennessee, 12 November 2000.
- 69 Di AS, ini mudah dilakukan dengan kartu kredit. Beberapa penulis membuat perbedaan antara meminjam karena kebutuhan dan meminjam untuk memuaskan keserakahan.
- 70 Tentu saja, Agustinus membaca kata-kata itu dalam bahasa Latin, bukan bahasa Inggris/Indonesia.
- 71 Augustine Confessions 8.12.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2016 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi