Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rm 4:3
Full Life: Rm 4:3 - PERCAYALAH ABRAHAM KEPADA TUHAN.
Nas : Rom 4:3
Keselamatan oleh iman dan bukan oleh perbuatan (yaitu, taat kepada
hukum Taurat) bukan ajaran yang khusus untuk PB; itu juga menjadi ...
Nas : Rom 4:3
Keselamatan oleh iman dan bukan oleh perbuatan (yaitu, taat kepada hukum Taurat) bukan ajaran yang khusus untuk PB; itu juga menjadi sifat PL. Paulus melewati Musa dan menunjuk kepada Abraham sebagai teladan iman. Abraham percaya kepada Allah, yaitu Abraham memelihara hubungan yang setia kepada Allah, percaya pada janji-janji-Nya (ayat Rom 4:20-21; Kej 12:1-3; Kej 15:5-6) dan menanggapinya dengan taat (Kej 12:1-4; Kej 22:1-19; Ibr 11:8-19; Yak 2:21-22;
lihat art. PANGGILAN ABRAHAM).
Jerusalem -> Rm 4:3
Jerusalem: Rm 4:3 - memperhitungkan ... sebagai kebenaran Berdasarkan tata bahasa beberapa tafsiran adalah mungkin: oleh karena Abraham percaya maka Allah menganggapnya sebagai orang benar, meskipun sesungguh...
Berdasarkan tata bahasa beberapa tafsiran adalah mungkin: oleh karena Abraham percaya maka Allah menganggapnya sebagai orang benar, meskipun sesungguhnya bukan demikian halnya; atau: oleh karena Abraham percaya, maka Allah dengan cuma-cuma memberi kebenaran, yang belum dimilikinya ketika percaya, atau: dalam pandangan Allah, jadi pada kenyataannya, kepercayaan dan kebenaran bersatu-padu. Tetapi keseluruhan ajaran Paulus tidak mengizinkan tafsiran pertama; tafsiran kedua juga sukar disesuaikan dengan ajaran Paulus, sedangkan yang ketiga cocok sekali.
Ende: Rm 4:3 - Sabda Alkitab Sabda ini terkutip dari Buku Kedjadian, I Mos. Kej 15:6.
"Diperhitungkan sebagai kebenaran". Kebenaran Abraham bukan berwudjud atas-kodrati
seperti ke...
Sabda ini terkutip dari Buku Kedjadian, I Mos. Kej 15:6. "Diperhitungkan sebagai kebenaran". Kebenaran Abraham bukan berwudjud atas-kodrati seperti kebenaran Perdjandjian Baru, melainkan hanja berarti, bahwa ia berkenan pada Allah. Paulus hendak hanja menandaskan, bahwa djalan untuk memperolehnja adalah sama, jaitu kepertjajaan. Lagi pula menurut arti istilah itu didalam Perdjandjian Lama. Abraham sudah "benar" sebelum terdjadinja peristiwa "kepertjajaan" itu.
Ende: Rm 4:3 - Diperhitungkan baginja berarti, bahwa ia bertambah benar dalam pandangan
Allah, bertambah bersahabat denganNja, dan itu mendjadi pokoknja ia diberi
djandji akan mendjadi bap...
berarti, bahwa ia bertambah benar dalam pandangan Allah, bertambah bersahabat denganNja, dan itu mendjadi pokoknja ia diberi djandji akan mendjadi bapa-bangsa kaum pilihan dan segala bangsa akan diberkati didalamnja.
Ref. Silang FULL -> Rm 4:3
Ref. Silang FULL: Rm 4:3 - sebagai kebenaran · sebagai kebenaran: Rom 4:5,9,22; Kej 15:6; Gal 3:6; Yak 2:23
· sebagai kebenaran: Rom 4:5,9,22; Kej 15:6; Gal 3:6; Yak 2:23
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Rm 4:3 - -- 4:3 Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan (imannya)203 diperhitungkan204 kepadanya sebagai kebenaran."
M...
4:3 Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan (imannya)203 diperhitungkan204 kepadanya sebagai kebenaran."
Memang Abraham adalah orang taat, dan memang dia benar, tetapi menurut Rasul Paulus205 Kejadian 15:6 menyatakan bahwa Abraham dibenarkan karena iman, dan bukan karena ketaatan. Dalam Kejadian 15:1-6 perbuatan Abraham tidak dikemukakan. Dia hanya percaya, dan imannya diperhitungkan sebagai kebenaran.
Hagelberg: Rm 4:1-25 - -- b. Kebenaran Allah Disaksikan dari PL 4:1-4:25
Jadi, bagaimanakah hukum Taurat diteguhkan, dan tidak dibatalkan? Paulus telah berkata bahwa manusia...
b. Kebenaran Allah Disaksikan dari PL 4:1-4:25
Jadi, bagaimanakah hukum Taurat diteguhkan, dan tidak dibatalkan? Paulus telah berkata bahwa manusia tidak dapat dibenarkan melalui ketaatan pada hukum Taurat. Dalam bagian ini dia akan membuktikan bahwa pernyataan tersebut sesuai dengan ajaran Perjanjian Lama. Dia akan membuktikannya melalui kesaksian dua tokoh Perjanjian Lama yang paling hebat199 dari segi ketaatan, yaitu Bapa Abraham dan Raja Daud. Dua tokoh tersebut dipilih karena kalau pernyataan tersebut dapat dibuktikan melalui kesaksian mereka, maka pernyataan tersebut telah dibuktikan untuk semua.
i. Abraham Dibenarkan karena Iman 4:1-4:5
Bagi orang-orang Yahudi Bapa Abraham adalah teladan, seorang tokoh yang dibenarkan karena perbuatannya. Paulus setuju bahwa dia luar biasa, dan bahwa dia dibenarkan, tetapi Paulus tidak setuju bahwa dia dibenarkan karena perbuatannya.
Hagelberg: Rm 4:3 - -- 4:3 Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan (imannya)203 diperhitungkan204 kepadanya sebagai kebenaran."
M...
4:3 Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan (imannya)203 diperhitungkan204 kepadanya sebagai kebenaran."
Memang Abraham adalah orang taat, dan memang dia benar, tetapi menurut Rasul Paulus205 Kejadian 15:6 menyatakan bahwa Abraham dibenarkan karena iman, dan bukan karena ketaatan. Dalam Kejadian 15:1-6 perbuatan Abraham tidak dikemukakan. Dia hanya percaya, dan imannya diperhitungkan sebagai kebenaran.
Hagelberg: Rm 3:21--4:25 - -- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25
(aiwn/aion hidup)
Dalam bagian ini Paulus menyatakan bahwa kebenaran Allah diberikan kepada orang yang perc...
2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25
(aiwn/aion hidup)
Dalam bagian ini Paulus menyatakan bahwa kebenaran Allah diberikan kepada orang yang percaya kepada Yesus Kristus.
Sampai di sini semua yang diuraikan berpusat pada murka Allah. Aiwn/Aion kematian dikuasai oleh kuasa Dosa. Tetapi di sini Paulus mulai menyoroti sesuatu yang baru, yaitu kebenaran Allah. Nygren163 menyamakan aiwn/aion hidup yang mulai diceriterakan di sini dengan "ciptaan baru... yang sudah datang" yang disebut dalam II Korintus 5:17. Kalau judul 1:18-3:20 adalah "Murka Allah," judul yang tepat untuk 3:21-4:25 adalah "Kebenaran Allah."
Hagelberg: Rm 1:18--4:25 - -- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
Allah memurkai setiap orang, baik orang bukan Yahudi yang tidak benar, maupun orang Yahudi yang mengej...
A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
Allah memurkai setiap orang, baik orang bukan Yahudi yang tidak benar, maupun orang Yahudi yang mengejar kebenaran dengan Taurat Musa. Yang dibenarkan hanyalah mereka yang percaya kepada Kristus.
Mulai di sini sampai dengan pasal 8 Paulus menguraikan tema yang dikemukakan di dalam pasal 1:16-17. Untuk menguraikan bagaimana kebenaran Allah dinyatakan dalam Injil yang menyelamatkan, dia harus lebih dahulu menyatakan bahwa murka Allah sedang dinyatakan atas dosa segala manusia. Dia harus membuktikan perlunya keselamatan itu. Kebenaran Allah adalah kebenaran yang satu-satunya, dan kebenaran itu hanya dinyatakan "dari iman kepada iman."
Di sini layak dicatat bahwa di dalam bagian ini bukanlah Paulus yang menghakimi angkatan itu, tetapi Injil Kristus yang menghakimi semua manusia. Bukan berarti angkatan itu lebih buruk dari pada angkatan-angkatan yang terdahulu, atau yang kemudian, tetapi mengingat kebenaran Allah semua manusia buruk.
Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rm 4:1-8
Matthew Henry: Rm 4:1-8 - Perkara Abraham
Ajaran Injil yang agung tentang pembenaran oleh iman tanpa menjalankan hukum Taurat begitu amat bertentangan dengan gagasan-gagasan yang sudah dipe...
- Ajaran Injil yang agung tentang pembenaran oleh iman tanpa menjalankan hukum Taurat begitu amat bertentangan dengan gagasan-gagasan yang sudah dipelajari orang Yahudi dari mereka yang duduk di kursi Musa, sehingga ajaran itu hampir-hampir tidak dapat mereka terima. Oleh karenanya, Rasul Paulus amat menekankan ajaran itu, dan berupaya keras untuk menegaskan dan menggambarkannya. Sebelumnya ia sudah membuktikan ajaran itu dengan memberikan berbagai dalih dan sebab-akibat. Sekarang dalam pasal ini ia membuktikannya dengan contoh, yang dalam beberapa tempat bertujuan untuk menegaskan dan juga memberikan gambaran. Contoh yang disodorkannya adalah Abraham, yang dipilihnya untuk disebutkan karena orang-orang Yahudi sangat memegahkan hubungan mereka dengan Abraham. Dari hak-hak istimewa lahiriah yang mereka peroleh, yang mereka tempatkan pertama-tama adalah bahwa mereka keturunan Abraham, dan bahwa mereka betul-betul memiliki Abraham sebagai bapa mereka. Oleh sebab itu, contoh ini kemungkinan lebih dapat mereka terima dan lebih meyakinkan mereka daripada contoh lain apa saja. Alur pemikiran Paulus seperti ini: “Semua orang yang selamat dibenarkan dengan cara yang sama seperti cara Abraham dibenarkan. Nah, Abraham dibenarkan oleh iman, dan bukan oleh perbuatan. Oleh karena itu, semua yang selamat dibenarkan dengan cara demikian,” sebab akan dengan mudah diakui bahwa Abraham adalah bapa orang beriman. Nah, alur pemikiran ini tidak hanya bersifat à pari – berdasarkan perkara yang sama-sama kuat, begitu istilahnya, melainkan à fortiori – berdasarkan suatu perkara yang lebih kuat. Jika Abraham saja, orang yang begitu terkenal akan perbuatan-perbuatannya, begitu unggul dalam kekudusan dan ketaatannya, tetap saja harus dibenarkan hanya oleh iman, dan bukan oleh perbuatan-perbuatannya itu, apalagi orang lain, terutama mereka yang berasal dari keturunannya, dan yang jauh tertinggal darinya dalam hal perbuatan. Mereka ini tidak bisa dibenarkan oleh perbuatan-perbuatan mereka sendiri. Demikian pula hal itu membuktikan, ex abundanti – dengan jauh lebih kuat, seperti yang diamati sebagian orang, bahwa kita bahkan tidak bisa dibenarkan oleh perbuatan-perbuatan baik yang mengalir dari iman sekalipun, sebagai bahan bagi pembenaran kita. Sebab seperti itulah perbuatan-perbuatan Abraham, dan apakah kita lebih baik daripada dia? Seluruh pasal ini menceritakan penjelasan Paulus tentang contoh ini, dan di dalamnya ada juga rujukan khusus pada bagian penutup dari pasal sebelumnya. Dalam pasal itu ia menegaskan bahwa, dalam masalah pembenaran, orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi berdiri sama tinggi. Sekarang dalam pasal ini, dengan alur pemikiran yang amat meyakinkan,
- I. Ia membuktikan bahwa Abraham dibenarkan bukan karena perbuatan, melainkan karena iman (ay. 1-8).
- II. Ia mencermati kapan dan mengapa Abraham dibenarkan karena iman (ay. 9-17).
- III. Ia menggambarkan dan memuji iman Abraham (ay. 17-22).
- IV. Ia menerapkan semua hal yang dijelaskannya di sini kepada kita (ay. 22-25).
- Seandainya pada saat itu ia berada di ruang kuliah Tiranus, ia pasti bersoal jawab dengan teramat meyakinkan.
Perkara Abraham (Roma 4:1-8)
- Dalam perikop ini Rasul Paulus membuktikan bahwa Abraham dibenarkan bukan karena perbuatan, melainkan karena iman. Dari semua orang, orang Yahudilah yang paling gigih mengaku mendapat bagian dalam kebenaran melalui hak-hak istimewa yang mereka nikmati dan melalui perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan. Oleh sebab itu, Paulus memakai perkara Abraham bapa mereka sebagai dasar dalihnya, dan mencantumkan namanya sendiri sebagai orang yang memiliki hubungan dengan Abraham, sebab ia orang Ibrani asli: Abraham, bapa leluhur kita. Nah, hak istimewa Abraham haruslah sebesar hak istimewa mereka yang mengaku sebagai keturunan Abraham secara jasmani. Sekarang, apakah yang akan kita katakan tentangnya? (KJV: Apa yang sudah didapatkan Abraham? – pen.). Seluruh dunia sedang mencari-cari. Akan tetapi, sementara kebanyakan orang berlelah diri dalam kesia-siaan, tak seorang pun bisa dianggap betul-betul telah mendapatkan sesuatu, selain mereka yang dibenarkan di hadapan Allah. Demikianlah Abraham, seperti seorang pedagang yang bijak, yang mencari-cari mutiara, menemukan satu mutiara yang sangat berharga ini. Apa yang dia dapatkan, kata sarka– secara jasmani, maksudnya, melalui sunat, hak-hak istimewa, dan perbuatan-perbuatan lahiriahnya? Semua ini disebut Rasul Paulus sebagai hal-hal lahiriah (Flp. 3:3). Nah, apa yang didapatkannya dengan semua ini? Apakah ia dibenarkan karenanya? Apakah jasa perbuatannya membuat dia berkenan pada Allah? Tidak, sama sekali tidak. Ini dibuktikan Paulus dengan beberapa alasan.
- I. Seandainya ia dibenarkan karena perbuatan, akan ada ruang untuk bermegah, yang harus dihapuskan selama-lamanya. Andaikata begitu, ia beroleh dasar untuk bermegah (ay. 2), yang tidak boleh dibiarkan. “Akan tetapi,” begitu mungkin sanggah orang-orang Yahudi, “bukankah namanya dibuat menjadi besar (Kej. 12:2), jadi tidak bolehkah dia bermegah?” Ya, boleh, tetapi tidak di hadapan Allah. Ia bisa saja berkenan kepada manusia dengan jasanya, tetapi tidak kepada Allah. Paulus sendiri beroleh dasar untuk bermegah di hadapan manusia, dan adakalanya kita mendapati dia bermegah atas dasar itu, namun dengan rendah hati. Tetapi tidak ada yang bisa dimegahkannya di hadapan Allah (1Kor. 4:4; Flp. 3:8-9). Begitu pula halnya dengan Abraham. Amatilah, Paulus menerima begitu saja bahwa manusia tidak boleh bermegah dalam hal apa pun di hadapan Allah, tidak pula Abraham, sekalipun dia orang besar dan baik. Oleh sebab itu, ia mengambil kesimpulan dari sini: tak masuk akal apabila Abraham bermegah dalam hal apa pun selain di dalam Tuhan.
- II. Dengan jelas dikatakan bahwa iman Abraham diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Apakah dikatakan nas Kitab Suci? (ay. 3). Bila orang berbantah mengenai masalah-masalah agama, maka inilah yang harus kita tanyakan, apakah yang dikatakan nas Kitab Suci? Bukan apa yang dikatakan oleh orang besar ini dan orang baik itu, melainkan apakah yang dikatakan nas Kitab Suci? Baiklah orang minta petunjuk di kota Abel, dan dengan demikian menyelesaikan perkaranya (2Sam. 20:18). Carilah pengajaran dan kesaksian! (Yes. 8:20), itulah pembelaan terakhir. Nah, Kitab Suci berkata bahwa Abram percaya, dan TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran (Kej. 15:6). Oleh sebab itu, ia tidak beroleh dasar untuk bermegah di hadapan Allah, karena kebenarannya itu murni berdasarkan anugerah yang cuma-cuma sehingga kepercayaannya itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kepercayaannya itu sendiri tidak mengandung kebenaran apa-apa, selain bahwa Allah dengan murah hati bersuka dengan kepercayaannya itu. Pembenaran ini disebutkan dalam Kitab Kejadian, ketika diceritakan tentang tindakan iman Abraham yang amat luar biasa dan menakjubkan dalam mempercayai janji tentang keturunan yang dijanjikan itu. Dan itu lebih mengagumkan lagi karena sesudah itu Abraham harus bergulat dengan pedih hati dengan ketidakpercayaan. Imannya sekarang adalah iman yang menang, yang baru kembali dari pertempuran. Bukan iman sempurna yang disyaratkan bagi pembenaran (iman bisa diterima sekalipun ada sisa-sisa ketidakpercayaan), melaikan iman yang menang, iman yang menaklukkan ketidakpercayaan.
- III. Seandainya ia dibenarkan karena perbuatan, maka upahnya diperhitungkan sebagai haknya, bukan sebagai hadiah, yang tidak bisa dibayangkan. Inilah yang menjadi dasar dalih Paulus (ay. 4-5): upah Abraham adalah Allah sendiri. Demikianlah yang baru saja dikatakan Allah sebelumnya, Akulah upahmu yang sangat besar (Kej. 15:1, KJV; TB: upahmu akan sangat besar – pen.). Nah, seandainya Abraham memperoleh upah ini sebagai jasanya kare na kesempurnaan ketaatannya, maka itu bukan anugerah Allah, dan Abraham boleh menuntut upahnya dengan penuh keyakinan seperti pekerja di kebun anggur yang menuntut upah untuk jerih payahnya. Tetapi tidak bisa begitu. Mustahil bagi manusia, terlebih jauh lagi manusia yang bersalah, untuk membuat Allah berutang kepadanya (Rm. 11:35). Tidak, Allah ingin memberikan kasih karunia yang cuma-cuma, supaya Dia mendapat semua kemuliaan, kasih karunia demi kasih karunia (Yoh. 1:16). Oleh sebab itu, kalau ada orang yang tidak bekerja, yang tidak bisa mengaku mempunyai jasa apa pun, atau menunjukkan harga atau nilai dari pekerjaannya yang mungkin layak diberi upah, tetapi menyangkal semuanya ini dan hanya berserah diri sepenuhnya pada kasih karunia Allah yang cuma-cuma di dalam Kristus, dengan iman yang hidup, giat, dan taat, maka kepada orang seperti itulah imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. Iman yang demikianlah yang diterima oleh Allah sebagai syarat yang dituntut dari semua orang yang ingin diampuni dan diselamatkan. Dialah yang membenarkan orang durhaka, yaitu, orang yang tadinya durhaka. Kedurhakaannya yang dulu tidak menjadi penghalang bagi pembenarannya ketika ia percaya: ton asebe – si durhaka itu, yaitu Abraham, yang sebelum pertobatannya, tampaknya, ikut terbawa-bawa oleh arus penyembahan berhala orang Kasdim (Yos. 24:2). Karena itu, tidak ada tempat untuk berputus asa. Meskipun Allah tidak menghapus kebersalahan orang yang tidak bertobat, namun melalui Kristus Ia membenarkan orang durhaka.
- IV. Paulus terlebih jauh menggambarkan pembenaran ini melalui satu nas dari Kitab Mazmur, di mana Daud berbicara tentang penghapusan dosa, yaitu bagian utama dari pembenaran, yang membuat orang berbahagia dan diberkati. Daud menyebut berbahagia bukan orang yang tidak punya dosa, atau tidak punya dosa yang pantas membuatnya dihukum mati (sebab jika demikian, karena manusia begitu berdosa, dan Allah begitu benar, di mana tempat untuk orang yang berbahagia?), melainkan manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya. Meskipun tidak bisa membela diri dengan mengatakan tidak bersalah, ia bisa membela diri dengan menunjukkan tindakan penghapusan kesalahan, dan pembelaannya itu diterima. Perkataan itu dikutip dari Mazmur 32:1-2, yang di dalamnya, amatilah,
- 1. Hakikat pengampunan. Pengampunan adalah penghapusan utang atau kejahatan. Pengampunan berarti menutupi dosa, sebagai sesuatu yang kotor, sebagai ketelanjangan dan aib jiwa. Allah dikatakan melemparkan dosa jauh dari hadapan-Nya, menyembunyikan wajah-Nya darinya. Ungkapan ini, dan ungkapan-ungkapan serupa, menyiratkan bahwa dasar dari kebahagiaan kita bukanlah ketidakbersalahan kita, atau tidak berdosanya kita (apa yang kotor tetap saja kotor, meskipun ditutupi. Pembenaran tidak membuat dosa tidak pernah terjadi, atau membuatnya bukan dosa), melainkan tindakan Allah yang tidak memperhitungkannya kepada kita, seperti yang dikatakan selanjutnya di sini: pengampunan berarti Allah tidak memperhitungkan kesalahan (ay. 8), yang menjadikan itu sepenuhnya sebagai perbuatan Allah yang penuh rahmat. Ia tidak memperlakukan kita menurut keadilan yang ketat sebagaimana yang pantas kita dapatkan, tidak mengadakan penghakiman, dan tidak memperhitungkan kesalahan-kesalahan. Jadi semuanya ini murni tindakan anugerah. Penerimaan dan upah tidak bisa diharapkan sebagai hak. Oleh sebab itu, Paulus menyimpulkan (ay. 6) bahwa itu berarti kebenaran diperhitungkan tanpa perbuatan.
- 2. Kebahagiaan pengampunan: Berbahagialah orang. Ketika dikatakan, berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, dst., maksudnya adalah untuk menunjukkan ciri-ciri orang yang berbahagia. Tetapi ketika dikatakan, berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, maksudnya adalah untuk menunjukkan apa kebahagiaan itu, dan apa dasar dan alasan untuknya. Hanya orang-orang yang diampunilah yang berbahagia. Menurut pandangan dunia, berbahagialah orang yang memiliki harta yang bersih, dan bebas dari utang kepada siapa pun. Tetapi yang dikatakan di sini adalah, berbahagilah orang yang utangnya kepada Allah dihapuskan. Oh, betapa kita terlebih lagi harus memastikan bahwa dosa-dosa kita diampuni! Sebab inilah dasar dari semua keuntungan yang lain. Ini dan itu akan Kulakukan untuk mereka, sebab Aku akan menaruh belas kasihan (Ibr. 8:12).
Perkara Abraham (Roma 4:9-17a)
- Dalam perikop ini Rasul Paulus mencermati kapan dan mengapa Abraham dibenarkan. Sebab, ada beberapa hal yang ingin dikatakannya tentang itu. Abraham dibenarkan sebelum ia disunat, dan sebelum diberikannya hukum Taurat. Ada alasan untuk keduanya.
- I. Abraham dibenarkan sebelum disunat (ay. 10). Imannya diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran selagi ia belum disunat. Iman itu sudah diperhitungkan ketika ia masih seperti digambarkan dalam Kejadian 15:6, dan ia belum disunat sampai pasal 17. Dengan jelas dikatakan bahwa Abraham dibenarkan karena iman empat belas tahun, malah menurut sebagian orang dua puluh lima tahun, sebelum ia disunat. Nah, Rasul Paulus memperlihatkan ini untuk menjawab pertanyaan (ay. 9), adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Abraham diampuni dan diterima dalam keadaan belum bersunat, suatu keadaan yang bisa meredam ketakutan bangsa-bangsa bukan Yahudi yang malang yang tidak bersunat, dan bisa pula menurunkan keangkuhan dan kecongkakan orang-orang Yahudi, yang memegahkan sunat, seolah-olah merekalah yang menguasai segala macam kebahagiaan. Inilah dua alasan mengapa Abraham dibenarkan karena iman dalam keadaan belum bersunat:
- 1. Supaya sunat bisa menjadi meterai kebenaran berdasarkan iman (ay. 11). Maksud dan tujuan perjanjian harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum meterai dicapkan. Dengan ditempelkannya meterai, berarti sebelumnya ada perundingan, yang diteguhkan dan disahkan oleh upacara penempelan meterai itu. Setelah pembenaran Abraham karena iman berjalan selama beberapa tahun hanya sebagai pemberian bersyarat, maka selanjutnya untuk meneguhkan iman Abraham, Allah berkenan menetapkan pemberian meterai, dan Abraham menerimanya. Meskipun itu ketetapan berdarah, Abraham tunduk padanya, dan bahkan menerimanya sebagai kebaikan istimewa, seperti yang disebutkan di sini, tanda sunat itu, dst. Sekarang, dari sini kita bisa mengamati,
- (1) Hakikat sakramen pada umumnya: sakramen adalah tanda dan meterai, yaitu tanda untuk mewakili dan mengajar, meterai untuk mengesahkan dan meneguhkan. Sakramen adalah tanda anugerah dan perkenanan mutlak. Sakramen adalah meterai janji-janji bersyarat. Bahkan, sakramen adalah meterai timbal balik: di dalam sakramen Allah memeteraikan kepada kita bahwa Dia akan menjadi Allah bagi kita, dan kita di dalamnya memeteraikan kepada Dia bahwa kita akan menjadi umat bagi-Nya.
- (2) Hakikat sunat pada khususnya: sunat adalah sakramen inisiasi (upacara penerimaan – pen.) dalam Perjanjian Lama, dan di sini dikatakan sebagai,
- [1] Sebuah tanda, yaitu tanda dari kerusakan asali yang di dalamnya kita semua dilahirkan, dan yang diputus oleh sunat hati. Ini merupakan suatu tanda peringatan akan kovenan Allah dengan Abraham. Sebuah tanda khas yang membedakan orang-orang Yahudi dari orang-orang bukan Yahudi. Sebuah tanda diterima masuk ke dalam jemaat yang bisa dilihat di dunia ini. Sebuah tanda yang dulu dipakai untuk melambangkan baptisan, yang sekarang ini di bawah Injil menggantikan sunat, setelah semua ketetapan berdarah dihapuskan (dengan tercurahnya darah Kristus). Sunat adalah tanda lahiriah dan kasat mata dari anugerah batiniah dan rohani yang ditandakan olehnya.
- [2] Meterai kebenaran berdasarkan iman. Secara umum, sunat adalah meterai perjanjian anugerah, khususnya perjanjian pembenaran karena iman, yaitu perjanjian anugerah, yang disebut kebenaran karena iman (10:6), dan itu merujuk pada sebuah janji dalam Perjanjian Lama (Ul. 30:12). Sekarang timbul pertanyaan, jika bayi mampu menerima meterai perjanjian anugerah, yang membuktikan bahwa mereka berada dalam batas perjanjian itu, bagaimana mungkin mereka kemudian dikeluarkan dari perjanjian itu dan tidak mampu menerima meterainya? Dan oleh hukuman berat apa sehingga mereka ditolak dan dibuat tidak mampu seperti itu? Demikianlah pertanyaan orang-orang yang tidak hanya menolak, tetapi juga meniadakan dan mengecam baptisan bayi orang percaya.
- 2. Supaya ia dapat menjadi bapa semua orang percaya. Bukan berarti bahwa tidak ada orang yang dibenarkan karena iman sebelum Abraham, tetapi bahwa pada Abrahamlah pertama-tama pembenaran itu tampak secara khusus. Dan di dalam dia dimulailah babak baru perjanjian anugerah yang jauh lebih jelas dan utuh daripada sebelum-sebelumnya. Dan di situ ia disebut bapa semua orang percaya, karena ia orang percaya yang demikian unggul, dan dibenarkan secara begitu unggul karena iman, seperti Yabal yang disebut bapak orang yang memelihara ternak, dan Yubal bapak semua orang yang memainkan musik (Kej. 4:20-21). Bapa semua orang percaya, maksudnya, teladan iman yang abadi, seperti orangtua menjadi contoh bagi anak-anak mereka. Dan juga teladan abadi dalam hal pembenaran karena iman, seperti halnya kebebasan, hak istimewa, kehormatan, dan harta orangtua menurun kepada anak-anak mereka. Abraham adalah bapa semua orang percaya, karena kepadanya secara khusus magna charta (surat jaminan pemberian hak istimewa – pen.) itu diperbaharui.
- (1) Bapa orang-orang bukan Yahudi yang percaya, walau mereka tak bersunat. Zakheus, seorang pemungut cukai, kalau percaya, diperhitungkan sebagai anak Abraham (Luk. 19:9). Karena Abraham sendiri belum bersunat sewaktu dibenarkan oleh iman, maka keadaan tidak bersunat tidak akan pernah menjadi penghalang. Dengan demikian, segala keraguan dan ketakutan bangsa-bangsa bukan Yahudi yang malang sudah dipertimbangkan jauh-jauh hari sebelumnya, dan tidak tersisa ruang untuk mempertanyakan apakah kebenaran bisa diperhitungkan kepada mereka juga (Kol. 3:11; Gal. 5:6).
- (2) Bapa orang-orang Yahudi yang percaya, bukan hanya karena mereka bersunat, dan keturunan Abraham secara jasmani, melainkan juga karena mereka orang-orang percaya. Karena mereka bukan bersunat saja (maksudnya, bukan hanya bersunat), tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, yaitu tidak hanya memiliki tanda, tetapi juga apa yang dipertandakan. Tidak hanya dari keluarga Abraham, tetapi juga mengikuti teladan iman Abraham. Lihatlah di sini siapa anak-anak asli dan penerus-penerus yang sah dari bapa-bapa gereja: bukan orang-orang yang duduk di kursi mereka dan menyandang nama mereka, melainkan orang-orang yang mengikuti jejak-jejak mereka. Inilah garis penerus itu, yang tetap berjalan kendati ada gangguan-gangguan. Jadi, tampaknya, yang paling lantang dan terdepan dalam memanggil Abraham bapa adalah orang yang paling sedikit berhak atas kehormatan-kehormatan dan hak-hak istimewa sebagai anak-anaknya. Dengan demikian, orang yang paling beralasan memanggil Kristus Bapa bukanlah orang yang menyandang nama Kristen dan mengaku sebagai orang Kristen, melainkan yang mengikuti jejak-jejak-Nya.
- II. Abraham dibenarkan sebelum hukum Taurat diberikan (ay. 13-16). Penjelasan sebelumnya ditujukan melawan orang-orang yang membatasi pembenaran hanya pada sunat, dan penjelasan ini ditujukan melawan orang-orang yang mengharapkan pembenaran melalui hukum Taurat. Nah, janji itu dibuat kepada Abraham jauh sebelum hukum Taurat diberikan. Bandingkan dengan Galatia 3:17-18. Sekarang amatilah,
- 1. Apa janji itu, yaitu bahwa ia akan memiliki dunia, maksudnya, tanah Kanaan, sejengkal tanah terpilih di dunia. Atau, bapa banyak bangsa di dunia, yang berasal darinya, selain bangsa Israel. Atau ia akan mewarisi penghiburan-penghiburan di kehidupan ini. Orang yang lemah lembut dikatakan memiliki bumi, dan dunia ini kepunyaan mereka. Meskipun hanya memiliki sedikit harta dari dunia ini, namun Abraham mewarisi semuanya dari dunia. Atau, lebih tepatnya, pernyataan itu menunjuk pada Kristus, keturunan yang disebutkan di sini. Bandingkan dengan Galatia 3:16, kepada keturunanmu, yaitu Kristus. Sekarang Kristuslah Ahli waris dunia, ujung-ujung bumi adalah kepunyaan-Nya, dan di dalam Dialah Abraham memiliki dunia. Dan ini merujuk pada janji itu (Kej. 12:3), olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
- 2. Bagaimana janji itu dibuat kepada Abraham: Bukan karena hukum Taurat, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman. Bukan karena hukum Taurat, sebab hukum itu belum diberikan: melainkan karena iman yang diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Janji itu dibuat karena ia percaya kepada Allah, dengan meninggalkan negerinya sendiri ketika Allah memerintahkannya (Ibr. 11:8). Nah, karena dibenarkan oleh iman, maka tidak mungkin dibenarkan oleh hukum Taurat, seperti yang dibuktikan Paulus dengan mempertentangkan keduanya (ay. 14-15): Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman. Maksudnya, mereka, dan hanya mereka, yang mengharapkannya dari hukum Taurat (dulu orang-orang Yahudi, dan masih sampai sekarang, memegahkan diri bahwa merekalah ahli waris dunia yang sah, karena kepada merekalah hukum Taurat diberikan). Sebab, jika disyaratkan dalam janji itu bahwa seluruh hukum harus dijalankan dengan sempurna, maka janji itu tidak akan pernah terpenuhi, juga tidak ada gunanya bagi kita untuk bergantung padanya. Ini karena jalan kepada hidup melalui ketaatan sempurna pada hukum Taurat, dan kemurnian yang tak bercacat cela dan tanpa dosa, sepenuhnya tertutup, dan hukum Taurat itu sendiri tidak membuka jalan lain. Ini dibuktikan Paulus dalam ayat 15, hukum Taurat membangkitkan murka, yaitu murka dalam diri kita melawan Allah. Hukum Taurat membangkitkan geram dan pikiran duniawi yang memusuhi Allah, seperti aliran sungai yang dibendung membuat airnya membesar, yaitu murka dalam diri Allah melawan kita. Hukum Taurat membangkitkan murka ini, maksudnya, hukum Taurat menyingkapkan murka ini, atau pelanggaran kita terhadap hukum Taurat membangkitkan murka ini. Nah, sudah pasti bahwa kita tidak akan pernah dapat mengharapkan warisan dari suatu hukum yang membangkitkan murka. Bagaimana hukum Taurat membangkitkan murka ditunjukkan Paulus secara sangat tepat pada bagian terakhir dari ayat 15 itu: Di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran. Ini sebuah pepatah yang diakui kebenarannya, yang menyiratkan bahwa di mana ada hukum Taurat, di situ ada pelanggaran, dan pelanggaran itu mendatangkan amarah. Jadi, hukum Taurat membangkitkan murka.
- 3. Mengapa janji itu dibuat kepada Abraham berdasarkan iman.
- Untuk tiga alasan (ay. 16).
- (1) Supaya itu merupakan kasih karunia, supaya kasih karunia mendapat kehormatan darinya. Oleh anugerah, dan bukan oleh hukum Taurat. Oleh anugerah, dan bukan sebagai hak, atau jasa. Seruan, batu-batu ini adalah anugerah, batu-batu ini adalah anugerah! (TB: Bagus! Bagus sekali batu itu! [Za. 4:7] – pen.) boleh diserukan kepada setiap batu, terutama batu penjuru, dalam bangunan ini. Iman secara khusus menunjuk pada adanya anugerah yang diberikan, seperti halnya anugerah menunjuk pada adanya iman yang menerima. Oleh kasih karunia, dan karena itu melalui iman (Ef. 2:8). Sebab Allah ingin supaya setiap mahkota dilemparkan di bawah kaki anugerah, anugerah yang cuma-cuma, dan supaya setiap kidung pujian di sorga menyanyikan lagu ini, bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan!
- (2) Sehingga janji itu berlaku (KJV: Sehingga janji itu pasti – pen.). Perjanjian pertama, karena merupakan perjanjian perbuatan, tidaklah pasti. Sebaliknya, karena kegagalan manusia, keuntungan-keuntungan yang dirancangkan olehnya lenyap. Oleh sebab itu, untuk memastikan dan meyakinkan penyampaian perjanjian baru secara lebih berhasil, ditemukan cara lain, bukan oleh perbuatan (seandainya demikian, janji itu tidak pasti, karena rapuh dan lemahnya daging), melainkan oleh iman. Iman yang menerima segala-galanya dari Kristus, dan bertindak dengan tak putus-putusnya bergantung kepada-Nya, sebagai Yang diberi kepercayaan untuk memberi keselamatan kepada kita, dan yang dalam penjagaan-Nya keselamatan kita akan tetap aman. Perjanjian itu pasti, karena begitu diatur dengan baik dalam segala-galanya (2Sam. 23:5).
- (3) Sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan. Seandainya pembenaran terjadi oleh hukum Taurat, maka itu akan terbatas pada orang-orang Yahudi, yang telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat (9:4). Tetapi pembenaran terjadi oleh iman, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dan juga bangsa Yahudi sama-sama berkepentingan di dalamnya, sebagai keturunan rohani dan jasmani dari Abraham yang beriman. Allah merancangkan janji itu sedemikian rupa sehingga jangkauannya terluas, mencakup semua orang yang sungguh-sungguh percaya, supaya yang bersunat dan tidak bersunat tidak terpecah belah. Dan untuk itu (ay. 17) Paulus merujuk kita pada Kejadian 17:5, di mana alasan perubahan nama dari Abram– bapa besar, menjadi Abraham – bapa besar untuk banyak orang, diartikan seperti ini: Karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Maksudnya, semua orang percaya, baik sebelum maupun setelah kedatangan Kristus dalam rupa daging, haruslah melihat teladan Abraham, dan memanggilnya bapa. Orang-orang Yahudi berkata bahwa Abraham adalah bapa dari semua orang yang masuk agama Yahudi. Sesungguhnya, dia adalah bapa seluruh dunia, yang dikumpulkan di bawah sayap Keagungan Ilahi(Maimonides).
Perkara Abraham (Roma 4:17b-22)
- Setelah mencermati kapan Abraham dibenarkan karena iman, dan mengapa, maka demi kehormatan Abraham dan sebagai teladan untuk kita yang memanggilnya bapa, Rasul Paulus di sini menggambarkan dan memuji iman Abraham, yang di dalamnya, amatilah
- I. Siapa yang dipercayai Abraham: Allah yang menghidupkan. Kepada Allah sendirilah iman itu melekat: tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain. Sekarang perhatikanlah apa yang dituju iman Abraham di dalam Allah. Yang ditujunya, tentu saja, apa yang paling bisa meneguhkan imannya tentang hal-hal yang dijanjikan:
- 1. Allah yang menghidupkan orang mati. Dijanjikan bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, sekalipun dia dan istrinya telah mati pucuk (Ibr. 11:11-12). Oleh sebab itu, ia memandang Allah sebagai Allah yang sanggup mengembuskan nafas hidup ke dalam tulang-tulang kering. Dia yang menghidupkan orang mati pasti sanggup berbuat apa saja, sanggup memberikan anak kepada Abraham di usia tuanya, sanggup membawa bangsa-bangsa bukan Yahudi, yang sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa, kepada hidup ilahi dan rohani (Ef. 2:1). Bandingkan dengan Efesus 1:19-20.
- 2. Yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. Yaitu, yang menciptakan segala sesuatu oleh firman-Nya yang berkuasa, seperti pada awal mula (Kej. 1:3; 2Kor. 4:6). Pembenaran dan keselamatan orang-orang berdosa, pengangkatan bangsa-bangsa bukan Yahudi yang sebelumnya bukan umat, merupakan tindakan penuh rahmat yang menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada, memberikan keberadaan pada apa yang sebelumnya tidak ada. Ini mengungkapkan kedaulatan, kekuasaan, dan pemerintahan Allah yang mutlak, batu karang iman yang teguh ketika semua penyokong lain goyah dan tenggelam. Kita mempunyai hikmat yang kudus dan berjalan di jalan iman apabila kita, di dalam Allah, secara khusus berpegang pada sarana yang disesuaikan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada, dan yang akan memenuhi tujuan-tujuannya dengan lebih berhasil. Sungguh kita beriman jika kita membangun di atas kemahacukupan Allah un tuk mencapai sesuatu yang mustahil dicapai oleh apa pun juga, selain oleh kemahacukupan itu. Demikianlah Abraham menjadi bapa banyak bangsa di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yakni, di mata dan dalam pandangan Allah. Atau, menjadi bapa banyak bangsa seperti Dia yang dipercayainya. Sama seperti Allah adalah Bapa semua orang, demikian pula Abraham. Karena iman kepada Allah-lah kita diterima oleh-Nya, dan bisa menyerupai Dia.
- II. Bagaimana Abraham percaya. Paulus di sini sangat mengagung-agungkan kekuatan iman Abraham, dalam beberapa ungkapan.
- 1. Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga (ay. 18). Ada pengharapan yang menentang dia, yaitu pengharapan alami. Semua alasan pancaindra, akal budi, dan pengalaman, yang dalam masalah-masalah seperti itu biasanya melahirkan dan mendukung pengharapan, menentang dia. Tidak ada penyebab-penyebab kedua atau alami yang tersenyum kepadanya, sedikitpun tidak menyokong pengharapannya. Akan tetapi, dengan melawan segala sesuatu yang tampaknya berlawanan itu, ia percaya saja, sebab ada harapan baginya: Ia percaya pada pengharapan, yang timbul, seperti imannya, dari pertimbangan akan kemahacukupan Allah. Bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa. Oleh sebab itulah Allah, dengan anugerah-Nya yang mahakuasa, memampukan dia untuk berharap seperti itu, sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, supaya ia menjadi teladan iman yang besar dan kuat bagi semua angkatan. Sudah sepantasnyalah orang yang akan menjadi bapa semua orang beriman mempunyai iman yang lebih dari biasa. Yaitu bahwa di dalam dia iman harus mencapai puncaknya, dan semua orang percaya yang lahir kemudian harus berusaha mengarahkan, mengangkat, dan menghidupkan iman mereka hingga mencapai puncak itu. Atau hal ini disebutkan sebagai pokok janji yang dipercayai Abraham. Dan Paulus merujuk pada Kejadian 15:5, demikianlah banyaknya nanti keturunanmu, seperti bintang-bintang di langit, begitu tak terhitung banyaknya, bersinar begitu terang. Inilah yang dipercayai Abraham, yang diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran (ay. 6). Dan dapat diamati bahwa dalam contoh khusus tentang imannya ini, tidak ada dasar untuk berharap, walaupun ketidakpercayaannya sebenarnya menyarankan hal-hal yang bertentangan dengan pengharapan itu. Baru saja sebelumnya ia menyimpulkan bahwa ia akan hidup tanpa keturunan, bahwa hamba yang dilahirkan di rumahnya akan menjadi ahli warisnya (Kej. 15:2-3). Ketidakpercayaan ini bisa menggagalkan imannya, dan karena itu dikatakan ia berharap walaupun tidak ada dasar untuk berharap.
- 2. Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah (ay. 19). Amatilah, tubuhnya sendiri sudah mati, yaitu sudah betul-betul tidak mampu mempunyai anak, meskipun hidup dan semangat baru yang diberikan Allah kepadanya tetap ada setelah Sara meninggal. Lihat saja anak-anak yang dilahirkannya dari Ketura. Apabila Allah bermaksud memberikan suatu berkat istimewa, seorang anak perjanjian, bagi umat-Nya, biasanya Ia menyatakan hukuman mati pada berkat itu sendiri, pada semua jalan yang mengarah padanya. Yusuf harus menjadi budak dan dipenjara sebelum naik pangkat. Tetapi Abraham tidak menghiraukan semuanya itu, sy katenoēse – ia tidak berkutat memikirkannya. Ia memang berkata, mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak? (Kej. 17:17). Tetapi itu bahasa yang mengungkapkan rasa kagum dan keinginan untuk lebih dipuaskan lagi, bukan menyatakan keragu-raguan dan ketidakpercayaannya. Imannya melampaui pertimbangan itu, dan tidak memikirkan apa-apa selain kesetiaan janji itu. Ia sepenuhnya hanyut saat terus merenung-renungkan janji itu, dan ini menjaga imannya tetap hidup. Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui. Hanya kelemahan iman yang membuat orang berlarut-larut dalam kesusahan dan kemustahilan yang tampak menghadang jalan penggenapan janji. Meskipun menurut pikiran duniawi, jika kita melihat ke dasar dari segala kesulitan yang timbul melawan janji, itu berarti kita bijaksana dan cerdik, namun sesungguhnya itu merupakan kelemahan iman.
- 3. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan (ay. 20), dan ia tidak bimbang bukan karena tidak memikirkan penyebab-penyebab alami yang mengecilkan dan mematahkan harapannya, sy diekrithe – ia tidak berbantah. Ia tidak terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang itu, tidak mengambil waktu untuk mempertimbangkan apakah ia harus bergumul dengannya atau tidak, tidak ragu ataupun tersandung karenanya. Sebaliknya, dengan tekad hati dan keyakinan jiwa, dan dengan keberanian yang kudus, ia mempertaruhkan segala-galanya pada janji itu. Ia tidak melihat janji itu sebagai sesuatu yang bisa dipermasalahkan atau diperdebatkan, tetapi menetapkannya sebagai aturan. Ia sama sekali tidak bersitegang dengan janji itu: ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan. Ketidakpercayaan ada di balik segala kebimbangan kita terhadap janji-janji Allah. Bukan janji, melainkan iman kitalah yang gugur ketika kita bimbang.
- 4. Malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, enedynamōthē – ia diperkuat dalam iman, imannya menjadi kokoh dengan dilatih – crescit eundo. Walaupun iman yang lemah tidak akan ditolak, buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan, namun iman yang kuatlah yang akan dipuji dan dihormati. Kekuatan imannya tampak dalam kemenangan yang diperolehnya atas ketakutan-ketakutannya. Dan dengan cara itu ia memberikan kemuliaan kepada Allah, sebab, sama seperti ketidakpercayaan menghina Allah dengan menjadikan-Nya pendusta (1Yoh. 5:10), demikian pula iman menghormati Allah dengan mengaku bahwa Ia adalah benar (Yoh. 3:33). Iman Abraham memberikan kepada Allah kemuliaan dari hikmat, kuasa, kekudusan, kebaikan, dan terutama kesetiaan-Nya, dengan mengandalkan firman yang sudah diucapkan-Nya. Kepada sesama manusia, kita berkata, “Siapa yang percaya pada orang lain berarti memberikan pujian kepada orang itu, dan menghormatinya dengan mempercayai perkataannya.” Demikianlah Abraham memberikan kemuliaan kepada Allah dengan mempercayai Dia. Kita tidak pernah mendengar Yesus Tuhan kita begitu sangat memuji apa saja selain iman yang besar (Mat. 8:10 dan 15:28). Karena itu, Allah memberikan kehormatan kepada iman, iman yang besar, karena iman, iman yang besar, memberikan kehormatan kepada Allah.
- 5. Ia penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan, plērophorētheis – ia hanyut oleh keyakinan dan kepastian yang teramat besar. Ini bahasa kiasan untuk menggambarkan kapal-kapal yang memasuki pelabuhan dengan layar terkembang penuh. Abraham melihat badai keraguan, ketakutan, dan godaan-godaan yang timbul melawan janji itu, yang karenanya banyak orang akan mundur, dan tinggal diam menunggu hari yang lebih cerah, menantikan angin yang bersahabat menurut pandangan pancaindra dan akal budi. Akan tetapi Abraham, karena memiliki Allah sebagai Nakhodanya, dan janji sebagai peta dan kompasnya, bertekad untuk menempuh perjalanannya. Dan seperti seorang petualang yang gagah berani, ia memasang semua layarnya, menembus segala kesulitan, tanpa menghiraukan angin ataupun awan, tetapi percaya pada kekuatan kapalnya dan hikmat serta kesetiaan Nakhodanya. Dengan berani ia berlayar menuju pelabuhan, dan pulang membawa keuntungan yang tak terhingga banyaknya. Itulah keyakinannya yang penuh, dan keyakinan itu dibangun di atas kemahakuasaan Allah: Ia sanggup. Goyahnya kita terjadi terutama karena ketidakpercayaan kita terhadap kuasa ilahi. Oleh sebab itu, supaya kita teguh, kita wajib percaya bukan hanya bahwa Dia setia, melainkan juga bahwa Dia sanggup, dan sudah berjanji. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran (ay. 22). Karena dengan keyakinan seperti itu ia mempertaruhkan segala-galanya pada janji ilahi, maka Allah dengan penuh rahmat menerimanya, dan tidak saja menjawab, tetapi juga berbuat melampaui apa yang diharapkannya. Cara memuliakan Allah dengan hanya berpegang teguh pada janji-Nya ini sangat sesuai dengan rancangan Allah, dan akan membawa kehormatan bagi-Nya. Dengan demikian, Allah menerima cara itu dengan penuh rahmat sebagai kebenaran, dan membenarkan Abraham, meskipun dalam iman itu sendiri tidak ada sesuatu yang pantas untuk mendapat penerimaan seperti itu. Ini menunjukkan mengapa iman dipilih sebagai syarat utama bagi pembenaran kita, karena dari semua hal lain, anugerahlah yang memberikan kemuliaan kepada Allah.
SH: Rm 4:1-12 - Orang benar Perjanjian Lama. (Minggu, 17 Mei 1998) Orang benar Perjanjian Lama.
Paulus mendukung pendapatnya bahwa orang dibenarkan bukan oleh usaha tetapi oleh iman dengan menampilkan dua tokoh Perja...
Orang benar Perjanjian Lama.
Paulus mendukung pendapatnya bahwa orang dibenarkan bukan oleh usaha tetapi oleh iman dengan menampilkan dua tokoh Perjanjian Lama yaitu Abraham dan Daud. Abraham adalah nenek moyang Israel, hidup jauh hari sebelum Musa dan sebelum pemberian hukum Taurat. Abraham dibenarkan karena percaya kepada janji Allah (ayat 4:3" context="true">3). Hal benar itu bukan upah tetapi hadiah (ayat 4:4" context="true">4). Sunat diterimanya bukan untuk dibenarkan sebab tauat belum ada. Jadi sunat adalah meterai bahwa ia sudah termasuk dalam perjanjian Allah berdasarkan iman. Demikian pun Daud diampuni dari pelanggaran dan dosanya karena iman (ayat 4:7,8" context="true">7,8). Jadi prinsip Injil jelas telah dinikmati oleh kedua tokoh Perjanjian Lama tersebut.
Iman dan perbuatan. Seringkali orang mempertentangkan iman dan perbuatan. Seharusnya tidak perlu! Abraham mempercayai Tuhan yang memanggilnya, berjalan menurut perintah Tuhan (12:1-3">Kej. 12:1-3). Ia beriman dulu, lalu berbuat sesuai imannya kepada Tuhan. Ketika ia bimbang tentang keturunannya, ia mempercayai peneguhan janji dari Tuhan. Ia diperhitungkan benar (15:6">Kej. 15:6). Daud ditegur oleh Nabi Natan karena dosanya (
Isi mendahului tanda. Iman Abraham mendahului sunat. Atas dasar imannya ia menerima sunat sebagai meterai pembenaran dari Allah (ayat 32:10-11" context="true">10-11). Abraham disebut, "Bapak segala orang beriman", bukan "bapak segala orang bersunat". Dengan prinsip Abraham inilah Allah membuka pintu bagi orang bersunat maupun tidak untuk hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah. Karena iman segala pelanggaran dan dosa kita tidak diperhitungkan Allah (ayat 32:7-8" context="true">7-8). Sebab itu kita disebut berbahagia (ayat 32:6" context="true">6). Namun kebahagiaan kita harus disertai sikap dan tindakan yang mencerminkan iman itu untuk memuliakan Allah.
SH: Rm 4:1-12 - Abraham dibenarkan oleh iman (Rabu, 31 Mei 2006) Abraham dibenarkan oleh iman
Untuk memperkuat argumentasinya bahwa baik orang Yahudi maupun orang
bukan Yahudi, keduanya dibenarkan bukan melalui ...
Abraham dibenarkan oleh iman
Untuk memperkuat argumentasinya bahwa baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, keduanya dibenarkan bukan melalui melakukan Taurat melainkan melalui percaya saja, Paulus mengutip contoh nenek moyang pertama orang Yahudi, Abraham.
Catatan Taurat sendiri menegaskan bahwa Abraham dibenarkan oleh Tuhan bukan karena melakukan Taurat melainkan karena percaya (ayat 3; Kej. 15:6). Pertama, Abraham tidak melakukan tindakan apa pun yang membuat ia layak menerima janji Allah mendapat keturunan yang sebanyak bintang di langit (Kej. 15:5). Namun ia menerima penggenapan janji itu kemudian hari karena iman! Dengan cara yang serupa Daud mendapatkan pengampunan dosa dari dosa kejinya, berzina dan membunuh, sebagai kasih karunia Allah atasnya (Rm. 4:6-8).
Kedua, Abraham menerima janji itu sebelum ia disunat, jauh sebelum Taurat diberikan kepada Israel. Sunat bukan menjadi syarat ketaatannya melainkan sebagai tanda bahwa ia beriman (ayat 11). Ketiga, karena itu, contoh Abraham ini menjadi dasar untuk semua orang, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, bahwa imanlah yang menjadi dasar seseorang diperkenan Allah. Itu sebabnya Abraham, sesuai dengan janji Allah baginya, disebut sebagai bapak semua bangsa, bukan hanya bapak bangsa Israel. Setiap orang dari bangsa apa pun, yang percaya kepada Allah, mengalami dibenarkan dengan cara yang sama dialami Abraham.
Kita patut mengucap syukur kepada Allah di dalam Kristus karena kita sekarang adalah orang-orang benar karena kasih karunia Allah yang kita terima melalui iman. Oleh karena itu, kita harus membuktikan keberimanan kita itu dan menyatakan syukur kita melalui ketaatan pada firman-Nya.
Renungkan: Iman Abraham Bukan Sekadar Di Mulut Melainkan Diwujudkan Dengan Memberi Diri Disunat. Apa Bukti Kita Sungguh Beriman?
SH: Rm 4:1-15 - Pembenaran, kasih karunia, iman (Selasa, 12 Mei 2009) Pembenaran, kasih karunia, iman
Untuk memperkuat argumentasi mengenai pembenaran yang hanya didapat
dengan kasih karunia oleh iman, Paulus menja...
Pembenaran, kasih karunia, iman
Untuk memperkuat argumentasi mengenai pembenaran yang hanya didapat dengan kasih karunia oleh iman, Paulus menjadikan Abraham dan Daud sebagai contoh. Keduanya adalah orang Yahudi dan merupakan tokoh yang sangat dihormati orang Israel.
Israel tahu perjalanan iman Abraham, bapak leluhur mereka (ayat 1). Kisah hidup Abraham memperlihatkan berbagai tin-dakan yang dia lakukan sebagai respons terhadap janji, karya, maupun perintah Allah. Maka Abraham disebut bapak orang beriman. Walau demikian Abraham tidak memiliki dasar untuk bermegah karena ia dibenarkan oleh iman, bukan oleh tindakan (ayat 2-5). Tindakannya lahir dari imannya kepada Allah. Maka jelas bahwa pembenaran yang dialami Abraham sama sekali bukan hasil perbuatan baik, tetapi karena anugerah Allah. Abraham dapat diibaratkan sebagai orang yang tidak bekerja, tetapi dapat upah. Selain itu Paulus menjelaskan bahwa Abraham dibenarkan saat ia belum disunat. Baru empat belas tahun kemudian Abraham disunat (Kej. 17:24-26). Sunat adalah tanda iman Abraham. Jelas bahwa sama seperti perbuatan baik, sunat bukanlah syarat agar orang dapat menikmati janji-janji Allah (ayat 10-11). Imanlah yang menjadi dasar pemberian janji kepada Abraham bahwa ia akan memiliki dunia. Bukan Hukum Taurat (ayat 13-15).
Paulus juga menjadikan Daud sebagai referensi. Jika Abraham mewakili masa patriark, Daud mewakili masa kerajaan. Jika Abraham hidup sebelum pemberlakuan Taurat, Daud hidup di bawah Taurat. Karya Daud yang dikutip Paulus menyatakan bahwa orang yang dibenarkan Allah adalah orang yang diberkati (ayat 6-8).
Disadari atau tidak, orang zaman sekarang pun masih banyak yang mengandalkan perbuatan baik agar berkenan di mata Allah. Perbuatan baik dalam hubungan dengan orang lain maupun dalam bentuk berbagai ritual agama. Bila anggapan ini pun masih ada dalam benak kita, kiranya penjelasan Paulus membuka pikiran kita.
SH: Rm 4:1-25 - Abraham sebagai model iman (Kamis, 19 April 2012) Abraham sebagai model iman
Orang Yahudi sangat patuh kepada Taurat! Bagi mereka, mengikuti semua isi Taurat adalah jaminan keselamatan. Namun Paulus ...
Abraham sebagai model iman
Orang Yahudi sangat patuh kepada Taurat! Bagi mereka, mengikuti semua isi Taurat adalah jaminan keselamatan. Namun Paulus berkata, tidak ada seorang pun yang dapat selamat karena melakukan Taurat (3:20). Keselamatan hanyalah kasih karunia Tuhan melalui iman (3:27-28).
Paulus memberikan argumen melalui figur yang sangat diagungkan orang Yahudi yaitu, Abraham. Abraham adalah bapa leluhur mereka, secara jasmani (1). Bagi mereka, karena Abraham mengikuti semua perintah Tuhan (hukum Taurat), ia selamat. Paulus menunjukkan bahwa Abraham mendapat keselamatan dan pembenaran dari Allah bukan karena melakukan semua kehendak Tuhan, melainkan karena dia percaya akan setiap perkataan Allah (2-3). Karena iman, Abraham rela meninggalkan sanak keluarganya, kampung halamannya, kemewahan hidupnya menuju tanah yang akan diberikan Tuhan pada-Nya (lih. Kej. 12:1, 4). Dengan iman yang teguh, Abraham sabar menantikan janji Tuhan melalui keturunan yang menjadikan Abraham sebagai bapa semua bangsa (17-19). Keteguhan iman Abraham inilah yang menjadikan dirinya menerima kebenaran dan keselamatan dari Tuhan tersebut. Iman Abraham ini juga mendapat penegasan dari keturunannya Daud, seorang figur Raja yang sangat disanjung oleh orang Israel (6-8). Abraham menjadi model dibenarkan oleh iman (16). Sehingga setiap orang, Yahudi atau nonYahudi yang percaya seperti Abraham percaya akan dibenarkan oleh iman mereka kepada Tuhan Yesus (23-25).
Kita semua adalah keturunan Abraham sekaligus pewaris janji keselamatan. Adakah kita memiliki iman yang teguh kepada Tuhan di tengah begitu banyak cobaan, godaan, tantangan dan himpitan yang melanda kehidupan kita? Abraham berhasil mengatasinya dengan iman yang teguh dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Marilah kita meneladaninya. Kita yang telah dibenarkan dengan kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus harus membuktikannya melalui percaya kita yang teguh kepada Tuhan dalam menjalani hidup kita sehari-hari.
SH: Rm 4:1-12 - Teladan Iman Abraham dan Daud (Rabu, 19 Oktober 2016) Teladan Iman Abraham dan Daud
Setelah menjelaskan topik manusia dibenarkan karena iman di pasal sebelumnya, kini Paulus memulai pasal 4 dengan memper...
Teladan Iman Abraham dan Daud
Setelah menjelaskan topik manusia dibenarkan karena iman di pasal sebelumnya, kini Paulus memulai pasal 4 dengan memperlihatkan bukti dari argumen tersebut. Dalam hal ini, Paulus memakai tokoh yang paling dijunjung tinggi oleh bangsa Yahudi, yaitu Abraham. Abraham dipandang sebagai bapa leluhur orang Yahudi (1). Melalui Abraham, Paulus memperlihatkan bahwa keselamatan oleh iman bukan sesuatu yang asing dan baru, melainkan sudah ada pada zaman Abraham.
Paulus menegaskan bahwa Abraham sendiri pun beroleh pembenaran dari Allah karena imannya, bukan karena perbuatannya (2-5; bdk. Kej. 15:6). Pembenaran itu diberikan Abraham sebelum ia disunat (9-10). Kenyataan ini menjadi teguran keras bagi orang Yahudi yang selama ini menyombongkan diri sebagai umat Allah dan menganggap mereka dibenarkan karena sunat. Terhadap orang-orang tersebut, Paulus menegaskan bahwa sunat merupakan tanda, bukan sarana pembenaran (11-12).
Lalu bagaimana dengan Daud? (6-8). Sebagaimana Abraham, Daud pun dibenarkan karena imannya, bukan karena perbuatannya. Alasan Paulus mengutip ucapan Daud dalam Mazmur 32:1-2 adalah untuk memperlihatkan bagaimana seharusnya sikap dari orang yang telah dibenarkan Allah. Daud, yang pernah jatuh dalam dosa, bersedia mengakui dosanya di hadapan Tuhan. Ia menyadari hanya Tuhan saja yang dapat mengampuni dosa-dosanya. Bukan kesombongan yang diperlihatkan Daud, melainkan sikap kerendahan hati dan bersedia mengakui kesalahan secara terbuka di hadapan Allah (7-8). Ini menjadi teguran keras bagi orang Yahudi atas kesombongan mereka.
Sebagai umat Allah, kita dibenarkan karena iman dalam Yesus Kristus, bukan karena perbuatan baik kita. Oleh karena itu, marilah kita jalani kehidupan ini dengan sikap rendah hati, bukan dengan kesombongan. Karena apa pun yang kita terima dari Tuhan semata-mata anugerah-Nya. [MFS]
SH: Rm 4:1-25 - Apakah Aku Punya Iman yang Cukup? (Minggu, 26 Juni 2022) Apakah Aku Punya Iman yang Cukup?
Apakah iman saja cukup? Bukankah perbuatan juga merupakan hal yang esensial? Jikalau kita hanya perlu iman untuk me...
Apakah Aku Punya Iman yang Cukup?
Apakah iman saja cukup? Bukankah perbuatan juga merupakan hal yang esensial? Jikalau kita hanya perlu iman untuk menerima anugerah, muncul pertanyaan: apakah aku punya iman yang cukup untuk menerima anugerah itu?
Paulus menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan karena iman (1-3). Abraham dibenarkan oleh Allah jauh sebelum ia bersunat (9-12). Tindakan sunat dilakukan oleh Abraham bukan supaya ia memperoleh pembenaran.
Daud dalam mazmurnya menyatakan bahwa lebih berbahagia orang yang diampuni pelanggarannya dan yang ditutupi dosanya (6-8). Hal ini menunjukkan kepada kita pembenaran yang Allah lakukan. Daud bisa dikatakan sebagai seorang yang dalam kehidupannya melakukan begitu banyak pelanggaran di hadapan Tuhan. Ia melakukan perzinaan, pembohongan, bahkan pembunuhan. Namun, ia menyadari adanya pengampunan dan penerimaan Tuhan yang menjadi bagian dari pembenaran orang percaya.
Apa yang Allah perhitungkan bagi hamba-hamba-Nya juga diperhitungkan bagi kita dalam Kristus Yesus, yang diserahkan karena pelanggaran kita, dan yang telah dibangkitkan karena pembenaran kita (23-25).
Ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita, terjadilah pertukaran posisi (2Kor. 5:21). Tidak ada hal yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan ini semua. Hanya melalui Kristus kita dapat dibenarkan oleh Allah. Kebenaran Kristuslah yang diperhitungkan sebagai kebenaran kita.
Jawaban untuk pertanyaan tentang kecukupan iman kita diberikan melalui teladan serta pengalaman dari Abraham dan Daud. Apakah iman kita cukup menandaskan bahwa ada upaya yang harus kita lakukan? Nyatanya, Abraham, Daud, dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya tidak melakukan apa pun untuk dibenarkan. Iman yang dianugerahkan cukup untuk memampukan kita menerima anugerah Allah.
Syukurilah kemurahan-Nya yang ajaib dalam iman yang diberikan Allah agar kita dapat menerima pengampunan dan penerimaan-Nya dalam Yesus Kristus, Tuhan kita. [PMS]
Utley -> Rm 4:1-8
Utley: Rm 4:1-8 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 4:1-81 Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? 2 Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena ...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 4:1-8
1 Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? 2 Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. 3 Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." 4 Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. 5 Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. 6 Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: 7 "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; 8 berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya."
Rom 4:1 "Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita" Nama Abraham berarti "bapa banyak bangsa" (lih. ay. Rom 4:16-18). Nama salinya, Abram, berarti "bapa yang ditinggikan".
Teknik penulisan yang digunakan di sini disebut diatribe (lih. Rom 4:1; 6:1; 7:7; 8:31; 9:14,30). Alasan menggunakan Abraham (Kej 11:27-25:11) sebgai suatu contoh adalah baik (1) karena orang Yahudi sangat menghargai asal ras mereka (lih. Mat 3:9; Yoh 8:33,37,39); (2) karena iman pribadinya menjadi teladan dari pola perjanjian (Kej 15:6); (3) imannya mendahului pemberian Taurat kepada Musa (lih. Kel 19; 20); atau (4) ia digunakan oleh guru-guru palsu (yakni kaum Yudais, lih. Galatia).
□ "jasmani" Lihat Topik Khusus pada Rom 1:3
Rom 4:2 "jika" Ini adalah sebuah kalimat FIRST CLASS CONDITIONAL (lih. A. T. Robertson, Gambaran- gambaran dari Kata , vol 4, hal. 350) yang dianggap benar dari sudut pandang si penulis atau untuk maksud penulisannya. Ini adalah contoh bagus untuk kalimat FIRST CLASS CONDITINAL yang secara realita adalah salah, namun digunakan untuk membuat point Teologis (lih. ay. Rom 4:14).
Joseph A. Fitzmyer, Alkitab Jangkar , vol 33, hal 372, mengatakan bahwa hal ini bisa jadi merupakan suatu campuran KALIMAT CONDITIONAL dengan bagian pertamanya menjadi SECOND CLASS (berlawanan dengan fakta) dan bagian kedua menjadi FIRST CLASS.
□ "dibenarkan oleh perbuatan" Ini adalah lawan dari pembenaran oleh iman dalam Kristus. Cara keselamatan ini melalui usaha manusia (Rom 4:4), jika memungkinkan, akan menjadikan pelayanan Kristus tidak harus ada. Namun, PL menunjukkan dengan jelas ketidak mampuan manusia yang jatuh untuk melaksanakan pekerjaan perjanjian Allah. Olah karena itu, PL menjadi suatu kutuk, hukuman mati (lih. Gal 3:13; Kol 2:14).
Para ahli Yahudi mengetahui bahwa Abraham ada sebelum Taurat Musa, namun mereka percaya ia mengantisipasi Taurat dan memeliharanya. (lih. Ecclesiasticus 44:20 dan Jubilees Rom 6:19; 15:1-2).
□ "ia memiliki dasar untuk bermegah," Tema ini sering muncul dalam tulisan Paulus. Latar belakangnya sebagai Farisi membuatnya peka terhadapa masalah ini (lih. Rom 3:27; 1Kor 1:29; Ef 2:8-9). Lihat Topik Khusus: Bermegah pada Rom 2:17.
- NASB NKJV, NRSV, TEV "percayalah Abraham kepada Tuhan"
- JB "Abraham menaruh imannya daalah Allah"
Ini adalah kutipan dari Kej 15:6. Paulus menggunakannya tiga kali dalam pasal ini (lih. Rom 4:3,9,22), yang menunjukkan arti pentingnya dalam pemahaman teologis Paulus akan keselamatan. Kata "iman" dalam PL berarti loyalitas, ketaatan, atau kebisa-dipercayaan, dan merupakan penjelasan akan jati diri Allah, bukan kita. Berasal dari kata Ibrani (emun, emunah ) yang beraarti "yakin atau stabil". Iman yang menyelamatkan adalah persetujuan moral (kumpulan kebenaran), komitmen secara suka rela (suatu keputusan), kehidupan moral (gaya hidup), dan terutama merupakan suatu hubungan (penerimaan akan seseorang).
Haruslah ditekankan bahwa iman Abraham bukan pada Juru Selamat yang akan datang, namun dalam janji Allah bahwa ia akan mendapatkan seorang anak dan keturunan (lih. Kej 12:2; 15:2-5; 17:4-8; 18:14). Abraham menanggapi janji ini dengan mempercayakan diri pada Allah. Ia masih memiliki keraguan dan masalah dengan janji ini, sebagai kenyataan janji ini baru digenapi setelah tiga belas tahun lamanya. Namun demikian, imannya yang tak sempurna, tetap diterima oleh Allah. Allah mau bekerja dengan manusia yang banyak salahnya yang menanggapiNya dan janjiNya dalam iman, meski jika hanya sekecil biji sesawi. (lih. Mat 17:20).
- NASB NRSV "itu diperhitungkan kepadanya"
- NKJV "itu diperhitungkan kepadanya"
- TEV "karena Allah menerima dia"
- JB "iman ini dipertimbangkan"
"Itu" menunjuk pada iman Abraham dalam janji Allah.
"Diperhitungkan" (logizomia ) adalah istilah akuntansi yang berarti "diberikan atau didepositokan kedalam rekening seseorang" (lih. LXX Kej 15:6; Im 7:18; 17:4). Kebenaran yang sama secara indah dinyatakan dalam 2Kor 5:21 dan Gal 3:6. Mungkin saja Paulus menggabungkan Kej 15:6 dan Mazm 32:2 karena keduanya menggunakan istilah akuntansi "diperhitungkan". Penggabungan naskah ini suatu prinsip hermenetik yang digunakan para rabi.
Penggunaan PL dari istilah ini dalam Septuaginta tidak merupakan istilah perbankan, namun hanya berkaitan dengan hal pembukuan, mungkin berhubungan dengan kata "kitab" dalam Dan 7:10; 12:1. Kedua buku penggambaran ini (ingatan Allah) adalah
- 1. kitab perbuatan atau peringatan (lih. Mazm 56:8; 139:16; Yes 65:6; Mal 3:16; Wahy 20:12-13)
- 2. buku kehidupan (lih. Kel 32:32; Mazm 69:28; Yes 4:3; Dan 12:1; Luk 10:20; Fili 4:3; Ibr 12:23; Wahy 3:5; 13:8; 17:8; 20:15; 21:27).
Buku tempat dicatatnya iman Abraham olah Allah sebagai suatu kebenaran ialah "buku kehidupan."
Rom 4:3,5,6,9,10,11,13,22,25 "sebagai kebenaran" Ini mencerminkan istilah PL "buluh pengukur" (tsadak ). Ini adalah penggambaran yang dibangun untuk karakter Allah. Allah adalah lurus, manusia bengkok. Dalam PB digunakan dalam penertian kedudukan, secara hukum (forensik) yang diharapkan bergerak menuju sifat gayahidup yang kudus. Sasaran Allah bagi tiap orang Kristen ialah sifatNya sendiri, atau dengan cara lain keserupaan dengan Kristus (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19). Lihat Topik Khusus pada Rom 1:17.
Rom 4:5 Hakikat iman ialah menanggapi Allah yang menyatakan diriNya, tanpa ketergantungan mutlak pada usaha dan prestasi pribadi. Ini tidak menyatakan bahwa sekali kita diselamatkan dan memiliki Roh Kudus yang berdiam didalam kita, gaya hidup kita menjadi tidak penting. Sasaran keKristenan bukanlah hanya surga ketika kita mati, namun keserupaan dengan Kristus saat ini. Kita tidak diselamatkan, dibenarkan, atau diberikan posisi yang benar oleh perbuatan, namun kita ditebus untuk suatu pekerjaan yang baik (lih. Ef 2:8-9 & 10; Yakobu and I Yohanes). Kehidupan yang diubahkan dan berubah adalah bukti bahwa seseorang telah diselamatkan. Pembenaran harus menghasilkan kekudusan!
□ "percaya" Lihat Topik Khusus di bawah ini.
- NASB, NKJV "imannya"
- NRSV "iman yang sedemikian"
- TEV, NJB "adalah imannya"
Iman Abraham diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Ini bukan karena perbuatan Abraham, namun karena sikapnya.
Kata "diperhutingkan" digunakan juga dari Pinehas dalam LXX dari Mazm 106:31, yang menunjuk kepada Bil 25:11-13. Dalam hal ini penghitungan tersebut didasarkan atas perbuatan Pinehas, namun tidak demikian dengan Abraham dalam Kej 15:6!
□ "namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran." Ini adalah suatu paralel yang sangat jelas dari Abraham di ay. Rom 4:3 (Kej 15:6). Kebenaran adalah pemberian Allah, bukan hasil perbuatan manusia, Lihat Topik Khusus pada Rom 1:17.
□ "Daud" Sebagaimana Abraham bukan seorang yang sempurna, namun benar dihadapan Allah oleh iman, demikian pula Daud yang berdosa (lih. Mazm 32 and 51). Allah mengasihi dan bekerja dengan manusia yang jatuh (Kej 3) yang menunjukkan iman kepadaNya (PL dan dalam AnakNya (PB).
Rom 4:6 "bukan berdasarkan perbuatan" Paulus menekankan frasa ini dengan menyelipkannya tepat sebelum kutipan PL nya (lih. Mazm 32:1-2). Manusia benar dihadapan Allah karena anugerahNya melalui perantaraan Kristus dengan menggunakan iman pribadinya, dan bukan prestasi agamawi mereka.
Rom 4:7-8 Ini adalah kutipan dari Mazm 32:1-2. baik kata kerja di ay. Rom 4:7, "telah diampuni" dan "telah diselubungi" adalah AORIST PASSIVE. Allah adalah pelakunya di sini. Ayat Rom 4:8 mengandung suatu DOUBLE NEGATIVE, yang kuat "dalam situasi apapun tidak akan" diberikan, dicatat dan diperhitungkan. Catat ketiga KATA KERJA dalam kutipan ini; semua menyatakan penghapusan dosa.
Rom 4:7 "yang ditutupi dosa-dosanya" Ini adalah kutipan dari Mazm 32:1. Konsep "penutupan" adalah pokok dari aspek pengorbanan dari penyembahan Israel. Dengan Allah menutupi dosa, Ia menjadikannya tersembunyi dari pemandanganNya (Brown, Driver, Briggs, hal. 491). Konsep yang sama in, walaupun berbeda kata Ibrani untuk "menutupi" (caphar ), digunakan dalam ibadah Hari Raya Penebusan (penutupan), dimana darah ditempatkan pada "tahta kemurahan" menutupi dosa Israel. Penggambaran Alkitabiah yang berhubungan dengan ini adalah menghapus atau menghilangkan noda dosa seseorang.
Rom 4:8 "berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya" Ini adalah kutipan dari Mazm 32:2. Di sini kata "diperhitungkan", "menyalahkan" atau didepositkan ke rekening seseorang" di gunakan dalam pengertian negative. Allah tidak menyalahkan dosa (DOUBLE NEGATIVE) ke dalam rekening bank rohani orang percaya; Ia menanamkan kebenaran. Ini berdasarkan sifat, pemberian, dan keputusan kemurahan Allah, bukan prestasi, pencapaian, atau kelayakan manusia.
TFTWMS -> Rm 4:1-8
TFTWMS: Rm 4:1-8 - Iman Abraham Diperhitungkan Sebagai Kebenaran IMAN ABRAHAM DIPERHITUNGKAN SEBAGAI KEBENARAN (Roma 4:1-8)
1 Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? 2 Sebab jikala...
IMAN ABRAHAM DIPERHITUNGKAN SEBAGAI KEBENARAN (Roma 4:1-8)
1 Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? 2 Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. 3 Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." 4 Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. 5 Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. 6 Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: 7 "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; 8 berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya."
Ayat 1. Pasal ini dimulai dengan pertanyaan, Jadi apakah akan kita katakan tentang [apa yang] Abraham, bapa leluhur [secara] jasmani kita [sudah peroleh]?
"Jadi apakah" menunjukkan bahwa Paulus sedang membangun pembenaran oleh iman di atas pernyataan pengantarnya di 3:21-26.
Pernyataan Paulus dalam pasal 4 terutama sekali diarahkan kepada para pembaca Yahudi. Orang-orang Yahudi dengan bangga mengakui Abraham sebagai "leluhur" jasmani mereka (lihat Luk. 3:8; 16:24, 30; Yoh. 8:39, 53, 56; Kisah 7:2). "Leluhur" diterjemahkan dari kata majemuk propa÷twr (propatōr), yang menggabungkan pro (pro, "sebelum") dengan path÷r (patēr, "bapak"). Belakangan di dalam pasal ini, Paulus menyebut Abraham "bapak [patēr] semua orang percaya" (4:11; huruf miring ditambahkan)—baik orang Yahudi atau bukan Yahudi—tetapi pada awal pasal itu, Paulus sedang menekankan hubungan Abraham dengan kaum Yahudi secara jasmani.
Dalam teks Yunani, "[secara] jasmani" segera disusul dengan "leluhur kita," dan itu adalah terjemahan yang dilakukan oleh Alkitab NASB dan sebagian besar terjemahan. Dalam posisi ini, itu menandakan bahwa Abraham adalah leluhur jasmani bangsa Yahudi. Namun begitu, beberapa orang percaya bahwa "[secara] jasmani" harus memodifikasi kata "sudah peroleh" (lihat ASV), yang tampaknya kurang mungkin namun memungkinkan. Hal ini akan membuat Paulus, pada dasarnya, bertanya, "Apakah yang Abraham temukan dalam hal dibenarkan karena melakukan perbuatan-perbuatan daging [yaitu, perbuatan amal]?"
Paulus mungkin punya beberapa alasan untuk memperkenalkan Abraham ke dalam pembahasan tentang pembenaran oleh iman. Pertama, setelah seorang guru mengetengahkan sebuah prinsip, gagasan yang baik bagi dia adalah memberikan contoh nyata dari prinsip itu.
Mengapa menggunakan Abraham sebagai contoh? Paulus mungkin telah menggunakan sejumlah pahlawan Perjanjian Lama (lihat Ibr. 11). Mengapa Abraham? Orang-orang Yahudi memiliki kasih sayang khusus untuk "Bapak Abraham." Tidak ada yang lebih dihormati oleh mereka. Jika Paulus bisa membuktikan bahwa leluhur yang mulia ini dibenarkan atas dasar iman, maka bukti itu akan mendukung penegakan kasusnya dengan orang-orang Yahudi itu.
Paulus juga mungkin telah memilih Abraham karena alasan lain. Jika orang-orang Yahudi diminta untuk memberikan contoh orang yang cukup baik untuk diselamatkan oleh perbuatannya, Abraham mungkin akan menjadi pilihan pertama mereka. James R. Edwards mengatakan bahwa akan sulit untuk melebih-lebihkan pentingnya Abraham dalam agama Yahudi. Pahlawan Alkitab ini telah menyembah Allah esa yang sejati, meski ia hidup di tengah-tengah kaum penyembah berhala. Beberapa orang Yahudi percaya bahwa Abraham telah menaati perintah-perintah Allah sebelum perintah-perintah itu benar-benar diberikan. Bersama dengan Ishak dan Yakub, ia dianggap sebagai orang yang tidak berdosa terhadap Allah.1
Oleh karena itu, jika Paulus bisa meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Abraham dibenarkan atas dasar imannya ketimbang perbuatannya, maka rasul itu akan sudah menetralkan salah satu argumentasi "terkuat" mereka berupa "pembenaran oleh perbuatan"!
Ayat 2. Paulus siap meneliti kehidupan Abraham: Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah. Mengenai doktrin pembenaran oleh iman, Paulus baru saja mengatakan bahwa "bermegah" itu "tidak ada" (3:27). Ia akan sudah setuju dengan sesamanya orang Yahudi bahwa jika siapa saja memiliki hak untuk bermegah tentang perbuatannya, maka orang itu adalah Abraham. Abraham adalah orang yang luar biasa. Ia adalah satu-satunya manusia yang Allah sebut "Sahabat Allah" (Yes. 41:8; lihat 2 Taw. 20:7; Yak. 2:23). Jika Abraham telah dibenarkan atas dasar perbuatannya, ia pasti akan punya sesuatu untuk bermegah.
Setelah mengatakan ini, Paulus cepat-cepat menambahkan tetapi tidak di hadapan Allah. Para penulis bergumul keras dengan apa arti kalimat ini. Teks aslinya terbaca "tapi tidak dengan [pro֧, pros] Allah." Mungkin yang dimaksudkan adalah perbedaan: Sejauh menyangkut manusia, Abraham memang punya sesuatu untuk dibanggakan; tapi sejauh menyangkut Allah, ia tidak punya alasan untuk bermegah. Alkitab NLT mengatakan, "Tapi dari sudut pandang Allah Abraham tidak punya dasar sama sekali untuk berbangga." Arti lain yang memungkinkan dari kalimat ini adalah bahwa jika Abraham sudah menyombongkan diri, maka ia akan sudah memuliakan dirinya sendiri dan tidak memuliakan Allah.
Kita semua perlu mengerti bahwa, tidak peduli seberapa baik diri kita, tidak peduli seberapa banyak perbuatan baik yang kita lakukan, kita tidak pernah bisa membuat Allah berutang kepada kita. Bahkan jika Abraham hidup sempurna (yang nyatanya tidak), ia akan tidak punya apa-apa untuk disombongkan "dari sudut pandang Allah." Yesus memerintahkan murid-murid-Nya, "Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan" (Luk. 17:10).
Ayat 3. Untuk membuktikan maksudnya, Paulus mengacu kepada Perjanjian Lama. Ia bertanya, Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Apakah dikatakan" diterjemahkan dari kata kerja present tense (le÷gei, legei). Kitab Kejadian ditulis oleh Musa sekitar 1.500 tahun sebelumnya, tetapi Paulus menganggap kitab itu sebagai kitab yang hidup (lihat Ibr. 4:12) yaitu masih bicara kepada orang-orang di zamannya.
Paulus mengutip sebuah nas terkenal: "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Kutipan itu adalah dari Kejadian 15:6. Paulus mengacu kepada ayat ini beberapa kali dalam pasal ini (4:3, 9, 22, 23). Pasal itu bisa dianggap sebagai eksposisi bagi Kejadian 15:6.
Latar belakang Kejadian 15 dikenal baik oleh para pembaca Paulus. Di Haran, ketika Abraham berumur tujuh puluh lima tahun (Kej. 12: 4), Allah memberitahu dia, "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar" (Kej. 12:2). Ketika sampai di tanah Kanaan, Allah berkata, "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu" (Kej. 12:7). Janji-janji ini mengisyaratkan bahwa Abraham dan istrinya Sarah akan memiliki setidaknya satu anak. Namun begitu, tahun-tahun berlalu, dan Abraham dan Sara tetap tanpa anak. Seperti kata pepatah, "Mereka tidak bertambah muda." Abraham mulai bertanya-tanya bagaimana janji Allah akan dilaksanakan (lihat Kej. 15:2, 3).
Ketika Abraham berumur sekitar delapan puluh lima tahun (lihat Kej. 16:16), Allah memberi dia jaminan tambahan. Suatu malam, ia membawa Abraham berjalan-jalan di bawah taburan bintang. Ia memberitahu dia, "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Allah kemudian memberi Abraham jaminan ini: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu" (Kej.15:5). Dari sudut pandang manusia, itu tampaknya merupakan janji yang tidak mungkin digenapi. Pada saat yang penting itu, "Percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran"(Kej. 15:6).
Dua fakta tentang Kejadian 15:6 harus dipahami. Pertama, ini bukan kali pertama Abraham percaya kepada Tuhan. Bertahun-tahun sebelumnya, Allah pernah menampakkan diri kepada Abraham di Ur-Kasdim (Kisah 7:2; lihat Kej. 15:7; Neh. 9:7). Dan berkata, "Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu"(Kisah 7:3). Di Haran, Allah menampakkan diri lagi kepada dia, mengulangi lagi petunjuk-petunjuk itu (Kej. 12:1, 4). Penulis kitab Ibrani berkata, "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui" (Ibr. 11:8; huruf miring ditambahkan). Penulis yang sama melanjutkan dengan mengatakan bahwa "Karena iman [Abraham] diam di tanah yang dijanjikan [Kanaan]" (Ibr. 11:9; huruf miring ditambahkan). Seluruh hidup Abraham didasarkan pada imannya kepada Allah. Meminjam kata-kata Paulus dalam Roma 1, kehidupan patriarkh itu "dengan iman dari awal sampai akhir" (1:17; NIV). Jadi Kejadian 15:6 bukan acuan kepada awal iman Abraham.
Kedua, Kejadian 15:6 tidak sedang bicara tentang pembenaran awal Abraham— yaitu, titik di mana ia (seperti beberapa orang akan katakan) "diselamatkan." Allah sebelumnya tentu tidak akan sudah memberi Abraham begitu banyak janji-janji menakjubkan jika Ia tidak menganggap Abraham sebagai anak-Nya. Ketika Abraham bertemu Melkisedek, raja itu berkata, "Diberkatilah Abram oleh Allah Maha Tinggi, Pencipta langit dan bumi" (Kej. 14:19; NIV). Tak lama setelah ini, Allah sendiri memberitahu Abraham, "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar" (Kej. 15:1). Tidak ada keraguan bahwa Abraham telah dibenarkan sebelum Kejadian 15:6.
Karena semua ini adalah benar, mengapakah Paulus menggunakan Kejadian 15:6 untuk membuktikan bahwa Abraham dibenarkan oleh iman? Inilah empat alasannya:
- 1. Meski para penulis terilham belakangan bicara tentang iman Abraham sebelum Kejadian 15:6, namun ini adalah kali pertama di dalam Alkitab dinyatakan bahwa Abraham percaya. Faktanya, ini adalah kali pertama Alkitab menggunakan kata seperti "percaya," "keyakinan," atau "iman" berkaitan dengan siapa saja. Yang lainnya juga memiliki iman sebelum Kejadian 15:6 (lihat Ibr. 11:4, 5, 7), tapi ini adalah kali pertama kata itu ditemukan dalam Kejadian.
- 2. Meski Abraham secara jelas adalah benar/dibenarkan sebelum kesempatan ini, tapi ini kali pertama kitab Kejadian menggunakan istilah "kebenaran" untuk mengacu kepada dia.
- 3. Ayat ini secara khusus menyatakan bahwa Abraham dibenarkan atas dasar imannya.
- 4. Secara kronologi, pernyataan ini dibuat sekitar empat belas tahun sebelum Abraham disunat (lihat Kej. 16:1, 16; 17:1, 9, 24) dan ratusan tahun sebelum Musa memberikan hukum Taurat (lihat Gal. 3:16 , 17). Pentingnya alasan ini akan dijelaskan nanti dalam pembahasan kita.
Meski Kejadian 15:6 ditulis pada suatu kesempatan tertentu, para penulis terilham melihatnya sebagai ringkasan yang tepat bagi keseluruhan hidup Abraham. Dalam Galatia 3:6-9, Paulus mengaitkan ayat itu dengan janji yang diberikan sebelumnya kepada Abraham di Kejadian 12. Pada bagian akhir Roma 4, Paulus mengutip Kejadian 15:6 sehubungan dengan janji seorang anak yang diberikan kepada Abraham sekitar empat belas tahun setelah ia berjalan-jalan bersama Allah pada malam penuh taburan bintang (Roma 4:18-22). Dalam Yakobus 2:21-24, Yakobus mengaitkan Kejadian 15:6 dengan perbuatan Abraham mempersembahkan anaknya di atas mezbah.
Alasan utama Paulus memilih untuk menggunakan Kejadian 15:6 di Roma 4 adalah nomor tiga pada daftar kita tadi: Ayat itu secara khusus menyatakan bahwa Abraham dibenarkan atas dasar imannya—dan tidak menyebutkan perbuatan. Beberapa guru Yahudi telah berusaha untuk membuat Kejadian 15:6 cocok dengan ajaran mereka bahwa Abraham telah dibenarkan atas dasar perbuatannya. Mereka memodifikasi ayat itu untuk mengatakan, pada dasarnya, "Abraham adalah setia kepada Allah, dan hal ini diperhitungkan kepada dia sebagai kebenaran"—tapi itu bukan apa yang ayat itu katakan. Ayat itu mengatakan, "Abraham mempercayai Allah, dan hal itu diperhitungkan kepada dia sebagai kebenaran."
Orang-orang Yahudi bersikeras bahwa Allah memilih Abraham karena ia adalah orang terbaik yang hidup pada waktu itu—dan mereka mungkin benar. Mereka menulis bahwa Abraham hidup dalam terang Allah sejati, sementara orang-orang dunia lainnya meraba-raba dalam kegelapan penyembahan berhala—dan itu benar. Mereka meninggikan dia sebagai contoh menaati Allah bahkan ketika melakukan hal itu berlawanan dengan nalar manusia—dan mereka adalah benar dalam melakukan hal itu. Dalam semua ini, mereka adalah benar. Mereka salah langkah ketika mengatakan Abraham dibenarkan atas dasar kebaikan insani. Paulus menyatakan bahwa kasusnya tidak seperti itu. Sebaliknya, "Abraham mempercayai Allah, dan hal itu diperhitungkan kepada dia sebagai kebenaran" (huruf miring ditambahkan).
Dalam kutipan ini, "hal itu diperhitungkan" berasal dari logi÷zomai (logizomai).2
Paulus menggunakan berbagai bentuk kata kerja Yunani ini sebelas kali dalam pasal 4. Dalam pasal ini, Alkitab NASB selalu menerjemahkan kata itu sebagai "memperhitungkan," kecuali di ayat 8, di mana kata itu diterjemahkan "dipertimbangkan (NASB)." Alkitab KJV menggunakan istilah-istilah seperti "menghitung", "memperhitungkan", dan "menempatkan pada" untuk menerjemahkan kata itu. Logizomai memiliki berbagai konotasi di zaman Paulus,3tapi arti dasarnya adalah "menghitung," "memperhitungkan," atau "mengalkulasi."4
Logizomai adalah bahasa akuntansi. Kebanyakan penulis setuju bahwa itu adalah cara Paulus menggunakannya dalam Roma 4. John R. W. Stott menulis, "Itu berarti 'memperhitungkan' atau 'menghitung', dan ketika digunakan dalam konteks keuangan atau komersial, kata itu mengandung arti menempatkan sesuatu kepada rekening seseorang."5Jadi Alkitab CJB menerjemahkan ayat 3: "[Abraham] menaruh kepercayaannya kepada Allah, dan hal itu diperhitungkan kepada rekeningnya sebagai kebenaran" (huruf miring ditambahkan). E. D. Burton menyatakan bahwa dalam Roma 4 kita berada di "ruang perhitungan Akuntan Agung."6
Ayat 4. Dalam ayat ini, Paulus mulai membedakan dua sistem pembenaran: sistem hukum/perbuatan dan sistem kasih karunia/iman. Ia meringkas sistem yang pertama: Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan [logizomai] sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Prinsip yang dinyatakan itu sangat jelas sehingga diperlukan sedikit penjelasan atau tidak sama sekali. Jika Anda bekerja untuk seseorang, Anda tidak menganggap gaji Anda sebagai hadiah atau pemberian. Anda tidak menganggap majikan Anda sedang melakukan "kebaikan" kepada Anda. Anda mungkin berkata "Terima kasih" sebagai sopan santun, tapi Anda benar-benar percaya bahwa uang gaji itu adalah milik Anda.
Kata yang diterjemahkan "hadiah" adalah ca÷riß (charis), istilah untuk "kasih karunia" (lihat KJV). Kata yang diterjemahkan "haknya" adalah ojfei÷lhma (opheilēma), yang berarti "yang terhutang dalam pengertian keuangan" atau "kewajiban dalam pengertian moral," suatu "utang"7(lihat KJV). Sistem hukum/perbuatan menyatakan bahwa kita tidak diselamatkan oleh kasih karunia, sebaliknya perbuatan baik kita membuat Allah berutang kepada kita.
Ayat 5. Paulus berikutnya membedakan sistem itu dengan sistem kasih karunia/ iman: Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. Ungkapan "orang yang tidak bekerja" perlu kualifikasi tertentu. Dipahami di luar konteksnya, itu tampaknya menyiratkan bahwa bekerja untuk Allah adalah tidak perlu— gagasan yang akan menakutkan kebanyakan penulis agama dan pastinya akan sudah mengejutkan Paulus. Apakah Paulus percaya bahwa bekerja bagi Tuhan adalah penting? Pastinya. Dalam Roma 16:12, ia memuji Persis, yang sudah "bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan." Paulus sering mendorong para pembacanya untuk mengerahkan seluruh kemampuan mereka bagi "pekerjaan Allah" (1 Kor 15:58; lihat Gal. 5:6; Efe. 2:10; Kol. 1:10; 1 Tim. 5:17; 6:18). Siapa saja diragukan sudah bekerja lebih keras daripada Paulus bagi Tuannya (lihat 1 Kor. 15:10; 2 Kor 11:23, 27).
Oleh karena itu, jelas terlihat bahwa frasa "orang yang tidak bekerja" pasti memiliki penjelasan tertentu. Cara paling sederhana untuk menjelaskannya adalah dengan membandingkan dua frasa dalam ayat 4 dan 5: "Orang yang bekerja" dan "orang yang tidak bekerja." "Orang yang bekerja" (4:4) adalah karyawan "yang bekerja "untuk menerima gaji. "Orang yang tidak bekerja" (4:5) adalah orang percaya "yang tidak bekerja" bagi Allah dengan maksud untuk membuat Tuhan berutang kepada dia, tetapi sebaliknya ia bekerja untuk mengungkapkan kasih dan penghargaannya. Leon Morris mengatakannya seperti ini: "Perbedaannya adalah bukan antara pekerja dan bukan pekerja (Paulus tidak sedang [mendorong] kemalasan), tetapi antara orang yang percaya kepada perbuatannya dan orang yang percaya kepada Allah."8
Allah digambarkan dalam ayat 5 sebagai Pribadi "yang membenarkan orang durhaka." Kata yang diterjemahkan "durhaka" (ajse÷bhß, asebēs) "adalah istilah yang kuat," yang menggambarkan orang yang "tidak punya rasa hormat yang tinggi terhadap Allah." Bahasanya menunjukkan bahwa Allah membenarkan orang-orang yang "sepenuhnya tanpa kebaikan."9Ia mampu melakukan ini karena Ia memberikan Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa (3:25) " Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka" (5:6). Ketika orang percaya kepada Allah (dan Putra-Nya), "imannya itu diperhitungkan [logizomai] sebagai kebenaran." Alkitab TEV menulis "yang Allah perhitungkan adalah imannya" (huruf miring ditambahkan).
Ayat 6-8. Dalam pasal 4, Paulus berfokus pada Abraham sebagai contoh utamanya tentang orang yang dibenarkan karena iman, bukan perbuatan. Namun begitu, dalam ayat 6 sampai 8, ia memasukkan contoh kedua, individu lain yang dihormati oleh orang-orang Yahudi: Raja Daud. Paulus baru saja mengatakan bahwa Allah "membenarkan orang durhaka." Mungkin ada pertanyaan di benak beberapa orang Yahudi mengenai apakah Abraham itu orang "durhaka," tapi tidak mungkin ada keraguan tentang Daud. Dalam hitungan beberapa minggu, Daud melanggar empat dari Sepuluh Perintah Allah (2 Sam. 11; 12; Kel. 20:13, 14, 16, 17). Contoh dari Daud tidak hanya akan memperkuat fakta bahwa prinsip pembenaran oleh iman diajarkan di dalam Perjanjian Lama; contoh itu juga akan menggambarkan sifat prinsip itu yang menjangkau jauh. Paulus berkata bahwa Daud menyebut berbahagia orang yang [diperhitungkan benar oleh; logizomai] Allah bukan berdasarkan perbuatannya. Dalam pengaturan ini, "diperhitungkan benar" mengacu kepada tindakan Allah yang "memperhitungkan sebagai benar" orang yang bersalah atas kejahatan yang besar (Daud). Dengan kata lain, dalam 4:6, tindakan Allah dalam "memperhitungkan benar" ada hubungannya dengan pengampunan-Nya atas salah satu dari anak-anak-Nya yang berdosa. Seperti yang umumnya Paulus lakukan, di sini ia mengutip dari terjemahan Yunani Perjanjian Lama (LXX). Nas yang dikutip dalam 4:7, 8 adalah Mazmur 32:1, 2:
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepada-nya."
Banyak penulis percaya bahwa Mazmur 51 dan 32 menceritakan dosa Daud dengan Batsyeba—bahwa Mazmur 51 adalah seruan Daud yang minta pengampunan,10sedangkan Mazmur 32 adalah ungkapan syukurnya setelah Allah mengampuni dia.11
Dalam Mazmur 32:1, 2, Daud menunjukkan rasa terima kasihnya atas kemurahan Allah. Ia melipatgandakan ucapan untuk menunjukkan betapa bersyukurnya dia. Untuk memulai, kata yang diterjemahkan "berbahagia" (maka÷rioß, makarios) mengacu kepada sukacita khas yang hanya bisa ditahui oleh seorang anak Allah yang setia. Itu bisa dianggap sebagai "kebahagiaan dan banyak lagi."
Ada dua kata yang menggambarkan besarnya dosa Daud: bentuk jamak ajnomi÷a (anomia), diterjemahkan "pelanggaran-pelanggaran," dan aJmarti÷a (hamartia), diterjemahkan "dosa" (lihat komentar tentang 3:23).
Tiga kata lain menunjukkan besarnya rahmat Allah. Pertama, pelanggaran-pelanggaran Daud telah "diampuni" (ajfi÷hmi, aphiēmi). Franz Delitzsch mendefinisikan kata untuk "diampuni" dalam Mazmur 32:1 sebagai "mengangkat dan membawa pergi."12
Kedua, dosa Daud telah "ditutupi." Kata yang diterjemahkan "ditutupi" (ejpikalu÷ptw, epikaluptō) adalah kata majemuk yang menggabungkan ejpi÷ (epi, "atas") dan kalu÷ptw (kaluptō, "tutup"); itu berarti "ditutup atas." Alkitab NLT menulis "di luar penglihatan"; Alkitab AB menulis "ditutupi dan benar-benar dikubur." Delitzsch mendefinisikan kata untuk "ditutupi" sebagai "penutup, sehingga menjadi tak terlihat bagi Allah, Yang Mahakudus, dan seolah-olah itu tidak pernah terjadi."13
Yang paling penting bagi argumentasi Paulus adalah istilah yang ketiga, yang diterjemahkan "diperhitungkan." Mazmur, seperti dikutip dalam Roma, mengatakan, "yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya." "Diperhitungkan" diterjemahkan dari logizomai, kata yang diterjemahkan "diperhitungkan" di sisa pasal ini. Paulus sedang menyajikan cara lain untuk melihat cara perhitungan Allah yang menak- jubkan. Dalam ayat 3 dan 5, ia telah menyajikan cara positif dalam melihat buku kas besar Allah: Allah melakukan perhitungan kebenaran kepada "orang durhaka" di sisi kredit dari buku kas besar. Dalam ayat 8, Paulus menyajikan cara negatif dalam melihat buku kas besar ilahi: Allah tidak menuntut biaya kejahatan kepada orang durhaka pada sisi debit buku kas besar itu. Alkitab CJB menulis "Berbahagialah orang yang dosanya [Tuhan] tidak akan perhitungkan pada rekeningnya."
Untuk menghargai betapa luar biasa hal ini, orang harus mempertimbangkan apa yang Daud layak terima untuk apa yang ia telah perbuat. Menurut hukum Musa, ia layak untuk dirajam sampai mati atas setidaknya dua hal: perzinahan (Ula. 22:22, 24; Yoh. 8:5) dan pembunuhan (Ima. 24:17). Namun begitu, ketika dosanya diungkapkan, ia tidak diseret keluar kota dan dilempari batu sampai nyawanya meninggalkan tubuhnya yang hancur. Sebaliknya, dosa-dosanya diampuni … dan ditutupi … dan tidak diperhitungkan terhadap dia! Tidak heran ia menyebut dirinya "berbahagia"!
Paulus mengatakan bahwa Mazmur 32:1, 2 adalah contoh Allah memperhitungkan kebenaran "bukan berdasarkan perbuatan" (4:6). Paulus tidak sedang mengatakan bahwa tidak ada yang perlu Daud lakukan untuk diampuni. Hati Daud perlu dihancurkan dalam penyesalan yang sungguh-sungguh (lihat Maz. 51:17). Ia perlu mengakui dosanya, mengakuinya kepada Tuhan (lihat Maz. 32:5; 51:3, 4). Ia perlu berdoa, meminta pengampunan dari Tuhan (lihat Maz. 32:6; 51:1, 2, 9). Apa yang Paulus sedang katakan adalah bahwa tidak ada "perbuatan" yang Daud bisa lakukan yang akan mendapatkan atau menghasilkan pengampunan Allah. Ketika Allah mengampuni dia, itu atas dasar kasih karunia, bukan perbuatan.
Dalam contoh Daud (4:6-8), Paulus tidak menyebutkan iman; tapi banyak dari pembaca Yahudinya mungkin mengenal sangat dekat Mazmur 32. Kutipan dari dua ayat pertama akan sudah mengingatkan keseluruhan mazmur itu—yang mencakup kata-kata ini: "Orang [yang] percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia" (Maz. 32:10).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Diselamatkan Oleh Darah! (Roma 3:25; 5:9)
Paulus menulis dalam Roma 3:25 bahwa "Allah menampilkan [Yesus] secara terbuka sebagai pendamaian dala...
Diselamatkan Oleh Darah! (Roma 3:25; 5:9)
Paulus menulis dalam Roma 3:25 bahwa "Allah menampilkan [Yesus] secara terbuka sebagai pendamaian dalam darah-Nya melalui iman (NASB)." Dalam 5:9, rasul itu menambahkan, "Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah."
Beberapa orang mengutuk apa yang mereka sebut "agama berdarah." Beberapa tahun yang lalu, anggota-anggota dari denominasi terkemuka Amerika melakukan pemungutan suara untuk mengeluarkan kata "darah" dari buku pujian mereka. Namun begitu, menghilangkan darah dari agama Kristen adalah, dalam satu pengertian, menghilangkan kehidupan dari agama itu (lihat Ima. 17:11). Seperti yang penulis kitab Ibrani katakan, "Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22).
Dalam Ibrani 9:11-14, pelbagai korban darah perjanjian lama diperbandingkan dan dibedakan dengan korban darah Yesus. Ketika kita mempertimbangkan persamaan dan perbedaannya, kita mungkin akan memahami dengan lebih baik hubungan antara penumpahan darah dan pengampunan dosa.
Perjanjian Lama.
1. Peraturan. Dari awal hubungan manusia dengan Allah, penumpahan darah merupakan bagian dari pengaturan Allah.
Habel mempersembahkan "anak sulung kambing dombanya" (Kej. 4:4).
Nuh mempersembahkan "dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram" setelah banjir (Kej 8:20).
Abraham mendirikan sejumlah mezbah yang mempersembahkan pelbagai korban kepada Allah (Kej. 12:7, 8; 13:18; 22:9).
Domba Paskah adalah sebuah korban (Kel. 12:1-27).
Yang menjadi minat khusus penulis Ibrani adalah penggunaan darah dalam kaitannya dengan "perjanjian yang pertama"—Perjanjian Lama (Ibr. 9:18).
Setelah Allah memberikan Sepuluh Perintah dan hukum-hukum yang terkait, Musa menuliskannya dalam sebuah kitab—yaitu, pada suatu gulungan (Kel. 24:4). Ketika ia telah melakukannya, bangsa Israel menegaskan kembali komitmen mereka untuk melakukan semua yang Allah perintahkan. Kemudian beberapa sapi jantan dikorbankan (Kel. 24:5). Darah lembu dipercikan ke atas gulungan kitab itu, ke atas kaum Israel yang berkumpul (Kel. 24:8; Ibr. 9:19), dan ke atas Kemah Suci dan segala perkakasnya (Ibr. 9:21). Musa kemudian berkata, "Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini" (Kel. 24:8).
Selama seribu lima ratus tahun berikutnya, korban-korban darah yang tak terhitung jumlahnya dibuat seperti yang diperintahkan dalam hukum Taurat. "Darah domba jantan dan darah anak lembu" telah dicurahkan (Ibr. 9:12). "Percikan abu lembu muda" yang telah dikorbankan digunakan dalam upacara-upacara penyucian tertentu (Ibr. 9:13; lihat Bil. 19:9). Korban darah yang paling signifikan adalah yang dilakukan pada Hari Pendamaian setiap tahun (Ibr. 9:25). Di bawah hukum Taurat, aturannya adalah bahwa "segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22).
2. Alasan. Mengapa ini terjadi? Satu-satunya penjelasan yang diberikan oleh penulis Ibrani adalah permainan kata di 9:16, 17. Kata Yunani yang diterjemahkan "perjanjian" (diaqh÷kh, diathēkē) adalah istilah yang biasanya digunakan untuk sebuah wasiat. Dengan menggunakan arti utama kata itu, penulis mencatat bahwa wasiat dan perjanjian terakhir tidak berlaku sampai si pembuat wasiat itu mati. Karena itu ia menyimpulkan bahwa kematian diperlukan untuk mensahkan perjanjian antara Allah dan umat manusia.
Penulis kitab Ibrani tidak melangkah lebih daripada itu. Ia tidak perlu menjelaskan "mengapa" kepada para pembaca yang mengenal baik korban binatang. Ketika ia mengatakan, "Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22), para pembacanya akan menganggukkan kepala mereka. Namun begitu, banyak dari kita tidak memiliki latar belakang yang sama. Beberapa mungkin bertanya-tanya mengapa Allah meminta korban darah. Kita tidak bisa mengetahui semua hal dalam pikiran Allah (Yes. 55:8, 9), namun yang berikut ini adalah beberapa saran. Allah ingin mengesankan kebenaran tertentu ke atas umat-Nya. Ia ingin mereka memahami hal berikut ini:
Dosa adalah mengerikan. Dosa tidak mudah diampuni. Supaya kita diampuni, harus ada kematian, penumpahan darah.
Allah itu murah hati. Ia bersedia mengampuni dosa—tetapi hanya jika korban darah yang tepat dipersembahkan.
Darah sangat penting. Tanpa penumpahan darah, tidak akan ada pengampunan dosa.
Darah binatang tidak memadai. Korban binatang harus dipersembahkan lagi dan lagi (Ibr. 10:1-3, 11). Ada kebutuhan untuk korban yang sempurna yang bisa menebus semua dosa—masa lalu, masa kini, dan masa depan (Ibr. 10:12). Yang membawa kita kepada perjanjian baru.
Perjanjian Baru.
1. Obatnya. Berbeda dengan banyaknya korban darah perjanjian lama, dalam perjanjian baru ada satu korban darah: korban Yesus di kayu salib.146Penulis kitab Ibrani menggunakan gambaran dari Hari Pendamaian untuk menggambarkan korban ini.
Pada Hari Pendamaian, imam besar masuk ke ruang Mahakudus dengan membawa darah binatang dan memercikkan darah itu pada tutup pendamaian. Begitu juga halnya, Yesus naik ke tempat Maha Kudus sorgawi (Ibr. 9:24) dan, karena itu, memercikkan darah-Nya di atas tutup pendamaian sorgawi (Ibr. 9:11, 12).147Namun begitu, tidak seperti korban pada Hari Pendamaian, korban Yesus adalah "sekali untuk selamanya" (Ibr. 7:27; 9:12; 10:10; lihat Roma 6:10; 1 Pet. 3:18). Yesus tidak perlu bolakbalik antara sorga dan bumi, untuk mempersembahkan korban satu demi satu.
2. Hasilnya. Apakah yang dicapai oleh korban sempurna Yesus? Ia datang "untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya" (Ibr. 9:26). Pertama, kematian-Nya menjamin keselamatan bagi kaum Perjanjian Lama yang setia (Ibr. 9:15). Ada pengampunan dalam Perjanjian Lama; tapi itu adalah pengampunan sementara, tergantung pada kematian Yesus di kayu salib yang terjadi belakangan.
Yang sangat menarik perhatian kita adalah kenyataan bahwa kematian Yesus mengamankan keselamatan kita sendiri ketika kita merespons panggilan injil (Ibr. 9:15; lihat 2 Tesalonika 2:14.). Itu melegakan hati nurani kita yang bersalah dan memberikan motivasi "untuk melayani Allah yang hidup" (Ibr. 9:14). Itu memberikan "bagian kekal yang dijanjikan" (Ibr. 9:15).Selanjutnya, darah Yesus mensahkan perjanjian baru (Ibr. 9:17), menjadikan Yesus Pengantara perjanjian kita dengan Allah, Pribadi yang terus-menerus berdoa atas nama kita.
Teks kita menyimpulkan dengan menuliskan sebagaimana kita mati hanya sekali, maka Kristus juga mati hanya sekali (Ibr. 9:27, 28). Bruce meringkas ayat-ayat ini seperti ini: "Manusia mati sekali, oleh penetapan ilahi, dan dalam kasus mereka kematian disusul dengan penghakiman. Kristus mati sekali, berdasarkan ketetapan ilahi, dan kematian-Nya itu diikuti oleh keselamatan bagi semua umat-Nya."148
Kesimpulan. Mari kita selalu mengenali betapa indahnya kebenaran tentang keselamatan. Semoga kita selalu menghargai darah Kristus yang Ia sudah curahkan bagi kita. Demi Allah janganlah kita pernah menganggap "najis darah perjanjian yang dengannya [kita] dikuduskan" (Ibr. 10:29).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Cara Perhitungan Allah (Roma 4:3)
Sekarang ini kebanyakan perhitungan uang dilakukan dengan komputer; tapi ketika saya masih anak-anak, perhitungan u...
Cara Perhitungan Allah (Roma 4:3)
Sekarang ini kebanyakan perhitungan uang dilakukan dengan komputer; tapi ketika saya masih anak-anak, perhitungan uang dilakukan dalam buku yang disebut buku kas. Pemilik usaha menyebut buku kas ini sebagai "pembukuan." Memasukkan informasi dalam "pembukuan" disebut "tata buku" atau "membukukan." Buku kas memiliki kolom "debit" untuk biaya (uang keluar) dan kolom "kredit" untuk pendapatan (uang masuk). Salah satu tanggung jawab pemegang buku adalah memastikan jumlah uang di dalam dua kolom itu adalah sama (untuk "menyeimbangkan pembukuan").
Sebagai seorang mahasiswa muda pada tahun 1955, saya mengikuti kelas kitab Roma oleh J. D. Thomas di Abilene Christian College (sekarang Universitas). Ketika saudara Thomas sedang membahas Roma 4, ia berpaling ke papan tulis. Ia menggambar sebuah segitiga besar dan menulis di sisi atasnya, "Buku kas Allah." Lalu ia membuat kolom "Debit" di sisi kiri dan kolom "Kredit" di sisi kanan. Di kolom "Debit," ia menulis kata "DOSA" dan mulai memberi beberapa tanda "X" ketika ia bicara tentang dosa-dosa dalam kehidupan Abraham.
Sebaik apapun Abraham, ia masih berdosa. Banyak orang Yahudi memilih untuk mengabaikan (atau memaafkan) dosa Abraham, tetapi bahkan membaca sekilas kisah hidupnya mengungkapkan adanya ketidaksempurnaan. Misalnya, karena ketakutan, Abraham dua kali berbohong kepada raja tentang Sara karena kelalaiannya (Kej. 12:10-20; 20:1-18). Banyak yang menganggap Abraham bersalah dalam membiarkan Hagar diperlakukan secara kasar (lihat Kej. 16:6-14). Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa bahkan iman Abraham adalah kurang sempurna. Dengan kata lain, Abraham adalah manusia dan bergumul seperti yang dilakukan semua manusia.
Pada titik ini, saudara Thomas telah menambahkan dosa-dosa (beberapa tanda "X") pada sisi "Debit" buku kas Abraham. Ia berbalik ke kolom "Kredit." "Abraham juga melakukan hal-hal yang baik," katanya," dan Allah menyadari itu." Ia meletakkan beberapa tanda "X" di kolom tersebut. Ia menekankan, bagaimanapun, tidak ada jumlah kebaikan dalam kehidupan Abraham yang bisa "mengimbangi" dosa-dosa yang telah ia lakukan. "Situasinya tampaknya tanpa harapan," katanya.
Lalu saudara Thomas mengingatkan kami tentang makna logizomai. Dengan menambahkan kata "IMAN" pada papan tulis, ia berkata, "Allah menulis 'IMAN' di kolom kredit, dan Ia memperhitungkan itu sebagai kebenaran, seakan-akan Abraham sudah menjadi orang yang seharusnya." Ia kemudian menempatkan beberapa tanda "X" di bawah kolom "Kredit" yang sama banyaknya dengan tanda "X" di kolom "Debit" sehingga "pembukuan itu seimbang."
Saudara Thomas meminta maaf atas beberapa kekurangan dalam diagramnya, sebab tidak ada ilustrasi yang sempurna. "Tapi," katanya, "Saya ingin menekankan bahwa Allah tidak melihat kepada ketaatan sempurna Abraham (yang bagaimanapun tidak ia miliki), tapi melihat kepada imannya. Ketika Ia melihat iman Abraham, 'itu diperhitungkan kepada dia sebagai kebenaran' [ASV]. Allah memperhitungkan imannya sebagai kebenaran." Saudara Thomas berhenti sejenak dan kemudian menambahkan," Dan itulah dasar yang sama yang di atasnya Ia menyelamatkan Anda dan saya."
Saya telah mendengar orang-orang mengatakan bahwa, ketika mereka mendengar kebenaran ini untuk pertama kalinya, mereka menarik napas lega. Rupanya, mereka hanya tahu tentang keadilan Allah dan merasa takut tentang "berbuat cukup untuk pergi ke sorga." Saya tidak ingat ada reaksi seperti itu di dalam kelas saudara Thomas. Saya tidak ingat pernah khawatir sebelumnya tentang "berbuat cukup" untuk menyukakan Allah. Ketika orang menderita oleh apa yang orang sebut "kutukan perfeksionisme," saya sadar bahwa saya belum menjadi orang yang seharusnya. Namun demikian, orang tua saya dan orang lain telah mengajarkan saya tentang Allah kasih. (Saya juga harus mengakui bahwa, ketika saya mengikuti kelas kitab Roma, saya bukan hanya tidak tahu tentang banyak hal, tetapi juga masih muda dan penuh semangat, siap melakukan perbuatan-perbuatan besar bagi Tuhan saya. Mengapa saya harus kuatir?)
Apa yang saya ingat, ketika saudara Thomas menggambar diagramnya, adalah perasaan tertarik, dengan sentuhan sukacita karena mempelajari sesuatu yang baru dan memperoleh wawasan tambahan. Mungkin saya juga merasa agak ragu. Pikiran saya mulai memproses informasi itu, membandingkannya dengan Firman yang sudah saya pelajari sebelumnya (Kisah 17:11). Secara bertahap, pentingnya ajaran Paulus dalam Roma 4 saya pahami sepenuhnya. Pada tahun-tahun setelah itu, penghargaan saya atas pasal yang hebat ini terus tumbuh.
Ketika saya lulus dan mulai berkhotbah penuh waktu, segera jelas terlihat bahwa kebenaran Roma 4 dibutuhkan oleh banyak saudara-saudari saya di dalam Kristus. Bukan hal yang luar biasa seorang anggota bertanya, "Bagaimana Anda tahu kapan Anda sudah cukup berbuat untuk masuk sorga?" Jawaban umum terhadap pertanyaan "Apakah Anda sudah diselamatkan?" adalah ucapan tidak pasti "Saya harap begitu." Beberapa guru kelas Alkitab bergumul dengan pernyataan "berani" Yohanes: "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu … tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal" (1 Yoh. 5:13; huruf miring ditambahkan). Mereka bertanya-tanya bagaimana Paulus bisa begitu yakin: "Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya" (2 Tim 4:8; huruf miring ditambahkan).
Saya juga sudah semakin sadar betapa pentingnya ajaran Paulus itu untuk saya secara pribadi. Saya semakin lebih sadar tentang betapa cacatnya kinerja saya di hadapan Allah saya. Selanjutnya, seraya waktu berlalu, apa yang saya pernah anggap sebagai sumber energi yang tidak ada habisnya telah lenyap. Hari demi hari, saya semakin menghargai kenyataan bahwa Allah tidak melihat diri saya yang tidak sempurna, tidak memadai, perbuatan yang selalu cacat—tetapi kepada iman saya. Terima kasih Allah!
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Fungsi Perbuatan (Roma 4:3, 4)
Karena Allah menganggap seseorang sebagai benar karena imannya, apakah ini berarti bahwa perbuatan tidak penting? Keti...
Fungsi Perbuatan (Roma 4:3, 4)
Karena Allah menganggap seseorang sebagai benar karena imannya, apakah ini berarti bahwa perbuatan tidak penting? Ketika Paulus mengutip Kejadian 15:6, apakah ia bermaksud untuk mengajarkan bahwa perbuatan Abraham tidak penting? Tidak sama sekali. Para penulis Perjanjian Baru menganggap Kejadian 15:6 sebagai ringkasan kehidupan Abraham. Dalam Galatia 3:6-9, Paulus mengikat ayat itu dengan perkataan Allah dalam Kejadian 12, di mana Allah memanggil lagi Abraham untuk pergi ke negeri Kanaan. Mengenai panggilan itu, penulis Ibrani mengatakan, "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya"(Ibr. 11:8; huruf miring ditambahkan). Bagaimana jika Abraham tidak taat? Bukankah itu akan berarti ia tidak percaya?
Dalam kitab Roma, yang terutama ada di dalam pikiran Paulus adalah konteks awal ayat itu (Kejadian 15:6), tapi ia juga memasukkan janji khusus tentang seorang anak laki-laki empat belas tahun kemudian (lihat 4:10). Abraham dijamin memiliki seorang putra—tetapi ketika Ishak akhirnya lahir, itu bukan kelahiran dari seorang perawan. Bagaimana jika Abraham menolak untuk bersetubuh dengan Sara, "hanya percaya kepada Allah" untuk membuat janji itu terpenuhi? Sekali lagi, tindakan (atau sikap berdiam diri) semacam itu akan menunjukkan ketidakpercayaan, bukan kepercayaan.
Contoh yang Yakobus gunakan adalah dari tahun-tahun belakangan, ketika Allah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan anaknya Ishak (Kej. 22:1-14). Yakobus menulis, Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Yak. 2:21-23a).
Mengenai peristiwa itu, penulis Ibrani menulis, Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali (Ibr. 11:17-19).
Ketika Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan anaknya, bagaimana jika ia menolak? Apakah tidak jelas bahwa keputusan seperti itu akan sudah menyatakan kurangnya iman dibandingkan kepercayaan tersirat kepada Allah "yang menghidupkan orang mati"? Pentingnya perbuatan Abraham terlihat dalam perkataan Allah kepada Ishak dalam Kejadian 26:3-5: "… Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu. Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena Abraham telah [menaati Aku; NASB] dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku" (huruf miring ditambahkan). Ya, perbuatan Abraham adalah penting. Ketika orang mempertimbangkan usia di mana Abraham hidup dan kondisi di bawah mana ia melayani Tuhan, responnya yang sepenuh hati kepada perintah Tuhan adalah menakjubkan, bahkan mengejutkan. Kita harus jangan, bagaimanapun, pernah, melupakan dua fakta penting: (1) Ketika kita bicara tentang perbuatan Abraham, kita tidak sedang bicara tentang "perbuatan amaliah," tapi "ketaatan iman." (2) Meski perbuatan-perbuatan Abraham itu luar biasa, namun mereka tidak sempurna. Ia masih harus diselamatkan "oleh kasih karunia … melalui iman"(Efe. 2:8). Jadi Kitab Suci menekankan bahwa "Percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (4:3; huruf miring ditambahkan).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) PASAL 4
CONTOH DARI ABRAHAM, ORANG BERIMAN
Roma 4 berisi inti pembahasan Paulus tentang pembenaran oleh iman, yang diperkenalkan di akhir pasal 3. P...
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Mengikuti Jejak Kehidupan Abraham (Roma 4)
Para pembaca Paulus yang Yahudi akan sudah mengenal baik Abraham dan kronologi hidupnya. Beberapa dari kit...
Mengikuti Jejak Kehidupan Abraham (Roma 4)
Para pembaca Paulus yang Yahudi akan sudah mengenal baik Abraham dan kronologi hidupnya. Beberapa dari kita tidak banyak tahu tentang patriark itu, sehingga tinjauan pelbagai peristiwa penting dalam hidupnya bisa bermanfaat.
- 1. Allah memanggil Abram dari Ur-Kasdim, sehingga Abram, bersama dengan istri dan ayahnya, meninggalkan Ur untuk menetap di Haran (Kej. 11:31; 15: 7; Neh. 9:7; Kisah 7:2, 3).
- 2. Ketika Abram berumur tujuh puluh lima tahun, Allah membuat perjanjian dengan dia dan menyuruh dia pergi ke suatu negeri yang Ia akan tunjukkan kepada dia (Kej.12:1-4).
- 3. Abram pergi ke negeri Kanaan, dan Allah memberitahu Abram bahwa Ia akan memberikan negeri itu kepada dia dan keturunannya (Kej. 12:5, 7; lihat 13:14-17; 15:18-21; 17:8).
- 4. Pada dua kesempatan, oleh karena merasa takut, Abram berbohong dengan tidak mengakui Sarai sebagai istrinya (Kej. 12:10-20; 20:1-18).
- 5. Di negeri Kanaan, Allah memberitahu Abram bahwa keturunannya akan menjadi sebanyak "debu tanah" (Kej. 13:16).
- 6. Melkisedek, raja Salem, memberkati Abraham, dan Abraham "memberi dia sepersepuluh dari semuanya" (Kej. 14:17-20).
- 7. Sekitar usia delapan puluh lima tahun (lihat Kej. 16:16), belum punya anak, Abram menanya Allah apakah seorang hamba bisa menjadi ahli warisnya. Allah meyakinkan dia bahwa ia akan memiliki anak, bahwa keturunannya akan menjadi seperti bintang di langit. "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Kej. 15:2-6).
- 8. Pada usia delapan puluh enam tahun, Abram memiliki seorang putra, Ismael, melalui hamba Sarai, Hagar (Kej. 16:1-16).
- 9. Ketika Abram berusia sembilan puluh sembilan tahun, Allah mengubah namanya menjadi Abraham dan menetapkan ritual sunat (Kej. 17:1-6, 10-14, 23-27).
- 10. Allah menjanjikan Abraham bahwa Sarai/Sara akan memiliki seorang putra. Abraham bergumul dengan janji ini dan bertanya apakah Ismael bisa menjadi ahli warisnya. Allah menjawab, "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak" (Kej. 17:15-19).
- 11. Ketika Abraham berumur seratus tahun, seorang putra lahir seperti yang telah Allah janjikan (Kej. 21:1-7).
- 12. Ketika Ishak tumbuh menjadi pemuda, Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan dia sebagai korban bakaran. Abraham memenuhi ujian ini dengan mencoba untuk mengorbankan Ishak, dan Allah memperbaharui perjanjian-Nya dengan dia. Ia berkata, "Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat" (Kej 22:1-18; Ibr. 11:17-19; Yak. 2:21-23).
- 13. Sara meninggal pada usia 127 tahun. Abraham membeli sebuah ladang di Makhpela yang memiliki gua tempat pemakaman. Ini adalah satu-satunya tanah yang Abraham pernah miliki di Kanaan (Kej. 23:1-20; Kisah 7:5; Ibr. 11:8-10).
- 14. Pada suatu waktu, Abraham mengambil istri (atau selir) bernama Keturah, dan perempuan itu melahirkan enam anak laki-laki bagi dia (Kej. 25:1-4).
- 15. Abraham meninggal ketika ia berusia 175 tahun, "Ia mati pada waktu telah … tua dan suntuk umur" (Kej. 25:7, 8).
Beriman Kepada Allah … Tapi Tidak Kepada Yesus? (Pasal 4)
Sekarang ini beberapa orang mencoba untuk menggunakan Roma 4 untuk "membuktikan" bahwa untuk berkenan kepada Allah tidak perlu percaya kepada Kristus.21
Mereka menunjukkan bahwa "Abraham percaya kepada Allah, dan hal itu diperhitungkan kepada dia sebagai kebenaran" (4:3; huruf miring ditambahkan, lihat 4:17) dan bahwa kita harus memiliki "iman Abraham" (4:16). Selanjutnya, mereka menulis bahwa, ketika pasal itu bicara tentang iman kita, penekanannya adalah pada iman kepada Allah (4:5, 24). Oleh karena itu, mereka menyimpulkan bahwa semua orang yang percaya kepada Allah—termasuk orang Yahudi—akan diselamatkan, apakah mereka itu percaya atau tidak percaya kepada Yesus.
Paulus dengan jelas mengatakan di 3:26 bahwa Allah "membenarkan orang yang percaya kepada Yesus (huruf miring ditambahkan). Nas-nas seperti ini sangat banyak, tetapi komentar kita akan terbatas pada "teks-teks bukti" Roma 4.
Pertama, Paulus menggunakan bahasa "iman" yang akomodatif dalam pasal ini ketika ia menyinggung orang-orang Yahudi tentang Abraham yang mereka sayangi. Douglas J. Moo berkomentar bahwa Paulus "jarang menjadikan Allah sebagai obyek keyakinan kita. Ia melakukan hal itu di sini untuk membuat iman Kristen semirip mungkin dengan iman Abraham."22
Kedua, bahkan ketika iman kita kepada Allah disinggung, iman kepada Anak-Nya tidak dikecualikan. Roma 4:5 mengatakan bahwa kita harus percaya "kepada Dia yang membenarkan orang durhaka," tapi pembenaran dimungkinkan hanya melalui kematian Yesus (5:9). Dalam 4:24, 25, kita membaca bahwa iman kita harus kepada Allah "yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita."
Ketiga, meski Abraham mungkin tidak tahu segala sesuatu tentang Yesus, ia percaya kepada janji Allah tentang "benih"nya (Kej. 22:18; Gal. 3:16). Allah, pada dasarnya, memberitakan injil kepada Abraham (lihat Gal. 3:8), dan Abraham percaya kepada apa yang Allah ungkapkan kepada dia. Kesimpulan kita adalah bahwa siapa pun yang hidup setelah peristiwa salib tetapi menolak untuk mempercayai wahyu Allah tentang Yesus adalah tidak layak untuk disebut sejalan dengan Abraham, tokoh tua iman yang mulia!
Setelah genap waktunya, Allah menyatakan diri-Nya kepada dunia dalam pribadi Yesus Kristus (Gal. 4:4, 5). Jika Abraham hidup sekarang ini, setelah peristiwa salib, ia tidak bisa diselamatkan tanpa memiliki "iman kepada Allah yang diungkapkan dalam Kristus." "Hanya orang-orang yang percaya kepada Allah yang secara khusus diungkapkan dalam Kristus yang memiliki harapan keselamatan."23
Iman Yang Taat (Pasal 4)
Iman Abraham sungguh menakjubkan. Alih-alih memiliki Alkitab untuk dibaca, ia hanya memiliki janji Allah. Ia adalah salah satu dari sedikit orang yang percaya kepada Tuhan pada zamannya, dikelilingi oleh kaum penyembah berhala. "Ia tidak bisa melihat kembali kepada catatan panjang imannya; pada kenyataannya, ia sedang membantu untuk menulis sejarah itu. Namun begitu, Abraham percaya kepada Allah."24Abraham merupakan pola iman, "purwa-rupa semua orang percaya sejak zamannya."25
Bagaimanakah kita bisa meringkas iman Abraham seperti diungkapkan dalam Roma 4? Ketika Allah mengatakan sesuatu, Abraham mepercayainya. Bahkan jika itu bertentangan dengan nalar manusia, ia mempercayainya. Mungkin ia bergumul dengan bagaimana Allah akan melaksanakan Firman-Nya, tetapi ia tidak mau meninggalkan imannya. Ia bertahan dalam imannya dan mendasarkan hidupnya pada iman itu. Allah melihat iman itu, "dan itu diperhitungkan kepada [Abraham] sebagai kebenaran" (4:3).
Beberapa orang sekarang ini mengaku percaya kepada Yesus, tetapi iman mereka sangat jauh dari jenis iman yang Abraham miliki. Kisah tentang Jean Francois Gravelet, "Blondin yang hebat," menggambarkan dengan baik jenis iman yang tidak sempurna.
Blondin adalah seorang pejalan di atas tali yang terkenal dari Perancis yang hidup di penghujung abad kesembilan belas. Suatu kali ia merentangkan seutas tali di atas Air Terjun Niagara dan berjalan melintasinya. Ketika Blondin mencapai sisi Amerika dari air terjun itu, ribuan orang bersorak-sorak.
Blondin menenangkan orang banyak itu dan berkata, "Saya akan kembali melintasi tali itu, tapi kali ini saya akan membawa seseorang di pundak saya. Apakah Anda percaya kepada saya?"
Orang banyak itu berseru berulang-ulang, "Kami percaya! Kami percaya!" tapi ketika Blondin bertanya, "Siapakah orangnya yang bersedia saya bawa?" orang banyak itu membisu. Akhirnya, seorang laki-laki melangkah maju, naik di bahu Blondin, dan membiarkan dirinya dibawa ke sisi Kanada dari air terjun itu.
Ribuan orang telah mengatakan, "Kami percaya!" Tapi hanya satu orang yang bersedia memberikan hidupnya untuk apa yang ia percaya.26
Iman Abraham tidak diungkapkan dalam kata-kata kosong. Ia memberikan hidupnya untuk apa yang ia percaya; ia mengabdikan dirinya untuk melakukan apa yang Allah katakan. Kita harus mengikuti jejak iman Abraham.
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 James R. Edwards, Romans, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1992), 112. Sebuah contoh...
Catatan Akhir:
- 1 James R. Edwards, Romans, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1992), 112. Sebuah contoh kutipan orang Yahudi tentang hal ini muncul dalam Douglas J. Moo, Romans, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 2000), 147.
- 2 Akar logizomai adalah le÷gw (legō, "Aku berkata"), dan istilah itu terkait dengan lo÷goß (logos, "kata").
- 3 Logizomai diterjemahkan "dianggap" dalam 2:26 dan "melakukan" dalam 3:28.
- 4 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 597.
- 5 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1994), 125.
- 6 E. D. Burton, Galatians: International Critical Commentary (Edinburgh: T. & T. Clark, 1921), 447.
- 7 Bauer, 743.
- 8 Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 198.
- 9 Ibid.
- 10 Judul kuno sebelum Mazmur 51 adalah "Doa Penuh Sesal Seorang Pendosa Yang Memohon Ampunan."
- 11 Eddie Cloer, Psalms 1-50, Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2004), 428; Psalms
- 51 -89 , Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2006), 3-4.
- 12 C. F. Keil and Franz Delitzsch, Psalms, Commentary on the Old Testament, vol. 5 (Peabody, Mass.: Hen drickson Publishers, 1989), 395.
- 13 Ibid. Kata-kata "seolah-olah itu tidak pernah terjadi" hanya mengacu kepada rasa bersalah dari dosa Daud, bukan pelbagai akibat dari dosa itu (lihat 2 Sam. 12:10).
- 14 Jim Townsend, Romans: Let Justice Roll Down (Elgin, Ill.: David C. Cook Publishing Co., 1988), 31.
- 15 Selain catatan sejarah Abraham dalam kitab Kejadian, teks lain yang juga membantu kita dalam memahami Roma 4 adalah Galatia 3. Dua nas itu memiliki banyak kesamaan.
- 16 Teks Yunaninya secara harfiah menulis "sunat" ( peritomh, peritomē) dan "tidak bersunat" (ajkrobusti÷a, akrobustia) (lihat KJV).
- 17 Kejadian-kejadian di dalam Alkitab tidak selalu disusun secara kronologis, tapi keterangan usia diberikan kepada Abraham dalam kaitannya dengan urutan kejadian-kejadian itu (lihat Kejadian 12:4; 16:3, 16; 17:1). Menurut kronologi rabi, waktu antara Kejadian 15:6 dan peristiwa pasal 17 bahkan lebih lama -dua puluh sembilan tahun. (Morris, 202, n. 41.)
- 18 Stott, 129.
- 19 Moo, 154.
- 20 Richard A. Batey, The Letter of Paul to the Romans, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 60.
- 21 F. F. Bruce, The Letter of Paul to the Romans, 2d ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 108.
- 22 Mengenai istilah "keturunan," lihat komentar tentang 4:16.
- 23 Satu-satunya janji tentang tanah (properti) yang dijanjikan kepada Abraham adalah bahwa ia dan keturunannya akan mewarisi tanah Kanaan. Janji ini tidak masih harus digenapi karena sudah digenapi dalam Perjanjian Lama. Pada beberapa kesempatan, kerajaan Israel pernah membentang dari Laut Tengah sampai sungai Efrat (lihat Kej. 15:18; 2 Sam 8:3; 1 Rajaa 8:65).
- 24 Guru-guru Yahudi bersikeras bahwa Abraham sudah memiliki hukum Taurat berabad-abad sebelum hukum itu dinyatakan kepada Musa, tetapi Paulus membantah ini.
- 25 Bauer, 539.
- 26 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 3.
- 27 Bauer, 525.
- 28 J. D. Thomas, Romans, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 34.
- 29 Dave Miller, sermon presented on the Truth in Love television program, Fort Worth, Texas, 23 January 2002.
- 30 William Baur and Roland K. Harrison, "Ishmael," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 2:905.
- 31 Morris, 210. Elpis ditemukan lima puluh tiga kali dalam Perjanjian Baru; tiga puluh enam darinya terdapat dalam tulisan-tulisan Paulus.
- 32 Thomas, 37.
- 33 Morris, 211, n. 84.
- 34 Ibid., 211.
- 35 Bauer, 231.
- 36 Ketika kata Yunani dalam bentuk "kasus datif," kata itu harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan preposisi di depannya. Jika tidak ada preposisi muncul dalam teks itu, preposisi itu harus dipasok berdasarkan konteksnya.
- 37 Morris, 212.
- 38 G. Delling, "plērophoréō," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich, trans. and abr. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 871.
- 39 Donald Grey Barnhouse, God's Remedy: Romans 3:21-4:25 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1954), 311-12.
- 40 C. E. B. Cranfield, Romans: A Shorter Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 96.
- 41 Kata untuk "pelanggaran" adalah para÷ptwma (paraptōma), kombinasi dari pi÷ptw (piptō , "jatuh") dan para (para, "di sisi"). Kata ini mengacu kepada "langkah yang salah," "kesalahan besar," atau "murtad."
- 42 Misalnya, J. W. McGarvey and Philip Y. Pendleton, Thessalonians, Corinthians, Galatians and Romans, The Standard Bible Commentary (Cincinnati: Standard Publishing, n.d.), 330.
- 43 Charles Hodge, Romans, The Crossway Classic Commentaries (Wheaton, Ill.: Crossway Books, 1993), 125.
- 44 R. C. Bell, Studies in Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1957), 41.
- 21 Sungguh menakjubkan betapa jauhnya "orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya" akan bertindak untuk "memutarbalikkan" ajaran Paulus (2 Pet. 3:15, 16).
- 22 Moo, 165.
- 23 Ibid., 167.
- 24 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 1 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 526.
- 25 Bell, 36-37.
- 26 Diadaptasi dari Harold T. Bryson, "Faith," Illustrating Paul's Letters to the Romans, comp. James F. Hightower (Nashville: Broadman Press, 1984), 31-32.
- 27 Pernyataan terkenal ini ditemukan dalam kata pengantar asli Perjanjian Baru Jerman karya Martin Luther (1522). Lihat E Theodore Bachmann and Helmut T. Lehmann, eds., Luther's Works, vol. 35, Word and Sacrament I (Philadelphia: Fortress Press, 1960), 362, 395-97.
- 28 William Barclay, The Letter to the Romans, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 64.
- 29 Moo, 150.
- 30 Lihat pembahasannya di Robertson L. Whiteside, A New Commentary on Paul's Letter to the Saints at Rome (Fort Worth, Tex.: Manney Co., 1945), 89-90.
- 31 Charles Hodge, Romans, The Crossway Classic Commentaries (Wheaton, Ill.: Crossway Books, 1993), 105.
- 32 David Lipscomb, A Commentary on the New Testament Epistles, vol. 1, Romans, 2d ed. (Nashville: Gospel Advocate Co., 1943), 82.
- 33 Dikutip dalam Leslie C. Allen, "Romans," in New International Bible Commentary, ed. F. F. Bruce (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1979), 1324.
- 34 Pelbagai ilustrasi ini diberikan dalam David Roper, Jesus Christ and Him Crucified (Arvada, Colo.: Christian Communications, 1976), 106-8.
- 35 Thomas, 33.
- 36 Diadaptasi dari David F. Burgess, comp., Encyclopedia of Sermon Illustrations (St. Louis: Concordia Publishing House, 1988), 125.
- 37 Meski kata-kata ini secara khusus ditujukan kepada orang-orang Yahudi, namun penerapan umum dapat pula dibuat.
- 38 Pernyataan ini mungkin sekali berasumsi bahwa Paulus tidak menulis kitab Ibrani, yang berisi nas terkenal "iman adalah" (Ibr. 11:1).
- 39 Richard A. Batey, The Letter of Paul to the Romans, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 61.
- 40 Iman juga bisa "kecil" (Mat. 14:31; 16: 8) atau "besar" (Mat. 8:10, 26), "mati" (Yak. 2:17, 26) atau hidup.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2016 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi